Anda di halaman 1dari 29

PROGRAM PENGEMBANGAN KOTA HIJAU DI WILAYAH

YOGYAKARTA

Untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah Konservasi Lingkungan yang diampu


Oleh Ir. Warsiyah, M.Sc

DI SUSUN OLEH :

1. ONI CAVITA (15250129)


2. PRATIWI FITRI W. (15250131)
3. RATRI FERA R. (15250134)
4. SORA JULIA (15250156)
5. WIDYA PANGESTIKA (15250166)

KELAS C REGULER

PRODI TEKNIK LINGKUNGAN

INSTITUT TEKNOLOGI YOGYAKARTA (STTL”YLH”)

2016/2017
KATA PENGANTAR

Puji syukur kita panjatkan kehadirat Allah SWT, karena berkat rahmat dan
karunia-Nya kami dapat menyelesaikan makalah ini dengan baik yang berjudul
“Program Pengembangan Kota Hijau di Wilayah Yogyakarta” Dalam makalah ini,
kami akan membahas tentang apa itu kota hijau (Green City), konsepnya
bagaimana, tujuan,sasaran,dan program dari konsep kota hijau itu sendiri.

Selain itu, di dalam makalah ini juga di jelaskan pengertian, klasifikasi,


tujuan, manfaat, dan peran dari RTH (Ruang Terbuka Hijau) karena RTH
merupakan salah satu bagian dari kota hijau, dan kami juga akan membahas
masalah perkembangan RTH yang ada di Kota Yogyakarta serta area-area mana
saja di wilayah Kota Yogyakarta yang berpotensi untuk di kembangkan menjadi
RTH.

Kami memohon maaf apabila ada kesalahan dalam pembuatan makalah


ini. Kami akan menerima saran dan kritikan dari para pembaca. Semoga makalah
ini dapat memberikan manfaat dan menambah pengetahuan serta wawasan kita
mengenai kualitas air sungai yang kami amati. Terima Kasih.

Yogyakarta, 03 November 2016

Penulis

Page 2 of 29
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Perkembangan kota merupakan suatu hal yang tidak dapat


dihindari dan salah satu hal krusial yang mempengaruhinya adalah
aksesibilitas (Putri dan Zain, 2010). Terbukanya aksesibilitas dari dan ke
kota mendorong orang untuk bermigrasi mencari kehidupan yang lebih
layak. Semakin padat penduduk kota maka kualitas lingkungan semakin
rendah (Todaro dan Smith, 2006) atau disaat pertumbuhan populasi
penduduk kota sudah melebihi kapasitas daya dukung lingkungannya.

Pembangunan infrastruktur kota untuk memfasilitasi kebutuhan


penduduk yang semakin meningkat seringkali dilakukan tanpa
pengendalian dengan mengambil ruang hijau yang ada sehingga jumlah
ruang terbuka hijau yang ada di perkotaan menjadi berkurang jumlahnya.
Para pemilik lahan pun dengan mudah menjual lahannya karena dinilai
lebih ekonomis dibandingkan hanya dijadikan lahan pertanian saja.Oleh
karena itu tidak heran jika kuantitas dan kualitas ruang terbuka hijau yang
ada di lingkungan perkotaan semakin terdegradasi dan berkurang.

Yogyakarta yang merupakan salah satu dari beberapa kota di


Indonesia yang mengalami pertumbuhan dan perkembangan pesat dalam
beberapa tahun terakhir juga tidak luput dari permasalahan tersebut.
Keadaan kota Yogyakarta yang terus mengalami perkembangan seiring
dengan pertumbuhan penduduk dan aktivitas yang ada akan berdampak
kepada terancamnya keberadaan ruang hijau dan merosotnya kualitas
lingkungan sehingga kota menjadi tidak nyaman untuk beraktivitas.

Salah satu alternatif penyelesaian permasalahan di Yogyakarta dan


kota-kota lain yang berkembang di Indonesia adalah dengan menerapkan
konsep Kota Hijau (Green City) sebagai bagian dari proses pembangunan

Page 3 of 29
dan peremajaan kota. Diantara beberapa program yang dicanangkan dalam
Program Pengembangan Kota Hijau, pembangunan ruang terbuka hijau
menjadi salah satu program yang digencarkan oleh pemerintah Kota
Yogyakarta.

Pembangunan ruang terbuka hijau dinilai penting dikarenakan pada


Kota Yogyakarta banyak terjadi konversi lahan yaitu beralih fungsinya
ruang terbuka hijau untuk peruntukkan ruang yang lain. Padahal jika
dicermati terdapat banyak fungsi yang dapat diberikan dengan adanya
ruang terbuka hijau diantaranya dampak ekologis, sosial budaya maupun
estetika yang memberikan kenyamanan dan memperindah lingkungan kota
baik dari skala mikro maupun makro. Adanya ruang terbuka hijau juga
dapat memberikan dampak dalam langsung maupun tidak langsung yang
bersifat jangka panjang dan intangible.

1.2 Perumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang diatas, maka perumusan masalah dari


makalah ini adalah sebagai berikut:

1. Apakah maksud dari konsep Kota Hijau (Green City)?


2. Apakah tujuan, sasaran dan program dari konsep Kota Hijau
(Green City)?
3. Apakah maksud dari Ruang Terbuka Hijau (RTH)?
4. Bagaimana perkembangan Ruang Terbuka Hijau (RTH) di
Kota Yogyakarta?

1.3 Tujuan Penulisan

Makalah ini bertujuan untuk:

1. Mengetahui mengenai konsep Kota Hijau (Green City) beserta


program-program yang termasuk di dalamnya.

Page 4 of 29
2. Mengetahui mengenai Ruang Terbuka Hijau (RTH) secara
umum.
3. Mengetahui mengenai Ruang Terbuka Hijau (RTH) yang ada
di Kota Yogyakarta.

1.4 Manfaat Penulisan

Dengan disusunnya makalah ini diharapkan dapat memberikan


manfaat:

1. Untuk Akademik
Diharapkan dari penyusunan makalah ini dapat memberikan
kontribusi baik secara langsung maupun tidak langsung guna
menambah wawasan umum bagi para mahasiswa, khususnya
mahasiswa program studi Teknik Lingkungan.
2. Untuk Penulis
Bagi penulis penyusunan makalah ini merupakan suatu
pemenuhan tugas mata kuliah Konservasi Lingkungan
sekaligus guna menambah wawasan penulis secara pribadi.

Page 5 of 29
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Pengertian Konsep Kota Hijau (Green City)

Peningkatan jumlah penduduk di kawasan perkotaan dan


menurunnya kualitas lingkungan perkotaan membawa berbagai
konsekuensi masalah di Indonesia, diantaranya peningkatan angka
kemiskinan perkotaan, kemacetan lalu lintas, pemenuhan kebutuhan
infrastruktur yang belum merata, maraknya lingkungan kumuh, dan
permasalahan banjir (Ratnasari, 2015).

Sejumlah permasalahan tersebut memberi konstribusi pada


peningkatan efek pemanasan global atau perubahan iklim. Konsep kota
hijau ini dirumuskan dalam Program Pengembangan Kota Hijau (P2KH)
merupakan prakarsa mulia dan bentuk tanggung jawab yang
dikembangkan Pemerintah Pusat (Kementrian Pekerjaan Umum) bersama
dengan pemerintah provinsi dan kota atau kabupaten guna mewujudkan
ruang perkotaan yang lebih berkualitas melalui perencanaan yang baik dan
perwujudan delapan atribut kota hijau sesuai amanat Undang-Undang
Nomor 26 Tahun 2007 tentang Penataan Ruang (Ratnasari, 2015).

Pada intinya konsep mengenai kota hijau adalah kota yang


dibangun tanpa mengorbankan aset kota, namun terus-menerus memupuk
semua aset yang ada yakni manusia, lingkungan, dan sarana prasarana
terbangun. Beberapa ciri kota hijau antara lain memanfaatkan secara
efektif dan efisien sumber daya air dan energi, mengurangi limbah,
menerapkan sistem transportasi terpadu, menjamin kesehatan lingkungan,
serta menyinergikan lingkungan alami dan buatan berdasarkan
perencanaan dan perancangan kota yang berpihak pada prinsip
pembangunan berkelanjutan (lingkungan, sosial, dan ekoonomi) (Putri dan
Zain, 2010).

Page 6 of 29
2.2 Tujuan dan Sasaran Konsep Kota Hijau (Green City)

Konsep Kota Hijau atau yang biasa disebut sebagai Program


Pengembangan Kota Hijau (P2KH) ini dimaksudkan untuk menjabarkan
amanat Undang-Undang Penataan Ruang tentang perwujudan 30% dari
wilayah kota sebagai Ruang Terbuka Hijau dan menindaklanjuti 10
Prakarsa Bali dari forum Sustainable Urban Development (SUD)
khususnya butir 7 yaitu ‘Mendorong peran pemangku kepentingan
perkotaan dalam mewujudkan kota hijau’, berupa inisiatif bersama antara
pemerintah baik kabupaten / kota dengan masyarakat dan dunia usaha
secara nasional (Hakim dan Utomo, 2004).

Secara umum P2KH bertujuan untuk melakukan inisiasi melalui


kemitraan Pemerintah Pusat dan daerah dalam mewujudkan kota hijau.
Secara rinci pelaksanaan program ini terpadu dan bertahap sesuai dengan
kemampuan dan kebutuhan lokal bertujuan untuk:

a. Meningkatkan kapasitas Pemerintah Kota/Kabupaten dalam


mewujudkan perencanaan dan perancangan kota yang ramah
lingkungan.
b. Meningkatkan kapasitas Pemerintah Kota/Kabupaten dalam
mewujudkan tersedianya RTH.
c. Meningkatkan kapasitas Pemerintah Kota/Kabupaten dalam
mewujudkan konsumsi energi yang efisien.
d. Meningkatkan kapasitas Pemerintah Kota/Kabupaten dalam
mewujudkan pengelolaan air yang efektif.
e. Meningkatkan kapasitas Pemerintah Kota/Kabupaten dalam
mewujudkan pengelolaan sampah ramah lingkungan.
f. Meningkatkan kapasitas Pemerintah Kota/Kabupaten dalam
mewujudkan bangunan hijau.

Page 7 of 29
g. Meningkatkan kapasitas Pemerintah Kota/Kabupaten dalam
mewujudkan penerapan sistem transportasi yang berkelanjutan.
h. Meningkatkan kapasitas Pemerintah Kota/Kabupaten dalam
mewujudkan peningkatan peran masyarakat sebagi komunitas hijau.

Secara umum sasaran P2KH adalah terselenggaranya upaya


perwujudan atribut Kota Hijau, melalui (Hakim dan Utomo, 2004):

a. Tersusunnya Rencana Aksi Kota Hijua (RAKH) sebagi dasar


pelaksanaan perwujudan atribut kota hijau di tingkat lokal secara
terpadu.
b. Komunitas hijau di kota/kabupaten dapat teridentifikasi.
c. Terwujudnya peningkatan peran serta komunitas hijau dalam rangka
mencapai delapan atribut kota hijau secara bertahap.
d. Kegiatan P2KH terintegrasi dengan program Ditjen Cipta Karya yaitu
Program Pemukiman Berkelanjutan 100-0-100.
e. Terbangunnya RTH yang berkualitas sehingga menjadi standar acuan
pembangunan RTH di Indonesia.
f. Termanfaatkannya produk Penelitian dan Pengembangan PUPR dalam
perencanaan dan pembangunan RTH.
g. Tercapainya peningkatan kuantitas dan kualitas RTH pada kota dan
kabupaten peserta P2KH, yang mulai dikaitkan dengan atribut kota.
Terdapat delapan atribut kota hijau, yaitu:
1. Green Planning and Design. Perencanaan dan perancangan kota yang
beradaptasi pada kondisi biofisik kawasan.
2. Green Open Space. Mewujudkan jejaring ruang terbuka hijau.
3. Green Waste. Usaha menerapkan 3 R (reduce, reuse, recycle).
4. Green Transportation. Pengembangan transportasi yang
berkelanjutan/transportasi massal.
5. Green Water. Efisiensi pemanfaatan sumber daya air.
6. Green Energy. Pemanfaatan sumber energi yang efisien dan ramah
lingkungan

Page 8 of 29
7. Green Building. Pengembangan bangunan hemat energi.
8. Green Community. Kepekaan, kepedulian, dan peran aktif masyarakat
dalam pengembangan atribut kota hijau. Konstruksi bangunan yang
ramah lingkungan menjadi sebuah elemen vital dalam perwujudan kota
hijau.

Tahap awal perwujudan kota hijau ini terfokus pada tiga atribut,
yakni green planning and design, green open space, dan green
community. Upaya perwujudan kota hijau melalui tercapainya delapan
atribut memerlukan peran, dukungan dan komitmen dari seluruh
pemangku kepentingan, yaitu masyarakat, Pemerintah Daerah, swasta, dan
sektor lain (Todaro MP, 2006)
2.3 Ruang Terbuka Hijau (RTH)

Arti ruang terbuka hijau (RTH) menurut UU Nomor 26 Tahun


2007 tentang Penataan Ruang adalah area memanjang atau jalur dan atau
mengelompok, yang penggunaannya lebih bersifat terbuka sebagai tempat
tumbuh tanaman, baik yang tumbuh secara alamiah atau sengaja ditanam.
Keberadaan RTH ini merupakan salah satu unsur penting dalam
membentuk lingkungan kota yang nyaman dan sehat.

2.4 Klasifikasi Ruang Terbuka Hijau (RTH)

Berdasarkan bobot kealamiannya, bentuk RTH dapat diklasifikasi


menjadi:
a. Bentuk RTH alami (habitat liar/alami, kawasan lindung).
b. Bentuk RTH non alami (RTH binaan misal: pertamanan kota,
lapangan olahraga, pemakaman).
Berdasarkan sifat dan karakter ekologisnya, bentuk RTH dapat
diklasifikasi menjadi:
a. Bentuk RTH jalur / koridor.
b. Bentuk RTH kawasan / areal.

Page 9 of 29
Berdasarkan penggunaan lahan atau kawasan fungsionalnya, bentuk RTH
diklasifikasi menjadi:
a. RTH kawasan perdagangan.
b. RTH kawasan perindustrian.
c. RTH kawasan permukiman.
d. RTH kawasan pertanian.
e. RTH kawasan-kawasan khusus, seperti pemakaman, olahraga,
alamiah.
Berdasarkan status kepemilikan, RTH diklasifikasi menjadi:
a. RTH publik, yaitu RTH yang berlokasi pada lahan-lahan publik
atau lahan yang dimiliki pemerintah.
b. RTH privat atau non publik, yaitu RTH yang berlokasi pada lahan-
lahan milik pribadi.
Berdasarkan Undang-Undang Peraturan Menteri Dalam Negeri
Nomor 1 tahun 2007 Tentang Penataan Ruang Terbuka Hijau Kawasan
Perkotaan pada Pasal 6 jenis RTHKP meliputi:
a. taman kota;
b. taman wisata alam;
c. taman rekreasi;
d. taman lingkungan perumahan dan permukiman;
e. taman lingkungan perkantoran dan gedung komersial;
f. taman hutan raya;
g. hutan kota;
h. hutan lindung;
i. bentang alam seperti gunung, bukit, lereng, dan lembah;
j. cagar alam;
k. kebun raya;
l. kebun binatang;
m. pemakaman umum;
n. lapangan olah raga;
o. lapangan upacara

Page 10 of 29
p. parkir terbuka;
q. lahan pertanian perkotaan;
r. jalur dibawah tegangan tinggi (SUTT dan SUTET)
s. sempadan sungai, pantai, bangunan, situ, dan rawa;
t. jalur pengaman jalan, median jalan, rel kereta api, pipa gas
dan pedestrian;
2.4 Tujuan, Peranan dan Manfaat Ruang Terbuka Hijau
Departemen Dalam Negeri Republik Indonesia mengeluarkan
instruksi Menteri Dalam Negeri Nomor 14 Tahun 1988 tentang Penataan
Ruang Terbuka Hijau (RTH) di Wilayah Perkotaan, dengan tujuan sebagai
berikut :
a. meningkatkan lingkungan hidup perkotaan yang nyaman, segar,
indah, bersih dan sebagai sarana pengaman lingkungan perkotaan
b. menciptakan keserasian lingkungan alam dan lingkungan binaan
yang berguna untuk kepentingan masyarakat
(Hakim dan Utomo, 2004).
Peranan RTH bagi pengembangan kota adalah sebagai berikut:
a. alat pengukur iklim amplitude (klimatologis). Penghijauan
memperkecil amplitude variasi yang lebih besar dari kondisi
udara panas ke kondisi udara sejuk
b. penyaring udara kotor (protektif). Penghijauan dapat mencegah
terjadinya pencemaran udara yang berlebihan oleh adanya asap
kendaraan, asap buangan industri dan gas beracun lainnya
c. sebagai tempat hidup satwa. Pohon peneduh tepi jalan sebagai
tempat hidup satwa burung / unggas
d. sebagai penunjang keindahan (estetika). Tanaman ini memiliki
bentuk tekstur dan warna yang menarik
e. mempertinggi kualitas ruang kehidupan lingkungan. Ditinjau
dari sudut planologi, penghijauan berfungsi sebagai pengikat
dan pemersatu elemen-elemen (bangunan) yang ada

Page 11 of 29
disekelilingnya. Dengan demikian, dapat tercipta lingkungan
yang kompak dan serasi (Hakim dan Utomo, 2004).

Adapun manfaat RTH bagi di wilayah perkotaan antara lain


sebagai berikut:
a. memberikan kesegaran, kenyamanan dan keindahan
lingkungan sebagai paru-paru kota
b. memberikan lingkungan yang bersih dan sehat bagi penduduk
kota
c. memberikan hasil produksi berupa kayu, daun, bunga, dan
buah
d. sebagai tempat hidup satwa dan plasma nutfah
e. sebagai resapan air guna menjaga keseimbangan tata air dalam
tanah, mengurangi aliran air permukaan, menangkap dan
menyimpan air, menjaga keseimbangan tanah agar kesuburan
tanah tetap terjamin
f. sirkulasi udara dalam kota
g. sebagai tempat sarana dan prasarana kegiatan rekreasi

Page 12 of 29
BAB III

PEMBAHASAN

3.1 Ruang Terbuka Hijau di Yogyakarta

Ruang terbuka hijau kota merupakan bagian penting dari struktur


pembentuk kota, dimana ruang terbuka hijau kota memiliki fungsi utama
sebagai penunjang ekologis kota yang juga diperuntukkan sebagai ruang
terbuka penambah dan pendukung nilai kualitas lingkungan dan budaya
suatu kawasan.
Keberadaan ruang terbuka hijau kota sangatlah diperlukan dalam
mengendalikan dan memelihara integritas dan kualitas lingkungan. Ruang
terbuka hijau memiliki dua fungsi utama, yaitu fungsi intrinsik sebagai
penunjang ekologis dan fungsi ekstrinsik yaitu fungsi arsitektural
(estetika), fungsi sosial dan ekonomi.
Ruang terbuka hijau dengan fungsi ekologisnya bertujuan untuk
menunjang keberlangsungan fisik suatu kota dimana ruang terbuka hijau
tersebut merupakan suatu bentuk ruang terbuka hijau yang berlokasi,
berukuran dan memiliki bentuk yang pasti di dalam suatu wilayah kota.
Sedangkan ruang terbuka hijau untuk fungsi-fungsi lainnya (sosial,
ekonomi, arsitektural) merupakan ruang terbuka hijau pendukung dan
penambah nilai kualitas lingkungan dan budaya kota tersebut, sehingga
dapat berlokasi dan berbentuk sesuai dengan kebutuhan dan
kepentingannya, seperti untuk keindahan, rekreasi, dan pendukung
arsitektur kota (Dirjen PU, 2005).
Proporsi 30% luasan ruang terbuka hijau kota merupakan ukuran
minimal untuk menjamin keseimbangan ekosistem kota baik
keseimbangan sistem hidrologi dan keseimbangan mikroklimat, maupun
sistem ekologis lain yang dapat meningkatkan ketersediaan udara bersih

Page 13 of 29
yang diperlukan masyarakat, ruang terbuka bagi aktivitas publik serta
sekaligus dapat meningkatkan nilai estetika kota (Hakim,2004).
Kawasan Kota Yogyakarta merupakan kawasan yang berfungsi
sebagai pusat pemerintahan di Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta.Akan
tetapi ruang terbuka hijau yang ada belum tersedia secara maksimal.
Berikut beberapa contoh ruang terbuka hijau yang ada di Kota
Yogyakarta:

1) Taman Kota
Taman kota merupakan lahan terbuka yang berfungsi dalam
bidang sosial dan estetik sebagai sarana kegiatan rekreatif,
edukasi atau kegiatan lain pada tingkat kota. Contohnya adalah
Taman Kota Abu Bakar Ali Yogyakarta.

Gambar 3.1. Taman Kota Abu Bakar Ali Yogyakarta


2) Taman Lingkungan

Taman lingkungan merupakan salah satu ruang terbuka hijau yang


berada pada kawasan lingkungan masyarakat dalam skala lebih kecil
seperti lingkungan permukiman, lingkungan perkantoran.Bentuk taman
lingkungan ini sangat tergantung pada pola dan susunan massa bangunan
pada lingkungan pemukiman atau perkatoran. Contohnya adalah di Kantor
Balaikota Yogyakarta.

Page 14 of 29
Gambar 3.2 Kantor Balaikota Yogyakarta
3) RTH Tempat Pemakaman Umum

Penyediaan ruang terbuka hijau pada areal pemakaman


disamping memiliki fungsi utama sebagai tempat penguburan jenasah
juga memiliki fungsi ekologis yaitu sebagai daerah resapan air,
tempat pertumbuhan berbagai jenis vegetasi, pencipta iklim mikro
serta tempat hidup burung serta fungsi sosial masyarakat disekitar
seperti beristirahat dan sebagai sumber pendapatan. Contohnya
adalah Taman Makam Pahlawan Kusumanegara Yogyakarta.

Gambar 3.3. Taman Makam Pahlawan Kusumanegara


Yogyakarta
4) Jalur Pengaman Median
Jalur pengaman median merupakan salah satu ruang terbuka hijau
yang berupa jalan yang berada di sepanjang jalan raya (lalu

Page 15 of 29
lintas), pedestrian, jalur rel KA, area bawah jalan layang, dan
berfungsi sebagai pengaman area tersebut.Contohnya adalah
Pedestrian Kawasan 0 Km Yogyakarta.

Gambar 3.4.Pedestrian Kawasan 0 Km Yogyakarta


5) Kebun Binatang
Contohnya adalah Kebun Binatang Gembira Loka Yogyakarta.

Gambar 3.5.Kebun Binatang Gembira Loka Yogyakarta.

Page 16 of 29
6) Lapangan Olahraga
Contohnya adalah Stadion Kridosono Kotabaru, Yogyakarta.

Gambar 3.6 Stadion Kridosono Kotabaru, Yogyakarta


3.2 Persebaran Penggunaan Lahan dan RTH Eksisting di Kota
Yogyakarta
Menurut jurnal Tata Loka Perencanaan Kota Hijau Yogyakarta
Berdasarkan Penggunaan Lahan dan Kecukupan RTH menunjukan bahwa
penggunaan lahan Kota Yogyakarta pada tahun 2014 terdiri dari 13
Kawasan, yaitu :

1. budaya (1,78%)
2. industri kecil dan menengah (9,69%)
3. kesehatan (1,25%)
4. kuburan (1,01%)
5. pariwisata (5,45%)
6. pendidikan (2,53%)
7. perdagangan dan jasa (26,05%)
8. perkantoran (4,74%)
9. pertanian (2,70%)
10.permukiman (40,58%)
11.rekreasi dan olah raga (1,41%)

Page 17 of 29
12. ruang terbuka hijau atau sempadan sungai (1,43%)
13. sarana transportasi (1,42%)
Penggunaan lahan di Kota Yogyakarta didominasi oleh kawasan
permukiman yang menempati hampir setengah bagian dari total wilayah
Kota Yogyakarta, tersebar secara merata di tiap kecamatan kecuali
Kecamatan Kraton. Kawasan kesehatan, pendidikan, perkantoran,
perdagangan dan jasa terdapat di kawasan strategis terutama di sepanjang
jalan raya kota. Kawasan industri tersebar di pinggiran kota bagian barat
dan selatan. Kecamatan Kraton menjadi kawasan cagar budaya dan
pariwisata karena terdapat peninggalan sejarah yaitu Keraton Kesunanan
Yogyakarta.

Kawasan sarana transportasi di Kota Yogyakarta hanya terdapat 1


stasiun kereta terletak di tengah kota yag terintegrasi dengan rel kereta dan
1 terminal bus yang terletak di bagian selatan. Posisi stasiun yang strategis
dan terhubung dengan bandara menjadikannya pintu gerbang untuk masuk
ke Kota Yogyakarta.Kawasan RTH atau sempadan sungai membentuk
pola organik mengikuti bentuk sungai.Kawasan lainnya seperti kuburan,
pertanian, rekreasi dan olah raga terdistribusi secara acak dan tidak terkait
dengan kawasan lainnya.Persebaran penggunaan lahan eksisting Kota
Yogyakarta tahun 2014 tertera pada Gambar 3.7.

Page 18 of 29
Gambar 3.7 Peta Penggunaan Lahan Eksisting Kota Yogyakarta tahun
2014
Ruang Terbuka Hijau di Kota Yogyakarta dibagi menjadi 2 bentuk yang
terdiri dari 14 jenis penggunaan, yaitu :
1. RTH Publik (10,03%) terdiri dari:
a. Area Hijau (4,79%)
b. Jalur Pengaman Jalan (0,22%)
c. Kebun Binatang (0,45%)
d. Lapangan Olah Raga (0,59%)
e. Parkir Terbuka (0,95%)

Page 19 of 29
f. Taman Kota (0,25%)
g. Taman Rekreasi (0,41%)
h. Pemakaman Umum (0,94%)
i. Sempadan Sungai (1,43%)
2. RTH Privat (7,75%) terdiri dari:
a. Lapangan Upacara (0,01%)
b. Sawah (2,69%)
c. Taman Kantor dan Gedung Komersil (4,53%)
d. Taman Perumahan dan Permukiman (0,52%)
Kawasan hijau eksisting didominasi oleh area hijau, taman kantor dan
gedung komersil sebesar 10 %. Jumlah RTH terbanyak terdapat di Kecamatan
Umbulharjo sebesar 165,27 ha. Kawasan pertanian paling luas terletak di
kecamatan ini dibandingkan dengan kecamatan-kecamatan lain di Yogyakarta.
Pada tahun 2011 luas lahan pertanian sebesar 66,27 ha dan pada tahun 2013
berkurang menjadi 62,47 ha, hanya dalam waktu 2 tahun luas pertanian berkurang
sebanyak 3,8 ha (Kota Yogyakarta 2014). Hasil perhitungan RTH eksisting tertera
pada Tabel 3.1.
.Tabel 3.1 Luas RTH eksiting Kota Yogyakarta

Page 20 of 29
Kawasan RTH tersebar secara acak, sempadan sungai yang berupa
vegetasi rapat terdapat di sepanjang aliran sungai dan membentuk pola
memanjang mengikuti bentuk sungai. Pada pusat kota dengan bangunan padat,
didominasi RTH jenis taman kota, taman rekreasi, lapangan olah raga,
membentuk pola linear karena dipengaruhi keberadaan keraton. Jalur pengaman
jalan terletak di setiap stasiun untuk membatasi akses pengunjung ke area yang
dianggap berbahaya.Area ini didominasi oleh kerikil, vegetasi semak dan pohon –
pohon berukuran kecil. Pada luar kota jenis RTH yang mendominasi adalah
sawah, kebun binatang dan TPU tersebar secara acak.
Secara umum ruang hijau yang ukurannya luas terletak di pinggiran kota
dan akan semakin berkurang atau mengecil saat mendekati pusat kota. Ruang
hijau privat yang paling banyak adalah dalam bentuk taman kantor dan gedung
komersil ruang, berupa taman pasif yang hanya berisi vegetasi hijau tanpa ada
aktifitas didalamnya. Taman lingkungan perumahan didominasi oleh tanaman hias
dan vegetasi buah-buahan, selain sebagai peneduh hasilnya juga dapat
dikonsumsi.Peta RTH eksisting Kota Yogyakarta tahun 2014 terlihat pada
Gambar 3.8.

Page 21 of 29
Gambar 3.8 Peta RTH eksiting Kota Yogyakarta tahun 2014

3.3 Kecukupan RTH di Kota YogyakartaBerdasarkan Luas Wilayah

Undang-Undang Nomor 26 Tahun 2007 tentang Penataan Ruang


menetapkan bahwa proporsi RTH pada wilayah perkotaan adalah minimal
30% dari total luas wilayah, terdiri dari 20% RTH publik dan 10% RTH
privat. Berdasarkan standar tersebut wilayah Kota Yogyakarta yang
memiliki luas 3.250 ha, harus memiliki RTH minimum seluas 975 ha,
dengan luas RTH publik 650 ha dan RTH privat 325 ha. Berdasarkan hasil
interpretasi luas RTH eksisting terbesar terdapat di Kecamatan
Umbulharjo dengan luas 165,27 ha, jika standar kebutuhan ini
dibandingkan dengan kondisi eksisting RTH, maka Kota Yogyakarta
memiliki kekurangan RTH seluas 390,55 ha. Seluruh kecamatan

Page 22 of 29
kekurangan RTH, RTH publik paling banyak kekurangan terdapat di
Kecamatan Umbulharjo seluas 75,64 ha dan yang paling sedikit
kekurangannya terdapat di Kecamatan Gedongtengen seluas 8,85 ha. Ada
satu kecamatan yang luas RTH privatnya memenuhi standar kebutuhan
yaitu di Kecamatan Mantrijeron dengan kelebihan RTH seluas 2,93 ha.
Kekurangan RTH privat paling banyak terdapat di Kecamatan Kotagede
seluas 12,49 ha. Berkurangnya RTH di Kota Yogyakarta sebagai imbas
dari tingginya kebutuhan kota akan permukiman. Lahan yang paling
banyak beralih fungsi adalah sawah. Proporsi kecukupan RTH
berdasarkan luas wilayah tertera pada Tabel 3.2

Tabel 3.2 Proporsi Kecukupan RTH Berdasarkan Luas Wilayah

3.4 Area Yang Berpotensi Untuk Dikembangkan Menjadi RTH


Kondisi Kota Yogyakarta didominasi oleh lahan terbangun
sehingga sangat sulit untuk menemukan lahan yang dapat dimanfaatkan
sebagai RTH.Potensi 1 adalah lahan milik pemerintah berupa jalur
pemisah jalan disepanjang jalur arteri dan kolektor yang dapat dijadikan
jalur hijau.Potensi 2 adalah lahan milik warga berupa lahan-lahan kosong
bekas bangunan atau tanah kosong yang belum termanfaatkan.Pemerintah
daerah dapat membeli lahan-lahan ini karena lebih efisien dibandingkan

Page 23 of 29
harus membeli lahan yang terdapat bangunan.Potensi 3 adalah sempadan
sungai dengan lebar 30 m di kiri dan kanan sungai yang seharusnya bebas
dari lahan terbangun.Potensi 3 adalah rencana jangka panjang kerena
memerlukan usaha dan biaya yang banyak karena harus membebaskan
tanah warga. Walaupun luas RTH eksisting sudah ditambah dengan area
berpotensi RTH jumlahnya hanya 710,47 (21,62%) masih kurang dari
standar kebutuhan yang harus dipenuhi untuk menuju Kota Hijau yaitu
30%. Perhitungan rinci area berpotensi tertera pada Tabel 3.3 dan peta area
berpotensi RTH terlihat pada Gambar 3.9.

Tabel 3.3 Luas Area Berpotensi RTH di Kota Yogyakarta

Page 24 of 29
Gambar 3.9 Area Berpotensi RTH

3.5 Arahan Pengembangan RTH menuju Kota Hijau Yogyakarta


Arahan RTH terdiri dari sebaran luas, bentuk dan fungsi
RTH.Kondisi eksisting digunakan untuk mengetahui kuantitas, kualitas
dan fungsi peruntukan RTH yang ada di Kota Yogyakarta. Kecukupan
RTH digunakan untuk menghitung standarisasi jumlah RTH yang
dibutuhkan suatu kota. Area yang berpotensi RTH digunakan untuk
menentukan area mana saja yang dapat digunakan sebagai RTH.RTRW
Kota Yogyakarta digunakan untuk melihat apakah suatu area sudah sesuai
peruntukannya.
Luas RTH eksisting Kota Yogyakarta adalah 584,45 ha. RTH ini
merupakan RTH alami dan binaan sehingga perlu dipertahankan dan

Page 25 of 29
ditingkatkan kualitasnya. RTH ini sebagian berbentuk kawasan seperti
area hijau, area olahraga, taman kota, taman kantor, lahan pertanian dan
sebagian lagi berbentuk jalur pengaman jalan dan jalur sempadan sungai.
Fungsi yang dominan di RTH ini adalah fungsi ekologis, estetika, sosial
dan ekonomi.

Penambahan RTH di kota ini dilakukan pada lahan-lahan kosong


bekas bangunan atau tanah kosong yang belum termanfaatkan seluas 15,32
ha. Area ini diarahkan untuk menjadi RTH publik seperti taman
lingkungan permukiman yang di fasilitasi dengan area bermain terutama
untuk fungsi sosial dan estetika. Penambahan jalur hijau jalan seluas 15,62
ha di sepanjang jalan arteri dan kolektor dengan fungsi ekologis dan
estetika terutama sebagai peneduh dan penyerap polusi udara. Banyaknya
area terbangun dan mahalnya harga lahan di Kota Yogyakarta sehingga
sangat sulit untuk melakukan penambahan area RTH, maka
pengembangan RTH di kota ini di fokuskan pada pengembangan RTH
kenyamanan.

Page 26 of 29
BAB IV

KESIMPULAN DAN SARAN

4.1 Kesimpulan
Dari pembahasan makalah ini diperoleh kesimpulan sebagai berikut:
4.1.1 Penggunaan lahan eksisting di Kota Yogyakarta didominasi oleh
4.1.2 permukiman seluas 1333,75 ha atau 40.58% dari luas total wilayah
Kota Yogyakarta. Permukiman ini tersebar merata di seluruh Kota
Yogyakarta. RTH eksistingnya seluas 584,45 ha (17,78%) terdiri dari
RTH publik seluas 329,63 ha (10,03%) dan RTH privat seluas 254,82
ha (7,75%).
4.1.3 Area yang berpotensi untuk dijadikan RTH adalah seluas 126,02 ha
atau 3,84%. Luas total RTH hanya mampu mencapai 710,47 ha atau
21,62%. Hal ini menunjukkan bahwa RTH di Kota Yogyakarta masih
jauh dari standar kebutuhan yang harus dipenuhi untuk menuju Kota
Hijau yaitu 30%.
4.2 Saran
4.2.1 Tingginya alih fungsi lahan di Kota Yogyakarta memerlukan adanya
pengaturan dan pengawasan oleh pemerintah melalui BPN dan Dinas
Cipta Karya dalam pengurusan IMB juga sosialisasi mengenai
penetapan KDH di lingkungan permukiman bagi para warganya.
4.2.2 Penetapan luas RTH 30% pada RTRW 2010-2029 Kota Yogyakarta
perlu ditinjau kembali, karena melihat kondisinya saat ini cukup sulit
untuk di implementasikan.
4.2.3 Meningkatkan kesadaran masyarakat akan lingkungan melalui
gerakan-gerakan yang mampu mengajak masyarakat untuk dapat
peduli terhadap lingkungan. Salah satunya adalah dengan memberikan
insentif bagi warga yang mempertahankan dan melakukan
penghijauan di sekitar tempat tinggalnya.

Page 27 of 29
DAFTAR PUSTAKA

Departemen Pekerjaan Umum, 2009. Ruang Terbuka Hijau (RTH) Wilayah


Perkotaan. Lab. Perencanaan Lanskap Departemen Arsitektur Lanskap Fakultas
Pertanian – IPB.Bogor

http://www.dep.pu/RTH Wilayah Perkotaan/LPL-301105.go.id.html.Diakses


pada 26 Oktober 2016

Hakim dan Utomo. 2004. Komponen Perancangan Arsitektur Lansekap. Penerbit


Bumi Aksara. Jakarta

http://repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/22042/4/ChapterII.pdf.Diaks
es pada 26 Oktober 2016

https://www.academia.edu/5727973/Makalah_RUANG_TERBUKA_HIJAU_
RTH_WILAYAH_PERKOTAAN. Diakses pada 26 Oktober 2016

http://lib.unnes.ac.id/19108/1/5101408005.pdf. Diakses pada 26 Oktober 2016

http://e-journal.uajy.ac.id/6933/3/MTA202033.pdf.Diakses pada 26 Oktober


2016

Putri P, Zain AFM. 2010. Analisis Spasial dan Temporal Perubahan Luas Ruang
Terbuka Hijau di Kota Bandung. Jurnal Lanskap Indonesia 2 (2): 115-121.

http://ejournal2.undip.ac.id/index.php/tataloka. Diakses pada 26 Oktober


2016

Todaro MP, Smith S.C. 2006. Pembangunan Ekonomi. Terjemahan.Edisi


kesembilan. Munandar, H (penterjemah). Jakarta (ID): Erlangga.

http://ejournal2.undip.ac.id/index.php/tataloka.Diakses pada 26 Oktober 2016

Kementerian Pekerjaan Umum. 2011. Program Pengembangan Kota Hijau


(P2KH) Panduan Pelaksanaan. Jakarta (ID): Kementerian Pekerjaan Umum.

http://ejournal2.undip.ac.id/index.php/tatalokaDiakses pada 26 Oktober 2016

Ratnasari, Amalia dkk. 2015. Jurnal Tata Loka Perencanaan Kota Hijau
Yogyakarta Berdasarkan Penggunaan Lahan dan Kecukupan RTH. Biro Penerbit
Planologi Universitas Diponegoro. Semarang.

http://ejournal2.undip.ac.id/index.php/tatalokaDiakses pada 26 Oktober 2016

Page 28 of 29
http://kotahijau.id/knowledge/detail/program-pengembangan-kota-
hijauDiakses pada 27 Oktober2016

https://www.academia.edu/14907774/PROGRAM_PENGEMBANGAN_KO
TA_HIJAU_P2KHDiakses pada 27 Oktober2016

http://artikel-media.blogspot.co.id/2011/12/konsep-pengembangan-kota-
hijau.htmlDiakses pada 27 Oktober 2016

Page 29 of 29

Anda mungkin juga menyukai