Anda di halaman 1dari 6

BAB 1

LATAR BELAKANG

1.1. Pendahuluan
Air merupakan sesuatu yang sangat penting bagi kelangsungan hidup
komponen–komponen biotis dan fungsinya tidak dapat digantikan oleh senyawa
lain. Tubuh manusia mengandung air kira-kira 65% atau sekitar 47 liter. Setiap
hari sekilat 2,5 liter harus digantikan dengan yang baru. Dari jumlah air yang
harus diganti tersebut, 1,5 liter berasal dari air minum dan 1 liter berasal dari
bahan makanan yang dikonsumsi. Orang awam menyatakan air bersih itu adalah
air yang terlihat jernih, tidak berbau dan tidak berasa, namun demikian secara
ilmiah belum tentu air tersebut termasuk kriteria air yang layak untuk dikonsumsi
karena harus bebas dari mikroorgansme penyebab penyakit dan mikroba patogen
lainnya serta bebas dari zat kimia (Iswadi dan Hasanuddin, 2013).
Masalah utama yang harus dihadapi dalam pengolahan air ialah semakin
tingginya tingkat pencemaran yang berasal dari air limbah rumah tangga maupun
limbah industri, sehingga upaya – upaya baru terus dilakukan untuk mendapatkan
sumber air, khususnya untuk pemenuhan akan air minum yang memenuhi
persyaratan yang telah ditetapkan. dalam pengelolaannya, air minum isi ulang
rentan terhadap kontaminasi dari berbagai mikroorganisme terutama bakteri
Coliform. Semakin tinggi tingkat kontakminasi bakteri Coliform,semakin tinggi
pula risiko kehadiran bakteri–bakteri patogen lain yang biasa hidup dalam kotoran
manusia dan hewan. Misalnya bakteri E.coli yaitu mikroba penyebab gejala diare,
demam, kram perut dan muntah – muntah (Bambang et al., 2014).
Kebutuhan masyarakat akan air minum yang terus meningkat seiring dengan
pertumbuhan penduduk, tidak diimbang dengan ketrsediaan air bersih yang ada.
Salah satu penyebabnya adalah pencemaran air tanah ang semakin parah hingga
saat ini. Oleh karena itu, air tanah tidak lagi aman untuk dijadikan bajan baku
untuk air minum. Air minum isi ulang adalah salah satu jawaban pemenuhan
kebutuhan air minum masyarakat indonesia yang murah dan praktis. Hal ini yang
menjadi alasan mengapa masyarakat memilih air minum isi ulang untuk
dikonsumsi (Marpaung dan Marsono, 2013).
Depot air minum di Indonesia pernah dicap menghasilkan air minm yang
tidak berkualitas. Adanya bakteri E.coli pada sampel air minum mengindikasikan
bahwa air minum tersebut bisa saja tercemar oleh bakteri patogen yang dapat
menyebabkan keluan pada sistem pencernaan seperti diare. Diare adalah salah
satu dari banyak penyakit lainnya yang dapat disebabkan oleh buruknya kualitas
air minum secara mikrobiologis. Beberapa faktor yang dapat mempengaruhi
kualitas produk air minum yang dihasilkan adalah air baku, kebersihan operator,
penaganan terhadap wadah pembeli dan kondisi depot (Afif et al., 2015).
Air yang harus diminum adalah air yang sehat yang harus memenuhi
persyaratan bakteriologi, kimia radioaktif dan fisik. Pemeriksaan MPN (Most
Probable Number) dilakukan untuk pemeriksaan kualitas air minum, air bersih, air
badan, air pemandian umum, air kolam renang dan pemeriksaan angka kuman
pada air PDAM. Dalam metode uji kualitas mikrobiologi air minum digunakan
kelompok Coliform sebagai indikator. Coliform sebagai suatu kelompok dicirikan
sebagai bakteri bentuk batang,gram negatif, tidak membentuk spora, aerobik dan
anaerobik fakultatif yang mengfermentasikan laktosa dengan menghasilkan asam
dan gas dalam waktu 48 jam pada suhu 35oC (Sunarti, 2015).
Pengujian air secara mikrobiologi sangat diperlukan untuk mengukur
kualitas proses santasi dan derajat kontaminasi cemaran mikroba dalam air
terutama untuk air yang digunakan sehari – hari. Deteksi dan kuantifikasi tidak
dilakukan denngan mengukr langsung jumlah cemaran mikroba patogen
(penyebab penyakit) tetapi menggunakan mikroba indikator yaitu bakteri
golongan seperti E.coli. Selain bakteri ternyata mikroba yang mencamari air
adalah adanya kontaminasi fungi yang selama ni sangat jarang diidentifikasi,
padahal resiko yang ditimbulkan juga sangat besar, karena keberadaan fungi sulit
untuk dikendalikan (Suriaman dan Apriliasari, 2017).

1.2. Tujuan Praktikum


Praktikum ini bertujuan untuk memahami masing – masing prinsip pada
tahapan uji air secara mikrobiologis, mampu melakukan uji air secara
mikrobiologis dengan benar dan mampu menyimpulkan hasil uji air berdasarkan
tiga tahapan pengujian dengan benar.
BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Air
Air merupakan sumber daya alam yang diperlukan untuk hajat hidup orang
banyak, bahkan oleh semua makhuk hidup. Kegiatan industri, domestrik dan
kegiatan lain berdampak negatif terhadap sumber daya air, antara lain
menyebabkan penurunan kualitas air. Kondisi ini dapat menimbulkan gangguan,
kerusakan dan bahaya bagi semua makhuk hidup yang bergantung pada sumber
daya air. Oleh karena itu, diperlukan pengelolaan dan perlindungan sumber daya
air secara seksama. Kualitas air dinyatakan dengan beberapa parameter, yaitu
parameter fisika seperti suhu , kekeruhan, padatan terlarut dan sebagainya),
parameter kimia seperti pH dan oksigen terlarut dan parameter biologi seperti
keberadaan plankton, bakteri dan sebagainya (Effendi,2003).

2.2. Kriteria Air yang Baik


2.2.1. Persyaratan Fisik
Air yang berkualitas baik harus memenuhi syarat tidak berwarna,
temperaturnya normal, rasanya tawar dan tidak berbau. Air yang berwarna berarti
mengandung bahan–bahan lain yang berbahaya bagi kesehatan. Air yang baik
harus memiliki temperatur sama dengan temperatur udara (20-26oC). Air yang
terasa asam, manis, ahit atau asin menunjukkan bahwa kualitas air tersebut tidak
baik. Rasa asin disebabkan oleh adanya garam tertentu yang larut dalam air,
sedagkan rasa asam disebabkan adanya asam organik maupun asam anorganik.
Air yang baik memiliki ciri tidak berbau bila dicium dari jauh maupun dari dekat.
Air minum yang baik tidak boleh mengandung zat padatan (Kusnaedi,2010).
2.2.2. Persyaratan Kimia
Nilai pH air yang normal adalah sekitar netral yaitu antara pH 6-8. Pada
industri-industri makanan, peningkatan keasaman air buangan umumnya
disebabkan oleh kandungan asam-asam organik. Air buangan industri-industri
bahan anorganik pada umumnya mengandung asam mineral dalam jumlah tinggi
sehingga keasamannya juga tinggi atau pHnya rendah. Perubahan keasaman pada
air buangangan, baik kearah alkali (pH naik) maupun ke arah asam (pH menurun)
akan sangat mengganggu kehidupanikan dan hewan air disekitarnya. Selain it air
buangan yang mempunyai pH rendah bersifat sangat korosif terhadap baja dan
sering menyebabkan pengkaratan pada pipa-pipa besi (Fardiaz, 1992).
2.2.3. Persyaratan Mikrobiologis
Persyaratan mikrobiologis yang harus dipenuhi oleh air yang baik adalah
tidak mengandung bakteri patogen misanya bakteri golongan E.coli, Salmonella
typhi, Vibrio chlotera. Kuman-kuman ini mdah tersebar melalui air (transmitted
by water). Tidak mengandung bakteri nonpatogen, seperti actinomycetes,
phytopankon coliform, Dadocera (Kusnaedi,2010).

2.3. Bakteri Coliform


Coliform merupakan suatu kelompok bakteri yang digunakan sebagai
indikator adanya polusi kotoran dan kondisi yang tidak baik terhadap air, susu dan
produk susu. Bakteri Coliform dapat dibedakan menjadi 2 kelompok, yaitu
Coliform fekal dan Coliform non fekal. Coliform fekal contohnya E.coli yang
merupakan bakteri yang berasal dari kotoran manusia dan hewan. Oleh karena itu
standar air minum mensyaratkan E.coli harus 0/100 ml. Coliform non fekal
misalnya Enterobacter aerogenes. Bagi manusia air minum ialah salah satu
kebutuhan utama menginga air sebagai faktor utama dalam penularan penyakit
khusunya dalam masyarakat, maka tujuan utama penyediaan air bersih atau air
minum adalah untuk mencegah penyakit yang dibawa oleh air (Sunarti, 2015).

2.4. Uji Kualitas Air


Cara mengetahui pencemaran air oleh bakteri patogen Caliform dilakukan
dengan pemeriksaan kandungan Coliform menggunakan metode Most Probable
Number (MPN) Pemeriksaan Coliform dengan menggunakan metode MPN terdiri
dari presumptive test dengan menggunakan media Lactose Broth dengan metode 3
tabung, confirmative tes dengan menggunakan media Brilian Green Lacitse
Browth. Apabila presumptive tes positif maka dilakukan uji berikutnya yaitu
MPN confirm tes. Namun apabila presumptibe tes negatif pengujian sampel samai
selesai (Suriaman dan Apriliasari, 2017).
DAFTAR PUSTAKA

Afif, F., Erly dan Endrinaldi. 2015. Identifikasi Bakteri Escherchia coli pada Air
Minum Isi Ulang yang diproduksi Depot Air Minum Isi Ulang di
Kecamatan Padan Selatan. Jurnal Kesehatan Andalas 4(2) : 376-380.

Bambang, A., G., Fatimawati dan Kojong, N., S. 2014. Analisis Cemaran Bakteri
Coliform dan Identifikasi Escherchia Coli pada Air Isi uang dari Depot di
Kota Manado. Jurnal Ilmiah Farmasi 3(3) : 325-334.

Effendi, H. 2003. Telaah Kualitas Air Bagi Pengelolaan Sumber Daya dan
Lingkungan Perairan. Yogyakarta : Kanisius.

Fardiaz, S. 1992. Polusi Air dan Udara. Yogyakarta:Kanisius.

Iswadi dan Hasanuddin. 2013. Uji Kualitas Air Sumur di Kawasan Pemukiman
Mahasiswa Berdasakan Uji Bakteriologis dengan Bioindikator Bakteri
Escherchia Coli. Jurnal Biologi Edukasi 5(2) : 96-101.

Kusnaedi. 2010. Mengolah Air Kotor untuk Air Minum. Jakarta:Penebar Swadaya

Marpaun, M., D., O dan Marsono, B., D. 2013. Uji Kualitas Air Minum Isi Ulang
di Kecamatan Sukolilo Surabaya Ditinjau dari Perlilaku dan Pemelharaan
Alat. Jurnal Teknik POMITS 2(2) : 166-170.

Sunarti, R., N. 2015. Uji Kualitas Air Sumur dngan Menggunakan Metode MPN
(Most Probable Numbers). Jurnal Bioilmi 1(1) : 30-34.

Suriaman, E dan Apriliasari, W., P. 2017. Uji MPN Coliform dan Identifikasi
Fungi Patogen pada Air Kolam Renang di Kota Malang. Jurnal SainsHelath
1(1) : 15-22.
BAB 3
METODE PRAKTIKUM

3.1. Waktu dan Tempat


Praktikum ini dilaksanakan pada hari Rabu, 07 Februari 2018 pada pukul
10.30 WIB dan bertempat di Laboratorium Mikrobiologi Jurusan Biologi Fakultas
Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Sriwijaya.

3.2. Alat dan Bahan


Alat yang digunakan pada praktikum ini adalah jarum ose, gelas objek, pipet
1ml dan 10 ml, mikroskop dan inkubator 30-32 oC dan 35oC, sedangkan bahan
yang dibutuhkan adalah sampel air sungai, air sumur dan air isi ulang; 3 tabung
Lactose Broth (double strength) a 10 ml + tabung Durham; 6 tabung Lactose
Broth (Single stength) + tabung Durham a 10ml; 1 agar cawan EMB (Eosin
Methylene Blue) Agar; 1 tabung Tryptone Broth; 1 tabung Proteose Broth
(Medium MR – VP); 1 tabung Kser Citrate Medium; 3 tabung medium NA
miring; Pereaksi Kovac; Pewarnaan metil merah; Larutan 5% alfa neftol; Larutan
40% KOH; satu set pewarnaan Gram, satu set pewarna endospora.

3.3 Cara Kerja


3.3.1. Uji Penduga

Anda mungkin juga menyukai