Anda di halaman 1dari 123

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Air merupakan kebutuhan primer mahluk hidup dalam mempertahankan
kelangsungan hidup. Kebutuhan air tidak hanya menyangkut kuantitas akan tetapi
kualitas dan kontinyuitas (Widiasanti dkk, 2012). Indonesia merupakan negara
yang menyandang status negara kepulauan dan memiliki cadangan air yang bersih
yang cukup besar. Pusat Penelitian dan Pengembangan Sumber Daya Air
Kementerian Pekerjaan Umum tahun 2009 menyebutkan bahwa Indonesia masih
memiliki cadangan air yang cukup besar yaitu sebanyak 2.530 km3 dan
menduduki peringkat kelima di dunia (Qodriyatun, 2015).
Tingginya cadangan air bersih di Indonesia seharusnya mampu
memenuhi kebutuahan air masyarakat. Satu dari sepuluh rumah tangga mengalami
kekurangan persediaan air bersih, khususnya pada musim kemarau (Unicef,
2012). Permasalahan penyediaan air bersih yang terus berlangsung di Indonesia
adalah masih rendahnya tingkat pelayanan air bersih untuk masyarakat (Said dan
Yudo, 2010).
Indonesia diprediksikan sebagai salah satu negara yang akan mengalami
krisis air pada tahun 2025. Penyebabnya adalah kelemahan dalam pengelolaan
air,pemakaian air yang tidak efisien, laju kebutuhan akan sumberdaya air dan
potensi ketersediaannya sangat pincang dan semakin menekan kemampuan alam
dalam menyuplai air (Qodriyatun, 2015).Kebutuhan air bersih akanterus
meningkat seiring dengan pertambahan jumlah penduduk dan perkembangan
daerah perkotaan maupun pedesaan (Pradana dkk., 2017).
Permasalahan penyediaan air di Indonesia harus segera diatasi sehingga
semua masayarakat dapat menikmati air bersih. Salah satu daerah di Indonesia
yang belum memiliki akses air bersih adalah Kabupaten Gresik. Kabupaten
Gresik terletak di jawa timur daerah pesisir pantai utara. Untuk mengatasi
minimnya air bersih di Kabupaten Gresik maka diperlukan adanya perencanaan
bangunan pengolahan air minum yang memenuhi baku mutu dari Permenkes
nomer 907 tahun 2010.

1
1.2 Identifikasi Masalah
Identifikasi permasalahan dalam perencanaan bangunan pengolahan air
minum adalah kurang maksimalnya penyediaan air bersih di Kabupaten Gresik
sehingga diperlukan adanya pembangunan instalasi pengolahan air minum.

1.3 Perumusan Masalah


Rumusan masalah dalam perencanaan bangunan pengolahan air minum
di Desa Sembayat adalah sebagai berikut :
1. Bagaimana rancang desain bangunan pengolahan air minum yang cocok
untuk Kabupaten Gresik?

1.4 Tujuan
Tujuan dari perencanaan bangunan pengolahan air minum di Desa
Sembyat adalah sebagai berikut :
1. Untuk mengetahui rancang desain bangunan pengolahan air minum yang
cocok untuk Kabupaten Gresik

1.5 Ruang Lingkup


Ruang lingkup perencanaan bangunan pengolahan air minum ini meliputi
lingkup wilayah, sasaran, dan masalah:
1. Ruang Lingkup Materi
Ruang lingkup materi perencanaan bangunan pengolahan air minum
adalah perencanaan bangunan pengolahan air minum di Kabupaten Gresik
yang dapat dimanfaatkan oleh seluruh penduduk Kabupaten Gresik.
2. Ruang Lingkup Waktu
Waktu yang digunakan dalam perencanaan bangunan pengolahan air
minum ini dimulai tanggal l6 April 2018 sampai dengan 6 Mei 2018.

2
3. Ruang Lingkup Lokasi
Ruang lingkup lokasi perencanaan bangunan pengolahan air minum ini
adalah di Kabupaten Gresik.
1.6 Manfaat Perencanaan Bangunan Pengolahan Air Minum
Manfaat kegiatan perencanaan bangunan pengolahan air minum ini
adalah sebagai berikut:
1. Akademisi
a. Menambah pengetahuan dan wawasan tentang perencanaan bangunan
pengolahan air minum
b. Merupakan kesempatan bagi mahasiswa untuk mengembangkan
kemampuan dan keahlian yang telah dipelajari.
2. Instansi
Menjadi masukan bagi bagi instansi terkait dalam pengembangan
perencanaan bangunan pengolahan air minum.

3
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Kebutuhan Air


Kebutuhan manusia akan air bersih mencakup kebutuhan domestik
(memasak, mencuci, mandi dan lainnya) dan kebutuhan non domestik seperti
kebutuhan air untuk sosial, perkantoran, sekolah, pasar, industri, pelabuhan,
masjid, rumah sakit dan sarana umum lainnya. Kebutuhan air yang
dikonsumsi oleh masing-masing pemakai pun berbeda-beda. Faktor yang
mendorong adanya perbedaan tingkat pemakaian air tersebut yaitu iklim,
jumlah penduduk,pembangunan, ekonomi, kualitas air baku dan konservasi air
(Metcalf dan Eddy, 1991).

2.2 Sumber Air Baku


Berdasarkan Peraturan Pemerintah Nomor 122 Tahun 2015 pada pasal 6
(ayat 3) berisikan Air baku wajib memenuhi baku mutu air dengan klasifikasi
dan kriteria mutu air baku untuk penyediaan air minum sesuai dengan
ketentuan peraturan perundang-undangan.
Kriteria pemilihaan sumber air baku yang dipergunakan dalam suatu
perencanaan sistem penyediaan air bersih ialah harus mencari alternatif
sumber air baku yang paling dekat dengan daerah pelayanannya, serta kualitas
yang diberikan kepada konsumen harus memenuhi standar kualitas menurut
Departemen Republik Indonesia dan kapasitas / debit air yang tersedia
sepanjang musim kontinyu / tetap (Maryanto.2013). Dalam standar
persyaratan fisis air minum tampak adanya lima unsur persyaratan yaitu
meliputi ;
1. Suhu
2. Warna
3. Bau dan Rasa
4. Kekeruhan

4
Sumber air yang dapat digunakan sebagai sumber air baku meliputi, mata
air, air tanah, air permukaan dan air hujan. Alternatif sumber air baku terpilih
harus dipertimbangkan terhadap aspek ekonomi dan kehandalan
sumber.Pemilihan alternatif sumber air didasarkan pada pertimbangan sebagai
berikut:
1. Air sungai, pada umumnya memerlukan pengolahan untuk menghasilkan
air minum, sehingga sumber air sungai baru dapat diperbandingkan
dengan mata air, hanya apabila lokasi bangunan penyadap (intake) terletak
dekat dengan daerah pelayanan.
2. Danau atau rawa, pengisiannya (inflow) umumnya berasal dari satu atau
beberapa sungai. Alternatif sumber danau dapat diperbandingan dengan air
permukaan sungai apabila volume air danau jauh lebih besar dari aliran
sungai-sungai yang bermuara ke dalamnya, sehingga waktu tinggal yang
lama dari aliran sungai ke danau menghasilkan suatu proses pejernihan
alami.
3. Mata air, mata air sering dijumpai mengandung CO2 yang tinggi yang
walaupun tidak banyak berpengaruh pada kesehatan tetapi cukup
berpengaruh pada bahan pipa karena akan menyebabkan korosi.
4. Air tanah, air tanah digunakan sebagai alternatif sumber air apabila air
permukaan telah terkontaminasi berat, dan pertimbangan lain bahwa
kualitas air tanah secara bakteriologis lebih aman daripada air permukaan.

2.3 Persyaratan Air Baku Air Minum


Dalam menentukan sumber air baku untuk diolah, harus dipenuhi
persyaratan yang ada agar sistem penyediaan yang direncanakan selalu
mendapat pasokan air baku yang stabil dan sesuai baku mutu. Terdapat tiga
persyaratan utama dalam penetuan air baku, yaitu persyaratan segi kualitas
dan segi kontinuitas. Penjelasan kedua aspek penting tersebut dijabarkan
sebagai berikut:

5
1. Kualitas
Kualitas sumber air baku air minum memenuhi persyaratan fisik, kimia
dan biologi berdasarkan baku mutu yang berlaku sesuai dengan daerah
masing-masing. Di Indonesia, baku mutu air baku air minum mengacu
kepada Peraturan Pemerintah No. 82 Tahun 2001 Tentang Pengelolaan
Kualitas Air dan Pengendalian Pencemaran Air Kelas I dan Peraturan
Menteri Kesehatan No. 492 Tahun 2010 Tentang Persyaratan Kualitas
Air Minum.
2. Kuantitas
Sungai sebagai sumber air baku harus memenuhi persyaratan dari segi
kuantitas yaitu kapasitas minimum dari sungai harus lebih besar dari
jumlah kebutuhan maksimum air minum di wilayah perencanaan. Bila
air baku tidak ditampung terlebih dahulu maka kapasitas sumber harus
mencukupi seluruh musim per tahun dan memiliki debit terendah
sebesar 2,5 kali rata-rata pemakaian satu hari. Untuk menjaga
kehidupan akuatik didalam sumber air maka terdapat persyaratan
pengambilan debit maksimum yang diijinkan yaitu sekitar 20-40% dari
kapasitas sumber. Lokasi intake air baku seharusnya memiliki tutupan
lahan Daerah Aliran Sungai yang relatif terjamin dari kegiatan
budidaya tanaman musiman, memiliki daerah tangkapan air yang
relatif luas, idealnya sebagai kawasan hutan lindung.
3. Kontinuitas
Air baku untuk air bersih harus dapat diambil terus menerus dengan
fluktuasi debit yang relatif tetap, baik pada saat musim kemarau
maupun musim hujan. Kontinuitas juga dapat diartikan bahwa air
bersih harus tersedia 24 jam per hari atau setiap saat diperlukan
kebutuhan air tersedia.

6
2.4 Kualitas Air Minum
Berdasarkan Keputusan Menteri Kesehatan RI No.
907/Menkes/SK/VII/2002 Tentang Syarat-Syarat dan Pengawasan Kualitas
Air Minum menyebutkan bahwa air minum adalah air yang melalui proses
pengolahan atau tanpa proses pengolahan yang memenuhi syarat kesehatan
dan dapat langsung diminum. Adapun jenis air minum meliputi :

1. Air yang didistribusikan melalui pipa untuk keperluan rumah tangga


2. Air yang didistribusikan melalui tangki air
3. Air kemasan
4. Air yang digunakan untuk produksi bahan makanan dan minuman
yang disajikan kepada masyarakat

Keempat jenis air minum tersebut harus memenuhi syarat kualitas air
minum yang meliputi persyaratan fisik, kimiawi, bakteriologis dan radioaktif.
Tabel 2.1 berikut ini merupakan Keputusan Menteri Kesehatan RI No.
907/Menkes/SK/VII/2002, yang merupakan persyaratan kualitas air minum
yang mengacu pada nilai panduan WHO.

7
Tabel 2.1 Standar Air Minum

8
Tabel 2.1 Standar Air Minum (lanjutan)

Sumber: Kepmenkes RI No. 491/Menkes/SK/IV/2002, WHO (2006); USEPA (2003)

Keterangan:
1. Bq = Bequerel
2. Logam berat merupakan logam terlarut
3. Bagi pH merupakan nilai rentang yang tidak boleh kurang atau lebih dari nilai yang
tercantum
4. Arti (-) diatas menyatakan bahwa untuk kelas termaksud, parameter tersebut tidak
diisyaratkan

9
2.5 Syarat - Syarat Sistem Penyediaan Air Minum
Syarat-syarat sebuah sarana dan prasarana dalam hal penyediaan air
minum publik haruslah memenuhi beberapa kriteria yaitu: syarat kuantitatif,
kualitatif dan kontinuitas yang terjaga. Berikut dapat dilihat pada Tabel 2.2
penjabaran tentang ketiga persyaratan tersebut:

Tabel 2.2 Syarat-Syarat Sistem Penyediaan Air Minum

Sumber: Bahan Ajar PB PAM (2005)

2.6 Parameter Kualitas Air Minum


Kehilangan air pada umumnya disebabkan karena adanya kebocoran air
pada pipa transmisi dan distribusi serta kesalahan dalam pembacaan meter.
kebocoran air merupakan salah satu kriteria dasar desain penyediaan air
minum. Berdasarkan Ditjen Cipta Karya (1997) besarnya kebocoran/
kehilangan air untuk kebutuhan domestik diasumsikan sebesar 20 % dari
debit air buangan rumah tangga.

10
Tabel 2.3 Parameter Fisik, Kimia dan Biologi Air Beserta Pengaruhnya

11
Tabel 2.3 Parameter Fisik, Kimia dan Biologi Air Beserta Pengaruhnya (lanjutan)

Tabel 2.3 Parameter Fisik, Kimia dan Biologi Air Beserta Pengaruhnya (lanjutan)

Sumber: 1. Montgomery (1985); 2. Linsley (1996); 3. Totok (2004); 4. Eckenfelder


(2000)

12
2.7 Proses Produksi Air Minum
Menurut Peavy (1985) proses produksi air pada hakekatnya dilaksanakan
berdasarkan sifat-sifat perubahan kualitas yang berlangsung secara alamiah.
Oleh karena itu, mekanisme proses itu bisa berlangsung secara fisik, kimia
dan biologi.
Tabel 2.4 Proses Air dan Penjabarannya

Sumber: Peavy (1985) dalam Bahan Ajar PB PAM (2005)

13
Tabel 2.5 Alternatif Pengolahan Air Beberapa Parameter

Sumber: 1. MONTGOMERY (1985); 2. Tambo (1974) dalam Bahan Ajar PB PAM


(2005)

14
Gambar 2.1 Diagram Proses Produksi Air Minum Secara Konvensional
Sumber: Kawamura (1991)

15
2.7.1 Intake
Intake adalah bangunan penyadap yang berfungsi untuk menangkap airr
baku dari sumber sebelum masuk ke instalasi pengolahan. Sebelum air baku
masuk ke instalasi pengolahan, maka partikel-partikel yang ukurannya sangat
besar seperti daun, kertas, plastik, potongan kayu dan benda-benda kasar lain
yang berada dalam air harus disaring terlebih dahulu menggunakan saringan
kasar (bar screen). Penyaringan benda kasar bertujuan untuk menghindari
rusaknya atau tersumbatnya peralatan seperti pompa, katup-katup, pipa
penyalur, alat pengaduk yang digunakan dalam pengolahan air bersih.
Menurut Metcalf dan Eddy (1991) saringan kasar dapat berupa kisi—kisi
baja, anyaman kawat, kasa baja/plat yang berlubang-lubang dengan dipasang
vertikal/miring dengan sudut antara 30o-80o. Analisis penting dalam
perencanaan saringan kasar adalah menentukan kehilangan tinggi (head loss)
selama air melewati kisi saringan. Secara garis besar kehilangan tinggi
dipengaruhi oleh bentuk kisi dan tinggi kecepatan aliran yang melewati kisi,
seperti dirumuskan oleh Krischoer sebagai berikut. Beberapa rumus yang
digunakan untuk perhitungan intake dan screen:
a. Tinggi kecepatan aliran air meewati kisi screen (meter)
𝑉2
∆ℎ =
2. 𝑔
b. Kehilangan tekanan air setelah melewati kisi screen (meter)
4
𝑤 3
𝐻𝐿 = 𝛽. ( ) ∆ℎ 𝑆𝑖𝑛 𝜃
𝑏
Keterangan:
v = kecepatan aliran yang melewati kisi (m/det)
g = konstanta percepatan gravitasi (9,81 m/det2)
β = faktor bentuk kisi
w = lebar kisi (m)
θ =sudut kemiringan kisi ( ° )
b = jarak antar kisi (m)
Berikut ini adalah besar masing-masing faktor bentuk kisi:

16
Tabel 2.6 Faktor Bentuk Kisi

Sumber: Fair (1966)

Tabel 2.7 Kriteria Desain Intake

Sumber: 1. Kawamura (1991); 2. Droste (1997); 3. Layla (1978); 4. Reynolds


(1982) dalam Bahan Ajar PB PAM 2005

2.7.2 Pintu Air Dan Saluran Pembawa Serta Bak Pengumpul


a. Pintu Air
Pintu air digunakan untuk mengatur aliran air dari sumber air baku ke
saluran intake sehingga diperoleh debit pengaliran yang diinginkan. Debit
aliran air saat melewati pintu air (m3/detik):
𝑄 = 𝐶𝐷𝑟𝑎𝑔 𝑥 𝑏 𝑥 𝐻 𝑥 √2. 𝑔. ∆ℎ
b. Saluran Pembawa
Saluran pembawa berfungsi untuk menyalurkan air dari intake ke bak
pengumpul. Berdasarkan kriteria desain dari Japan Water Works Association
(1978):
Kecepatan minimum aliran air pada saluran: 0,3 m/detik
Kecepatan maksimum aliran air, jika:
a. Konstruksi dari beton : 3 m/detik
b. Konstruksi dari besi, baja, PVC : 6 m/detik

17
1. Headloss aliran air saat melewati saluran pembawa (meter)
𝑉 1,85 𝐿
∆ℎ = 6,82 . ( )
𝐶 𝐷1,167
2. Kecepatan aliran air saat melewati saluran pembawa (meter)
1 2 1
𝑣= . 𝑅3 . 𝑆 2
𝑛
3. Jari-jari hidrolis saluran pembawa jika saluran berbentuk segiempat
(meter)
𝑏 𝑥 ℎ𝑎𝑖𝑟
𝑅=
𝑏 + 2. ℎ𝑎𝑖𝑟

c. Bak Pengumpul
Bak pengumpul berfungsi untuk menampung air baku dari intake untuk
dolah oleh unit pengolahan berikutnya. Bak pengumpul dilengkapi dengan
pompa intake dan pengukur debit (Bahan Ajar PB PAM, 2005). Kriteria
desain dalam Japan Water Works Association, 1978:
a. Kedalaman (H) : 3-5 meter
b. Waktu detensi : ≥ 1,5 menit
Beberapa persamaan yang digunakan untuk perhitungan desain bak
pengumpul:
1. Volume air di bak penampung (meter)
𝑉 = 𝑃 𝑥 𝐿 𝑥 ℎ𝐴𝑖𝑟
2. Waktu tinggal air di bak penampung (meter)
𝑉
𝑇𝑑𝐴𝑖𝑟 =
𝑄
Keterangan:
Δh = headloss saluran pembawa
CDrag = koefisien pengaliran, (nilainya 0,6)
C = koefisien kekasaran Hazen-Williams (C = 60-140)
g = konstanta percepatan gravitasi (9,81 m/detik2)
L = panjang saluran pembawa (meter)
b = lebar saluran pembawa (meter)

18
S = kemiringan saluran (meter/meter)
R = jari-jari hidrolis (meter)
n = koefisien manning, jika terbuat dari beton (nilainya 0,03)
Q = debit air baku yang masuk ke bak pengumpul (m3/detik)
V = volume air yang dapat ditampung oleh bak penampung (m3)
P = panjang bak penampung (meter)
L = lebar bak penampung (meter)
hair = ketinggian air maksimum yang dapat ditampung (meter)

2.7.3 Pompa Dan Sistem Transmisi


Pompa tidak termasuk dalam unit proses pengolahan air, tetapi pompa
merupakan peralatan pendukung utama. Menurut (Peavy, 1985) peforma
pompa diukur berdasarkan kapasitas pompa terhadap head dan efisiennya.
Efisiensi pompa biasanya pada range 60-85%.
Menurut Hazen-Williams, aliran air dalam pipa dengan diameter (D > 2
inch, 5 cm), dengan kecepatan moderate (10 kaki/det, 3 m/det). Nilai koefisien
kekasaran C berkisar antara 140 untuk pipa halus (pipa yang masih baru), pipa
lurus dari 90 sampai 80 untuk pipa lama, pipa bergaris tuberculated. Berikut
ini tabel koefisien gesekan berbagai jenis bahan pipa:

19
Tabel 2.8 Koefisien Kekasaran Pipa Menurut Hazen-Williams

Sumber: Peery (1967), Hwang (1981) and Benefield et al (1984) dalam Lin
(2007)

Beberapa rumus yang digunakan dalam pompa dan sistem transmisi yaitu:
a. Kehilangan tinggi tekanan akibat bergesekan dengan dinding pipa
transmisi dengan menggunakan persamaan Hazen-Williams (meter)
151 𝑥 𝑄 1,85 𝐿
𝐻𝐿𝑀𝑎𝑦𝑜𝑟 = ( 2,63
) 𝑥 ( )
𝐶𝑥𝐷 1000
b. Kehilangan tinggi tekanan akibat konstraksi (minor losses) berupa
aksesoris di sepanjang pipa transmisi (meter)
𝑣2
∆ℎ = 𝑘
2. 𝑔
c. Daya hidrolik pompa untuk memindahkan air (Kilowatt atau KN.m./det)
𝛾. 𝑄. 𝐻𝑝𝑢𝑚𝑝
𝑁𝑝𝑢𝑚𝑝 =
𝜂𝑝𝑢𝑚𝑝

20
d. Daya motor penggerak pompa menggerakkan poros pompa (Kilowatt)
𝑁𝑝𝑢𝑚𝑝 . (1 + 𝐴)
𝑁𝑚𝑜𝑡𝑜𝑟 =
𝜂𝑝𝑢𝑚𝑝 . 𝜂𝑝𝑜𝑟𝑜𝑠
Keterangan:
Q = debit pemompaan (m3/detik)
D = diameter pipa bagian dalam (m)
L = panjang pipa transmisi (m)
v = kecepatan aliran air dalam pipa (m/detik)
k = konstanta gesekan akibat aksesoris pipa
g = konstanta percepatan gravitasi (9,81 m/detik2)
γ = berat spesifik cairan, kN (9,774 KN pada temperatur 270C)
C = konstanta friksi bahan pipa
ήpump = efisiensi pompa (%)
ήmotor =efisiensi motor (%)
ήporos = efisiensi hubungan poros, 1 jika poros dikopel langsung
A = faktor yang bergantung pada jenis motor
= 0,1 sampai 0,2 untuk motor listrik
Menurut (Degremont, 1991), nilai koefisien k bergantung pada bentuk
kerugian gesekan yang disebabkan oleh kondisi aliran dalam pipa tersebut.
Berikut ini akan dijelaskan beberapa tipe kerugian gesek aliran dalam pipa
akibat suatu bentuk pipa seperti belokan (bend), aliran gabung (inlet
connection), gate valves dan open valves and fittings.
a. Kerugian gesek akibat belokan (bend)
r = radius belokan pipa
d = diameter pipa

Gambar 2.2 Belokan Pipa


Sumber: Degremont, 1991

21
Tabel 2.9 Konstanta k

Sumber: Degremont (1991)


b. Kerugian gesek akibat aliran gabung (inlet connection)
Q = total aliran air dalam m3/det
Qa = aliran air yang bergabung ke pipa m3/detik

Gambar 2.3 Aliran Dalam Pipa


Sumber: Degremont, 1991

Tabel 2.10 Konstanta k Untuk Berbagai Sambungan Tee

Sumber: Degremont (1991)

c. Kerugian gesek akibat gate valves

Gambar 2.4 Gate Valves


Sumber: Degremont, 1991

22
Tabel 2.11 Konstanta k Untuk Berbagai Nilai Gate Valve

Sumber: Degremont (1991)


d. Kerugian gesek akibat open valves and fittings

Gambar 2.5 CheckValves/No Return Valves


Sumber: Degremont, 1991

Tabel 2.12 Konstanta k Untuk Berbagai Nilai Open Valves and Fittings

Sumber: Degremont (1991)

23
e. Rumus total head pompa dinamis berdasarkan persamaan Bernoulli
(meter)
𝑣𝐼𝑠𝑎𝑝 2 𝑃1 𝑣𝑂𝑢𝑡 2 𝑃2
( ) + ( ) + 𝑍1 + 𝐻𝑝𝑢𝑚𝑝 = ( ) + ( ) + 𝑍2 + 𝐻𝐿
2. 𝑔 𝛾 2. 𝑔 𝛾

Keterangan:
P1 = tidak diketahui (pada umumnya negatif) diasumsikan = 0
P2 = 0 tekanan keluaran ke atmosfer
Z1 = elevasi eksisting pipa masukan di Instalasi Pengolahan Air
Z2 = elevasi eksisting pipa keluaran di Instalasi Pengolahan Air (Lin,
2007)
Jika, head pompa dalam perhitungan tersebut dapat dinyatakan sebagau
head pompa minimal yang tersedia, maka nilainya harus lebih kecil dari head
maksimum yang dapat diberikan pompa kepada air yang akan ditransmisikan.
Jika, nilainya berkebalikan (head pompa maksimum ≤ head minimal yang
harus tersedia), maka dapat diambil kesimpulan pompa tidak memenuhi
spesifikasi untuk dijalankan di instalasi pengolahan air karena air tidak
mungkin mengalir pada bangunan yang akan dituju setelah pompa.

2.7.4 Aerasi
Aerasi adalah pemberian kontak udara terhadap permukaan badan air,
termasuk tujuan terpenting aerasi adalah oksigenasi (meningkatkan DO-
Dissolved Oxygen didalam air). Teknik-teknik aerasi secara umum adalah:

24
Tabel 2.13 Teknik-Teknik Aerasi Secara Umum

Sumber: Hidayat (2007)


Aerasi digunakan untuk menyisihkan kandungan persenyawaan organik
yang mudah menguap (VOCs) didalam air pada air permukaan atau air tanah.
Reaksi-reaksi oksigen lainnya akibat aerasi dapat dipakai untuk memenuhi
dua tujuan, yaitu transfer oksigen ke dalam air dan menyisihkan gas yang
mudah menguap.

Secara teori, 1 mg/Liter dari oksigen mengoksidasi 7 mg/Liter ion divalen


besi dan 3,4 mg/Liter ion divalen mangan. Besi bound secara organik tidak
dapat dioksidasi dengan aerasi. Beberapa rumus yang digunakan dalam aerasi
berupa terjunan, yaitu:
a. Faktor koreksi penyerapan oksigen terhadap elevasi IPA diatas
permukaan laut

b. Oksigen terlarut yang dapat masuk setelah dikalikan dengan faktor


koreksi

25
c. Persamaan faktor koreksi akibat terjunan terhadap kelarutan oksigen

d. Oksigen yang ditambahkan setelah terjadi aerasi terjunan

Keterangan:
A = temperatur rata-rata air baku dalam (0C)
E = elevasi terjunan diatas permukaan laut (+...meter)
Dosat = konsentrasi oksigen yang masih dapat ditampung (mg/L)
Δh = tinggi jatuhan air di instalasi aerasi (meter)
q = faktor koreksi kualitas air (nilainya 0,9)
b = faktor koreksi jenis terjunan (1,3 untuk terjunan bebas)
Ca = kadar oksigen rata-rata air baku (mg/L)
Cs = kadar oksigen jenuh yang dapat ditampung (mg/L)
r = faktor koreksi akibat terjunan non dimensional
Cb = oksigen terlarut setelah terjunan akibat re-aerasi (mg/L)
(Lin, 2007)

26
Tabel 2.14 Kelarutan Oksigen Jenuh per mg/L Air

Sumber: American Society of Civil Engineering Comitee on Sanitary


Engineering Research (1960) dalam Buku Lin (2007)

2.7.5 Koagulasi
Koagulasi adalah penambahan dan pengadukan cepat (flash mixing)
dengan koagulan yang bertujuan untuk mendestabilisasi partikel-partikel
koloid dan suspended solid (Reynolds, 1982). Sedangkan menurut
(Kawamura, 2001) koagulasi didefinisikan sebagai proses destabilisasi muatan
koloid dan padatan tersuspensi termasuk bakteri dan virus dengan suatu
koagulan.

27
Pengadukan dengan terjunan adalah pengadukan yang umum dipakai pada
instalasi pengolahan air dengan kapasistas > 50 Liter/detik. Pembubuhan
dilakukan sesaat sebelum air diterjunkan sehingga air yang terjun sudah
mengandung koagulan yang siap diaduk. Pengadukan dilakukan setelah air
terjun dengan energi (daya) pengadukan sama dengan tinggi terjunan. Tinggi
terjunan untuk suatu pengadukan adalah tipikal untuk semua debit, sehingga
debit tidak perlu dimasukkan dalam perhitungan. Gradient kecepatan 350-
1700/dt/detik.
Hubungan antara ketinggian terjun untuk masing-masing tingkat gradien
pengadukan dapat dilihat pada grafik dibawah ini:

Gambar 2.6 Grafik Hubungan Antara Ketinggian Gradien Pengadukan


Sumber: Darmasetaiwan, 2001

28
Tabel 2.15 Kriteria Desain Untuk Koagulasi

Sumber: 1. Kawamura (1991); 2. Al-Layla (1980); 3. Reynolds (1982); 4.


Darmasetiawan (2001); 5. Peavy (1985); 6. Mongomery (1985) dalam Bahan Ajar PB
PAM 2005

Penentuan jenis koagulan sangat penting terutama untuk mendesain sistem


pencampuran cepat dan untuk flokulasi dan sedimentasi agar berjalan secara
efektif. (Kawamura, 1991) menyebutkan mengenai jenis koagulan yang sering
digunakan adalah koagulan garam metal, seperti aluminium sulfat, ferri klorida,
ferri sulfat serta Synthetic polymers seperti polydiallyl dimethyl ammonium
(PDADMA) dan natural cation polymers seperti chitosan.
Selain koagulan biasanya dalam pengolahan air bersih ada penambahan
bahan kimia lebih dari dua atau tiga bahan kimia yang dibubuhkan dalam
pencampuran cepat. Bahan kimia tersebut antara lain alum, cationic polymers,
pottasium permanganate, klorine, Poly Aluminium Kloride (PAC), ammonia,
lime atau caustic soda dan anionic dan nonionic polymers.
Reaksi-reaksi kimia yang terjadi saat koagulasi dengan contoh penggunaan
PAC (Poly Aluminium Kloride), dapat dijabarkan sebagai berikut: PAC akan
membentuk ion-ion aluminium hidroksida setelah bereaksi dengan ion-ion
bikarbonat dan karbonat dalam air baku. Reaksi didalam air dengan ion

(Lin, 2007)
Setelah melakukan prosedur jar test hal lain yang perlu dilakukan adalah
melakukan pengesetan stroke (bukaan keran) pada instalasi pompa pembubuh
koagulan. Pengesetan stroke ini dimaksudkan untuk memberikan dosis
pembubuhan koagulan yang tepat sesuai hasil jar test ke instalasi pengolahan
air.

29
Adapun rumus yang digunakan untuk pengesetan stroke pompa dosing
pembubuh koagulan yaitu:

Keterangan:
Stroke = bukaan keran dalam %
D = dosis rata-rata hasil jar test (mg/Liter)
Qolah = debit instalasi pengolahan air (Liter/detik)
Qpump = debit pompa pembubuh koagulan (Liter/jam)
C = Konsentrasi larutan PAC (biasanya 10-11% kg per 1 Liter
air)

2.7.6 Flokulasi
Menurut (Kawamura, 1991), flokulasi merupakan pengadukan lambat
yang mengiringi dispersi koagulan secara cepat melalui pengadukan cepat.
Tujuannya adalah mempercepat tumbukan yang menyebabkan terjadinya
gumpalan partikel koloid yang tidak stabil sehingga dapat diendapkan. Istilah
koagulasi-flokulasi terkadang digunakan secara bergantian dalam beberapa
literatur. Namun, penggumpalan partikel ini pada prinsipnya terjadi dalam dua
tahap proses. Pemilihan proses flokulasi seharusnya berdasarkan kriteria
dibawah ini:
1. Tipe proses pengolahan, misalnya konvensional, filtrasi langsung,
softening atau sludge conditioning.
2. Kualitas air baku, misalnya kekeruhan, warna TSS dan temperatur.
3. Tipe koagulan yang digunakan.
4. Kondisi lokal, seperti ketersediaan petugas lapangan (Montgomery,
1985)

Flokulator adalah alat yang digunakan untuk flokulasi. Saat ini banyak
dijumpai berbagai macam flokulator, tetapi berdasarkan cara kerjanya flokulator
dibedakan menjadi 3 macam, yaitu pneumatic, mekanik dan baffle.

30
Tabel 2.16 Prinsip Kerja Berbagai Jenis Flokulator

Sumber: Reynolds (1982) dalam Bahan Ajar PB PAM 2005

Tabel 2.17 Kriteria Desain Flokulator Umum

Sumber: 1. Kawamura (1991); 2. Al-Layla (1980); 3. Reynolds (1982); 4.


Darmasetiawan (2001); 5. Peavy (1985); 6. Mongomery (1985) dalam Bahan Ajar PB
PAM 2005

Menurut (Kawamura, 1991), nilai gradien kecepatan pengadukan Instalasi


Pengolahan Air dengan menggunakan Baffle Chanel :

Keterangan:
v = viskositas kinematis fluida = 0,864 x 10-6 m2/detik pada 270C
tdair = waktu tinggal rata-rata air didalam instalasi flokulasi (detik)
g = konstanta percepatan gravitasi (9,81 m/detik2)
Δh = kehilangan tekanan saat melintasi instlasi flokulasi (m)

31
Gambar 2.7 Denah Flokulator Baffle Chanel
Sumber: Darmasetaiwan, 2001

2.7.7 Flokulasi-Sedimentasi (Pulsator)


Pulsator adalah unit flokulasi-sedimentasi yang pada prosesnya
memanfaatkan sludge contact (kontak lumpur) dalam meningkatkan proses
sedimentasi dan penjernihan air baku yang diolah.
Clarifier sebagai unit penjernih melalui pengedapan berupa sebuah tangki
yang memiliki dasar rata, dilengkapi dengan perpipaan yang berpori pada
dasarnya yang mana air baku dialirkan untuk mencapai seluruh bagian secara
merata. Pada permukaan tangki juga dilengkapi dengan beberapa perpipaan
yang berfungsi untuk mengalirkan air yang telah jernih menuju proses
berikutnya.
Ada bermacam cara untuk memasukkan air kedalam tangki tetapi yang
paling ekonomis adalah dengn menggunakan chamber yang mna udara
dihisap melalui pompa vakum dengan aliran udara yang hampir sama dengan
setengah aliran masuk maksimum air yang akan diolah. Cahamber ini
dihubungkan dengan sistem distribusi yang ada pada bagian dasar tangki.

32
Pulsator merupakan salah satu proses sedimentasi yang paling banyak
digunakan dalam penglahan air bersih. Unit ini mampu mengolah lebih dari
satu m3/jam. Pada umumnya, kecepatan ke atas pada klarifikasi adalah antara
2-4 m/jam atau lebih tinggi pada beberapa kasus tergantung kepada koefisien
kohesi lumpur.
Dengan memanfaatkan gerakan aliran air yang turbulen ke arah atas, unit
ini tidak memerlukan perlengkapan mekanis dalam mencapai kondisi flokulasi
(Memorandum Desain Palyja, 2001 dalam KP Miftah, 2008).

Tabel 2.18 Kriteria Desain Pulsator® Degremont

Sumber: Degremont (1991)

Proses pulsasi di pulsator dapa dijabarkan sebagai berikut:

1. Lumpur terbentuk selama flokulasi terjadi diatas dari sebuah ekspansi


massa yng dinamakan “selimut lumpur”
2. Air, yang telah diberi koagulan sebelumnya, mengalir dari bawah dari
sebuah alat pulsasi dan naik melalui selimut lumpur dan menjadi terlihat
jernih di bagian paling atas dari bak pengendap
3. Selimut lumpur terjaga daam ekspansi massa dengan bantuan dari operasi
pulsasi
4. Penvakuman. Ruang udara ditekan dengan ara mempompa keluar udara
yang mana udara itu perlahan-lahan naik pada suatu ketinggian tertentu
hingga setinggi 0,6-1,0 meter sebelum batas ketinggian air paling atas
tercapai. Selama fase ini selimut lumpur mengendap karena gravitasi
5. Flushing – penghilangan tekanan udara. Ketika tingkat tinggi tercapai
pada ruang udara, katup penghilang tekanan membuka; air kemudian
mengalir dengan deras melewati manifold menciptakan sebuah efek
flushing. Selimut lumpur kehilangan tekanan. Kelebihan lumpur

33
(kekeruhan air dan koagulan) mengalir ke dalam pengumpul lumpr yang
man lumpur dibuang pada interval tertentu (Degremont, 2006).

Gambar 2.8 Potongan Flokulasi-Sedimentasi (Pulsator)


Sumber: Degremont, 1991
Beberapa rumus yang digunakan alam pulsator yaitu:
a. Kecepatan pengendapan partikel d sludge blanket area pulsator
(m/jam)
𝑄𝑂𝑙𝑎ℎ 1𝑚3 3.600 𝑑𝑒𝑡𝑖𝑘
𝑣𝑆𝑒𝑑 = [ ] .[ ] .[ ]
𝐴𝑆𝐵𝐴 1.000 𝐿𝑖𝑡𝑒𝑟 1 𝑗𝑎𝑚
b. Kecepatan pulsator sebagai penjernih air (m/jam)
𝑄𝑂𝑙𝑎ℎ 1𝑚3 3.600 𝑑𝑒𝑡𝑖𝑘
𝑣𝐶𝑙𝑎 = [ ] .[ ] .[ ]
𝐴𝐶𝑙𝑎 1.000 𝐿𝑖𝑡𝑒𝑟 1 𝑗𝑎𝑚
c. Kecepatan aliran air di pulsator (m/jam)
𝑄𝑂𝑙𝑎ℎ 1𝑚3 3.600 𝑑𝑒𝑡𝑖𝑘
𝑣𝑜 = [ ] .[ ] .[ ]
4 [(𝑃𝑃𝑢𝑙𝑠 ) . (𝐻𝐴𝑖𝑟 )] 1.000 𝐿𝑖𝑡𝑒𝑟 1 𝑗𝑎𝑚
d. Kecepatan aliran air masuk ke pulsator (m/jam)
𝑄𝑂𝑙𝑎ℎ 1𝑚3 3.600 𝑑𝑒𝑡𝑖𝑘
𝑣𝑖𝑛 = [ ] .[ ] .[ ]
2 (𝐴𝑝𝑖𝑝𝑎 𝑖𝑛𝑙𝑒𝑡 ) 1.000 𝐿𝑖𝑡𝑒𝑟 1 𝑗𝑎𝑚
e. Surfce Loading Rate atau disebut beban permuaan (m3/m2.jam)
𝑄𝑂𝑙𝑎ℎ 3.600 𝑑𝑒𝑡𝑖𝑘
𝑆𝐿𝑅 = [ ] .[ ]
𝐴𝑃𝑢𝑙𝑠 1 𝑗𝑎𝑚

34
f. Waktu tinggal air di pulsator (jam)
𝑉𝑜𝑙𝑃𝑢𝑙𝑠
𝑇𝑑𝑎𝑖𝑟 = [ ]
𝑄𝑂𝑙𝑎ℎ
g. Volume ruang pembuangan lumpur di pulsator (m3)
𝐶 = 4 . [𝑃 𝑥 𝐿 𝑥 𝑇]𝑅.𝐿𝑢𝑚𝑝𝑢𝑟
h. Nilai perbandingan kecepatan klarifikasi dengan sedimentasi (non
dimensional)
𝑣𝐶𝑙𝑎 1/3
𝐹𝑒 = [ ]
𝑣𝑆𝑒𝑑
i. Waktu gradien pengadukan di pulsator (G/detik)
1/2
𝑔 𝐶
𝐺 = 𝐹𝑒 𝑥 ([ ] . [𝑆𝑠 − 1] . [1 − 𝐹𝑒] . [∆ℎ] [ ])
ℎ 𝑄𝑂𝑙𝑎ℎ
j. Headloss Perpipaan (meter)
1,85
151 𝑥 𝑄 𝐿
𝐻𝐿𝑃𝑖𝑝𝑎 = 𝑁 .( ) 𝑥 ( )
𝐶 𝑥 𝐷2,63 1.000
k. Headloss Gutter (meter)
𝐿 𝑣2
𝐻𝑓 = 𝑓 ( ) ( )
𝐷 2. 𝑔
l. Power Vacuum Pump (watt)
∆𝑃 . 𝑄 . 𝐴 . ∆ℎ
𝑃𝑝𝑢𝑙𝑠 =
𝜂𝑝𝑢𝑚𝑝

Keterangan:

Qolah = debit pengolahan air di pulsator (m3/jam)

Avakum = luas area ruang vakum (m2)

ΔP = perbedaan tekanan sebelum dan sesudah di pulsasi (KN/m2)

N = jumlah pipa manifold pulsator (buah)

f = faktor friksi dari Moody Diagram

35
L = panjang gutter (m)

D = diameter gutter (m)

g = konstanta percepatan gravitasi (9,81 m/detik2)

Gambar 2.9Moody Diagram


Sumber: Tchobanoglous et al, 20014 dalamLin, 2007

2.7.8 Sedimentasi
Menurut (Reynolds, 1982), sedimentasi adalah pemisahan zat padat-cair
yang memanfaatkan pengendapan secara gravitasi untuk menyisihkan padatan
tersuspensi. Reynolds juga mengklarifikasikan tipe pengendapan menjadi
empat tipe yaitu:
1. Tipe pengendapan bebas (free setting); sering disebut sebagai
pengendapan partikel diskrit
2. Tpe pengendapan partikel flok, yaitu pengendapan flok dalam suspensi
cair. Selama pengendapan partikel flok semakin besar ukurannya dengan
kecepatan yang semakin cepat

36
3. Tipe zone hinderred settling, yaitu pengendapan partikel pada konsentrasi
sedang, dimana energi partikel yang berdekatan saling memecah sehingga
menghalangi pengendapan partikel flok, partikel yang tertinggal pada
posisi relatif tetap dan mengendap pada kecepatan konstan
4. Tipe compression setling; partikel bersentuhan pada konsentrasi tinggi dan
pengendapan dapat terjadi hanya karena pemadatan massa

Menurut (Kawamura, 1991), pertimbangan-pertimbangan penting yang


secara lansung mempengaruhi desain proses sedimentasi adalah:
1. Proses pengolahan seca keseluruhan
2. Materi tersuspensi dalam air baku
3. Kecepatan pengendapan partikel tersuspensi yang disisihkan
4. Kondisi iklim lokal, misalnya temperatur
5. Karakteristik air baku
6. Karakteristik geologi tempat instalasi
7. Variasi debit pengolahan
8. Aliran putaran pendek dalam bak sedimentasi
9. Metode penyisihan lumpur
10. Biaya dan bentuk bak sedimentasi

Proses sedimentasi didasarkan pada pengedapan partikel secara gravitasi


sehingga harus diketahui kecepatan pengendapan masing-masng partikel
yang disisihkan. Kecepatan pengendapan flok bervariasi begantung pada
beberapa parameter yaitu tipe koagulan yang digunakan, kondisi pengadukan
selama proses flokulasi dan materi koloid yang terkandung didalam air baku.
Karakteristik aliran bak sedimentasi dapat diperkirakan dengan bilangan
Reynolds (Re) dan bilangan Froude (Fr) (Kawamura, 1991). Beberapa rumus
yang digunakan dalam sedimentasi yaitu:
a. Bilangan Reynolds sebagai nilai lamineritas aliran (non dimensional)

37
b. Bilangan Froude sebagai nilai uniformitas aliran (non dimensional)

c. Radius Hidrolis (meter)

d. Waktu tinggal air (detik)

Keterangan:
V = kecepatan aliran (m/detik)
Q = debit pengolahan (m3/detik)
A = luas area yang dilewai (m2)
P = keliling basah (meter)
υ = viskositas kinematis fluida = 0,864 x 10-6m2/detik pada suhu
270C
g = konstanta percepatan gravitasi (9,81 m/detik2)

Pada dasarnya bak pengendapan yang panjang adalah yang paling baik
tetapi tanpa didukung oleh faktor hidrolis lainnya seperti lamineritas dan
uniformitas dari aliran dan beban permukaan yang sesuai, pengendapan dapat
gagal (Darmasetiawan, 2001).
Menurut (Peavy,1985), unit sedimentasi terbagi menjadi 2 bagian,
perbedaan dari keduanya antara lain:

38
Tabel 2.19 Kelebihan dan Kekurangan Bak Sedimentasi Dari Segi Bentuk

Sumber: 1. Peavy (1985); 2. Montgomery (1985) dalam Bahan Ajar PB PAM


2005

Beberapa rumus yang digunakan dalam pengoperasian sedimentasi


rectangular:

a. Kecepatan horizontal (m/detik)

b. Waktu tinggal air (detik)

c. Kecepatan pengendapan (m/detik)

d. Beban permukaan (m3/m2.jam)

Keterangan:
l = lebar bak sedimentasi (meter)
b = lebar penampang dasar bak sedimentasi (meter)
h = ketinggian muka air bak sedimentasi (meter)
Q = debit pengolahan (m3/detik)

39
Tabel 2.20 Kriteria Desain Bak Sedimentasi Rectangular

Sumber: 1. Kawamura (1991); 2. Droste (1997); 3. Rich (1961); 4. Martin (20024); 5.


JWWA (1978); 6. Layla (1978); 7. Reynolds (1982); 8. Fair & Geyer (1986) dalam
Bahan Ajar PB PAM 2005

Bak empat persegi panjang secara umum digunakan dalam instalasi


pengolahan yang mengolah aliran besar. Tipe bak ini secara hidrolis lebih
stabil. Biasanya desainnya, terdiri dari bak-bak yang penjangnya 2-4 kali
lebarnya dan 10-20 kali kedalamannya. Untuk memungkinkan pengeluaran
lumpur endapan maka dasar bak dibuat.

40
Gambar 2.10 Sedimentasi Rectangular
Sumber: Reynolds, 1982 dalam Bahan Ajar PB PAM 2005

Beberapa rumus yang digunakan dalam pengoperasian sedimentasi circular:


a. Panjang weir (meter)

b. Kecepatan weir loading (m/detik)

c. Jumlah V-notch (buah)

d. Debit per V-notch (m3/detik)

41
e. Tinggi diatas V-notch (meter)

f. Lebar V-notch pada bagian atas (meter)

Keterangan:
r = jari-jari sedimentasi (meter)
rc/c = jarak antar pusat V-notch center to center (meter)
Cdrag = koefisien pengaliran (0,62)
θ = besarnya sudut yang dibentuk V-notch (o)

Tabel 2.21Kriteria Desain Bak Sedimentasi Circular

Sumber: 1. Kawamura (1991); 2. Al-Layla (1980); 3. Reynolds (1982); 4. Darmasetiawan


(2001); 5. Peavy (1985); 6. Montgomery (1985) dalam Bahan Ajar PB PAM 2005

Bak pengendap lingkaran mempunyai zona dengan fungsi yang sama


dengan bak empat persegi panjang, tetapi arah alirannya sangat berbeda.

42
Gambar 2.11 Sedimentasi Circular
Sumber: Droste, 1997 dalam Bahan Ajar PB PAM 2005

Pada perencanaan bak pengendap dengan aliran kontinyu terdiri dari


komponen-komponen sebagai berikut:

Gambar 2.12 Bak Pengendap


Sumber: Darmasetiawan, 2001

43
A. Zona Inlet
Air yang masuk diasumsikan langsung merata pada potongn melintang
didalam bak pengendap dengan tingkat kandungan SS (suspended solid) yang
homogen ketidakmeratan pada zona inlet dapat menghasilkan turbulensi
sehinga dapat meruntuhkan bentukan flok yang telah terbentuk di flokulator.
Untuk menghindari ini secara umum aliran air harus mempunyai
kecepatan aliran tidak boleh melebihi 0,3 m/dt secara digiring dengan stream
line masuk kedalam bidang pengendapan.
Zona inlet juga dapat berupa pipa lateral yang berlubang dan mengarah ke
bawah, sehinga air yang keluar dapat dibagi merata sepanjang bidang
pengendapan, hal ini banyak dilakukan paa pengendapan dengan plat miring.
Beberapa rumus yang digunakan dalam bak pengendap dengan aliran
kontinyu:
a. Headloss bak pengendap (meter)
𝑣𝑜 2
𝐻𝑓 =
2. 𝑔
b. Diameter lubang pipa manifold (meter)
4 .𝑄
𝐷= [ ]
𝑁. 𝜋(2. 𝑔𝐻𝑓 )0,5
Keterangan:
vo = kecepatan aliran air secara horizontal (m/detik)
N = jumlah lubang di pipa manifold (buah)
Q = debit pengolahan (m3/detik)
g = konstanta percepatan gravitasi (9,81 m/detik2)

B. Zona Pengendapan
Pada zona bidang pengendapan flok yang sudah terbentuk diharapkan
dapat mengendap. Secara ideal bidang pengendap harus memenuhi asumsi
bahwa aliran harus merata (mempunyai kecepatan yang sama) diseluruh
potongan melintang dan kecepatan sepanjang bidang pengendap harus sama.
Jenis bidang pengendap meliputi:

44
1) Bak pengendap dengan aliran horizontal
2) Bak dengan plat setler aliran miring
3) Bak pengendap dengan aliran keatas

Secara umum asumsi yang diambil dalam teori adalah sebagai berikut:
a. Partikel yang mengendap tidak dipengaruhi oleh kecepatan aliran
b. Kecepatan pengendapan flok merata di seluruh bidang pengendapan
c. Secara ideal harus diasumsikan bahwa partikel flok yang sudah
mengendap todak terangkat lagi

Unformitas dan turbulensi aliran pada bidang pengendap sangat


berpengaruh. Oleh sebab itu bilangan fraude yang menggambarkan tingkat
unformitas aliran dan turbulensi alirang yang digambarkan oleh bilangan
Reynolds harus memenuhi kriteria yang telah ditentukan.
Apabila tingkat lamineritas dan unformitas tidak terpenuhi, maka flok-flok
yang terbentuk akan terangkat keluar dari sedimentasi. Hal ini akan
berpengaruh pada unit selanjutnya misal unit filtrasi yang dapat menyebabkan
clogging. Bak pengendap dapat ditambahkan plate settler agar terjadi aliran
laminar (tidak turbulen) dan uniformity (seragam). Beberapa rumus yang
digunakan dalam bak pengendap dengan aliran kontinyu:
a. Jari-jari lingkaran plate settler (meter)
𝐵. 𝑤
𝑅=
2 . (𝐵 + 𝑤)
b. Bilangan Reynold (non dimensional)
𝑉𝑜 . 𝑅
𝑅𝑒 =
𝑆𝑖𝑛𝛼. 𝑣
c. Bilangan Froude (non dimensional)
𝑉𝑜 . 𝑅
𝑅𝑒 =
𝑆𝑖𝑛𝛼. 𝑣
Keterangan:
Re = bilangan Reynold Re < 500 (laminar)
Fr = bilangan Froude Fr > 10-5 (seragam)

45
vo = kecepatan horizontal (m/detik)
R = jari-jari hidrolis (meter)
υ = viskositas kinematik 0,864 x 10-6 m2/detik pada 270C
α = sudut kemiringan plate settler (o)
g = konstanta percepatan gravitasi (9,81 m/detik2)

C. Zona Outlet
Beberapa rumus untuk perhitungan zona outlet termasuk di dalamnya gutter:
a. Lebar saluran gutter (meter)
𝐿𝐺𝑢𝑡 = 1,5 𝐻𝐴𝑖𝑟
b. Jumlah pelimpah (buah)
𝑄
< 5. 𝐻. 𝑉𝑜
𝑛. 𝐿
c. Debit tiap gutter (cfs)
𝑄 35,3088 𝑐𝑓𝑠
𝑄𝐺𝑢𝑡 = [ ] [ ]
𝑛 1𝑚3 /𝑑𝑒𝑡𝑖𝑘
d. Tinggi air di saluran gutter (meter)
𝑄𝐺𝑢𝑡 = 2,49 . (1,5 𝐻𝐴𝑖𝑟 ) 𝑥 𝐻𝐴𝑖𝑟 3/2
e. Tinggi saluran gutter (meter)
𝐻𝐺𝑢𝑡 = 𝐻𝐴𝑖𝑟 + (0,2. 𝐻𝐴𝑖𝑟 ) + ∆ℎ + 𝑓𝑟𝑒𝑒𝑏𝑜𝑎𝑟𝑑
f. Panjang saluran gutter (meter)
𝑃𝐺𝑢𝑡 = 𝑃𝑆𝑒𝑑
g. Debit tiap V-Notch (m3/detik)
𝑄𝑉−𝑁𝑜𝑡𝑐ℎ = 1,36 𝑥 𝐻𝐴𝑖𝑟 5/2
h. Jumlah V-Notch (buah)
𝑄𝐺𝑢𝑡\
𝑁𝑉−𝑁𝑜𝑡𝑐ℎ = [ ]
2. 𝑄𝐴𝑖𝑟\
i. Dimensi V-Notch (meter)
1
𝐹𝑟𝑒𝑒𝑉−𝑁𝑜𝑡𝑐ℎ = 𝐻
2 𝐴𝑖𝑟\
𝐿𝑉−𝑁𝑜𝑡𝑐ℎ = 2. 𝐻𝐴𝑖𝑟 . 𝑇𝑎𝑛 45𝑜

46
𝐿𝑃𝑖𝑛𝑡𝑢 = 2. (𝐻𝐴𝑖𝑟 ) . (𝐹𝑟𝑒𝑒𝑉−𝑁𝑜𝑡𝑐ℎ ) . 𝑇𝑎𝑛 45𝑜
j. Jarak antar V-Notch (meter)
𝑃𝐺𝑢𝑡 = (𝑛′ 𝑥 𝐿𝑃𝑖𝑛𝑡𝑢 ). (𝑛′ + 𝑊)
k. Jarak V-Notch ke tepian (meter)
𝑤
𝑊′ =
2
l. Jarak saluran gutter ke tepian (meter)
𝐿𝑂𝑢𝑡 = 2. 𝐿𝐺𝑢𝑡 + 2𝑊 + 2𝑊
m. Jarak antar saluran gutter ke tepian (meter)
𝑏 ′ = 2. 𝑏
n. Luas saluran pengumpul air dari gutter (m2)
𝑄
𝐴𝑆𝑎𝑙 =
𝑉𝑜
o. Tinggi air di saluran pengumpul air dari gutter (meter)
𝐴𝑆𝑎𝑙
𝐻=
𝐿𝑆𝑎𝑙
p. Tinggi saluran pengumpul air dari gutter (meter)
𝐻𝑆𝑎𝑙 = 𝐻𝐴𝑖𝑟 + 𝐹𝑟𝑒𝑒𝑏𝑜𝑎𝑟𝑑
q. Headloss pada V-Notch (meter)
𝑄 8 𝜃
= . 𝐶𝑑 . √2𝑔 . 𝑇𝑎𝑛 . ∆ℎ5/2
𝑉 − 𝑁𝑜𝑡𝑐ℎ 15 2

D. Zona Penampungan Lumpur


Beberapa rumus untuk perhitungan zona penampungan lumpur:
a. Konsentrasi effluent dan lumpur (mg/L)
𝐶𝑆𝑙𝑢𝑑𝑔𝑒 = (80% 𝑥 𝑇𝑜𝑡𝑎𝑙 𝑆𝑢𝑠𝑝𝑒𝑛𝑑𝑒𝑑 𝑆𝑜𝑙𝑖𝑑) + (𝑅𝑒𝑠𝑖𝑑𝑢 𝐾𝑜𝑎𝑔𝑢𝑙𝑎𝑛)
b. Berat lumpur per hari (kg/hari)
86.400 𝑑𝑒𝑡𝑖𝑘
𝑊𝑆𝑙𝑢𝑑𝑔𝑒 = 𝑄𝑂𝑙𝑎ℎ . 𝐶𝑆𝑙𝑢𝑑𝑔𝑒 . .
1 ℎ𝑎𝑟𝑖

c. Debit lumpur per hari (m3/hari)


𝑊𝑆𝑙𝑢𝑑𝑔𝑒
𝑄𝑆𝑙𝑢𝑑𝑔𝑒 = [ 3
]
1000 𝑘𝑔/𝑚 𝑥 𝜌𝑆𝑙𝑢𝑑𝑔𝑒 𝑥 %𝑆𝑙𝑢𝑑𝑔𝑒

47
d. Volume bak lumpur (m3)
𝑉𝑜𝑙 = 𝑄𝑆𝑙𝑢𝑑𝑔𝑒 𝑥 𝑇𝑑𝑆𝑙𝑢𝑑𝑔𝑒
e. Dimensi ruang lumpur (m3)
1
𝑉𝑜𝑙 = 𝑃𝑆𝑙𝑢𝑑𝑔𝑒 𝑥 𝐿𝑆𝑙𝑢𝑑𝑔𝑒 𝑥 𝐻
3 𝑆𝑙𝑢𝑑𝑔𝑒

Keterangan :
P = panjang bangunan (meter)
L = lebar bangunan (meter)
H = ketinggian bangunan atau tinggi air (meter)
n = jumlah bangunan (buah)
𝜃 = sudut kemiringan V-Notch (o)
∆ℎ = kehilangan tinggi tekan (meter)
G = konstanta percepatan gravitasi (9,81 m/detik2)

2.7.9 Filtrasi
Menurut Reynolds (1982) filtrasi adalah pemisahan zat padat-cair
yang mana zat cair dilewatkan melalui media berpori atau material
berpori lainnya untuk menyisihkan padatan tersuspensi yang halus. Proses
ini digunakan untuk menyaring secara kimia air yang sudah terkoagulasi
dan terendapkan agar menghasilkan air minum dengan kualitas yang
tinggi. Filter yang digunakan harus sesuai dengan kandungan kimia air yang
digunakan. Pada prosesnya air merembes dan melewati media filter sehingga
akan terakumulasi pada permukaan filter dan terkumpul sepanjang
kedalaman media yang dilewatinya.

48
Menurut Peavy (1985), dalam penjernihan air bersih dikenal dua
macam saringan yaitu saringan pasir lambat (Slow Sand Filter) dan
saringan pasir cepat (Rapid Sand Filter). Saringan pasir lambat didesain
dengan kecepatan penyaring lambat namun dapat menyaring zat pengotor
dengan diameter yang lebih kecil disbanding saringan lainya Sedangkan yang
dimaksud dengan saringan pasir cepat atau Rapid Sand Filter (RSF)
adalah filter yang menggunakan dasar pasir silika dengan kedalaman 0,6 –
0,75 m. Ukuran pasirnya 0,35 – 1,0 mm atau lebih dengan ukuran efektif
0,45– 0,55 mm.
a. Media Filter
Media filter yang umum dupakai di Indonesia adalah pasir. Pasir
yang dipergunakan dalam filter harus bebas dari lumpur, kapur dan
unsur-unsur organik. Pasir harus keras. Jika dimasukkan ke dalam asam
klorida selama 24 jam tidak akan kehilangan berat lebih dari 5%. Pasir
yang sangat halus akan lebih cepat clogging tetapi jika terlalu besar
maka suspensi/partikel halus akan lolos. Sehingga ukuran butir pasir
harus diseleksi dahulu. Pasir yang biasa dipakai adalah pasir kwarsa. Untuk
menjamin ketahanan pasirkwarsa maka pasir kwarsa harus memenuhi kriteria
kadar silika (SiO2) 96%.

b. Hidrolika Filtrasi
Beberapa rumus untuk perhitungan hidrolika filtrasi sebagai berikut :
a. Kecepatan aliran filtrasi (m/jam)
𝑄𝑂𝑙𝑎ℎ 3600 𝑑𝑒𝑡𝑖𝑘
𝑉𝑜 = 𝑥
𝑃𝑥𝐿 1 𝑗𝑎𝑚
b. Bilangan Reynold untuk aliran media filter (non dimensional)
Φ. 𝑑. 𝑉𝑜
𝑁𝑅𝑒 =
𝑣
c. Koefisien Drag atau koefisien pengaliran (non dimensional)
24
𝐶𝐷𝑟𝑎𝑔 = ; jika nilai𝑁𝑅𝑒 ≤ 2
𝑁𝑅𝑒
24 3
𝐶𝐷𝑟𝑎𝑔 = + ; jika nilai𝑁𝑅𝑒
𝑁𝑅𝑒 √𝑁𝑅𝑒

49
d. Headloss media filter (meter)
1,067 𝐶𝐷𝑟𝑎𝑔 𝑉𝑜 2 1
𝐻𝐿 = 𝑥 𝑥 𝐻𝑀𝑒𝑑𝑖𝑎 𝑥 4 𝑥
Φ 𝑔 𝜀 𝐷𝑀𝑒𝑑𝑖𝑎
Keterangan :
Φ = tingkat kebulatan ukuran pasir (sphericity)
𝜀 = fraksi kosong diantara pasir yang dapat dilewati air (porositas)
g = konstanta percepatan gravitasi
𝐻𝑚𝑒𝑑𝑖𝑎 = tinggi media pasir di filter (meter)
𝐷𝑚𝑒𝑑𝑖𝑎 = diameter pasir rata-rata terpilih (meter)

c. Sistem Underdrain
Menurut Darmasetiawan (2001), headloss atau kehilangan tekanan pada
undredrain sangat bergantung pada jenis underdrain yang dipakai. Underdrain
dapat berupa:
1. Plat dengan nozzle
2. Teepee dengan lubang disamping
3. Pipa lateral pada manifold
Pada semua jenis underdrain tersebut, diasumsikan headloss yang berlaku
pada lubang mengikuti persamaan:
𝑉2
𝛥ℎ = 𝑘 𝑥
2. 𝑔
k adalah koefisien headloss yang bergantung pada jenis underdrain. Untuk
nozzle,
k = 1-3 sedangkan untuk lubang pipa lateral k = 1-2. Kecepatan filtrasi
melewati lubang adalah 0,2 m/detik.

d. Pencucian Balik (Backwash)


Beberapa rumus yang digunakan untuk perhitungan pencucian balik :
a. Kebutuhan udara untuk pencucian balik (m/jam)
𝑉𝑜𝑙𝑢𝑑𝑎𝑟𝑎 = 𝑣𝑢𝑑𝑎𝑟𝑎 𝑥 𝐴𝑓𝑖𝑙𝑡𝑒𝑟
b. Kecepatan aliran pencucian balik (m/jam)
𝑣𝑏𝑎𝑐𝑘 = 6𝑣𝑜

50
c. Porositas sebelum pasir filter terekspansi (terlontar dari filter) (meter)

d. Porositas sesaat pasir filter terekspansi (terlontar dari filter) (meter)

e. Persentase ekspansi pasir (persentase tinggi lontaran pasir) (%)


𝑃𝑒 − 𝑃𝑜
% 𝑒𝑘𝑠𝑝 = 𝑥 100%
1 − 𝑃𝑒
f. Tinggi ekspansi pasir (tinggi lontaran pasir) (meter)
𝐿𝑒 − 𝐿𝑝
𝑒𝑘𝑠𝑝 = 𝑥 100
𝐿𝑃
g. Debit penggunaan air untuk pencucian balik filter (m3)
𝑄𝑏𝑎𝑐𝑘
𝑄= 𝑥 𝑇𝑏𝑎𝑐𝑘 𝑥 𝑛 𝑓𝑖𝑙𝑡𝑒𝑟
𝐹𝑖𝑙𝑡𝑒𝑟
Keterangan:
vudara = kecepatan pencucian dengan udara (min.30 m3/m2.jam)
υ = viskositas kinematik = 0,864 x 10-6m2/detik pada 27oC
ρw = massa jenis air (kg/m3)
ρs = massa jenis partikel media filter (kg/m3), misalnya pasir
Dpasir = diameter butiran (meter)
Lp = ketebalan medai filter (meter)
Le = tinggi lontaran media filter (meter)

51
2.7.10 Desinfeksi
a. Umum
Desinfeksi merupakan proses akhir dari pengolahan air bersih, dimana
pada proses ini akan ditambahkan zat desinfektan untuk membunuh
mikroorganisme pathogen yang masih terkandung dalam air.
Desinfeksi dapat juga didefinisikan dengan metode
membunuh/menonaktifkan mikroorganisme yang tidak dikehendak berada
dalam air, seperti bakteri, virus, dan protozoa patogen sebagai
penyebab berbagai penyakitPenggunaan desinfektan bertujuan untuk
memenuhi parameter biologi dalam baku mutu air bersih. Apabila
pemberian desinfektan tidak dilakukan dengan baik, maka kadar bakteri
patohen akan membahayakan bagi kesehatan manusia.
b. Klorinasi
Salah satu desinfektan yang digunakan dalam pengolahan air adalah
klorin. Klorin banyak digunakan dalam pengolahan air bersih dan air
limbah sebagai Oksidator dan desinfektan. Sebagai oksidator, klorin
digunakan untuk menghilangkan bau dan rasa pada pengolahan air
bersih. Untuk mengoksidasi Fe(II) dan Mn(II) yang banyak terkandung
dalam air tanah menjadi Fe(III) dan Mn(III). Yang dimaksud dengan
klorin tidak hanya Cl2 saja akan tetapi termasuk pula asam hipoklorit
(HOCl) dan ion hipoklorit (OCL-), monokloramin (NH2Cl) dan
dikloramin (NHCl2). Klorin dapat diperoleh dari gas Cl2 atau dari
garam-garam NaOCl dan Ca(OCl)2. Kloramin terbentuk karena
adanya reaksi antara amoniak (NH3) baik anorganik maupun organik
aminoak di dalam air dengan klorin. Oleh karena itu desinfektan dapat
menggurangi kadar mikroorganisme pathogen yang dapat menganggu
kesehatan manusia.

52
2.7.11 Reservoir
Reservoir merupakan bangunan penampung air minum sebelum
dilakukan penyaluran air kepada masyarakat. reservoir dapat diletakan diatas
permukaan tanah maupun dibawah permukaan tanah. Bangunan reservoir
umumnya diletakan didekat jaringan distribusi pada ketinggian yang cukup
untuk mengalirkan air secara baik dan merata kepada seluruh
konsumen.Fungsi reservoir adalah untuk menyalurkan air kepada konseumen
adalah sebagai berikut:
a. Penampungan terakhir air yang telah diolah
b. Keseimbangan antara kebutuhan dan pasokan air
c. Meningkatkan kemudahan operasi
d. Menggurangai pemakaian pompa
e. Cadangan air saat darurat
f. Menyiapkan kebutuhan air untuk pemadam kebakaran
g. Sebagai pengaman untuk gelombang tekanan balik
Perkiraan kapasitas untuk menyeimbangkan fluktuasi pasokan air dan
pemakaian sekitar 15-25% dari kebutuhan harian rata-rata. Tangki penampung
air dapat diklasifikasikan dalam beberapa jenis, yaitu: tipe pelayanan,
konfigurasi dan tipe material konstruksi. Sedangkan reservoir berdasarkan
posisi penempatanya dapat dibagi menjadi 2, yaitu:
a. Ground Reservoir
Ground Reservoir merupakan reservoar yang penempatanya pada
permukaan tanah. Berikut merupakan contoh bangunan Ground Reservoir
b. Elevated Reservoir
Elevated Reservoir merupakan reservoar yang penempatanya dilakukan
diatas menara. Berikut merupakan contoh bangunan Elevated Reservoir.
Kriteria desain reservoir menurut Tambo (1974) dan Darmasetiawan
(2001) dalam Taruna (20) adalah sebagai berikut:

53
Tabel 2.22 Kriteria Desain Reservoir Umum

Sumber: 1. Tambo (1974); 2. Darmasetiawan (2001)

Untuk mengetahui volume reservoir terlebih dahulu harus dihitung besar debit air
masuk dan keluar dari reservoir. Debit yang masuk pada reservoir biasanya
konstan atau tetap, sedangkan debit keluar bergantung pada pemakaian air
minimum dalam kota. Contoh perhitungan reservoir disajikan pada gambar tabel
berikut:

Tabel 2.23 Persentase Volume Reservoir

Sumber: Trijoko (2010)

a. Persentase volume reservoir adalah :


𝑄𝑆𝑢𝑟𝑝𝑙𝑢𝑠 + 𝑄𝐷𝑒𝑓𝑖𝑠𝑖𝑡
𝑃𝑒𝑟𝑠𝑒𝑛 (%) = [ ]
2
b. Volume reservoir real dlam harian (m3)
86.400 𝑑𝑒𝑡𝑖𝑘
𝑉𝑜𝑙𝑅 = 𝑃𝑒𝑟𝑠𝑒𝑛 (%) 𝑥 𝑄𝐼𝑃𝐴 𝑥
1 ℎ𝑎𝑟𝑖

54
Berapa rumus lainnya dalam penentuan dimensi dan perpipaan reservoir :
a. Dimensi reservoir jika dibuat sekat-sekat kompartemen (m3)
𝑉𝑜𝑙𝑅
𝑉𝑜𝑙 = = 𝑃𝑅 𝑥 𝐿𝑅 𝑥 𝑇𝑅
𝑘𝑜𝑚𝑝𝑎𝑟𝑡𝑒𝑚𝑒𝑛
b. Pipa inlet (meter)

4 𝑥 𝑄𝑖𝑛𝑙𝑒𝑡
𝐷𝑖𝑛𝑙𝑒𝑡 = √
𝜋 𝑥 𝑉𝑖𝑛𝑙𝑒𝑡

c. Pipa outlet (meter)

4 𝑥 𝑄𝑖𝑛𝑙𝑒𝑡 𝑥 𝐹𝑝𝑒𝑎𝑘
𝐷𝑜𝑢𝑡𝑙𝑒𝑡 = √
𝜋 𝑥 𝑉𝑜𝑢𝑡𝑙𝑒𝑡

d. Pipa penguras (meter)


𝑉𝑜𝑙𝑘𝑢𝑟𝑎𝑠 = 𝑃𝑘𝑢𝑟𝑎𝑠 𝑥 𝐿𝑘𝑢𝑟𝑎𝑠 𝑥 𝐻𝑘𝑢𝑟𝑎𝑠
𝑉𝑜𝑙𝑘𝑢𝑟𝑎𝑠
𝑄𝑘𝑢𝑟𝑎𝑠 =
𝑡𝑘𝑢𝑟𝑎𝑠

4 𝑥 𝑄𝑘𝑢𝑟𝑎𝑠
𝐷𝑘𝑢𝑟𝑎𝑠 = √
𝜋 𝑥 𝑉𝑘𝑢𝑟𝑎𝑠

e. Pipa overflow dan ventilasi (meter)


𝐷𝑜𝑣𝑒𝑟 = 𝐷𝑖𝑛𝑙𝑒𝑡
𝑄𝑜𝑢𝑡𝑙𝑒𝑡 − 𝑄𝑖𝑛𝑙𝑒𝑡
𝑄𝑢𝑑𝑎𝑟𝑎 =
𝑘𝑜𝑚𝑝𝑎𝑟𝑡𝑒𝑚𝑒𝑛

4 𝑥 𝑄𝑢𝑑𝑎𝑟𝑎
𝐷𝑣𝑒𝑛𝑡 = √
𝜋 𝑥 𝑉𝑢𝑑𝑎𝑟𝑎

55
BAB III
HASIL PERHITUNGAN DAN PEMBAHASAN

Diketahui : 1. Lebar bentang sungai = 55 m


2. Tinggi loncatan air di bendungan = 40-60 cm
3. Karakteristik air : a. Kekeruhan = 10-50 NTU
b. Warna = 25 PtCO
c. TSS = 50-150 mg/L
d. TDS (Fe + Mn) = 0.8 mg/L
4. Debit = 350 L/detik

56
3.1 Pemilihan Alternatif Pengolahan

Tabel 3.1 Alternatif 1 Pengolahan


No Parameter Influent KFS Saringan pasir cepat Reservoir Keterangan
Kualitas Satuan % Removal Outlet % Removal Outlet % Removal Outlet
1 Kekeruhan 10-50 NTU 92% 4 4% 3,92 4% 3,8 Memenuhi
2 Warna 25 PtCo 50% 12,5 2% 12,25 2% 12,005 Memenuhi
3 Fe 0,4 Mg/L 50% 0,24 2% 0,232 2% 0,23 Memenuhi
4 Mn 0,4 Mg/L 50% 0,24 2% 0,232 2% 0,23 Memenuhi

57
Tabel 3.2 Alternatif 2 Pengolahan
No Parameter Influent KFS Saringan Karbon aktif Reservoir Keterangan
Kualitas Satuan % Removal Outlet % Removal Outlet % Removal Outlet
1 Kekeruhan 10-50 NTU 92% 4 10% 3,6 4% 3,46 Memenuhi
2 Warna 25 PtCo 50% 12,5 10% 11,25 4% 10,8 Memenuhi
3 Fe 0,4 Mg/L 50% 0,24 5% 0,23 2% 0,2254 Memenuhi
4 Mn 0,4 Mg/L 50% 0,24 5% 0,23 2% 0,2254 Memenuhi

Tabel 3.3 Alternatif 3 Pengolahan


No Parameter Influent KFS Saringan pasir lambat Reservoir Keterangan
Kualitas Satuan % Removal Outlet % Removal Outlet % Removal Outlet
1 Kekeruhan 10-50 NTU 92% 4 10% 3,6 4% 3,46 Memenuhi
2 Warna 25 PtCo 50% 12,5 5% 11,875 2% 11,64 Memenuhi
3 Fe 0,4 Mg/L 50% 0,24 5% 0,23 2% 0,2254 Memenuhi
4 Mn 0,4 Mg/L 50% 0,24 5% 0,23 2% 0,2254 Memenuhi

58
Alternative pengolahan yang dipilih adalah alternative pertama, yaitu
Koagulasi-Flokulasi-Sedimentasi, Saringan Pasir Cepat dan Reservoir, dengan
pertimbangan sebagai berikut :

a. Ekonomis
b. Memenuhi baku mutu yang telah ditetapkan dalam Peraturan Meneteri
Kesehatan Republik Indonesia Nomer 32 Tahun 2017, dimana : kadar
maksimum untuk kekeruhan adalah 25 NTU, Warna 50 TCU dan TDS 1000
mg/L.

3.2 Efisiensi Parameter Fisik

Tabel 3.4 Perhitungan Efisiensi Parameter Fisik


No. Parameter KSF Filtrasi Reservoir
92
KFS = 50 x 2 2
Kekeruhan 100 Filtrasi = 46 x Reservoir = 0,92 x
1. = 46 100 100
(NTU) = 0,92 = 0,018

50 Filtrasi = 12,5 x 2
Warna KFS = 25 x 100 2 Reservoir = 0,25 x 100
2.
(PtCo) = 12,5 100 = 0,005
= 0,25 PtCo
KFS = 0,4 x 2 2
TDS (mg/L) 50 Filtrasi = 0,2 x 100 Reservoir = 0,004 x 100
3.
(Fe) 100 = 0,004 = 0,000008
= 0,2
KFS = 0,4 x 2 2
TDS (mg/L) 50 Filtrasi = 0,2 x 100 Reservoir = 0,0004 x 100
4.
(Mn) 100 = 0,004 = 0,000008
= 0,2

3.3 Bendungan (Trapesium)


2 8
Qmin = Cdrag x √2𝑔 (3 𝑏ℎ3/2 + 15 x h3/5 )
2 8
= 0,6 x √2 x 9,8 m3/s x ((3 55 𝑚 𝑥 (0,4 m)3/2 + (15 x 0,43/5 )

= 25,458 m3/s =
= 25.458 l/s
2 8
Qmax = Cdrag x √2𝑔 (3 𝑏ℎ3/2 + 15 x h3/5 )
2 8
= 0,6 x √2 x 9,8 m3/s x ((3 55 𝑚 𝑥 (0,6 m)3/2 + (15 x 0,63/5 )

= 46,309 m3/s
= 46.309 l/s

59
3.4 Intake
A. Pintu Air
Criteria Desain :
 Debit pengolahan = 350 l/s = 0,35 m3/s
 Tinggi maksimum muka air = 60 cm = 0,6 m
 Kecepatan aliran air = 0,3-0,6 m/s
Perencanaaan
 Kecepatan aliran = 0.4 m/s
Perhitungan
1. Luas Penampang Saluran
𝑄
Asal = 𝑉
0,35 𝑚3/𝑠
= 0,4 𝑚/𝑠

= 0,875 m2
2. Lebar saluran
A =dxl
0,875 m2 = 2d2
0,875
d2 =√ 2

d (y) = 0,6 m
maka, Lsal = 2 x d
= 2 x 0,6
= 1,2 m

B. Bar screen
Kriteria Desain :
 Debit pengolahan = 350 l/s = 0,35 m3/s
 Lebar saluran = 1,15 m
 Kecepatan aliran (v) = 0,5 m/s
 Kisi berbentuk bulat lingkaran (β) = 1,79
 Diameter yang direncanakan (w) = 15 mm = 0,015 m
 Jarak bukaan antar batang (b) = 50 mm = 0,05 m
 Kemiringan kisi (α) = 60

60
 Grafitasi = 9,81
 Slope (s) = 0,00008
Perhitungan
1. Kedalaman sebelum screen (Y1)
𝑄𝑥𝑛 Y5/3
=
S1/2 (2𝑌+1)5/3

0,35 𝑚3/𝑠 𝑥 0,013 Y5/3


=
(0,00008)1/2 (2𝑌+1)5/3

Y5/3
0,51 = (2𝑌+1)5/3

Y1 = 1,02 m
2. Kecepatan sebelum screen
𝑄
V1 = L xY1
𝑚3
0,35
𝑠
= 1,15m x 1,02 m

= 00,298 m/s
3. Lebar bukaan (s)
s=n+1
= 17 + 1
= 18 bukaan
4. Jumlah batang (n)
L = n x w + [(n + 1 x b)]
1,15m = n x 0,015m + [(n + 1) x 0,05m)]
1,15 = 0,065 n
n = 17 batang
5. Lebar bukaan total
Lt = b x s
= 50 mm x 18 bukaan
= 899,77 mm
= 0,899 m

61
6. Kedalaman batang (bar terendam atau Yb)
𝑌1
Yb = sin 𝛼
1,02
= sin 60

= 1,17 m
7. Kecepatan dari screen
𝑄
Vb = 𝐿𝑡 𝑥 𝑌1
𝑚3
0,35
𝑠
= 0,899 𝑚 𝑥 1,02

= 0,38 m/s
8. Kehilangan tekanan melalui screen
𝑉𝑏^2
Hv = 2𝑔

0,382 𝑚/𝑠
= 𝑚
2 𝑥 9,81
𝑠2

= 0,007m = 0,07 cm
9. Headlos Bar
Persamaan Kirschmer
/4
𝑤 3
HL = β x( 𝑏 ) x hv x sin α
/4
0,015 3
= 1,79 x ( 0,05 ) x 0,01 x sin 60

= 0,0017m = 0,17 cm
10. Ketinggian air setelah Bar
Y2 = Y1 – HL
= 1,02m-0,0017m
=1,0183 m

11. Kecepatan setelah melewati screen

𝑄
V2= (𝐿 𝑥 𝑌2)
0,35 𝑚/𝑠
= (1,5𝑚 𝑥 1,0183 𝑚)

= 0,298 m/s = 0,3 m/s

62
C. Saluran Pembawa
Perencanaan :
 Saluran pembawa terbuat dari beton
 Koefisien maning (n) = 0,013
 Kecepatan sadap (Vsadap) = 0,4 m/s
 Debit pengolahan (Qsal) = 350 l/s = 0,35 m3/s
 Tinggi muka air rata-rata (AWL) = 1 meter
Perhitungan
1. Perhitungan kontinuitas
Qsal = A x V
𝑄𝑠𝑎𝑙
=( )
𝑉
0,35 𝑚3/𝑠
=( )
0,4 𝑚/𝑠

= 0,875 m2
Lebar saluran = 2 x tinggi muka air
=2xh
=b
A=bxh
A=2xhxh
A = 2h2
0,875 𝑚 ^2
H=√ 2

= 0,66 m
b = 2h
b = 2 x 0,66 m
b = 1,32 m

2. Jari-jari hidrolis
𝑏𝑥ℎ
R = (𝑏+2ℎ)
1,32 𝑚 𝑥 0,66 𝑚
= ( 1,32+(2 𝑥 0,66) )

= 0,33 m

63
3. Kemiringan slope
𝑉𝑠𝑎𝑙 𝑥 𝑛 2
S=( /3 )
𝑅2
0,4 𝑚/𝑠 𝑥 0,013 2
=( /3 )
0,332

= 0,0001
4. Headlos pada saluran pembawa
Hl = S x Psal
=0,0001 x 4
= 0,0004
5. Dimensi saluran
 Panjang saluran (Lsal) = 1,32 m
 Panjang saluran (Psal) = 4 m
 Kedalaman saluran = 0,66 + fb (20%)
= 0,66 + 0,132
= 0,792 m = 0,8 m

3.5 Pompa dan Sistem Transmisi

Tabel 3.5 Spesifikasi Teknis Pompa dan Sistem Transmisi


No. Detail Spesifikasi Unit Dimensi
1. Ukuran masing-masing pipa:
a. Pipa isap 5 buah ∅ dan
Inchi dan meter 12 (0,30 m) dan 5
panjang
b. Pipa tekan 5 buah ∅ dan
Inchi dan meter 10 dan 5
panjang
c. Pipa trans 1 buah ∅ dan
Inchi dan meter 24 dan 600
panjang
2. Aksesoris pipa isap
a. Gate valve buah 1
b. Check valve buah 1
c. Bend 900 buah 3
3. Aksesoris pipa tekan
a. Gate valve buah 1
b. Check valve buah 1
c. Bend 900 buah 3
4. Aksesoris pipa transmisi
a. Gate valve buah 1
b. Check valve buah 1
c. Bend 900 buah 5
5. Head maksimum pompa meter
6. Debit pemompaan rata-rata di lap.

64
No. Detail Spesifikasi Unit Dimensi
a. Pompa utama 4 buah L/detik 87,5
b. Pompa cadangan 1 buah L/detik 100
7. Tenaga Operasional
a. Tenaga keluaran 4 pompa
Kilowatt 75
utama
b. Tenaga keluaran 1 pompa
Kilowatt 90
cadangan
8. Spesifikasi lainnya
a. Rotasi per menit rpm 1500
b. Voltase dan faktor cos 𝜋 n/a 380 volt:√3
c. Panel pressure indicator buah 1 buah per 1 pompa
d. Jenis pipa yang
n/a Baja black steel
diinstalaasikan
e. Perusahaan asal fabrikan n/a Ebara Corporation
f. Umur pakai tahun 10

A. Headloss Pipa Isap


1. Laju Alir pada Pipa Isap
𝑄 = 𝑉𝐼𝑠𝑎𝑝 × 𝐴𝐼𝑠𝑎𝑝

(𝜋(0,30 𝑚)2
0,0875 𝑚3 /𝑑𝑒𝑡𝑖𝑘 = (𝑉𝐼𝑠𝑎𝑝 𝑚/𝑑𝑒𝑡𝑖𝑘) × [ ]
4

0,0875𝑚3 /𝑑𝑒𝑡𝑖𝑘
𝑉𝐼𝑠𝑎𝑝 =
0,07𝑚2
𝑉𝐼𝑠𝑎𝑝 = 1,25 𝑚/𝑑𝑒𝑡𝑖𝑘

2. Perhitungan nilai k dengan masing – masing aksesoris pipa isap

a. Nilai k untuk bend 900 dengan berbanding radius belokan pipa dengan
diameter r/d = 2, nilai k = 0,27 sebanyak 3 buah

b. Nilai k untuk gate valve dengan bukaan gate valve 100% (bukaan
penuh), nilai k = 0,12 sebanyak 1 buah

c. Nilai 𝑘𝑡𝑜𝑡𝑎𝑙 = [(3 × bend 900 ) + (gate valve)]

𝑘𝑡𝑜𝑡𝑎𝑙 = [(3 × 0,27) + 0,12]

𝑘𝑡𝑜𝑡𝑎𝑙 = 0,81 + 0,12

𝑘𝑡𝑜𝑡𝑎𝑙 = 0,93

65
3. Headloss Mayor masing – masing pipa isap dengan C = 130 adalah

151 × 𝑄 1,85 𝐿
∆ℎ𝑀𝑎𝑦𝑜𝑟 =( 2,63
) ×( )
𝐶 × 𝐷 1000

1,85
151 × 0,0875 𝑚3 /𝑑𝑒𝑡𝑖𝑘 5
∆ℎ𝑀𝑎𝑦𝑜𝑟 =( ) ×( )
130 𝑥 0,302,63 1000

∆ℎ𝑀𝑎𝑦𝑜𝑟 = 0,02547 𝑚

4. Headloss Minor total masing – masing pipa isap

𝑉𝐼𝑠𝑎𝑝 2
∆ℎ𝑀𝑖𝑛𝑜𝑟 = 𝑘𝑡𝑜𝑡𝑎𝑙 × ( )
2𝑥𝑔

1,25 𝑚/𝑑𝑒𝑡𝑖𝑘 2
∆ℎ𝑀𝑖𝑛𝑜𝑟 = 0,93 × [( ) ]
2𝑥9,81𝑚/𝑑𝑒𝑡𝑖𝑘 2

∆ℎ𝑀𝑖𝑛𝑜𝑟 = 0,93 × 0,0796 𝑚

∆ℎ𝑀𝑖𝑛𝑜𝑟 = 0,074 𝑚

5. Headloss total pada pipa isap


∆ℎ𝑇𝑜𝑡𝑎𝑙 = ∆ℎ𝑀𝑎𝑦𝑜𝑟 + ∆ℎ𝑀𝑖𝑛𝑜𝑟
∆ℎ𝑇𝑜𝑡𝑎𝑙 = 0,02547 𝑚 + 0,074 𝑚
∆ℎ𝑇𝑜𝑡𝑎𝑙 = 0,09947 𝑚

B. Headloss Pipa Tekan


1. Laju alir air pada pipa tekan
𝑄 = 𝑉𝐼𝑠𝑎𝑝 × 𝐴𝑇𝑒𝑘𝑎𝑛

(𝜋(0,25 𝑚)2
0,0875 𝑚3 /𝑑𝑒𝑡𝑖𝑘 = (𝑉𝑇𝑒𝑘𝑎𝑛 𝑚/𝑑𝑒𝑡𝑖𝑘) × [ ]
4

0,0875𝑚3 /𝑑𝑒𝑡𝑖𝑘
𝑉𝑇𝑒𝑘𝑎𝑛 =
0,049𝑚2
𝑉𝑇𝑒𝑘𝑎𝑛 = 1,785 𝑚/𝑑𝑒𝑡𝑖𝑘

66
2. Perhitungan nilai k dengan masing – masing aksesoris pipa tekan

a. Nilai k untuk bend 900 dengan berbanding radius belokan pipa dengan
diameter r/d = 2, nilai k = 0,27 sebanyak 3 buah

b. Nilai k untuk gate valve dengan bukaan gate valve 100% (bukaan
penuh), nilai k = 0,12 sebanyak 1 buah

c. Nilai k untuk no return valve I check valve dengan jenis swing check
valve nilai k = 2,0 – 2,5 diasumsikan nilai k = 2,2 sebanyak 1 buah

d. Nilai 𝑘𝑡𝑜𝑡𝑎𝑙 = [(3 × bend 900 ) + (gate valve) + (check valve)]

𝑘𝑡𝑜𝑡𝑎𝑙 = [(3 × 0,27) + 0,12 + 2,2]

𝑘𝑡𝑜𝑡𝑎𝑙 = 0,81 + 0,12+2,2

𝑘𝑡𝑜𝑡𝑎𝑙 = 3,13

3. Headloss Mayor masing – masing pipa tekan dengan C = 130 adalah

151 × 𝑄 1,85 𝐿
∆ℎ𝑀𝑎𝑦𝑜𝑟 = ( ) × ( )
𝐶 × 𝐷2,63 1000

1,85
151 × 0,0875 𝑚3 /𝑑𝑒𝑡𝑖𝑘 4𝑚
∆ℎ𝑀𝑎𝑦𝑜𝑟 =( ) ×( )
130 𝑥 0,252,63 1000

∆ℎ𝑀𝑎𝑦𝑜𝑟 = 0,049 𝑚

4. Headloss Minor total masing – masing pipa tekan

𝑉tekan 2
∆ℎ𝑀𝑖𝑛𝑜𝑟 = 𝑘𝑡𝑜𝑡𝑎𝑙 × ( )
2×𝑔

1,785 𝑚/𝑑𝑒𝑡𝑖𝑘 2
∆ℎ𝑀𝑖𝑛𝑜𝑟 = 3,13 [( ) ]
2 × 9,81𝑚/𝑑𝑒𝑡𝑖𝑘 2

∆ℎ𝑀𝑖𝑛𝑜𝑟 = 0,5 𝑚

67
5. Headloss total pada pipa tekan
∆ℎ𝑇𝑜𝑡𝑎𝑙 = ∆ℎ𝑀𝑎𝑦𝑜𝑟 + ∆ℎ𝑀𝑖𝑛𝑜𝑟
∆ℎ𝑇𝑜𝑡𝑎𝑙 = 0,049 𝑚 + 0,5 𝑚
∆ℎ𝑇𝑜𝑡𝑎𝑙 = 0,549 𝑚

C. Headloss Pipa Transmisi


1. Laju alir air pada pipa transmisi
𝑄 = 𝑉𝑇𝑟𝑎𝑛𝑠 × 𝐴𝑇𝑟𝑎𝑛𝑠

3
(𝜋(0,600 𝑚)2
0,350𝑚 /𝑑𝑒𝑡𝑖𝑘 = (𝑉𝑇𝑟𝑎𝑛𝑠 𝑚/𝑑𝑒𝑡𝑖𝑘) × [ ]
4
𝑉𝑇𝑒𝑘𝑎𝑛 = 1,2378 𝑚/𝑑𝑒𝑡𝑖𝑘

2. Perhitungan nilai k dengan masing – masing aksesoris pipa transmisi

a. Nilai k untuk inlet connection/interkoneksi antar pipa tekan dan pipa


transmisi memiliki variasi k sebagai berikut:

 Interkoneksi pipa tekan pada pompa 2 tidak menghasilkan


headloss minor karena pompa satu stand by tidak beroperasi
 Interkoneksi pipa tekan dan pipa transmisi pada pompa 3 akan
menghasilkan headloss minor dengan nilai k sebagai berikut:

𝑄𝑎 0,0875𝑚3 /𝑑𝑒𝑡𝑖𝑘
( )=( )
𝑄 0,0875𝑚3 /𝑑𝑒𝑡𝑖𝑘

𝑄𝑎
( ) = 0,1 𝑚𝑎𝑘𝑎 𝑛𝑖𝑙𝑎𝑖 𝑘𝑡𝑒𝑘𝑎𝑛 = 1,20 𝑑𝑎𝑛 𝑘𝑡𝑟𝑎𝑛𝑠 = 0,55
𝑄

 Interkoneksi pipa tekan dan pipa transmisi pada pompa 4 akan


menghasilkan headloss minor dengan nilai k sebagai berikut:

𝑄𝑎 0,0875𝑚3 /𝑑𝑒𝑡𝑖𝑘
( )=( )
𝑄 0,175𝑚3 /𝑑𝑒𝑡𝑖𝑘

𝑄𝑎
( ) = 0,5 𝑚𝑎𝑘𝑎 𝑛𝑖𝑙𝑎𝑖 𝑘𝑡𝑒𝑘𝑎𝑛 = 0,46 𝑑𝑎𝑛 𝑘𝑡𝑟𝑎𝑛𝑠 = 0,53
𝑄

68
 Interkoneksi pipa tekan dan pipa transmisi pada pompa 5 akan
menghasilkan headloss minor dengan nilai k sebagai berikut:

𝑄𝑎 0,0875𝑚3 /𝑑𝑒𝑡𝑖𝑘
( )=( )
𝑄 0,2625𝑚3 /𝑑𝑒𝑡𝑖𝑘

𝑄𝑎
( ) = 0,33 𝑚𝑎𝑘𝑎 𝑛𝑖𝑙𝑎𝑖 𝑘𝑡𝑒𝑘𝑎𝑛 = 0,07 𝑑𝑎𝑛 𝑘𝑡𝑟𝑎𝑛𝑠 = 0,38
𝑄

 Headloss total interkoneksi antar pipa tekan:

𝑉tekan 2
∆ℎ𝑇𝑒𝑘𝑎𝑛 = 𝑘𝑇𝑒𝑘𝑎𝑛 × ( )
2𝑥𝑔

(1,785𝑚/𝑑𝑒𝑡𝑖𝑘) 2
∆ℎ𝑇𝑒𝑘𝑎𝑛 = [1,20 + 0,46 + (−0,07)] × ( )
2 × 9,81𝑚/𝑑𝑒𝑡𝑖𝑘 2

∆ℎ𝑇𝑒𝑘𝑎𝑛 = 0,258 𝑚

 Headloss total interkoneksi antar pipa trans:

𝑉𝑇𝑟𝑎𝑛𝑠 2
∆ℎ𝑇𝑟𝑎𝑛𝑠 = 𝑘𝑇𝑟𝑎𝑛𝑠 × ( )
2𝑥𝑔

(1,2378𝑚/𝑑𝑒𝑡𝑖𝑘) 2
∆ℎ𝑇𝑟𝑎𝑛𝑠 = [0,55 + 0,53 + (−0,38)] × ( )
2 × 9,81𝑚/𝑑𝑒𝑡𝑖𝑘 2

∆ℎ𝑇𝑟𝑎𝑛𝑠 = 0,114 𝑚

 Headloss total interkoneksi pada sistem pipa transmisi:

∆ℎ𝐼𝑛𝑡𝑒𝑟 = ∆ℎ𝑇𝑒𝑘𝑎𝑛 + ∆ℎ𝑇𝑒𝑘𝑎𝑛

∆ℎ𝑇𝑟𝑎𝑛𝑠 = [0,258 + 0,114] 𝑚

∆ℎ𝑇𝑟𝑎𝑛𝑠 = 0,372 𝑚

b. Nilai k untuk bend 900 dengan berbanding radius belokan pipa dengan
diameter r/d = 1, nilai k = 0,33 sebanyak 5 buah

69
d. Nilai k untuk no return valve/ check valve dengan jenis swing check
valve nilai k = 2,0 – 2,5 diasumsikan nilai k = 2,5 sebanyak 1 buah

e. Nilai 𝑘𝑡𝑜𝑡𝑎𝑙 = [(5 × bend 900 ) + (check valve)]

𝑘𝑡𝑜𝑡𝑎𝑙 = [(5 × 0,33) + 2,5]

𝑘𝑡𝑜𝑡𝑎𝑙 = 1,65 +2,5

𝑘𝑡𝑜𝑡𝑎𝑙 = 4,15

f. Headloss Mayor masing – masing pipa tekan dengan C = 130 adalah

151 × 𝑄 1,85 𝐿
∆ℎ𝑀𝑎𝑦𝑜𝑟 =( 2,63
) ×( )
𝐶 × 𝐷 1000

1,85
151 × 0,350 𝑚3 /𝑑𝑒𝑡𝑖𝑘 600𝑚
∆ℎ𝑀𝑎𝑦𝑜𝑟 =( ) ×( )
130 𝑥 0,6002,63 1000

∆ℎ𝑀𝑎𝑦𝑜𝑟 = 1,3626 𝑚

g. Headloss Minor total masing – masing pipa tekan

𝑉trans 2
∆ℎ𝑀𝑖𝑛𝑜𝑟 = 𝑘𝑡𝑜𝑡𝑎𝑙 × ( )
2×𝑔

1,2378 𝑚/𝑑𝑒𝑡𝑖𝑘 2
∆ℎ𝑀𝑖𝑛𝑜𝑟 = 4,15 [( ) ]
2 × 9,81𝑚/𝑑𝑒𝑡𝑖𝑘 2

∆ℎ𝑀𝑖𝑛𝑜𝑟 = 0,3240 𝑚

h. Headloss total pada pipa tekan


∆ℎ𝑇𝑜𝑡𝑎𝑙 = ∆ℎ𝐼𝑛𝑡𝑒𝑟 + ∆ℎ𝑀𝑎𝑦𝑜𝑟 + ∆ℎ𝑀𝑖𝑛𝑜𝑟
∆ℎ𝑇𝑜𝑡𝑎𝑙 = 0,372 𝑚 + 1,3626 𝑚 + 0,3240 𝑚
∆ℎ𝑇𝑜𝑡𝑎𝑙 = 2,0586 𝑚

70
D. Headloss Pompa dan Sistem Transmisi
∆ℎ𝑆𝑖𝑠𝑡𝑒𝑚= ∆ℎ𝐼𝑠𝑎𝑝 + ∆ℎ𝑇𝑒𝑘𝑎𝑛 + ∆ℎ𝑇𝑟𝑎𝑛𝑠
∆ℎ𝑆𝑖𝑠𝑡𝑒𝑚 = 0,09947 𝑚 + 0,549 𝑚 + 2,0586 𝑚
∆ℎ𝑆𝑖𝑠𝑡𝑒𝑚 = 2,707 𝑚

E. Head dan Efisiensi Pompa Transmisi


Tabel 3.6 Spesifikasi Sistem Hidrolis Pompa dan Transmisi
No. Detail Spesifikasi Unit Dimensi
1. Laju alir isap m/detik 1,2500
2. Laju alir keluar m/detik 1,2378
3. Elevasi air masuk di pipa isap M +56,30
4. Elevasi air keluar di pipa transmisi M +81,05
5. Debit pemompaan total rata-rata m3/detik 0,350
6. Berat jenis air pada temperatur Kilo. Newton 9,774
270C
7. Headloss sistem M 2,707

1. Rumusan total head pompa dinamis


𝑉ℎ𝑖𝑠𝑎𝑝 2 𝑃1 𝑉𝑘𝑒𝑙𝑢𝑎𝑟 2 𝑃1
[ ] + [ ] + 𝑍1 + 𝐻𝑃𝑜𝑚𝑝𝑎 = [ ] + [ ] + 𝑍2 + 𝐻𝐿 + 𝐻𝐴𝑒𝑟𝑎𝑠𝑖
2×𝑔 𝛾 2×𝑔 𝛾

Catatan:
P1 = Tekanan pada panel pompa biasanya negatif dan dapat diasumsikan = 0
P2 = Tekanan pada panel pipa keluaran ke atmosfer juga dapat diasumsikan = 0
Z1 = Elevasi eksisting air masuk di pipa isap (+56,30 meter)
Z2 = Elevasi eksisting keluaraan di pipa transmisi (+81,05 meter)

Oleh karena penulis tidak melihat adanya panel di pipa keluran, maka tekanan
pada panel pompa juga tidak diperhitungkan dan diaumsikan = 0
Oleh karena penulis tidak merencanakan untuk membangun unit aerasi , maka
𝐻𝐴𝑒𝑟𝑎𝑠𝑖 juga tidak diperhitungkan dan diaumsikan = 0

71
𝑉ℎ𝑖𝑠𝑎𝑝 2 𝑃1 𝑉𝑘𝑒𝑙𝑢𝑎𝑟 2 𝑃1
[ ] + [ ] + 𝑍1 + 𝐻𝑃𝑜𝑚𝑝𝑎 = [ ] + [ ] + 𝑍2 + 𝐻𝐿 + 𝐻𝐴𝑒𝑟𝑎𝑠𝑖
2×𝑔 𝛾 2×𝑔 𝛾
(1,25𝑚/𝑑𝑒𝑡𝑖𝑘)2
[ ] + 0 + 56,30m + 𝐻𝑃𝑜𝑚𝑝𝑎
2 × 9,81𝑚/𝑑𝑒𝑡𝑖𝑘 2
(1,2378𝑚/𝑑𝑒𝑡𝑖𝑘)2
=[ ] + 0 + 81,05 m + 2,707𝑚 + 0
2 × 9,81𝑚/𝑑𝑒𝑡𝑖𝑘 2

𝐻𝑃𝑜𝑚𝑝𝑎 = [0,078 + 81,05 m + 2,707𝑚 + 0]𝑚 − [0,0796 + 0 + 56,30]𝑚


𝐻𝑃𝑜𝑚𝑝𝑎 = [83,835 − 56,3796]𝑚
𝐻𝑃𝑜𝑚𝑝𝑎 = 27,4554 𝑚

2. Daya Hidraulik Pompa


𝛾 × 𝑄 × 𝐻𝑃𝑢𝑚𝑝
𝑁𝑃𝑢𝑚𝑝 =
𝜂𝑝𝑢𝑚𝑝
9,774 𝑘. 𝑁 × 0,350 𝑚3 /𝑑𝑒𝑡𝑖𝑘 × 27,4554𝑚
𝑁𝑃𝑢𝑚𝑝 =
80%
𝑁𝑃𝑢𝑚𝑝 = 117,4045 𝑘𝑖𝑙𝑜𝑤𝑎𝑡𝑡
Catatan :
Menurut Peavy (1985) performa pompa diukur berdasarkan kapasitas pompa
terhadap head dan efisiensinya. Efisiensi pompa biasanya pada range 60-85%.
Penulis mengasumsikan efisiensi pompa sebesar 80%.
𝛾 = 𝐵𝑒𝑟𝑎𝑡 𝑠𝑝𝑒𝑠𝑖𝑓𝑖𝑘 𝑐𝑎𝑖𝑟𝑎𝑛, 𝑘. 𝑁(9,774 𝑘. 𝑁 𝑝𝑎𝑑𝑎 𝑡𝑒𝑚𝑝𝑒𝑟𝑎𝑡𝑢𝑟 27°𝐶)

3. Daya Motor Penggerak pompa


𝑁𝑃𝑢𝑚𝑝 (1 + 𝐴)
𝑁𝑚𝑜𝑡𝑜𝑟 =
(𝜂𝑃𝑢𝑚𝑝× 𝜂𝑃𝑜𝑟𝑜𝑠 )
117,4045 𝑘𝑖𝑙𝑜𝑤𝑎𝑡𝑡(1 + 0,1)
𝑁𝑚𝑜𝑡𝑜𝑟 =
(80% × 1)
𝑁𝑚𝑜𝑡𝑜𝑟 = 161,4284 𝑘𝑖𝑙𝑜𝑤𝑎𝑡𝑡
Catatan :
A = Faktor yang bergantung pada jenis motor
(0,1 sampai 0,2 untuk motor listrik)
𝜂𝑃𝑜𝑟𝑜𝑠 = 𝐸𝑓𝑖𝑠𝑖𝑒𝑛𝑠𝑖 ℎ𝑢𝑏𝑢𝑛𝑔𝑎𝑛 𝑝𝑜𝑟𝑜𝑠, 1 𝑗𝑖𝑘𝑎 𝑝𝑜𝑟𝑜𝑠 𝑑𝑖𝑘𝑜𝑝𝑒𝑙 𝑙𝑎𝑛𝑔𝑠𝑢𝑛𝑔

72
3.6 Koagulasi
Tabel 3.7 Spesifikasi Teknis Koagulasi Hidrolik
No. Detail Spesifikasi Unit Dimensi
1. Dimensi ruang pengaduk:
a. Panjang cm 250
b. Lebar cm 100
c. Tinggi cm 150
2. Sistem pengadukan:
a. Gradien pengadukan detik-1 500-1000
b. Waktu tinggal detik 20-60
c. Gradien x waktu tinggal non dimensi 20.000-30.000
3. pH koagulan optimum non dimensi 4,5-8,0

A. Perhitungan desain unit koagulasi


Tinggi= 150 cm= gradien 500= td 60 detik (Darmasetiawan, 2001)
500
G x Td air= x 60 detik=30.000
detik
B. Perhitungan dosis pembubuh koagulan melalui jar test
Tabel 3.8 Spesifikasi Teknis Larutan Koagulan Dan Dosis Pembubuhan
No. Detail Spesifikasi Unit Dimensi
1. Larutan PAC 5% gram/liter 50
2. 1 gelas air baku liter 1
3. Debit pompa pembubuh koagulan liter/jam 500
4. Kapasitas pengolahan IPA max liter/detik 350
5. Konsentrasi larutan PAC pada bak kg/liter 0,1
pembubuh koagulan sebesar 10% atau atau
mg/liter 105

Perhitungan dosis pembubuhan PAC di Instalasi:


PAC 5% dalam 1 liter air
5
x 1000 gr
100
PAC=
1 liter
50 gr 1000 mg 1 liter
PAC= x x
1 liter 1 gr 1000 ml
50 mg
PAC= =50 ppm
1 ml
mg
50 x 0,4 ml
ml
Dosis=
1 liter
Dosis= 20 mg/liter

73
Perhitungan stroke:
F x D x 3600 detik/jam
Stroke (%)= [ ] x100%
Qpump x C
L
350 det x 20 mg/L x 3600 detik/jam
Stroke (%)= [ L ] x100%
500 jam x 105 mg/L
Stroke (%)= 50,4 %

C. Estimasi masa lumpur per hari dari koagulan


[Al2O3] = 20 x 0,3 = 6 mg/L
gr
(2x78) Al(OH)3 1 kg
mol
Slumpur=Dosis[Al2 O3 ] x Q x [ gr ]x
102 mol
Al2 O3 106 mg
mg L 156 1 kg 86.400 detik
Slumpur=6 x 350 x [ ]x 6 x
L det 102 10 mg 1 hari

Slumpur=2100 x 1,53 x 10-6 x 86.400


Slumpur=277,6 kg/hari
kg
Slumpur ( hari )
Qlumpur= kg
1000 m3 xρlumpur x % lumpur
kg
277,6 ( hari )
Qlumpur= kg
1000 m3 x 1,2 x 0,04

Qlumpur= 5,78m3 /hari

D. Perhitungan Head Pompa pembubuh koagulan

Tabel 3.9 Spesifikasi Teknis Head Pompa Pembubuh Koagulan


No. Detail Spesifikasi Unit Dimensi
1. Pompa pembubuh koagulan:
a. Debit pemompaan L/jam 500
b. Jumlah pompa buah 2
2. Panel kontrol:
a. Sistem starting n/a Direct on Line
b. Pompa kimia diafragma buah 2 buah
c. Tegangan catu; arus listrik volt; ampere 220; 5
d. Sistem pembubuhan % Bukaan keran (%)

74
No. Detail Spesifikasi Unit Dimensi
3. Aksesoris system pompa:
a. Gate valve buah 1
b. Bend 90’ buah 3
c. Check valve buah 1
4. Spesifikasi lainnya:
a. Rotasi per menit rpm n/a
b. Head maks pompa meter n/a
c. Tenaga operasional kilowatt perhitungan sistem
d. Jenis pipa yang diinstalasikan n/a PVC
5. Ukuran dan jarak:
a. Jarak rumah pembubuh ke IPA meter 20-25
b. Perbedaan elevasi meter 2
c. Dimensi bakP xLxT meter 5x4x3

a. Volume PAC yang diperlukan selama pencampuran


Vol PAC=Qpump x Tc
L
500 jam x 4 jam x 1m3
Vol PAC=
1000 L
3
Vol PAC= 2m

b. Volume larutan PAC yang diperlukan selama pencampuran


100
Vol larutan= x Vol PAC
10
100
Vol larutan= x 2 m3
10
Vol larutan= 20m3

c. Dimensi bak pembubuh koagulan jika Hbak = 3m dengan ruang bebas


minimum (freeboard) 40 cm dari permukaan larutan
P= 2,8 m
L= 2,8 m
H= 3 m

d. Perhitungannilai k dari masing-masing aksesoris pipa pembuluh


1. Nilai k untuk bend 90o dengan perbandingan radius belokan pipa
dengan diameter r/d= 1, nilai k= 0,33 sebanyak 3 buah
2. Nilai k untuk gate valve dengan bukaan gate valve 50,4% -
tertutup49,6%, nilai k= 2,06 sebanyak 1 buah

75
3. Nilai k untuk check valve dengan tipe swing, nilai k= 2, sebanyak 1
buah
4. Nilai k total= [(3 x bend 90o )+ (gate valve)+ (check valve)]
Nilai k total= [(3 x 0,33)+ (2,06)+ (2)]
Nilai k total= 5,05

5. Headloss mayor pipa pembubuh koagulan dengan C= 140


Debit pompa dikonversi dari 500 L/jam menjadi 0,00014 m3/detik
1
Q =0,2785 x C xD2,63 xS2
8
0,00014=0,2785 x 140 xD2,63 x
28
D =0,000126=3,5 mm
(tidak ada di pasaran, sehingga memakai D= 25 mm)
1,85
151 x Q L
∆h mayor= ( ) x ( )
C x D2,63 1000
1,85
151 x 0,00014 20
∆h mayor= ( 2,63 ) x ( )
140 x 0,025 1000
∆h mayor= 0,149 m

6. Laju alir dalam pipa PVC ukuran 25 mm


Qkoagulan =Vkoagulan xAtekan

π x(0,025 m)2
0,00014 =Vkoagulan x [ ]
4
0,00014
Vkoagulan =
0,0005
Vkoagulan = 0,28 m/detik

7. Headloss minor pada sistem pipa pembubuh koagulan


Vkoagulan
∆h minor=ktotal x ( )
2xg
0,282
∆h minor=5,05 x ( )
2 x 9,81
∆h minor=0,0202 m

76
8. Besaran head total pompa minimum pada sistem pembubuh koagulan
H pump= ∆El + ∆h mayor + ∆h minor
H pump= 8 + 0,149 + 0,0202m
H pump= 8,1692 m

9. Pemilihan pompa yang digunakan Pompa 2,6 bar = 26 m, Grundfos


Digital Dosing DME 0,005 to 12,68 gph Cabinet size 2

Tabel 3.10 Kesesuaian Spesifikasi Teknis Dengan Kriteria Desain


No. Keterangan Unit Kawamura Al- Reynolds Darmasetiawan Peavy Spek
Layla
1. G dtk-1 300 20- 700- 700-1000 600- 500
70 1000 1000
2. Td dtk 10-30 30- 20-60 20-40 10- 60
60 60
3. G x Td 300- 0,5-1 20.000- 30.000
1600 30,000
4. pH alum 4 4,5-8,0 5,0- 5,0
optimum 7,5

3.7 Flokulasi
Tabel 3.11 Spesifikasi Teknis Flokulasi
No. Detail Spesifikasi Unit Dimensi
1. Dimensiruang pengadukan:
a. Panjang cm 400
b. Lebar cm 400
c. Tinggi cm 350
d. Tinggi air cm 300
2. Gradien pengadukan:
a. Tahap I Gradien dan Td 70-20 dan
b. Tahap II (L/mnt dan detik) 120 detik tiap tahap
c. Tahap III
d. Tahap IV
e. Tahap V
f. Tahap VI
3. Total G x Td air non dimensi 2x105 - 3x105

A. Perhitungan dimensi

77
350 L/detik x 120 detik = 42000 L
Tinggi air= 3 m Lebar= 3,8 m
Panjang= 3,8 m Tinggi= 3,5 m

B. Perhitungan headloss (∆h)


GxνxHxA
∆h=
Q
1. Proses flokulasi tahap I (G = 70)
70 x 8,64 x 10-7 x 3 x (3,8 x 3,8)
∆h= =0,0075 m ≈1 cm
0,35
2. Proses flokulasi tahap II (G = 60)
60 x 8,64 x 10-7 x 0,0075 x (14,44)
∆h= =0,000016 m ≈1 cm
0,35
3. Proses flokulasi tahap III (G = 50)
50 x 8,64 x 10-7 x 0,000016 x (14,44)
∆h= =2,8 x 10−8 m ≈1 cm
0,35
4. Proses flokulasi tahap IV (G = 40)
40 x 8,64 x 10-7 x 2,8 x 10−8 x (14,44)
∆h= =4 x 10−11 m ≈1 cm
0,35
5. Proses flokulasi tahap V (G = 30)
30 x 8,64 x 10-7 x 4 x 10−11 x 14,44)
∆h= =4,8 x 10−14 m ≈1 cm
0,35

6. Proses flokulasi tahap VI (G = 20)


20 x 8,64 x 10-7 x 4,8 x 10−14 x (14,44)
∆h= =3,4 x 10−17 m ≈1 cm
0,35

7. Langkah 3: Perhitungan total gradien


FI = G x Tdair = 70 x 120 detik = 8400
FII = G x Tdair = 60 x 120 detik = 7200
FIII = G x Tdair = 50 x 120 detik = 6000
FIV = G x Tdair = 40 x 120 detik = 4800
FV = G x Tdair = 30 x 120 detik = 3600

78
FVI = G x Tdair = 20 x 120 detik = 2400
Total = 32.400 ≈3,24 x 104
Tabel 3.12 Kesesuaian Spesifikasi Teknis Dengan Kriteria Desain
No. Keterangan Unit Kawamura Al-Layla Reynolds Darmasetiawan Peavy Spek
1. G dtk-1 60-10 75-10 80-20 70-20 70-20
2. Td meni 30-40 10-90 10-20 10- 12
t 30
3. G x Td 104 - 104 - 105 104 - 3,24 x
105 105 104

3.8 Sedimentasi
Tabel 3.13 Spesifikasi Teknis Sedimentasi
No. Detail Spesifikasi Unit Dimensi
1. Dimensi unit Sedimantasi:
a. Panjang m 44,8
b. Lebar m 11,2
c. Tinggi m 5,5
d. Tinggi air m 5
2. Detail unit:
a. Debit rancangan m3/detik 0,35
b. Diameter tube settler m 0,05
o
c. Sudutinstalasi tube settler 60
d. Tinggiinstalasi tube settler m 1
e. Ketebalan plat mm 5
f. Dimensi modul tube settler m 36(0,95 x 0,95)
3. Dimensi saluran air inlet
a. Jumlah dan dimensi pipa inlet Buah dan mm 1 dan 400
b. Jumlah dan dimensi orifice Buah dan mm 10 dan250
4. Dimensi saluran air outlet
a. Jumlah saluran gutter dan panjang Buah dan m 3 dan 44,8
b. Jarak antar gutter dan lebar gutter cm dan cm 5 dan 5
c. Tinggi air di permukaan gutter cm 3
d. Kemiringan gutter mm/m 2/100
o
e. Sudut V-Notch 45
f. Jumlah V-Notch buah 2 x 118
g. Jumlah pelimpah buah 3
h. Saluran pengumpul cm x cm 10 x 5
5. Dimensi penampung lumpur:
a. Panjang m 20
b. Lebar m 10
c. Kedalaman ruang hoppe r m 1,5
d. Jumlah ruang penampung lumpur buah 2

A. Perhitungan dimensi
Td = 2 jam (Kawamura)

79
Kapasitas = 350 L/det x 7200 det = 2520000 L= 2520 m3
Ketinggian air = 5 m
2520m3
Luas = = 504 m2
5m

Luas = 4L x L = 4L2
504 m2 = 4L2
126 m2 = L2
11,2 m = Lebar
Panjang = 4L = 4 x 11,2 m = 44,8 m

B. Perhitungan system hidrolika sedimentasi


1. Kecepatan horizontal partikel:
Q
Vhori=
LxH
0,35
Vhori=
11,2 x 5
Vhori= 0,0063 m/det

2. Jari-jari hidrolis:
LxH
R=
L+ H
11,2 x 5
R=
11,2+ 5
R= 3,46 m
3. Bilangan Reynolds:
Vhori x R
NRe =
υ
0,0063 x 3,46
NRe =
0,864 x 10-6
NRe = 25229>500 (tidak sesuai!, seharusnya< 500)

4. Bilangan Froude:

80
Vhori2
NFr =
gxR
0,00632
NFr =
9,81 x 2,45
NFr = 1,65 x 10-6 <10-5 (tidak sesuai! seharusnya>10-5 )
5. Laju alir rmemasuki tube settler dengan arah aliran vertikal:
𝑄
𝑉𝑣𝑒𝑟 =
(𝑃 𝑥 𝐻) sin 𝛼
0,35 𝑚3 /𝑑𝑒𝑡
𝑉𝑣𝑒𝑟 =
(44,8 𝑥 5) sin 60
𝑉𝑣𝑒𝑟 = 0,0018 𝑚/𝑑𝑒𝑡
6. Bilangan Reynolds:
Vver x R
NRe =
υ
0,0018 x 0,05
NRe =
0,864 x 10-6
NRe = 104,17 <500 (sesuai!)
7. Bilangan Froude:
Vver2
NFr =
gxR
0,00182
NFr =
9,81 x 0,05
NFr = 6,6 x 10-6 = 66 x 10-5 >10-5 (sesuai!)
8. Td air:
L x B xHair 1 jam
Tdair = x
Qolah 3600 detik
44,8 x 11,2 x 5 1 jam
Tdair = x
0,35 3600 detik
Tdair = 1,99 jam ≈120 menit

9. Surface loading rate:

81
Qolah 3600 detik
SLR= x
LxB 1 jam
0,35 m3 /det 3600 detik
SLR= 2
x
(44,8 x 11,2)m 1 jam
m3
SLR=2,5112 .jam
m2
10. Kecepatan pengendapan pada bak sedimentasi:
Qolah
Vsed =
LxB
0,35 m3 /det
Vsed =
(44,8 x 11,2)m2
Vsed = 0,000698 m/det

C. Perhitungan sistem inlet dan zona lumpur


1. Cek laju alir dari pipa inlet
4 xQolah
Vinlet =
2 x π xDin 2
4 x 0,35
Vinlet =
2 x 3,14 x0,42
Vinlet = 1,39 m/det
2. Cek laju alir di lubang orifice
4 x Qolah
Vori =
Nori x π x Dori 2
4 x 0,35
Vori =
10 x 3,14 x 0,252
Vori = 0,71 m/det
3. Headloss aliran di lubang orifice
Vori 2
∆hori = [k x ] x Nori
2xg
0,712
∆hori = [1,7 x ] x 10
2 x 9,81
∆hori =
0,44 m

82
4. Konversi nilai kekeruhan menjadi total padatan tersuspensi
TSS air baku = 50 NTU
TSS pada unit KFS = 50 x 92% = 46
Csolid =Cair baku -CKFS =50 – 46 = 4 NTU
Srem = 46 (pada grafik didapat hasil 200 mg/L)
5. Massa lumpur yang terbentuk dari penyisihan kekeruhan air baku
Spart =Srem x Debit IPA
mg L 1 kg 86.400 detik
Spart = 200 x 350 x 6 x
L detik 10 mg 1 hari
Spart = 6048 kg/hari
6. Total penyisihan partikel di tambah lumpur koagulan secara
maksimum
Slumpur= Spart + Skoag
Slumpur= 6048 kg/hari + 277,6 kg/hari
Slumpur= 6325,6 kg/hari
7. Debit lumpur maksimum di sedimentasi jika diketahui data sebagai
berikut

Slumpur
Qlumpur = [ kg
]
1000 m3 x ρlumpur x %lumpur

6325,6 kg/hari
Qlumpur = [ kg
]
1000 m3 x 1,2 x 0,04

m3
Qlumpur = 131,78
hari
8. Jika lumpur di drain setiap 30 menit, maka dimensi zona lumpur
Qlumpur
Vollumpur = 2 jam
x 24 hari
jam

m3
131,78 hari
Vollumpur = 2 jam
x 24 hari
jam

Vollumpur =2,75 m3

83
Oleh karena jumlah ruang penampung lumpu rada 2 kompartemen,
maka volume masing-masing kompartemen harus lebih besar atau
sama dengan 1,4 m3.
9. Dimensi zona penampung lumpur
Vollumpur 2,75 m3
Dimensi= = =1,83 m2
Tinggi 1,5 m

(PxLxT)
Volzona =
3
(2,5x2,5x1,5)
Volzona = =3,13 m3
3

D. Perhitungan zona outlet dan saluran pembawa


1. Panjang area tube settler
Ptube= (Psed - Ltube x cos 60) m
Ptube= (44,8 – 0,95 x cos 60) m
Ptube= 44,33 m
2. Jumlah sisi tube settler
z w
Ptube =N x +(N-1) x
sin α sin α
0,005 0,05
44,33=N x +(N-1) x
sin 60 sin 60
N =674,16 buah≈ 675 buah
3. Debit setiap gutter
Qolah
Qgut =
jumlahpelimpah
m3
0,35 detik
Qgut =
3
m3
Qgut = 0,12
detik

84
4. Debit setiap V-Notch
Qgut
Qv-notch =
2 x nv-notch
m3
0,12 detik
Qv-notch =
2 x 3 x 675
Qv-notch = 0,0000296 m/detik
5. Headloss pada V-Notch
8 5
Qv-notch = x 0,6 x √2 x 9,81 x tan 45 x ∆h2
15
m 5
0,0000296 = 1,42 x ∆h2
detik
m 5
0,0000296 = 1,42 x ∆h2
detik
∆h= 0,0135 m
6. Jari-jari hidrolis air di saluran pembawa (R)
b x hair
R=
b+2hair
(0,1 x 0,05)m2
R=
(0,1+2(0,05)) m
R= 0,0250 m
7. Lajualir air saat melewati saluran pembawa
1 2 1
V= x R3 x S 2
n
1
1 2 0,002 2
V= x 0,02503 x ( )
0,03 1
V= 0,1275 m/det
8. Headloss aliran air saat melewati saluran pembawa
V 1.85 L
∆hpemb =6,82 ( ) x 1,167
C R
0,1275 m/det 1.85 11,2
∆hpemb =6,82 ( ) x
140 0,02501,167
∆hpemb =0,013 m

85
9. Headloss bersih sedimentasi
∆hsed =∆hori + ∆hv-notch +∆hpemb
∆hsed =0,44 m+ 0,0135 m+0,013 m
∆hsed =0,4665 m
10. Tinggi air di saluran pengumpul
Hsed =Hflo - ∆hsed
Hsed = 2,94 m- 0,4665 m
Hsed = 2,4735 m

Tabel 3.14 Kesesuaian Spesifikasi Teknis Dengan Kriteria Desain


No. Keterangan Unit Kawamura Droste Rich JWWA Layla Reynolds Spek
1. Beban M/ 0,83-2,5 20- 2,4-3
permukaan jam 70
2. Tinggi air M 3-5 2,5-5 2,4-3 3-4 2-5 1,8 5
3. Td Jam 1,5-3 0,5-1 2
o
4. Kemiringan 60-90 60 30 60
tube
5. Panjang m 70- 10 >75 44,8
75
6. Lebar m 2-5 1,5-6 11,2
7. P:L 6:1-4:1 3:1- 2:1 4:1
5:1
8. L:H 3:1-6:1
9. Freeboard m 0,6 0,3-0,7 0,6
10. Re <2000 <500 <500 104,17
11. Fr >10-5 66x10-5

3.9 Rapid Sand Filter IPA

Rapid Sand Filter di IPA ini merupakan unit filtrasi yang berfungsi untuk
menyaring air hasil proses pengolahan yang berasal dari pulsator degremen IPA.
Unit ini menggunakan prinsip penyaringan aliran gravitasi dan dapat di backwash.
Berikut ini adalah spesifikasi teknis Rapid Sand Filter di IPA.

86
Tabel 3.15 Spesifikasi Teknis Rapid Sand Filter IPA
No Detai Spesifikasi Unit Dimensi
Dimensi Rapid Sand Filter
a. Panjang meter 19
b. Lebar meter 7,5
c. Tinggi Unit meter 2,95
1 d. Tinggi Air Rencana meter 2,2
e. Jumlah Unit buah 3
f. Penahan Ekspansi Media Filter meter 0,35
g. Debit Filtrasi m3/detik 0,35
h. Waktu Backwash dengan Air meter 10
Sistem Backwash
a. Viskositas Kinematis Air m2/detik 0,864 x 10
2 b. Kecepatan Udara m3/m2 jam 65
c. Kecepatan Backwash m3/m2 jam 20
d. Temperatur Air celcius 26-28
Tipikal Media Filter
Pasir Antrasit
a. Faktor Bentuk non dimensi 0,7
b. Porositas non dimensi 0,46
c. Diameter Butiran mm 0,4-0,9
d. Ketebalan Media meter 0,25
Pasir Silika
a. Faktor Bentuk non dimensi 0,78
3 b. Porositas non dimensi 0,43
c. Diameter Butiran mm 0,9-1,4
d. Ketebalan Media meter 0,45
Pasir Penyangga (Gravel)
a. Faktor Bentuk non dimensi 0,94
b. Porositas non dimensi 0,39
c. Diameter Butiran mm 04-Mei
d. Ketebalan Media meter 0,1
Sistem Under Drain
a. Nozzle buah 38 per 1 slab
4 b. Diameter Lubang mm 50
c. Ketebalan Plat cm 10
d. Jumlah Slab buah 15lab

87
A. Sistem Hidrolika Rapid Sand Filter IPA

Kecepatan filtrasi

𝑄
𝑉𝑜 =
𝑃×𝐿

0,35 𝑚3 /𝑑𝑒𝑡 3.600 𝑑𝑒𝑡𝑖𝑘


𝑉𝑜 = 2
×
(19,0 × 7,5)𝑚 1 𝑗𝑎𝑚

𝑉𝑜 = 8,84 𝑚/𝑗𝑎𝑚

Cek bilangan Reynold sebagai nilai lamineritas aliran air di lapisan antrasit

∅ 𝑑 𝑉𝑜
𝑁𝑅𝑒 =
𝑉

0,70 (0,9 × 10−3 𝑚) 8,84 𝑚/𝑗𝑎𝑚


𝑁𝑅𝑒 = 10−6 𝑚 𝑑𝑒𝑡𝑖𝑘
(0,864 × ) (3.600 )
𝑑𝑒𝑡𝑖𝑘 𝑗𝑎𝑚

𝑁𝑅𝑒 = 1,79 ≤ 2

Nilai bilangan Reynold kurang dari 2, maka aliran bersifat linier.

Koefisien Drag jika bilangan Reynold kurang dari 2:

24
𝐶𝑑𝑟𝑎𝑔 =
𝑁𝑅𝑒

24
𝐶𝑑𝑟𝑎𝑔 =
1,79

𝐶𝑑𝑟𝑎𝑔 = 13,41

88
Headlose pada media filter pasir antrasit dengan ketebalan 0,25 meter:

1,067 𝐶𝑑𝑟𝑎𝑔 𝑉02 1


∆𝐻𝑎𝑛 = × ×𝐷× 4 ×
∅ 𝑔 𝜀 𝐷𝑎𝑛

2
1,067 13,41 (8,84⁄3.600) 1
∆𝐻𝑎𝑛 = × × 0,25 × ×
0,70 9,81 (0,46)4 (0,9 × 10−3 𝑚)

∆𝐻𝑎𝑛 = 0,078 𝑚𝑒𝑡𝑒𝑟

Dengan cara yang sama, lakukan perhitungan besar hedloss filter menggunakan
persamaan rose di atas. Baik itu pada lapisan antrasit, kemudian lapisan silika, dan
terakhir pada media penyangga (gravel).

Kecepatan filtrasi

𝑄
𝑉𝑜 =
𝑃×𝐿

0,35 𝑚3 /𝑑𝑒𝑡 3.600 𝑑𝑒𝑡𝑖𝑘


𝑉𝑜 = ×
(19,0 × 7,5)𝑚2 1 𝑗𝑎𝑚

𝑉𝑜 = 8,84 𝑚/𝑗𝑎𝑚

Cek bilangan Reynold sebagai nilai lamineritas aliran air di lapisan silika

∅ 𝑑 𝑉𝑜
𝑁𝑅𝑒 =
𝑉

0,78 (1,4 × 10−3 𝑚) 8,84 𝑚/𝑗𝑎𝑚


𝑁𝑅𝑒 = 10−6 𝑚 𝑑𝑒𝑡𝑖𝑘
(0,864 × ) (3.600 )
𝑑𝑒𝑡𝑖𝑘 𝑗𝑎𝑚

𝑁𝑅𝑒 = 3,1 ≥ 2

Nilai bilangan Reynold kurang dari 2, maka aliran bersifat turbulen.

Koefisien Drag jika bilangan Reynold lebih dari 2:

89
24 3
𝐶𝑑𝑟𝑎𝑔 = + + 0,34
𝑁𝑅𝑒 √𝑁𝑅𝑒

24 3
𝐶𝑑𝑟𝑎𝑔 = + + 0,34
3,1 √3,1

𝐶𝑑𝑟𝑎𝑔 = 9,786

Headlose pada media filter pasir silika dengan ketebalan 0,45 meter:

1,067 𝐶𝑑𝑟𝑎𝑔 𝑉02 1


∆𝐻𝑠𝑖 = × ×𝐷× 4 ×
∅ 𝑔 𝜀 𝐷𝑠𝑖

2
1,067 9,786 (8,84⁄3.600) 1
∆𝐻𝑠𝑖 = × × 0,45 × ×
0,78 9,81 (0,43)4 (1,4 × 10−3 𝑚)

∆𝐻𝑠𝑖 = 0,0774 𝑚𝑒𝑡𝑒𝑟

Kecepatan filtrasi

𝑄
𝑉𝑜 =
𝑃×𝐿

0,35 𝑚3 /𝑑𝑒𝑡 3.600 𝑑𝑒𝑡𝑖𝑘


𝑉𝑜 = 2
×
(19,0 × 7,5)𝑚 1 𝑗𝑎𝑚

𝑉𝑜 = 8,84 𝑚/𝑗𝑎𝑚

Cek bilangan Reynold sebagai nilai lamineritas aliran air di lapisan gravel

∅ 𝑑 𝑉𝑜
𝑁𝑅𝑒 =
𝑉

0,94 (5 × 10−3 𝑚) 8,84 𝑚/𝑗𝑎𝑚


𝑁𝑅𝑒 = 10−6 𝑚 𝑑𝑒𝑡𝑖𝑘
(0,864 × ) (3.600 )
𝑑𝑒𝑡𝑖𝑘 𝑗𝑎𝑚

𝑁𝑅𝑒 = 13,36 ≥ 2

Nilai bilangan Reynold kurang dari 2, maka aliran bersifat turbulen.

Koefisien Drag jika bilangan Reynold lebih dari 2:

90
24 3
𝐶𝑑𝑟𝑎𝑔 = + + 0,34
𝑁𝑅𝑒 √𝑁𝑅𝑒

24 3
𝐶𝑑𝑟𝑎𝑔 = + + 0,34
13,36 √13,36

𝐶𝑑𝑟𝑎𝑔 = 2,96

Headlose pada media penyangga-gravel dengan ketebalan 0,10 meter:

1,067 𝐶𝑑𝑟𝑎𝑔 𝑉02 1


∆𝐻𝑔𝑟𝑎 = × ×𝐷× 4 ×
∅ 𝑔 𝜀 𝐷𝑎𝑛

2
1,067 2,96 (8,84⁄3.600) 1
∆𝐻𝑔𝑟𝑎 = × × 0,10 × ×
0,94 9,81 (0,39)4 (5 × 10−3 𝑚)

∆𝐻𝑔𝑟𝑎 = 1,7854 × 10−3 𝑚𝑒𝑡𝑒𝑟

Headloss total media filter gabungan antrasit-silika-gravel:

∆𝐻𝑡𝑜𝑡 = ∆𝐻𝑎𝑛 + ∆𝐻𝑠𝑖 + ∆𝐻𝑔𝑟𝑎

∆𝐻𝑡𝑜𝑡 = 0,078 𝑚 + 0,0774 + 0,0018

∆𝐻𝑡𝑜𝑡 = 0,1568 𝑚

B. Sistem Underdrain dan Headloss di Nozzle di Plat

Kecepatan filtrasi

𝑄
𝑉𝑜 =
𝑃×𝐿

0,35 𝑚3 /𝑑𝑒𝑡 3.600 𝑑𝑒𝑡𝑖𝑘


𝑉𝑜 = 2
×
(19,0 × 7,5)𝑚 1 𝑗𝑎𝑚

𝑉𝑜 = 8,84 𝑚/𝑗𝑎𝑚

Luas penampang nozzle

91
𝜋 × (𝑑𝑁𝑜𝑧 )2
𝐴𝑁𝑜𝑧 =
4

3,14 × (0,05)2
𝐴𝑁𝑜𝑧 =
4

𝐴𝑁𝑜𝑧 = 1,9625 × 10−3

Debit aliran air melewati masing-masing nozzle:

𝑄
𝑄𝑁𝑜𝑧 =
38⁄
𝑠𝑙𝑎𝑏 × 15 𝑠𝑙𝑎𝑏

2
0,35 𝑚 ⁄𝑑
𝑄𝑁𝑜𝑧 =
570 𝑠𝑙𝑎𝑏

2
𝑄𝑁𝑜𝑧 = 6,14 × 10−4 𝑚 ⁄𝑑

Laju alir air melewati masing-masing nozzle:

𝑄𝑁𝑜𝑧
𝑉𝑁𝑜𝑧 =
𝐴𝑁𝑜𝑧

2
6,14 × 10−4 𝑚 ⁄𝑑
𝑉𝑁𝑜𝑧 =
1,9625 × 10−3

𝑉𝑁𝑜𝑧 = 0,313 𝑚/𝑑

Headloss aliran air melewati instalasi nozzle di plat, dengan nilai K=3

𝑉𝑁𝑜𝑧 2
∆𝐻𝑁𝑜𝑧 =𝑘×
2𝑔

(0,313 𝑚⁄𝑑 )2
∆𝐻𝑁𝑜𝑧 =3×
2 × 9,81 𝑚⁄𝑑

0,015
∆𝐻𝑁𝑜𝑧 = × 570 𝑛𝑜𝑧𝑧𝑙𝑒
𝑛𝑜𝑧𝑧𝑙𝑒

∆𝐻𝑁𝑜𝑧 = 8,55 𝑁𝑜𝑧𝑧𝑙𝑒

92
C. Sistem Backwash Filter dan Ekspansi Media Filter

Debit air scouring, jika masing-masing filter di-backwash setiap 12 jam:

𝑄𝑔𝑎𝑠 × 𝑃 × 𝐿 × 2 × 5 𝑚𝑒𝑛𝑖𝑡
𝑄𝑠𝑐 =
1 𝑗𝑎𝑚

65 𝑚2 × 19 × 7,5 × 2 × 5 𝑚𝑒𝑛𝑖𝑡
𝑄𝑠𝑐 =
1 𝑚2 𝑗𝑎𝑚 × 60 𝑚𝑒𝑛𝑖𝑡/𝑗𝑎𝑚

𝑄𝑠𝑐 = 1.543𝑚3 (kebutuhan udara untuk pencucian filter per 1 hari operasi)

Debit backwash masing-masing filter

𝑄𝑏 × 𝑃 × 𝐿 × 2 × 10 𝑚𝑒𝑛𝑖𝑡
𝑄𝑏𝑤 =
1 𝑗𝑎𝑚

20𝑚2 × 19 × 7,5 × 2 × 10 𝑚𝑒𝑛𝑖𝑡


𝑄𝑏𝑤 =
1 𝑗𝑎𝑚

𝑄𝑏𝑤 = 950𝑚3 (kebutuhan air untuk pencucian filter per 1 hari operasi)

Debit aliran air melewati masing-masing filterper hari

3.600 𝑑𝑒𝑡𝑖𝑘
𝑄𝑓𝑖𝑙 = 𝑄𝑖𝑛 × × 24 𝑗𝑎𝑚
1 𝑗𝑎𝑚

3 3.600 𝑑𝑒𝑡𝑖𝑘
𝑄𝑓𝑖𝑙 = 0,35 𝑚 ⁄𝑑 × × 24 𝑗𝑎𝑚
1 𝑗𝑎𝑚

𝑄𝑓𝑖𝑙 = 30.240𝑚3 (debit aliran air di unit per 1 hari operasi)

Aliran filtrasi efektif per 1 unit filter

𝑅𝐸 = 𝑄𝑓𝑖𝑙 − 𝑄𝑏𝑤

𝑅𝐸 = 30.240𝑚3 − 950𝑚3

93
𝑅𝐸 = 29.290𝑚3

Efisiensi penggunaan air untuk backwashing filter per 1 unit filter

𝑅𝐸
𝐸𝑏𝑤 =
𝑄𝑓𝑖𝑙

29.290𝑚3
𝐸𝑏𝑤 =
30.240𝑚3

𝐸𝑏𝑤 = 0,9686

𝐸𝑏𝑤 = 0,9686 %

Hal ini berarti air yang terbuang sebesar 3,14 % dari keseluruhan debit
pengolahan filter, sebagai debit pencucian filtersaat filter mengalami clogging.

Porositas media filter sebelum terekspansi atau terlontar dari filter

1⁄ 1⁄
𝑉 4,5 𝜌𝑤𝑎𝑡 1 𝑉 3
𝑃𝑜 = 2,95 × 1 ×( ) ⁄3,6 × 𝑜1
𝑔 ⁄3,6 𝜌𝑠𝑎𝑛𝑑 − 𝜌𝑤𝑎𝑡 ⁄2
𝐷𝑠𝑎𝑛𝑑

1⁄ 8,84 1
(0,864 × 10−6 ) 4,5 997,4 1⁄ (3.600) ⁄3
𝑃𝑜 = 2,95 × 1⁄ ×( ) 3,6 × 1
(9,81) 3,6 2.650 − 997,4 (0,0004) ⁄2

𝑃𝑜 = 0,412

Porositas saat terekspansi atau terlontar dari filter ketika proses backwash

1⁄ 1⁄
𝑉 4,5 𝜌𝑤𝑎𝑡 1⁄ 𝑉𝑜 3
𝑃𝑒 = 2,95 × 1 ×( ) 3,6 × 1
𝑔 ⁄3,6 𝜌𝑠𝑎𝑛𝑑 − 𝜌𝑤𝑎𝑡 ⁄2
𝐷𝑠𝑎𝑛𝑑

94
1⁄ 20 1
(0,864 × 10−6 ) 4,5 997,4 1⁄ (3.600) ⁄3
𝑃𝑒 = 2,95 × 1⁄ ×( ) 3,6 × 1
(9,81) 3,6 2.650 − 997,4 (0,0004) ⁄2

𝑃𝑒 = 0,5411

Fragmen ekspansi atau bagian-bagian media filter berupa pasir

𝑃𝑒 − 𝑃𝑜
𝐹𝑒𝑘𝑠 =
1 − 𝑃𝑒

0,5411 − 0,412
𝐹𝑒𝑘𝑠 =
1 − 0,5411

𝐹𝑒𝑘𝑠 = 0,281 ≈ 0,28

Tinggi ekspansi pasir ketika proses backwash pada unit filter

𝐿𝑒𝑘𝑠 − 𝐿𝑠𝑎𝑛𝑑
𝐹𝑒𝑘𝑠 =
𝐿𝑠𝑎𝑛𝑑

𝐿𝑒𝑘𝑠 − 0,8 𝑚𝑒𝑡𝑒𝑟


0,28 =
0,8 𝑚𝑒𝑡𝑒𝑟

𝐿𝑒𝑘𝑠 = 1,024 𝑚𝑒𝑡𝑒𝑟

3.10 Desinfeksi IPA

Desinfeksi ipa menggunakan gas klor. Proses desinfeksi dilakukan


melalui injeksi gas klor dengan pompa bertekanan tinggi yang dimasukkan ke
dalam sistem pipa air bersih yang menuju reservoir belusung berkapasitas
maksimum 10.000 m3. Berikut ini spesifikasi teknis sistem desinfeksi di kedua
IPA yaitu desinfeksi IPA.

Tabel 3.16 Spesifikasi Taknis Desinfeksi IPA


No Detai Spesifikasi Unit Dimensi
Desinfektan berupa gas klor
a. Ukuran Tabung Kg 150
1
b. Kemurnian Klor % 99,5
c. Waktu Kontak menit Okt-20

95
d. Pressure of Cl and Density bar dan g/L 6,66 dan 3.214
e. Kadar klor dalam air produksi mg/Liter 0,5 < min
2 Kapasitas Produksi IPA Maksimum m/hari 30.240
Pompa Pembubuh Desinfektan
a. Sistem Starting n/a Direct On Line
b. Tegangan Catu; Arus Listrik volt ampere 220,5
3 c. Sistem Pembubuhan % bukaan keran (%)
d. Debit Pemompaan Liter/jam 200
e. Jumlah Pompa buah 2
f. Jarak Rumah Pompa-Gallery meter 30
Aksesoris Sistem Pompa
a. Gate Valve buah 1
4
b. Bend 90 buah 7
c. Check Valve buah 1
5 Dimensi Ruang Gallery m3 18,9 x 5,7 x3,5

Klorinasi di Instalasi IPA ini menggunakan gas klor murni dengan


tingkat kemurnian hampir mencapai 99,5%. Dengan kondisi pH air hasil
pengolahan berkisar antara 6 – 8. Klorinasi dilakukan dengan menginjeksikan gas
klorin dengan bantuan pompa dosing menuju ke ruang gallery. Perhitungan desain
meliputi lama waktu desinfeksi dan reaksi kimia yang terjadi untuk menghasilkan
air olahan yang siap minum adalah sebagai berikut:

A. Reaksi Kimia Dalam Air Yang Didesinfeksi

Data kualitas air hasil filtrasi yang masuk ke gallery dan air yang masuk
ke reservoir adalah sebagai berikut:

96
Tabel 3.17 Data Kualitas Air Hasil Proses Produksi di IPA
Gallery Reservoir Selisih
No Nama senyawa
(mg/Liter) (Mg/Liter) (Mg/Liter)
1 Ca2+ sebagai total sadah 100,06 100,06 0
2 HCO3- sebagai total alkali 103,5 103,5 0
3 Mg2+ 0 0 0
4 SO42- 40 38 2
5 Na+ 0 0 0
6 Cl- 1 0,9985 0,0015
7 NH3 sebagai NH4OH dlm air 0,066 0,043 0,023
8 NO2- 0,2 0,19 0,01
9 NO3- 2,6 1,5 1,1
10 Fe 0,021 0,012 0,009
11 Mn 0,05 0,031 0,019
12 Al 0,251 0,189 0,062
13 CO2 39,18 39,18 0

1. Reaksi gas klor (Cl2) dalam air yang diberikan desinfektan sebagai berikut

Cl2 (g) + H2O (l)  HOCl (g) + H+ + Cl-


pH > 1 -> reaksi bergeser ke arah kanan
pH < 1 -> reaksi bergeser ke arah kiri
Kemudian senyawa HOCl dapat terdisosiasi berdasarkan persamaan kimia
berikut:
HOCl (g)  H+ + OCl-
Pada pH < 6 -> HOCl sangat seikit terdisosiasi
Pada pH ≥ 6 -> HOCl terdisosiasi
Oleh karena pH air hasil pengolahan berada pada kisaran 6,0 – 8,0 ; maka
senyawa yang akan terbentuk adalah H+ dan OCl-

2. Sebelum HOCl terdisosiasi menjadi H+ dan OCl- semuanya, sejumlah HOCl


bereaksi dulu dengan NH3 terlarut dalam air sebagai berikut

Pembentukan monochloramine

NH3 (aq) + HOCl (aq)  NH2Cl (aq) + H2O


Awal 0,0038 0 0
Reaksi 0,0013 0,0013 0,0013 0,0013

97
Sisa 0,0025 0,0013 0,0013

Pembentukan dichloramine
NH2Cl (aq) + HOCl (aq)  NHCl (aq) + H2O
Awal 0,0013 0 0
Reaksi 0,0013 0,0013 0,0013 0,0013
Sisa 0 0,0013 0,0013

Oleh karena pH air hasil pengolahan berada pada kisaran 6,0 – 8,0, maka
senyawa-senyawa yang terbentuk cenderung pada senyawa monochloramine dan
dichloramine. Rinciannya sebagai berikut (Tchobanoglous, 2004)

pH lebih besar 8,5 akan cenderung membentuk monochloramine;


pH antara 5,5 - 8,5 akan membentuk monochloramine dan dichloramine;
pH antara 4,5 - 5,5 akan membentuk dichloramine;
pH kurang dari 4,4 akan cenderung membentuk trichloramine.

3. Nitrit dalam air akan teroksidasi menjadi nitrate oleh asam hipoklorus
Pembentukan nitrate
NO2 (aq) + HOCl (l)  NO3 (aq) + HCl (aq)
Awal 0,0040 0 0
Reaksi 0,0002 0,0002 0,0002 0,0002
Sisa 0,0038 0,0002 0,0002

Pembentukan nitrogen oksida

6 Cl- (aq) + 2NO3- (aq) + 8H+ - (aq)  3Cl2 (aq) + 2NO


+ 4H2O

98
Awal 35,500 0,0421 0 0 0
0
Reaksi 0,0532 0,0177 0,0708 0,0266 0,0177
0,0708
Sisa 35,447 0,0244 0 0,0266 0,0177
0,0708

HOCl (milimol) = 0,0013 + 0,0013 + 0,0002 = 0,0028 mmol

Catatan: Semua perhitungan reaksi kimia dalam satuan mol, yaitu massa masing
masing senyawa dibagi dengan massa molekul atau massa atom relatifnya.

B. Reaksi Kimia Logam-Logam Terlarut Dengan Desinfektan

Reaksi logam besi dengan gas Cl2

2Fe2 (aq) + 3Cl (aq)  2FeCl3 (aq)


Awal 0,0003 0
Reaksi 0,0001 0,0001 0,0001
Sisa 0,0002 0,0001

Reaksi logam mangan dengan gas Cl2

Mn (aq) + Cl2 (aq)  MnCl2


Awal 0,0009 0
Reaksi 0,0003 0,0003 0,0003
Sisa 0,0006 0,0003

Reaksi logam alumunium dengan gas Cl2

2Al (aq) + 3Cl2 (aq)  2AlCl3


Awal 0,0093 0

99
Reaksi 0,0070 0,00105 0,0003
Sisa 0,0023 0,0003

Cl2 (milimol) = 0,0001 + 0,0003 + 0,0105 = 0,0109 mmol

C. Kebutuhan Minimum Gas Cl2 Untuk Desinfeksi

Berdasarkan perhitungan HOCl dan Cl2; maka jumlah Cl2 yang


ditambahkan ke dalam air hasil olahan untuk mengoksidasi senyawa-senyawa
kimiawi

𝐶𝑙2 = (0,0028 + 0,0109)𝑚𝑚𝑜𝑙

71 𝑚𝑔
𝐶𝑙2 = 0,0137𝑚𝑚𝑜𝑙 ×
𝑚𝑚𝑜𝑙

𝑚𝑔
𝐶𝑙2 = 0,9727 ≈ 1,0 ⁄𝑙𝑖𝑡𝑒𝑟

Berdasarkan hasil pengujian di lapangan, untuk menghasilkan air yang


bersih tanpa adanya mikroorganisme patogen dalam air diperlukan tambahan 1
mg/Liter gas Cl2 untuk memperoleh sisa klor yang tersedia dalam air sebesar 0,5
mg/Liter, maka perhitungannya menjadi sebagai berikut.

𝑚𝑔
𝐶𝑙2 = (1 + 1) ⁄𝑙𝑖𝑡𝑒𝑟

𝑚𝑔
𝐶𝑙2 = 2 ⁄𝑙𝑖𝑡𝑒𝑟

100 𝑚𝑔
𝐶𝑙2 = ×2 ⁄𝑙𝑖𝑡𝑒𝑟
99,5

𝑚𝑔
𝐶𝑙2 = 2,01 ⁄𝑙𝑖𝑡𝑒𝑟

Tabel 3.18 Perhitungan Ion Strength (u) Setelah Desinfeksi


Konsentrasi Berat
No Ion Ci (Mol/Liter) 0,5 * Ci *Zi2
(mg/Liter) Molekul

100
1 Ca2+ 100,06 40,1 2,50 x 10-3 9,98 x 10-3
2 HCO3- 103,5 61 1,70 x 10-3 1,70 x 10-3
3 Mg2+ 0 24,3 0 0
4 SO42- 38 96,1 0,39 x 10-3 1,58 x 10-3
5 Na+ 0 23 0 0
6 Cl- 0,9985 35,5 0,03 x 10-3 0,0281 x 10-3
7 NO3- 1,5 62 0,0242 x 10-3 0,0242 x 10-3
u 13,30 x 10-3

D. pH air Hasil Desinfeksi


pH hasil desinfeksi di reservoir adalah


√13,30 × 10−3
𝑝𝐾 = 6,91 − 𝑙𝑜𝑔
1 + 1,4√13,30 × 10−3
𝑝𝐾 ′ = 6,91 − (−0,10)

𝑝𝐾 ′ = 7,01

𝑝𝐾 ′ = 𝑎𝑛𝑡𝑖 log(7,01)

𝑝𝐾 ′ = 9,77 × 10−8

Maka, pH baru jika CO2 yang terukur di reservoir sebesar 39,18 mg/liter

[CO2 ]
𝑝𝐻𝑛𝑒𝑤 = −𝑙𝑜𝑔 [𝐾′ × ]
[HCO3 ]

[39,18]
𝑝𝐻𝑛𝑒𝑤 = −𝑙𝑜𝑔 [9,77 × 10−8 × ]
[103,50]

𝑝𝐻𝑛𝑒𝑤 = 7,43 (𝑚𝑎𝑠𝑖ℎ 𝑚𝑒𝑚𝑒𝑛𝑢ℎ𝑖 𝑘𝑖𝑠𝑎𝑟𝑎𝑛 6,5 − 8,5)

E. Perhitungan Kebutuhan Gas Klor Untuk Pembubuhan


Banyak gas klor yang dibutuhkan untuk proses desinfeksi:
1. Berat desinfektan

101
𝐾𝑎𝑝𝑎𝑠𝑖𝑡𝑎𝑠 𝑃𝑒𝑛𝑔𝑜𝑙𝑎ℎ𝑎𝑛 1.000 𝑙𝑖𝑡𝑒𝑟 2,01 𝑚𝑔 1 𝑘𝑔
𝑊= × × ×
ℎ𝑎𝑟𝑖 1𝑚3 𝑙𝑖𝑡𝑒𝑟 106 𝑚𝑔
30.240 𝑚3 1.000 𝑙𝑖𝑡𝑒𝑟 2,01 𝑚𝑔 1 𝑘𝑔
𝑊= × 3
× × 6
ℎ𝑎𝑟𝑖 1𝑚 𝑙𝑖𝑡𝑒𝑟 10 𝑚𝑔
𝑘𝑔⁄
𝑊 = 60,7824 ≈ 60,8 ℎ𝑎𝑟𝑖

2. Periode penggantian tabung gas klor ukuran 150 kg


𝑀𝑡𝑎𝑏𝑢𝑛𝑔
𝑊𝑘𝑙𝑜𝑟 =
ℎ𝑎𝑟𝑖
150 𝑘𝑔
𝑊𝑘𝑙𝑜𝑟 =
𝑘𝑔
60,8 ⁄ℎ𝑎𝑟𝑖

𝑊𝑘𝑙𝑜𝑟 = 2,47 ℎ𝑎𝑟𝑖 ≈ 59,28 𝑗𝑎𝑚

Jadi, periode penggantian tabung gas klor ukuran 150 kg untuk


desinfektan dilakukan setiap 59,28 jam.

3. Debit pembubuhan desinfektan


𝑊
𝑄𝑘𝑙𝑜𝑟 =
𝜌𝑑𝑒𝑠𝑖𝑛𝑓𝑒𝑘𝑡𝑎𝑛
𝑘𝑔
60,8 ⁄ℎ𝑎𝑟𝑖 103 𝑔𝑟𝑎𝑚 1 ℎ𝑎𝑟𝑖
𝑄𝑘𝑙𝑜𝑟 = 𝑔𝑟𝑎𝑚 × ×
3,214 ⁄𝑙𝑖𝑡𝑒𝑟 1 𝑘𝑔 1.440 𝑗𝑎𝑚

𝑄𝑘𝑙𝑜𝑟 = 13,1 ≈ 13 𝑙𝑖𝑡𝑒𝑟⁄𝑗𝑎𝑚

𝑄𝑘𝑙𝑜𝑟
𝑆𝑡𝑟𝑜𝑘𝑒 =
𝑄𝑝𝑜𝑚𝑝𝑎

13 𝑙𝑖𝑡𝑒𝑟⁄𝑗𝑎𝑚
𝑆𝑡𝑟𝑜𝑘𝑒 = × 100%
200 𝑙𝑖𝑡𝑒𝑟⁄𝑗𝑎𝑚

102
𝑆𝑡𝑟𝑜𝑘𝑒 = 6,5%
Bukaan keran yang diperlukan untuk kebutuhan desinfeksi di instalasi
adalah sebesar 6,5% dari kapasitas pompa pembubuh desinfektan yang dimiliki
IPA sebesar 200 liter/jam.

F. Perhitungan Headloss dan Head Pompa Sistem Pembubuh


1. Laju alir desinfektan dalam pipa pembubuh dengan diameter pipa 50
mm
4𝑄𝑝𝑖𝑝𝑎
𝑉𝑝𝑖𝑝𝑎 =
𝜋 × 𝐷2
4(13 𝑙𝑖𝑡𝑒𝑟)/𝑗𝑎𝑚 1𝑚3 1 𝑗𝑎𝑚
𝑉𝑝𝑖𝑝𝑎 = 2
× ×
3,14 × (0,0254) 1.000 𝑙𝑖𝑡𝑒𝑟 3600 𝑑𝑒𝑡𝑖𝑘
𝑉𝑝𝑖𝑝𝑎 = 0,00018 𝑚⁄𝑑𝑒𝑡𝑖𝑘

2. Headloss mayor pipa pembubuh desinfektan dengan C = 150 adalah:


151 × 𝑄 1,85 𝐿
∆𝐻𝑚𝑎𝑦𝑜𝑟 = ( 2,63
) ×( )
𝐶×𝐷 1.000
1,85
151 × 10−6 20
∆𝐻𝑚𝑎𝑦𝑜𝑟 =( ) ×( )
150 × 0,02542,63 1.000
∆𝐻𝑚𝑎𝑦𝑜𝑟 = 9,282 × 10−6 𝑚𝑒𝑡𝑒𝑟 (sangat kecil sehingga dapat
diabaikan)

3. Perhitungan nilai k dari masing-masing aksesoris pipa pembubuh


a. Nilai k untuk bend 90° dengan perbandingan radius belokan
dengan diameter pipa r/d = 1, nilai k = 0,33 sebanyak 7 buah.

103
b. Nilai k untuk gate valve dengan bukaan gate valve 6,5% (tertutup
7/8), nilai k = 98 sebanyak 1 buah.
c. Nilai k untuk no return valve / check valve dengan jenis swing
check valve, nilai k = 2,0 – 2,5, diasumsikan nilai k = 2,5 sebanyak
1 buah.
d. Nilai 𝐾𝑡𝑜𝑡𝑎𝑙 = [(7 × 𝑏𝑒𝑛𝑑 90°) + (𝑔𝑎𝑡𝑒 𝑣𝑎𝑙𝑣𝑒) +
(𝑐ℎ𝑒𝑐𝑘 𝑣𝑎𝑙𝑣𝑒)]
𝐾𝑡𝑜𝑡𝑎𝑙 = [(7 × 0,33) + (98) + (2,5)]
𝐾𝑡𝑜𝑡𝑎𝑙 = 102,81

𝑉𝑝𝑖𝑝𝑎 2
∆𝐻𝑚𝑖𝑛𝑜𝑟 = 𝐾𝑡𝑜𝑡𝑎𝑙 × ( )
2𝑔
2
(0,00018 𝑚⁄𝑑𝑒𝑡𝑖𝑘 )
∆𝐻𝑚𝑖𝑛𝑜𝑟 = 102,81 × ( 2 )
2 × 9,81 𝑚⁄𝑑𝑒𝑡𝑖𝑘

∆𝐻𝑚𝑖𝑛𝑜𝑟 = 1,698 × 10−7 𝑚𝑒𝑡𝑒𝑟 (sangat kecil sehingga dapat


diabaikan)

4. Besar head pompa desinfektan dengan beda elevasi antara rumah


pembubuh dengan gallery sebesar 2,5 meter adalah:
𝐻𝑝𝑢𝑚𝑝 = ∆𝐸𝑙 + ∆𝐻𝑚𝑎𝑦𝑜𝑟 + ∆𝐻𝑚𝑖𝑛𝑜𝑟
𝐻𝑝𝑢𝑚𝑝 = 2,5 + 0 + 0
𝐻𝑝𝑢𝑚𝑝 = 2,5 𝑚𝑒𝑡𝑒𝑟

5. Besar head pompa desinfektan jika gas klor cair mempunyai tekanan
minimal 6,66 bar, maka konversi Hpump dari 2,5 meter tekanan kolom
air ke satuan bar adalah:
0,098 𝑏𝑎𝑟
𝐻𝑝𝑢𝑚𝑝 = 2,5 𝑚𝑒𝑡𝑒𝑟 +
𝑚𝑒𝑡𝑒𝑟
𝐻𝑝𝑢𝑚𝑝 + 𝐻𝑔𝑎𝑠 𝑘𝑙𝑜𝑟 = 0,245 𝑏𝑎𝑟 + 6,66 𝑏𝑎𝑟
𝐻𝑝𝑢𝑚𝑝 = 6,905 𝑏𝑎𝑟

104
Berdasarkan hasil perhitungan tekanan pompa, maka besar head dapat
disetel pada tingkat 7 bar agar dapat mendorong gas klor cair menuju ruangan
gallery di kedua instalasi. Jenis pompa pembubuh desinfektan di IPA Ayung III
Belusung dan IPA Paket 50 Liter/detik hampir sama dengan pompa pembubuh
koagulan yaitu diapraghma dosing pump dengan tingkat head antara 4 – 10 bar.

3.11 Reservoir

Data reservoir yang dapat diperoleh hanya volume air yang dapat
ditampung, level ketinggian air maksimum, kedalaman reservoir. Data berupa
desain teknis reservoir tidak ada sehingga yang dapat di analisis hanya volume
reservoir. Berikut data yang diperoleh yaitu:

Tabel 3.19 Spesifikasi Teknis Reservoir


No Detai Spesifikasi Unit Dimensi
1 Volume Reservoir m3 10.000
2 Kapasitas Produksi IPA Maksimum m3/hari 30.240
Kedalaman dan Freeboard
a. Kedalaman Reservoir m 5,5
3
b. Tinggi Air Maksimum m 4,9
c. Freeboard m 0,6
Sistem Vent dan Perpipaan
4 a. Lubang-lubang persegi ukuran 10 cm buah . 100
b. Pipa Reservoir mm 600

Sebelum menghitung volume reservoir yang terisi oleh air hasil proses
produksi di kedua IPA, langkah-langkah yang perlu dilakukan adalah menghitung
besaran jumlah air yang disadap dikurangi lumpur di sedimentasi dan
backwashing filter sebagai berikut:

A. Perhitungan Jumlah Air Yang Diproduksi Oleh IPA

105
Contoh perhitungan mass balance air pada tanggal 1 oktober 2008,

Kekeruhan = 3,92 NTU

Dosis koagulan = 20 mg/Liter

Debit pengolahan = 350 L/detik (30.240 m3/hari)

Penyelesaian

Kekeruhan sebesar 3,92 NTU dikonversi ke sejumlah TSS terlarut dengan grafik
akan diperoleh 1,31 mg/Liter, dengan menggunakan perhitungan pada bagian
koagulasi – flokulasi – sedimentasi akan diperoleh sebagai berikut:

Volume lumpur residu koagulan

[Al2O3] = 20 × 0,3 = 6 mg/L


gr
(2x78) Al(OH)3 1 kg
mol
𝑆𝑙𝑢𝑚𝑝𝑢𝑟 = Dosis [Al2 O3 ] × Q × [ gr ]×
102 mol
Al2 O3 106 mg
mg L 156 1 kg 86.400 detik
𝑆𝑙𝑢𝑚𝑝𝑢𝑟 = 6 × 350 ×[ ]× 6 ×
L det 102 10 mg 1 hari

𝑆𝑙𝑢𝑚𝑝𝑢𝑟 = 2100 × 1,53 × 10-6 × 86.400


𝑆𝑙𝑢𝑚𝑝𝑢𝑟 = 277,6 kg/hari

Massa jenis lumpur1,01-1,2 terhadap massa jenis air (diambil 1,2)


Presentase padatan lumpur terhadap air = 4%
kg
𝑆𝑙𝑢𝑚𝑝𝑢𝑟 ( hari )
𝑄𝑙𝑢𝑚𝑝𝑢𝑟 = kg
1000 m3 × ρlumpur × % lumpur
kg
277,6 ( hari )
𝑄𝑙𝑢𝑚𝑝𝑢𝑟 = kg
1000 m3 × 1,2 x 0,04

𝑄𝑙𝑢𝑚𝑝𝑢𝑟 = 5,78 m3 /hari

Volume lumpur dari TSS yang tersisihkan

106
𝑆𝑇𝑆𝑆 = (𝑆𝑟𝑒𝑚 ) × (𝐷𝑒𝑏𝑖𝑡 𝐼𝑃𝐴)

mg L 1 kg 86.400 detik
𝑆𝑇𝑆𝑆 = 1,31 × 350 × 6 ×
L det 10 mg 1 hari

𝑘𝑔⁄
𝑆𝑇𝑆𝑆 = 39,614 ℎ𝑎𝑟𝑖

Massa jenis lumpur1,01-1,2 terhadap massa jenis air (diambil 1,2)


Presentase padatan lumpur terhadap air = 4%

kg
𝑆𝑇𝑆𝑆 ( hari )
𝑄𝑇𝑆𝑆 = kg
1000 m3 × ρ × % lumpur
𝑘𝑔⁄
39,614 ℎ𝑎𝑟𝑖
𝑄𝑇𝑆𝑆 = kg
1000 m3 × 1,2 x 0,04

𝑄𝑇𝑆𝑆 = 0,825 m3 /hari

Backwash filter sebanyak 2 kali sehari

𝑄𝑏 × 𝑃 × 𝐿 × 2 × 10 𝑚𝑒𝑛𝑖𝑡
𝑄𝑏𝑤 =
1 𝑗𝑎𝑚

20𝑚2 × 19 × 7,5 × 2 × 10 𝑚𝑒𝑛𝑖𝑡


𝑄𝑏𝑤 = × 3 𝑓𝑖𝑙𝑡𝑒𝑟
1 m2 𝑗𝑎𝑚 × 60 𝑚𝑒𝑛𝑖𝑡/𝑗𝑎𝑚

𝑄𝑏𝑤 = 2.850 𝑚3 /ℎ𝑎𝑟𝑖

Kapasitas produksi bersih di instalasi setelah dikurangi penggunaan air untuk


kegiatan pegawai instalasi dan penyiraman diasumsikan 1.000 liter

Kapasitas produksi air bersih IPA

107
𝑄𝑖𝑛 = (𝑄𝑜𝑙𝑎ℎ − (𝑄𝑙𝑢𝑚𝑝𝑢𝑟 + 𝑄𝑏𝑎𝑐𝑘𝑤𝑎𝑠ℎ + 𝑄𝑙𝑎𝑖𝑛−𝑙𝑎𝑖𝑛 ))

𝑄𝑖𝑛 = (30.240 − (5,78 + 2.850 + 1))


𝑄𝑖𝑛 = 27.383,22 𝑚3 /ℎ𝑎𝑟𝑖

Volume air yang terbuang dari proses produksi IPA

𝑄𝑙𝑜𝑠𝑠 = 𝑄𝑜𝑙𝑎ℎ − 𝑄𝑖𝑛

𝑄𝑙𝑜𝑠𝑠 = 30.240 − 27.383,22

𝑄𝑙𝑜𝑠𝑠 = 2.856 𝑚3 /ℎ𝑎𝑟𝑖

Presentase efisiensi operasional IPA

𝑄𝑖𝑛
𝐸𝑙𝑝𝑎 = 𝑄
𝑜𝑙𝑎ℎ

27.383,22
𝐸𝑙𝑝𝑎 = × 100%
30.240

𝐸𝑙𝑝𝑎 = 90,553 %

Berdasarkan perhitungan di atas, volume air bersih yang masuk ke reservoir


sebesar 27.383,22 m3 berasal dari operasional IPA Ayung III Belusung dengan
persentase efisiensi proses produksi air sebesar 90,553 %.

B. Perhitungan Volume dan Dimensi Reservoir


a. Presentase volume reservoir
𝑄𝑠𝑢𝑟𝑝𝑙𝑢𝑠 + 𝑄𝑑𝑒𝑓𝑖𝑛𝑖𝑡
𝑃𝑒𝑟𝑠𝑒𝑛 (%) = [ ]
2
27,7 + 27,62
𝑃𝑒𝑟𝑠𝑒𝑛 (%) = [ ]
2
𝑃𝑒𝑟𝑠𝑒𝑛 (%) = 27,66

b. Volume reservoir read dalam harian (m3)

108
86.400 𝑑𝑒𝑡𝑖𝑘
𝑉𝑜𝑙 = 𝑃𝑒𝑟𝑠𝑒𝑛 (%) × 𝑄𝐼𝑃𝐴 ×
1 ℎ𝑎𝑟𝑖
27,66 86.400 𝑑𝑒𝑡𝑖𝑘
𝑉𝑜𝑙 = × 350 ×
100 1 ℎ𝑎𝑟𝑖
𝑉𝑜𝑙 = 8.364.384 𝐿 ≈ 8.364,384 𝑚3
c. Dimensi
8.364,384 𝑚3
𝐷𝑖𝑚𝑒𝑛𝑠𝑖 = = 1.672,8768 𝑚
5
𝑃: 𝐿 = 2 ∶ 1
1.672,8768 𝑚 = 2𝐿 + 𝐿
1.672,8768 𝑚 = 2𝐿2
836,4384 𝑚 = 𝐿2
𝐿 = √836,4384 𝑚
𝐿 = 28,92 𝑚
𝑃 = 28,92 𝑚 × 2
𝑃 = 57,84 𝑚

C. Perhitungan Perpipaan Reservoir dan Ventilasi


1. waktu tinggal air
𝑉𝑜𝑙𝑅
𝑇𝐷 = [ ]
𝑄𝑖𝑛
10.000 𝑚3 24 𝑗𝑎𝑚
𝑇𝐷 = [ 3 ]×
27.383,22 𝑚 ⁄ℎ𝑎𝑟𝑖 ℎ𝑎𝑟𝑖

𝑇𝐷 = 8,76 𝑗𝑎𝑚 (𝑚𝑒𝑚𝑒𝑛𝑢ℎ𝑖 𝑤𝑎𝑘𝑡𝑢 𝑡𝑖𝑛𝑔𝑔𝑎𝑙 𝑚𝑖𝑛𝑖𝑚𝑎𝑙 4 𝑗𝑎𝑚)

2. Kecepatan inlet air bersih yang masuk ke reservoir dengan pipa 600 mm

109
4 × 𝑄𝑖𝑛𝑙𝑒𝑡
𝑉𝑖𝑛𝑙𝑒𝑡 =
𝜋 × (𝐷𝑖𝑛𝑙𝑒𝑡 )2
4 × 27.383,22 𝑚3 1
𝑉𝑖𝑛𝑙𝑒𝑡 = 2
×
3,14 × (0,6 𝑚) 86.400 𝑑𝑒𝑡𝑖𝑘
𝑉𝑖𝑛𝑙𝑒𝑡 = 1,12 𝑚⁄𝑑𝑒𝑡
3. Kecepatan outlet air bersih yang keluar dari reservoir ke distribusi

4 × (𝑄𝑖𝑛𝑙𝑒𝑡 × 𝐹𝑝𝑒𝑎𝑘 )
𝑉𝑜𝑢𝑡𝑙𝑒𝑡 =
𝜋 × (𝐷𝑖𝑛𝑙𝑒𝑡 )2
4 × (27.383,22 𝑚3 × 1,5) 1
𝑉𝑜𝑢𝑡𝑙𝑒𝑡 = ×
3,14 × (0,6 𝑚)2 86.400 𝑑𝑒𝑡𝑖𝑘
𝑉𝑜𝑢𝑡𝑙𝑒𝑡 = 1,68 𝑚⁄𝑑𝑒𝑡

4. Volume udara yang tersirkulasi dalam reservoir jika diasumsikan laju alir
udara sebesar 0,5 m/detik, maka jumlah lubang ventilasi di reservoir
𝑄𝑖𝑛𝑙𝑒𝑡 × (𝐹𝑝𝑒𝑎𝑘 − 1)
𝑄𝑢𝑑𝑎𝑟𝑎 =
1 × 86.400 𝑑𝑒𝑡𝑖𝑘
27.383,22 𝑚3 × (1,5 − 1)
𝑄𝑢𝑑𝑎𝑟𝑎 =
1 × 86.400 𝑑𝑒𝑡𝑖𝑘
3
𝑄𝑢𝑑𝑎𝑟𝑎 = 0,158 𝑚 ⁄𝑑𝑒𝑡 = 158 𝑙𝑖𝑡𝑒𝑟⁄𝑑𝑒𝑡𝑖𝑘
0,316 𝑚⁄𝑑𝑒𝑡
2
𝑛 × (0,1 𝑚) =
0,5 𝑚⁄𝑑𝑒𝑡
0,316 𝑚⁄𝑑𝑒𝑡
2
𝑛 × (0,1 𝑚) =
0,5 𝑚⁄𝑑𝑒𝑡
𝑛 = 63 𝑙𝑢𝑏𝑎𝑛𝑔 𝑣𝑒𝑛𝑡𝑖𝑙𝑎𝑠𝑖 (𝑚𝑖𝑛𝑖𝑚𝑎𝑙 𝑦𝑎𝑛𝑔 ℎ𝑎𝑟𝑢𝑠 𝑡𝑒𝑟𝑠𝑒𝑑𝑖𝑎)

Air hasil pengolahan IPA dikumpulkan menjadi satu di bangunan


reservoir. Resevoir memiliki volume sebesar 10.000 m3 berbentuk rectangular.
Ketinggian air rata rata dalam reservoir adalah sebesar 490cm dengan ketinggian

110
total 550 cm dari dasar reservoir. Reservoir berjenis ground reservoir. Reservoir
ini ditempatkan setelah unit filtrasi dan tertutup untuk menghindari
terkontaminasinya zat-zat lain dari luar. Menurut Tambo (1974), tinggi efektif air
di dalam reservoir sekitar 3 – 6 m dengan jarak freeboard ± 30 cm. Waktu tinggal
air di reservoir adalah sebesar 8,76 jam. Waktu tinggal ini telah memenuhi kriteria
desain yang ada yaitu sekitar Tdair > 4 jam (Darmasetiawan, 2001). Dengan
waktu tinggal tersebut, proses desinfeksi akan lebih baik untuk mematikan
mikroorganisme patogen yang belum mati saat didesinfeksi di gallery karena sisa
klor terlarut sebanyak 0,5 mg/Liter melebihi standar minimum 0,2 mg/Liter.

111
BAB IV
KESIMPULAN DAN SARAN

4.1 Kesimpulan
Rancang desain bangunan pengolahan air minum yang cocok untuk
Kabupaten Gresik ialah sebagai berikut:
1. Alternative pengolahan yang dipilih adalah alternative pertama, yaitu
Koagulasi -Flokulasi-Sedimentasi, Saringan Pasir Cepat dan Reservoir,
dengan pertimbangan sebagai berikut ekonomis dan Memenuhi baku
mutu yang telah ditetapkan dalam Peraturan Meneteri Kesehatan Republik
Indonesia Nomer 32 Tahun 2017, dimana : kadar maksimum untuk
kekeruhan adalah 25 NTU, Warna 50 TCU dan TDS 1000 mg/L.
2. Efisiensi Parameter Fisik adalah sebagai berikut
a. Kekeruhan
 KSF = 46 NTU
 Filtrasi = 0,92 NTU
 Reservoir = 0,018 NTU
b. Warna
 KSF = 12,5 PtCo
 Filtrasi = 0,25 PtCo
 Reservoir = 0,005 PtCo
c. TDS Fe
 KSF = 0,2 (mg/L)
 Filtrasi = 0,004(mg/L)
 Reservoir = 0,000008(mg/L)
d. TDS Mn
 KSF = 0,2 (mg/L)
 Filtrasi = 0,004(mg/L)
 Reservoir = 0,000008(mg/L)

112
3. Qmin bendungan sebesar 25.458 l/s dan Qmax bendungan sebesar 46.309
l/s
4. Intake
a. Pintu Air
 Luas Penampang Saluran = 0,875 m2
 Lebar saluran = 1,2 m
b. Bar Screen
 Kedalaman sebelum screen (Y1) = 1,02 m
 Kecepatan sebelum screen = 00,298 m/s
 Lebar bukaan (s) = 18 bukaan
 Jumlah batang (n) = 17 batang
 Lebar bukaan total = 0,899 m
 Kedalaman batang (bar terendam atau Yb) = 1,17 m
 Kecepatan dari screen = 0,38 m/s
 Kehilangan tekanan melalui screen = 0,07 cm
 Headlos Bar = 0,17 cm
 Ketinggian air setelah Bar =1,0183 m
 Kecepatan setelah melewati screen = 0,3 m/s
c. Saluran Pembawa
 Kontinuitas = 0,875 m2
 Lebar saluran = 1,32 m
 Jari-jari hidrolis = 0,33 m
 Kemiringan slope = 0,0001
 Headlos pada saluran pembawa = 0,0004
 Dimensi saluran = 0,8 m
5. Pompa dan Sistem Transmisi
a. Headloss Pipa Isap
 Laju Alir pada Pipa Isap = 1,25 𝑚/𝑑𝑒𝑡𝑖𝑘
 Nilai K total = 0,93
 Headloss Mayor = 0,02547 𝑚
 Headloss Minor = 0,074 𝑚

113
 Headloss total = 0,09947 𝑚
b. Headloss Pipa Tekan
 Laju alir pada pipa tekan = 1,785 𝑚/𝑑𝑒𝑡𝑖𝑘
 𝑘𝑡𝑜𝑡𝑎𝑙 = 3,13
 Headloss Mayor = 0,049 𝑚
 Headloss Minor = 0,5 𝑚
 Headloss total = 0,549 𝑚
c. Headloss Pipa Transmisi
 Laju alir air pada pipa transmisi = 1,2378 𝑚/𝑑𝑒𝑡𝑖𝑘
 𝑘𝑡𝑜𝑡𝑎𝑙 = 4,15
 Headloss Mayor = 1,3626 m
 Headloss Minor = 0,3240 𝑚
 Headloss total pada pipa tekan = 2,0586 𝑚
d. Headloss Pompa dan Sistem Transmisi = 2,707 𝑚
 total head pompa dinamis = 27,4554 𝑚
 Daya Hidraulik Pompa = 117,4045 𝑘𝑖𝑙𝑜𝑤𝑎𝑡𝑡
 Daya Motor Penggerak pompa = 161,4284 𝑘𝑖𝑙𝑜𝑤𝑎𝑡𝑡
6. Koagulasi
a. desain unit koagulasi = 30000
b. n dosis pembubuh koagulan melalui jar test
 dosis pembubuhan PAC di Instalasi = 20 mg/liter
 stroke = 50,4 %
c. Estimasi masa lumpur per hari dari koagulan = 5,78m3 /hari
d. Head Pompa pembubuh koagulan
 Volume PAC = 2m3
 Vol larutan= 20m3
 Dimensi bak pembubuh koagulan : P= 2,8 m, L= 2,8 m,
H= 3 m
 Nilai k total= 5,05
e. Headloss mayor pipa pembubuh koagulan = 0,149 m
f. Laju alir dalam pipa PVC = 0,28 m/detik

114
g. Headloss minor =0,0202 m
h. head total pompa minimum pada system pembubuh koagulan =
8,1692 m
i. Pemilihan pompa yang digunakan Pompa 2,6 bar = 26 m, Grundfos
Digital Dosing DME 0,005 to 12,68 gph Cabinet size 2
7. Flokulasi
a. Perhitungan dimensi
 Tinggi air= 3 m
 Panjang= 3,8 m
 Lebar= 3,8 m
 Tinggi= 3,5 m
b. headloss (∆h)
 Proses flokulasi tahap I (G = 70) = 0,0075 m ≈1 cm
 Proses flokulasi tahap II (G = 60) = 0,000016 m ≈1 cm
 Proses flokulasi tahap III (G = 50) = 2,8 x 10−8 m ≈1 cm
 Proses flokulasi tahap IV (G = 40) = 4 x 10−11 m ≈1 cm
 Proses flokulasi tahap V (G = 30) = 4,8 x 10−14 m ≈1 cm
 Proses flokulasi tahap VI (G = 20) = 3,4 x 10−17 m ≈1 cm
 Perhitungan total gradien = 32.400 ≈3,24 x 104
8. Sedimentasi
a. Dimensi
 Td = 2 jam (Kawamura)
 Kapasitas = 350 L/det x 7200 det = 2520000 L= 2520
m3
 Ketinggian air = 5 m
2520m3
 Luas = = 504 m2
5m

 Luas = 4L x L = 4L2
 504 m2 = 4L2
 126 m2 = L2
 11,2 m = Lebar
 Panjang = 4L = 4 x 11,2 m = 44,8 m

115
b. system hidrolika sedimentasi
 Kecepatan horizontal partikel = 0,0063 m/det
 Jari-jari hidrolis = 3,46 m
 Bilangan Reynolds
= 25229>500 (tidak sesuai!, seharusnya< 500)
 Bilangan Froude
= 1,65 <10-5 (tidak sesuai! seharusnya>10-5 )
 Laju alir rmemasuki tube settler dengan arah aliran vertikal
= 0,0018 𝑚/𝑑𝑒𝑡
 Bilangan Reynolds = 104,17 <500 (sesuai!)
 Bilangan Froude = 6,6 x 10-6 = 66 x 10-5 >10-5 (sesuai!)
 Td air =1,99 jam ≈120 menit
m3
 Surface loading rate = 2,5112 m2 .jam

 Kecepatan pengendapan pada bak sedimentasi


= 0,000698 m/det
c. sistem inlet dan zona lumpur
 Cek laju alir dari pipa inlet = 1,39 m/det
 Cek laju alir di lubang orifice = 0,71 m/det
 Headloss aliran di lubang orifice = 0,44 m
 Konversi nilai kekeruhan menjadi total padatan tersuspensi
= 46 (pada grafik didapat hasil 200 mg/L)
 Massa lumpur yang terbentuk dari penyisihan kekeruhan air
baku = 6048 kg/hari
 Slumpur= 6325,6 kg/hari
m3
 Qlumpur = 131,78 hari

 Vollumpur =2,75 m3
(2,5x2,5x1,5)
 Volzona = =3,13 m3
3

d. zona outlet dan saluran pembawa


 Ptube= 44,33 m
 N =674,16 buah≈ 675 buah

116
m3
 Qgut = 0,12 detik

 Qv-notch = 0,0000296 m/detik


 ∆h= 0,0135 m
 R= 0,0250 m
 V= 0,1275 m/det
 ∆hpemb =0,013 m
 ∆hsed =0,4665 m
 Hsed = 2,4735 m
9. Rapid Sand Filter
Sistem Hidrolika
a. antraasit
 𝑉𝑜 = 8,84 𝑚/𝑗𝑎𝑚
 𝑁𝑅𝑒 = 1,79 ≤ 2
 𝐶𝑑𝑟𝑎𝑔 = 13,41
 ∆𝐻𝑎𝑛 = 0,078 𝑚𝑒𝑡𝑒𝑟
b. silika
 𝑉𝑜 = 8,84 𝑚/𝑗𝑎𝑚
 𝑁𝑅𝑒 = 3,1 ≥ 2
 𝐶𝑑𝑟𝑎𝑔 = 9,786
 ∆𝐻𝑠𝑖𝑙 = 0,0774 𝑚𝑒𝑡𝑒𝑟
c. gravel
 𝑉𝑜 = 8,84 𝑚/𝑗𝑎𝑚
 𝑁𝑅𝑒 = 13,36 ≥ 2
 𝐶𝑑𝑟𝑎𝑔 = 2,96
 ∆𝐻𝑔𝑟𝑎 = 1,7854 × 10−3 𝑚𝑒𝑡𝑒𝑟
d. ∆𝐻𝑡𝑜𝑡 = 0,1568 𝑚
Sistem Underdrain dan Headloss Nozzle di Plat
a. 𝑉𝑜 = 8,84 𝑚/𝑗𝑎𝑚
b. 𝐴𝑁𝑜𝑧 = 1,9625 × 10−3
2
c. 𝑄𝑁𝑜𝑧 = 6,14 × 10−4 𝑚 ⁄𝑑

117
d. 𝑉𝑁𝑜𝑧 = 0,313 𝑚/𝑑
e. ∆𝐻𝑁𝑜𝑧 = 8,55 𝑁𝑜𝑧𝑧𝑙𝑒
Sistem Backwash Filter dan Ekspansi Media Filter
a. 𝑄𝑠𝑐 = 1.543𝑚3 (kebutuhan udara untuk pencucian filter per 1 hari
operasi)
b. 𝑄𝑏𝑤 = 950𝑚3 (kebutuhan air untuk pencucian filter per 1 hari
operasi)
c. 𝑄𝑓𝑖𝑙 = 30.240𝑚3 (debit aliran air di unit per 1 hari operasi)
d. 𝑅𝐸 = 29.290𝑚3
e. 𝐸𝑏𝑤 = 0,9686 %
f. 𝑃𝑜 = 0,412
g. 𝑃𝑒 = 0,5411
h. 𝐹𝑒𝑘𝑠 = 0,281 ≈ 0,28
i. 𝐿𝑒𝑘𝑠 = 1,024 𝑚𝑒𝑡𝑒𝑟
10. Desinfeksi IPA
a. Reaksi Kimia Dalam Air Yang Didesinfeksi
 pH air hasil pengolahan berada pada kisaran 6,0 – 8,0 ; maka
senyawa yang akan terbentuk adalah H+ dan OCl-
 pH air hasil pengolahan berada pada kisaran 6,0 – 8,0, maka
senyawa-senyawa yang terbentuk cenderung pada senyawa
monochloramine dan dichloramine.
 HOCl (milimol) = 0,0028 mmol
𝑚𝑔
b. Kebutuhan Minimum Gas Cl2 Untuk Desinfeksi = 2,01 ⁄𝑙𝑖𝑡𝑒𝑟
c. pH air Hasil Desinfeksi
 𝑝𝐾 ′ = 9,77 × 10−8
 𝑝𝐻𝑛𝑒𝑤 = 7,43 (𝑚𝑎𝑠𝑖ℎ 𝑚𝑒𝑚𝑒𝑛𝑢ℎ𝑖 𝑘𝑖𝑠𝑎𝑟𝑎𝑛 6,5 − 8,5)
d. Kebutuhan Gas Klor Untuk Pembubuhan
𝑘𝑔⁄
 𝑊 = 60,7824 ≈ 60,8 ℎ𝑎𝑟𝑖
 𝑊𝑘𝑙𝑜𝑟 = 2,47 ℎ𝑎𝑟𝑖 ≈ 59,28 𝑗𝑎𝑚
 𝑄𝑘𝑙𝑜𝑟 = 13,1 ≈ 13 𝑙𝑖𝑡𝑒𝑟⁄𝑗𝑎𝑚

 𝑆𝑡𝑟𝑜𝑘𝑒 = 6,5%

118
e. Headloss dan Head Pompa Sistem Pembubuh
 𝑉𝑝𝑖𝑝𝑎 = 0,00018 𝑚⁄𝑑𝑒𝑡𝑖𝑘

 ∆𝐻𝑚𝑎𝑦𝑜𝑟 = 9,282 × 10−6 𝑚𝑒𝑡𝑒𝑟 (sangat kecil sehingga


dapat diabaikan)
 𝐾𝑡𝑜𝑡𝑎𝑙 = 102,81
 ∆𝐻𝑚𝑖𝑛𝑜𝑟 = 1,698 × 10−7 𝑚𝑒𝑡𝑒𝑟 (sangat kecil sehingga
dapat diabaikan)
 𝐻𝑝𝑢𝑚𝑝 = 2,5 𝑚𝑒𝑡𝑒𝑟
 𝐻𝑝𝑢𝑚𝑝 = 6,905 𝑏𝑎𝑟
11. Reservoir
a. Jumlah Air Yang Diproduksi Oleh IPA
 𝑆𝑙𝑢𝑚𝑝𝑢𝑟 = 277,6 kg/hari
 𝑄𝑙𝑢𝑚𝑝𝑢𝑟 = 5,78 m3 /hari
𝑘𝑔⁄
 𝑆𝑇𝑆𝑆 = 39,614 ℎ𝑎𝑟𝑖
 0,825 m3 /hari
 𝑄𝑏𝑤 = 2.850 𝑚3 /ℎ𝑎𝑟𝑖
 𝑄𝑖𝑛 = 27.383,22 𝑚3 /ℎ𝑎𝑟𝑖
 𝑄𝑙𝑜𝑠𝑠 = 2.856 𝑚3 /ℎ𝑎𝑟𝑖
 𝐸𝑙𝑝𝑎 = 90,553 %
b. Volume dan Dimensi Reservoir
 𝑃𝑒𝑟𝑠𝑒𝑛 (%) = 27,66
 𝑉𝑜𝑙 = 8.364.384 𝐿 ≈ 8.364,384 𝑚3
 𝑃 = 57,84 𝑚
c. Perpipaan Reservoir dan Ventilasi
 𝑇𝐷 =
8,76 𝑗𝑎𝑚 (𝑚𝑒𝑚𝑒𝑛𝑢ℎ𝑖 𝑤𝑎𝑘𝑡𝑢 𝑡𝑖𝑛𝑔𝑔𝑎𝑙 𝑚𝑖𝑛𝑖𝑚𝑎𝑙 4 𝑗𝑎𝑚)
 𝑉𝑖𝑛𝑙𝑒𝑡 = 1,12 𝑚⁄𝑑𝑒𝑡

 𝑉𝑜𝑢𝑡𝑙𝑒𝑡 = 1,68 𝑚⁄𝑑𝑒𝑡

 𝑛 = 63 𝑙𝑢𝑏𝑎𝑛𝑔 𝑣𝑒𝑛𝑡𝑖𝑙𝑎𝑠𝑖 (𝑚𝑖𝑛 𝑦𝑎𝑛𝑔 ℎ𝑎𝑟𝑢𝑠 𝑡𝑒𝑟𝑠𝑒𝑑𝑖𝑎)

119
4.2 Saran
Setelah perhitungan rancang desain bangunan pengolahan air minum
yang sesuai didapatkan untuk Desa Sembayat Kecamatan Manyar Kabupaten
Gresik, kami sebagai penyusun berharap rancang desain bangunan pengolahan air
minum ini dapat bermanfaat bagi masyarakat dan lingkungan di Kabupaten
Gresik.

120
DAFTAR PUSTAKA

Alaerts, G dan Sri Sumestri. 1984. Metode Penelitian Air. Usaha


Nasional.Surabaya
Al-Layla et. Al. 1980. Water Supply Engineering Design. Ann Arbor
SciencePublisher, Inc. New York
American Water Works Association, 1990. Water Distribution SystemsHandbook.
Mc Graw Hill Company. New York
Badan Standardisasi Nasional Pusat. 2002. SNI 19-6775-2002 tentang Tata
CaraPengoperasian dan Pemeliharaan Unit Paket Instalasi Penjernihan
AirKapasitas 5 Liter/detik ke Atas. BSNP : Jakarta
Burton. F. Stensel. D. Tchobanoglous. G. 2004. Wastewater Engineering;
Treatment and Reuse (Fourth Edition). Singapore : Mc Graw Hill
Darmasetiawan, Martin. 2001. Teori dan Perencanaan Instalasi Pengolahan Air.
Yayasan Suryono. Bandung
Degremont. 1991. Water Treatment Handbook Vol 1. Lavoisier Publishing. Paris
Degremont. 1991. Water Treatment Handbook Vol 2. Lavoisier Publishing. Paris
Degremont Suez Consultant. 2009. Pulsator® Drinking water - Clarification -
Sludge blanket clarifier. Lavoisier Publishing. Paris
Departemen Kesehatan Republik Indonesia. 2002. Syarat-Syarat dan
PengawasanKualitas Air Minum. (SK Nomor
901/MENKES/SK/VII/2002).Kementrian Kesehatan RI : Jakarta
Droste, Ronald L. 1997. Theory and Practice of Water and WastewaterTreatment.
John Wiley & Sons, Inc : Canada
Ebara Fluid Handling Division. 2003. EBARA Stainless Steel Two-
StageCentrifugal Pumps. EBARA International Corporation : South
Carolina
Government of Alberta Ministry of Transportation. 2007. ConversionRelationship
between Nephelometric Turbidity Units(NTU) into mg/l forAlberta
Transportations’ Turbidity specification. Government of Alberta: Kanada
Grundfos Corporation. 2009. GrundfosDenmark ® Digital Dosing. Grundfos
Holding A/S :

121
Hidayat, Muhammad. 2007. Cara Menaikkan atau menurunkan pH dan GH. UI
:Jakarta
Ingersoll Rand Air Solutions France. 2007. Bareshaft Blowers SN Series
Ingersoll Rand Company : Wasquehal
Joko, Tri. 2004. Unit Produksi dalam Sistem Penyediaan Air Minum Edisi
Pertama. Graha Ilmu : Yogyakarta
Kawamura, Susumu. 1991. Integrated Design of Water Treatment Facilities.
JohnWiley & Sons. New York
Lin, Shundar. 2001. Water and Wastewater Calculations Manual. Mc Graw
HillBook Company : USA
Maharani dan Zaidan. 2003. Laporan Kerja Praktik: Sistem Pengolahan
AirMinum Di PDAM Kota Denpasar-Bali. Institut Teknologi Adhi
Tama.Surabaya
Montgomery, James M., Consulting Engineers, Inc. 1985. Water
TreatmentPrinciples and Design. John Wiley & Sons, Inc : Canada
Mufti. A. 2009. Evaluasi Teknis Operasional dan Pemeliharaan SistemInstalasi
Pengolahan Air PDAM Tirta Patriot Bekasi. UniversitasDiponegoro :
Semarang
Oktiawan, W. dkk. 1997. Detail Engineering Design Instalasi Pengolahan
AirAyung III Belusung – PDAM Kabupaten Badung. ITB : Bandung
PDAM Kota Denpasar. 2009. Standard Operational Procedure IPA Ayung
IIIBelusung. PT Tirta Wiwitaning Kahuripan : Denpasar
Peavy, H.S., D.R. Rowe, G. Tchobanoglous. 1985. Environmental
Engineering.Mc Graw-Hill, Inc : Singapore
Pradana, Ridho. 2017. Perencanaan Sistem Penyediaan Air Minum (SPAM)
di Kecamatan Bukit Raya Kota Pekanbaru.Jom F TEKNIK Volume 4
No. 1 Februari 2017
Qodriyatun, Sri Nurhayati dkk. 2015. Penyediaan Air Bersih Di Indonesia : Peran
Pemerintah, Pemerintah Daerah, Swasta Dan Masyarakat.Pusat
Pengkajian, Pengolahan Data dan Informasi (P3DI). Jakarta
Reynolds, T.D. 1982. Unit Operations In Enviromental Engineering. Texas A
&M Univercity; B/C Engineering Division Boston, Massacusetts

122
Septiawan, H. 2008. Operasional dan Pemeliharaan Sistem Instalasi
PengolahanAir PTTirta Sarana Ungaran. Universitas Diponegoro :
Semarang
Totok, S. dan Suciastuti, E. 2002. Teknologi Penyediaan Air Bersih. PT Rineka
Cipta. Jakarta
Unicef Indonesia. 2012. Ringkasan Kajian Air Bersih, Sanitasi Dan Kebersihan.
Jakarta
Widiasanti, Irika. Dkk. 2012. Studi Pengolahan Air Bersih Di Kawasan Industri
Jababeka Kabupaten Bekasi. Jurnal Menara Teknik Sipil FT.UNJ.
Volume VII No. 1

123

Anda mungkin juga menyukai