Anda di halaman 1dari 3

Teori Kota

Pertemuan 5 (tgtl 18 – 04 – 2013)

URBANISASI

           A. Pengertian Urbanisasi

Pengertian urbanisasi adalah suatu proses kenaikan proporsi jumlah penduduk yang
tinggal di daerah perkotaan (ensiklopedi nasional Indonesia).
Sedangkan menurut ahli (Dr PJM Nas) urbasnisasi di defenisikan suatu proses pembentukan kota
(yang di gerakkan oleh perubahan struktural dalam masyarakat sehingga daerah-daerah pedesaan
dengan struktur mata pencaharian yang agraris maupun sifat kehidupan masyarakatnya lambat
laun (melalui proses) memilki sifat kehidupan kota.
Urbanisasi di picu oleh perbedaan pertumbuhan atau ketidakmerataan fasilitas pembangunan
kota dan desa. Gejala perluasan pengsruh kota kepedasaan yang di lihat dari sudut morfologi,
ekonomi, social, dan psikologi.
  
           B. Latar Belakang Terjadinya Urbanisasi

1.      Negara Industri Maju


        Yang di mulai sejak industrialisasi (titik tolak urbanisasi).
    Penduduk kota meningkat lebih lambat di bandingkan Negara berkembang sedangkan
pertumbuhan kota relatif lebih imbang (perbedaan tidak besar)” sehingga proses urbanisasi
merupakan proses ekonomi’.

2.      Negara Sedang Berkembang


        Urbanisasi di Negara berkembang di mulai sejak PD II,
    Urbanisasi merupakan titik tolak terjadinya industri (kebalikan dari Negara industrI maju).
  Penduduk kota meningkat cepat sehingga urbanisasi tidak terbagi rata, semakinbesarkotanya,
semakin besar proses urbanisasinya. “proses urbanisasi bersifat “demografi”.
  
             C. Dampak Urbanisasi

1.      Dampak positif urbanisasi


     Usaha pembangunan yang menyeluruh, tidak terbatas dalam wilayah kota.
   Mempercepat kota sebagai pusat-pusat sosial. Ekonomi, industri/menekankan bahwa kota
merupakan suatu “leading sector” dalam perubahan ekonomi, sosial dan politik.
    Variable independen yang memajukan pembangunan ekonomi.

2.      Dampak negative
         Semakin minimnya lahan kosong di perkotaan.
         Menambah polusi di daerah perkotaan (transportasi tidak terencana).
         Resiko bencana alam.
         Penyakit sosial.
         Merusak tatanan kota.

  LINGKUNGAN HIDUP

  A.  Pengertian Lingkungan Hidup

Kesatuan ruang dengan semua benda, daya, keadaan dan makhluk hidup termasuk
manusia dan perilakunya yang mempengaruhi perikehidupan dan kesejahtraan manusia serta
makhluk hidup lainnya (Undang-Undang No.23 Tahun 1997).

  B. Pengelolaan lingkungan hidup (Undang-Undang No.23 Tahun 1997)

Merupakan upaya terpadu untuk melestarikan fungsi lingukungan hidup yang meliputi
kebijaksanaan, penataan, pemanfaatan, pengembangan, pemeliharaan, pemulihan, pengawasan
dan pengendalian.
   Ada dua upaya pengendalian lingkungan hidup
   a.       Upaya preventif (pembinaan, penyuluhan, dan penerangan kepada masyarakat luas)
   b.      Upaya represif (sanksi yang tegas terhadap pelaku pencemaran lingkungan hidup)

  C. Solusi (konsep pengembangan kota hijau)

1.      Defenisi Kota Hijau


Kota yang dibangun dengan tidak mengorbankan aset kota (terus menerus memupuk semua
aset). Manusia, sarana dan prasarana terbangun.

2.      Ciri kota hijau


         Pemanfaatan secara efektif dan efisien sumber daya air dan energy.
         Mengurangi limbah
         Menerapkan sistem transportasi terpadu
         Menjamin kesehatan lingkungan
         Menyinergikan lingkungan alami dan buatan berdasarkan perencanaan dan perancangan kota
berkelanjutan (lingkungan, sosila dan ekonomi)
Jadi sebuah kota di katakana hijau tidak di hanya lihat dari banyaknya vegetasi pada kota
tersebut tapi kota hijau dapat di lihat dari ciri-ciri kota hijau di atas.

3.      Atribut fisik kota hijau


      a. Green planning and design
          (perancangan dan perencanaan kota yang berdaptasi pada kondisi biofisik kawasan)
      b.  Green open space 
          (mewujudkan jejaringan ruang terbuka hijau)
      c.  Green waste 
          (usaha menerapkan 3 R (reduce, reuse, recycle)
      d.  Green transportation
          (pengembangan transportasi yang berkelanjutan/transportasi   massal)

Undang-undang Nomor 26 Tahun 2007 tentang Penataan Ruang mengamanatkan minimal 30%
dari wilayah kota berwujud ruang terbuka hijau (RTH) dengan komposisi 20% RTH publik dan
10 persen RTH privat.
Pengalokasian RTH ini ditetapkan ke dalam peraturan daerah (perda) tentang RTRW
kabupaten/kota.

Sumber : materi kuliah pertemuan 5 (Teori Rancang Kota)

Anda mungkin juga menyukai