Anda di halaman 1dari 20

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Pengertian Air Minum


Air adalah unsur yang tidak dapat dipisahkan dari kehidupan manusia, yakni peradaban
manusia. Bahkan dapat dipastikan, tanpa pengembangan sumber daya air secara
konsisten peradaban manusia tidak akan mencapai tingkat yang dinikmati sampai saat
ini. Oleh karena itu, pengembangan sumber daya air merupakan dasar peradaban
manusia.

Menurut Peraturan Pemerintah No.122 Tahun 2015 tentang Pengembangan Sistem


Penyediaan Air Minum, terdapat beberapa pengertian yang terkait dengan Sistem
Penyediaan Air Minum yakni:

1. Air baku untuk air minum rumah tangga, yang selanjutnya disebut air baku adalah
air yang dapat berasal dari sumber air permukaan, air tanah, air hujan dan air laut
yang memenuhi baku mutu tertentu sebagai air baku untuk air minum.
2. Air minum adalah air minum rumah tangga yang memenuhi proses pengolahan atau
tanpa proses pengolahan yang memenuhi syarat kesehatan dan dapat langsung
diminum.

2.2 Standar Kebutuhan Air


Direktorat Jendral Cipta Karya Departemen Pekerjaan Umum membagi standar
kebutuhan air minum tersebut berdasarkan lokasi wilayah sebagai berikut:

a) Pedesaan dengan kebutuhan 60 liter/kapita/hati


b) Kota kecil dengan kebutuhan 90 liter/kapita/hari
c) Kota sedang dengan kebutuhan 110 liter/kapita/hari
d) Kota besar dengan kebutuhan 130 liter/kapita/hari
e) Kota metropolitan dengan kebutuhan 150 liter/kapita/hari

2.2.1 Kebutuhan Air Domestik


Kebutuhan dasar domestik ditentukan oleh adanya konsumen domestik, yang berasal
dari data penduduk, pola kebiasaan dan tingkat hidup yang didukung perkembangan

5
 
Universitas Sumatera Utara
sosial ekonomi yang memberikan kecenderungan peningkatan kebutuhan air. Standar
kebutuhan air domestik yaitu kebutuhan air yang digunakan pada tempat-tempat hunian
pribadi untuk memenuhi keperluan sehari hari.

Besarnya kebutuhan air domestik dapat dilihat pada tabel 2.1 berikut ini:

Tabel 2.1 Kebutuhan Air Domestik

Kategori Kota berdasarkan Jumlah Penduduk


No Uraian 500.000- 100.000- 20.000-
>1.000.000 <20.000
1.000.000 500.000 100.000
Metro Besar Sedang Kecil Desa
Konsumsi Unit
Sambungan
1 190 170 130 100 80
Rumah
(L/O/hari)
Konsumsi Unit
2 Hidran Umum 30 30 30 30 30
(L/o/h)
Konsumsi Unit
3 Non Domestik 20 - 30 20 - 30 20 - 30 20 - 30 20 - 30
(%)
Kehilangan
4 20 - 30 20 - 30 20 - 30 20 - 30 20 - 30
Air (%)
Faktor
5 1,1 1,1 1,1 1,1 1,1
maximum day
Faktor Peak
6 1,5 1,5 1,5 1,5 1,5
Hour
Jumlah jiwa
7 5 5 5 5 5
per SR
Jumlah jiwa
8 100 100 100 100 100
per HU
Sisa Tekan di
jaringan
9 10 10 10 10 10
distribusi
(mka)
10 Jam operasi 24 24 24 24 24
Volume
Reservoir (%)
11 20 20 20 20 20
(Max
Demand)
50 : 50 s/d 50 : 50 s/d 80
12 SR : HU 80 : 20 70 : 30 70 : 30
80 :20 :20
Cakupan
13 90 90 90 90 70
Pelayanan
Sumber: Dirjen Cipta Karya, 2000

6
 
Universitas Sumatera Utara
2.2.2 Kebutuhan Air Non Domestik
Kebutuhan air non domestik ditentukan oleh adanya konsumen non domestik.
Konsumen non domestik ini memanfaatkan fasilitas fasilitas antara lain:

a) Perkantoran
b) Tempat Ibadah
c) Prasarana Pendidikan
d) Prasarana Kesehatan
e) Komersial
f) Industri

2.3 Kehilangan Air


2.3.1 Definisi Kehilangan Air
Battermann, A., (2001) Unaccounted-For Water didefinisikan sebagai hilangnya air
dihitung sebagai perbedaan antara kuantitas air diumpankan kedalam sistem distribusi
(produksi air minum) dan kuantitas air dimanfaatkan dengan sah, yang telah
dimeterkan atau dapat diperkirakan. Kuantitas air dimasukkan yang sah belum termasuk
pemakaian masyarakat yang tidak dimeterkan.

Yepes, (1995) UFW didefinisikan perbedaan antara air yang diantar ke sistem distribusi
dan air yang dijual. Dan menurut Djamal, Z (2009) kehilangan Air (Water Losses)
adalah selisih antara jumlah air yang dipasok kedalam jaringan perpipaan air dan
jumlah air yang dikonsumsi.

Kehilangan air (Sari, 1999) berarti perbedaan jumlah air yang masuk ke dalam sistem
penyediaan air bersih ( water supply system) dengan jumlah air yang tercatat. Jenis
kehilangan air dapat diklasifikasikan menjadi:

a. Kehilangan air yang tercatat / dapat dicatat


Kehilangan jenis ini misalnya pemakaian air untuk pengurasan pipa, pemakaian fire
hydrant, pemakaian air untuk fasilitas keindahan kota, pemakaian air untuk penggunaan
sosial yang tidak terbayar dan lain- lain.

b. Kehilangan air yang tak tercatat

7
 
Universitas Sumatera Utara
Contoh kehilangan air jenis ini adalah kebocoran air pada jaringan pipa distribusi,
pemakaian air konsumen yang tidak tercatat oleh meter karena meter rusak atau
tidak teliti, pembuatan rekening yang salah dan sebagainya.

Kehilangan air dalam hal ini sama dengan jumlah air tidak terbayar yang besarnya
dihitung dari jumlah air yang didistribusikan dikurangi jumlah air yang terbayar atau
terjual. Pada umumnya besarnya kehilangannya melebihi batas kewajaran (20 %).

 Persen (%) kehilangan air


Jumlah kehilangan air yang diperoleh menurut batas-batas efisiensi dan ekonomi
perusahaan (batas kewajaran):
a) Kebocoran pada sistem distribusi = 5%

b) Ketelitian pengukuran meter air = 3-5%

c) Kebocoran pipa konsumen = 5%

d) Pemakaian operasi dan pemeliharaan = 3%

e) Kehilangan air non fisik = 2%

18 – 20 % ( Akatirta,2012)

Besarnya kehilangan air ataupun persentase kehilangan air dapat dihitung dengan
menggunakan rumus:
D-K
H x 100 %
D
Dimana :
H = Kehilangan air ( % )
D = Jumlah Air yang didistribusikan (m³ )
K = Jumlah Air yang tercatat di meter tagihan ( m³ ) ( Tornton,2008 )

2.3.2 Sumber Kehilangan Air


Pada dasarnya sumber-sumber kehilangan air sama pada setiap sistem, potensinya untuk
menghasilkan kehilangan air juga tergantung pada faktor-faktor yang mempengaruhinya
(Seminar Perpamsi dalam Ferijanto, 2007). Menurut Sari dalam Ferijanto (2007),
sumber-sumber kehilangan air antara lain:

8
 
Universitas Sumatera Utara
1. Meter Air
a) Fungsi Meter Air
Meter air digunakan pada sistem penyediaan air bersih dengan tujuan, yaitu:
 untuk mengetahui jumlah produksi air;
 untuk mengetahui besar pemakaian air keperluan pelanggan;
 untuk mengetahui besar pemakaian air konsumen, termasuk kepentingan sosial;
 untuk dapat memperhitungkan tarif air;
 untuk dapat memperhitungkan rekening pelanggan;
 untuk memperkirakan besar kehilangan air dari sistem instalasi keseluruhan;
 untuk keperluan penelitian/pengendalian.

b) Ketelitian Meter Air


Hasil pengujian menunjukkan bahwa meter air tidak selalu dapat diandalkan kebenaran
penunjukkannya. Ternyata untuk beberapa kondisi sistem pengaliran air, meter air
memperlihatkan kekurangtelitian saat beroperasi. Disamping kecepatan aliran, yang
dapat mempengaruhi ketelitian meter air adalah udara. Sebuah instalasi penyaluran air
minum yang bekerja secara periodik, pada saat operasi berhenti, maka sejumlah udara
akan masuk ke dalam pipa distribusi dari celah sambungan pipa, katup yang tidak
tertutup sempurna atau dari pipa yang bocor. Aliran udara dalam meter air akan
memutar dial meter dengan cepat. Peristiwa ini sering ditemui di lapangan pada meter
air konsumen.

Tekanan yang bekerja pada pipa akan menentukan kecepatan aliran dalam pipa dan
akan mempengaruhi besarnya starting flow. Starting flow adalah debit aliran terkecil
yang diperlukan untuk dapat menggerakan alat penghitung meter air. Kecepatan aliran
di bawah starting flow akan mengakibatkan air tidak tercatat pada meter air.

2. Pipa Transmisi dan Distribusi


Kehilangan air pada pipa transmisi sering terjadi karena adanya kebocoran yang
dipengaruhi oleh tekanan di dalam dan di luar pipa yang tidak seimbang. Beberapa hal
yang mempengaruhi adalah konstruksi pemasangan, penyambungan serta kualitas
material yang digunakan dan usia dari pipa. Pada pipa distribusi yang mengalirkan air

9
 
Universitas Sumatera Utara
kepada pelanggan, kehilangan air sangat besar karena banyaknya pipa-pipa kecil yang
potensial sebagai sumber kebocoran.

a) Tekanan
Dalam kehilangan air, tekanan dalam pipa merupakan indikator terjadinya suatu
kebocoran fisik pada jaringan distribusi. Tekanan yang besar dalam pipa akan
mengakibatkan udara di dalam pipa, udara yang terakumulasi dalam pipa akan
mempengaruhi perputaran propeller dalam meter air (Leakage Reduction dalam
Ferijanto, 2007).

b) Konstruksi
Sambungan antar pipa ataupun dengan fitting harus kokoh. Pada lokasi penyeberangan
perlu adanya jembatan pipa atau penyangga serta angker blok pada lokasi-lokasi rawan
untuk meredam gaya-gaya dari luar. Penimbunan lapisan paling bawah dengan pasir,
kerikil, dan dipadatkan dengan tanah. Sebelum penimbunan secara permanen, terlebih
dahulu dilakukan pengetesan tekanan pada pipa.

c) Beban
Adanya getaran lalu lintas dan beban dari luar seperti kendaraan akan mengakibatkan
beban yang dipikul pipa semakin besar. Beban ini dapat direduksi dengan cara
penimbunan pipa yang mengikuti peraturan. Beban yang dipikul pipa akan semakin
kecil pengaruhnya jika pemasangan pipa dilakukan dengan baik.

d) Kualitas Material
Pemilihan kualitas material harus baik dan dilakukan dengan cermat. Hal ini akan
mempengaruhi kecepatan terjadinya kerusakan pada sistem jika kualitasnya buruk.
Kualitas yang bagus akan berusia lebih lama dan lebih tahan terhadap gangguan.

e) Korosi
Korosi internal merupakan proses korosi di dalam pipa akibat proses kimia antara air
dengan pipa logam, sehingga pipa akan mudah retak/pecah jika beban bertambah atau
tekanannya yang bertambah. Pengaruh kualitas air dapat menyebabkan korosi.

10
 
Universitas Sumatera Utara
3. Perlengkapan Pipa (Fitting)
Perlengkapan pipa ini meliputi joint, bend, tee, cross, dan valve. Kondisi sistem
penyambungan antar fitting yang kurang baik dan tidak sesuai dengan tekanan kerja
yang diijinkan akan menyebabkan pipa mudah pecah.

Daerah tempat penyambungan fitting dengan pipa merupakan daerah yang rawan akan
kebocoran terlebih-lebih jika konstruksi pemasangannya tidak baik sehingga sangat
dipengaruhi oleh beban yang bekerja pada tempat tersebut ( Twort dalam Ferijanto,
2007 ).

4. Pemakaian Air Tanpa Meter Air


Pemakaian air oleh pelanggan tetapi tidak dilengkapi oleh meter air sehingga untuk
beban rekening tidak berdasarkan pemakaian air sebenarnya dan angka menjadi tidak
pasti ( Leakage Reduction dalam Ferijanto, 2007 ).

5. Sambungan Liar ( Illegal Connection )


Sambungan yang terjadi dengan menapping pipa pelayanan tanpa diketahui pihak
PDAM. Tujuannya agar pemakaian air tidak tercatat sehingga tidak perlu membayar
beban rekening.

6. Pencucian Pipa (Flushing)


Air yang digunakan untuk mencuci pipa merupakan jumlah tidak tercatat. Umumnya
jumlah dipakai sebesar 2% dari jumlah produksi, tetapi seharusnya melalui meter air
agar jelas berapa jumlah pemakaiannya.

7. Kesalahan Administrasi
Administrasi kurang tertib, seperti penagihan yang kurang tertib dan tidak menurut
sistem yang telah ditetapkan, proses pembacaan meter air, pencatatan meter, kesalahan
pada pembukuan lainnya, proses pembuatan rekening ataupun karena petugas pembaca
meter tidak membacanya. Pemakaian untuk infrastruktur, hidran, taman-taman kota
seringkali tidak diketahui secara pasti karena tidak ada meter air. Kesalahan
administrasi akan mengacaukan dan sulit untuk dikendalikan. Jumlah pemakaian air
menjadi tidah sesuai dengan kenyataan di lapangan, sehingga air yang didistribusi
dengan yang terpakai menjadi tidak jelas.

11
 
Universitas Sumatera Utara
8. Sosial Budaya
Sambungan liar, tanpa meter air, meter air dimodifikasi, sambungan ganda sebelum
meter air, melepas meter air saat pengaliran kemudian dipasang lagi, merusak cara kerja
meter air, membubuhkan garam pada gelas meter air, meletakkan magnet di dekat dial
merupakan bentuk-bentuk kecurangan yang pernah ditemui dan dilakukan oleh
konsumen. Tujuan dari itu semua adalah agar angka tercatat lebih kecil sehingga
membayarnya menjadi murah. Hal ini menunjukkan kesadaran masyarakat masih
kurang dan begitu juga kesadaran untuk melapor.

Kondisi sosial para pegawai PDAM pun kurang bertanggungjawab, petugas pembaca
meter air yang merupakan ujung tombak perusahaan jika kurang bertanggung jawab
akan mempengaruhi pendapatan yang sebenarnya.

2.4 Kerugian Akibat Kehilangan Air


Secara garis besar kerugian akibat kehilangan air dapat dikelompokkan menjadi 4,
antara lain:

a) Kerugian dari segi Kuantitas Air


Dengan adanya kehilangan air maka jumlah air yang dapat digunakan oleh konsumen
Perusahaan Air Minum menjadi berkurang.

b) Kerugian dari segi Tekanan Air


Dengan adanya kehilangan air (khususnya akibat kebocoran pada pipa) distribusi dan
adanya sambungan yang tidak tercatat, maka hal ini akan mengakibatkan bertambahnya
kebutuhan akan air minum yang selanjutnya akan mengakibatkan berkurangnya tekanan
air pada sistem distribusi, termasuk tekanan air pada konsumen.

c) Kerugian dari segi Kualitas Air


Akibat kehilangan air ini (termasuk akibat kebocoran air pada pipa distribusi). Maka
keadaan ini dapat mengakibatkan pengaruh terhadap kualitas air yang sampai ke
konsumen. Dengan adanya kebocoran air, maka pada saat pipa tidak berisi air atau
terjadi tekanan negatif, ada kemungkinan kotoran dari luar pipa masuk ke dalam pipa,
sehingga terjadi kontaminasi air.

12
 
Universitas Sumatera Utara
d) Kerugian dari segi Keuangan
Akibat kehilangan air ini, maka Perusahaan Daerah Air Minum akan mendapat kerugian
dari segi keuangan.

Kerugian keuangan akibat kehilangan air, antara lain:

 Biaya produksi per meter kubik air akan meningkat.


 Jumlah air yang dijual menjadi kecil, pendapatan hasil penjualan air juga makin
kecil.
 Jumlah air yang diproduksi harus ditambah untuk menutupi air yang hilang.
 Makin lama kehilangan air tersebut dibiarkan, maka akan makin besar pula biaya
yang diperlukan untuk mengurangi biaya kehilangan air tersebut. (AKATIRTA,
2012) 

2.5 Bentuk Kehilangan Air


2.5.1 Kehilangan Air Fisik
Kehilangan air fisik adalah kehilangan air yang secara fisik atau nyata terbuang keluar
dari sistem distribusi sehingga tidak dapat dimanfaatkan, misalnya kebocoran air pada
pipa distribusi, kebocoran air pada pipa dinas atau kebocoran air pada katup.
Kehilangan air ini pada umumnya tergolong kehilangan air tidak tercatat. Penyebab
kehilangan air fisik merupakan faktor teknis yang sering terjadi pada sistem penyediaan
air bersih, terutama pada jaringan-jaringan pipa yang sudah berumur tua, tetapi juga
sering terjadi pada jaringan-jaringan pipa yang masih baru, dimana karena kelalaian
pemasangan dan kualitas pipa yang digunakan akan menyebabkan kebocoran pipa.

Macam-macam kehilangan air fisik, yaitu:


1) Kebocoran pada Pipa Transmisi dan Distribusi :
a. Kebocoran pada badan pipa.
b. Kebocoran pada alat sambung.
c. Kebocoran pada air valve.
d. Kebocoran pada gate valve.
e. Perbaikan pipa.
f. Pengurasan pipa.

13
 
Universitas Sumatera Utara
Gambar 2.1 Kebocoran pada pipa distribusi.

2) Kebocoran pada Pipa Dinas:


a. Kebocoran pada badan pipa.
b. Kebocoran pada sambungan dan asesories.
c. Kebocoran pada water meter.
d. Perbaikan pipa.
3) Kebocoran pada Reservoir atau Tangki :
a. Kebocoran pada bangunan reservoir.
b. Overflow.
c. Pengurasan.
d. Kebocoran pada peralatan.

2.5.1.1 Akibat Dari Kebocoran Fisik


Beberapa penyebab diatas perlu mendapat perhatian serius dalam upaya pengendalian
kebocoran fisik, karena secara langsung berdampak terhadap sistem penyediaan air
minum.

Adapun beberapa akibat dari kebocoran fisik adalah:


1) Terhadap Kuantitas.

14
 
Universitas Sumatera Utara
Kebocoran sangat merugikan terutama bila sumber air yang ada sangat terbatas dan
upaya perlindungan sumber air sangat mahal. Air terbuang percuma sehingga debit air
tidak dapat memenuhi kebutuhan pelayanan terhadap masyarakat.

2) Terhadap Kualitas.
Kebocoran pipa atau sambungan pada saat pemakaian maksimum (jam puncak) di
mana terjadi tekanan minimum dapat mengakibatkan efek syphon, yaitu air dari luar
pipa tersedot masuk ke dalam pipa karena ada tekanan negatif di dalam pipa sehingga
mengakibatkan kualitas air menurun karena tercampur dengan air dari luar pipa, serta
kualitas pipa tidak baik karena akan berkerak.

muka tanah  saluran air buangan 

Air masuk ke pipa

Sambungan bocor

Gambar 2.2. Efek Syphon pada kebocoran pipa saat tekanan minimum.

3) Terhadap Kontinuitas.
Kebocoran air menyebabkan air mengalir keluar sistem, sehingga penggunaan air tidak
terkendali dan mengakibatkan tekanan menjadi turun serta keberlangsungan aliran di
beberapa tempat terhambat.

4) Terhadap Faktor Ekonomi / Keuangan.

15
 
Universitas Sumatera Utara
Kebocoran meningkatkan biaya operasi terutama pada sistem pemompaan dan
pengolahan lengkap. Konsekuensi logisnya adalah bahwa kebocoran akan menurunkan
pendapatan Perusahaan (PDAM).

5) Terhadap Faktor Sosial.


Secara psikologis, tingginya angka kebocoran dapat mempengaruhi kepercayaan
sehingga pelanggan enggan memakai air bahkan enggan membayar rekening dan
memacu sambungan liar atau pencurian air, sebagai dampak buruknya pelayanan

6) Terhadap faktor Lingkungan Hidup.


Bocoran air bertekanan tinggi yang keluar dari pipa sangat berpotensi merusak susunan
tanah di sekitarnya. Tanah menjadi terkikis, jalan (aspal) di atasnya menjadi rusak. Jika
kebocoran ini terjadi pada tanah yang miring atau lereng, maka dapat menyebabkan
longsor. (AKATIRTA,2010)

2.5.2 Kehilangan Non Fisik


Klasifikasi kehilangan air non fisik/komersial adalah sebagai berikut:
Kehilangan air non fisk adalah kehilangan yang bukan kebocoran dalam infrastruktur,
tetapi disebabkan oleh faktor-faktor lain. Kehilangan non fisik dapat dikelompokkan
menjadi beberapa kategori berikut berdasarkan asal mereka:
a. ketidak akuratan meteran karena rusak atau salah pelanggan dan penanganan
b. penanganan data dan kesalahan akuntansi
c. karena pencurian air dan koneksi ilegal.
d. Meringkas hal di atas, kerugian komersil terdiri dari semua air yang berhasil dikirim
ke pelanggan tetapi tidak direkam secara akurat dan dengan demikian menyebabkan
kesalahan dalam penjumlahan pelanggan konsumsi. Kerugian komersil dapat mewakili
air dalam jumlah yang signifikan. ( Ziegler, 2008 )

2.6 Audit Air


Secara sederhana, pengertian audit air adalah suatu rangkaian kegiatan yang dilakukan
untuk memperhitungkan air yang dimasukkan ke dalam sistem distribusi
danpendistribusiannya, baik yang dapat dilacak penggunaannya maupun yang hilang.
Audit air sebaiknya dilakukan setiap tahun sekali.
Manfaat audit air adalah :

16
 
Universitas Sumatera Utara
a. Untuk memahami ke mana saja perginya air yang disuplai ke dalam system
jaringan distribusi
b. Menghasilkan data-data yang handal untuk perhitungan keuangan/bisnis.

2.7 Neraca Air


Untuk mempermudah pelaksanaan audit air, diperlukan instrumen pembantu.
Instrumen tersebut, adalah neraca air. Neraca air adalah bentuk audit air yang paling
sederhana, di mana :

Input Sistem = Konsumsi + Kehilangan Air

Pada hakekatnya neraca air merupakan kerangka untuk menilai kondisi kehilangan air
di suatu PDAM. Perhitungan neraca air berarti juga:

a. Mengungkap ketersediaan/keandalan data dan tingkat pemahaman terhadap


situasi ATR (Air tidak berekening).
b. Menciptakan kesadaran tentang adanya masalah ATR (Air tidak berekening).
c. Petunjuk langsung menuju perbaikan.

Neraca air juga menjadi alat untuk komunikasi dan benchmarking, karena
menggunakan indikator-indikator yang disepakati, seragam dan dapat diperbandingkan
di seluruh dunia. Memahami neraca air hukumnya wajib untuk penyusunan prioritas
perhatian dan investasi.

Peristilahan neraca air yang saat ini baku telah banyak digunakan di negara-
negara lain, telah juga diadopsi dalam Peraturan Menteri Pekerjaan Umum No 18
tahun 2007. Penggunaan neraca air yang sudah dibakukan peristilahannya maupun
perhitungannya, membuat kehilangan air pada suatu PDAM atau pengelola
dibandingkan dengan PDAM atau pengelola lain, bahkan dari satu negara dengan
negara lain bisa dibandingkan. (Sutjahjo,2014)

17
 
Universitas Sumatera Utara
Tabel 2.2 Neraca Air

Konsumsi Konsumsi Bermeter Berekening Air


Resmi Berekening
Konsumsi Konsumsi tak bermeter tak
Resmi Konsumsi berekening
Resmi Tak Konsumsi tak bermeter tak
berekening berekening
Volume
Konsumsi tak resmi
Input
Kehilangan Ketidak akuratan meter
Sistem
air non fisik pelanggan dan kesalahan
Air Tak
penanganan data
Berekening
Kebocoran pada pipa distribusi
Kehilangan (NRW)
dan transmisi
Air Kehilangan Kebocoran dan luapan dari
air fisik tangki-tangki penyimpanan
perusahaan air minum
Kebocoran di pipa dinas hingga
ke meter pelanggan

Sumber: IWA,2001

Adapun pengertian dari istilah-istilah neraca air pada Tabel 2.2 diatas (Farley et al.,
2008), yaitu :

a. Volume Input Sistem (System Input Volume)


Input volume tahunan ke dalam sistem penyediaan air bersih.

b. Konsumsi Resmi (Authorised Consumption)


Volume tahunan air bermeter dan tidak bermeter dari pelanggan yang terdaftar,
pemasok air dan lain-lain yang secara implisit atau eksplisit mempunyai kewenangan
untuk mengambil air (misalnya air yang digunakan di kantor-kantor pemerintah atau
hidran pemadam kebakaran). Ini mencakup air yang diekspor dan kebocoran serta
luapan seterlah meter pelanggan.

c. Kehilangan Air (Water Losses)


Selisih antara Volume Input Sistem dan Konsumsi Resmi. Kehilangan Air terdiri dari
Kehilangan Air Non Fisik dan Kehilangan Air Fisik.

18
 
Universitas Sumatera Utara
d. Konsumsi Resmi Berekening (Billed Authorised Consumption)
Komponen-komponen Konsumsi Resmi yang berekening (ditagih) dan menghasilkan
pemasukan (juga dikenal sebagai Air Berekening [Revenue Water]).

e. Konsumsi Resmi Tak Berekening (Unbilled Authorised Consumption)


Komponen-komponen Konsumsi Resmi yang sah namun tidak berekening (tidak
ditagih) dan oleh karena itu tidak menghasilkan pemasukan.

f. Kehilangan Air Non Fisik/Komersial (Commercial Losses)


Mencakup semua jenis ketidakakuratan yang berkaitan dengan meter pelanggan serta
kesalahan-kesalahan penanganan data (pembacaan meter dan penagihan), serta
konsumsi yang tidak resmi (pencurian atau penggunaan ilegal).

g. Kehilangan Air Fisik (Physical Losses)


Kehilangan air fisik dari sistem bertekanan dan tangki penyimpanan perusahaan air
minum, hingga pemanfaatan oleh pelanggan. Dalam sistem-sistem bermeter, ini
merupakan meter pelanggan sementara dalam situasi tidak bermeter ini merupakan titik
penggunaan pertaman (stop keran/keran) di dalam properti.

h. Konsumsi Bermeter Berekening (Billed Metered Consumption)


Semua konsumsi bermeter yang juga berekening. Ini mencakup semua kelompok
pelanggan seperti rumah tangga, komersial, industri atau lembaga dan juga mencakup
air yang disalurkan melintasi batas operasional (air diekspor) yang bermeter dan
berekening.

i. Konsumsi Bermeter Berekening (Billed Unmetered Consupmtion)


Semua konsumsi berekening yang dihitung berdasarkan pada estimasi atau norma-
norma namun tidak bermeter. Ini bisa merupakan satu komponen yang sangat kecil
dalam sistem-sistem yang bermeter secara penuh (misalnya penagihan berdasarkan pada
estimasi untuk jangka waktu meterpelanggan sedang tidak berfungsi) namun bisa
menjadi komponen konsumsi kunci dalam sistem-sistem tanpa meter universal.

19
 
Universitas Sumatera Utara
j. Konsumsi Bermeter Tak Berekening (Unbilled Metered Consumption)
Konsumsi Bermeter yang karena segala alasan tak berekening. Ini misalnya bisa
mencakup konsumsi bermeter oleh perusahaan air minum sendiri atau air yang
disediakan untuk lembaga-lembaga tanpa dipungut biaya, termasuk air yang disalurkan
melintasi batas-batas operasional (air yang diekspor) yang bermeter namun tak
berekening.

k. Konsumsi Tak Bermeter Tak Berekening (Unbilled Unmetered Consumption)


Segala jenis Konsumsi Resmi yang tak berekening dan tak bermeter. Komponen ini
biasanya mencakup item-item seperti pemadaman kebakaran, penggelontoran pipa-pipa
utama dan saluran pembuangan limbah, pembersihan jalan, perlindungan dari kebekuan,
dll.

l. Konsumsi Tidak Resmi (Unauthorised Consumption)


Segala penggunaan air secara tidak resmi. Ini bisa mencakup penggunaan air secara
ilegal dari hidran air (misalnya untuk keperluan konstruksi), sambungan ilegal, bypass
pada meter konsumsi atau perusakan (tampering) meter.

Ketidakakuratan Meter Pelanggan dan Kesalahan-Kesalahan Penanganan Data


(Customer Metering Inaccuracies and Data Handling Errors)

Kehilangan air nonfisik (komersial yang disebabkan oleh ketidakakuratan meter


pelanggan dan kesalahan-kesalahan penanganan data dalam pembacaan meter dan
sistem penagihan.

m. Kebocoran pada Pipa Transmisi dan/atau Distribusi


Air yang hilang akibat kebocoran dan retakan pada saluran pipa transmisi dan distribusi.
Ini bisa berupa kebocoran-kebocoran kecil yang masih tidak terlaporkan (misalnya
kebocoran pada sambungan) atau semburan-semburan besar yang dilaporkan dan
diperbaiki namun jelas bocor selama waktu tertentu setelah itu.

n. Kebocoran dan Limpahan di Tangki Penyimpanan Perusahaan Air Minum


(Leakage and Overflows at Utility's Storage Tanks)

20
 
Universitas Sumatera Utara
Air yang hilang karena struktur tangki penyimpanan mengalami kebocoran atau
limpahan tangki-tangki seperti itu yang disebabkan oleh misalnya masalah-masalah
operasional atau teknis.
o. Kebocoran pada Sambungan Pipa Pelanggan hingga ke titik Meter Pelanggan
(Leakage on Service Connections up to point of Customer Metering)

Air yang hilang karena kebocoran dan retakan pada sambungan pipa pelanggan dari
(dan termasuk) titik keran hingga titik penggunaan oleh pelanggan.

p. Air Berekening (Revenue Water)


Komponen-komponen dari Konsumsi Resmi yang berekening (ditagih) dan
menghasilkan pemasukan (juga disebut sebagai Konsumsi Resmi Berekening).

q. Air Tak Berekening (Non-Revenue Water)


Komponen-komponen dalam Input Sistem yang tidak berekening (ditagih) dan tidak
menghasilkan pemasukan.

2.8 Indikator Kehiangan Air

Tabel 2.3 Indikator Kinerja Kehilangan Air


FUNGSI LEVEL INDIKATOR KINERJA CATATAN
Bisa diperkirakan dari neraca air
FINANSIAL 1(basic) (% Volume Input Sistem) yang sederhana
VOLUME NRW
Baik untuk menilai
(m3/sambungan/tahun indikator kinerja yang
sederhana, berguna untuk
OPERATIONAL (m3/panjang pipa menetapkan target, kurang
KEBOCORAN 1(basic) distribusi/tahun) kegunaannya untuk
NON FISIK (jika kepadatan membandingkan antar sistem
(liter/sambungan/hari) Baik untuk menilai
OPERATIONAL (liter/panjang pipa
indikator kinerja yang
KEBOCORAN 1(Basic) dist./hari) sederhana, berguna untuk
FISIK (jika kepadatan menetapkan target
b 20/k )
(liter/sambungan/hari/m
2(Intermediat) tekanan) Mudah digunakan apabila ILI

21
 
Universitas Sumatera Utara
FUNGSI LEVEL INDIKATOR KINERJA CATATAN
OPERATIONAL (m3/ panjang pipa belum bisa dihitung, berguna
KEBOCORAN dist./hari/m tekanan) untuk membandingkan antar
FISIK (jika kepadatan sambungan sistem
Memperkirakan unit
FINANSIAL Nilai NRW biaya ATR yang berbeda,
BIAYA NRW 3 (detail) ( % dari biaya operasi baik untuk indikator
sistem) keuangan
Ratio antara Current
OPERATIONAL INFRASTRUCTUR Annual Real Losses dan
KEBOCORAN 3 (detail) E LEAKAGE Minimum Achievable Annual
FISIK INDEX Phisycal Losses
Sumber: BPP-SPAM, 2015

2.8.1 Infrastructure Leakage Index ( ILI )


Infrastructure Leakage Index ILI saat ini semakin banyak digunakan didunia
internasional, sebagai salah satu indikator yang paling baik, untuk menilai kehilangan
air fisik. Rasio atau perbandingan antara CAPL dengan MAAPL, mengukur
seberapa baik fungsi manajemen infrastruktur – perbaikan, jaringan perpipaan, aset
manajemen dan active leakage control.
Rasio CAPL dan MAAPL adalah ILI.

ILI = CAPL / MAAPL


Dimana:
CAPL : Current (real) Annual Physical Losses, kehilangan fisik tahunan saat ini
(riil), bisa diperoleh dari neraca air.
MAAPL : Minimum Achievable Annual Physical Losses, tingkat kehilangan minimum
yang bisa dicapai pada pengelola penyedia air minum yang memiliki
jaringan dalam kondisi baik dan melakukan pengendalian kebocoran
secara aktif secara intensif .
Menghitung Indeks Kehilangan Infrastruktur (Infrastructure Leakage Index)
Menghiltung ILI bisa dilakukan dengan tatacara sebagai berikut :
1. Menghitung MAAPL
MAAPL bisa dihitung menggunakan rumus empiris:
MAAPL (l/hari) = [18 x LM + (0.8 + 25 x LP) x NC] x P

22
 
Universitas Sumatera Utara
Dimana :
LM = length of mains, panjang total pipa induk.
NC = number of service connections, jumlah sambungan
LP = length of service connections, jumlah panjang pipadinas dari batas persil
pelanggan sampai meter pelanggan
P = Tekanan rata-rata

2. Hitung CAPL
CAPL atau current annual physical losses adalah kehilangan fisik per hari saat ini,
bisa diperoleh dari perhitungan neraca air.

3. Menghitung ILI
ILI bisa dihitung dengan rumus; = CAPL / MAAPL ,

4. Evaluasi ILI
Bandingkan ILI dengan matriks target kehilangan fisik seperti pada tabel 2.3
Tabel 2.4 Matriks Target Kehilangan Fisik
Kehilangan Fisik (liter/sambungan/hari)
Kategori Kinerja Teknis ILI (keadaan sistem bertekanan pada tekanan rata-rata)
10 m 20 m 30 m 40 m 50 m
A 1-2 < 50 < 75 < 100 < 125
Negara-negara B 2-4 50-100 75-150 100-200 125-250
maju C 4-8 100-200 150-300 200-400 250-500
D >8 > 200 > 300 > 400 > 500
A 1-4 < 50 < 100 < 150 < 200 < 250
Negara-negara B 4-8 50-100 100-200 150-300 200-400 250-500
berkembang C 8-16 100-200 200-400 300-600 400-800 500-1000
D > 16 > 200 > 400 > 600 > 800
Sumber : World Bank Institute

a) Kategori A
Kebocoran sangat tidak signifikan sehingga bila dilakukan upaya penurunan
kebocoran mungkin malah tidak ekonomis, kecuali dalam kasus terjadi kekurangan
air baku. Perlu dilakukan analisis yang teliti untuk menemukan cara perbaikan yang
paling efektif.

23
 
Universitas Sumatera Utara
b) Kategori B
Ada potensi keberhasilan yang nyata. Kegiatan yang dapat dilakukan adalah
pengaturan tekanan, pengendalian kebocoran aktif (ALC) yang lebih baik, serta
perawatan jaringan yang lebih baik.

c) Kategori C
Kebocoran cukup parah, dapat ditoleransi hanya jika air melimpah dan murah. Harus
dilakukan analisis keparahan dan sifat kebocoran, serta melakukan upaya-upaya
penurunan tingkat kebocoran yang intensif.

d) Kategori D
Kebocoran sangat parah, terjadi pemborosan sumber daya yang luar biasa. Program
penurunan kebocoran menjadi keharusan dan harus diprioritaskan.

24
 
Universitas Sumatera Utara

Anda mungkin juga menyukai