A. Umum
Manusia adalah makhluk ciptaan Tuhan yang paling sempurna keadaannya. Selain
bentuk atau rupa yang paling baik dan sempurna, ia masih juga dibekali kemampuan
akalnya. Ilmu pengetahuan (sains), teknologi, dan seni atau biasa disingkat IPTEKS adalah
salah satu contoh dari hasil olah pikiran atau akal manusia yang kemudian disebut dengan
kebudayaan. Selanjutnya, sejalan dengan perkembangan umat manusia itu sendiri
berbagai macam hasil-hasil kebudayaan manusia ini terus terus berkembang hingga kini.
Ipteks sebagai salah satu hasil dari kebudayaan manusia itu juga terus berkembang,
terlebih lagi pada era sekarang ini, dimana ipteks telah mencapai tahapan perkembangan
yang sangat spektakuler. Dengan perkembangan ipteks yang sangat pesat, segala
persoalan yang tadinya sulit menjadi semakin mudah serta masalah yang tadinya berat
menjadi semakin ringan dan lain sebagainya. Namun, meskipun ada beberapa kemudahan
atau manfaat yang bisa kita peroleh dari kemajuan dibidang ilmu pengetahuan dan
teknologi tersebut pada sisi lainnya ternyata Ipteks juga dapat membawa kita kepada hal-
hal lain yang bersifat merusak (negatif). Berikut akan dijelaskan lebih mendalam hubungan
antara manusia, sains, teknologi dan seni dalam kehidupan manusia beserta dampak yang
ditimbulkan baik positif ataupun negatif.
Menggunakan penalaran.
3. Adanya aspek aksiologi, yang artinya bahwa bidang studi yang bersangkutan
memiliki nilai guna atau kemanfaatanya. Misalnya, bidang studi tersebut dapat
menunjukkan adanya nilai teoretis, hukum, generalisasi, kecenderungan umum,
konsep, serta kesimpulan yang logis, sistematis, dan koheren. Selain itu, bahwa
dalam teori serta konsep tersebut tidak menunjukkan adanya kerancuan,
kesemrawutan pikiran, atau penentangan kontradiktif di antara satu sama lain.
Sains atau ilmu pengetahuan (di dalamnya menyangkut pula bahwa teknologi),
tidak bisa bebas dari nilai-nilai. Jadi, sesuai dengan sifat sains itu sendiri yang
kebenarannya bersifat tidak mutlak.
Sedangkan berbicara masalah teknologi, dimana istilah teknologi sendiri
sebenarnya sudah mengandung pengertian sains dan teknik atau engineering, sebab
produk-produk teknologi tidaklah mungkin ada tanpa didasari adanya sains. Sementara
itu, dalam sudut pandang budaya, teknologi merupakan salah satu unsur budaya sebagai
hasil penerapan praktis dari sains. Walaupun pada dasarnya teknologi juga memilliki
karakteristik objektif dan netral, namun dalam kenyataannya teknologi tidak bisa netral
seluruhnya karena memerlukan juga sentuhan-sentuhan estetika yang bersifat objektif.
Pada titik inilah kita berbicara tentang seni. Seni berasal dari bahasa Latin, yaitu ars
yang berarti kemahiran. Secara etimologis, seni (art) diformulasikan sebagai suatu
kemahiran dalam membuat barang atau mengerjakan sesuatu. Pengertian seni
merupakan kebalikan dari alam, yaitu sebagai hasil campur tangan (sentuhan) manusia.
Seni merupakan pengolahan budi manusia secara tekun untuk mengubah suatu benda
bagi kepentingan rohani dan jasmani manusia. Seni merupakan ekpresi jiwa seseorang
yang hasil ekspresi tersebut berkembang menjadi bagian dari budaya manusia. Seni dan
keindahan yang tercipta merupakan dua sisi yang tidak bisa dipisahkan. Dengan seni, cipta
dan karya manusia, termasuk teknologi, di dalamnya mendapat sentuhan keindahan atau
estetika.
Sains dan teknologi saling membutuhkan, karena sains tanpa teknologi bagaikan
pohon tak berakar (science without technology has no fruit, technology without science
has no root). Sains hanya mampu mengajarkan fakta dan nonfakta pada manusia, ia tidak
mampu mengajarkan apa yang harus atau tidak boleh dilakukan oleh manusia. Jadi, fungsi
sains di sini hanyalah mengoordinasikan semua pengalaman manusia dan
menempatkannya ke dalam suatu sistem yang logis, sedangkan fungsi seni sebagai
pemberi persepsi mengenai suatu keberaturan dalam hidup dengan menempatkan suatu
keberaturan padanya. Tujuan sains dan teknologi adalah untuk memudahkan manusia
dalam menjalani kehidupannya. Sedangkan seni memberi sentuhan estetik sebagai hasil
budaya yang indah dari manusia.
Adanya sisi positif dan negatif dari Ipteks maka sering dikatakan bahwa kemajuan
Ipteks bermata dua atau bersifat dilematis. Di satu sisi, Ipteks secara positif telah
mendatangkan rahmat, dalam arti dapat meningkatkan kesejahteraan hidup manusia.
Oleh karena itu, ada pihak yang menyatakan bahwa Ipteks menjadi ”tulang punggung
kesejahteraan”. Namun di sisi lain, seperti dapat kita amati dalam kehidupan, penerapan,
dan pemanfaatan Ipteks itu juga telah membawa dampak negatif atau membawa laknat
dalam bentuk munculnya masalah lingkungan, seperti pencemaran, kekeringan, banjir,
tanah longsor, dan kenaikan suhu udara global. Oleh karena itu, kita sebagai umat
manusia tentunya harus penuh kewaspadaan dan kehati-hatian dalam menerapkan dan
memanfaatkan Ipteks, yakni yang sesuai dengan asas-asas keserasian, keseimbangan,
maupun kelestarian. Dengan demikian, kehidupan di bumi ini akan tetap berjalan secara
seimbang dan lestari.
Dampak negatif lain akibat penyalahgunaan ipteks pada kehidupan dibeberapa
bidang diantaranya :
a. Bidang informasi dan komunikasi
Disamping keuntungan-keuntungan yang kita peroleh ternyata kemajuan teknologi
tersebut dimanfaatkan juga untuk hal-hal yang negatif, antara lain:
1). Pemanfaatan jasa komunikasi oleh jaringan teroris (Kompas)
2). Penggunaan informasi tertentu dan situs tertentu yang terdapat di internet yang
bisa disalah gunakan pihak tertentu untuk tujuan tertentu.
b. Bidang sosial dan budaya
Kemajuan teknologi akan berpengaruh negatif pada aspek budaya seperti:
Kemerosotan moral di kalangan warga masyarakat, khususnya di kalangan remaja dan
pelajar. Kemajuan kehidupan ekonomi yang terlalu menekankan pada upaya pemenuhan
berbagai keinginan material, telah menyebabkan sebagian warga masyarakat menjadi
“kaya dalam materi tetapi miskin dalam rohani. Dll
c. Bidang pendidikan
Penyalah gunaan pengetahuan bagi orang-orang tertentu untuk melakukan tindak
kriminal. Dll
d. Bidang Kesehatan
Keberhasilan mengatasi penyakit, terutama penyakit menular, menyebabkan angka
kematian (mortalitas) menurun, sehingga populasi penduduk terus meningkat. Akibatnya
manusia lanjut usia yaitu manusia yang usianya lebih dari 60 tahun dan disebut lansia,
makin hari makin banyak juga.
5. Masih terbatasnya sumber daya Iptek, yang tercermin dari rendahnya kualitas
SDM dan kesenjangan pendidikan di bidang Iptek. Rasio tenaga peneliti Indonesia
pada tahun 2001 adalah 4,7 peneliti per 10.000 penduduk, jauh lebih kecil
dibandingkan Jepang sebesar 70,7.