Anda di halaman 1dari 17

Uji Kualitas Air Minum Isi Ulang Dengan Parameter

Mikrobiologi Di Kabupaten Pohuwato


Refill Drinking Water Quality Test With
Microbiological Parameter In Pohuwato
Srinengsi DJ Ali
Universitas Gorontalo
ABSTRACT

Refill Drinking Water Depot (DAMIU) is an industrial business that processes


raw water into drinking water that is ready for consumption by the public. to
determine the quality of refill drinking water with bacteriological parameters.
This research is a quantitative descriptive study with an observational method
through sample testing in the laboratory. The population in this study were all
refill drinking water depots in Pohuwato Regency totaling 104 refill drinking
water depots with a total sample of 82 depots using accidental sampling
technique. The research instrument used in this study was a filling sheet and
using a compact dry tool. The analysis used in this research is univariate
analysis. there were e-coli bacteria content in 4 samples of refill drinking water
depots in Pohuwato Regency, namely at 1 depot in Popayato Timur, 1 depot in
Wonggarasi II, 1 depot in Peka II and 1 depot in Duhiadaa and contained
coliform bacteria in 3 samples refill drinking water depots in Pohuwato District,
namely at 1 depot in Wonggarasi II, 1 depot in Peka II and 1 depot in Duhiadaa.
Keywords: Coliform, DAMIU, E-coli, Water quality

ABSTRAK

Depot Air Minum isi ulang (DAMIU) merupakan suatu usaha industri yang
melakukan proses pengolahan air baku menjadi air minum yang siap untuk
dikomsumsi oleh masyarakat. Kualitas air minum isi ulang secara mikrobiologi
sampai saat ini masih diragukan karena bisa saja dapat tercemar oleh bakteri.
adanya bakteri coliform dan e coli dalam suatu makanan dan minuman
menunjukkan adanya mikroba yang berbahaya bagi tubuh apabila dikomsumsi.
untuk mengetahui kualitas air minum isi ulang dengan parameter bakteriologi.
Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif kuantitatif dengan metode
observasional melalui pengujian sampel di laboratorium. Populasi yaitu seluruh
depot air minum isi ulang yang berada di Kabupaten Pohuwato berjumlah 104
depot dengan jumlah sampel sebanyak 82 depot menggunakan teknik sampling
accidental sampling. Instrumen yang digunakan adalah lembar isian dan
menggunakan alat compact dry. Analisis yang digunakan adalah analisis
univariat. Hasil penelitian menunjukkan bahwa Terdapat kandungan bakteri e-
coli pada 4 sampel depot air minum isi ulang di Kabupaten Pohuwato yaitu pada
1 depot di Popayato Timur, 1 depot di Wonggarasi II, 1 depot di Peka II dan 1
depot Duhiadaa serta terdapat kandungan bakteri coliform pada 3 sampel depot
air minum isi ulang di Kabupaten Pohuwato yaitu pada 1 depot di Wonggarasi
II, 1 depot di Peka II dan 1 depot Duhiadaa.

Kata Kunci : Coliform, DAMIU, E-coli, Kualitas air

1
PENDAHULUAN
Pencemaran air didefinisikan sebagai pencemaran air secara alami
oleh zat-zat yang dihasilkan oleh aktivitas manusia yang menyebabkan
variasi karakter biologi, kimia, atau fisik. Pencemaran air dapat merusak
aliran sungai, akuifer, danau, laut dan berbagai badan air, yang
menyebabkan penurunan kualitas air. Karena pencemaran air, biosfer
organisme dan tanaman terhambat. Ini tidak hanya merusak spesies
dan penghuni tertentu, tetapi juga komunitas biologis alami. Secara
bertahap pada pencemaran tumbuhan dengan kecepatan yang
mengerikan. Jadi, kehidupan hewan dan manusia menjadi lebih buruk.
Saat ini, pemantauan air permukaan merupakan aspek kritis yang
sangat mendesak karena air semakin tercemar karena penggunaan
bahan kimia secara masif dalam kehidupan sehari-hari, polusi pertanian
dan industri. Oleh karena itu mengamati kualitas air permukaan sangat
penting dalam menilai penyimpanan air permukaan (Kasman, Marhadi &
Azwar, 2022).
Menurut perhitungan WHO di Negara-negara maju tiap orang
memerlukan air antara 60-120 liter per hari, sedangkan di Negara-
negara berkembang, termasuk Indonesia tiap orang memerlukan air
antara 30-60 liter per hari. Pada tahun 2014 penggunaan air bersih di
Indonesia yaitu 3,032 miliar. Berdasarkan data Kemenkes RI tahun
2019, sebanyak 33,4 juta penduduk di Indonesia masih mengalami
kekurangan air bersih dan 99,7 juta jiwa kekurangan akses untuk ke
fasilitas sanitasi yang baik. Capaian akses air bersih yang layak saat ini
di Indonesia hanya mencapai 72,55 persen. Angka ini masih di bawah
target Sustainable Development Goals (SDGs) yakni sebesar 100 persen
(Azhar, 2021).
World Health Organization (WHO) tahun 2012 menyebutkan bahwa
volume kebutuhan air bersih bagi penduduk rata-rata di dunia berbeda.
Kebutuhan air di negara maju lebih kurang 500 liter/orang/hari dan di
daerah pendesaan hanya 60 liter/orang/hari. Sejalan dengan kemajuan
dan peningktan taraf kehidupan, maka jumlah penyediaan air selalu
meningkatkan untuk setiap saat (Rosmini dkk., 2022).
Air merupakan kebutuhan vital bagi setiap makhuk hidup.
Komponen penyusunan tubuh manusia tersusun atas molekul air.
Kebutuhan masyarakat atas jumlah air berbeda untuk setiap lokasi dan
tingkat kehidupan ekonomi masyarakat. Semakin tinggi taraf kehidupan
maka semakin tinggi pula jumlah air yang dibutuhkan dalam
kehidupan, air berfungsi untuk metabolisme, mengangkut zat-zat
makanan dalam tubuh, mengatur kesetimbangan suhu tubuh serta
untuk membantu proses pencernaan.Tingginyatingkat pencemaran
mengakibatkan terkontaminansinya air sumur baik kontaminasi oleh
mikrobamaupun logam berat sehingga sebelum dikonsumsi harus diolah
untuk menghilangkan bahan kontaminan sampai tingkat yang aman. Air
merupakan zat yang paling penting dalam kehidupan setelah udara. Tiga
perempatan bagian tubuh manusia terdiri dari air. Manusia tidak dapat

2
bertahan hidup lebih dari 4-5 hari tanpa air minum (Putri, 2020).Seiring
dengan meningkatnya kebutuhan air, terutama untuk konsumsi,
mendorong munculnya berbagai usaha air minum. Air minum adalah air
yang melalui proses pengolahan atau tanpa proses pengolahan yang
memenuhi syarat kesehatan dan dapat langsung diminum. Air untuk
minum tentu saja harus memiliki kualitas yang lebih baik daripada air
yang digunakan untuk keperluan lain (Ratna, Muhammad & Purnama,
2022).
Keberadaan air menjadi sangat penting karena beragam manfaatnya
dapat mempengaruhi sejumlah aktifitas vital yang dilakukan oleh
manusia untuk bertahan hidup. Pentingnya kegunaan sehari-hari bagi
manusia tentunya akan diimbangi dengan penyediaan sumber air yang
dapat menyediakan air baik dari segi kualitas maupun kuantitas. Seiring
dengan peningkatan taraf kehidupan, maka jumlah penyediaan air akan
selalu meningkat. Disini lain, sumber air yang digunakan seperti air
tanah dan air permukaan mulai banyak tercemar oleh berbagai buangan
limbah hasil industri ataupun limbah rumah tangga yang ada di sekitar
sumber air sehingga banyak bermunculan usaha depot air minum isi
ulang (DAMIU) dan Depot Air Minum untuk memenuhi akan kebutuhan
air minum bagi masyarakat (Tominik, Haiti & Hutabarat, 2018).
Diantara kegunaan-kegunaan air tersebut yang sangat penting
adalah kebutuhan untuk minum. Oleh karena itu, air harus mempunyai
persyaratan khusus agar air tersebut tidak menimbulkan penyakit pada
manusia. Kebutuhan masyarakat akan air minum yang terus meningkat
seiring dengan pertumbuhan penduduk tidak diimbangi dengan
ketersediaan air bersih yang ada. Salah satu penyebabnya adalah
pencemaran air tanah yang semakin parah himgga saat ini. Oleh karena
itu, air tanah tidak lagi aman untuk dijadikan bahan baku untuk air
minum. Pemenuhan kebutuhan akan air minum masyarakat saat ini
sangat bervariasi. Di kota besar, dalam hal pemenuhan kebutuhan air
minum masyarakat juga mengonsumsi air minum dalam kemasan
(AMDK) karena praktis dan dianggap lebih higenis. AMDK diproduksi
oleh industri melalui proses otomatis dan disertai dengan pengujian
kualitas sebelum diedarkan ke masyarakat. Beberapa tahun terakhir ini
masyarakat merasa bahwa AMDK semakin mahal sehingga mencari
alternatif lain yaitu air minum isi ulang (AMIU) yang diproduksi oleh
depot air minum isi ulang (DAMIU). Kecenderungan masyarakat untuk
mengonsumsi air minum siap pakai sangat besar sehingga usaha
pengisian air minum berkembang sangat pesat (Hayu & Mairizki, 2018).
Depot Air Minum isi ulang (DAMIU) merupakan suatu usaha industri
yang melakukan proses pengolahan air baku menjadi air minum yang
siap untuk dikomsumsi oleh masyarakat. Kebutuhan air minum yang
bersih dan layak konsumsi dari waktu ke waktu jumlahnya semakin
meningkat seiring dengan bertambahnya jumlahnya penduduk. Air
minum isi ulang harganya sepertiga lebih murah dari pada air minum
dalam kemasan yang bermerek, sehingga dengan alasan tersebut

3
masyarakat lebih memilih membeli air minum isi ulang. Kualitas air
minum isi ulang secara mikrobiologi sampai saat ini masih diragukan
karena bisa saja dapat tercemar oleh bakteri. adanya bakteri Coliform
dalam suatu makanan dan minuman menunjukan adanya mikroba yang
bersifat enteropatogenik atau toksigenik yag berbahaya bagi tubuh
apabila dikomsumsi. Apabila ditemukan bakteri Coliform di dalam air,
maka kemungkinan besar air tersebut telah terkontaminasi oleh tinja
layak untuk dikomsumsi (Monita, Sari & Nurhayati, 2021).
Air minum yang diproduksi oleh industri besar maupun oleh depot-
depot air minum isi ulang (DAMIU) harus memenuhi persyaratan air
minum yang diatur dalam Peraturan Mentri Kesehatan Republik
Indonesia No.492/Menkes/Per/IV/2010 tentang persyaratan kualitas air
minum. Persyaratan air minum tersebut meliputi persyaratan
bakteriologi, Kimiawi, Fisik, dan Radiologi (Pentury & Nendissa, 2020)
Sebagai penyedia air minum, depot air minum isi ulang harus
memenuhi standar sanitasi higiene dan kualitas air yang memenuhi
syarat, salah satunya adalah kualitas air harus memenuhi standar
mikrobiologis. Kualitas air produksi depot air minum isi ulang (AMIU)
dengan bertambahnya jumlah penduduk semakin menurun, dengan
permasalahan secara umum antara lain pada peralatan depot air minum
isi ulang (DAMIU) yang tidak dilengkapi alat sterilisasi, atau mempunyai
daya bunuh rendah terhadap bakteri, atau pengusaha belum
mengetahui peralatan depot air minum isi ulang (DAMIU) yang baik dan
cara pemeliharaannya. Fenomena ini perlu mendapat perhatian,
berdasrkan hasil penelitian (Nuria et al., 2009) menyatakan bahwa dari
38 DAMIU di daerah Jakarta, Tangerang dan Bekasi yang diteliti
ternyata terdapat 28,9% sampel air minum isi ulang yang tercemar oleh
bakteri Colifrom dan 18,4% tercemar oleh E-colli (Herniwanti, Rahayu &
Mohan, 2021).
Persyaratan mikrobiologi, air minum yang memenuhi syarat
kesehatan harus mempunyai total Coliform dan Coliform tinja yang
berjumlah 0/100 ml air. Bakteri Escherichia coli digunakan sebagai
petunjuk mikrobiologi air dan dijadikan sebagai indikator pencemaran
tinja dalam air oleh sebab itu Air bersih dan air minum tidak boleh
melebihi persyaratan yang telah ditentukan apabila dalam air minum
dan air bersih sudah tercemar bakteri Escherecia Coli maupun Total
Coliform yang melebihi persyaratan maka akan menyebabkan penyakit
diare (Agustina, 2021).
Hal pemenuhan kebutuhan air minum masyarakat di Kota besar juga
mengkonsumsi air minum dalam kemasan, karena praktis dan dianggap
lebih higienis. Air ini diproduksi oleh industri melalui proses otomatis
dan disertai dengan pengujian kualitas sebelum diedarkan ke
masyarakat. Akan tetapi, pada beberapa tahun terakhir ini masyarakat
merasa bahwa air minum dalam kemasan semakin mahal, sehingga
muncul alternatif lain yaitu air minum yang diproduksi oleh depot air
minum isi ulang (DAMIU). Oleh karena itu, air minum harus memenuhi

4
syarat-syarat kesehatan, baik fisik, kimia, radioaktif maupun
mikrobiologis agar tidak menimbulkan gangguan kesehatan. Agar air
aman dikonsumsi, diperlukan pengolahan air untuk menghilangkan
cemaran mikroba atau menurunkan kadar bahan tercemar sesuai
standar yang ditetapkan. Indikator pencemaran mikroba air minum
adalah total koliform dan Escherichia coli (E. coli). Total koliform adalah
suatu kelompok bakteri yang digunakan sebagai indikator adanya polusi
kotoran (Niken, Rahayu & Annita, 2021).
Hasil penelitian kualitas bakteriologi sarana air minum menunjukkan
air minum telah tercemar E. coli dan total koliform. Penelitian Tabor et
al, di Ethiopia terhadap kualitas air minum menunjukkan 45,7%
tercemar koliform. Penelitian Eshcol et al, di India menunjukkan 36% air
minum rumah tangga tidak memenuhi syarat bakteriologi. Hasil
penelitian Anwar, et al, menyatakan bahwa 37,2% air minum telah
tercemar bakteriologi di Lahore. (Erikawati, Santosaningsih & Santoso,
2016). Hasil penelitian Admassu, et al, menunjukkan 50% air minum
telah tercemar bakteri di Gondar (Tadesse, et all, 2018). Adanya
permasalahan kualitas air minum isi ulang produksi depot air minum isi
ulang (DAMIU) mengindikasikan bahwa pengelolaan air minum isi ulang
belum berjalan maksimal. Determinan yang dapat memengaruhi kualitas
air minum isi ulang adalah sanitasi, kebersihan operator, kualitas alat
desinfeksi, kecepatan aliran air, perilaku operator dan pengemasan air.
Kurang memadainya pelbagai determinan tersebut dapat menimbulkan
cemaran E. coli dan total koliform sehingga memengaruhi kesehatan
masyarakat. Hasil penelitian menunjukkan bahwa air minum isi ulang
untuk ke 3 depot masing-masing depot x, depot y, dan depot z
semuanya terkontaminasi bakteri Colifrom dikelurahan Air Timur Kota
Padang (Niken, Rahayu & Annita, 2021).
Pohuwato merupakan salah satu Kabupaten yang berada di Provinsi
Gorontalo. Kabupaten Pohuwato memiliki 13 Kecamatan dengan 91 unit
depot air minum isi ulang (DAMIU) yang tersebar di seluruh Kecamatan.
Pada tahun 2021 dilakukan pemeriksaan sampel air pada depot air
minum isi ulang (DAMIU) oleh Badan Laboratorium Kesehatan
Kabupaten Pohuwato dengan hasil di temukannya E-coli pada beberapa
depot air minum isi ulang (DAMIU) di Kecamatan Randangan, Duhiadaa,
dan Popayato (Dikes Kab Pohuwato, 2021)
Data Dikes Kabupaten Pohuwato tahun 2022 terdapat 104 depot air
minum isi ulang (DAMIU) dimana telah dilakukan pemeriksaan sampel
air pada 20 depot air minum isi ulang dan hasilnya terdapat 1 depot air
minum isi ulang (DAMIU) di Kecamatan Marisa yang mengandung E-coli
(Dikes Kab, Pohuwato 2022). Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui
gambaran kualitas dan keamanan air minum depot isi ulang
berdasarkan pemeriksaan bakteri e coli dan caliform
METODE
Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif kuantitatif dengan
metode observasional melalui pengujian sampel di laboratorium. Lokasi

5
pada depot air minum isi ulang yang terdapat di Kabupaten Pohuwato
pada taggal 17 sampai dengan 20 Juni 2023. Populasi dalam penelitian
ini adalah seluruh depot air minum yang berjumlah 104 depot dengan
jumlah sampel sebanyak 82 depot menggunakan Teknik accidental
sampling.

HASIL DAN PEMBAHASAN


1. Distribusi Lama Berjualan
Tabel 1. Distribusi Berdasarkan Lama Berjualan
Lama Berjualan N %
< 5 tahun 35 42.7
≥ 5 tahun 47 57.3
Jumlah 82 100
Sumber : Data Primer, 2023

Berdasarkan tabel 1. diketahui bahwa dari 82 sampel, yang sudah


beroperasi selama ≥ 5 tahun yaitu sebanyak 47 sampel (57.3%) dan
yang sudah beroperasi selama < 5 tahun yaitu sebanyak 35 sampel
(42.7%).

2. Distribusi Berdasarkan Sumber Air Depot


Tabel 2. Distribusi Berdasarkan Sumber Air Depot
Sumber Air N %
Pegunungan 26 31.7
Sumur suntik 17 20.7
PDAM 20 24.4
Sumur BOR 19 23.2
Jumlah 82 100
Sumber : Data primer (2023)

Berdasarkan tabel 2. diketahui bahwa dari 82 sampel, yang


memiliki sumber air yang berasal dari pegunungan yaitu
sebanyak 26 sampel (31.7%) dan yang memiliki sumber air yang
berasal dari sumur suntik yaitu sebanyak 17 sampel (20.7%).

3. Distribusi Berdasarkan Lokasi Depot


Tabel 2. Distribusi Kebutuhan TPS/Kontainer Sampah Di Kabupaten
Gorontalo Tahun 2021-2031
Tahun Proyeksi Proyeksi Proyeksi
Timbulan Timbulan Kebutuhan
Sampah Sampah TPS/Kontainer
3
(L/hari) (m /hari) 8m3 (unit)
2021 1.087.996 1.088 136
2022 1.096.703 1.097 137
2023 1.107.024 1.107 138
2024 1.117.441 1.117 140
2025 1.127.954 1.128 141

6
2026 1.138.569 1.139 142
2027 1.149.283 1.149 144
2028 1.160.096 1.160 145
2029 1.171.013 1.171 146
2030 1.182.030 1.182 148
2031 1.193.154 1.193 149
Sumber : Data primer (2023)

Berdasarkan hasil perhitungan Proyeksi Kebutuhan


TPS/Kontainer Penampung Sampah dengan kapasitas 8m 3 seiring
dengan peningkatan jumlah penduduk beserta timbulan sampah
yang dihasilkan, pada tahun 2021 kebutuhan kontainer penampung
sampah mencapai 136 unit, tahun dan pada tahun 2031
dibutuhkan 149 unit.

4. Distribusi Pengelolaan Sampah Yang Baik Di Kabupaten


Gorontalo Tahun 2021-2031
Tabel 3. Distribusi Kebutuhan TPS/Kontainer Sampah Di Kabupaten
Gorontalo Tahun 2021-2031
Tahun Alat pengelolan sampah Keterangan

TPS/Kontainer 8m3 Armada Truk 8m3


(unit) (unit)
Kebutuhan Selisisih Kebutuhan Selisih
2021 136 105 68 52 Belum
memadai
2022 137 91 69 51 Belum
memadai
2023 138 82 69 41 Belum
memadai
Sumber : Data primer (2023)

Berdasarkan tabel diatas diketahui bahwa pengelolaan sampah di


Kabupaten Gorontalo belum dilakukan secara baik. Hal ini terlihat
dari kesenjangan antara data alat pengelolaan sampah yang
diperoleh dari Dinas Lingkungan Hidup Kabupaten Gorontalo dan
hasil proyeksi kebutuhan alat pengelolaan sampah hingga tahun
2023 yang belum memadai. Kebutuhan ini akan terus meningkat
tajam, dapat dibuktikan pada hasil proyeksi jumlah pertumbuhan
penduduk hingga tahun 2028 nanti akan terjadi peningkatan
sebanyak 421.853 jiwa. Hal ini berarti akan ada penambahan

7
timbulan sampah mencapai 1.160.096 L/hari. Data ini menunjukkan
bahwa manajemen persampahan harus benar-benar diperhatikan.
Sesuai dengan hasil proyeksi kebutuhan armada truk, harus
disiapkan sebanyak 145 unit TPS/container beserta 73 unit armada
truk agar masalah persampahan di Kabupaten Gorontalo dapat
teratasi dengan baik. Jumlah ini akan terus meningkat hingga tahun
2031 dimana akan terjadi pertumbuhan jumlah penduduk mencapai
43.3874 jiwa dengan jumlah timbulan sampah sebanyak 1160069
L/hari sehingga harus disiapkan sebanyak 149 unit TPS/container
beserta 75 unit armada truk.
PEMBAHASAN
1. Proyeksi Pertumbuhan Jumlah Penduduk Di Kabupaten
Gorontalo Tahun 2021-2031
Berdasarkan hasil proyeksi diperoleh bahwa setiap tahunnya
jumlah penduduk yang berada di Kabupaten Gorontalo
mengalami kenaikan dengan pertumbuhan rata-rata per tahun
sebesar 0.94% yang berarti pertumbuhan dalam tingkatan
sedang. Jumlah penduduk Kabupaten Gorontalo terus mengalami
peningkatan. Pada tahun 2021-2022 selisih penduduk mencapai
3.166 jiwa. Selanjutnya pada 2023-2024 selisih penduduk
mencapai 3.788 jiwa. Pada tahun 2025-2026 selisih penduduk
mencapai 3.860 jiwa. Adapun pada tahun 2027-2028 selisih
penduduk mencapai 3.932 jiwa. Pada tahun 2029-2030 selisih
penduduk mencapai 4.006 jiwa. Jumlah ini akan terus bertambah
hingga 10 tahun kedepan yaitu terlihat dari hasil proyeksi
penduduk pada tahun 2031, jumlah penduduk akan mencapai
43.3874 jiwa.
Jumlah penduduk merupakan salah satu indikator penting
dalam suatu Negara. Pertumbuhan penduduk merupakan
keseimbangan yang dinamis antara kekuatan-kekuatan yang
menambah dan kekuatan-kekuatan yang mengurangi jumlah
penduduk. Secara terus-menerus penduduk akan dipengaruhi
oleh jumlah bayi yang lahir (menambah jumlah penduduk), tetapi
secara bersamaan pula akan dikurangi oleh jumlah kematian
yang terjadi pada semua golongan umur. Sementara itu migrasi
juga berperan imigran (pendatang) akan menambah dan emigran
akan mengurangi jumlah penduduk (Silastri, Iyan & Sari, 2017).
Pertumbuhan penduduk dipengaruhi oleh komponen
demografi yaitu kelahiran (fertilitas), kematian (mortalitas) dan
migrasi (mobilitas). Kelahiran penduduk menambah jumlah
penduduk, kematian mengurangi jumlah penduduk, sedngkan
migrasi dapat menambah penduduk atau megurangi penduduk.
Apabila migrasi masuk lebih besar dari migrasi keluar atau
mempunyai migrasi positif, maka pengaruh migrasi terhadap
pertumbuhan penduduk adalah menambah jumlah penduduk,
sedangkan jika terjadi sebaliknya yaitu migrasi maduk lebih kecil
dari pada migrasi keluar atau migrasi negatif, maka pengaruh
migrasi terhadap pertumbuhan penduduk adalah mengurangi
jumlah penduduk (Djoko, et al., 2019).

8
Pertambahan penduduk yang cepat menimbulkan akibat
serius terhadap kualitas lingkungan seperti pemanfaatan dan
penimpisan sumberdaya dan kerusakan lingkungan secara
bersama dan secara global. Pada waktu yang bersamaan
konsumsi juga akan meningkat karena membengkaknya jumlah
penduduk. Jika angka pertumbuhan penduduk kian melewati
batas menyebabkan semakin sempitnya ruang gerak suatu
daerah. jumlah populasi yang bertambah memperkuat terjadinya
kerusakan di setiap ekosistem alam (Manik, K. E. S, 2018).
Sampah sudah menjadi masalah umum yang terjadi di
Indonesia. Mulai dari pembuangan sampah yang tidak pada
tempatnya, masalah pengangkutan sampah, hingga masalah
tempat pembuangan akhir (TPA). Sampah merupakan
konsekuensi kehidupan yang sering menimbulkan masalah dan
jumlahnya akan semakin meningkat seiring dengan peningkatan
jumlah penduduk dan beragam aktivitasnya. Peningkatan jumlah
penduduk berarti peningkatan jumlah timbulan sampah, dan
semakin beragam aktivitas berarti semakin beragam jenis sampah
yang dihasilkan. Setiap hari manusia selalu menghasilkan
sampah, manusia juga yang paling menghindari sampah (Santi,
R., & Sasana, H, 2021).
Sampah menjadi masalah serius sehingga diperlukan
penanganan secara seksama secara terintegrasi dengan inovasi-
inovasi baru yang lebih memadai dalam perangkat sistem dan
mekanisme pengelolaan persampahan sehingga kegiatan
perencanaan, operasional, evaluasi dan pengendalian pengelolaan
persampahan dapat berlangsung dengan baik. Untuk
meningkatkan kondisi pengelolaan persampahan secara
keseluruhan diperlukan suatu perencanaan yang memadai dalam
bentuk masterplan persampahan. Masterplan persampahan dapat
digunakan sebagai acuan bagi para pelaku pembangunan bidang
persampahan dalam meningkatkan manajemen pengelolaan
sampah. Dalam pengelolaan sampah yang lebih baik kedepan
diperlukan tiga hal penting meliputi perencanaan pengelolaan
persampahan secara lebih memadai yang meliputi aspek teknis
kelembagaan, pembiayaan, peraturan dan aspek peran serta
masyarakat, perencanaan pengelolaan sampah terpadu dan
berkelanjutan, dan tersedia payung hukum pengelolaan
persampahan dan kemampuan implementasinya (Syaputra, 2023)
2. Banyak Timbulan Sampah Di Kabupaten Gorontalo Tahun
2021-2031
Berdasarkan hasil perhitungan, besarnya volume timbulan
sampah pada tahun 2021 sebesar 1.088 m 3/hari atau 397.119
m3 /tahun, pada tahun 2025 sebesar 1128 m 3/hari 411703
m3/tahun, dan terus meningkat setiap tahunnya hingga tahun
2031 sebesar 1193 m3/hari 435501 m3 /tahun.
Sampah akan terus diproduksi setiap harinya, volume
produksi sampah akan terus mengalami peningkatan sehingga
dapat menyebabkan sampah di TPA semakin menggunung. Hal

9
tersebut dapat menyebabkan ketidaknyamanan, merusak
keindahan, gangguan kesehatan, mencemari lingkungan dan
mengganggu aktivitas warga di sekitarnya. Sampah padat
perkotaan yang dikirim ke TPA menimbulkan ancaman bagi
lingkungan, seperti emisi gas rumah kaca dari kandungan
metana dalam gas TPA.
‘Timbulan sampah merupakan banyaknya sampah yang
timbul dari masyarakat dalam satuan volume maupun per kapita
perhari atau perluas bangunan atau perpanjang jalan. Data
timbulan sampah sangat penting diketahui untuk menentukan
fasilitas setiap unit pengelolaan sampah dan kapasitasnya
misalnya fasilitas peralatan, kendaraan pengangkut, rute
angkutan, fasilitas daur ulang, luas dan jenis TPA (SNI 19-2452-
2002).
Semakin banyak sampah yang dihasilkan maka pemerintah
juga harus memperhatikan fasilitas-fasilitas yang dibutuhkan,
khususnya dalam penanganan pembuangan sampah. Misalnya
bertambahnya jumlah tempat pembuangan sampah pada setiap
daerah baik di kelurahan maupun kecamatan dan pemerintah
juga harus memperhatikan jumlah kebutuhan armada untuk
mengangkut sampah untuk mengatasi pertambahan timbulan
sampah (Tampuyak, 2018).
Jumlah timbulan dari tahun ke tahun semakin meningkat.
Berdasarkan data Dinas cipta Karya dan Tata Ruang jumlah
sampah yang dihasilkan oleh setiap rumah tangga dan
kemampuan prasarana angkutan yang terbatas, sangat
dimungkinkan sampah yang tidak terangkut ke TPA akan
berserakan ke TPS, saluran air, sungai serta lahan-lahan kosong
ataupun dibakar. Pertambahan jumlah sampah yang tidak
diimbangi dengan pengelolaan yang ramah lingkungan akan
menyebabkan terjadinya perusakan dan pencemaran lingkungan
(Tuti, 2018). Lebih jauh lagi, penanganan sampah yang tidak
komprehensif akan memicu terjadinya masalah sosial, seperti
amuk massa, bentrok antar warga, pemblokiran fasilitas TPA
(Hadi, 2020).
Sejauh ini, pengelolaan sampah yang dilakukan di Kabupaten
Gorontalo masih berpegang pada prinsip 3P (pengumpulan,
pengangkutan, dan pembuangan). Maksudnya, sampah
dikumpulkan sebanyak-banyaknya, kemudian diangkut secepat-
cepatnya dan dibuang sejauh-jauhnya. Sampah masih dianggap
sebagai sisa hasil kegiatan manusia yang tidak memiliki nilai dan
harus segera dijauhkan atau dibuang serta jika perlu
dimusnahkan.
Pengelolaan sampah dengan menggunakan paradigma 3P
memiliki ketergantungan yang tinggi terhadap keberadaan TPA
karena dalam pengelolaan sampah dengan model 3P tidak ada
proses pengurangan timbulan sampah mulai dari sumbernya.
Akibatnya dibutuhkan sarana angkut sampah yang banyak dan
lahan TPA yang luas. Tidak hanya itu, penanganan sampah di

10
TPA menjadi lebih berat dan dibutuhkan biaya yang besar untuk
menanganinya. TPA dengan sistem lahan urug saniter yang
ramah lingkungan terbukti tidak ramah dalam aspek
pembiayaan, karena membutuhkan biaya tinggi untuk investasi,
konstruksi, operasi, dan pemeliharaannya (Susanto &
Rahardyan, 2019).
TPA Sampah Regional Kabupaten Gorontalo merupakan salah
satu TPA yang ada di Provinsi Gorontalo yang memiliki sistem
dalam pengoperasiannya menggunakan metode Sanitary Landfill
yang sudah beroperasi selama ± 2 tahun, Volume sampah perhari
di TPA Sampah Regional Kabupaten Gorontalo sebanyak ±
155.0436 m3. Sumber sampah yang masuk ke TPA Sampah
Regional Kabupaten Gorontalo berasal dari semua lokasi
Kabupaten Gorontalo, Komposisi sampah yang ada paling banyak
terdiri dari sampah organik sekitar 52.54% (DLH Kabupaten
Gorontalo, 2023)
3. Kebutuhan Fasilitas Persampahan Di Kabupaten Gorontalo
Tahun 2021-2031
Berdasarkan hasil perhitungan proyeksi kebutuhan fasilitas
TPS/kontainer untuk menampung sampah, dapat diketahui
jumlah kebutuhan TPS/kontainer untuk menampung sampah
dari tahun 2021 sampai dengan tahun 2025. Hingga tahun 2023
Dinas Lingkungan Hidup kabupaten Gorontalo memiliki
kekurangan kontainer untuk menampung sampah, saat ini hanya
memiliki 56 unit kontainer sedangkan hasil perhitungan yang
didapatkan bahwa banyaknya yang dibutuhkan kontainer saat ini
sebanyak 138 unit dan hingga tahun 2031 diproyeksikan
memerlukan 149 unit. Selain itu, Dinas Lingkungan Hidup
kabupaten Gorontalo, saat ini hanya memiliki 28 unit armada
truk pengangkut sampah sedangkan hasil perhitungan yang
didapatkan bahwa banyaknya yang dibutuhkan kontainer saat ini
sebanyak 69 unit dan hingga tahun 2031 diproyeksikan
memerlukan 75 unit.
Hal ini menunjukkan bahwa fasilitas untuk menampung
sampah penduduk di Kabupaten Gorontalo sangat kurang,
sehingga dengan kurangnya kontainer penampung sampah
tersebut masih banyak masyarakat yang membuang sampah
tidak pada tempatnya seperti sebagian masyarakat membuang
sampah di tepi jalan yang dapat mengganggu pengguna jalan
bahkan sebagian masyarakat membakar sampah jika sampah
tersebut tidak terangkut, sehingga hal ini menunjukkan bahwa
Kabupaten Gorontalo masih berada pada posisi Kabupaten yang
belum bersih sehingga masih memerlukan peningkatan prasarana
kebersihan.
Tidak terpenuhinya fasilitas persampahan membwa dampak
buruk baik bagi kesehatan masayarakat dan juga bagi lingkungan
sekitar. Jika ditinjau dari segi kesehatan masayarakat, fasilitas
sampah yang tidak memadai memungkinkan sistem pembuangan
secara terbuka yang akanmenghasilkan produk sampingan

11
berupa gas metana dan cairan lindi. Cairan lindi berpengaruh
pada sifat-sifat air bawah tanah seperti tingginya konsentrasi total
padatan terlarut, konduktivitas elektrik, tingkat kekerasan,
klorida, COD, nitrat dan sulfat, serta mengandung logam berat
yang dapat mencemari badan air disekitarnyayang kemudian
akan mempengaruhi makhluk hidup yang terpapar. Dampak
negatif lain yaitu menurunnya estetika di sekitar tempat
pembuangan sampah sehingga berpotensi menimbulkan konflik
sosial dengan masyarakat yang ada di sekitarnya karena
membahayakan kesehatan, keselamatan, berkurangnya
kenyamanan, timbulnya bau, ceceran sampah dan lingkungan
yang kotor (Mahyudin, 2017).
4. Pengelolaan Sampah Yang Memadai Di Kabupaten Gorontalo
Tahun 2021-2031
Berdasarkan data yang diperoleh dari Dinas Lingkungan
Hidup Kabupaten Gorontalo dan berdasarkan hasil perhitungan
proyeksi timbulans sampah serta sarana pemenuhan sampah
menunjukkan bahwa setiap tahunnya sampah yang dihasilkan
penduduk Kabupaten Gorontalo semakin meningkat, hal ini
dikarenakan pertumbuhan penduduk juga semakin meningkat.
Pengelolaan sampah pada dasarnya belum cukup baik karena
ditunjang dengan alat yang kurang memadai.
Pengelolaan persampahan menjadi suatu permasalahan yang
sangat serius bahkan di seluruh dunia masalah sampah sudah
menjadi masalah internasional. Lembaga Swadaya Masyarakat
dunia sudah sejak lama memerangi masalah sampah. Masalah
sampah sudah di Indonesia sangat membebani pemerintah pusat,
bahkan di Pulau Jawa kawasan penduduk dibebaskan oleh
pemerintah hanya untuk tempat pembuangan sampah (Syafrudin,
2018).
Masalah sampah sebenarnya bukan hanya menjadi tanggung
jawab pemerintah, tetapi masyarakat juga mempunyai tanggung
jawab yang lebih besar karena mereka yang menghasilkan
sampah, sehingga jika ada beberapa kekurangan yang di dapati
dalam melayani masyarakat hendaknya masyarakat tersebut yang
memiliki inisiatif untuk membersihkan sampah tersebut. Perlu
upaya dari pemerintah secara terus-menerus melakukan
sosialisasi kepada masyarakat dengan harapan dapat
membangun persepsi bahwa partisipasi publik dalam mengurangi
jumlah timbulan sampah adalah lebih penting dari mengadakan
fasilitas penanganannya sehingga dapat meningkatkan kesadaran
dan kedisiplinan warga (Mandasari, D., Wirjodirdjo, B., &
Anityasari, 2021).
Dalam mewujudkan lingkungan yang bersih, sehat dan
nyaman melalui peningkatan kualitas dan kuantitas pengelolaan
persampahan di suatu wilayahdibutuhkan manajemen personil,
keuangan/retribusi, armada angkutan sampah yang cukup dan
handal, dapat dilakukan dengan strategi antara berupa kerjasama
dan koordinasi dengan stakeholder terkait, sehubungan dengan

12
pendanaan persampahan sebagai alternatif sumber pembiayaan
dalam meningkatkan kuantitas dan kualitas fasilitas
persampahan seperti TPS/Kontainer maupun armada angkutan
sampah, mulai dari RT ke TPS (armada gerobak sampah atau
motor 3 roda / trijack), serta armada angkutan sampah dari TPS
ke TPA (dump truck / armroll truck) (Djiha, dkk, 2021).
Berdasarkan fenomena diatas maka operasional persampahan
menjadi erat kaitannya dengan kebutuhan akan sarana dan
prasarana yang memadai antara lain pewadahan, alat angkut,
tempat pembuangan sementara serta ketersediaan lahan tempat
pemrosesan akhir khususnya di Kabupaten Gorontalo yang akhir-
akhir ini mengalami pertumbuhan ekonomi yang cukup pesat. Hal
ini ditandai mulai munculnya permukiman yang semakin padat
yang membuat perubahan gaya hidup masyarakat, perubahan
tata guna lahan, pertumbuhan penduduk karena migrasi dari
daerah lain ke Kabupaten Gorontalo. Dampak tersebut tentu saja
mempengaruhi adanya pertambahan timbulan sampah yang
dihasilkan baik sampah domestik yang merupakan limbah dari
berbagai kegiatan atau kebutuhan sehari-hari manusia maupun
sampah komersil yang merupakan limbah dari lingkungan
perdagangan atau jasa komersial terutama sampah domestik dan
komersil merupakan hal yang lebih mengarah ke individu masing-
masing merupakan penyumbang terbesar dari sampah yang
masuk ke tempat pemrosesan akhir (Dinas Tata Ruang Kabupaten
Gorontalo, 2022).

PENUTUP
Berdasarkan hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa pada tahun
2021 jumlah penduduk Kabupaten Gorontalo sebesar 395.635. Adapun
hingga tahun 2031 mendatang jumlah penduduk akan mencapai
433874 jiwa yang masuk dalam kategori pertumbuhan penduduk
sedang. Jumlah timbulan sampah pada tahun 2021 sebanyak 1.088
m3/hari atau 397.119 m3/ tahun adapun jumlah timbulan sampah pada
tahun 2031 sebanyak 1.193 m 3/hari atau 4.355 m3/ tahun. Proyeksi
kebutuhan kontainer penampung sampah mencapai 136 unit dan pada
tahun 2031 mencapai 149 unit, kebutuhan mobil truk sampah
mencapai 68 unit dan pada tahun 2031 kebutuhan mobil truk sampah
di Kabupaten Gorontalo mencapai 75 unit. Pengelolaan sampah pada
dasarnya belum cukup baik karena ditunjang dengan alat yang kurang
memadai.

DAFTAR PUSTAKA
Ainy, H. (2018). Hubungan antara fertilitas, mortalitas dan migrasi
dengan laju pertumbuhan penduduk di Kecamatan Klojen Kota
Malang (Doctoral dissertation, Universitas Negeri Malang).

13
Alfian, R., & Phelia, A. (2021). Evaluasi Efektifitas Sistem Pengangkutan
Dan Pengelolaan Sampah Di TPA Sarimukti Kota Bandung. JICE
(Journal of Infrastructural in Civil Engineering), 2(01), 16-22.
Asman, F (2020). Pengaruh Pertumbuhan Penduduk Dan Jumlah
Tenaga Kerja Terhadap Pertumbuhan Ekonomi Kota Makassar.
Axmalia, A., & Mulasari, S. A. (2020). Dampak Tempat Pembuangan
Akhir Sampah (TPA) Terhadap Gangguan Kesehatan
Masyarakat. Jurnal Kesehatan Komunitas, 6(2), 171-176.
Badan Pusat Statistik (2020). Laju Pertumbuhan Penduduk Indonesia
Tahun 2020. Jakarta.
Badan Pusat Statistik (2022). Laju Pertumbuhan Gorontalo Tahun 2020.
Gorontalo.
Badan Standarisasi Nasional (2020). Spesifikasi Timbulan Sampah
Untuk Kota Kecil Dan Kota Sedang Di Indonesia : Sk Sni-S 04-1993-
03, Yayasan Lpmb Bandung, Departemen Pekerjaan Umum, Jakarta.
Bancin (2016). Proyeksi Jumlah Penduduk dan Analisis Faktor Pada
Variabel-Variabel yang Mempengaruhi Pertumbuhan Penduduk
Kabupaten Dairi. Karismatika. 2(1) : 80-8.
Dewata, I., & Umar, I. (2017). Model Dinamika Pertumbuhan Penduduk
dan Kualitas Lingkungan di Kota Padang, Propinsi Sumatera Barat.
Djiha, S. R., Alfiah, T., Pramestyawati, T. N., & Handriyono, R. E. (2021).
Teknis operasional pengelolaan sampah Kabupaten Ngawi.
In Prosiding Seminar Teknologi Perencanaan, Perancangan,
Lingkungan dan Infrastruktur (pp. 386-392).
Dzakiyati, T. N., & Rahmadyanti, E. (2020). Kajian infrastruktur
pengelolaan sampah kota sedang (studi kasus kabupaten
Ponorogo). Rekayasa Teknik Sipil, 2(1).
Fahmi & Karpen (2018). Penerapan Metode Interpolasi Untuk Proyeksi
Pertumbuhan Penduduk di Provinsi Riau. SATIN. 4(1) : 11-19.
Finanda, N., & Gunarto, T. (2022). Analisis Pengaruh Pertumbuhan
Ekonomi, Pertumbuhan Penduduk, Serta Tingkat Kemiskinan
Terhadap Indeks Kualitas Lingkungan Hidup. Jurnal Sosial
Sains, 2(1), 193-202.
Fujiyati, O. Y. (2015). Sistem Informasi Pengolahan Data Kependudukan
Desa Purwoasri, 7 (1), 1–8. Diambil dari: http://ijns.
org/journal/index. php/speed/article/view/1303.
Gaol, M. L., & Warmadewanthi, I. D. A. A. (2017). Prediksi dampak
lingkungan pengelolaan sampah di TPA Jabon, Kabupaten
Sidoarjo. Jurnal Teknik ITS, 6(2), F451-F455.
Gobai, K. R. M., Surya, B., & Syafri, S. (2020). Kinerja Pengelolaan
Sampah Perkotaan: Studi Kasus Kota Nabire Kabupaten Nabire
Provinsi Papua. Urban and Regional Studies Journal, 2(2), 37-45.
Halilurrahman, H. (2020). Sistem Pengelolaan Sampah Pasar
Pagesangan Kota Mataram (Doctoral Dissertation, Universitas
Muhammadiyah Mataram).
Hartati, H., Indrawati, I., Sitepu, R., & Tamba, N. (2019). Metode
Geometri, Metode Aritmatika Dan Metode Eksponensial Untuk
Memproyeksikan Penduduk Provinsi Sumatera Selatan. In Prosiding

14
Seminar Nasional Sains, Matematika, Informatika dan
Aplikasinya (Vol. 4, No. 4).
Hayuningrat, M. A., & Rahmadyanti, E. (2021). Analisis Kebutuhan
Lahan Dan Sarana Prasarana Pengelolaan Sampah (Studi Kasus: TPA
Ngegong Kota Blitar). Jurnal Teknik Sipil, 2(1), 217-227.
Kahfi, A. (2017). Tinjauan terhadap pengelolaan sampah. Jurisprudentie:
Jurusan Ilmu Hukum Fakultas Syariah dan Hukum, 4(1), 12-25.
Katmawanti, S. (2019). Hubungan antara fertilitas, mortalitas, dan
migrasi dengan laju pertumbuhan penduduk. Preventia: The
Indonesian Journal of Public Health, 4(1), 15-22.
Kustanto, A. (2020). Dinamika pertumbuhan penduduk dan kualitas air
di indonesia.
Lubis, B. P. (2019). Identifikasi Dan Pengelompokan Sampah
Menggunakan Kecerdasan Buatan Berbasis Convolution Neural
Network (Doctoral dissertation, Universitas Sumatera Utara).
Mahmud, F., Olilingo, F. Z., & Akib, F. H. Y. (2020). Faktor-Faktor Yang
Mempengaruhi Kemiskinan di Pulau Sulawesi. Oikos Nomos: Jurnal
Kajian Ekonomi dan Bisnis, 13(2), 130-147.
Mahsunah, L. (2020). Hubungan jumlah kelahiran, kematian, migrasi dan
pertumbuhan penduduk dengan laju pertumbuhan penduduk di
kecamatan kedungkandang kota Malang (Doctoral dissertation,
Universitas Negeri Malang).
Mandasari, D., Wirjodirdjo, B., & Anityasari, M. (2021). Peningkatan
fasilitas bank sampah sebagai upaya pengurangan timbunan sampah
perkotaan di TPS Surabaya. Jurnal Teknik ITS, 9(2), F322-F327.
Manik, K. E. S. (2018). Pengelolaan lingkungan hidup. Kencana.
Masikki, N. M. D. (2013). Analisis kebutuhan prasarana persampahan di
kota luwuk.
Nasional, B. S. (2008). Pengelolaan sampah di permukiman. SNI, 3242,
2008.
Nimcam (2019). Kemampuan Aparat Kelurahan Dalam Pelaksanaan
Tugas Administrasi Pemerintahan Di Kelurahan Maya Sopa
Kecamatan Singkawang Timur Kota Singkawang. Governance, Jurnal
Ilmu Pemerintahan, 4(2).
Nurmandi, A. (2022). Manajemen Perkotaan. Bumi Aksara.
Pancasasti, R., & Khaerunisa, E. (2018). Analisis dampak laju
pertumbuhan penduduk terhadap aspek kependudukan berwawasan
gender pada urban area di Kota Serang. Tirtayasa ekonomika, 13(1),
130-146.
Pertiwi, V., Joko, T., & Dangiran, H. L. (2017). Evaluasi Pengelolaan
Limbah Bahan Berbahaya Dan Beracun (B3) Di Rumah Sakit
Roemani Muhammadiyah Semarang. Jurnal Kesehatan Masyarakat
(Undip), 5(3), 420-430.
Prihatin, R. B. (2020). Pengelolaan Sampah di Kota Bertipe Sedang: Studi
Kasus di Kota Cirebon dan Kota Surakarta. Aspirasi: Jurnal Masalah-
Masalah Sosial, 11(1), 1-16
Purwita, L. D., Sari, E. K., Tirtaweningtyas, S., Widiarko, P., &
Ramadhan, W. (2022). Proyeksi Pertumbuhan Penduduk dan
Kebutuhan Fasilitas Persampahan di Kecamatan Baturaja Timur

15
Kabupaten OKU. UNBARA Environmental Engineering Journal
(UEEJ), 3(01), 23-34.Putra, I. (2019). Pengaruh Pengangguran, Jumlah
Penduduk, dan Inflasi terhadap Kemiskinan di Indonesia (Doctoral
dissertation, UIN AR-RANIRY).
Rafik, M., Hasan, A., & Yost, Y. M. (2017). Studi Partisipasi Masyarakat
Dalam Pelaksanaan Pembangunan Infrastruktur Jalan Studi Kasus
Program Pembangunan Infrastruktur Pedesaan (Ppip) Nagari Kinali
Kabupaten Pasaman Barat. Abstract Of Undergraduate Research,
Faculty Of Post Graduate, Bung Hatta University, 3(3).
Ratya, H., & Herumurti, W. (2017). Timbulan dan komposisi sampah
rumah tangga di Kecamatan Rungkut Surabaya. Jurnal Teknik
ITS, 6(2), C104-C106.
Roos, D. O. (2021). David. O. Roos, Sampah dan Masalah Sosial
Kemasyarakatan Di Ahuru Air Besar Kota Ambon. HIPOTESA-Jurnal
Ilmu-Ilmu Sosial, 15(1), 57-69.
Safitri, H. C. D., & Afiatno, B. E. (2020). Determinant of Unemployment
Duration with Survival Analysis. Gorontalo Development Review, 3(1),
28-38.
Santi, R., & Sasana, H. (2021). Analisis Pengaruh Pertumbuhan
Ekonomi, Jumlah Penduduk, Foreign Direct Investment (FDI), Energy
Use/Consumption dan Krisis Ekonomi Terhadap Kualitas
Lingkungan Ditinjau Dari Tingkat Carbon Footprint di Asean
8. Diponegoro Journal of Economics, 10(2).
Seruyaningtyas, K., Handayani, D. S., & Samadikun, B. P.
(2017). Perencanaan Sistem Pengelolaan Sampah Terpadu Studi
Kasus Kelurahan Gedawang Kecamatan Banyumanik, Kota
Semarang (Doctoral dissertation, Diponegoro University).
Silastri, N., Iyan, R. Y., & Sari, L. (2017). Pengaruh Jumlah Penduduk
dan Pendapatan Domestik Regional Bruto (PDRB) terhadap
Kemiskinan di Kabupaten Kuantan Singingi (Doctoral dissertation,
Riau University).
Simatupang, M. M., Veronica, E., & Irfandi, A. (2021). Edukasi
Pengelolaan Sampah: Pemilahan Sampah Dan 3r Di Sdn Pondok Cina
Depok. In Seminar Nasional & Call Of Papers Penelitian Dan
Pengabdian Masyarakat (Vol. 1, No. 01).
Syafrial Fachri Pane dan Esi Vidia Rahcmadani (2020). Big Data:
Forecasting Menggunakan Python. (Bandung: Kreatif Industri
Nusantara, 2020), hlm. 179
Syafrudin, C. E. S., & Mt, I. (2018). Model Pengelolaan Sampah Berbasis
Masyarakat (Kajian Awal Untuk Kasus Kota Semarang). Makalah
Pada Diskusi Interaktif: Pengelolaan Sampah Perkotaan Secara
Terpadu, Program Magister Ilmu Lingkungan Undip.
Taufiqurrahman, T. (2016). Optimalisasi Pengelolaan Sampah
Berdasarkan Timbulan Dan Karakteristik Sampah Di Kecamatan
Pujon Kabupaten Malang (Doctoral Dissertation, Itn Malang).
Vincent Gaspersz (2015). Production Planning and Inventory Control:
Berdasarkan Pendekatan Sistem Terintegrasi MRP II dan JIT Menuju
Manufakturing 21, terj. Vincent Foundation, (Jakarta: PT Gramedia
Pustaka Utama), hlm. 76.KATIL

16
Yunianto, D. (2021). Analisis pertumbuhan dan kepadatan penduduk
terhadap pertumbuhan ekonomi. In Forum Ekonomi (Vol. 23, No. 4,
pp. 688-699).
Zalukhu, S. A., & Mirwan, M. (2018). Analisis Model Dinamik dalam
Pengangkutan Sampah di Kota Bangkalan. Jurnal Envirotek, 10(1),
28-36.

17

Anda mungkin juga menyukai