Anda di halaman 1dari 3

Sosialisasi Program Pengembangan Kota Hijau (P2KH)

BERITA Selasa, 31 Jul 2012 14:08 WIB

Hari selasa, 31 Juli 2012 diadakan sosialisasi Program Pengembangan Kota Hijau (P2KH) yang di buka oleh Kepala Dinas PUP ESDM Provinsi DIY. Dalam sosialisasi ini disampaikan oleh tiga penyaji dengan materi Arahan Kebijakan Dan Prinsip P2KH, Program Pengembangan Kota Hijau, Fasilitasi Penyusunan Rencana Aksi Kota Hijau. Kota hijau merupakan Kota yang Ramah Lingkungan dengan memanfaatkan secara efektif dan efisien sumber daya air dan energi, mengurangi limbah, menerapkan sistem transportasi terpadu, menjamin kesehatan lingkungan, mensinergikan lingkungan alami dan buatan, berdasarkan perencanaan dan perancangan kota yang berpihak pada prinsip-prinsip pembangunan berkelanjutan. (Diadaptasi dari www.unep.org/wed)

P2KH merupakan salah satu upaya Pemerintah bersama-samaPemerintah Provinsi, dan Pemerintah Kota/Kabupaten guna memenuhi ketetapan UUPR, terutama terkait RTH Publik, dan sebagai respon terhadap perubahan iklim serta merupakan program kolaboratif, dengan inisiatif utama dari pemkot/pemkab yang difasilitasi oleh pemerintah pusat.Dalam amanat UUPR Kebijakan P2KH, mengacu kepada kebijakan penataan ruang sesuai amanat UU 26/2007 tentang penataan ruang, yaitu untuk mewujudkan kualitas penataan ruang wilayah nasional, propinsi, dan kab/kota yang aman, nyaman, produktif dan berkelanjutan untuk kesejahteraan masyarakat Rencana pengembangan RTH Kota/Kabupaten untuk mencapai target luas RTH minimal 30% (UU 26/2007 Penataan Ruang) dalam jangka waktu 20 tahun (sesuai RTRW Kota/Kabupaten).Empat Prinsip P2KH yaitu:

1. 2. 3. 4.

meningkatkan kualitas dan kuantitas RTH kota menuju 30% RTH bukan beautifikasi membangun komitmen daerah melalui sharing pendanaan/program prakarsa bersama dengan pendekatan pemberdayaan/partisipatif lokasi strategis dan signifikan dengan leverage tinggi

Indikator keberhasilan P2KH yaitu:

1. 2. 3. 4. 5.

kualitas dan kuantitas RTH kota meningkat ( luas + RTH % dan Ha) meningkatnya program dan anggaran APBD untuk kota hijau/ RTH keberdayaan dan kemandirian daerah, komunitas hijau dan stakeholder lainnya manfaat bagi pemangku kepentingan lokal (co-benefit) keberlanjutan dan perluasan cakupan p2kh (up-scaling)

green PLANNING & DESIGN diantaranya Bukan TAMAN biasa,Bukan sekadar INDAH (beautifikasi),dan Miniatur 8 ATRIBUT Kota Hijau. Delapan ATRIBUT Kota Hijau tersebut green planning & design; open space; water; waste; transportation; energy; building; community.

Target sasaran kelompok usia : 16- 30 tahun (remaja, pemuda, komunitas penggiat lingkungan, tokoh muda) - ketersediaan waktu, spirit dinamis, agent of change :

1. 2. 3.

Karang Taruna, kelompok pemuda teritorial Siswa/i sekolah tingkat atas/ SLTA Komunitas seni & budaya, peduli lingkungan, olahraga, hobi (sepeda),dll.

KRITERIA UTAMA yaitu Kota/kabupaten yang : 1.Bukan peserta P2KH 2011; 2.RTRW telah diperdakan atau dalam proses legalisasi di DPRD; 3.Memiliki program perwujudan kota hijau yang dituangkan dalam dokumen RTRW, RPJMD dan RKPD 2012. sedangkan KRITERIA PENDUKUNG yaitu Kota/kabupaten yang : 1.Memiliki ketersediaan lahan untuk pengembangan RTH; 2.Memiliki komunitas hijau (masyarakat peduli lingkungan); 3.Memiliki kerjasama antar kota/kabupaten atau dengan lembaga/instansi lain, baik skala nasional maupun internasional yang berhubungan dengan perwujudan kota hijau.

Konsep Pengembangan Kota Hijau


PENINGKATAN jumlah penduduk di kawasan perkotaan (urbanisasi) dan menurunnya kualitas lingkungan perkotaan membawa berbagai konsekuensi masalah di Indonesia. Beberapa permasalahan itu di antaranya adalah peningkatan angka kemiskinan perkotaan, kemacetan lalu lintas, kenaikan permukaan air laut, pemenuhan kebutuhan infrastruktur yang belum merata, makin banyaknya lingkungan kumuh, dan banjir. Sejumlah permasalahan tersebut memberi kontribusi pada peningkatan efek pemanasan global (perubahan iklim). Konsep pengembangan kota hijau merupakan salah satu solusi yang ditawarkan dalam berkontribusi pada permasalahan perubahan iklim melalui tindakan adaptasi dan mitigasi.Kota hijau adalah kota yang dibangun dengan tak mengorbankan aset kota, tapi terus-menerus memupuk semua aset, yakni manusia, lingkungan, dan sarana prasarana terbangun. Beberapa ciri kota hijau antara lain memanfaatkan secara efektif dan efisien sumber daya air dan energi, mengurangi limbah, menerapkan sistem transportasi terpadu, menjamin kesehatan lingkungan, serta menyinergikan lingkungan alami dan buatan berdasarkan perencanaan dan perancangan kota yang berpihak pada prinsip pembangunan berkelanjutan (lingkungan, sosial, dan ekonomi). Ada delapan atribut kota hijau. Pertama; green planning and design (perencanaan dan perancangan kota yang beradaptasi pada kondisi biofisik kawasan). Kedua; green open space (mewujudkan jejaring ruang terbuka hijau). Ketiga; green waste (usaha menerapkan 3 R (reduce, reuse, recycle). Keempat; green transportation (pengembangan transportasi yang berkelanjutan/ transportasi massal). Kelima; green water (efisiensi pemanfaatan sumber daya air). Keenam; green energy (pemanfaatan sumber energi yang efisien dan ramah lingkungan). Ketujuh; green building (pengembangan bangunan hemat energi). Kedelapan; green community (kepekaan, kepedulian, dan peran aktif masyarakat dalam pengembangan atribut kota hijau). Green building sangat penting sebagai salah satu atribut kota hijau. Konstruksi bangunan yang ramah lingkungan menjadi sebuah elemen vital dalam perwujudan kota hijau. Sangat diharapkan penyelenggaraan konstruksi lebih efektif, efisien, dan ramah lingkungan sehingga dapat memberikan manfaat secara ekonomi, sosial, dan lingkungan bagi masyarakat. Undang-Undang Nomor 26 Tahun 2007 tentang Penataan Ruang secara tegas mengamanatkan minimal 30% dari wilayah kota berwujud ruang terbuka hijau (RTH) dengan komposisi 20% RTH publik dan 10 persen RTH privat. Pengalokasian RTH ini ditetapkan ke dalam peraturan daerah (perda) tentang RTRW kabupaten/ kota. Aksi Kota Hijau Strategi menuju RTH 30% dengan cara menyusun rencana induk RTH dan melegalisasi perda RTH, menentukan daerah yang tidak boleh dibangun, menghijaukan bangunan, dan menambah luasan ruang terbuka hijau baru. Juga meningkatkan partisipasi masyarakat, mengembangkan koridor hijau, mengakuisisi RTH privat, dan meningkatkan kualitas RTH kota. Sejauh ini tercatat 15 kabupaten/ kota di Jateng berkomitmen pada program Aksi Kota Hijau, terdiri atas Kota Semarang, Solo, Salatiga, Kabupaten Kendal, Brebes, Pemalang, Pekalongan, Purbalingga, Banyumas, Jepara, Pati, Kudus, Rembang, Blora, dan Sukoharjo. Untuk 2011 hingga 2014 fokus rencana Aksi Kota Hijau adalah mengedepankan green planning and design, green community, dan green open space. Jika ketiganya diaplikasikan secara berkesinambungan dan tidak terputus, perwujudan kota hijau kian mudah direalisasikan. Kota hijau merupakan salah satu alternatif solusi terkait dengan dampak perubahan iklim. Konsep menuju rencana aksi merupakan program rintisan Kementerian Pekerjaan Umum bekerja sama dengan pemprov dan pemkab/ pemkot. Tahapan awal perwujudan kota hijau ini juga terfokus pada tiga atribut, yakni green planning and design, green open space, dan green community. Upaya perwujudan kota hijau melalui tercapainya delapan atribut memerlukan peran, dukungan dan komitmen seluruh stakeholder, yaitu masyarakat, pemda, swasta, dan sektor lain.

Anda mungkin juga menyukai