Anda di halaman 1dari 17

BAB I

PENDAHULUAN

A.  Latar Belakang
Air minum harus memenuhi persyaratan fisik, kimia, maupun
bakteriologis. Syarat-syarat air minum adalah tidak berasa, tidak berbau, tidak
berwarna, dan tidak mengandung logam berat. Air dari sumber alam dapat
diminum oleh manusia tetapi masih terdapat resiko bahwa air ini telah tercemar
oleh bakteri (misalnya Escherichia coli) atau zat-zat berbahaya. Bakteri dapat
dibunuh dengan memasak air hingga 1000 C, banyak zat berbahaya, terutama
logam, tidak dapat dihilangkan dengan cara ini (Sutriawan, 2013).
Permenkes No 43 tahun 2014 bahwa Mikrofilter dan desinfektor tidak
boleh kadaluarsa. Tandon air baku harus tertutup dan terlindung. Wadah/galon
untuk air baku atau Air Minum sebelum dilakukan pengisian harus dibersihkan
dengan cara dibilas terlebih dahulu dengan air produksi paling sedikit selama 10
(sepuluh) detik.
Bakteri coliform adalah bakteri yang dijadikan indikator alami
pencemaran. Bakteri coliform  dicurigai berasal dari tinja. Kehadiran bakteri ini di
dalam berbagai tempat mulai dari air minum, bahan makanan ataupun bahan-
bahan lain untuk keperluan manusia, tidak diharapkan dan bahkan sangat
dihindari. Hubungan antara tinja dan bakteri coliform dapat menjadikan bakteri
ini sebagai indikator alami kehadiran materi fekal. Suatu subtrat atau benda
misalnya air minum didapatkan bakteri ini, langsung ataupun tidak langsung air
minum tersebut dicemari materi fekal (Suriawiria, 2012).
Terdapat beberapa cara untuk menguji keberadaan coliform dalam air,
seperti metode  Membran filter dan metode MPN (Most Probable Number). MPN
merupakan metode yang cukup sederhana untuk menguji keberadaan coliform dan
sudah lama digunakan untuk melakukan pengujian air. Walaupun sederhana,
kelemahan metode tersebut adalah waktu yang diperlukan lebih lama untuk
menyelesaikan metode hingga tahap uji pelengkap dan perlu dilakukan tes
kembali yang lebih spesifik untuk membuktikan keberadaan E. coli dan Coliform
2

(Talaro, 2010). Sementara itu, metode membran filter mirip seperti metode yang
digunakan untuk mensterilisasi fluid dengan menyaring keluar mikroba
kontaminan, kecuali pada sistem berikut, filter atau penyaring mengandung
perangkap mikroba yang merupakan produk akhir yang diinginkan. Setelah proses
filtrasi, membran filter ditempatkan di sebuah petri kecil yang mengandung
medium selektif. Setelah inkubasi, koloni Coliform dapat dihitung dan sering
diidentifikasi dengan menunjukkan karakter yang spesifik terhadap medium
selektif.
Berdasarkan uraian diatas maka peniliti berkeinginan untuk meneliti
“Perbandingan hasil pemeriksaan coliform metode membran filter dengan metode
MPN pada air minum isi ulang di UPT Laboratorium Kesehatan Kabupaten
Serang tahun 2019”.
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang tersebut, maka dapat dirumuskan sebagai
berikut “Bagaimana Perbandingan hasil pemeriksaan Coliform metode membran
filter dengan metode MPN pada air minum isi ulang di UPT Laboratorium
Kesehatan Kabupaten Serang?”.
C. Tujuan Penelitian
1. Tujuan Umum
Untuk mengetahui perbandingan hasil pemeriksaan Coliform metode
membran filter dengan metode MPN pada air minum isi ulang di UPT
Laboratorium Kesehatan Kabupaten Serang.
2. Tujuan khusus
Untuk mengetahui perbedaan antara hasil pemeriksaan Coliform metode
membran filter dengan metode MPN pada air minum isi ulang yang
diperiksa di UPT Laboratorium Kesehatan Kabupaten Serang.
D. Manfaat penelitian
Hasil dari penelitian ini diharapkan dapat mempunyai manfaat bagi beberapa
pihak antara lain :
1. Bagi peneliti, data yang diperoleh dari penelitian ini dapat menambah
wawasan dalam pemeriksaan Coliform.
3

2. Bagi institusi, dapat digunakan untuk menambah wawasan dalam


pemeriksaan Coliform metode membran filter dan metode MPN.
3. Bagi masyarakat, diharapkan dapat memberikan informasi tentang
tingkat pencemaran bakteri Coliform pada air minum isi ulang di
Kabupaten Serang.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

A. Air Minum Isi Ulang, Coliform, Metode MPN, Metode Membran Filter.
1. Air Minum Isi Ulang (AMIU)
Air merupakan kebutuhan paling vital bagi kehidupan manusia dan
makhluk hidup lainnya. Tubuh manusia terdiri dari sekitar 65 % air. Makhluk
hidup yang kekurangan air cukup banyak dapat berakibat fatal atau bahkan
mengakibatkan kematian. Manusia memerlukan 2,5 – 3 liter air untuk minum dan
makan. Kebutuhan air minum setiap orang bervariasi dari 2,1 liter hingga 2,8 liter
per hari, tergantung pada berat badan dan aktivitasnya. Air minum harus
memenuhi persyaratan fisik, kimia, maupun bakteriologis.
Air yang berkualitas atau layak diminum, perlu memperhatikan beberapa
hal seperti sumber air dan pengolahan. Hal tersebut dikemukakan Said Sutomo
(2010) bahwa untuk memperoleh air yang berkualitas dan layak diminum
sekurang-kurangnya perlu memperhatikan dua hal yakni:
a. Bagaimana cara mendapatkan air itu sendiri, cara mendapatkan air
dimaksudkan berkaitan dengan sumber air tersebut. Sumber air yang bagus
tentunya menjadi salah satu syarat untuk mendapatkan air yang layak minum,
misal dari mata air pegunungan. Pada zaman dahulu, air layak minum cukup
hanya dengan cara dimasak, sebab bahan kontaminan yang terkandungnya pun
masih seputar seperti mikroorganisme ringan, kotoran ternak, dan tinja, yang
dapat dihilangkan dengan cara dipanaskan.
b. Bagaimana cara mengolah air tersebut untuk siap diminum., cara mengolah air
merupakan hal yang sangat penting diperhatikan untuk mendapatkan air yang
baik. Cara mengolah air pada jaman dahulu berbeda dengan jaman sekarang.
Air sekarang telah banyak tercampur berbagai zat anorganik seperti limbah
industri, radioaktif, logam berat dan lain sebagainya sehingga membutuhkan
pengolahan yang lebih canggih. Cara mengolah air menjadi salah satu hal yang
sangat penting agar didapat air minum yang berkualitas khususnya bila syarat
pertama tidak dapat dipenuhi.
5

Kepemilikan depot air minum memiliki arti penting dalam penyediaan air
minum yang terjangkau oleh masyarakat. Dari berbagai study diketahui ada
beberapa factor yang dapat mempengaruh aspek hygiene sanitasi depot antara lain
pengelolaan dan penggunaan filter serta peralatan disenfeksi yang tidak benar.
Untuk dapat langsung dikonsumsi, air minum yang dihasilkan oleh depot air
minum harus memenuhi persyaratan kesehatan ketidaktahuan para
pemilik/operator depot air minum tentang penanganan kualitas air baku tersebut.
Berdasarkan Keputusan Menteri Kesehatan RI nomer
97/Menkes/SK/VII/2002, yang dimaksud dengan air minum adalah air yang
melalui proses pengolahan yang memenuhi syarat dan langsung diminum.
Kualitas air minum dalam kemasan itu harus memenuhi syarat mikrobiologi,
klinis, dan syarat fisik. Syarat fisik bisa dilihat dari penampilannya, sedangkan
syarat mikrobiologi terkait adanya bakteri merugikan seperti Coliform dan E.coli.
Kalau syarat kimia terkait zat yang ada dalam air. Jika ketiga syarat tersebut tak
dipenuhi, maka air minum tak bisa dikatakan memenuhi kualitas. Bahayanya,
konsumsi air minum yang tak sehat ini mengandung berbagai bakteri berbahaya
yang bisa menyebabkan sakit perut sampai diare. (Ika Setyani, 2017)
1. Persyaratan Kualitas Air Minum
Ika Setyani 2015 menyatakan bahwa ada tiga persyaratan kualiatas air
minum yang harus dipenuhi adalah sebagai berikut :
a. Syarat fisik, secara fisik air minum yang sehat haruslah bening (tidak
berwarna) dan tidak berbau. Mengutip Buckle KA, dalam buku Ilmu Pangan
(1987), air yang bisa diminum haruslah tidak mengandung bahan tersuspensi
atau keruh. Selain itu, air minum isi ulang yang berkualitas juga harus memiliki
suhu di bawah suhu udara di luarnya (dalam suhu ruang).
b. Syarat mikrobiologi, syarat mikrobiologi ini disebut juga sebagai syarat
bakteriologis. Karena digunakan sebagai untuk minum, air minum isi ulang
harus bebas dari segala macam bakteri yang mencemarinya. "Terutama, harus
bebas dari bakteri patogen (penyebab penyakit)," kata Ika. Untuk mengetahui
ada atau tidaknya kandungan patogen dalam air minum isi ulang tersebut, maka
air minum harus diuji di laboratorium.
6

c. Syarat kimia, air minum yang sehat juga harus memenuhi syarat kimia yang
dibutuhkan.  Artinya, air harus mengandung zat-zat tertentu yang dibutuhkan,
misalnya zat besi, mangan, dan klorida. Zat tersebut juga harus ada dalam
jumlah tertentu. Kekurangan atau kelebihan zat tertentu dalam air akan
menyebabkan ketidakseimbangan. Parahnya ini juga akan mengganggu kondisi
fisiologis seseorang. 
2. Persyaratan Mikrobiologi pada air minum
Syarat mikrobiologi air minum menurut peraturan Menteri Kesehatan
Republik Indonesia Nomor 492/Menkes/SK/IV/2010 adalah air minum tidak
boleh mengandung bakteri patogen. Bakteri patogen adalah bakteri yang dapat
menyebabkan penyakit terutama penyakit saluran pencernaan. Salah satunya yaitu
bakteri Coliform.
Pengadaan air bersih untuk keperluan air minum, harus memenuhi
persyaratan yang sudah ditetapkan oleh pemerintah. Air minum aman bagi
kesehatan apabila memenuhi persyaratan secara fisika, mikrobiologi, kimia, dan
radioaktif. Persyaratan fisik meliputi parameter warna, suhu, kekeruhan, rasa dan
bau. Persyaratan kimia meliputi parameter bahan kimia organik, anorganik,
pestisida, disinfektan dan hasil sampingannya. Sedangkan persyaratan
bakteriologis meliputi Escherichia coli (E.coli) atau bakteri tinja dan total bakteri
Coliform.
2. Coliform
Coliform didefinisikan sebagai bakteri aerobik atau anaerobik fakultatif,
gram negatif, tidak membentuk endospora, berbentuk batang, dan dapat
memfermentasi laktosa untuk membentuk gas dalam 48 jam yang ditempatkan di
medium Lactose Broth pada suhu 35°C. Namun, tidak semua Coliform selalu
bakteri enteric tetapi lebih sering ditemukan di sampel tanah dan tumbuhan
sehingga untuk standar pemeriksaan air dan minuman spesifik kepada fecal
Coliform. Fecal Coliform utama adalah E. coli yang merupakan populasi terbesar
pada intestinal manusia. Ada beberapa tes yang dapat dilakukan untuk
membedakan Fecal Coliform dari nonfecal Coliform. Perlu adanya catatan bahwa
Coliform tidak bersifat patogen pada kondisi normal, meskipun strain tertentu
7

dapat menyebabkan penyakit diare dan infeksi saluran kandung kemih. Fecal
coliform sendiri dapat didefinisikan sebagai Coliform yang berasal dari intestinal
hewan berdarah panas sehingga mereka dapat tumbuh pada kisaran suhu yang
terbatas yaitu 44,5°C (Tortora dkk, 2011).
3. Metode MPN
Metode MPN adalah suatu metode enumerasi mikroorganisme yang
menggunakan data dari hasil pertumbuhan mikroorganisme pada medium cair
spesifik dalam seri tabung yang ditanam dari sampel padat atau cair yang ditanam
berdasarkan jumlah sampel atau diencerkan menurut tingkat seri tabungnya
sehingga dihasilkan kisaran jumlah mikroorganisme yang diuji dalam nilai
MPN/satuan volume atau massa sampel.
Prinsip utama metode ini adalah mengencerkan sampel sampai tingkat
tertentu sehingga didapatkan konsentrasi mikroorganisme yang pas/sesuai dan jika
ditanam dalam tabung menghasilkaan frekensi pertumbuhan tabung positif
“kadang-kadang tetapi tidak selalu”. Semakin besar jumlah sampel yang
dimasukkan (semakin rendah pengenceran yang dilakukan) maka semakin
“sering” tabung positif yang muncul. Semakin kecil jumlah sampel yang
dimasukkan (semakin tinggi pengenceran yang dilakukan) maka semakin “jarang”
tabung positif yang muncul. Jumlah sampel/pengenceran yang baik adalah yang
menghasilkan tabung positif “kadang-kadang tetapi tidak selalu”. Semua tabung
positif yang dihasilkan sangat tergantung dengan probabilitas sel yang terambil
oleh pipet saat memasukkannya ke dalam media. Oleh karena itu homogenisasi
sangat mempengaruhi metode ini. Frekuensi positif (ya) atau negatif (tidak) ini
menggambarkan konsentrasi mikroorganisme pada sampel sebelum diencerkan.
4. Metode Membran Filter
Teknik membran filter merupakan cara langsung (direct method) untuk
dapat mengetahui bakteri hidup dan interpretasi hasilnya lebih cepat bila
dibandingkan dengan metodd multiple test tube fermentation).
Prinsip kerja teknik membran filter ialah berdasarkan tertahannya partikel-partikel
yang terkandung dalam air, yang melalui permukaan atas membran filter. Pada
pemeriksaan bakteri indikator, membran filter yang digunakan sebagai penyaring
8

harus mempunyai pori-pori yang sesuai dengan bakteri yang akan diperiksa.
Sedangkan pori-pori membran filter itu sendiri mempunyai porositas yang
berbeda yaitu 0,22 um, 0,45 um dan 0,80 um. Selain pori-pori membran filter
yang harus sesuai dengan diameter bakteri, maka membran filter ini harus
mempunyai sifatsifat membran sebagai berikut:
1. Tidak boleh mengandung zat-zat penghambat terhadap pertumbuhan dan
perkembangan bakteri.
2. Porositas membran harus tersebar dan tidak boleh menghambat proses
penyaringan.
3. Dapat menahan bakteri secara kuantitatif pada permukaan atas membran filter.

B. Kerangka pemikiran

Air Minum Isi Ulang


(AMIU)

Persyaratan Kualitas Air Minum

Syarat Fisik Syarat bakteriologis Syarat Kimiawi


(Penampilan) (Coliform / E. coli) ( Zat/ Dalam Air)

Indikator Pencemaran
(Coliform)

Metode Membran Filter Metode MPN

Hasil

Gambar 2.1 Kerangka pemikiran


Keterangan : diperiksa
Tidak diperiksa
9

C. Kerangka Konsep

Metode Membran
AMIU
Filter & Metode MPN
(variabel terikat)
(variabel bebas)

Gambar 2.2 Kerangka Konsep


D. Definisi Operasional
Tabel 1. Definisi Operasional

Skala
Variabel Definisi Metode Alat Ukur Hasil Ukur
Ukur
Coliform Adalah Metode Inkubator, Pengamatan Rasional
pada AMIU bakteri Memban vacum langsung
di UPT Gram Filter pump,
Laboratoriu negatif vacum
m Kesehatan berbentuk flask, filter
Kabupaten batang dan holder,
Serang tidak
membentuk
berspora
Metode Tabung Pengamatan Rasional
MPN reaksi, langsung
tabung
durham,
inkubator
BAB III
METODE PENELITIAN

A. Desain Penelitian
Dalam penelitian ini digunakan jenis penelitian observasional
melalui pendekatan deskriptif yang bertujuan untuk mengetahui perbandingan
hasil pemeriksaan coliform pada AMIU dengan menggunakan metode membran
filter dan metode MPN.
B. Lokasi Dan Waktu Penelitian
1. Lokasi Penelitian
Peneletian ini dilaksanakan di UPT Laboratorium Kesehatan Kabupaten
Serang
2. Waktu Penelitian
Penelitian ini akan dilaksanakan pada bulan November 2019 sampai
dengan Februari 2020
C. Populasi dan Sampel Penelitian
1. Populasi
Populasi dalam penelitian ini adalah air minum isi ulang yang diperiksa di
UPT Laboratorium Kesehatan Kabupaten Serang.
2. Sampel Penelitian
Total sampling adalah teknik pengambilan sampel dimana jumlah sampel
sama dengan populasi (Sugiyono, 2012). Alasan mengambil total sampling
karena menurut Sugiyono (2012) jumlah populasi yang kurang dari 30,
seluruh populasi dijadikan sampel penelitian semuanya. Sampel yang diambil
dari penelitian ini adalah 15 AMIU.
D. Instrumen Penelitian
Peralatan yang digunakan untuk pemeriksaan bakteri indikator
pencemaran dengan teknik membran filter yaitu vacuum pump, vacuum
flask, sterifil filter holder, dan inkubator.
11

a. Vacuum pump.
Vacuum pump digunakan sebagai alat penghisap contoh air yang
terdapat dalam sterifil filter holder. Oleh karena itu, vacuum pump harus
menghasilkan daya hisap yang kuat dan juga konstan, agar selama proses
penyaringan tidak terganggu. Jika seandainya daya hisap vacuum pump listrik
tidak kuat atau tidak sesuai, maka sampel air di dalam filter holder yang akan
disaring tidak tersedot melalui pori-pori membranfilter. Daya hisap yang
dihasilkan oleh vacuum pump dapat berkisar antara 0–635 mm Hg, sedangkan
untuk proses filtrasi daya hisap yang baik berkisar antara 254 – 381 mm Hg
(Millipore 1984). Untuk melakukan pemeriksaan bakteri indikator di lapangan
dapat pula dipakai pompa tangan (hand vacuum pump) akan tetapi daya hisap
yang dihasilkan tidak sekuat vacuum pump listrik.
b. Vacuum flask.
Vacuum falsk ini berfungsi sebagai alat penampung sampel air hasil
filtrasi yang berlebihan, jika didalam tabung filter holder telah penuh berisi
sampel air. Volume vacuum falsk ini berkisar 1000 – 2000 ml, akan tetapi jika
jumlah sampel banyak maka untuk menampung air yang berlebihan dapat
digunakan tabung yang terbuat dari stain-less steel dengan daya tampung air
dapat mencapai 10 liter.
c. Filter holder.
Filter holder merupakan serangkaian unit peralatan yang berfungsi
sebagai alat filtrasi. Alat filtrasi ini ada yang terbuat dari bahan stainless steel,
bahan kaca dan polycarbonate. Salah satu filter holder yang dikemukakan
sebagai alat filtrasi dibawah ini yang terbuat dari bahan polycarbonate, hal ini
disebabkan mudah perawatannya dan sterilisasinya hanya menggunakan
alkohol 70 % serta tidak mudah pecah. Adapun bagan alat filtrasi seperti
terlihat pada Gam-bar 3, yaitu sterifil filter holder dari Millipore yang terdiri
dari :
1) Sterifil funnel cover, berfungsi sebagai alat penutup untuk mencegah
kontaminasi dari lingkungan selama proses filtrasi.
2) Sterifil funnel, ialah tempat sampel air yang akan difiltrasi.
12

3) Filter holder base, berfungsi sebagai tempat membran filter yang diletakkan
pada permukaan atasnya berpori-pori.
4) Sterifil receiver flask, merupakan tempat menampung hasil filtrasi. Jika hasil
filtrasi telah penuh dalam alat ini, maka alat tersebut dapat dihubungkan
dengan vacuum flask atau tabung sebagai tempat penampung contoh air.
d. Inkubator.
Inkubator dipergunakan sebagai tempat menginkubasikan bakteri,
sedangkan temperatur dan lamanya inkubasi tergantung dari jenis bakteri
yang akan dideteksi. Inkubator yang digunakan untuk menginkubasi harus
dapat mempertahankan temperatur yang konstan dan merata di semua ruangan
atau variasi temperaturnya tidak lebih dari temperatur yang telah ditentukan.
E. Cara Pengumpulan Data/ Prosedur Tata Kerja Laboratorium
1. a. Prosedur tata kerja Membran Filter
Sebelum proses penyaringan dilakukan sebaiknya alat tersebut di
sterilkan terlebih dahulu dengan alkohol 70 %, sampel dituang sebanyak 100
mL ke dalam funnel steril yang telah dilapisi oleh membran filter dengan
diameter 45 mm. Vakum filtrasi dinyalakan, setelah sampel selesai tersaring
kemudian bilas dengan 100 mL akuades steril. Membran filtrasi yang telah
menyaring sampel diambil dengan menggunakan pinset dan kemudian
ditempelkan tepat di tengah cawan petri yang telah berisi media CCA. Cawan
petri Blanko, aquades dituang masing-masing sebanyak 100 mL kedalam
corong steril yang telah dilapisi oleh membran filter dengan diameter 45 mm,
vakum filtrasi dinyalakan, setelah akuades selesai disaring, membran filtrasi
diambil dengan menggunakan pinset dan kemudian ditempelkan tepat di
tengah cawan petri yang telah berisi media CCA serta diberi label keterangan,
cawan petri yang telah ditempel membran filtrasi kemudian dibungkus
dengan menggunakan kertas cokelat dan selanjutnya diinkubasi di inkubator
pada suhu 35°C - 37°C selama 2x24 jam. Hasil positif yang tampak dari uji
sangkaan berupa koloni berwarna merah untuk bakteri kontaminan terduga
Coliform. Dilakukan uji konfirmasi pada hasil positif yang tampak dari uji
sangkaan. Uji Konfirmasi Koloni berwarna merah ditetesi sebanyak 2 tetes
13

pereaksi oksidase reagen tetrametil p-fenilendiamina dihidroklorida di atas


membran filter pada permukaan cawan petri. Koloni yang telah ditetesi
kemudian dipindahkan pada kertas saring yang telah ditetesi pereaksi
oksidase dengan menggunakan jarum ose. Reaksi positif oksidase
ditunjukkan dengan munculnya warna biru tua dalam waktu sekitar 30 detik.
b. Interpretasi Hasil
Kepadatan koloni bakteri dapat dihitung dengan kepekatan per 100
mL, jadi perhitungannya dirumuskan dalam satuan CPU/100 mL sebagai
berikut :
Coliform Total/100 mL jumlah koloni berwarna merah
= x 100
(CFU/100 mL) volume sampel yang difiltrasi (mL)

2. Prosedur Tata Kerja Metode MPN


Untuk metode MPN (most probable number) digunakan medium
cair dalam wadah berupa tabung reaksi, perhitungan di lakukan berdasarkan
jumlah tabung yang positif yaitu tabung yang m
engalami perubahan pada mediumnya baik itu berupa perubahan warna atau
terbentuknya gelembung gas pada dasar tabung durham. Pada metode
perhitungan MPN ini digunakan bentuk tiga seri pengenceran, yang pertama
10-1, 10-2 dan 10-3. Kemudian dari hasil perubahan tersebut dicari nilai MPN
pada tabel nilai MPN, dan untuk jumlah bakterinya maka digunakan rumus
(Gobel, 2012)
Tabel yang digunakan untuk menentukan nilai MPN dari tiga seri
tabung berbeda dengan tabel lima seri tabung. Kombinasi yang dipilih mulai
dari pengenceran tertinggi yang masih menghasilkan semua tabung positif
sedangkan pada pengenceran yang berikutnya ada tabung yang negatif.
Kombinasi yang diambil terdiri dari tiga pengenceran. Jika pada pengenceran
yang keempat atau seterusnya masih diketemukan tabung yang hasilnya
positif, maka jumlah tabung yang positif tersebut harus ditambahkan pada
angka kombinasi yang ketiga sampai mencapai jumlah maksimum.
Uji kualitatif Coliform secara lengkap terdiri dari 3 tahap yaitu: (1) Uji
penduga (presumptive test), (2) Uji penguat (confirmed test).
14

F. Analisa Data
Data yang diperoleh merupakan data pimer yaitu hasil pemeriksaan
Coliform metode membran filter dan metode MPN pada air minum isi ulang
disajikan secara deskriptif, dalam bentuk tabel disertai narasi.
G. Jadwal Penelian
2019 2020
No Kegiatan
November Desember Januari Februari
1 Penyusunan Proposal 

2 Seminar Proposal 

3 Revisi Proposal 

4 Pengumpulan sampel  

5 Pemeriksaan sampel  

6 Pengumpulan Data  

7 Pengolahan Data  

8 Analisis Data  

9 Penyusunan Laporan  
15

DAFTAR PUSTAKA

A. Baharuddin,A. Daud, T. Abdullah,M.Hatta. The Finding Of Escherchia coli


Drinking Water Refill With Reverse Transcriptse Polimerse Chain
Reaction Method At 16S rRNA Gene. Publish at Indian Journal Of
Publish Health & Development (Scopus) Vol 9 No 10 (465) Oktober
2018 ISSN0976-0245 Available at: http://www.ijphrd.com.
Athena dan Timotius, 2013. Perbandingan antara metoda Jumlah Perkiraan
Terdekat dengan metoda Penyaringan Milliporus dalam perhitungan
kelompok bakteri Coli tinja. Simposium Kualitas Air dan
Pembangunan Bogor
Azwar. 2011. Pengantar ilmu kesehatan lingkungan. Penerbit P.T. Mutiara,
Jakarta
Baharuddin A, 2014 Faktor yang berhubungan dengan kualitas Bakteriologis Air
Minum Isi Ulang (AMIU) di Kota Makassar Publish at jurnal
kesehatan. ISSN 2088- 0340, Vol 3,edisi 2 juni Tahun 2014.
Baharuddin A, 2017 Kualitas Air Minum Isi Ulang Pada Depot Di Wilayah Kerja
Puskesmas Dahlia Kota Makassar. Publish At hygiene Jurnal
Kesehatan lingkungan 3 (2) 62-68. . Avalaible of http: //journal.uin-
alauddin.ac.id
Dwidjo Saputro, 2014. Pengaruh kedalaman sumur terhadap jumlah bakteri
Escherichia coli dan Coliform group. Suatu penelitian mengenai air
sumur di Kotamadya Bandung. Kongres Nasional Mikrobiologi ke III.
Jakarta.
Farida N. 2009. Uji Mpn Coliform Dan Fecal Coli Dalam Sampel Air Limbah,
Air Bersih Dan Air Minum. SMTI Yogyakarta,.

Ika Setyani. 2017. Elliott T, Worthington T, Osman H, Gill M. 2013.


Mikrobiologi Kedokteran dan Infeksi. Jakarta: EGC.
Lidya Ayu, N. 2014. Kajian kualitas bakteriologis air minum Isi ulang di
kabupaten blora melalui Metode most probable number. Universitas
Negeri Semarang, Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam.
Semarang,.

Menteri Kesehatan Republik Indonesia. Peraturan Menteri Kesehatan tentang


Persyaratan Kualitas Air Minum Nomor 492/MENKES/PER/IV/2010.
Jakarta, 2010.
16

Oseana, 2011. Isolasi dan Identifikasi Bakteri Klinik. Akademi Analisis


Kesehatan. Jogjakarta. Hal: 117-119.
Partiana, I., M, 2015. Quality Of Bacteriological Refillable Drinking Water At
Producer Level In Badung Regency. Environmental Science Program.
Udayana University Denpasar.
Pemerintah Republik Indonesia. Peraturan Pemerintah Republik Indonesia
Nomor 66 tahun 2014 tentang Kesehatan Lingkungan. Jakarta, 2014

Prescott, Karuniawati A, Assani S, Warsa UC, Isjah L et al. Staff Pengajar FKUI,
2012. Buku Ajar Mikrobiologi Kedokteran revisi, Jakarta: Bina Rupa
Aksara
Ronni, Dedi Mahyudin Syam, 2016. Studi Kondisi Sanitasi Dengan Kualitas
Bakteriologis Depot Air Minum Isi Ulang Di Kec Panakkukang Kota
Makassar. Publish At hygiene Jurnal Kesehatan lingkungan volume 2
No 2 Mei-Agustus. Avalaible of http: //journal.uinalauddin.ac.id 2.
Said Sutomo, 2010. Mikrobiologi Dasar Jilid 1, Edisi Kelima. Erlangga. Jakarta
Sunardi, 2014. Pemeriksaan Most Probable Number (Mpn) Bakteri Coliform Dan
Coli Tinja Pada Jamu Gendong Yang Dijual Di Pasar Besar Kota
Palangkaraya. Palangkaraya 19 april 2016.

Sutjahyo, 2012. Uji Mikrobiologi Air Minum Yang Dikonsumsi oleh Masyarakat
Desa Deket Wetan Kec. Deket Kab. Lamongan. Universitas Airlangga.
Jurusan Biologi Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam
Universitas Airlangga. Surabaya.
Suriawiria, 2012. Dasar-Dasar Mikrobiologi. Djambatan. Jakarta.
Sutriawan, 2013. Analisis Mikrobiologi Pangan. PT Radja Grafindo Persada.
Jakarta.
Suharyono, 2011. Mikrobiologi Umum Dalam Praktek. Universitas Hasanuddin,
Makassar
Sugiono,2012. Metode Penelitian. PT Erlangga, Jakarta
Tortora, 2012. Analisis Kualitas Air Minum Isi Ulang di Kabupaten Lamongan.
Jurusan Kimia Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam
Universitas Airlangga Surabaya
Tri J. 2010. Unit air baku dalam sistem penyediaan air minum. Graha Ilmu
Yogyakarta,.

Zuhri, 2009. Buku Penuntun Praktikum Mikrobiologi Farmasi. Jurusan Farmasi


Politeknik Kesehatan Depkes Surabaya
17

Anda mungkin juga menyukai