Anda di halaman 1dari 13

EVALUASI KETERSEDIAAN RUANG TERBUKA HIJAU DALAM

MEWUJUDKAN KOTA HIJAU (P2KH)

Richard Vennesanki Monoarfa ¹, Ingerid L. Moniaga, ST., M.Si ², & Raymond Ch. Tarore,
ST., MT ³

¹Mahasiswa S1 Program Studi Perencanaan Wilayah & Kota Universitas Sam Ratulangi
Manado²&³ Staf Pengajar Jurusan Arsitektur, Universitas Sam Ratulangi Manado

Abstrak. Berbagai upaya dilakukan pemerintah guna meningkatkan jumlah RTH


perkotaan agar tercipta keseimbangan lingkungan yang berkelanjutan dan meningkatkan
kualitas lingkungan hidup di perkotaan salah satunya yaitu Program Pengembangan Kota
Hijau (P2KH). Kota Kotamobagu sejak tahun 2013 merupakan salah satu kota yang termasuk
dalam program P2KH. Beberapa program telah di jalankan guna untuk menambah jumlah
ruang terbuka hijau yang ada di Kota Kotamobagu. Namun, beberapa program yang di
jalankan terkesan tidak terealisasi dan terkelola dengan baik. Oleh karena itu, Tujuan
penelitian ini adalah perlu dievaluasi apa-apa saja ruang terbuka hijau yang ada di Kota
Kotamobagu, serta sejauh apa Program Pengembangan Kota Hijau (P2KH) dalam hal ini
atribut Green open space dan atribut Green community di Kota Kotamobagu berjalan.
Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode deskriptif, SIG, dan AHP dibantu
dengan software ArcGIS 9.2 dan Expert choice. Berdasarkan hasil penelitian RTH di Kota
Kotamobagu terdiri dari RTH Publik dan RTH Private dengan luasan keseluruhan 4664
hektar atau 67,92% dari luas wilayah Kota Kotamobagu. Sedangkan Untuk Program (P2KH)
telah di jalankan dengan baik oleh pemerintah kota, atribut Green open space telah
menjalankan 5 program dan atribut Green community telah menjalankan 3 program namun
pengelolaan masih menjadi masalah utama.

Kata Kunci : Ruang terbuka hijau, Program Pengembangan Kota Hijau

PENDAHULUAN bahkan melebihi prosentase minimal yang


ditetapkan. Hasil identifikasi spasial
Undang-undang No.26 Tahun 2007 menunjukan bahwa ketersediaan RTH di
tentang Penataan Ruang, Pasal 29 Kota Kotamobagu sudah memenuhi
mengamanatkan, wilayah perkotaan harus capaian program P2KH pada atribut RTH.
memiliki Ruang Terbuka Hijau (RTH)
sebesar 30% dari luas wilayah perkotaan. Kota Kotamobagu sejak tahun
Berbagai upaya dilakukan 2013 merupakan salah satu kota yang
pemerintah guna meningkatkan jumlah termasuk dalam Prograam P2KH.
RTH perkotaan agar tercipta Beberapa program telah di jalankan
keseimbangan lingkungan yang seperti pembangunan taman-taman kota,
berkelanjutan dan meningkatkan kualitas pengelolaan lapangan olahraga dan
lingkungan hidup di perkotaan salah penambahan jalur hijau jalan guna untuk
satunya yaitu Program Pengembangan menambah jumlah ruang terbuka hijau
Kota Hijau (P2KH). yang ada di Kota Kotamobagu. Namun
Luas RTH Kota Kotamobagu beberapa program yang di jalankan
berdasarkan hasil identifikasi dan analisis terkesan tidak terealisasi dan terkelola
spasial 2016 sebesar 4664 hektar atau dengan baik sehingga tidak bisa
67,92%, berdasarkan hasil tersebut, Kota dimanfaatkan dengan baik oleh
Kotamobagu telah memenuhi arahan masyarakat.
Undang-undang No.26 Tahun 2007,

113
Maka dari itu penulis merasa Program Pengembangan Kota Hijau
tertarik mengangkat judul ini untuk (P2KH) terdiri dari delapan aspek, yaitu :
mengevaluasi apa-apa saja ruang terbuka
hijau yang ada di Kota Kotamobagu, serta Cakupan dan Muatan Kegiatan Utama
sejauh apa Program Pengembangan Kota
Hijau (P2KH) dalam hal ini Atribut Green 1. (Green planning and design )
open space dan aspek Green community di Kegiatan-kegiatan yang bertujuan
Kota Kotamobagu berjalan. meningkatkan kualitas rencana tata
ruang dan rancang kota yang lebih
TINJAUAN PUSTAKA sensitif terhadap agenda hijau. Antara
Pengertian Ruang Terbuka Hijau lain meliputi penyusunan RDTR pada
Dari berbagai referensi pengertian wilayah prioritas di kota dengan
tentang eksistensi nyata sehari-hari, maka memperhatikan ketersediaan dan
ruang terbuka hijau adalah : (1) suatu kualitas ruang terbuka hijau, koridor
lapangan yang ditumbuhi berbagai hijau, menyusun masterplan RTH
tetumbuhan, pada berbagai strata, mulai perkotaan.
dari penutup tanah, semak, perdu dan 2.(Green open space) Bertujuan
pohon (tanaman tinggi berkayu); (2) meningkatkan kualitas dan kuantitas
“Sebentang lahan terbuka tampa bangunan Ruang Terbuka Hijau (RTH) sesuai
yang mempunyai ukuran, bentuk, dan dengan karakteristik kota/kabupaten
batas geografis tertentu dengan status melalui berbagai macam strategi untuk
penguasa apapun, yang di dalamnya mencapai target RTH minimal 30%
terdapat tetumbuhan hijau berkayu dan sesuai yang direncanakan dalam RTRW.
tahunan ( perennial woody plants), dengan Contoh kegiatan yang terkait atribut ini
pepohonan sebagai tumbuhan penciri adalah pembuatan hutan kota, taman
utama dan tumbuhan lainnya (perdu, kota di kawasan perkotaan untuk
semak, rerumputan, dan tumbuhan menambah luas RTH kota.
penutup tanah lainnya), sebagai tumbuhan 3.(Green Community) Bertujuan
pelengkap, serta benda-benda lain yang meningkatkan partisipasi aktif
juga sebagai pelengkap dan penunjang masyarakat atau komunitas dan institusi
fungsi RTH yang bersangkutan” swasta dalam perwujudan
(Direktorat Jendral Penataan Ruang pengembangan kota hijau. Contoh
Depertemen Pekerjaan Umum, 2006). kegiatan terkait atribut ini adalah
penyusunan peta komunitas hijau yang
Program Pengembangan Kota Hijau melibatkan komunitas hijau, sosialisasi
(P2KH) program kota hijau (green campaign)
P2KH adalah program dari kepada masyarakat, pelibatan institusi
Kementerian Pekerjaan Umum melalui pendidikan melalui program sekolah
Direktorat Jenderal Penataan Ruang yang hijau dan kampus hijau.
dilaksanakan bekerja sama dengan Cakupan dan Muatan Kegiatan
propinsi dan Kota Kabupaten di Upscaling
Indonesia. Program ini dilakukan melalui
beberapa tahapan, mulai dari penyusunan 4.(Green transportation) Green
Rencana Aksi Kota Hijau (RAKH) sampai transportation adalah transportasi
tahap pelaksanaan (konstruksi), dan umum hijau yang fokus pada
Festival Hijau (Juknis P2KH, Sumber pembangunan transportasi massal yang
Bappeda Kota Kotamobagu 2016). berkualitas. Green transportation
bertujuan untuk meningkatkan

114
penggunaan transportasi massal, peningkatan penggunaan energi
mengurangi penggunaan kendaraan terbaharukan, seperti listrik tenaga
pribadi, penciptaan infrastruktur jalan surya, listrik tenaga angin, listrik dari
yang mendukung perkembangan emisi methana TPA dan lain-lain.
transportasi massal, mengurangi emisi
kendaraan, serta menciptakan ruang METODOLOGI
jalan yang ramah bagi pejalan kaki dan Metode analisis yang
pengguna sepeda. digunakan pada penelitian ini
5. (Green Waste) Green waste adalah diantarannya metode analisis
pengelolaan sampah hijau yang deskriptif, analisis SIG dan analisis
berprinsip pada reduce (pengurangan), hierarchy process (AHP).
reuse (penggunaan ulang) dan recycle
(daur ulang). Selain itu, pengelolaan  Metode Sistem Informasi Geografis
sampah hijau juga harus didukung oleh /Spatial Analysis
teknologi pengolahan dan pembuangan Metode SIG pada penelitian ini
sampah yang ramah lingkungan. menggunakan teknik superposisi (overlay)
6.(Green water) Konsep green water dan deliniasi yang menghasilkan output
bertujuan untuk penggunaan air yang berupa peta lokasi kawasan resapan Kota
hemat serta penciptaan air yang Kotamobagu, Peta lokasi sempadan sungai
berkualitas. Dengan teknologi yang Kota Kotamobagu, peta lokasi sempadan
maju, konsep ini bisa diperluas hingga mata air Kota Kotamobagu dan peta RTH
penggunaan hemat blue water (air wilayah Kota Kotamobagu. Peta dasar
baku/ air segar), penyediaan air siap yang digunakan adalah peta Pola ruang
minum, penggunaan ulang dan dan peta penggunaan lahan Kota
pengolahan grey water (air yang telah Kotamobagu.
digunakan), serta penjagaan kualitas
green water (air yang tersimpan di  Metode Analytical Hierarchy Process
dalam tanah). AHP merupakan suatu analisis
7. (Green building) Green building adalah pengambilan keputusan untuk mengatasi
struktur dan rancangan bangunan yang permasalahan multi faktor atau multi
ramah lingkungan dan kriteria yang kompleks menjadi suatu
pembangunannya bersifat efisien, baik hirarki. Dalam penelitian ini AHP
dalam rancangan, konstruksi, digunakan untuk mengetahui skala
perawatan, renovasi bahkan dalam prioritas Manfaat yang di dapat dengan
perubuhan. Green building harus adanya Program Pengembangan Kota
bersifat ekonomis, tepat guna, tahan hijau (P2KH). Dalam pengambilan
lama, serta nyaman. Green building keputusan dengan metode AHP langkah-
dirancang untuk mengurangi dampah langkah kegiatan yang dilakukan adalah
negatif bangunan terhadap kesehatan sebagai berikut :
manusia dan lingkungan dengan 1) Menentukan Level 1 (Goal), level 1
penggunaan energi, air, dan lain-lain dalam Penelitian ini adalah
yang efisien, menjaga kesehatan Mendefinisikan suatu kegiatan yang
penghuni serta mampu mengurangi memerlukan pemilihan dalam
sampah, polusi dan kerusakan pengambilan keputusan dalam hal ini
lingkungan. Evaluasi program pengembangan kota
8. (Green energy) Green energi adalah hijau.
strategi kota hijau yang fokus pada 2) Menentukan Level 2 (Criteria), ada 3
pengurangan penggunaan energi kriteria yang menjadi acuan dalam
melalui penghemetan penggunaan serta

115
penelitian ini yaitu Aspek Ekologis, Tabel , 3.2 Kriteria-kriteria
Aspek Sosial, dan Aspek Ekonomis. aspek Green open space dan
3) Menentukan Level 3 (SubCriteria), Green Community.
SubCriteria di dapat dari Program-
program yang di jalankan Program
pengembangan kota hijau.
4) Menentukan Level 4 (Alternatives),
level 4 berisi 2 Aspek yang di teliti dari
program pengembangan kota hijau
(P2KH) yaitu Aspek Green Open
Space dan Green Community.

HASIL DAN PEMBAHASAN

Gambaran Umum Wilayah


KotaKotamobagu

Gambar 3.1, Model Hirarki AHP Kota Kotamobagu adalah salah satu Kota
di provinsi Sulawesi Utara, Indonesia.
Yang memiliki 4 Kecamatan, 15 Desa,
Untuk Kriteria-kriteria yang ada dan 18 Kelurahan, dengan luas sebesar
pada level 2 di bagi dalam 3 Kriteria yaitu 68,02 km2 dengan Batas-Batas Sebagai
Aspek Ekologis, aspek Sosial dan Aspek Berikut :
ekonomis. Penggunaan ketiga aspek ini di  Sebelah Utara : Kecamatan Bilalang,
dasari atas Permendagri No 1 Tahun 2007 Kabupaten Bolaang mongondow
tentang penataan ruang terbuka hijau  Sebelah Selatan : Kecamatan
perkotaan yang mengamanatkan Aspek Lolayan, Kabupaten Bolaang
ekologis, aspek sosial dan aspek ekonomis mongondow
adalah faktor yang harus di perhatikan  Sebelah Timur : Kecamatan
dalam pengelolaan RTH. Ketiga aspek ini Modayag, Kabupaten Bolaang
di kategorikan dari setiap kegiatan- Mongondow timur
kegiatan yang di jalankan Program  Sebelah Barat : Kecamatan
Pengembangan Kota Hijau (P2KH), Passi Barat, Kabupaten Bolaang
tujuannya yaitu untuk mendapatkan mongondow
SubCriteria Untuk lebih jelas Dapat
dilihat pada Tabel 3.2.

116
Tabel 4.6 RTH Publik Kota Kotamobagu

Gambar 4.1 : Peta Administrasi


Kecamatan Kota Kotamobagu
Sumber : Foto Hasil Survey Lapangan,
2016

Evaluasi Kondisi Ruang Terbuka Hijau Sedangkan RTH rivate yang


di Kota Kotamobagu teridentifikasi diantarannya RTH
Pekarangan rumah, RTH Perkantoran,
Ruang Terbuka hijau (RTH) Kota RTH Kawasan Industri dan Pergudangan,
Kotamobagu terdiri dari RTH Publik dan RTH Peribadatan, RTH Terminal, dan
RTH Private. RTH Publik yang RTH Tempat Pembuangan akhir (TPA).
teridentifikasi, diantaranya yakni, hutan
Kota, taman Kota, lapangan Tabel 4.7 RTH Private Kota Kotamobagu
olahraga/lapangan terbuka, median jalan,
jalur hijau sisi jalan, sempadan sungai,
sempadan mata air, kawasan resapan,
kawasan agrowisata, taman resting area,
kebun raya dan pemakaman umum.
Berdasarkan Rencana Tata Ruang
Wilayah Kota Kotamobagu tahun 2014-
2034 (RTRW) luas total RTH yang ada di
Kota Kotamobagu adalah 4664 hektar atau
67,92% dari luas wilayah Kota
Kotamobagu 68,02 km2 . dimana RTH
Publik seluas 2673 hektar atau 38,35%
dan RTH Private seluas 1990,7 hektar atau
29,22%, dalam hal ini Ruang terbuka
hijau di Kota Kotamobagu sudah
memenuhi standar, dimana dalam Undang
Undang (UU) Nomor 26 Tahun 2007
tentang penataan ruang mensyaratkan
ruang terbuka hijau pada wilayah kota
paling sedikit 30% dari luas wilayah kota. Berdasarkan Rencana Tata Ruang
Wilayah Kota Kotamobagu tahun 2014-
2034 (RTRW) luas total RTH yang ada di

117
Kota Kotamobagu adalah 4664 hektar atau Berdasarkan Rencana aksi kota
67,92% dari luas wilayah Kota hijau (RAKH) Kota Kotamobagu green
Kotamobagu 68,02 km2 . dimana RTH open space termasuk dalam Kategori
Publik seluas 2673 hektar atau 38,35% Cakupan dan Muatan kegiatan utama.
dan RTH Private seluas 1990,7 hektar atau terdapat lima poin dalam perencanaan
29,22%, dalam hal ini Ruang terbuka green open space Kota Kotamobagu,
hijau di Kota Kotamobagu sudah lima poin yang di rencanakan yakni ;
memenuhi standar, dimana dalam Undang Pembangunan Taman/Hutan Kota (di
Undang (UU) Nomor 26 Tahun 2007 kelola Dinas Pertanian, Perkebunan,
tentang penataan ruang mensyaratkan Perikanan, Peternakan dan Ketahanan
ruang terbuka hijau pada wilayah kota Pangan dan dinas Tata Kota),
paling sedikit 30% dari luas wilayah kota. Penambahan Jalur Hijau (di kelola
Adapun jenis-jenis dan luasan Dinas Tata Kota), Penanaman di
RTH Private dan RTH Publik yang ada di sempadan Sungai (di kelola DP4KP),
Kota Kotamobagu dapat di lihat pada Kegiatan Penanaman Pohon (di kelola
tabel 4.6, Tabel 4.7 dan gambar 4.5. Tim Pengerak-PKK) dan Program
Pengelolahan Ruang Terbuka Hijau
(RTH) Kegiatan penataan Ruang
terbuka Hijau ( Pembuatan Taman
Hijau ) ( di kelola Badan Lingkungan
Hidup). Untuk lebih jelas dapat di lihat
pada Table 4.8.
Tabel 4.8 Aspek Green Open Space

Gambar 4.5 Peta RTH Publik dan RTH


Private Kota Kotamobagu
Sumber : Foto Hasil Survey Lapangan,
2016

Evaluasi Program Pengembangan Kota


Hijau (P2KH) di Kota Kotamobagu

Program Pengembangan Kota


Hijau (P2KH) di Kota Kotamobagu  Pembangunan Taman/Hutan Kota
dimulai pada tahun 2013, adapun yang Hutan Kota dan Taman Kota di Kota
menjadi kajian evaluasi dalam penelitian Kotamobagu memang sudah tersedia,
ini adalah aspek Green Open Space dan namun masih perpotensi untuk
Green Community, adapun kajiannya ditingkatkan di beberapa titik, untuk
sebagai berikut : Hutan kota sejauh hanya berfokus pada
a) Aspek Green Open Space (Ruang pengelolaan hutan kota Bonawang namun
terbuka hijau) di rencanakan akan ada penambahan hutan
kota yang berlokasi di Desa Sia
Kecamatan Kotamobagu Utara, untuk

118
Taman kota terdapat dua Taman kota yang
telah selesai di bangun, yaitu :

1. Taman Kota Pobundayan


2. Taman Kota Gelora ambang

Gambar 4.34, Jalur hijau


Sumber : Foto Hasil Survey Lapangan,
2016

 Penanaman di Sempadan Sungai


Program Pengembangan Kota
Hijau (P2KH) telah melakukan Program
Gambar 4.30 : Taman Kota Pobundayan Penanaman Pohon di sempadan sungai
Sumber : Foto Hasil Survey Lapangan, pada Tahun 2013, Pelaksanaan Program
2016 ini melibatkan masyarakat, Pemerintah
dan Corporate social responsibility (CSR).
Namun saat ini di sepanjang sempadan
sungai Kota Kotamobagu telah di buat
Tanggul Penghalang banjir, sehingga
Pohon yang di tanam di sempadan sungai
sudah tidak ada lagi.

Gambar 4.31 : Taman Kota Gelora


ambang
Sumber : Foto Hasil Survey Lapangan,
2016
 jalur hijau
Penambahan Jalur hijau di
lakukan di sepanjang jalan Arteri yang ada Gambar 4.36, Kondisi eksisting
di Kota Kotamobagu, sedangkan jenis Sempadan Sungai
Pohon yang di tanam adalah Pohon Sumber : Foto Hasil Survey Lapangan,
Mahoni. Sedangkan untuk beberapa titik 2016
seperti pada pusat kota, Pusat Perkantoran
 Kegiatan Penanaman Pohon
Pemerintah, dan pusat pertokohan
Kegiatan Penanaman Pohon
ditanami Tanaman hias berupa Bonsai dan
dilakukan pada tahun 2013-2014,
Bugenvil.
Pelaksanaan Program ini melibatkan
masyarakat, Pemerintah dan Corporate
social responsibility (CSR) Lokasi
penanaman yaitu di Sempadan sungai,
Sepanjang Jalan arteri, dan beberapa
lorong-lorong penghubung, Jenis

119
Pohon yang di tanam adalah Pohon community Kota Kotamobagu yakni;
Mahoni. Sosialisasi Kota Hijau ( BAPPEDA
sebagai penanggung jawab)
Desa/Kampung Hijau ( DP4KP, BPMD
PP & KB dan Badan lingkungan hidup
sebagai Penanggung jawab), dan Kegiatan
Penanaman Pohon ( yang di kelola oleh
Tim Penggerak-PKK), Untuk lebih jelas
dapat di lihat pada Table 4.4

Tabel 4.9 Aspek Green community

Gambar 4.41 Pohon Mahoni


Sumber : Foto Hasil Survey Lapangan,
2016

 Program Pengelolaan Ruang Terbuka


Hijau
Program Pengelolaan Ruang
Terbuka Hijau di Kota Kotamobagu
mengarah pada Pemeliharaan Ruang
Terbuka Hijau yang sudah ada seperti
Taman Kota, Median Jalan dan Lapangan
Olahraga.

 Sosialisasi Kota Hijau


Sosialisasi Kota Hijau di lakukan
pada tahun 2013, sosialisasi di lakukan di
Desa poyowa besar, SMA negeri 2
Kotamobagu, dan Universitas Dumoga
Kotamobagu, dimana Bappeda menjadi
penaggung jawab dalam kegiatan
Gambar 4.43 Pengelolaan RTH sosialisasi ini. warga di letakan Tempat
Sumber : Foto Hasil Survey Lapangan, sampah, berupa karung yang di kaitkan di
2016 Pohon yang berada di depan rumah, atau
tempat sampah yang di buat dari bahan
b) Aspek Green Community ( bambu.
Komunitas Hijau) Dari sosialisasi Kota Hijau ini di
bentuklah forum Komunitas hijau,
Green community atau Komunitas beberapa komunitas yang ikut serta dalam
Hijau adalah strategi pelibatan berbagai Program Pengembangan Kota hijau di
stakeholder dari kalangan pemerintah, Kota Kotamobagu adalah Mapala
kalangan bisnis dan kalangan masyarakat Universitas Dumoga Kotamobagu dan
dalam pembangunan kota hijau. Anggota Osis SMA Negeri 2
Kotamobagu, serta beberapa Corporate
Berdasarkan Rencana aksi kota hijau social responsibility (CSR).
(RAKH) Kota Kotamobagu . terdapat tiga
poin dalam Perencanaan Green

120
 Desa/Kampung Hijau
Sejauh ini baru dua Desa di Kota
Kotamobagu yang ikut serta dalam
Program Desa/Kampung Hijau, yaitu Desa
Poyowa Besar dan Motoboy Besar.
Masyarakat di Desa Poyowa
Besar dan Motoboy Besar
megutamakan kebersihan Desa,
sebagai upaya untuk membersikan
desa dari sampah, di depan Rumah
Gambar 4.50, Kegiatan Penanaman
Pohon
Sumber : Foto Hasil Survey Lapangan,
2016

Model Pengembangan Kota hijau


(P2KH) dengan AHP
Dalam Analytical Hierarchy
Process (AHP), hirarki Evaluasi Program
Pengembangan kota hijau yang sudah di
Gambar 4.47, Program Desa/Kampung susun pada Gambar 4.56 menjelaskan
hijau bahwa terdapat 4 Level yaitu Level 1
Sumber : Foto Hasil Survey Lapangan, adalah representative dari tujuan
2016 penelitian yaitu untuk Mengevaluasi
Program Pengembangan Kota Hijau, level
 Kegiatan Penanaman Pohon 2 adalah menampilkan 3 kriteria yang
Kegiatan Penanaman Pohon di menjadi acuan dalam penelitian ini yaitu
lakukan serentak dengan Program Aspek Ekologis, Aspek Sosial, dan Aspek
Penanaman Pohon (green open space) Ekonomis. dan level 3 adalah menunjukan
dimana Lokasi penanaman di Sempadan Manfaat-manfaat yang di dapat dengan
sungai, Sepanjang Jalan arteri, dan adanya Program Pengembangan Kota
beberapa lorong-lorong penghubung, Jenis hijau. Sedangkan level 4 adalah Atribut
Pohon yang di tanam adalah Pohon yang di teliti dari Program Pengembangan
Mahoni. Beberapa Komuinitas Hijau Kota hijau.
seperti Mapala Universitas Dumoga
Kotamobagu (UDK) dan Siswa-siswa
SMA negeri 2 Kotamobagu di libatkan
dalam Program Penanaman pohon ini.
Selain Komunitas Hijau ada juga
Corporate social responsibility (CSR)
Yang ikut serta dalam Kegiatan ini.

Gambar 4.56, Hirarki Evaluasi Program


P2KH

121
 Aspek Ekologis  Aspek Sosial

Dengan mengacu pada table Untuk Aspek kedua dalam analisis


yaitu Aspek Sosial nilai yang di peroleh
matriks dengan factor ekologis maka yaitu Komunitas Hijau (0.500) dan
setelah diisi dengan nilai menurut nilai Tempat orang berinteraksi (0.500).
AHP pada software expert choice dan
kemudian di kalkulasikan angka-
angkannya, maka analisisnya yaitu segi
ekologis menghasilkan nilai terbesar 0,800
dengan manfaat Peningkatan Jumlah
Gambar 4.58, Matriks pairwise comparison
RTH, sedangkan Desa/Kampung hijau Aspek Sosial
menghasilkan nilai 0,200. Seperti di
perlihatkan pada Gambar 4.38 Manfaat Pembentukan Komunitas
hijau dan Tempat orang berinteraksi
dianggap sama penting karena
Pembentukan Komunitas hijau dapat
menarik minta Masyarakat untuk lebih
Perduli dengan Lingkungan, dan
menambah pengetahuan masyarakat akan
pentingnya Ruang terbuka hijau.

 Aspek Ekonomis

Aspek Ekonomis setelah di masukan


Gambar 4.57, Matriks pairwise dalam matriks didapat nilai-nilai sebagai
comparison Aspek Ekologis
berikut : Lokasi Berdagang (0.800) serta
Peningkatan Jumlah RTH
Pengelolaan Sampah (0.200)
memiliki nilai lebih penting karena
peningkatan RTH lebih efisien dan efektif
dalam peningkatan jumlah ruang terbuka
hijau di bandingkan dengan pembentukan
Desa/Kampung hijau. Peningkatan Jumlah
RTH yang telah di jalankan Program
P2KH adalah Pembuatan Taman Kota,
Jalur hijau jalan, Median Jalan, dan
Pengelolaan Lapangan Olahraga. Gambar 4.59, Matriks pairwise comparison
Sedangkan untuk Program Desa/Kampung Aspek Ekonomis
hijau di Kota Kotamobagu sudah terdapat
2 (dua) Desa/Kampung Hijau yaitu Desa Manfaat pada Lokasi berdagang
Poyowa Besar dan Motoboy Besar. dianggap lebih penting dibandingkan
Namun pengelolaan tidak berjalan secara Pengelolaan Sampah. Hal ini Karena
simultan sesuai kriteria P2KH lokasi berdagang yang di Tempati pada
Taman-Taman Kota, Lapangan Olahraga,

122
dan Jalur hijau jalan dirasakan lebih  Aspek Green Community
memenuhi kebutuhan para pedagang. Sosialisasi Kota Hijau,
Sedangkan Manfaat Pengelolaan Sampah Desa/kampung hijau, dan kegiatan
belum terlalu di minati masyarakat karena penanaman telah di laksanakan
kebanyakan masyarakat Kota Pemerintah kota. Sosialisasi kota hijau
Kotamobagu belum Memahami secara terakhir di lakukan pada tahun 2013.
mendalam tentang cara Mengelola sampah Desa/kampung hijau sejauh ini Kota
menjadi Pupuk organic yang dapat Kotamobagu mempunyai 2 desa yang
digunakan pada media-media tanaman mengikuti Program tersebut yaitu Desa
sebagai elemen pengisi ruang terbuka Poyowa Besar dan Motoboy Besar.
hijau. Namun pengelolaan pada Desa/Kampung
Hasil penelitian Dari Ketiga hijau tidak berjalan secara simultan sesuai
aspek-aspek yang diolah melalui analisis kriteria P2KH, dimana kedua desa ini
AHP, yakni Ekologis, Sosial, dan hanya terfokuskan pada pada Kebersihan
Ekonomis, Menghasilkan Bahwa Aspek Desa saja. Untuk Program penanaman
Green Open Space (Ruang terbuka hijau) pohon serentak di laksanakan dengan
lebih dominan atau memiliki nilai Program Penanaman Pohon (green open
tertinggi dibandingkan dengan Aspek space).
Green Community (Komunitas hijau). Dari hasil Evaluasi, Aspek Green
Community (Peningkatan peran
Kebijakan Pemerintah Dalam masyarakat sebagai komunitas hijau)
Pengembangan Program P2KH belum sesuai standar yang di tentukan.
Kurangnya sosialisasi yang di lakukan
 Aspek Green open space pemerintah membuat Program Green
Dilihat dari kondisi eksisting Community di Kota Kotamobagu berjalan
aspek Green open space di jalankan tidak sesuai standar, dimana banyak
dengan baik oleh pemerintah kota, namun masyarakat yang belum memahami secara
pengelolaan masih menjadi masalah mendalam tentang cara mengelola sampah
utama, total 2(dua) Taman Kota yang di menjadi Pupuk organik yang dapat
bangun yakni Taman kota Pobundayan digunakan pada media-media tanaman
dan Taman kota Gelora ambang, namun sebagai elemen pengisi ruang terbuka
kurang baiknya pengelolaan membuat hijau., selain itu Program Desa/kampung
Taman-Taman kota yang dibangun hijau yang ada di kota kotamobagu tidak
menjadi tidak berfungsi sebagaimana menjalankan semua program yang
mestinnya. Penambahan jalur hijau jalan, harusnya dilaksanakan diantarannya
penanaman di sempadan sungai dan Pengelolaan sampah mandiri, Bank
kegiatan penanaman pohon semuanya sampah, konservasi sumber daya air
telah di laksanakan. Penanaman di melalui Biopori, Pembuatan sumur
sempadan sungai telah di laksanakan pada resapan, dan Penghijauan.
tahun 2013. Untuk pengelolaan Ruang
terbuka hijau pemerintah Kota KESIMPULAN
Kotamobagu lebih terfokus pada
pembangunan fasilitas-fasilitas lapangan 1.
olahraga dan Taman Kota. asil evaluasi kondisi eksisting Ruang
Dari hasil Evaluasi, Aspek Green terbuka hijau di Kota Kotamobagu
open space (Ketersediaan ruang terbuka adalah seluas 4664 ha atau 67,92%
hijau) Kota Kotamobagu telah sesuai dari luas wilayah Kota Kotamobagu
standar yang di tentukan yaitu 68,02 km2.dimana RTH Publik

123
sebanyak 38,35% dan RTH Private Ruang terbuka hijau yang ada di
29,22%. Kondisi ini sudah memenuhi sekitar tempat tinggal masing-masing.

Standar dimana dalam Undang-Undang 2. Program Pengembangan Kota hijau


(UU) Nomor 26 Tahun 2007 tentang harus terus di lanjutkan dan di
penataan ruang mensyaratkan ruang kembangkan, selain itu diharapkan
terbuka hijau pada wilayah kota paling keaktifan dari Pemerintah dalam
sedikit 30% dari luas wilayah kota. melakukan sosialisasi kembali tentang
Program Pengembangan kota hijau
2. (P2KH) agar H masyarakat Kota
asil identifikasi dapat di lihat Program Kotamobagu bisa lebih memahami
Pengembangan Kota hijau di kota kriteria-kriteria apa saja yang ada
Kotamobagu sudah di jalankan pada Program pengembangan kota
dengan baik oleh pemerintah kota, hijau (P2KH).
dimana Aspek Green open space telah
menjalankan 5 Program dan Aspek DAFTAR PUSTAKA
Green Community telah menjalankan
3 Program. namun pengelolaan masih Anonym.Direktorat Jendral Penataan
menjadi masalah utama. Beberapa Ruang Departemen Pekerjaan
Taman Kota yang di bangun masi Umum. 2006. Ruang terbuka
tidak jelas status kepemilikannya hijau sebagai Unsur Utama Tata
sehingga kondisi Taman-taman kota Ruang Kota. 320 hal
yang di bangun tidak terawat dan
tidak berfungsi sebagaimana Anonym. Kementrian Pekerjaan Umum
mestinnya, Komunitas hijau yang ada Direktorat jendral penataan
di Kota Kotamobagu sudah tidak aktif ruang. 2014. JUKNIS Petunjuk
lagi, Pemerintah kota sudah tidak aktif Teknis P2KH 2014. Kementrian
lagi dalam melakukan sosialisasi Pekerjaan Umum. Hal 58
kepada masyarakat. Selain itu
pengelolaan pada Desa/Kampung Anonym.Pemerintah Kota Kotamobagu.
hijau yang menjadi salah satu 2012. Rencana Aksi Kota Hijau.
Program utama dari aspek Green Bappeda Kota Kotamobagu. Hal
Community tidak berjalan secara 44
simultan sesuai kriteria P2KH.
Anonym.Undang-undang Republik
SARAN Indonesia Nomor 26 Tahun
1.
2007. Tentang Penataann
R
Ruang. 2007. BP. Fajar
uang terbuka hijau di Kota Pustaka Mandiri-Jakarta. 274
Kotamobagu sudah memenuhi standar hal.
67,92% dari luas wilayah Kota
Kotamobagu yaitu 68,02 km2. Untuk Anonym. Rencana tata ruang wilayah
menjaga dan mempertahankan Ruang
terbuka hijau di Kota Kotamobagu Kota Kotamobagu 2014-
agar tetap memenuhi standar yang di 2034. Pemerintah Kota
tentukan, di harapkan kesadaran dari
Pemerintah dan juga masyarakat Kotamobagu
untuk tetap menjaga elemen-elemen

124
Saragih L. 2015 Langkah-langkah
perhitungan manual AHP
(Analytical Hierarchy Process).

125

Anda mungkin juga menyukai