Anda di halaman 1dari 31

MAKALAH UTILITAS

PRE-TREATMENT PENJERNIHAN AIR


Makalah ini Disusun untuk Memenuhi Tugas
Mata Kuliah Utilitas

Disusun Oleh:
Kelompok: 4
Kelas: 1A D-III Teknik Kimia
Azizah Anisia Subandono 2231410046
Handoko Desta Priadi 2231410033
Shera Angelista Salsha Bella 2231410035

JURUSAN TEKNIK KIMIA


PROGRAM STUDI D-III TEKNIK KIMIA
MALANG
2023
1
KATA PENGANTAR
Puji syukur atas kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas segala rahmat dan
anugerah-Nya sehingga dapat terselesaikannya makalah dengan judul “PRE-
TREATMENT PENJERNIHAN AIR” sebagai salah satu tugas Mata Kuliah
Utilitas pada Program Studi D-III Teknik Kimia di Politeknik Negeri malang.
Pada kesempatan ini disampaikan terima kasih dan penghargaan yang
setinggi-tingginya kepada Dr. Yanty Maryanty S.T., M.SI. selaku dosen Mata
Kuliah Utilitas serta pihak-pihak lain yang membantu, hingga laporan ini
terselesaikan.
Demikian, semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi diri penulis sendiri
maupun pihak lain yang memanfaatkan. Penulis menyadari dengan sepenuh hati
bahwa makalah ini masih jauh dari kesempurnaan. Oleh karena itu, penulis
mengharapkan kritik dan saran yang bersifat membangun demi perbaikan makalah
ini kedepannya.

Malang, 7 Mei 2023

Penulis

2
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Air adalah senyawa yang paling penting di bumi. Air ditemukan di
permukaan dan juga di atmosfir bumi. Sebagian besar tubuh manusia
terdiri atas air. Di dalam kehidupan sehari–hari, kita banyak menggunakan
air untuk kebutuhan rumah tangga misalnya untuk air minum, memasak,
mandi, mencuci, dan sebagainya. Selain itu air juga digunakan dalam
bidang industri. Untuk memenuhi semua kebutuhan tersebut maka
diperlukan air yang kualitasnya baik. Kualitas air yang baik dilihat dari
berbagai segi yaitu segi kimiawi, biologis, fisika, maupun segi estetika.
Salah satunya dari segi estetika kualitas air dilihat dari tingkat
kekeruhannya.
Air yang digunakan untuk konsumsi sehari-hari harus memenuhi
standar kualitas air bersih. Ada beberapa kriteria suatu air dikatakan
memiliki kualitas yang baik, seperti kualitas fisik, kualitas kimia, dan
kualitas biologi. Pada kualitas fisik ditinjau bagaimana bau, rasa, warna,
serta kejernihan dari air tersebut. Kualitas kimia dilihat bahan atau zat apa
saja yang terkandung dalam air tersebut. Serta kualitas biologis dilihat
keberadaan dari mikrobiologi yang dapat membawa penyakit dalam air
tersebut.
Sekarang ini sudah banyak alat-alat penyaring air bersih yang
canggih. Tidak hanya di luar negeri, namun juga di dalam negeri. Alat
penjernih tersebut dinilai cukup baik dalam menjernihkan air, dari air
lumpur, air payau, air asin, air berminyak dan air keruh. Namun tidak
semua masyarakat dapat membeli alat penjernih air ini. Karena dianggap
sebagai alat yang mahal. Namun sekarang sudah ada alat penjernih air
yang lebih murah dan mudah dalam pembuatannya serta dalam
perawataanya sekalipun.
Oleh karena itu makalah ini dibuat untuk mengetahui proses atau
teknik apa saja untuk pre-treatment/penjernihan air terkait karakteristik air
yang baik, analisa air yang baik termasuk TDS (Total Dissolved Solid),

3
proses pre-treatment air secara sederhana, dan perbedaan karakteristik dari
air sanitasi, air proses serta air konsumsi.
Ada berbagai macam cara sederhana yang dapat kita gunakan
untuk mendapatkan air bersih, dan cara yang paling mudah dan paling
umum digunakan adalah dengan membuat saringan air, dan bagi kita
mungkin yang paling tepat adalah membuat penjernih air atau saringan air
sederhana. Perlu diperhatikan, bahwa air bersih yang dihasilkan dari
proses penyaringan air secara sederhana tersebut tidak dapat
menghilangkan sepenuhnya garam yang terlarut di dalam air.

1.2 Rumusan Masalah


1. Apa saja karakteristik air layak konsumsi?
2. Bagaimana cara menganalisis air menggunakan parameter TDS?
3. Apa fungsi dari TDS?
4. Apa saja teknik dalam penjernihan air?
5. Apa saja fungsi setiap bahan dalam penyaringan?
6. Apa saja perbedaan air sanitasi, air proses, dan air konsumsi?

1.3 Tujuan
1. Untuk mengetahui karakteriktis air layak konsumsi
2. Untuk mengetahui cara menganalisis air menggunakan pearameter
TDS
3. Untuk mengetahui fungsi dari TDS
4. Untuk mengertahu teknik dalam penjernihan air
5. Untuk mengetahui fungsi setiap bahan dalam penyaringan
6. Untuk mengetahui perbedaan air sanitasi, air proses, dan air konsumsi.

4
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Karakteristik Air Yang Baik Dan Layak Konsumsi
Air bersih diartikan sebagai air yang digunakan dalam rumah
tangga untuk keperluan sehari-hari, seperti mandi, buang hajat, mencuci
baju, minum, dan memasak. Khusus untuk air minum, kualitasnya harus
memenuhi syarat yang tertuang dalam Peraturan Menteri Kesehatan
Nomor 492 Tahun 2010 dan telah lulus uji Badan Pengawas Obat dan
Makanan (BPOM).
2.2 Syarat Air Minum Layak Konsumsi
Berdasarkan aturan tersebut Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 492
Tahun 2010, air minum layak konsumsi harus memenuhi ketiga syarat
berikut:
1. Syarat fisik
Syarat ini berkaitan dengan kondisi fisik air yang dapat dikenali
oleh pancaindra manusia. Air yang sehat dan layak konsumsi haruslah
bening atau jernih, tidak meninggalkan endapan, tidak berbau, tidak
berasa (tawar), dan memiliki suhu di bawah suhu udara luar atau suhu
ruang, yakni antara 10-25oC. Air yang keruh atau tidak jernih, baunya
tidak sedap, dan rasanya aneh merupakan jenis air yang harus
dihindari. Sebab, ciri-ciri tersebut bisa menunjukkan bahwa air minum
telah terkontaminasi oleh kuman, bahan kimia berbahaya, atau bakteri.
Selain itu, mengonsumsi air yang tidak memenuhi standar tersebut
juga bisa menyebabkan penyakit. Suhu juga menjadi parameter
penting untuk menentukan apakah air minum layak untuk dikonsumsi.
Pasalnya, sumber air minum yang didapatkan dari tempat yang
terpapar suhu tinggi bisa memicu pertumbuhan mikroorganisme dan
membuat air minum rawan tercemar. Misalnya adalah pencemaran air
oleh bakteri jenis Coliform yang bisa tumbuh dan berkembang pada
suhu 37 oC. Selain itu, ada pula bakteri E. Coli yang pertumbuhannya
bisa meningkat pada air yang suhunya mencapai 44.2 oC. Maka dari
itu, hindari konsumsi air yang bersumber dari suhu tinggi.

5
2. Syarat kimiawi
Syarat ini berkaitan dengan derajat keasaman, kandungan mineral,
dan bahan-bahan kimia lain di dalam air minum. Air minum yang
sehat harus masih mengandung mineral-mineral penting yang
dibutuhkan tubuh, di antaranya Zn (seng), Fe (zat besi), Cu (tembaga),
Mn (mangan), dan Cl (klorida), dalam kadar yang ditentukan. Air
minum yang sehat tidak boleh mengandung logam berat beracun
seperti Hg (merkuri atau air raksa), Pb (timbal), As (arsen), Cd
(kadmium), dan Cr (kromium).
Di samping itu, air yang layak konsumsi harus memiliki pH yang
netral, yakni sekitar 7 dan mengandung cukup yodium. Rekomendasi
air minum yang layak konsumsi adalah memiliki pH 6.5 – 8.5. Air
dengan pH terlalu rendah (di bawah 6.5), biasanya akan lebih mudah
tercemar oleh polutan yang mambahayakan kesehatan tubuh. Bukan
hanya itu, air dengan pH terlalu rendah juga bisa menyebabkan
terjadinya karat atau korosi pada saluran air minum. Jika hal ini
terjadi, maka karat pada saluran air minum tersebut akan
mengkontaminasi air, sehingga menjadi tidak layak untuk dikonsumsi.
Sementara itu, air yang memiliki pH di atas 8.5 atau disebut dengan
air alkali biasanya tidak memberikan dampak buruk bagi kesehatan
tubuh. Namun, tetap saja bahwa mengonsumsi air dengan pH terlalu
tinggi bisa meningkatkan risiko alkalolisis yang ditandai dengan
gejala mual, diare, dan muntah.
Ada atau tidaknya kandungan bahan kimia beracun di dalam air
sekilas bisa dilihat dari ciri fisiknya. Air yang beracun atau
mengandung logam berat akan berbau menyengat dan berwarna.
3. Syarat mikrobiologi
Karena digunakan untuk minum, air harus bebas dari segala
macam kuman atau bakteri penyebab penyakit. Utamanya adalah
bakteri Escherichia coli dan Salmonella sp, yang kerap menimbulkan
sakit perut dan diare. Ada atau tidaknya kuman di dalam air minum
tidak bisa dikenali dari ciri fisiknya dan hanya bisa diketahui melalui

6
uji laboratorium. Meskipun sulit untuk melihat secara langsung
keberadaan mikroorganisme tersebut, namun Kamu bisa
menghindarinya dengan tidak mengonsumsi air yang sumbernya dekat
dari toilet atau tempat pembuangan sampah. Sebab, sumber air yang
lokasinya dekat dengan toilet atau tempat pembuangan sampah rawan
tercemar oleh banteri. Jika ingin mengonsumsi produk air kemasan,
maka pastikan untuk memilih produk air kemasan yang telah
mendapat izin edar dari BPOM. Selain itu, pastikan pula kemasannya
masih tersegel dengan baik, tidak disimpan di tempat yang terpapar
sinar matahari langsung, serta kemasannya tidak rusak.
Bagaimana Bila Kelayakan Air minum diragukan? Agar benar-
benar yakin bahwa air yang dikonsumsi layak minum, Anda bisa
membawa contoh air ke laboratorium terdekat atau BPOM. Meski
menjadi sedikit repot dan harus mengeluarkan biaya, langkah ini
penting untuk kelangsungan hidup dan kesehatan Anda.
Bila ternyata hasil pemeriksaan laboratorium menyatakan bahwa air
yang Anda bawa tidak aman sehingga menjadikannya tak layak untuk
dikonsumsi, Anda perlu mencari alternatif lain.
Misalkan, menyaringnya terlebih dulu dengan produk filter air
sebelum digunakan, khususnya untuk kebutuhan rumah tangga. Untuk
air minum, selain disaring, perlu juga direbus terlebih dulu hingga
mendidih agar bebas kuman. Bila kualitas air sangat buruk, mau tidak
mau Anda harus membeli air yang layak minum. Anda pun harus
selektif dan berhati-hati dalam mencari tempat yang menjual air
minum layak konsumsi.
Di sisi lain, meski air minum di rumah telah memenuhi ciri-ciri air
layak konsumsi, kondisinya tetap harus diperiksa secara berkala. Ini
karena kualitas air bisa berubah-ubah, seiring dengan perubahan pada
iklim (curah hujan, tekanan, dan suhu udara), faktor geologi
(bebatuan) dan tumbuh-tumbuhan yang dilalui air, serta aktivitas
manusia.
2.3 Cara Menganalisa Air Menggunakan Parameter TDS

7
Pemeriksaan Parameter TDS (Total Dissloved Solid) Total
Dissolved Solid (TDS) atau yang disebut jumlah zat padat terlarut pada
air. Air yang berasa menunjukkan kehadiran berbagai zat yang dapat
membahayakan kesehatan. Tingginya nilai TDS dapat memperlihatkan
hubungan negatif dengan beberapa parameter kualitas air yang dapat
menyebabkan meningkatkan toksisitas pada organisme dalam air minum.
Nilai TDS yang diperbolehkan menurut Permenkes 492 Tahun 2010
tentang Persyaratan Kualitas Air Minum yaitu 500 mg/L yang menjadi
parameter wajib yang termasuk dalam parameter yang tidak langsung
berhubungan dengan kesehatan yaitu pada parameter fisik. Sedangkan
menurut Standar Nasional Indonesia (SNI) air mineral dan air demineral
secara wajib mengikuti peraturan Menteri Perindustrian Nomor
78/MIND/PER/11/2016 yang tercantum dalam SNI Air Mineral SNI
3553:2015 & SNI Air demineral SNI 6241:2015 yang memberlakukan
persyaratan untuk nilai TDS yang diperbolehkan yaitu tidak melebihi 500
mg/L. Pemeriksaan kandungan TDS dengan menggunakan TDS meter
digital yaitu bagian dari fasilitas pada alat pengukur kualitas air digital
WA-2017SD.
Total Dissolved Solid (TDS) atau padatan terlarut adalah padatan-
padatan yang mempunyai ukuran lebih kecil dari padatan tersuspensi.
Total Dissolved Solids (TDS) meter digunakan untuk mengukur berat total
semua padatan (mineral, garam atau logam) yang dilarutkan dalam
sejumlah volume air, dinyatakan dalam miligram per liter (mg/L) atau part
per million (PPM).
TDS Meter adalah suatu alat yang digunakan untuk mengukur
partikel yang ada pada larutan air yang tidak dapat dilihat oleh mata
telanjang. TDS merupakan singkatan dari Total Dissolved Solids. Pada
setiap air minum pasti mengandung suatu partikel yang dapat larut dan
tidak bisa tampak oleh mata. Untuk partikelnya, dapat berupa partikel
padat misalnya kandungan logam.
Air organik merupakan air yang sama sekali tidak memiliki
kandungan dan unsur kimia selain H₂O. Unsur kimia tersebut dalam air

8
mineral tersebut tidak mengandung unsur mineralanorganik, diantaranya
adalah merkuri, frrum, dan alumunium. Untuk cara mengukur partikel
tersebut yaitu dengan TDS meter.
Alat tersebut dapat mengukur berapa jumlah partikel padat yang
dapat larut dalam air pada setiap satuan ppm. Untuk penunjuknya berupa
angka digital pada displaynya.TDS meter ini digunakan sebagai alat cek
kemurnian air dan kadar mineral yang ideal untuk semua aplikasi
pemurnian air seperti pengecekan air minum isi ulang, air reverse osmosis,
air PAM, air destilasi, air aki, air tanah, air limbah regulasi, air sadah,
budidaya hidroponik, dan koloid perak.
Fitur TDS meter digital laboratorium ini adalah sbb:
1. Sangat efisien dan akurat karena menggunakan mikroprosesor.
2. Fungsi HOLD: untuk menyimpan pengukuran, untuk membaca dan
merekam.
3. Fumsi Auto-off: meter menutup secara otomatis setelah 10 menit tidak
gunakan untuk menghemat baterai.
4. Rentang Pengukuran: 0-9990 ppm. Dari 0-999 ppm, resolusi dengan
penambahan sebesar 1 ppm. Dari 1000-9990 ppm, resolusi dengan
penambahan sebesar 10 ppm, ditunjukkan oleh gambar berkedip ‘x10′.
5. Built-in termometer digital
6. Tampilan besar dan mudah dibaca layar LCD.
7. Kalibrasi pabrikan: Alat kami dikalibrasi dengan larutan NaCl 342
ppm. Meter dapat dikalibrasi ulang dengan obeng mini.
2.4 Macam-Macam Teknik dalam Penjernihan Air
2.4.1 Saringan Kain Katun

Pembuatan saringan air dengan menggunakan kain katun


merupakan teknik penyaringan yang paling sederhana / mudah. Air

9
keruh disaring dengan menggunakan kain katun yang bersih.
Saringan ini dapat membersihkan air dari kotoran dan organisme
kecil yang ada dalam air keruh. dalam air keruh. Air hasil saringan
tergantung pada ketebalan dan kerapatan kain yang digunakan.
2.4.2 Saringan Kapas

Teknik saringan air ini dapat memberikan hasil yang lebih


baik dari teknik sebelumnya. Seperti halnya penyaringan dengan
kain katun, penyaringan dengan kapas juga dapat membersihkan
air dari kotoran dan organisme kecil yang ada dalam air keruh.
Hasil saringan juga tergantung pada ketebalan dan kerapatan kapas
yang digunakan.
2.4.3 Aerasi

Aerasi merupakan proses penjernihan dengan cara


mengisikan oksigen ke dalam air. Dengan diisikannya oksigen ke
dalam air maka zat-zat seperti karbon dioksida serta hidrogen
sulfida dan metana yang mempengaruhi rasa dan bau dari air dapat
dikurangi atau dihilangkan. Selain itu partikel mineral yang terlarut
dalam air seperti besi dan mangan akan teroksidasi dan secara
cepat akan membentuk lapisan endapan yang nantinya dapat
dihilangkan melalui proses sedimentasi atau filtrasi.
2.4.4 Saringan Pasir Lambat (SPL)

10
Saringan pasir lambat merupakan saringan air yang dibuat
dengan menggunakan lapisan pasir pada bagian atas dan kerikil
pada bagian bawah. Air bersih didapatkan dengan jalan menyaring
air baku melewati lapisan pasir terlebih dahulu baru kemudian
melewati lapisan kerikil.
2.4.5 Saringan Pasir Cepat (SPC)

Saringan pasir cepat seperti halnya saringan pasir lambat,


terdiri atas lapisan pasir pada bagian atas dan kerikil pada bagian
bawah. Tetapi arah penyaringan air terbalik bila dibandingkan
dengan Saringan Pasir Lambat, yakni dari bawah ke atas (up flow).
Air bersih didapatkan dengan jalan menyaring air baku melewati
lapisan kerikil terlebih dahulu baru kemudian melewati lapisan
pasir. Untuk keterangan lebih lanjut dapat temukan pada artikel
Saringan Pasir Cepat (SPC).
2.4.6 Gravity-Fed Filtering System

11
Gravity-Fed Filtering System merupakan gabungan dari
Saringan Pasir Cepat (SPC) dan Saringan Pasir Lambat (SPL). Air
bersih dihasilkan melalui dua tahap. Pertama-tama air disaring
menggunakan Saringan Pasir Cepat (SPC). Air hasil penyaringan
tersebut dan kemudian hasilnya disaring kembali menggunakan
Saringan Pasir Lambat. Dengan dua kali penyaringan tersebut
diharapkan kualitas air bersih yang dihasilkan tersebut dapat lebih
baik. Untuk mengantisipasi debit air hasil penyaringan yang keluar
dari Saringan Pasir Cepat, dapat digunakan beberapa / multi
Saringan Pasir Lambat.
2.4.7 Saringan Arang

Saringan arang dapat dikatakan sebagai saringan pasir


arang dengan tambahan satu buah lapisan arang. Lapisan arang ini
sangat efektif dalam menghilangkan bau dan rasa yang ada pada air
baku. Arang yang digunakan dapat berupa arang kayu atau arang
12
batok kelapa. Untuk hasil yang lebih baik dapat digunakan arang
aktif. Untuk lebih jelasnya dapat lihat bentuk saringan arang yang
direkomendasikan UNICEF pada gambar di atas ini.
2.4.8 Saringan Keramik

Saringan keramik dapat disimpan dalam jangka waktu yang


lama sehingga dapat dipersiapkan dan digunakan untuk keadaan
darurat. Air bersih didapatkan dengan jalan penyaringan melalui
elemen filter keramik. Beberapa filter kramik menggunakan
campuran perak yang berfungsi sebagai disinfektan dan membunuh
bakteri. Ketika proses penyaringan, kotoran yang ada dalam air
baku akan tertahan dan lama kelamaan akan menumpuk dan
menyumbat permukaan filter. Sehingga untuk mencegah
penyumbatan yang terlalu sering maka air baku yang dimasukkan
jangan terlalu keruh atau kotor. Untuk perawatan saringn keramik
ini dapat dilakukan dengan cara menyikat filter keramik tersebut
pada air yang mengalir.
2.4.9 Saringan Cadas / Jempeng / Lempeng Bata

Saringan cadas atau jempeng ini mirip dengan saringan


keramik. Air disaring dengan menggunakan pori-pori dari batu
cadas. Saringan ini umum digunakan oleh masyarakat desa

13
Kerobokan, Bali. Saringan tersebut digunakan untuk menyaring
air yang berasal dari sumur gali ataupun dari saluran irigasi
sawah. Seperti halnya saringan keramik, kecepatan air hasil
saringan dari jempeng relatif rendah bila dibandingkan dengan
SPL terlebih lagi SPC.
2.5 Proses Pre-Treatment Air Secara Sederhana
Saringan air sederhana/tradisional merupakan modifikasi dari
saringan pasir arang dan saringan pasir lambat. Proses Pre-Treatment Air
Secara Sederhana ini prinsipnya adalah penjernihan dan penyaringan
dengan memperlambat aliran. Sistem ini menggunakan bahan penyaring,
seperti sabut/ijuk yang berasal dari sabut kelapa, batu-batu/kerikil, arang
aktif ataupun potongan bata. Air yang melewati penyaring tersebut akan
tersaring sehingga menghasilkan air yang jernih. Berikut adalah susunan
komponen dari Pre-Treatment air secara sederhana:

Adapun fungsi dari bahan-bahan tersebut:


1. Serabut/ijuk memudahkan penyaringan sederhana dengan cara
mekanis.
2. Ijuk berfungsi menyaring kotoran yang ukurannya lebih besar.
3. Arang berfungsi untuk menyaring menghilangkan bau, warna,
pencemar dalam air, sebagai pelindung dan penukaran resin dalam
bahan penyaringan air.

14
4. Kerikil/Batu-batu berfungsi untuk menyaring material-material yang
berukuran besar.
5. Pasir ini sangat efektif sebagai media penyaring agar terdapatkan air
yang bersih.
2.6 Air sanitasi
Air bersih (sanitasi) adalah salah satu jenis sumber daya berbasis
air yang bermutu baik dan biasa dimanfaatkan oleh manusia untuk
dikonsumsi atau dalam melakukan aktivitas mereka sehari-hari dan
memenuhi persyaratan untuk pengairan sawah, untuk treatment air minum
dan untuk treatmen air sanitasi. Persyaratan disini ditinjau dari persyaratan
kandungan kimia, fisika dan biologis.
Pengertian Air Bersih:
1. Secara Umum: Air yang aman dan sehat yang bisa dikonsumsi
manusia.
2. Secara Fisik : Tidak berwarna, tidak berbau, tidak berasa.
3. Secara Kimia:
a. PH netral (bukan asam/basa)
b. Tidak mengandung racun dan logam berat berbahaya
Untuk konsumsi air minum menurut departemen kesehatan, syarat-
syarat air minum adalah tidak berasa, tidak berbau, tidak berwarna, dan
tidak mengandung logam berat. Walaupun air dari sumber alam dapat
diminum oleh manusia, terdapat risiko bahwa air ini telah tercemar
oleh bakteri (misalnya Escherichia coli) atau zat-zat berbahaya lainnya.
Walaupun bakteri dapat dibunuh dengan memasak air hingga 100 °C,
banyak zat berbahaya, terutama logam, tidak dapat dihilangkan dengan
cara ini, dibunuh dengan memasak air hingga 100 °C, banyak zat
berbahaya, terutama logam, tidak dapat dihilangkan dengan cara ini.
Pengolahan air sanitasi yaitu air dari bak air bersih dialirkan oleh
pompa menuju bak klorinasi dan ditambahkan desinfektan klor (Cl₂)
sebanyak 1 ppm yang diinjeksikan langsung ke dalam pipa. Dari bak
klorinasi, air dialirkan menuju bak air sanitasi dengan menggunakan
pompa dan siap digunakan sebagai air sanitasi.

15
2.7 Air proses
Air proses merupakan dari utilitas yang sudah di treatment bebas
mineral pengotor dan pH netral sehingga bisa digunakan untuk melarutkan
atau mengencerkan zat dalam proses reaksi kimia. Pada umumnya, air
untuk proses dari kegiatan industri diperuntukan sebagai pelarut,
pencampur, pengencer, media pembawa pencuci dan lainnya. Dengan
kualitas air proses yang berbeda tergantung fungsinya dan sangat
ditentukan oleh jenis industri lainnya. Parameter-parameter yang dianggap
penting sangat berbeda pada kegiatan industri yang berbeda, demikian
pula jumlah air yang diperlukan untuk setiap produk yang dihasilkan
sangat berbeda. Sebagai contoh: pada industri kertas memerlukan air
proses sekitar 70-90% dari total kebutuhan air untuk kegiatan industrinya.
Demikian juga untuk industri tekstil kebutuhan air untuk industri proses
mencapai persentasi yang sama untuk industri kertas. Sedang pada industri
sabun kebutuhan air prosesnya tidak sebesar industri kertas dan tekstil
yaitu sekitar 30-50% dari total kebutuhan airnya dan untuk industri ban
kebutuhan air proses sangat rendah sekitar 5-10% dari kebutuhan air. 
Besi dan mangan merupakan parameter penting pada industri
tekstil karena kehadiran industri besi dan mangan akan mengganggu
dalam proses pewarnaan dan memberikan flek atau noda pada lembar
kertas/ tekstil. Demikian pula kesadahan merupakan parameter penting
untuk industri tekstil disamping parameter- parameter lain seperti
alkalinitas, silika, padatan terlarut dan lainnya.
Air proses juga merupakan air yang digunakan pada alat-alat
proses, berupa steam (uap jenuh dan uap sangat jenuh. Steam ini
dihasilkan oleh boiler, air yang dipanaskan di boiler disebut air boiler.
Kualitas air boiler sangat penting untuk diperhatikan, dengan tujuan agar
boiler memiliki usia kerja optimal. Hal ini dikarenakan air boiler menjadi
faktor yang paling utama sebagai penyebab terjadinya korosi pada pipa-
pipa boiler. Dan korosi, menjadi momok perusak yang paling utama
terhadap boiler.

16
Kualitas air boiler ditunjukkan oleh berbagai parameter terukur
yang harus berada pada nilai tertentu untuk dapat merepresentasikan
kualitas air boiler berada dalam kondisi baik. Tabel brikut menunjukan
kualitas air boiler.

Standard Kualitas Air Boiler Menurut APAVE (Association of electrical


and steam unit owners)

17
Standard Kualitas Air Boiler Menurut ABMA (American Boiler
Manufacturers Association)
Nilai-nilai parameter sifat air di atas berbeda untuk setiap tekanan
kerja boiler. Hal ini dikarenakan semakin tinggi tekanan kerja boiler,
maka akan semakin tinggi pula temperatur didih air boiler. Sifat-sifat air
sangat dipengaruhi oleh temperatur kerjanya. Semakin tinggi temperatur
air, semakin tinggi pula korosifitasnya. Sehingga semakin tinggi tekanan
dan temperatur air, akan semakin ketat batasan parameter sifat air yang
diijinkan. Berikut adalah parameter-parameter untuk menentukan kualitas
air proses.
a. pH

18
pH menjadi satuan ukuran yang menunjukkan jumlah
konsentrasi ion H+ di dalam air boiler. Nilai pH memiliki skala
paling rendah 1 dan paling tinggi 14. Semakin rendah nilai pH
maka semakin tinggi konsentrasi ion H+. Sedangkan semakin tinggi
nilai pH, maka konsentrai ion OH- semakin dominan. Angka 7
menunjukkan keseimbangan jumlah ion H+ dan OH- sehingga air
bersifat netral.
Air boiler yang bersifat asam memiliki sifat yang sangat
korosif, sedangkan jika bersifat terlalu basa akan menyebabkan
caustic embrittlement. Nilai ideal pH air boiler disesuaikan dengan
kapasitas tekanan boiler (sesuai dengan tabel di atas). Sehingga,
memonitor nilai pH air boiler menjadi kewajiban demi menjaga
keawetan boiler.
b. Dissolve Oxygen (DO)
Jumlah oksigen yang terlarut di dalam air boiler juga wajib
dimonitor, karena oksigen tersebut sangat berpotensi menimbulkan
korosi jenis oxygen pitting. Molekul oksigen akan terlokalisasi
pada suatu titik tertentu dan mengoksidasi besi pipa pada titik
tersebut. Hasil korosi yang ditimbulkan tidak tetap menempel pada
area sebelumnya, akan tetapi molekul Fe(OH)2 akan terlarut ke
dalam air dan meninggalkan jejak berupa lubang kecil (pitting)
pada permukaan pipa. Jika kandungan oksigen terus berlebihan,
maka akan semakin banyak lubang pitting yang ditimbulkan atau
bahkan akan semakin memperdalam lubang yang sebelumnya
sudah terbentuk.

19
Oxygen Pitting Pada Pipa Boiler
Oxygen pitting biasa terjadi pada boiler kecil yang tidak
terdapat fasilitas deaerasi untuk menghilangkan udara terlarut di
dalam air. Boiler yang dalam kondisi tidak sedang beroperasi dan
pipa-pipanya terisi oleh udara bebas, kemungkinan terjadinya
oxygen pitting juga cukup besar.
c. Konduktifitas Spesifik
Parameter sifat air boiler selanjutnya yang perlu dimonitor
adalah konduktifitas spesifik. Konduktifitas spesifik adalah sebuah
satuan yang menunjukkan kemampuan cairan untuk
menghantarkan listrik. Nilai satuan ini berbanding lurus dengan
jumlah ion serta padatan terlarut total (Total Dissolved Solid/TDS)
di dalam suatu cairan. Konduktifitas spesifik memiliki satuan SI
siemens per meter (S/m), dimana semakin tinggi nilai nya maka
kemampuan menghantarkan listrik semakin tinggi. Air deionisasi
berkualitas baik biasanya memiliki nilai konduktifitas spesifik
sebesar 5,5 μS/m, air minum 5-50 mS/m, sedangkan air laut
sebesar 5 S/m yang kesemuanya diukur pada kondisi temperatur
standard 25oC.
Sejumlah ion terlarut di dalam air boiler juga dapat
menimbulkan korosi pada boiler, korosi ini biasa disebut galvanic
corrosion. Sehingga memonitor jumlah ion terlarut di dalam air
boiler menjadi penting pula. Terutama bagi Anda pengguna boiler
kecil yang menggunakan air tanpa pengolahan (non-
20
demineralisasi). Resiko jumlah ion terlarut di dalam air semakin
tinggi jika lokasi sumber air Anda dekat dengan laut. Padatan
terlarut yang terlalu tinggi dapat mengakibatkan fouling atau
penyumbatan saluran pipa boiler.
d. Kekeruhan Air
Turbidity atau kekeruhan air menjadi faktor selanjutnya
yang tidak kalah penting untuk kita monitor dalam air boiler.
Kekeruhan air pada air boiler dapat terjadi jika air boiler tercampur
dengan produk korosi. Sehingga mengetahui hasil pengukuran
tingkat kekeruhan air dapat digunakan sebagai deteksi awal adanya
korosi pada boiler.
e. Silica, Alkalinity dan Hardness
Alkalinity merupakan ion carbonat, bikarbonat dan hidrat.
P-alkalinity merupakan jumlah 1/2 carbonate dan semua hidrat, M-
alkalinity adalah jumlah bicarbonat dan carbonat atau carbonat dan
hydrat. Sedangkan Hardness merupakan jumlah dari ion calcium
dan magnesium dlm air. Kadar silica, alkalinity dan hardness yang
melampaui batas akan meyebabkan terbentuknya kerak. Kerak
adalah senyawa berstruktur kristal dan tidak tembus air, sehingga
keberadaanya akan berfungsi seperti isolator dan menurunkan
efisiensi perpindahan panas sehingga efisiensi boiler akan menjadi
rendah dan akan lebih banyak mengkonsumsi bahan baker;
Konsekuensi lain dari adanya kerak adalah terjadinya “hot spot”
yaitu panas yang berlebih pada tempat kerak berada dan hal ini bisa
mengakibatkan pipa boiler menggelembung dan pecah.
2.8 Air konsumsi
Air minum adalah kebutuhan dasar manusia yang paling penting.
Untuk menjamin kelangsungan hidup dan kualitas hidup manusia harus
diperhatikan kelestarian sumberdaya air. Namun tidak semua daerah
mempunyai sumberdaya yang baik. Yang dimaksud air minum menurut
Permenkes RI No. 492/Menkes/Per/IV/2010 tentang persyaratan kualitas
air minum adalah air yang melalui proses pengolahan yang memenuhi

21
syarat kesehatan dan dapat langsung diminum. Air minum aman bagi
kesehatan apabila memenuhi persyaratan fisika, mikrobiologis, kimiawi,
dan radioaktif yang dimuat dalam parameter wajib dan parameter
tambahan, berdasarkan Permenkes RI No. 492/Menkes/Per/IV/2010
tentang persyaratan kualitas air minum.
Kadar Maksimum yang
No. Jenis Parameter Satuan
Diperbolehkan
1 a. Parameter mikrobiologi
1) E. Coli Jumlah per 100 ml 0
sampel
2) Total Bakteri Koliform Jumlah per 100 ml 0
sampel
b. Kimia Anorganik
1) Arsen mg/l 0,01
2) Flourida mg/l 1,5
3) Total Kromium mg/l 0,05
4) Kadmium mg/l 0,003
5) Nitrit (sebagai NO₂) mg/l 3
6) Nitrat (sebagai NO₃) mg/l 50
7) Sianida mg/l 0,07
8) Selenium mg/l 0,1

2 a. Parameter Fisik
1) Bau Tidak berbau
2) Warna TCU 15
3) Total Zat Padat mg/l 500
Terlarut
4) Kekeruhan NTU 5
5) Rasa Tidak berasa
6) Suhu ⁰C Suhu udara ± 3
b. Parameter Kimiawi
1) Aluminium mg/l 0,2
22
2) Besi mg/l 0,3
3) Kesadahan mg/l 500
4) Khlorida mg/l 250
5) Mangan mg/l 0,4
6) pH 6,5-8,5
7) Seng mg/l 3
8) Sulfat mg/l 250
9) Tembaga mg/l 2
10) Amonia mg/l 1,5

2.9 Studi Kasus


1. Air Konsumsi
Analisis Kualitas Air Hujan Sebagai Sumber Air Minum
Terhadap Kesehatan Masyarakat (Studi Kasus di Kecamatan
Bangko Bagansiapiapi)
Pemerintah Daerah Rokan Hilir belum memiliki Perusahaan Air
Minum (PAM) untuk menyuplai atau mengadakan air bersih buat
masyarakat Kecamatan Bangko Bagansiapiapi. Untuk mendapatkan air
bersih yang layak dikonsumsi oleh masyarakat, penduduk di
Kecamatan Bangko Bagansiapiapi menampung air hujan dengan
tangki penampung yang terbuat dari bahan fiber atau seng aluminium.
Hal ini disebabkan karena air tanah atau air sumur dangkal yang ada
tidak layak untuk dikonsumsi buat diminum oleh masyarakat
Bagansiapiapi karena airnya berwarna coklat atau pun berwarna teh
kecoklatan. Masyarakat di Kecamatan Bangko Bagansiapiapi
mempunyai aktifitas dan kegiatan berbagai macam kegiatan seperti
nelayan, berladang, bedagang, buruh lepas, kerja perkantoran, usaha
burung burung walet dan sebagainya. Untuk menunjang kegiatan dan
aktifitas masyarakat disana diperlukan kondisi tubuh yang sehat, salah
satu penunjang kesehatannya adalah dengan mengkonsumsi air yang
sehat. Oleh karena itu maka melalui penelitian ini akan dilakukan

23
analisis kualitas air hujan sebagai sumber air minum masyarakat
Kecamatan Bangko Bagansiapi-api.
Kualitas Air Hujan Sebagai Sumber Air Minum Masyarakat
Kecamatan Bangko Bagansiapiapi. Berdasarkan hasil analisis
laboratorium yang telah dikeluarkan oleh Laboratorium UPT
Pengujian dan Sertifikasi Mutu Barang Dinas Perindustrian dan
Perdagangan Provinsi Riau pada tanggal 1 April 2014, hasil kualitas
air hujan tersebut dibagi dalam beberapa karakteristik pengujian.
Karakteristik pengujian tersebut terdiri dari parameter fisik dan
parameter kimiawi.
Parameter Fisik. Pengujian parameter fisik air hujan dilakukan
untuk mengetahui bau, warna, total zat padat terlarut (TDS),
kekeruhan, rasa dan suhu. Hasil analisis laboratorium terlihat bahwa
ditinjau dari parameter kebauan, seluruh sampel air hujan pada 3
stasiun tidak berbau, ditinjau dari aspek warna bahwa tingkat warna air
hujan semua stasiun sebesar 1,0 TCU. Selanjutnya dari parameter TDS
pada stasiun I (33 mg/l), stasiun II (27 mg/l) dan stasiun III (23 mg/l).
Tingkat kekeruhan yang tercatat pada air hujan di stasiun I (0,27
NTU), stasiun II (0,36) dan stasiun III (0,13). Air hujan pada masing-
masing stasiun setelah dilakukan pengujian di laboratorium adalah
tidak berasa. Berdasarkan pemaparan hasil laboratorium di atas dapat
diketahui bahwa seluruh parameter fisik air hujan yang terdapat dalam
bak Dinamika Lingkungan Indonesia 35 penampungan di lokasi
penelitian masih di bawah baku mutu kualitas air minum yang
dipersyaratkan menurut Permenkes No. 492/ Menkes/Per/IV/2010,
dengan demikian dari aspek fisik air bisa dikonsumsi oleh masyarakat
dan tidak membahayakan bagi kesehatan.
Parameter Kimiawi. Pengujian parameter kimiawi hujan dilakukan
untuk mengetahui unsur aluminium, besi, kesadahan, klorida, mangan,
pH, seng, sulfat, tembaga, ammonia, KMnO4 dan timbal. Berdasarkan
hasil laboratorium yang dilakukan pada sampel air hujan pada 3
stasiun lokasi penelitian, terlihat bahwa parameter kimiawi yang

24
terdeteksi antara lain parameter besi, kesadahan, klorida, mangan, pH,
sulfat, tembaga, ammonia, zat organik (KMnO4) dan timbal. Untuk
parameter kimiawi yang tidak muncul adalah parameter aluminium
dan seng. Hasil analisis laboratorium berdasarkan parameter kimiawi
air hujan pada lokasi penelitian sebagai berikut : Parameter besi yang
terbesar nilainya ditemui pada stasiun II (0,02 mg/l) sedangkan pada
stasiun I (0,004 mg/l) dan stasiun III (0,007 mg/l).
Parameter kesadahan dalam air hujan di lokasi penelitian yang
nilainya terbesar dijumpai pada stasiun I (20,52 mg/l) selanjutnya
stasiun II (15,29 mg/l) dan stasiun III (12,88 mg/l). Parameter klorida
yang terbesar nilainya ditemui pada stasiun I (3,45 mg/l), stasiun III
(2,96 mg/l) dan stasiun II (2,02 mg/l). Parameter mangan yang nilainya
terbesar dijumpai pada stasiun I dan III yaitu 0,02 mg/l, sedangkan
stasiun II (0,01 mg/l).
Parameter pH air hujan di lokasi penelitian berkisar antara 8,08 –
8,42. Parameter sulfat yang nilainya terbesar dijumpai pada stasiun I
yaitu 2,94 mg/l), stasiun II (2,66 mg/l) dan stasiun III (2,5 mg/l).
Kandungan tembaga dalam air hujan pada stasiun penelitian berkisar
antara 0,004 – 0,006 mg/l, sedangkan kandungan ammonia yang
terbesar dijumpai pada stasiun I yaitu 1,139 mg/l, stasiun II (0,8186
mg/l) dan stasiun III (0,1938 mg/l). Kandungan zat organik (KMnO4)
yang nilainya terbesar dijumpai pada stasiun I yaitu sebesar 8,91 mg/l,
stasiun II (7,79 mg/l) dan stasiun III (4,11 mg/l). Selanjutnya
kandungan timbal dalam air hujan yang terbesar dijumpai pada stasiun
I yaitu sebesar 0,01 mg/l, stasiun III (0,006 mg/l) dan stasiun II (0,004
mg/l).
Berdasarkan hasil laboratorium yang telah dilakukan untuk
menguji parameter kimiawi pada air hujan di stasiun penelitian yang
telah dilakukan tercatat bahwa hasil tersebut masih di bawah baku
mutu kualitas air minum yang dipersyaratkan menurut Permenkes No.
492/ Menkes/Per/IV/2010, dengan demikian dari aspek kimiawi masih

25
bisa dikonsumsi oleh masyarakat dan tidak membahayakan bagi
kesehatan.
Kualitas air hujan di lokasi penelitian berdasarkan hasil
laboratorium jika ditinjau dari parameter kimia anorganik, parameter
fisik, parameter kimiawi masih di bawah baku mutu kualitas air
minum yang dipersyaratkan menurut Permenkes No.
492/Menkes/Per/IV/2010. Berdasarkan hasil laboratorium terhadap
kandungan air hujan di lokasi penelitian bahwa air hujan tersebut
masih bisa dikonsumsi oleh masyarakat dan tidak berdampak bagi
kesehatan. Timbulnya berbagai penyakit menurut hasil penelitian ini
bukan disebabkan oleh air hujan, namun disebabkan oleh perilaku
masyarakat dalam menciptakan sanitasi lingkungan hidup yang sehat
di sekitar pemukiman yang masih rendah.

26
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
1. Air bersih diartikan sebagai air yang digunakan dalam rumah tangga
untuk keperluan sehari-hari, seperti mandi, buang hajat, mencuci baju,
minum, dan memasak. Khusus untuk air minum, kualitasnya harus
memenuhi syarat yang tertuang dalam Peraturan Menteri Kesehatan
Nomor 492 Tahun 2010 dan telah lulus uji Badan Pengawas Obat dan
Makanan (BPOM).
2. Pemeriksaan Parameter TDS (Total Dissloved Solid) Total Dissolved
Solid (TDS) atau yang disebut jumlah zat padat terlarut pada air. Air
yang berasa menunjukkan kehadiran berbagai zat yang dapat
membahayakan kesehatan. Tingginya nilai TDS dapat memperlihatkan
hubungan negatif dengan beberapa parameter kualitas air yang dapat
menyebabkan meningkatkan toksisitas pada organisme dalam air
minum. Nilai TDS yang diperbolehkan menurut Permenkes 492 Tahun
2010 tentang Persyaratan Kualitas Air Minum yaitu 500 mg/L yang
menjadi parameter wajib yang termasuk dalam parameter yang tidak
langsung berhubungan dengan kesehatan yaitu pada parameter fisik.
3. Total Dissolved Solids (TDS) meter digunakan untuk mengukur berat
total semua padatan (mineral, garam atau logam) yang dilarutkan
dalam sejumlah volume air, dinyatakan dalam miligram per liter
(mg/L) atau part per million (PPM).
4. Macam-macam teknik penyaringan air:
a. Saringan Kain Katun
Air keruh disaring dengan menggunakan kain katun yang
bersih. Saringan ini dapat membersihkan air dari kotoran dan
organisme kecil yang ada dalam air keruh. dalam air keruh.
b. Saringan Kapas
Teknik saringan air ini dapat memberikan hasil yang lebih baik
dari teknik sebelumnya. Seperti halnya penyaringan dengan kain

27
katun, penyaringan dengan kapas juga dapat membersihkan air dari
kotoran dan organisme kecil yang ada dalam air keruh.
c. Aerasi
Aerasi merupakan proses penjernihan dengan cara
mengisikan oksigen ke dalam air. Dengan diisikannya oksigen ke
dalam air maka zat-zat seperti karbon dioksida serta hidrogen
sulfida dan metana yang mempengaruhi rasa dan bau dari air dapat
dikurangi atau dihilangkan. Selain itu partikel mineral yang terlarut
dalam air seperti besi dan mangan akan teroksidasi dan secara
cepat akan membentuk lapisan endapan yang nantinya dapat
dihilangkan melalui proses sedimentasi atau filtrasi.
d. Saringan Pasir Lambat (SPL)
Saringan pasir lambat merupakan saringan air yang dibuat
dengan menggunakan lapisan pasir pada bagian atas dan kerikil
pada bagian bawah. Air bersih didapatkan dengan jalan menyaring
air baku melewati lapisan pasir terlebih dahulu baru kemudian
melewati lapisan kerikil.
e. Saringan Pasir Cepat (SPC)
Saringan pasir cepat seperti halnya saringan pasir lambat,
terdiri atas lapisan pasir pada bagian atas dan kerikil pada bagian
bawah. Tetapi arah penyaringan air terbalik bila dibandingkan
dengan Saringan Pasir Lambat, yakni dari bawah ke atas (up flow).
Air bersih didapatkan dengan jalan menyaring air baku melewati
lapisan kerikil terlebih dahulu baru kemudian melewati lapisan
pasir. Untuk keterangan lebih lanjut dapat temukan pada artikel
Saringan Pasir Cepat (SPC).
f. Gravity-Fed Filtering System
Gravity-Fed Filtering System merupakan gabungan dari
Saringan Pasir Cepat (SPC) dan Saringan Pasir Lambat (SPL). Air
bersih dihasilkan melalui dua tahap. Pertama-tama air disaring
menggunakan Saringan Pasir Cepat (SPC). Air hasil penyaringan
tersebut dan kemudian hasilnya disaring kembali menggunakan

28
Saringan Pasir Lambat. Dengan dua kali penyaringan tersebut
diharapkan kualitas air bersih yang dihasilkan tersebut dapat lebih
baik. Untuk mengantisipasi debit air hasil penyaringan yang keluar
dari Saringan Pasir Cepat, dapat digunakan beberapa / multi
Saringan Pasir Lambat.
g. Saringan Arang
Saringan arang dapat dikatakan sebagai saringan pasir
arang dengan tambahan satu buah lapisan arang. Lapisan arang ini
sangat efektif dalam menghilangkan bau dan rasa yang ada pada air
baku. Arang yang digunakan dapat berupa arang kayu atau arang
batok kelapa. Untuk hasil yang lebih baik dapat digunakan arang
aktif.
h. Saringan Keramik
Air bersih didapatkan dengan jalan penyaringan melalui
elemen filter keramik. Beberapa filter kramik menggunakan
campuran perak yang berfungsi sebagai disinfektan dan membunuh
bakteri. Ketika proses penyaringan, kotoran yang ada dalam air
baku akan tertahan dan lama kelamaan akan menumpuk dan
menyumbat permukaan filter. Sehingga untuk mencegah
penyumbatan yang terlalu sering maka air baku yang dimasukkan
jangan terlalu keruh atau kotor.
i. Saringan Cadas / Jempeng / Lempeng Bata
Saringan cadas atau jempeng ini mirip dengan saringan
keramik. Air disaring dengan menggunakan pori-pori dari batu
cadas. Saringan ini umum digunakan oleh masyarakat desa
Kerobokan, Bali. Saringan tersebut digunakan untuk menyaring
air yang berasal dari sumur gali ataupun dari saluran irigasi
sawah.
5. Fungsi bahan:
a. Serabut/ijuk memudahkan penyaringan sederhana dengan cara
mekanis.
b. Ijuk berfungsi menyaring kotoran yang ukurannya lebih besar.

29
c. Arang berfungsi untuk menyaring menghilangkan bau, warna,
pencemar dalam air, sebagai pelindung dan penukaran resin dalam
bahan penyaringan air.
d. Kerikil/Batu-batu berfungsi untuk menyaring material-material
yang berukuran besar.
e. Pasir ini sangat efektif sebagai media penyaring agar terdapatkan
air yang bersih.
6. Perbedaan air sanitasi, air proses, dan air konsumsi
a. Air bersih (sanitasi) adalah salah satu jenis sumber daya berbasis
air yang bermutu baik dan biasa dimanfaatkan oleh manusia
untuk dikonsumsi atau dalam melakukan aktivitas mereka sehari-
hari dan memenuhi persyaratan untuk pengairan sawah, untuk
treatment air minum dan untuk treatmen air sanitasi.
b. Air proses merupakan dari utilitas yang sudah di treatment bebas
mineral pengotor dan pH netral sehingga bisa digunakan untuk
melarutkan atau mengencerkan zat dalam proses reaksi kimia.
Pada umumnya, air untuk proses dari kegiatan industri
diperuntukan sebagai pelarut, pencampur, pengencer, media
pembawa pencuci dan lainnya.
c. Yang dimaksud air minum menurut Permenkes RI No.
492/Menkes/Per/IV/2010 tentang persyaratan kualitas air minum
atau konsumsi adalah air yang melalui proses pengolahan yang
memenuhi syarat kesehatan dan dapat langsung diminum.

30
DAFTAR PUSTAKA
Anonymous. 2022. Penjernihan Air Keruh menjadi Air Siap Konsumsi atau Siap
Diminum. Diakses pada 7 Mei 2023. https://mas-alahrom.my.id/karya-
tulis-ilmiah/pernjernihan-air-keruh-menjadi-air-siap-konsumsi/
Anonymous. 2012. Kumpulan Teknik Penyaringan Air Sederhana. Diakses pada
7 Mei 2023. https://sumurresapan.wordpress.com/2012/03/01/kumpulan-
teknik-penyaringan-air-sederhana/
Zulkarnain, I. 2014. Jenis-jenis Air Industri. Diakses pada 7 Mei 2023.
https://www.academia.edu/8216494/JENIS_JENIS_AIR_INSDUSTRI
Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia No.
492/MENKES/PER/IV/2010 Tentang Persyaratan Kualitas Air Minum
Anuar, K., Ahmad, A., Sukendi. 2015. Analisis Kualitas Air Hujan Sebagai
Sumber Air Minum Terhadap Kesehatan Masyarakat (Studi Kasus di
Kecamatan Bangko Bagansiapiapi). Dinamika Lingkungan Indonesia.
2(1), p 32-39.

31

Anda mungkin juga menyukai