Anda di halaman 1dari 52

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Air untuk kebutuhan higiene sanitasi adalah air dengan kualitas

tertentu yang digunakan untuk dimanfaatkan sehari-hari yang kualitasnya

berbeda dengan kualitas air minum (Menteri Kesehatan Republik Indonesia,

2017). Air minum merupakan air yang melalui proses pengolahan atau tanpa

proses pengolahan yang memenuhi syarat kesehatan dan dapat langsung

diminum. Air minum aman bagi bagi kesehatan apabila memenuhi

persyaratan Fisika, Mikrobiologis, Kimiawi dan Radioaktif yang dimuat

dalam parameter wajib dan parameter tambahan (Menteri Kesehatan RI,

2010).

Penyelenggara air minum adalah Badan usaha milik Negara/badan

usaha milik daerah, koperasi, badan usaha swasta, usaha perseorangan,

kelompok masyarakat dan individual yang melakukan penyelenggaraan

penyediaan air minum yang wajib menjamin air minum yang diproduksinya

aman bagi Kesehatan. (Menteri Kesehatan RI, 2010)

Depot Air Minum (DAM) merupakan usaha yang melakukan tahapan

pengolahan air baku menjadi air minum dalam bentuk curah dan menjual

langsung kepada konsumen. Setiap DAM harus menjamin air minum yang

diolah harus memenuhi standar baku mutu atau persyaratan kualitas air

minum sesuai ketentuan peraturan perundang-undangan dan memenuhi


persyaratan higiene sanitasi dalam pengelolaan air minum (Menteri

Kesehatan Republik Indonesia, 2014).

Kebutuhan air minum di beberapa negara di dunia tidak sama, Di

negara maju membutuhkan lebih banyak air minum dibandingkan negara

berkembang karena di negara maju semua kebutuhan air dipenuhi oleh air

minum, sedangkan di negara berkembang, air minum hanya digunakan

untuk makan dan minum, karena air bersih biasa cukup untuk mencuci dan

keperluan lainnya.

Pada hakikatnya semua air dapat diolah menjadi air minum, dimana

sumber air minum diantaranya air hujan, air permukaan, air tanah dan mata

air. DAMIU umumnya menggunakan air baku dari mata air yang berasal

dari pegunungan, air sumur dalam ataupun dari PDAM. Walaupun air

minum yang dihasilkan oleh DAMIU telah melalui beberapa tahapan dari

air baku yang diolah menjadi air minum, namun tidak dapat menjamin

produk air minum yang dihasilkan akan selalu sama kualitasnya. Tidak ada

jaminan bahwa instalasi pengolahan air akan selalu terpelihara secara efektif

sebagaimana yang telah ditetapkan, begitu pula peraturan pemerintah yang

mewajibkan kualitas air yang dihasilkan oleh DAMIU ini akan selalu

diperiksa secara berkala oleh pihak berwenang

Walaupun demikian air minum isi ulang adalah suatu jawaban atas

kebutuhan masyarakat. Air minum yang biasa diperoleh dari depot air

minum isi ulang harganya jauh lebih murah, bisa sepertiga dari produk air

minum dalam kemasan bermerek. Tidak mengherankan bila banyak


masyarakat konsumen beralih pada layanan air minum isi ulang,

menyebabkan depot air minum di berbagai kota di Indonesia termasuk

Kabupaten Gowa tumbuh dengan sangat pesat. Hal ini dapat dibuktikan

Indonesia sebesar 64.535 depot air minum yang terdaftar dari data dari

tahun 2022, jumlah di yang tersebar di 34 Provinsi. Di Provinsi Sulawesi

Selatan dengan jumlah 2220 depot yang tersebar di berbagai 24 kabupaten,

di Kabupaten Gowa sendiri terdapat 166 depot air minum dan di

Kecamatan Tinggimoncong terdapat 11 depot air minum (Kementrian

Kesehatan Republik Indonesia, 2019).

Air mineral banyak tersedia di pasaran sehingga meningkatkan

kesadaran masyarakat akan air bersih tetapi semakin lama harga air minum

dalam kemasan, maka semakin mahal pula.Pengusaha membiarkan usaha

DAMIU memiliki pangsa pasar sendiri. Harga air minum yang tersedia di

Depot air minum sepertiga dari harga produk air minum dalam kemasan

bermerek, jadi banyak rumah tangga beralih pada air minum isi ulang selain

dengan harga murah air minum isi ulang mudah didapat pada lingkungan

sekitar konsumen. Harga air minum dalam kemasan galon rata-rata Rp.

10.000,00 sampai dengan Rp 12.000,00, air minum isi ulangnya Rp

3.000,00 sampai dengan Rp 6.000,00 harga yang ditawarkan air minum isi

ulang bisa lebih murah karena tidak memerlukan biaya pengiriman dan

pengemasan (Yum, 2009).

Tingginya antusias konsumen terhadap DAMIU (Air Minum Isi

Ulang) khususnya untuk pengisian ulang telah mendorong pendirian depot-


depot DAMIU di setiap daerah khususnya Pengelola DAMIU di Kecamatan

Tinggimoncong. Dari uraian di atas maka perlu dilakukan penelitian tentang

Kandungan Bakteri E.coli, Coliform dan Besi (Fe) dengan Sistem

Pengolahan Air Minum Isi Ulang di Kecamatan Tinggimoncong

B. Rumusan Masalah

Dari latar belakang diatas dapat dirumuskan masalah dalam penelitian

ini adalah adakah kandungan Bakteri E.coli, Coliform dan Besi (Fe) dengan

Sistem Pengolahan Air Minum Isi Ulang di Kecamatan Tinggimoncong

C. Tujuan Penelitian

1. Tujuan Umum

Adapun tujuan umum penelitian ini adalah Untuk mengetahui

Kandungan Bakteri E.coli, Coliform dan Besi (Fe) dengan Sistem

Pengolahan Air Minum Isi Ulang di Kecamatan Tinggimoncong

2. Tujuan Khusus

a. Untuk mengetahui kandungan bakteri E.coli dengan Sistem

Pengolahan Air Minum Isi Ulang di Kecamatan Tinggimoncong

Tahun 2022

b. Untuk mengetahui kandungan Bakteri Coliform dengan Sistem

Pengolahan Air Minum Isi Ulang di Kecamatan Tinggimoncong

Tahun 2022

c. Untuk mengetahui kandungan Besi (Fe) dengan Sistem

Pengolahan Air Minum Isi Ulang di Kecamatan

Tinggimoncong Tahun 2022


D. Manfaat Penelitian

1. Penelitian ini dapat dijadikan acuan penelitian selanjutnya terkait

dengan pelaksanaan pemeriksaan air minum depot air minum isi ulang

yang sesuai dengan standar dan untuk meminimalisir kandungan

Mikrobiologi dan Kimiawi pada air minum isi ulang pada depot air

minum isi ulang di Wilayah Kecamatan Tinggimoncong

2. Penelitian ini diharapkan dapat memberikan tambahan informasi abgi

dinas kesehatan Kabupaten Gowa dalam pengawasan kandungan

Mikrobiologi dan Kimiawi pada depot air minum isi ulang yang

didistribusikan di Kecamatan Tinggimoncong Tahun 2022

3. Penelitian ini diharapkan sebagai bahan masukan untuk pengusaha

depot Air minum isi ulang untuk meningkatkan kualitas dan

pelayanan produknya agar aman di komsumsi oleh masyarakat

Kecamatan Tinggimoncong
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Air

1. Peranan Air

Air adalah bagian kehidupan manusia, air merupakan bukan hal yang

baru dan tidak ada kehidupan dibumi ini yang dapat berlangsung tanpa air

untuk kehidupan makhluk hidup sehari hari seperti keperluan air minum,

memasak dan mencuci masyarakat yang lebih mengandalkan air dari sumur

bor dan PDAM, Sungai, dan Jika sumber air ini tidak dekat dan tidak dapat

diakses, ada banyak cara untuk mendapatkan air, sehingga air dianggap

sebagai suatu keharusan dalam kehidupan manusia. Air digunakan untuk

proses pertumbuhan tubuh manusia. Para ahli menunjukkan bahwa tubuh

manusia terdiri dari air dan sisanya terdiri dari daging dan tulang.

Kandungan air dalam tubuh sekitar 70% dari berat badan, 75% di otak,

75% di jantung, 86% di paru-paru, 86% di hati, 83% di ginjal, 75% di otot,

dan sekitar 75% di darah.(Suparman, 2006).

Pada kehidupan sehari-hari masyarakat memakai air buat kehidupan

hidupnya seperti meningkatkan produksi pangan yang mencakup perairan

irigasi, pertanian, mengairi tumbuhan, kolam ikan dan buat minum ternak.

Adapun rata rata pemakaian air di Indonesia 100 liter/orang/hari


menggunakan rincian 5 liter buat air masak, 15 liter buat mencuci, 30 liter

buat mandi dan 45 liter digunakan buat kakus (Entjang, 2000).

2. Sumber-Sumber Air di Alam

Air berada di alam terus menerus berputar dari satu sumber ke sumber

lainnya melalui proses siklus penguapan, pengendapan, dan aliran. Air dari

permukaan dan lautan menguap ke udara karena panasnya matahari, melalui

beberapa proses, dan kemudian jatuh di permukaan daratan atau lautan sebagai

hujan atau salju. Sumber energi utama bagi air untuk bersirkulasi dari satu

sumber ke sumber lainnya adalah sinar matahari yang menyebabkan panas

ekstra di permukaan bumi sehingga terjadinya penguapan (evaporasi) air di

sungai, danau, lautan dan juga terjadi penguapan makhluk hidup seperti

tumbuhan dan hewan yaitu tanah yang mengandung humus yang mengalir ke

bagian bawah permukaan, masuk ke sungai, dan mengalir ke laut. Adapun

sumber air dibagi menjadi:

a. Air Angkasa (Air Hujan)

Air hujan adalah air yang berasal dari proses penguapan,

pengembunan juga pengendapan, sehingga air benar-benar H2O dan

tidak larut sebagai mineral. Sifat air ini adalah air lunak, dan rasanya

relatif basi saat dikonsumsi. Namun, dapat dilihat dari proses air hujan

bahwa terdapat gas-gas terlarut dalam air hujan. Kotornya air hujan

dipengaruhi oleh tingginya polusi udara di mana hujan turun. Semakin

tinggi tingkat polusi, semakin banyak polutan yang dihasilkan air hujan
yang tidak berlangsung lama karena hujan relatif bersih dan bebas dari

kontaminan setelah beberapa menit hujan. Karena tidak mengandung

mineral, garam mineral perlu ditambahkan untuk menyusutnya efek

kekurangan mineral seperti gondok. Manusia menggunakan air hujan

apabila sumber air komunitas/individu merupakan pilihan terakhir

apabila air dari tanah dan juga air permukaan tidak tersedia. Dari uraian

diatas, bahwa air hujan memiliki beberapa sifat seperti bersifat lunak

karena mengandung sedikit larutan garam sehingga terasa kurang segar

dan juga terkandung beberapa zat yang ada pada udara mirip NH3CO,

serta CO2 proaktif sebagai akibatnya bersifat korosif. Tingginya

insentitas hujan diwilayah tertentu ialah parameter primer dalam

perencanaan penyediaan air bersih.

b. Air Permukaan

Air yang bersumber dari sungai, danau, danau, air laut, dll disebut

air permukaan,. Air permukaan adalah air terbuka, yang mudah tercemar

dan tidak layak untuk diminum langsung oleh manusia. Kualitas air

sungai sangat tergantung pada wilayah yang dilalui sungai tersebut, air

sungai yang dekat hulu biasanya lebih baik daripada menggunakan air di

dekat muara karena sungai di hulu tidak tercemar, sedangkan air di

sepanjang sungai lebih tercemar oleh manusia, hewan, limbah domestik,

polusi industri. Air sungai yang digunakan untuk air minum harus diolah

dengan baik, mengingat air sungai lebih rentan terhadap pencemaran..

Secara alamiah air permukaan sudah tercemar dapat melakukan


pencucian sendiri (self plurification). Air permukaan yang tercemar akan

mengalami penurunan kadar oksigen yang terjadi akibat osmosa atau

karena sirkulasi batu yang menumbuk air, maka kekurangan oksigen

dalam air akan terpenuhi.

c. Air tanah

Air tanah yang higienis sangat penting bagi masyarakat, oleh

karena itu, dibutuhkan pengujian kualitas air pada air tanah yang ketat.

Parameter yang diperiksa meliputi kualitas fisik, kimia, bakteriologis.

3. Persyaratan Kualitas Air

Air harus sesuai dengan kadar kualitas air yang telah ditetapkan oleh

negara ataupun daerah sehingga tidak mengganggu kesehatan manusia agar

dapat melindungi dan memanfaatkan air pada negara atau daerah yang

bersangkutan. Untuk mengetahui kualitas air dilakukan pengujian di

laboratorium terhadap parameter fisik, kimiawi dan mikrobiologi sesuai

kadar yang telah ditetapkan. Kualitas air dapat dikelompokkan menjadi

beberapa kelompok yaitu:

a. Air yang digunakan sebagai air minum secara langsung tanpa dilakukan

pengolahan terlebih dahulu disebut Air Golongan A

b. Air yang digunakan sebagai air baku, air minum yang harus diolah

terlebih dahulu sebelum dimunum disebut air Golongan B

c. Air yang digunakan untuk keperluan perikanan dan peternakan disebut

air Golongan C
d. Air yang digunakan untuk keperluan pertanian usaha, diperkotaan,

industri, dan pembangkit listrik tenaga air disebut Golongan D

Akibat kualitas air yang tidak sesuai dengan aturan maka akan terjadi

gangguan kesehatan pada manusia dan gangguan estetika

4. Penyakit Ditularkan Oleh Air

Peranan air dalam kesehatan manusia sangat berpengaruh dengan

kehidupan manusia. Adapun hal yang menunjukkan adanya hubungan air

dengan kesehatan yaitu sebagai berikut

a. Phatogenic organisme di dalam air yang dapat menyebabkan penyakit

atau gangguan kesehatan yaitu bakteri (virus kolera, salmonella typhi,

sighella dysentriae, salmonella dysentriae), protozoa (entoniseba

histolytica), virus (hepatitis infektiosa)

b. Adanya non phatogenic organisme yang hidup dalam air akan

menimbulkan gangguan dan kerugian bagi manusia, diantaranya adalah :

actinomycetes, algae, escherichia coli, fecal streptococci, iron bacteria

(bakteri besi), free living rooms.

B. Depot Air Minum Isi Ulang (DAMIU)

1. Pengertian Depot Air Minum isi ulang (DAMIU)

Depot Air Minum Isi Ulang (DAMIU) merupakan usaha yang mengolah

air baku menjadi air minum secara curah dan menjualnya langsung ke

konsumen. Pada prinsipnya, proses pengolahan air harus dapat menghilangkan

semua jenis pencemar baik yang bersifat fisik, kimia maupun mikrobiologis.
Depot air minum harus memastikan standar mutu atau persyaratan mutu air

minum sesuai dengan peraturan perundang-undangan, dan memenuhi

persyaratan higienis dalam pengelolaan air minum. (Menteri Kesehatan

Republik Indonesia, 2014)

2. Sumber Air Depot Air Minum Isi Ulang (DAMIU)

Air baku depot air minum isi ulang dapat (DAMIU) berasal dari air

tanah, mata air/artesis, atau PDAM. Sumber ini menentukan kualitasnya air

yang berasal dari air tanah prosesnya meliputi filtrasi menjadi air bersih (sesuai

standar), lalu filtrasi menjadi air minum.

3. Peralatan Depot Air Minum Isi Ulang (DAMIU)

Untuk mengolah air baku menjadi air minum di depot air minum isi

ulang alat yang digunakan ialah :

a. Tangki penyimpanan adalah wadah air baku yang dapat menampung 3000

liter air

b. Pompa air stainless steel digunakan untuk memompa air baku dari tangki

penyimpanan ke dalam tabung filter.

c. Tabung penyaring. Adapun tabung 3 filter memiliki masing masing memilik

fungsi yaitu :

1. Media filter pasir aktif untuk menyaring partikel kasar yang mengandung bahan

turunan pasir

2. Filter antrasit dengan penghilangan kekeruhan dengan maksim dan efek yang

efektif.
3. Media filter karbon aktif granular adalah filter karbon yang dapat menyerap

debu, bau, sisa klorin

d. Filter mikro adalah adalah saringan yang terbuat dari polyprophylene untuk

menyaring partikel air dengan diameter 10 mikron, 5 mikron, 1 mikron dan

0,4 mikron dengan maksud untuk memenuhi persyaratan air minum.

e. Flow meter dapat digunakan untuk mengukur aliran masuk galon air.

f. Lampu UV dan ozon untuk desinfeksi air olahan

g. Galon isi ulang berfungsi sebagai tempat untuk menampung atau

menyimpan air minum yang telah diolah (Purba, 2011)

4. Proses Produksi Depot Air Minum Isi Ulang (DAMIU)

Adapun persyaratan teknis depot air minum (DAMIU) yaitu pada proses

produksi air minum di depot air minum isi ulang adalah sebagai berikut :

a. Penampungan air baku dan syarat bak penampung

Air baku yang diambil dari sumbernya diangkut menggunakan

memakai tangki dan selanjutnya ditampung pada bak atau tangki

penampung (reservoir). Bak penampung wajib dirancang asal bahan tara

pangan (food grade), harus bebas asal bahan-bahan yang mampu mencemari

air. Tangki pengangkutan memiliki persyaratan yang terdiri atas :

1) Khusus buat air minum

2) Simpel dibersihkan serta pada desinfektan dan diberi pengaman

3) Wajib memiliki manhole

4) Pengisian dan pengeluaran air harus melalui kran


5) Selang dan pompa yang dipakai buat bongkar muat air baku harus

diberi epilog yang baik, disimpan menggunakan aman serta dilindungi

dari kemungkinan kontaminasi.

6) Tangki, galang, pompa serta sambungan harus terbuat berasal bahan tara

pangan tahan korosi serta bahan kimia yg dapat mencemari air. Tangki

pengangkutan wajib dibersihkan, disanitasi dan desinfeksi bagian luar

dan dalam minimal 3 bulan sekali. Air standar harus diambil

sampelnya, yang jumlahnya relatif mewakili untuk diperiksa terhadap

standart mutu yang telah ditetapkan oleh Menteri Kesehatan.

b. Penyaringan.

Penyaringan terdiri dari:

1) Saringan pasir atau saringan lain yang efektif menggunakan fungsi yang

sama. Fungsi saringan pasir yaitu menyaring partikel-partikel yg kasar.

Bahan yang dipakai merupakan butir-buah silica minimal 80%.

2) Saringan karbon aktif yang terbuat dari batu bara atau batok kelapa yang

berfungsi menjadi penyerap bau, rasa, warna, sisa khlor dan bahan

organik. Daya serap terhadap Iodine (I2) minimal 75%.

3) Saringan/Filter lainnya yang berfungsi sebagai saringan halus berukuran

aporisma 10 (sepuluh) micron.

c. Desinfeksi

Desinfeksi adalah kegiatan yang dilakukan untuk membunuh bakteri

patogen. Proses pengolahan air minum yang saat ini beredar di masyarakat

untuk melengkapi tempat penampungan air minum meliputi pengolahan


ozon, pengolahan ultraviolet (UV) dan pengolahan reverse osmosis (RO).

Proses desinfeksi menggunakan ozon dilakukan dalam tangki atau alat

pencampur ozon lainnya dengan konsentrasi ozon minimal 0,1 ppm dan

kadar ozon sisa 0,06-0,1 ppm setelah pengisian. Selain penggunaan ozon,

proses desinfeksi juga dapat dilakukan dengan menggunakan radiasi

ultraviolet. Adapun jenis jenis desinfeksi antara lain sebagai berikut:

1) Ozonisasi

Ozon adalah oksidan kuat yang membunuh bakteri patogen

termasuk virus. Keuntungan menggunakan ozon adalah pipa, peralatan

dan kemasan juga akan dibersihkan, sehingga produk yang dihasilkan

akan lebih aman, selama kemasan tidak bocor, ozon tidak hanya sangat

aman tetapi juga sebagai pembersih air yang efektif. (Sembiring FY,

2008).

Proses Ozonasi adalah jumlah oksigen di udara yang diserap dan

dilewati oleh arus yang melompat sehingga secara alami menjadi zat

yang disebut ozon yang kemudian ozon disemprotkan ke dalam air.

Berbagai mikroorganisme yang terkandung dalam air ini akan terpapar

ke lingkungan air yang dipenuhi ozon yang menyebabkan sel-selnya

rusak dan mati. Daya rusak ozon terhadap kandungan mikroba dalam air

tentu saja bergantung pada kelarutan ozon dalam air yang tentunya

bergantung pada kandungan oksigen dalam air karena pada dasarnya

ozon hanya menempati kekosongan yang seharusnya diisi oksigen

karena ozon sendiri cukup berbahaya bagi tubuh manusia bila masuk ke
dalam tubuh, maka setelah membunuh makluk hidup mikro dilakukan

proses pemberian sinar ultraviolet kedalam air yang mengalir untuk

merusak ozon dan mengurainya menjadi oksigen kembali yang terlarut

dalam air (Pracoyo, 2006).

2) Ultraviolet (UV)

Salah satu metode pengolahan air adalah dengan menyinari dengan

sinar ultraviolet gelombang pendek dengan inti mikroba yang kuat. Cara

kerjanya adalah dengan mengambil asam nukleat tanpa menyebabkan

kerusakan pada permukaan sel. Air mengalir melalui tabung dengan

lampu UV intensitas tinggi agar bakteri terbunuh oleh radiasi UV dan

harus diperhatikan intensitas lampu UV yang digunakan harus cukup

intensitas 30.000 MW detik/cm2 (microwatt per sentimeter persegi)

diperlukan untuk sanitasi air yang efektif). Radiasi UV dapat membunuh

berbagai mikroorganisme dengan intensitas dan waktu yang cukup.

Tidak ada residu atau produk sampingan selama paparan UV, tetapi agar

efektif, lampu UV harus dibersihkan secara teratur dan harus diganti

dalam waktu satu tahun. Air yang disinari UV harus melewati filter

halus dan karbon aktif untuk menghilangkan partikel tersuspensi,

organik, besi atau mangan (jika konsentrasinya cukup tinggi)(Sembiring

FY, 2008)

3) Reversed Osmosis (RO)


Reverse osmosis (RO) adalah proses pemurnian air yang melewati

membran semipermeabel bertekanan tinggi (50-60 psi). Membran

semipermeabel adalah membran filtrasi tingkat molekul di mana

molekul air dapat dengan mudah melewatinya, tetapi molekul lain yang

lebih besar dari molekul air tidak dapat atau mengalami kesulitan untuk

melewatinya. Membran RO menghasilkan 99,99% air murni. Fungsinya

untuk menyaring mikroorganisme seperti bakteri dan virus. Air yang

akan disaring melewati membran semipermeabel di bawah tekanan

tinggi, hanya air murni yang dapat meresap, sedangkan yang memiliki

kandungan polutan lebih tinggi keluar dan dibuang. Sistem pengolahan

air sangat bergantung pada kualitas air baku yang akan diolah, air baku

dengan kandungan klor rendah dan TDS tinggi perlu diolah dengan

sistem RO untuk mengurangi atau menghilangkan TDS tinggi

(Sembiring FY, 2008)

d. Proses Pengisian air minum

Adapun tahap Proses pengisian adalah sebagai berikut:

1) Pembilasan, Pencucian dan Sterilisasi Wadah

2) Menggunakan wadah yang bersih dan tara pangan (food grade)

3) Wadah yang dibawa konsumen harus diperiksa dan wadah yang dianggap

tidak layak pakai sebagai wadah air minum harus ditolak

4) Cuci dengan menggunakan deterjen food grade dan air bersih, lalu bilas

dengan air minum/produk yang cukup untuk menghilangkan sisa deterjen

yang digunakan dalam proses pencucian.


5) Mengisi wadah menggunakan alat dan mesin dan di tempat pengisian

yang higienis.

6) Penutupan wadah dapat dilakukan yang disediakan oleh Depot Air

Minum atau disediakan oleh konsumen itu sendiri

e. Persyaratan Pembuatan Depot Air Minum Isi Ulang (DAMIU)

Persyaratan teknis depot air minum isi ulang dan perdagangannya,

mengatur persyaratan usaha yang meliputi :

1) Wajib memiliki Tanda Daftar Industri (TDI) dan Tanda Daftar Usaha

Perdagangan (TDUP)

2) Harus ada surat jaminan penyediaan air baku yang diterbitkan oleh

PDAM atau perusahaan yang telah memperoleh izin pengambilan air

dari instansi yang berwenang.

3) Harus ada laporan hasil pengujian air minum yang diterbitkan oleh

laboratorium pengujian kualitas air atau laboratorium terakreditasi yang

ditunjuk oleh pemerintah kabupaten/kota. (Perdagangan & Indonesia,

2004).

f. Skema Proses Pengolahan Air Depot Air Minum Isi Ulang


Gambar 2.1 Skema Proses Pengolahan Air Depot Air Minum Isi Ulang

Proses pengolahan air depot isi ulang yang meliputi 8 tahapan, yaitu :

1) Air baku untuk air minum isi ulang harus dipilih dan diambil dari sumber

yang terjamin kualitasnya

2) Air baku kemudian ditampung dalam tangki penyimpanan dan dibiarkan

untuk beberapa saat guna mengendapkan partikel-partikel padat.

3) Air baku dilakukan proses pengolahan air setelah dilakukan pengendapan

4) Proses filtrasi yang terdapat 3 tahapan, yaitu yang pertama adalah filter

pasir yang digunakan untuk menyaring pasir halus yang terdapat dalam air

baku. Kedua yaitu filter mangan zeolit yang bertugas menyaring mangan

dan besi yang belum sempat teroksidasi oleh klorin atau kaporit. Ketiga

adalah karbon aktif berperan dalam menghilangkan mikro berupa senyawa

organik, detergen, bau, warna, senyawa phenol, logam berat, dan lainya.

5) Selanjutnya adalah air dialirkan kedalam catridge filter. Catreidge filter

bertugas sebagai saringan halus yang berukuran maksimal 10 (sepuluh)

mikron dalam menyaring partikel-partikel yang tersisa guna memenuhi

standar persyaratan air minum.

6) Proses sterilisasi dapat dilakukan dengan berbagai macam cara yaitu dengan

mendidihkan air, khlorinasi, ozonasi, atau sinar ultraviolet. Depot air

minum isi ulang banyak menggunakan metode sinar ultraviolet dalam

proses sterilisasi. Lampu ultraviolet dengan intensitas 30.000 MW sec/cm2

(Mikro Watt detik persentimeter persegi), dimana air dialirkan pada tabung

yang terdapat lampu tersebut.


7) Setelah proses sterilisasi dilakukan proses pembilasan pada wadah / galon

secara higienis sehingga tidak ada kontaminan dari lingkungan luar atau

dari galon.

C. Escherichia Coli

Keberadaan mikroorganisme selalu dikaitkan dengan air minum yang

terkontaminasi kotoran manusia dan hewan. Penyakit menular yang disebabkan oleh

patogen seperti virus, bakteri dan parasit adalah risiko kesehatan paling umum yang

terkait dengan air minum. Kontaminasi Escherichia coli merupakan masalah penting

dalam pengujian sampel air minum karena bakteri ini digunakan sebagai indikator

kebersihan. (Dewanti, 2005)

1. Definisi

Bakteri E.coli merupakan flora normal pada usus kebanyakan hewan

berdarah panas serta manusia. Bakteri ini merupakan bakteri gram-negatif,

Berbentuk batang, tidak membentuk spora, sebagian besar menggunakan

flagela untuk bergerak (bergerak), sebagian berkapsul, dapat menghasilkan gas

dari glukosa, dapat memfermentasi laktosa (Pelczar, 2005).

Sebagian besar strain tidak berbahaya, tetapi beberapa bersifat patogen

bagi manusia, seperti Enterohemorrhagic Escherichia coli (EHEC). E. coli

adalah jenis EHEC yang paling penting dan berbahaya yang menjadi perhatian

kesehatan masyarakat. Escherichia coli adalah bakteri yang biasa ditemukan di

usus besar manusia dan hewan berdarah panas lainnya. Beberapa jenis E. coli

berbahaya, dan beberapa di antaranya bahkan dapat menyebabkan penyakit


bawaan makanan. E.coli di usus besar dapat menyebabkan penyakit jika

melebihi jumlah normal. Strain tertentu dapat menyebabkan radang lambung

dan lapisan usus (gastroenteritis). Jika bakteri ini hidup di luar usus (seperti di

saluran kemih), mereka dapat menjadi patogen berbahaya, yang dapat

menyebabkan peradangan mukosa atau sistitis (Pelczar, 2005)

Escherichia coli merupakan bakteri yang dapat digunakan sebagai

indikator kebersihan. Bakteri penunjuk higiene adalah bakteri yang terdapat

dalam makanan yang menunjukkan bahwa air atau makanan telah

terkontaminasi kotoran manusia. Bakteri ini adalah indikator kebersihan

umumnya merupakan bakteri yang ada di mana-mana dan hidup di usus

manusia, sehingga keberadaan bakteri ini menunjukkan bahwa mereka sudah

ada pada tahap pengolahan air atau makanan yang mengalami kontak dengan

kotoran yang berasal dari usus manusia dan mungkin mengandung bakteri

patogen lain yang berbahaya Center for Disease Control and Prevention (CDC)

menjelaskan bahwa untuk mencegah kontaminasi dari bakteri E.coli, air

minum pada daerah perkotaan harus diberi klorin atau desinfektan lain.

2. Klasifikasi Escherichia coli

Diketahui bahwa strain E.coli dapat dibagi menjadi lima kelompok, yaitu:

a. Enteroinvasive E.coli (EIEC)

Jenis serotipe E. coli ini telah ditemukan menyebabkan diare pada

anak-anak yang lebih besar maupun pada orang dewasa. Mereka

menyerang sel-sel epitel usus besar dan menyebabkan sindrom klinis yang

mirip dengan yang disebabkan oleh Shigella.(Pelczar, 2005)


b. Enteropathogenic E.coli (EPEC)

EPEC menyebabkan gastroenteritis akut pada bayi yang baru lahir

sampaiberumur 2 tahun, khususnya terjadi di negara berkembang. EPEC

melekat dan menginfeksi sel mukosa usus kecil. Kolonisasi bakteri ini pada

usus kecil dapat menyebabkan diare.(Pelczar, 2005)

c. Enterohemorrhagic E.coli (EHEC)

EHEC berhubungan erat dengan E.coli menyebabkan diare berdarah.

EHEC juga dapat menyebabkan beberapa penyakit yang ditularkan melalui

makanan (food borne disease). EHEC memproduksi toksin, dikenal sebagai

verotoksin atau shiga like toksin. EHEC berhubungan dengan kolitis

hemoragik (diare yang berat), sindromauremia hemolitik, anemia hemolitik

mikroangiopatik, dan trombositopenia (Jawetz, 2007).

d. Enterotoxigenic E. coli (ETEC)

ETEC menjadi penyebab utama diare pada bayi dan wisatawan di

negara-negara berkembang atau daerah yang memiliki fasilitas sanitasi

buruk. ETEC memproduksi dua macam toksin yang berbeda yaitu toksin

tahan Panas (TP) dan toksin tidak tahan panas (TTP). Toksin tahan panas

bersifat labil terhadap panas dan toksin ini adalah protein kecil yang

mempertahankan kegiatan racunnya walaupun telah dipanaskan selama 30

menit pada suhu 100oC. Sedangkan TTP rusak dengan pemanasan 65 oC

selama 30 menit (Pelczar, 2005).

e. Enteroaggretive E.coli (EAEC)


Serotipe jenis ini menyebabkan diare akut dan kronik pada masyarakat

di Negara berkembang. EAEC digolongkan berdasarkan bentuk dan

perlekatan pada sel manusia. EAEC Bisa menyebabkan diare akut dan

kronis pada anak-anak (Jawetz, 2007).

3. Mekanisme perjalanan Escherichia coli ke manusia

E.coli ditularkan ke manusia melalui rute fekal-oral, terutama melalui

konsumsi makanan dan air yang terkontaminasi, atau melalui kontak dengan

hewan, kotoran, dan tanah yang terkontaminasi. Perilaku yang tidak higienis,

terutama setelah dari toilet, dapat memungkinkan E.coli masuk ke dalam tubuh

saat makan atau memberi makan anak. Bakteri ini juga dapat masuk melalui

tangan atau alat yang terkontaminasi tinja. E.coli dapat dengan mudah

mencemari air permukaan di tempat pembuangan sampah yang tidak sehat. Jika

air digunakan sebagai sumber air minum tetapi tidak direbus terlebih dahulu,

kemungkinan akan menyebabkan diare pada masyarakat

4. Penyakit-Penyakit yang disebabkan oleh Escherichia coli

Strain E.coli dapat menyebabkan masalah kesehatan manusia seperti

diare, muntah, dan masalah pencernaan lainnya. Ada 6 jenis diare patogen

yang diketahui disebabkan oleh E.coli, yaitu:

a. Shiga Toxin Producing E.coli (STEC) penghasil toksin Shiga

menyebabkan diare yang ditandai dengan nyeri perut hebat yang awalnya

tidak berdarah tetapi jika berlanjut dapat menyebabkan perdarahan usus

(hemorrhagic colitis), kadang disertai demam, infeksi saluran kemih

(hemolitik). sindrom / HUS), trombositopenia trombotik (TTP) setelah


diare. E.coli penghasil toksin Shiga adalah spesies yang paling ganas dari

jenis patogen lainnya (Todar. Kenneth, 2008)

b. Enteropathogenik E.coli (EPEC) yang menyebabkan penyakit diare yang

paling primer pada global. EPEC mengakibatkan diare yang ditandai

dengan buang air akbar berair sebagai akibatnya tak jarang menimbulkan

penderita kekurangan cairan yang menjadikan kematian. Jika berlanjut

bisa menimbulkan gangguan pertumbuhan. di negara miskin paling

menyerang bayi serta anak-anak yang usianya dibawah dua tahun

(Pelczar, 2005)

c. Enterohemorrhagic E.coli (EHEC) penyakit diare yg parah dengan

sindrom urenic hemolytic, sebuah penyakit akibat kegagalan ginjal akut,

microangio hemolytic kurang darah dan trombochytopenia (Jawetz,

2007).

d. Enterotoxigenic E.coli (ETEC) yang merupakan penyebab diare yang

ditandai dengan buang air besar berair di bayi serta pelancong wisata,

tidak terjadi peradangan, tidak demam serta kejang perut yg berlangsung

singkat 1-5 hari terus sembuh sendiri (Todar. Kenneth, 2008).

e. Enteroinvasive E.coli (EIEC) yang menyebabkan diare menggunakan

gejala mirip dengan gejala klinis oleh infeksi Shygella (tidak berdarah dan

berlendir), tanda-tanda lain yang timbul berupa keram perut dan diare

berdarah, demam, serta terjadi peradangan (Todar. Kenneth, 2008)

f. Enteroaggregative E.coli (EAEC) penyebab diare yang tidak mempunyai

gejala infeksi yang khas, paling sering menyerang anak-anak pada negara-
negara miskin tanpa peradangan atau demam, namun semua usia bisa

terkena pula dengan jangka saat > 14 hari (Todar. Kenneth, 2008)

5. Baku Mutu Escherichia coli

Baku mutu E.coli dalam air minum telah diatur dalam Peraturan Menteri

Kesehatan tentang Persyaratan Kualitas Air Minum. E.coli tergolong

parameter yang berhubungan langsung dengan kesehatan sesuai dalam

peraturan tersebut,. Peraturan itu juga menyebutkan kadar maksimum E.coli

yang diperbolehkan dalam air minum adalah 0 dengan satuan jumlah per 100

ml sampel (Menteri Kesehatan RI, 2010)

D. Coliform

Coliform adalah kelompok bakteri yang digunakan untuk indikator adanya

polutan dan kualitas yang tidak memenuhi syarat pada air, makanan, susu.

Coliform adalah kelompok bakteri yang bentuknya batang, gram-negatif, tidak

berspora, aerobik dan anaerobik fakultatif, memfermentasi laktosa untuk

menghasilkan asam dan gas dalam waktu 48 jam pada 35°C. Kandungan coliform

pada makanan/minuman menunjukkan adanya mikroorganisme patogen enterik

dan/atau penghasil toksin yang menimbulkan gangguan kesehatan.. Bakteri

coliform terbagi atas 2 kelompok yaitu:

1. Coliform fekal

Kelompok coliform tinja ini termasuk Escherichia coli yang berasal dari

kotoran hewan atau manusia. Oleh karena itu, keberadaan E.coli di dalam air

menunjukkan bahwa air tersebut telah terkontaminasi dengan kotoran manusia


dan mungkin mengandung patogen enterik. Oleh karena itu, standar air minum

membutuhkan 0 E.coli dalam 100 ml.

2. Coliform non-fekal

Pada Coliform non-fekal (Enterobacter aerogenes) bakteri ini biasanya

ditemukan pada hewan atau tumbuhan yang mati. Untuk menentukan jumlah

koliform dalam air digunakan metode Most Probable Number (MPN).

Pengecekan keberadaan E.coli dan air didasarkan pada penggunaan media kaldu

laktosa yang ditempatkan dalam tabung reaksi yang dilengkapi dengan tabung

Durham (tabung kecil terbalik yang digunakan untuk menangkap gas yang

dihasilkan karena fermentasi laktosa menjadi asam dan gas) . Kehadiran

Escherichia coli berdampak besar bagi kehidupan manusia. terbukti dengan

kualitas air secara bakteriologis tingkatannya ditentukan oleh kehadiran bakteri

tersebut.

E. Besi (Fe)

Kandungan unsur besi banyak terdapat di dalam air tanah maupun didalam

air sumur. Air tanah yang mempunyai konsentrasi karbondioksida yang tinggi

dapat menyebabkan kondisi anaerobik. Kondisi ini menyebabkankonsentrasi besi

bentuk mineral tidak larut (Fe3-) tereduksi menjadi besi yang larut dalam bentuk

ion bervalensi dua (Fe2-). Konsentrasi besi pada air tanah bervariasi mulai dari

0.01 mg/l – 25 mg/l. Apabila pada konsentrasi tinggi maka dapat menimbulkan

rasa dan bau logam serta menimbulkan warna kuning pada dinding bak serta

bercak-bercak kuning pada pakaian. Air yang mengandung zat besi melebihi baku

mutu yang ditentukan akan menyebabkan air menjadi berwarna, memberi rasa
yang tidak enak dan dapat menimbulkan endapan pada pipa-pipa logam dan bahan

cucian serta dapat menyebabkan peralatan rumah tangga menjadi berkarat. Selain

itu, kelebihan kadar besi dalam tubuh juga dapat menimbulkan efek bagi

kesehatan seperti dapat menyebabkan gangguan pada pembuluh darah

Besi (Fe) adalah logam yang dihasilkan dari bijih besi, dan jarang dijumpai

dalam keadaan bebas. Untuk mendapatkan unsur besi (Fe), campuran lain mesti

dipisahkan melalui penguraian kimia. Besi digunakan dalam proses produksi

besibaja, yang bukan hanya unsur besi saja tetapi dalam bentuk alloy (campuran

beberapa logam dan bukan logam, terutama karbon). (Kumpulan Kacaribu, 2008)

1. Peranan Biologi Besi (Fe)

Besi dalam bentuk zat besi (Fe) amat penting bagi semua organisme,

kecuali bagi sebahagian kecil bakteri. kebanyakan disisipkan dengan stabil

dalam logam protein (metalloprotein), karena sekiranya terlepas atau dalam

keadaan bebas dapat menyebabkan terbentuk radikal bebas yang bi asanya

bersifat racun terhadap sel. Mengatakan bahwa besi (Fe) bergerak bebas

tidaklah dimaksudkan diangkut secara bebas dalam aliran darah, sebaliknya

besi (Fe) berikatan dengan hampir seluruh biomolekul – biomolekul seperti

membrane sel, asam nukleat, protein dan sebagainya (Kumpulan Kacaribu,

2008)

2. Kekurangan dan Kelebihan Zat Besi (Fe)

Besi (Fe) adalah komponen dari banyak enzim yang mempengaruhi

semua reaksi kimia penting dalam tubuh. Besi (Fe) juga merupakan komponen

hemoglobin, yang memungkinkan sel darah merah membawa dan mengangkut


oksigen ke jaringan tubuh. Makanan mengandung 2 jenis zat besi (Fe), yaitu:

zat besi (Fe) heme, yang banyak ditemukan pada makanan produk hewani, dan

zat besi non-heme (Fe), yang menyumbang lebih dari 85% zat besi (Fe) di

dalam tubuh. diet harian - hari. Heme lebih mudah diserap daripada non-heme.

Namun, bila dikonsumsi dengan protein hewani dan vitamin C, penyerapan

zat besi non-heme (Fe) meningkat. Kekurangan zat besi (Fe) adalah

kekurangan makanan yang paling umum di dunia, menyebabkan anemia pada

pria, wanita dan anak-anak.

a. Kekurangan zat besi (Fe)

Pendarahan yang mengakibatkan hilangnya zat besi (Fe) dalam

tubuh dapat menyebabkan defisiensi zat besi (Fe) dan harus ditangani

dengan suplementasi zat besi. Kekurangan zat besi (Fe) juga dapat

disebabkan oleh asupan makanan yang tidak mencukupi. Kekurangan ini

biasanya terjadi pada masa kehamilan karena ibu harus menyediakan zat

besi (Fe) dalam jumlah besar untuk pertumbuhan janin. Anemia akibat

kekurangan zat besi (Fe) juga dapat terjadi jika remaja putri yang sedang

berkembang dan mulai mengalami siklus menstruasi mengkonsumsi

makanan yang tidak mengandung daging. Anemia terjadi ketika

simpanan besi (Fe) dalam tubuh berkurang dan gejalanya adalah: pucat,

kuku berbentuk sendok, kelainan bentuk kuku yang terlihat tipis dan

membentuk cekung/alur, kelemahan dengan kekuatan otot yang

berkurang, perubahan perilaku kognitif. Diagnosis didasarkan pada gejala

dan hasil tes darah yang menunjukkan anemia yang ditandai dengan
kadar zat besi (Fe) dan feritin yang rendah (ferritin adalah protein yang

mengandung / menyimpan zat besi ( Fe )).

b. Kelebihan Zat Besi ( Fe)

Terlalu banyak zat besi (Fe) dapat menyebabkan keracunan yang

ditandai dengan muntah, diare, dan kerusakan usus. Besi (Fe) dapat

menumpuk di dalam tubuh: overdosis atau pengobatan berkepanjangan

dengan besi (Fe), transfusi darah berkali-kali, alkoholisme kronis.

Hemokromatosis, penyakit kelebihan zat besi (Fe) yang diturunkan yang

dapat berakibat fatal tetapi mudah diobati. (Nurcahyo, 2007).

Gejala biasanya muncul di usia paruh baya dan berkembang secara

tersembunyi dalam bentuk: kulit merah tembaga, sirosis, kanker hati,

diabetes, gagal jantung, yang dapat berkembang menjadi kematian

mendadak.(Kumpulan Kacaribu, 2008).

Gejala lainnya adalah arthritis, impotensi, infertilitas,

hipotiroidisme, kelelahan kronis. Tes darah dapat menunjukkan

kelebihan zat besi (Fe). Blooddietting merupakan pengobatan pilihan.

Diagnosa dan pengobatan dini memungkinkan penderita hidup sehat dan

berumur panjang (Nurcahyo, 2007).

3. Besi (Fe) dalam air

Besi dan mangan sering menjadi masalah dalam penyediaan air untuk

kebutuhan rumah tangga terutama kalau sumbernya adalah air tanah. Dalam

tanah besi (Fe) terdapat sebagai Fe 2 O3 atau sebagai FeS 2 yang sifatnya

sukar larut. Adakalanya terdapat sebagai FeCO 3 yang sukar larut. Namun
karena air tanah biasanya mengandung gas CO2 dalam jumlah cukup berarti

sebagai hasil proses peruraian bahan organik, maka sebagian FeCO3 yang

terdapat pada lapisan tanah menjadi larut melalui reaksi sebagai berikut ;

FeCO3 + CO2 + H2 O → Fe 2+ + 2HCO3- ( 3 )

Air yang tinggi kandungan besi (Fe)-nya bila bersentuhan dengan udara

menjadi keruh, berbau dan tidak menyenangkan untuk dikonsumsi tentunya

dengan alasan estetika. Kekeruhan dan warna kuning terbentuk karena

oksidasi besi (II) menjadi besi (III) berupa endapan koloid berwarna kuning.

Karena oksidasinya berlangsung perlahan terutama pada pH < 6 maka

pembentukan dan pengendapan Fe (OH) 3 atau Fe 2 O3 berlangsung sangat

lambat. Selain penampilan yang tidak menyenangkan, air yang tinggi

kandungan besi-nya mempunyai rasa tidak enak. Berdasarkan alasan ini

ditetapkan bahwa air untuk kebutuhan rumah tangga tidak mengandung lebih

dari 0,3 mg/l besi (Fe). Adanya unsur – unsur besi dalam air diperlukan untuk

memenuhi kebutuhan tubuh akan unsur tersebut. Zat besi (Fe) adalah unsur

yang penting untuk metabolisme tubuh dan pembentukan hemoglobin. Untuk

keperluan ini tubuh membutuhkan 7 – 35 mg unsur tersebut per hari.

Konsentrasi unsur besi (Fe) dalam air yang melebihi ± 2 mg/l akan

menimbulkan noda – noda pada peralatan dan bahan – bahan yang berwarna

putih. Adanya besi dapat pula menimbulkan bau dan warna dan kekeruhan

pada air minum.(Kumpulan Kacaribu, 2008)


F. Kerangka Teori

Berdasarkan uraian dalam tinjauan pustaka, maka dapat dijabarkan kerangka teori

mengenai

Depot Air Minum Isi Ulang (DAMIU)

Sistem Pengolahan Depot Air Minum Isi Ulang

FILTRASI
Saringan / Filtrasi
Saringan Karbon Aktif

DESINFEKSI
Ozonisasi
Ultraviolet (UV)
Reserved Osmosis (RO)
Fisik

PROSES E.coli
PENGISIAN Mikrobiologi
Kualitas Air Coliform
Pembilasan
Minum Isi Ulang
Pencucian
Pengisian air Kimiawi Besi (Fe)
Penutupan
Radioaktif
Keterangan
Variabel yang diteliti

Variabel yang tidak diteliti

Gambar 2.2 Kerangka Teori

G. Kerangka Konsep Penelitian

Kerangka konsep penelitian adalah kerangka hubungan antara konsep-

konsep yang ingin diamati atau diukur melalui penelitian-penelitian yang akan

dilakukan (Soekidjo Notoatmodjo, 2002)

Variabel Bebas Variabel Terikat


Kandungan Bakteri
Filtrasi (E.coli &Coliform)
Desinfeksi
Kandungan Besi (Fe)
Proses Pengisian

Gambar 2.3 Kerangka Konsep Penelitian

Keterangan

Variabel Bebas

Variabel Terikat

Arah Hubungan

a. Variabel Bebas (Independent Variable) adalah variabel yang berpengaruh atau

yang menyebabkan berubahnya variabel terikat, merupakan variabel yang

diutamakan dan dalam penelitian ini meliputi Filtrasi, Desinfeksi, Proses

Pengisian
b. Variabel Terikat (Dependent Variable) adalah angka variabel yang diduga

nilainya akan berubah karena adanya pengaruh variabel bebas, yang meliputi

1. Kandungan Bakteri Escherichia coli, yaitu jumlah kuman Escherichia coli

tiap 100 ml sampel air minum yang diperiksa dengan menggunakan

media compact dry EC

2. Kandungan Bakteri Coliform yaitu Total Coliform tiap 100 ml sampel air

minum yang diperiksa dengan menggunakan media compact dry CF

3. Kandungan Logam Berat Besi (Fe) yaitu jumlah Besi yang terkandung

dalam air minum menggunakan alat Photometer kandungan Fe 0,3 mg/l


H. Definisi Operasional dan Kriteria Objektif

Tabel 2.1 Defenisi Operasional dan Kriteria Objektif

Cara Ukur/ Alat


No Kriteria Objektif Skala Pengukuran
Variabel Defenisi Operasional Ukur
.

Ada atau tidak terdapatnya 1. Positif mengandung E.coli apabila Pemeriksaan Nominal
Kandungan Bakteri
1. coloni yang berwarna biru terdapat coloni bakteri berwarna biru Laboratorium 1. Positif
(Escherichia Coli)
pada bagian belakang plat 2. Negatif jika tidak terdapat coloni bakteri 2. Negatif
Ada atau tidak terdapatnya 1. Positif mengandung coliform apabila Pemeriksaan Nominal
Kandungan Bakteri coloni yang berwarna ungu terdapat coloni bakteri berwarna ungu Laboratorium 1. Positif
2.
Coliform pada bagian belakang plat 2. Negatif jika tidak terdapat coloni bakteri 2. Negatif
Rendah atau tingginya 1. Memenuhi syarat apabila kandungan Fe Pemeriksaan
Nominal
kadar besi (Fe) <=0,3 mg/l Laboratorium
1. Memenuhi
Kandungan Logam
3. 2. Tidak Memenuhi syarat apabila syarat
Berat Besi (Fe)
kandungan Fe > 0,3 mg/l 2. Tidak memenuhi
syarat
Berfungsi atau tidaknya 1. Memenuhi syarat apabila berfungsi Observasi dan Nominal
filtrasi, desinfeksi dan Filtrasi, desinfeksi dan proses pengisian wawancara 1. Memenuhi
4. Sistem Pengolahan proses pengisiannya 2. Tidak Memenuhi syarat apabila syarat
berfungsi Filtrasi, desinfeksi dan proses 2. Tidak memenuhi
pengisian syarat
BAB III

METODE PENELITIAN

A. Jenis Penelitian

Penelitian ini adalah penelitian kuantitatif dengan pendekatan deskriptif,

yaitu jenis penelitian yang digunakan untuk menganalisis data dengan cara

mendeskripsikan atau menggambarkan data yang telah terkumpul sebagaimana

adanya. Peneliti melakukan pengamatan (Survei) dan menguji kandungan Bakteri

E.coli, Coliform dan kandungan Besi (Fe) pada air minum isi ulang yang ada di

wilayah Kecamatan Tinggimoncong.

B. Lokasi dan Waktu Penelitian

Penelitian dilakukan di Kecamatan Tinggimoncong, adapun lokasi dan

waktu penelitiannya yaitu sebagai berikut:

1. Lokasi Penelitian

Penelitian ini dilakukan di 11 depot air minum isi ulang (DAMIU) yang

tersebar di 3 kelurahan di Kecamatan Tinggimoncong dan lokasi pengujian

sampel air minum di Laboratorium Kesehatan Lingkungan Puskesmas

Tinggimoncong

2. Waktu Penelitian

Penelitian dilakukan selama 1 Minggu yaitu pada bulan Agustus 2022


C. Populasi, Sampel dan Cara Penentuan Sampel

1. Populasi

Populasi adalah wilayah generalisasi yang terdiri dari objek dan subjek

dengan kualitas dan karakteristik tertentu yang ditetapkan oleh peneliti untuk

dipelajari kemudian ditarik kesimpulan (Sugiyono, 2008). Dalam penelitian ini

adalah depot air minum isi ulang yang berada di Kecamatan Tinggimoncong

yaitu sebanyak 11 Depot Air Minum Isi Ulang (DAMIU)

2. Sampel

Sampel adalah sebagian dari jumlah dan karakteristik yang dimiliki

populasi tersebut. Penentuan sampel dalam penelitian ini dilakukan dengan

menggunakan teknik Total sampling. Sampel yang diambil dalam penelitian ini

adalah total populasi yang berada di wilayah Kecamatan Tinggimoncong

sebanyak 11 depot air minum isi ulang (DAMIU).

3. Penentuan Sampel

Total sampling adalah tekhnik pengambilan sampel dimana jumlah sampel

sama dengan populasi.

4. Cara Pemeriksaan Sampel

a. E.coli

1) Alat dan bahan

a) Pipet steril

b) Compact dry CF

c) Inkubator

d) Rak tabung
2) Proses pemeriksaan

a) Buka penutup aluminium foil, dan ambil satu plat yang akan

digunakan

b) Buka penutup plat dengan perlahan

c) Ambil sampel air minum 1 ml dengan menggunakan pipet steril dan

segera teteskan kedalam plat (jangan terlalu lama supaya tidak ada

kontaminan dari udara)

d) Pasang Kembali tuutpnya dan beri label pada plat dengan informasi

yang sesuai

e) Letakkan plat kedalam incubator dalam posisi terbalik dengan media

diatas, dan inkubasikan pada suhu 350C selama 24 jam

f) Hitung koloni yang berwarna biru pada bagian belakang plat untuk

menghitung CFU/ml

b. Coliform

1) Alat dan bahan

a) Pipet steril

b) Compact dry CF

c) Inkubator

d) Rak tabung

2) Proses pemeriksaan

a) Buka penutup aluminium foil, dan ambil satu plat yang akan

digunakan

b) Buka penutup plat dengan perlahan


c) Ambil sampel air minum 1 ml dengan menggunakan pipet steril

dan segera teteskan kedalam plat (jangan terlalu lama supaya

tidakn ada kontaminan dari udara)

d) Pasang Kembali tuutpnya dan beri label pada plat dengan

informasi yang sesuai

e) Letakkan plat kedalam incubator dalam posisi terbalik dengan

media diatas, dan inkubasikan pada suhu 350C selama 24 jam

f) Hitung koloni yang berwarna ungu

c. Besi

1) Alat dan bahan

a) Fotometer

b) Tablet Iron HR

c) Batang pengaduk

d) Tabung reaksi 10 ml

2) Proses pemeriksaan

a) Masukkan sampel 10 ml kedalam tabung reaksi

b) Tambahkan 1 tablet perekasi Iron HR. hancurkan terlebih dahulu

dan aduh hingga larut

c) Tunggu selama 1 menit untuk mendapatkan perubahan warna

d) Nyalakan fotometer dan pilih Phot 19 kemudian tekan tombol Ok,

jika pada layer LCD fotometer muncul dialog Insert Blank

e) Masukkan blangko yang berwarna jernih kemudian letakkan pada

tube fotometer untuk melakukan blanking


f) Letakkan sampel yang tercampur dengan reagent tersebut kedalam

tube fotometer jika telah diletakkan maka tekan tombol OK untuk

memulai pembacaannya

g) Layar LCD fotometer akan menampilkan hasil mg/l Fe

D. Instrumen Penelitian

Instrumen penelitian adalah alat atau fasilitas yang digunakan oleh peneliti

dalam mengumpulkan data agar pekerjaannya lebih mudah dan hasilnya lebih

baik, dalam arti lebih akurat, lengkap dan sistematis sehingga lebih mudah diolah

(Suharsimi, 2002). Instrumen yang digunakan dalam penelitian yaitu sebagai

berikut:

1. Uji Laboratorium

Uji laboratorium adalah proses penelitian untuk mengetahui sesuatu

kandungan atas apa yang akan diteliti dengan berbagai metode menggunakan

fasilitas laboratorium

2. Wawancara

Wawancara merupakan suatu teknik untuk memperoleh informasi

responden. Wawancara dilakukan saat pengumpulan data menggunakan

kuesioner maupun observasi terkait semua variabel independen

3. Lembar Observasi

Lembar observasi merupakan media penilaian yang dilakukan dengan cara

pengamatan langsung ke depot air minum isi ulang. Lembar observasi ini

digunakan untuk menilai sistem pengolahan air minum isi ulang


E. Teknik Pengumpulan Data

Pengumpulan data dilakukan dengan menggunakan lembar observasi,

wawancara terhadap pemilik dan karyawan depot air minum dan pengambilan

sampel air minum secara Bakteriologis dan Kimiawi oleh peneliti di 3 kelurahan

di 11 Depot Air Minum Isi Ulang (DAMIU)

F. Teknik Pengolahan dan Penyajian Data

Pengolahan data dilakukan dengan menggunakan perangkat komputer mulai

dari editing, coding, entry, dan tabulating.

1. Editing merupakan kegiatan yang dilaksanakan setelah peneliti selesai

mengumpulkan data di lapangan untuk mengoreksi kesalahan-kesalahan

dalam pengambilan data. Memeriksa kelengkapan, kejelasan makna jawaban,

maupun kesalahan antar jawaban pada kuesioner.

2. Coding merupakan suatu tahap pengklarifikasikan data yang telah diedit

kemudian diberi identitas atau kode sehingga memudahkan proses pengolahan

data dan memiliki arti tertentu pada saat dianalisis.

3. Entry merupakan kegiatan memasukkan data untuk diolah menggunakan

komputer.

4. Tabulating merupakan kegiatan mengelompokkan data sesuai variabel yang

akan diteliti guna memudahkan analisis data.

G. Teknik Analisis Data

Data yang telah dianalisis akan disajikan dalam bentuk tabel dan dianalisa

secara deskriptif pada pembahasan hasil penelitian untuk menggambarkan

karakteristik sampel untuk mengetahui kandungan E.coli, Coliform dan Besi (Fe)
pada air minum isi ulang kemudian disimpulkan aman tidaknya untuk

dikonsumsi, disesuaikan dengan Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia

Nomor 492/MENKES/PER/IV/2010 tentang Persyaratan Kualitas Air Minum

BAB IV
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
A. Hasil Penelitian

1. Gambaran Umum Lokasi dan Profil Penelitian

Kecamatan Tinggimoncong merupakan salah satu destinasi wisata yang

cukup terkenal di Sulawesi Selatan dan banyak dikunjungi wisatawan seperti

wisatawan domestik dan mancanegara. Objek wisata yang dapat dinikmati

yaitu wisata air terjun, wisata kebun teh dan stroberi, wisata alam pohon pinus.

Mengingat wilayahnya yang memiliki udara dingin menjadi ciri khas kota

Malino. Kecamatan Tinggimoncong 1050 mdpl dengan curah hujan tahunan

rata-rata adalah 135 hari dari permukaan laut ke 160 hari. Wilayah kerja

Kecamatan Tinggimoncong adalah 142,873 kilometer persegi terbatas:

a. Sebelah Utara berbatasan dengan Kabupaten Maros.

b. Sebelah Timur berbatasan dengan Kecamatan Tombolo Pao.

c. Sebelah Selatan berbatasan dengan Kecamatan Parigi.

d. Sebelah Barat berbatasan dengan Kecamatan Parangloe.

Selain karena faktor topografi yang menyebabkan sulitnya alur transportasi

masyarakat terutama pada musim penghujan, faktor jarak dari tempat tinggal ke

Puskesmas yang rata-rata cukup jauh sehingga hal tersebut bisa mempengaruhi

pencarian pelayanan kesehatan secepat mungkin. Sebagian besar wilayah kerja

di Kecamatan Tinggimoncong berada di daerah pegunungan atau lereng, dan


kondisi tanah umumnya berbatu. Kondisi jalan, terutama jalan poros dan

sebagian jalan poros desa sudah diaspal. Namun, di beberapa desa jalan poros

tidak diaspal sama sekali, dan transportasi masyarakat sangat sulit, terutama di

musim hujan

2. Hasil Penelitian

Wawancara yang dilakukan oleh peneliti dari 11 pemilik dan karyawan

depot air minum isi ulang yang menjadi responden. Setelah diwawancara

mengenai cara penggunaan dan pemeliharaan alat dan bahan yang digunakan

untuk produksi air minum yaitu masih kurang pengetahuan tentang cara

penggunaan, pemeliharaan dan belum mengetahui dampak yang ditimbulkan

apabila kualitas air minum tersebut tidak memenuhi syarat, sehingga hal

tersebut dipengaruhi oleh faktor pendidikan karena dari hasil wawancara banyak

berpendidikan rendah SD,SMP dan SMA. Dan Adapun hasil observasi disajikan

dalam bentuk tabel sebagai berikut

a. Hasil Observasi Filtasi (Sistem Pengolahan) Pada Air Minum Isi

Ulang di Kecamatan Tinggimoncong

Tabel 4.1
Hasil Observasi Filtasi (Sistem Pengolahan) Pada Air Minum Isi Ulang
di Kecamatan Tinggimoncong

Hasil Observasi
No Depot Air Minum Tidak Keterangan
Berfungsi
berfungsi
1 A √ Memenuhi Syarat
2 B √ Memenuhi Syarat
3 C √ Memenuhi Syarat
4 D √ Memenuhi Syarat
5 E √ Memenuhi Syarat
6 F √ Memenuhi Syarat
7 G √ Memenuhi Syarat
8 H √ Memenuhi Syarat
9 I √ Memenuhi Syarat
10 J √ Memenuhi Syarat
11 K √ Memenuhi Syarat
Sumber : Data Primer 2022

Berdasarkan tabel 4.1 yaitu hasil observasi pada sarana filtrasi pada

sistem pengolahan yang dilakukan penguji menunjukkan bahwa 3 DAMIU

sarana filtrasi tidak berfungsi dan 8 DAMIU sarana filtrasinya yang

berfungsi dengan baik.

b. Hasil Observasi Desinfeksi (Sistem Pengolahan) Pada Air Minum

Isi Ulang di Kecamatan Tinggimoncong

Tabel 4.2
Hasil Observasi Desinfeksi (Sistem Pengolahan) Pada Air Minum Isi Ulang
di Kecamatan Tinggimoncong

Hasil Observasi
Depot Air
No Tidak Keterangan
Minum Berfungsi
Berfungsi
1 A √ Memenuhi Syarat
2 B √ Tidak Memenuhi Syarat
3 C √ Tidak Memenuhi Syarat
4 D √ Tidak Memenuhi Syarat
5 E √ Tidak Memenuhi Syarat
6 F √ Memenuhi Syarat
7 G √ Memenuhi Syarat
8 H √ Memenuhi Syarat
9 I √ Memenuhi Syarat
10 J √ Memenuhi Syarat
11 K √ Memenuhi Syarat
Sumber : Data Primer 2022

Berdasarkan tabel 4.2 yaitu hasil observasi desinfeksi pada sistem

pengolahan yang dilakukan penguji menunjukkan bahwa 4 DAMIU tidak

berfungsi sarana desinfeksinya dan 7 DAMIU berfungsi dengan baik.


c. Hasil Observasi Proses Pengisian (Sistem Pengolahan) Pada Air

Minum Isi Ulang di Kecamatan Tinggimoncong

Tabel 4.3
Hasil Observasi Proses Pengisian (Sistem Pengolahan) Pada Air Minum Isi
Ulang di Kecamatan Tinggimoncong

No Depot air Proses Pengisian Keterangan


Minum Pembilasan Pencucian Pengisian air Penutupan

1 A √ √ √ √ Memenuhi syarat
2 B √ √ √ √ Memenuhi syarat
3 C √ √ √ √ Memenuhi syarat
4 D √ √ √ √ Memenuhi syarat
5 E √ √ √ √ Memenuhi syarat
Tidak memenuhi
6 F √ √ - √
syarat
Tidak memenuhi
7 G √ √ - √
syarat
Tidak memenuhi
8 H √ √ - √
syarat
9 I √ √ √ √ Memenuhi syarat
10 J √ √ √ √ Memenuhi syarat
11 K √ √ √ √ Memenuhi syarat

Sumber : Data Primer 2022

Berdasarkan tabel 4.3 yaitu hasil observasi Proses pengisian pada

sistem pengolahan yang dilakukan penguji menunjukkan bahwa 3 DAMIU

tidak melakukan sesuai prosedur pengisian air dan 8 DAMIU menerapkan

Langkah Langkah proses pengisian sesuai prosedur.


Penelitian ini dilakukan di Laboratorium Kesehatan Lingkungan

Puskesmas Tinggimoncong pada tanggal 12 Agustus 2022. Penelitian ini

menggunakan air minum yang berasal dari 11 depot air minum yang tersebar

di Kecamatan Tinggimoncong sebagai sampel penelitian yang menggunakan

air baku dari Mata air dan PDAM. Penelitian dilakukan dengan mengambil

sampel air yang telah diolah dan disiapkan untuk didistribusikan ke konsumen,

kemudian dilakukan pemerikasaan uji keberadaan bakteri E.coli, Coliform dan

Besi (Fe). Adapun hasil pemeriksaan dapat disajikan dalam bentuk tabel

sebagai berikut:

d. Hasil Pemeriksaan E.coli Pada Air Minum Isi Ulang di Kecamatan

Tinggimoncong

Tabel 4.4
Hasil Pemeriksaan E.coli Pada Air Minum Isi Ulang
di Kecamatan Tinggimoncong
Kandungan E.coli
No Sampel Keterangan
Positif Negatif
1. A √ Memenuhi syarat
2. B √ Memenuhi syarat
3. C √ Memenuhi syarat
4. D √ Memenuhi syarat
5. E √ Memenuhi syarat
6. F √ Memenuhi syarat
7. G √ Memenuhi syarat
8. H √ Memenuhi syarat
9. I √ Memenuhi syarat
10. J √ Memenuhi syarat
11. K √ Memenuhi syarat

Sumber : Data Primer 2022

Berdasarkan tabel 4.4 tentang hasil di laboratorium dengan

menggunakan uji kualitatif yang dilakukan peneliti menunjukkan bahwa dari


11 depot air minum yang berada di Kecamatan Tinggimoncong semua

negatif mengandung bakteri E.coli

e. Hasil Pemeriksaan Coliform Pada Air Minum Isi Ulang di

Kecamatan Tinggimoncong

Tabel 4.5
Hasil Pemeriksaan Coliform Pada Air Minum Isi Ulang
di Kecamatan Tinggimoncong

Kandungan Coliform
No Sampel Keterangan
Positif Negatif
1. A √ Memenuhi Syarat
2. B √ Tidak Memenuhi Syarat
3. C √ Tidak Memenuhi Syarat
4. D √ Tidak Memenuhi Syarat
5. E √ Tidak Memenuhi Syarat
6. F √ Tidak Memenuhi Syarat
7. G √ Tidak Memenuhi Syarat
8. H √ Tidak Memenuhi Syarat
9. I √ Memenuhi Syarat
10. J √ Memenuhi Syarat
11. K √ Memenuhi Syarat
Sumber : Data Primer 2022

Berdasarkan tabel 4.2 tentang hasil di laboratorium dengan

menggunakan uji kualitatif yang dilakukan peneliti menunjukkan bahwa dari

11 depot air minum yang berada di kecamatan Tinggimoncong 7 sampel air

minum mengandung bakteri coliform dan 4 sampel air minum tidak

mengandung coliform.
f. Hasil Pemeriksaan Besi Pada Air Minum Isi Ulang di Kecamatan

Tinggimoncong

Tabel 4.6
Hasil Pemeriksaan Besi Pada Air Minum Isi Ulang
di Kecamatan Tinggimoncong
Kadar yang
No Sampel Hasil Keterangan
diperbolehkan
1. A 0,01 mg/l Memenuhi Syarat
2. B 0,07 mg/l Memenuhi Syarat
3. C 0,03 mg/l Memenuhi Syarat
4. D 0,01 mg/l Memenuhi Syarat
5. E 0,05 mg/l Memenuhi Syarat
6. F 0,1 mg/l 0,3 mg/l Memenuhi Syarat
7. G 0,2 mg/l Memenuhi Syarat
8. H 0,09 mg/l Memenuhi Syarat
9. I 0,04 mg/l Memenuhi Syarat
10. J 0,04 mg/l Memenuhi Syarat
11. K 0,05 mg/l Memenuhi Syarat
Sumber : Data Primer 2022

Berdasarkan tabel 4.3 tentang hasil di laboratorium dengan

menggunakan uji kualitatif yang dilakukan peneliti menunjukkan bahwa dari

11 depot air minum yang berada di kecamatan Tinggimoncong, 11 sampel

mengandung Besi yang >0,3mg/l yaitu sesuai kadar yang diperbolehkan

B. Pembahasan Hasil Penelitian

Berdasarkan hasil wawancara dan observasi, maka pada Pada tabel 4.1 Hasil

Observasi Filtasi (Sistem Pengolahan) di 11 depot air minum isi ulang air yang

melalui proses filtrasi yang terdiri dari saringan yang terbuat dari pasir atau bahan
lain yang efektif dengan fungsi yang sama, bahan yang digunakan minimal 80%

partikel silika yang fungsinya untuk menyaring partikel kasar. Filter karbon aktif

dari batok kelapa yang berfungsi sebagai penyerap bau, rasa, warna, sisa klorin

dan organik. Filter terakhir adalah filter halus dengan ukuran maksimal 10

mikron, diperoleh hasil observasi 3 DAMIU (F,G,H) tidak berfungsi dengan baik

filtrasinya hal ini dikarenakan jarangnya pemilik dan karyawan mengganti dan

merawat bahan dan saringan air di depot tersebut. Dan pada tabel 4.2 Hasil

Observasi desinfeksi (Sistem Pengolahan) proses ini dilakukan dengan Ozonisasi

dan sinar UV di 11 depot air minum isi ulang setelah diobservasi 7 DAMIU

dengan sarana desinfeksi berfungsi dengan baik dan 4 DAMIU (B,C,D,E) sarana

desinfeksi tidak berfungsi dengan baik / rusaknya alat desinfeksi yang ditandai

dengan air yang keluar setelah proses pengisian tidak panas dan lampu UV juga

tidak mengeluarkan sinar dan terakhir dirawat beberapa tahun yang lalu.

Pada tabel 4.3 hasil observasi pada proses pengisian di 11 DAMIU sesuai

prosedur mulai dari pembilasan sampai penutupan sesuai hasil observasi terhadap

DAMIU dan Hasil wawancara dengan pemilik dan karyawan depot air minum

yang menjelaskan proses pengolahan air minum isi ulang yang melalui beberapa

tahap hingga air minum tersebut siap didistribusikan ke konsumen yang sebelum

air diolah, air baku ditampung didalam tangka penampungan yang tara pangan

yaitu tanpa bahan yang akan mencemari air, peneliti mendapati 3 depot air

minum yaitu DAMIU (F,G,H) pemilik dan karyawannya menggunakan selang

pada proses pengisian air ke wadah (galon), hal itu dikarenakan tingginya

permintaan air ke konsumen sehingga karyawan merasa capek dan mengambil


langkah menggunakan selang, dan karyawan tersebut tidak mengetahui tata cara

dan bahaya pada penggunaan selang tersebut.

Dan dari hasil observasi dan wawancara, hal itu sangat berhubungan dengan

hasil uji laboratorium yang telah dilakukan di Laboratorium Kesehatan

Lingkungan Puskesmas Tinggimoncong Pada 11 Air Minum Isi Ulang Di

Kecamatan Tinggimoncong dan pada parameter Mikrobiologi yaitu E.coli dan

coliform dan pada kimiawi yaitu Besi (Fe) yang mengacu pada Permenkes

492/MENKES/PER/IV/2010 tentang Persyaratan Kualitas Air Minum. Dan hasil

pemeriksaan air minum tersebut yaitu Pada table 4.1 didapatkan hasil semua

sampel air minum isi ulang tidak mengandung bakteri E.coli setelah dilakukan

pemeriksaan dengan masa inkubasi selama 2x24 jam dengan suhu 35-37 0C. dan

pada tabel 4.2 dengan parameter Coliform setelah dilakukan inkubasi selama 2x24

jam maka dari 11 sampel depot air minum 4 sampel air minum tidak mengandung

Bakteri Coliform sedangkan 7 sampel air minum positif mengandung coliform

yang ditandai dengan terdapatnya coloni bakteri berwarna ungu pada plat

Compact dry CF. Dan pada tabel 4.3 hasil pemeriksaan besi (Fe) menggunakan

alat photometer 11 sampel depot air minum mengandung sesuai kadar yang

diperbolehkan <0,3 mg/l. Sehingga dari hasil yang di dapat menunjukkan bahwa

kualitas air minum pada 7 depot air minum isi ulang yang ada di Kecamatan

Tinggimoncong kualitas air minumnya terhindar dari cemaran fisik dan kimia,

namun tidak terhindar dari cemaran biologi. Maka, dapat disimpulkan bahwa

depot air minum tersebut tidak memenuhi syarat kesehatan sedangkan 4 Depot air

minum isi ulang terhindar dari cemaran fisik, biologi dan kimia sehingga aman
dikomsumsi untuk masyarakat tinggimoncong dan pada 7 depot air minum yang

tidak memenuhi syarat, Hal tersebut dimungkinkan karena adanya beberapa hal,

yaitu, dimana proses proses pengolahan seperti filtrasi, alat desifeksi tidak

berfungsi dengan baik dan proses pengisian air yang tidak sesuai dengan prosedur

yang seharusnya. Misalnya pada proses filtrasi 3 depot air minum jarang

mengganti filter yang digunakan, dan pada proses pengisian air menggunakan

selang dan pada proses desinfeksi 4 depot air minum tersebut tidak berfungsi alat

desifeksi yang menggunakan ozonisasi atau menggunakan UV (Ultra Violet)

sehingga dalam kenyataannya Coliform masih belum dapat dihilangkan dari air

minum yang telah diolah tersebut, dan dalam proses pengolahan tidak dilakukan

dengan baik, dan peralatan yang digunakan masih belum memenuhi syarat karena

pemeliharaan peralatan yang digunakan masih kurang baik. Ada beberapa faktor

yang dapat menyebabkan adanya kandungan bakteri dalam air minum, antara lain

terjadi pencemaran pada saat pengolahan atau proses pengolahan (filtrasi dan

desinfeksi) yang kurang sempurna.

Sebagaimana diketahui bahwa air berperan penting sebagai media penularan

penyakit karena merupakan media yang baik untuk bersarang dan berkembangnya

vektor penyakit. Penggunaan air di bawah standar, terutama dalam hal kualitas

bakteri, dapat menyebabkan masalah kesehatan. Masalah kesehatan tersebut dapat

berupa penyakit menular maupun tidak menular. Penyakit menular yang

ditularkan langsung melalui air disebut penyakit yang ditularkan melalui air.

Air minum adalah air yang higienis dan siap untuk diminum, baik yang

sudah diolah maupun yang belum diolah sesuai dengan Peraturan Menteri
Kesehatan Republik Indonesia No. 492/MENKES/PER/IV/2010 tentang

persyaratan air minum. Air minum yang ideal harus jernih, tidak berwarna, tidak

berasa dan tidak berasa. Air minum juga tidak boleh mengandung bakteri patogen

dan semua organisme yang membahayakan kesehatan manusia. Hal ini

menunjukkan bahwa air yang dihasilkan DAMIU tidak layak untuk diminum

langsung. Bahkan saat ini, sistem kekebalan tubuh masih reseptif dan memperkuat

tubuh terhadap penyakit. Namun, dalam beberapa kasus, sistem kekebalan tubuh

yang lemah dan cemaran yang bisa berbahaya bagi tubuh kita.
BAB V

PENUTUP

A. Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan dapat disimpulkan sebagai berikut:

1. Hasil uji laboratorium yang telah dilakukan di Laboratorium Kesehatan

Lingkungan Puskesmas Tinggimoncong dari 11 sampel air minum tidak

memiliki kandungan bakteri E.coli

2. Hasil uji laboratorium yang telah dilakukan di Laboratorium Kesehatan

Lingkungan Puskesmas Tinggimoncong dari 11 sampel air minum 7 sampel

mengandung Bakteri Coliform

3. Hasil uji laboratorium yang telah dilakukan di Laboratorium Kesehatan

Lingkungan Puskesmas Tinggimoncong dari 11 sampel air minum

mengandung Besi (Fe) yang sesuai kadar yang diperbolehkan yaitu <0,3 mg/l

4. Hasil Observasi pada depot air minum isi ulang di kecamatan tinggimoncong

pada proses pengolahan yaitu filtrasi pada 3 DAMIU tidak berfungsi,

desinfeksi pada 4 DAMIU tidak berfungsi dan pada proses pengisian 3

DAMIU tidak melaksanakan sesuai prosedur.

B. Saran
1) Bagi Pemilik dan karyawan DAMIU agar selalu mengikuti prosedur

yang telah ditetapkan dan selalu melakukan pemeriksaan air minum di

laboratorium Kesehatan

2) Bagi Pihak Dinas Kesehatan Kabupaten Gowa & Puskesmas

Tinggimoncong untuk lebih meningkatkan pengawasan kualitas air

minum yang tersebar di Kecamatan tinggimoncong agar masyarakat

terhindar dari penyakit yang disebabkan oleh air minum

3) Bagi Konsumen sebaiknya berhati hati dalam memilih Depot air minum

isi ulang demi keamanan dan kesehatan sebelum di konsumsi dan di

masak terlebih dahulu karena kontaminasi bisa saja terjadi mulai dari

proses pengambilan air baku, pengolahan dan pengemasan / pengisian

dalam galon

Anda mungkin juga menyukai