PENDAHULUAN
1
1.2 Identifikasi Masalah
Identifikasi permasalahan dalam perencanaan bangunan pengolahan air
minum adalah kurang maksimalnya penyediaan air bersih di Kabupaten Gresik
sehingga diperlukan adanya pembangunan instalasi pengolahan air minum.
1.4 Tujuan
Tujuan dari perencanaan bangunan pengolahan air minum di Desa
Sembyat adalah sebagai berikut :
1. Untuk mengetahui rancang desain bangunan pengolahan air minum yang
cocok untuk Kabupaten Gresik
2
3. Ruang Lingkup Lokasi
Ruang lingkup lokasi perencanaan bangunan pengolahan air minum ini
adalah di Kabupaten Gresik.
1.6 Manfaat Perencanaan Bangunan Pengolahan Air Minum
Manfaat kegiatan perencanaan bangunan pengolahan air minum ini
adalah sebagai berikut:
1. Akademisi
a. Menambah pengetahuan dan wawasan tentang perencanaan bangunan
pengolahan air minum
b. Merupakan kesempatan bagi mahasiswa untuk mengembangkan
kemampuan dan keahlian yang telah dipelajari.
2. Instansi
Menjadi masukan bagi bagi instansi terkait dalam pengembangan
perencanaan bangunan pengolahan air minum.
3
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
4
Sumber air yang dapat digunakan sebagai sumber air baku meliputi, mata
air, air tanah, air permukaan dan air hujan. Alternatif sumber air baku terpilih
harus dipertimbangkan terhadap aspek ekonomi dan kehandalan
sumber.Pemilihan alternatif sumber air didasarkan pada pertimbangan sebagai
berikut:
1. Air sungai, pada umumnya memerlukan pengolahan untuk menghasilkan
air minum, sehingga sumber air sungai baru dapat diperbandingkan
dengan mata air, hanya apabila lokasi bangunan penyadap (intake) terletak
dekat dengan daerah pelayanan.
2. Danau atau rawa, pengisiannya (inflow) umumnya berasal dari satu atau
beberapa sungai. Alternatif sumber danau dapat diperbandingan dengan air
permukaan sungai apabila volume air danau jauh lebih besar dari aliran
sungai-sungai yang bermuara ke dalamnya, sehingga waktu tinggal yang
lama dari aliran sungai ke danau menghasilkan suatu proses pejernihan
alami.
3. Mata air, mata air sering dijumpai mengandung CO2 yang tinggi yang
walaupun tidak banyak berpengaruh pada kesehatan tetapi cukup
berpengaruh pada bahan pipa karena akan menyebabkan korosi.
4. Air tanah, air tanah digunakan sebagai alternatif sumber air apabila air
permukaan telah terkontaminasi berat, dan pertimbangan lain bahwa
kualitas air tanah secara bakteriologis lebih aman daripada air permukaan.
5
1. Kualitas
Kualitas sumber air baku air minum memenuhi persyaratan fisik, kimia
dan biologi berdasarkan baku mutu yang berlaku sesuai dengan daerah
masing-masing. Di Indonesia, baku mutu air baku air minum mengacu
kepada Peraturan Pemerintah No. 82 Tahun 2001 Tentang Pengelolaan
Kualitas Air dan Pengendalian Pencemaran Air Kelas I dan Peraturan
Menteri Kesehatan No. 492 Tahun 2010 Tentang Persyaratan Kualitas
Air Minum.
2. Kuantitas
Sungai sebagai sumber air baku harus memenuhi persyaratan dari segi
kuantitas yaitu kapasitas minimum dari sungai harus lebih besar dari
jumlah kebutuhan maksimum air minum di wilayah perencanaan. Bila
air baku tidak ditampung terlebih dahulu maka kapasitas sumber harus
mencukupi seluruh musim per tahun dan memiliki debit terendah
sebesar 2,5 kali rata-rata pemakaian satu hari. Untuk menjaga
kehidupan akuatik didalam sumber air maka terdapat persyaratan
pengambilan debit maksimum yang diijinkan yaitu sekitar 20-40% dari
kapasitas sumber. Lokasi intake air baku seharusnya memiliki tutupan
lahan Daerah Aliran Sungai yang relatif terjamin dari kegiatan
budidaya tanaman musiman, memiliki daerah tangkapan air yang
relatif luas, idealnya sebagai kawasan hutan lindung.
3. Kontinuitas
Air baku untuk air bersih harus dapat diambil terus menerus dengan
fluktuasi debit yang relatif tetap, baik pada saat musim kemarau
maupun musim hujan. Kontinuitas juga dapat diartikan bahwa air
bersih harus tersedia 24 jam per hari atau setiap saat diperlukan
kebutuhan air tersedia.
6
2.4 Kualitas Air Minum
Berdasarkan Keputusan Menteri Kesehatan RI No.
907/Menkes/SK/VII/2002 Tentang Syarat-Syarat dan Pengawasan Kualitas
Air Minum menyebutkan bahwa air minum adalah air yang melalui proses
pengolahan atau tanpa proses pengolahan yang memenuhi syarat kesehatan
dan dapat langsung diminum. Adapun jenis air minum meliputi :
Keempat jenis air minum tersebut harus memenuhi syarat kualitas air
minum yang meliputi persyaratan fisik, kimiawi, bakteriologis dan radioaktif.
Tabel 2.1 berikut ini merupakan Keputusan Menteri Kesehatan RI No.
907/Menkes/SK/VII/2002, yang merupakan persyaratan kualitas air minum
yang mengacu pada nilai panduan WHO.
7
Tabel 2.1 Standar Air Minum
8
Tabel 2.1 Standar Air Minum (lanjutan)
Keterangan:
1. Bq = Bequerel
2. Logam berat merupakan logam terlarut
3. Bagi pH merupakan nilai rentang yang tidak boleh kurang atau lebih dari nilai yang
tercantum
4. Arti (-) diatas menyatakan bahwa untuk kelas termaksud, parameter tersebut tidak
diisyaratkan
9
2.5 Syarat - Syarat Sistem Penyediaan Air Minum
Syarat-syarat sebuah sarana dan prasarana dalam hal penyediaan air
minum publik haruslah memenuhi beberapa kriteria yaitu: syarat kuantitatif,
kualitatif dan kontinuitas yang terjaga. Berikut dapat dilihat pada Tabel 2.2
penjabaran tentang ketiga persyaratan tersebut:
10
Tabel 2.3 Parameter Fisik, Kimia dan Biologi Air Beserta Pengaruhnya
11
Tabel 2.3 Parameter Fisik, Kimia dan Biologi Air Beserta Pengaruhnya (lanjutan)
Tabel 2.3 Parameter Fisik, Kimia dan Biologi Air Beserta Pengaruhnya (lanjutan)
12
2.7 Proses Produksi Air Minum
Menurut Peavy (1985) proses produksi air pada hakekatnya dilaksanakan
berdasarkan sifat-sifat perubahan kualitas yang berlangsung secara alamiah.
Oleh karena itu, mekanisme proses itu bisa berlangsung secara fisik, kimia
dan biologi.
Tabel 2.4 Proses Air dan Penjabarannya
13
Tabel 2.5 Alternatif Pengolahan Air Beberapa Parameter
14
Gambar 2.1 Diagram Proses Produksi Air Minum Secara Konvensional
Sumber: Kawamura (1991)
15
2.7.1 Intake
Intake adalah bangunan penyadap yang berfungsi untuk menangkap airr
baku dari sumber sebelum masuk ke instalasi pengolahan. Sebelum air baku
masuk ke instalasi pengolahan, maka partikel-partikel yang ukurannya sangat
besar seperti daun, kertas, plastik, potongan kayu dan benda-benda kasar lain
yang berada dalam air harus disaring terlebih dahulu menggunakan saringan
kasar (bar screen). Penyaringan benda kasar bertujuan untuk menghindari
rusaknya atau tersumbatnya peralatan seperti pompa, katup-katup, pipa
penyalur, alat pengaduk yang digunakan dalam pengolahan air bersih.
Menurut Metcalf dan Eddy (1991) saringan kasar dapat berupa kisi—kisi
baja, anyaman kawat, kasa baja/plat yang berlubang-lubang dengan dipasang
vertikal/miring dengan sudut antara 30o-80o. Analisis penting dalam
perencanaan saringan kasar adalah menentukan kehilangan tinggi (head loss)
selama air melewati kisi saringan. Secara garis besar kehilangan tinggi
dipengaruhi oleh bentuk kisi dan tinggi kecepatan aliran yang melewati kisi,
seperti dirumuskan oleh Krischoer sebagai berikut. Beberapa rumus yang
digunakan untuk perhitungan intake dan screen:
a. Tinggi kecepatan aliran air meewati kisi screen (meter)
𝑉2
∆ℎ =
2. 𝑔
b. Kehilangan tekanan air setelah melewati kisi screen (meter)
4
𝑤 3
𝐻𝐿 = 𝛽. ( ) ∆ℎ 𝑆𝑖𝑛 𝜃
𝑏
Keterangan:
v = kecepatan aliran yang melewati kisi (m/det)
g = konstanta percepatan gravitasi (9,81 m/det2)
β = faktor bentuk kisi
w = lebar kisi (m)
θ =sudut kemiringan kisi ( ° )
b = jarak antar kisi (m)
Berikut ini adalah besar masing-masing faktor bentuk kisi:
16
Tabel 2.6 Faktor Bentuk Kisi
17
1. Headloss aliran air saat melewati saluran pembawa (meter)
𝑉 1,85 𝐿
∆ℎ = 6,82 . ( )
𝐶 𝐷1,167
2. Kecepatan aliran air saat melewati saluran pembawa (meter)
1 2 1
𝑣= . 𝑅3 . 𝑆 2
𝑛
3. Jari-jari hidrolis saluran pembawa jika saluran berbentuk segiempat
(meter)
𝑏 𝑥 ℎ𝑎𝑖𝑟
𝑅=
𝑏 + 2. ℎ𝑎𝑖𝑟
c. Bak Pengumpul
Bak pengumpul berfungsi untuk menampung air baku dari intake untuk
dolah oleh unit pengolahan berikutnya. Bak pengumpul dilengkapi dengan
pompa intake dan pengukur debit (Bahan Ajar PB PAM, 2005). Kriteria
desain dalam Japan Water Works Association, 1978:
a. Kedalaman (H) : 3-5 meter
b. Waktu detensi : ≥ 1,5 menit
Beberapa persamaan yang digunakan untuk perhitungan desain bak
pengumpul:
1. Volume air di bak penampung (meter)
𝑉 = 𝑃 𝑥 𝐿 𝑥 ℎ𝐴𝑖𝑟
2. Waktu tinggal air di bak penampung (meter)
𝑉
𝑇𝑑𝐴𝑖𝑟 =
𝑄
Keterangan:
Δh = headloss saluran pembawa
CDrag = koefisien pengaliran, (nilainya 0,6)
C = koefisien kekasaran Hazen-Williams (C = 60-140)
g = konstanta percepatan gravitasi (9,81 m/detik2)
L = panjang saluran pembawa (meter)
b = lebar saluran pembawa (meter)
18
S = kemiringan saluran (meter/meter)
R = jari-jari hidrolis (meter)
n = koefisien manning, jika terbuat dari beton (nilainya 0,03)
Q = debit air baku yang masuk ke bak pengumpul (m3/detik)
V = volume air yang dapat ditampung oleh bak penampung (m3)
P = panjang bak penampung (meter)
L = lebar bak penampung (meter)
hair = ketinggian air maksimum yang dapat ditampung (meter)
19
Tabel 2.8 Koefisien Kekasaran Pipa Menurut Hazen-Williams
Sumber: Peery (1967), Hwang (1981) and Benefield et al (1984) dalam Lin
(2007)
Beberapa rumus yang digunakan dalam pompa dan sistem transmisi yaitu:
a. Kehilangan tinggi tekanan akibat bergesekan dengan dinding pipa
transmisi dengan menggunakan persamaan Hazen-Williams (meter)
151 𝑥 𝑄 1,85 𝐿
𝐻𝐿𝑀𝑎𝑦𝑜𝑟 = ( 2,63
) 𝑥 ( )
𝐶𝑥𝐷 1000
b. Kehilangan tinggi tekanan akibat konstraksi (minor losses) berupa
aksesoris di sepanjang pipa transmisi (meter)
𝑣2
∆ℎ = 𝑘
2. 𝑔
c. Daya hidrolik pompa untuk memindahkan air (Kilowatt atau KN.m./det)
𝛾. 𝑄. 𝐻𝑝𝑢𝑚𝑝
𝑁𝑝𝑢𝑚𝑝 =
𝜂𝑝𝑢𝑚𝑝
20
d. Daya motor penggerak pompa menggerakkan poros pompa (Kilowatt)
𝑁𝑝𝑢𝑚𝑝 . (1 + 𝐴)
𝑁𝑚𝑜𝑡𝑜𝑟 =
𝜂𝑝𝑢𝑚𝑝 . 𝜂𝑝𝑜𝑟𝑜𝑠
Keterangan:
Q = debit pemompaan (m3/detik)
D = diameter pipa bagian dalam (m)
L = panjang pipa transmisi (m)
v = kecepatan aliran air dalam pipa (m/detik)
k = konstanta gesekan akibat aksesoris pipa
g = konstanta percepatan gravitasi (9,81 m/detik2)
γ = berat spesifik cairan, kN (9,774 KN pada temperatur 270C)
C = konstanta friksi bahan pipa
ήpump = efisiensi pompa (%)
ήmotor =efisiensi motor (%)
ήporos = efisiensi hubungan poros, 1 jika poros dikopel langsung
A = faktor yang bergantung pada jenis motor
= 0,1 sampai 0,2 untuk motor listrik
Menurut (Degremont, 1991), nilai koefisien k bergantung pada bentuk
kerugian gesekan yang disebabkan oleh kondisi aliran dalam pipa tersebut.
Berikut ini akan dijelaskan beberapa tipe kerugian gesek aliran dalam pipa
akibat suatu bentuk pipa seperti belokan (bend), aliran gabung (inlet
connection), gate valves dan open valves and fittings.
a. Kerugian gesek akibat belokan (bend)
r = radius belokan pipa
d = diameter pipa
21
Tabel 2.9 Konstanta k
22
Tabel 2.11 Konstanta k Untuk Berbagai Nilai Gate Valve
Tabel 2.12 Konstanta k Untuk Berbagai Nilai Open Valves and Fittings
23
e. Rumus total head pompa dinamis berdasarkan persamaan Bernoulli
(meter)
𝑣𝐼𝑠𝑎𝑝 2 𝑃1 𝑣𝑂𝑢𝑡 2 𝑃2
( ) + ( ) + 𝑍1 + 𝐻𝑝𝑢𝑚𝑝 = ( ) + ( ) + 𝑍2 + 𝐻𝐿
2. 𝑔 𝛾 2. 𝑔 𝛾
Keterangan:
P1 = tidak diketahui (pada umumnya negatif) diasumsikan = 0
P2 = 0 tekanan keluaran ke atmosfer
Z1 = elevasi eksisting pipa masukan di Instalasi Pengolahan Air
Z2 = elevasi eksisting pipa keluaran di Instalasi Pengolahan Air (Lin,
2007)
Jika, head pompa dalam perhitungan tersebut dapat dinyatakan sebagau
head pompa minimal yang tersedia, maka nilainya harus lebih kecil dari head
maksimum yang dapat diberikan pompa kepada air yang akan ditransmisikan.
Jika, nilainya berkebalikan (head pompa maksimum ≤ head minimal yang
harus tersedia), maka dapat diambil kesimpulan pompa tidak memenuhi
spesifikasi untuk dijalankan di instalasi pengolahan air karena air tidak
mungkin mengalir pada bangunan yang akan dituju setelah pompa.
2.7.4 Aerasi
Aerasi adalah pemberian kontak udara terhadap permukaan badan air,
termasuk tujuan terpenting aerasi adalah oksigenasi (meningkatkan DO-
Dissolved Oxygen didalam air). Teknik-teknik aerasi secara umum adalah:
24
Tabel 2.13 Teknik-Teknik Aerasi Secara Umum
25
c. Persamaan faktor koreksi akibat terjunan terhadap kelarutan oksigen
Keterangan:
A = temperatur rata-rata air baku dalam (0C)
E = elevasi terjunan diatas permukaan laut (+...meter)
Dosat = konsentrasi oksigen yang masih dapat ditampung (mg/L)
Δh = tinggi jatuhan air di instalasi aerasi (meter)
q = faktor koreksi kualitas air (nilainya 0,9)
b = faktor koreksi jenis terjunan (1,3 untuk terjunan bebas)
Ca = kadar oksigen rata-rata air baku (mg/L)
Cs = kadar oksigen jenuh yang dapat ditampung (mg/L)
r = faktor koreksi akibat terjunan non dimensional
Cb = oksigen terlarut setelah terjunan akibat re-aerasi (mg/L)
(Lin, 2007)
26
Tabel 2.14 Kelarutan Oksigen Jenuh per mg/L Air
2.7.5 Koagulasi
Koagulasi adalah penambahan dan pengadukan cepat (flash mixing)
dengan koagulan yang bertujuan untuk mendestabilisasi partikel-partikel
koloid dan suspended solid (Reynolds, 1982). Sedangkan menurut
(Kawamura, 2001) koagulasi didefinisikan sebagai proses destabilisasi muatan
koloid dan padatan tersuspensi termasuk bakteri dan virus dengan suatu
koagulan.
27
Pengadukan dengan terjunan adalah pengadukan yang umum dipakai pada
instalasi pengolahan air dengan kapasistas > 50 Liter/detik. Pembubuhan
dilakukan sesaat sebelum air diterjunkan sehingga air yang terjun sudah
mengandung koagulan yang siap diaduk. Pengadukan dilakukan setelah air
terjun dengan energi (daya) pengadukan sama dengan tinggi terjunan. Tinggi
terjunan untuk suatu pengadukan adalah tipikal untuk semua debit, sehingga
debit tidak perlu dimasukkan dalam perhitungan. Gradient kecepatan 350-
1700/dt/detik.
Hubungan antara ketinggian terjun untuk masing-masing tingkat gradien
pengadukan dapat dilihat pada grafik dibawah ini:
28
Tabel 2.15 Kriteria Desain Untuk Koagulasi
(Lin, 2007)
Setelah melakukan prosedur jar test hal lain yang perlu dilakukan adalah
melakukan pengesetan stroke (bukaan keran) pada instalasi pompa pembubuh
koagulan. Pengesetan stroke ini dimaksudkan untuk memberikan dosis
pembubuhan koagulan yang tepat sesuai hasil jar test ke instalasi pengolahan
air.
29
Adapun rumus yang digunakan untuk pengesetan stroke pompa dosing
pembubuh koagulan yaitu:
Keterangan:
Stroke = bukaan keran dalam %
D = dosis rata-rata hasil jar test (mg/Liter)
Qolah = debit instalasi pengolahan air (Liter/detik)
Qpump = debit pompa pembubuh koagulan (Liter/jam)
C = Konsentrasi larutan PAC (biasanya 10-11% kg per 1 Liter
air)
2.7.6 Flokulasi
Menurut (Kawamura, 1991), flokulasi merupakan pengadukan lambat
yang mengiringi dispersi koagulan secara cepat melalui pengadukan cepat.
Tujuannya adalah mempercepat tumbukan yang menyebabkan terjadinya
gumpalan partikel koloid yang tidak stabil sehingga dapat diendapkan. Istilah
koagulasi-flokulasi terkadang digunakan secara bergantian dalam beberapa
literatur. Namun, penggumpalan partikel ini pada prinsipnya terjadi dalam dua
tahap proses. Pemilihan proses flokulasi seharusnya berdasarkan kriteria
dibawah ini:
1. Tipe proses pengolahan, misalnya konvensional, filtrasi langsung,
softening atau sludge conditioning.
2. Kualitas air baku, misalnya kekeruhan, warna TSS dan temperatur.
3. Tipe koagulan yang digunakan.
4. Kondisi lokal, seperti ketersediaan petugas lapangan (Montgomery,
1985)
Flokulator adalah alat yang digunakan untuk flokulasi. Saat ini banyak
dijumpai berbagai macam flokulator, tetapi berdasarkan cara kerjanya flokulator
dibedakan menjadi 3 macam, yaitu pneumatic, mekanik dan baffle.
30
Tabel 2.16 Prinsip Kerja Berbagai Jenis Flokulator
Keterangan:
v = viskositas kinematis fluida = 0,864 x 10-6 m2/detik pada 270C
tdair = waktu tinggal rata-rata air didalam instalasi flokulasi (detik)
g = konstanta percepatan gravitasi (9,81 m/detik2)
Δh = kehilangan tekanan saat melintasi instlasi flokulasi (m)
31
Gambar 2.7 Denah Flokulator Baffle Chanel
Sumber: Darmasetaiwan, 2001
32
Pulsator merupakan salah satu proses sedimentasi yang paling banyak
digunakan dalam penglahan air bersih. Unit ini mampu mengolah lebih dari
satu m3/jam. Pada umumnya, kecepatan ke atas pada klarifikasi adalah antara
2-4 m/jam atau lebih tinggi pada beberapa kasus tergantung kepada koefisien
kohesi lumpur.
Dengan memanfaatkan gerakan aliran air yang turbulen ke arah atas, unit
ini tidak memerlukan perlengkapan mekanis dalam mencapai kondisi flokulasi
(Memorandum Desain Palyja, 2001 dalam KP Miftah, 2008).
33
(kekeruhan air dan koagulan) mengalir ke dalam pengumpul lumpr yang
man lumpur dibuang pada interval tertentu (Degremont, 2006).
34
f. Waktu tinggal air di pulsator (jam)
𝑉𝑜𝑙𝑃𝑢𝑙𝑠
𝑇𝑑𝑎𝑖𝑟 = [ ]
𝑄𝑂𝑙𝑎ℎ
g. Volume ruang pembuangan lumpur di pulsator (m3)
𝐶 = 4 . [𝑃 𝑥 𝐿 𝑥 𝑇]𝑅.𝐿𝑢𝑚𝑝𝑢𝑟
h. Nilai perbandingan kecepatan klarifikasi dengan sedimentasi (non
dimensional)
𝑣𝐶𝑙𝑎 1/3
𝐹𝑒 = [ ]
𝑣𝑆𝑒𝑑
i. Waktu gradien pengadukan di pulsator (G/detik)
1/2
𝑔 𝐶
𝐺 = 𝐹𝑒 𝑥 ([ ] . [𝑆𝑠 − 1] . [1 − 𝐹𝑒] . [∆ℎ] [ ])
ℎ 𝑄𝑂𝑙𝑎ℎ
j. Headloss Perpipaan (meter)
1,85
151 𝑥 𝑄 𝐿
𝐻𝐿𝑃𝑖𝑝𝑎 = 𝑁 .( ) 𝑥 ( )
𝐶 𝑥 𝐷2,63 1.000
k. Headloss Gutter (meter)
𝐿 𝑣2
𝐻𝑓 = 𝑓 ( ) ( )
𝐷 2. 𝑔
l. Power Vacuum Pump (watt)
∆𝑃 . 𝑄 . 𝐴 . ∆ℎ
𝑃𝑝𝑢𝑙𝑠 =
𝜂𝑝𝑢𝑚𝑝
Keterangan:
35
L = panjang gutter (m)
2.7.8 Sedimentasi
Menurut (Reynolds, 1982), sedimentasi adalah pemisahan zat padat-cair
yang memanfaatkan pengendapan secara gravitasi untuk menyisihkan padatan
tersuspensi. Reynolds juga mengklarifikasikan tipe pengendapan menjadi
empat tipe yaitu:
1. Tipe pengendapan bebas (free setting); sering disebut sebagai
pengendapan partikel diskrit
2. Tpe pengendapan partikel flok, yaitu pengendapan flok dalam suspensi
cair. Selama pengendapan partikel flok semakin besar ukurannya dengan
kecepatan yang semakin cepat
36
3. Tipe zone hinderred settling, yaitu pengendapan partikel pada konsentrasi
sedang, dimana energi partikel yang berdekatan saling memecah sehingga
menghalangi pengendapan partikel flok, partikel yang tertinggal pada
posisi relatif tetap dan mengendap pada kecepatan konstan
4. Tipe compression setling; partikel bersentuhan pada konsentrasi tinggi dan
pengendapan dapat terjadi hanya karena pemadatan massa
37
b. Bilangan Froude sebagai nilai uniformitas aliran (non dimensional)
Keterangan:
V = kecepatan aliran (m/detik)
Q = debit pengolahan (m3/detik)
A = luas area yang dilewai (m2)
P = keliling basah (meter)
υ = viskositas kinematis fluida = 0,864 x 10-6m2/detik pada suhu
270C
g = konstanta percepatan gravitasi (9,81 m/detik2)
Pada dasarnya bak pengendapan yang panjang adalah yang paling baik
tetapi tanpa didukung oleh faktor hidrolis lainnya seperti lamineritas dan
uniformitas dari aliran dan beban permukaan yang sesuai, pengendapan dapat
gagal (Darmasetiawan, 2001).
Menurut (Peavy,1985), unit sedimentasi terbagi menjadi 2 bagian,
perbedaan dari keduanya antara lain:
38
Tabel 2.19 Kelebihan dan Kekurangan Bak Sedimentasi Dari Segi Bentuk
Keterangan:
l = lebar bak sedimentasi (meter)
b = lebar penampang dasar bak sedimentasi (meter)
h = ketinggian muka air bak sedimentasi (meter)
Q = debit pengolahan (m3/detik)
39
Tabel 2.20 Kriteria Desain Bak Sedimentasi Rectangular
40
Gambar 2.10 Sedimentasi Rectangular
Sumber: Reynolds, 1982 dalam Bahan Ajar PB PAM 2005
41
e. Tinggi diatas V-notch (meter)
Keterangan:
r = jari-jari sedimentasi (meter)
rc/c = jarak antar pusat V-notch center to center (meter)
Cdrag = koefisien pengaliran (0,62)
θ = besarnya sudut yang dibentuk V-notch (o)
42
Gambar 2.11 Sedimentasi Circular
Sumber: Droste, 1997 dalam Bahan Ajar PB PAM 2005
43
A. Zona Inlet
Air yang masuk diasumsikan langsung merata pada potongn melintang
didalam bak pengendap dengan tingkat kandungan SS (suspended solid) yang
homogen ketidakmeratan pada zona inlet dapat menghasilkan turbulensi
sehinga dapat meruntuhkan bentukan flok yang telah terbentuk di flokulator.
Untuk menghindari ini secara umum aliran air harus mempunyai
kecepatan aliran tidak boleh melebihi 0,3 m/dt secara digiring dengan stream
line masuk kedalam bidang pengendapan.
Zona inlet juga dapat berupa pipa lateral yang berlubang dan mengarah ke
bawah, sehinga air yang keluar dapat dibagi merata sepanjang bidang
pengendapan, hal ini banyak dilakukan paa pengendapan dengan plat miring.
Beberapa rumus yang digunakan dalam bak pengendap dengan aliran
kontinyu:
a. Headloss bak pengendap (meter)
𝑣𝑜 2
𝐻𝑓 =
2. 𝑔
b. Diameter lubang pipa manifold (meter)
4 .𝑄
𝐷= [ ]
𝑁. 𝜋(2. 𝑔𝐻𝑓 )0,5
Keterangan:
vo = kecepatan aliran air secara horizontal (m/detik)
N = jumlah lubang di pipa manifold (buah)
Q = debit pengolahan (m3/detik)
g = konstanta percepatan gravitasi (9,81 m/detik2)
B. Zona Pengendapan
Pada zona bidang pengendapan flok yang sudah terbentuk diharapkan
dapat mengendap. Secara ideal bidang pengendap harus memenuhi asumsi
bahwa aliran harus merata (mempunyai kecepatan yang sama) diseluruh
potongan melintang dan kecepatan sepanjang bidang pengendap harus sama.
Jenis bidang pengendap meliputi:
44
1) Bak pengendap dengan aliran horizontal
2) Bak dengan plat setler aliran miring
3) Bak pengendap dengan aliran keatas
Secara umum asumsi yang diambil dalam teori adalah sebagai berikut:
a. Partikel yang mengendap tidak dipengaruhi oleh kecepatan aliran
b. Kecepatan pengendapan flok merata di seluruh bidang pengendapan
c. Secara ideal harus diasumsikan bahwa partikel flok yang sudah
mengendap todak terangkat lagi
45
vo = kecepatan horizontal (m/detik)
R = jari-jari hidrolis (meter)
υ = viskositas kinematik 0,864 x 10-6 m2/detik pada 270C
α = sudut kemiringan plate settler (o)
g = konstanta percepatan gravitasi (9,81 m/detik2)
C. Zona Outlet
Beberapa rumus untuk perhitungan zona outlet termasuk di dalamnya gutter:
a. Lebar saluran gutter (meter)
𝐿𝐺𝑢𝑡 = 1,5 𝐻𝐴𝑖𝑟
b. Jumlah pelimpah (buah)
𝑄
< 5. 𝐻. 𝑉𝑜
𝑛. 𝐿
c. Debit tiap gutter (cfs)
𝑄 35,3088 𝑐𝑓𝑠
𝑄𝐺𝑢𝑡 = [ ] [ ]
𝑛 1𝑚3 /𝑑𝑒𝑡𝑖𝑘
d. Tinggi air di saluran gutter (meter)
𝑄𝐺𝑢𝑡 = 2,49 . (1,5 𝐻𝐴𝑖𝑟 ) 𝑥 𝐻𝐴𝑖𝑟 3/2
e. Tinggi saluran gutter (meter)
𝐻𝐺𝑢𝑡 = 𝐻𝐴𝑖𝑟 + (0,2. 𝐻𝐴𝑖𝑟 ) + ∆ℎ + 𝑓𝑟𝑒𝑒𝑏𝑜𝑎𝑟𝑑
f. Panjang saluran gutter (meter)
𝑃𝐺𝑢𝑡 = 𝑃𝑆𝑒𝑑
g. Debit tiap V-Notch (m3/detik)
𝑄𝑉−𝑁𝑜𝑡𝑐ℎ = 1,36 𝑥 𝐻𝐴𝑖𝑟 5/2
h. Jumlah V-Notch (buah)
𝑄𝐺𝑢𝑡\
𝑁𝑉−𝑁𝑜𝑡𝑐ℎ = [ ]
2. 𝑄𝐴𝑖𝑟\
i. Dimensi V-Notch (meter)
1
𝐹𝑟𝑒𝑒𝑉−𝑁𝑜𝑡𝑐ℎ = 𝐻
2 𝐴𝑖𝑟\
𝐿𝑉−𝑁𝑜𝑡𝑐ℎ = 2. 𝐻𝐴𝑖𝑟 . 𝑇𝑎𝑛 45𝑜
46
𝐿𝑃𝑖𝑛𝑡𝑢 = 2. (𝐻𝐴𝑖𝑟 ) . (𝐹𝑟𝑒𝑒𝑉−𝑁𝑜𝑡𝑐ℎ ) . 𝑇𝑎𝑛 45𝑜
j. Jarak antar V-Notch (meter)
𝑃𝐺𝑢𝑡 = (𝑛′ 𝑥 𝐿𝑃𝑖𝑛𝑡𝑢 ). (𝑛′ + 𝑊)
k. Jarak V-Notch ke tepian (meter)
𝑤
𝑊′ =
2
l. Jarak saluran gutter ke tepian (meter)
𝐿𝑂𝑢𝑡 = 2. 𝐿𝐺𝑢𝑡 + 2𝑊 + 2𝑊
m. Jarak antar saluran gutter ke tepian (meter)
𝑏 ′ = 2. 𝑏
n. Luas saluran pengumpul air dari gutter (m2)
𝑄
𝐴𝑆𝑎𝑙 =
𝑉𝑜
o. Tinggi air di saluran pengumpul air dari gutter (meter)
𝐴𝑆𝑎𝑙
𝐻=
𝐿𝑆𝑎𝑙
p. Tinggi saluran pengumpul air dari gutter (meter)
𝐻𝑆𝑎𝑙 = 𝐻𝐴𝑖𝑟 + 𝐹𝑟𝑒𝑒𝑏𝑜𝑎𝑟𝑑
q. Headloss pada V-Notch (meter)
𝑄 8 𝜃
= . 𝐶𝑑 . √2𝑔 . 𝑇𝑎𝑛 . ∆ℎ5/2
𝑉 − 𝑁𝑜𝑡𝑐ℎ 15 2
47
d. Volume bak lumpur (m3)
𝑉𝑜𝑙 = 𝑄𝑆𝑙𝑢𝑑𝑔𝑒 𝑥 𝑇𝑑𝑆𝑙𝑢𝑑𝑔𝑒
e. Dimensi ruang lumpur (m3)
1
𝑉𝑜𝑙 = 𝑃𝑆𝑙𝑢𝑑𝑔𝑒 𝑥 𝐿𝑆𝑙𝑢𝑑𝑔𝑒 𝑥 𝐻
3 𝑆𝑙𝑢𝑑𝑔𝑒
Keterangan :
P = panjang bangunan (meter)
L = lebar bangunan (meter)
H = ketinggian bangunan atau tinggi air (meter)
n = jumlah bangunan (buah)
𝜃 = sudut kemiringan V-Notch (o)
∆ℎ = kehilangan tinggi tekan (meter)
G = konstanta percepatan gravitasi (9,81 m/detik2)
2.7.9 Filtrasi
Menurut Reynolds (1982) filtrasi adalah pemisahan zat padat-cair
yang mana zat cair dilewatkan melalui media berpori atau material
berpori lainnya untuk menyisihkan padatan tersuspensi yang halus. Proses
ini digunakan untuk menyaring secara kimia air yang sudah terkoagulasi
dan terendapkan agar menghasilkan air minum dengan kualitas yang
tinggi. Filter yang digunakan harus sesuai dengan kandungan kimia air yang
digunakan. Pada prosesnya air merembes dan melewati media filter sehingga
akan terakumulasi pada permukaan filter dan terkumpul sepanjang
kedalaman media yang dilewatinya.
48
Menurut Peavy (1985), dalam penjernihan air bersih dikenal dua
macam saringan yaitu saringan pasir lambat (Slow Sand Filter) dan
saringan pasir cepat (Rapid Sand Filter). Saringan pasir lambat didesain
dengan kecepatan penyaring lambat namun dapat menyaring zat pengotor
dengan diameter yang lebih kecil disbanding saringan lainya Sedangkan yang
dimaksud dengan saringan pasir cepat atau Rapid Sand Filter (RSF)
adalah filter yang menggunakan dasar pasir silika dengan kedalaman 0,6 –
0,75 m. Ukuran pasirnya 0,35 – 1,0 mm atau lebih dengan ukuran efektif
0,45– 0,55 mm.
a. Media Filter
Media filter yang umum dupakai di Indonesia adalah pasir. Pasir
yang dipergunakan dalam filter harus bebas dari lumpur, kapur dan
unsur-unsur organik. Pasir harus keras. Jika dimasukkan ke dalam asam
klorida selama 24 jam tidak akan kehilangan berat lebih dari 5%. Pasir
yang sangat halus akan lebih cepat clogging tetapi jika terlalu besar
maka suspensi/partikel halus akan lolos. Sehingga ukuran butir pasir
harus diseleksi dahulu. Pasir yang biasa dipakai adalah pasir kwarsa. Untuk
menjamin ketahanan pasirkwarsa maka pasir kwarsa harus memenuhi kriteria
kadar silika (SiO2) 96%.
b. Hidrolika Filtrasi
Beberapa rumus untuk perhitungan hidrolika filtrasi sebagai berikut :
a. Kecepatan aliran filtrasi (m/jam)
𝑄𝑂𝑙𝑎ℎ 3600 𝑑𝑒𝑡𝑖𝑘
𝑉𝑜 = 𝑥
𝑃𝑥𝐿 1 𝑗𝑎𝑚
b. Bilangan Reynold untuk aliran media filter (non dimensional)
Φ. 𝑑. 𝑉𝑜
𝑁𝑅𝑒 =
𝑣
c. Koefisien Drag atau koefisien pengaliran (non dimensional)
24
𝐶𝐷𝑟𝑎𝑔 = ; jika nilai𝑁𝑅𝑒 ≤ 2
𝑁𝑅𝑒
24 3
𝐶𝐷𝑟𝑎𝑔 = + ; jika nilai𝑁𝑅𝑒
𝑁𝑅𝑒 √𝑁𝑅𝑒
49
d. Headloss media filter (meter)
1,067 𝐶𝐷𝑟𝑎𝑔 𝑉𝑜 2 1
𝐻𝐿 = 𝑥 𝑥 𝐻𝑀𝑒𝑑𝑖𝑎 𝑥 4 𝑥
Φ 𝑔 𝜀 𝐷𝑀𝑒𝑑𝑖𝑎
Keterangan :
Φ = tingkat kebulatan ukuran pasir (sphericity)
𝜀 = fraksi kosong diantara pasir yang dapat dilewati air (porositas)
g = konstanta percepatan gravitasi
𝐻𝑚𝑒𝑑𝑖𝑎 = tinggi media pasir di filter (meter)
𝐷𝑚𝑒𝑑𝑖𝑎 = diameter pasir rata-rata terpilih (meter)
c. Sistem Underdrain
Menurut Darmasetiawan (2001), headloss atau kehilangan tekanan pada
undredrain sangat bergantung pada jenis underdrain yang dipakai. Underdrain
dapat berupa:
1. Plat dengan nozzle
2. Teepee dengan lubang disamping
3. Pipa lateral pada manifold
Pada semua jenis underdrain tersebut, diasumsikan headloss yang berlaku
pada lubang mengikuti persamaan:
𝑉2
𝛥ℎ = 𝑘 𝑥
2. 𝑔
k adalah koefisien headloss yang bergantung pada jenis underdrain. Untuk
nozzle,
k = 1-3 sedangkan untuk lubang pipa lateral k = 1-2. Kecepatan filtrasi
melewati lubang adalah 0,2 m/detik.
50
c. Porositas sebelum pasir filter terekspansi (terlontar dari filter) (meter)
51
2.7.10 Desinfeksi
a. Umum
Desinfeksi merupakan proses akhir dari pengolahan air bersih, dimana
pada proses ini akan ditambahkan zat desinfektan untuk membunuh
mikroorganisme pathogen yang masih terkandung dalam air.
Desinfeksi dapat juga didefinisikan dengan metode
membunuh/menonaktifkan mikroorganisme yang tidak dikehendak berada
dalam air, seperti bakteri, virus, dan protozoa patogen sebagai
penyebab berbagai penyakitPenggunaan desinfektan bertujuan untuk
memenuhi parameter biologi dalam baku mutu air bersih. Apabila
pemberian desinfektan tidak dilakukan dengan baik, maka kadar bakteri
patohen akan membahayakan bagi kesehatan manusia.
b. Klorinasi
Salah satu desinfektan yang digunakan dalam pengolahan air adalah
klorin. Klorin banyak digunakan dalam pengolahan air bersih dan air
limbah sebagai Oksidator dan desinfektan. Sebagai oksidator, klorin
digunakan untuk menghilangkan bau dan rasa pada pengolahan air
bersih. Untuk mengoksidasi Fe(II) dan Mn(II) yang banyak terkandung
dalam air tanah menjadi Fe(III) dan Mn(III). Yang dimaksud dengan
klorin tidak hanya Cl2 saja akan tetapi termasuk pula asam hipoklorit
(HOCl) dan ion hipoklorit (OCL-), monokloramin (NH2Cl) dan
dikloramin (NHCl2). Klorin dapat diperoleh dari gas Cl2 atau dari
garam-garam NaOCl dan Ca(OCl)2. Kloramin terbentuk karena
adanya reaksi antara amoniak (NH3) baik anorganik maupun organik
aminoak di dalam air dengan klorin. Oleh karena itu desinfektan dapat
menggurangi kadar mikroorganisme pathogen yang dapat menganggu
kesehatan manusia.
52
2.7.11 Reservoir
Reservoir merupakan bangunan penampung air minum sebelum
dilakukan penyaluran air kepada masyarakat. reservoir dapat diletakan diatas
permukaan tanah maupun dibawah permukaan tanah. Bangunan reservoir
umumnya diletakan didekat jaringan distribusi pada ketinggian yang cukup
untuk mengalirkan air secara baik dan merata kepada seluruh
konsumen.Fungsi reservoir adalah untuk menyalurkan air kepada konseumen
adalah sebagai berikut:
a. Penampungan terakhir air yang telah diolah
b. Keseimbangan antara kebutuhan dan pasokan air
c. Meningkatkan kemudahan operasi
d. Menggurangai pemakaian pompa
e. Cadangan air saat darurat
f. Menyiapkan kebutuhan air untuk pemadam kebakaran
g. Sebagai pengaman untuk gelombang tekanan balik
Perkiraan kapasitas untuk menyeimbangkan fluktuasi pasokan air dan
pemakaian sekitar 15-25% dari kebutuhan harian rata-rata. Tangki penampung
air dapat diklasifikasikan dalam beberapa jenis, yaitu: tipe pelayanan,
konfigurasi dan tipe material konstruksi. Sedangkan reservoir berdasarkan
posisi penempatanya dapat dibagi menjadi 2, yaitu:
a. Ground Reservoir
Ground Reservoir merupakan reservoar yang penempatanya pada
permukaan tanah. Berikut merupakan contoh bangunan Ground Reservoir
b. Elevated Reservoir
Elevated Reservoir merupakan reservoar yang penempatanya dilakukan
diatas menara. Berikut merupakan contoh bangunan Elevated Reservoir.
Kriteria desain reservoir menurut Tambo (1974) dan Darmasetiawan
(2001) dalam Taruna (20) adalah sebagai berikut:
53
Tabel 2.22 Kriteria Desain Reservoir Umum
Untuk mengetahui volume reservoir terlebih dahulu harus dihitung besar debit air
masuk dan keluar dari reservoir. Debit yang masuk pada reservoir biasanya
konstan atau tetap, sedangkan debit keluar bergantung pada pemakaian air
minimum dalam kota. Contoh perhitungan reservoir disajikan pada gambar tabel
berikut:
54
Berapa rumus lainnya dalam penentuan dimensi dan perpipaan reservoir :
a. Dimensi reservoir jika dibuat sekat-sekat kompartemen (m3)
𝑉𝑜𝑙𝑅
𝑉𝑜𝑙 = = 𝑃𝑅 𝑥 𝐿𝑅 𝑥 𝑇𝑅
𝑘𝑜𝑚𝑝𝑎𝑟𝑡𝑒𝑚𝑒𝑛
b. Pipa inlet (meter)
4 𝑥 𝑄𝑖𝑛𝑙𝑒𝑡
𝐷𝑖𝑛𝑙𝑒𝑡 = √
𝜋 𝑥 𝑉𝑖𝑛𝑙𝑒𝑡
4 𝑥 𝑄𝑖𝑛𝑙𝑒𝑡 𝑥 𝐹𝑝𝑒𝑎𝑘
𝐷𝑜𝑢𝑡𝑙𝑒𝑡 = √
𝜋 𝑥 𝑉𝑜𝑢𝑡𝑙𝑒𝑡
4 𝑥 𝑄𝑘𝑢𝑟𝑎𝑠
𝐷𝑘𝑢𝑟𝑎𝑠 = √
𝜋 𝑥 𝑉𝑘𝑢𝑟𝑎𝑠
4 𝑥 𝑄𝑢𝑑𝑎𝑟𝑎
𝐷𝑣𝑒𝑛𝑡 = √
𝜋 𝑥 𝑉𝑢𝑑𝑎𝑟𝑎
55
BAB III
HASIL PERHITUNGAN DAN PEMBAHASAN
56
3.1 Pemilihan Alternatif Pengolahan
57
Tabel 3.2 Alternatif 2 Pengolahan
No Parameter Influent KFS Saringan Karbon aktif Reservoir Keterangan
Kualitas Satuan % Removal Outlet % Removal Outlet % Removal Outlet
1 Kekeruhan 10-50 NTU 92% 4 10% 3,6 4% 3,46 Memenuhi
2 Warna 25 PtCo 50% 12,5 10% 11,25 4% 10,8 Memenuhi
3 Fe 0,4 Mg/L 50% 0,24 5% 0,23 2% 0,2254 Memenuhi
4 Mn 0,4 Mg/L 50% 0,24 5% 0,23 2% 0,2254 Memenuhi
58
Alternative pengolahan yang dipilih adalah alternative pertama, yaitu
Koagulasi-Flokulasi-Sedimentasi, Saringan Pasir Cepat dan Reservoir, dengan
pertimbangan sebagai berikut :
a. Ekonomis
b. Memenuhi baku mutu yang telah ditetapkan dalam Peraturan Meneteri
Kesehatan Republik Indonesia Nomer 32 Tahun 2017, dimana : kadar
maksimum untuk kekeruhan adalah 25 NTU, Warna 50 TCU dan TDS 1000
mg/L.
50 Filtrasi = 12,5 x 2
Warna KFS = 25 x 100 2 Reservoir = 0,25 x 100
2.
(PtCo) = 12,5 100 = 0,005
= 0,25 PtCo
KFS = 0,4 x 2 2
TDS (mg/L) 50 Filtrasi = 0,2 x 100 Reservoir = 0,004 x 100
3.
(Fe) 100 = 0,004 = 0,000008
= 0,2
KFS = 0,4 x 2 2
TDS (mg/L) 50 Filtrasi = 0,2 x 100 Reservoir = 0,0004 x 100
4.
(Mn) 100 = 0,004 = 0,000008
= 0,2
= 25,458 m3/s =
= 25.458 l/s
2 8
Qmax = Cdrag x √2𝑔 (3 𝑏ℎ3/2 + 15 x h3/5 )
2 8
= 0,6 x √2 x 9,8 m3/s x ((3 55 𝑚 𝑥 (0,6 m)3/2 + (15 x 0,63/5 )
= 46,309 m3/s
= 46.309 l/s
59
3.4 Intake
A. Pintu Air
Criteria Desain :
Debit pengolahan = 350 l/s = 0,35 m3/s
Tinggi maksimum muka air = 60 cm = 0,6 m
Kecepatan aliran air = 0,3-0,6 m/s
Perencanaaan
Kecepatan aliran = 0.4 m/s
Perhitungan
1. Luas Penampang Saluran
𝑄
Asal = 𝑉
0,35 𝑚3/𝑠
= 0,4 𝑚/𝑠
= 0,875 m2
2. Lebar saluran
A =dxl
0,875 m2 = 2d2
0,875
d2 =√ 2
d (y) = 0,6 m
maka, Lsal = 2 x d
= 2 x 0,6
= 1,2 m
B. Bar screen
Kriteria Desain :
Debit pengolahan = 350 l/s = 0,35 m3/s
Lebar saluran = 1,15 m
Kecepatan aliran (v) = 0,5 m/s
Kisi berbentuk bulat lingkaran (β) = 1,79
Diameter yang direncanakan (w) = 15 mm = 0,015 m
Jarak bukaan antar batang (b) = 50 mm = 0,05 m
Kemiringan kisi (α) = 60
60
Grafitasi = 9,81
Slope (s) = 0,00008
Perhitungan
1. Kedalaman sebelum screen (Y1)
𝑄𝑥𝑛 Y5/3
=
S1/2 (2𝑌+1)5/3
Y5/3
0,51 = (2𝑌+1)5/3
Y1 = 1,02 m
2. Kecepatan sebelum screen
𝑄
V1 = L xY1
𝑚3
0,35
𝑠
= 1,15m x 1,02 m
= 00,298 m/s
3. Lebar bukaan (s)
s=n+1
= 17 + 1
= 18 bukaan
4. Jumlah batang (n)
L = n x w + [(n + 1 x b)]
1,15m = n x 0,015m + [(n + 1) x 0,05m)]
1,15 = 0,065 n
n = 17 batang
5. Lebar bukaan total
Lt = b x s
= 50 mm x 18 bukaan
= 899,77 mm
= 0,899 m
61
6. Kedalaman batang (bar terendam atau Yb)
𝑌1
Yb = sin 𝛼
1,02
= sin 60
= 1,17 m
7. Kecepatan dari screen
𝑄
Vb = 𝐿𝑡 𝑥 𝑌1
𝑚3
0,35
𝑠
= 0,899 𝑚 𝑥 1,02
= 0,38 m/s
8. Kehilangan tekanan melalui screen
𝑉𝑏^2
Hv = 2𝑔
0,382 𝑚/𝑠
= 𝑚
2 𝑥 9,81
𝑠2
= 0,007m = 0,07 cm
9. Headlos Bar
Persamaan Kirschmer
/4
𝑤 3
HL = β x( 𝑏 ) x hv x sin α
/4
0,015 3
= 1,79 x ( 0,05 ) x 0,01 x sin 60
= 0,0017m = 0,17 cm
10. Ketinggian air setelah Bar
Y2 = Y1 – HL
= 1,02m-0,0017m
=1,0183 m
𝑄
V2= (𝐿 𝑥 𝑌2)
0,35 𝑚/𝑠
= (1,5𝑚 𝑥 1,0183 𝑚)
62
C. Saluran Pembawa
Perencanaan :
Saluran pembawa terbuat dari beton
Koefisien maning (n) = 0,013
Kecepatan sadap (Vsadap) = 0,4 m/s
Debit pengolahan (Qsal) = 350 l/s = 0,35 m3/s
Tinggi muka air rata-rata (AWL) = 1 meter
Perhitungan
1. Perhitungan kontinuitas
Qsal = A x V
𝑄𝑠𝑎𝑙
=( )
𝑉
0,35 𝑚3/𝑠
=( )
0,4 𝑚/𝑠
= 0,875 m2
Lebar saluran = 2 x tinggi muka air
=2xh
=b
A=bxh
A=2xhxh
A = 2h2
0,875 𝑚 ^2
H=√ 2
= 0,66 m
b = 2h
b = 2 x 0,66 m
b = 1,32 m
2. Jari-jari hidrolis
𝑏𝑥ℎ
R = (𝑏+2ℎ)
1,32 𝑚 𝑥 0,66 𝑚
= ( 1,32+(2 𝑥 0,66) )
= 0,33 m
63
3. Kemiringan slope
𝑉𝑠𝑎𝑙 𝑥 𝑛 2
S=( /3 )
𝑅2
0,4 𝑚/𝑠 𝑥 0,013 2
=( /3 )
0,332
= 0,0001
4. Headlos pada saluran pembawa
Hl = S x Psal
=0,0001 x 4
= 0,0004
5. Dimensi saluran
Panjang saluran (Lsal) = 1,32 m
Panjang saluran (Psal) = 4 m
Kedalaman saluran = 0,66 + fb (20%)
= 0,66 + 0,132
= 0,792 m = 0,8 m
64
No. Detail Spesifikasi Unit Dimensi
a. Pompa utama 4 buah L/detik 87,5
b. Pompa cadangan 1 buah L/detik 100
7. Tenaga Operasional
a. Tenaga keluaran 4 pompa
Kilowatt 75
utama
b. Tenaga keluaran 1 pompa
Kilowatt 90
cadangan
8. Spesifikasi lainnya
a. Rotasi per menit rpm 1500
b. Voltase dan faktor cos 𝜋 n/a 380 volt:√3
c. Panel pressure indicator buah 1 buah per 1 pompa
d. Jenis pipa yang
n/a Baja black steel
diinstalaasikan
e. Perusahaan asal fabrikan n/a Ebara Corporation
f. Umur pakai tahun 10
(𝜋(0,30 𝑚)2
0,0875 𝑚3 /𝑑𝑒𝑡𝑖𝑘 = (𝑉𝐼𝑠𝑎𝑝 𝑚/𝑑𝑒𝑡𝑖𝑘) × [ ]
4
0,0875𝑚3 /𝑑𝑒𝑡𝑖𝑘
𝑉𝐼𝑠𝑎𝑝 =
0,07𝑚2
𝑉𝐼𝑠𝑎𝑝 = 1,25 𝑚/𝑑𝑒𝑡𝑖𝑘
a. Nilai k untuk bend 900 dengan berbanding radius belokan pipa dengan
diameter r/d = 2, nilai k = 0,27 sebanyak 3 buah
b. Nilai k untuk gate valve dengan bukaan gate valve 100% (bukaan
penuh), nilai k = 0,12 sebanyak 1 buah
𝑘𝑡𝑜𝑡𝑎𝑙 = 0,93
65
3. Headloss Mayor masing – masing pipa isap dengan C = 130 adalah
151 × 𝑄 1,85 𝐿
∆ℎ𝑀𝑎𝑦𝑜𝑟 =( 2,63
) ×( )
𝐶 × 𝐷 1000
1,85
151 × 0,0875 𝑚3 /𝑑𝑒𝑡𝑖𝑘 5
∆ℎ𝑀𝑎𝑦𝑜𝑟 =( ) ×( )
130 𝑥 0,302,63 1000
∆ℎ𝑀𝑎𝑦𝑜𝑟 = 0,02547 𝑚
𝑉𝐼𝑠𝑎𝑝 2
∆ℎ𝑀𝑖𝑛𝑜𝑟 = 𝑘𝑡𝑜𝑡𝑎𝑙 × ( )
2𝑥𝑔
1,25 𝑚/𝑑𝑒𝑡𝑖𝑘 2
∆ℎ𝑀𝑖𝑛𝑜𝑟 = 0,93 × [( ) ]
2𝑥9,81𝑚/𝑑𝑒𝑡𝑖𝑘 2
∆ℎ𝑀𝑖𝑛𝑜𝑟 = 0,074 𝑚
(𝜋(0,25 𝑚)2
0,0875 𝑚3 /𝑑𝑒𝑡𝑖𝑘 = (𝑉𝑇𝑒𝑘𝑎𝑛 𝑚/𝑑𝑒𝑡𝑖𝑘) × [ ]
4
0,0875𝑚3 /𝑑𝑒𝑡𝑖𝑘
𝑉𝑇𝑒𝑘𝑎𝑛 =
0,049𝑚2
𝑉𝑇𝑒𝑘𝑎𝑛 = 1,785 𝑚/𝑑𝑒𝑡𝑖𝑘
66
2. Perhitungan nilai k dengan masing – masing aksesoris pipa tekan
a. Nilai k untuk bend 900 dengan berbanding radius belokan pipa dengan
diameter r/d = 2, nilai k = 0,27 sebanyak 3 buah
b. Nilai k untuk gate valve dengan bukaan gate valve 100% (bukaan
penuh), nilai k = 0,12 sebanyak 1 buah
c. Nilai k untuk no return valve I check valve dengan jenis swing check
valve nilai k = 2,0 – 2,5 diasumsikan nilai k = 2,2 sebanyak 1 buah
𝑘𝑡𝑜𝑡𝑎𝑙 = 3,13
151 × 𝑄 1,85 𝐿
∆ℎ𝑀𝑎𝑦𝑜𝑟 = ( ) × ( )
𝐶 × 𝐷2,63 1000
1,85
151 × 0,0875 𝑚3 /𝑑𝑒𝑡𝑖𝑘 4𝑚
∆ℎ𝑀𝑎𝑦𝑜𝑟 =( ) ×( )
130 𝑥 0,252,63 1000
∆ℎ𝑀𝑎𝑦𝑜𝑟 = 0,049 𝑚
𝑉tekan 2
∆ℎ𝑀𝑖𝑛𝑜𝑟 = 𝑘𝑡𝑜𝑡𝑎𝑙 × ( )
2×𝑔
1,785 𝑚/𝑑𝑒𝑡𝑖𝑘 2
∆ℎ𝑀𝑖𝑛𝑜𝑟 = 3,13 [( ) ]
2 × 9,81𝑚/𝑑𝑒𝑡𝑖𝑘 2
∆ℎ𝑀𝑖𝑛𝑜𝑟 = 0,5 𝑚
67
5. Headloss total pada pipa tekan
∆ℎ𝑇𝑜𝑡𝑎𝑙 = ∆ℎ𝑀𝑎𝑦𝑜𝑟 + ∆ℎ𝑀𝑖𝑛𝑜𝑟
∆ℎ𝑇𝑜𝑡𝑎𝑙 = 0,049 𝑚 + 0,5 𝑚
∆ℎ𝑇𝑜𝑡𝑎𝑙 = 0,549 𝑚
3
(𝜋(0,600 𝑚)2
0,350𝑚 /𝑑𝑒𝑡𝑖𝑘 = (𝑉𝑇𝑟𝑎𝑛𝑠 𝑚/𝑑𝑒𝑡𝑖𝑘) × [ ]
4
𝑉𝑇𝑒𝑘𝑎𝑛 = 1,2378 𝑚/𝑑𝑒𝑡𝑖𝑘
𝑄𝑎 0,0875𝑚3 /𝑑𝑒𝑡𝑖𝑘
( )=( )
𝑄 0,0875𝑚3 /𝑑𝑒𝑡𝑖𝑘
𝑄𝑎
( ) = 0,1 𝑚𝑎𝑘𝑎 𝑛𝑖𝑙𝑎𝑖 𝑘𝑡𝑒𝑘𝑎𝑛 = 1,20 𝑑𝑎𝑛 𝑘𝑡𝑟𝑎𝑛𝑠 = 0,55
𝑄
𝑄𝑎 0,0875𝑚3 /𝑑𝑒𝑡𝑖𝑘
( )=( )
𝑄 0,175𝑚3 /𝑑𝑒𝑡𝑖𝑘
𝑄𝑎
( ) = 0,5 𝑚𝑎𝑘𝑎 𝑛𝑖𝑙𝑎𝑖 𝑘𝑡𝑒𝑘𝑎𝑛 = 0,46 𝑑𝑎𝑛 𝑘𝑡𝑟𝑎𝑛𝑠 = 0,53
𝑄
68
Interkoneksi pipa tekan dan pipa transmisi pada pompa 5 akan
menghasilkan headloss minor dengan nilai k sebagai berikut:
𝑄𝑎 0,0875𝑚3 /𝑑𝑒𝑡𝑖𝑘
( )=( )
𝑄 0,2625𝑚3 /𝑑𝑒𝑡𝑖𝑘
𝑄𝑎
( ) = 0,33 𝑚𝑎𝑘𝑎 𝑛𝑖𝑙𝑎𝑖 𝑘𝑡𝑒𝑘𝑎𝑛 = 0,07 𝑑𝑎𝑛 𝑘𝑡𝑟𝑎𝑛𝑠 = 0,38
𝑄
𝑉tekan 2
∆ℎ𝑇𝑒𝑘𝑎𝑛 = 𝑘𝑇𝑒𝑘𝑎𝑛 × ( )
2𝑥𝑔
(1,785𝑚/𝑑𝑒𝑡𝑖𝑘) 2
∆ℎ𝑇𝑒𝑘𝑎𝑛 = [1,20 + 0,46 + (−0,07)] × ( )
2 × 9,81𝑚/𝑑𝑒𝑡𝑖𝑘 2
∆ℎ𝑇𝑒𝑘𝑎𝑛 = 0,258 𝑚
𝑉𝑇𝑟𝑎𝑛𝑠 2
∆ℎ𝑇𝑟𝑎𝑛𝑠 = 𝑘𝑇𝑟𝑎𝑛𝑠 × ( )
2𝑥𝑔
(1,2378𝑚/𝑑𝑒𝑡𝑖𝑘) 2
∆ℎ𝑇𝑟𝑎𝑛𝑠 = [0,55 + 0,53 + (−0,38)] × ( )
2 × 9,81𝑚/𝑑𝑒𝑡𝑖𝑘 2
∆ℎ𝑇𝑟𝑎𝑛𝑠 = 0,114 𝑚
∆ℎ𝑇𝑟𝑎𝑛𝑠 = 0,372 𝑚
b. Nilai k untuk bend 900 dengan berbanding radius belokan pipa dengan
diameter r/d = 1, nilai k = 0,33 sebanyak 5 buah
69
d. Nilai k untuk no return valve/ check valve dengan jenis swing check
valve nilai k = 2,0 – 2,5 diasumsikan nilai k = 2,5 sebanyak 1 buah
𝑘𝑡𝑜𝑡𝑎𝑙 = 4,15
151 × 𝑄 1,85 𝐿
∆ℎ𝑀𝑎𝑦𝑜𝑟 =( 2,63
) ×( )
𝐶 × 𝐷 1000
1,85
151 × 0,350 𝑚3 /𝑑𝑒𝑡𝑖𝑘 600𝑚
∆ℎ𝑀𝑎𝑦𝑜𝑟 =( ) ×( )
130 𝑥 0,6002,63 1000
∆ℎ𝑀𝑎𝑦𝑜𝑟 = 1,3626 𝑚
𝑉trans 2
∆ℎ𝑀𝑖𝑛𝑜𝑟 = 𝑘𝑡𝑜𝑡𝑎𝑙 × ( )
2×𝑔
1,2378 𝑚/𝑑𝑒𝑡𝑖𝑘 2
∆ℎ𝑀𝑖𝑛𝑜𝑟 = 4,15 [( ) ]
2 × 9,81𝑚/𝑑𝑒𝑡𝑖𝑘 2
∆ℎ𝑀𝑖𝑛𝑜𝑟 = 0,3240 𝑚
70
D. Headloss Pompa dan Sistem Transmisi
∆ℎ𝑆𝑖𝑠𝑡𝑒𝑚= ∆ℎ𝐼𝑠𝑎𝑝 + ∆ℎ𝑇𝑒𝑘𝑎𝑛 + ∆ℎ𝑇𝑟𝑎𝑛𝑠
∆ℎ𝑆𝑖𝑠𝑡𝑒𝑚 = 0,09947 𝑚 + 0,549 𝑚 + 2,0586 𝑚
∆ℎ𝑆𝑖𝑠𝑡𝑒𝑚 = 2,707 𝑚
Catatan:
P1 = Tekanan pada panel pompa biasanya negatif dan dapat diasumsikan = 0
P2 = Tekanan pada panel pipa keluaran ke atmosfer juga dapat diasumsikan = 0
Z1 = Elevasi eksisting air masuk di pipa isap (+56,30 meter)
Z2 = Elevasi eksisting keluaraan di pipa transmisi (+81,05 meter)
Oleh karena penulis tidak melihat adanya panel di pipa keluran, maka tekanan
pada panel pompa juga tidak diperhitungkan dan diaumsikan = 0
Oleh karena penulis tidak merencanakan untuk membangun unit aerasi , maka
𝐻𝐴𝑒𝑟𝑎𝑠𝑖 juga tidak diperhitungkan dan diaumsikan = 0
71
𝑉ℎ𝑖𝑠𝑎𝑝 2 𝑃1 𝑉𝑘𝑒𝑙𝑢𝑎𝑟 2 𝑃1
[ ] + [ ] + 𝑍1 + 𝐻𝑃𝑜𝑚𝑝𝑎 = [ ] + [ ] + 𝑍2 + 𝐻𝐿 + 𝐻𝐴𝑒𝑟𝑎𝑠𝑖
2×𝑔 𝛾 2×𝑔 𝛾
(1,25𝑚/𝑑𝑒𝑡𝑖𝑘)2
[ ] + 0 + 56,30m + 𝐻𝑃𝑜𝑚𝑝𝑎
2 × 9,81𝑚/𝑑𝑒𝑡𝑖𝑘 2
(1,2378𝑚/𝑑𝑒𝑡𝑖𝑘)2
=[ ] + 0 + 81,05 m + 2,707𝑚 + 0
2 × 9,81𝑚/𝑑𝑒𝑡𝑖𝑘 2
72
3.6 Koagulasi
Tabel 3.7 Spesifikasi Teknis Koagulasi Hidrolik
No. Detail Spesifikasi Unit Dimensi
1. Dimensi ruang pengaduk:
a. Panjang cm 250
b. Lebar cm 100
c. Tinggi cm 150
2. Sistem pengadukan:
a. Gradien pengadukan detik-1 500-1000
b. Waktu tinggal detik 20-60
c. Gradien x waktu tinggal non dimensi 20.000-30.000
3. pH koagulan optimum non dimensi 4,5-8,0
73
Perhitungan stroke:
F x D x 3600 detik/jam
Stroke (%)= [ ] x100%
Qpump x C
L
350 det x 20 mg/L x 3600 detik/jam
Stroke (%)= [ L ] x100%
500 jam x 105 mg/L
Stroke (%)= 50,4 %
74
No. Detail Spesifikasi Unit Dimensi
3. Aksesoris system pompa:
a. Gate valve buah 1
b. Bend 90’ buah 3
c. Check valve buah 1
4. Spesifikasi lainnya:
a. Rotasi per menit rpm n/a
b. Head maks pompa meter n/a
c. Tenaga operasional kilowatt perhitungan sistem
d. Jenis pipa yang diinstalasikan n/a PVC
5. Ukuran dan jarak:
a. Jarak rumah pembubuh ke IPA meter 20-25
b. Perbedaan elevasi meter 2
c. Dimensi bakP xLxT meter 5x4x3
75
3. Nilai k untuk check valve dengan tipe swing, nilai k= 2, sebanyak 1
buah
4. Nilai k total= [(3 x bend 90o )+ (gate valve)+ (check valve)]
Nilai k total= [(3 x 0,33)+ (2,06)+ (2)]
Nilai k total= 5,05
π x(0,025 m)2
0,00014 =Vkoagulan x [ ]
4
0,00014
Vkoagulan =
0,0005
Vkoagulan = 0,28 m/detik
76
8. Besaran head total pompa minimum pada sistem pembubuh koagulan
H pump= ∆El + ∆h mayor + ∆h minor
H pump= 8 + 0,149 + 0,0202m
H pump= 8,1692 m
3.7 Flokulasi
Tabel 3.11 Spesifikasi Teknis Flokulasi
No. Detail Spesifikasi Unit Dimensi
1. Dimensiruang pengadukan:
a. Panjang cm 400
b. Lebar cm 400
c. Tinggi cm 350
d. Tinggi air cm 300
2. Gradien pengadukan:
a. Tahap I Gradien dan Td 70-20 dan
b. Tahap II (L/mnt dan detik) 120 detik tiap tahap
c. Tahap III
d. Tahap IV
e. Tahap V
f. Tahap VI
3. Total G x Td air non dimensi 2x105 - 3x105
A. Perhitungan dimensi
77
350 L/detik x 120 detik = 42000 L
Tinggi air= 3 m Lebar= 3,8 m
Panjang= 3,8 m Tinggi= 3,5 m
78
FVI = G x Tdair = 20 x 120 detik = 2400
Total = 32.400 ≈3,24 x 104
Tabel 3.12 Kesesuaian Spesifikasi Teknis Dengan Kriteria Desain
No. Keterangan Unit Kawamura Al-Layla Reynolds Darmasetiawan Peavy Spek
1. G dtk-1 60-10 75-10 80-20 70-20 70-20
2. Td meni 30-40 10-90 10-20 10- 12
t 30
3. G x Td 104 - 104 - 105 104 - 3,24 x
105 105 104
3.8 Sedimentasi
Tabel 3.13 Spesifikasi Teknis Sedimentasi
No. Detail Spesifikasi Unit Dimensi
1. Dimensi unit Sedimantasi:
a. Panjang m 44,8
b. Lebar m 11,2
c. Tinggi m 5,5
d. Tinggi air m 5
2. Detail unit:
a. Debit rancangan m3/detik 0,35
b. Diameter tube settler m 0,05
o
c. Sudutinstalasi tube settler 60
d. Tinggiinstalasi tube settler m 1
e. Ketebalan plat mm 5
f. Dimensi modul tube settler m 36(0,95 x 0,95)
3. Dimensi saluran air inlet
a. Jumlah dan dimensi pipa inlet Buah dan mm 1 dan 400
b. Jumlah dan dimensi orifice Buah dan mm 10 dan250
4. Dimensi saluran air outlet
a. Jumlah saluran gutter dan panjang Buah dan m 3 dan 44,8
b. Jarak antar gutter dan lebar gutter cm dan cm 5 dan 5
c. Tinggi air di permukaan gutter cm 3
d. Kemiringan gutter mm/m 2/100
o
e. Sudut V-Notch 45
f. Jumlah V-Notch buah 2 x 118
g. Jumlah pelimpah buah 3
h. Saluran pengumpul cm x cm 10 x 5
5. Dimensi penampung lumpur:
a. Panjang m 20
b. Lebar m 10
c. Kedalaman ruang hoppe r m 1,5
d. Jumlah ruang penampung lumpur buah 2
A. Perhitungan dimensi
Td = 2 jam (Kawamura)
79
Kapasitas = 350 L/det x 7200 det = 2520000 L= 2520 m3
Ketinggian air = 5 m
2520m3
Luas = = 504 m2
5m
Luas = 4L x L = 4L2
504 m2 = 4L2
126 m2 = L2
11,2 m = Lebar
Panjang = 4L = 4 x 11,2 m = 44,8 m
2. Jari-jari hidrolis:
LxH
R=
L+ H
11,2 x 5
R=
11,2+ 5
R= 3,46 m
3. Bilangan Reynolds:
Vhori x R
NRe =
υ
0,0063 x 3,46
NRe =
0,864 x 10-6
NRe = 25229>500 (tidak sesuai!, seharusnya< 500)
4. Bilangan Froude:
80
Vhori2
NFr =
gxR
0,00632
NFr =
9,81 x 2,45
NFr = 1,65 x 10-6 <10-5 (tidak sesuai! seharusnya>10-5 )
5. Laju alir rmemasuki tube settler dengan arah aliran vertikal:
𝑄
𝑉𝑣𝑒𝑟 =
(𝑃 𝑥 𝐻) sin 𝛼
0,35 𝑚3 /𝑑𝑒𝑡
𝑉𝑣𝑒𝑟 =
(44,8 𝑥 5) sin 60
𝑉𝑣𝑒𝑟 = 0,0018 𝑚/𝑑𝑒𝑡
6. Bilangan Reynolds:
Vver x R
NRe =
υ
0,0018 x 0,05
NRe =
0,864 x 10-6
NRe = 104,17 <500 (sesuai!)
7. Bilangan Froude:
Vver2
NFr =
gxR
0,00182
NFr =
9,81 x 0,05
NFr = 6,6 x 10-6 = 66 x 10-5 >10-5 (sesuai!)
8. Td air:
L x B xHair 1 jam
Tdair = x
Qolah 3600 detik
44,8 x 11,2 x 5 1 jam
Tdair = x
0,35 3600 detik
Tdair = 1,99 jam ≈120 menit
81
Qolah 3600 detik
SLR= x
LxB 1 jam
0,35 m3 /det 3600 detik
SLR= 2
x
(44,8 x 11,2)m 1 jam
m3
SLR=2,5112 .jam
m2
10. Kecepatan pengendapan pada bak sedimentasi:
Qolah
Vsed =
LxB
0,35 m3 /det
Vsed =
(44,8 x 11,2)m2
Vsed = 0,000698 m/det
82
4. Konversi nilai kekeruhan menjadi total padatan tersuspensi
TSS air baku = 50 NTU
TSS pada unit KFS = 50 x 92% = 46
Csolid =Cair baku -CKFS =50 – 46 = 4 NTU
Srem = 46 (pada grafik didapat hasil 200 mg/L)
5. Massa lumpur yang terbentuk dari penyisihan kekeruhan air baku
Spart =Srem x Debit IPA
mg L 1 kg 86.400 detik
Spart = 200 x 350 x 6 x
L detik 10 mg 1 hari
Spart = 6048 kg/hari
6. Total penyisihan partikel di tambah lumpur koagulan secara
maksimum
Slumpur= Spart + Skoag
Slumpur= 6048 kg/hari + 277,6 kg/hari
Slumpur= 6325,6 kg/hari
7. Debit lumpur maksimum di sedimentasi jika diketahui data sebagai
berikut
Slumpur
Qlumpur = [ kg
]
1000 m3 x ρlumpur x %lumpur
6325,6 kg/hari
Qlumpur = [ kg
]
1000 m3 x 1,2 x 0,04
m3
Qlumpur = 131,78
hari
8. Jika lumpur di drain setiap 30 menit, maka dimensi zona lumpur
Qlumpur
Vollumpur = 2 jam
x 24 hari
jam
m3
131,78 hari
Vollumpur = 2 jam
x 24 hari
jam
Vollumpur =2,75 m3
83
Oleh karena jumlah ruang penampung lumpu rada 2 kompartemen,
maka volume masing-masing kompartemen harus lebih besar atau
sama dengan 1,4 m3.
9. Dimensi zona penampung lumpur
Vollumpur 2,75 m3
Dimensi= = =1,83 m2
Tinggi 1,5 m
(PxLxT)
Volzona =
3
(2,5x2,5x1,5)
Volzona = =3,13 m3
3
84
4. Debit setiap V-Notch
Qgut
Qv-notch =
2 x nv-notch
m3
0,12 detik
Qv-notch =
2 x 3 x 675
Qv-notch = 0,0000296 m/detik
5. Headloss pada V-Notch
8 5
Qv-notch = x 0,6 x √2 x 9,81 x tan 45 x ∆h2
15
m 5
0,0000296 = 1,42 x ∆h2
detik
m 5
0,0000296 = 1,42 x ∆h2
detik
∆h= 0,0135 m
6. Jari-jari hidrolis air di saluran pembawa (R)
b x hair
R=
b+2hair
(0,1 x 0,05)m2
R=
(0,1+2(0,05)) m
R= 0,0250 m
7. Lajualir air saat melewati saluran pembawa
1 2 1
V= x R3 x S 2
n
1
1 2 0,002 2
V= x 0,02503 x ( )
0,03 1
V= 0,1275 m/det
8. Headloss aliran air saat melewati saluran pembawa
V 1.85 L
∆hpemb =6,82 ( ) x 1,167
C R
0,1275 m/det 1.85 11,2
∆hpemb =6,82 ( ) x
140 0,02501,167
∆hpemb =0,013 m
85
9. Headloss bersih sedimentasi
∆hsed =∆hori + ∆hv-notch +∆hpemb
∆hsed =0,44 m+ 0,0135 m+0,013 m
∆hsed =0,4665 m
10. Tinggi air di saluran pengumpul
Hsed =Hflo - ∆hsed
Hsed = 2,94 m- 0,4665 m
Hsed = 2,4735 m
Rapid Sand Filter di IPA ini merupakan unit filtrasi yang berfungsi untuk
menyaring air hasil proses pengolahan yang berasal dari pulsator degremen IPA.
Unit ini menggunakan prinsip penyaringan aliran gravitasi dan dapat di backwash.
Berikut ini adalah spesifikasi teknis Rapid Sand Filter di IPA.
86
Tabel 3.15 Spesifikasi Teknis Rapid Sand Filter IPA
No Detai Spesifikasi Unit Dimensi
Dimensi Rapid Sand Filter
a. Panjang meter 19
b. Lebar meter 7,5
c. Tinggi Unit meter 2,95
1 d. Tinggi Air Rencana meter 2,2
e. Jumlah Unit buah 3
f. Penahan Ekspansi Media Filter meter 0,35
g. Debit Filtrasi m3/detik 0,35
h. Waktu Backwash dengan Air meter 10
Sistem Backwash
a. Viskositas Kinematis Air m2/detik 0,864 x 10
2 b. Kecepatan Udara m3/m2 jam 65
c. Kecepatan Backwash m3/m2 jam 20
d. Temperatur Air celcius 26-28
Tipikal Media Filter
Pasir Antrasit
a. Faktor Bentuk non dimensi 0,7
b. Porositas non dimensi 0,46
c. Diameter Butiran mm 0,4-0,9
d. Ketebalan Media meter 0,25
Pasir Silika
a. Faktor Bentuk non dimensi 0,78
3 b. Porositas non dimensi 0,43
c. Diameter Butiran mm 0,9-1,4
d. Ketebalan Media meter 0,45
Pasir Penyangga (Gravel)
a. Faktor Bentuk non dimensi 0,94
b. Porositas non dimensi 0,39
c. Diameter Butiran mm 04-Mei
d. Ketebalan Media meter 0,1
Sistem Under Drain
a. Nozzle buah 38 per 1 slab
4 b. Diameter Lubang mm 50
c. Ketebalan Plat cm 10
d. Jumlah Slab buah 15lab
87
A. Sistem Hidrolika Rapid Sand Filter IPA
Kecepatan filtrasi
𝑄
𝑉𝑜 =
𝑃×𝐿
𝑉𝑜 = 8,84 𝑚/𝑗𝑎𝑚
Cek bilangan Reynold sebagai nilai lamineritas aliran air di lapisan antrasit
∅ 𝑑 𝑉𝑜
𝑁𝑅𝑒 =
𝑉
𝑁𝑅𝑒 = 1,79 ≤ 2
24
𝐶𝑑𝑟𝑎𝑔 =
𝑁𝑅𝑒
24
𝐶𝑑𝑟𝑎𝑔 =
1,79
𝐶𝑑𝑟𝑎𝑔 = 13,41
88
Headlose pada media filter pasir antrasit dengan ketebalan 0,25 meter:
2
1,067 13,41 (8,84⁄3.600) 1
∆𝐻𝑎𝑛 = × × 0,25 × ×
0,70 9,81 (0,46)4 (0,9 × 10−3 𝑚)
Dengan cara yang sama, lakukan perhitungan besar hedloss filter menggunakan
persamaan rose di atas. Baik itu pada lapisan antrasit, kemudian lapisan silika, dan
terakhir pada media penyangga (gravel).
Kecepatan filtrasi
𝑄
𝑉𝑜 =
𝑃×𝐿
𝑉𝑜 = 8,84 𝑚/𝑗𝑎𝑚
Cek bilangan Reynold sebagai nilai lamineritas aliran air di lapisan silika
∅ 𝑑 𝑉𝑜
𝑁𝑅𝑒 =
𝑉
𝑁𝑅𝑒 = 3,1 ≥ 2
89
24 3
𝐶𝑑𝑟𝑎𝑔 = + + 0,34
𝑁𝑅𝑒 √𝑁𝑅𝑒
24 3
𝐶𝑑𝑟𝑎𝑔 = + + 0,34
3,1 √3,1
𝐶𝑑𝑟𝑎𝑔 = 9,786
Headlose pada media filter pasir silika dengan ketebalan 0,45 meter:
2
1,067 9,786 (8,84⁄3.600) 1
∆𝐻𝑠𝑖 = × × 0,45 × ×
0,78 9,81 (0,43)4 (1,4 × 10−3 𝑚)
Kecepatan filtrasi
𝑄
𝑉𝑜 =
𝑃×𝐿
𝑉𝑜 = 8,84 𝑚/𝑗𝑎𝑚
Cek bilangan Reynold sebagai nilai lamineritas aliran air di lapisan gravel
∅ 𝑑 𝑉𝑜
𝑁𝑅𝑒 =
𝑉
𝑁𝑅𝑒 = 13,36 ≥ 2
90
24 3
𝐶𝑑𝑟𝑎𝑔 = + + 0,34
𝑁𝑅𝑒 √𝑁𝑅𝑒
24 3
𝐶𝑑𝑟𝑎𝑔 = + + 0,34
13,36 √13,36
𝐶𝑑𝑟𝑎𝑔 = 2,96
2
1,067 2,96 (8,84⁄3.600) 1
∆𝐻𝑔𝑟𝑎 = × × 0,10 × ×
0,94 9,81 (0,39)4 (5 × 10−3 𝑚)
∆𝐻𝑡𝑜𝑡 = 0,1568 𝑚
Kecepatan filtrasi
𝑄
𝑉𝑜 =
𝑃×𝐿
𝑉𝑜 = 8,84 𝑚/𝑗𝑎𝑚
91
𝜋 × (𝑑𝑁𝑜𝑧 )2
𝐴𝑁𝑜𝑧 =
4
3,14 × (0,05)2
𝐴𝑁𝑜𝑧 =
4
𝑄
𝑄𝑁𝑜𝑧 =
38⁄
𝑠𝑙𝑎𝑏 × 15 𝑠𝑙𝑎𝑏
2
0,35 𝑚 ⁄𝑑
𝑄𝑁𝑜𝑧 =
570 𝑠𝑙𝑎𝑏
2
𝑄𝑁𝑜𝑧 = 6,14 × 10−4 𝑚 ⁄𝑑
𝑄𝑁𝑜𝑧
𝑉𝑁𝑜𝑧 =
𝐴𝑁𝑜𝑧
2
6,14 × 10−4 𝑚 ⁄𝑑
𝑉𝑁𝑜𝑧 =
1,9625 × 10−3
Headloss aliran air melewati instalasi nozzle di plat, dengan nilai K=3
𝑉𝑁𝑜𝑧 2
∆𝐻𝑁𝑜𝑧 =𝑘×
2𝑔
(0,313 𝑚⁄𝑑 )2
∆𝐻𝑁𝑜𝑧 =3×
2 × 9,81 𝑚⁄𝑑
0,015
∆𝐻𝑁𝑜𝑧 = × 570 𝑛𝑜𝑧𝑧𝑙𝑒
𝑛𝑜𝑧𝑧𝑙𝑒
92
C. Sistem Backwash Filter dan Ekspansi Media Filter
𝑄𝑔𝑎𝑠 × 𝑃 × 𝐿 × 2 × 5 𝑚𝑒𝑛𝑖𝑡
𝑄𝑠𝑐 =
1 𝑗𝑎𝑚
65 𝑚2 × 19 × 7,5 × 2 × 5 𝑚𝑒𝑛𝑖𝑡
𝑄𝑠𝑐 =
1 𝑚2 𝑗𝑎𝑚 × 60 𝑚𝑒𝑛𝑖𝑡/𝑗𝑎𝑚
𝑄𝑠𝑐 = 1.543𝑚3 (kebutuhan udara untuk pencucian filter per 1 hari operasi)
𝑄𝑏 × 𝑃 × 𝐿 × 2 × 10 𝑚𝑒𝑛𝑖𝑡
𝑄𝑏𝑤 =
1 𝑗𝑎𝑚
𝑄𝑏𝑤 = 950𝑚3 (kebutuhan air untuk pencucian filter per 1 hari operasi)
3.600 𝑑𝑒𝑡𝑖𝑘
𝑄𝑓𝑖𝑙 = 𝑄𝑖𝑛 × × 24 𝑗𝑎𝑚
1 𝑗𝑎𝑚
3 3.600 𝑑𝑒𝑡𝑖𝑘
𝑄𝑓𝑖𝑙 = 0,35 𝑚 ⁄𝑑 × × 24 𝑗𝑎𝑚
1 𝑗𝑎𝑚
𝑅𝐸 = 𝑄𝑓𝑖𝑙 − 𝑄𝑏𝑤
𝑅𝐸 = 30.240𝑚3 − 950𝑚3
93
𝑅𝐸 = 29.290𝑚3
𝑅𝐸
𝐸𝑏𝑤 =
𝑄𝑓𝑖𝑙
29.290𝑚3
𝐸𝑏𝑤 =
30.240𝑚3
𝐸𝑏𝑤 = 0,9686
𝐸𝑏𝑤 = 0,9686 %
Hal ini berarti air yang terbuang sebesar 3,14 % dari keseluruhan debit
pengolahan filter, sebagai debit pencucian filtersaat filter mengalami clogging.
1⁄ 1⁄
𝑉 4,5 𝜌𝑤𝑎𝑡 1 𝑉 3
𝑃𝑜 = 2,95 × 1 ×( ) ⁄3,6 × 𝑜1
𝑔 ⁄3,6 𝜌𝑠𝑎𝑛𝑑 − 𝜌𝑤𝑎𝑡 ⁄2
𝐷𝑠𝑎𝑛𝑑
1⁄ 8,84 1
(0,864 × 10−6 ) 4,5 997,4 1⁄ (3.600) ⁄3
𝑃𝑜 = 2,95 × 1⁄ ×( ) 3,6 × 1
(9,81) 3,6 2.650 − 997,4 (0,0004) ⁄2
𝑃𝑜 = 0,412
Porositas saat terekspansi atau terlontar dari filter ketika proses backwash
1⁄ 1⁄
𝑉 4,5 𝜌𝑤𝑎𝑡 1⁄ 𝑉𝑜 3
𝑃𝑒 = 2,95 × 1 ×( ) 3,6 × 1
𝑔 ⁄3,6 𝜌𝑠𝑎𝑛𝑑 − 𝜌𝑤𝑎𝑡 ⁄2
𝐷𝑠𝑎𝑛𝑑
94
1⁄ 20 1
(0,864 × 10−6 ) 4,5 997,4 1⁄ (3.600) ⁄3
𝑃𝑒 = 2,95 × 1⁄ ×( ) 3,6 × 1
(9,81) 3,6 2.650 − 997,4 (0,0004) ⁄2
𝑃𝑒 = 0,5411
𝑃𝑒 − 𝑃𝑜
𝐹𝑒𝑘𝑠 =
1 − 𝑃𝑒
0,5411 − 0,412
𝐹𝑒𝑘𝑠 =
1 − 0,5411
𝐿𝑒𝑘𝑠 − 𝐿𝑠𝑎𝑛𝑑
𝐹𝑒𝑘𝑠 =
𝐿𝑠𝑎𝑛𝑑
95
d. Pressure of Cl and Density bar dan g/L 6,66 dan 3.214
e. Kadar klor dalam air produksi mg/Liter 0,5 < min
2 Kapasitas Produksi IPA Maksimum m/hari 30.240
Pompa Pembubuh Desinfektan
a. Sistem Starting n/a Direct On Line
b. Tegangan Catu; Arus Listrik volt ampere 220,5
3 c. Sistem Pembubuhan % bukaan keran (%)
d. Debit Pemompaan Liter/jam 200
e. Jumlah Pompa buah 2
f. Jarak Rumah Pompa-Gallery meter 30
Aksesoris Sistem Pompa
a. Gate Valve buah 1
4
b. Bend 90 buah 7
c. Check Valve buah 1
5 Dimensi Ruang Gallery m3 18,9 x 5,7 x3,5
Data kualitas air hasil filtrasi yang masuk ke gallery dan air yang masuk
ke reservoir adalah sebagai berikut:
96
Tabel 3.17 Data Kualitas Air Hasil Proses Produksi di IPA
Gallery Reservoir Selisih
No Nama senyawa
(mg/Liter) (Mg/Liter) (Mg/Liter)
1 Ca2+ sebagai total sadah 100,06 100,06 0
2 HCO3- sebagai total alkali 103,5 103,5 0
3 Mg2+ 0 0 0
4 SO42- 40 38 2
5 Na+ 0 0 0
6 Cl- 1 0,9985 0,0015
7 NH3 sebagai NH4OH dlm air 0,066 0,043 0,023
8 NO2- 0,2 0,19 0,01
9 NO3- 2,6 1,5 1,1
10 Fe 0,021 0,012 0,009
11 Mn 0,05 0,031 0,019
12 Al 0,251 0,189 0,062
13 CO2 39,18 39,18 0
1. Reaksi gas klor (Cl2) dalam air yang diberikan desinfektan sebagai berikut
Pembentukan monochloramine
97
Sisa 0,0025 0,0013 0,0013
Pembentukan dichloramine
NH2Cl (aq) + HOCl (aq) NHCl (aq) + H2O
Awal 0,0013 0 0
Reaksi 0,0013 0,0013 0,0013 0,0013
Sisa 0 0,0013 0,0013
Oleh karena pH air hasil pengolahan berada pada kisaran 6,0 – 8,0, maka
senyawa-senyawa yang terbentuk cenderung pada senyawa monochloramine dan
dichloramine. Rinciannya sebagai berikut (Tchobanoglous, 2004)
3. Nitrit dalam air akan teroksidasi menjadi nitrate oleh asam hipoklorus
Pembentukan nitrate
NO2 (aq) + HOCl (l) NO3 (aq) + HCl (aq)
Awal 0,0040 0 0
Reaksi 0,0002 0,0002 0,0002 0,0002
Sisa 0,0038 0,0002 0,0002
98
Awal 35,500 0,0421 0 0 0
0
Reaksi 0,0532 0,0177 0,0708 0,0266 0,0177
0,0708
Sisa 35,447 0,0244 0 0,0266 0,0177
0,0708
Catatan: Semua perhitungan reaksi kimia dalam satuan mol, yaitu massa masing
masing senyawa dibagi dengan massa molekul atau massa atom relatifnya.
99
Reaksi 0,0070 0,00105 0,0003
Sisa 0,0023 0,0003
71 𝑚𝑔
𝐶𝑙2 = 0,0137𝑚𝑚𝑜𝑙 ×
𝑚𝑚𝑜𝑙
𝑚𝑔
𝐶𝑙2 = 0,9727 ≈ 1,0 ⁄𝑙𝑖𝑡𝑒𝑟
𝑚𝑔
𝐶𝑙2 = (1 + 1) ⁄𝑙𝑖𝑡𝑒𝑟
𝑚𝑔
𝐶𝑙2 = 2 ⁄𝑙𝑖𝑡𝑒𝑟
100 𝑚𝑔
𝐶𝑙2 = ×2 ⁄𝑙𝑖𝑡𝑒𝑟
99,5
𝑚𝑔
𝐶𝑙2 = 2,01 ⁄𝑙𝑖𝑡𝑒𝑟
100
1 Ca2+ 100,06 40,1 2,50 x 10-3 9,98 x 10-3
2 HCO3- 103,5 61 1,70 x 10-3 1,70 x 10-3
3 Mg2+ 0 24,3 0 0
4 SO42- 38 96,1 0,39 x 10-3 1,58 x 10-3
5 Na+ 0 23 0 0
6 Cl- 0,9985 35,5 0,03 x 10-3 0,0281 x 10-3
7 NO3- 1,5 62 0,0242 x 10-3 0,0242 x 10-3
u 13,30 x 10-3
′
√13,30 × 10−3
𝑝𝐾 = 6,91 − 𝑙𝑜𝑔
1 + 1,4√13,30 × 10−3
𝑝𝐾 ′ = 6,91 − (−0,10)
𝑝𝐾 ′ = 7,01
𝑝𝐾 ′ = 𝑎𝑛𝑡𝑖 log(7,01)
𝑝𝐾 ′ = 9,77 × 10−8
Maka, pH baru jika CO2 yang terukur di reservoir sebesar 39,18 mg/liter
[CO2 ]
𝑝𝐻𝑛𝑒𝑤 = −𝑙𝑜𝑔 [𝐾′ × ]
[HCO3 ]
[39,18]
𝑝𝐻𝑛𝑒𝑤 = −𝑙𝑜𝑔 [9,77 × 10−8 × ]
[103,50]
101
𝐾𝑎𝑝𝑎𝑠𝑖𝑡𝑎𝑠 𝑃𝑒𝑛𝑔𝑜𝑙𝑎ℎ𝑎𝑛 1.000 𝑙𝑖𝑡𝑒𝑟 2,01 𝑚𝑔 1 𝑘𝑔
𝑊= × × ×
ℎ𝑎𝑟𝑖 1𝑚3 𝑙𝑖𝑡𝑒𝑟 106 𝑚𝑔
30.240 𝑚3 1.000 𝑙𝑖𝑡𝑒𝑟 2,01 𝑚𝑔 1 𝑘𝑔
𝑊= × 3
× × 6
ℎ𝑎𝑟𝑖 1𝑚 𝑙𝑖𝑡𝑒𝑟 10 𝑚𝑔
𝑘𝑔⁄
𝑊 = 60,7824 ≈ 60,8 ℎ𝑎𝑟𝑖
𝑄𝑘𝑙𝑜𝑟
𝑆𝑡𝑟𝑜𝑘𝑒 =
𝑄𝑝𝑜𝑚𝑝𝑎
13 𝑙𝑖𝑡𝑒𝑟⁄𝑗𝑎𝑚
𝑆𝑡𝑟𝑜𝑘𝑒 = × 100%
200 𝑙𝑖𝑡𝑒𝑟⁄𝑗𝑎𝑚
102
𝑆𝑡𝑟𝑜𝑘𝑒 = 6,5%
Bukaan keran yang diperlukan untuk kebutuhan desinfeksi di instalasi
adalah sebesar 6,5% dari kapasitas pompa pembubuh desinfektan yang dimiliki
IPA sebesar 200 liter/jam.
103
b. Nilai k untuk gate valve dengan bukaan gate valve 6,5% (tertutup
7/8), nilai k = 98 sebanyak 1 buah.
c. Nilai k untuk no return valve / check valve dengan jenis swing
check valve, nilai k = 2,0 – 2,5, diasumsikan nilai k = 2,5 sebanyak
1 buah.
d. Nilai 𝐾𝑡𝑜𝑡𝑎𝑙 = [(7 × 𝑏𝑒𝑛𝑑 90°) + (𝑔𝑎𝑡𝑒 𝑣𝑎𝑙𝑣𝑒) +
(𝑐ℎ𝑒𝑐𝑘 𝑣𝑎𝑙𝑣𝑒)]
𝐾𝑡𝑜𝑡𝑎𝑙 = [(7 × 0,33) + (98) + (2,5)]
𝐾𝑡𝑜𝑡𝑎𝑙 = 102,81
𝑉𝑝𝑖𝑝𝑎 2
∆𝐻𝑚𝑖𝑛𝑜𝑟 = 𝐾𝑡𝑜𝑡𝑎𝑙 × ( )
2𝑔
2
(0,00018 𝑚⁄𝑑𝑒𝑡𝑖𝑘 )
∆𝐻𝑚𝑖𝑛𝑜𝑟 = 102,81 × ( 2 )
2 × 9,81 𝑚⁄𝑑𝑒𝑡𝑖𝑘
5. Besar head pompa desinfektan jika gas klor cair mempunyai tekanan
minimal 6,66 bar, maka konversi Hpump dari 2,5 meter tekanan kolom
air ke satuan bar adalah:
0,098 𝑏𝑎𝑟
𝐻𝑝𝑢𝑚𝑝 = 2,5 𝑚𝑒𝑡𝑒𝑟 +
𝑚𝑒𝑡𝑒𝑟
𝐻𝑝𝑢𝑚𝑝 + 𝐻𝑔𝑎𝑠 𝑘𝑙𝑜𝑟 = 0,245 𝑏𝑎𝑟 + 6,66 𝑏𝑎𝑟
𝐻𝑝𝑢𝑚𝑝 = 6,905 𝑏𝑎𝑟
104
Berdasarkan hasil perhitungan tekanan pompa, maka besar head dapat
disetel pada tingkat 7 bar agar dapat mendorong gas klor cair menuju ruangan
gallery di kedua instalasi. Jenis pompa pembubuh desinfektan di IPA Ayung III
Belusung dan IPA Paket 50 Liter/detik hampir sama dengan pompa pembubuh
koagulan yaitu diapraghma dosing pump dengan tingkat head antara 4 – 10 bar.
3.11 Reservoir
Data reservoir yang dapat diperoleh hanya volume air yang dapat
ditampung, level ketinggian air maksimum, kedalaman reservoir. Data berupa
desain teknis reservoir tidak ada sehingga yang dapat di analisis hanya volume
reservoir. Berikut data yang diperoleh yaitu:
Sebelum menghitung volume reservoir yang terisi oleh air hasil proses
produksi di kedua IPA, langkah-langkah yang perlu dilakukan adalah menghitung
besaran jumlah air yang disadap dikurangi lumpur di sedimentasi dan
backwashing filter sebagai berikut:
105
Contoh perhitungan mass balance air pada tanggal 1 oktober 2008,
Penyelesaian
Kekeruhan sebesar 3,92 NTU dikonversi ke sejumlah TSS terlarut dengan grafik
akan diperoleh 1,31 mg/Liter, dengan menggunakan perhitungan pada bagian
koagulasi – flokulasi – sedimentasi akan diperoleh sebagai berikut:
106
𝑆𝑇𝑆𝑆 = (𝑆𝑟𝑒𝑚 ) × (𝐷𝑒𝑏𝑖𝑡 𝐼𝑃𝐴)
mg L 1 kg 86.400 detik
𝑆𝑇𝑆𝑆 = 1,31 × 350 × 6 ×
L det 10 mg 1 hari
𝑘𝑔⁄
𝑆𝑇𝑆𝑆 = 39,614 ℎ𝑎𝑟𝑖
kg
𝑆𝑇𝑆𝑆 ( hari )
𝑄𝑇𝑆𝑆 = kg
1000 m3 × ρ × % lumpur
𝑘𝑔⁄
39,614 ℎ𝑎𝑟𝑖
𝑄𝑇𝑆𝑆 = kg
1000 m3 × 1,2 x 0,04
𝑄𝑏 × 𝑃 × 𝐿 × 2 × 10 𝑚𝑒𝑛𝑖𝑡
𝑄𝑏𝑤 =
1 𝑗𝑎𝑚
107
𝑄𝑖𝑛 = (𝑄𝑜𝑙𝑎ℎ − (𝑄𝑙𝑢𝑚𝑝𝑢𝑟 + 𝑄𝑏𝑎𝑐𝑘𝑤𝑎𝑠ℎ + 𝑄𝑙𝑎𝑖𝑛−𝑙𝑎𝑖𝑛 ))
𝑄𝑖𝑛
𝐸𝑙𝑝𝑎 = 𝑄
𝑜𝑙𝑎ℎ
27.383,22
𝐸𝑙𝑝𝑎 = × 100%
30.240
𝐸𝑙𝑝𝑎 = 90,553 %
108
86.400 𝑑𝑒𝑡𝑖𝑘
𝑉𝑜𝑙 = 𝑃𝑒𝑟𝑠𝑒𝑛 (%) × 𝑄𝐼𝑃𝐴 ×
1 ℎ𝑎𝑟𝑖
27,66 86.400 𝑑𝑒𝑡𝑖𝑘
𝑉𝑜𝑙 = × 350 ×
100 1 ℎ𝑎𝑟𝑖
𝑉𝑜𝑙 = 8.364.384 𝐿 ≈ 8.364,384 𝑚3
c. Dimensi
8.364,384 𝑚3
𝐷𝑖𝑚𝑒𝑛𝑠𝑖 = = 1.672,8768 𝑚
5
𝑃: 𝐿 = 2 ∶ 1
1.672,8768 𝑚 = 2𝐿 + 𝐿
1.672,8768 𝑚 = 2𝐿2
836,4384 𝑚 = 𝐿2
𝐿 = √836,4384 𝑚
𝐿 = 28,92 𝑚
𝑃 = 28,92 𝑚 × 2
𝑃 = 57,84 𝑚
2. Kecepatan inlet air bersih yang masuk ke reservoir dengan pipa 600 mm
109
4 × 𝑄𝑖𝑛𝑙𝑒𝑡
𝑉𝑖𝑛𝑙𝑒𝑡 =
𝜋 × (𝐷𝑖𝑛𝑙𝑒𝑡 )2
4 × 27.383,22 𝑚3 1
𝑉𝑖𝑛𝑙𝑒𝑡 = 2
×
3,14 × (0,6 𝑚) 86.400 𝑑𝑒𝑡𝑖𝑘
𝑉𝑖𝑛𝑙𝑒𝑡 = 1,12 𝑚⁄𝑑𝑒𝑡
3. Kecepatan outlet air bersih yang keluar dari reservoir ke distribusi
4 × (𝑄𝑖𝑛𝑙𝑒𝑡 × 𝐹𝑝𝑒𝑎𝑘 )
𝑉𝑜𝑢𝑡𝑙𝑒𝑡 =
𝜋 × (𝐷𝑖𝑛𝑙𝑒𝑡 )2
4 × (27.383,22 𝑚3 × 1,5) 1
𝑉𝑜𝑢𝑡𝑙𝑒𝑡 = ×
3,14 × (0,6 𝑚)2 86.400 𝑑𝑒𝑡𝑖𝑘
𝑉𝑜𝑢𝑡𝑙𝑒𝑡 = 1,68 𝑚⁄𝑑𝑒𝑡
4. Volume udara yang tersirkulasi dalam reservoir jika diasumsikan laju alir
udara sebesar 0,5 m/detik, maka jumlah lubang ventilasi di reservoir
𝑄𝑖𝑛𝑙𝑒𝑡 × (𝐹𝑝𝑒𝑎𝑘 − 1)
𝑄𝑢𝑑𝑎𝑟𝑎 =
1 × 86.400 𝑑𝑒𝑡𝑖𝑘
27.383,22 𝑚3 × (1,5 − 1)
𝑄𝑢𝑑𝑎𝑟𝑎 =
1 × 86.400 𝑑𝑒𝑡𝑖𝑘
3
𝑄𝑢𝑑𝑎𝑟𝑎 = 0,158 𝑚 ⁄𝑑𝑒𝑡 = 158 𝑙𝑖𝑡𝑒𝑟⁄𝑑𝑒𝑡𝑖𝑘
0,316 𝑚⁄𝑑𝑒𝑡
2
𝑛 × (0,1 𝑚) =
0,5 𝑚⁄𝑑𝑒𝑡
0,316 𝑚⁄𝑑𝑒𝑡
2
𝑛 × (0,1 𝑚) =
0,5 𝑚⁄𝑑𝑒𝑡
𝑛 = 63 𝑙𝑢𝑏𝑎𝑛𝑔 𝑣𝑒𝑛𝑡𝑖𝑙𝑎𝑠𝑖 (𝑚𝑖𝑛𝑖𝑚𝑎𝑙 𝑦𝑎𝑛𝑔 ℎ𝑎𝑟𝑢𝑠 𝑡𝑒𝑟𝑠𝑒𝑑𝑖𝑎)
110
total 550 cm dari dasar reservoir. Reservoir berjenis ground reservoir. Reservoir
ini ditempatkan setelah unit filtrasi dan tertutup untuk menghindari
terkontaminasinya zat-zat lain dari luar. Menurut Tambo (1974), tinggi efektif air
di dalam reservoir sekitar 3 – 6 m dengan jarak freeboard ± 30 cm. Waktu tinggal
air di reservoir adalah sebesar 8,76 jam. Waktu tinggal ini telah memenuhi kriteria
desain yang ada yaitu sekitar Tdair > 4 jam (Darmasetiawan, 2001). Dengan
waktu tinggal tersebut, proses desinfeksi akan lebih baik untuk mematikan
mikroorganisme patogen yang belum mati saat didesinfeksi di gallery karena sisa
klor terlarut sebanyak 0,5 mg/Liter melebihi standar minimum 0,2 mg/Liter.
111
BAB IV
KESIMPULAN DAN SARAN
4.1 Kesimpulan
Rancang desain bangunan pengolahan air minum yang cocok untuk
Kabupaten Gresik ialah sebagai berikut:
1. Alternative pengolahan yang dipilih adalah alternative pertama, yaitu
Koagulasi -Flokulasi-Sedimentasi, Saringan Pasir Cepat dan Reservoir,
dengan pertimbangan sebagai berikut ekonomis dan Memenuhi baku
mutu yang telah ditetapkan dalam Peraturan Meneteri Kesehatan Republik
Indonesia Nomer 32 Tahun 2017, dimana : kadar maksimum untuk
kekeruhan adalah 25 NTU, Warna 50 TCU dan TDS 1000 mg/L.
2. Efisiensi Parameter Fisik adalah sebagai berikut
a. Kekeruhan
KSF = 46 NTU
Filtrasi = 0,92 NTU
Reservoir = 0,018 NTU
b. Warna
KSF = 12,5 PtCo
Filtrasi = 0,25 PtCo
Reservoir = 0,005 PtCo
c. TDS Fe
KSF = 0,2 (mg/L)
Filtrasi = 0,004(mg/L)
Reservoir = 0,000008(mg/L)
d. TDS Mn
KSF = 0,2 (mg/L)
Filtrasi = 0,004(mg/L)
Reservoir = 0,000008(mg/L)
112
3. Qmin bendungan sebesar 25.458 l/s dan Qmax bendungan sebesar 46.309
l/s
4. Intake
a. Pintu Air
Luas Penampang Saluran = 0,875 m2
Lebar saluran = 1,2 m
b. Bar Screen
Kedalaman sebelum screen (Y1) = 1,02 m
Kecepatan sebelum screen = 00,298 m/s
Lebar bukaan (s) = 18 bukaan
Jumlah batang (n) = 17 batang
Lebar bukaan total = 0,899 m
Kedalaman batang (bar terendam atau Yb) = 1,17 m
Kecepatan dari screen = 0,38 m/s
Kehilangan tekanan melalui screen = 0,07 cm
Headlos Bar = 0,17 cm
Ketinggian air setelah Bar =1,0183 m
Kecepatan setelah melewati screen = 0,3 m/s
c. Saluran Pembawa
Kontinuitas = 0,875 m2
Lebar saluran = 1,32 m
Jari-jari hidrolis = 0,33 m
Kemiringan slope = 0,0001
Headlos pada saluran pembawa = 0,0004
Dimensi saluran = 0,8 m
5. Pompa dan Sistem Transmisi
a. Headloss Pipa Isap
Laju Alir pada Pipa Isap = 1,25 𝑚/𝑑𝑒𝑡𝑖𝑘
Nilai K total = 0,93
Headloss Mayor = 0,02547 𝑚
Headloss Minor = 0,074 𝑚
113
Headloss total = 0,09947 𝑚
b. Headloss Pipa Tekan
Laju alir pada pipa tekan = 1,785 𝑚/𝑑𝑒𝑡𝑖𝑘
𝑘𝑡𝑜𝑡𝑎𝑙 = 3,13
Headloss Mayor = 0,049 𝑚
Headloss Minor = 0,5 𝑚
Headloss total = 0,549 𝑚
c. Headloss Pipa Transmisi
Laju alir air pada pipa transmisi = 1,2378 𝑚/𝑑𝑒𝑡𝑖𝑘
𝑘𝑡𝑜𝑡𝑎𝑙 = 4,15
Headloss Mayor = 1,3626 m
Headloss Minor = 0,3240 𝑚
Headloss total pada pipa tekan = 2,0586 𝑚
d. Headloss Pompa dan Sistem Transmisi = 2,707 𝑚
total head pompa dinamis = 27,4554 𝑚
Daya Hidraulik Pompa = 117,4045 𝑘𝑖𝑙𝑜𝑤𝑎𝑡𝑡
Daya Motor Penggerak pompa = 161,4284 𝑘𝑖𝑙𝑜𝑤𝑎𝑡𝑡
6. Koagulasi
a. desain unit koagulasi = 30000
b. n dosis pembubuh koagulan melalui jar test
dosis pembubuhan PAC di Instalasi = 20 mg/liter
stroke = 50,4 %
c. Estimasi masa lumpur per hari dari koagulan = 5,78m3 /hari
d. Head Pompa pembubuh koagulan
Volume PAC = 2m3
Vol larutan= 20m3
Dimensi bak pembubuh koagulan : P= 2,8 m, L= 2,8 m,
H= 3 m
Nilai k total= 5,05
e. Headloss mayor pipa pembubuh koagulan = 0,149 m
f. Laju alir dalam pipa PVC = 0,28 m/detik
114
g. Headloss minor =0,0202 m
h. head total pompa minimum pada system pembubuh koagulan =
8,1692 m
i. Pemilihan pompa yang digunakan Pompa 2,6 bar = 26 m, Grundfos
Digital Dosing DME 0,005 to 12,68 gph Cabinet size 2
7. Flokulasi
a. Perhitungan dimensi
Tinggi air= 3 m
Panjang= 3,8 m
Lebar= 3,8 m
Tinggi= 3,5 m
b. headloss (∆h)
Proses flokulasi tahap I (G = 70) = 0,0075 m ≈1 cm
Proses flokulasi tahap II (G = 60) = 0,000016 m ≈1 cm
Proses flokulasi tahap III (G = 50) = 2,8 x 10−8 m ≈1 cm
Proses flokulasi tahap IV (G = 40) = 4 x 10−11 m ≈1 cm
Proses flokulasi tahap V (G = 30) = 4,8 x 10−14 m ≈1 cm
Proses flokulasi tahap VI (G = 20) = 3,4 x 10−17 m ≈1 cm
Perhitungan total gradien = 32.400 ≈3,24 x 104
8. Sedimentasi
a. Dimensi
Td = 2 jam (Kawamura)
Kapasitas = 350 L/det x 7200 det = 2520000 L= 2520
m3
Ketinggian air = 5 m
2520m3
Luas = = 504 m2
5m
Luas = 4L x L = 4L2
504 m2 = 4L2
126 m2 = L2
11,2 m = Lebar
Panjang = 4L = 4 x 11,2 m = 44,8 m
115
b. system hidrolika sedimentasi
Kecepatan horizontal partikel = 0,0063 m/det
Jari-jari hidrolis = 3,46 m
Bilangan Reynolds
= 25229>500 (tidak sesuai!, seharusnya< 500)
Bilangan Froude
= 1,65 <10-5 (tidak sesuai! seharusnya>10-5 )
Laju alir rmemasuki tube settler dengan arah aliran vertikal
= 0,0018 𝑚/𝑑𝑒𝑡
Bilangan Reynolds = 104,17 <500 (sesuai!)
Bilangan Froude = 6,6 x 10-6 = 66 x 10-5 >10-5 (sesuai!)
Td air =1,99 jam ≈120 menit
m3
Surface loading rate = 2,5112 m2 .jam
Vollumpur =2,75 m3
(2,5x2,5x1,5)
Volzona = =3,13 m3
3
116
m3
Qgut = 0,12 detik
117
d. 𝑉𝑁𝑜𝑧 = 0,313 𝑚/𝑑
e. ∆𝐻𝑁𝑜𝑧 = 8,55 𝑁𝑜𝑧𝑧𝑙𝑒
Sistem Backwash Filter dan Ekspansi Media Filter
a. 𝑄𝑠𝑐 = 1.543𝑚3 (kebutuhan udara untuk pencucian filter per 1 hari
operasi)
b. 𝑄𝑏𝑤 = 950𝑚3 (kebutuhan air untuk pencucian filter per 1 hari
operasi)
c. 𝑄𝑓𝑖𝑙 = 30.240𝑚3 (debit aliran air di unit per 1 hari operasi)
d. 𝑅𝐸 = 29.290𝑚3
e. 𝐸𝑏𝑤 = 0,9686 %
f. 𝑃𝑜 = 0,412
g. 𝑃𝑒 = 0,5411
h. 𝐹𝑒𝑘𝑠 = 0,281 ≈ 0,28
i. 𝐿𝑒𝑘𝑠 = 1,024 𝑚𝑒𝑡𝑒𝑟
10. Desinfeksi IPA
a. Reaksi Kimia Dalam Air Yang Didesinfeksi
pH air hasil pengolahan berada pada kisaran 6,0 – 8,0 ; maka
senyawa yang akan terbentuk adalah H+ dan OCl-
pH air hasil pengolahan berada pada kisaran 6,0 – 8,0, maka
senyawa-senyawa yang terbentuk cenderung pada senyawa
monochloramine dan dichloramine.
HOCl (milimol) = 0,0028 mmol
𝑚𝑔
b. Kebutuhan Minimum Gas Cl2 Untuk Desinfeksi = 2,01 ⁄𝑙𝑖𝑡𝑒𝑟
c. pH air Hasil Desinfeksi
𝑝𝐾 ′ = 9,77 × 10−8
𝑝𝐻𝑛𝑒𝑤 = 7,43 (𝑚𝑎𝑠𝑖ℎ 𝑚𝑒𝑚𝑒𝑛𝑢ℎ𝑖 𝑘𝑖𝑠𝑎𝑟𝑎𝑛 6,5 − 8,5)
d. Kebutuhan Gas Klor Untuk Pembubuhan
𝑘𝑔⁄
𝑊 = 60,7824 ≈ 60,8 ℎ𝑎𝑟𝑖
𝑊𝑘𝑙𝑜𝑟 = 2,47 ℎ𝑎𝑟𝑖 ≈ 59,28 𝑗𝑎𝑚
𝑄𝑘𝑙𝑜𝑟 = 13,1 ≈ 13 𝑙𝑖𝑡𝑒𝑟⁄𝑗𝑎𝑚
𝑆𝑡𝑟𝑜𝑘𝑒 = 6,5%
118
e. Headloss dan Head Pompa Sistem Pembubuh
𝑉𝑝𝑖𝑝𝑎 = 0,00018 𝑚⁄𝑑𝑒𝑡𝑖𝑘
119
4.2 Saran
Setelah perhitungan rancang desain bangunan pengolahan air minum
yang sesuai didapatkan untuk Desa Sembayat Kecamatan Manyar Kabupaten
Gresik, kami sebagai penyusun berharap rancang desain bangunan pengolahan air
minum ini dapat bermanfaat bagi masyarakat dan lingkungan di Kabupaten
Gresik.
120
DAFTAR PUSTAKA
121
Hidayat, Muhammad. 2007. Cara Menaikkan atau menurunkan pH dan GH. UI
:Jakarta
Ingersoll Rand Air Solutions France. 2007. Bareshaft Blowers SN Series
Ingersoll Rand Company : Wasquehal
Joko, Tri. 2004. Unit Produksi dalam Sistem Penyediaan Air Minum Edisi
Pertama. Graha Ilmu : Yogyakarta
Kawamura, Susumu. 1991. Integrated Design of Water Treatment Facilities.
JohnWiley & Sons. New York
Lin, Shundar. 2001. Water and Wastewater Calculations Manual. Mc Graw
HillBook Company : USA
Maharani dan Zaidan. 2003. Laporan Kerja Praktik: Sistem Pengolahan
AirMinum Di PDAM Kota Denpasar-Bali. Institut Teknologi Adhi
Tama.Surabaya
Montgomery, James M., Consulting Engineers, Inc. 1985. Water
TreatmentPrinciples and Design. John Wiley & Sons, Inc : Canada
Mufti. A. 2009. Evaluasi Teknis Operasional dan Pemeliharaan SistemInstalasi
Pengolahan Air PDAM Tirta Patriot Bekasi. UniversitasDiponegoro :
Semarang
Oktiawan, W. dkk. 1997. Detail Engineering Design Instalasi Pengolahan
AirAyung III Belusung – PDAM Kabupaten Badung. ITB : Bandung
PDAM Kota Denpasar. 2009. Standard Operational Procedure IPA Ayung
IIIBelusung. PT Tirta Wiwitaning Kahuripan : Denpasar
Peavy, H.S., D.R. Rowe, G. Tchobanoglous. 1985. Environmental
Engineering.Mc Graw-Hill, Inc : Singapore
Pradana, Ridho. 2017. Perencanaan Sistem Penyediaan Air Minum (SPAM)
di Kecamatan Bukit Raya Kota Pekanbaru.Jom F TEKNIK Volume 4
No. 1 Februari 2017
Qodriyatun, Sri Nurhayati dkk. 2015. Penyediaan Air Bersih Di Indonesia : Peran
Pemerintah, Pemerintah Daerah, Swasta Dan Masyarakat.Pusat
Pengkajian, Pengolahan Data dan Informasi (P3DI). Jakarta
Reynolds, T.D. 1982. Unit Operations In Enviromental Engineering. Texas A
&M Univercity; B/C Engineering Division Boston, Massacusetts
122
Septiawan, H. 2008. Operasional dan Pemeliharaan Sistem Instalasi
PengolahanAir PTTirta Sarana Ungaran. Universitas Diponegoro :
Semarang
Totok, S. dan Suciastuti, E. 2002. Teknologi Penyediaan Air Bersih. PT Rineka
Cipta. Jakarta
Unicef Indonesia. 2012. Ringkasan Kajian Air Bersih, Sanitasi Dan Kebersihan.
Jakarta
Widiasanti, Irika. Dkk. 2012. Studi Pengolahan Air Bersih Di Kawasan Industri
Jababeka Kabupaten Bekasi. Jurnal Menara Teknik Sipil FT.UNJ.
Volume VII No. 1
123