Anda di halaman 1dari 45

BAB V

RANCANGAN BANGUNAN PENGOLAHAN AIR BERSIH

5.1 Standar Kualitas Air


Standar kualitas air bersih yang ada di Indonesia saat ini menggunakan
Permenkes RI No.416/Menkes/Per/IX/1990 tentang Syarat-Syarat dan
Pengawasan Kualitas Air dan PP RI No.82 Tahun 2001 tentang Pengelolaan
Kualitas Air dan Pengendalian Pencemaran Air, sedangkan standar kualitas air
minum menggunakan Kepmenkes RI No. 907/MENKES/SK/VII/2002 tentang
Syarat-Syarat dan Pengawasan Kualitas Air Minum.
Pengertian air bersih menurut Permenkes RI No 416/Menkes/PER/IX/1990
adalah air yang digunakan untuk keperluan sehari-hari dan dapat diminum setelah
dimasak. Sedangakan pengertian air minum menurut Kepmenkes RI No
907/MENKES/SK/VII/2002 adalah air yang melalui proses pengolahan atau tanpa
proses pengolahan yang memenuhi syarat kesehatan (bakteriologis, kimiawi,
radioaktif dan fisik) dan dapat langsung minum. Air baku adalah air yang
digunakan sebagai sumber/bahan baku dalam penyediaan air bersih. Sumber air
baku yang dapat digunakan untuk penyediaan air bersih yaitu air hujan, air
permukaan (air sungai, air danau/rawa), air tanah (air tanah dangkal, air tanah
dalam, mata air) (Hartomo, 1994; JICA, 1974; Linsey, 1989; Martin D, 2001;
Sutrisno, 2002).
Berdasarkan PP RI No.82 Tahun 2001 tentang Pengelolaan Kualitas Air dan
Pengendalian Pencemaran Air :
 Kelas 1, air yang peruntukannya dapat digunakan untuk air baku air minum,
dan/atau peruntukan lain yang mempersyaratkan mutu air yang sama dengan
kegunaan tersebut.
 Kelas 2, air yang peruntukannya dapat digunakan untuk prasara/sarana rekreasi
air, pembudidayaan ikan air tawar, peternakan, air untuk mengairi pertanaman,
dan/atau peruntukan lain yang mempersyaratkan mutu air yang sama dengan
kegunaan tersebut.

49
 Kelas 3, air yang peruntukannya dapat digunakan untuk pembudidayaan ikan
air tawar, peternakan, air untuk mengairi pertanaman, dan/atau peruntukan lain
yang mempersyaratkan air yang sama dengan kegunaan tersebut.
 Kelas 4, air yang peruntukannya dapat digunakan untuk mengairi, pertanaman,
dan/atau peruntukan lain yang mempersyaratkan mutu air yang sama dengan
kegunaan tersebut.

5.2 Syarat Kualitas Air Bersih


Air bersih yang layak harus memenuhi persyaratan fisika, kimia dan biologis
tidak mengganggu kesehatan. Adapun persyaratan fisik, kimia dan biologis untuk
air bersih adalah sebagai berikut :
A. Persyaratan Fisik
Air bersih secara fisik harus jernih, tidak berwarna, tidak berbau dan tidak
berasa. Syarat lain yang harus dipenuhi adalah suhu.
1. Bau
Bau disebabkan oleh adanya senyawa lain yang terkandung di dalam air
seperti gas H2S, NH3, senyawa fenol, klorofenol dan lain-lain. Pengukuran
biologis senyawa organik dapat menghasilkan bau pada zat cair dan gas. Bau yang
disebabkan oleh senyawa organik ini selain mengganggu dari segi estetika, juga
beberapa senyawanya dapat bersifat karsinogenik.
2. Kekeruhan
Kekeruhan disebabkan oleh adanya kandungan Total Suspended Solid (TSS)
baik yang bersifat organik maupun anorganik. Zat organik berasal dari lapukan
tanaman dan hewan, sedangkan zat anorganik biasanya berasal dari lapukan
batuan dan logam. Zat organik dapat menjadi makanan bakteri, sehingga
mendukung perkembangannya. Kekeruhannya dalam air bersih/air minum tidak
boleh lebih dari 5 NTU. Penurunan kekeruhan ini sangat diperlukan karena selain
ditinjau dari segi estetika yang kurang baik, juga proses desinfeksi untuk air keruh
sangat sukar. Hal ini disebabkan karena penyerapan beberapa koloid dapat
melindungi organisme dari desinfektan.
3. Rasa
50
Syarat rasa air bersih adalah air tersebut tidak boleh berasa. Air yang berasa
dapat menunjukkan kehadiran berbagai zat yang dapat membahayakan kesehatan.
Efeknya tergantung penyebab timbulnya rasa tersebut. Sebagai contoh rasa asam
dapat disebabkan oleh asam organik maupun anorganik, sedangkan rasa asin dapat
disebabkan oleh garam terlarut dalam air.
4. Suhu
Suhu air sebaiknya sama dengan suhu udara (25oC), dengan batas toleransi
yang diperbolehkan yaitu 25oC ± 3oC. Suhu yang normal mencegah terjadinya
pelarutan zat kimia pada pipa, menghambat reaksi biokimia pada pipa dan
mikroorganisme tidak dapat tumbuh. Jika suhu air tinggi, maka jumlah oksigen
terlarut dalam air akan berkurang juga akan meningkatkan reaksi dalam air.
5. Warna
Air bersih sebaiknya tidak berwarna, bening dan jernih untuk alasan estetika
dan untuk mencegah keracunan dari berbagai zat kimia maupun organisme yang
berwarna. Pada dasarnya warna dalam air dapat dibedakan menjadi dua jenis,
yaitu warna semu (apparent colour) yang disebabkan oleh unsur tersuspensi dan
warna menjadi (true colour) yang disebabkan oleh zat organik atau koloidal. Air
yang telah mengandung senyawa organik seperti daun, potongan kayu, rumput
akan memperlihatkan warna kuning kecoklatan, oksida besi akan menyebabkan
air berwarna kemerah-merahan dan oksida mangan akan menyebabkan air
berwarna kecoklatan atau kehitaman.
B. Persyaratan Kimia
Air bersih tidak boleh mengandung bahan-bahan kimia dalam jumlah yang
melampaui batas. Beberapa persyaratan kimia tersebut antara lain :
1. pH (Derajat Keasaman)
pH merupakan faktor penting bagi air minum, karena mempengaruhi proses
korosi pada perpipaan dan pada proses penjernihan air. Pada pH < 6,5 dan > 9,5
akan memepercepat terjadinya reaksi korosi pada pipa distribusi air bersih/minum.
Selain itu akan mengakibatkan beberapa senyawa kimia berubah menjadi racun
dan ada beberapa jenis mikroorganisme pathogen yang semakin banyak
berkembang sehingga akan membahayakan bagi kesehatan manusia.
51
2. Zat Padat Total (Total Solid)
Total solid merupakan bahan yang tertinggal sebagai residu penguapan dan
pengeringan pada suhu 103 - 105oC.
3. Zat Organik sebagai KMnO4
Zat organik dalam air berasal dari :
 Alam : Tumbuh-tumbuhan, alkohol, selulosa, gula dan pati.
 Sintesa : Proses-proses industri.
 Fermentasi : Alkohol, asam dan akibat kegiatan mikroorganisme.
Zat atau bahan organik yang berlebihan dalam air akan mengakibatkan
timbulnya bau yang tidak sedap.
4. CO2 Agresif
CO2 yang terdapat dalam air berasal dari udara dan hasil dekomposisi zat
organik. CO2 agresif yaitu CO2 yang dapat merusak bangunan, perpipaan dalam
distribusi air bersih.
5. Kesadahan (Hardness)
Kesadahan adalah sifat air yang disebabkan oleh adanya ion-ion (kation)
logam valensi, misalnya Ca+2, Mg+2, Fe+ dan Mn+. Kesadahan total adalah
kesadahan yang disebabkan oleh adanya ion-ion Ca +2, Mg+2 secara bersama-sama.
Air sudah menyebabkan pemborosan pemakaian sabun pencuci dan mempunyai
titik didih yang lebih tinggi dibandingkan dengan air biasa.
6. Besi dan Mangan
Zat-zat lain yang selalu ada dalam air adalah Besi dan Mangan. Besi
merupakan logam yang menghambat proses desinfeksi. Hal ini disebabkan karena
adanya daya pengikat klor (DPC) selain digunakan untuk mengikat zat organik
juga digunakan untuk mengikat Besi dan Mangan. Adanya zat Besi dan Mangan
dalam air mengakibatkan proses desinfektan dalam pengolahn air memerlukan
skala yang besar.
Air yang mengandung banyak besi akan berwarna kuning dan menyebabkan
rasa logam besi dalam air, serta menimbulkan korosi pada bahan yang terbuat dari
metal. Besi merupakan salah satu unsur yang merupakan hasik pelapukan batuan

52
induk yang banyak ditemukan diperairan umum, batas maksimal yang terkandung
didalam air adalah 0,3 mg/l.
7. Tembaga (Cu)
Pada kadar lebih dari 1 mg/l akan menyebabkan rasa tidak enak pada lidah
dan dapat menimbulkan gejala ginjal, muntaber, pusing, lemah dan dapat
menimbulkan kerusakan pada hati. Dalam dosis rendah menimbulkan rasa kesat,
warna dan korosi pada pipa.
8. Chlorida
Klorida mempunyai tingkat toksinitas yang tergantung pada gugus
senyawanya. Klor biasanya digunakan sebagai desinfektan dalam penyediaan air
bersih. Kadar klor yang melebihi 250 mg/l akan menyebabkan rasa asin dan
korosif pada logam.
9. Nitrat dan Nitrit
Pencemaran air dari nitrat dan nitrit bersumber dari tanah dan tanaman. Nitrat
dapat menjadi baik dari NO2 atmosfer maupun dari pupuk-pupuk yang digunakan
dan dari oksidasi NO2 oleh bakteri dari kelompok Nitrobacter. Jumlah Nitrat yang
lebih besar dalam unsur cenderung untuk darah membentuk methamoglobinemia
yang dapat menghalang perjalanan oksigen didalam tubuh.
10. Flourida
Kadar F < 2 mg/l menyebabkan methamoglobinemia terutama pada bayi yang
mendapat konsumsi air minum yang mengandung nitrit.
11. Logam-Logam Berat (Pb, As, Se, Cd, Hg, CN)
Adanya logam dalam air akan mengakibatkan gangguan pada jaringan syaraf,
penecemaran, metabolism oksigen dan kanker.
C. Persyaratan Biologis
Air minum tidak boleh mengandung kuman-kuman pathogen dan parasitik
seperti kuman-kuman typus, korela, dysentri dan gastroenteritis. Bila air minum
mengandung kuman-kuman ini akan mengakibatkan gangguan kesehatan atau
sakit. Untuk mengetahui adanya bakteri pathogen dapat dilakukan dengan
pngamatan terhadap ada tidaknya bakteri E. Coli yang merupakan bakteri
indikator pencemaran air.
53
5.3 Proses Pengolahan Air Bersih
Proses pengolahan air bersih tergantung dari kualitas sumber daya air yang
digunakan sebagai air baku dan kualitas air bersih yang diinginkan. Pada
prinsipnya, proses pengolahan air minum dibagi atas tiga golongan, yaitu :
1. Pengelolaan Fisik
Yaitu pengelolaan yang bertujuan menghilangkan parameter-parameter fisik,
seperti kekeruhan, TDS, warna dan bau.
2. Pengelolaan secara Kimiawi
Yaitu pengelolaan yang bertujuan menurunkan parameter-parameter kimiawi,
seperti kesadahan, magnesium, Mn, Fe dan lain-lain.
3. Pengelolaan Biologis
Yaitu pengelolaan yang bertujuan menurunkan parameter-parameter biologis,
seperti bakteri E.coli dan Coli tinja.

Berdasarkan jenisnya, pengolahan air minum dibagi menjadi 2 golongan yaitu


(Joko, 2010) :
1. Pengelolaan Lengkap
Yaitu sistem pengelolaan yang melihat kondisi fisik-kimia dan biologis.
2. Pengelolaan Tidak Lengkap
Yaitu sistem pengolahan yang hanya melibatkan saah satu dari dua diantara
proses pengolahan fisik, kimia dan biologi.

Pengolahan lengkap biasanya digunakan untuk air yang bersumber dari air
permukaan, hal ini dikarenakan kemungkinan sumber air ini tercemar cukup
tinggi. Sedangkan pengolahan tidak lengkap atau pengolahan sebagian digunakan
untuk air yang bersumber dari tanah. Pada air tanah sering digunakan pengolahan
sebagian karena air yang berasal dari tanah ini sudah mengalami penyaringan
secara alami oleh tanah sehingga besar zat tercemar telah tersaring.
5.3.1 Pengelolaan Air Permukaan

54
Proses pengelolaan air permukaan menggunakan proses pengolahan
lengkap, didasarkan pada kualitas air baku seperti tampak pada Tabel 5.1 dibawah
ini :
Tabel 5.1 Data Kualitas Air Baku
Baku Mutu Melebihi /
Kualitas
No Parameter Satuan (PP RI No. Tidak Melebihi
Air Baku
82 Th. 2001) Baku Mutu
1. TDS mg/l 1000 211 Tidak Melebihi
2. TSS mg/l 50 80 Melebihi
3. pH 6-9 6 Tidak Melebihi
4. BOD mg/l 2 2 Tidak Melebihi
5. COD mg/l 10 5,6 Tidak Melebihi
6. DO mg/l 6 6 Tidak Melebihi
7. Kekeruhan mg/l 25 8 Tidak Melebihi
8. Besi mg/l 0,3 0,2 Tidak Melebihi
9. Mangan mg/l 0,1 0,1 Tidak Melebihi
10. Warna Pt.Co 5 5 Tidak Melebihi
11. N mg/l 10 0,01 Tidak Melebihi
12. N mg/l 0,06 0,01 Tidak Melebihi
13. SO mg/l 400 0,21 Tidak Melebihi
14. Cl mg/l 600 10 Tidak Melebihi
Sumber : Data Analisis

Berdasarkan tabel diatas proses pengolahan air permukaan menggunakan


proses pengolahan lengkap, adapun bangunan pengolahan yang diperlukan untuk
proses pengolahan ini meliputi :
a. Bangunan Penangkap Air (Intake)
Bangunan ini berfungsi untuk menangkap air dari badan air dengan debit
yang diperlukan bagi pengolahan air bersih.
b. Bangunan Pengaduk Cepat (Rapid Mixing)
Berfungsi sebagai tempat proses pencampuran koagulan dengan air baku
sehingga terjadi proses Koagulasi. Proses Koagulasi bertujuan untuk :
 Melarutkan bahan kimia
 Membuat homogen campuran
 Mendorong bentuknya partikel yang membentuk flok
c. Bangunan Pengaduk Lambat (Slow Mixing)
55
Berfungsi sebagai tempat proses terbentuknya flok-flok, dimana prosesnya
dikenal dengan sebutan Flokulasi. Pada bak pengaduk lambat, flok-flok yang
terbentuk pada bak pengaduk cepat yang telah terbentuk akan bergabung
membentuk flok-flok yang lebih besar dan akhirnya megendap secara
gravitasi.
d. Bangunan Sedimentasi
Berfungsi sebagai tempat proses mengendapnya partikel-partikel flokulen
(flok-flok) dari bak Flokulasi.
e. Bangunan Filtrasi
Berfungsi untuk tempat proses penyaring butir-butir yang tidak ikut terendap
pada bak Sedimentasi dan juga berfungsi sebagai penyaring
mikroorganisme/bakteri yang ikut larut dalam air. Jenis filtrasi yang
digunakan adalah rapid sand filter dengan menggunakan pasir (single media),
antar sit dan pasir yang terpisah (dual media) dan pasir dan antar sit yang
bercampur (mixed media).
f. Unit Pembubuhan Bahan Kimia (Desinfektan)
Berfungsi untuk tempat melarutkan bahan-bahan kimia dan
membubuhkannya kebangunan pengolahan. Untuk pembubuhan bahan kimia
ini diantaranya adalah berfungsi sebagai bak pembubuhan desinfektan yaitu
chlor (Cl2) sebagai kaporit Ca(OCL)2. Desinfektan selain digunakan untuk
membunuh mikroorganisme pathogen, dapat pula bermanfaat bagi :
 Pengoksidasi zat organik
 Megurangi bau
 Mencegah berkembangbiaknya bakteri
g. Bangunan Reservoir
Berfungsi untuk tempat penampung air bersih sebelum didistribusikan dan
tempat penampung air bersih untuk instalasi.

56
5.4 Rencana Sistem Pengolahan
Dilihat dari kondisi kualitas Sungai River, maka direncanakan membuat
sistem pengolahan dengan skema sebagai berikut :

Air Baku S Screening Koagulasi Flokulasi Sedimentasi Filtrasi Desinfeksi

Gambar 5.1 Skema Proses Pengolahan

5.4.1 Koagulasi
Koagulasi adalah penambahan koagulan kedalam air baku diikuti dengan
pengadukan cepat yang bertujuan untuk mencampur antara koagulan dengan
koloid. Partikel dengan ukuran butir sangat kecil tidak dapat diendapkan dalam
unit sedimentasi. Selain partikel-partikel yang halus, di dalam air juga terdapat
koloid-koloid yang bermuatan listrik yang selalu bergerak serta tidak dapat
diendapkan secara gravitasi.
Partikel-partikel yang sangat halus/koloid bersifat stabil dalam air di non
stabilkan muatan permukaannya dengan zat koagulan sehingga terjadi gaya tarik-
menarik membentuk flok-flok.
Proses Koagulasi ini dapat menurunkan derajat warna, bau dan rasa.
Partikel suspensi maupun koloidal yang telah terbentuk flok hasil koagulan dapat
dipisahkan dari air melalui proses sedimentasi. Tingkat kejernihan yang diperoleh
tergantung pada jumlah bahan kimia yang digunakan. Pengendapan dapat
menghasilkan effluent yang jernih, bebas dari substansi dalam bentuk suspensi
dan koloid. Sekitar 80-90% total padatan terlarut, 40-70% BOD, 30-60% COD
dan 80-90% bakteri dapat disisihkan (Joko, 2010).
Pemilihan koagulan sangat penting untuk menentukan desain kriteria
pengadukan cepat dan untuk proses Flokulasi dan Sedimentasi agar berjalan
efektif. Koagulasi yang sering digunakan adalah koagulan garam logam seperti
alumunium sulfat, ferric chloride dan ferric sulfate.

57
Dalam perencanaan ini akan digunakan aluminium sulfat Al2(SO4)2 atau tawas.
Tawas ini dipilih karena efektif sebagai pembentu flok, mudah didapat di pasaran,
murah, dan mudah larut dalam air secara sempurna.
5.4.1.1 Bangunan Pembubuh Koagulan
1. Koagulan yang digunakan adalah alum, karena alum bekerja optimal
pada pH 6,5 – 8,5.
2. Kadar alum dalam tawas = 60 %
3. Berat jenis alum, ρal = 1,34 kg/L
4. Konsentrasi larutan = 5%
5. Efisiensi pompa pembubuh, η = 75 %
Direncanakan ada 1 bak pembubuh koagulan dengan debit 113 L/dtk
1. Kebutuhan alam dan tawas
Jartest tawas = dosis = 0,6 x TSS (0,9)
= 0,6 x 80 mg/L x (0,9)
= 43,2 mg/L
mg L mg kg
Wal=Cal × Q=43 ,2 ×113 =4881 =421,718
L detik dt hari
2. Kebutuhan Tawas per hari
100 kg
Wt= × 421,718 =702 kg/hari
60 hari
Untuk periode pelarutan 8 jam,
8 kg
Wt= ×702 =234 kg /hari
24 hari
3. Debit tawas,
Wt 234 kg /hari 174,626 L −3
Qt= = = =2,021 ×10 L/dt
ρal 1.34 kg/ L hari
4. Debit air pelarut
100−10 90
×702 kg /hari 3
10 10 6,337 m
Qw= = = =0,073 L/dt
ρw 997 kg /L hari
5. Debit larutan
−3
Ql=Qt +Qw=2,021 ×10 + 0,073=0,075 L/dt
6. Berat jenis larutan

58
1 1
ρlar = = =1.057 kg/ L
( 10
+
100−10
100. ρal 100. ρw ) ( 10
+
100−10
100.1 ,34 100−0,997 )
Untuk menghitung volume bak pengaduk dan tenaga yang diperlukan untuk
pengadukan digunakan rumus sebagai berikut :

 Volume bak pengaduk (Joko, 2010)


V = Q x td............................................................................................(5.1)
Dimana :
V = Volume bak (m3)
Q = Debit air (m3/detik)
td = Waktu detensi (detik)
 Tenaga pengaduk yang diperlukan (Kawamura, 1991)

G=
√ P ...........................................................................................(5.2)
μ .V
Sehingga :
P = G2 x μ x V...................................................................................(5.3)
dimana :
P = Power Input (Watt)
G = Gradien (det-1)
μ = Viskositas/ kekentalan air (Kg/m.det)
V = Volume bak (m3)
Dalam perencanaan Instalasi Pengolahan Air Bersih Kota Toshiba ,
akan dibangun satu buah unit bak koagulasi dengan debit rencana (Q) sebesar
0,113 m3/detik. Bak koagulasi berbentuk silinder dengan pengadukan secara
mekanis yang menggunakan paddle impeller, dimana masing-masing
impeller mempunyai 2 blade.
 Berikut ini kriteria desain lain yang akan digunakan ( Reynolds, 1996) :
- Dibuat 1 unit bak dengan debit (Q) = 0,113m3/detik
- Pengadukan dengan paddle impeller, masing-masing impeller
mempunyai 2 blade.

59
- Bentuk bak silinder
- td = 120 detik sehingga nilai G = 800/dt
- ρw = 997 kg/m3 (25oC)
- µ = 0,89 x 10-3 kg/m.dt
- ν = 0,893 x 10-6 m2/dt
- CD = 1,5
- K = 0,25
- Tinggi bak = 1,5 x diameter bak
- Efisiensi motor, η = 75 %
 Perhitungan untuk unit koagulasi:
 Dimensi bak
Volume bak (V) = Q x td
= 0,113 x 120 = 13,56 m3
 Volume bak (V) = A x H
13,56= ¼.π x D x 1,5.D
13,56= 11,77 D2
D= 1,15 meter
H= 6 meter
 Tenaga yang dibutuhkan :
P1= G2 x μ x V
= 8002 x 0,89 x 10-3 x 16
= 9113,6 watt
 Diameter impeller
Di = 50% x 4 m = 2 meter
Jarak impeller dari dasar (H’) = Di = 2 meter
 Putaran motor untuk multiple blade
P1 = CD x ρ x 1,44.10-4 x (1-k)3 x n3 x b x r4

| |
1 /3
9113, 6
n1 = −4 3 4
1 ,8 x 997 x 1 , 44 x 10 x (1−0 ,25) x 0 , 3 x 1
n1 = 2,48 RPM
 Zona Inlet
60
Ketinggian minimal adalah setinggi pipa
Diameter pipa
Q 0,113
A = = = 0,09 m2
V 1 ,15
1 2
A = πx D
4
1 2
0,09 = x 3 , 14 x D
4
0,09 = 0,785 D2
D = 2,95 m = 2950 mm
 Zona Outlet
Diameter pipa
Q 0,113
A = = = 0,09 m2
V 1 ,15
1 2
A = πx D
4
1 2
0,09 = x 3 , 14 x D
4
0,09 = 0,785 D2
D = 2,95 m = 2950 mm

5.4.2 Flokulasi
Secara umum flokulasi disebut juga pengadukan lambat, dimana dalam
flokulasi ini berlangsung proses terbentuknya penggumpalan flok-flok yang lebih
besar dan akibat adanya perbedaan berat jenis terhadap air, maka flok-flok
tersebut dapat dengan mudah mengendap di bak sedimentasi. Flokulasi dilakukan
setelah proses koagulasi. Flokulator berjalan dengan kecepatan lambat dengan
maksud terjadi pembentukan flok. Kecepatan air dalam bak pengaduk dijaga pada
harga 15-30 cm/dt, agar tidak terjadi pengendapan maupun kerusakan flok yang
telah terbentuk (Joko, 2010).
 Kriteria desain untuk bak flokulasi adalah sebagai berikut (Joko, 2010):
- Kondisi aliran, NRe > 10000
- Gradien kecepatan, G = 20 – 70 /dt
61
- Waktu detensi, td = 10 – 20 menit
- G x td = 10000 – 100000
 Beberapa perencanaan untuk bak flokulasi adalah sebagai berikut:
 Pengadukan secara hidrolis dengan baffle chanel horizontal, jumlah bak
1 buah, jarak antar baffle 0,75 meter
 Kedalaman kompartemen, H = 4 m
 Jumlah channel (n) = 6 buah
 Jumlah belokan (n-1) = 5 buah
 Lebar blade, b = 1,5 m
 Perincian tiap tahap :
Tahap 1 G = 70/dt, td = 200 detik
Tahap 2 G = 60/dt, td = 200 detik
Tahap 3 G = 50/dt, td = 200 detik

 ρw = 997 kg/m3 (25oC)


 γw = 9,77 kn/m3
 ρs = 2600 kg/m3
 µ = 0,89 x 10-3 kg/m.dt
 υ = 0,893 x 10-6 m2dt
 CD = 1,5
 K = 0,25
 Perhitungan :
 Perhitungan tahap 1
G = 70
Td = 200 detik
2 −6
70 × 0,893 ×10 ×200
h= =0,089 m
9 , 81

 Perhitungan tahap 2
G = 60
Td = 200 detik
2 −6
60 × 0,893 ×10 × 200
h= =0,066 m
9 , 81

62
 Perhitungan tahap 3
G = 50
Td = 200 detik
2 −6
50 × 0,893 ×10 ×200
h= =0,046 m
9 , 81

 Perhitungan Luas Bukaan (A)

A = 0,7 x 0.5 = 0,35 meter2

 Perhitungan kecepatan aliran

V =Q / A

0,113
V= =0 , 09 m/detik
1 , 15

 Perhitungan Hl belokan
2
v 2 0.25 × ( 0 ,09 )
hL= K . = =1 , 03 ×10−4 m
2g 2× 9 , 81

 Perhitungan hL 5 belokan

 hL=5× 1 ,03 ×10−4


−3
¿ 5 , 15 .10 m

 Zona Inlet
- ketinggian minimal adalah setinggi pipa dari bak koagulasi.
- Diameter pipa
Q 0,113 2
A= = =0 , 09 m
v 1 ,15
1 2
A= . π . D
4
1 2
0 , 09= . π . D
4
2
0 , 09=0,785 D
D=0 ,33 m=330 mm

 Zona Outlet
63
- ketinggian minimal adalah setinggi pipa dari bak koagulasi.
- Diameter pipa
Q 0,113 2
A= = =0 , 09 m
v 1 ,15

1 2
A= . π . D
4

1 2
0 , 09= . π . D
4
2
0 , 09=0,785 D

D=0 ,33 m=330 mm

5.4.3 Sedimentasi
Secara umum proses sedimentasi diartikan sebagai proses
pengendapan, dimana akibat adanya gaya gravitasi, partikel yang
mempunyai berat jenis lebih besar dari berat jenis air akan mengendap ke
bawah dan yang lebih kecil berat jenisnya akan mengapung. Kecepatan
pengendapan partikel akan bertambah sesuai dengan pertambahan ukuran
partikel dan berat jenisnya. Prinsip yang digunakan adalah menyaring
flok-flok yang telah mengendap. Kecepatan pengendapan partikel akan
bertambah sesuai dengan pertambahan ukuran partikel dan berat jenisnya.
Menurut Hazen(1904), efisiensi dari tangki sedimentasi aliran
horizontal yang ideal adalah fungsi dari kecepatan pengendapan partikel
yang akan dihilangkan (νo), luas permukaan tangki(A), dan laju aliran (Q)
melalui cekungan. Hubungan ini dapat dinyatakan sebagai (Kawamura,
1991) :
v Q ..................................................................................................
o=¿ ¿
A

(5.4)
Q/Aini umumnya dikenal sebagai beban permukaan atau tingkat overflow
dan dinyatakan dalam m/jam atau gpm/ft 2.Setelah kecepatan pengendapan
dari padatan tersuspensi (yang dihilangkan) ditentukan dan laju aliran
melalui tangki diketahui, ukuran cekungan fisik(luas tangki) dapat
64
dihitung.Karakteristik aliran bak sedimentasi dapat diperkirakan dengan
bilangan Reynolds (Re) dan bilangan Froude (Fr) (Kawamura, 1991) :
vR
ℜ= <2000
v
2
v −5
Fr= >10
gR
dimana :
ν = Kecepatan aliran (m/s)
R = Radius hidrolik (m), R = A/P (m)
A = Luas area yang dilewati (m2)
P = Keliling basah (m)
v = viskositas kinematis (m2/s)
g = Konstanta gravitasi (9,81 m/s2)
Parameter lain yang penting dalam menentukan keberhasilan pengendapan
adalah waktu tinggal dalam bak pengendap. Waktu tinggal atau waktu
detensi secara hidrolis adalah volume bak dibagi dengan debit rencana
(Joko, 2010) :
V
dt= ..................................................................................................(5.5)
Q
dimana :
td =Detension time, detik
V = Volume bak, m3
Q = Debit Aliran, (m3/detik)

Dalam perencanaan Instalasi Pengolahan Air Bersih Kota Toshiba akan


dibangun bak sedimentasi dengan debit rencana 0,113 m 3/detik. Bak
sedimentasi ini digunakan untuk menghilangkan partikel dalam bentuk flok
yang terbentuk akibat penggunaan alum atau tawas.Bak sedimentasi yang
direncankan berbentuk persegi (dengan aliran horizontal).
 KRITERIA DESAIN
Kriteria desain yang dipakai:
- Beban Permukaan = 0,8 – 2,5 m/jam
- Diameter orifice = ³ 3 cm
65
- Kemiringan plate (a) = 45 - 60o
- Jarak antar plate (wp) = 25 – 100 mm
- Tebal plate (tp) = 2,5 – 5 mm
- Panjang plate (Pp) = 1000 – 2500 mm
- lebar plate (lp) = 1000 – 1200 mm
- NFR = ³ 10-5
- NRE = £2000
- Jarak pipa inlet ke zona lumpur = 0,2 – 0,3 m
- Jarak plate ke pipa inlet = 1 – 1,4 m
- Jarak gutter ke plate = 0,3 – 0,4 m
- Tinggi plate = 1 – 1,2 m
- Kadar lumpur = 4 - 6%

 PERENCANAAN
- Beban permukaan, νo =2,5m/jam
= 6.94x10-4m/detik
- Viskositas kinematis, v = 0,893 x 10-6 m2/det
- Td = 2 jam = 7200 dt
- NRe <2000
- NFr > 10-5
- Kedalaman bak, H =6m
- Jarak antar plate, w = 0,4 m
- Tinggi plate, h = 1,2 m
- Sudut kemiringan plate, α = 60°
- Tebal plate, t = 0,5 cm = 0,005 m
- Persen Efisiensi = 75 %
- Faktor keamanan, good performance = 1/3
- ho = 0,03
- Lebar gutter (Lg) = 1,5 Ho
- Jumlah gutter, n = 2 dengan 45° V-notch
- Freeboard = 2%
66
- v sal = 0,6 m/dt
- Lsal gutter = 1,8 m
- P sal = 0,5 m
- Turbidity = 70 mg/L
- Kadar lumpur = 4%
- Waktu detensi lumpur = 3 hari
- Kecepatan Aliran inlet = 0.2-0.5 m/detik

 PERHITUNGAN
 ZONA SEDIMENTASI
 Direncanakan 1 bak sedimentasi dengan debit 0,113 m3/dt
 Dimensi bak :
−4
v=6 , 94 × 10 m/det
3
0,113m /det 2
A= −4
=162.824 m
6 ,94 ×10 m/det
P = 3L
A = 3L2
162,824 m2 = 3L2
L = 7,4 m = 8 m
P = 3L
P = 24 m
H =6m

- Kecepatan Horizontal Partikel


3
Q 0,113m /det −3
V h= = =2.35 ×10 m/det
L×H 8 m× 6 m

- Jari – Jari Hidrolis


L×H 8 m ×6 m
R= = =2 , 4 m
L+2 H 8 m+2(6 m)

- Cek Bilangan Reynolds

67
V h × R 2.35 ×10−3 m/det ×2.4 m
N ℜ= = −6 2
=6315< 2000 (tidak memenuhi)
v 0,893× 10 m /det

- Cek Bilangan Froude

2
v h2 ( 2.35× 10−3 m/det ) −7 −5
N FR= = =2 ,34 × 10 >10
g× R m (tidak memenuhi)
9 , 81 2 ×2.4 m
det
Karena NRe dan Nfr tidak memenuhi kriteria desain, perlu penambahan
plate settler pada bak sedimentasi. Perhitungannya adalah sebagai berikut :
- Kecepatan Aliran Masuk Plate
Q
=vo .sin α ............................................................................................(5.6)
A
−4
6 , 94 ×10 −4
v o= =8 , 07 ×10 m/det
sin 60
- Dimensi Plate
h 3
l= = =3 , 48 m
sin α sin 60
h=3 m
w=0 , 10 m
t=0 , 005 m
α=60 0
- Jumlah Plate
w 0 , 10 m P 24 m
x= = =0,115m n= = =208 ,6 ≈210 buah
sin α sin 60 x 0,115m
- Jari – Jari Hidrolis
w 0 ,10 m
R= = =0 , 05 m
2 2

- Cek Bilangan Reynolds


v o × R 8 , 07.10−4 m/det × 0 ,05 m
N ℜ= = −6 2
=45 ,1<500 (memenuhi)
v 0,893 ×10 m /det

- Cek Bilangan Froude

68
2
v O2 ( 8 , 07. 10− 4 m/det ) −4 −5
N FR= = =16 , 45 ×10 <10 (memenuhi)
g× R m
9 ,81 2
×0 , 05 m
det
b) ZONA INLET
- Dimensi Pipa Inlet
3
Q 0,113m /det 2
A= = =0 , 09 m
v 1 , 15 m/det
1 2
A= × π × D
4
2 1 2
0.09 m = π D
4
2 2
D =8 ,72 m
D=2,952m

c) ZONA INLET
- Konsentrasi effluent = (100%-60%) × kekeruhan
= 40% × 70 mg/L
= 28 mg/L
- Cs = 60% × kekeruhan
= 60% × 70 mg/L
= 42 mg/L

- Berat lumpur per hari


Ws = Q × Cs × 86400
= 113 × 42 × 86400 × 10-6
= 410,054 kg/hari

- Debit lumpur kering


Ws 410,054
Qds = = = 0,157 m3/hari
ρ 2600

- Debit lumpur
Konsentrasi lumpur yang diambil yaitu sebesar 4% (kriteria desain
Darmasetiawan, 2001 yaitu 2-6%)

69
Qds 0,157
Qs = = = 3,925 m3/hari
%lumpur 0 , 04

Pengurasan bak dilakukan setiap 2 hari sekali, maka :


- Volume bak lumpur
V = Qs × tc = 3,925 × 2 = 7,85 m3/hari

- Sisi depan
V bak lumpur 7 , 85
Luas profil ruang lumpur = = = 0,873 m2
Lebar zona sedimentasi 9
Profil ruang lumpur trapesium dengan perbandingan 2 sisi = 1 : 2
Tinggi ruang lumpur = 0,5 m
Luas trapesium = (jumlah sisi sejajar × t) h
0,873 = (jumlah sisi sejajar) 0,5 × 0,5
Jumlah sisi sejajar = 3,492 m
L + 2L = 3,492 m
Sehingga, L1 = 1.5 m
L2 = 2,91 m
0 ,5
Tan α = = - 0,709
(1.5−2 , 91)/2
α’ = -35,3360
α = 900 +31.800 = 125,3360

- Sisi samping bawah


0 ,5
0,15 =
(22 , 62−x )/2
1
0,15 =
22 ,62− x
3,39 – 0,15x =1
x = 15,93 m

c) Zona Outlet

70
- Lebar gutter = 1,5 Ho, Ho = tinggi air dalam gutter
V0 = 6,94 × 10-4 m/detik
Q
- Jumlah pelimpah = < 5HV0
nLs
0 , 15
= < 5 × 3 × 6,94 × 10-4
n ×7 , 63
n > 1.96
n =2
rencana jumlah gutter, n = 2 dengan 450 V-notch
- Debit per gutter
Q 0,113
Qg = = = 0,056 m3/detik
n 2
- Dimensi gutter
Qg = 2,49 × Lg × Ho3/2
= 2,49 × 1,5 Ho5/2
0,075 = 3,735 Ho5/2
0,02 = Ho5/2
Ho = 0,21 m
Lg = 1,5 × 0,21 = 0,32 m
Hg = Ho + (20% Ho) + ho + fb (freeboard gutter)
= 0,21 + 0,042 + 0,03 + 0,2
= 0,48 m
Pg = ½ P = ½ 27 = 13,5 m

- Debit per V-notch


Qw = 1,36 × ho5/2
= 1,36 × 0,035/2
= 2,12 × 10-4 m3/detik

- Jumlah V-notch
Qg 0,075
N = = = 354 buah
Qw 2 ,12 ×10−4
71
Gutter mempunyai 2 sisi pelimpah, maka untuk satu sisi, n = 177 buah

- Dimensi V-notch
Free board V-notch = Fw = ½ ho = ½ 0,03 = 0,015 m
Lebar muka air V-notch = Lw = 2 × ho × tan 450
= 2 × 0,03 × 1
= 0,06 m
Lebar pintu V-notch = Lp = 2 (ho + Fw) tan 450
= 2 (0,03 + 0,015) 1
= 0,09 m
Jarak antar V-notch = Pg = (n × Lp) + (n × W)
= (177 × 0,09) + (177 × W)
13.5 = 15.93 + 177W
W = 0.014m
Jarak V-notch ke tepi(W’)= 0,014/2 = 0,007 m
Jarak antar gutter ke tepi = b
Maka, jarak antar gutter = b’ = 2b
L outlet = 2Lg + 2b + 2b
= 2Lg + 4b
7,63 = 2(0,32) + 4b
7,63 = 0,64 +4b
b = 1,74 m
b’ = 2 × 1,74 = 3,48 m

- Saluran pengumpul
Untuk mengumpulkan air dari gutter sebelum menuju bak filtrasi :
A saluran = Q/V = 0,113/1,15 = 0,09 m2
A saluran = Psaluran × Hair
0,09 = 20 × Hair
Hair = 0,450 m
Hsaluran = Hair + F = 0,450 + 0,3 = 0,75 m
72
Lsaluran = 0,5 m

- Headloss pada V-notch


Head loss pada V – notch
5
Q 8 θ
= × Co× √ 2 g × tan ×hf 2
notch 15 2
5
Q 8 θ
= × CD × √ 2 g × tan ×hf 2
notch 15 2
5
8
2 , 12×10 m /det ¿ × 0,584 × √ 2.9 , 81 ×1× hf 2
−4 3
15

Hf = 0,029 m

5.4.4 Filtrasi
Filtrasi berfungsi untuk menyaring flok – flok halus yang masih lolos dari
sub unit sedimentasi media penyaringan menggunakan pasir silika dengan media
tunggal atau ganda.
a. KRITERIA DESAIN
Kecepatan filtrasi (νf) = 8 - 12 m/jam
Tebal media pasir (Lp) = 60 - 80 cm
Tebal media kerikil (Lk) = 10 - 30 cm
Waktu backwash (tbw) = 5 - 15 menit
Tinggi air diatas media = 0,9 - 1,2 m
Diameter media (Øm) = 0,6 - 1,2 mm
Ekspansi backwash = 30 - 50%
An orifice (Aor) : A = (0,0015 - 0,005) : 1
A lateral (Al) : Aor = (2 - 4) :1
A manifold (Am) : Al = (1,5 - 3) :1
Jarak orifice (Wor) = 6 - 20 cm
Porositas = 0,36 - 0,45
Diameter orifice (Øo) = 0,6 - 2 cm
73
Kecepatan backwash (νbw) =15 - 25 m/jam
Surface loading = 7 - 12 jam
b. PERENCANAAN
v.f = 9 m/jam = 2,5 x 10-3 m/det
Dor = 0,5 inci = 1,27 cm
Aor = 0,0025 x A
Wlat = 20 m/jam
V bw = 20 m/jam
Tebal Lapisan pasir,Lp = 70 cm = 0,7 m
Tebal lapisan kerikil,Lk = 30 cm = 0,3 m
Diameter pasir,Dp = 0,6 mm = 6 x 10-4 m
Diameter kerikil,Dk = 3 mm = 3 x 10 -3 m
Porositas awal, Po = 0,4
V = 0,893 x 10 -6 m2/det
NRe pasir < 5
NRe kerikil > 5
Ψ pasir = 0,82 (bulat)
A lat = 2 x Aor
A man = 1,5 x Aor
% ekspansi kerikil akibat vbw = 10%
T bw = 10 menit = 600 det
c. PERHITUNGAN
- Jumlah bak
N = 12. Q 0,5 = 12 x (0,113)0,5 = 4,033
Ditambah 1 bak cadangan, sehingga jumlah bak yang beroperasi 4 buah
- Dimensi bak
1 3
Debit tiap filter, Qf = × 0,113m /det = 0,037 m3/det
3
3
Qf 0,037 m /det
Luas tiap unit filter, Af = = x 3600 = 14,8 m2
Vf 9 m/ jam
Jika P : L = 2 : 1, maka

74
Af = 2. L2
20 = 2. L2
L = 3.16 m
P =2.L
=2 x 3.16
P = 6.32m
H =3m
 Sistem Underdrain
- Orifice
Luas bukaan, Aor = ¼..D2
= ¼ . 3,14. (0,0127 m)2
= 1,27 x 10-4 m2
0,0025
Jumlah lubang tiap filter, n = Af
A¿
0,0025 2
= 20 m
1, 27 x 10−4
= 394 Lubang

- Lateral
Luas bukaan, Alat = 2 x Aor x n
= 2 x 1,27.10-4 x 346
= 0,08 m2
- Manifold
Luas total, A man = 1,5 x A lat
= 1,5 x 0,08 m2
= 0,12 m2

Diameter, D man =
√ 4 x A man
π
=

4 x 0 ,12
3 ,14
= 0,38 m

P man = P bak = 5,92 m


P man 5 ,92
- Jumlah pipa lateral, n = x2= x 2 = 59 buah
W lat 0 ,2

75
59
Jumlah pipa lateral tiap sisi = = 29 buah
2
Panjang pipa lateral tiap sisi :
L. bak −Dman−(2 xW lat) 2 ,96−0 , 38−(2 x 0 , 2)
P lat = = = 1,09 m
2 2

Diameter pipa lateral :

√ √
A lat 0 , 08
4x 4x
D lat = n = 59 = 0,041 m
Π 3 ,14

 Sistem Inlet
Inlet masing-masing unit filtrasi dilengkapi dengan sebuah valve yang
berfungsi sebagai pembuka dan penutup saluran air saat akan filtrasi dan
pencucian (backwash).
- Inlet berupa pipa
2
0 ,15 m /det
Debit tiap saluran, Q1 = = 3 x 10-3 m3/det
5
Kecepatan dalam saluran 0,3 m/det.
Dimensi pipa :
3 x 10−3
A= = 0,01 m2
0 ,3
A = ¼ .Π. D2
D = 0,1 m

 Back Wash
- Pasir
- Kecepatan back wash, v bw = 6 x vf
= 6 x 2,5. 10-3
= 0,015 m/det
- Porositas saat ekspansi
1/ 4 , 5 1 /3
v v bw
Pe = 2 , 95 1 /3 , 6 x ¿ x 1/ 2
g Dp
76
−6 1/ 4 , 5 1/ 3
(0,893.1 0 ) (0,015)
Pe = 2 , 95 x¿x =0,624
(9 , 81)1/ 3 ,6 (6.1 0 ¿¿¿−4)1/ 2
- Persentasi ekspansi
Pe−Po 0,624−0 , 4
% ekspansi = x 100 = x 100 = 59,57 %
1−Pe 1−0,624

- Tinggi ekspansi
¿−Lp
% ekspansi = x100
Lp
¿−0 ,7
0,5957 =
0,7
Le = 1,117 m
- Kerikil
- Tinggi ekspansi
¿−Lk
% eks = x 100
Lk
¿−0 ,3
0,5957 =
0,3
Le = 0,47 m
- Porositas saat ekspansi
Pe−Po ¿−Lk
=
1−Pe Lk
Pe−0 , 4 0 , 47−0 ,3
=
1−Pe 0 ,3
Pe = 0,61

Debit back wash, Qbw = v bw x A bak


= 0,015 m/det x 17,6 m2
= 0,264 m3/det
Volume back wash, Vbw = Qbw x tbw
= 0,264 x 600
= 158,4 m3
 Saluran Penampung Air Pencuci

77
Air bekas cucian yang berada di atas media penyalur dialirkan ke gullet
melalui gutter dan selanjutnya keluar melalui pipa pembuangan.Dasar saluran
gutter harus diletakkan di atas ekspansi maksimum pada saat pencucian.Hal ini
dilakukan agar pasir pada media penyaring tidak ikut terbawa pada saat
pencucian.
20 m/ jam
- Debit pencucian, Q = x 17,6 m2 = 0,09 m3/det
3600
- Saluran gutter :
Panjang gutter, Pg = 3,66 m
Lebar gutter, Lg = 0,5 m
Kedalaman air disaluran gutter :
Hg = ¿ = ¿ = 0,163 m
- Air sisa pencucian dari gutter akan masuk ke dalam gullet dengan :
Lebar saluran, Lbuang = 0,2 m
Debit yang akan ditampung, Q buang = 0,02 m3/det.
Hbuang = ¿= ¿ = 0,173 m

 Sistem outlet
Air yang telah disaring akan dialirkan melalui pipa outlet yang
bersambungan dengan pipa manifold, menuju ke reservoir. Diameter pipa outlet
sama dengan diameter pipa manifold yaitu sebesar 0,38 m≈ 0 , 4 m.
1. Kehilangan Tekanan
a. Head loss pada media yang masih bersih
- Pasir
Cek bilangan Reynold
Ψ x Dp x v f 0 , 82 x 6.10−4 x 2 , 5.1 0−3
Nℜ = =
v 0,893 .10
−6

= 1,39< 5 (OK)
Koefisien drag
24 3 24 3
C D= + +0 , 34= + +0 , 34=20 ,15
N ℜ √N ℜ 1, 39 √ N ℜ

Head loss

78
1,067 C D
2
vf 1
Hf p= x x Lp x 4 x
Ψ g Po Dp
2
1,067 20 , 15 ( 2 ,5. 10−3 ) 1
Hf p= x x 0 ,7 x x
0 , 82 9 , 81 (0 , 4 ) 4
6.10−4
¿ 0 , 76 m
- Kerikil
−3 −3
1 vf x Dk 1 2 , 5.10 x 3.10
N ℜ= x = x −6
1−Po v 1−0 , 4 0,893 .10
¿ 8 , 39>5(OK )
2
v ( 1−Po ) vf
hf k =180 x x 3
x x LK
g Po Dk 2
2
0,893 .10−6 ( 1−0 , 4 ) 2 , 5 .10−3
hf k =180 x x x x 0 ,3
9 , 81 (0 , 4)3 (3. 10−3 )
= 0,007 m
- Head loss total media
hf media =hf air + hf p asir + hf kerikil =0 , 11+0 , 76+0,007
= 0,877 m

b. Head loss sistem underdrain


- Orifice
Debit tiap filter = 0,113 m3/dt
Q1 0,113 −4
Debit orifice, Qor = = =3,265 . 10 m3/dt
n¿ 346
Q¿ 3,265.10−4
Kecepatan di orifice, v ¿= = =2,570 m/dt
A ¿ 1 ,27 .10−4
2
v¿
Head loss,hf ¿ =1 , 7 x =1 ,7 x ¿ ¿
2. g
- Lateral
Q1 0 , 05 −4
Qlat = = =8 , 47 . 10 m3/dt
nlat 59
Qlat 8 , 47 . 10−4
V lat = = =0,010m/dt
Alat 0 , 08
79
2
Llat V lat
hf lat =1 , 3 x hf =1 ,3 x f x
D lat 2. g
2
1 , 09 ( 0,010 )
¿ 1 ,3 x 0,026 × x =4 , 57 .10−6 m
0,041 2 .9 ,81
- Manifold
Q 1 0 ,05
Qman= = =0 , 05 m³ /dt
nman 1

Qman 0 ,05
V man= = =0 , 41 m/dt
A man 0 ,12
2
Lman V man
hf man=1 , 3 x hf =1 ,3 x f x x
Dman 2. g
2
5 , 92 ( 0 , 41 )
¿ 1 ,3 x 0,026 x x =4 , 5 .10−3 m
0 , 38 2 .9 ,81

- Head loss total underdrain


hf underdra∈¿=hf +hf
¿ lat +hf man ¿

−6 −3
¿ 0,110+4 ,57 . 10 + 4 , 5 .10 = 0,1145 m

c. Head loss total awal


hf awal =hf media +hf underdrain
¿ 0,877+ 0,1145= 0,9915 m
d. Head loss media pada saat back wash
- Pasir
1 V bw x Dp 1 158 , 4 x 6 . 10
−4
N ℜ= x = x −6
1−Pe v 1−0,624 0,893 .10

¿ 282031

0, 8
v
hf p =130 x x¿¿
g

0, 8
( 0,893 . 10−6 )
¿ 130 x x¿¿
9 ,81
80
= 0,0418 m

- Kerikil
1 V bw x Dk 1 158 , 4 x 3 . 10
−3
N ℜ= x = x −6
=30 , 73
1−Pe v 1−0 , 61 0,893.10

0, 8
v
hf k =130 x x¿¿
g

0, 8
( 0,893 .10−6 ) (1−0 , 61)1 ,8 ( 158 , 4 )1, 2
hf p =130 x x x
9 , 81 ( 0 , 61 )3 (3 .10¿¿−3)1 ,8 x 0 , 47 ¿

= 0,110 m

e. Head loss sistem underdrain pada saat back wash


- Orifice
Q bw 0,264 −4 3
Q¿ = = =7 ,63 .10 m /dt
n¿ 346
Q¿ 7 , 63.10−4
V ¿= = =6 m/dt
A ¿ 1 ,27 .10−4
2
V 2 ( 6)
hf ¿ =1 , 7 x ¿ =1 ,7 x =1 , 83 m
2. g 2 x 9 , 81

- Lateral
Qbw 0,264 −3 3
Qlat = = =4 , 47 x 10 m /dt
n lat 59
Qlat 4 , 47 x 10−3
V lat = = =0,056 m/dt
Alat 0 ,08
2
Llat V lat
hf lat =1 , 3 x hf =1 ,3 x f x x
Dlat 2. g
2
1 , 09 ( 0,056 )
¿ 1 ,3 x 0,026 x x =1 , 43 x 10−4 m
0,041 2 .9 , 81
- Manifold
Q bw 0,264
Qman= = =0,264 m³ /dt
nman 1
81
Qman 0,264
V man= = =2 , 2m/dt
A man 0 , 12

2
Lman V man
hf man=1 , 3 x hf =1 ,3 x f x x
Dman 2. g
2
5 , 92 (2, 2)
¿ 1 ,3 x 0,026 x x =0,130 m
0 , 38 2 .9 ,81

f. Head loss media pada saat back wash


hf bw =hf media + hf underdrain=hf pasir + hf kerikil + hf ¿ + hf lat + hf man

−4
¿ 0,0418+ 0,110+1 , 83+1 , 43 x 10 +0,130=2,111m

 Pompa Back Wash


- Head loss pada pompa

hf pompa =hf bw +hs +sisatekan=2,111943 m+5+1=8,111943m

- Daya pompa
ρ x g x Q bw x hf pompa 997 x 9 , 81 x 0,264 x 8,111943
P= =
η 0 ,75

P=27927 watt

5.4.5 Desinfeksi

a. Kriteria Desain :

- Daya pengikat Chlor = 1,5 mg/L


- Sisa Chlor yang diinginkan = ( 0,2 – 0,4 ) mg / l, diharapkan 0,3
mg/l
- Bila Q = 113 L/detik
- Pembubuhan dilakukan tiap 8 jam
- Kadar chlor dalam kaporit = 60%
- Konsentrasi larutan, C = 50 g/L = 50 mg/m3
82
- Massa Jenis ( ρ ) =0 , 86 kg /L
- H =2
b. Perhitungan
- Dosis chlor = DPC + sisa Chlor = 1,2 + 0,3 = 1,5 mg/l
- Dosing rate :
Q× C kebutuhan 113 L/detik ×1.5 Kg/liter
= =0,034 L/de tik
C larutan 5000 mg/liter
- Dosing rate per hari :
0,034 L /detik × 24 jam × 3600 detik=2937 L/hari
- Dosing Setiap Pembubuhan
 Dosing rate per hari :
o 2937 L/hari ÷ 3=979 /8 jam

 Kebutuhan Kaporit :
= 60% Dosis Klor .Q
= 100/60 . 1.5mg/L. 113 L/detik
= 101,7 mg/detik ≈ 8,73 kg/hari

 Debit Kaporit :

1 w kap 8 ,73 kg/hari


= =10 , 1 L /hari
massa jenis kap 0 , 86

 Q Pelarut :
100 %−5 %
 × 10 ,1 L/hari=191, 9 L/hari
5%

 Debit Larutan :
o Debit Larutan = Q Kap + Q air
= 10,1 L/hari + 191,9 L/hari
= 202 L/hari
= 0,20 m3/hari
83
 Dimensi Bak
- Volume bak

−5 3
10 m 3
Vbak=Qp ×t=4.5× × 8 jam ×3600=1.296 m
detik

- Luas permukaan

Vbak 1.296 2
As= = =1.296 m ≈ 1 ,3 m3
H 1

- Pbak = Lbak
As = L2
1,3 = L2
L=P = 1.14 m

 Volume ruang pengaduk (T=30 °C)

Q =113 L/det = 0,113 m3/det


G = 700 /dt
μ = 0,798. 10-3 kg/mdet
ρ = 995,7 kg/m3
g = 9,81 m/det2
Kecepatan (v1) saat masuk ke bak pengadukan = 2 m/det
Kecepatan (v2) saat keluar dari bak pengadukan = 1 m/det
Waktu tinggal = 30 detik
 Perhitungan
V = Q x td
= 0,113 x 30
= 3,39 m3
Direncanakan ukuran ruang pengadukan:
Panjang :3m
Lebar :3m
Tinggi : 1,25 m

84
Diameter inlet :

Q 0.113
A= = =0.056 m2
v1 2

D=
√ A
1/4 π
=
√0,056
1/ 4 π
=0 , 26 m=260 mm

BAB VI

RESERVOIR AIR BERSIH DAN POMPA DISTRIBUSI

6.1 Reservoir Air Bersih


Kapasitas Reservoir dapat dihitung dengan memasukkan faktor Q harian
maksimum sebagai pertimbangan untuk menyimpan cadangan air pada Reservoir
dengan kapasitas 15% - 20% dari Q pemakaian jam puncak. Pada Kota Toshiba
digunakan Reservoir sebagai alternatif menyimpan cadangan air, karena tekanan
telah dikendalikan oleh bak pelepas tekan yang terdapat pada pipa transmisi.
Q Jam Puncak = 154 l/detik x 3600 detik/jam x 24 jam x 1 hari
= 133.056,00 liter/hari

Q Jam Puncak = 20% x 670291,2


85
= 26.611,20 liter/hari ≈ 2661 m3/hari

6.2 Perhitungan Pipa Tramsmisi dari IPA ke Reservoir Air Bersih


6.2.1 Menghitung Panjang dan Diameter Pipa
Panjang pipa transmisi dapat di hitung dengan melihat dari IPA ke
reservoir, sedangkan diameter pipa dapat di tentukan berdasarkan debit hari
maksimum. Dalam melakukan diameter pipa dapat di tentukan dengan persamaan
Hazen William sebagai berikut:
Q = 0,2785 × C × D2,6………………………………………………...(6.1)
Dimana :
f : Koefisien gesekan
L : Panjang pipa (m)
V : Kecepatan aliran (m/det)
d : Diameter pipa
g : Percepatan grafitasi (9,81 m/det2)

Berdasarkan debit yang dibutuhkan pada tahun 2034 di Kota Toshiba


sebesar 113 liter/hari atau 0,113 m3/det, maka dapat di analisa rancangan
penyediaan air bersih, khususnya untuk analisa perhitungan panjang dan diameter
pipa sebagai berikut :
 Diameter Pipa Transmisi dari Instalasi Pengolahan Air ke Reservoir Air Bersih
Diketahui :
Panjang pipa (L) = 50 m
L ekuivalen = 1,1 x L
=1,1 x 50 m
= 55 m
H (IPA) = +32,5 m
H (RESERVOIR ) = +31,5 m
ΔH = Hawal – Hakhir
= +32,5 m - 31.5 m
=1m

86
ΔH 1
S = = =0 , 02
Leq 55
C =130 ( koefisien Darmasetiawan, 2004)
Q = 0,113 m3/detik

( )
1
Q 2, 63
D = 0 ,54
0,2785 ×C × S

=(
0,2785 ×130 × 0 ,02 )
1
0,113 2 ,63
0 , 54

= 0,24 m
= 24 cm
= 24 cm = 9,44 inch ≈ 9,5 inci
Jadi, Diameter Pipa Transmisi dari Instalasi Pengolahan Air ke Reservoir
Air Bersih adalah 0,24 meter atau pada pasaran yang sering digunakan adalah 9,5
inci.

6.2.2 Perhitungan Kehilangan Tekanan


Sistem distribusi air bersih di Kota Toshiba akan menggunakan pipa dengan
diameter 5,11 inci. Setelah diketahui diameter pipa maka dapat ditentukan
kehilangan air bak itu akibat gesekan pipa dan perbedaan tinggi tekan.
a. Major Losses
Major losses, terjadi akibat gesekan air dengan dinding pipa. Menurut
Atang, (1983), besarnya kehilangan tekanan karena gesekan dapat ditentukan
dengan formula umum dari Darcy, yaitu:
1.85
10,666 x Q
Hf = 1.85 4.87
x L ......................................................................................(6.2)
C xD
Dimana :
Dimana :
Q = Debit Harian Maksimum (m3/detik)
L = Panjang pipa (m)
C = Koefisien Kekasaran Pipa (Hazen William)
D = Diameter Pipa (m)

87
b. Minor Losses
Minor losses, terjadi akibat perubahan penampang pipa, sambungan,
belokan, dan katup. Pada perencanaan ini, minor losses menggunakan rumus
Hazen William :
2
V
Hf =K ....................................................................................................(6.3)
2g
Dimana
K = Koefisien kerugian
V = Kecepatan aliran (m/s)
G = Percepatan gravitasi (9,81 m/s2)
 Perhitungan Mayor Losses pada pipa Transmisi dari Instalasi Pengolah Air
ke reservoir air bersih
Diketahui :
 L =6m
 Q = 0,113 m3/detik
 D = 0,24 m
 C = 130
1.85
10,666 x Q
Hf = 1.85 4.87
xL
C xD
1.85
10,666 x 0,113
= 1.85 4.87
x6
130 x 0 , 24
= 0,145 m
 Perhitungan Minor Losses pada pipa Transmisi dari Instalasi Pengolah Air
ke Reservoi A1ir Bersih
Q
 Kecepatan Air dalam Pipa 9,5 inc (0,113) = 1
π d2
4
0,113
= 1 .3 , 14.0 , 24.0 , 24
4

= 2,499 m3/detik

88
2 2
V 2,499
 Harga = = 0,318 m
2 g 2. 9 , 81
Peralatan pada pipa :
Elbow 45 (2) = 2 x ( 0,4 x 0,318 ) = 0,254 m
Gate Valve (2) = 2 x ( 0,2 x 0,318 ) = 0,127 m
Minor losses total = 0,381 m
Head Total = Mayor Losses + Minor losses
= 0,145 + 0,381
= 0,526 m
EGL = Elevasi IPA – Head Total
= 32,5 m – 0,526 m = 31,974 m
Tinggi Kecepatan = V2/2g
2
2,499
= =0,381 m
2. 9 , 81
2
V
HGL = EGL -
2g
= 31,974 – 0,381
= 31,593 m
Sisa Tekan = HGL – Hs (Head Total)
=31,593 – 0,507
= 31,086 m
Karena Residu bernilai Positif (+31,086 m) menunjukan aliran air dari IPA ke
reservoir air bersih dapat mengalir secara gravitasi.

6.2.3 Pompa Distribusi


Pompa distribusi yang digunakan adalah pompa sentrifugal. Pompa
sentrifugal memiliki konstruksi yang kuat, desain yang simpel, biaya fabrikasi
yang rendah serta pengoperasian yang mudah. Pompa ini paling banyak
digunakan karena daya kerjanya yang baik dan ekonomis.
Aliran air dalam pompa ini berubah – ubah menurut tinggi tekannya, karena
itu diperlukan suatu kendali tekanan yang dapat diubah-ubah bila diinginkan

89
aliran yang tetap besarnya pada berbagai tekanan.kapasitas rendah < 20 m 3/jam:
menegah 20 – 60 m3/jam: tinggi >60 m3/jam.
Pompa tidak dapat mengubah seluruh energi kinetik menjadi energi tekanan
karena ada sebagian energi kinetik yang hilang dalam bentuk losses atau kerugian.
Efisiensi pompa adalah suatu faktor yang dipergunakan untuk menghitung losses
ini. Efisiensi pompa terdiri dari :
1. Efisiensi hidrolis, memperhitungkan losses akibat gesekan antara cairan dengan
impeler dan losis akibat perubahan arah yang tiba‐tiba pada impeler.
2. Efisiensi volumetris, memperhitungkan losses akibat resirkulasi pada ring,
bushing, dll.
3. Efisiensi mekanis, memperhitungkan losis akibat gesekan pada seal, packing
gland, bantalan, dll.
Setiap pompa dirancang pada kapasitas dan head tertentu, meskipun dapat
juga dioperasikan pada kapasitas dan head yang lain. Efisiensi pompa akan
mencapai maksimum pada designed point tersebut, yang dinamakan dengan titik
BEP.Untuk kapasitas yang lebih kecil atau lebih besar efisiensinya akan lebih
rendah. Efisiensi pompa adalah perbandingan antara daya hidrolis pompa dengan
daya poros pompa.
PH
η= ...............................................................................................................(6.4)
PS

Dimana :
PH = daya hidrolis
PS = daya shaft/poros pompa

Daya hidrolis adalah daya yang diperlukan oleh pompa untuk mengangkat
sejumlah zat cair pada ketinggian tertentu. Daya hidrolis dapat dicari dengan
persamaan berikut (Fritz Dietzl, 1992) :
Q. ρ .H
Pw = η
................................................................................(6.5)

90
Dimana :
ρ = Massa jenis (kg/m3)
H = Head (m)
Q = Debit (m3/s)
η = Efesiensi hidrolis ( 0,75% - 0,95% )
Jika head atau kapasitas yang diperlukan tidak dapat dicapai dengan satu
pompa saja, maka dapat digunakan dua pompa atau lebih yang disusun secara seri
atau paralel. Bila head yang diperlukan besar dan tidak dapat dilayani oleh satu
pompa, maka dapat digunakan lebih dari satu pompa yang disusun secara seri.
Susunan paralel dapat digunakan bila diperlukan kapasitas yang besar
yang tidak dapat dipenuhi oleh satu pompa saja, atau bila diperlukan pompa
cadangan yang akan dipergunakan bila pompa utama rusak/diperbaiki.
Operasi paralel di mana masing-masing suction pompa dihubungkan
dengan header utama, dan discharge ke header gabungan dan bekerjasama untuk
menghasilkan flow pada head tetap. Dalam operasi paralel umumnya sejumlah
pompa digabungkan untuk menangani fluktuasi flow yang besar dari sistem.
Arrangement ini banyak digunakan pada water treatment di mana air minum yang
disuplai dari plan treatment ke subdivisi akan terjadi fluktuasi besar sepanjang
waktu. Pemakaian beberapa pompa dalam satu sistem memungkinkan pompa
dihidupkan dan dimatikan sesuai kebutuhan untuk memenuhi variasi permintaan.
Kurva head dan kapasitas pompa disediakan oleh produsen. Perlu di ingat bahwa
BEP (Best Efficiency Point) berada di antara 80% dan 85% dari maksimum head.
Untuk memaksimalkan usia pompa perlu mengoperasikan pompa sedekat
mungkin dengan BEP. Pada masing-masing diagram menggunakan terminologi
yang sama:
H = Head (feet atau meter)
Q = Kapasitas (gpm, m3/hr)
S = Kurva sistem yang disediakan oleh konsumen
Pompa akan selalu bekerja pada kurva kecuali clearance dalam pompa
sudah terlalu lebar. Apabila kapasitas pompa sentrifugal bertambah maka head
akan berkurang dan sebaliknya apabila kapasitas berkurang maka head akan
91
bertambah. Bila pompa bekerja di luar range pompa maka akan terjadi kavitasi
karna kelebihan flow.
 Perhitungan
Berikut ini analisa perhitungan daya pompa yang digunakan (Fritz D ietzl,
1992) :
Diketahui :
Kerapatan air = 1000 (kg/m3)
Debit air yang dipompa = 0,113 m3/detik
H total = S x L + elevasi
= 0,02 x 6 + 1
= 0,12 m
Efesiensi Pompa = 0,75 % - 0,95%
Jawab :
Q. ρ .H
Pw = η
3 .0 , 12m
m 3/ ¿/det .1000 kg /m
0 , 113 ¿
Pw = 0 , 95
Pw = 14,273 w
Pw = 0,441 kw
Sehingga daya pompa yang diperlukan yaitu sebesar 0,441 kw.

92
93

Anda mungkin juga menyukai