BAB I
PENDAHULUAN
1.3 Tujuan
1) Mahasiswa dapat mengetahui dan dapat menguraikan peranan air dalam bidang pangan
2) Mahasiswa dapat mengetahui faktor-faktor penentu kualitas air
3) Mahasiswa dapat mengetahui pengaruh aktivitas air dan mikroba yang terdapat dalam bahan
pangan
BAB II
PEMBAHASAN
Faktor Kimia
Karakteristik kimia air menyatakan banyaknya senyawa kimia yang terdapat di dalam air,
sebagian di antaranya berasal dari alam secara alamiah dan sebagian lagi sebagai kontribusi
aktivitas makhluk hidup. Beberapa senyawa kimia yang terdapat didalam air dapat dianalisa
dengan beberapa parameter kualitas air. Parameter kualitas air tersebut dapat digolongkan
sebagai berikut
1. Ph
Pembatasan pH dilakukan karena akan mempengaruhi rasa, korosifitas air dan efisiensi klorinasi.
Beberapa senyawa asam dan basa lebih toksid dalam bentuk molekuler, dimana disosiasi
senyawa-senyawa tersebut dipengaruhi oleh pH
2. DO (dissolved Oxygent)
DO adalah jumlah oksigen terlarut dalam air yang berasal dari fotosintesa dan absorbsi
atmosfer/udara. Semakin banyak jumlah DO maka kualitas air semakin baik
3. BOD (biological oxygen demand)
BOD adalah banyaknya oksigen yang dibutuhkan oleh mikroorgasnisme untuk menguraikan
bahan-bahan organik (zat pencerna) yang terdapat di dalam air secara biologi
4. COD (chemical oxygen demand)
COD adalah banyaknya oksigen yang di butuhkan untuk mengoksidasi bahan-bahan organik
secara kimia
5. Kesadahan
Kesadahan air yang tinggi akan mempengaruhi efektifitas pemakaian sabun, namun sebaliknya
dapat memberikan rasa yang segar. Di dalam pemakaian untuk industri (air ketel, air pendingin,
atau pemanas) adanya kesadahan dalam air tidaklah dikehendaki. Kesadahan yang tinggi bisa
disebabkan oleh adanya kadar residu terlarut yang tinggi dalam air
6. Senyawa Kimia Beracun
Kehadiran unsur arsen (As) pada dosis yang rendah sudah merupakan racun terhadap manusia
sehingga perlu pembatasan yang agak ketat (± 0,05 mg/l). Kehadiran besi (Fe) dalam air bersih
akan menyebabkan timbulnya rasa dan bau ligan, menimbulkan warna koloid merah (karat)
akibat oksidasi oleh oksigen terlarut yang dapat menjadi racun bagi manusia (Farida, 2002)
Faktor Biologi
Organisme mikro biasa terdapat dalam air permukaan, tetapi pada umumnya tidak
terdapat pada kebanyakan air tanah karena penyaringan oleh aquifer. Organisme yang paling
dikenal adalah bakteri. Adapun pembagian mokroorganisme didalam air dapat di bagi sebagai
berikut
1. Bakteri
Dengan ukuran yang berbeda-beda dari 1-4 mikron, bakteri tidak dapat dilihat dengan mata
telanjang. Bakteri yang menimbulkan penyakit disebut disebut bakteri patogen
2. Organisme Coliform
Organisme colliform merupakan organisme yang tidak berbahaya dari kelompok colliform yang
akan hidup lebih lama didalam air daripada organisme pathogen. Akan tetapi secara umum untuk
air yang dianggap aman untuk dikonsumsi, tidak boleh lebih dari 1 didalam 100ml air
3. Organisme Mikro Lainnya
Disamping bakteri, air dapat mengandung organisme mikroskopis lain yang tidak diinginkan
berupa ganggang dan jamur. Ganggang adalah tumbuh-tumbuhan satu sel yang memberi rasa
dan bau pada air. Pertumbuhan ganggang yang berlebihan dapat dicegah dengan pemakaian
sulfat tembaga atau klorin. Jamur adalah tanaman yang dapat tumbuh tanpa sinar matahari dan
pada waktu tertentu dapat merajalela pada pipa–pipa air, sehingga menimbulkan rasa dan bau
yang tidak enak (Anonim, 2011)
Sebuah molekul air terdiri dari sebuah atom oksigen yang berikatan kovalen dengan dua
atom hidrogen. Hidrogen dan oksigen mempunyai daya padu yang sangat besar antara keduanya.
Keunikan air terjadi berkat ikatan pemadu kedua unsurnya. Perangkaian jarak atom-atomnya
mirip kunci yang masuk lubangnya, kecocokannya begitu sempurna, sehingga air tergolong
senyawa alam yang paling mantap. Semua atom dalam molekul air terjalin menjadi satu oleh
ikatan yang kuat, yang hanya dapat dipecahkan oleh perantara yang paling agresif, misalnya
energi listrik atau zat kimia seperti logam kalium.
Oksigen mempunyai nomor atom 8 dan massa atom 16, terletak pada periode ke-2 dan
golongan VI A pada sistem periodik. Sebuah atom oksigen mempunyai delapan elektron, dua
elektron berada pada kulit elektron bagian dalam (kulit K) dan enam elektron berada pada kulit
berikutnya (kulit L), jadi kulit L belum penuh atau masih bias diisi dua elektron. Sedang sebuah
atom hydrogen dengan nomor atom 1 hanya mempunyai satu elektron pada kulit K, jadi belum
penuh atau kekurangan satu elektron. Kulit yang belum terisi penuh tersebut tidak mantap dan
elektronnya cepat bergabung dengan elektron lain untuk memenuhi ruang dalam suatu kulit.
Kulit yang telah terisi penuh merupakan bentuk yang mantap, dan setelah hal itu terjadi, maka
akan dilawannya setiap usaha pemisahan.
Dalam sebuah molekul air dua buah atom hydrogen berikatan dengan sebuah atom oksigen
melalui dua ikatan kovalen, yang masing-masing mempunyai energi besar 110,2 kkal per mol.
Ikatan kovalen tersebut merupakan dasar bagi sifat air yang penting, misalnya kebolehan air
sebagai pelarut.
Gambar 1.1. Pembentukan molekul air (a) dua atom hydrogen dan sebuah atom oksigen; (b)
molekul air, setiap electron hydrogen saling memanfaatkan (sharing) sepasang electron dengan
oksigen ; (c) terjadinya dua kutub positif dan negative (dipolar) (Davis dan Day, 1961)
Bila dua atom hidrogen bersenyawa dengan sebuah atom oksigen, maka molekul tersebut
menghasilkan molekul yang berat sebelah, dengan kedua atom hydrogen melekat di satu atom
oksigen dengan sudut 104,5o antara keduanya. Posisi tersebut mirip dengan dua telinga pada
kepala kelinci. Akibat perbedaan elektronegativitas antara hidrogen dan oksigen, sisi hidrogen
molekul air bermuatan positif sedang pada sisi oksigen bermuatan negatif.
Sebuah olekul air dapat digambakan sebagai menempati pusat dari sebuah tetrahedron,
suatu benda ruang dengan 4 sisi yang masing-masing sisinya merupakan segi tiga sama sisi,
dengan arah muatan seperti terlihat pada Gambar 1.2. Sebuah molekul air dengan kutub-
kutub positif dan negatif secara permanent menjadi dwikutub (dipolar), seperti halnya sebatang
magnet yang memmpunyai kutub berbeda pada kedua ujungnya. Karena molekul air dapat
ditarik oleh senyawa lain yang bermuatan positif atau yang bermuatan negatif.
Daya tarik menarik di antara kutub positif molekul air yang satu dengan kutub negative
molekul air lainnya menyebabkan terjadinya penggabungan molekul-molekul air melelui ikatan
hydrogen. Ikatan-ikatan hydrogen jauh lebih lemah dari pada ikatan kovalen. Ikatan-ikata
hydrogen megikat molekul-molekul air lain di sebelahnya dan sifat inilah yang bertangung jawab
terhadap sifat mengalirnya air. Molekul air yang satu dengan molekul air yang lain bergabung
dengan suatu ikatan hydrogen antara atom H dengan atom O dari molekul air yang lain.
a) Dua buah molekul air mrmbentuk sudut ikatan sekitar 105o (Wyssling dan Muhlethaler, 1965)
b) Orientasi muatan air pada bentuk tetrahedron (Fennema dan Powrie, 1964)
Kemampuan molekul air membentuk ikatan hydrogen menyebabkan air mempunyai sifat-
sifat yang unik. Ikatan hydrogen yang terjadi antar molekul-molekul yang berdampingan
mengakibatkan air pada tekanan atmosfer bersifat mengalir (flow) pada suhu 0-100 oC .
Kelompok-kelompok kecil molekul air bergabung dengan suatu pola tertentu, tetapi kelompok-
kelompok tersebut bergerak bebabas dan menyebabkan terjadinya pertukaran ikatan hydrogen.
Ikatan hydrogen ini tidak hanya mengikat molekul-molekul air satu sama lain, tetapi dapat juga
menyebabkan pembentukan hidrat antara air dengan senyawa-senyawa lain yang mempunyai
kutub O atau N, seperti senyawa metanol atau karbohidrat yang mempunyai gugus -OH
(hidroksil).
Es merupakan suatu senyawa yang terdiri dari molekul-molekul H2O (HOH) yang tersusun
sedemikian rupa sehingga 1 atom H terletak di satu sisi antara sepasang atom oksigen molekul-
molekul air lainnya, membentuk suatu heksagon simetrik. Satu molekul HOH dapat mengikat 4
molekul HOH yang berdekatan (Gambar 1.3) dan jarak atom 0-0 yang berdampingan sebesar
2,76 Ao
Ruangan-ruangan dalam kristal es berbentuk sedemikian rupa sehingga membentuk
saluran-saluran dalam jumlah yang sangat besar. Karena itulah es mempunyai volume 1/11 kali
lebih besar dari bentuk cairnnya dan kerapatannya lebih kecil sehingga es mengapung dalam air.
Bila suhu air diturunkan, pelepasan panas akan mengakibatkan pergerakan molekul-
molekul air diperlambat dan volumenya mengecil. Bila air didinginkan sampai suhu 4oC, suatu
pola baru ikatan hydrogen terbentuk. Volume air sebaliknya mengembang ketika air diturunkan
suhunya dari 4oC sampai 0oC. Ketika panas dilepas lagi setalh air mencapai 0oC, terjadilah
Kristal, dan ketika air es berubah menjadi kristal es, volumenya mendadak mengembang. Es
memerlukan ruang 1/11 kali lebih banyak daripada volume air pembentuknya, tetapi es bersifat
kurang padat bila dibndingkan air, karena es terapung ke permukaan air.
Bila suhu air meningkat, jumlah rata-rata molekul air dalam kerumunan molekul air
menurun dan ikatan hydrogen putus dan terbentuk lagi secara cepat. Bila air dipanaskan lebih
tinggi lagi sehingga molekul-molekul air bergerak sedemikian cepat dan tekanan uap air
melebihi tekanan atmosfer, beberapa molekul dapat melarikan diri dari permukaan dan menjadi
gas. Hal ini terjdi ketika air mendidih pada suhu 100 oC pada permukan laut dengan tekanan
barometer 760 mmHg. Dalam keadaan uap, molekul-molekul air kurang lebih menjadi bebas
satu sama lainnya.
C. Aktivitas Air dalam Bahan Pangan
Menurut derajat keterikatan air, air terikat dapat dibagi atas empat tipe.
Tipe I, adalah moekul air yang terikat pada molekul-molekul lain melalui suatu ikatan hydrogen
yang berenergi besar. Molekul air membentuk hidrat dengan molekul-molekul lain yang
mengandung atom-atom O dan N seperti karbohidrat, protein, atau garam. Air tipe ini tidak dapat
membeku pada proses pembuekuan, tetapi sebagian air ini dapat dihilangkan degan cara
pengeringan bisa. Air tipe ini terikat kuat dan sering sekali disebut air terikat dalam arti
sebenarnya.
Derajat pengikatan air sedemikian rupa sehingga reaksi-reaksi yang terjadi sangat lambat
dan tiak terukur. Reaksi yang nyata dalam bahan makanan adalah peningkatan oksidasi lemak
bila setelah air tipe I, air terikat lagi membentuk tipe II (Gambar 1.4). Oksidasi lemak akan
meningkat pada daerah II karena keaktifan katalis meningkat dengan adanya pengembangan
volume akibat penyerapan air.
Tipe II, yaitu molekul-molekul air membentuk ikatan hydrogen dengan molekul air lain,
terdapat dalam mikropiler dan sifatnya agak berbeda dari air murni. Air jenis ini lebih sukar
dihilangkan dan penghilangan air tipe II akan mengakibatkan penurunan aw (water activity). Bila
sebagian air tipe II dihilangkan, pertumbuhan mikroba dan reaksi-reaksi kimia yang bersifat
merusak bahan makanan seperti reaksi browning, hidrolisis atau oksidasi lemak akan dikurangi.
Jika air tipe II dihilangkan seluruhnya kadar air bahan aka berkisar antara 3-7%, dan kestabiln
optimum bahan makanan akan tercapai, kecuali pada produk-produk yang dapat mengalami
oksidasi akibat adanya kandungan lemak tidak jenuh.
Tipe III, adalah air yang secara fisik terikat dalam jaringn matriks bahan seperti membrane,
kapiler, serat, dan lain-lain. Air tipe III ini lah yang sering kali disebut dengan air bebas. Air tipe
ini mudah diuapkan dan dapat imanfaatkan untuk pertumbuhan mikroba dan media bagi reaksi-
reaksi kimiawi. Apabila air tipe III ini diuapkan seluruhnya, kandungan air bahan berkisar antara
12-25% dengan aw (water activity) kira-kira 0,8 tergantung dari jenis bahan dan suhu.
Tipe IV, adalah air yang tidak terikat dalm jaringan suatu bahan atau air murni, dengan
sifat-sifat air biasa dan keaktifan penuh.
Selain tipe-tipe air seperti disebutkan di atas, beberapa penulis membedakan pula air
imbisisi dan air kristal. Air imbisisi merupakan air yang masuk ke dalam bahan pangan dan akan
menyebabkan pengembangan volume, tetapi air ini tidak merupakan komponen penyusun bahan
tersebut. Misalnya air dengan beras bila dipnaskan akan membentuk nasi, ataumembentuk gel
dari bahan pati. Air kristal adalah air terikat dalam semua bahan, baik pangan maupun
nonpangan yang berbentuk kristal, seperti gula, garam CuSO4 dan lain-lain.
Kandungan air dalam bahan makanan mempengaruhi daya tahan bahan makanan terhadap
serangan mikroba yang dinyatakan dengan aw minimum agar dapat tumbuh dengan baik,
misalnya bakteri aw :0,90; khamir aw :0,80-0,90; kapang aw :0,60-0,70.
Hubungan antara aw dengan kandungan air per gram suatu bahan makanan terlihat pada
Gambar 1.5, dan grafik ini disebut isotherm sorpsi air. Pada bahan pangan isotherm sorpsi air
dapat menggambarkan kandungan air yang dimiliki bahan tersebut sebagai keadaan kelembaban
relative ruang tempat penyimpanan.
Bentuk isotherm air ini khas untuk setiap bahan pangan dan contohnya terlihat pada
Gambar 1.6. Isoterm ini dapat dibagi menjadi beberapa bagian tergantung dari keadaan air dalam
bahan pangan tersebut. Pada Gambar 1.6, daerah A menyatakan absorbsi air bersifat satu lapis
molekul air, daerah B menyatakan terjadinya pertambahan lapisan-lapisan di atas satu lapis
molekul air itu, dan daerah C kondensasi pada pori-pori bahan mulai terjadi.
Tidak ada suatu nilai kelembaban relative tertentu yang dapat dijadikan ukuran sebagai
batas satu daerah dengan daerah lainnya. Adanya kurva desorbsi memberikan bukti mengenai hal
ini. Isoterm sorbsi air bahan pangan dapat diperoleh dengan dua cara. Cara pertama: Bahan
makanan dengan kadar air yang diketahui dibiarkan mencapai keseimbangan dengan sisa ruang
dalam wadah tertentu yang tertutup sangat rapat. Tekanan uap parsial uap airnya diukur dengan
manometer, atau RH dari sisa ruang tersebut diukur dengan hygrometer listrik, point cells, atau
psikorometer rambut. Dengan demikian kita mendapatkan data hubungan kadar air dengan RH
dalam keadaan keseimbangan atau dengan aw dari bahan makanan (RH= aw × 100).
Cara kedua diakukan sebagai berikut : Sample dalam jumlah kecil diletakkan poada
beberapa ruangan yang tetap RH-nya (misalnya dalam desikator yang mengandung larutan
garam jenuh seperti litium klorida untuk RH sekitar 11%, MgCl 2 untuk RH sekitar 32%, NaCl
untuk RH 75%, dan kalium sulfat untuk RH 97%). Setelah keseimbangan tercapai, kadar air
bahan kemudian diukur secara gravimetris atau cara lain. Dengan demikian kita mendapatkan
hubungan antara kadar air bahan dan RH dalam keadaan keseimbangan.
Untuk memperpanjang daya tahan suatu bahan, sebagian besar air dalam bahan harus
dihilangkan dengan beberapa cara tergantung dari jenis bahan. Umumnya dilakuka pengeringan,
baik dengan penjemuran padi, ikan asin, pembuatan dendeng, dan lain sebagainya. Pada bahan
yang berkadar air tinggi, susu misalnya, dilakukan evaporasi atau penguapan. Pembuatan susu
kental pada prinsipnya adalah mengurangi kadar air dengan cara dehidrasi.
Pada pengeringan bahan makanan ini, terdapat duatingkat kecepatan penghilangan air.
Pada awal pengeringan, kecepatan jumlah air yang hilang per satuan waktu tetap, kemudian akan
terjadi penurunan kecepatan penghilangan air per satuan waktu. Hal ini berhubungan dengan
jenis air yang terikat dalam bahan.
D. Peranan Air dalam Bahan Pangan
Semua bahan makanan mengandung air dalam jumlah yang berbeda-beda, baik itu bahan
makanan hewani maupun nabati. Air berperan sebagai pembawa zat-zat makanan dan sisa-sisa
metabolisme, sebagai media reaksi yang menstabilkan pembentukan boiopolimer, dan
sebagainya.
Bahan pangan kita baik yang berupa buah, sayuran, daging, maupun susu, telah banyak
berjasa dalam memenuhi kebutuhan air manusia. Buah mentah yang menjadi matang selalu
bertambah kandungan airnya, misalnya calon buah apel yang hanya mengandung 10% air akan
dapat menghasilkan buah apel yang kadar airnya 80%, nenas mempunyai kadar air 87% dan
tomat 95%. Buah yang paling banyak kandungan airnya adalah semangka dengan kadar air 97%.
Kandungan air dalam bahan makanan ikut menentukan acceptability, kesegaran, dan daya
tahan bahan itu. Selain merupakan bagian dari suatu bahan makanan, air merupakan pencuci
yang baik bagi bahan makanan tersebut atau alat-alat yang akan digunakan dalam
pengolahannya. Sebagian besar dari perubahan-perubahan bahan makanan terjadi dalam media
air yang ditambahkan atau yang berasal dari bahan itu sendiri.
Bila badan manusia hidup dianalisis komposisi kimianya, maka akan diketahui bahwa
kandungan airnya rata-rata 65% atau sekitar 47 liter per orang dewasa. Setiap hari sekitar 2,5
liter harus diganti dengan air yang baru. Diperkirakan dari sejumlah air yang harus diganti
tersebut 1,5 liter berasal dari air minum dan sekitar 1,0 liter berasal dari bahan makanan yang
dikomsumsi. Dalam keadaan kesulitan bahan pangan dan air, manusia mungkin dapat tahan
hidup tanpa makanan selama lebih dari 2 bulan, tetapi tanpa minum akan meninggal dunia dalam
waktu kurang dari satu minggu.
Kandungan air beberapa bahan makanan yang umum seperti terlihat pada Tabel 1.1
menunjukkkan bahwa banyaknya air dalam suatu bahan tidak dapat ditentukan dari keadaan
fisik bahan tersebut. Misalnya buah nenas seakan-akan mempunyai kandungan air yang lebih
besar dari kol, kandungan air pada susu lebih besar dari kacang hijau, sedangkan susu bubk dan
terigu seakan-akan tidak mengandung air.
Air digunakan dalam bebarpa tahap pengolahan mengunakan panas pada buah-buahan dan
sayur-sayuran. Dalam hal ini termasuk perendaman pencucian, pengupasan, blanching,
pemutaran baling-baling, pembangkit uap, pendinginan kaleng dan pembersiahan pabrik serta air
yang juga dimasukkan ke dalam produk dalam bentuk sirup, air garam dan lain-lain. Unsur yang
tidak diinginkan termasuk zat besi, senyawa belerang, kesadahan tinggi. Air untuk pencucian
pertama bahan-bahan mentah boleh yang bermutu rendah, tetapi air untuk pendinginan kaleng
harus cukup suci-hama (misalnya diberi klorine) untuk mencegah kemungkinan masuknya
bakteri sesudah pengolahan. Sebagai persyaratan minimum untuk air pendingin kaleng telah
dianjurkan adanya kandungan total sisa klorine tidak lebih dari 4 mg/l, sebagian harus dalam
bentuk sisa klorine bebas, sesudah pendinginan kaleng selesai (Purnomo dan Adiono, 1982).
Dalm hal air harus diolah kembali karena alasan ekonomis, maka harus dilakukan pemberian
klorine sebelum air digunakan. Penghematan penggunaan air dalm jumlah yang agak besar
dapat diperoleh dengan melakukan langkah-langkah pengolahan yang mengunakan sedikit air,
dan oleh karenanya pembuangan yang dihasilkan juga lebih sedikit, misalnya pengupasan
kentang dan beberapa buah-buahan dengan soda kering (dry caustic).Optimasi kondisi blanching
dan sebagainya.
2. Air Untuk Pembuatan Minuman Berkarbonat
Pengendalian mutu air sangatlah penting terutama untuk pembuatan minuman berkarbonat
atau minuman ringan, karena kesadahan karbonat yang tinggi (alkalinitas) dapat menyebabkan
minuman menjadi tak lezat dan rasanya menjadi tawar. Juga karena minuman ini pada
hakekatnya adalah air maka rasa atau bau apa pun yang kurang menyenangkan yang ada di
dalam air akan mempengaruhi rasa produk akhir. Kejernihan yang tinggi dari sebagian besar
minuman ringan (soft drink) merupakan faktor penting dari segi pemasaran.
Komponen air lainnya yang batasnya juga sering harus diperhatikan adalah termasuk total
padatan, zat besi dan mangan, sisa klorine dan bermacam-macam mikroorganisme.
3. Air Untuk Pembuatan Bir
Air yang digunakan untuk pembuatan bir dari malt merupakan komponen dasar dari bir
dan mutu bir terutama tergantung pada sifat-sifat air tersebut. Yang sangat penting dalam tahap
pencampuran adalah kandungan kalsium dan bikrbonat, karena ini akan mempengaruhi pH dari
campuran dan oleh karenanya juga mempengaruhi aktivitas enzim amylase dan protease. Pada
saat mendidih, air dengan pH rendah menyebabkan kurangnya ekstraksi sari bahan pahit dari hop
dan warna kurang berkembang, dan hal sebaliknya dapat terjadi apabila pH air lebih tinggi.
Mutu dari banyak air tradisional yang terkenal sangat dipengaruhi oleh kandungan total
mineral dari air yang digunakan. Penambahan garam kalsium dan bahan tambahan yang lain
biasa digunakan untuk persediaan air yang tidak sadah/ sangat lunak.
Soal Latihan :
1. Buatlah konfigurasi electron dari unsur oksigen dan pengisiannya kulit orbitalnya.
2. Mengapa moleku air dikatakan sebagai molekul yang berikatan kovalen?
3. Gambarkan struktur molekul air dengan sudut antara kedua atom hydrogen yang benar.
Mengapa sudut tersebut tidak 1800?
4. Apa yang dimaksud aktivitas air, aw, dalam bahan pangan? Gambarkan hubungan antara aw
dengan kadar air bahan pangan.
5. Sebutkan minimum lima jenis komoditas dengan kandungan airnya masing-masing. Apa efek
dari perbedaan kadar air dari komoditas-komoditas tersebut?
6. Sebutkan minimum empat peranan air dalam bahan pangan.
Beranda
e-book gratis
Donasi
Pasang Iklan
Powered by Blogger.
Link Download
Google+ Followers
About Me
Haiyul Fadhli
View my complete profile
pin : 53A52551
Artikel Terkait
Inductively Coupled Plasma (ICP)
Link Download Terbaru Farmakope Indonesia edisi V 2014 dan buku lainnya
Metode ekstraksi
Faktor yang mempengaruhi pertumbuhan mikroorganisme
Obat-Obat Antibiotika dan Anti Jamur, Penyakit Yang Berhubungan dengan Antibiotika
dan Antijamur Serta Pengobatannya
SEDIAAN SEMISOLID
Fungsi dan Peranan Air Dalam Bahan Pangan
Obat Indeks Terapi Sempit
Antioksidan
Sediaan Parenteral
1. Air bebas, yaitu air yang tidak terikat pada bahan padat dalam jaringan pangan. Sifat-sifat
fisik dan termodinamika air ini adalah seperti air murni.
2. Air yang terikat secara mekanik, yaitu air yang memiliki gaya tegangan permukaan. Air
jenis ini terdapat dalam ruang antara partikel-partikel pangan atau terdapat sebagai
lapisan tipis pada permukaan bahan pangan padat.
3. Air yang teradsorpsi pada permukaan bahan padat karena adanya ikatan yang lemah
antar-molekul yaitu gaya van der Waal.
4. Air terikat secara kimia. Kekuatan ikatan kimia ini sangat bervariasi, misalnya air hidrasi
pada garam anorganik seperti kalsium-sulfat terikat secara reversibel. Air yang
merupakan bagian dari struktur kimia bahan padat, misalnya air dalam karbohidrat.
Kehilangan air ini bersifat irreversibel dan kehilangan tersebut menyebabkan
dekomposisi bahan padat.
Peran air dalam bahan makanan antara lain:
Umur Simpan
Umur simpan adalah periode waktu dimana makanan atau minuman yang diproduksi
masih dapat dikonsumsi. kadaluarsa adalah waktu dimana makanan atau minuman yang
diproduski sudah tidak boleh dikonsumsi lagi. parameternya dari umur simpan dan kadaluarsa
tersbut dari banyak faktor, namun saya bagi 3 faktor saja yaitu dari bahan kemas, bahan pangan
itu sendiri dan faktor lingkungan.
Bahan kemas dapat menjadi faktor dimana umur simpan akan berbeda padahal produknya
sama. fungsi dari pengemasan adalah memperlambat proses deteriorasi, yaitu penyimpangan
suatu produk dari mutu awalnya. Reaksi deteriorasi dapat disebabkan oleh faktor intrinsik
maupun ekstrinsik yang akan memicu reaksi ini di dalam produk berupa reaksi kimia, reaksi
enzimatis atau proses fisik yaitu penyerapan uap air atau gas dari sekelilingnya. Hal ini
menyebabkan perubahan terhadap produk meliputi perubahan tekstur, flavor, warna,
penampakan fisik, nilai gizi, maupun mikrobiologis. misalnya saja kemasan plastik akan berbeda
dengan kemasan kaca. permeabilitas kaca lebih kecil dari pada plastik sehingga plastik lebih
mudah terjadi transfer udara atau uap air. di antara plastik juga punya permeabilitas yang
berbeda. penentuan kemasan ini juga menjadi salah satu faktor untuk menentukan umur simpan
makanan.
Faktor lingkungan seperti suhu, cahaya, panas, kelembaban, tekanan fisik, dll menjadi
faktor yang diperhitungkan juga dalam penentuan umur simpan. misalanya saja produk yang
disimpan di suhu tropis akan berbeda umur simpannya dibanding yang disimpan di suhu
subtropis. makanan biasanya disimpan di tempat yang tidak panas dan tidak dingin, namun
kadang kala baik dalam transportasi ataupun penyimpanan ternyata terkena faktor lingkungan
yang ekstrim, maka perusahaan akan mempertimbangkan juga umur simpan dari makanan
tersebut jika produknya akan terkena faktor lingkungan yang tidak biasa.