Anda di halaman 1dari 15

BAB 7

MANUSIA, SAINS, TEKNOLOGI, DAN SENI

A. Umum
Manusia adalah makhluk ciptaan Tuhan yang paling sempurna keadaannya. Selain
bentuk atau rupa yang paling baik dan sempurna, ia masih juga dibekali kemampuan
akalnya. Ilmu pengetahuan (sains), teknologi, dan seni atau biasa disingkat IPTEKS adalah
salah satu contoh dari hasil olah pikiran atau akal manusia yang kemudian disebut dengan
kebudayaan. Selanjutnya, sejalan dengan perkembangan umat manusia itu sendiri
berbagai macam hasil-hasil kebudayaan manusia ini terus terus berkembang hingga kini.
Ipteks sebagai salah satu hasil dari kebudayaan manusia itu juga terus berkembang,
terlebih lagi pada era sekarang ini, dimana ipteks telah mencapai tahapan perkembangan
yang sangat spektakuler. Dengan perkembangan ipteks yang sangat pesat, segala
persoalan yang tadinya sulit menjadi semakin mudah serta masalah yang tadinya berat
menjadi semakin ringan dan lain sebagainya. Namun, meskipun ada beberapa kemudahan
atau manfaat yang bisa kita peroleh dari kemajuan dibidang ilmu pengetahuan dan
teknologi tersebut pada sisi lainnya ternyata Ipteks juga dapat membawa kita kepada hal-
hal lain yang bersifat merusak (negatif). Berikut akan dijelaskan lebih mendalam hubungan
antara manusia, sains, teknologi dan seni dalam kehidupan manusia beserta dampak yang
ditimbulkan baik positif ataupun negatif.

B. HAKIKAT DAN MAKNA SAINS, TEKNOLOGI, DAN SENI BAGI MANUSIA


Selama perjalanan sejarah, umat manusia telah berhasil menciptakan berbagai
macam kebudayaan. Berbagai macam atau ragam kebudayaan tersebut meliputi tujuh
unsur kebudayaan saja. Ketujuh unsur kebudayaan tersebut merupakan unsur-unsur
pokok yang selalu ada pada setiap kebudayaan masyarakat yang ada dibelahan dunia.
Menurut Kluchkhon sebagai mana dikutip Koentjaraningrat (1996), bahwa ketujuh unsur
pokok kebudayaan tersebut meliputi peralatan hidup (teknologi), sistem mata
pencaharian hidup (ekonomi), sistem kemasyarakat (organisasi sosial), Sistem bahasa,
kesenian (seni), sistem pengetahuan (ilmu pengatehuan/sains), serta sistem kepercayaan
(religi).
Ketujuh unsur budaya tersebut merupakan unsur-unsur budaya pokok yang pasti
ada apabila kita meneliti atau mempeljari setiap kehidupan masyarakat. Karena ada pada
setiap kehidupan masyarakat manusia di dunia ini, maka ketujuh unsur pokok dari
kebudayaan yang ada di dunia itu sering kali dikatakan sebagai unsur-unsur budaya yang
bersifat universal, atau unsur-unsur kebudayaan universal.
Ilmu pengetahuan (sains), peralatan hidup (teknologi), serta kesenian (seni) atau
sering disingkat IPTEKS, termasuk bagian dari unsur-unsur pokok dari kebudayaan
universal tersebut. Maka dapat dipastikan IPTEKS akan kita jumpai pada setiap kehidupan
masyarakat manusia dimanapun berada, baik yang telah maju,sedang berkembang,
sampai masyarakat yang masih sangat rendah tingkat perdabannya. Bahkan pada
kehidupan masyarakat purba atau pada zaman prasejarah sekalipun, ketujuh unsur-unsur
budaya universal tersebut telah ada, termasuk Ipteks, meskipun tentunya pada tingkatan
yang sangat sederhanan atau primitif sekali.
Salah satu bukti bahwa pada zaman purba telah muncul ketujuh unsur-unsur
budaya universal adalah pada zaman itu manusia telah mengenal adanya peralatan hidup
atau teknologi berupa alat-alat sederhana yang terbuat dari batu maupun tulang yang
digunakan untuk mencari makanan (berburu, meramu makanan, atau bercocok tanam
secara sederhana atau berladang). Kemudian, pada saat itu manusia purba juga telah
mengenal adanya sistem kepercayaan yang sekaligus menunjukkan adanya nilai seni serta
sistem mata pencaharian hidup manusia purba, yakni sebagaimana terpotret pada
gambar-gambar mistis berupa lukisan telapak tangan serta lukisan babi rusa yang terkena
panah pada bagian perutnya, yang ditemukan di gua-gua tempat tinggal mereka. Pada
zaman purba, ternyata juga telah dikenal adanya sistem pengetahuan dalam pelayaran
yang menggunakan sandaran pengetahuan pada perbintangan.
Demikianlah pada masa-masa sesudahnya, pelan tapi pasti Ipteks terus
berkembang semakin maju sejalan dengan kemajuan penalaran yang telah dicapai oleh
umat manusia. Bahkan, kini Ipteks yang pada awal perkembangannya berasal dari embrio
filsafat, sekarang pertumbuhannya telah bercabang-cabang menjadi puluhan, bahkan
ratusan disiplin ilmu ataupun teknologi yang masing-masing memiliki karakteristik serta
dasar keilmiahannya sendiri-sendiri.
Salah satu fungsi utama ilmu pengetahuan dan teknologi adalah untuk sarana bagi
kehidupan manusia, yakni untuk membantu manusia agar aktivitas kehidupannya menjadi
lebih muda, lancar, efisien, dan efektif, sehingga kehidupannya menjadi lebih bermakna
dan produktif. Oleh karena itu, khususnya dalam ilmu antropologi, istilah atau pengertian
ilmu pengetahuan dan teknologi tersebut sering dipakai untuk merujuk pada keterkaitan
antara manusia, lingkungan, dan kebudayaan. Hal ini dikarenakan dalam berinteraksi
menghadapi lingkungannya, manusia mau tidak mau pasti akan berusaha menggunakan
sarana-sarana berupa pengetahuan yang dimiliki serta menciptakan peralatan hidup
untuk membantu kehidupannya. Dengan demikian, Iptek bagi manusia selalu berkaitan
dengan usaha manusia untuk menciptakan taraf kehidupannya yang lebih baik.
Dalam definisi lain (terutama berdasarkan kajian filsafat ilmu), istilah Iptek (ilmu,
pengetahuan, teknologi) juga sering dibedakan secara terpisah atau sendiri-sendiri,
karena masing-masing ketiga istilah itu dianggap memiliki bobot keilmiahan yang
berbeda-beda. Menurut pengertian ini, pengetahuan merupakan pengalaman yang
bermakna dalam diri tiap orang yang tumbuh sejak ia dilahirkan. Oleh karena itu, manusia
yang normal, sekolah atu tidak sekolah, sudah pasti dianggap memiliki pengetahuan.
Pengetahuan dapat dikembangkan manusia karena dua hal, pertama, manusia
mempunyai bahasa yang dapat mengomunikasikan informasi dan jalan pikiran yang
melatarbelakangi informasi tersebut; kedua, manusia mempunyai kamampuan berpikir
menurut suatu alur pikir tertentu yang merupakan kemampuan menalar. Penalaran
merupakan suatu proses berpikir menurut suatu proses berpikir dalam menarik
kesimpulan yang berupa pengetahuan.
Pengetahuan yang sifatnya acak perlu ditingkatkan lagi derajat atau bobot
keilmiahannya sehingga berubah menjadi ilmu. Dengan demikian pengetahuan yang
bersifat acak serta terbuka itu dengan melalui proses yang cukup panjang, dapat
diorganisasikan dan disusun menjadi bidang-bidang ilmu filsafat, humaniora, serta ilmu.
Ilmu dapat diartikan sebagai pengetahuan yang tersusun secara sistematis dengan
menggunakan kekuatan pemikiran, di mana pengetahuan tersebut selalu dapat dikontrol
oleh setiap orang yang ingin mengetahuinya. Berpijak dari pengertian ini, maka ilmu
memiliki kandungan unsur-unsur pokok sebagai berikut:
 Berisi pengetahuan (knowledge).
 Tersusun secara sistematis.

 Menggunakan penalaran.

 Dapat dikontrol secara kritis oleh orang lain.

Dalam kajian filsafat, suatu pengetahuan dapat dikatakan (dikategorikan) sebagai


suatu ilmu apabila memenuhi tiga kriteria sebagai berikut:
1. Adanya aspek ontologis, artinya bidang studi yang bersangkutan telah memiliki
objek studi/kajian yang jelas, artinya dapat diidentifikasikan, dapat diberi batasan,
serta dapat diuraikan sifat-sifatnya yang esensial. Objek studi suatu ilmu itu sendiri
terdapat dua macam, yaitu objek material serta objek formal.
2. Adanya aspek epistemologi, yang artinya bahwa bidang studi yang bersangkutan
telah memiliki metode kerja yang jelas. Dalam hal ini terdapat tiga metode kerja
suatu bidang studi, yaitu dedukasi, induksi, serta eduksi.

3. Adanya aspek aksiologi, yang artinya bahwa bidang studi yang bersangkutan
memiliki nilai guna atau kemanfaatanya. Misalnya, bidang studi tersebut dapat
menunjukkan adanya nilai teoretis, hukum, generalisasi, kecenderungan umum,
konsep, serta kesimpulan yang logis, sistematis, dan koheren. Selain itu, bahwa
dalam teori serta konsep tersebut tidak menunjukkan adanya kerancuan,
kesemrawutan pikiran, atau penentangan kontradiktif di antara satu sama lain.

Sains atau ilmu pengetahuan (di dalamnya menyangkut pula bahwa teknologi),
tidak bisa bebas dari nilai-nilai. Jadi, sesuai dengan sifat sains itu sendiri yang
kebenarannya bersifat tidak mutlak.
Sedangkan berbicara masalah teknologi, dimana istilah teknologi sendiri
sebenarnya sudah mengandung pengertian sains dan teknik atau engineering, sebab
produk-produk teknologi tidaklah mungkin ada tanpa didasari adanya sains. Sementara
itu, dalam sudut pandang budaya, teknologi merupakan salah satu unsur budaya sebagai
hasil penerapan praktis dari sains. Walaupun pada dasarnya teknologi juga memilliki
karakteristik objektif dan netral, namun dalam kenyataannya teknologi tidak bisa netral
seluruhnya karena memerlukan juga sentuhan-sentuhan estetika yang bersifat objektif.
Pada titik inilah kita berbicara tentang seni. Seni berasal dari bahasa Latin, yaitu ars
yang berarti kemahiran. Secara etimologis, seni (art) diformulasikan sebagai suatu
kemahiran dalam membuat barang atau mengerjakan sesuatu. Pengertian seni
merupakan kebalikan dari alam, yaitu sebagai hasil campur tangan (sentuhan) manusia.
Seni merupakan pengolahan budi manusia secara tekun untuk mengubah suatu benda
bagi kepentingan rohani dan jasmani manusia. Seni merupakan ekpresi jiwa seseorang
yang hasil ekspresi tersebut berkembang menjadi bagian dari budaya manusia. Seni dan
keindahan yang tercipta merupakan dua sisi yang tidak bisa dipisahkan. Dengan seni, cipta
dan karya manusia, termasuk teknologi, di dalamnya mendapat sentuhan keindahan atau
estetika.
Sains dan teknologi saling membutuhkan, karena sains tanpa teknologi bagaikan
pohon tak berakar (science without technology has no fruit, technology without science
has no root). Sains hanya mampu mengajarkan fakta dan nonfakta pada manusia, ia tidak
mampu mengajarkan apa yang harus atau tidak boleh dilakukan oleh manusia. Jadi, fungsi
sains di sini hanyalah mengoordinasikan semua pengalaman manusia dan
menempatkannya ke dalam suatu sistem yang logis, sedangkan fungsi seni sebagai
pemberi persepsi mengenai suatu keberaturan dalam hidup dengan menempatkan suatu
keberaturan padanya. Tujuan sains dan teknologi adalah untuk memudahkan manusia
dalam menjalani kehidupannya. Sedangkan seni memberi sentuhan estetik sebagai hasil
budaya yang indah dari manusia.

C. DAMPAK PENYALAHGUNAAN IPTEKS PADA KEHIDUPAN


Semestinya, semakin tinggi penguasaan terhadap Ipteks, harusnya manusia
semakin kritis dalam berpikir, semakin disiplin dalam bekerja, dan semakin efisien dalam
bertindak. Akan tetapi, pada kenyataannya kebanyakan manusia justru semakin merasa
dibuai dengan semua fasilitas dan produk yang dihasilkan oleh Ipteks sekarang ini.
Dampak langsung dari kemajuan Ipteks adalah kemudahan-kemudahan dalam
beraktifitas. Memang Ipteks diciptakan dengan tujuan untuk memberikan berbagai
kemudahan dan memperingan beban pekerjaan manusia yang tadinya sangat melelahkan
menjadi ringan. Namun, dampak negatif dari kemajuan ilmu pengetahuan, teknologi, dan
seni, dapat mengakibatkan masyarakat semakin terbuai, karena mereka hampir tak sadar
bahwa ternyata dirinya telah berada dalam situasi pola hidup konsumtif, hedonistik, dan
materialistik.
Perkembangan Ipteks yang demikian pesat mampu menciptakan perubahan-
perubahan yang berpengaruh yang demikian pesat mampu menciptakan perubahan-
perubahan yang berpengaruh langsung pada kehidupan masyarakat, khususnya dalam
elemen-elemen sebagai berikut:
1. Perubahan di bidang intelektual; masyarakat meninggalkan kebiasaan lama atau
kepercayaan tradisional, mereka mulai mengambil kebiasaan serta kepercayaan
baru, setidaknya mereka telah melakukan reaktualisasi.
2. Perubahan dalam organisasi sosial yang mengarah pada kehidupan politik.

3. Perubahan dan benturan-benturan terhadap tata nilai dan tata lingkungannya.


4. Perubahan di bidang industri dan kemampuan di medan perang.

Adanya sisi positif dan negatif dari Ipteks maka sering dikatakan bahwa kemajuan
Ipteks bermata dua atau bersifat dilematis. Di satu sisi, Ipteks secara positif telah
mendatangkan rahmat, dalam arti dapat meningkatkan kesejahteraan hidup manusia.
Oleh karena itu, ada pihak yang menyatakan bahwa Ipteks menjadi ”tulang punggung
kesejahteraan”. Namun di sisi lain, seperti dapat kita amati dalam kehidupan, penerapan,
dan pemanfaatan Ipteks itu juga telah membawa dampak negatif atau membawa laknat
dalam bentuk munculnya masalah lingkungan, seperti pencemaran, kekeringan, banjir,
tanah longsor, dan kenaikan suhu udara global. Oleh karena itu, kita sebagai umat
manusia tentunya harus penuh kewaspadaan dan kehati-hatian dalam menerapkan dan
memanfaatkan Ipteks, yakni yang sesuai dengan asas-asas keserasian, keseimbangan,
maupun kelestarian. Dengan demikian, kehidupan di bumi ini akan tetap berjalan secara
seimbang dan lestari.
Dampak negatif lain akibat penyalahgunaan ipteks pada kehidupan dibeberapa
bidang diantaranya :
a.     Bidang informasi dan komunikasi
Disamping keuntungan-keuntungan yang kita peroleh ternyata kemajuan teknologi
tersebut dimanfaatkan juga untuk hal-hal yang negatif, antara lain:
1). Pemanfaatan jasa komunikasi oleh jaringan teroris (Kompas)
2). Penggunaan informasi tertentu dan situs tertentu yang terdapat di internet yang
bisa disalah gunakan pihak tertentu untuk tujuan tertentu.
b.      Bidang sosial dan budaya
Kemajuan teknologi akan berpengaruh negatif pada aspek budaya seperti:
Kemerosotan moral di kalangan warga masyarakat, khususnya di kalangan remaja dan
pelajar. Kemajuan kehidupan ekonomi yang terlalu menekankan pada upaya pemenuhan
berbagai keinginan material, telah menyebabkan sebagian warga masyarakat menjadi
“kaya dalam materi tetapi miskin dalam rohani. Dll
c.       Bidang pendidikan
Penyalah gunaan pengetahuan bagi orang-orang tertentu untuk melakukan tindak
kriminal. Dll
d.      Bidang Kesehatan
        Keberhasilan mengatasi penyakit, terutama penyakit menular, menyebabkan angka
kematian (mortalitas) menurun, sehingga populasi penduduk terus meningkat. Akibatnya
manusia lanjut usia yaitu manusia yang usianya lebih dari 60 tahun dan disebut lansia,
makin hari makin banyak juga.

D.     PROBLEMATIKA PEMANFAATAN IPTEKS DI INDONESIA


Ipteks dimanfaatkan oleh manusia dalam memudahkan pemenuhan kebutuhan
hidup. Contoh sederhana dengan dikembangkannya sarana transportasi, manusia bisa
bergerak dan melakukan mobilisasi dengan cepat. Kemajuan yang dicapai manusia melalui
ipteks telah memberi rahmat dalam arti memicu kemajuan dan kesejahteraan. Namun
demikian, pemanfaatan ipteks oleh manusia dapat pula berdampak buruk bagi kehidupan
dan lingkungan hidup manusia itu sendiri. Gejala negatif itu sebagai akibat dari
penyalahgunaan dalam hal pemanfaatannya, berlebihan dalam penggunaannya, ataupun
tidak mempunyai manusia dalam mengendalikan kekuatan teknologi.
Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi di Indonesia tertinggal jauh dan
sangat memprihatinkan dibanding Negara-nehara Eropa dan Amerika Serikat bahkan pula
di Negara-negara Asia misalnya Jepang dan China. Masalah yang dihadapi bangsa
Indonesia terkait dengan pemanfaatan Ipteks ini dapat diidentifikasi sebagai berikut
(RPJMN 2004-2009):
1. Rendahnya kemampuan Iptek nasional dalam menghadapi perkembangan global.
Hal ini ditunjukkan dengan Indeks Pencapaian Teknologi (IPT) dalam lapaoran
UNDP tahun 2001 menunjukkan tingkat pencapaian teknologi Indonesia masih
berada pada urutan ke-60 dari 72 negara.
2. Rendahnya kontribusi Ipteks nasional di sektor produksi. Hal ini antara lain
ditunjukkan oleh kurangnya efisiensi dan rendahnya produktivitas, serta minimnya
kandungan teknologi dalam kegiatan ekspor.

3. Belum optimalnya mekanisme intermediasi Iptek yang menjembatani interaksi


antara kapasitas penyedia Iptek dengan kebutuhan pengguna, Masalah ini dapat
dilihat dari belum tertatanya infrastruktur Iptek, antara lain institusi yang
menngolah dan menerjemahkan hasil pengembangan Iptek menjadi preskripsi
teknologi yang siap pakai untuk difungsikan dalam sistem produksi.

4. Lemahnya sinergi kebijakan Iptek, sehingga kegiatan Iptek belum sanggup


memberikan hasil yang signifikan.

5. Masih terbatasnya sumber daya Iptek, yang tercermin dari rendahnya kualitas
SDM dan kesenjangan pendidikan di bidang Iptek. Rasio tenaga peneliti Indonesia
pada tahun 2001 adalah 4,7 peneliti per 10.000 penduduk, jauh lebih kecil
dibandingkan Jepang sebesar 70,7.

6. Belum berkembangnya budaya Iptek di kalangan masyarakat. Budaya bangsa


secara umum masih belum mencerminkan nilai-nilai Iptek yang mempunyai
penalaran objektif, rasional, maju, unggul, dan mandiri. Pola pikir masyarakat
belum berkembang ke arah yang lebih suka menciptakan daripada sekedar
memakai, lebih suka membuat dari sekadar membeli, serta lebih suka belajar dan
berkreasi daripada sekedar menggunakan teknologi yang ada.

7. Belum optimalnya peran Iptek dalam mengatasi degradasi fungsi lingkungan


hidup. Kemajuan Iptek berakibat pula pada munculnya permasalahan lingkungan.
Hal tersebut antara lain disebabkan oleh belum berkembangnya sistem
manajemen dan teknologi pelestarian fungsi lingkungan hidup.
8. Masih lemahnya peran Iptek dalam mengantisipasi dan menanggulangi bencana
alam. Wilayah Indonesia dalam konteks ilmu kebumian global merupakan wilayah
yang rawan bencana. Banyaknya korban akibat bencana alam merupakan indikator
bahwa pembangunan Indonesia belum berwawasan bencana. Kemampuan Iptek
nasional belum optimal dalam memberiakn antisipasi dan solusi strategis terhadap
berbagai permasalahan bencana alam, seperti pemanasan global, anomali iklim,
kebakaran hutan, banjir, longsor, gempa bumi, dan tsunami.

E. Manusia dalam IPTEK dan IPTEK bagi Manusia


E.1 Manusia sebagai Subjek dan Objek IPTEK
Manusia sebagai subjek selalu melakukan penelitian dan percobaan dalam bidang
sains dan menggunakan tekhnologi yang maju untuk memperoleh penemuan-penemuan
baru untuk mengubah dunia. Sedangkan manusia sebagai objek mudah tergiur dengan
hal-hal baru tersebut dengan minat yang tinggi.
E.2 IPTEK terhadap Pola-Pola Kemasyarakatan seperti Alienasi, Hegemoni, Hedonisme,
dan Heteronomi
Alienasi
Alienasi adalah penarikan diri atau pengasingan diri dari kelompok atau
masyarakat. IPTEK dapat berdampak positif dan negatif di dalam kehidupan seperti ini.
Hegemoni
Hegemoni adalah pengaruh kekuasaan suatu negara atas negara-negara lain.
Kekuasaan suatu negara memang berpengaruh terhadap perkembangan IPTEK. Biasanya
produk dari negara yang menguasai lebih ditonjolkan. Ilmu pengetahuan yang
berkembang pun melihat pada ilmu pengetahuan yang berkembang di negara-negara
maju. Negara penguasa atau negara yang lebih maju IPTEKnya itu menjadi tolok ukur
terhadap IPTEK di negara sendiri
Majunya IPTEK di negara yang lebih maju, sedikit banyaknya membawa pengaruh
positif terhadap negara sendiri. Negara kita yang dengan IPTEK, katakanlah belum maju
tetapi masih berkembang, dapat belajar untuk melihat kemajuan teknologi di negeri yang
memiliki kekuasaan lebih.
Hedonisme
Hedonisme adalah pandangan hidup yang menganggap bahwa kesenangan dan
kenikmatan materi adalah tujuan utama dalam hidup. IPTEK merupakan salah satu
pemenuhan kepuasan bagi pola masyarakat hedonisme yang selalu mengejar materi,
IPTEK bisa menjadi sarana maupun sasaran bagi masyarakat hedonisme.
Heteronomi
Heteronomi adalah hal ketergantungan kepada undang-undang atau kuasa orang
lain. Jika IPTEK dikaitkan dengan heteronomi mengenai pendidikan, pendidikan di negara
kita wajib dilakukan, bahkan diharapkan pendidikan dapat menembus segenap lapisan
masyarakat, jika dikaitkan dengan undang-undang. Sebuah negara tidak dapat berdiri
tanpa ada undang-undang yang mengaturnya. Jadi, harus ada undang-undang untuk
dapat mengatur suatu negara, untuk membentuk warga negaranya yang berpengetahuan
dan berpendidikan di bidang ilmu pengetahuan dan teknologi.

E.3 Dampak IPTEK terhadap Kebudayaan


Kemajuan IPTEK dapat menimbulkan konflik dengan tata nilai budaya yang sudah
ada. Perubahan kondisi kehidupan manusia sehingga manusia bingung sendiri terhadap
kemajuan yang telah diciptakan. Hal ini merupakan akibat sifat ambivalensi teknologi yang
selain memiliki segi positif juga memiliki segi negatif.
Adapun dilihat dari segi positif:
·      Informasi yang diperoleh dari perkembangan IPTEK (media elektronik, televisi, antena
parabola, internet, satelit komunikasi dan media cetak) dapat menciptakan kondisi
kehidupan baru yang sebelumnya tidak dikenal.
·     Dalam bidang teknologi kedokteran (alat kontrasepsi) meningkatkan kesejahteraan
keluarga karena berhasil melaksanakan Keluarga Berencana.
·     Mendorong penemuan hak kekayaan intelektual yang menjadi basis perkembangan di
bidang perindustrian dan perdagangan.
·     Memperkaya nilai-nilai kehidupan yang sudah ada, mendorong kearah kemajuan dan
mensejahterakan kehidupan masyarakat.
Sedangkan dilihat dari segi negatif:
·     Manusia menjadi resah akibat adanya benturan nilai teknologi modern dengan nilai-
nilai tradisional.
·     Kontak budaya yang ada dengan budaya asing menimbulkan perubahan sistem nilai
budaya.
·     Kemajuan IPTEK dalam bidang kedokteran (alat kontrasepsi) dapat mengarahkan
perilaku seksual kalangan remaja dan orang dewasa ke pergaulan bebas tanpa
kontrol.
·     Gencarnya promosi produk melalui media elektronik dapat mengubah pola hidup dari
produktif menjadi konsumtif, pola hidup hemat menjadi boros.
·     Merusak nilai-nilai kehidupan yang sudah ada, meng- hambat kemajuan,
memperburuk sendi-sendi kehidupan dan merugikan masyarakat sehingga terjadi
krisis kema- syarakatan. Krisis tersebut dapat mengurangi bahkan meng- hapuskan
arti kemanusiaan seseorang.

E.4 Berbagai Perkembangan IPTEKdalam Pembangunan dan Lingkungan


E.4.1 Pengembangan IPTEK dalam Pertimbangan Nilai Etis dan Religius
Perkembangan IPTEK yang sangat pesat membuat masyarakat dapat menikmati
segala sesuatunya dengan lebih leluasa, bebas, mudah, dan mekanis (diatur komputer,
mesin, dan rasional). Pengembangan teknologi mengenai perilaku manusia
mengakibatkan munculnya masalah-masalah etis dan religius, misalnya saja pada
kaitannya dengan etika, seperti pemahaman tingkah laku manusia demi tujuan ekonomi
dengan untung lebih banyak menyebabkan penggunaan media massa untuk mengatur
tingkah laku dalam arti selalu mengikuti mode yang sedang trend, sedangkan dalam
kaitannya dengan religi, berbagai media hasil teknologi yang menampilkan kebudayaan
yang bertentangan dengan nilai agama menjadi dampak negatifnya.
Sains dan teknologi adalah sesuatu yang berdiri sendiri, demikian pula halnya
dengan religi dan yang menjadi perekat keterhubungan keduanya adalah etika. Dalam hal
ini, perkembangan sains dan teknologi hendaklah sesuai dengan nilai-nilai etika dan
religius agar hasil yang menjadi tujuan dasarnya terpenuhi dan dirasakan baik oleh
penggunanya.
E.4.2 Keseimbangan, Peran, dan Pengaruh IPTEK dalam Pembangunan Lingkungan
Perkembangan IPTEK dalam pembangunan lingkungan sangat berperan dan
memiliki dampak, baik positif maupun negatif. Perkembangan IPTEK dapat mendatangkan
kemakmuran materi, adanya perkembangan IPTEK menimbulkan cabang-cabang ilmu
pengetahuan yang dapat membantu pembangunan suatu negara menjadi lebih maju,
perkembangan bioteknologi dapat menentukan jenis tanah, mengetahui syarat tumbuh
tanaman, ditemukannya serat sintetis, berkembangnya alat-alat elektronika, media massa
komunikasi yang canggih, dan lain-lain.
Namun tak lepas dari itu, pemanfaatan produk IPTEK yang berlebihan dan tidak
ramah lingkungan akan berdampak negatif, misalnya penggunaan pestisida yang
berkelanjutan akan merusak keseimbangan ekosistem, asap pabrik, kendaraan, dan
sejenisnya dapat menipiskan lapisan ozon.
E.4.3 Pengembangan IPTEK dalam Pembangunan Indonesia sehingga Menumbuhkan
Kreativitas, Invension, Discovery, dan Rekayasa
Suatu proses inovasi tentu berkaitan dengan penemuan baru dalam teknologi yang
biasanya merupakan proses sosial melalui tahap discovery dan invention, discovery baru
menjadi invention apabila suatu penemuan baru telah diakui, diterima, dan diterapkan
oleh masyarakat. Inovasi merupakan sistem idea atau gagasan, tindakan atau barangyang
dianggap baru oleh masyarakat.Discovery adalah penemuan baru dari suatu unsur
kebudayaan yang belum diakui dan digunakan secara luas oleh warga
masyarakat.Invention adalah penemuan baru yang sudah diterima, diakui, dan digunakan
secara luas oleh warga masyarakat.
Pada saat ini, Indonesia belum dapat bersaing dengan negara-negara maju dalam
bidang penelitian dasar tertentu karena sarana dan prasarana untuk melakukannya pada
saat ini belum memungkinkan. Sebaliknya, para peneliti Indonesia masih harus bekerja
keras dan tekun untuk melakukan penelitian yang khas, seperti meteorologi, vulkanologi,
bahasa daerah, dan lain-lain. Kebanyakan teknisi-teknisi di Indonesia memanfaatkan
produk luar negeri untuk kemudian dirakit menjadi produk baru di dalam negeri.
E.4.4 Peran dan Pengaruh IPTEK dalam Meningkatkan Kesejahteraan
IPTEK dalam meningkatkan kesejahteraan manusia dapat berperan sebagai
cabang-cabang ilmu pengetahuan baru yang berkaitan dengan sarana dan prasarana yang
digunakan oleh manusia dalam pemenuhan kebutuhan hidup manusia. Hal ini
berpengaruh pada perkembangan dunia yang menunjukkan kecenderungan yang sangat
memprihatinkan akibat kesalahan dalam pemanfaatan kemajuan sarana dan prasarana
IPTEK.
E.4.5 Pengaruh dan Peran IPTEK dalam Bidang Pertahanan
Dengan berkembangnya IPTEK, sistem pertahanan keamanan pun dapat
ditingkatkan seperti dengan meningkatkan sistem transportasi dan komunikasi. Dengan
demikian, dapat meningkatkan kewaspadaan terhadap berbagai ancaman.
E.4.6 Perkembangan IPTEK dalam Era Globalisasi
Era globalisasi identik dengan kebebasan dan modernisasi. Oleh karena itu, IPTEK,
globalisasi, dan modernisasi memiliki keterkaitan antara satu sama lain. Kemajuan IPTEK
dalam era ini seperti tidak memiliki ambang batas dalam perkembangannya. Selain itu,
sifat materialism manusia terhadap segala sesuatu termasuk ilmu pengetahuan
memungkinkannya untuk selalu berusaha menemukan sesuatu yang lebih dari apa yang
sudah ada, sehingga dari masa ke masa keingintahuan manusia selalu berkembang lebih
pesat demi kemudahan dan kenyamanan pembangunan dan kehidupan.

Anda mungkin juga menyukai