Anda di halaman 1dari 248

BAB 1.

PENDAHULUAN
Rencana Induk Transportasi Perkotaan Pada Kawasan Perkotaan Mebidang dan Sekitarnya

BAB I. PENDAHULUAN

1.1. LATAR BELAKANG


1.1.1. Gambaran Umum
Penanganan transportasi perkotaan mempunyai perbedaan dengan penanganan transportasi
antar kota, karena keduanya mempunyai karakteristik yang spesifik. Adanya perbedaan akhir
karakteristik transportasi antar kota dengan karakteristik transportasi perkotaan merupakan
pertimbangan utama perlunya transportasi perkotaan dikelola secara khusus.
Titik sentral transportasi perkotaan di masa mendatang adalah bagaimana melakukan
integrasi yang bermakna:
a.

Memadukan pemikiran dan aksi lintas semua kebijakan sektor terkait dan pada
semua tingkatan pembuatan keputusan;

b.

Semua kebijakan terkait transportasi bersinergi menuju kualitas hidup yang lebih
baik;

c.

Kebijakan lokal dan regional tetap seirama dengan Kebijakan Nasional;

d.

Memastikan sektor publik (masyarakat dan pemerintah) dan swasta saling


bekerjasama.

Dengan demikian diharapkan ke depan akan didapatkan suatu sistem transportasi yang
efektif, ramah lingkungan, handal dan memegang peranan vital dalam meningkatkan kualitas
hidup bagi seluruh masyarakat.
Tantangan transportasi perkotaan ke depan adalah transportasi jalan akan tumbuh dua kali
lipat dalam dua puluh tahun ke depan, meningkatnya kemecetan dan polusi udara.
Berbagai permasalahan transportasi perkotaan tidak dapat diselesaikan oleh satu pihak
manapun, bahkan oleh pemerintah saja. Pemerintah memiliki peranan kunci dalam
pemecahan masalah transportasi perkotaan, namun masyarakat, pelaku bisnis, pengusaha
transportasi dan pengguna jalan mampu memberikan sumbangan berarti dalam pemecahan
masalah transportasi perkotaan.

Bab 1 1

BAB 1. PENDAHULUAN
Rencana Induk Transportasi Perkotaan Pada Kawasan Perkotaan Mebidang dan Sekitarnya

1.1.2. Alasan Kegiatan Dilaksanakan


Beberapa kondisi menuntut perlunya suatu Bantuan Teknis Penyusunan Rencana Induk
Transportasi Perkotaan Pada Kawasan Perkotaan Mebidang (Medan, Binjai, Deli Serdang)
dan Sekitarnya. Kondisi dimaksud meliputi :
1)

Pertumbuhan penduduk, ekonomi dan tingkat pendapatan akan secara dramatis


mempengaruhi jumlah kepemilikan kendaraan dan tingkat permintaan perjalanan;

2)

Hampir semua kota-kota mempunyai struktur tradisional yaitu tumbuh dari struktur
pedesaan, dimana tidak akan dapat menjawab kebutuhan dimasa mendatang;

3)

Struktur institusi yang ada tidak dirancang untuk melayani kompleksitas interaksi
yang dibutuhkan pada tingkat perkotaan dan untuk keterpaduan dalam mengantisipasi
masalah yang timbul;

4)

Kebutuhan pendanaan untuk infrastruktur transportasi perkotaan diseluruh kota


Indonesia termasuk pengaturan anggaran dan dana yang diperlukan.

1.2. KEGIATAN YANG AKAN DILAKSANAKAN


Ruang lingkup pekerjaan Penyusunan Rencana Induk Transportasi Perkotaan pada Kawasan
Perkotaan Mebidang dan Sekitarnya adalah:
1) Melakukan inventarisasi dan kajian terhadap dokumen-dokumen, referensi maupun
studi-studi terdahulu yang berkaitan dengan studi ini;
2) Melakukan studi pustaka berkaitan dengan bidang pengembangan jaringan
transportasi, kajian dan analisis terhadap studi-studi yang berhubungan dengan tata
cara pengembangan jaringan transportasi, peraturan-peraturan maupun pedomanpedoman yang berkaitan dengan perencanaan pelayanan jaringan secara terpadu;
3) Melakukan inventarisasi terhadap jaringan transportasi yang ada di kawasan
Perkotaan Mebidang dan Sekitarnya;
4) Melakukan inventarisasi terhadap jaringan pelayanan angkutan umum di kawasan
Perkotaan Mebidang dan Sekitarnya;
5) Melakukan survai kinerja jaringan transportasi transportasi yang ada di kawasan
Perkotaan Mebidang dan Sekitarnya;
6) Melakukan survai tataguna lahan berkaitan dengan pola-pola kegiatan yang
mempengaruhi jaringan transportasi;
7) Melakukan Pemodelan transportasi untuk kawasan Perkotaan Mebidang dan
Sekitarnya;
Bab 1 2

BAB 1. PENDAHULUAN
Rencana Induk Transportasi Perkotaan Pada Kawasan Perkotaan Mebidang dan Sekitarnya

8) Melakukan koordinasi dan komunikasi secara terus menerus dengan daerah yang
dijadikan lokasi studi;
9) Merekomendasikan tahapan pengembangan jaringan transportasi di kawasan
Perkotaan Mebidang dan Sekitarnya;
10) Memperkirakan perpindahan orang dan/atau barang menurut asal tujuan perjalanan di
kawasan Perkotaan Mebidang dan Sekitarnya;
11) Menyusun arah dan kebijakan perananan transportasi dalam keseluruhan moda
transportasi di kawasan Perkotaan Mebidang dan Sekitarnya;
12) Menyusun rencana lokasi dan kebutuhan simpul di kawasan Perkotaan Mebidang dan
Sekitarnya;
13) Menyusun recana kebutuhan ruang lalu lintas di kawasan Perkotaan Mebidang dan
Sekitarnya;
14) Menyusun Rencana Induk Transportasi Perkotaan pada Kawasan Perkotaan Mebidang
dan Sekitarnya;
15) Menyusun arah kebijakan dan langkah-langkah kebijakan pengembangan transportasi
di kawasan Perkotaan Mebidang dan Sekitarnya;
16) Merealisasikan adanya keterpaduan akhir sistem jaringan jalan dengan tata guna lahan
yang ada;
17) Melakukan optimalisasi terhadap penggunaan sistem jaringan yang ada terhadap
kondisi transportasi yang ada dan alternatif yang akan dikembangkan;
18) Menyusun rencana pengembangan jaringan transportasi terhadap penyebaran kegiatan
di Kawasan Perkotaan Mebidang dan Sekitarnya;
19) Melakukan penyusunan jaringan lintas angkutan barang di Kawasan Perkotaan
Mebidang dan Sekitarnya;
20) Menyusun Draft Peraturan Gubernur tentang Rencana Induk Transportasi Perkotaan
pada Kawasan Perkotaan Mebidang dan Sekitarnya;
1.3. MAKSUD DAN TUJUAN
1.3.1. Maksud Kegiatan
Maksud dari pekerjaan Penyusunan Rencana Induk Transportasi Perkotaan pada Kawasan
Perkotaan Mebidang dan Sekitarnya adalah :
1) Mengembangkan jaringan transportasi terhadap penyebaran kegiatan di kota kota
sekelilingnya, berdasarkan kajian atas peraturan perundang-undangan, referensi dan
Bab 1 3

BAB 1. PENDAHULUAN
Rencana Induk Transportasi Perkotaan Pada Kawasan Perkotaan Mebidang dan Sekitarnya

melakukan Penyusunan Rencana Induk Transportasi Perkotaan pada Kawasan


Perkotaan Mebidang dan Sekitarnya;
2) Terwujudnya Rencana Induk Transportasi Perkotaan pada Kawasan Perkotaan
Mebidang dan Sekitarnya.
1.3.2. Tujuan Kegiatan
Tujuan dari kegiatan Bantuan Teknis Penyusunan Rencana Induk Transportasi Perkotaan
Pada Kawasan Perkotaan Mebidang dan Sekitarnya adalah:
1). Membuat Rencana Induk Transportasi Perkotaan pada Kawasan Perkotaan Mebidang
dan Sekitarnya, agar menjadi acuan pembangunan dan pengembangan Jaringan
Transportasi Perkotaan Pada Kawasan Perkotaan Mebidang dan Sekitarnya;
2). Adanya suatu tahapan tahapan perencanaan dan pembangunan jangka pendek,
menengah dan panjang untuk pembangunan dan pengembangan Jaringan Transportasi
Perkotaan Pada Kawasan Perkotaan Mebidang dan Sekitarnya.
1.4. INDIKATOR KELUARAN DAN KELUARAN
1.4.1. Indikator Keluaran (Kualitatif)
Pada akhir kegiatan studi ini diharapkan hasil keluaran kualitatif berupa:
1) Data-data tentang jaringan transportasi, jaringan pelayanan angkutan umum, kinerja
jaringan transportasi dan tata guna lahan di kawasan Perkotaan Mebidang dan
Sekitarnya;
2) Hasil pemodelan di kawasan Perkotaan Mebidang dan Sekitarnya;
3) Tahapan Pengembangan Jaringan Transportasi di kawasan Perkotaan Mebidang dan
Sekitarnya;
4) Perkiraan perpindahan orang dan/atau barang menurut asal tujuan perjalanan di
kawasan Perkotaan Mebidang dan Sekitarnya;
5) Arah dan kebijakan perananan transportasi dalam keseluruhan moda transportasi di
kawasan Perkotaan Mebidang dan Sekitarnya;
6) Rencana lokasi dan kebutuhan simpul di kawasan Perkotaan Mebidang dan
Sekitarnya;
7) Recana kebutuhan ruang lalu lintas di kawasan Perkotaan Mebidang dan Sekitarnya;
8) Rencana pengembangan jaringan transportasi termasuk pengembangan jaringan
angkutan umum terhadap penyebaran kegiatan di Kawasan Perkotaan Mebidang dan
Sekitarnya;
Bab 1 4

BAB 1. PENDAHULUAN
Rencana Induk Transportasi Perkotaan Pada Kawasan Perkotaan Mebidang dan Sekitarnya

9) Penyusunan jaringan lintas angkutan barang di Kawasan Perkotaan Mebidang dan


Sekitarnya;
10) Arah kebijakan dan langkah-langkah kebijakan pengembangan transportasi di
kawasan Perkotaan Mebidang dan Sekitarnya;
11) Optimalisasi terhadap penggunaan sistem jaringan yang ada terhadap kondisi
transportasi yang ada dan alternatif yang akan dikembangkan;
12) Rencana aksi terdiri dari kegiatan, waktu pelaksanaan dan perkiraan pembiayaan.
1.4.2. Keluaran (Kuantitatif)
Pada akhir kegiatan studi ini diharapkan hasil keluaran kuantitatif berupa:
1) Naskah Akademis Rencana Induk Transportasi Perkotaan pada Kawasan Perkotaan
Mebidang dan Sekitarnya;
2) Draft Peraturan Gubernur tentang Rencana Induk Transportasi Perkotaan pada
Kawasan Perkotaan Mebidang dan Sekitarnya.

Bab 1 5

BAB 1. PENDAHULUAN
Rencana Induk Transportasi Perkotaan Pada Kawasan Perkotaan Mebidang dan Sekitarnya

1.5. LOKASI PEKERJAAN


Lokasi pekerjaan dapat dilihat pada gambar 1.1. di bawah ini :

Gambar 1.1. Lokasi Pekerjaan Penyusunan Rencana Induk Transportasi Perkotaan pada
Kawasan Perkotaan Mebidang dan Sekitarnya

Bab 1 6

BAB 2. METODOLOGI
Rencana Induk Transportasi Perkotaan Pada Kawasan Perkotaan Mebidang dan Sekitarnya

BAB II. METODOLOGI

2.1. UMUM
Untuk memenuhi target waktu dan substansi yang disyaratkan, maka kegiatan dalam studi ini
dapat dilihat pada Gambar 2.1. Secara umum tahapan pelaksanaan pekerjaan studi ini terdiri
dari: Tahap Persiapan, Tahap Pengumpulan Data, Tahap Analisis dan Perencanaan, dan
Tahap Finalisasi.
Penyusunan tahapan pekerjaan ini disesuaikan dengan kebutuhan pelaporan dalam studi ini,
di mana tujuan dari setiap tahapan adalah sebagai berikut :
Tahap Persiapan : ditujukan untuk menyelesaikan masalah administrasi dan menyiapkan
kerangka pelaksanaan studi berupa persiapan survai, kajian literature, dan pengenalan awal
wilayah studi. Hasil Tahap Persiapan ini akan disampaikan pada Laporan Pendahuluan.
Tahap Pengumpulan Data : ditujukan untuk memperoleh data sekunder maupun primer yang
dibutuhkan dalam kegiatan analisis dan penyusunan Studi Perencanaan dan Pengembangan
Sistem Jaringan Transportasi Perkotaan Mebidang. Hasil pengumpulan data dan analisis
awalnya akan disampaikan pada Laporan Antara.
Tahap Analisis dan Perencanaan : ditujukan untuk memperoleh konsep perencanaan dan
pengembangan jaringan transportasi

Perkotaan Mebidang

yang diperlukan untuk

mengimbangi permintaan perjalanan dan mendorong perekonomian wilayah dan nasional.


Hasil tahap analisis dan perencanaan ini akan disampaikan pada Laporan Akhir Sementara.
Tahap Finalisasi Studi : ditujukan untuk melengkapi laporan studi sesuai dengan hasil diskusi
dengan pihak pemberi kerja dan masukan dari berbagai instansi untuk dijadikan hasil akhir
dari studi ini. Hasil Tahap Finalisasi Studi ini akan disampaikan pada Laporan Akhir.

Bab 2 - 1

BAB 2. METODOLOGI
Rencana Induk Transportasi Perkotaan Pada Kawasan Perkotaan Mebidang dan Sekitarnya
Persiapan

Identifikasi Peraturan dan Studi


Terdahulu
-

RTRW Provinsi
RTRW Perkotaan Mebidang
Undang-Undang Yang Berlaku
Studi yang terkait lainnya

Survai Primer

Survai Sekunder

Survai Wawancara

- Perhitungan Volume Lalu Lintas di


Jalan
- Survei naik turun Penumpang di
Trayek-trayek utama
- Survei biaya operasi kendaraan
- Survei pengamatan ke terminal

- Kondisi tata ruang eksisting


- Kondisi sosio ekonomi di
masing-masing tata ruang
- Perencanaan wilayah dan
RTRWN dan Renstra Wilayah
- Peraturan terkait dan
Pengembangan Kewilayahan

Wawancara terbatas ke stakeholder


terkait :

Analisis Permintaan
Perjalanan dan Tata Ruang
- Identifikasi pusat-pusat kegiatan
- Identifikasi simpul-simpul
transportasi penting

- BAPPEDA
- Dishub Prop./Kab./Kota
- Dinas PU/Bina Marga

Evaluasi Kondisi
Prasarana/Pelayanan
Transportasi Eksisting

- Kondisi jaringan prasarana


- Kondisi jaringan prasarana KA
- Kondisi jaringan pelayanan
angkutan umum

Analisis Perencanaan
Transportasi

- Analisis Jaringan Transportasi


- Analisis Simpul-Lintas strategis dan
Penentuan Hirarki Jaringan
Transportasi
- Analisis Pengembangan Prasarana
Transportasi
- Analisis Peran Antar Moda
- Analisis Kelembagaan-Pengusahaan

Laporan Antara

Diskusi dan Pengarahan


Mobilisasi Alat Survai
Penentuan Titik Survai
Persiapan Form Survai

- Kondisi jaringan prasarana dan


pelayanan
- Kondisi Angkutan Umum
- Rencana Pengembangan
- Pemahaman kondisi kewilayahan
dan interaksi spasial

Penyusunan Rencana Induk


Transportasi Perkotaan di
Kawasan Perkotaan Mebidang
dan Sekitarnya

Draft Laporan Akhir

Pengenalan Wilayah Study

- Visi dsn Misi


- Kebijakan
- Program Aksi dan Pentahapan

Finalisasi Studi

Data Sistem

Persiapan dan Penanganan


Survai

Lap. Pendahuluan

- Administrasi dan personel


- Pemanfaatan metodologi dan rencana kerja
- Kajian data sekunder, peraturan terkait dan
studi terdahulu

- Penyempurnaan Laporan
- Pembuatan Resume Studi

Gambar 2.1. Bagan Alir Pelaksanaan Studi


Selain alur pelaksanaan pekerjaan yang disampaikan pada Gambar 2.1. alur pemikiran secara
metodologis untuk menyelesaikan pekerjaan perlu juga disusun untuk menterjemahkan
keterkaitan antara beberapa variabel yang digunakan untuk menyusun Rencana Induk

Bab 2 - 2

BAB 2. METODOLOGI
Rencana Induk Transportasi Perkotaan Pada Kawasan Perkotaan Mebidang dan Sekitarnya

Transportasi Perkotaan Pada Kawasan Perkotaan Mebidang dan Sekitarnya. Gambar 2.2.
menyampaikan metodologi teknis yang digunakan dalam studi ini.

Jaringan transportasi
Sosio-ekonomi
dan kependudukan

Tata ruang wilayah

KALIBRASI MODEL

Spesifikasi variabel

KONDISI EKSISTING

Model sistem jaringan

Model permintaan perjalanan

Model sistem zona

KONSEP DAN
PENGEMBANGAN

RTRWN/P/K, Renstra

Pola tata ruang & simpul


masa datang

Perundangan (LLAJ, OTDA,


RTRWN, dll)

SKENARIO & PREDIKSI


(SCENARIO & FORECASTING)

Prediksi permintaan
perjalanan masa datang

Review

RENCANA DAN
KEBIJAKAN

SISTRANAS/WIL,
RUJTJN, Renstra

Konsep pengembangan
rencana induk transportasi

Alternatif pengembangan
rencana induk transportasi

REKOMENDASI
(RECOMMENDATION)

EVALUASI/ANALISIS
KINERJA

Prioritas program

Efisiensi kinerja

Indikator lalulintas

Kebijakan pendukung

Efektifitas kinerja

Indikator ekonomi

Gambar 2.2

SIMULASI KINERJA
JARINGAN

Metodologi Teknis Pelaksanaan Pekerjaan

Secara teknis metodologi yang dikembangkan akan mengaitkan antara variabel sistem
transportasi dan tata ruang wilayah ke dalam bentuk model. Model yang digunakan adalah
model perencanaan transportasi empat tahap. Kalibrasi model dilakukan dengan
menggunakan data kondisi jaringan transportasi, sosio-ekonomi dan kependudukan, serta
pola tata ruang eksisting di Perkotaan Mebidang dan sekitarnya. Dari hasil kalibrasi
diperoleh beberapa model yang diperlukan untuk memprediksi permintaan perjalanan dan
kinerja sistem transportasi dimasa datang.
Prediksi pola tata ruang di masa datang dilakukan dengan menggunakan data rencana tata
ruang wilayah (RTRW) yang diperoleh dari dokumen yang ada (RTRWN, RTRWP,
RTRWK) serta wawancara dengan pihak terkait. Sedangkan konsep pengembangan sistem

Bab 2 - 3

BAB 2. METODOLOGI
Rencana Induk Transportasi Perkotaan Pada Kawasan Perkotaan Mebidang dan Sekitarnya

transportasi yang berisi konsep jaringan, indikator kinerja jaringan, dan standar penyediaan
sarana dan prasarana transportasi diperoleh dari sejumlah peraturan terkait, rencana dalam
SISTRANAS dan rencana-rencana pengembangan dari daerah. Konsep dan pola
pengembangan ini akan menjadi masukan dalam mengembangkan alternatif jaringan
transportasi jalan yang akan dipilih.
Seperti diketahui, pengembangan suatu sistem akan sangat dipengaruhi oleh sejumlah
outstanding issues dalam lingkungan strategis yang melingkupinya. Pada dasarnya
kebutuhan untuk mengembangkan jaringan transportasi multi-moda di

Indonesia

dilatarbelakangi oleh beberapa outstanding issues berikut :


a. Globalisasi dan Tuntutan Efisiensi Transportasi
b. Konteks Kewilayahan Indonesia sebagai Negara Kepulauan
c. Kebijakan Otonomi Daerah
d. Liberalisasi Sektor Transportasi
e. Relevansi Blue Print SISTRANAS terhadap Transportasi Multimoda
2.1.1 TAHAP I : Persiapan
Di dalam tahap persiapan ini dilakukan beberapa kegiatan sebagai awal (inisialisasi) dari
seluruh rangkaian kegiatan yang direncanakan. Hasil tahap persiapan ini akan sangat
mempengaruhi proses yang dilakukan dalam tahap-tahap selanjutnya.
Secara umum terdapat 4 kegiatan utama di dalam tahap persiapan ini, yakni :
(1)

Pemantapan metodologi, maksud dari kegiatan ini adalah :


a.

Merencanakan secara lebih detail tahap-tahap pelaksanaan kegiatan berikutnya,


untuk mengefisienkan penggunaan waktu dan sumber daya.

b.

Menentapkan metoda pemodelan dan analisis yang akan digunakan, hal ini penting
untuk ditetapkan karena akan mempengaruhi kebutuhan data, penyediaan waktu
analisis, dan kualitas hasil penelitian secara keseluruhan.

(2)

Studi literatur yang berguna untuk :


a.

Menelaah sejumlah metoda pelaksanaan studi sistem jaringan transportasi jalan


terpadu yang pernah dilakukan di beberapa lokasi kajian yang berbeda.

b.

Memaksimalkan kemungkinan penggunaan data dan model yang pernah


dikembangkan di wilayah studi yang sejenis untuk memperkaya bahasan dan
validasi dari model yang dikembangkan dalam penelitian ini.

(3)

Review peraturan terkait yang bermanfaat untuk :

Bab 2 - 4

BAB 2. METODOLOGI
Rencana Induk Transportasi Perkotaan Pada Kawasan Perkotaan Mebidang dan Sekitarnya

a.

Menyusun konsep pengembangan Rencana Induk Transportasi Perkotaan


Pada Kawasan Perkotaan Mebidang dan Sekitarnya yang disesuaikan dan
dipadukan dengan konsep yang ada di dalam RTRWN, SISTRANAS, Konsep
RUJTJ versi UU No. 22 Tahun 2009, dan kebijakan pengembangan sistem
transportasi lainnya.

b.

Mengetahui recana tata ruang baik dalam skala nasional (RTRWN), Provinsi
(RTRWP), maupun Kabupaten/Kota (RTRWK) sebagai masukan dalam
pengembangan konsep jaringan jalan, model analisis dan pengembangan alternatif
sistem jaringan jalan yang akan dianalisis lebih lanjut.

c.

Menyusun sejumlah indikator penilaian kinerja sistem transportasi jalan sebagai


langkah untuk mengevaluasi kondisi eksisting dan permasalahannya, indikasi
tujuan

yang diinginkan,

dan

kinerja

dari

alternatif

perencanaan

yang

dikembangkan.
(4)

Identifikasi awal kondisi dan problem pada sistem jaringan transportasi jalan yang ada
di wilayah Perkotaan Mebidang dan sekitarnya, baik dari masalah perencanaan,
operasional, maupun pendanaannya.

2.1.2 TAHAP II: Pengumpulan Data


Pada tahap ini akan dilakukan pengumpulan data, baik data dari sumber sekunder (instansi
terkait) maupun data primer yang diperoleh dari survai di lapangan. Pada dasarnya
pengumpulan data diusahakan semaksimal mungkin dari data sekunder, di mana pelaksanaan
survai primer hanya dilakukan untuk melengkapi dan memperbarui data-data yang ada.
Persiapan Survai
Persiapan survai ini dilakukan untuk merencanakan secara detail pelaksanaan survai yang
berkaitan dengan:
(1)

Pemilihan metoda survai

(2)

Penyiapan formulir survai sesuai dengan metoda survai yang digunakan

(3)

Penyiapan sumber daya survai dan penyusunan jadwal pelaksanaan survai

(4)

Penentuan jumlah sampling

Bab 2 - 5

BAB 2. METODOLOGI
Rencana Induk Transportasi Perkotaan Pada Kawasan Perkotaan Mebidang dan Sekitarnya

Kebutuhan Data
Secara umum data yang dibutuhkan dapat digolongkan dalam 3 kategori yakni data untuk
menyusun konsep jaringan transportasi jalan, memodelkan sistem jaringan transportasi jalan,
dan data untuk menyusun kebijakan pengembangan jaringan transportasi di Kawasan
Perkotaan Mebidang dan sekitarnya.
Data yang digunakan untuk memodelkan sistem jaringan transportasi di Kawasan Perkotaan
Mebidang terdiri dari :
(1) Data sosio-ekonomi, yang meliputi data jumlah dan penyebaran penduduk, tingkat
pendidikan, jumlah dan penyebaran tenaga kerja, PDRB dan PDRB perkapita, output
(produksi) dari kegiatan ekonomi, dan data terkait lainnya yang disusun menurut
Kecamatan.
(2) Data tata ruang, yang meliputi data penggunaan lahan per jenis kegiatan, pola
penyebaran lokasi kegiatan, besaran penggunaan ruang dan pola kegiatannya.
(3) Data lalulintas, yang merangkum karakteristik perjalanan di daerah yang akan di
studi. Data tersebut meliputi kecepatan, volume lalu lintas, waktu perjalanan,
hambatan lalu lintas, data kecelakaan lalu lintas, asal-tujuan perjalanan, dan rute
pelayanan utama.
(4) Data Jaringan Transportasi, yang merangkum data mengenai kondisi dan tingkat
pelayanan jaringan transportasi yang berada di dalam daerah studi, baik ruas maupun
simpul pada moda transportasi yang dioperasikan ( jalan, sungai dan udara).
Sedangkan data yang diperlukan untuk meramalkan pola pengembangan sistem jaringan
transportasi jalan di Perkotaan Mebidang di masa datang, antara lain terdiri dari :
(1) Rencana pengembangan atau tata ruang wilayah (RTRW) baik di level Nasional,
Provinsi, maupun Kabupaten/Kota, khususnya besaran-besaran teknis yang dapat
digunakan untuk memprediksi kebutuhan perjalanan dan kebutuhan sarana serta
prasarana transportasi untuk mendukung pelaksanaannya.
(2) Konsep dan besaran teknis dari sejumlah rencana pengembangan sistem transportasi
di Perkotaan Mebidang dari beberapa sumber studi terdahulu untuk kemudian
dikembangkan lebih lanjut sebagai alternatif skenario.
Dan data untuk menyusun konsep jaringan serta menyusun program pengembangan jaringan
transportasi jalan di Perkotaan Mebidang meliputi :

Bab 2 - 6

BAB 2. METODOLOGI
Rencana Induk Transportasi Perkotaan Pada Kawasan Perkotaan Mebidang dan Sekitarnya

(1) Data persepsi stakeholders mengenai kriteria perencanaan jaringan transportasi jalan
sebagai dasar untuk mengembangkan model analisis multi kriteria dalam penyusunan
program
(2) Konsep jaringan transportasi jalan nasional dalam perundangan maupun dokumen
perencanaan terkait
Kebutuhan, sumber, dan kegunaan dari data untuk pekerjaan ini dirangkum dalam tabel
berikut ini :
Tabel 2.1 Kebutuhan, Sumber dan Kegunaan Data
NO
1

JENIS DATA
Sosio-ekonomi
1.a Populasi dan Employment
1.b ekonomi (PDRB, produksi, dll)
1.c Fisik dan administrasi

SUMBER DATA
- Statistik Indonesia
(BPS)

KEGUNAAN DATA
- Identifikasi potensi dan kendala
pengembangan wilayah

- Wilayah dalam Angka - Kalibrasi model sistem zona dan


(BPS)

Jaringan jalan

- Dinas Bina Marga

2.a Kondisi fisik ruas jalan

- Depkimpraswil

2.b Lalulintas ruas jalan

- IRMS

2.c Hirarki jalan

- Survai primer

Terminal (angkutan umum/barang):

- Dephub

3.a Lokasi dan kondisi fisik

- Dishub Prop.

3.b Operasional

- Statistik Perhubungan

permintaan perjalanan
- Identifikasi dan prediksi masalah
serta alternatif solusi
- Penyusunan data base model
jaringan jalan
- Identifikasi dan prediksi masalah
serta alternatif solusi
- Penyusunan data base model
jaringan angkutan umum/barang

Bandar Udara

- Dephub

4.a Lokasi dan kondisi fisik

- Dishub Prop.

4.b Operasional

- Statistik Perhubungan

- Identifikasi dan prediksi masalah


serta alternatif solusi
- Penyusunan data base analisis
angkutan udara

Pelabuhan

- Dephub

5.a Lokasi dan kondisi fisik

- Dishub Prop.

5.b Operasional

- Statistik Perhubungan

- Identifikasi dan prediksi masalah


serta alternatif solusi
- Penyusunan data base analisis
angkutan sungai

Tata ruang eksisting:


6.a Penggunaan ruang
6.b Pola dan intensitas kegiatan

- RTRWN, RTRWP,
RTRWK
- Wilayah dalam angka
(BPS)

Rencana tata ruang mendatang:

- RTRWN, RTRWP,

- Identifikasi potensi dan kendala


pengembangan wilayah
- Kalibrasi model sistem zona dan
permintaan perjalanan
- Prediksi pola dan skala

Bab 2 - 7

BAB 2. METODOLOGI
Rencana Induk Transportasi Perkotaan Pada Kawasan Perkotaan Mebidang dan Sekitarnya

NO

JENIS DATA
7.a Kawasan andalan
7.b Core Business

SUMBER DATA
RTRWK
- Wawancara

KEGUNAAN DATA
perkembangan wilayah
- Prediksi besar dan pola permintaan
perjalanan

7.c Hirarki kota dan fungsi

- Prediksi kebutuhan jaringan


8

Usulan pengembangan sistem

- Wawancara

- Masukan model simulasi skenario

transportasi:

- Studi terdahulu

8.a Lokasi dan jenis usulan

- Dokumen perencanaan - Prediksi pola jaringan transportasi

pengembangan jaringan

8.b Konteks usulan


9

Kriteria pengembangan jaringan

- SISTRANAS, RUJTJ

transportasi:

- Dokumen kebijakan

9.a Variabel indikator kinerja


9.b Nilai variabel

instansi terkait

- Masukan analisis penilaian kinerja


alternatif jaringan
- Penyusunan rekomendasi

- Wawancara

Metoda Pengumpulan Data


Pengumpulan data dilakukan dengan dua cara yakni survai sekunder dan survai primer.
Adapun metoda pelaksanaan survai tersebut dijelaskan sebagai berikut :
1.

Survai Sekunder
Survai sekunder dilakukan dengan mendatangi instansi terkait untuk meminta sejumlah
dokumentasi data dari institusi pengelola sistem transportasi, perencana tata ruang, dan
sejumlah instansi lain yang dapat menyediakan data yang berkaitan dengan pelaksanaan
studi. Data sekunder ini khususnya berupa data kondisi eksisting sosio-ekonomi,
penyediaan jaringan transportasi, penggunaan ruang di wilayah studi.

2.

Survai Primer
Survai primer dilakukan dengan pengamatan/penghitungan/wawancara langsung,
khususnya yang berkaitan dengan pemodelan dan unjuk kinerja/operasi sistem
transportasi dan rencana pengembangan tata ruang di masa datang. Data primer yang
berkaitan dengan model transportasi umumnya diperoleh dari pengamatan/pencacahan
langsung di lapangan; data tersebut antara lain data volume lalu lintas, asal tujuan
perjalanan, kondisi dan operasi terminal bus, angkutan barang, bandar udara, serta
kondisi dan operasi pelabuhan sungai dan penyeberangan. Sedangkan data primer lain
dari hasil wawancara diperlukan khususnya untuk menangkap aspirasi daerah dalam
mengembangkan tata ruang, perekonomian, dan sistem transportasi di daerahnya.

Bab 2 - 8

BAB 2. METODOLOGI
Rencana Induk Transportasi Perkotaan Pada Kawasan Perkotaan Mebidang dan Sekitarnya

2.1.3 TAHAP III : Analisis dan Perencanaan


Tahap ini terdiri dari beberapa bagian, yakni: analisis awal, prediksi permintaan perjalanan,
penyusunan rencana pengembangan jaringan transportasi di Perkotaan Mebidang, dan
penyusunan rekomendasi. Berikut disampaikan detail bahasan untuk setiap item yang
termasuk dalam tahapan ini.
2.1.4 Analisis Awal
Analisis awal merupakan kegiatan untuk menginterpretasi sejumlah data yang diperoleh dari
survai. Kegiatan ini dilakukan untuk :
(1) Memverifikasi kualitas dan jenis data yang diperoleh; sebagai awal untuk
memodelkan sistem jaringan transportasi di Perkotaan Mebidang.
(2) Mengidentifikasi sejumlah permasalahan yang ada di dalam sistem transportasi di
Perkotaan Mebidang, yang dituangkan dalam bentuk numerik, uraian, atau gambar.
(3) Membentuk basis data yang operatif untuk digunakan dalam proses pemodelan dan
analisis.
(4) Melakukan

pre-analisis

untuk

membentuk

konsep

pengembangan

jaringan

transportasi di Perkotaan Mebidang.


2.1.5 Prediksi Permintaan Transportasi di Perkotaan Mebidang
Untuk menyusun Penyusunan Rencana Induk Transportasi Perkotaan Pada Kawasan
Perkotaan Mebidang dan Sekitarnya, salah satu pertimbangan adalah besarnya jumlah
permintaan perjalanan yang diprediksi akan menggunakan jaringan tersebut pada kurun
waktu mendatang. Pola permintaan perjalanan di suatu wilayah umumnya tergantung dari
skenario tata ruang (RTRW) yang akan dikembangkan dan tingkat ekonomi di wilayah
tersebut.
Untuk mengaitkan berbagai faktor pengaruh dalam interaksi transportasi umumnya
digunakan model untuk merepresentasikan kondisi saat ini dan prediksinya di masa yang
akan datang. Dalam berbagai studi umumnya digunakan model perencanaan transportasi
empat tahap, karena selain kemudahannya juga kemampuannya dalam menggambarkan
berbagai interaksi antara sistem transportasi dan tata ruang di wilayah studi. Secara umum
model ini merupakan gabungan dari beberapa seri submodel yang masing-masing harus
dilakukan secara berurutan, yakni: bangkitan perjalanan, sebaran perjalanan, pemilihan

Bab 2 - 9

BAB 2. METODOLOGI
Rencana Induk Transportasi Perkotaan Pada Kawasan Perkotaan Mebidang dan Sekitarnya

moda, pemilihan rute. Struktur umum konsep model perencanaan transportasi empat tahap
ini disajikan pada Gambar 2.3.
Data jaringan
transportasi jalan

Biaya perjalanan antar


zona (aksesibilitas)

Model bangkitan
perjalanan
Produksi perjalanan
(trip ends) per zona

Data sistem zona


wilayah studi
Karakteristik populasi
dan tata ruang zona

Model sebaran
perjalanan
MAT antar zona
Karakteristik moda

Karakteristik pelaku
perjalanan

Model pemilihan
moda perjalanan

MAT setiap moda


Karakteristik rute/ruas
Model pemilihan
rute perjalanan

Indikator lalu lintas


Model biaya ekonomi

Indikator ekonomi
Analisis Kinerja

Gambar 2.3

Bagan Alir Pemodelan Transportasi 4 Tahap

2.1.6 Hubungan Antara Sistem Transportasi dan Tata Ruang


Kebutuhan manusia akan transportasi merupakan kebutuhan turunan yang diakibatkan oleh
adanya penyebaran pola penggunaan tata ruang (spatial separation), dimana kebutuhan
manusia dan kegiatan produksi (dari awal penyediaan bahan mentah sampai pada proses
distribusinya) tidak dapat dilakukan hanya pada satu lokasi saja. Oleh karena itu selalu
dibutuhkan proses perpindahan untuk memenuhi kebutuhan tersebut yang dalam kajian
transportasi disebut sebagai perjalanan.
Pada setiap pengembangan tata ruang selalu dibutuhkan sarana dan prasarana transportasi
pendukungnya, demikian pula sebaliknya bahwa setiap pengembangan sistem transportasi
akan mempengaruhi pola pengembangan tata ruang di sekitarnya. Interaksi timbal balik
antara sistem transportasi dengan tata ruang dapat dijelaskan pada Gambar 2.4.
Bab 2 - 10

BAB 2. METODOLOGI
Rencana Induk Transportasi Perkotaan Pada Kawasan Perkotaan Mebidang dan Sekitarnya

Aktivitas
sosio-ekonomi

Tata ruang

Kebutuhan
transportasi

Arus lalu lintas


(orang/barang)
Perubahan kebijakan
& perubahan perilaku
transportasi/ekonomi

Suplai
jaringan
transportasi

Biaya
transportasi

: feed-forward
: feed-back
Gambar 2.4

Keterkaitan antara Sistem Transportasi dan Tata Ruang

2.1.7 Pendekatan Sistem Dalam Perencanaan Transportasi dan Tata Ruang


Dari hubungan antara sistem transportasi dengan tata ruang yang telah dijelaskan di atas,
maka sangatlah jelas bahwa interaksi timbal balik antara transportasi dengan tata ruang
merupakan komponen utama yang harus dianalisis dan dimodelkan dalam penyusunan
kerangka kebijakan yang efisien dan terpadu.
Proses perencanaan hubungan timbal balik tersebut harus dilakukan dan dikaji dalam
kerangka sistem, dimana perencanaan transportasi dan tata ruang harus dipadukan sehingga
mampu menghasilkan interaksi transportasi yang mendukung perekonomian masyarakat.
2.1.8 Pola Kebijakan Sistem Transportasi dan Tata Ruang di Indonesia
Kebijakan Tata Ruang
Sebagai acuan penyusunan pola pengembangan tata ruang di Indonesia, maka pemerintah
mengeluarkan kebijakan mengenai tata ruang. Kebijakan tata ruang

yang dimaksud

menjelaskan bahwa struktur dan pola ruang nasional harus mewujudkan keterpaduan,
keterkaitan, dan keseimbangan perkembangan antarwilayah serta keserasian antarsektor
seperti: kawasan pariwisata, pertanian pangan dan perkebunan, industri, pertambangan, serta
pertahanan keamanan atau perbatasan.
Dari hal di atas dapat disimpulkan bahwa secara konseptual, pembangunan di daerah
merupakan bagian integral dari pembangunan nasional dimana pembangunan daerah

Bab 2 - 11

BAB 2. METODOLOGI
Rencana Induk Transportasi Perkotaan Pada Kawasan Perkotaan Mebidang dan Sekitarnya

merupakan usaha pencapaian sasaran nasional di daerah sesuai masalah, potensi, aspirasi,
dan prioritas masyarakat daerah.
Kebijakan Sistem Transportasi
Untuk melengkapi pola kebijakan sistem transportasi dan tata ruang di Indonesia,
Departemen Perhubungan sebagai lembaga perencana dan pengelola sistem transportasi di
Indonesia mengeluarkan kebijakan mengenai Sistem Transportasi Nasional (SISTRANAS)
sebagai pendukung implementasi dari RTRWN.
Sistem Transportasi Nasional ini harus disusun dengan konsep antarmoda secara terpadu
untuk mendukung keterhubungan wilayah pada skala nasional, mengingat kondisi negara
Indonesia yang merupakan negara kepulauan. Sumber acuan dalam pengambilan kebijakan
strategi pengembangan sistem jaringan jalan yang dilakukan oleh pemerintah adalah UU No.
38 Tahun 2004 tentang jalan, sedangkan acuan bagi penetapan kebijakan sistem pergerakan
lalu lintas diatur dalam UU No. 22 Tahun 2009 tentang lalu lintas angkutan jalan.
Sistem transportasi daerah merupakan faktor penting yang mendukung perwujudan integrasi
sistem transportasi nasional. Dalam kaitannya dengan sistem transportasi regional atau
wilayah, perencanaan sistem transportasi wilayah harus diarahkan dalam usaha mendukung
RTRW di wilayah masing-masing dan tetap berada di bawah kendali kebijakan
pengembangan SISTRANAS.
Dalam perencanaan sistem jaringan transportasi yang multi-moda melalui SISTRANAS,
pusat-pusat kegiatan nasional diakomodir menjadi masukan karena penyediaan sarana dan
prasarana transportasi diharapkan mampu mendorong pengembangan kegiatan ekonomi di
wilayah-wilayah unggulan tersebut. Untuk keperluan tersebut, maka dalam kajian sistem
transportasi wilayah diperlukan juga analisis terhadap potensi di pusat-pusat kegiatan, yang
meliputi: kawasan industri, perdagangan, perumahan, pariwisata, pertanian dan perkebunan,
kehutanan, perikanan, pertambangan, serta sumber daya mineral yang semuanya dituangkan
dalam RTRWP.
Dalam rangka mewujudkan suatu sistem transportasi nasional yang terpadu maka sistem
transportasi wilayah Provinsi diharapkan dapat menjadi acuan bagi setiap pengembangan
sistem transportasi di wilayah kabupaten dan kotamadya dengan tetap mengacu pada
kebijakan penataan tata ruang yang tertuang dalam RTRWK. Selanjutnya, sistem transportasi
regional kabupaten/kotamadya harus dapat menjadi acuan dalam pengembangan sistem
transportasi pada kawasan yang lebih kecil dengan tetap mengacu pada rencana tata ruang

Bab 2 - 12

BAB 2. METODOLOGI
Rencana Induk Transportasi Perkotaan Pada Kawasan Perkotaan Mebidang dan Sekitarnya

kawasan yang dimaksud. Secara umum hubungan keterkaitan antara RTRW dan Sistem
Transportasi Regional dijelaskan pada Gambar 2.5.

Rencana Tata Ruang Nasional


(RTRWN)

Rencana Tata Ruang Wilayah


Terpadu
(Pulau/Propinsi/Kawasan)

Rencana Tata Ruang


Wilayah Kota

Sistem Transportasi Nasional


(SISTRANAS)
Jaringan Transportasi
Nasional

Sistem Transportasi Regional


(Pulau/Propinsi/Kawasan)
Jaringan Transportasi Regional
(Pulau/ Propinsi)

Sistem Transportasi
Perkotaan/Kab/Kawasan
Jaringan Transportasi
Perkotaan/Kab/Kawasan

Gambar 2.5 Keterkaitan RTRW dan Sistem Transportasi pada Berbagai Tingkatan
Wilayah
Kerangka pemikiran penyusunan sistem transportasi wilayah ini diharapkan mampu
memberikan gambaran mengenai rencana sistem transportasi dalam skala wilayah (Provinsi
maupun kabupaten/kotamadya) sehingga dapat mencerminkan keterpaduan antara berbagai
rencana pengembangan wilayah dengan kebutuhan dan penyediaan pelayanan transportasi di
wilayah yang bersangkutan.
2.1.9 Metodologi Pendekatan dan Pembebanan
Penetapan Sistem Zona dan Sistem Jaringan
Daerah studi untuk suatu kajian transportasi didefinisikan sebagai daerah dimana arus
lalulintas di ruas atau di persimpangan jalan akan secara langsung terpengaruh dengan
penerapan kebijakan investasi maupun kebijakan operasi yang dimodelkan.
Batas daerah studi merupakan garis imajiner yang dibentuk untuk menandai dan memisahkan
jaringan jalan dan sistem zona yang masuk di dalam wilayah studi dengan yang dianggap
berada di luar dari sistem yang dipelajari.
Dalam Tatanan Transportasi elemen sistem pada dasarnya di bagi menjadi 2 yakni elemen
permintaan perjalanan (demand element) dan elemen suplai jaringan transportasi (supply
Bab 2 - 13

BAB 2. METODOLOGI
Rencana Induk Transportasi Perkotaan Pada Kawasan Perkotaan Mebidang dan Sekitarnya

element). Elemen permintaan perjalanan berupa zona-zona tata ruang berikut atribut
populasinya sebagai pembangkit perjalanan, sedangkan elemen suplai jaringan berupa
jaringan transportasi jalan, sungai atau moda transportasi lainnya berikut atribut yang
menyatakan besaran kinerja dari infrastruktur yang dimodelkan. Interaksi antar elemen
tatanan transportasi inilah yang umumnya disebut dengan perjalanan melalui berbagai moda
dan jenis infrastruktur yang ada.
Model tatanan transportasi jalan untuk suatu wilayah studi terdiri dari dua elemen model
yakni sistem zona dan sistem jaringan jalan. Sistem zona terdiri dari zona-zona yang
membagi daerah studi ke dalam beberapa bagian sebagai tingkat agregrasi terkecil
pembangkit dan penarik perjalanan. Umumnya zona dilengkapi dengan pusat zona atau
centroid yang diasumsikan sebagai titik awal atau akhir perjalanan.
Jaringan jalan terdiri dari ruas jalan atau link yang umumnya diberi atribut panjang,
kapasitas, dan kecepatan operasinya. Pertemuan antar ruas jalan disebut dengan simpul atau
node yang dapat berupa persimpangan jalan (dengan atau tanpa lampu pengatur lalu lintas),
sedangkan untuk studi jaringan transportasi regional antar kota simpul dapat berupa kota.
Kriteria Dalam Menetapkan Sistem Zona
Prinsip dasar yang biasanya digunakan untuk pembagian zona pada wilayah studi, adalah:
1.Prinsip Homogenitas dalam Zona
Pada prinsipnya, pembagian zona sebaiknya didasarkan pada kehomogenan atribut
populasi yang mempengaruhi perilaku perjalanan. Dalam hal ini populasi sebagai
pembangkit perjalanan untuk berbagai keperluan (bekerja, sekolah, belanja, bisnis,
sosial, dan lain-lain) umumnya didasarkan pada perilaku individu atau kelompok
individu (keluarga, perumahan, kelurahan, kecamatan, atau kabupaten).
Perilaku individu atau agregasinya dalam kelompok yang lebih besar umumnya
ditentukan oleh tingkat ekonomi, kepemilikan kendaraan, status sosial, serta beberapa
ciri lain yang berhubungan dengan permintaan perjalanan. Sedangkan populasi penarik
perjalanan umumnya berupa fasilitas atau pusat-pusat kegiatan (ekonomi, pendidikan,
perbelanjaan, dan lain-lain) yang menjadi tujuan dari para individu pelaku perjalanan.
2.Homogenitas vs Ketersediaan Data Eksisting
Pembagian zona berdasarkan kehomogenan perilaku permintaan perjalanan akan sulit
diterapkan, karena data eksisting untuk itu tidak tersedia. Di Indonesia data sosial
ekonomi (yang dikumpulkan oleh BPS) yang umumnya digunakan untuk mengkalibrasi
model transportasi umumnya dikumpulkan dengan basis wilayah administrasi (misalnya
Bab 2 - 14

BAB 2. METODOLOGI
Rencana Induk Transportasi Perkotaan Pada Kawasan Perkotaan Mebidang dan Sekitarnya

kelurahan, kecamatan, kabupatan atau Provinsi). Biasanya zona dibagi berdasarkan batas
administrasi yang ada, tergantung lingkup studi yang dilaksanakan.
Pembagian zona berdasarkan wilayah administrasi ini bukanlah pilihan terbaik dalam
membentuk sistem zona, akan tetapi data administratif inilah sumber satu-satunya yang
ada di Indonesia saat ini. Dengan demikian mau tidak mau kita sebaiknya tetap mengacu
kepada data ini untuk membentuk sistem zona untuk mengurangi kebutuhan dana untuk
mengumpulkan data baru jika kita ingin membentuk sistem zona yang lebih baik dengan
prinsip homogenitas.
3.Tingkat Detail vs Biaya
Penentuan sistem zona untuk daerah studi sangat dipengaruhi oleh tingkat kerincian
yang disyaratkan untuk menggambarkan suatu daerah tertentu. Permasalahan tersebut
dapat dilihat dari dua sisi yang berlawanan, yaitu ketepatan dan biaya. Di satu sisi
ketepatan yang tinggi hanya dapat diperoleh dengan definisi sistem zona dengan resolusi
yang cukup tinggi, misalnya sampai level individu atau keluarga.
Di lain pihak untuk menyediakan data zona secara detail akan membutuhkan biaya yang
cukup besar yang kemungkinan tidak sebanding dengan tambahan informasi yang
didapatkan. Demikian juga model detail bahkan cenderung individual model perangkat
lunak simulasinya belum banyak tersedia, sehingga kemungkinan data yang terkumpul
akan mubazir karena model yang dibentuk tidak operasional.
Sebagai gambaran umum, berikut ini dituliskan beberapa kriteria untuk menetapkan
sistem zona dalam daerah kajian, yaitu:

Ukuran zona harus konsisten dengan kepadatan jaringan jalan yang akan
dimodelkan, sehingga pada umumnya ukuran zona akan semakin besar jika letaknya
semakin jauh dari pusat kota.

Ukuran zona harus didisain sedemikian rupa sehingga arus lalu lintas yang
dibebankan ke dalam jaringan jalan sesuai dengan ketepatan seperti yang
disyaratkan.

Batas zona harus dibuat sedemikan rupa sehingga konsisten dengan jenis pola
pengembangan setiap zona, misalnya untuk pemukiman, industri atau perkantoran.

Batas zona diusahakan sesuai dengan batas sensus, batas administrasi daerah, dan
batas zona yang digunakan oleh daerah kajian.

Batas zona harus sesuai dengan batas daerah yang digunakan dalam pengumpulan
data.
Bab 2 - 15

BAB 2. METODOLOGI
Rencana Induk Transportasi Perkotaan Pada Kawasan Perkotaan Mebidang dan Sekitarnya

Pergerakan yang berasal/bertujuan pada area di luar daerah studi biasanya dianggap
berasal dari zona di luar daerah studi (external zone). Keuntungan penggunaan zona
eksternal ini adalah untuk mengidentifikasikan pergerakan langsung (ekstenaleksternal) yang membebani jaringan jalan di dalam daerah studi. Untuk mengurangi
efek dari perjalanan langsung ini harus diperkirakan batas daerah studi secara hatihati, meskipun tidak mungkin perjalanan langsung ini dihilangkan sama sekali.

Kriteria Dalam Menetapkan Model Sistem Jaringan Jalan


Prinsip-prinsip dasar yang digunakan dalam penetapan sistem jaringan jalan, adalah:
1.Representasi Karakteristik Jaringan Jalan
Dalam model transportasi, sistem jaringan jalan diharapkan mampu menggambarkan
kinerja sistem jaringan jalan yang sebenarnya. Dalam artian bahwa atribut yang diberikan
ke setiap ruas jalan (panjang, kapasitas dan kecepatan operasi dan lain-lain) benar-benar
merepresentasikan tingkat persaingan antar ruas atau rute yang tersedia di dalam wilayah
studi.
2.Beberapa Tingkat Penyederhanaan dalam Model Jaringan Jalan
Saat ini model jaringan jalan yang umum digunakan adalah model yang menggambarkan
jaringan melalui ruas jalan yang berarah (1 atau 2 arah) dengan simpul sebagai pertemuan
antar ruas (dengan atau tanpa pengatur lalu lintas). Model ini lebih realistis dalam
menggambarkan interaksi dan tingkat persaingan antar ruas atau rute perjalanan, namun
demikian diperlukan simulasi yang lebih kompleks dan spesifikasi atribut ruas dan simpul
yang lebih berhati-hati agar model tetap realistis dalam menggambarkan fenomena
perjalanan.
Beberapa Kriteria Seleksi Ruas Jalan Yang di Modelkan
Beberapa kriteria dalam menyeleksi ruas jalan yang akan dimasukkan ke dalam model
jaringan jalan, antara lain adalah:

Ruas jalan yang dimasukkan ke dalam model sebaiknya dipilih mulai dari ruas jalan
yang memiliki kapasitas yang besar dan dilalui oleh jumlah kendaraan yang cukup
besar (sesuai hirarkinya mungkin mulai dari arteri, kolektor, jika diperlukan jalan
lokal yang penting dapat juga dimasukkan ke dalam model).

Minimal ruas jalan yang masuk ke dalam model jaringan jalan sampai dengan satu
tingkat di bawah ruas jalan yang menjadi lokasi dari skema yang direncanakan,

Bab 2 - 16

BAB 2. METODOLOGI
Rencana Induk Transportasi Perkotaan Pada Kawasan Perkotaan Mebidang dan Sekitarnya

misal jika kebijakan diterapkan pada jalan arteri maka jalan kolektornya harus
dimasukkan ke dalam model.

Semakin kecil skala studi maka semakin detail sistem jaringan jalan yang perlu
ditampilkan dalam model jaringan jalan.

Model Pemilihan Rute


Pengembangan model pembebanan biasanya dilakukan untuk mendekati perilaku pemilihan
rute oleh para pengendara yang didasarkan pada premis bahwa mereka ingin memenuhi
kriteria perjalanannya. Perjalanan merupakan kebutuhan turunan yang terjadi akibat pelaku
perjalanan tersebut ingin memenuhi kebutuhan lainnya. Karena sifat kebutuhannya yang
demikian umumnya kriteria perjalanan tersebut disusun untuk meminimumkan ongkos
perjalanan yang harus dikeluarkan. Faktor utama yang mempengaruhi besarnya ongkos
perjalanan di setiap alternatif rute adalah karakteristik fisik dan lalu lintas ruas jalan yang
menyusunnya. Namun pada kenyataanya tidak semua pengendara mampu memenuhi kriteria
tersebut karena adanya kesalahan persepsi (misperception) mereka terhadap ongkos
minimum aktual yang terjadi di jaringan jalan.
Secara umum, teknik pembebanan dapat dikelompokkan atas dasar apakah model tersebut
memperhitungkan pengaruh kemacetan (keterbatasan kapasitas jaringan jalan) dan/atau
kesalahpahaman pengendara terhadap biaya aktual di ruas jalan.
A. Model Pembebanan All-or Nothing (A-o-N)
Teknik pembebanan All-Or-Nothing (A-o-N) merupakan teknik paling sederhana untuk
mengalokasikan matriks permintaan perjalanan ke dalam jaringan jalan. Seperti telah dibahas
sebelumnya, pembebanan A-o-N mengesampingkan efek kemacetan maupun efek
kesalahpahaman pengendara terhadap rute terpendek.
Semua pengendara diasumsikan memiliki persepsi yang sama terhadap biaya perjalanan dan
dengan ditiadakannya efek kemacetan mengimplikasikan bahwa dalam pembebanan A-o-N
ini diasumsikan bahwa biaya perjalanan adalah tetap. Dengan demikian semua pengguna
jalan (dari setiap pasangan asal-tujuan) akan membebani rute yang sama, yaitu rute yang
paling atraktif. Dengan kata lain, tidak ada kendaraan yang akan melewati rute lain yang
kurang atraktif.
Problem biasanya akan terjadi jika terdapat sejumlah rute yang berkompetisi untuk sel
matriks yang sama atau untuk sel matriks yang jumlah perjalanannya besar. Problem ini
dapat diselesaikan dengan memakai metoda proporsi zona yang mengalokasikan sel matriks
Bab 2 - 17

BAB 2. METODOLOGI
Rencana Induk Transportasi Perkotaan Pada Kawasan Perkotaan Mebidang dan Sekitarnya

permintaan perjalanan secara proporsional melalui centroid connectors khusus. Metoda ini
cenderung membebani setiap rute yang berkompetisi dengan suatu proporsi dari sel matriks
perjalanan.
Sebagai petunjuk praktis, teknik pembebanan A-o-N cukup efisien jika digunakan pada
jaringan jalan yang sederhana, misalnya jaringan jalan rural, yang kondisi lalu lintasnya tidak
begitu padat dengan sedikit alternatif rute yang tersedia dan ukuran biaya setiap alternatif
rutenya yang jauh berbeda.
B. Model Keseimbangan Pengguna (KP)
Model pemilihan rute bertujuan untuk mengidentifikasi rute yang dipilih oleh setiap
pengendara dalam suatu jaringan jalan. Model pemilihan rute dapat diklasifikasikan
berdasarkan beberapa faktor pertimbangan yang didasarkan atas pengamatan bahwa tidak
setiap pengendara dari suatu lokasi menuju lokasi lainnya akan memilih suatu rute yang
persis sama.
Beberapa alasan kenapa pengendara memilih rute yang berbeda-beda adalah:
1.

Kemungkinan pengendara berbeda dalam hal persepsi mengenai rute terbaik.


Beberapa pengendara mungkin mengasumsikannya sebagai rute dengan jarak tempuh
yang terpendek atau rute dengan waktu tempuh yang tersingkat atau mungkin juga
rute yang termurah.

2.

Kemacetan dan karakteristik fisik suatu ruas jalan akan membatasi jumlah arus lalu
lintas yang menggunakan jalan tersebut.

Model Keseimbangan Pengguna (KP) mencoba memasukkan pengaruh kemacetan ke dalam


model pembebanannya. Model ini berbasis pada analisis equilibrium yang pada jaringan
jalan didasari oleh pendekatan deskriptif dimana pengguna jalan diasumsikan akan selalu
berusaha untuk meminimumkan biaya perjalanan yang harus dikeluarkannya. Dengan
demikian mereka akan memilih rute yang dianggap termurah untuk mencapai tujuan
perjalanannya.
Dalam kerangka biaya transportasi yang memasukkan waktu dan jarak perjalanan sebagai
variabelnya, rute termurah bisa dianggap sebagai rute yang memiliki jarak terpendek dengan
tingkat kemacetan yang paling kecil. Untuk memasukkan kecenderungan perilaku tersebut
kedalam model pembebanan biasanya dilakukan suatu analogi hubungan antara permintaan
perjalanan (travel demand) dengan kapasitas jaringan jalan yang tersedia (network supply)

Bab 2 - 18

BAB 2. METODOLOGI
Rencana Induk Transportasi Perkotaan Pada Kawasan Perkotaan Mebidang dan Sekitarnya

terhadap mekanisme ekonomi pasar. Dalam hubungan ini fungsi permintaan akan bertemu
dengan fungsi sediaan pada suatu titik tertentu yang disebut titik equilibrium.
2.2. LINGKUNGAN STRATEGIS
2.2.1 Perspektif Jaringan Transportasi Multimoda dan Intermoda
Sistem transportasi dengan sejumlah moda dapat dilihat dari 2 perspektif konseptual yang
berbeda, yakni:
Jaringan transportasi intermoda. Sistem logistik yang terhubungkan diantara 2 moda atau
lebih. Setiap moda memiliki karakteristik pelayanan

yang secara umum

memungkinkan barang (atau penumpang) untuk berpindah diantara moda yang ada
dalam satu perjalanan dari asal ke tujuan.
Jaringan transportasi multimoda. Suatu rangkaian dari moda-moda transportasi yang
menyediakan hubungan antara asal dan tujuan perjalanan. Meskipun transportasi
intermoda dapat dilakukan, namun dalam perspektif ini bukanlah keharusan.
Gambar 2.6 menyampaikan perbedaan konsep dalam kedua cara pandang tersebut. Gambar
(a) mendeskripsikan jaringan multimoda konvensional point-to-point di mana asal perjalanan
(A, B, dan C) dihubungkan secara independent oleh moda transportasi (jalan dan rel) ke
lokasi tujuan perjalanan (D, E, dan F).
Sedangkan pada Gambar (b) dipresentasikan perspektif intermoda dalam jaringan jalan
multimoda. Lalulintas dikumpulkan pada 2 titik transhipment, yakni stasiun KA, di mana
terjadi konsolidasi pergerakan penumpang/barang. Ini bisa menghasilkan load-factor
dan/atau frekuensi transportasi yang lebih tinggi, khusunya diantara terminal. Dalam kondisi
tertentu, efisiensi suatu jaringan utamanya ditentukan oleh kapabilitas transhipment dari
suatu terminal.
Dalam perspektif transportasi nasional, jika diinginkan terjadinya efisiensi, maka idealnya di
masa datang dikembangkan jaringan transportasi multimoda yang berkonsep

kepada

intermoda-transport.

Bab 2 - 19

BAB 2. METODOLOGI
Rencana Induk Transportasi Perkotaan Pada Kawasan Perkotaan Mebidang dan Sekitarnya

Gambar 2.6 . Deskripsi Jaringan Transportasi Multi dan Inter Moda


(a) Jaringan Transportasi Multimoda(b) Jaringan Transportasi Intermoda
2.2.2 Sistem Jaringan Transportasi Multimoda
Sistem transportasi multimoda mengintegrasikan skala geografi yang berbeda dari pelayanan
transportasi dari global ke lokal. Dengan mengembangkan prasarana transportasi setiap moda
dan fasilitas intermoda, maka suatu wilayah akan memiliki akses ke pasar internasional,
untuk itu sejumlah parameter dalam transportasi regional perlu ditansformasi atau setidaknya
dimodifikasi secara signifikan.
Gambar 2.7. menyampaikan regulasi pergerakan dari suatu koridor dalam sistem
transportasi multi moda yang terdiri dari suatu rangkaian pusat/hub yang berkompetisi yang
menyatukan jaringan transportasi lokal dan regional.
Sesuai dengan skala geografinya, regulasi/pengaturan lalulintas dikoordinasikan pada
tingkatan lokal oleh pusat distribusi, biasanya terdiri dari satu terminal transportasi, atau
ditingkat global oleh titik artikulasi yang terdiri dari terminal-terminal transportasi utama
yang memiliki fungsi intern-moda maupun intermoda.

Bab 2 - 20

BAB 2. METODOLOGI
Rencana Induk Transportasi Perkotaan Pada Kawasan Perkotaan Mebidang dan Sekitarnya

Gambar 2.7 . Pengaturan Hirarki Pergerakan dalam Sistem Transportasi Multi Moda
(Sumber: Rodrigue and Comtois)
2.2.3 Konsep Transportasi Intermoda
2.2.3.1. Definisi Transportasi Intermoda
Secara umum bahwa pengertian transportasi intermoda adalah sebagai berikut:
Pengiriman barang atau pergerakan penumpang yang melibatkan lebih dari satu moda
transportasi ketika melakukan satu perjalanan yang menerus
2.2.3.2. Konsep Jaringan Transportasi Intermoda
Batasan intermodality dipengaruhi oleh faktor ruang, waktu, susunan, pola jaringan, jumlah
simpul dan ruas/lingkages, dan tipe atau karakteristik dari kendaraan dan terminal.
Pengembangan transportasi intermoda umumnya didasarkan pada sejumlah konsep berikut :
-

Sifat alamiah dan kuantitas komoditi/penumpang yang dipindahkan,

Moda transportasi yang digunakan,

Asal tujuan perjalanan,

Waktu dan biaya perjalanan.

Nilai komoditas/penumpang dan frekuensi perjalanannya.

Bab 2 - 21

BAB 2. METODOLOGI
Rencana Induk Transportasi Perkotaan Pada Kawasan Perkotaan Mebidang dan Sekitarnya

Terdapat 4 definisi fungsi utama dalam transportasi intermoda (Rodrigue and Comtois),
yakni:
-Komposisi. Pengumpulan dan konsolidasi barang/penumpang di suatu terminal/simpul
yang memungkinkan terjadinya interface intermoda antara sistem distribusi
lokal/regional dan sistem distribusi nasional/internasional.
-Koneksi. Pengaliran barang/penumpang diantara minimal dua terminal/simpul. Efisiensi
koneksi ini umumnya diperoleh dari economies of scale.
-Perpindahaan/Interchange. Proses perpindahan moda di suatu terminal. Fungsi utama
dari intermoda dilakukan di terminal/simpul yang berperan menyediakan kontinuitas
pergerakan dalam rantai transportasi.
-Dekomposisi. Proses pemisahan/fragmentasi barang/penumpang di terminal terdekat
dari tujuan dan ditransfer ke dalam jaringan distribusi lokal/regional.

Gambar 2.8 . Rantai Transportasi Intermoda (Rodrigue and Comtois)


2.2.3.3.Peran Moda dalam Sistem Transportasi Intermoda
Pada dasarnya, transportasi intermoda merupakan usaha untuk meminimalkan biaya
transportasi (waktu dan uang). Sudah sering diteliti bahwa terdapat korelasi antara biaya
transportasi, jarak perjalanan, dan pemilihan jenis moda transportasi yang digunakan, di
mana umumnya moda jalan dipilih untuk jarak pendek, KA dipilih untuk jarak menengah,
dan moda laut/udara dipilih untuk jarak jauh.
Pada Gambar 2.9. disampaikan ilustrasi perbandingan biaya transportasi diantara moda
jalan, rel KA, dan laut, dengan masing-masing memiliki fungsi biaya C1, C2, dan C3. Moda
jalan memiliki fungsi biaya transportasi yang lebih rendah untuk jarak pendek, namun
biayanya naik lebih cepat dibandingkan moda rel dan laut seiring dengan bertambahnya jarak
Bab 2 - 22

BAB 2. METODOLOGI
Rencana Induk Transportasi Perkotaan Pada Kawasan Perkotaan Mebidang dan Sekitarnya

perjalanan. Pada titik D1 akan lebih menguntungkan jika menggunakan moda rel sampai
mencapai titik D2, selebihnya akan lebih menguntungkan jika menggunakan moda laut.
Umumnya titik D1 berada pada jarak perjalanan antara 500 750 km, sedangkan titik D2
berada pada jarak perjalanan sekitar 1500 km.

Gambar 2.9 . Perbandingan Fungsi Biaya Transportasi Moda Jalan, Rel dan Laut (Rodrigue
and Comtois)
2.2.3.4.Indikator Kinerja Sistem Transportasi Intermoda
Tujuan pengembangan suatu sistem transportasi secara generik selalu diarahkan untuk
meningkatkan efisiensi (minimize the cost) dan efektivitas (maximize the benefit). Untuk
dapat melakukan identifikasi mengenai kondisi/kinerja jaringan

intermoda eksisting

(benchmarking of performance) dan menetapkan kinerja jaringan transportasi intermoda


yang akan dituju di masa datang (desired performance) diperlukan sejumlah indikator yang
dapat menggambarkan kinerja elemen transportasi intermoda (moda/link dan terminal) secara
komprehensif.
Efisiensi dalam transportasi intermoda membutuhkan moda/link dan terminal/node yang
menghasilkan total biaya supply seefisien mungkin. Untuk mencapai kondisi tersebut, setiap
elemen dalam pelayanan transportasi intermoda (intermodal chain) harus mengunjukkan
kinerja pada level yang mampu menghasilkan output termaksimum pada biya terminimum.
Efisiensi kinerja terkait dengan seberapa baik sumber daya dipergunakan. Sedangkan
efektivitas kinerja terkait dengan seberapa baik tujuan dari semua partisipan (shipper/
costumer/operator) dapat terakomodasi. Efisiensi berada dalam konsep minimasi dan
maksimasi, sedangkan efektivitas terkait dengan pencapaian keinginan partisipan yang
terlibat dalam transportasi intermoda.

Bab 2 - 23

BAB 2. METODOLOGI
Rencana Induk Transportasi Perkotaan Pada Kawasan Perkotaan Mebidang dan Sekitarnya

Ockwell (2001) mendefinisikan beberapa kategori indikator kinerja sistem transportasi


intermoda sebagai berikut:
-

biaya

finansial (termasuk profitability),

waktu

perjalanan

(termasuk

waktu

transit,

frekuensi

pelayanan,

dan

reliabilitas/ketepatan waktu pelayanan),


-

kualitas pelayanan (kontrol kehilangan dan kerusakan/ control of loss and damage
= L & D), dan

kemudahan penggunaan (termasuk administrasi, management aset, dan sumber


daya manusia),

Pada Tabel 2.2 disampaikan kerangka umum untuk analisis kinerja transportasi intermoda
tersebut di atas.
Tabel 2.2 . Kerangka Analisis Kinerja Transportasi Intermoda
Biaya
Door to
door
(distance
based)

Kemudahan
penggunaan

Finansial

Waktu

L & D Control

Tingkat
pengembalia
n aset (return
on assets)

Total cycle
time (distance
based)

Rasio klaim
L&D terhadap
total lalulintas
(berbasis jarak/
value/ waktu
per cycle)

Akurasi
invoice,

Notification,
Prosedur L&D
bagi shippers

Teknis

Manajemen
Aset

Keluwesan
penjadualan/
peralatan/ link
komputer/
slotting

In-transit
privileges

Shipment
tracing/ Asset
visibility

Kemudahan
slotting

Keluwesan
dalam perutean

Pemprosesan
klaim
(Insurance/
damage)

Door to
door (value
based)

Tingkat
pengembalia
n sosial
(return on
equity)

Waktu transit

Door to
door (time
based)

Trading
margin

On-time
performance
(sustaibability
faktor)

Kemungkinan
tracing L&D
sepanjang
perjalanan

Feedback
sepanjang
bagian
perjalanan

Ketersediaan
peralatan

Superioritas
terknologi
dalam total
layanan/chains

Willingness
to negotiate

Total biaya
pengguna

Timelines
reliability (%
tingkat
reliabilitas)

Nilai klaim
L&D terhadap
total lalulintas
(berbasis jarak/
value/ waktu
per cycle)

EDI/common
documentation,
Pengetahuan
thd kebutuhan
shipper

Mobilitas
peralatan,
kondisi fisik
peralatan,
Peralatan
khusus

Kemampuan
negosiasi
untuk
perubahan
moda,

Variansi
(distance
based)

Kompatibilitas
prasarana

2.2.4 Konsep Sistem Logistik Nasional


Dengan mengacu konsep hirarki transportasi intermoda pada Gambar 2.7 dan proses atau
rantai transportasi intermoda pada Gambar 2.8 yang dikombinasikan dengan konsep
keterpaduan prasarana transportasi, maka dapat disusun suatu konsep sistem logistik atau
sistem transportasi intermoda Nasional yang menjadi acuan dalam pengembangan jaringan
Bab 2 - 24

BAB 2. METODOLOGI
Rencana Induk Transportasi Perkotaan Pada Kawasan Perkotaan Mebidang dan Sekitarnya

prasarana transportasi intermoda. Adapun konsepnya secara umum disampaikan pada


Gambar 2.10 berikut.
PKL sebagai sentral distribusi lokal skala Kota dan Kabupaten idealnya memerankan fungsi
terminal/transshipment lokal yang mengumpulkan dan menyebarkan pergerakan di dalam
satu Kab/Kota. Karena kemungkinan besar pergerakan lokal yang dilakukan jaraknya
pendek, maka sebaiknya perjalanan orang dan barang (fungsi koneksi) dilakukan dengan
moda jalan sesuai dengan fungsi hubungan biaya transportasi per moda (Gambar 2.9),
kecuali untuk kota besar (metropolitan) untuk keperluan perjalanan orang ulang-alik dapat
digunakan Moda KA Perkotaan (namun ini tidak termasuk dalam definisi sistem transportasi
nasional).
PKW sebagai sentral distribusi regional antar Kab/Kota dalam satu Provinsi idealnya
memerankan fungsi sebagai terminal/transshipment regional yang mengumpulkan dan
menyebarkan pergerakan antar kota dalam satu wilayah Provinsi. Jarak perjalanan regional
ini masih cukup pendek, rata-rata di bawah 200 km, sehingga kemungkinan moda jalan akan
tetap lebih efisien, kecuali bahwa jaringan jalan yang ada kondisinya rusak ataupun macet.
Kondisi jaringan jalan yang kurang stabil sering ditemui di wilayah Indonesia, sehingga
kemungkinan nilai effisiensi dengan menggunakan moda KA akan lebih pendek
dibandingkan dengan yang disampaikan pada Gambar 2.9 yang menyatakan zona pelayanan
KA antara 500 km 750 km. Direkomendasikan bahwa untuk kondisi Indonesia fungsi
koneksi dapat dilakukan dengan moda jalan atau moda KA sesuai dengan keunggulan
komparatifnya masing-masing.
PKN sebagai sentral distribusi nasional dan hubungan internasional idealnya memerankan
terminal/transshipment nasional dan internasional yang mengumpulkan dan menyebarkan
pergerakan nasional dan internasional. Jarak perjalanan sudah baran tentu relatif panjang,
sehingga fungsi koneksi sebaiknya dilakukan oleh minimal moda KA, atau jika jaraknya
lebih panjang (antar pulau atau antar negara) menggunakan moda laut dan udara.
Dengan konsep sistem logistik ini maka pengembangan jaringan prasarana KA maupun
moda-moda lainnya dapat diarahkan untuk lebih efisien yang beroperasi secara koopetitif
sesuai dengan keunggulan komparatif masing-masing.

Bab 2 - 25

BAB 2. METODOLOGI
Rencana Induk Transportasi Perkotaan Pada Kawasan Perkotaan Mebidang dan Sekitarnya

Local Distribution

PKL

Local Terminal
Regional Connection

PKW

Road Based Transport

Road & Rail Based Transport

Regional Terminal

National Connection

PKN

Rail, Air, Sea Based Transport

- Composition & Decomposition


- National/International Interchange

International Connection

Air & Sea Based Transport

Gambar 2.10 Konsep Sistem Logistik Intermoda Nasional di Indonesia


2.2.5 Program Penyusunan Rencana Induk Transportasi Perkotaan Pada Kawasan
Perkotaan Mebidang dan Sekitarnya
1. Penyiapan rumusan konsepsi Penyusunan Rencana Induk Transportasi Perkotaan Pada
Kawasan Perkotaan Mebidang dan Sekitarnya yang memuat hal-hal sebagai berikut:

2.

a.

Pendekatan penyusunan Sistem Transportasi

b.

Muatan rencana umum Jaringan Transportasi Jalan

c.

Kriteria penerapan rencana umum jaringan transportasi jalan

d.

Keluaran rencana umum jaringan transportasi jalan.

Penyusunan Rencana Induk Transportasi Perkotaan Pada Kawasan Perkotaan


Mebidang dan Sekitarnya memuat hal-hal sebagai berikut:
a. Ruang lingkup Penyusunan Rencana Induk Transportasi Perkotaan Pada
Kawasan Perkotaan Mebidang dan Sekitarnya, meliputi rencana:
- Lokasi ruang kegiatan yang harus dihubungkan oleh ruang lalu lintas.
- Prakiraan perpindahan orang dan atau barang menurut asal tujuan perjalanan
antar kawasan atau antar zona.
- Arah dan kebijakan peran moda transportasi jalan yang terkait dengan moda
transportasi lain dalam kesatuan sistem transportasi.
Bab 2 - 26

BAB 2. METODOLOGI
Rencana Induk Transportasi Perkotaan Pada Kawasan Perkotaan Mebidang dan Sekitarnya

- Kebutuhan simpul yang berupa terminal transportasi jalan.


- Kebutuhan ruang lalu lintas.
b. Penyusunan Rencana Induk Transportasi Perkotaan Pada Kawasan Perkotaan
Mebidang dan Sekitarnya harus didasarkan pada
- Kebutuhan transportasi, yaitu kebutuhan perpindahan orang dan atau barang
menurut asal dan tujuan perjalanan, pilihan moda dan tingkat pelayanan yang
diinginkan sesuai kebutuhan pengguna jasa.
- Fungsi, yaitu kegiatan yang menghubungkan simpul dan ruang kegiatan yang
meliputi kepentingan lalu lintas dan kepentingan angkutan.
- Peranan, yaitu tingkat hubungan antar simpul dan ruang kegiatan menurut
fungsinya yang dikelompokkan dalam jaringan antarkota, kota serta pedesaan
menurut hirarki masing-masing.
- Kapasitas lalu lintas, yaitu volume lalu lintas yang dikaitkan dengan jenis,
dimensi, daya angkut dan kecepatan kendaraan.
- Kelas jalan, yaitu klasifikasi jalan berdasarkan fungsi dan daya dukung jalan
terhadap Muatan Sumbu Terberat (MST) serta kerakteristik lalu lintas.
c. Penyusunan Rencana Induk Transportasi Perkotaan Pada Kawasan Perkotaan

Mebidang dan Sekitarnya disusun dengan memperhatikan ketepatan moda


transportasi, sistem transportasi nasional, rencana tata ruang dan rencana
pengembangan jalan.
d. Penyusunan Rencana Induk Transportasi Perkotaan Pada Kawasan Perkotaan

Mebidang dan Sekitarnya disusun dengan memperhatikan kemungkinan


kerjasama dengan swasta (public private partnership) seperti pada pembangunan
bandara, dermaga pelabuhan sungai ataupun pada rencana rencana transportasi
yang lain.
2.3. TINJAUAN PUBLIC PRIVATE PARTNERSHIP
2.3.1 Umum
Keputusan Presiden Republik Indonesia (Keppres) Nomor 7 Tahun 1998 diterbitkan untuk
mengatur Kerjasama Pemerintah dan Badan Usaha Swasta dalam Pembangunan dan atau
Pengelolaan Infrastruktur.
Salah satu pertimbangan Keppres ini memperhatikan keterbatasan kemampuan keuangan
negara dan sebagai upaya untuk terus meningkatkan pelaksanaan pembangunan, karenanya
Bab 2 - 27

BAB 2. METODOLOGI
Rencana Induk Transportasi Perkotaan Pada Kawasan Perkotaan Mebidang dan Sekitarnya

diperlukan langkah-langkah untuk mendorong keikutsertaan swasta dalam suatu kerjasama


yang erat antara Pemerintah dan badan usaha swasta.
Dianjurkan bagi sektor swasta yang ingin ikut serta pada pelaksanaan pembangunan dan/atau
pengelolaan infrastruktur ini berbadan hukum Indonesia. Dan infrastruktur dimaksud dalam
hal ini meliputi bidang-bidang (1) Pembangkitan, transmisi atau pendistribusian tenaga
listrik; (2) Transmisi dan pendistribusian gas alam; (3) Pengelolaan dan pengangkutan
minyak dan gas bumi serta pengangkutan hasil-hasil olahan tersebut; (4) Penyaluran,
penyimpanan, pemasokan, produksi, distribusi atau pengelolahan air bersih; (5) Pengelolaan
air limbah dan sampah; (6) Pengadaan dan/atau pengoperasian sarana pendukung pelayanan
angkutan barang atau penumpang baik laut, udara atau kereta api; (7) Jalan dan jembatan, tol,
dermaga, pelabuhan laut atau sungai atau danau, lapangan terbang dan bandara; dan (8)
Pengadaan dan pengoperasian sarana telekomunikasi.
Ada 5 bentuk utama kerjasama yang bisa dikembangkan menjadi 13 variasi atau lebih sesuai
dengan lingkup atau lebih sesuai dengan lingkup dan bentuk yang diperlukan. Variasi
dimaksud berbeda menurut derajat kepemilikan atas aset dan kewenangan dalam
manajemen dari proyek yang akan di kerjasamakan.
2.3.2 Bentuk-Bentuk Kerjasama
Lima bentuk variasi yang dimaksud adalah (1) Kontrak Pelayanan / Service Contract; (2)
Kontrak Kelola / Management Contract; (3) Kontrak Sewa / Lease Contract; (4) Kontrak
Bangun / Building Contract; dan (5) Kontrak Konsesi / Concession Contract .
1.

Service Contract

Bentuk kerjasama dimana swasta diberikan tanggung jawab melaksanakan


pelayanan jasa untuk suatu pelayanan tertentu (perawatan jaringan, pencatatan
meter, penagihan rekening dan lain-lain) untuk suatu jangka waktu tertentu.

Pemilikan aset tetap ada pada Pemerintah.

Pengembalian biaya operasi dan pemeliharaan dimaksud dan keuntungan yang


wajar bagi mitra swasta didapat dari Pemerintah dan/atau dengan memungut
pembayaran dari pemakai fasilitas dan layanan infrastruktur yang bersangkutan.

2.

Management Contract

Bentuk kerjasama dimana swasta diberi tanggung jawab menyediakan jasa


pengelolaan atas sebagian dan/atau seluruh sistem infrastruktur tertentu,
Bab 2 - 28

BAB 2. METODOLOGI
Rencana Induk Transportasi Perkotaan Pada Kawasan Perkotaan Mebidang dan Sekitarnya

termasuk pengoperasian dan pemeliharaan fasilitas serta pemberian layanan


kepada masyarakat dan penyediaan modal kerjanya.

Untuk menutupi biaya pengelolaan yang diperlukan swasta menerima jasa


manajemen dari Pemerintah atau mendapat wewenang memungut pembayaran
dari pemakai fasilitas dan layanan dimaksud.

3.

Lease Contract

Bentuk kerjasama dimana swasta menyewa dari Pemerintah suatu fasilitas


infrastruktur tertentu dalam jangka waktu tertentu untuk kemudian dioperasikan
dan dipelihara.

Swasta menyediakan modal kerja untuk pengoperasian dan pemeliharaan


dimaksud termasuk penggantian bagian-bagian tertentu.

Pengembalian biaya sewa, biaya operasi, biaya pemeliharaan dan biaya


pemberian pelayanan kepada masyarakat serta keuntungan yang wajar, swasta
dapat memungut pembayaran dari pemakai fasilitas dan layanan dimaksud.

Kepemilikan aset tetap di Pemerintah.

Pada akhir kerjasama swasta mengembalikan aset kepada Pemerintah dengan


kondisi

sebagaimana

ditentukan

dalam

perjanjian

kerjasama.

Bab 2 - 29

KONSEP LAPORAN AKHIR


Rencana Induk Transportasi Perkotaan Pada Kawasan Perkotaan Mebidang dan Sekitarnya

4.

Building Contract

Build, Operate and Transfer / BOT

Bentuk kerjasama dimana pihak swasta bertanggung jawab atas


kegiatan konstruksi, pembiayaan, pengoperasian dan pemeliharaan.

Untuk pengembalian modal investasi, biaya pengoperasian, biaya


pemeliharaan

dan

keuntungan

yang

wajar,

swasta

menerima

pembayaran dari pemerintah selaku pemakai infrastruktur dan/atau


penerima jasa layanan.

Selama kerjasama aset dikelola penuh oleh swasta dan pada akhir
perjanjian, seluruh aset diserahkan kepada pemerintah, tanpa biaya
apapun.

Build and Transfer / BT

Bentuk kerjasama dimana pihak swasta bertanggung jawab membangun


proyek infrastruktur dan pembiayaannya.

Setelah selesai pembangunan menyerahkan fasilitas tersebut kepada


Pemerintah.

Dikenal dengan turn key project

Pembayaran dari Pemerintah kepada Swasta dilakukan dengan


kesepakatan dan besarnya investasi.

Build, Transfer and Operate / BTO

Bentuk kerjasama dimana pihak swasta bertanggung jawab atas


kegiatan konstruksi dan pembiayaan.

Proyek diserahkan setelah dibangun, sedangkan pengoperasian dan


pemeliharaan Proyek tersebut dilaksanakan oleh Swasta.

Untuk pengembalian investasi diperoleh dari tarif yang dikenakan


kepada masyarakat pengguna layanan dan fasilitas infrastruktur
tersebut.

Build, Lease and Transfer / BLT

Bab 2 - 30

BAB 2. METODOLOGI
Rencana Induk Transportasi Perkotaan Pada Kawasan Perkotaan Mebidang dan Sekitarnya

Bentuk kerjasama dimana pihak swasta bertanggung jawab atas


kegiatan konstruksi dan pembiayaan.

Setelah pembangunan proyek selesai, fasilitas tersebut disewakan


kepada Pemerintah dalam bentuk sewa beli sesuai jangka waktu yang
disepakati.

Swasta mendapatkan kembali investasinya melalui uang sewa yang


disepakati dengan Pemerintah.

Pada akhir perjanjian, aset dan fasilitas tersebut diserahkan kepada


Pemerintah.

Build, Own and Operate / BOO

Bentuk kerjasama dimana pihak swasta bertanggung jawab atas


kegiatan konstruksi, pembiayaan, pengoperasian dan pemeliharaan
fasilitas infrastruktur.

Mendapat pengembalian investasi, operasi pemeliharaan termasuk


keuntungan yang wajar dengan cara menarik biaya dari pengguna
fasilitas dan layanan infrastruktur.

Pada akhir perjanjian, fasilitas tersebut tetap menjadi milik swasta.

Rehabilitate, Own and Operate / ROO

Bentuk kerjasama dimana infrastruktur milik Pemerintah diserahkan


kepada swasta untuk direhabilitasi dan dioperasikan.

Biaya untuk rehabilitasi, pengoperasian, pemeliharaan dan keuntungan


yang wajar diperoleh dengan cara menarik biaya pengguna fasilitas.

Kerjasama dapat dihentikan bila swasta tidak dapat memenuhi standard


pelayanan yang disepakati.

Rehabilitate, Operate and Transfer / ROT

Bentuk kerjasama dimana aset/fasilitas infrastruktur diserahkan kepada


swasta untuk direhabilitasi, dioperasikan dan dipelihara dalam jangka
waktu tertentu.

Pada akhir perjanjian fasilitas tersebut diserahkan kembali kepada


Pemerintah.

Develop, Operate and Transfer / DOT


Bab 2 - 31

BAB 2. METODOLOGI
Rencana Induk Transportasi Perkotaan Pada Kawasan Perkotaan Mebidang dan Sekitarnya

Bentuk kerjasama dimana terdapat kondisi yang menguntungkan di


sekitar proyek infrastruktur tersebut, yaitu terdapat kegiatan lain yang
dapat dikembangkan oleh swasta dan diintegrasikan kedalam proyek
kerjasama untuk dioperasikan dalam jangka waktu tertentu.

Pada akhir perjanjian fasilitas tersebut diserahkan kembali pada


Pemerintah.

Add, Operate and Transfer/AOT

Bentuk

kerjasama

dimana

swasta

melakukan

perluasan

atau

penambahan fasilitas infrastruktur yang telah ada kemudian mengelola,


mengoperasikan tambahan atau keseluruhan fasilitas tersebut dalam
jangka waktu tertentu.

Pengembalian biaya pembangunan, pengoperasian, pemeliharaan dan


keuntungan yang wajar diperoleh dari tarif yang dikenakan kepada
pemakai fasilitas dan layanan infrastruktur.

Kerjasama dapat dihentikan bila pihak swasta tidak dapat memenuhi


standard pelayanan yang disepakati.

5.

Concession Contract

Dengan cara ini concessionaire (pemegang konsesi) akan melakukan


pengelolaan, investasi, rehabilitasi, pemeliharaan, menagih dan menerima
pembayaran dari pelanggan / penerima jasa dan lain-lain.

Masa konsesi dalam pengertian ini selalu berjangka panjang, dan selama itu
pemegang konsesi memberikan pembayaran tertentu kepada Pemerintah.

Setelah berakhirnya masa konsesi ini, semua aset kembali kepada


Pemerintah

kecuali

ditentukan

lain

dalam

kontrak.

Bab 2 - 32

KONSEP LAPORAN AKHIR


Rencana Induk Transportasi Perkotaan Pada Kawasan Perkotaan Mebidang dan Sekitarnya

2.3.3 Pemilihan Bentuk Kerjasama


Tabel 2.3 Pemilihan Bentuk Kerjasama
Service Contract

Obyek

Management
Contract

Lease Contract

BOT /
BOOT

Concession
Contract

- Pengembangan - Perbaikan

- Pengembangan

Mobilisasi

- Perbaikan

- Terbatas

- O&M

Modal
Swasta

- Pengembangan

- O&M

- O&M Tertentu
Kepemilikan
Aset

Pemerintah

Pemerintah

Pemerintah

Operation &
Maintenance

Pemerintah

Swasta

Modal
Investasi

Pemerintah

Resiko Usaha

- O&M

Swasta
Serahkan
Pemerintah

Swasta
Serahkan
Pemerintah

Swasta

Swasta

Swasta

Pemerintah

Pemerintah

Swasta

Swasta

Pemerintah

Pemerintah

Patungan

Swasta

Swasta

Jangka Waktu

1 2 Tahun

3 5 Tahun

8 15 Tahun

20 30
Tahun

20 30 Tahun

Imbalan
Swasta

Borongan

Tambahan
Biaya

Bagian dari Tarif

Tarif
Curah

Tarif Konsesi

Swasta

Bab 2 - 33

KONSEP LAPORAN AKHIR


Rencana Induk Transportasi Perkotaan Pada Kawasan Perkotaan Mebidang dan Sekitarnya

2.3.4 Prasyarat Pemilihan Bentuk Kerjasama


Tabel 2.4 Prasyarat Pemilihan Bentuk Kerjasama

- Dukungan
Dana
-Komitmen
Pemerintah

Service
Contract

Management
Contract

Rendah

Rendah /

Dianjurkan

Mungkin

(Jangka
panjang)

Terbatas

Pengembangan
Struktur
Pengaturan
Rating Kredit
yang baik dari
suatu Negara

Sistem
Informasi

Menengah

Menengah
Tidak

Tarif untuk
Menutup
Biaya

Lease Contract BOT / BOOT

Menengah /

Concession
Contract
Tinggi

Tinggi
Mungkin

Dianjurkan

Mungkin

Cukup

Perlu

Perlu

Perlu

Pengawasan

Pengawasan

Perlu

Perlu

Perlu

Minimal

Seperlunya

Peraturan

Peraturan

Peraturan

Tidak Perlu

Tidak Perlu

Tidak Perlu

Diperlukan

Diperlukan

Bab 2 - 34

KONSEP LAPORAN AKHIR


Rencana Induk Transportasi Perkotaan Pada Kawasan Perkotaan Mebidang dan Sekitarnya

2.3.5 Penyiapan Dokumen Perjanjian Kerjasama


KEGIATAN
PEMBENTUKAN

1.

TIM NEGOSIASI

2.

RINCIAN KEGIATAN
Menyiapkan konsep Surat Keputusan
Pembentukan Tim Negosiasi
Mengesahkan Surat Keputusan Tim Negosiasi

1.
2.
3.
4.
5.

Menyiapkan strategi negosiasi


Mengidentifikasikan permasalahan yang ada
Menyiapkan waktu negosiasi
Menyusun materi negosiasi
Menyiapkan undangan negosiasi

1.
2.
3.
4.

Mengundang pihak yang akan negosiasi


Melaksanakan negosiasi
Mencatat materi hasil diskusi
Menentukan jadual negosiasi selanjutnya

1.

Menyusun daftar dan mengevaluasi butir-butir


isi Dokumen Perjanjian Kerjasama.
Menyiapkan dokumen perjanjian kerjasama
secara resmi.

PENYUSUNAN
MATERI NEGOSIASI

PELAKSANAAN
NEGOSIASI

KESEPAKATAN ISI
DOKUMEN KERJASAMA

2.

PENYIAPAN DOKUMEN

1.

PERJANJIAN KERJASAMA

2.

Menyiapkan dan mengevaluasi dokumen


perjanjian secara rinci.
Konsep dokumen perjanjian kerjasama.

PENANDATANGAN

1.
2.

Menyiapkan materi dokumen perjanjian.


Menandatangani dokumen perjanjian.

1.

Menyiapkan dokumen perjanjian yang telah


ditandatangani
Mengajukan dokumen perjanjian ke notaris
Pengesahan oleh notaris.
Penerimaan akte perjanjian kerjasama.

PERJANJIAN KERJASAMA

PENGESAHAN DOKUMEN
PERJANJIAN KERJASAMA

2.
3.

4.

Gambar 2.11. Penyiapan Dokumen Perjanjian Kerjasama

Bab 2 - 35

BAB 2. METODOLOGI
Rencana Induk Transportasi Perkotaan Pada Kawasan Perkotaan Mebidang dan Sekitarnya

2.3.6 Pelaksanaan Kerjasama

KEGIATAN
PEMBENTUKAN BADAN
PENGAWAS / PENGATUR

PENYELESAIAN PENCARIAN
DANA

PENYIAPAN DOKUMEN
RANCANG BANGUN

RINCIAN KEGIATAN
1. Menyiapkan konsep Surat Keputusan
Pembentukan Badan Pengawas / Pengatur
2. Persetujuan / pembentukan Badan Pengawas /
Pengatur
1.

Pengajuan permohonan pihak Swasta kepada


pihak penyandang dana.

1.
2.
3.
4.

Menganalisa kondisi yang ada


Menyusun rancangan awal
Mengajukan usulan rancangan awal
Melakukan koordinasi dengan instansi terkait
untuk membahas usulan rancangan.
Menyempurnakan rancangan secara rinci.

5.
PELAKSANAAN DAN
PENGAWASAN
PEMBANGUNAN

1.
2.
3.
4.
5.

PEMANTAUAN
PELAKSANAAN KERJASAMA

EVALUASI
PELAKSANAAN KERJASAMA

1.
2.
3.

Menerbitkan Surat Perintah Mulai Kerja sesuai


aturan dan per Undang-undangan yang berlaku.
Melaksanakan Pembangunan
Uji coba prasarana yang dibangun.
Mengeluarkan sertifikat penyelesaian
konstruksi.
Melaksanakan pengelolaan.

4.
5.

Menyiapkan materi pemantauan


Menyusun dokumen secara rinci
Melaksanakan pemeriksaan, pengujian dan
audit secara berkala
Menyusun laporan pemantauan.
Melaporkan hasil pemantauan.

1.
2.
3.
4.
5.

Menyiapkan materi evaluasi.


Menyusun dokumen pelaksanaan evaluasi.
Mengevaluasi pelaksanaan kerjasama
Menyusun laporan hasil evaluasi
Melaporkan hasil evaluasi

Gambar 2.12. Pelaksanaan Kerjasama

Bab 2 - 36

BAB 3. GAMBARAN WILAYAH


Rencana Induk Transportasi Perkotaan pada Kawasan Perkotaan Mebidang dan Sekitarnya

BAB III. GAMBARAN WILAYAH

3.1. KAWASAN MEBIDANG


3.1.1. WILAYAH MEBIDANG
Wilayah Mebidang terdiri dari 52 kecamatan yang meliputi 21 kecamatan di Kota Medan yaitu
Kecamatan Medan Tuntungan, Medan Selayang, Medan Johor, Medan Amplas, Medan Denai,
Medan Tembung, Medan Kota, Medan Area, Medan Baru, Medan Polonia, Medan Maimun,
Medan Sunggal, Medan Helvetia, Medan Petisah, Medan Barat, Medan Timur, Medan
Perjuangan, Medan Deli, Medan Labuhan, Medan Marelan, dan Medan Belawan; 5 kecamatan
di Kota Binjai yaitu Binjai Selatan, Binjai Kota, Binjai Timur, Binjai Utara, dan Binjai Barat;
dan 22 kecamatan di Kabupaten Deli Serdang yaitu Hamparan Perak, Labuhan Deli, Sunggal,
Percut Sei Tuan, Batang Kuis, Tanjung Morawa, Lubuk Pakam, Pagar Merbau, Beringin, Pantai
Labu, Patumbak, Deli Tua, Namo Rambe, Gunung Meriah, STM Hulu Sibolangit, Kutalimbaru,
Biru Biru, STM Hilir, Bangun Purba, Galang dan Kecamatan Pancur Batu dan mengikuti
perkembangan wilayah ditambahkan 4 kecamatan di kabupaten Karo yaitu Merdeka, Barastagi,
Barusjahe dan Dolat Rakyat
3.1.2. SISTEM JARINGAN JALAN, LALULINTAS DAN ANGKUTAN UMUM
KAWASAN PERKOTAAN MEBIDANG
A. Jaringan Jalan Dan Data Lalulintas
Data lalulintas terdiri dari data VC Ratio dan Kecepatan di jaringan jalan kawasan Mebidang.
Tabel 3.1
No

1
2
3
4
5
6

Data VC Ratio Jaringan Jalan Kawasan Perkotaan Mebidang


Nama Ruas Jalan

BINJAI - TANJUNGPURA (BINJAI)


JLN. AMIR HAMZAH (BINJAI)
JLN. SOEKARNO-HATTA (BINJAI)
MEDAN - BINJAI (MEBIDANG)
JLN. JEND. GATOT SUBROTO (MEDAN)
JLN. BINJAI RAYA (MEDAN)

KAPASITAS
(smp/jam)
2813
2813
2927
2927
2763
2338

VOLUME
LALIN
(smp/jam)

VC
RATIO

1032.60
0.37
1056.45
0.38
1016.50
0.35
1256.50
0.43
1099.35
0.40
1014.30
0.43
Bab 3 - 1

BAB 3. GAMBARAN WILAYAH


Rencana Induk Transportasi Perkotaan pada Kawasan Perkotaan Mebidang dan Sekitarnya

No

7
8
9
10
11
12
13
14
15
16
17
18
19
20
21
22
23
24
25
26
27
28
29
30
31
32
33
34
35
36
37
38
39
40
41

Nama Ruas Jalan


JLN. ASRAMA (MEDAN)
JLN. HELVETIA (MEDAN)
JLN. KAPTEN SUMARSONO (MEDAN)
JLN. PERTEMPURAN (MEDAN)
JLN. YOS SUDARSO (MEDAN)
MEDAN - BELAWAN (MEDAN)
JLN. SUNGGAL (MEDAN)
JLN. SETIABUDI (MEDAN)
JLN. DR. MANSYUR (MEDAN)
JLN. YAMIN GINTING (MEDAN)
JLN. YAMIN GINTING (MEDAN)
MEDAN - BTS.TANAH KARO (MEBIDANG)
JLN. SUDIRMAN (MEDAN)
JLN. IR. H. DJUANDA (MEDAN)
JLN. SISINGAMANGARAJA (MEDAN)
MEDAN - TEMBUNG - LUBUK PAKAM (DELI
SERDANG)
MEDAN - LUBUK PAKAM (DELI SERDANG)
LUBUK PAKAM - PERBAUNGAN (DELI SERDANG)
JLN. MEDAN (LUBUK PAKAM, DELI SERDANG)
JLN. SIANTAR (LUBUK PAKAM, DELI SERDANG))
PERBAUNGAN - BTS. DELI SERDANG (DELI
SERDANG)
JL. KATAMSO (MEDAN)
JL. PELANGI (MEDAN)
JL. MASJID RAYA (MEDAN)
JL. SISINGAMANGARAJA (MEDAN)
JL. AMALIUN (MEDAN)
JL. SUTOMO I (MEDAN)
JL. SUTOMO II (MEDAN)
JL. PERINTIS KEMERDEKAAN I (MEDAN)
JL. PERINTIS KEMERDEKAAN II (MEDAN)
JL. A. YANI (MEDAN)
JL. PANDU (MEDAN)
JL. MT HARYONO (MEDAN)
JL. GUDANG (MEDAN)
JL. PEMUDA (MEDAN)

KAPASITAS
(smp/jam)

VOLUME
LALIN
(smp/jam)

VC
RATIO

2315
2315
2326
4959
3342
2914
2048
2763
2763
2733
2245.47
6204
2812
2812
4144
3118

1086.30
1164.65
1001.75
1164.65
1084.30
1024.50
864.25
861.50
841.10
1033.10
1054.70
965.80
719.80
818.90
1298.20
1076.30

0.47
0.50
0.43
0.23
0.32
0.35
0.42
0.31
0.30
0.38
0.47
0.16
0.26
0.29
0.31
0.35

2731
6072
2903
2903
2903

1548.60
1554.60
1127.50
1535.60
1554.60

0.57
0.26
0.39
0.53
0.54

6600
3305
3312
4982
3261
3317
3300
4913
4961
5424
3504
4988
4195
6646

2689
2413
2219
3587
1076
2123
2013
2751
3721
4827
2663
3192
4027
3323

0.41
0.73
0.67
0.72
0.33
0.64
0.61
0.56
0.75
0.89
0.76
0.64
0.96
0.50

Sumber : Hasil Analisis, 2011

Bab 3 - 2

BAB 3. GAMBARAN WILAYAH


Rencana Induk Transportasi Perkotaan pada Kawasan Perkotaan Mebidang dan Sekitarnya

Tabel 3.2

No

1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
13
14
15
16
17
18
19
20
21
22
23
24
25
26
27
28
29
30
31
32
33
34
35
36

Data Kecepatan Pada Jaringan Jalan Kawasan Perkotaan Mebidang

Nama Ruas Jalan

BINJAI - TANJUNGPURA (BINJAI)


JLN. AMIR HAMZAH (BINJAI)
JLN. SOEKARNO-HATTA (BINJAI)
MEDAN - BINJAI (MEBIDANG)
JLN. JEND. GATOT SUBROTO (MEDAN)
JLN. BINJAI RAYA (MEDAN)
JLN. ASRAMA (MEDAN)
JLN. HELVETIA (MEDAN)
JLN. KAPTEN SUMARSONO (MEDAN)
JLN. PERTEMPURAN (MEDAN)
JLN. YOS SUDARSO (MEDAN)
MEDAN - BELAWAN (MEDAN)
JLN. SUNGGAL (MEDAN)
JLN. SETIABUDI (MEDAN)
JLN. DR. MANSYUR (MEDAN)
JLN. YAMIN GINTING (MEDAN)
JLN. YAMIN GINTING (MEDAN)
MEDAN - BTS.TANAH KARO (MEBIDANG)
JLN. SUDIRMAN (MEDAN)
JLN. IR. H. DJUANDA (MEDAN)
JLN. SISINGAMANGARAJA (MEDAN)
MEDAN - TEMBUNG - LUBUK PAKAM (DELI
SERDANG)
MEDAN - LUBUK PAKAM (DELI SERDANG)
LUBUK PAKAM - PERBAUNGAN (DELI SERDANG)
JLN. MEDAN (LUBUK PAKAM, DELI SERDANG)
JLN. SIANTAR (LUBUK PAKAM, DELI SERDANG))
PERBAUNGAN - BTS. DELI SERDANG (DELI
SERDANG)
JL. SUTOMO (BINJAI)
JL. JEND. SUDIRMAN (BINJAI)
JL. GATOT SUBROTO (BINJAI)
JL. HARYONO, MT (BINJAI)
JL. MADURA (BINJAI)
JL. LABU (BINJAI)
JL. UMAR BAKI (BINJAI)
JL. ASRAMA (MEDAN)
JL. SUMARSONO (MEDAN)

WAKTU
TEMPUH
(menit)

PANJANG
JALAN
(KM)

KECEPATAN
(Km/Jam)

40.09
7.83
6.09
14.33
3.34
4.05
2.33
2.21
7.20
1.23
22.12
11.83
1.08
5.51
1.86
0.81
19.78
46.02
0.73
4.47
19.15
56.33

32.74
6.00
4.77
8.60
1.95
2.50
1.40
1.40
4.20
0.78
13.64
8.28
0.65
3.40
1.21
0.50
12.53
31.45
0.40
2.46
10.85
33.80

49.00
46.00
47.00
36.00
35.00
37.00
36.00
38.00
35.00
38.00
37.00
42.00
36.00
37.00
39.00
37.00
38.00
41.00
33.00
33.00
34.00
36.00

21.29
1.51
5.91
6.82
17.20

14.55
0.88
3.25
3.98
12.90

41.00
35.00
33.00
35.00
45.00

0.39
3.28
7.18
4.42
0.97
0.73
6.43
0.03
0.10

0.22
1.75
4.67
2.80
0.60
0.40
3.75
1.00
3.00

34.00
32.00
39.00
38.00
37.00
33.00
35.00
30.00
30.00
Bab 3 - 3

BAB 3. GAMBARAN WILAYAH


Rencana Induk Transportasi Perkotaan pada Kawasan Perkotaan Mebidang dan Sekitarnya

37
38
39
40
41
42
43

JL. KAPT. MUSLIM (MEDAN)


JL. SUNGGAL (MEDAN)
JL SETIABUDI (MEDAN)
JL. DR. MANSYUR (MEDAN)
JL. JAMIN GINTING (MEDAN)
JL. AH NASUTION (MEDAN)
JL. KATAMSO (MEDAN)

0.07
0.05
0.11
0.08
0.13
0.08
0.17

1.30
0.80
1.90
2.10
8.10
3.60
4.00

19.50
15.60
17.60
26.80
64.80
43.20
22.90

Sumber : Hasil Analisis, 2011


B. Data Angkutan Umum
Angkutan umum yang melayani dengan trayek tetap dan teratur terdiri dari mobil penumpang
umum (MPU), bus kecil, bus sedang, dan bus besar, sedangkan yang tidak bertrayek dilayani
oleh taksi, becak, becak bermesin (betor) dan ojek. Data MPU dan bus AKDP dalam kawasan
Mebidang dapat dilihat pada tabel berikut.
Tabel 3.3
No.
1
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
13
14
15
16
17
18
19
20

21
22

Data MPU AKDP Dalam Kawasan Perkotaan Mebidang


TRAYEK

2
B.Baru-P.Batu-Jl.J.Ginting-Jl.AH.Nst-Jl.SM.Raja- T. Amplas-Jl.SM. RajaTj.Morawa-Psr.Baru-L.Pakam
B.Labuhan-T.Morawa-Medan
Bandar Baru-Medan (Term.P.baris)
Belawan Via Toll-Tg.Morawa-Perbaungan
Belawan-H.Perak-Medan (Term.P.Baris)
Belawan-Jl.Toll Belmera-T.Tinggi-Tj.Balai
Belawan-Jl.Toll-Perbaungan
Belawan-Sp. Kantor-H. Perak-T. Payung-B.Cina- T.Hilir-Binjai
Binjai Via Tol-Medan-L. Pakam
Binjai-Batang Serangan
Binjai-Marike
Binjai-Medan(Ter.P.Baris)-Percut-Bagan
Binjai-Secanggang
Binjai-T. Keriahe-Bahorok
Binjai-Ter.P.Baris-PAM Tirtanadi- Jl. Ngumban Surbakti-Jl. K.JasaJl.Jend.Ah.Nst-Term.Amplas-Jl.SM.Raja-Bangun Purba
Binjai-Term.P.Baris-K.Jahe
Binjai-Term.P.Baris-T.Tinggi-P.Siantar
Brastagi-K.Jahe-S.Dolok-P.Siantar-Tj.Balai
Brastagi-P.Batu-N.Rambe-Medan(Term.Amplas)
Bt. Kuis-Tembung/Bts.D. Serdang-Jl. L. Sujono-Jl. S. Ketaren-Jl. Rs.
H.Mina-Jl. W. Iskandar-Jl.Cemara Jl. Pertempuran Via Jl. LayangJl.K.Sumarsono-Jl.Gaperta Ujung-Klambir V-Jl.TB.Simatupang- T. Pinang
Baris
Bt.Kuis-Tembung-T.W.Iskandar
Bt.Kuis-Tj.Morawa-Medan (Term.Amplas)

PP

JUMLAH
KEND.
RIT
3
4
100
400

PP
PP
PP
PP
PP
PP
PP
PP
PP
PP
PP
PP
PP
PP

15
20
15
45
10
15
20
35
10
5
20
5
5
25

45
80
60
180
20
60
120
65
30
15
40
15
15
50

PP
PP
PP
PP

40
15
5
15
40

120
30
10
45
150

PP
PP

47
34

188
136
Bab 3 - 4

BAB 3. GAMBARAN WILAYAH


Rencana Induk Transportasi Perkotaan pada Kawasan Perkotaan Mebidang dan Sekitarnya

No.
1
23
24
25
26
27
28
29
30
31
32
33
34
35
36
37
38
39
40
41
42
43
44
45
46
47
48
49
50
51
52
53
54
55
56
57
58
59
60
61
62
63
64
65
66

TRAYEK

2
Cadangan
D.Masihul-Galang-L.Pakam-Term.Amplas
D.Tua-Patumbak-Bts.Kota-T.Amplas
Ds.T.Tujuh-K.Datar-T.Hilir-Binjai-Medan
Garoga-Balige-P.Siantar-T.Tinggi-T.Amplas
Haranggaol-S.Dolok-K.Jahe-T.P.Baris-Binjai
Jl.SM.Raja-Medan (Term.Amplas)
K.Jahe-Brastagi
K.Jahe-P.Siantar
K.Jahe-P.Siantar-Parapat
K.Jahe-S.Dolok-P.Siantar
K.Jahe-Tj.Balai
Kota Medan (Via Jl.Nasioal L.Pakam-Perbaungan)-Kab.Sergai-Kota
T.Tinggi-Kota P.Siantar-Kab.Simalungun
Kotarih-Galang-L.Pakam-Term.Amplas
Kuta Buluh-K.Jahe-Medan
Laiken-K.Jahe-Medan
M.Pinang-N. Rambe-Jl. AH.NST-Jl. SM.Raja-T.Amplas
Medan - Lubuk Pakam
Medan(Belawan/U.Baru)-Via Toll-T.Amplas-L.Pakam-T.Tinggi-P.SiantarParapat-Balige-Siborong2-L.Ni Huta
Medan(Belawan/U.Baru)-Via Toll-Ter.Amplas-L.Pakam- L.PakamT.Tinggi-P.Siantar-Parapat-Balige-Siborong2-D.Sanggul-Pakkat-Parlilitan
Medan(Belawan/U.Baru)-Via Toll-Ter.Amplas-L.Pakam-T.TinggiP.Siantar-Parapat-Balige-Tarutung-Sibolga
Medan-(T. P. Baris)-K. Jahe-H. Gaol
Medan-(T. P. Baris)-K. Jahe-P. Siantar-Prapat
Medan(Ter.P.Baris)-Binjai-Sawit Sebrang-Batang Serangan
Medan(Ter.P.Baris)-Binjai-Secanggang
Medan-(Term.P. Baris).Percut
Medan-(Term.P. Baris)-Pancur Batu-B. Baru
Medan-(Term.P. Baris)-Tembung-Bt. Kuis
Medan-B.Kuis-Rt. Panjang-L.Pakam
Medan-Batang Kuis
Medan-Bgn.Percut
Medan-Binjai
Medan-Binjai Besitang
Medan-Binjai-Bkt.Lawang
Medan-Binjai-D. Serdang-Bedagai-T. Tinggi
Medan-Binjai-Daerah Aceh
Medan-Binjai-Kuala-B.Lawang-Marike
Medan-Binjai-Kwala
Medan-Binjai-Kwala-Bukit Lawang
Medan-Binjai-L.Tamiang
Medan-Binjai-N.Ukur-Telaga-Lau Kawar
Medan-Binjai-Namu Unggas
Medan-Binjai-Pangkalan Brandan
Medan-Binjai-Pangkalan Susu

PP
PP
PP
PP
PP
PP
PP
PP
PP
PP
PP
PP
PP

JUMLAH
KEND.
RIT
3
4
37
20
45
24
96
30
120
8
16
15
45
48
192
20
180
5
10
3
6
12
36
8
16
20

PP
PP
PP
PP
PP
PP

20
6
8
30
40
10

60
12
16
120
200
10

PP

10

10

PP

10

10

PP
PP
PP
PP
PP
PP
PP
PP
PP
PP
PP
PP
PP
PP
PP
PP
PP
PP
PP
PP
PP
PP
PP

5
5
15
10
30
50
40
5
45
6
72
89
70
30
6
27
30
32
35
37
20
112
40

10
10
30
20
120
200
120
15
170
24
288
178
210
30
6
54
80
64
105
74
60
299
115
Bab 3 - 5

BAB 3. GAMBARAN WILAYAH


Rencana Induk Transportasi Perkotaan pada Kawasan Perkotaan Mebidang dan Sekitarnya

No.
1
67
68
69
70
71
72
73
74
75
76
77
78
79
80
81
82
83
84
85
86
87
88
89
90
91
92
93
94
95
96
97
98
99
100
101
102
103
104
105
106
107
108
109
110
111
112
113
114

TRAYEK

2
Medan-Binjai-Pkl.Brandan-Bts. Aceh
Medan-Binjai-Sejagat
Medan-Binjai-Tambunan
Medan-Brastagi-K. Jahe-Pardomuan
Medan-Brastagi-K. Jahe-Parongil
Medan-Brastagi-K. Jahe-Salak-Laiken
Medan-Brastagi-K. Jahe-Sidikalang
Medan-Brastagi-K. Jahe-Sumbul-T. Baru
Medan-Brastagi-K.Jahe-Sidikalang-D.Sanggul-Pakkat-Parlilitan
Medan-Brastagi-Kaban Jahe-Haranggaol
Medan-Brastagi-Merek-Silalahi
Medan-Brastagi-Tiga Lingga-K. Buluh
Medan-Deli Tua-Sibirubiru
Medan-Galang-D. Masihul-T. Tinggi
Medan-H. Perak-Tit Payung
Medan-Jl.A.II Nasution-Jl.J.Ginting-P,Batu
Medan-K. Jahe-K. Buluh Simole
Medan-K. Jahe-L. Balang-Batas Aceh
Medan-K. Jahe-Pangururan
Medan-K. Jahe-Pangururan-Simbolon
Medan-K. Jahe-Parapat-Pangururan-Samosir
Medan-K. Jahe-Sidikalang-Bts. Aceh
Medan-K. Jahe-Sidikalang-D. Sanggul
Medan-K. Jahe-Sidikalang-D. Sanggul-Sibolga
Medan-K. Jahe-Tiga Binanga
Medan-K. Jahe-Tigabinanga-Lau Pakam
Medan-K.Jahe-K.Buluh-L.Balang/Bts Aceh
Medan-K.Jahe-Lau Kawar
Medan-K.Jahe-Lau Pakam
Medan-K.Jahe-Pangururan
Medan-K.Jahe-S.Kalang-Laiken
Medan-K.Jahe-S.Kalang-T.Lingga-K.Buluh
Medan-K.Jahe-S.Ramai-Salak-Laiken/Bts Aceh
Medan-K.Jahe-Seribu Dolok-H.Gaol
Medan-K.Jahe-Sidikalang-T.Lingga
Medan-K.Jahe-Sp.Tele-Pangururan
Medan-K.Jahe-T.Binangga-Lau Pakam
Medan-k.Jahe-Tongging Paropo-Silalahi
Medan-Kaban Jahe
Medan-Kaban Jahe-Prapat
Medan-Kaban Jahe-Sidikalang
Medan-Kabanjahe-Lau Balang
Medan-L. Pakam-D. Masihul-T. Tinggi
Medan-L. Pakam-Pantai Labu
Medan-L. Pakam-T. Tinggi
Medan-L.Pakam-Bedagei (T.Beringin)
Medan-L.Pakam-Bgn.Purba
Medan-L.Pakam-Perbaungan

PP
PP
PP
PP
PP
PP
PP
PP
PP
PP
PP
PP
PP
PP
PP
PP
PP
PP
PP
PP
PP
PP
PP
PP
PP
PP
PP
PP
PP
PP
PP
PP
PP
PP
PP
PP
PP
PP
PP
PP
PP
PP
PP
PP
PP
PP
PP
PP

JUMLAH
KEND.
RIT
3
4
9
18
15
45
15
60
9
18
7
14
10
10
10
20
3
9
10
10
5
10
8
16
10
10
25
75
15
45
10
40
40
80
5
10
10
30
5
10
13
26
5
10
5
10
15
30
8
8
5
10
35
20
20
40
5
10
7
14
2
4
20
10
10
10
10
20
2
4
22
34
10
20
30
30
2
4
60
160
20
60
69
158
5
10
10
20
10
30
5
15
10
30
10
40
18
72
Bab 3 - 6

BAB 3. GAMBARAN WILAYAH


Rencana Induk Transportasi Perkotaan pada Kawasan Perkotaan Mebidang dan Sekitarnya

No.
1
115
116
117
118
119
120
121
122
123
124
125
126
127
128
129
130
131
132
133
134
135
136
137
138
139
140
141
142
143
144
145
146
147
148
149
150
151
152
153
154
155
156
157
158
159

TRAYEK

2
Medan-L.Pakam-Perbaungan-P.Cermin
Medan-L.Pakam-Sp.T.Abang-B.Purba-T.Juhar
Medan-L.Pakam-T.Tinggi-Kisaran-R.Prapat-G.Tua- P.SidempuanPenyabungan
Medan-L.Pakam-T.Tinggi-P.Siantar-Tarutung-Sipirok-P.SidempuanPenyabungan
Medan-Lubuk Pakam
Medan-Lubuk Pakam-Galang
Medan-Mata Pao-Sialang Buah
Medan-P. Batu-Sembahe
Medan-P. Siantar
Medan-P. Siantar-Pakkat-D. Sanggul
Medan-P. Siantar-Parapat-Pangaribuan
Medan-P. Siantar-Tarutung-Parsoburan
Medan-P. Siantar-Tarutung-Sibolga-Manduamas
Medan-P.Siantar-Tarutung-P. Siedmpuan
Medan-P.Siantar-Tarutung-Sibolga
Medan-P.Siantar-Tarutung-Sipirok
Medan-Patumbak-T.Kenas-T.Juhar-D.Tingung-T.Tmur
Medan-Patumbak-T.Kenas-T.Peta-P.Besi-Penen
Medan-Perbaugan-P. Cermin
Medan-Perbaungan
Medan-Percut
Medan-Sembahe-Berastagi-Lau Kawar
Medan-T. Tinggi-G. Tua-M. Sipongi
Medan-T. Tinggi-Kisaran
Medan-T. Tinggi-Kisaran-R. Parapat
Medan-T. Tinggi-Kisaran-R. Prapat-P. Sidempuan
Medan-T. Tinggi-Kisaran-Tanjung Balai
Medan-T. Tinggi-P. Siantar-Sibolga
Medan-T. Tinggi-P. Siantar-Tarutung-Sipirok- P. SidempuanPenyambungan
Medan-T. Tinggi-Pagurawan
Medan-T. Tinggi-Parapat-Sibolga-Bts. Sumbar
Medan-T. Tinggi-R. Prapat
Medan-T. Tinggi-R. Prapat-Bagan BatuMedan-T. Tinggi-R. Prapat-P. Sidempuan
Medan-T. Tinggi-R. Prapat-Psp-Bts. Sumbar
Medan-T. Tinggi-S. Borong2-D. Sanggul-Pakkat-Barus
Medan-T. Tinggi-Sibolga
Medan-T. Tinggi-Sibolga-P. Sidempuan
Medan-T. Tinggi-Sipirok-P. Sidempuan
Medan-T. Tinggi-Tanjung Tiram
Medan-T. Tinggi-Tarutung-Sibolga-Barus
Medan-T. Tinggi-Tj. Balai
Medan-T.Tinggi-Kisaran-R.Prapat-B.Batu
Medan-T.Tinggi-Kisaran-R.Prapat-G.Tua-P. Sidempuan
Medan-T.Tinggi-Kisaran-R.Prapat-P.Sidempuan

PP
PP
PP

JUMLAH
KEND.
RIT
3
4
2
4
15
30
5
5

PP

PP
PP
PP
PP
PP
PP
PP
PP
PP
PP
PP
PP
PP
PP
PP
PP
PP
PP
PP
PP
PP
PP
PP
PP
PP

30
15
15
10
20
10
10
10
10
9
5
6
20
20
10
10
45
2
6
19
15
10
102
30
15

120
45
45
40
20
30
30
30
20
9
5
6
60
60
30
40
150
4
6
23
20
10
194
30
15

PP
PP
PP
PP
PP
PP
PP
PP
PP
PP
PP
PP
PP
PP
PP
PP

10
9
38
10
5
9
15
35
32
5
15
15
10
10
8
10

30
9
60
10
5
9
30
35
37
5
30
30
30
20
12
10
Bab 3 - 7

BAB 3. GAMBARAN WILAYAH


Rencana Induk Transportasi Perkotaan pada Kawasan Perkotaan Mebidang dan Sekitarnya

No.
1
160
161
162
163
164
165
166
167
168
169
170
171
172
173
174
175
176
177
178
179
180
181
182
183
184
185
186
187
188
189
190
191
192
193
194

195
196

197
198
199
200
201
202

TRAYEK

2
Medan-T.Tinggi-Kisaran-Rt.Prapat-P.Sidimpuan
Medan-T.Tinggi-L.Puluh
Medan-T.Tinggi-P.Siantar-Kisaran-Rt.Prapat
Medan-T.Tinggi-P.Siantar-P.Sidempuan
Medan-T.Tinggi-P.Siantar-Parapat
Medan-T.Tinggi-P.Siantar-S.borong-D.Sanggul-Parlilitan
Medan-T.Tinggi-P.Siantar-Sibolga-P. Sidempuan
Medan-T.Tinggi-P.Siantar-Tarutung
Medan-T.Tinggi-P.Siantar-Tarutung-Padang Sidempuan
Medan-T.Tinggi-P.Siantar-Tarutung-Sipirok
Medan-T.Tinggi-P.Siantar-Tarutung-Sipirok-P.Sidimpuan
Medan-T.Tinggi-P.Siantar-Trt-Sipirok-Sbg
Medan-T.Tinggi-Rantau Prapat
Medan-T.Tinggi-Rt.Prapat-M.Sipongi
Medan-T.Tinggi-Sipirok-Natal
Medan-T.Tinggi-T.Balai
Medan-T.tinggi-Tarutung-Sibolga
Medan-T.Tinggi-Tarutung-Sibolga-P.Sidempuan
Medan-T.Tinggi-tarutung-Sipirok-Natal
Medan-Tanjung Morawa-Dalu X
Medan-Tebing Tinggi
Medan-Tebing Tinggi-Kota Pinang
Medan-Tebing Tinggi-P. Siantar
Medan-Tebing Tinggi-P. Sidempuan
Medan-Tebing Tinggi-Tarutung
Medan-Tembung-B. setia-Percut
Medan-Tembung-Serdang
Medan-Tj.Morawa-Bandar Labuhan
Medan-Tj.Selamat-Tj.Anom-Dsa.G.Tinggi-G.Rimbun
Medan-Tuntungan-Ht.Limbaru
Mencirim-Paya Geli-T.P.Baris
N.Rambe-D.Tua-Kp.Durian-Jl.AH.Nst-Jl.SM.Raja-Medan (Term.Amplas)
Namotating-Binjai-Medan(Ter.P.Baris)
Natal-P.Sidimpuan-Sipirok-Medan
P.Cermin-Perbaungan-L.Pakam-Tj.Morawa- Jl.SM.Raja-Medan
(Term.Amplas)-Jl.SM.Raja- Jl.AH.Nst-Jl.K.Jasa-Jl.J.GintingSp.Tuntungan-Jl.Pantai-Tuntungan-Jl.Perum.Asrama Yon Zipur- Asrama
Yon Zipur-Namo Pecawir
P.Labu-L.Pakam-Term.Amplas
P.Labu-L.Pakam-Tj.Morawa-SM.Raja-T.Amplas-SM.Raja-AH.NstJl.K.Jasa-Jl.N.Surbakti-Tj.Anom-Jl.Glugur-Sp.Ktr.Pos-Glugur-Jl.Bumi
Tuntungan
P.Sidimpuan-Rt.Prapat-Sipirok-Medan
P.Sidimpuan-Sibolga-Medan
P.Sidimpuan-Sibolga-Tarutung-P.Siantar-Medan
P.Sidimpuan-Sipirok-Medan
Pakkat-D.Sanggul-Sumbul-K.Jahe-T.P.Baris
Parsoburan-Porsea-P.Siantar-T.Tinggi-T.Amplas

PP
PP
PP
PP
PP
PP
PP
PP
PP
PP
PP
PP
PP
PP
PP
PP
PP
PP
PP
PP
PP
PP
PP
PP
PP
PP
PP
PP
PP
PP
PP
PP
PP
PP
PP

JUMLAH
KEND.
RIT
3
4
10
10
29
77
15
15
30
30
31
66
10
10
45
40
115
230
30
30
10
20
20
20
7
7
164
218
7
7
8
8
54
112
8
8
4
2
8
4
10
30
43
149
10
10
155
420
30
31
10
10
15
45
23
120
5
30
40
120
20
60
20
80
34
136
10
30
10
10
58
174

PP
PP

10
50

30
150

PP
PP
PP
PP
PP
PP

5
5
10
10
8
8

5
5
10
10
8
8
Bab 3 - 8

BAB 3. GAMBARAN WILAYAH


Rencana Induk Transportasi Perkotaan pada Kawasan Perkotaan Mebidang dan Sekitarnya

No.
1
203
204

205
206
207
208
209
210
211
212
213
214
215
216
217
218
219
220
221
222
223
224
225
226
227
228
229
230
231
232
233
234
235
236
237
238
239

JUMLAH
KEND.
RIT
3
4
100
400

TRAYEK

2
Penen-Sibiru2-D.Tua-Jl.AH.NST-T.P.Baris-Kp.Lalang- Jl.Binjai-DiskiPondok Sei Mencirim-G.Rimbun
Perbaungan-L.Pakam-Tj.Morawa-Psr.Baru-Jl.SM.Raja- T. AmplasJl.P.Denai-Jl.D.Kabu-Jl.Beringin-Jl.Tembung- Psr.VII-Jl.L.SujonoT.W.Iskandar-Percut
Pesanan / Charteran
S.Dolok-G.Meriah-L.Pakam-T.Amplas
S.Dolok-P.Siantar-T.Tinggi-T.Amplas
S.Rampah-D.Masihul-Galang-L.Pakam-Term.Amplas
Secanggang-Stabat-Binjai-Medan
Sibiru2-D.Tua-Jl.AH.Nst-Jl.SM.Raja-T.Amplas
Sibolga-Barus-D.Sanggul-Siborong2-Tarutung-P.Siantar-T.Tinggi-Medan
Sibolga-Barus-D.Sanggul-Siborong-P.Siantar-Medan
Sibolga-Barus-Pakkat-D.Sanggul-P.Siantar-Medan
Sibolga-P.Sidimpuan-Rt.Prapat
Sibolga-P.Sidimpuan-Sipirok-Tarutung- P.Siantar-Medan
Sibolga-P.Sidimpuan-Sipirok-Tarutung-P.Siantar-T.Tinggi-Medan
Sibolga-Tarutung-P.Siantar-Medan
Sidikalang - K.Jahe - Brastagi - T.P.Baris
Sidikalang-S.Dolok-P.Siantar-Medan
Silindak-Bg.Purba-L.Pakam-Tj.Morawa Kiri-T.Amplas
T.Amplas-T.Tinggi-Kisaran-R.Prapat-Sibuhuan-U.Batu
T.Amplas-T.Tinggi-P.Siantar-Tarutung-P.Sidimpuan-Penyabungan
T.Amplas-T.Tinggi-P.Siantar-Tarutung-Sibolga
T.Juhar-Patumbak-Medan(Term amplas)
T.Kenas-D.Tua-Jl.AH.Nst-Medan (Term.Amplas)
T.Kenas-Patumbak-Medan (Term.Amplas)
T.Lingga-Sidikalang-K.Jahe-Medan
T.Morawa Kiri-Bts.Kota-Term.Amplas
T.P.Baris-K.Jahe-S.Dolok
T.P.Baris-P.Batu-K.Jahe
T.P.Baris-T.Payung-Sp.Kantor-Belawan
T.P.Baris-Tj.Selamat-Glugur Rimbun-Lau Bakeri
T.Tinggi-Term.Amplas
Taharu-Medan-Binjai-Bkt. Lawang
Tanjung Langkat-Binjai-Medan(Ter.P.Baris)
Tarutung-P.Siantar-T.Tinggi-Medan-Binjai
Tarutung-P.Siantar-T.Tinggi-T.Amplas
Tigabaru-Sumbul-Sidikalang-K.Jahe-Medan
U.Merah-Salak-Laiken-Sidikalang-Medan

PP
PP

90

270

PP
PP
PP
PP
PP
PP
PP
PP
PP
PP
PP
PP
PP
PP
PP
PP
PP
PP
PP
PP
PP
PP
PP
PP
PP
PP
PP
PP
PP
PP
PP
PP
PP
PP
PP

15
7
15
20
30
38
15
10
10
5
20
5
40
28
10
48
16
26
16
15
29
29
8
78
23
23
20
55
18
5
10
5
10
10
4

21
45
40
80
152
15
10
20
5
40
5
60
64
20
192
16
26
16
30
116
116
16
312
92
92
80
200
54
10
30
5
20
10
8

Sumber : Hasil Olahan Konsultan


Tabel 3.4
NO
1
1

Data Bus AKDP Dalam Kawasan Perkotaan Mebidang


T R A Y E K

2
B.Lawang-Binjai-Medan-T.Tinggi-P.Siantar-Parapat

PP

JUMLAH
BUS
RIT
3
4
21
42
Bab 3 - 9

BAB 3. GAMBARAN WILAYAH


Rencana Induk Transportasi Perkotaan pada Kawasan Perkotaan Mebidang dan Sekitarnya

NO
1

T R A Y E K

JUMLAH
BUS
RIT
3
4
21
42
4
6
10
20
5
5

2
B.Lawang-Medan-Binjai-P.Labu
Bah Siduadua -Galang - Medan
Belawan - Jl.Toll Belmera - T.Tinggi - Tj.Balai
Besitang-Stabat-Binjai-Medan-Term. Amplas-T. Tinggi-P. Siantar

PP
PP
PP
PP

6
7
8
9
10
11
12
13
14
15
16
17
18
19
20
21
22
23
24
25
26
27
28
29
30
31

Binjai - Sei Musam


Binjai - Besilam
Binjai - Bukit Lawang
Binjai - Kendit
Binjai - Kwala Sawit
Binjai - Namu Unggas
Binjai - P. Sawah
Binjai - Sampan Getek
Binjai - Sawit Hulu
Binjai - Sawit sebrang
Binjai - Secanggang
Binjai - Tambun - Marike
Binjai - Tanjung langkat
Binjai - Telaga
Binjai - Tj. Lenggang
Binjai-Medan-K.Jahe-Baganding
Binjai-Medan-K.Jahe-Berastepu
Binjai-Medan-K.Jahe-H.Gaol
Binjai-Medan-K.Jahe-Kacaribu
Binjai-Medan-K.Jahe-Lau Kawar
Binjai-Medan-K.Jahe-Surbakti
Binjai-Medan-K.Jahe-T.Binanga
Binjai-Medan-K.Jahe-T.Nderket-K.Buluh
Binjai-T.P.baris-T.Amplas-T.Tinggi-P.Siantar
Binjai-T.P.Baris-T.Amplas-T.Tinggi-R.Prapat-Torgamba
Bkt. Lawang-Binjai-Medan-Berastagi-K. Jahe-Merek-Tongging

PP
PP
PP
PP
PP
PP
PP
PP
PP
PP
PP
PP
PP
PP
PP
PP
PP
PP
PP
PP
PP
PP
PP
PP
PP
PP

2
2
3
2
1
2
2
2
1
2
2
2
5
2
1
4
4
5
5
5
2
5
5
4
4
5

4
2
6
4
2
4
4
4
2
4
4
4
20
4
2
8
8
10
10
10
4
10
10
8
4
5

32
33

PP
PP

7
8

7
16

34
35
36

Bkt.Lawang - Binjai - Medan - K.Jahe - Lau Kawar


Bt. Serangan-Tj. Pura-Stabat-Binjai(Term.PJKA) -Medan (Term. P.
Baris)
D. Masihul - Galang - Medan
D.Sanggul - Siborong2 - P.Siantar - Kisaran D.Sanggul - Siborong2 - P.Siantar - Perdagangan - Kisaran - Tj.Balai

PP
PP
PP

6
4
5

12
4
10

37
38
39
40
41
42
43
44
45
46

Dolok Masihul - Tebing Tinggi


G.Tua - Sibolga - Medan
Juhar - K.Jahe - Brastagi - Medan - L.Pakam
K.Buluh - K.Jahe - Brastagi - Medan - L.Pakam
K.Buluh Simolek - K.Jahe - P.Siantar - Torgamba
K.Jahe - Kuta Buluh ( Kab Dairi )
K.Pinang - R.Prapat - Kisaran - T.Tinggi - Medan
Kuala Sawit-Binjai-Medan
L.Pakam-Asrama Haji-Sp.Pos-Jl.N.Surbakti- T.P.Baris-Binjai
Langkat-Binjai-L.Pakam

PP
PP
PP
PP
PP
PP
PP
PP
PP
PP

4
4
5
5
5
1
8
8
3
22

16
2
10
10
2
2
8
16
9
44

2
3
4
5

Bab 3 - 10

BAB 3. GAMBARAN WILAYAH


Rencana Induk Transportasi Perkotaan pada Kawasan Perkotaan Mebidang dan Sekitarnya

NO

T R A Y E K

1
47
48
49
50
51
52
53
54
55
56
57
58
59
60
61
62
63
64
65
66
67
68
69
70
71
72
73
74
75
76
77
78
79
80
81
82
83
84

2
Lau Pakam - T.Binanga - K.Jahe - Brastagi Mdn- Brastagi- D. Sanggul- S. Borong- Trtng- Sbg
Mdn- P. Siantar- Balige- Muara- Bakara- D. Sanggul
Medan - Balige
Medan - Batang Kuis - Rt. Panjang
Medan - Batang Kuis
Medan - Batang Kuis - Serdang
Medan - Batang Toru
Medan - Bedagai
Medan - Binjai
Medan - Binjai - Batang Serangan
Medan - Binjai - Bkt.Lawang
Medan - Binjai - Kisaran - T.Balai
Medan - Binjai - Marike
Medan - Binjai - P.Brandan
Medan - Binjai - P.Brandan - Langkat Tamiang
Medan - Binjai - P.Brandan - P.Susu
Medan - Binjai - P.Brandan ( Malam Hari )
Medan - Binjai - Pungei - Stabat
Medan - Binjai - Sawit Sebrang
Medan - Binjai - Secanggang
Medan - Binjai - Sei.Musam ( Bkt.Lawang )
Medan - Binjai - Selayang
Medan - Binjai - Stabat - Tj.Pura - P.Brandan
Medan - Binjai - Tambunan
Medan - Binjai - Tanjung Pura
Medan - Binjai - Telaga
Medan - Brastagi - K.Jahe
Medan - Brastagi - K.Jahe - Haranggaol
Medan - Brastagi - K.Jahe - Jandi Meriah
Medan - Brastagi - K.Jahe - Kuta Bangun
Medan - Brastagi - K.Jahe - Kuta Galuh
Medan - Brastagi - K.Jahe - Munthe
Medan - Brastagi - K.Jahe - Perbesi
Medan - Brastagi - K.Jahe - Pergendangan
Medan - Brastagi - K.Jahe - Pernantian
Medan - Brastagi - K.Jahe - Sidikalang
Medan - Brastagi - K.Jahe - Sidikalang - D.Sanggul - Pakkat - Barus

PP
PP
PP
PP
PP
PP
PP
PP
PP
PP
PP
PP
PP
PP
PP
PP
PP
PP
PP
PP
PP
PP
PP
PP
PP
PP
PP
PP
PP
PP
PP
PP
PP
PP
PP
PP
PP
PP

85
86
87
88
89
90
91
92
93
94

Medan - Brastagi - K.Jahe - Tongging


Medan - Brastagi - K.Jahe -Batu Karang
Medan - D.Tua - Sibirubiru - Penen
Medan - D.Tua - T.Kenas - T.Juhar - D.Tinggung
Medan - G.Lama - Besilam - B.Lembasa
Medan - Juhar
Medan - K.Jahe - D.Sanggul - Pakkat - Barus - Manduamas
Medan - K.Jahe - D.Sanggul - Parlilitan - Barus - Manduamas
Medan - K.jahe - D.Sanggul - Siborong2 - Tarutung - Sibolga
Medan - K.Jahe - D.Sanggul - Siborong2 - Tarutung - Sibolga -

PP
PP
PP
PP
PP
PP
PP
PP
PP
PP

JUMLAH
BUS
RIT
3
4
5
10
4
3
4
4
4
4
2
8
10
60
4
16
2
2
3
6
33
2166
8
16
13
32
29
58
2
4
18
44
3
6
10
20
4
8
6
24
8
16
6
24
3
6
2
6
5
5
2
4
1
2
2
4
7
14
2
4
2
4
2
4
2
4
2
4
2
4
2
4
2
4
8
16
8
4
8
1
2
8
2
5
4
8
8
4

16
2
4
16
4
10
4
8
8
4
Bab 3 - 11

BAB 3. GAMBARAN WILAYAH


Rencana Induk Transportasi Perkotaan pada Kawasan Perkotaan Mebidang dan Sekitarnya

NO
1
95
96
97
98
99
100
101
102
103
104
105
106
107
108
109
110
111
112
113
114
115
116
117
118
119
120
121
122
123
124
125
126
127
128
129
130
131
132
133
134
135
136
137
138
139
140
141

JUMLAH
BUS
RIT
3
4

T R A Y E K
2
Sorkam
Medan - K.Jahe - Limang
Medan - K.Jahe - Merek - Sidikalang
Medan - K.Jahe - S.Dolok - P.Siantar - Parapat
Medan - K.Jahe - S.Dolok - Tiga Runggu - P.Raya - Jl. S.Dolok Sp.Dua - Jl. S.M.Raja - Jl. Pdt.Jw.Saragih - Jl. Baru - P.Siantar
Medan - K.Jahe - Salak
Medan - K.Jahe - Sidikalang
Medan - K.Jahe - Sidikalang - D.Sanggul - Pakkat -Barus
Medan - K.Jahe - Sidikalang - D.Sanggul - Parlilitan
Medan - K.Jahe - Sidikalang - T.Lingga
Medan - K.Jahe - Sumbul - D.Sanggul - Pakkat
Medan - K.Jahe - T.Binanga - Lau Pakam
Medan - K.Jahe - Tiga Binanga - T.Lingga
Medan - Kisaran - Pasir Mandoge
Medan - Kisaran - R.Prapat - Sibuhuan
Medan - Klumpang - H. Perak - L. Deli - Belawan
Medan - Kuta Gugung
Medan - Kw.Sawit - Tangkahan
Medan - L. Pakam - Pertumbukan
Medan - L. Tamiang - Tungkam Jaya
Medan - L.Keriahen - Bkt.Lawang
Medan - L.Pakam
Medan - L.Pakam - B.Purba - G.Meriah
Medan - L.Pakam - B.Purba - G.Paribuan
Medan - L.Pakam - B.Purba - P.Gunung
Medan - L.Pakam - B.Purba - S.Dolok
Medan - L.Pakam - B.Purba - Saran Padang
Medan - L.Pakam - B.Purba - T.Juhar
Medan - L.Pakam - B.Purba - T.Juhar - D.Tinggung
Medan - L.Pakam - B.Purba - Tarean - Marubun
Medan - L.Pakam - Dolok Masihul
Medan - L.Pakam - Galang - D.Masihul - T.Raja
Medan - L.Pakam - Galang - D.Masihul - T.Tinggi
Medan - L.Pakam - Galang - Kotarih
Medan - L.Pakam - Kutarih
Medan - L.Pakam - Perbaungan - P.Cermin
Medan - L.Pakam - S.Padang - Paribuan - S.Dolok
Medan - L.Pakam - Silindak
Medan - Merbau
Medan - Merek - Tongging - Silalahi
Medan - Munthe
Medan - Negeri Lama
Medan - Negeri Lama - Labuhan Bilik
Medan - P.Siantar
Medan - P.Siantar - Ajibata Via Ferry Pangururan
Medan - P.Siantar - D.Sanggul
Medan - P.Siantar - Pakkat - D.Sanggul
Medan - P.Siantar - Parapat - Pangaribuan

PP
PP
PP
PP

4
25
10
4

8
25
10
4

PP
PP
PP
PP
PP
PP
PP
PP
PP
PP
PP
PP
PP
PP
PP
PP
PP
PP
PP
PP
PP
PP
PP
PP
PP
PP
PP
PP
PP
PP
PP
PP
PP
PP
PP
PP
PP
PP
PP
PP
PP
PP
PP

4
4
8
8
2
5
30
2
5
2
12
1
2
4
6
4
22
2
3
4
3
3
3
2
2
5
2
8
2
3
4
2
3
6
10
1
9
6
46
10
6
10
10

4
4
8
8
2
5
45
2
10
4
72
2
4
8
12
8
144
4
6
8
6
6
6
4
4
15
4
16
4
6
8
4
6
6
10
2
9
12
100
20
6
30
30
Bab 3 - 12

BAB 3. GAMBARAN WILAYAH


Rencana Induk Transportasi Perkotaan pada Kawasan Perkotaan Mebidang dan Sekitarnya

NO
1
142
143
144
145
146
147
148
149
150
151
152
153
154
155
156
157
158
159
160
161
162
163
164
165
166
167
168
169
170
171
172
173
174
175
176
177
178
179
180
181
182
183
184
185
186
187
188
189

T R A Y E K
2
Medan - P.Siantar - Perdagangan - Kisaran - R.Prapat
Medan - P.Siantar - Raja Maligas
Medan - P.Siantar - Sibolga
Medan - P.Siantar - Siborong2 - D.Sanggul - Barus
Medan - P.Siantar - Siborong2 - Sipahutar
Medan - P.Siantar - Sipirok - P.Sidimpuan
Medan - P.Siantar - Tambunrea
Medan - P.Siantar - Tarutung
Medan - P.Siantar - Tarutung - Pangaribuan
Medan - P.Siantar - Tarutung - Parsoburan
Medan - P.Siantar - Tarutung - Sibolga - Manduamas
Medan - P.Sidimpuan
Medan - Pangaribuan
Medan - Pangaribuan - Garoga
Medan - Pantai Buaya
Medan - Pantai Labu
Medan - Parsoburuan
Medan - Pekan2 di Kab D.Serdang
Medan - Perbaungan
Medan - Perdagangan - Raja Maligas
Medan - Pernantian
Medan - Pkl. Brandan
Medan - Pkl. Brandan - Bkt. Selamat
Medan - Pkl. Brandan - Petani Jaya
Medan - Pkl. Brandan - Pkl. Susu
Medan - Pkl. Brandan - Psr. Lebar
Medan - Pkl. Brandan - Sekoci
Medan - Pkl. Brandan - Sidodadi
Medan - Pkl. Brandan - Suaka
Medan - Pkl.Brandan
Medan - Pkl.Susu
Medan - R.Prapat - A.Jamu
Medan - R.Prapat - B.Batu
Medan - R.Prapat - K.Pinang - B.Batu
Medan - R.Prapat - Negri Lama
Medan - R.Prapat - P.Sidimpuan
Medan - Rt.Prapat - Torgamba
Medan - Sarulla
Medan - Sialang Buah
Medan - Sibolga - Natal
Medan - Sibolga - P.Sidimpuan
Medan - Sibolga - Penyabungan
Medan - Siborong2 - D.Sanggul - Parlilitan -Pakkat - Barus
Medan - Sidikalang
Medan - Sidikalang - Tiga Lingga
Medan - Simanumban - Sipirok
Medan - Sipirok - G.Tua - U.Batu
Medan - Sipirok - P.Sidimpuan

PP
PP
PP
PP
PP
PP
PP
PP
PP
PP
PP
PP
PP
PP
PP
PP
PP
PP
PP
PP
PP
PP
PP
PP
PP
PP
PP
PP
PP
PP
PP
PP
PP
PP
PP
PP
PP
PP
PP
PP
PP
PP
PP
PP
PP
PP
PP
PP

JUMLAH
BUS
RIT
3
4
10
10
2
4
4
4
8
8
4
4
4
2
2
4
6
6
10
20
10
30
10
20
8
8
2
2
2
2
8
16
4
8
2
2
2
23
138
2
4
1
2
4
8
5
10
3
6
6
12
3
6
4
8
2
4
5
10
34
86
9
18
4
2
8
4
4
2
4
2
4
3
48
48
2
2
4
8
4
3
4
2
8
4
7
4
4
6
2
2
2
2
4
3
12
6
Bab 3 - 13

BAB 3. GAMBARAN WILAYAH


Rencana Induk Transportasi Perkotaan pada Kawasan Perkotaan Mebidang dan Sekitarnya

NO
1
190
191
192
193
194
195
196
197
198
199
200
201
202
203
204
205
206
207
208
209
210
211
212
213
214
215
216
217
218
219
220
221
222
223
224
225
226
227
228
229
230
231
232
233
234

T R A Y E K
2
Medan - Sipirok - Penyabungan
Medan - Sipirok - Sipangimbar
Medan - T.Balai
Medan - T.Lingga
Medan - T.Pura - Bubun - Tapak Kuda
Medan - T.Tinggi
Medan - T.Tinggi - Bandar Chalipah - Pagurawan
Medan - T.Tinggi - Kisaran
Medan - T.Tinggi - Kisaran - A.Kanopan - K.Bangka
Medan - T.Tinggi - Kisaran - A.Kanopan - Merbau
Medan - T.Tinggi - Kisaran - A.Kanopan - R.Prapat
Medan - T.Tinggi - Kisaran - A.Kanopan - R.Prapat - K.Pinang
Medan - T.Tinggi - Kisaran - A.Kanopan - Tj.Pasir
Medan - T.Tinggi - Kisaran - B.P.Mandoge
Medan - T.Tinggi - Kisaran - Bg.Asahan
Medan - T.Tinggi - Kisaran - Kuala Tanjung
Medan - T.Tinggi - Kisaran - Parhitean
Medan - T.Tinggi - Kisaran - R.Prapat
Medan - T.Tinggi - Kisaran - R.Prapat - A.Nabara - A.Jamu
Medan - T.Tinggi - Kisaran - R.Prapat - Balam
Medan - T.Tinggi - Kisaran - R.Prapat - Bilik
Medan - T.Tinggi - Kisaran - R.Prapat - K.Pinang - Cikampak
Medan - T.Tinggi - Kisaran - R.Prapat - Langga Payung
Medan - T.Tinggi - Kisaran - R.Prapat - Sigambal Silangkitang
Medan - T.Tinggi - Kisaran - R.Prapat - Torgamba
Medan - T.Tinggi - Kisaran - Tj.Balai
Medan - T.Tinggi - Kisaran - Tj.Balai - Bg.Asahan
Medan - T.Tinggi - L.Puluh - Perdagangan
Medan - T.Tinggi - L.Puluh - Sei Bejangkar - Tj.Tiram
Medan - T.Tinggi - L.Puluh - Sei Bejangkar - Talawi
Medan - T.Tinggi - Negeri Dolok
Medan - T.Tinggi - P.Siantar
Medan - T.Tinggi - P.Siantar - Ajibata
Medan - T.Tinggi - P.Siantar - B.P.Mandoge
Medan - T.Tinggi - P.Siantar - B.Pulau
Medan - T.Tinggi - P.Siantar - Bah Jambi
Medan - T.Tinggi - P.Siantar - Balige - S.Borong - D.Sanggul
Medan - T.Tinggi - P.Siantar - Balige - Siborong2 - Tarutung
Medan - T.Tinggi - P.Siantar - Balige - Siborong2 -D.Sanggul Pakkat
Medan - T.Tinggi - P.Siantar - Ht.Bayu
Medan - T.Tinggi - P.Siantar - P.Raya - S. Dolok
Medan - T.Tinggi - P.Siantar - Parapat
Medan - T.Tinggi - P.Siantar - Parapat - Porsea - Balige - S.Borong Tarutung
Medan - T.Tinggi - P.Siantar - Porsea - Parsoburan
Medan - T.Tinggi - P.Siantar - Siborong2 - Silangkitang Parmonangan

PP
PP
PP
PP
PP
PP
PP
PP
PP
PP
PP
PP
PP
PP
PP
PP
PP
PP
PP
PP
PP
PP
PP
PP
PP
PP
PP
PP
PP
PP
PP
PP
PP
PP
PP
PP
PP
PP
PP

JUMLAH
BUS
RIT
3
4
4
2
4
2
35
80
3
6
2
4
1
2
6
12
16
32
10
10
10
20
6
6
5
5
10
20
15
30
5
10
2
4
15
30
11
11
11
11
5
5
2
2
16
16
2
2
11
11
40
40
114
208
10
20
6
12
3
6
5
12
7
21
42
84
14
28
20
40
2
2
10
20
4
4
7
7
7
7

PP
PP
PP
PP

2
5
6
6

4
10
12
6

PP
PP

4
4

4
4

Bab 3 - 14

BAB 3. GAMBARAN WILAYAH


Rencana Induk Transportasi Perkotaan pada Kawasan Perkotaan Mebidang dan Sekitarnya

NO

T R A Y E K

JUMLAH
BUS
RIT
3
4
3
3

1
235

2
Medan - T.Tinggi - P.Siantar - Siborong2 - D.Sanggul - Pakkat

PP

236
237
238
239
240
241
242

Medan - T.Tinggi - P.Siantar - Siborong2 - Pagaran


Medan - T.Tinggi - P.Siantar - Silangit - Muara
Medan - T.Tinggi - P.Siantar - Sindaraya
Medan - T.Tinggi - P.Siantar - T.Jawa - Ht.Bayu
Medan - T.Tinggi - P.Siantar - Tarutung - Pangaribuan
Medan - T.Tinggi - P.Siantar - Tarutung - Sarullah
Medan - T.Tinggi - P.Siantar - Tarutung - Sibolga - Pakkat - Barus

PP
PP
PP
PP
PP
PP
PP

3
4
2
4
4
4
10

3
4
4
8
4
4
10

243
244
245
246
247
248
249
250

Medan - T.Tinggi - P.Siantar - Tiga Ras


Medan - T.Tinggi - P.Siantar - Tiga Rungu - S.Dolok
Medan - T.Tinggi - R.Prapat - G.Tua - Natal
Medan - T.Tinggi - R.Prapat - P.Sidimpuan -Batang Toru
Medan - T.Tinggi - Serbelawan - Perdagangan
Medan - T.Tinggi - Sp.D.Melangir - P.Bandar - Kerasaan
Medan - T.Tinggi - Sp.D.Melangir - Serbelawan - P.Bandar
Medan - T.Tinggi - Sp.Tj.Kasau - S.Langge - Panambean Perdagangan
Medan - T.Tinggi - Tarutung - Sibolga - Barus
Medan - T.Tinggi - Tj.Balai
Medan - T.Tinggi - Tj.Kasau - S.Langge -Penambean - Perdagangan
Medan - Tanjung Pasir
Medan - Tarutung
Medan - Tarutung - Sibolga
Medan - Tarutung - Sipirok
Medan - Tembung - Kolam
Medan - Torgamba
Medan- Besitang
Medan- Brastagi- D. Sanggul- Muara- Bakara- S. Borong
Medan- K. Jahe
Medan- P. Brandan
Medan- P. Brandan- Sekoci
Medan- P. Siantar- Balige- S. Borong- D. Sanggul - PakkatManduamas- Barus- Sibolga
Medan- P.Siantar
Medan- P.Siantar- T.Tinggi- Tarutung- Sibolga
Medan- Pantai Buaya
Medan- Sawit Seberang- Pantai Buaya
Medan- Sidikalang- D. Sanggul- Parlilitan- Sibolga
Medan- Surbakti
Medan- T. Binanga
Medan- T.Tinggi- P.Siantar- S.Borong- Pangaribuan- SipirokG.Tua- Sosa
Medan- Tarutung- Sipirok- P.Sidempuan
Medan-Binjai-Besitang-Tungkam Jaya
Medan-Binjai-Kuala Begumit
Medan-Brastagi-K.Jahe-Haranggaol
Medan-Brastagi-K.Jahe-Merek-S.Dolok

PP
PP
PP
PP
PP
PP
PP
PP

10
10
4
4
5
8
4
7

20
10
2
2
10
16
8
14

PP
PP
PP
PP
PP
PP
PP
PP
PP
PP
PP
PP
PP
PP
PP

8
20
8
6
6
2
2
2
14
4
4
6
12
4
6

16
50
16
12
6
2
2
8
14
8
3
18
30
8
6

PP
PP
PP
PP
PP
PP
PP
PP

4
10
2
6
18
4
4
15

8
10
4
12
18
8
8
15

PP
PP
PP
PP
PP

4
8
6
5
3

4
12
18
10
3

251
252
253
254
255
256
257
258
259
260
261
262
263
264
265
266
267
268
269
270
271
272
273
274
275
276
277
278

Bab 3 - 15

BAB 3. GAMBARAN WILAYAH


Rencana Induk Transportasi Perkotaan pada Kawasan Perkotaan Mebidang dan Sekitarnya

NO
1
279
280
281
282
283
284
285
286
287
288
289
290
291
292
293
294
295
296
297
298
299
300
301
302
303
304
305
306
307
308
309
310
311
312
313
314
315
316
317
318
319
320
321
322
323
324
325
326

T R A Y E K
2
Medan-Brastagi-K.Jahe-Merek-Sumbul-D.Sanggul-Barus
Medan-Brastagi-K.Jahe-Parongil
Medan-Brastagi-Merek-Silalahi
Medan-Brastagi-Pardomuan
Medan-Brastagi-Salak-Laiken
Medan-Brastagi-T.Lingga-K.Buluh
Medan-K.Jahe-Sidikalang
Medan-K.Jahe-Sidikalang-Bunturaja
Medan-K.Jahe-Sidikalang-T.Lingga
Medan-K.Jahe-Sp.Panji-D.Sanggul
Medan-K.Jahe-Sp.Panji-Pangururan-Ambarita
Medan-K.Jahe-Sp.Panji-Pangururan-Simbolon
Medan-K.Jahe-Sumbul-Tigabaru
Medan-L.Pakam-B.Purba-G.Sinemba
Medan-L.Pakam-B.Purba-P.Gunung
Medan-L.Pakam-B.Purba-T.Juhar-D.Tinggung
Medan-L.Pakam-B.Purba-Tarean-Marubun
Medan-L.Pakam-D.Tua-T.Kenas-T.Juhar-D.Tinggung
Medan-L.Pakam-Galang-D.Masihul-Serbelawan
Medan-L.Pakam-Galang-D.Masihul-Sp.Grapu-N.Dolok
Medan-L.Pakam-Galang-D.Masihul-T.Raja
Medan-L.Pakam-Galang-D.Masihul-T.Tinggi
Medan-L.Pakam-Galang-Kotarih
Medan-L.Pakam-Kuala Bali-N.Dolok- T.Tinggi-Sipispis
Medan-L.Pakam-Perbaungan-Pantai Cermin
Medan-L.Pakam-Perbaungan-T.Tinggi-Indrapura-Kisaran
Medan-L.Pakam-S.Padang-Paribuan-S.Dolok
Medan-L.Pakam-T.Tinggi-Kisaran
Medan-L.Pakam-T.Tinggi-Kisaran-B.P.Mandoge-T.Jawa
Medan-T. Tinggi - P.Siantar- Parapat
Medan-T. Tinggi - P.Siantar- Tarutung
Medan-T. Tinggi - P.Siantar- Trt -Sbg -Bt. Toru
Medan-T.Tinggi-G.Pamela-Sipispis
Medan-T.Tinggi-Kisaran
Medan-T.Tinggi-Kisaran-B.P.Mandoge
Medan-T.Tinggi-Kisaran-R.Prapat
Medan-T.Tinggi-Kisaran-R.Prapat-Cikampak
Medan-T.Tinggi-Kisaran-R.Prapat-G.Tua-P.Sidimpuan
Medan-T.Tinggi-Kisaran-R.Prapat-G.Tua-Penyabungan
Medan-T.Tinggi-Kisaran-R.Prapat-K.Pinang-Penyabungan-Natal
Medan-T.Tinggi-Kisaran-R.Prapat-L.Bilik
Medan-T.Tinggi-Kisaran-Tj.Balai
Medan-T.Tinggi-L.Puluh-Perdagangan
Medan-T.Tinggi-P.Siantar=-Tarutung-Muara Sipongi
Medan-T.Tinggi-P.Siantar-B.P.Mandoge
Medan-T.Tinggi-P.Siantar-Siborong2-Pakkat
Medan-T.Tinggi-P.Siantar-Tarutung
Medan-T.Tinggi-P.Siantar-Tarutung-Sinunukan

PP
PP
PP
PP
PP
PP
PP
PP
PP
PP
PP
PP
PP
PP
PP
PP
PP
PP
PP
PP
PP
PP
PP
PP
PP
PP
PP
PP
PP
PP
PP
PP
PP
PP
PP
PP
PP
PP
PP
PP
PP
PP
PP
PP
PP
PP
PP
PP

JUMLAH
BUS
RIT
3
4
3
3
7
14
8
16
9
18
10
10
10
10
18
34
3
3
15
19
6
6
4
4
21
34
5
13
2
4
4
8
2
4
2
4
4
8
10
10
3
12
2
4
8
16
2
4
3
6
4
8
7
14
2
4
3
6
3
3
4
8
5
5
4
4
3
6
5
10
15
30
6
6
8
8
4
2
4
2
3
3
8
8
3
6
15
45
4
4
15
30
2
2
6
6
3
3
Bab 3 - 16

BAB 3. GAMBARAN WILAYAH


Rencana Induk Transportasi Perkotaan pada Kawasan Perkotaan Mebidang dan Sekitarnya

NO
1
327
328
329
330
331
332
333
334
335
336
337
338
339
340
341
342
343
344
345
346
347
348
349
350
351
352
353
354
355
356
357
358
359
360
361
362
363
364
365

T R A Y E K
2
Medan-T.Tinggi-P.Siantar-Trt-Sibolga-P.Sidimpuan
Medan-T.Tinggi-P.Siantar-Trt-Sipirok-P.Sidimpuan
Medan-T.Tinggi-P.Siantar-Trt-Sipirok-Sibuhuan-U.Batu
Medan-T.Tinggi-Pagurawan
Medan-T.Tinggi-R.Prapat-A.Nabara
Medan-T.Tinggi-R.Prapat-P.Sidimpuan-A.Kanopan
Medan-T.Tinggi-Serbelawan
Medan-T.Tinggi-Sinaksak
Medan-T.Tinggi-Tarutung-Sibolga
Medan-Tj.Morawa-L.Pakam-Perbaungan-Sei Rampah-BambanSp.Stasiun
Munthe - K.Jahe - Brastagi - Medan - L.Pakam
Nainggolan-Palipi-Pangururan-R.Nihuta-Tanjungan-Tomok-AjibataP.Siantar-T.Tinggi-Medan
Negeri Dolok - Galang - Medan
P. Brandan- Medan- Berastagi- K. Jahe- Sidikalang
P. Brandan- Medan- P. Siantar- Balige- S. Borong - D. SanggulPakat
P. Brandan -stabat-Binjai-Medan-Ter. Amplas.L. Pakam
P. Brandan -stabat-Binjai-Medan-Term. Amplas-T. Tinggi-P. Siantar
P. Brandan-Stabat-Binjai- (Tr. PJKA)-T.P.Baris- T Amplas-T. TinggiRt.Prapat
P. Brandan-Stabat-Binjai-(Term. PJKA)- T.P.Baris-T. Tinggi-KisaranTj.Balai
P. Susu-Stabat-Binjai-Term-P. Baris-Term. Amplas-T. Tinggi-P.
Siantar
P.Brandan - Binjai - Mdn - Jl.P.Baris - T.Sari - N.Surbakti - Jl.AH.Nst T.Amplas - T.Tinggi -Kisaran - T.Balai
P.Brandan - Medan - P.Siantar - D.Sanggul
P.Brandan - Medan - P.Siantar - Tarutung
P.Brandan - Medan - Rt.Prapat - Torgamba
P.Brandan - Medan - T.Balai
P.Brandan - T.P.Baris - T.Amplas - T.Tinggi - P.Siantar - Tarutung Sibolga
P.Brandan - T.P.Baris - T.Amplas - T.Tinggi - P.Siantar - Ht.Bayu
P.Brandan - T.P.Baris - T.Amplas - T.Tinggi - P.Siantar - Parapat
P.Brandan - T.P.Baris - T.Amplas - T.Tinggi - P.Siantar - Siborong2 D.Sanggul - Sibolga
P.Brandan- Binjai- T.P.Baris- T.Tinggi- Tarutung
P.Brandan-Binjai-T.Amplas-T.Tinggi-Kisaran-T.Balai
P.Brandan-Binjai-T.P.Baris-T.Amplas-T.Tinggi-Kisaran-R.PrapatK.Pinang-Torgamba
P.Cermin-L.Pakam-Medan
P.Sawah-Binjai-Medan
P.Sidimpuan - G.Tua - Binanga - Sibuhuan
P.Sidimpuan - Kota Nopan
P.Sidimpuan - Natal
P.Sidimpuan - Rt.Prapat - Medan
P.Sidimpuan - Simangambat

PP
PP
PP
PP
PP
PP
PP
PP
PP
PP

JUMLAH
BUS
RIT
3
4
4
2
4
4
4
2
10
30
3
3
8
8
5
10
5
10
6
6
8
24

PP
PP

5
8

10
8

PP
PP
PP

4
6
6

8
6
6

PP
PP
PP

8
5
7

16
5
7

PP

PP

10

10

PP

25

25

PP
PP
PP
PP
PP

5
5
20
15
4

10
10
20
15
4

PP
PP
PP

4
4
4

4
4
4

PP
PP
PP

6
4
4

6
8
2

PP
PP
PP
PP
PP
PP
PP

6
8
4
2
4
8
4

18
16
4
4
4
4
8
Bab 3 - 17

BAB 3. GAMBARAN WILAYAH


Rencana Induk Transportasi Perkotaan pada Kawasan Perkotaan Mebidang dan Sekitarnya

NO
1
366
367
368
369
370
371
372
373
374
375
376
377
378
379
380
381
382
383
384
385
386
387

388
389
390
391
392
393
394
395
396
397
398
399
400
401
402
403
404

T R A Y E K
2
P.Sidimpuan - Sipirok - Tarutung - P.Siantar - T.Tinggi - Medan
P.Susu - P.Brandan - Binjai - T.Amplas - Tj.Kasau - S.Langge Penambean - Perdagangan
P.Susu - P.Brandan - Binjai - T.P.Baris - T.Amplas - T.Tinggi P.Siantar - Balige - Siborong2 - Tarutung
P.Susu - P.Brandan - Binjai - T.P.Baris - T.Amplas - T.Tinggi D.Melangir - P.Bandar - Kerasaan
P.Susu - P.Brandan - Binjai - T.P.Baris - T.Amplas - T.Tinggi Kisaran - Prapat - K.Pinang - Cikampak
P.Susu - P.Brandan - Binjai - T.P.Baris - T.Amplas - T.Tinggi Kisaran - Tj.Balai
P.Susu - P.Brandan - Medan - K.Pinang - B.Batu
P.Susu - T.P.Baris - T.Amplas - T.Tinggi - P.Siantar - Sidamanik
Pamah Semilir-Telaga-Binjai-Medan-Berastagi-K.Jahe-Lau Kawar
Pangururan-Tarutung
Pangururuan- Sidikalang
Sagala- Pangururan- Tomok- Ajibata- P. Siantar- Kisaran- R. PrapatK. Pinang
Sawit Sebrang - Medan - K.Jahe - Sidikalang
Secanggang-Stabat-Binjai-Medan-Term. Amplas-T. Tinggi-P. Siantar
Sei Lepan-Sawit Hulu-Binjai-Medan
Sidikalang - Kuta Buluh - Lau Pakam
Sidikalang- D. Sanggul- S. Borong- Tarutung- Sbg
Sidikalang-Pangururan
Sipangimbar - Sipirok - Penyabungan
Sipangimbar - Sipirok - R.Prapat
Sipangimbar - Tarutung - P.Siantar
T.Amplas - Jl.S.M.Raja - Jl.Tritura - Jl.K.Jasa - Jl.J.Ginting Jl.Sempakata - Jl.S.Budi - Tj.Selamat - Tj.Anom - Lau Bakeri Perum.Kota Baru - Berdikari
T.Amplas - Jl.S.M.Raja - Jl.Tritura - Jl.K.Jasa - Jl.J.Ginting Sp.Tuntungan - Psr.X - K.LimBaru -S.Makmur
T.Binanga - P.Siantar - T.Balai
T.Binanga - P.Siantar - Torgamba
T.Lingga - K.Buluh - T.Binanga - Medan - P.Brandan
T.Lingga - K.Jahe
T.Lingga - Sidikalang - K.Jahe - Medan
T.P.Baris - Jl.TB.Simanjuntak - Jl.G.Subroto - Jl.Raya Binjai - Diski Sp.Pos - Lau Bakeri - Perumahan Kota Baru - Berdikari
T.Tinggi - Kisaran
T.Tinggi - Kisaran - R.Prapat
T.Tinggi - R.Prapat - L.Bilik
T.Tinggi - Tj.Balai
T.Tinggi-D.Masihul-Galang-L.Pakam-Medan
Tala Peta - D.Tua - Medan
Tambunan-Binjai-Medan
Tarutung - Medan - Pkl.Brandan
Tarutung - P.Siantar - Perdagangan - Kisaran - Tj.Balai
Tj.Balai - Rt.Prapat - Penyabungan

PP
PP

JUMLAH
BUS
RIT
3
4
4
4
5
5

PP

PP

PP

PP

PP
PP
PP
PP
PP
PP

6
4
5
2
2
10

4
4
10
4
2
10

PP
PP
PP
PP
PP
PP
PP
PP
PP
PP

25
5
8
2
6
4
4
4
4
50

50
5
16
4
6
8
8
4
4
200

PP

50

200

PP
PP
PP
PP
PP
PP

4
6
7
2
8
50

4
6
7
4
16
200

PP
PP
PP
PP
PP
PP
PP
PP
PP
PP

2
2
2
1
30
2
5
2
7
4

4
4
4
2
60
4
20
2
21
2
Bab 3 - 18

BAB 3. GAMBARAN WILAYAH


Rencana Induk Transportasi Perkotaan pada Kawasan Perkotaan Mebidang dan Sekitarnya

T R A Y E K

NO
1
405

2
Tj.Beringin Psr.X-Stabat-Binjai-Medan-Jl.P.Baris- Jl.Amal-Jl.G.HitamJl.Industri (Psr.III/Lingkar Luar)-Jl.N.Surbakti-Jl.J.Ginting-Jl..H.NstJl.S.M.Raja-L.Pakam

PP

JUMLAH
BUS
RIT
3
4
20
40

Sumber : Hasil Olahan Konsultan

Bab 3 - 19

KONSEP LAPORAN AKHIR


Rencana Induk Transportasi Perkotaan pada Kawasan Perkotaan Mebidang dan Sekitarnya

3.2. KOTA MEDAN


3.2.1. KONDISI GEOGRAFIS DAN WILAYAH
A. Letak Geografis
Secara geografis Kota Medan terletak diantara koordinat 227 sampai dengan 247 Lintang
Utara dan 9835 sampai dengan 9844 Bujur Timur. Secara administratif, wilayah Kota Medan
hampir keseluruhan wilayahnya berbatasan dengan daerah Kabupaten Deli Serdang, yaitu
sebelah Barat, Timur dan Selatan. Sepanjang wilayah utaranya berbatasan langsung dengan Selat
Malaka, yang merupakan salah satu jalur lalu lintas terpadat di dunia. Adapun mengenai batasbatas wilayah administrasi Kota Medan, dapat diuraikan sebagai berikut :
Sebelah Utara

: Selat Malaka

Sebelah Selatan

: Kecamatan Deli Tua dan Pancur Batu, Kabupaten Deli Serdang

Sebelah Barat

: Kecamatan Sunggal, Kabupaten Deli Serdang

Sebelah Timur

: Kecamatan Percut, Kabupaten Deli Serdang

Luas wilayah administrasi Kota Medan adalah seluas 26.510 Ha yang terdiri dari 21 (dua puluh
satu) Kecamatan dengan 151 kelurahan yang terbagi dalam 2000 lingkungan. Kecamatan Medan
Labuhan memiliki luas wilayah terbesar yaitu 3.667 Ha (14% dari total wilayah Kota Medan).
Kecamatan Medan Belawan merupakan daerah yang memiliki luas terbesar kedua yaitu sekitar
2.625 Ha. Sedangkan Kecamatan Medan Sunggal memiliki luas wilayah terkecil yaitu 298 Ha
(1% dari total luas keseluruhan).

Bab 3 - 20

BAB 3. GAMBARAN WILAYAH


Rencana Induk Transportasi Perkotaan pada Kawasan Perkotaan Mebidang dan Sekitarnya

Gambar 3.1 Peta Kota Medan

Bab 3 - 21

BAB 3. GAMBARAN WILAYAH


Rencana Induk Transportasi Perkotaan pada Kawasan Perkotaan Mebidang dan Sekitarnya

Tabel 3.5

Luas Wilayah Kota Medan Menurut Kecamatan

Sumber : Medan Dalam Angka 2010


B. Pola Penggunaan Lahan
Sebagian besar lahan di Kota Medan pada umumnya dimanfaatkan untuk permukiman.
Penggunaan lahan untuk kawasan terbangun seperti perumahan dan permukiman, perdagangan
dan jasa, perkantoran dan fasilitas umum lainnya hampir tersebar di seluruh wilayah Kota
Medan.
Peta guna lahan Kota Medan memperlihatkan bahwa guna lahan Kota Medan terdiri dari 10
(sepuluh) jenis, yaitu perumahan dan kegiatan terkait, lahan industri, lahan jasa, lahan
perusahaan, sawah, kebun campuran, hutan rawa, rawa, tegalan, dan lahan kosong
diperuntukkan.
3.2.2. KONDISI SOSIAL DAN KEPENDUDUKAN
Gambaran umum mengenai keadaan kependudukan di Kota Medan dapat dilihat dari jumlah dan
laju pertumbuhan penduduknya dalam kurun waktu 5 tahun terakhir maupun distribusi dan

Bab 3 - 22

BAB 3. GAMBARAN WILAYAH


Rencana Induk Transportasi Perkotaan pada Kawasan Perkotaan Mebidang dan Sekitarnya

kepadatan penduduk, jumlah penduduk menurut jenis kelamin, tingkat pendidikan, kelompok
umur, agama serta jumlah penduduk menurut mata pencaharian.
A. Distribusi dan Kepadatan Penduduk
Pada tahun 2009, diproyeksikan penduduk Kota Medan mencapai 2.121.053 jiwa. Dibanding
hasil Sensus Penduduk 2000, terjadi pertumbuhan penduduk sebesar 216.780 jiwa (11,38%).
Dengan luas wilayah mencapai 265,10 km2, kepadatan penduduk mencapai 8.001 jiwa/km2.
Tabel 3.6 Distribusi dan Kepadatan Penduduk Kota Medan Menurut Kecamatan
Tahun 2006 2009
No
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
13
14
15
16
17
18
19
20
21

Kecamatan

Luas Wilayah
(Km2)
21
15
11
9
6
5
3
9
6
13
15
13
7
5
8
4
8
21
37
24
26

Medan Tuntungan
Medan Johor
Medan Amplas
Medan Denai
Medan Area
Medan Kota
Medan Maimun
Medan Polonia
Medan Baru
Medan Selayang
Medan Sunggal
Medan Helvetia
Medan Petisah
Medan Barat
Medan Timur
Medan Perjuangan
Medan Tembung
Medan Deli
Medan Labuhan
Medan Marelan
Medan Belawan
Kota Medan
2009
2008
2007
2006
Sumber : Medan Dalam Angka 2010

265,1
265,1
265,1
265,1

70.073
116.220
115.156
139.939
109.253
84.292
57.859
53.427
44.216
85.678
110.667
145.376
68.120
79.098
113.874
105.702
141.786
150.076
106.922
126.619
96.700

Kepadatan
Penduduk per Km2
3.388
7.971
10.291
15.463
19.792
15.995
19.416
5.930
7.571
6.688
7.168
11.047
9.988
14.840
14.675
25.844
17.745
7.201
2.916
5.316
3.684

2.121.053
2.102.105
2.083.156
2.067.288

8.001
7.929,5
7,858
7,798

Penduduk

Berdasarkan tabel di atas diketahui perbandingan jumlah penduduk dengan luas wilayah Kota
Medan akan diperoleh tingkat kepadatan penduduknya per Km2. Berdasarkan hal tersebut
Bab 3 - 23

BAB 3. GAMBARAN WILAYAH


Rencana Induk Transportasi Perkotaan pada Kawasan Perkotaan Mebidang dan Sekitarnya

diketahui bahwa tingkat kepadatan penduduk kecamatan Perjuangan sangat tinggi yaitu sebesar
25.844 jiwa/km2. Sedangkan tingkat kepadatan penduduk terendah yaitu Kecamatan Medan
Labuhan sebesar 2.916 jiwa/km2.
B. Struktur Penduduk Menurut Jenis Kelamin
Menurut sensus penduduk 2010 jumlah penduduk Kota Medan berjumlah 2.097.610 jiwa dengan
rincian penduduk berjenis kelamin laki-laki 1.036.926 jiwa dan perempuan 1.060.684 jiwa.
Berikut tabel jumlah penduduk per kecamatan tahun 2010.
Tabel 3.7
No
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
13
14
15
16
17
18
19
20
21

Jumlah Penduduk Kota Medan Menurut Jenis Kelamin per Kecamatan


Tahun 2010

Kota Kecamatan
Medan Tuntungan
Medan Johor
Medan Amplas
Medan Denai
Medan Area
Medan Kota
Medan Maimun
Medan Polonia
Medan Baru
Medan Selayang
Medan Sunggal
Medan Helvetia
Medan Petisah
Medan Barat
Medan Timur
Medan Perjuangan
Medan Tembung
Medan Deli
Medan Labuhan
Medan Marelan
Medan Kota Belawan
JUMLAH

Penduduk
Laki-laki Perempuan Jumlah
39.414
41.528
80.942
61.085
62.766
123.851
56.175
56.968
113.143
71.181
70.214
141.395
47.813
48.731
96.544
35.239
37.341
72.580
19.411
20.170
39.581
25.989
26.805
52.794
17.576
21.940
39.516
48.293
50.024
98.317
55.403
57.341
112.744
70.705
73.552
144.257
29.367
32.382
61.749
34.733
36.038
70.771
52.635
55.998
108.633
45.144
48.184
93.328
65.391
68.188
133.579
84.520
82.273
166.793
56.676
54.497
111.173
71.287
69.127
140.414
48.889
46.617
95.506
1.036.926
1.060.684 2.097.610

Sex Distribusi
Ratio Penduduk
95
3,9
97
5,9
99
5,4
101
6,7
98
4,6
94
3,5
96
1,9
97
2,5
80
1,9
97
4,7
97
5,4
96
6,9
91
2,9
96
3,4
94
5,2
94
4,4
96
6,4
103
8,0
104
5,3
103
6,7
105
4,6
98
100

Sumber : Sensus Penduduk 2010


C. Struktur Penduduk Menurut Usia dan Kelompok Umur
Komposisi penduduk kota Medan menurut kelompok umur menunjukkan bahwa sebagian besar
penduduk kota Medan berusia muda yaitu antara 0 sampai dengan 34 tahun. Jumlah penduduk
Bab 3 - 24

BAB 3. GAMBARAN WILAYAH


Rencana Induk Transportasi Perkotaan pada Kawasan Perkotaan Mebidang dan Sekitarnya

terbanyak berada pada kelompok usia 20 24 tahun sebesar 242.211 jiwa. Sedangkan jumlah
penduduk terkecil berada pada kelompok usia 75 tahun ke atas yaitu sebesar 18.847 jiwa.
Tabel 3.8 Struktur Penduduk Menurut Kelompok Umur dan Jenis Kelamin per Kecamatan
Tahun 2009
No
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
13
14
15
16

Golongan Umur
Laki-laki
04
85.479
59
92.938
10 14
93.816
15 19
112.384
20 24
118.376
25 29
101.077
30 34
85.089
35 39
75.751
40 44
77.067
45 49
57.601
50 54
47.369
55 59
36.150
60 64
27.363
65 69
21.220
70 74
11.793
75 +
5.984
Kota Medan
1.049.457
Sumber : Medan Dalam Angka 2010

Perempuan
92.031
95.831
101.718
102.112
123.835
105.293
72.358
88.369
77.986
51.876
52.936
38.715
23.351
19.092
13.230
12.863
1.071.596

Jumlah
177.510
188.769
195.534
214.496
242.211
206.370
157.447
164.120
155.053
109.477
100.305
74.865
50.714
40.312
25.023
18.847
2.121.053

D. Jumlah dan Perkembangan PDRB


Kegiatan perekonomian merupakan aspek yang sangat penting untuk perkembangan kota
Medan. Kota Medan sebagai pusat pemerintahan Provinsi Sumatera Utara berfungsi sebagai
pusat kegiatan ekonomi dan sosial baik dalam lingkup wilayah kota Medan itu sendiri maupun
lingkup wilayah provinsi Sumatera Utara. Adanya fungsi regional yang luas tersebut menjadikan
kota Medan dapat menyelenggarakan aktivitas ekonomi dalam volume yang besar. Kapasitas
perekonomian yang besar tersebut ditunjukkan oleh laju pertumbuhan ekonomi yang dicapai
kota Medan, yang selalu berada di atas pertumbuhan ekonomi daerah-daerah sekitarnya.
E. Pendapatan Perkapita
Pendapatan perkapita mencerminkan tingkat kemakmuran yang telah dicapai oleh penduduk
kota Medan. Pendapatan perkapita berbanding terbalik dengan jumlah penduduk. Semakin besar
jumlah penduduk maka pendapatan perkapita daerah tersebut semakin kecil dan sebaliknya.
Walaupun pertumbuhan PDRB mengalami pertumbuhan yang signifikan tetapi jika
Bab 3 - 25

BAB 3. GAMBARAN WILAYAH


Rencana Induk Transportasi Perkotaan pada Kawasan Perkotaan Mebidang dan Sekitarnya

pertumbuhan penduduk tetap tinggi atau lebih besar persentase pertumbuhan penduduk daripada
persentase pertumbuhan ekonomi, maka tidak akan tercapai tingkat kemakmuran masyarakat
yang tinggi.
Adapun PDRB per kapita sebagai salah satu alat pengukur tingkat kemakmuran merupakan hasil
pembagi antara PDRB dengan jumlah penduduk. Jumlah penduduk yang dipakai sebagai
pembagi adalah jumlah penduduk pertengahan tahun yang merupakan jumlah penduduk akhir
tahun sebelumnya ditambah jumlah penduduk awal tahun dibagi dua.
Perkembangan PDRB per kapita atas dasar harga berlaku sejak dari tahun 2000 hingga 2007
terus mengalami peningkatan dimana pada tahun 2000 9,95 juta rupiah dan pada tahun 2007
menjadi 26,62 juta rupiah. Hal sama terjadi pula terhadap PDRB atas dasar harga konstan 2000
pada kurun waktu yang sama. Peningkatan pendapatan per kapita, dilihat dari sisi permintaan,
telah mendorong kenaikan tingkat konsumsi masyarakat atau menambah daya beli masyarakat.
Berdasarkan harga berlaku pada tahun 2006 pendapatan perkapita penduduk kota Medan
mencapai 23,63 juta rupiah. Pendapatan perkapita penduduk kota Medan mengalami
peningkatan pada tahun 2007 menjadi 26,62 juta rupiah.
Tabel 3.9

Perkembangan PDRB, Penduduk Pertengahan Tahun dan PDRB Per Kapita Tahun
2000 2007

Sumber : Medan Dalam Angka 2008


3.2.3. SISTEM TRANSPORTASI
Ketersediaan prasarana transportasi bertujuan untuk memperlancar arus lalu-lintas barang dan
jasa maupun manusia dari satu tempat ke tempat lain guna menunjang perekonomian daerah.
Ketersediaan prasarana transportasi di kota Medan dapat dilihat dari kondisi jaringan jalan yang
ada maupun ketersediaan jenis pengangkutan serta sirkulasi lalu lintas yang ada.
Bab 3 - 26

BAB 3. GAMBARAN WILAYAH


Rencana Induk Transportasi Perkotaan pada Kawasan Perkotaan Mebidang dan Sekitarnya

A. Transportasi Darat
A.1.

Jaringan Jalan

Kota Medan memiliki pola jaringan jalan yang berbentuk grid/kisi-kisi pada daerah pusat kota
dan bentuk radial pada daerah pinggiran kota. Jalan utama sebagai koridor dalam kota dimana
untuk koridor luar yang menghubungkan daerah pinggiran kota yaitu jalan KL. Yos Sudarso,
jalan Putri Hijau dan jalan Krakatau sebagai jalan yang menghubungkan daerah utara dengan
pusat kota, jalan Gatot Subroto sebagai jalan yang menghubungkan daerah bagian timur dengan
pusat kota, jalan SM. Raja dan jalan Brigjend. Katamso serta jalan Jamin Ginting merupakan
jalan yang menghubungkan daerah bagian selatan dengan pusat kota.
Untuk menghubungkan daerah pinggiran kota secara langsung tanpa harus melalui pusat kota
disediakan jalan lingkar utara yaitu jalan Kapten Sumarsono yang menghubungkan daerah
bagian utara dengan daerah bagian timur sedangkan daerah bagian selatan dengan daerah bagian
timur dihubungkan oleh jalan lingkar selatan yaitu jalan Tritura dan jalan Karya Jasa serta jalan
Ngumban Surbakti. Selain itu juga terdapat jalan tol yang menghubungkan daerah bagian selatan
yaitu Tanjung Morawa dengan daerah bagian utara (Belawan) yang dibangun memanjang pada
daerah bagian timur. Keberadaan jalan lingkar dan jalan tol ini sangat membantu dalam
mengalihkan arus kendaraan menerus yang melalui pusat kota sehingga mengurangi kepadatan
volume dalam kota serta merangsang pertumbuhan daerah pinggiran kota.
Prasarana jalan merupakan urat nadi kelancaran lalu lintas di darat. Lancarnya arus lalu lintas
akan sangat menunjang perkembangan ekonomi suatu daerah. Guna menunjang kelancaran
perhubungan darat di kota Medan sampai akhir tahun 2007 tercatat panjang jalan yang ada
3.078,94 km, berarti selama lima tahun terakhir bertambah sebesar 727,58 km. Sarana jalan yang
ada pada tahun 2007 tercatat 2.082,16 km dalam kondisi baik, 389,80 km dalam kondisi sedang
dan 112,76 km dalam keadaan rusak, sedangkan yang dalam kondisi rusak berat 1,35 km dan
yang tidak terperinci 490,87 km.
A.2.

Terminal

Terminal angkutan umum di kota Medan terdapat sebanyak 5 unit, yaitu terminal terpadu
Amplas, terminal terpadu Pinang Baris, terminal Willern Iskandar (wilayah Deli Serdang),
terminal Sambu dan terminal Belawan. Letak terminal-terminal tersebut berada pada pusat kota

Bab 3 - 27

BAB 3. GAMBARAN WILAYAH


Rencana Induk Transportasi Perkotaan pada Kawasan Perkotaan Mebidang dan Sekitarnya

dan daerah-daerah di pinggiran kota Medan. Kota Medan memiliki satu unit terminal yang
termasuk terminal golongan A, yaitu terminal Amplas yang memiliki luas sebesar 50.961 m2
dengan jumlah kendaraan rata-rata yang memasuki terminal perhari sebesar 9.432 unit pada
tahun 2007.
A.3.

Jumlah Sarana Angkutan (Umum dan Pribadi)

Pada tahun 2009 jumlah sarana transportasi jalan raya di kota Medan berjumlah 2.708.511
kendaraan. Dari tahun 2004 sampai tahun 2009 menunjukkan kenaikan 23,82% per tahun.
Pertumbuhan yang sangat signifikan nampak pada sepeda motor dengan rata-rata pertumbuhan
31,23% per tahun.
Tabel 3.10

Jumlah Sarana angkutan (umum dan pribadi) tahun 2004 2009

Tahun Mobil Penumpang


Mobil Gerobak
2004
149.302
104.776
2005
164.314
112.001
2006
175.198
116.184
2007
189.157
120.328
2008
209.527
140.986
2009
222.891
144.865
Sumber : Dinas Perhubungan Kota Medan (2010)

Bus
12.108
12.406
12.619
12.751
22.130
22.123

Sepeda Motor
756.569
883.406
985.745
1.103.707
2.104.026
2.318.632

Jumlah
1.022.755
1.172.127
1.289.746
1.425.943
2.476.669
2.708.511

Disamping itu pada tabel berikut dapat dilihat data statistik kendaraan tidak bermotor. Dapat
dilihat bahwa penggunaan becak sebagai sarana angkutan cukup signifikan, serta pertumbuhan
pemilikan sepeda yang memiliki kecenderungan meningkat.
Tabel 3.11
No

Jenis Kendaraan

Jumlah Kendaraan Tidak Bermotor tahun 2004 2009


2005

2006

2007

2008

2009

Sepeda

29.466

30.423

31.521

31.861

32.021

Becak

24.888

25.426

23.211

22.011

20.811

Andong/dokar

Lain lain

8.091

8.983

9.054

9.054

9.054

Jumlah
59.021
64.832
Sumber : Dinas Perhubungan Kota Medan (2010)

63.786

62.926

61.886

Sementara pada tabel berikut disajikan jumlah kendaraan angkutan penumpang umum tidak
dalam trayek. Dari data tersebut dapat dilihat dominasi becak bermotor sebagai alternatif
Bab 3 - 28

BAB 3. GAMBARAN WILAYAH


Rencana Induk Transportasi Perkotaan pada Kawasan Perkotaan Mebidang dan Sekitarnya

angkutan umum tidak dalam trayek. Pada tahun 2005 jumlah becak bermotor mencapai 90,58%,
pada tahun 2006 turun menjadi 82,82% dan pada tahun 2007 sebesar 83,05%, pada tahun 2008
sebesar 84,95% serta pada tahun 2009 sebesar 85,00%.
Data tersebut juga memperlihatkan kecenderungan menurunnya jumlah taksi dengan argometer,
sementara untuk taksi tanpa argo meter memiliki kecenderungan yang meningkat. Keadaan ini
sangat kontradiktif dengan tujuan kota Medan sebagai kota jasa dan industri.
Angkutan beca menunjukkan jumlah yang sangat signifikan dari angkutan lainnya, untuk itu
sesuai dengan SK Walikota Medan Nomor 551.21/482.K/2004, tanggal 23 April 2004,
ditetapkan ada beberapa ruas jalan yang menjadi larangan operasional beca bermotor yaitu Jl.
Raden Saleh, Jl. Pattimura, Jl. S. Parman, Jl. Kejaksaan, Jl. Pengadilan, Jl. Zainul Arifin, Jl.
Diponegoro, Jl. Palang Merah, Jl. Imam Bonjol, Jl. Cut Nyak Dies dan Jl. Sudirman.
Tabel 3.12

Jumlah Angkutan Umum Tidak Dalam Trayek tahun 2004 2009

No
1.
2.
3.
4.
5

Jenis Kendaraan
2005
2006
Taksi dengan argometer
3.624
2.425
Kendaraan sewa
Bus pariwisata
Kendaraan roda 3
529
482
Lain-lain
a. Taksi
2.004
2.425
b. Ojek
c. Becak bermotor
24.359
25.700
Jumlah
26.892
31.032
Sumber : Dinas Perhubungan Kota Medan (2010)
A.4.

2007
2.125
654

2008
2.125
-

2009
2.125
-

2.631
26.500
31.910

2.631
26.850
31.606

2.631
26.960
31.716

Trayek Angkutan Umum Penumpang

Berdasarkan data yang diperoleh dari Wahana Tata Nugraha tahun 2007 Dinas Perhubungan
kota Medan diketahui trayek angkutan umum yang terdapat di kota Medan berjumlah 240 trayek
dengan jumlah armada beroperasi terhitung sebanyak 693 armada yang nilai rata-rata rit per hari
4 10 rit. Selain itu diketahui juga besarnya load factor rata-rata pada waktu tidak sibuk sebesar
35% dengan jam operasi selama 16 jam.

Bab 3 - 29

KONSEP LAPORAN AKHIR


Rencana Induk Transportasi Perkotaan pada Kawasan Perkotaan Mebidang dan Sekitarnya

Tabel 3.13 Kondisi Angkutan Umum di Kota Medan Tahun 2007

Bersambung.....
Bab 3 - 30

BAB 3. GAMBARAN WILAYAH


Rencana Induk Transportasi Perkotaan pada Kawasan Perkotaan Mebidang dan Sekitarnya

Bersambung......
Bab 3 - 31

BAB 3. GAMBARAN WILAYAH


Rencana Induk Transportasi Perkotaan pada Kawasan Perkotaan Mebidang dan Sekitarnya

Bersambung .......
Bab 3 - 32

BAB 3. GAMBARAN WILAYAH


Rencana Induk Transportasi Perkotaan pada Kawasan Perkotaan Mebidang dan Sekitarnya

Bersambung ........
Bab 3 - 33

BAB 3. GAMBARAN WILAYAH


Rencana Induk Transportasi Perkotaan pada Kawasan Perkotaan Mebidang dan Sekitarnya

No.
186
187
188
189
190
191
192
193
194
195
196
197
198
199
200
201
202
203
204
205
206
207
208
209
210
211
212
213
214
215
216
217
218
219
220
221
222
223
224
225
226
227
228
229
230
231
232
233
234
235
236

No/Kode
Trayek
KOBUN 03
KOBUN 07
KOBUN 62
KOBUN 63
D MAJU 07
D MAJU 08
D MAJU 09
D MAJU 10
D MAJU 11
D MAJU 12
D MAJU 14
D MAJU 15
D MAJU 16
D MAJU 45
D MAJU 49
MARS 13
MARS 40
MARS 59
MARS 60
MARS 61
MARS 65
MARS 66
MARS 67
MARS 68
MARS 70
MARS 71
MARS 126
MARS 127
MARS 128
MARS 129
MARS 130
MARS 131
MARS 132
MARS 133
MARS 134
MREX 32
MREX 33
MREX 35
MREX 50
MREX 51
MREX 52
RAHAYU 41
RAHAYU 42
RAHAYU 43
RAHAYU 44
RAHAYU 53
RAHAYU 54
RAHAYU 57
RAHAYU 64
RAHAYU
124
RAHAYU 58

Lama perjalanan/rit
(menit/rit)
Tdk
Sibuk
Sibuk

Jumlah
Jenis
Armada
Angkutan
Operasi
Umum
(Unit)

Ratarata Rit
per hari

Jam
Operas
i (Jam)

Sibuk

BUS
BUS
BUS
BUS
BUS
BUS
BUS
BUS
BUS
BUS
BUS
BUS
BUS
BUS
BUS
BUS
BUS
BUS
BUS
BUS
BUS
BUS
BUS
BUS
BUS
BUS
BUS
BUS
BUS
BUS
BUS
BUS
BUS
BUS
BUS
BUS
BUS
BUS
BUS
BUS
BUS
BUS
BUS
BUS
BUS
BUS
BUS
BUS
BUS

10
3
2
14
7
5
18
110
3
5
14
11
20
59
10
38
64
81
17
17
32
23
36
4
50
45
117
40
79
65
102
61
81
27

6
9
7
7
9
9
6
7
9
11
8
8
8
8
7
9
7
8
8
8
5
4
5
6
7
7
5
6
4
5
7
5
8
8

16
16
16
16
16
16
16
16
16
16
16
16
16
16
16
16
16
16
16
16
16
16
16
16
16
16
16
16
16
16
16
16
16
16

100
100
100
100
100
100
100
100
100
100
100
100
100
100
100
100
100
100
100
100
100
100
100
100
100
100
100
100
100
100
100
100
100
100

21
36
38
37
58
44
9
11
65
45
55
53
52
42
64
32
33
31
33
39
36
32
34
37
41
42
41
40
41
41
42
44
44
42

92,56
37,88
61,88
61,36
32,64
38,52
79,84
63,68
33,4
18,76
54
55,88
,
49,88
47,48
66,68
35,64
70
57,28
51,96
54,32
140,88
181,48
126,16
77,88
66,21
65,23
74,23
68,35
66,24
59,31
73,6
138,44
48
56,4

73,07
29,91
48,85
48,44
25,77
30,41
63,03
50,27
26,37
14,81
42,63
44,12
39,38
37,48
52,64
28,14
55,26
45,22
41,02
42,88
111,22
143,27
99,6
61,48
51,36
49,86
65,23
60,33
59,89
49,99
58,11
109,29
37,89
44,53

BUS
BUS

38
38

7
8

16
16

100
100

41
31

68,6
47,68

54,16
37,64

Load Factor (%)


Tidak
Sibuk

Bab 3 - 34

BAB 3. GAMBARAN WILAYAH


Rencana Induk Transportasi Perkotaan pada Kawasan Perkotaan Mebidang dan Sekitarnya

237
238
239
240

L DELI S
L DELI S
L DELI S
L DELI S

BUS
BUS
BUS
BUS

Sumber : Hasil Olahan Konsultan


B. Angkutan Kereta Api
Angkutan kereta api merupakan sarana angkutan yang sangat penting di provinsi Sumatera
Utara dimana Medan sebagai pusat perdagangan dan industri dari 25 kabupaten dan kota di
wilayah provinsi Sumatera Utara.
Secara umum, kondisi eksisting jalur kereta api di provinsi Sumatera Utara (berpusat di kota
Medan) adalah :
Sebelah Utara ke Belawan
Sebelah Barat ke Binjai
Sebelah Barat Daya ke Pancur Batu
Sebelah Selatan ke Deli Tua
Sebelah Timur ke Tebing Tinggi
Dari kelima rute yang ada, rute ke Pancur Batu dan Deli Tua sudah tidak dipergunakan lagi,
sedangkan rute yang tetap berkembang adalah rute ke Tebing Tinggi yang melayani
angkutan Pantai Timur.sedangkan rute ke Belawan dan Binjai hanya dipergunakan untuk
angkutan barang yang beroperasi satu kali per hari. Selama kurun waktu Pelita IV dan V,
kebijaksanaan pemerintah diarahkan pada rehabilitasi dan peningkatan serta penambahan
sarana fasilitas operasional untuk memenuhi kebutuhan angkutan hasil-hasil produksi
pertanian, perkebunan dan industri.
Wilayah Mebidang yang dilalui oleh jalur angkutan kereta api meliputi Medan, Binjai dan
Deli Serdang. Adapun stasiun yang terdapat di wilayah kota Medan adalah stasiun Besar,
Medan Pasar, Pulau Brayan, Kampung Besar, Labuhan, Belawan dan Sunggal,
Hal ini dapat dilihat dari jumlah kiriman barang-baeang yang diangkut kereta api melalui
stasiun Medan menurut jenisnya berjumlah total 752.775 ton dengan rincian, hasil tambang
minyak 158.415 ton, pupuk 25.515 ton dan barang selain kategori di atas 568.825 ton.
Bab 3 - 35

BAB 3. GAMBARAN WILAYAH


Rencana Induk Transportasi Perkotaan pada Kawasan Perkotaan Mebidang dan Sekitarnya

Jumlah penumpang diangkut kereta api melalui stasiun Medan tahun 2007 sebanyak
1.901.331 jiwa.
C. Transportasi Laut
Transportasi laut merupakan armada kedua yang diminati masyarakat dalam melakukan
perjalanan setelah angkutan darat. Selain nyaman armada laut ini juga dikenal murah dan
terjangkau. Dermaga adalah merupakan lokasi tempat bongkar muat penumpang ataupun
barang angkutan laut, dermaga yang terdapat di wilayah perencanaan ini adalah di kecamatan
Medan Belawan. Berikut fasilitas dermaga kota Medan yang berada pada masing-masing
lokasi seperti pada tabel di bawah ini.
Tabel 3.14 Fasilitas Dermaga Kota Medan

Sumber : Master Plan Pelabuhan Belawan, 2008


Tabel 3.15 Fasilitas Gudang dan Penumpukan

Sumber : Master Plan Pelabuhan Belawan, 2008


Bab 3 - 36

BAB 3. GAMBARAN WILAYAH


Rencana Induk Transportasi Perkotaan pada Kawasan Perkotaan Mebidang dan Sekitarnya

Tabel 3.16 Peralatan Bongkar Muat

Sumber : Master Plan Pelabuhan Belawan, 2008


D. Transportasi Udara
Bandara Polonia yang digunakan untuk penerbangan sipil domestik dan internasional serta
militer berlokasi relatif di pusat perkotaan, sehingga dari keselamatan penerbangan kurang
memenuhi syarat, karena adanya bangunan-bangunan tinggi di sekitarnya. Oleh karena itu,
sedang dibangun bandara baru berada di daerah Kuala Namu (Kecamatan Pantai Labu
Kabupaten Deli Serdang). Pengembangan bandara baru yang bertaraf internasional jelas akan
mempunyai dampak langsung pada pengembangan daerah sekitar lokasi maupun kota
Medan. Lokasi bandara baru tersebut sudah barang tentu akan memerlukan prasarana
transportasi yang berstandar tinggi.
Bandara baru di Kuala Namu akan segera dioperasikan dalam waktu dekat. Implikasi utama
terhadap bandara baru ini meliputi :
Kebutuhan jalur akses
Pengaruh terhadap penutupan Bandara Polonia
Perubahan populasi dihubungkan dengan proyek bandara.

Bab 3 - 37

BAB 3. GAMBARAN WILAYAH


Rencana Induk Transportasi Perkotaan pada Kawasan Perkotaan Mebidang dan Sekitarnya

Pengaruh utama terhadap distribusi penduduk adalah akan timbulnya tenaga kerja di bandara
baru. Para pekerja akan berdomisili dekat dengan tempat bekerja dan tambahan kegiatan juga
akan terjadi di sekitar lokasi.
Penutupan bandara Polonia dan pembangunannya sebagai pusat bisnis baru di kota Medan
akan mempengaruhi pola perjalanan di pusat kota Medan. Kawasan bandara ini terletak di
dalam ORR (Outer Ring Road), dimana konstruksi ORR tersebut akan selesai sebelum
penutupan bandara Polonia.
Rencana pembangunan bandara baru di Kuala Namu dan kemungkinan pembangunan kotakota

baru

dan

zona

industri,

perumahan

dan

lain-lain,

membutuhkan

peningkatan/pengembangan jaringan jalan akses ke kota Medan maupun ke kota Binjai.


Adapun usulan jalan akses ke bandara baru adalah jalan raya baru dari satu simpang susun di
jalan tol Belmera ke Kuala Namu.
3.3. KOTA BINJAI
3.3.1. KONDISI GEOGRAFIS DAN WILAYAH
A. Letak Geografis
Letak geografis Binjai adalah 0331'40" - 0340'02" LU dan 9827'03" - 9839'32" BT.
Ketinggian rata-rata adalah 28 meter di atas permukaan laut. Sebenarnya, Binjai hanya
berjarak 8 km dari Medan bila dihitung dari perbatasan di antara kedua wilayah yang
dipisahkan oleh Kabupaten Deli Serdang. Jalan Raya Medan Binjai yang panjangnya 22 km,
9 km pertama berada di dalam wilayah Kota Medan, Km 10 sampai Km 17 berada dalam
wilayah Kabupaten Deli Serdang dan mulai Km 17 adalah berada dalam wilayah Kota
Binjai.
Wilayah Kota Binjai seluas 90,23 km2, dikelilingi oleh Kab.Deli Serdang, Batas area
disebelah Utara adalah Kecamatan Binjai Kabupaten Langkat dan Kecamatan Hamparan
Perak Kab.Deli Serdang, di sebelah Timur berbatasan dengan Kecamatan Sunggal Kab.Deli
Serdang, di sebelah selatan berbatasan dengan Kecamatan Sei Bingei Kab.Langkat dan
Kecamatan Kutalimbaru Kab.Deli Serdang dan sebelah barat berbatasan dengan Kecamatan
Selesai Kab.Langkat. . Binjai merupakan salah satu daerah dalam proyek pembangunan

Bab 3 - 38

BAB 3. GAMBARAN WILAYAH


Rencana Induk Transportasi Perkotaan pada Kawasan Perkotaan Mebidang dan Sekitarnya

Mebidang yang meliputi kawasan Medan, Binjai dan Deli Serdang. Saat ini, Binjai dan
Medan dihubungkan oleh jalan raya Lintas Sumatera yang menghubungkan antara Medan
dan Banda Aceh. Oleh karena ini, Binjai terletak di daerah strategis di mana merupakan pintu
gerbang Kota Medan ditinjau dari provinsi Aceh
Ada 2 sungai yang membelah Kota Binjai yaitu Sungai Bingai dan Mencirim yang
menyuplai kebutuhan sumber air bersih bagi PDAM Tirta Sari Binjai untuk kemudian
disalurkan untuk kebutuhan penduduk kota. Namun di pinggiran kota, masih banyak
penduduk yang menggantungkan kebutuhan air mereka kepada air sumur yang memang
masih layak dikonsumsi

Gambar 3.2 Peta Kota Binjai

Bab 3 - 39

BAB 3. GAMBARAN WILAYAH


Rencana Induk Transportasi Perkotaan pada Kawasan Perkotaan Mebidang dan Sekitarnya

B. Pemerintahan
Kota Binjai terbagi atas 5 kecamatan yang kemudian dibagi lagi menjadi 37 kelurahan dan
desa. Sedianya Binjai hanyalah sebuah kecamatan di dalam lingkup Kabupaten Langkat.
Lima kecamatan tersebut masing-masing adalah:

Binjai Kota

Binjai Utara

Binjai Selatan

Binjai Barat

Binjai Timur

Kecamatan Binjai Kota, Binjai Timur dan Binjai Selatan baru dibentuk pada tahun 1981.
C. Demografi
Kota Binjai merupakan kota multi etnis, dihuni oleh suku Jawa, suku Batak Karo, suku
Tionghoa dan suku Melayu. Kemajemukan etnis ini menjadikan Binjai kaya akan
kebudayaan yang beragam. Jumlah penduduk kota Binjai sampai pada April 2003 adalah
223.535 jiwa dengan kepadatan penduduk 2.506 jiwa/km persegi. Tenaga kerja produktif
sekitar 160.000 jiwa. Banyak juga penduduk Binjai yang bekerja di Medan karena
transportasi dan jarak yang relatif dekat.
Agama di Binjai terutama:

Islam - dipeluk mayoritas suku Jawa dan Melayu, mesjid terbesar berlokasi di Jalan
Kapten Machmud Ismail.

Kristen - dipeluk sebagian besar suku batak Karo.

Buddha - dipeluk mayoritas suku Tionghoa yang berdomisili di Binjai Kota dan Binjai
Barat.

Hindu - ada 1 pura di Binjai berlokasi di Jalan Ahmad Yani, agama Hindu dipeluk
terutama oleh etnis India

Menurut sensus penduduk 2010 jumlah penduduk Kota Binjai berjumlah 246.154 jiwa
dengan rincian penduduk berjenis kelamin laki-laki 122.997 jiwa dan perempuan 123.157
jiwa. Berikut tabel jumlah penduduk per kecamatan tahun 2010.

Bab 3 - 40

BAB 3. GAMBARAN WILAYAH


Rencana Induk Transportasi Perkotaan pada Kawasan Perkotaan Mebidang dan Sekitarnya

Tabel 3.17 Jumlah Penduduk Kota Binjai Menurut Jenis Kelamin per Kecamatan Tahun
2010
Kabupaten/Kota
Penduduk
Sex Distribusi
No
Kecamatan
Ratio Penduduk
Laki-laki Perempuan Jumlah
1 Binjai Selatan
24.001
24.422
48.423
98
19.7
2 Binjai Kota
14.780
15.410
30.190
96
12.3
3 Binjai Timur
26.825
27.101
53.926
99
21.9
4 Binjai Utara
35.305
35.087
70.392
101
28.6
5 Binjai Barat
22.086
21.137
43.223
104
17.6
JUMLAH
122.997
123.157
246.154
100
100
Sumber : Sensus Penduduk 2010
3.3.2. PEREKONOMIAN
Daerah komersial dan pusat perekonomian serta pusat pemerintahan terutama berpusat di
wilayah Kecamatan Binjai Kota. Kawasan perindustrian dipusatkan di daerah Binjai Utara,
sedangkan di sebelah timur dan selatan adalah daerah konsentrasi pertanian. Daerah
pengembangan peternakan dipusatkan di kawasan Binjai Barat. Kawasan Industri Binjai di
Kecamatan Binjai Utara direncanakan di Kelurahan Cengkeh Turi dengan luas wilayah 300
ha. Binjai juga adalah penghasil minyak bumi dan gas ditandai dengan kawasan eksplorasi
minyak bumi dan gas alam di kawasan Tandam Hilir, Kecamatan Binjai Utara.
Data tahun 1999 menunjukkan bahwa 29% dari total kegiatan perekonomian di Kotamadya
Binjai bersumber dari sektor perdagangan dan jasa. Sedangkan sektor industri menyumbang
nilai 23% dari total kegiatan perekonomian tadi. Pendapatan per kapita penduduk Binjai
adalah sebesar Rp. 3,3 juta, sayang angka ini masih berada di bawah rata-rata pendapatan per
kapita propinsi Sumatra Utara yang besarnya Rp. 4,9 juta.
Laju pertumbuhan ekonomi Kota Binjai atas dasar harga tetap sebesar 5,68 persen pada
tahun 2007. Hal ini menunjukkan kenaikan yang cukup baik jika dibandingkan dengan tahun
2006 sebesar 5,32 persen.
Secara umum ada empat sektor yang cukup dominan dalam pembentukan total PDRB Kota
Binjai yaitu Sektor Industri Pengolahan, Sektor Perdagangan, Hotel dan Restoran, Sektor
Keuangan,Persewaan dan Jasa Perusahaan dan Sektor Jasa - jasa

Bab 3 - 41

BAB 3. GAMBARAN WILAYAH


Rencana Induk Transportasi Perkotaan pada Kawasan Perkotaan Mebidang dan Sekitarnya

Bidang perkebunan tentu saja yang menjadi perhatian adalah perkebunan rambutan yang
mencapai 425 ha dengan kapasitas produksi 2.400 ton per tahun. Sayangnya, kapasitas
sebesar ini tidak dibarengi dengan modernisasi industri pengolahan rambutan menjadi
komoditi unggulan yang bernilai plus dibandingkan dengan hanya menjual buah rambutan
itu sendiri, misalnya industri pengalengan rambutan dengan jalur pemasaran yang komplit.
Pusat perbelanjaan tradisional di Binjai melayani penjual dan pembeli dari Binjai sendiri dan
Kabupaten Langkat. Pasar tradisional misalnya:

Pusat Pasar Tavip - merupakan pasar tradisional terbesar di Binjai, lokasi di Binjai Kota.

Pasar Kebun Lada - berlokasi di Binjai Utara

Pasar Brahrang - berlokasi di Binjai Barat

Pasar Rambung - berlokasi di Binjai Selatan

Pasar Trengganu - berlokasi di Binjai Timur

Selain itu juga ada pusat perbelanjaan modern seperti:

Binjai Supermall

Pusat perbelanjaan Suzuya

Mini Market Tahiti

Toserba Binjai Ramayana

Mall Ramayana

Pertokoan komersial yang lebih kecil terutama terpusat di rumah toko (ruko) sepanjang Jalan
Jenderal Sudirman, juga ada Jalan Ahmad Yani (d/h Jalan Bangkatan) yang menjadi pusat
makanan di malam hari.
3.3.3. TRANSPORTASI
Sarana transportasi di dalam kota Binjai terutama adalah becak mesin roda tiga yang unik
dan mobil angkutan umum yang disebut sudako. Untuk transportasi ke luar kota, selain
transportasi jalan, ada juga kereta api yang menghubungkan Binjai dengan Medan dan Kwala

Bab 3 - 42

BAB 3. GAMBARAN WILAYAH


Rencana Induk Transportasi Perkotaan pada Kawasan Perkotaan Mebidang dan Sekitarnya

di Kabupaten Langkat. Data Bus dan MPU AKDP yang beroperasi dari kota Binjai dapat
dilihat pada tabel berikut.
Tabel 3.18 Bus AKDP Yang Beroperasi Dari Kota Binjai
NO.
1

NAMA
PERUSAHAAN
CV. PEMBANGUNAN
BERSAMA

CV. FAMILI
TRANSPORT

JUMLAH
T R A Y E K
Binjai - Sei Musam
Binjai - Telaga
Binjai - Bukit Lawang
Binjai - Secanggang
Binjai - Sampan Getek
Binjai - Tanjung langkat
Binjai - Sawit sebrang
Binjai - Namu Unggas
Binjai - Sawit Hulu
Binjai - -Kwala Sawit
Binjai - Kendit
Binjai - Besilam
Binjai - P. Sawah
Binjai - Tj. Lenggang
Binjai - Tambun - Marike
JUMLAH
Binjai-Medan-K.Jahe-T.Binanga
Binjai-Medan-K.Jahe-T.NderketK.Buluh
Binjai-Medan-K.Jahe-H.Gaol
Binjai-Medan-K.Jahe-Kacaribu
Binjai-Medan-K.Jahe-Lau Kawar
Binjai-Medan-K.Jahe-Berastepu
Binjai-Medan-K.Jahe-Baganding
Binjai-Medan-K.Jahe-Surbakti
T.Langkat-Binjai-L.Pakam
B.Lawang-Medan-Binjai-P.Labu
Sei Lepan-Sawit Hulu-Binjai-Medan
Kuala Sawit-Binjai-Medan
P.Sawah-Binjai-Medan
Tambunan-Binjai-Medan
Pamah Semilir-Telaga-Binjai-MedanBerastagiK.Jahe-Lau Kawar
B.Lawang-Binjai-Medan-T.TinggiP.Siantar-Parapat

BUS

RIT

2
2
3
2
2
5
2
2
1
1
2
2
2
1
2
31

4
4
6
4
4
20
4
4
2
2
4
2
4
2
4

PP
PP

5
5

10
10

PP
PP
PP
PP
PP
PP
PP
PP
PP
PP
PP
PP
PP

5
5
5
4
4
2
22
21
8
8
8
5
5

10
10
10
8
8
4
44
42
16
16
16
20
10

PP

21

42

PP
PP
PP
PP
PP
PP
PP
PP
PP
PP
PP
PP
PP
PP
PP

Bab 3 - 43

BAB 3. GAMBARAN WILAYAH


Rencana Induk Transportasi Perkotaan pada Kawasan Perkotaan Mebidang dan Sekitarnya

NO.

JUMLAH

NAMA
PERUSAHAAN

T R A Y E K
BUS
JUMLAH

KOP. ANGKUTAN
UMUM BINJAI

RIT

133

P. Susu-Stabat-Binjai-Term-P. BarisTerm. Amplas-T. Tinggi-P. Siantar


P. Brandan -stabat-Binjai-Medan- Term.
Amplas-T. Tinggi-P. Siantar
Secanggang-Stabat-Binjai-MedanTerm. Amplas-T. Tinggi-P. Siantar
Besitang-Stabat-Binjai-Medan- Term.
Amplas-T. Tinggi-P. Siantar
Bkt. Lawang-Binjai-Medan-Berastagi- K.
Jahe-Merek-Tongging
P. Brandan -stabat-Binjai- Medan-Ter.
Amplas.L. Pakam
Bt. Serangan-Tj. Pura-Stabat-Binjai(Term.PJKA) -Medan (Term. P. Baris)
P. Brandan-Stabat-Binjai-(Term. PJKA)T.P.Baris- T. Tinggi-Kisaran-Tj.Balai
P. Brandan-Stabat-Binjai- (Tr. PJKA)T.P.Baris- T Amplas-T. Tinggi-Rt.Prapat
Jumlah

PP

10

10

PP

PP

PP

PP

PP

16

PP

16

PP

PP

55

Sumber : Dishub Prov. Sumatera Utara, 2009


Tabel 3.19
NO.

Perusahaan MPU AKDP Awal Keberangkatan Dari Kota Binjai

PERUSAHAAN

TUJUAN
D. SERDANG P SIANTAR

CV. MEKAR LANGKAT

CV. LARIS

CV. TIMUR

CV. FAMILI BARU


JUMLAH MPU

JUMLAH
KARO

LANGKAT

80

80
25
15

80

15

40
40

25
55

20

20

45

180

Sumber : Dishub Prov. Sumatera Utara, 2009


Sampai dengan tahun 2007, prasarana jalan di Kota Binjai terdiri dari :

Jalan aspal 298 kilometer

Jalan kerikil 31 kilometer

Jalan tanah 91 kilometer


Bab 3 - 44

BAB 3. GAMBARAN WILAYAH


Rencana Induk Transportasi Perkotaan pada Kawasan Perkotaan Mebidang dan Sekitarnya

Letak Binjai juga tidak jauh dari bandara terdekat yaitu Bandara Polonia, Medan. Selain itu,
pelabuhan terdekat juga akan dihubungkan dengan jalan tol bila proyek jalan tol MedanBinjai selesai beberapa tahun lagi.
3.4. KABUPATEN DELI SERDANG
3.4.1. LETAK DAN KEADAAN GEOGRAFI
Deli Serdang merupakan salah satu Kabupaten yang berada di kawasan Pantai Timur
Sumatera Utara. Ibukota kabupaten ini berada di Lubuk Pakam. Secara geografis Kabupaten
Deli Serdang berada pada 257 316 Lintang Utara dan 9833 99027 Bujur Timur
dengan ketinggian 0 500 m di atas permukaan laut. Kabupaten Deli Serdang menempati
area seluas 2.497,72 Km2 yang terdiri dari 22 Kecamatan dan 394 Desa/Kelurahan Definitif.
Wilayah Kabupaten Deli Serdang di sebelah Utara berbatasan dengan Kabupaten Langkat
dan Selat Malaka, di sebelah Selatan dengan Kabupaten Karo dan Simalungun, di sebelah
Barat berbatasan dengan Kabupaten Langkat dan Karo dan di sebelah Timur berbatasan
dengan Kabupaten Serdang Bedagai.

Bab 3 - 45

BAB 3. GAMBARAN WILAYAH


Rencana Induk Transportasi Perkotaan pada Kawasan Perkotaan Mebidang dan Sekitarnya

Gambar 3.3 . Peta Kabupaten Deli Serdang


3.4.2. PENDUDUK
Menurut sensus penduduk 2010 jumlah penduduk Kabupaten Deli Serdang berjumlah
1.790.431 jiwa dengan rincian penduduk berjenis kelamin laki-laki 901.915 jiwa dan
perempuan 888.516 jiwa. Berikut tabel jumlah penduduk per kecamatan tahun 2010.

Bab 3 - 46

BAB 3. GAMBARAN WILAYAH


Rencana Induk Transportasi Perkotaan pada Kawasan Perkotaan Mebidang dan Sekitarnya

Tabel 3.20
No
1
2
3
4
5

Jumlah Penduduk Kabupaten Deli Serdang Menurut Jenis Kelamin per


Kecamatan Tahun 2010
Kabupaten/Kota
Penduduk
Sex Distribusi
Kecamatan
Ratio Penduduk
Laki-laki Perempuan Jumlah
Gunung Meriah
1.247
1.225
2.472
102
0.1
Sinembah Tanjung
6.209
6.124
12.333
101
0.7
Muda Hulu
Sibolangit
9.835
9.819
19.654
100
1.1
Kutalimbaru
17.883
17.987
35.870
99
2.0
Pancur Batu
42.594
42.325
84.919
101
4.7

6 Namo Rambe
7 Biru-Biru
8 Sinembah Tanjung
Muda Hilir
9 Bangun Purba
10 Galang
11 Tanjung Morawa
12 Patumbak
13 Deli Tua
14 Sunggal
15 Hamparan Perak
16 Labuhan Deli
17 Percut Sei Tuan
18 Batang Kuis
19 Pantai Labu
20 Beringin
21 Lubuk Pakam
22 Pagar Merbau
JUMLAH

18.143
17.122
15.550

18.508
16.898
15.013

36.651
34.020
30.563

98
101
104

2.0
1.9
1.7

10.783
30.935
97.293
45.123
29.874
123.042
76.343
30.620
193.557
28.551
22.264
26.603
40.123
18.221
901.915

10.767
30.573
95.466
43.838
30.750
121.145
73.711
29.570
191.115
27.719
20.871
25.812
40.724
18.556
888.516

21.550
61.508
192.759
88.961
60.624
244.187
150.054
60.190
384.672
56.270
43.135
52.415
80.847
36.777
1.790.431

100
101
102
103
97
102
104
104
101
103
107
103
99
98
102

1.2
3.4
10.8
5.0
3.4
13.6
8.4
3.4
21.5
3.1
2.4
2.9
4.5
2.1
100

Sumber : Sensus Penduduk 2010


3.4.3. PEMBAGIAN WILAYAH PENGEMBANGAN KABUPATEN
Sistem Kegiatan Pembangunan di Kabupaten Deli Serdang dibagi menjadi 5 (lima) Wilayah
Pengembangan (WP), yaitu Wilayah Pengembangan Lubuk Pakam, Wilayah Pengembangan
Percut Sei Tuan, Wilayah Pengembangan Pancur Batu, Wilayah Pengembangan Sunggal,
dan Wilayah Pengembangan Sibolangit.
1.

Wilayah pengembangan Lubuk Pakam, dengan pusatnya di Kecamatan Lubuk Pakam


yang selama ini merupakan aglomerasi kegiatan pemerintahan, perdagangan dan jasa
serta Kecamatan Tanjung Morawa sebagai kawasan industri. Sedangkan sub pusat kota
Bab 3 - 47

BAB 3. GAMBARAN WILAYAH


Rencana Induk Transportasi Perkotaan pada Kawasan Perkotaan Mebidang dan Sekitarnya

satelit dikembangkan di Kecamatan Pagar Merbau, Kecamatan Patumbak dan


Kecamatan Deli Tua, sedangkan kota penunjangnya meliputi Kecamatan Bangun Purba,
Kecamatan Galang dan Kecamatan STM Hilir.
2.

Wilayah pengembangan Percut Sei Tuan, dengan pusatnya di Kecamatan Percut Sei
Tuan yang selama ini merupakan kawasan industri, permukiman pertanian, perikanan,
perdagangan, pendidikan, kesehatan, olahraga dan wisata bahari, Kecamatan Beringin
dan Pantai Labu yang termasuk pada kawasan Bandara Udara Kuala Namu dengan
tambahan arahan sebagai pusat pergudangan dan ekspedisi serta Kecamatan Batang Kuis
sebagai kota transit. Sedangkan sub pusat kota satelit dikembangkan di Kecamatan
Labuhan Deli.

3.

Wilayah pengembangan Pancur Batu, dengan pusatnya di Kecamatan Pancur Batu


yang selama ini merupakan kawasan pertanian berupa kebun campuran dan permukiman.
Wilayah ini memiliki fungsi utama sebagai kegiatan agropolitan dan distribusi pertanian
dan pendidikan berupa pengembangan Kampus USU. Sedangkan sub pusat kota satelit
dikembangkan di Kecamatan Kutilambaru.

4.

Wilayah pengembangan Sunggal, dengan pusatnya di Kecamatan Sunggal yang selama


ini merupakan aglomerasi kegiatan perdagangan dan jasa, permukiman dan industri.
Wilayah ini memiliki fungsi utama perdagangan, permukiman, dan industri. Sedangkan
sub pusat kota satelit dikembangkan di Kecamatan Hamparan Perak.

5.

Wilayah pengembangan Sibolangit, dengan pusatnya di Kecamatan Sibolangit yang


selama ini merupakan kawasan pertanian dan pariwisata. WP ini memiliki fungsi utama
sebagai kegiatan agropolitan untuk wilayah selatan dan pengembangan kawasan
pariwisata. Sedangkan sub pusat kota satelit dikembangkan di Kecamatan STM Hulu
sedangkan kecamatan penunjangnya meliputi Kecamatan Namorambe, Kecamatan Birubiru, dan Kecamatan Gunung Meriah.

Untuk lebih jelasnya, Arahan Pengembangan Kegiatan Pembangunan Kabupaten Deli


Serdang dapat dilihat pada tabel di bawah ini mengenai Struktur Ruang Kabupaten Deli
Serdang 2027.

Bab 3 - 48

BAB 3. GAMBARAN WILAYAH


Rencana Induk Transportasi Perkotaan pada Kawasan Perkotaan Mebidang dan Sekitarnya

Tabel 3.21 Arahan Pengembangan Kegiatan PembangunanKabupaten Deli Serdang Tahun


2007-2027
Wilayah
Pengembangan
(WP)
WP
Pakam

Lubuk

(Pusat:
Kecamatan
Lubuk Pakam &
Tanjung Morawa)

Fungsi

Sub-WP

Arahan Pengembangan

Kecamatan

Arahan Pengembangan

Fungsi
utama
sebagai kegiatan
pemerintahan
kabupaten,
permukiman,
kegiatan komersial
berupa
perdagangan dan
jasa,
kawasan
industri serta kota
transit
untuk
Bandara
Kuala
Namu

Kec. Pagar
Merbau

Kawasan
pengembangan
perumahan
Pelayanan sosial dan
jasa, kawasan
perdagangan dan
pertanian
Kawasan
pengembangan
perumahan/
pemukiman
Pusat pelayanan sosial
dan umum
industri

Galang

Pengembangan industri
dan pelayanan sosial

Pusat pelayanan sosial


dan umum,
perdagangan serta
perumahan
Kawasan pertahanan
keamanan (Yon Armed2)

STM Hilir

Kec.
Patumbak

Kec.
Tua

WP Percut Sei
Tuan
(Pusat:
Kec.
Percut Sei Tuan,
Kec.
Beringin,
Kec. Pantai Labu
dan Kec. Batang
Kuis)

WP
Batu

Pancur

(Pusat:
Kec.
Pancur Batu)

Deli

Fungsi
utama
sebagai
pusat
pengolahan
perikanan,
perkebunan,
permukiman,
pusat
kegiatan
perdagangan dan
jasa,
simpul
pergerakan
(Bandara
Udara
Kuala Namu), kota
transit pusat jasa
pergudangan,
pusat pariwisata
bahari
serta
waterfront city

Kec.
Labuhan
Deli

Fungsi
utama
sebagai kegiatan
pertanian
terutama
kebun
campuran
dan
permukiman
(pasar
induk
sayuran regional),
serta
kawasan
pendidikan
(rencana
pembangunan
kampus USU) dan
pengembangan
pariwisata berupa

Kutalimbaru

Bangun
Purba

Kawasan
pengembangan industri
pengolahan kelapa
sawit dan karet
Kawasan komersial
(perdagangan dan jasa)
dan pelayanan sosial
termasuk
pengembangan
perumahan
Pengembangan
pertanian dan hutan
produksi
Pengembangan
pariwisata

Kawasan lindung dan


suaka alam
Pengembangan
pariwisata
Perdagangan dan jasa

Pusat
kegiatan
agropolitan
untuk
wilayah barat
Distribusi pertanian
Perumahan kepadatan
rendah
Kawasan lindung

Bab 3 - 49

BAB 3. GAMBARAN WILAYAH


Rencana Induk Transportasi Perkotaan pada Kawasan Perkotaan Mebidang dan Sekitarnya
Wilayah
Pengembangan
(WP)

Fungsi

Sub-WP

Arahan Pengembangan

Kecamatan

Arahan Pengembangan

Pusat perdagangan dan


jasa
Pusat pelayanan sosial
dan umum
Pusat distribusi hasil
pertanian
Kawasan hijau dan
pengembangan
pertanian (agribisnis),
Pengembangan
kawasan perkotaan
industri

Pusat pelayanan sosial


dan umum
Pengembangan
kegiatan agropolitan
Distribusi pertanian
Kawasan lindung, suaka
alam dan hutan
produksi
Pengembangan
pariwisata

Namorambe

kebun binatang.

WP Sunggal
(Pusat:
Sunggal)

Kec.

Fungsi
utama
sebagai kawasan
industri,
perdagangan dan
jasa, permukiman.

Hamparan
Perak

WP Sibolangit
(Pusat:
Sibolangit)

Kec.

Fungsi
utama
sebagai kegiatan
pertanian
(agropolitan),
kawasan
suaka
alam dan hutan
produksi,
serta
pengembangan
pariwisata.

STM Hulu

Biru-biru

Gunung
Meriah

Pusat pelayanan sosial


dan umum
Kawasan pertahanan
keamanan (Yon Armed2)
Pengembangan
pertanian , perumahan
dan pengembangan
kawasan,
perdagangan,jasa
Pengembangan
pariwisata
Pengembangan
kegiatan agropolitan
Distribusi pertanian dan
perkebunan
Pengembangan
kawasan wisata alam
dan religius
Pengembangan
kegiatan agropolitan
Kawasan lindung dan
suaka alam
Pengembangan
pariwisata

Sumber : Hasil Analisis, 2007

Bab 3 - 50

BAB 3. GAMBARAN WILAYAH


Rencana Induk Transportasi Perkotaan pada Kawasan Perkotaan Mebidang dan Sekitarnya

3.4.4. KONSEP DAN STRATEGI PENGEMBANGAN


A.

Konsep Pengembangan Wilayah


Konsep pengembangan Fokus Pengembangan Wilayah Metropolitan (mencakup 14
Kecamatan di Kabupaten Deli Serdang) dan Wilayah Selatan (Agropolitan dan
Kawasan Lindung). Berdasarkan pada kriteria dan pertimbangan sebagai berikut;
1. Peluang pengembangan Kabupaten Deli Serdang sebagai kawasan metropolitan
yang sesuai dengan Rencana Tata Ruang Kawasan Metropolitan Mebidang-Ro
(Medan-Binjai-Deli Serdang-Karo).
2. Mensejajarkan Wilayah Sibolangit (bagian selatan) dengan bagian wilayah lainnya.
3. Peluang pengembangan Potensi pertanian di selatan Kabupaten Deli Serdang
4. Peluang pengembangan Potensi pariwisata di selatan Kabupaten Deli Serdang
5. Ketersediaan

jaringan

jalan

di

selatan

Kabupaten

Deli

Serdang

yang

menghubungkan dengan wilayah luarnya.


Inti dari konsep ini adalah pembangunan difokuskan pada Wilayah Sibolangit
(bagian selatan), dengan konsep Integrasi Kawasan Metropolitan dan Agropolitan
yaitu pengembangan kegiatan sosial dan ekonomi wilayah dan pengembangan
kegiatan yang membutuhkan pembangunan unit-unit pengelolaan, pengumpulan
dan pendistribusian produksi pertanian.
B.

Konsep Struktur Tata Ruang


Merupakan konsentrasi pengembangan pada wilayah Metropolitan Deli Serdang dan
wilayah Bagian Selatan (Wilayah Sibolangit dengan pusatnya di Sibolangit). Dari
penetapan pusat pelayanan utama tersebut diharapkan dapat menciptakan dampak
penularan perkembangan pada sektor-sektor pertanian dan Pariwisata yang ada di
Kabupaten Deli Serdang, khususnya bagian selatan.

C.

Strategi Pengembangan Wilayah


Berdasarkan konsep pengembangan diatas, maka strategi untuk mewujudkannya adalah
sebagai berikut;
Bab 3 - 51

BAB 3. GAMBARAN WILAYAH


Rencana Induk Transportasi Perkotaan pada Kawasan Perkotaan Mebidang dan Sekitarnya

1. Memaduserasikan dan kerjasama pembangunan kawasan industri dengan Kota


Binjai maupun Medan.
2. Pengembangan Kawasan Aerocity untuk mendukung keberadaan bandara
3. Membuka Jalur regional (akses) masuk dan keluar Kabupaten Deli Serdang dengan
prioritas memberikan akses untuk simpul kegiatan di Selatan Kabupaten Deli
Serdang (Wilayah Sibolangit)
4. Rencana jalan Inner Ring Road dan Outer Ring Road
5. Pengembangan sentra-sentra industri pertanian di bagian selatan Kabupaten Deli
Serdang (Wilayah Sibolangit)
6. Peningkatan fungsi jalan yang menghubungkan simpul kegiatan wilayah selatan
(Wilayah Sibolangit) dengan Bandar Udara Internasional Kuala Namu
7. Pembangunan unit-unit pengumpul hasil pertanian di bagian selatan Kabupaten Deli
Serdang
3.4.5. RENCANA PENGELOLAAN KAWASAN PERKOTAAN DAN PEDESAAN
Berdasarkan karakteristik fisik serta fungsi kegiatannya, wilayah Kabupaten Deli Serdang
dapat dibedakan menjadi dua kawasan utama yaitu kawasan perkotaan dan kawasan
perdesaan. Rencana pemanfaatan ruang pada kedua kawasan tersebut tentu saja perlu
dibedakan dalam hal komponen kegiatan yang dialokasikan di dalamnya, tingkat kedalaman
atau ketelitiannya dalam peta, serta kebutuhan untuk menjabarkannya lebih lanjut dalam
rencana tata ruang kawasan.
A. Kawasan Perkotaan
Kawasan perkotaan adalah kawasan yang mempunyai kegiatan utama bukan pertanian,
dengan susunan fungsi kawasan sebagai tempat permukiman perkotaan, pemusatan dan
distribusi pelayanan jasa pemerintahan, pelayanan sosial dan kegiatan ekonomi (UU No.
24/1992 dan disempurnakan kembali UU No. 26 Tahun 2007 tentang Penataan Ruang).
Kawasan perkotaan di Kabupaten Deli Serdang adalah kota Lubuk Pakam dan kota-kota
ibukota kecamatan lainnya. Pada kawasan perkotaan ini akan dikembangkan berbagai

Bab 3 - 52

BAB 3. GAMBARAN WILAYAH


Rencana Induk Transportasi Perkotaan pada Kawasan Perkotaan Mebidang dan Sekitarnya

kegiatan perkotaan yang meliputi permukiman, sarana permukiman (fasilitas sosial dan
umum), prasarana (jalan, air bersih, drainase, air limbah, persampahan, listrik dan
telekomunikasi), dan kawasan fungsional kota (perdagangan/komersial, pemerintahan,
perkantoran/jasa, dan industri).
Untuk mengakomodasikan berbagai kegiatan perkotaan tersebut, rencana pemanfaatan ruang
pada kawasan perkotaan perlu dijabarkan lebih lanjut dalam bentuk Rencana Detail Tata
Ruang (RDTR) Kota.
B. Kawasan Perdesaan
Kawasan perdesaan adalah kawasan yang mempunyai kegiatan utama pertanian, termasuk
pengelolaan sumberdaya alam, dengan susunan fungsi kawasan sebagai tempat permukiman
pedesaan, pelayanan jasa pemerintahan, pelayanan sosial dan kegiatan ekonomi.
Kawasan perdesaan adalah kawasan di luar kawasan perkotaan yang telah dibahas pada
bagian sebelumnya. Pengelolaan kawasan perdesaan terutama diarahkan untuk meningkatkan
produktivitas kawasan perdesaan tersebut sesuai potensi/kesesuaian lahan yang dimilikinya.
3.4.6. STRUKTUR SISTEM TRANSPORTASI
Rencana pengembangan struktur jaringan transportasi disusun untuk mewujudkan pelayanan
aksesibilitas yang merata di seluruh Kabupaten Deli Serdang, dan mengarahkan
pertumbuhan wilayah dengan mempertahankan keseimbangan lingkungan dan ketersediaan
sumberdaya daerah. Oleh sebab itu, rencana struktur prasarana jalan meliputi rencana
pengembangan jaringan jalan arteri primer, arteri sekunder, kolektor primer dan kolektor
sekunder dan lokal primer.
Dalam UU No. 38 Tahun 2004 tentang jalan, berdasarkan fungsi, jalan dapat dikelompokkan
menjadi jalan arteri, jalan kolektor,jalan lokal dan lingkungan. Jalan primer merupakan jalan
umum yang berfungsi melayani angkutan utama dengan ciri perjalanan jarak jauh, kecepatan
rata-rata tinggi, dan jumlah jalan masuk dibatasi secara berdaya guna, sedangkan jalan
kolektor merupakan jalan umum yang berfungsi melayani angkutan pengumpul atau pembagi
dengan ciri perjalanan jarak sedang, kecepatan rata-rata sedang, dan jumlah jalan masuk
dibatasi Peranan jalan ini terkait dengan hirarki sistem jaringan yang harus disesuaikan

Bab 3 - 53

BAB 3. GAMBARAN WILAYAH


Rencana Induk Transportasi Perkotaan pada Kawasan Perkotaan Mebidang dan Sekitarnya

dengan hirarki kegiatan kota baik sistem primer maupun sekunder. Hirarki sistem jaringan di
Kabupaten Deli Serdang perlu dimantapkan.
Untuk melengkapi hirarki sistem jaringan jalan, direncanakan pengembangan jalan alternatif
dengan memperioritaskan pembuatan jalan-jalan tembus yang sudah direncanakan sesuai
dengan fungsinya. Selain itu diupayakan peningkatan akses melalui rencana pengembangan
jalan bebas hambatan dalam kota.
Rencana Sistem Transportasi dirumuskan dalam rangka pengembangan sistem transportasi
untuk meningkatkan pelayanan jaringan transportasi wilayah. Isi Rencana Sistem
Transportasi adalah:
a)

Penentuan fungsi jalan, yang meliputi penentuan jaringan jalan arteri, jalan kolektor,
dan jalan lokal baik primer maupun sekunder.

b)

Rencana pembangunan jalan dan jembatan, termasuk pembangunan jalan/jembatan baru


untuk membuka kawasan terisolasi atau untuk meningkatkan kemampuan pemasaran
hasil-hasil produksi.

c)

Rencana lokasi terminal sesuai dengan kelas pelayanan sebagai terminal wilayah dan
terminal sub-wilayah.

d)

Rencana pembangunan/pengembangan bandar udara, sesuai dengan rencana tata ruang


dan kelayakannya.

Sistem transportasi yang terdapat di Kabupaten Deli Serdang meliputi transportasi darat dan
udara. Transportasi tersebut merupakan sistem yang menunjang terhadap aktivitas dan
kegiatan sosial ekonomi masyarakat. Sehingga diperlukan rencana pengembangan yang
terpadu dengan sistem rencana tata ruangnya agar aktivitas masyarakat dapat berjalan secara
sinergis.
Jaringan Jalan
Jaringan sistem transportasi regional pada wilayah Kabupaten Deli Serdang hanya berupa
jaringan transportasi jalan raya dengan jalan arteri primer pada zona Sunggal Medan
Lubuk Pakam. Kabupaten Deli Serdang, tepatnya Kota Lubuk Pakam, dilalui oleh Jalan

Bab 3 - 54

BAB 3. GAMBARAN WILAYAH


Rencana Induk Transportasi Perkotaan pada Kawasan Perkotaan Mebidang dan Sekitarnya

Negara yang menghubungkan Ibukota Propinsi Sumatera Utara, Riau dan NAD melalui Kota
Binjai dan Tebing Tinggi.
Berdasarkan sistem dan hirarki kota-kota yang ada di Kabupten Deli Serdang, maka hirarki
kota Kabupaten Deli Serdang adalah sebagai berikut:
a. Kota Utama yaitu kota-kota yang memenuhi atau mendekati persyaratan kota utama,
adalah Kota Lubuk Pakam, Sunggal, Tanjung Morawa, Batang Kuis, Pancur Batu,
Beringin, Pantai Labu,Percut Sei Tuan dan Sibolangit;
b. Kota Kedua, yaitu kota-kota yang memenuhi atau mendekati persyaratan kota kedua,
adalah Kota Galang, STM Hulu dan Hamparan Perak.
c. Kota Ketiga, yaitu kota-kota yang memenuhi atau mendekati persyaratan kota ketiga,
adalah, Kota Pagar Merbau, Bangun Purba, STM Hilir, Namorambe, Biru-biru dan
Gunung Meriah.
Untuk kota-kota kecamatan, selain memiliki fungsi pelayanan minimal juga dikembangkan
sebagai pusat pelayanan perangkutan umum antar kota kecamatan, dan juga sebagai simpulsimpul pelayanan perangkutan umum regional. Hal ini terjadi pada Kota Sunggal, Pagar
Merbau, Sibolangit dan Galang. Selain itu pusat pelayanan kegiatan perdagangan antara
wilayah kecamatan, antar wilayah pengembangan, dan regional yang meliputi Kota Labuhan
Deli, Deli Tua dan Percut Sei Tuan.
Melihat ruas-ruas jalan yang terdapat di Kabupaten Deli Serdang maka daerah-daerah di
Kabupaten Deli Serdang hampir seluruhnya sudah dapat dijangkau oleh kendaraan bermotor.
Selain dari ruas jalan arteri yang menghubungkan Kota Lubuk Pakam Kecamatan Tanjung
Morawa Kota Medan Kecamatan Sunggal yang merupakan bagian dari ruas jalan
Serdang Bedagai Medan - Binjai, ruas jalan penting lainnya yang berperan dalam
perhubungan Wilayah Pengembangan di Kabupaten Deli Serdang adalah ruas jalan kolektor
yang statusnya merupakan jalan propinsi yaitu:

Ruas jalan Kota Lubuk Pakam Kota Medan Kecamatan Namorambe Kecamatan
Sibolangit menuju Kabupaten Karo

Bab 3 - 55

BAB 3. GAMBARAN WILAYAH


Rencana Induk Transportasi Perkotaan pada Kawasan Perkotaan Mebidang dan Sekitarnya

Ruas jalan Kota Lubuk Pakam Kota Medan Pancur Batu Sibolangit menuju
Kabupaten Karo

Ruas jalan Lubuk Pakam Pagar Merbau - Galang menuju Kabupaten Karo.

Ruas jalan Kota Lubuk Pakam Tanjung Morawa Simpang Kayu Besar Kuala Namu

Rencana Pembangunan Jalan Tol


Adanya rencana pembangunan jalan tol lintas Binjai - Medan Deli Serdang Kota Tebing
Tinggi bertujuan untuk menampung arus pergerakan kegiatan ekonomi yang sangat padat
melalui jalur tengah. Dengan adanya jalan tol tersebut pergerakan yang menghubungkan
antara pusat-pusat pertumbuhan kegiatan ekonomi terutama industri di sepanjang jalur
tengah tidak lagi menambah beban jalur jalan negara yang sudah sangat padat tersebut.
Keberadaan jalan tol ini diharapkan akan memacu perkembangan perekonomian di wilayah
sekitar jalur lintasannya. Pada umumnya perkembangan yang relatif pesat terjadi di seputar
pintu persimpangan keluar/masuk jalan tol.
Pembangunan jalan tol Binjai - Medan Deli Serdang Kuala Namu - Kota Tebing Tinggi
ini sekarang belum dilaksanakan akan tetapi kelak nanti akan dilaksanakan, karena untuk
menopang kegiatan ekonomi regional menuju Bandara Udara Kuala Namu baik yang
berangkat dari Kota Binjai, Medan maupun Tebing Tinggi dan Serdang Bedagai. Dampak
positif dari pembangunan jalan tol tersebut terhadap perkembangan Kabupaten Deli Serdang
antara lain, akan memacu perkembangan kegiatan ekonomi, terutama tumbuhnya zona-zona
industri yang akan berlokasi di wilayah strategis di sepanjang jalan tol. Sedangkan dampak
negatif dari pembangunan jalan tol ini yaitu akan menimbulkan fragmentasi di wilayah utara
- selatan.
Untuk menghindari fragmentasi yang dapat terjadi tersebut, maka diperlukan suatu sistem
transportasi yang bertujuan agar persebaran perkembangan karena adanya penambahan
fasilitas jalan tol tersebut dapat merata keseluruh wilayah di Kabupaten Deli Serdang.
Infrastruktur pendukung transportasi tersebut adalah berupa peningkatan jalan-jalan dan
pembukaan pintu gerbang tol baru di seputar Kabupaten yang bertujuan memudahkan
pengguna jalan untuk dapat mengakses jalan tol dengan semudah-mudahnya. Untuk itu
segala hambatan yang terjadi pada ruas-ruas jalan antara pusat-pusat kegiatan dan kota-kota
Bab 3 - 56

BAB 3. GAMBARAN WILAYAH


Rencana Induk Transportasi Perkotaan pada Kawasan Perkotaan Mebidang dan Sekitarnya

di Kabupaten Deli Serdang dengan jalan akses tol di Kabupaten Deli Serdang harus
diminimalkan.
Perkiraan akses jalan tol di Kabupaten Deli Serdang adalah di daerah Kecamatan Percut Sei
Tuan, Labuhan Deli, Tanjung Morawa, Batang Kuis, Lubuk Pakam, Pagar Merbau,
Hamparan Perak dan Sunggal. Berkaitan dengan lokasi Bandara, maka diperlukan jalan
akses masuk yang baik dan strategis yang dapat dengan mudah mengakses jalan tol Binjai Medan Deli Serdang Kuala Namu Kota Tebing Tinggi. Dengan demikian untuk masuk
ke Bandara dapat di akses dari berbagai arah. Dari arah Binjai, Kota Medan, Kabupaten
Langkat, Kabupaten Karo, Kabupaten Serdang Bedagai dan Kota Tebing Tinggi dapat di
akses melalui jalan tol Binjai - Medan Deli Serdang Kuala Namu Kota Tebing Tinggi.
Melihat kondisi jalan yang ada, maka diperlukan peningkatan dari ruas-ruas jalan yang ada
guna mengantisipasi transportasi di wilayah Kabupaten Deli Serdang agar tercapai suatu
lingkungan jalan yang aman, nyaman dan memadai, meliputi sebagian atau keseluruhan dari
hal-hal berikut ini:

Pelebaran jalan dengan peningkatan konstruksi jalan

Perbaikan dan peningkatan lapisan aus untuk memperbaiki kekuatan jalan

Pembuatan bahu jalan disertai dengan pengaman konstruksi seperti sistem drainase

Meningkatkan perlengkapan jalan berupa rambu-rambu, pagar pengaman dan marka


jalan

Peningkatan dan pelebaran jembatan yang ada.

Adapun peningkatan jalan yang perlu dilakukan adalah pelebaran jalan dari 2,5 4,0 meter
menjadi lebar minimum lapisan aspal 5,5 meter, yaitu jalur dua arah dengan lebar 2,75 meter
per lajur serta pembuatan bahu jalan dengan lebar minimum 0,5 meter. Untuk jalur yang
padat, maka perlu dipikirkan untuk meningkatkan jalan dengan membagi dua jalan dengan
median serta mempertimbangkan penggunaan dua lajur untuk setiap jalurnya (4 lajur dua
arah terbagi). Peningkatan jalan harus disertai pula dengan peningkatan lebar jembatan yang
ada di Kabupaten Deli Serdang, terutama untuk jalur yang padat dengan lalu lintas
kendaraan. Dengan melihat perkembangan kota Lubuk Pakam sebagai ibukota Kabupaten
Bab 3 - 57

BAB 3. GAMBARAN WILAYAH


Rencana Induk Transportasi Perkotaan pada Kawasan Perkotaan Mebidang dan Sekitarnya

serta melihat perkembangan aktifitas lalu lintas yang terjadi, maka peningkatan jalan berupa
jalan 4 lajur 2 arah terbagi perlu dilakukan pada ruas jalan Tanjung Morawa - Lubuk Pakam
Pagar Merbau. Hal ini sangat berkaitan dengan akses transportasi pada arah sumbu tengah
di Kabupaten Deli Serdang. Selain itu, adanya pembangunan Bandara Internasional Kuala
Namu di Kecamatan Pantai Labu dan Beringin serta rencana peningkatan akses menuju
bandara dan seluruh wilayah Kabupaten Deli Serdang, maka selain dari ruas Tanjung
Morawa Lubuk Pakam Beringin, ruas jalan yang perlu ditingkatkan juga adalah ruas
Medan Percut Sei Tuan Batang Kuis Lubuk Pakam menuju Kabupaten Serdang
Bedagai, Batang Kuis Pantai Labu dan Tanjung Morawa - Beringin.
Jaringan Kereta Api
Transportasi kereta api di Kabupaten Deli Serdang saat ini dalam kondisi baik, dan melayani
hingga Kota Tebing Tinggi ke arah timur dan Kota Binjai ke arah barat. Sedangkan untuk
menuju NAD masih dalam pengkajian ulang untuk peng aktif-annya. Kondisi ini sangat
tergantung pada kebijaksanaan Departemen Perhubungan dan PT Kereta Api Indonesia (PT.
KAI).
Untuk mengantisipasi kebutuhan transportasi pada masa mendatang, terutama dengan adanya
rencana pembangunan Bandara Internasional Kuala Namu di Kecamatan Pantai Labu dan
Beringin Kabupaten Deli Serdang, direncanakan pembangunan jaringan transportasi kereta
api untuk mendukung sistem transportasi bandara yang aman dan dapat diandalkan.
Jalan Lingkar (Ring Road)
Sehubungan dengan letak kota Lubuk Pakam sebagai pusat kegiatan wilayah di Kabupaten
Deli Serdang yang terletak pada jalur utama pergerakan pada poros tengah wilayah
Kabupaten Deli Serdang, maka untuk mengantisipasi perkembangan wilayah serta untuk
mendukung sistem transportasi yang memadai perlu dikembangkan sistem jaringan jalan
lingkar (ring road) kota Lubuk Pakam. Keberadaan jalan ini sekaligus sebagai pemecah
konsentrasi kepadatan jalan yang akan terjadi pada masa mendatang.

Bab 3 - 58

BAB 3. GAMBARAN WILAYAH


Rencana Induk Transportasi Perkotaan pada Kawasan Perkotaan Mebidang dan Sekitarnya

Terminal
Terminal adalah merupakan titik simpul dalam sistem jaringan transportasi darat yang
berfungsi sebagai pelayanan umum dan melancarkan arus penumpang/barang. Berdasarkan
fungsinya terminal penumpang dikelompokan menjadi:
-

Terminal penumpang Tipe B, melayani kendaraan umum untuk angkutan antar kota
dalam propinsi, angkutan kota, dan angkutan pedesaan. Terminal ini menampung 25-50
kendaraan/jam dengan luas kebutuhan ruang 5 Ha.

Terminal Regional, melayani kendaraan umum untuk angkutan kota dan atau angkutan
pedesaan. Terminal ini biasanya menampung kurang dari 25 kendaraan/jam dengan luas
kebutuhan ruang 2,5 Ha

Sub-Terminal, melayani kendaraan umum untuk angkutan kota dan atau angkutan
pedesaan dengan luas kebutuhan + 1,0 Ha.

Terminal Terpadu, merupakan terminal gabungan antar berbagai moda, yaitu antara
moda transportasi jalan raya, jalan rel, udara maupun sungai/laut, baik untuk melayani
penumpang maupun barang. Luas terminal disesuaikan dengan moda transportasi yang
dilayani.

Pengembangan terminal harus disesuaikan pula dengan perkembangan angkutan umum


meliputi moda angkutan umum berupa bus dan non-bus yang melayani rute angkutan dan
melewati terminal terkait. Dengan demikian maka pengembangan yang dilakukan
terhadap terminal harus dapat mengantisipasi perkembangan moda angkutan. Setiap terminal
yang ada di Kabupaten Deli Serdang harus dapat menampung bus antar kota, disamping
memberikan pelayanan terminal angkutan kota dan perdesaan.
Kendala utama dalam peningkatan terminal adalah kebutuhan luas terminal yang masih
belum memadai. Kondisi terminal yang ada harus sesuai dengan persyaratan kelayakan dan
keamanan suatu terminal penumpang. Keberadaan jalan akses masuk terminal penumpang
yang terletak di tikungan mempersulit serta membahayakan kendaraan umum yang
keluar/masuk terminal. Untuk itu diperlukan perubahan atau rekondisi terminal agar dapat
diakses dengan mudah dan aman. Untuk itu alternatif pemindahan yang diusulkan adalah

Bab 3 - 59

BAB 3. GAMBARAN WILAYAH


Rencana Induk Transportasi Perkotaan pada Kawasan Perkotaan Mebidang dan Sekitarnya

melakukan pemindahan terminal Lubuk Pakam eksisting ke luar jalur Serdang Bedagai
Deli Serdang - Medan.
Transportasi Udara
Bandara internasional berfungsi sebagai pintu utama dari suatu negara, termasuk didalamnya
pulau Sumatera secara menyeluruh dan propinsi Sumatera Utara secara khusus. Bandara
internasional juga merupakan suatu penghubung primer bagi rute-rute penerbangan antar
negara, sekaligus penghubung utama penerbangan antar pulau dan kota-kota besar di seluruh
Wilayah Indonesia.
Bandara Internasional Kuala Namu di Kecamatan Pantai Labu dan Beringin Kabupaten Deli
Serdang diarahkan sebagai bandara internasional dengan tujuan penerbangan jarak jauh,
sanggup didarati pesawat berbadan lebar dengan muatan maksimum serta memiliki faktor
keamanan penerbangan yang baik. Untuk itu, bandara internasional diklasifikasikan sebagai
bandara kelas I.
Bandara Internasional Kuala Namu di Kabupaten Deli Serdang diarahkan sebagai bandara
sipil dengan fungsi sipil komersial. Dengan status sebagai Bandara sipil, maka fungsi sipil
komersial menjadi hal utama dalam pengembangan fungsi bandara. Peruntukan bandara
sebagai bandara internasional memperjelas kedudukan bandara untuk melayani penerbangan
sipil komersial internasional dan domestik.
Sehubungan dengan kondisi dan letak geografis Bandara Internasional di Kabupaten Deli
Serdang yang terletak relatif di timur Sumatera Utara, maka diharapkan transportasi udara
akan memainkan peranan penting pada wilayah ini guna mendukung aktivitas ekonomi,
pengembangan regional, keseimbangan ekonomi, komunikasi serta persatuan nasional.
Pembatasan pengembangan wilayah lebih diutamakan pada daerah Kawasan Pendekatan dan
Lepas Landas serta daerah Permukaan Horizontal Dalam yang harus bebas terhadap
halangan (obstacles) penerbangan. Lihat Gambar di bawah ini mengenai Kawasan
Keselamatan Operasi Penerbangan (KKOP).

Bab 3 - 60

BAB 3. GAMBARAN WILAYAH


Rencana Induk Transportasi Perkotaan pada Kawasan Perkotaan Mebidang dan Sekitarnya

Sumber : Laporan KKOP, DISHUB Kab. Deli Serdang, 2004

Gambar 3.4 Kawasan Pendekatan Dan Lepas Landas


Sistem jaringan utama, seperti pelabuhan, terminal, dan sebagainya dikembangkan dalam
rangka mendukung struktur ruang wilayah. Konsentrasi pengembangan sistem jaringan
utama di Kabupaten Deli Serdang adalah sebagai berikut:
1. Rencana peningkatan Terminal Tipe B (Lubuk Pakam) di Kecamatan Lubuk Pakam.
2. Rencana peningkatan Terminal Kota di Kecamatan Sunggal.
3. Rencana Pembangunan Terminal Tipe C (pelayanan dalam kota) di Kecamatan Percut
Sei Tuan dan Tanjung Morawa.
4. Rencana Pembangunan Sub Terminal Perkotaan di Kecamatan Deli Tua, Patumbak dan
Pancur Batu.
5. Rencana Pembangunan sub terminal perdesaan di Kecamatan Sibolangit dan Gunung
Meriah.
6. Pembangunan Pelabuhan Khusus (Industri) di Kecamatan Percut Sei Tuan.
7. Pembangunan Pangkalan Pelabuhan Ikan (PPI) dan Tempat Pelelangan Ikan (TPI) di
Kecamatan Percut Sei Tuan sekaligus mendukung pariwisata.

Bab 3 - 61

BAB 3. GAMBARAN WILAYAH


Rencana Induk Transportasi Perkotaan pada Kawasan Perkotaan Mebidang dan Sekitarnya

8. Peningkatan TPA (Pancur Batu, Namo Bintang, STM Hilir) dan pembangunan baru TPA
di Kabupaten Deli Serdang.
9. Pengembangan Pelabuhan Belawan ke wilayah Kabupaten Deli Serdang.
Untuk transportasi ke luar kota, terdapat angkutan AKDP. Data Bus dan MPU AKDP yang
beroperasi dari Kabupaten Deli Serdang dapat dilihat pada tabel berikut.
Tabel 3.22 Bus AKDP Yang Beroperasi Dari Kabupaten Deli Serdang
NO

NAMA
PERUSAHAAN

JUMLAH
T R A Y E K
BUS

RIT

PO. MEGASARI

D. Masihul - Galang - Medan


Dolok Masihul - Tebing Tinggi
Negeri Dolok - Galang - Medan
Bah Siduadua -Galang - Medan
JUMLAH

PP
PP
PP
PP

6
4
4
4
18

12
16
8
6

PO. USAHA BARU

Medan - Klumpang - H. Perak - L. Deli - Belawan

PP

12

72

CV. BATANG
GADIS

Medan - Tembung - Kolam


Medan - Batang Kuis
Medan - Batang Kuis - Serdang
Medan - Batang Kuis - Rt. Panjang
JUMLAH

PP
PP
PP
PP

2
10
4
2
18

8
60
16
8

CV. SINTONG
JAYA

Medan - Perbaungan
Medan - Pantai Labu
Medan - L. Pakam - Pertumbukan
Medan - Balige
JUMLAH

PP
PP
PP
PP

7
4
4
2
17

42
8
8
2

CV. NETIS

T.Tinggi-D.Masihul-Galang-L.Pakam-Medan

PP

30

60

CV. NITRA

N.Rambe-PSR.Lima-Jl.Eka Surya-Jl.Karya
Wisata-Jl.Karya Jasa-Jl.Sp.Selayang-Jl.J.GintingJl.S.Budi-Jl.Flamboyan Raya-Jl.Bunga SakuraJl.B.Raya-Pam Tirtanadi-Jl.P.Baris-T.P.Baris
Undian Tj.Morawa-T.Amplas-Jl.S.M.RajaJl.Jend.A.H.Nasution-D.Tua-Psr.Enam Armed II

PP

40

120

PP

50

150

Negara Tj.Morawa-T.Amplas-Jl.S.M.RajaJl.Jend.A.H.Nasution-Jl.Karya Jasa-Jl.J.Ginting-

PP

40

120

Bab 3 - 62

BAB 3. GAMBARAN WILAYAH


Rencana Induk Transportasi Perkotaan pada Kawasan Perkotaan Mebidang dan Sekitarnya

NO

NAMA
PERUSAHAAN

JUMLAH
T R A Y E K
Jl.Bunga Lau (RS.A.Malik)-Jl.Medan PermaiJl.B.Sakura-Jl.B.Raya-Pam Tirtanadi-Jl.P.BarisT.P.Baris
D.Tua-Jl.A.H.Nasution-Jl.K.Jasa-Jl.J.GintingJl.N.Surbakti-Jl.Flamboyan Raya-Jl.B.SakuraJl.P.Baris-T.P.Baris
N.Rambe-Psr.V-Jl.E.Surya-Jl.K.WisataJl.J.Ginting-Jl.S.Budi-Jl.F.Raya-Jl.B.SakuraJl.B.Raya-Pam Tirtanadi-Jl.P.Baris-Jl.Binjai-DiskiPondok Sei Mencirim Kec.Sunggal/ Kutalimbaru
Negara Tj.Morawa-T.Amplas-Jl.S.M.RajaJl.A.H.Nasution-Jl.K.Jasa-Jl.J.Ginting-Jl.B.Lau
(RS.A.Malik)-Jl.Medan Permai-Jl.B.SakuraJl.B.Raya-Pam Tirtanadi-Jl.P.Baris-T.P.BarisSp.Paya Geli-Jl.Sei Mencirim-Pondok Sei
Mencirim-Kec.Sunggal/ Kutalimbaru

BUS

RIT

PP

80

240

PP

60

180

PP

40

120

JUMLAH
7

CV. CITRA

310

Medan-T.Tinggi-Kisaran
Medan-T.Tinggi-Sinaksak
Medan-T.Tinggi-Serbelawan
Medan-T.Tinggi-P.Siantar-Tarutung-Muara
Sipongi
Medan-T.Tinggi-P.Siantar-Tarutung-Sinunukan
Medan-T.Tinggi-Kisaran-R.Prapat-K.PinangPenyabungan-Natal
JUMLAH

PP
PP
PP
PP

5
5
5
4

10
10
10
4

PP

PP

3
25

KPU. RAJA WALI

Medan-T.Tinggi-Pagurawan
Medan-T.Tinggi-L.Puluh-Perdagangan
Medan-L.Pakam-Galang-D.Masihul-Serbelawan
JUMLAH

PP
PP
PP

10
15
10
35

30
45
10

PT. DIRGANTARA
DELI TRANS

P.Cermin-L.Pakam-Medan
Medan-Binjai-Kuala Begumit
Medan-L.Pakam-Galang-D.Masihul-Sp.GrapuN.Dolok
Medan-Tj.Morawa-L.Pakam-PerbaunganSei Rampah-Bamban-Sp.Stasiun

PP
PP
PP

6
6
3

18
18
12

PP

24

Bab 3 - 63

BAB 3. GAMBARAN WILAYAH


Rencana Induk Transportasi Perkotaan pada Kawasan Perkotaan Mebidang dan Sekitarnya

NO

JUMLAH

NAMA
PERUSAHAAN

T R A Y E K
Medan-L.Pakam-Perbaungan-T.Tinggi-IndrapuraKisaran
L.Pakam-Asrama Haji-Sp.Pos-Jl.N.SurbaktiT.P.Baris-Binjai
Medan-T.Tinggi-G.Pamela-Sipispis
Medan-T.Tinggi-R.Prapat-A.Nabara
Medan-T.Tinggi-Kisaran-Tj.Balai
Medan-L.Pakam-Kuala Bali-N.Dolok-T.TinggiSipispis
Medan-L.Pakam-T.Tinggi-Kisaran-B.P.MandogeT.Jawa
Medan-L.Pakam-T.Tinggi-Kisaran
Medan-Brastagi-K.Jahe-Merek-S.Dolok
Medan-Brastagi-K.Jahe-Merek-Sumbul D.Sanggul-Barus

BUS

RIT

PP
PP

7
3

14
9

PP
PP
PP
PP

3
3
3
3

6
3
6
6

PP

PP
PP
PP

3
3
3

6
3
3

JUMLAH

57

Sumber : Hasil Olahan Konsultan


Tabel 3.23 Perusahaan MPU AKDP Awal Keberangkatan Dari Kab. Deli Serdang
NO
1
2
3
4
5

PERUSAHAAN
CV. NETIS
CV. TUNAS BARU
CV. NITRA
KPU. RAJAWALI
CV. HIKMA
JUMLAH MPU

TUJUAN
BINJAI
MEDAN
70
20
35
336
30
60
20
531

JUMLAH
70
55
336
30
60
551

Sumber : Hasil Olahan Konsultan


3.5. KABUPATEN KARO
3.5.1. KONDISI GEOGRAFIS DAN WILAYAH
A. Letak Geografis
Kabupaten Karo terletak di dataran tinggi Pegunungan Bukit Barisan dan merupakan Daerah
Hulu Sungai. Luas wilayah Kabupaten Karo adalah 2.127,25 Km2 atau 212.725 Ha atau 2,97
persen dari luas Provinsi Daerah Tingkat I Sumatera Utara dan secara geografis terletak

Bab 3 - 64

BAB 3. GAMBARAN WILAYAH


Rencana Induk Transportasi Perkotaan pada Kawasan Perkotaan Mebidang dan Sekitarnya

diantara 250319 Lintang Utara dan 97559838 Bujur Timur. Batas-batas wilayah
Kabupaten Karo adalah:

Sebelah Utara berbatasan dengan Kabupaten Langkat dan Deli Serdang

Sebelah Selatan berbatasan dengan Kabupaten Dairi dan Toba Samosir

Sebelah Timur berbatasan dengan Kabupaten Deli Serdang dan Kabupaten


Simalungun

Sebelah Barat berbatasan dengan Kabupaten Aceh Tenggara (Propinsi Nangroe Aceh
Darusalam).

Ibukota Kabupaten Karo adalah Kabanjahe yang terletak sekitar 76 km sebelah selatan kota
Medan ibukota Provinsi Sumatera Utara.
Sejak zaman Belanda Kabupaten Karo sudah terkenal sebagai tempat peristirahatan. Setelah
kemerdekaan Republik Indonesia kemudian dikembangkan menjadi daerah tujuan wisata di
Propinsi Sumatera Utara. Objek-objek pariwisata di Kabupaten Karo adalah panorama yang
indah di daerah pegunungan, air terjun, air panas, dan kebudayaan yang unik.
Kabupaten Karo terkenal sebagai daerah penghasil berbagai buah-buahan dan bungabungaan, dan mata pencaharian penduduk yang terutama adalah usaha pertanian pangan,
hasil hortikultura dan perkebunan rakyat. Keadaan hutan cukup luas yaitu mencapai
129.749Ha atau 60,99 persen dari luas Kabupaten Karo.
Kabupaten Karo merupakan Daerah Hulu Sungai (DHS) dan Daerah Aliran Sungai (DAS)
Wampu/Ular, sub Daerah Aliran Sungai Laubiang.
Potensi Industri yang ada adalah Industri kecil dan aneka industri yang mendukung pertanian
dan pariwisata. Potensi sumber-sumber mineral dan pertambangan yang ada di Kabupaten
Karo diduga cukup potensial namum masih memerlukan survei lapangan.

Bab 3 - 65

BAB 3. GAMBARAN WILAYAH


Rencana Induk Transportasi Perkotaan pada Kawasan Perkotaan Mebidang dan Sekitarnya

Gambar 3.5 Peta Kabupaten Karo


B. Wilayah Administrasi
Tabel 3.24 Wilayah Administrasi Pemerintahan Kabupaten Karo
No

Kecamatan

1 KABANJAHE
2 BERASTAGI
3 BARUSJAHE
4 TIGAPANAH
5 MEREK
6 MUNTE
7 JUHAR
8 TIGABINANGA
9 LAUBALENG
10 MARDINGDING
11 PAYUNG
12 SIMPANG EMPAT
13 KUTABULUH
14 DOLAT RAYAT
15 MERDEKA
16 NAMAN TERAN

Desa/
Kelurahan
13
10
19
26
19
22
25
20
15
12
8
17
16
7
9
14

Luas Wilayah
Jumlah
(Km)
Penduduk
44,65
53.410
30,50
40.341
128,04
23.161
186,84
22.675
125,51
15.689
125,64
17.941
218,56
13.248
160,38
19.233
252,60
17.065
267,11
17.816
47,24
10.113
93,48
18.574
195,70
11.733
32,25
8.380
44,17
11.543
87,82
10.735
Bab 3 - 66

BAB 3. GAMBARAN WILAYAH


Rencana Induk Transportasi Perkotaan pada Kawasan Perkotaan Mebidang dan Sekitarnya

17 TIGANDERKET
Jumlah 2010

17
269

86,76
2127,25

13.341
324.998

Sumber : www.karokab.go.id
3.5.2. KEPENDUDUKAN DAN EKONOMI
A. Jumlah Penduduk
Menurut sensus penduduk 2010 jumlah penduduk Kabupaten Karo berjumlah 350.960 jiwa
dengan rincian penduduk berjenis kelamin laki-laki 174.418 jiwa dan perempuan 176.542
jiwa. Berikut tabel jumlah penduduk per kecamatan tahun 2010.
Tabel 3.25 Jumlah Penduduk Kabupaten Karo Menurut Jenis Kelamin per Kecamatan
Tahun 2010
Kabupaten/Kota
Penduduk
Sex Distribusi
No
Kecamatan
Ratio Penduduk
Laki-laki Perempuan Jumlah
1 Mardingding
8.526
8.536
17.062
100
4.9
2 Laubaleng
8.905
8.808
17.716
101
5.0
3 Tiga Binanga
9.915
9.985
19.900
99
5.7
4 Juhar
6.592
6.652
13.244
99
3.8
5 Munte
9.739
9.947
19.686
98
5.6
6 Kuta Buluh
5.241
5.345
10.586
98
3.0
7 Payung
5.364
5.473
10.837
98
3.1
8 Tiganderket
6.434
6.744
13.178
95
3.8
9 Simpang Empat
9.515
9.500
19.015
100
5.4
10 Naman Teran
6.522
6.274
12.796
104
3.6
11 Merdeka
6.682
6.628
13.310
101
3.8
12 Kabanjahe
30.989
32.337
63.326
96
18.0
13 Berastagi
21.206
21.335
42.541
99
12.1
14 Tigapanah
14.519
14.800
29.319
98
8.4
15 Dolat Rayat
4.108
4.188
8.296
98
2.4
16 Merek
9.259
8.795
18.054
105
5.1
17 Barusjahe
10.902
11.195
22.097
97
6.3
JUMLAH
174.418
176.542
350.960
100
100
Sumber : Sensus Penduduk 2010

Bab 3 - 67

BAB 3. GAMBARAN WILAYAH


Rencana Induk Transportasi Perkotaan pada Kawasan Perkotaan Mebidang dan Sekitarnya

B. PDRB
Tabel 3.26 Produk Domestik Regional Bruto Kabupaten Karo Menurut Lapangan Usaha
Atas Dasar Harga Berlaku 2000, 2008, 2009
No
(1)
1
11
12
13
14
15
2
21
22
3
31
32
4
41
42
43
5
6
61
62
63
7
71
72
8
81
82
83
84
85
9
91
92
93
94

Lapangan Usaha
(2)
PERTANIAN
Tanaman Bahan Makanan
Tanaman Perkebunan Rakyat
Peternakan
Kehutanan
Perikanan
PERTAMBANGAN DAN PENGGALIAN
Pertambangan
Penggalian
INDUSTRI
Industri Migas
Industri Tanpa Migas
LISTRIK, GAS, dan AIR BERSIH
Listrik
Gas
Air Bersih
BANGUNAN
PERDAGANGAN, HOTEL, & RESTORAN
Perdagangan
Hotel
Restoran
ANGKUTAN & KOMUNIKASI
Angkutan
Komunikasi
BANK & LEMBAGA KEUANGAN
Perbankan
Lembaga Keuangan Bukan Bank
Jasa Penunjang Keuangan
Sewa Rumah
Jasa Perusahaan
JASA JASA
Pemerintahan
Sosial Kemasyarakatan
Hiburan & Kebudayaan
Perorangan & Rumah Tangga
JUMLAH

2000
(3)

Tahun
2008 r)
(4)

2009 *)
(5)

1 393 107,08 3 023 484,63 3 413 849,08


1 167 872,22 2 368 070,28 2 659 311,31
104 813,52
443 593,92
520 595,73
114 127,55
202 712,03
224 109,47
3 084,79
3 010,71
3 319,37
3 209,00
6 097,69
6 513,20
5 246,35
17 555,38
20 331,35
4 264,52
14 116,20
16 502,30
981,83
3 439,18
3 829,05
16 979,24
40 625,98
42 160,62
16 979,24
40 625,98
42 160,62
6 349,37
19 147,92
20 361,58
3 586,00
12 711,71
13 598,61
2 763,37
6 436,20
6 762,97
65 455,62
189 662,20
212 313,07
241 036,18
605 945,13
675 896,94
210 225,80
530 454,22
592 632,23
12 490,14
21 282,21
24 559,35
18 320,24
54 208,70
58 705,36
154 466,31
414 756,79
436 411,11
143 840,01
376 912,20
394 561,30
10 626,30
37 844,59
41 849,81
34 888,61
88 833,47
98 206,23
16 843,20
44 589,39
50 914,77
4 583,45
12 770,26
13 931,07
372,24
986,52
1 036,11
11 096,91
26 598,76
28 219,09
1 992,81
3 888,53
4 105,19
186 845,27
658 667,69
727 014,43
128 334,70
545 732,52
606 041,27
8 571,17
27 847,51
30 775,92
12 964,09
19 412,87
20 494,65
36 975,31
65 674,79
69 702,58
2 104 374,02 5 058 679,19 5 646 544,41

Keterangan : r) = Angka Perbaikan *) = Angka Sementara


Sumber : www.karokab.go.id

Bab 3 - 68

BAB 3. GAMBARAN WILAYAH


Rencana Induk Transportasi Perkotaan pada Kawasan Perkotaan Mebidang dan Sekitarnya

Tabel 3.27 Produk Domestik Regional Bruto Kabupaten Karo Menurut Lapangan Usaha
Atas Dasar Harga Konstan 2000, 2008, 2009
No

Lapangan Usaha

(1)

(2)

1
11
12
13
14
15
2
21
22
3
31
32
4
41
42
43
5
6
61
62
63
7
71
72
8
81
82
83
84
85
9
91
92
93
94

PERTANIAN
Tanaman Bahan Makanan
Tanaman Perkebunan Rakyat
Peternakan
Kehutanan
Perikanan
PERTAMBANGAN DAN PENGGALIAN
Pertambangan
Penggalian
INDUSTRI
Industri Migas
Industri Tanpa Migas
LISTRIK, GAS, dan AIR BERSIH
Listrik
Gas
Air Bersih
BANGUNAN
PERDAGANGAN, HOTEL, & RESTORAN
Perdagangan
Hotel
Restoran
ANGKUTAN & KOMUNIKASI
Angkutan
Komunikasi
BANK & LEMBAGA KEUANGAN
Perbankan
Lembaga Keuangan Bukan Bank
Jasa Penunjang Keuangan
Sewa Rumah
Jasa Perusahaan
JASA JASA
Pemerintahan
Sosial Kemasyarakatan
Hiburan & Kebudayaan
Perorangan & Rumah Tangga
JUMLAH
Keterangan : r) = Angka Perbaikan *) = Angka Sementara

2000
(3)

Tahun
2008 r)
(4)

2009 *)
(5)

1 393 107,08 1 770 599,84 1 853 345,65


1 167 872,22 1 379 009,25 1 425 004,75
104 813,52
241 665,99
272 318,77
114 127,55
144 837,25
150 784,24
3 084,79
1 545,13
1 576,56
3 209,00
3 542,23
3 661,34
5 246,35
10 024,67
11 126,55
4 264,52
8 243,13
9 234,56
981,83
1 781,54
1 891,99
16 979,24
23 808,49
24 077,37
16 979,24
23 808,49
24 077,37
6 349,37
9 119 99
9 523,86
3 586,00
5 560,96
5 854,41
2 763,37
3 559,03
3 669,45
65 455,62
108 026,33
113 276,76
241 036,18
430 314,26
456 113,97
210 225,80
390 613,12
414 647,47
12 490,14
14 651,93
15 377,49
18 320,24
25 049,21
26 089,01
154 466,31
282 954,34
291 327,23
143 840,01
260 198,25
266 330,25
10 626,30
22 756,10
24 996,98
34 888,61
49 092,44
51 904,29
16 843,20
24 499,27
26 531,38
4 583,45
6 742,57
6 960,54
372,24
544,22
560,93
11 096,91
14 783,93
15 269,76
1 992,81
2 522,45
2 581,67
186 845,27
335 447,22
364 903,66
128 334,70
264 449,34
292 040,20
8 571,17
11 834,09
12 413,80
12 964,09
15 644,57
16 120,45
36 975,31
43 519,22
44 329,22
2 104 374,02 3 019 387,58 3 175 599,35

Sumber : www.karokab.go.id

Bab 3 - 69

BAB 3. GAMBARAN WILAYAH


Rencana Induk Transportasi Perkotaan pada Kawasan Perkotaan Mebidang dan Sekitarnya

3.5.3. TRANSPORTASI
Tabel 3.28 Panjang Jalan Aspal, Berbatu dan Tanah (KM) 2009
No
(1)

Jenis Jalan
(2)

Panjang
(3)

Jalan Negara

149,21

Jalan Propinsi

59,31

JALAN KABUPATEN/DESA

1 125,30
662,85

31

Aspal

32

Berbatu

33

Krikil

131,70

34

Tanah

249,55

35

Analisa (SPA)/Beton

81,20

Jumlah (1+2+3) 2009

1 333,82

2008

1 328,43

2007

1 333,82

Sumber : Dinas Pekerjaan Umum Kab Karo


Dinas Jalan dan Jembatan Propinsi Sumatera Utara

Sumber : www.karokab.go.id
Tabel 3.29 Jarak Dari Ibukota Kabupaten Ke Ibukota Kecamatan Serta Kondisi Jalannya
(Km) 2009

No

Kecamatan

Jarak Ibukota
Kabupaten
Ke Ibukota
Kecamatan
(KM)

(1)

(2)

(3)

1
2
3
4
5
6
7

Mardingding
Laubaleng
Tigabinanga
Juhar
Munte
Kutabuluh
Payung

95
77
35
45
24
37
25

Kondisi Jalan
Baik

Sedang

Rusak

Panjang Jalan
Kecamatan

(4)

(5)

(6)

(7)

10
25
13

14
10
6
6
11
3
3

81
67
29
29
13
9
9

100,40
58,90
85,55
93,20
101,60
94,90
22,00
Bab 3 - 70

BAB 3. GAMBARAN WILAYAH


Rencana Induk Transportasi Perkotaan pada Kawasan Perkotaan Mebidang dan Sekitarnya

8
9
10
11
12
13
14
15
16
17

Tiganderket
Simpang Empat
Naman Teran
Merdeka
Kabanjahe
Berastagi
Tigapanah
Dolat Rayat
Merek
Barusjahe

29 17
6,6 3,6
16,5 13,5
13 11
11 11
5
1
17 17
26
2
15
5

3
2
2
4
1,7

9
1
1
2
4
20
8,3

36,80
43,50
36,30
21,40
71,32
55,68
88,75
34,70
89,40
90,90

Jumlah 2009
129,1
2008
62,0
2007
86,0
Sumber : Dinas Pekerjaan Umum Kab Karo

65,7
150,0
162,6

282,3
263,2
153,0

1 125,3
1 125,3
1 125,3

Tabel 3.30 Jumlah Jembatan Dirinci Menurut Jenis Jembatan 2009


No

Kecamatan

(1)

(2)

1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
13
14
15
16
17

Mardingding
Laubaleng
Tigabinanga
Juhar
Munte
Kutabuluh
Payung
Tiganderket
Simpang Empat
Naman Teran
Merdeka
Kabanjahe
Berastagi
Tigapanah
Dolat Rayat
Merek
Barusjahe

Besi

Kayu

(3)

(4)
6
5
14
10
1
5
1
4
4
2
2
5
1
4
6

Jenis Jembatan
Katrol,
Beton
Gantung
(5)
(6)
2
2
2
2
1
1
2
2

1
7
4
6
6
2
1
1
2
2
1
2
3

1
-

Jumlah
(7)
9
5
23
16
9
13
3
5
2
4
2
4
7
2
8
11

Bab 3 - 71

BAB 3. GAMBARAN WILAYAH


Rencana Induk Transportasi Perkotaan pada Kawasan Perkotaan Mebidang dan Sekitarnya

Jumlah 2009
70
14
2008
28
28
2007
24
24
Sumber : Dinas Pekerjaan Umum Kab Karo

38
29
38

1
1
1

123
86
87

MEDAN

DAIRI

L.BATU

T. BALAI

JUMLAH

PO. LIBERTY
PO. GARUDA
PO. SEPADAN
PO. SIMAS
CV. SINAR SEPADAN
PO. SINABUNG JAYA
PO. SELAMAT JALAN
CV. SEBAYANG PRIBUMI
PT. SUTRA
PO. DALINTA RAS
PO. PINEM
PO. BORNEO
JUMLAH BUS

LANGKAT

1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12

PERUSAHAAN

P SIANTAR

NO.

D.SERDANG

Tabel 3.31 Perusahaan Bus AKDP Awal Keberangkatan Kab. Karo

26

2
15
10
19
12
61
36
31
71
20
2
20
299

2
4
9

5
8

11
10
5
4
61
10
31
71
20
2

20
20

17

30

193

26

Sumber : Hasil Olahan Konsultan

LANGKAT

TJ. BALAI

JUMLAH

4
5

CV. SINAR SEPADAN


CV. BAYU TRANSPORT
KPU. RAJAWALI
CV. BINTANG TANI
JAYA
PO. PINEM
JUMLAH MPU

MEDAN

1
2
3

PERUSAHAAN

SIMALUNGUN

NO.

P SIANTAR

Tabel 3.32 Perusahaan MPU AKDP Awal Keberangkatan Kab. Karo

15

15
16
15

15

12
5
63

15
8

12
17

23

5
5

Sumber : Hasil Olahan Konsultan

Bab 3 - 72

BAB 3. GAMBARAN WILAYAH


Rencana Induk Transportasi Perkotaan pada Kawasan Perkotaan Mebidang dan Sekitarnya

Tabel 3.33 Banyaknya Kecelakaan Lalu Lintas dan Kerugian Yang Diderita Tahun 2009
No

Bulan

(1)
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12

(2)

Jumlah
Mati
Kecelakaan

Januari
Pebruari
Maret
April
Mei
Juni
Juli
Agustus
September
Oktober
Nopember
Desember
Jumlah 2009
2008
2007
Sumber : Polres Tanah Karo

(3)

(4)
5
7
1
4
6
1
2
4
5
5
9
8
57
63
63

4
7
8
4
1
2
5
4
7
11
7
60
30
59 r

Luka
Berat

Luka
Ringan

(5)

(6)

8
2
1
3
5
1
4
4
1
2
31
66
35 r

23
2
7
3
2
13
14
4
68
53
34 r

Kerugian Materi
(Rp )
(7)
38 100 000
27 200 000
100 000
27 000 000
19 000 000
2 000 000
2 300 000
2 700 000
27 000 000
15 250 000
24 350 000
8 100 000
193 100 000
219 200 000
217 200 000 r

Keterangan : r) = Angka Perbaikan

Bab 3 - 73

BAB 4. IDENTIFIKASI MASALAH


Rencana Induk Transportasi Perkotaan pada Kawasan Perkotaan Mebidangdan Sekitarnya

BAB IV. IDENTIFIKASI MASALAH

4.1.

PRASARANA TRANSPORTASI DARAT

4.1.1. Bercampurnya Fungsi Ruas Jalan


Masalah yang cukup penting adalah tidak optimalnya fungsi beberapa ruas jalan akibat
kegiatan parkir di badan jalan dan gangguan dari pedagang kaki lima. Tidak tersedianya tempat
parkir yang memadai di tempat fasilitas-fasilitas umum (off street parking) menyebabkan
kendaraan parkir di tepi jalan (on street parking) yang menyebabkan kemacetan di jalan-jalan
tersebut. Kondisi tersebut umumnya terjadi di kawasan pasar tradisional, kawasan bisnis dan
sekolah.
4.1.2. Perlintasan Sebidang Kereta Api Dengan Jalan
Perlintasan sebidang kereta api dengan jalan cukup banyak di kota Medan, hal tersebut
membuat tundaan dan kemacetan di jalan ketika kereta melintas. Titik titik kemacetan banyak
terjadi di pusat kota yang terdapat perlintasan sebidang dengan kereta api.
4.1.3. Volume Lalu Lintas Yang Tinggi
Dari data survei lalu lintas diketahui beberapa ruas jalan di kota Medan memiliki VC
ratio yang tinggi. Volume lalu lintas yang tinggi mengakibatkan kemacetan dan waktu
perjalanan menjadi lama.
4.2. SARANA DAN PRASARANA TRANSPORTASI
4.2.1. Angkutan Umum dalam Kota
1. Tidak Adanya Hirarki Trayek
Trayek-trayek dalam susunan jaringan trayek kota semestinya terdiri dari trayek utama,
trayek cabang, trayek lokal serta pelayanan trayek langsung masing-masing dengan angkutan
massal, bis besar/sedang dan MPU/bus kecil.

Bab 4 - 1

BAB 4. IDENTIFIKASI MASALAH


Rencana Induk Transportasi Perkotaan pada Kawasan Perkotaan Mebidangdan Sekitarnya

2. Operator dan Armada Angkutan Cukup Banyak


Operator yang mengoperasikan angkutan umum cukup banyak sehingga diperlukan
usaha yang besar untuk mengkoordinasikan dan memantaunya. Armada angkutan umum yang
banyak menyebabkan rebutan penumpang pada jam-jam tidak sibuk.
3. Load Factor Yang Rendah
Dari data didapatkan bahwa load factor angkutan umum di kota Medan cukup rendah
berkisar antara 15 30%. Banyak penumpang yang semula menggunakan angkutan umum
bertrayek berganti menggunakan kendaraan pribadi atau menggunakan bentor. Hal tersebut tentu
mempengaruhi pemasukan pengemudi dan pengusaha angkutan dan berdampak pada biaya
untuk perawatan dan peremajaan armadanya.
4.2.2. Transportasi Kereta Api
Jaringan jalan KA telah terbangun pada kawasan Mebidang ini dengan jalur KA
membentang dari Binjai ke arah timur menuju Medan dan kemudian menuju ke selatan menuju
ke Lubuk Pakam sampai dengan Rantau Prapat. Banyak lintasan KA yang merupakan lintasan
sebidang yang mengganggu kelancaran dan keamanan lalulintas.
4.2.3. Transportasi Laut
Penyediaan transportasi moda laut menjadi bagian penting dalam akses transportasi
menuju dan dari kota Medan.
4.2.4. Transportasi Udara
Dari semua moda angkutan di kota Medan, angkutan moda udara mendapat perhatian
paling serius. Hal ini disebabkan letak bandara Polonia yang terletak di tengah kota Medan tidak
layak lagi dioperasikan dari segi lingkungan. Selain itu Bandara Polonia juga berhadapan
langsung dengan Pegunungan Bukit Barisan. Kondisi alam ini sering menyulitkan pesawatpesawat yang menuju dan dari Bandara Polonia.
Rencana pemindahan bandara Polonia ke bandara Kuala Namu dalam waktu dekat perlu
didukung sarana dan prasarana yang mendukung aksesibilitas yang tinggi ke Kuala Namu.

Bab 4 - 2

BAB 5. ANALISIS
Rencana Induk Transportasi Perkotaan pada Kawasan Perkotaan Mebidangdan Sekitarnya

BAB V. ANALISIS

5. 1. KONDISI JARINGAN JALAN


Berdasarkan PP No. 34 tahun 2006 kewenangan penyelenggaraan jalan bagi pemerintah kota
menurut fungsinya adalah yang termasuk sistem jaringan jalan sekunder dengan ketentuan
persyaratan teknis sebagai berikut :
1. Jalan Arteri Sekunder, mempunyai ketentuan kecepatan rencana paling rendah 30
km/jam, lebar badan jalan paling sedikit 11 m, kapasitasnya yang lebih besar daripada
volume lalu lintas rata-rata, dan lalu lintas cepat tidak boleh terganggu oleh lalu lintas
lambat
2. Jalan kolektor sekunder, mempunyai ketentuan kecepatan rencana paling rendah 20
km/jam, lebar badan jalan paling sedikit 9 m, kapasitasnya yang lebih besar daripada
volume lalu lintas rata-rata, dan lalu lintas cepat tidak boleh terganggu oleh lalu lintas
lambat
3. Jalan lokal sekunder, mempunyai ketentuan kecepatan rencana paling rendah 10
km/jam dengan lebar badan jalan paling sedikit 7,5 (tujuh koma lima) meter.
4. Jalan lingkungan sekunder, mempunyai ketentuan kecepatan rencana paling rendah 10
km/jam, lebar badan jalan paling sedikit 6,5 meter bagi kendaraan bermotor beroda 3
(tiga) atau lebih, tidak diperuntukkan bagi kendaraan bermotor beroda 3 (tiga) atau
lebih harus mempunyai lebar badan jalan paling sedikit 3,5 m
Dari ketentuan diatas terlihat bahwa berdasarkan fungsinya ketentuan persyaratan teknis
sangat kurang dari yang dipersyaratkan. Berikut ini ditampilkan data geometrik jalan.

Bab 5 - 1

BAB 5. ANALISIS
Rencana Induk Transportasi Perkotaan pada Kawasan Perkotaan Mebidangdan Sekitarnya

Tabel 5.1. Data Geometrik Jalan Kota Medan


NO
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
13
14
15
16
17
18
19
20
21
22

NAMA JALAN
Abadi/Pelita
Abdul Hakim
Abdul Hamid
Abdul Lubis
Adam Malik
Ahmad Yani
AIP II KS Tubun
Aksara
Alumunium
Amaliun
Aman I
AR Hakim
Asia
Asrama
Bahagia
Bakaran Batu
Balai Kota
Belibis/Tunggal
Bhakti
Bhayangkara
Bilai Ujung
Binjai Raya

PANJANG
(m)
2.668
4.296
3.000
1.472
3.802
699
578
4.400
3.624
2.152
1.024
4.600
2.304
3.200
1.712
1.050
600
6.254
1.032
2.418
2.330
3.975

ARAH

2
2
2
2
2
1
2
2
2
2
2
2
2
2
2
2
1
2
2
2
2
2

LEBAR
EFEKTIF
(m)
10,00
10,00
12,00
12,00
15,20
5,70
10,00
7,20
10,00
7,20
10,00
8,20
7,20
10,00
10,00
11,00
9,70
8,00
10,00
7,00
7,00
13,40

LEBAR PER
ARAH
(m)
5,00
5,00
6,00
6,00
7,60
5,70
5,00
3,60
5,00
3,60
5,00
4,10
3,60
5,00
5,00
5,50
9,70
4,00
5,00
3,50
3,50
6,70

JUMLAH
JALUR

LAJUR

2
2
2
2
2
1
2
2
2
2
2
2
2
2
2
2
1
2
2
2
2
2

2
2
2
2
2
2
2
1
2
1
2
1
1
2
2
2
2
1
2
1
1
2

LEBAR
LAJUR
(m)
2,50
2,50
3,00
3,00
3,80
2,85
2,50
3,60
2,50
3,60
2,50
4,10
3,60
2,50
2,50
2,75
4,85
4,00
2,50
3,50
3,50
3,35

FUNGSI
JALAN
L
KS
L
L
L
AS
L
AS
L
L
L
L
AS
AP
L
L
AS
KS
L
L
L
L

Bab 5 - 2

BAB 5. ANALISIS
Rencana Induk Transportasi Perkotaan pada Kawasan Perkotaan Mebidangdan Sekitarnya

23
24
25
26
27
28
29
30
31
32
33
34
35
36
37
38
39
40
41
42
43
44
45
46
47
48

Brigjen. Katamso
Budi Pembangunan
Bunga Sedap Malam
Candi Borobudur
Cirebon
Dahlia
Damar
Danau Singkarak
Darussalam
Denai
DI Panjaitan
Diponegoro
Dr Mansyur
Duyung
Emas
Gagak Hitam
Gaharu
Gajah Mada
Gaperta
Gaperta Ujung
Gatot Subroto
GB Yosua
Gereja
Gg Sarif
Guru Patimpus
H Zaenul Arifin

12.066
2.012
11.392
500
653
3.698
3.058
500
3.100
2.836
2.076
800
5.932
734
454
3.200
4.388
2.998
3.800
5.802
17.380
1.080
1.268
950
1.600
1.100

2
2
2
2
1
2
2
2
2
2
2
1
2
2
2
2
2
2
2
2
2
2
2
2
2
1

12,20
12,00
8,00
10,00
9,20
10,00
10,00
6,00
7,20
9,00
10,00
12,00
9,20
10,00
10,00
10,00
12,00
10,00
10,00
7,00
7,10
7,20
6,00
6,00
14,20
14,00

6,10
6,00
4,00
5,00
9,20
5,00
5,00
3,00
3,60
4,50
5,00
12,00
4,60
5,00
5,00
5,00
6,00
5,00
5,00
3,50
3,55
3,60
3,00
3,00
7,10
14,00

2
2
2
2
1
2
2
2
2
2
2
1
2
2
2
2
2
2
2
2
2
2
2
2
1
1

2
2
1
2
2
2
2
1
1
2
2
4
1
2
2
2
2
2
2
1
1
1
1
2
2
4

3,05
3,00
4,00
2,50
4,60
2,50
2,50
3,00
3,60
2,25
2,50
3,00
4,60
2,50
2,50
2,50
3,00
2,50
2,50
3,50
3,55
3,60
3,00
1,50
3,55
3,50

KP
L
L
L
L
L
L
AS
L
L
L
L
AP
L
L
L
L
L
AS
L
AP
AS
L
AS
AS
L

Bab 5 - 3

BAB 5. ANALISIS
Rencana Induk Transportasi Perkotaan pada Kawasan Perkotaan Mebidangdan Sekitarnya

49
50
51
52
53
54
55
56
57
58
59
60
61
62
63
64
65
66
67
68
69
70
71
72
73
74

Halat
Helvetia
Helvetia By Pass
HM Joni
HM Lamlo Thamrin
HOS Cokroaminoto
Imam Bonjol
Industri
Ir H Juanda
Irian Barat
Iskandar Muda
Islamiyah
Jaya I
Jend. Sudirman
Kapten Jumhana
Kapten Muslim
Kapten Soemarsono
Karya
ke Brastagi
Kereta Api
Kesatria Barat
KH Wahid Hasyim
Kol. Yos Sudarso
Kolam
Krakatau
Kuswari

3.798
3.064
2.372
1.188
3.057
2.102
1.800
2.400
4.717
1.440
2.800
1.780
1.716
1.409
1.662
3.200
5.400
6.000
7.498
1.082
972
6.707
15.307.671
1.662
7.266
541

2
2
2
2
1
2
1
2
2
2
2
2
2
2
2
2
2
1
2
1
2
2
2
2
2
2

8,20
6,00
12,00
12,00
8,30
10,00
10,00
10,00
12,20
9,20
9,20
10,00
6,00
15,20
10,00
7,20
12,00
3,20
18,00
9,20
6,00
7,20
7,20
7,20
7,00
9,20

4,10
3,00
6,00
6,00
8,30
5,00
10,00
5,00
6,10
4,60
4,60
5,00
3,00
7,60
5,00
3,60
6,00
3,20
9,00
9,20
3,00
3,60
3,60
3,60
3,50
4,60

2
2
2
2
1
2
1
2
2
2
2
2
2
2
2
2
2
2
2
1
2
2
2
2
2
2

4
1
2
2
2
2
2
2
2
1
1
1
2
2
1
2
2
1
2
2
1
1
1
1
1
1

1,03
3,00
3,00
3,00
4,15
2,50
5,00
2,50
3,05
4,60
4,60
5,00
1,50
3,80
3,60
3,00
1,60
3,20
4,50
4,60
3,00
3,60
3,60
3,60
3,50
4,60

AS
AS
AP
L
L
L
L
L
L
AS
AS
L
L
AP
AS
AP
L
L
KP
L
L
L
AS
L
AS
L

Bab 5 - 4

BAB 5. ANALISIS
Rencana Induk Transportasi Perkotaan pada Kawasan Perkotaan Mebidangdan Sekitarnya

75
76
77
78
79
80
81
82
83
84
85
86
87
88
89
90
91
92
93
94
95
96
97
98
99
100

Letda Sujono
Letjen Jamin Ginting
Letjen. Suprapto
M Nawi Harahap
M Yacob Lubis
M. Lubis +
Madong Lubis
Malaka
Mandala
Mawar Putih
Medan Area Selatan
Medan Tenggara II
Medan-Deli Tua
Medan-Lubuk Pakam
Merak
Merbabu
Merdeka/Jemadi
Mesjid Raya
Monginsidi
MT Haryono
P. Merah/S. Mulia
P. Pinang
Pabrik Tenun
Pancing
Pancing II
Pelabuhan I

4.329
22.500
1.170
3.110
2.256
999
1.910
1.566
3.400
15.950
1.794
1.140
1.686
2.312
2.239
457
2.100
590
2.124
1.150
1.353
188
1.840
7.788
2.448
2.500

2
2
2
2
2
1
2
2
2
2
2
2
2
2
2
1
2
2
2
1
2
1
2
2
2
2

13,00
17,20
11,70
7,20
8,00
16,00
9,20
10,00
10,00
8,00
10,00
10,00
15,00
15,00
12,00
7,20
10,00
7,20
12,00
9,70
7,70
10,00
7,00
9,20
7,00
11,00

6,50
8,60
5,85
3,60
4,00
16,00
4,60
5,00
5,00
4,00
5,00
5,00
7,50
7,50
6,00
7,20
5,00
3,60
6,00
9,70
3,85
10,00
3,50
4,60
3,50
5,50

2
2
1
2
2
1
2
2
2
2
2
2
2
2
2
1
2
2
2
1
2
1
2
2
2
2

2
2
2
1
1
4
1
2
2
1
2
2
2
2
2
2
2
2
2
2
1
2
1
1
1
2

3,25
4,30
2,93
3,60
4,00
4,00
4,60
2,50
2,50
4,00
2,50
3,75
3,75
3,00
3,00
3,60
2,50
1,80
3,00
4,85
3,85
5,00
3,50
4,60
3,50
2,75

AS
KP
AS
L
L
L
L
L
L
KS
L
L
L
L
L
L
L
L
L
L
L
L
AS
L
L
L

Bab 5 - 5

BAB 5. ANALISIS
Rencana Induk Transportasi Perkotaan pada Kawasan Perkotaan Mebidangdan Sekitarnya

101
102
103
104
105
106
107
108
109
110
111
112
113
114
115
116
117
118
119
120
121
122
123
124
125
126

Pelajar
Pelangi
Pembangunan
Pemuda
Pengadilan
Perintis Kemerdekaan
Perjuangan
Perkebunan
Pertahanan
Pertahanan/Cemara
Pertempuran
Pintu Air I/Karya Jasa
Platina
Prof HM Yamin
Pukat VIII
Putri Hijau
Putri Merah Jingga
RA Kartini
Rahmadsyah
Rantang
Raskam
Raya Medan Tenggara
S. Parman
Sakti Lubis
Samanhudi
Sampali

876
604
3.854
500
534
2.200
6.154
1.738
1.638
7.417
2.420
5.300
2.646
3.896
1.296
1.116
556
951
3.195
1.520
5.824
3.700
3.692
1.432
1.200
706

2
2
2
1
1
1
2
2
2
2
2
2
2
1
2
2
2
2
1
2
2
2
2
2
2
2

6,00
5,20
10,00
5,70
12,00
9,20
6,00
6,00
9,20
9,20
9,20
7,20
6,00
5,70
7,00
10,20
11,00
8,00
5,70
7,00
6,00
12,00
12,00
7,20
8,00
10,00

3,00
2,60
5,00
5,70
12,00
9,20
3,00
3,00
4,60
4,60
4,60
3,60
3,00
5,70
3,50
5,10
5,50
4,00
5,70
3,50
3,00
6,00
6,00
3,60
4,00
5,00

2
2
2
1
1
1
2
2
2
2
2
2
2
1
2
2
2
2
2
2
2
2
2
2
2
2

1
1
2
2
4
2
1
1
1
1
2
1
1
2
1
2
2
1
2
1
1
2
2
1
1
2

3,00
2,60
2,50
2,85
3,00
4,60
3,00
3,00
4,60
4,60
2,30
3,60
3,00
2,85
3,50
2,55
2,75
4,00
2,85
3,50
3,00
3,00
3,00
3,60
4,00
2,50

L
L
L
AS
L
AS
L
L
AS
AS
AS
L
L
L
AS
AS
L
L
L
L
L
L
AP
L
L
L

Bab 5 - 6

BAB 5. ANALISIS
Rencana Induk Transportasi Perkotaan pada Kawasan Perkotaan Mebidangdan Sekitarnya

127
128
129
130
131
132
133
134
135
136
137
138
139
140
141
142
143
144
145
146
147
148
149
150
151
152

Sei Batanghari
Sei Kera
Sei Kuala
Sei Serayu
Sejati
Sekip
Selam
Sembada/Mawar
Semeru
Sentosa Lama
Setiabudi
Sidorukun
Singmata
Sisingamangaraja
Slamet Riyadi
Stadion
Suka Ramai
Sukasenang
Sumatera
Sunggal (Jarot Suparno)
Sutomo
Sutoyo
Sutrisno
Taruma
Teuku Cik Ditiro
Timor

2.600
3.310
3.494
1.854
1.214
2.400
1.304
4.604
1.120
1.004
15.384
2.270
442
20.146
882
936
842
2.000
2.722
5.682
1.800
451
2.586
840
1.530
665

2
2
2
2
2
2
2
1
2
2
2
2
2
2
2
2
2
2
2
2
1
1
2
2
2
1

12,00
10,00
12,00
12,00
7,00
13,00
7,00
4,20
10,00
7,00
9,20
7,00
6,00
8,70
8,00
8,00
10,00
12,00
11,00
7,20
8,30
7,70
9,00
10,00
10,00
10,00

6,00
5,00
6,00
6,00
3,50
6,50
3,50
4,20
5,00
3,50
4,60
3,50
3,00
4,35
4,00
4,00
5,00
6,00
5,50
3,60
8,30
7,70
4,50
5,00
5,00
10,00

2
2
2
2
2
2
2
2
2
2
2
2
2
2
2
2
2
2
2
2
1
2
2
2
2
2

2
2
2
2
1
2
1
1
2
1
1
2
1
1
2
1
2
2
2
1
2
1
2
2
2
2

3,00
2,50
3,00
3,00
3,50
3,25
3,50
4,20
2,50
3,50
4,60
1,75
3,00
4,35
2,00
4,00
2,50
3,00
2,75
3,60
4,15
7,70
2,25
2,50
2,50
5,00

L
L
L
L
L
L
L
L
L
KP
L
L
AP
L
L
L
L
L
KS
L
L
L
L
AP

Bab 5 - 7

BAB 5. ANALISIS
Rencana Induk Transportasi Perkotaan pada Kawasan Perkotaan Mebidangdan Sekitarnya

153
154
155
156
157

Tol Balmera
Tomong
Turi
Veteran
Wahidin

35.420
696
2.166
861
2.702

2
2
2
1
2

18,00
6,00
8,00
8,20
8,20

9,00
3,00
4,00
8,20
4,10

2
2
1
1
2

1
1
2
2
1

9,00
3,00
2,00
4,10
4,10

L
L
L
L

Sumber : Hasil Analisis Konsultan

Bab 5 - 8

LAPORAN AKHIR
Rencana Induk Transportasi Perkotaan pada Kawasan Perkotaan Mebidang dan Sekitarnya

5. 2. PERENCANAAN BRT
5.2.1. PENDAHULUAN
Transportasi umum merupakan kebutuhan utama masyarakat perkotaan dalam mendukung
kegiatan dan mobilitas penduduk perkotaan. Dari hasil studi SAUM Kota Medan, diperoleh
gambaran bahwa sebagian besar
pengguna
bersifat

angkutan
captive

mempunyai
dalam

atau

tidak

alternatif

lain

pemilihan

transportasi

umum

moda

yang digunakan.

Selain itu biaya yang lebih


murah

menjadi

kelebihan

angkot dibanding penggunaan


kendaraan pribadi.
Gambar 5.1.

Alasan Menggunakan Angkot

Gambar 5.2. Persepsi Terhadap


Pelayanan Angkot

Sedangkan persepsi masyarakat terhadap


pelayanan angkot yang ada menunjukkan
keberadaan angkot masih dipandang baik
oleh sebagian besar pengguna.
Sebaliknya

pengguna

yang

mempersepsikan buruk terhadap pelayanan angkot sejumlah hampir separoh dari yang
menjawab baik, apalagi bila dilihat yang meberikan persepsi sangat buruk jauh lebih banyak
(sepuluh lipat) dibanding yang menilai sangat baik.
Apabila dilihat dari ketersediaan angkutan umum yang melayani pergerakan komuter
Mebidang, diperoleh gambaran mengenai dominasi angkutan jenis MPU/kapasitas kecil dalam

Bab 5 - 9

BAB 5. ANALISIS
Rencana Induk Transportasi Perkotaan pada Kawasan Perkotaan Mebidangdan Sekitarnya

sistem pelayanan angkutan umum kawasan Mebidang mencapai 87,5 % (kawasan kota dan
perdesaan).

Sumber : Konsepsi Penyusunan Masterplan Transportasi Pada Kawasan Aglomerasi (Mebidangro), Dishub Sumut

Gambar 5.3. Pelayanan Angkutan Umum Dalam Pelayanan Pergerakan Komuter


Mebidang

Berdasarkan gambaran mengenai pelayanan angkutan umum eksisting terutama di Kota


Medan dapat

disampaikan bahwa keberadaan angkutan umum yang ada sudah saatnya

melakukan perubahan, terutama dari segi kualitas dan kapasitasnya.


Untuk menyusun pola perubahan layanan, maka sebelum membahas permasalahan trayek
yang ada, mungkin dapat dilihat suatu proses perubahan (evolusi) pelayanan angkutan umum
dari bentuk paratransit hingga ke bentuk bus rapid transit (BRT).
Proses evolusi angkutan umum dimulai dari pelayanan tradisional berbasis paratransit, yang
saat ini masih menjadi tulang punggung transportasi perkotaan terutama di kota-kota
menengah dan kecil di Indonesia. Dengan tumbuhnya permintaan perjalanan menjadi
mayoritas bagi pengguna transportasi, terbentuk angkutan massal berbasis jalan dengan
tingkat pelayanan kecepatan rendah dan kenyamanan rendah.

Bab 5 - 10

BAB 5. ANALISIS
Rencana Induk Transportasi Perkotaan pada Kawasan Perkotaan Mebidangdan Sekitarnya

Reformasi transportasi dengan sistem transit pada koridor utama, dengan tetap dengan
dukungan angkutan bus (bus besar, bus sedang dan angkot) sebagai feeder. Dengan perbaikan
yang terus berlanjut, kota-kota akan memiliki Mass Rapid Transit (MRT) berbasis angkutan
bus pada utama, dengan tetap menerapkan sistem transit pada beberapa koridor dan dukungan
sistem bus.

Sumber : Grand Design Tentang Angkutan Umum, GTZ

Gambar 5.4. Evolusi Angkutan Umum

Dengan demikian sebagai kota metropolitan, sudah sewajarnya Kota Medan dan kawasan
sekitarnya merencanakan penggunaan moda transportasi massal yang efisien berikut sarana
penunjangnya, seperti halte, terminal dan lain-lain. Perencanaan angkutan umum perlu
mempertimbangkan pola pergerakan penumpang di kawasan Kota Medan dan sekitarnya.
Sebagaimana terlihat pada gambar orientasi pergerakan penumpang di Mebidang terhadap
wilayah sekitarnya, Kota Medan masih merupakan asal-tujuan perjalanan utama dibandingkan

Bab 5 - 11

BAB 5. ANALISIS
Rencana Induk Transportasi Perkotaan pada Kawasan Perkotaan Mebidangdan Sekitarnya

daerah sekitarnya. Terlihat bahwa pergerakan dari/menuju Kota Medan yang terbesar berasal
dari Kabupaten Deli Serdang disusul Kabupaten Langkat dan Kabupaten Binjai.

Sumber : Konsepsi Penyusunan Masterplan Transportasi Pada Kawasan Aglomerasi (Mebidangro)

Gambar 5.5. Pergerakan Penumpang di Mebidangro


Sehingga pada posisi demikian diperlukan adanya koneksi angkutan umum yang kuat dalam
lingkup Mebidang. Pada tahap awal arah transportasi di kawasan Mebidangro, sebaiknya
dipolakan untuk pelayanan angkutan umum yang melayani pergerakan Medan-Deli Serdang
dan Medan-Binjai. Untuk tahap awal kemungkinan dapat dioperasikan angkutan umum yang
melayani Deli Serdang Medan Binjai sebagai satu kesatuan angkutan pemadu moda.
Dengan demikian pergerakan penumpang yang besar tersebut dapat terlayani oleh sistem BRT
yang direncanakan dengan mengoperasikan rute pendamping yang melayani secara mandiri
pada ketiga wilayah tersebut.

Bab 5 - 12

BAB 5. ANALISIS
Rencana Induk Transportasi Perkotaan pada Kawasan Perkotaan Mebidangdan Sekitarnya

Gambar 5.6. Konsep Pergerakan Angkutan Massal Mebidang

5.2.2. RENCANA TRAYEK BRT


Dalam menentukan koridor-koridor BRT di kawasan aglomerasi MEBIDANG, berdasarkan
informasi dan problema transportasi yang berkembang di lapangan maka penentuan koridor
BRT MEBIDANG difokuskan pada koridor di dalam kota Medan. Apabila memperhatikan
studi BRT Mebidang, teridentifikasi sebanyak 7 koridor untuk pelayanan di dalam Kota
Medan, sedangkan 2 koridor lainnya merupakan pengembangan dari koridor-koridor di dalam
Kota Medan, yaitu yang menuju ke Kota Binjai maupun menuju kota Lubuk Pakam. Rencana
alternatif koridor-koridor BRT tersebut dapat dilihat pada tabel berikut.

Bab 5 - 13

BAB 5. ANALISIS
Rencana Induk Transportasi Perkotaan pada Kawasan Perkotaan Mebidangdan Sekitarnya

Tabel 5.2. Alternatif Koridor Koridor BRT


Nomor
Alternatif
Koridor

Nama Alternatif Koridor

Rute yang Dilalui

Pinang Baris Guru Pantimpus

Terminal Pinang Baris Jl. Gatot Subroto


Jl. Guru Pantimpus

Brigjen Katamso Yos Sudarso

Jl. Brigjen Katamso Jl. Pemuda Jl.


Achmad Yani Jl. Balaikota Jl. Puteri
Hijau Jl. Yos Sudarso (Simpang Brayan)

Amplas Irian Barat

Terminal Amplas Jl. Sisingamangaraja


Jl. Cirebon Jl. Irian Barat

Perintis kemerdekaan Kuala Namu

Jl. Perintis Kemerdekaan Jl. Moh Yamin


Jl. Letda Sujono Kuala Namu

Jamin Ginting Raden Saleh

Jl. Jamin Ginting Jl. S Parman Jl. Kapten


Maulana Lubis Jl. Raden Saleh

Asrama Kol. Bejo

Jl. Asrama Jl. Kapten Sumarso Jl.


Helvetia (By Pass) Jl. Pertempuran Jl.
Pertahanan Jl. Cemara Jl. Kol. Bejo

Nasution Pinang Baris

Jl. AH Nasution Jl. Ngumban Surbakti


Jl. Flamboyan Raya Jl. Sakura Raya Jl.
TB Simatupang Terminal Pinang Baris

Terminal Binjai Terminal Pinang


Baris

Jl. Medan - Binjai

Terminal Amplas Terminal Lubuk


Pakam

Jl. Medan Lubuk Pakam

Sumber : Hasil Analisis Konsultan dari Studi BRT Mebidang Dit. BSTP

Bab 5 - 14

BAB 5. ANALISIS
Rencana Induk Transportasi Perkotaan pada Kawasan Perkotaan Mebidangdan Sekitarnya

Gambar 5.7. Rencana Trayek

5.2.3. TANGGAPAN
SKENARIO

TERHADAP

RENCANA

BRT

DALAM

BERBAGAI

Untik mengetahui tanggapan terhadap rencana BRT dilakukan survei wawancara terhadap
rencana BRT. Responden yang diwawancarai terdiri dari 157 responden pria (49%) dan 163
responden perempuan (51%). Hasil survei tanggapan responden terhadap rencana BRT dapat
dilihat pada tabel di bawah ini. Dari seluruh responden yang disurvei umumnya memilih
menggunakan BRT, namun jumlah pemilih BRT cenderung menurun seiring dengan
peningkatan tarif yang diskenariokan walaupun penghematan waktu ditingkatkan sementara
responden yang tidak menjawab juga fluktuatif.

Bab 5 - 15

BAB 5. ANALISIS
Rencana Induk Transportasi Perkotaan pada Kawasan Perkotaan Mebidangdan Sekitarnya

Pilihan responden dalam menggunakan BRT berdasarkan kepemilikan kendaraan pribadi


adalah seperti yang disajikan dalam tabel berikut.
Tabel 5.3. Pilihan Responden Bila BRT Beroperasi di Kota Medan
Pilihan disukai

No

Tarif Angkutan BRT


(Rp.)

Penghematan
waktu perjalanan

Pakai BRT

Tidak pakai BRT

Tidak Menjawab

2000

tetap

58,1%

11,3%

30,6%

2500

lebih hemat 5 menit

55,3%

4,4%

40,3%

3000

lebih hemat 5 menit

54,1%

20,9%

25,0%

3500

lebih hemat 10 menit

48,8%

10,6%

40,6%

4000

lebih hemat 15 menit

31,3%

4,4%

64,4%

4500

lebih hemat 15 menit

32,2%

14,1%

53,8%

5000

lebih hemat 15 menit

32,2%

8,8%

59,1%

Sumber : Hasil Analisis Konsultan dari Studi SAUM Kota Medan


Tabel 5.4. Pilihan Responden Pengguna Mobil Pribadi terhadap BRT
No

Tarif Angkutan BRT


(Rp.)

2000

2500

Penghematan
waktu perjalanan

Pilihan disukai
Pakai BRT

Tidak pakai BRT

54,5%

45,5%

lebih hemat 5 menit

69,7%

30,3%

3000

lebih hemat 5 menit

69,7%

30,3%

3500

lebih hemat 10 menit

72,7%

27,3%

4000

lebih hemat 15 menit

69,7%

30,3%

4500

lebih hemat 15 menit

78,8%

21,2%

5000

lebih hemat 15 menit

84,8%

15,2%

tetap

Sumber : Hasil Analisis Konsultan dari Studi SAUM Kota Medan


Tabel 5.5. Pilihan Responden Pengguna Sepeda Motor terhadap BRT
Pilihan disukai

No

Tarif Angkutan BRT


(Rp.)

Penghematan
waktu perjalanan

Pakai BRT

Tidak pakai BRT

1
2

2000
2500

tetap
lebih hemat 5 menit

77,4%
71,4%

22,6%
28,6%

3000

lebih hemat 5 menit

64,3%

35,7%

3500

lebih hemat 10 menit

64,3%

35,7%

4000

lebih hemat 15 menit

38,1%

61,9%

4500

lebih hemat 15 menit

23,8%

76,2%

5000

lebih hemat 15 menit

14,3%

85,7%

Sumber : Hasil Analisis Konsultan dari Studi SAUM Kota Medan

Bab 5 - 16

BAB 5. ANALISIS
Rencana Induk Transportasi Perkotaan pada Kawasan Perkotaan Mebidangdan Sekitarnya

Dari hasil wawancara responden dapat diketahui peralihan penggunaan moda dari sepeda
motor maupun mobil pribadi ke BRT pada kondisi pilihan yang optimum.

5.2.4. ARAHAN PENGEMBANGAN BRT


Pengembangan BRT dilakukan secara bertahap dan terencana mengingat biaya yang
diperlukan untuk pengoperasian angkutan ini juga besar, selain itu untuk mengantisipasi
besarnya dampak sosial dengan angkutan umum yang ada, maka diperlukan pengoperasian
dalam beberapa tahap pengembangan.
Untuk tahap awal/jangka pendek (tahun 2012 2016), dapat dilakukan pengoperasian
angkutan pemadu moda Bandara Kuala Namu dengan rute Bandara Medan Binjai sebagi
Koridor A. Rute yang digunakan menggabungkan rute rencana BRT pada Koridor 1, Koridor
4 dan Koridor 8. Koridor ini dapat digunakan sebagai suatu percontohan yang bagus karena
didukung dengan demand yang tinggi, selain itu diharapkan permasalahan sosial dengan
angkutan umum eksisting yang terjadi tidak terlalu besar sehingga dapat diatasi.
Langkah selanjutnya adalah mempersiapkan pengoperasian 3 koridor lain yang beroperasi di
dalam Kota Medan. Koridor ini diharapkan dapat terintegrasi dengan baik dengan Koridor A
yang melayani perjalanan arah Timur Barat dan sebaliknya. Untuk tahap menengah (Tahun
2017 2021) ini sebaiknya dioperasikan Koridor 2 (Koridor B), Koridor 6 (C) dan Koridor 7
(D).
Dengan telah beroperasinya 4 koridor, maka perencanaan di Kota Medan setidaknya sudah
menjangkau arah Timur-Barat (Koridor A), Utara-Selatan (Koridor B), Lingkar Utara
(Koridor C) dan Koridor D yang menjalani rute Lingkar Selatan.
Pada tahap jangka panjang (Tahun 2022 2031), perluasan koridor akan menyentuh sampai
keluar Kota Medan, meski demikian trayek kawasan perkotaan ini masih tetap menggunakan
Kota Medan sebagai pusat pergerakan. Jangka panjang penggabungan koridor 3 dan koridor 9
yang kemudian melebur menjadi Koridor E akan menghubungkan Kota Medan dengan Lubuk
Pakam (ibukota Deli Serdang). Selanjutnya Koridor 5 akan diperpanjang trayeknya hingga
menuju Tanah Karo menjadi Koridor F.

Bab 5 - 17

BAB 5. ANALISIS
Rencana Induk Transportasi Perkotaan pada Kawasan Perkotaan Mebidangdan Sekitarnya

Tabel 5.6. Koridor Pengembangan BRT


Nomor
Alternatif
Koridor

Nama Alternatif Koridor

Rute yang Dilalui

Binjai Medan - Kuala Namu

Binjai - Terminal Pinang Baris Jl. Gatot


Subroto Jl. Guru Pantimpus - Jl. Perintis
Kemerdekaan Jl. Moh Yamin Jl. Letda
Sujono Kuala Namu

Brigjen Katamso Yos Sudarso

Jl. Brigjen Katamso Jl. Pemuda Jl.


Achmad Yani Jl. Balaikota Jl. Puteri
Hijau Jl. Yos Sudarso (Simpang Brayan)

Asrama Kol. Bejo

Jl. Asrama Jl. Kapten Sumarso Jl.


Helvetia (By Pass) Jl. Pertempuran Jl.
Pertahanan Jl. Cemara Jl. Kol. Bejo

Nasution Pinang Baris

Jl. AH Nasution Jl. Ngumban Surbakti


Jl. Flamboyan Raya Jl. Sakura Raya Jl.
TB Simatupang Terminal Pinang Baris

Terminal Amplas Irian Barat


Lubuk Pakam

Terminal Amplas Jl. Sisingamangaraja


Jl. Cirebon Jl. Irian Barat Lubuk Pakam

Jamin Ginting Tanah Karo

Jl. Jamin Ginting Jl. S Parman Jl. Kapten


Maulana Lubis Jl. Raden Saleh Tanah
Karo

Sumber : Hasil Analisis Konsultan

Untuk mewujudkan rencana pengoperasian BRT, maka diperlukan langkah lanjut sebagai
berikut :
1. Sosialisasi
2. Pembentukan Pengelola Koridor
3. Pembangunan prasarana
4. Pengadaan Sarana
5. Ujicoba
6. Soft Opening

Bab 5 - 18

BAB 5. ANALISIS
Rencana Induk Transportasi Perkotaan pada Kawasan Perkotaan Mebidangdan Sekitarnya

Gambar 5.8. Penetapan Koridor


5. 3. PEMODELAN TRANSPORTASI
5.3.1. SKENARIO PERENCANAAN
Di dalam analisis pemodelan ini maka dipakai beberapa skenario perencanaan untuk
memudahkan implementasi secara bertahap, karena

skenario dalam studi ini akan

mendasarkan pada tahun pertumbuhan yaitu kondisi saat ini(th 2011), th 2016, th 2021 dan th
2026. Dua pembedaan utama dalam skenario ini adalah scenario do nothing yaitu jika tidak
ada tindakan pada jaringan jalan dan scenario do something yaitu dengan perubahan
jaringan jalan misalnya dengan adanya perlebaran jalan dan adanya pengoperasian angkutan
umum massal.
Bab 5 - 19

BAB 5. ANALISIS
Rencana Induk Transportasi Perkotaan pada Kawasan Perkotaan Mebidangdan Sekitarnya

Untuk mengembangkan secara detail maka skenario berbagai kondisi dan waktu akan
dilakukan pada studi ini. Berdasarkan rentang waktu maka akan dibedakan untuk jangka
menengah (lima tahunan) , jangka menengah (sepuluh tahunan) dan jangka panjang (lima
belas tahun).
5.3.2. DASAR ANALISIS
A. Pemodelan Jaringan Jalan

Untuk melakukan analisis jaringan jalan maka dilakukan pemodelan jaringan jalan.
Pemodelan jaringan jalan digunakan untuk menggambarkan hubungan matematis sederhana
dalam sistem transportasi. Tujuannya adalah: (1) untuk memprediksi, (2) untuk evaluasi
berbagai alternatif dan (3) untuk mengkaji interaksi subsistem yang terkait dengan model.
Dalam perencanaan transportasi dikenal konsep Four Step Model seperti terlihat pada Gambar
5.9.
Zona, Jaringan

Data Tahun Dasar

Base Data
TahunDasar

Data Perencanaan
Masa Depan

TahunRencana

Bangkitan

Iterasi

Perjala
nan
Distribusi Perjalanan

Pembebanan

Output

Pemilihan Moda

Lalulint
Evaluasi

as

Gambar 5.9. Struktur Klasik Model Transportasi


(Sumber : Ortuzar dan Willumsen, 1995)

Bab 5 - 20

BAB 5. ANALISIS
Rencana Induk Transportasi Perkotaan pada Kawasan Perkotaan Mebidangdan Sekitarnya

Tanda panah menunjukkan urutan tahapan, garis menerus menunjukkan keharusan dan garis
putus-putus menunjukkan ketidakharusan atau jika dibutuhkan saja.
a. Bangkitan Perjalanan
Tujuan dari model bangkitan perjalanan adalah untuk memprediksi jumlah perjalanan yang
akan memulai atau berakhir pada setiap zona wilayah analisis perjalanan dalam suatu daerah
untuk suatu hari pada tahun target tertentu. Sebelum diterapkan, model trip generation harus
dikalibrasi dengan observasi yang didapat selama tahun dasar dengan berbagai survai
perjalanan. Jumlah total perjalanan seseorang ditunjukkan oleh variabel dependen dari model.
Variabel independen atau penjelas berupa tataguna tanah dan faktor sosio-ekonomi. Nilai-nilai
variabel independen ini harus ditentukan oleh analis. Hasil dari trip generation terdiri dari
jumlah pelaku perjalanan atau tujuan perjalanan Q1 untuk masing-masing zona dalam suatu
wilayah. Teknik pemodelan bangkitan perjalanan dalam studi ini akan menggunakan Model
Regresi Linier.
b. Distribusi Perjalanan
Distribusi perjalanan merupakan bagian perencanaan transportasi yang berhubungan dengan
sejumlah asal perjalanan yang ada pada setiap zona dari wilayah yang diamati dengan
sejumlah tujuan perjalanan yang beralokasi dalam zona lain dalam wilayah tersebut. Dasar
pemikirannya adalah semua zona trip atraksi j pada suatu wilayah bersaing satu sama lain
untuk menarik perjalanan yang dibangkitkan tiap zona produksi i. Bila semua hal lainnya
sama, perjalanan lebih banyak ditarik oleh zona-zona yang memiliki daya tarik yang lebih
tinggi. Pertimbangan pemilihan dapat berupa jarak, waktu perjalanan dan biaya perjalanan.
Notasi perjalanan Wij digunakan untuk generalized cost (biaya umum) yang biasa disebut
hambatan perjalanan atau disutility.
c. Pemilihan Moda
Dalam melakukan suatu perjalanan, pelaku perjalanan dapat memilih di antara beberapa moda
angkutan. Model pemilihan moda berkaitan dengan perilaku pembuat perjalanan. Alasan
pokok pemilihan ini bervariasi untuk setiap individu, jenis perjalanan dan tingkat pelayanan
serta biaya yang berhubungan dengan moda yang ada.

Bab 5 - 21

BAB 5. ANALISIS
Rencana Induk Transportasi Perkotaan pada Kawasan Perkotaan Mebidangdan Sekitarnya

Model pemilihan moda dapat dikelompokkan dalam dua kategori yaitu Model Pra Distribusi
dan Model Pasca Distribusi. Model Pra Distribusi (Trip-end Model) yaitu pemilihan moda
dilakukan sebelum tahap distribusi perjalanan . Praktik ini membawa implikasi bahwa
pembuat perjalanan memilih moda dengan mengutamakan kemana mereka pergi sehingga
pilihan tarikan perjalanan zona j tidak memiliki pengaruh dalam pilihan moda mereka. Asumsi
ini layak digunakan di daerah perkotaan yang memiliki pelayanan angkutan umum minimal.
Di sisi lain jika sistem transportasi umum semakin mahal, menjadi perlu untuk mengungkap
pelayanan yang diberikan antara moda yang bersaing di tingkat interchange. Dalam hal ini
disebut Model Pasca Distribusi (Post Distribution Model) yaitu pemilihan moda dilakukan
setelah tahap distribusi perjalanan. Di beberapa studi, trip end dan trip interchange diterapkan
bersamaan.
Perilaku pilihan moda dapat diterangkan dalam tiga katagori, yaitu faktor karakteristik pada
jangkauan moda, status sosial ekonomi pelaku perjalanan dan karakteristik perjalanan.
Ketiganya masuk sebagai variabel independen dalam model matematis dari modal choice.
Yang menjadi variabel dependen adalah pembagian pasar atau prosentase pemakai perjalanan
yang diperkirakan menggunakan masing-masing moda. Model modal split yang sederhana
adalah diversion curves. Yang lebih luas adalah diversion-type model dan probabilitas dengan
dasar multinomial logit model serta nested-logit formulation.
d. Pembebanan Arus Lalulintas
Langkah terakhir dari model permintaan sekuensial adalah pilihan pelaku perjalanan terhadap
jalur antara sepasang zona dengan suatu moda perjalanan tertentu dan dengan hasil aliran
vehicular pada jaringan transportasi multimodal. Langkah ini dapat dilihat sebagai model
keseimbangan antara permintaan perjalanan (Qijk) yang diperkirakan dalam proses terdahulu
dan penawaran transportasi yang diberikan dalam hal ini penyediaan fasilitas fisiknya dan
frekuensi pelayanan yang disiapkan.
Pada tahap ini permintaan perjalanan yang diperoleh melalui distribusi perjalanan dibebankan
pada jaringan jalan yang ada, sehingga diperoleh besarnya volume lalulintas yang membebani
masing-masing ruas jalan dalam jaringan. Dengan demikian tahapan ini merupakan bagian
yang menunjukkan interaksi antara permintaan dan penawaran, sehingga seringkali dijadikan
dasar penilaian kondisi pelayanan atau kinerjanya.
Bab 5 - 22

BAB 5. ANALISIS
Rencana Induk Transportasi Perkotaan pada Kawasan Perkotaan Mebidangdan Sekitarnya

Pertanyaan berkaitan dengan trip assignment adalah, dengan suatu volume Qijk tertentu (Qijk =
perkiraan permintaan interzonal dengan moda tertentu), harus ditentukan pilihan rute
perjalanan antara sepasang zona I dan J dalam jaringan dengan moda K dan diperkirakan hasil
aliran q sebagai individu yang membuat jaringan dengan moda tersebut. Perkiraan dari
kegunaan dapat digunakan untuk mencapai tingkat pelayanan yang diinginkan dan untuk
mengantisipasi potensi masalah kapasitas. Jumlah rute yang dapat dicapai antara sepasang
zona tergantung pada moda perjalanan yang digunakan. Untuk mobil pribadi, rute yang dapat
dilalui relatif besar dan memiliki kebebasan untuk memilihnya. Sedangkan untuk angkutan
umum jumlah pilihan rute terbatas.
B. Interaksi Transportasi dan Guna Lahan

Pergerakan asal dan tujuan (transportasi) menunjukkan interaksi antara lokasi aktivitas (pola
guna lahan) dan transportasi yang digunakan, dengan asumsi bahwa setiap perubahan guna
lahan akan mempengaruhi sistem pergerakan/transport dan sebaliknya.
Hammerslag dan Immers (1988) dengan menggunakan model kendala elastik, menunjukkan
bahwa interaksi antara perkembangan spasial dan transportasi dapat diketahui berdasarkan
elastisitas zona, dimana perbedaan sensitivitas perkembangan spasial terhadap kualitas
infrastruktur akan memberikan elastisitas yang berbeda, yang juga merupakan indikator
perbedaan karakteristik transport itu sendiri. Jelas bahwa dalam model sistem tataguna lahan
terdapat tiga variabel pengaruh yaitu tataguna lahan, karakteristik sarana dan prasarana
transportasi (biasanya menunjukkan tingkat kemudahan penggunaan sarana-prasarana
tersebut) dan karakteristik lalulintas (volume lalulintas tarikan/bangkitan pada suatu ruas
jalan).
5.3.3. KODIFIKASI NETWORK
1.

Penentuan Node

Node merupakan titik-titik yang menghubungkan ruas jalan. Node terdiri atas:
a.

Regular node, yakni node yang merupakan pusat sumber bangkitan dan tarikan
perjalanan, sehingga node ini memiliki nilai bangkitan atau tarikan.

b.

Dummy node, yakni node yang tidak memiliki nilai tarikan atau bangkitan
karena bukan merupakan pusat sumber bangkitan dan tarikan. Dummy node

Bab 5 - 23

BAB 5. ANALISIS
Rencana Induk Transportasi Perkotaan pada Kawasan Perkotaan Mebidangdan Sekitarnya

dimaksudkan untuk merepresentasikan keadaan alinemen jaringan jalan yang


sebenarnya, misalnya adanya simpang atau tikungan/belokan.
Untuk mengetahui kedudukan suatu node, dalam program ini digunakan koordinat X dan Y.
Lokasi masing-masing node adalah representasi jarak antar node. Dummy node
menggambarkan adanya belokan/tikungan dan simpang (perempatan atau pertigaan). External
zone menggambarkan zona di luar garis batas atau cordon line, yang juga memiliki nilai
tarikan atau bangkitan. External trip menggambarkan perjalanan dari external zone ke external
zone lainnya atau perjalanan di luar zona atau dikenal pula dengan istilah arus menerus
(through traffic). Internal trip adalah perjalanan dari internal zone ke internal zone lainnya.
2.

Kodifikasi Link

Link dapat juga diartikan ruas atau segmen jalan, atau bila dalam suatu network, maka link
adalah penghubung antar dua node, yang harus memiliki verifikasi data berupa data panjang
(meter atau km), arah lalulintas, kapasitas serta kecepatan rencana (disesuaikan dengan data
sekunder yang ada). Untuk membantu memudahkan entry data ke dalam program, dibuatlah
kodifikasi link yang di dalamnya memuat informasi mengenai nomor link dan nama link atau
nama ruas jalan yang disesuaikan dengan data inventansasi jaringan jalan yang diperoleh dari
data sekunder. Kodifikasi link juga memuat informasi kode inventarisasi, fungsi jalan, lebar
jalan dan kapasitasnya.
3.

Jaringan Jalan

Jaringan jalan dibentuk oleh link-link yang menghubungkan node-node. Antara dua node yang
dihubungkan terbentuk sebuah link yang mempunyai karakteristik tersendiri dalam hal
kecepatan, kapasitas dan arah lalulintas. Pada lokasi studi, jalan diklasifikasi berdasarkan
fungsinya sebagai jalan arteri primer, arteri sekunder, kolektor primer, kolektor sekunder, dan
jalan lokal.
Pembentukan jaringan jalan didasarkan pada tingkat jaringan yang cukup mewakili zone yang
diperlukan dalam pemodelan tetapi tidak terlalu rumit yang dapat menyulitkan dalam
penyusunan zoning-nya oleh karena itu ditetapkan batas terkecil status jalan adalah jalan
dengan fungsi kolektor sekunder di lokasi studi. Bentuk jaringan jalan yang akan digunakan
dalam analisis selanjutnya disajikan dalam Gambar 5.10.

Bab 5 - 24

LAPORAN AKHIR
Rencana Induk Transportasi Perkotaan pada Kawasan Perkotaan Mebidang dan Sekitarnya

Gambar 5.10. Jaringan Jalan Mebidang dan Sekitarnya yang Digunakan dalam Pemodelan
(garis pink : jalan dua arah, garis hijau : jalan satu arah, garis biru : jalan tol)

Bab 5 - 25

BAB 5. ANALISIS
Rencana Induk Transportasi Perkotaan pada Kawasan Perkotaan Mebidangdan Sekitarnya

Penentuan kapasitas jalan tergantung dan lebar jalan dan faktor-faktor koreksinya. Kapasitas
jalan dalam hal ini dihitung dengan menggunakan rumus dan faktor koreksi yang telah
ditetapkan dalam Manual Kapasitas Jalan Indonesia (MKJI) 1997. Data pokok untuk
menghitung kapasitas jalan adalah lebar perkerasan jalan, kapasitas dasarnya serta faktorfaktor yang memengaruhi kapasitas.
5.3.4. PENENTUAN ZONASI DAN MATRIK ASAL-TUJUAN
Untuk memudahkan dalam pemodelan transportasi maka wilayah studi dibagi dalam beberapa
zona transportasi. Maksud dibuatnya zona ini adalah agar supaya perjalanan yang dilakukan
terutama pada jalan yang tercakup dalam wilayah studi dapat dengan mudah untuk
dimodelkan. Meskipun berbasis zona administrasi, pembuatan zonasi model dibuat
berdasarkan acuan kodifikasi yang telah dihasilkan oleh jaringan jalan. Sebuah wilayah
administrasi (misalnya kelurahan atau kecamatan) dapat berupa satu atau lebih zona model,
tergantung pada jaringan jalan yang telah dibuat. Hal ini disebabkan karena beberapa hal
berikut ini.
a.

Jaringan jalan bukan merupakan batas wilayah administrasi.

b.

Zona merupakan node yang berisi data asal (origin) dan tujuan (destination),
atau memiliki nilai bangkitan dan tarikan.

c.

Pembebanan lalulintas (traffic assignment) dilakukan berdasarkan data


bangkitan dan tarikan di tiap-tiap zona, yang akan menghasilkan nilai volume
lalulintas pada jaringan jalan.

d.

Kemudahan representasi model berdasarkan zona-zona aktual di lapangan.

Dalam model ini, zona dibuat berbasis wilayah kecamatan. Zona dalam studi ini terbagi
dalam wilayah administrasi seluruh wilayah Kota Medan, sebagian kecamatan di Kabupaten
Deli Serdang dan Zona Kota Binjai. Zone internal adalah wilayah Kota Medan sementara
wilayah di Deli Serdang dan Kota Binjai merupakan zona eksternal. Pembagian zonasi di
Kawasan Mebidang secara lebih rinci diperlihatkan pada Tabel 5.7. dan Gambar 5.11.

Bab 5 - 26

BAB 5. ANALISIS
Rencana Induk Transportasi Perkotaan pada Kawasan Perkotaan Mebidangdan Sekitarnya

Tabel 5.7.

Pembagian Zona di Mebidang

No.

Wilayah Administratif

Kode
Zona

No.

Wilayah Administratif

Kode
Zona

Kec. Medan Tuntungan

17

Kec. Medan Tembung

17

Kec. Medan Johor

18

Kec. Medan Deli

18

Kec. Medan Amplas

19

Kec. Medan Labuhan

19

Kec. Medan Denai

20

Kec. Medan Marelan

20

Kec. Medan Area

21

Kec. Medan Belawan

21

Kec. Medan Kota

22

Kec. Sunggal

22

Kec. Medan Maimun

23

Kec. Hamparan Perak cs

23

Kec. Medan Polonia

24

Kec. Percut Sei Tuan

24

Kec. Medan Baru

25

Kec. Batang Kuis

25

10

Kec. Medan Selayang

10

26

Kec. Lubuk Pakam

26

11

Kec. Medan Sunggal

11

27

Kec. Pagar Merbau

27

12

Kec. Medan Helvetia

12

28

Kec. Pancur Batu

28

13

Kec. Medan Petisah

13

29

Kec. Deli Tua

29

14

Kec. Medan Barat

14

30

Kec. Tanjung Morawa

30

15

Kec. Medan Timur

15

31

Kec. Palumbak

31

16

Kec. Medan Perjuangan

16

32

Kota Binjai

32

Selanjutnya, data Matrik Asal Tujuan (MAT) dapat dimasukkan sebagai input bangkitan dan
tarikan perjalanan. Data MAT ini dapat diambil dari beberapa sumber, misalnya dari input tata
guna lahan (land use) dan jumlah penduduk, atau dari data asli Asal Tujuan perjalanan hasil
survai. Dalam pemodelan ini MAT bersumber dari Studi Tataralok Kota Medan. Desire line
pergerakan di Kawasan Mebidang tahun 2011, 2016, 2021 dan 2029 dapat dilihat pada
Gambar 5.13- 5.16.

Bab 5 - 27

LAPORAN AKHIR
Rencana Induk Transportasi Perkotaan pada Kawasan Perkotaan Mebidang dan Sekitarnya

Gambar 5.11. Pembagian Zona di Mebidang

Bab 5 - 28

BAB 5. ANALISIS
Rencana Induk Transportasi Perkotaan pada Kawasan Perkotaan Mebidangdan Sekitarnya

Gambar 5.12. Gabungan Jaringan dan Zona di Mebidang

Bab 5 - 29

BAB 5. ANALISIS
Rencana Induk Transportasi Perkotaan pada Kawasan Perkotaan Mebidangdan Sekitarnya

Gambar 5.13. Desireline Pergerakan di Kawasan Mebidang Tahun 2011

Bab 5 - 30

BAB 5. ANALISIS
Rencana Induk Transportasi Perkotaan pada Kawasan Perkotaan Mebidangdan Sekitarnya

Gambar 5.14. Desireline Pergerakan di Kawasan Mebidang Tahun 2016

Bab 5 - 31

BAB 5. ANALISIS
Rencana Induk Transportasi Perkotaan pada Kawasan Perkotaan Mebidangdan Sekitarnya

Gambar 5.15. Desireline Pergerakan di Kawasan Mebidang Tahun 2021

Bab 5 - 32

BAB 5. ANALISIS
Rencana Induk Transportasi Perkotaan pada Kawasan Perkotaan Mebidangdan Sekitarnya

Gambar 5.16. Desireline Pergerakan di Kawasan Mebidang Tahun 2026

Bab 5 - 33

BAB 5. ANALISIS
Rencana Induk Transportasi Perkotaan pada Kawasan Perkotaan Mebidangdan Sekitarnya

5.3.5. PEMODELAN KONDISI EKSISTING


Data Matrik Asal Tujuan (MAT) kemudian dimasukkan ke dalam struktur model sebagai
input/masukan. Selanjutnya dilakukan Traffic Assignment atau pembebanan lalulintas. Model
ini mengalokasikan perjalanan yang telah dipisahkan menurut moda masing-masing ke dalam
berbagai rute jaringan yang tersedia yang menghubungkan zona asal tujuan yang ditentukan.
Metode yang digunakan dalam pembebanan lalulintas adalah metode user equilibrium atau
fixed demand auto assignment, karena metode ini cocok digunakan dalam jaringan jalan dalam
kota atau perkotaan, memiliki fungsi-fungsi hambatan (misalnya pengaruh kemacetan), dan
berasumsi bahwa semua rute yang digunakan memiliki biaya (cost) yang sama dan minimum.
Waktu perjalanan diberikan dalam fungsi Volume-Delay, yang berhubungan dengan setiap
link pada auto network.
Dalam pemodelan ini, output yang digunakan adalah Traffic Flow atau gabungan volume
lalulintas dan VC Ratio di tiap-tiap ruas jalan (link)
Hasil-hasil pembebanan pada kondisi eksisting (2011) dapat dilihat pada gambar berikut

Bab 5 - 34

BAB 5. ANALISIS
Rencana Induk Transportasi Perkotaan pada Kawasan Perkotaan Mebidangdan Sekitarnya

Gambar 5.17. Traffic Flow Jaringan Jalan di Kawasan Mebidang Pada Kondisi Eksisting (2011)

Bab 5 - 35

BAB 5. ANALISIS
Rencana Induk Transportasi Perkotaan pada Kawasan Perkotaan Mebidangdan Sekitarnya

5.3.6. PEMODELAN KONDISI DO NOTHING


Setelah hasil pemodelan pada kondisi eksisting diperoleh, dapat dibuat analisis peramalan
(forecasting), dalam hal ini dengan tidak memberikan perlakukan apa pun (do nothing) pada
tahun 2016, 2021 dan 2021
Hasil model kondisi do nothing pada tahun 2016, 2021 dan 2026 adalah seperti terlihat
pada gambar berikut ini.

Bab 5 - 36

BAB 5. ANALISIS
Rencana Induk Transportasi Perkotaan pada Kawasan Perkotaan Mebidangdan Sekitarnya

Gambar 5.18. Traffic Flow Jaringan Jalan di Kawasan Mebidang Pada Tahun 2016

Bab 5 - 37

BAB 5. ANALISIS
Rencana Induk Transportasi Perkotaan pada Kawasan Perkotaan Mebidangdan Sekitarnya

Gambar 5.19. Traffic Flow Jaringan Jalan di Kawasan Mebidang Pada Tahun 2021

Bab 5 - 38

BAB 5. ANALISIS
Rencana Induk Transportasi Perkotaan pada Kawasan Perkotaan Mebidangdan Sekitarnya

Gambar 5.20. Traffic Flow Jaringan Jalan di Kawasan Mebidang Pada Tahun 2026

Bab 5 - 39

BAB 5. ANALISIS
Rencana Induk Transportasi Perkotaan pada Kawasan Perkotaan Mebidangdan Sekitarnya

Analisis Perbandingan
Analisis Kinerja Jaringan Jalan di Kawasan Mebidang pada kondisi Do Nothing pada Tahun
2011(eksisting), 2016, 2021 dan 2026 dapat dilihat pada tabel berikut ini
Tabel 5.8.
No

Perbandingan Kinerja Jalan Mebidang Kondisi Do Nothing

Kinerja Jaringan

Tahun
2011

2016

2021

2026

Smp-km

1.613.1441,1

1.977.780,9

3.106.785,7

3.949.434,8

Smp-jam

58.880,1

83.165,2

185.451,1

280.732,7

VC Ratio rata-rata

0,82

1,01

1,58

2.01

Kecepatan rata-rata
(km/jam)

27,4

23,8

16.8

14.1

Sumber : Pemodelan Konsultan

5.3.7. PEMODELAN KONDISI DO SOMETHING


Kondisi Do Something akan dibuat bertahap pada tahun 2016, 2021 dan 2026. Skenario yang
dibuat adalah sebagai berikut:
Pada jangka pendek (Tahun 2012-2016) dilaksanakan pengoperasian angkutan pemadu moda
Bandara Kuala Namu dengan Rute Bandara- Medan- Binjai (Koridor A).
Pada jangka menengah (tahun 2017 2021) dioperasikan BRT Koridor B, C, dan D.
Pada jangka panjang (Tahun 2022 2031) pengembangan diarahkan keluar dengan
pengoperasian Koridor E (ke Lubuk Pakam) dan Koridor F (ke Tanah Karo).
Hasil model kondisi do something pada tahun 2016, 2021 dan 2026 adalah seperti terlihat
pada gambar berikut ini.

Bab 5 - 40

BAB 5. ANALISIS
Rencana Induk Transportasi Perkotaan pada Kawasan Perkotaan Mebidangdan Sekitarnya

Gambar 5.21. Traffic Flow Jaringan Jalan di Kawasan Mebidang Pada Tahun 2016 pada Kondisi Do Something

Bab 5 - 41

BAB 5. ANALISIS
Rencana Induk Transportasi Perkotaan pada Kawasan Perkotaan Mebidangdan Sekitarnya

Gambar 5.22. Traffic Flow Jaringan Jalan di Kawasan Mebidang Pada Tahun 2021 pada Kondisi Do Something

Bab 5 - 42

BAB 5. ANALISIS
Rencana Induk Transportasi Perkotaan pada Kawasan Perkotaan Mebidangdan Sekitarnya

Gambar 5.23. Traffic Flow Jaringan Jalan di Kawasan Mebidang Pada Tahun 2026 pada Kondisi Do Something

Bab 5 - 43

BAB 5. ANALISIS
Rencana Induk Transportasi Perkotaan pada Kawasan Perkotaan Mebidangdan Sekitarnya

Analisis Perbandingan
Analisis Kinerja Jaringan Jalan di Kawasan Mebidang pada kondisi Do Nothing dan Do
Something pada Tahun 2016, 2021 dan 2026 dapat dilihat pada tabel berikut ini
Tabel 5.9.
Perbandingan Kinerja Jalan Mebidang Kondisi Do Nothing dan Do
Something
2016
No

2021

2026

Kinerja
Jaringan

Do

Do

Do

Do

Do

Do

Nothing

Something

Nothing

Something

Nothing

Something

Smp-km

1.977.780,9

1.891.046,9

3.106.785,7

2.806.033,0

3.949.434,8

3.386.891,3

Smp-jam

83.165,2

76.524,6

185.451,1

155.279,4

280.732,7

215.315,0

VC Ratio rata-rata

1,01

0,96

1,58

1,43

2,01

1,73

Kecepatan

23,8

24,7

16,8

18,1

14,1

15,7

rata-

rata(km/jam)
Sumber : Pemodelan Konsultan

Dari hasil analisis tersebut, tampak bahwa untuk jangka menengah dan panjang perlu
kombinasi sistem angkutan umum massal yang lain selain BRT.

Bab 5 - 44

BAB 5. ANALISIS
Rencana Induk Transportasi Perkotaan pada Kawasan Perkotaan Mebidangdan Sekitarnya

5. 4. PENYUSUNAN JARINGAN LINTAS ANGKUTAN BARANG DAN KERETA


API DI KAWASAN PERKOTAAN MEBIDANG DAN SEKITARNYA
5.4.1. PERMASALAHAN ANGKUTAN BARANG DI PERKOTAAN
Secara umum kondisi angkutan barang dalam kota di wilayah Indonesia saat ini, adalah
sebagai berikut:

Jenis angkutan barang baik yang berupa truk maupun kereta api bebas masuk
menembus ke jantung kota;

Banyak perjalanan angkutan barang seperti truk yang kosong sehingga mengganggu
arus lalulintas;

Kecepatan angkutan barang dalam hal ini truk dalam mixed-traffic yang sangat
lambat;

Pada saat menaikkan dan menurunkan barang selalu terjadi antrian terutama di
pelabuhan sehingga mengakibatkan biaya tinggi;

Sering terjadi loading-unloading angkutan barang di tengah perjalanan yang


mengakibatkan gangguan pada arus lalu lintas;

Dalam pengangkutan barang sering terjadi overloading sehingga menyebabkan


kendaraan angkutan menjadi kurang cepat dan merusak perkerasan jalan;

Fasilitas terminal angkutan barang pada saat ini masih sangat terbatas sehingga
bermunculan terminal-terminal bayangan pada titik-titik tertentu.

5.4.2. STRATEGI PENGEMBANGAN ANGKUTAN BARANG


Ketersediaan sistem angkutan barang yang cepat, effisien dan keberlanjutan sangat
mempengaruhi efisiensi biaya bagi dunia industri khususnya dan perekonomian perkotaan
pada umumnya.
Strategi yang dilakukan untuk mencapai visi angkutan barang yang cepat dan effisien, dapat
dijabarkan melalui beberapa tahapan evolusi antara lain:

Bab 5 - 45

BAB 5. ANALISIS
Rencana Induk Transportasi Perkotaan pada Kawasan Perkotaan Mebidangdan Sekitarnya

1.

Evolusi Moda Angkutan Barang

Proses evolusi angkutan barang dimulai dari sistem produksi dari daerah industri kepada
proses distribusi barang industri kepada pengguna, pada setiap kota di wilayah Indonesia.
Untuk mendapatkan layanan penghantaran barang dengan cepat dan effisien, maka diperlukan
evolusi moda angkutan barang dari yang ada saat ini. Adapun tahapan evolusi moda angkutan
barang dari Industri hingga proses distribusi barang industri dapat dilihat pada Gambar di
bawah ini.

Gambar 5.24. Evolusi Moda Angkutan Barang


Dari gambar diatas dapat diuraikan sebagai berikut:
Tahap-1: Barang hasil produksi dari industri berupa barang curah kering seperti dalam bentuk
plastikan, sachet dll (kategori barang tidak cepat rusak) dikelompokkan untuk di
pak baik dengan kardus, kotak atau briket dan diberi tanda disebut tahap paletisasi.
Tahap-2: Barang yang sudah di paletisasi dari indutri-industri tersebut kemudian
dikonsolidasikan oleh pihak ketiga yang memiliki fungsi untuk mengelompokkan
pada suatu wilayah hantaran yang sama dilakukan pencatatan yang ketat dan
effisien untuk kemudian dilakukan kontainerisasi dan stuffing menggunakan alat
mekanis, pada tahapan ini disebut tahap konsolidasi.
Tahap-3: Barang yang sudah melalui tahapan konsolidasi, dikirimkan menggunakan moda
transportasi barang (bisa menggunakan kereta api atau kapal laut untuk kapasitas
kontainer yang lebih besar), dengan tujuan mengurangi beban jalan raya, effisiensi

Bab 5 - 46

BAB 5. ANALISIS
Rencana Induk Transportasi Perkotaan pada Kawasan Perkotaan Mebidangdan Sekitarnya

dan mendapatkan harga yang kompetitif. Tahapan ini disebut Tahap Konsolidasi
Moda.
2.

Evolusi Manajemen Lalu Lintas Angkutan Barang

Menejemen lalu lintas angkutan barang perlu dilakukan guna mengurangi kemacetan jalan
raya dan dampak lalulintas yang diakibatkannya. Tahapan evolusi menejemen lalulintas
angkutan barang yang dilakukan dapat dilihat pada gambar berikut.

Gambar 5.25. Evolusi Manajemen Lalu Lintas Angkutan Barang


Dari gambar diatas dapat diuraikan sebagai berikut :
Tahap-1: Kondisis saat ini, dimana setiap angkutan barang apapun ukuran dan jenisnya bisa
langsung menembus ke jantung kota;
Tahap-2: Tahap awal penataan dan pengaturan menejemen angkutan barang, dimana tidak
semua angkutan barang dapat langsung menembus jantung kota melainkan dibatasi
dengan tingkat keterisian barang, jika tingkat okupansi kendaraan itu lebih besar
dari 60% dari kapasitasnya, maka dapat langsung menembus jantung kota, akan
tetapi bila dibawah 60% tingkat okupansi barangnya, maka harus masuk ke lokasi
konsolidasi, dimana barang tersebut akan dikelompokkan berdasarkan wilayah
tujuan yang sama, untuk selanjutnya menggunakan angkutan barang yang memiliki
tingkat keterisian diatas 60%, sehingga dapat mengurangi kepadatan lalulintas di
jantung kota;
Tahap-3: Pada tahapan ini, barang dikirimkan menggunakan moda transportasi kereta api atau
kapal laut kapasitas kontainer yang lebih besar dan dalam jumlah besar, dengan
tujuan mengurangi beban jalan raya, effisiensi dan mendapatkan harga yang
kompetitif.
Bab 5 - 47

BAB 5. ANALISIS
Rencana Induk Transportasi Perkotaan pada Kawasan Perkotaan Mebidangdan Sekitarnya

3.

Evolusi Logistik Angkutan Barang

Gambar 5.26. Evolusi Logistik Angkutan Barang


Dari gambar diatas dapat diuraikan sebagai berikut :
Tahap-1: Tahap ini angkutan barang masih dikelola secara individu, dengan pengaturan
pembatasan angkutan barang pada jam tertentu, membayar retribusi angkutan
barang pada jalan yang dilewati. Hal inilah yang menyebabkan ekonomi biaya
tinggi dan tidak effisien;
Tahap-2: Pada tahap ini, sudah dikelola oleh perusahaan angkutan barang berdasarkan hasil
lelang dengan kontrak dalam jangka waktu tertentu, untuk angkutan barang yang di
perkotaan haruslah berdasarkan ukuran kendaraan yang besar, dengan tingkat
okupansinya juga besar dan tingkat penghataran (delivery) juga sudah tinggi,
sehingga lebih effisien dan harga lebih kompetitif;
Tahap-3: Perusahaan angkutan barang berdasarkan hasil lelang dengan kontrak dalam jangka
waktu tertentu, untuk angkutan barang yang di perkotaan dan luar yang memiliki
ukuran kendaraan yang besar, dengan tingkat okupansinya juga besar dan tingkat
penghataran (delivery) juga sudah tinggi, sehingga lebih effisien dan harga lebih
kompetitif dengan skala yang lebih luas.
Bab 5 - 48

BAB 5. ANALISIS
Rencana Induk Transportasi Perkotaan pada Kawasan Perkotaan Mebidangdan Sekitarnya

5.4.3. RENCANA AKSI


Prioritas 1. Rantai Logistik yang Efisien
Awal untuk pengembangan transportasi angkutan barang adalah mengetahui rangkaian rantai
logistik yang effisien. Tantangannya adalah bagaimana menyusun suatu rantai logistik yang
efisien untuk pengangkutan ke dalam atau ke luar dari pusat-pusat kota, sambil meminimalisir
dampak negatif terhadap lingkungan yang akan timbul, seperti polusi udara, polusi suara, dan
kemacetan lalulintas.
Strategi penting yang dapat meningkatkan efisiensi dari rantai logistik adalah, dengan
melakukan konsolidasi pengangkutan barang sebelum masuk ke dalam kota, sehingga dapat
meningkatkan load factor atau tingkat keterisian barang sehingga kapasitas barang yang
diantar dan frekuensi pengangkutannya menjadi besar. Sebagai dampak lalu lintasnya,
penghantaran dapat diminimalisir dan dampak negatif pada lingkungan perkotaan serta
kemacetan juga menjadi berkurang.
Prioritas 2 Terminal Angkutan Barang
Untuk proses konsolidasi barang sebelum masuk kota, maka harus memiliki lokasi untuk
terminal angkutan barang yang letaknya tidak harus selalu dipusat kota sebagai bangkitan dari
perjalanan angkutan barang, namun lebih baik jika dilokasikan diarea-area suburban yang
mempunyai akses yang mudah dalam pengangkutan barangnya serta aksesibilitas dalam
perpindahan terhadap moda-moda lainnya, seperti dekat dengan pelabuhan, bandara dan
terminal.
Prioritas 3 - Keterpaduan Moda
Untuk transportasi pengangkutan barang produk industri, memungkinkan akan terciptanya
infrastruktur transportasi barang yang berbasis rel, yang saling terhubung satu sama lain,
sehingga tercipta suatu transportasi angkutan barang yang mudah dicapai antara satu titik
pusat pengantaran barang, ke titik pusat pengantaran barang berikutnya, misalnya, antar area
industri dan pelabuhan.
Untuk distribusi pengangkutan barang di dalam kota, umumnya dilakukan antara pusat
produksi barang dengan penggunar, konsolidasi dalam hal pengiriman barangnya dapat
dilakukan oleh jasa pengiriman barang pihak ketiga, yang berfungsi sebagai pusat kegiatan
Bab 5 - 49

BAB 5. ANALISIS
Rencana Induk Transportasi Perkotaan pada Kawasan Perkotaan Mebidangdan Sekitarnya

konsolidasi barang guna meningkatkan load factor barang, dikarenakan distribusi barang ke
penggguna biasanya mempunyai kapasitas volume barang yang lebih sedikit dan memiliki
tujuan hantaran yang berbeda maka dapat dikelompokkan dan dilayani oleh kendaraan
berkapasitas besar untuk masing-masing barang yang memiliki daerah layanan yang sama.
Dan proses konsolidasi barang tersebut dapat dilakukan jika memiliki moda yang sudah
terintegrasi misalnya moda kereta api dengan moda truk angkutan barang.
Untuk keterpaduan antar moda ini diperlukan adanya implementasi Peraturan Pemerintah (PP)
8/2011, dimana implementasi dari PP ini perlu mendapatkan prioritas yang lebih jelas
termasuk pada pembentukan institusi dan regulasinya.
Prioritas 4 Peran Kendaraan Tidak Bermotor dalam Pengiriman Barang
Untuk pengiriman barang di dalam area perumahan dan area pasar tradisional, dapat
dilakukan dengan menggunakan kendaraan tidak bermotor, seperti gerobak dan becak ataupun
jalan kaki, yang mana bentuk distribusi pengiriman barang seperti ini merupakan bentuk
pengiriman barang tradisional di Indonesia.
Penggunaan kendaraan tidak bermotor sebagai angkutan distribusi barang (seperti, sayuran
dan daging) dari Pasar Induk ke perurmahan-perumahan merupakan bentuk distribusi yang
umum di kota-kota di Indonesia, yang mana distribusi barang dilakukan oleh gerobak dorong
dan becak.
Prioritas 5 Truk Bergandar Banyak MultiAxle
Jenis truk bergandar banyak digunakan untuk mendapatkan efisiensi yang lebih, dalam
pergerakan distribusi pengangkutan barang, dan juga untuk meminimalisir kerusakan jalan
serta untuk menghemat pembayaran tol.
Dibawah ini merupakan karakteristik operasi pengangkutan barang diperkotaan secara
berkelanjutan, yang ditinjau dari berbagai sudut pandang yang berbeda, yang bertujuan untuk
meningkatkan kapasitas kiriman barang, meningkatkan jumlah barang yang akan dikirim
untuk setiap pengirimannya, serta meningkatkan tingkat utilitas/kegunaan pada kendaraan.
1.

Perencanaan ruang, kebijakan dalam sistem pengeceran, lisensi bisnis.


a.

Sistem pengeceran di dalam kota tetap utuh, semua penduduk kota masih dapat
memenuhi kebutuhan grosir dan kebutuhan rumah tangga nya dengan mudah
Bab 5 - 50

BAB 5. ANALISIS
Rencana Induk Transportasi Perkotaan pada Kawasan Perkotaan Mebidangdan Sekitarnya

seperti berjalan kaki, karena jarak antar pusat produksi atau grosir yang relative
dekat;
b.

Pusat perbelanjaan dan mal-mal hanya berada pada daerah dimana prasarana lalu
lintas sekitarnya dapat memudahkan akomodasi distribusi pengiriman barang;

c.

Ketika merencanakan untuk membangun suatu bangunan baru, harus dipastikan


bahwa pengembang harus mempersiapkan rencana sistem lalu lintas pengiriman
barang yang baik tanpa mengganggu sistem lalu lintas yang sudah ada.

2.

Perencanaan infrastruktur transportasi barang


a.

Jalur transportasi melingkar atau jalan bypass disediakan untuk memudahkan


akomodasi pengiriman barang. Terutama untuk distribusi barang dengan
menggunakan truk-truk besar yang mana harus diupayakan untuk tidak melewati
jalur jalan kota dalam melakukan pengangakutan barangnya;

b.

Adanya perpanjangan atau penyediaan jalur kereta api baru untuk mempermudah
dan mengefektifkan akses pengiriman barang, seperti akses ke pelabuhan;

c.

Bagian pusat kota tetap bebas dari jalur/ area pengiriman barang;

d.

Infrastuktur jalan kota dapat mengakomodasi arus lalu lintas barang yang
diperlukan, yang mana kemacetan diusahakan hanya terjadi pada jam puncak saja.

3.

Kebijakan nasional mengenai jenis kendaraan, registrasi kendaraan, dan perpajakan.


a.

Rel kereta api, dan jenis transportasi air merupakan jenis kendaraan yang baik
untuk pengiriman barang;

b.

Standar emisi kendaraan tetap ditegakkan dan diwajibkan. Hal ini dilakukan
melalui pemberlakuan sistem pemerikasaan kendaraan dalam hal emisi yang
dikeluarkan;

c.

Biaya operasional kendaraan yang terstruktur dan terukur, sehingga dapat


diketahui ketika terdapat operasi distribusi kendaraaan yang tidak efisien dan tidak
layak.

4.

Manajemen lalu lintas komunitas angkutan barang


a.

Untuk pusat-pusat kota, pembatasan akses kendaraan distribusi barang perlu


diketatkan yang mana disesuaikan dengan standar teknis dan standar lingkungan
yang ditetapkan;

Bab 5 - 51

BAB 5. ANALISIS
Rencana Induk Transportasi Perkotaan pada Kawasan Perkotaan Mebidangdan Sekitarnya

b.

Dalam area pejalan kaki dengan akses yang mudah untuk menjangkau titik
bangkitan permintaan, yang mana kualitas dari pavement jalur pejalan kaki
memungkinkan kendaraan tidak bermotor seperti gerobak untuk beroperasi dalam
pengantaran barang;

c.

Dalam usaha untuk menghindari kemacetan di siang hari, daerah-daerah tertentu


membuka pengiriman barang untuk malam hari;

d.

Berbagai jenis kendaraan bermotor dan tidak bermotor sebisa mungkin dipisahkan
dalam jalurnya, sehingga keefektifan dan utilitas penggunaan jalur lebih efisien,
seperti : angkutan barang, angkutan umum, kendaraan pribadi, lalu lintas sepeda,
pejalan kaki, dan lain-lain.

5.

Pengaturan sistem distribusi logistik akhir last mile


a.

Di daerah perkotaan, distribusi pengangkutan barang dengan menggunakan truk


hanya boleh beroperasi ketika volume barang yang dikirim di dalam truk lebih
dari 60% kapasitas truk. Pengiriman barang setelahnya dapat dikonsolidasikan di
lokasi yang lebih tepat sehingga membentuk suatu alur beban perjalanan yang
teratur dan terstruktur, serta tepat waktu;

b.

Selalu terdapat pusat konsolidasi pengiriman barang di setiap daerah di lokasi


yang strategis, dan berakses mudah, hal ini akan memudahkan pengambilan
barang ketika upaya pengiriman barang yang dilakukan oleh distributor gagal
akibat dari penerima tidak berada di tempat selama jam kerja.

c.

Tingkat efisiensi pengiriman barang yang tinggi dapat dicapai dalam distribusi
transportasi angkutan barangnya, yaitu faktor kapasitas pengiriman yang tinggi
dan frekuensi distribusi yang padat

Untuk mewujudkan rencana strategi di atas, kebijakan nasional yang koheren sangat
diperlukan. Suatu kebijakan nasional mengenai transportasi barang harus dapat membahas dan
menangani masalah-masalah pengiriman dan ukuran kendaraan yang diperlukan, pembahasan
mengenai kendaraan berstandar lingkungan (contoh, standar emisi), pembatasan distribusi,
standar keselamatan dan pemeriksaan kendaraan.
Pada saat yang sama, kebijakan nasional juga harus menganjurkan pemerintah daerah untuk
memberlakukan pembatasan akses di daerah mereka sendiri, membuat skema manajemen lalu
lintas, pemberlakukan lisensi izin operasi kendaraan lokal (seperti lisensi untuk distribusi
Bab 5 - 52

BAB 5. ANALISIS
Rencana Induk Transportasi Perkotaan pada Kawasan Perkotaan Mebidangdan Sekitarnya

angkutan barang), pengaturan pajak daerah yang sesuai dengan kondisi daerah masingmasing.
5.4.4. ANGKUTAN BARANG DI KOTA MEDAN DAN SEKITARNYA
Secara umum dapat dikatakan bahwa di Kota Medan tidak menyediakan fasilitas khusus atau
membedakan antara angkutan barang dan angkutan orang. Hanya saja untuk moda angkutan
yang besar seperti truk dan angkutan konteiner dilarang melewati kawasan pusat kota.
Pada saat ini terdapat beberapa lokasi yang digunakan untuk melakukan bongkar muat
angkutan barang antara lain:

Kawasan sekitar Jalan Letda Sujono (Medan Tembung)

Kawasan sekitar Jalan Krakatau (Medan Timur)

Gambar 5.27. Kondisi Kawasan tempat bongkar muat barang di Jl. Letda Sujono
5.4.5. TRANSPORTASI KERETA API
Jaringan jalan KA telah terbangun pada kawasan Mebidang ini dengan jalur KA membentang
dari Binjai ke arah timur menuju Medan dan kemudian menuju ke selatan menuju ke Lubuk
pakam sampai dengan Rantau Prapat. Karakteristik pelayanan kereta api penumpang di
Medan dan sekitarnya terdiri dari eksekutif, bisnis dan ekonomi. Jumlah rangkaian kereta
yang melayani berjumlah 6 rangkaian, yang terdiri dari Kinantan, Sribilah, Dolok
Martimbang, Putri Ungu, Putri Hijau dan Lancang Kuning. Jumlah trip (PP) bervariasi dari 1
trip sampai 3 trip dengan tarif disesuaikan dengan kelas pelayanan. Lebih jelasnya rete serta
sifat pelayanan kereta api penumpang di Medan dan Sekitarnya diperlihatkan pada Tabel 5.11.

Bab 5 - 53

BAB 5. ANALISIS
Rencana Induk Transportasi Perkotaan pada Kawasan Perkotaan Mebidangdan Sekitarnya

Tabel 5.10.

Rute Pelayanan Kereta Api Penumpang di Medan dan Sekitarnya

No.

Rute

1.

2.

Medan Rantauprapat

Medan Siantar

Nama KA

Kelas

Tarif

Trip (PP)

a. Kinantan

Eksekutif

Rp. 70.000,-

b. Sribilah

Eksekutif

Rp. 60.000,-

Bisnis

Rp. 40.000,-

Bisnis

Rp. 25.000,-

Ekonomi

Rp. 12.000,-

a. Sribilah

Bisnis

Rp. 45.000,-

b. Putri Ungu

Bisnis

Rp. 40.000,-

a. Putri Ungu

Bisnis

Rp. 35.000,-

b. Lancang Kuning

Ekonomi

Rp. 8.500,-

c. Putri Hijau

Ekonomi

Rp. 8.500,-

a. Dolok Martimbang
b. Siantar Ekspress

3.

4.

Medan Binjai
Medan Tanjungbalai

Sumber: Studi Angkutan Umum Massal (Saum) Kota Medan Tahun 2010

Gambar 5.28. Jaringan Jalan KA di Sumatera Utara yang melintasi Kota Medan
Sumber : Peta Jarak KA, PT Kereta Api

Bab 5 - 54

BAB 5. ANALISIS
Rencana Induk Transportasi Perkotaan pada Kawasan Perkotaan Mebidangdan Sekitarnya

Tabel-tabel berikut menjelaskan jumlah penumpang dan barang yang menggunakan moda
kereta api yang melalui stasiun Medan
Tabel 5.11.

Jumlah Penumpang dan Barang Melalui Stasiun Medan


Tahun

Penumpang (orang)

Barang (ton)

2002

832.705

570.647

2003

919.096

702.606

2004

796.901

8.652

2005

796.901

6.791

2006

1.901.331

752.755

2007

1.766.578

915.759

2008

872.788

854.735

Sumber: Studi Angkutan Umum Massal (Saum) Kota Medan


Tahun 2010

Tabel 5.12.

Jumlah Muatan Barang Berdasar Jenis


Jenis Barang (ton)

Tahun

Minyak
Sawit

2005

181.147

2006

158.415

2007
2008

Karet
-

BBM

Pupuk

BHP

Lainnya

Jumlah

25.358

2.213

208.718

532414

25.515

36.411

752.755

591.769

13.224

181.822

18.945

5.430

92.366

903.556

564206

12.466

190.468

25.690

11.887

50.017

854.734

Sumber: Studi Angkutan Umum Massal (Saum) Kota Medan Tahun 2010

Bab 5 - 55

BAB 5. ANALISIS
Rencana Induk Transportasi Perkotaan pada Kawasan Perkotaan Mebidangdan Sekitarnya

5.4.6. PERGERAKAN ANGKUTAN BARANG DI WILAYAH MEBIDANG

5.4.7. RENCANA PENGEMBANGAN JARINGAN TRANSPORTASI ANGKUTAN


BARANG
Jaringan jalan Kereta Api telah terbangun pada kawasan Mebidang dengan jalur Kereta Api
yang membentang dari Binjai ke arah timur menuju Medan dan kemudian menuju ke selatan
menuju ke Lubuk pakam sampai dengan Rantau Prapat.
Guna meningkatkan pergerakan orang dan barang baik secara internal Metropolitan Mebidang
maupun antara Metropolitan Mebidang dengan wilayah sekitarnya maka harus didukung
infrastruktur dan sarana transportasi yang baik yang mengacu pada rencana pengembangan
transportasi yang telah ditetapkan pada RTRW Provinsi Sumatera Utara.

Bab 5 - 56

BAB 5. ANALISIS
Rencana Induk Transportasi Perkotaan pada Kawasan Perkotaan Mebidangdan Sekitarnya

Oleh sebab itu untuk mendukung pergerakan barang/manusia di wilayah Mebidang diperlukan
pengembangan infrastruktur transportasi Kereta Api antara lain:
1.

Pengembangan jaringan kereta api arah Utara Selatan Mebidang (Belawan Deli Tua
dan Pelabuhan Belawan Pancur Batu).

2.

Pengembangan jaringan kereta api arah Timur Barat Mebidang (Pagar Merbau
Medan Binjai).

3.

Pembangunan jaringan kereta api Belawan Pelabuhan Belawan.

4.

Dengan melihat tataguna lahan di Medan pada saat ini maka pengembangan jaringan
kereta api rel KA di Medan adalah jaringan kereta api layang ( high way rail ),
sedangkan di Binjai dan Deli Serdang masih memungkinkan pembangunan double
track.

5.

Untuk mendukung pengembangan konsep Transit Oriented Development (TOD) maka


diperlukan pembangunan stasiun kereta api baru, yaitu di lokasi sebagai berikut :
1) Stasiun Medan Polonia (CBD Polonia)
2) Stasiun Simalingkar
3) Stasiun Kuala Bekala
4) Stasiun Johor

6.

Diperlukan peningkatan kapasitas KA dan waktu operasi KA, mengingat saat ini KA
yang ada masih beroperasi hanya 1 kali per hari dengan kapasitas terbatas. Kapasitas
gerbong dan frekuensi operasi KA perlu ditingkatkan secara besar-besaran. Hal ini
karena moda angkutan KA merupakan moda angkutan komuter yang dapat diharapkan
dapat mengatasi masalah transportasi Metropolitan Mebidang.

Bab 5 - 57

BAB 5. ANALISIS
Rencana Induk Transportasi Perkotaan pada Kawasan Perkotaan Mebidangdan Sekitarnya

5. 5. RENCANA

LOKASI

DAN

KEBUTUHAN

SIMPUL

DI

KAWASAN

PERKOTAAN MEBIDANG DAN SEKITARNYA


Penduduk sebuah kawasan kota, dalam memenuhi kebutuhan hidup, perlu adanya arus barang
dan mobilitas penduduk sehingga diperlukan pelayanan transportasi. Di pusat kota terbentuk
simpul-simpul jasa distribusi yang merupakan pusat kegiatan distribusi dan merupakan titik
tumpu bagi tumbuh dan berkembangnya kota menurut konsiderasi ekonomi. Hirarki susunan
simpul-simpul kota adalah simpul orde ke satu, simpul orde ke dua dan seterusnya. Apabila
suatu kota dapat menjalankan fungsinya sebagai simpul jasa distribusi dengan baik, maka
akan mengalami perkembangan pada dirinya dan membawa perkembangan pada kota yang
berada dalam sub ordinasinya.
Untuk melayani mobilitas penduduk di Kawasan Mebidang simpul kota yang ada diberikan
fasilitas untuk memudahkan pergerakan berupa halte utama. Halte utama tersebut di bangun
pada simpul kota kawasan Mebidang yaitu :
Bab 5 - 58

BAB 5. ANALISIS
Rencana Induk Transportasi Perkotaan pada Kawasan Perkotaan Mebidangdan Sekitarnya

1. Kawasan lapangan Merdeka Medan


2. Kawasan Pelabuhan Belawan Medan
3. Terminal Pinang Baris
4. Terminal Amplas
5. Bandara Kuala Namu
6. Kecamatan Medan Tuntungan
7. Kawasan pusat kota Binjai
8. Berastagi
9. Deli Tua
10. Kawasan pusat kota Lubuk Pakam
Dengan adanya halte utama pada simpul-simpul tersebut diharapkan memudahkan pergerakan
orang dalam menggunakan angkutan umum.
5. 6. RENCANA PENANGANAN PERMASALAHAN PARKIR DI KAWASAN
PERKOTAAN MEBIDANG DAN SEKITARNYA

Di Pusat Kota terutama daerah perniagaan sering ditemui adanya kemacetan. Berdasarkan
hasil survei, titik-titik kemacetan beserta penyebabnya di wilayah Kota Medan dijelaskan
dalam Tabel berikut.
Tabel 5.13.
No.

Titik-titik Kemacetan di Kota Medan

Daerah/Jalan

Penyebab

Waktu

Jl. MT. Haryono

Pasar/Mall, angkutan umum dan parkir


di badan jalan

10.00 s/d 18.00 WIB

Jl. Aksara

Pasar/Mall, angkutan umum dan parkir


di badan jalan

07.00 s/d 18.00 WIB

Jl. Thamrin

Mall, Sekolah dan Rumah Sakit

06.00 s/d 09.00 WIB


12.00 s/d 14.00 WIB
17.00 s/d 19.00 WIB

Jl. Sutomo

Pasar/Mall, angkutan umum dan parkir


di badan jalan

10.00 s/d 18.00 WIB

Jl. H. Zainul Arifin

Sekolah Mall, angkutan umum dan


parkir di badan jalan

06.00 s/d 09.00 WIB


12.00 s/d 14.00 WIB

Bab 5 - 59

BAB 5. ANALISIS
Rencana Induk Transportasi Perkotaan pada Kawasan Perkotaan Mebidangdan Sekitarnya

No.

Daerah/Jalan

Penyebab

Waktu
17.00 s/d 19.00 WIB

Jl. Pemuda

Perkantoran, parkir di badan jalan

06.00 s/d 09.00 WIB


12.00 s/d 14.00 WIB
17.00 s/d 19.00 WIB

Jl. Perintis Kemerdekaan

Perkantoran, Sekolah, parkir di badan


jalan

06.00 s/d 09.00 WIB


12.00 s/d 14.00 WIB
17.00 s/d 19.00 WIB

Jl. Kereta Api

Perkantoran, parkir di badan jalan

08.00 s/d 10.00 WIB


12.00 s/d 14.00 WIB
17.00 s/d 19.00 WIB

Jl. Cirebon

Perkantoran, parkir di badan jalan

08.00 s/d 10.00 WIB


12.00 s/d 14.00 WIB
17.00 s/d 19.00 WIB

10

Jl. Sisingamangaraja (depan


Ramayana Teladan)

Sekolah, Mall, angkutan umum dan


parkir di badan jalan

08.00 s/d 10.00 WIB


12.00 s/d 14.00 WIB
17.00 s/d 19.00 WIB

Sumber Survei Konsultan

Berdasarkan Tabel 5.14 di atas umumnya penyebab kemacetan pada tata guna lahan
perkantoran, niaga, dan sekolah yang dilalui angkutan umum dan adanya parkir di badan jalan
(on street parking). Kemacetan terjadi pada waktu-waktu sibuk seperti jam berangkat
sekolah/kerja, jam keluar istirahat atau makan siang dan jam pulang sekolah/kantor.
Untuk mengatasinya permasalahan parkir di badan jalan ini perlu penertiban secara terus
menerus dengan diimbangi penyediaan kantong-kantong parkir. Selaian itu sejalan dengan
program pengembangan BRT maka pengembangan lokasi park and ride dilokasi-lokasi
tertentu terutama di simpul-simpul kota perlu dikembangkan.

Bab 5 - 60

BAB 6. ARAHAN PENGEMBANGAN JARINGAN TRANSPORTASI PERKOTAAN


Rencana Induk Transportasi Perkotaan pada Kawasan Perkotaan Mebidangdan Sekitarnya

BAB 6 ARAHAN PENGEMBANGAN JARINGAN


TRANSPORTASI PERKOTAAN

6. 1. UMUM
Seperti

telah

dibicarakan

pada

bab-bab

sebelumnya,

perencanaan

arah

pengembangan jaringan transportasi perkotaan harus dilakukan dengan sistematis. Dasardasar pengembangan transportasi perkotaan Mebidang meliputi hal-hal sebagai berikut
ini.
1. Pengembangan
perkembangan

jaringan
dan

transportasi

pengembangan

diarahkan

wilayah

untuk

Perkotaan

mendukung

Mebidang

dan

sekitarnya.
2. Pengembangan jaringan transportasi diharapkan bisa menstimulasi kawasan
kurang berkembang di Perkotaan Mebidang dan sekitarnya.
3. Pengembangan jaringan transportasi harus mampu mengintegrasikan antar sub
wilayah Perkotaan Mebidang dan sekitarnya.
6. 2. PENGEMBANGAN JARINGAN TRANSPORTASI PERKOTAAN
Pengembangan jaringan transportasi perkotaan Mebidang dibagi dalam tiga tahap
meliputi :

Jangka Pendek (2012 2016)

Jangka Menengah (2017 2021)

Jangka Panjang (2022 2031)

Masing-masing tahapan meliputi 5 bidang pengembangan, yakni :


1. Program Pengembangan Sarana Transportasi Jalan Raya
2. Program Pengembangan Transportasi Kereta Api dan Implementasi TOD.
3. Program Pengembangan Jaringan Jalan Raya
4. Program Pengembangan Transportasi Laut
5. Program Pengembangan Transportasi Udara
6. Program Pengembangan Transportasi Sungai
Bab 6 - 1

BAB 6. ARAHAN PENGEMBANGAN JARINGAN TRANSPORTASI PERKOTAAN


Rencana Induk Transportasi Perkotaan pada Kawasan Perkotaan Mebidangdan Sekitarnya

7. Program Rencana Aksi Nasional Pengurangan Dampak Gas Rumah Kaca


Program pengembangan jaringan transportasi perkotaan Mebidang dapat dilihat
pada tabel berikut ini.

Bab 6 - 2

BAB 6. ARAHAN PENGEMBANGAN JARINGAN TRANSPORTASI PERKOTAAN


Rencana Induk Transportasi Perkotaan pada Kawasan Perkotaan Mebidangdan Sekitarnya

Tabel 6 1. Program Pengembangan Jaringan Transportasi Perkotaan Mebidang dan Sekitarnya

WAKTU
NO.

PENANGGUNG JAWAB

NAMA PROGRAM/
KEGIATAN
JANGKA JANGKA
JANGKA PEMERINTAH PEMERINTAH
PENDEK MENENGAH PANJANG
PUSAT
PROVINSI

A.

PROGRAM PENGEMBANGAN SARANA


TRANSPORTASI JALAN RAYA

1.

Pengembangan sistem angkutan umum


Perkotaan/Metropolitan Mebidang-Ro

2.

Evaluasi dan pengembangan koridor angkutan


umum Bus Priority Kawasan
Perkotaan/Metropolitan Mebidang-Ro

3.

Peningkatan pelayanan dan kelas terminal


regional

4.

Pengembangan kawasan pejalan kaki pada


kawasan perkotaan/Metropolitan Mebidang-Ro

5.

Pembangunan Terminal Terpadu di Bandara


Kuala Namu

6.

Pembangunan Busway dan Monorail di Kota


Medan

7.

Pengaturan on street parkir parkir di kota Medan


di jalan MT. Haryono, Aksara, Sutomo, H.
Zaenul Arifin, Pemuda, Perintis Kemerdekaan,
Kereta Api, Cirebon dan Sisingamangaraja

8.

Penetapan kawasan parkir maupun gedung parkir


di Kota Binjai

9.

Lajur, jalur atau jalan khusus angkutan massal di


kawasan perkotaan inti menghubungkan simpul
Medan Helvetia-Medan Sunggal-Medan
Selayang-Medan Polonia-Medan Amplas-Medan
Tembung-Medan Timur-Medan Deli-Medan
Marelan-Medan Labuhan

PEMERINTAH
KAB/KOTA

KEMUNGKINAN
PUBLIC PRIVATE
PARTNERSHIP

Bab 6 - 3

BAB 6. ARAHAN PENGEMBANGAN JARINGAN TRANSPORTASI PERKOTAAN


Rencana Induk Transportasi Perkotaan pada Kawasan Perkotaan Mebidangdan Sekitarnya

WAKTU
NO.

PENANGGUNG JAWAB

NAMA PROGRAM/
KEGIATAN
JANGKA JANGKA
JANGKA PEMERINTAH PEMERINTAH
PENDEK MENENGAH PANJANG
PUSAT
PROVINSI

10.

11.

Pengembangan terminal penumpang tipe A pada


terminal Medan Amplas di kecamatan Medan
Amplas dan terminal Pinang Baris di kecamatan
Medan Sunggal di kota Medan

Pengembangan terminal penumpang tipe B pada


terminal Binjai di kecamatan Binjai di kota
Binjai, terminal Lubuk Pakam di kecamatan
Lubuk Pakam di kabupaten Deli Serdang dan
terminal Berastagi di kecamatan Berastagi di
kabupaten Karo

12.

Terminal barang terpadu di kecamatan Pancur


Batu di kabupaten Deli Serdang

13.

Terminal barang di Kawasan Industri Medan


(KIM) dan Kawasan Industri Lamhotma di kota
Medan, Kawasan Industri Binjai di kota Binjai,
Kawasan Industri Tanjung Morawa, Kawasan
Industri Percut Sei Tuan dan Kawasan Industri
Hamparan Perak di Kabupaten Deli Serdang

Terminal agribisnis di Kecamatan Medan


Selayang di kota Medan, di Kecamatan Pancur
Batu di Kabupaten Deli Serdang dan di
Kecamatan Berastagi di Kabupaten Karo

14.

PEMERINTAH
KAB/KOTA

KEMUNGKINAN
PUBLIC PRIVATE
PARTNERSHIP

B.

PROGRAM PENGEMBANGAN
TRANSPORTASI KERETA API dan
IMPLEMENTASI TOD

1.

Penyiapan pembangunan transportasi kereta api


penumpang modern dan TOD di Kawasan
Perkotaan Mebidang-Ro

2.

Pengembangan koridor jalur Kereta Api terkait


implementasi TOD Kawasan
Perkotaan/Metropolitan Mebidang-Ro

Bab 6 - 4

BAB 6. ARAHAN PENGEMBANGAN JARINGAN TRANSPORTASI PERKOTAAN


Rencana Induk Transportasi Perkotaan pada Kawasan Perkotaan Mebidangdan Sekitarnya

WAKTU
NO.

PENANGGUNG JAWAB

NAMA PROGRAM/
KEGIATAN
JANGKA JANGKA
JANGKA PEMERINTAH PEMERINTAH
PENDEK MENENGAH PANJANG
PUSAT
PROVINSI

PEMERINTAH
KAB/KOTA

KEMUNGKINAN
PUBLIC PRIVATE
PARTNERSHIP

3.

Peningkatan jalur jalan rel dan pengembangan


terminal/stasiun yang dapat melayani distribusi
barang

4.

Pembangunan Stasiun Kereta Api baru di Kota


Medan

5.

Pembangunan Simpang dengan Kereta Api tidak


Sebidang di Kota Medan di simpang jalan Pandu

6.

Peningkatan pelayanan Kereta Api Jalur Medan Binjai

7.

Jaringan jalur kereta api antarkota pada jalur


kereta api Medan- Tebingtinggi-Kisaran-Rantau
Prapat

8.

Jaringan jalur kereta api antarkota pada jalur


kereta api Medan-Besitang-LangsaLhokseumawe

9.

Jaringan jalur kereta api perkotaan pada jalur


kereta api pada jalur kereta api Belawan-Stasiun
Kota

10.

Jaringan jalur kereta api perkotaan pada jalur


kereta api pada jalur kereta api Stasiun KotaBatang Kuis-Lubuk Pakam

11.

Jaringan jalur kereta api perkotaan pada jalur


kereta api pada jalur kereta api Stasiun KotaSunggal-Binjai

12.

Jaringan jalur kereta api perkotaan pada jalur


kereta api pada jalur kereta api Stasiun KotaPancur Batu

13.

Jaringan jalur kereta api perkotaan pada jalur


kereta api pada jalur kereta api Lubuk Pakam-

Bab 6 - 5

BAB 6. ARAHAN PENGEMBANGAN JARINGAN TRANSPORTASI PERKOTAAN


Rencana Induk Transportasi Perkotaan pada Kawasan Perkotaan Mebidangdan Sekitarnya

WAKTU

PENANGGUNG JAWAB

NAMA PROGRAM/
KEGIATAN

NO.

JANGKA JANGKA
JANGKA PEMERINTAH PEMERINTAH
PENDEK MENENGAH PANJANG
PUSAT
PROVINSI

PEMERINTAH
KAB/KOTA

KEMUNGKINAN
PUBLIC PRIVATE
PARTNERSHIP

Galang
14.

Jaringan jalur kereta api perkotaan pada jalur


kereta api pada jalur kereta api Aras KabuBandara Kuala Namu

15.

Jaringan jalur kereta api perkotaan pada jalur


kereta api pada jalur kereta api Stasiun Kota-Deli
Tua

16.

Jaringan jalur kereta api perkotaan pada jalur


kereta api pada jalur kereta api Deli Tua
Sibolangit

17.

Pengembangan stasiun Kereta Api terkait


implementasi TOD pada stasiun kota Medan di
kecamatan Medan Timur di kota Medan

18.

Pengembangan stasiun Kereta Api terkait


implementasi TOD pada stasiun Belawan di
kecamatan Medan Belawan di kota Medan

19.

Pengembangan stasiun Kereta Api terkait


implementasi TOD pada stasiun Labuhan di
kecamatan Medan Labuhan di kota Medan

20.

Pengembangan stasiun Kereta Api terkait


implementasi TOD pada stasiun Kampung Besar
di kecamatan Medan Labuhan di kota Medan

21.

Pengembangan stasiun Kereta Api terkait


implementasi TOD pada stasiun Titi Papan di
kecamatan Medan Deli di kota Medan

22.

Pengembangan stasiun Kereta Api terkait


implementasi TOD pada stasiun Mabar di
kecamatan Medan Deli di kota Medan

23.

Pengembangan stasiun Kereta Api terkait


implementasi TOD pada stasiun Pulo Brayan di

Bab 6 - 6

BAB 6. ARAHAN PENGEMBANGAN JARINGAN TRANSPORTASI PERKOTAAN


Rencana Induk Transportasi Perkotaan pada Kawasan Perkotaan Mebidangdan Sekitarnya

WAKTU
NO.

PENANGGUNG JAWAB

NAMA PROGRAM/
KEGIATAN
JANGKA JANGKA
JANGKA PEMERINTAH PEMERINTAH
PENDEK MENENGAH PANJANG
PUSAT
PROVINSI

PEMERINTAH
KAB/KOTA

KEMUNGKINAN
PUBLIC PRIVATE
PARTNERSHIP

kecamatan Medan Timur di kota Medan


24.

Pengembangan stasiun Kereta Api terkait


implementasi TOD pada stasiun Medan Pasar di
kecamatan Medan Timur di kota Medan

25.

Pengembangan stasiun Kereta Api terkait


implementasi TOD pada stasiun Kebon Pisang di
kecamatan Medan Timur di kota Medan

26.

Pengembangan stasiun Kereta Api terkait


implementasi TOD pada stasiun Sei Sikambing
di kecamatan Medan Helvetia di kota Medan

27.

Pengembangan stasiun Kereta Api terkait


implementasi TOD pada stasiun Medan Sunggal
di kecamatan Medan Sunggal di kota Medan

28.

Pengembangan stasiun Kereta Api terkait


implementasi TOD pada stasiun Bandar Kalipah
Tembung di kecamatan Percut Sei Tuan di
kabupaten Deli Serdang

29.

Pengembangan stasiun Kereta Api terkait


implementasi TOD pada stasiun Batang Kuis di
kecamatan Batang Kuis di kabupaten Deli
Serdang

30.

Pengembangan stasiun Kereta Api terkait


implementasi TOD pada stasiun Aras Kabu di
kecamatan Beringin di kabupaten Deli Serdang

31.

Pengembangan stasiun Kereta Api terkait


implementasi TOD pada stasiun Lubuk Pakam di
kecamatan Lubuk Pakam di kabupaten Deli
Serdang

32.

Pengembangan stasiun Kereta Api terkait


implementasi TOD pada stasiun Galang di

Bab 6 - 7

BAB 6. ARAHAN PENGEMBANGAN JARINGAN TRANSPORTASI PERKOTAAN


Rencana Induk Transportasi Perkotaan pada Kawasan Perkotaan Mebidangdan Sekitarnya

WAKTU
NO.

PENANGGUNG JAWAB

NAMA PROGRAM/
KEGIATAN
JANGKA JANGKA
JANGKA PEMERINTAH PEMERINTAH
PENDEK MENENGAH PANJANG
PUSAT
PROVINSI

PEMERINTAH
KAB/KOTA

KEMUNGKINAN
PUBLIC PRIVATE
PARTNERSHIP

kecamatan Galang di kabupaten Deli Serdang


33.

Pengembangan stasiun Kereta Api terkait


implementasi TOD pada stasiun Pancur Batu di
kecamatan Pancur Batu di kabupaten Deli
Serdang

34.

Pengembangan stasiun Kereta Api terkait


implementasi TOD pada stasiun Deli Tua di
kecamatan Deli Tua di kabupaten Deli Serdang

35.

Pengembangan stasiun Kereta Api terkait


implementasi TOD pada stasiun Diski di
kecamatan Sunggal di kabupaten Deli Serdang

36.

Pengembangan stasiun Kereta Api terkait


implementasi TOD pada stasiun Binjai di
kecamatan Binjai Kota di kota Binjai

C.

PROGRAM PENGEMBANGAN JARINGAN


JALAN RAYA

1.

Pengembangan Jaringan Jalan Lingkar Dalam

2.

Pengembangan Jaringan Jalan Lingkar Luar

3.

Pengembangan Jaringan Jalan Akses Bandara


Kuala Namu

4.

Pengembangan Jaringan Akses MedanHamparan Perak-Langkat (tahap awal),


altermatif pergerakan regional ke Aceh

5.

Pengembangan jaringan jalan tol Medan- Binjai Deli Serdang

6.

Pengembangan jaringan jalan tol Medan-Tanjung


Morawa- Tebing-Tinggi

Bab 6 - 8

BAB 6. ARAHAN PENGEMBANGAN JARINGAN TRANSPORTASI PERKOTAAN


Rencana Induk Transportasi Perkotaan pada Kawasan Perkotaan Mebidangdan Sekitarnya

WAKTU
NO.

PENANGGUNG JAWAB

NAMA PROGRAM/
KEGIATAN
JANGKA JANGKA
JANGKA PEMERINTAH PEMERINTAH
PENDEK MENENGAH PANJANG
PUSAT
PROVINSI

7.

Pembangunan Jalan Lingkar Luar Paling Luar


Medan

8.

Pengoperasian Bus Pemadu Moda Bandara


Kuala Namu

9.

Peningkatan dan Pemeliharaan Jalan Lingkar


Luar Medan

10.

Peningkatan dan Pemeliharaan Jalan Lingkar


Tengah Medan

11.

Pembangunan Jalan Lingkar Utara Medan

12.

Pembangunan Jalan Lingkar Mebidang Medan

13.

Pembangunan Jalan Lingkar Pantai Utara Medan

14.

Pembangunan Jalan Agromarinepolitan Medan

15.

Rencana jalan lingkar (ring road) pada kawasan


perkotaan di Kab Deli Serdang

16.

Jaringan jalan arteri primer pada jalan batas Deli


Sedang/Serdang Bedagai-Lubuk Pakam-Tanjung
Morawa-Lingkar Luar Kota Medan-SunggalBinjai- Batas Binjai/Langkat

PEMERINTAH
KAB/KOTA

KEMUNGKINAN
PUBLIC PRIVATE
PARTNERSHIP

17.

Jaringan jalan arteri primer pada jalan MedanBelawan

18.

Jaringan jalan arteri primer pada jalan MedanBatang Kuis-Kuala Namu

19.

Jaringan jalan arteri primer pada jalan Lubuk


Pakam-Kuala Namu-Belawan-Hamparan Perak

Bab 6 - 9

BAB 6. ARAHAN PENGEMBANGAN JARINGAN TRANSPORTASI PERKOTAAN


Rencana Induk Transportasi Perkotaan pada Kawasan Perkotaan Mebidangdan Sekitarnya

WAKTU
NO.

PENANGGUNG JAWAB

NAMA PROGRAM/
KEGIATAN
JANGKA JANGKA
JANGKA PEMERINTAH PEMERINTAH
PENDEK MENENGAH PANJANG
PUSAT
PROVINSI

20.

Jaringan jalan arteri primer pada jalan Kuala


Namu-Tanjung Morawa-Deli Tua-Pancur BatuSunggal-Hamparan Perak

21.

Jaringan jalan arteri primer pada jalan Percut Sei


Tuan-Tembung-Tanjung Morawa

22.

Jaringan jalan arteri primer pada jalan Medan


Sunggal-Medan Timur-Percut Sei Tuan

23.

Jaringan jalan arteri primer pada jalan Medan


Selayang-Pancur Batu

24.

Jaringan jalan kolektor primer 1 pada jalan


Pancur Batu-Berastagi

25.

Jaringan jalan kolektor primer 1 pada jalan


Berastagi-Kabanjahe

26.

Jaringan jalan kolektor primer 2 pada jalan Deli


Tua-Sinembah Tanjung Muda Hilir-Tiga JuharBangun Purba

27.

Jaringan jalan kolektor primer 2 pada jalan Pagar


Merbau-Galang-Bangun Purba-Batas Deli
Serdang/Serdang Bedagai

28.

Jaringan jalan kolektor primer 2 pada jalan


Galang-Batas Deli Serdang/Serdang Bedagai

29.

Jaringan jalan kolektor primer 2pada jalan Batas


Deli Serdang/Simalungun-Pekan Gunung
Meriah-Jalan Batas Deli Serdang/Simalungun

30.

Jaringan jalan arteri sekunder pada jalan yang


menghubungkan kota Binjai dengan kota Medan
dan kawasan perkotaan Lubuk Pakam

31.

Jaringan jalan arteri sekunder pada jalan yang


menghubungkan kawasan Perkotaan Pancur Batu

PEMERINTAH
KAB/KOTA

KEMUNGKINAN
PUBLIC PRIVATE
PARTNERSHIP

Bab 6 - 10

BAB 6. ARAHAN PENGEMBANGAN JARINGAN TRANSPORTASI PERKOTAAN


Rencana Induk Transportasi Perkotaan pada Kawasan Perkotaan Mebidangdan Sekitarnya

WAKTU
NO.

PENANGGUNG JAWAB

NAMA PROGRAM/
KEGIATAN
JANGKA JANGKA
JANGKA PEMERINTAH PEMERINTAH
PENDEK MENENGAH PANJANG
PUSAT
PROVINSI

PEMERINTAH
KAB/KOTA

KEMUNGKINAN
PUBLIC PRIVATE
PARTNERSHIP

dengan kawasan perkotaan Lubuk Pakam melalui


kecamatan Deli Tua
32.

Jaringan jalan arteri sekunder pada jalan yang


menghubungkan kota Medan dengan kawasan
perkotaan Percut Sei Tuan dan kawasan
perkotaan Lubuk Pakam melalui kecamatan
Batang Kuis

33.

Jaringan jalan arteri sekunder pada jalan yang


menghubungkan kecamatan Medan Helvetia
dengan kecamatan Medan Labuhan

34.

Jaringan jalan arteri sekunder pada jalan yang


menghubungkankawasan perkotaan Percut Sei
Tuan dengan kawasan perkotaan Lubuk Pakam
melalui kecamatan Batang Kuis dan kecamatan
Pantai Labu

35.

Jaringan jalan arteri sekunder pada jalan yang


menghubungkan kawasan perkotaan Lubuk
Pakam dengan kecamatan Beringin dan
kecamatan Pantai Labu

36.

Jaringan jalan bebas hambatan antarkota pada


jalan Medan-Tanjung Morawa-Lubuk PakamKuala Namu-Batas Deli Serdang/Serdang
Bedagai-Tebingtinggi

37.

Jaringan jalan bebas hambatan dalam kota pada


jalan Belawan-Medan-Tanjung Morawa

38.

Jaringan jalan bebas hambatan dalam kota pada


jalan Binjai-Medan

D.

PROGRAM PENGEMBANGAN
TRANSPORTASI LAUT

Bab 6 - 11

BAB 6. ARAHAN PENGEMBANGAN JARINGAN TRANSPORTASI PERKOTAAN


Rencana Induk Transportasi Perkotaan pada Kawasan Perkotaan Mebidangdan Sekitarnya

WAKTU
NO.

PENANGGUNG JAWAB

NAMA PROGRAM/
KEGIATAN
JANGKA JANGKA
JANGKA PEMERINTAH PEMERINTAH
PENDEK MENENGAH PANJANG
PUSAT
PROVINSI

1.

Pengembangan pelayanan multimoda pelabuhan


utama dan internasional Belawan

2.

Pembangunan kawasan penunjang pelabuhan


internasional Belawan

E.

PROGRAM PENGEMBANGAN
TRANSPORTASI UDARA

1.

Pembangunan Bandar Udara Kuala Namu dan


fasilitas pendukungnya

PEMERINTAH
KAB/KOTA

KEMUNGKINAN
PUBLIC PRIVATE
PARTNERSHIP

F.

PROGRAM PENGEMBANGAN
TRANSPORTASI SUNGAI

1.

Alur pelayaran untuk kegiatan angkutan sungai


adalah pada sungai Belawan dan sungai Deli di
kota Medan dan sungai Belawan dan Sungai
Percut di kabupaten Deli Serdang

2.

Pembangunan Dermaga Sungai di Medan


Labuhan

G.

PROGRAM AKSI NASIONAL


PENURUNAN EMISI GAS RUMAH KACA

1.

Pembangunan ITS

2.

Penerapan Pengendalian Dampak Lalu Lintas

3.

Penerapan Manajemen Parkir

4.

Reformasi Sistem Transit

5.

Peremajaan armada angkutan umum

Bab 6 - 12

BAB 6. ARAHAN PENGEMBANGAN JARINGAN TRANSPORTASI PERKOTAAN


Rencana Induk Transportasi Perkotaan pada Kawasan Perkotaan Mebidangdan Sekitarnya

WAKTU
NO.

PENANGGUNG JAWAB

NAMA PROGRAM/
KEGIATAN
JANGKA JANGKA
JANGKA PEMERINTAH PEMERINTAH
PENDEK MENENGAH PANJANG
PUSAT
PROVINSI

6.

Pemasangan Converter Kit

7.

Pelatihan dan sosialisasi smart driving (ecodriving)

8.

Membangun Non Motorized Transport

PEMERINTAH
KAB/KOTA

KEMUNGKINAN
PUBLIC PRIVATE
PARTNERSHIP

Bab 6 - 13

PT. FORMASI EMPAT POLA SELARAS KONSULTAN


MANAGEMENT & ENGINEERING CONSULTANT
Jl. Kemang Utara IX / 35 No C.3A Jakarta 12760 Telp. 021-9828-4956

PEMERINTAH PROVINSI SUMATERA UTARA


DRAFT PRA RANCANGAN
PERATURAN GUBERNUR PROVINSI SUMATERA UTARA
NOMOR ...........TAHUN 2012
DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA
GUBERNUR SUMATERA UTARA

Menimbang

: a. bahwa transportasi mempunyai peranan penting dan strategis untuk


memantapkan perekonomian daerah dalam rangka memberikan pelayanan
kepada masyarakat, perlu mengatur ketentuan mengenai rencana induk
transportasi perkotaan pada kawasan Perkotaan Mebidang dan Sekitarnya;
b. bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud dalam huruf a,
perlu membentuk Peraturan Gubernur tentang Rencana Induk Transportasi
Pada Kawasan Perkotaan Mebidang dan Sekitarnya.

Mengingat

: 1.

Undang-undang Nomor 24 Tahun 1956 tentang Pembentukan Daerah


Otonom Provinsi Aceh dan Perubahan Peraturan Pembentukan Provinsi
Sumatera Utara jo. Peraturan Pemerintah Nomor 21 Tahun 1950 tentang
Pembentukan Daerah Provinsi (Lembaran Negara Tahun 1956 Nomor
64, Tambahan Lembaran Negara Nomor 1103);

2.

Undang-undang Nomor 38 Tahun 2004 tentang Jalan;

3.

Undang-undang Nomor 22 Tahun 2009 tentang Lalu Lintas dan


Angkutan Jalan;

4.

Undang Undang No 23 Tahun 2007 tentang Perkeretaapian;

5.

Undang Undang No 1 Tahun 2009 tentang Penerbangan;

6.

Undang-undang Nomor 6 Tahun 1996 tentang Perairan Indonesia;

7.

Undang-undang Nomor 10 Tahun 2004 tentang Pembentukan Peraturan


Perundang-Undangan;

8.

Undang-undang Nomor 12 Tahun 2008 tentang Pemerintahan Daerah;

9.

Peraturan Pemerintah Nomor 41 Tahun 1993 tentang Angkutan Jalan;

10. Peraturan Pemerintah Nomor 42 Tahun 1993 tentang Pemeriksaan


Kendaraan Bermotor di Jalan;
11. Peraturan Pemerintah Nomor 43 Tahun 1993 tentang Prasarana dan Lalu
Lintas Jalan;
12. Peraturan Pemerintah Nomor 44 Tahun 1993 tentang Kendaraan dan
Pengemudi;
13. Peraturan Pemerintah Nomor 20 Tahun 2010 tentang Angkutan di
Perairan;
14. Peraturan Pemerintah Nomor 25 Tahun 2000 tentang Kewenangan
Pemerintah dan Kewenangan Propinsi sebagai Daerah Otonom;
15. Peraturan Pemerintah Nomor 5 Tahun 2010 tentang Kenavigasian;
16. Peraturan Pemerintah Nomor 20 Tahun 2001 tentang Pembinaan dan
Pengawasan Atas Penyelenggaraan Pemerintahan Daerah;
Dengan Persetujuan Bersama
DEWAN PERWAKILAN RAKYAT DAERAH
PROVINSI SUMATERA UTARA
Dan
GUBERNUR SUMATERA UTARA
MEMUTUSKAN :
Menetapkan

PERATURAN GUBERNUR TENTANG RENCANA INDUK


TRANSPORTASI PERKOTAAN PADA KAWASAN PERKOTAAN
MEBIDANG DAN SEKITARNYA.

BAB I
KETENTUAN UMUM
Pasal 1
Dalam Peraturan Gubernur ini, yang dimaksud dengan :
Daerah adalah Kawasan Perkotaan Mebidang dan sekitarnya yang meliputi : Kota Medan,
1.
Kota Binjai, Kabupaten Deli Serdang dan sebagian Kabupaten Karo.
2.
Pemerintah Daerah adalah Pemerintah Provinsi Sumatera Utara.
Gubernur adalah Gubernur Provinsi Sumatera Utara
3.
4.
Dewan Perwakilan Rakyat Daerah yang selanjutnya disingkat DPRD adalah Dewan
Perwakilan Rakyat Provinsi Sumatera Utara.
5.
Dinas Perhubungan adalah Dinas Perhubungan Provinsi Sumatera Utara.
6.
Jalan adalah jalan yang diperuntukkan bagi lalu lintas umum.

7.

8.

9.
10.
11.

12.

13.
14.

15.

16.

17.
18.
19.

20.

21.

22.

Jaringan Transportasi kota adalah serangkaian simpul dan/atau ruang kegiatan yang
dihubungkan oleh ruang lalu lintas sehingga membentuk satu kesatuan sistem jaringan
transportasi kota untuk keperluan penyelenggaraan lalu lintas dan angkutan.
Terminal adalah prasarana transportasi jalan untuk keperluan memuat dan menurunkan
orang dan/atau barang serta mengatur kedatangan dan pemberangkatan kendaraan umum,
yang merupakan salah satu wujud simpul jaringan transportasi.
Kendaraan adalah suatu alat yang dapat bergerak di jalan, terdiri dari kendaraan bermotor
atau kendaraan tidak bermotor.
Angkutan Umum adalah setiap kendaraan bermotor yang disediakan untuk dipergunakan
oleh umum dengan dipungut bayaran.
Mobil Bus adalah setiap kendaraaan bermotor yang dilengkapi lebih dari 8 (delapan)
tempat duduk tidak termasuk tempat duduk pengemudi, baik dengan maupun tanpa
perlengkapan pengangkutan bagasi.
Trayek adalah lintasan kendaraan umum untuk pelayanan jasa angkutan orang dengan
mobil bus, yang mempunyai asal dan tujuan perjalanan tetap, lintasan tetap dan jadwal
tetap maupun tidak berjadwal.
Jaringan Trayek adalah kumpulan dari trayek-trayek yang menjadi satu kesatuan jaringan
pelayanan angkutan orang.
Angkutan Jalan Rel adalah pemindahan orang dan/atau barang dari satu tempat ke tempat
lain dengan menggunakan kereta api, baik berjalan sendiri maupun dirangkaikan dengan
kendaraan lainnya yang akan atau sedang bergerak di jalan rel
Kapal adalah kendaraan air dengan bentuk dan jenis apapun, yang digerakkan dengan
tenaga mekanik, tenaga angin atau ditunda, termasuk kendaraan yang berdaya dukung
dinamis, kendaraan di bawah permukaan air, serta alat apung dan bangunan terapung yang
tidak berpindah-pindah.
Pelabuhan adalah tempat yang terdiri dari daratan dan perairan di sekitarnya dengan batasbatas tertentu sebagai tempat kegiatan pemerintahan dan kegiatan ekonomi yang
dipergunakan sebagai tempat kapal bersandar, berlabuh, naik turun penumpang dan/atau
bongkar muat barang yang dilengkapi dengan fasilitas keselamatan pelayaran dan kegiatan
penunjang pelabuhan serta sebagai tempat perpindahan intra dan antar moda transportasi.
Pelabuhan Umum adalah pelabuhan yang diselenggarakan untuk kepentingan pelayanan
masyarakat umum.
Pelabuhan Penyeberangan adalah pelabuhan umum untuk angkutan penyeberangan.
Jaringan Transportasi Sungai dan Danau adalah serangkaian simpul dan/atau ruang lalu
lintas yang berwujud alur sungai dan danau sehinga membentuk suatu jaringan untuk
keperluan penyelenggaraan lalu lintas dan angkutan sungai dan danau.
Jaringan Transportasi Penyebrangan adalah serangkaian simpul dan/atau ruang kegiatan
yang dihubungkan oleh ruang lalu lintas yang berwujud alur penyeberangan sehinga
membentuk suatu jaringan untuk keperluan penyelenggaraan lalu lintas dan angkutan
penyeberangan.
Penerbangan adalah segala sesuatu yang berkaitan dengan penggunaan wilayah udara,
pesawat udara, bandar udara, angkutan udara, keamanan dan keselamatan penerbangan,
serta kegiatan dan fasilitas penunjang lain yang terkait;
Wilayah udara adalah ruang udara di atas wilayah daratan dan perairan Republik
Indonesia;

23.
24.

25.

26.

Pesawat udara adalah setiap alat yang dapat terbang di atmosfer karena daya angkat dari
reaksi udara kecuali reaksi udara terhadap permukaan bumi;
Bandar udara adalah daratan dan atau perairan yang dipergunakan untuk mendarat dan
lepas landas pesawat udara, naik turun penumpang, dan/atau bongkar muat kargo dan/atau
pos, serta dilengkapi dengan fasilitas keamanan dan keselamatan penerbangan dan sebagai
tempat perpindahan antar moda transportasi;
Dewan Transportasi Daerah adalah suatu organisasi yang menampung aspirasi masyarakat
dan memberikan bahan pertimbangan terhadap penyusunan kebijakan Pemerintah Provinsi
dalam bidang transportasi.
Pelayanan Multi Moda adalah pelayanan angkutan penumpang dan/atau barang yang
diselenggarakan oleh satu operator penanggungjawab dengan satu dokumen perjanjian
yang dilaksanakan dengan menggunakan lebih dari satu jenis moda transportasi.
Pasal 2

Rencana Induk Transportasi Perkotaan Pada Kawasan Perkotaan Mebidang Dan Sekitarnya
ditetapkan dalam lampiran Peraturan Gubernur ini merupakan rencana induk transportasi yang
terorganisasi secara kesisteman untuk dijadikan sebagai pedoman dan landasan dalam
perencanaan, pembangunan, penyelenggaraan transportasi guna mewujudkan penyediaan jasa
transportasi yang efektif dan efisien.

BAB II
ASAS DAN TUJUAN
Pasal 3
Rencana Induk Transportasi Perkotaan diselenggarakan dengan asas manfaat, usaha bersama dan
kekeluargaan, keadilan, keseimbangan, kepentingan umum, keterpaduan, kesadaran hukum,
kemandirian, demokrasi, transparansi, dan akuntabilitas.
Pasal 4
Transportasi perkotaan diselenggarakan dengan tujuan untuk mewujudkan satu kesatuan sistem
yang :
a. selamat, aman, cepat dan lancar, tertib dan teratur, nyaman, efisien, mampu memadukan
moda transportasi lainnya dan menjangkau seluruh pelosok wilayah daratan dengan biaya
yang terjangkau oleh daya beli masyarakat;
b. mampu berperan sebagai penggerak, pendorong dan penunjang pembangunan daerah.
BAB III
RUANG LINGKUP
Peraturan Gubernur ini mengatur mengenai penyelenggaraan transportasi di Daerah, meliputi :
1. Transportasi Jalan;
2. Transportasi Penyeberangan;
3. Transportasi Kereta Api;

4. Transportasi Udara;
5. Transportasi Multimoda;
BAB IV
PENGEMBANGAN SISTEM TRANSPORTASI
Pasal 4
(1) Perencanaan Pengembangan sistem transportasi terdiri dari :
a. Pengembangan Sarana Transportasi Jalan Raya
b. Pengembangan Transportasi Kereta Api dan Implementasi TOD.
c. Pengembangan Jaringan Jalan Raya
d. Pengembangan Transportasi Laut
e. Pengembangan Transportasi Udara
f. Pengembangan Transportasi Sungai
g. Rencana Aksi Nasional Pengurangan Dampak Gas Rumah Kaca
(2) Perencanaan Pengembangan Sistem Transportasi sebagaimana dimaksud pada
ayat (1) dilakukan secara bertahap dengan tahapan sebagai berikut :
a. tahun 2012 sampai dengan tahun 2016
b. tahun 2017 sampai dengan tahun 2021
c. tahun 2022 sampai dengan tahun 2031
Pasal 5
Pengembangan Sarana Transportasi Jalan Raya dimaksud dalam Pasal 4 ayat (1)
huruf a terdiri dari:
a. Pengembangan sistem angkutan umum Perkotaan/Metropolitan
Mebidang-Ro
b. Evaluasi dan pengembangan koridor angkutan umum Bus Priority
Kawasan Perkotaan/Metropolitan Mebidang-Ro
c. Peningkatan pelayanan dan kelas terminal regional
d. Pengembangan
kawasan
pejalan
kaki
pada
kawasan
perkotaan/Metropolitan Mebidang-Ro
e. Pembangunan Terminal Terpadu di Bandara Kuala Namu
f. Pembangunan Busway dan Monorail di Kota Medan
g. Pengaturan on street parkir parkir di kota Medan di jalan MT. Haryono,
Aksara, Sutomo, H. Zaenul Arifin, Pemuda, Perintis Kemerdekaan,
Kereta Api, Cirebon dan Sisingamangaraja
h. Penetapan kawasan parkir maupun gedung parkir di Kota Binjai
i. Lajur, jalur atau jalan khusus angkutan massal di kawasan perkotaan inti
menghubungkan simpul Medan Helvetia-Medan Sunggal-Medan
Selayang-Medan Polonia-Medan Amplas-Medan Tembung-Medan
Timur-Medan Deli-Medan Marelan-Medan Labuhan
j. Pengembangan terminal penumpang tipe A pada terminal Medan
Amplas di kecamatan Medan Amplas dan terminal Pinang Baris di
kecamatan Medan Sunggal di kota Medan
k. Pengembangan terminal penumpang tipe B pada terminal Binjai di
kecamatan Binjai di kota Binjai, terminal Lubuk Pakam di kecamatan

Lubuk Pakam di kabupaten Deli Serdang dan terminal Berastagi di


kecamatan Berastagi di kabupaten Karo
l. Terminal barang terpadu di kecamatan Pancur Batu di kabupaten Deli
Serdang
m. Terminal barang di Kawasan Industri Medan (KIM) dan Kawasan
Industri Lamhotma di kota Medan, Kawasan Industri Binjai di kota
Binjai, Kawasan Industri Tanjung Morawa, Kawasan Industri Percut Sei
Tuan dan Kawasan Industri Hamparan Perak di Kabupaten Deli Serdang
n. Terminal agribisnis di Kecamatan Medan Selayang di kota Medan, di
Kecamatan Pancur Batu di Kabupaten Deli Serdang dan di Kecamatan
Berastagi di Kabupaten Karo
Pasal 6
Pengembangan Transportasi Kereta Api dan Implementasi TOD dimaksud dalam
Pasal 4 ayat (1) huruf b terdiri dari:
a.

Penyiapan pembangunan transportasi kereta api penumpang modern dan


TOD di Kawasan Perkotaan Mebidang-Ro
b. Pengembangan koridor jalur Kereta Api terkait implementasi TOD
Kawasan Perkotaan/Metropolitan Mebidang-Ro
c. Peningkatan jalur jalan rel dan pengembangan terminal/stasiun yang
dapat melayani distribusi barang
d. Pembangunan Stasiun Kereta Api baru di Kota Medan
e. Pembangunan Simpang dengan Kereta Api tidak Sebidang di Kota
Medan di simpang jalan Pandu
f. Peningkatan pelayanan Kereta Api Jalur Medan - Binjai
g. Jaringan jalur kereta api antarkota pada jalur kereta api MedanTebingtinggi-Kisaran-Rantau Prapat
h. Jaringan jalur kereta api antarkota pada jalur kereta api MedanBesitang-Langsa-Lhokseumawe
i. Jaringan jalur kereta api perkotaan pada jalur kereta api pada jalur
kereta api Belawan-Stasiun Kota
j. Jaringan jalur kereta api perkotaan pada jalur kereta api pada jalur
kereta api Stasiun Kota-Batang Kuis-Lubuk Pakam
k. Jaringan jalur kereta api perkotaan pada jalur kereta api pada jalur
kereta api Stasiun Kota-Sunggal-Binjai
l. Jaringan jalur kereta api perkotaan pada jalur kereta api pada jalur
kereta api Stasiun Kota-Pancur Batu
m. Jaringan jalur kereta api perkotaan pada jalur kereta api pada jalur
kereta api Lubuk Pakam-Galang
n. Jaringan jalur kereta api perkotaan pada jalur kereta api pada jalur
kereta api Aras Kabu-Bandara Kuala Namu
o. Jaringan jalur kereta api perkotaan pada jalur kereta api pada jalur
kereta api Stasiun Kota-Deli Tua
p. Jaringan jalur kereta api perkotaan pada jalur kereta api pada jalur

q.
r.
s.
t.
u.
v.
w.
x.
y.
z.
aa.
bb.

cc.

dd.
ee.

ff.
gg.

hh.
ii.
jj.

kereta api Deli TuaSibolangit


Pengembangan stasiun Kereta Api terkait implementasi TOD pada
stasiun kota Medan di kecamatan Medan Timur di kota Medan
Pengembangan stasiun Kereta Api terkait implementasi TOD pada
stasiun Belawan di kecamatan Medan Belawan di kota Medan
Pengembangan stasiun Kereta Api terkait implementasi TOD pada
stasiun Labuhan di kecamatan Medan Labuhan di kota Medan
Pengembangan stasiun Kereta Api terkait implementasi TOD pada
stasiun Kampung Besar di kecamatan Medan Labuhan di kota Medan
Pengembangan stasiun Kereta Api terkait implementasi TOD pada
stasiun Titi Papan di kecamatan Medan Deli di kota Medan
Pengembangan stasiun Kereta Api terkait implementasi TOD pada
stasiun Mabar di kecamatan Medan Deli di kota Medan
Pengembangan stasiun Kereta Api terkait implementasi TOD pada
stasiun Pulo Brayan di kecamatan Medan Timur di kota Medan
Pengembangan stasiun Kereta Api terkait implementasi TOD pada
stasiun Medan Pasar di kecamatan Medan Timur di kota Medan
Pengembangan stasiun Kereta Api terkait implementasi TOD pada
stasiun Kebon Pisang di kecamatan Medan Timur di kota Medan
Pengembangan stasiun Kereta Api terkait implementasi TOD pada
stasiun Sei Sikambing di kecamatan Medan Helvetia di kota Medan
Pengembangan stasiun Kereta Api terkait implementasi TOD pada
stasiun Medan Sunggal di kecamatan Medan Sunggal di kota Medan
Pengembangan stasiun Kereta Api terkait implementasi TOD pada
stasiun Bandar Kalipah Tembung di kecamatan Percut Sei Tuan di
kabupaten Deli Serdang
Pengembangan stasiun Kereta Api terkait implementasi TOD pada
stasiun Batang Kuis di kecamatan Batang Kuis di kabupaten Deli
Serdang
Pengembangan stasiun Kereta Api terkait implementasi TOD pada
stasiun Aras Kabu di kecamatan Beringin di kabupaten Deli Serdang
Pengembangan stasiun Kereta Api terkait implementasi TOD pada
stasiun Lubuk Pakam di kecamatan Lubuk Pakam di kabupaten Deli
Serdang
Pengembangan stasiun Kereta Api terkait implementasi TOD pada
stasiun Galang di kecamatan Galang di kabupaten Deli Serdang
Pengembangan stasiun Kereta Api terkait implementasi TOD pada
stasiun Pancur Batu di kecamatan Pancur Batu di kabupaten Deli
Serdang
Pengembangan stasiun Kereta Api terkait implementasi TOD pada
stasiun Deli Tua di kecamatan Deli Tua di kabupaten Deli Serdang
Pengembangan stasiun Kereta Api terkait implementasi TOD pada
stasiun Diski di kecamatan Sunggal di kabupaten Deli Serdang
Pengembangan stasiun Kereta Api terkait implementasi TOD pada
stasiun Binjai di kecamatan Binjai Kota di kota Binjai

Pasal 7
Pengembangan Jaringan Jalan Raya dimaksud dalam Pasal 4 ayat (1) huruf c
terdiri dari:
a.
b.
c.
d.
e.
f.
g.
h.
i.
j.
k.
l.
m.
n.
o.
p.

q.
r.
s.
t.
u.
v.
w.
x.
y.
z.
aa.
bb.

Pengembangan Jaringan Jalan Lingkar Dalam


Pengembangan Jaringan Jalan Lingkar Luar
Pengembangan Jaringan Jalan Akses Bandara Kuala Namu
Pengembangan Jaringan Akses Medan-Hamparan Perak-Langkat (tahap
awal), altermatif pergerakan regional ke Aceh
Pengembangan jaringan jalan tol Medan- Binjai - Deli Serdang
Pengembangan jaringan jalan tol Medan-Tanjung Morawa- TebingTinggi
Pembangunan Jalan Lingkar Luar Paling Luar Medan
Pengoperasian Bus Pemadu Moda Bandara Kuala Namu
Peningkatan dan Pemeliharaan Jalan Lingkar Luar Medan
Peningkatan dan Pemeliharaan Jalan Lingkar Tengah Medan
Pembangunan Jalan Lingkar Utara Medan
Pembangunan Jalan Lingkar Mebidang Medan
Pembangunan Jalan Lingkar Pantai Utara Medan
Pembangunan Jalan Agromarinepolitan Medan
Rencana jalan lingkar (ring road) pada kawasan perkotaan di Kab Deli
Serdang
Jaringan jalan arteri primer pada jalan batas Deli Sedang/Serdang
Bedagai-Lubuk Pakam-Tanjung Morawa-Lingkar Luar Kota MedanSunggal- Binjai- Batas Binjai/Langkat
Jaringan jalan arteri primer pada jalan Medan-Belawan
Jaringan jalan arteri primer pada jalan Medan-Batang Kuis-Kuala Namu
Jaringan jalan arteri primer pada jalan Lubuk Pakam-Kuala NamuBelawan-Hamparan Perak
Jaringan jalan arteri primer pada jalan Kuala Namu-Tanjung MorawaDeli Tua-Pancur Batu-Sunggal-Hamparan Perak
Jaringan jalan arteri primer pada jalan Percut Sei Tuan-TembungTanjung Morawa
Jaringan jalan arteri primer pada jalan Medan Sunggal-Medan TimurPercut Sei Tuan
Jaringan jalan arteri primer pada jalan Medan Selayang-Pancur Batu
Jaringan jalan kolektor primer 1 pada jalan Pancur Batu-Berastagi
Jaringan jalan kolektor primer 1 pada jalan Berastagi-Kabanjahe
Jaringan jalan kolektor primer 2 pada jalan Deli Tua-Sinembah Tanjung
Muda Hilir-Tiga Juhar-Bangun Purba
Jaringan jalan kolektor primer 2 pada jalan Pagar Merbau-GalangBangun Purba-Batas Deli Serdang/Serdang Bedagai
Jaringan jalan kolektor primer 2 pada jalan Galang-Batas Deli

cc.

dd.
ee.

ff.

gg.
hh.

ii.

jj.

kk.
ll.

Serdang/Serdang Bedagai
Jaringan jalan kolektor primer 2pada jalan Batas Deli
Serdang/Simalungun-Pekan Gunung Meriah-Jalan Batas Deli
Serdang/Simalungun
Jaringan jalan arteri sekunder pada jalan yang menghubungkan kota
Binjai dengan kota Medan dan kawasan perkotaan Lubuk Pakam
Jaringan jalan arteri sekunder pada jalan yang menghubungkan kawasan
Perkotaan Pancur Batu dengan kawasan perkotaan Lubuk Pakam
melalui kecamatan Deli Tua
Jaringan jalan arteri sekunder pada jalan yang menghubungkan kota
Medan dengan kawasan perkotaan Percut Sei Tuan dan kawasan
perkotaan Lubuk Pakam melalui kecamatan Batang Kuis
Jaringan jalan arteri sekunder pada jalan yang menghubungkan
kecamatan Medan Helvetia dengan kecamatan Medan Labuhan
Jaringan jalan arteri sekunder pada jalan yang menghubungkankawasan
perkotaan Percut Sei Tuan dengan kawasan perkotaan Lubuk Pakam
melalui kecamatan Batang Kuis dan kecamatan Pantai Labu
Jaringan jalan arteri sekunder pada jalan yang menghubungkan kawasan
perkotaan Lubuk Pakam dengan kecamatan Beringin dan kecamatan
Pantai Labu
Jaringan jalan bebas hambatan antarkota pada jalan Medan-Tanjung
Morawa-Lubuk Pakam-Kuala Namu-Batas Deli Serdang/Serdang
Bedagai-Tebingtinggi
Jaringan jalan bebas hambatan dalam kota pada jalan Belawan-MedanTanjung Morawa
Jaringan jalan bebas hambatan dalam kota pada jalan Binjai-Medan

Pasal 8
Pengembangan Transportasi Laut dimaksud dalam Pasal 4 ayat (1) huruf d terdiri
dari:
a. Pengembangan pelayanan multimoda pelabuhan utama dan
internasional Belawan
b. Pembangunan kawasan penunjang pelabuhan internasional Belawan
Pasal 9
Pengembangan Transportasi Udara dimaksud dalam Pasal 4 ayat (1) huruf e
terdiri dari:
a. Pembangunan Bandar Udara Kuala Namu dan fasilitas pendukungnya
Pasal 10
Pengembangan Transportasi Sungai dimaksud dalam Pasal 4 ayat (1) huruf f
terdiri dari:
a. Alur pelayaran untuk kegiatan angkutan sungai adalah pada sungai
Belawan dan sungai Deli di kota Medan dan sungai Belawan dan Sungai
Percut di kabupaten Deli Serdang

b.

Pembangunan Dermaga Sungai di Medan Labuhan

Pasal 11
Pengembangan Transportasi Sungai dimaksud dalam Pasal 4 ayat (1) huruf g
terdiri dari:
a. Pembangunan ITS
b. Penerapan Pengendalian Dampak Lalu Lintas
c. Penerapan Manajemen Parkir
d. Reformasi Sistem Transit
e. Peremajaan armada angkutan umum
f. Pemasangan Converter Kit
g. Pelatihan dan sosialisasi smart driving (eco-driving)
h. Membangun Non Motorized Transport

BAB V
PELAKSANA
Pasal 12
(1) Pelaksanaan program Rencana Induk Transportasi Perkotaan pada Kawasan
Perkotaan Mebidang dan Sekitarnya dilaksanakan oleh Satuan Kerja Perangkat
Daerah sesuai dengan tugas pokok dan fungsinya masing-masing.
(2) Pelaksanaan Tugas pokok dan fungsi dalam program Rencana Induk Transportasi
Perkotaan pada Kawasan Perkotaan Mebidang dan Sekitarnya sebagaimana
dimaksud pada ayat (1) meliputi perencanaan, implementasi dan pengendalian.
BAB VI
KERJA SAMA
Pasal 13
(1) Dalam melaksanakan Pengembangan Sistem Transportasi sebagaimana dimaksud
dalam Pasal 4, Pemerintah Daerah dapat bekerja sama dengan Pemerintah
dan/atau Pemerintah Daerah sekitar dan Pihak Ketiga.
(2) Kerja sama dengan Pemerintah, Pemerintah Daerah sekitar dan/atau Pihak Ketiga
sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dilakukan sesuai ketentuan peraturan
perundang-undangan.

BAB VII
KOORDINASI
Pasal 14
Koordinasi pelaksanaan program Rencana Induk Transportasi Perkotaan pada
Kawasan Perkotaan Mebidang dan Sekitarnya dilakukan oleh Asisten yang
membidangi masalah transportasi.

BAB VIII
PEMBIAYAAN
Pasal 15
Biaya yang diperlukan untuk pelaksanaan program Rencana Induk Transportasi
Perkotaan pada Kawasan Perkotaan Mebidang dan Sekitarnya dibebankan pada
APBD Provinsi Sumatera Utara dan sumber pembiayaan lain yang sah sesuai
ketentuan peraturan perundang-undangan.
BAB IX
PENGENDALIAN, EVALUASI DAN PELAPORAN
Pasal 16
(1) Pengendalian terhadap pelaksanaan program Rencana Induk Transportasi
Perkotaan pada Kawasan Perkotaan Mebidang dan Sekitarnya dilakukan oleh
masing-masing Kepala Satuan Kerja Perangkat Daerah sesuai dengan tugas pokok
dan fungsinya.
(2) Terhadap hasil pengendalian sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dilakukan
evaluasi setiap 6 bulan sekali atau sewaktu-waktu sesuai kebutuhan.
(3) Evaluasi sebagaimana dimaksud pada ayat (2) selanjutnya dilaporkan kepada
Gubernur melalui Sekretaris Daerah.
BAB X
KETENTUAN PERALIHAN
Pasal 17
Terhadap peraturan pelaksanaan yang sudah ada, dinyatakan masih tetap berlaku
sepanjang tidak bertentangan dengan peraturan Gubernur ini.

BAB XI
KETENTUAN PENUTUP
Pasal 18
Peraturan Gubernur ini mulai berlaku pada tanggal diundangkan.
Agar setiap orang mengetahuinya, memerintahkan pengundangan peraturan Gubernur
ini dengan penempatannya dalam Berita Daerah Provinsi Sumatera Utara.

TAHUN

Ditetapkan di Medan
pada tanggal
Diundangkan di Medan
pada tanggal
BERITA DAERAH PROVINSI SUMATERA UTARA
NOMOR .

LAMPIRAN I : Peraturan Gubernur Sumatera Utara


PENGEMBANGAN SISTEM TRANSPORTASI KAWASAN PERKOTAAN MEBIDANG DAN SEKITARNYA

N
NO.

WAKTU

NAMA PROGRAM/
KEGIATAN

JANGKA
PENDEK

JANGKA
MENENGAH

PEMERINTAH PENANGGUNG JAWAB


JANGKA
PANJANG

PUSAT

PROVINSI

KAB/KOTA

KEMUNGKINAN
PUBLIC PRIVATE
PARTNERSHIP

A.

PROGRAM PENGEMBANGAN SARANA


TRANSPORTASI JALAN RAYA

1.

Pengembangan
sistem
angkutan
Perkotaan/Metropolitan Mebidang-Ro

2.

Evaluasi dan pengembangan koridor angkutan


umum
Bus
Priority
Kawasan
Perkotaan/Metropolitan Mebidang-Ro

3.

Peningkatan pelayanan dan kelas terminal


regional

4.

Pengembangan kawasan pejalan kaki pada


kawasan perkotaan/Metropolitan Mebidang-Ro

5.

Pembangunan Terminal Terpadu di Bandara


Kuala Namu

6.

Pembangunan Busway dan Monorail di Kota


Medan

7.

Pengaturan on street parkir parkir di kota


Medan di jalan MT. Haryono, Aksara, Sutomo,
H.
Zaenul
Arifin,
Pemuda,
Perintis
Kemerdekaan, Kereta Api, Cirebon dan
Sisingamangaraja

8.

Penetapan kawasan parkir maupun gedung


parkir di Kota Binjai

9.

Lajur, jalur atau jalan khusus angkutan massal


di kawasan perkotaan inti menghubungkan
simpul Medan Helvetia-Medan Sunggal-Medan
Selayang-Medan
Polonia-Medan
AmplasMedan Tembung-Medan Timur-Medan DeliMedan Marelan-Medan Labuhan

umum

N
NO.

NAMA PROGRAM/
KEGIATAN

WAKTU
JANGKA
PENDEK

JANGKA
MENENGAH

PEMERINTAH PENANGGUNG JAWAB


JANGKA
PANJANG

PUSAT

PROVINSI

KAB/KOTA

KEMUNGKINAN
PUBLIC PRIVATE
PARTNERSHIP

10.

Pengembangan terminal penumpang tipe A


pada terminal Medan Amplas di kecamatan
Medan Amplas dan terminal Pinang Baris di
kecamatan Medan Sunggal di kota Medan

11.

Pengembangan terminal penumpang tipe B pada


terminal Binjai di kecamatan Binjai di kota
Binjai, terminal Lubuk Pakam di kecamatan
Lubuk Pakam di kabupaten Deli Serdang dan
terminal Berastagi di kecamatan Berastagi di
kabupaten Karo

12.

Terminal barang terpadu di kecamatan Pancur


Batu di kabupaten Deli Serdang

13.

Terminal barang di Kawasan Industri Medan


(KIM) dan Kawasan Industri Lamhotma di kota
Medan, Kawasan Industri Binjai di kota Binjai,
Kawasan Industri Tanjung Morawa, Kawasan
Industri Percut Sei Tuan dan Kawasan Industri
Hamparan Perak di Kabupaten Deli Serdang

14.

Terminal agribisnis di Kecamatan Medan


Selayang di kota Medan, di Kecamatan Pancur
Batu di Kabupaten Deli Serdang dan di
Kecamatan Berastagi di Kabupaten Karo

B.

PROGRAM
PENGEMBANGAN
TRANSPORTASI
KERETA
API
dan
IMPLEMENTASI TOD

1.

Penyiapan pembangunan transportasi kereta api


penumpang modern dan TOD di Kawasan
Perkotaan Mebidang-Ro

2.

Pengembangan koridor jalur Kereta Api terkait


implementasi
TOD
Kawasan
Perkotaan/Metropolitan Mebidang-Ro

3.

Peningkatan jalur jalan rel dan pengembangan


terminal/stasiun yang dapat melayani distribusi
barang

N
NO.

NAMA PROGRAM/
KEGIATAN

WAKTU

PEMERINTAH PENANGGUNG JAWAB

JANGKA
PENDEK

JANGKA
MENENGAH

JANGKA
PANJANG

PUSAT

PROVINSI

KAB/KOTA

KEMUNGKINAN
PUBLIC PRIVATE
PARTNERSHIP

4.

Pembangunan Stasiun Kereta Api baru di Kota


Medan

5.

Pembangunan Simpang dengan Kereta Api


tidak Sebidang di Kota Medan di simpang jalan
Pandu

6.

Peningkatan pelayanan Kereta Api Jalur Medan


- Binjai

7.

Jaringan jalur kereta api antarkota pada jalur


kereta api Medan- Tebingtinggi-Kisaran-Rantau
Prapat

8.

Jaringan jalur kereta api antarkota pada jalur


kereta
api
Medan-Besitang-LangsaLhokseumawe

9.

Jaringan jalur kereta api perkotaan pada jalur


kereta api pada jalur kereta api Belawan-Stasiun
Kota

10.

Jaringan jalur kereta api perkotaan pada jalur


kereta api pada jalur kereta api Stasiun KotaBatang Kuis-Lubuk Pakam

11.

Jaringan jalur kereta api perkotaan pada jalur


kereta api pada jalur kereta api Stasiun KotaSunggal-Binjai

12.

Jaringan jalur kereta api perkotaan pada jalur


kereta api pada jalur kereta api Stasiun KotaPancur Batu

13.

Jaringan jalur kereta api perkotaan pada jalur


kereta api pada jalur kereta api Lubuk PakamGalang

14.

Jaringan jalur kereta api perkotaan pada jalur


kereta api pada jalur kereta api Aras KabuBandara Kuala Namu

15.

Jaringan jalur kereta api perkotaan pada jalur


kereta api pada jalur kereta api Stasiun Kota-

N
NO.

NAMA PROGRAM/
KEGIATAN

WAKTU
JANGKA
PENDEK

PEMERINTAH PENANGGUNG JAWAB

JANGKA
MENENGAH

JANGKA
PANJANG

PUSAT

PROVINSI

KAB/KOTA

KEMUNGKINAN
PUBLIC PRIVATE
PARTNERSHIP

Deli Tua
16.

Jaringan jalur kereta api perkotaan pada jalur


kereta api pada jalur kereta api Deli
TuaSibolangit

17.

Pengembangan stasiun Kereta Api terkait


implementasi TOD pada stasiun kota Medan di
kecamatan Medan Timur di kota Medan

18.

Pengembangan stasiun Kereta Api terkait


implementasi TOD pada stasiun Belawan di
kecamatan Medan Belawan di kota Medan

19.

Pengembangan stasiun Kereta Api terkait


implementasi TOD pada stasiun Labuhan di
kecamatan Medan Labuhan di kota Medan

20.

Pengembangan stasiun Kereta Api terkait


implementasi TOD pada stasiun Kampung
Besar di kecamatan Medan Labuhan di kota
Medan

21.

Pengembangan stasiun Kereta Api terkait


implementasi TOD pada stasiun Titi Papan di
kecamatan Medan Deli di kota Medan

22.

Pengembangan stasiun Kereta Api terkait


implementasi TOD pada stasiun Mabar di
kecamatan Medan Deli di kota Medan

23.

Pengembangan stasiun Kereta Api terkait


implementasi TOD pada stasiun Pulo Brayan di
kecamatan Medan Timur di kota Medan

24.

Pengembangan stasiun Kereta Api terkait


implementasi TOD pada stasiun Medan Pasar di
kecamatan Medan Timur di kota Medan

25.

Pengembangan stasiun Kereta Api terkait


implementasi TOD pada stasiun Kebon Pisang
di kecamatan Medan Timur di kota Medan

26.

Pengembangan stasiun Kereta Api terkait

N
NO.

NAMA PROGRAM/
KEGIATAN

WAKTU
JANGKA
PENDEK

PEMERINTAH PENANGGUNG JAWAB

JANGKA
MENENGAH

JANGKA
PANJANG

PUSAT

PROVINSI

KAB/KOTA

KEMUNGKINAN
PUBLIC PRIVATE
PARTNERSHIP

implementasi TOD pada stasiun Sei Sikambing


di kecamatan Medan Helvetia di kota Medan
27.

Pengembangan stasiun Kereta Api terkait


implementasi TOD pada stasiun Medan Sunggal
di kecamatan Medan Sunggal di kota Medan

28.

Pengembangan stasiun Kereta Api terkait


implementasi TOD pada stasiun Bandar Kalipah
Tembung di kecamatan Percut Sei Tuan di
kabupaten Deli Serdang

29.

Pengembangan stasiun Kereta Api terkait


implementasi TOD pada stasiun Batang Kuis di
kecamatan Batang Kuis di kabupaten Deli
Serdang

30.

Pengembangan stasiun Kereta Api terkait


implementasi TOD pada stasiun Aras Kabu di
kecamatan Beringin di kabupaten Deli Serdang

31.

Pengembangan stasiun Kereta Api terkait


implementasi TOD pada stasiun Lubuk Pakam
di kecamatan Lubuk Pakam di kabupaten Deli
Serdang

32.

Pengembangan stasiun Kereta Api terkait


implementasi TOD pada stasiun Galang di
kecamatan Galang di kabupaten Deli Serdang

33.

Pengembangan stasiun Kereta Api terkait


implementasi TOD pada stasiun Pancur Batu di
kecamatan Pancur Batu di kabupaten Deli
Serdang

34.

Pengembangan stasiun Kereta Api terkait


implementasi TOD pada stasiun Deli Tua di
kecamatan Deli Tua di kabupaten Deli Serdang

35.

Pengembangan stasiun Kereta Api terkait


implementasi TOD pada stasiun Diski di
kecamatan Sunggal di kabupaten Deli Serdang

N
NO.

NAMA PROGRAM/
KEGIATAN

WAKTU
JANGKA
PENDEK

PEMERINTAH PENANGGUNG JAWAB

JANGKA
MENENGAH

JANGKA
PANJANG

PUSAT

PROVINSI

KAB/KOTA

KEMUNGKINAN
PUBLIC PRIVATE
PARTNERSHIP

36.

Pengembangan stasiun Kereta Api terkait


implementasi TOD pada stasiun Binjai di
kecamatan Binjai Kota di kota Binjai

C.

PROGRAM PENGEMBANGAN JARINGAN


JALAN RAYA

1.

Pengembangan Jaringan Jalan Lingkar Dalam

2.

Pengembangan Jaringan Jalan Lingkar Luar

3.

Pengembangan Jaringan Jalan Akses Bandara


Kuala Namu

4.

Pengembangan Jaringan Akses MedanHamparan Perak-Langkat (tahap awal),


altermatif pergerakan regional ke Aceh

5.

Pengembangan jaringan jalan tol Medan- Binjai


- Deli Serdang

6.

Pengembangan jaringan jalan tol MedanTanjung Morawa- Tebing-Tinggi

7.

Pembangunan Jalan Lingkar Luar Paling Luar


Medan

8.

Pengoperasian Bus Pemadu Moda Bandara


Kuala Namu

9.

Peningkatan dan Pemeliharaan Jalan Lingkar


Luar Medan

10.

Peningkatan dan Pemeliharaan Jalan Lingkar


Tengah Medan

11.

Pembangunan Jalan Lingkar Utara Medan

12.

Pembangunan Jalan Lingkar Mebidang Medan

13.

Pembangunan Jalan Lingkar Pantai Utara


Medan

N
NO.

NAMA PROGRAM/
KEGIATAN

WAKTU
JANGKA
PENDEK

PEMERINTAH PENANGGUNG JAWAB

JANGKA
MENENGAH

JANGKA
PANJANG

PUSAT

PROVINSI

14.

Pembangunan Jalan Agromarinepolitan Medan

15.

Rencana jalan lingkar (ring road) pada kawasan


perkotaan di Kab Deli Serdang

16.

Jaringan jalan arteri primer pada jalan batas


Deli Sedang/Serdang Bedagai-Lubuk PakamTanjung Morawa-Lingkar Luar Kota MedanSunggal- Binjai- Batas Binjai/Langkat

17.

Jaringan jalan arteri primer pada jalan MedanBelawan

18.

Jaringan jalan arteri primer pada jalan MedanBatang Kuis-Kuala Namu

19.

Jaringan jalan arteri primer pada jalan Lubuk


Pakam-Kuala Namu-Belawan-Hamparan Perak

20.

Jaringan jalan arteri primer pada jalan Kuala


Namu-Tanjung Morawa-Deli Tua-Pancur BatuSunggal-Hamparan Perak

21.

Jaringan jalan arteri primer pada jalan Percut


Sei Tuan-Tembung-Tanjung Morawa

22.

Jaringan jalan arteri primer pada jalan Medan


Sunggal-Medan Timur-Percut Sei Tuan

23.

Jaringan jalan arteri primer pada jalan Medan


Selayang-Pancur Batu

24.

Jaringan jalan kolektor primer 1 pada jalan


Pancur Batu-Berastagi

25.

Jaringan jalan kolektor primer 1 pada jalan


Berastagi-Kabanjahe

26.

Jaringan jalan kolektor primer 2 pada jalan Deli


Tua-Sinembah Tanjung Muda Hilir-Tiga JuharBangun Purba

27.

Jaringan jalan kolektor primer 2 pada jalan


Pagar Merbau-Galang-Bangun Purba-Batas Deli

KAB/KOTA

KEMUNGKINAN
PUBLIC PRIVATE
PARTNERSHIP

N
NO.

NAMA PROGRAM/
KEGIATAN

WAKTU
JANGKA
PENDEK

PEMERINTAH PENANGGUNG JAWAB

JANGKA
MENENGAH

JANGKA
PANJANG

PUSAT

PROVINSI

KAB/KOTA

KEMUNGKINAN
PUBLIC PRIVATE
PARTNERSHIP

Serdang/Serdang Bedagai
28.

Jaringan jalan kolektor primer 2 pada jalan


Galang-Batas Deli Serdang/Serdang Bedagai

29.

Jaringan jalan kolektor primer 2pada jalan Batas


Deli
Serdang/Simalungun-Pekan
Gunung
Meriah-Jalan Batas Deli Serdang/Simalungun

30.

Jaringan jalan arteri sekunder pada jalan yang


menghubungkan kota Binjai dengan kota
Medan dan kawasan perkotaan Lubuk Pakam

31.

Jaringan jalan arteri sekunder pada jalan yang


menghubungkan kawasan Perkotaan Pancur
Batu dengan kawasan perkotaan Lubuk Pakam
melalui kecamatan Deli Tua

32.

Jaringan jalan arteri sekunder pada jalan yang


menghubungkan kota Medan dengan kawasan
perkotaan Percut Sei Tuan dan kawasan
perkotaan Lubuk Pakam melalui kecamatan
Batang Kuis

33.

Jaringan jalan arteri sekunder pada jalan yang


menghubungkan kecamatan Medan Helvetia
dengan kecamatan Medan Labuhan

34.

Jaringan jalan arteri sekunder pada jalan yang


menghubungkankawasan perkotaan Percut Sei
Tuan dengan kawasan perkotaan Lubuk Pakam
melalui kecamatan Batang Kuis dan kecamatan
Pantai Labu

35.

Jaringan jalan arteri sekunder pada jalan yang


menghubungkan kawasan perkotaan Lubuk
Pakam dengan kecamatan Beringin dan
kecamatan Pantai Labu

36.

Jaringan jalan bebas hambatan antarkota pada


jalan Medan-Tanjung Morawa-Lubuk PakamKuala Namu-Batas Deli Serdang/Serdang
Bedagai-Tebingtinggi

N
NO.

NAMA PROGRAM/
KEGIATAN

WAKTU
JANGKA
PENDEK

JANGKA
MENENGAH

PEMERINTAH PENANGGUNG JAWAB


JANGKA
PANJANG

PUSAT

PROVINSI

KAB/KOTA

KEMUNGKINAN
PUBLIC PRIVATE
PARTNERSHIP

37.

Jaringan jalan bebas hambatan dalam kota pada


jalan Belawan-Medan-Tanjung Morawa

38.

Jaringan jalan bebas hambatan dalam kota pada


jalan Binjai-Medan

D.

PROGRAM
PENGEMBANGAN
TRANSPORTASI LAUT

1.

Pengembangan pelayanan multimoda pelabuhan


utama dan internasional Belawan

2.

Pembangunan kawasan penunjang pelabuhan


internasional Belawan

E.

PROGRAM
PENGEMBANGAN
TRANSPORTASI UDARA

Pembangunan
1
Bandar Udara Kuala Namu dan
fasilitas pendukungnya

F.

PROGRAM
PENGEMBANGAN
TRANSPORTASI SUNGAI

1.

Alur pelayaran untuk kegiatan angkutan sungai


adalah pada sungai Belawan dan sungai Deli di
kota Medan dan sungai Belawan dan Sungai
Percut di kabupaten Deli Serdang

2.

Pembangunan Dermaga Sungai di Medan


Labuhan

G.

PROGRAM
AKSI
NASIONAL
PENURUNAN EMISI GAS RUMAH KACA

1.

Pembangunan ITS

2.

Penerapan Pengendalian Dampak Lalu Lintas

3.

Penerapan Manajemen Parkir

4.

Reformasi Sistem Transit

5.

Peremajaan armada angkutan umum

N
NO.

NAMA PROGRAM/
KEGIATAN

WAKTU
JANGKA
PENDEK

JANGKA
MENENGAH

PEMERINTAH PENANGGUNG JAWAB


JANGKA
PANJANG

PUSAT

PROVINSI

KAB/KOTA

6.

Pemasangan Converter Kit

7.

Pelatihan dan sosialisasi smart driving (ecodriving)

8.

Membangun Non Motorized Transport

KEMUNGKINAN
PUBLIC PRIVATE
PARTNERSHIP

LAPORAN AKHIR
Rencana Induk Transportasi Perkotaan pada Kawasan Perkotaan Mebidang dan Sekitarnya

KATA PENGANTAR

Buku Laporan Akhir Proyek Penyusunan Rencana Induk Transportasi Perkotaan pada
Kawasan Perkotaan Mebidang dan Sekitarnya ini disusun untuk memenuhi persyaratan
sesuai dengan yang tercantum dalam dokumen Kerangka Acuan Kerja.
Laporan Akhir ini terdiri atas Bab Pendahuluan, Metodologi, Gambaran Wilayah,
Identifikasi Masalah , Analisis serta Arahan Pengembangan Jaringan Transportasi
Perkotaan dan dibuat dalam 15 (lima belas) eksemplar.
Dalam kesempatan ini konsultan ingin mengucapkan terima kasih kepada Bina Sarana
Transportasi Perkotaan Departemen Perhubungan Republik Indonesia yang telah
memberikan kesempatan kepada kami untuk melaksanakan pekerjaan ini.

Jakarta, Desember 2011

PT. Formasi Empat Pola Selaras Konsultan

ii

LAPORAN AKHIR
Rencana Induk Transportasi Perkotaan pada Kawasan Perkotaan Mebidang dan Sekitarnya

DAFTAR ISI
Halaman Judul
Kata Pengantar ............................................................................................................
Daftar Isi ........................................................................................................................
Daftar Gambar ....................................................................................................
Daftar Tabel .........................................................................................................

ii
iii

vi
vii

BAB I : PENDAHULUAN
1.1. LATAR BELAKANG .............................................................. Bab 1 1
1.1.1. Gambaran Umum ...........................................................Bab 1 1
1.1.2. Alasan Kegiatan Dilaksanakan ....................................... Bab 1 2
1.2. KEGIATAN YANG AKAN DILAKSANAKAN .................... Bab 1 2
1.3. MAKSUD DAN TUJUAN ...................................................... Bab 1 3
1.3.1. Maksud Kegiatan ............................................................ Bab 1 3
1.3.2. Tujuan Kegiatan ............................................................. Bab 1 4
1.4. INDIKATOR KELUARAN DAN KELUARAN ..................... Bab 1 4
1.4.1. Indikator Keluaran (Kualitatif) ....................................... Bab 1 4
1.4.2. Keluaran (Kuantitatif) ....................................................Bab 1 5
1.5. LOKASI PEKERJAAN ............................................................ Bab 1 6

BAB II : METODOLOGI
2.1. UMUM .....................................................................................Bab 2 1
2.1.1. TAHAP I : Persiapan ...................................................... Bab 2 4
2.1.2. TAHAP II : Pengumpulan Data ..................................... Bab 2 5
2.1.3. TAHAP III : Analisis dan Perencanaan ......................... Bab 2 9
2.1.4. Analisis Awal ................................................................. Bab 2 9
2.1.5. Prediksi Permintaan Transportasi di Perkotaan
Medan .............................................................................Bab 2 9
2.1.6. Hubungan Akhir Sistem Transportasi dan
Tata Ruang ..................................................................... Bab 2 10
2.1.7. Pendekatan Sistem Dalam Perencanaan Transportasi dan
Tata Ruang ..................................................................... Bab 2 11
2.1.8. Pola Kebijakan Sistem Transportasi dan Tata Ruang
di Indonesia .................................................................... Bab 2 11
2.1.9. Metodologi Pendekatan dan Pembebanan ...................... Bab 2 13
2.2. LINGKUNGAN STRATEGIS ................................................ Bab 2 19
2.2.1. Perspektif Jaringan Transportasi Multimoda dan
Intermoda ....................................................................... Bab 2 19
2.2.2. Sistem Jaringan Transportasi Multimoda ....................... Bab 2 20
2.2.3. Konsep Transportasi Intermoda ..................................... Bab 2 21
2.2.3.1. Definisi Transportasi Intermoda .................................. Bab 2 21
iii

LAPORAN AKHIR
Rencana Induk Transportasi Perkotaan pada Kawasan Perkotaan Mebidang dan Sekitarnya

2.2.3.2. Konsep Jaringan Transportasi Intermoda .................... Bab 2 21


2.2.3.3. Peran Moda dalam Sistem Transportasi
Intermoda .................................................................... Bab 2 22
2.2.3.4. Indikator Kinerja Sistem Transportasi
Intermoda .................................................................... Bab 2 23
2.2.4. Konsep Sistem Logistik Nasional .................................. Bab 2 24
2.2.5. Program Penyusunan Rencana Induk Transportasi
Perkotaan Pada Kawasan Kota Medan
dan Sekitarnya ................................................................ Bab 2 26
2.3. TINJAUAN PUBLIC PRIVATE PARTNERSHIP ....................Bab 2 27
2.3.1. Umum .............................................................................Bab 2 27
2.3.2. Bentuk-Bentuk Kerjasama ............................................. Bab 2 28
2.3.3. Pemilihan Bentuk Kerjasama ......................................... Bab 2 33
2.3.4. Prasyarat Pemilihan Bentuk Kerjasama ......................... Bab 2 34
2.3.5. Penyiapan Dokumen Perjanjian Kerjasama ................... Bab 2 35
2.3.6. Pelaksanaan Kerjasama .................................................. Bab 2 36

BAB III : GAMBARAN WILAYAH


3.1. KAWASAN MEBIDANG ........................................................ Bab 3 1
3.1.1. Wilayah Mebidang .......................................................... Bab 3 1
3.1.2. Sistem Jaringan Jalan, Lalulintas Dan Angkutan Umum
Kawasan Perkotaan Mebidang ....................................... Bab 3 1
3.2. KOTA MEDAN ........................................................................Bab 3 20
3.2.1. Kondisi Geografis Dan Wilayah ..................................... Bab 3 20
3.2.2. Kondisi Sosial Dan Kependudukan ................................. Bab 3 22
3.2.3. Sistem Transportasi ......................................................... Bab 3 26
3.3. KOTA BINJAI .........................................................................Bab 3 39
3.3.1. Kondisi Geografis Dan Wilayah ..................................... Bab 3 39
3.3.2. Perekonomian .................................................................. Bab 3 42
3.3.3. Transportasi ..................................................................... Bab 3 43
3.4. KABUPATEN DELI SERDANG ............................................ Bab 3 46
3.4.1. Letak dan Keadaan Geografi ...........................................Bab 3 46
3.4.2. Penduduk .........................................................................Bab 3 47
3.4.3. Pembagian Wilayah Pengembangan Kabupaten ............. Bab 3 48
3.4.4. Konsep dan Strategi Pengembangan ............................... Bab 3 52
3.4.5. Rencana Pengelolaan Kawasan Perkotaan
dan Pedesaan ................................................................... Bab 3 53
3.4.6. Struktur Sistem Transportasi ........................................... Bab 3 54
3.5. KABUPATEN KARO ............................................................. Bab 3 65
3.5.1. Kondisi Geografis Dan Wilayah ..................................... Bab 3 65
3.5.2. Kependudukan Dan Ekonomi ......................................... Bab 3 68
3.5.3. Transportasi ..................................................................... Bab 3 71

BAB IV : IDENTIFIKASI MASALAH


4.1. PRASARANA TRANSPORTASI DARAT .............................. Bab 4 1
iv

LAPORAN AKHIR
Rencana Induk Transportasi Perkotaan pada Kawasan Perkotaan Mebidang dan Sekitarnya

4.1.1. Bercampurnya Fungsi Ruas Jalan ..................................... Bab 4 1


4.1.2. Perlintasan Sebidang Kereta Api Dengan Jalan ................ Bab 4 1
4.1.3. Volume Lalulintas Yang Tinggi ....................................... Bab 4 1
4.2. SARANA DAN PRASARANA TRANSPORTASI .................. Bab 4 1
4.2.1. Angkutan Umum dalam Kota ........................................... Bab 4 1
4.2.2. Transportasi Kereta Api .................................................... Bab 4 2
4.2.3. Transportasi Laut ............................................................... Bab 4 2
4.2.4. Transportasi Udara ............................................................ Bab 4 2

BAB V : ANALISIS
5.1. KONDISI JARINGAN JALAN ...................................................... Bab 5 1
5.2. PERENCANAAN BRT ................................................................... Bab 5 9
5.2.1. Pendahuluan ..................................................................... Bab 5 9
5.2.2. Rencana Trayek BRT ........................................................ Bab 5 13
5.2.3. Tanggapan Terhadap Rencana BRT Dalam
Berbagai Skenario ............................................................. Bab 5 15
5.2.4. Arahan Pengembangan BRT ............................................. Bab 5 17
5.3. PEMODELAN TRANSPORTASI .................................................. Bab 5 19
5.3.1. Skenario Perencanaan ....................................................... Bab 5 19
5.3.2. Dasar Analisis .................................................................. Bab 5 20
5.3.3. Kodifikasi Network .......................................................... Bab 5 23
5.3.4. Penentuan Zonasi dan Matrik Asal-Tujuan ...................... Bab 5 26
5.3.5. Pemodelan Kondisi Eksisting .......................................... Bab 5 34
5.3.6. Pemodelan Kondisi Do Nothing ...................................... Bab 5 36
5.3.7. Pemodelan Kondisi Do Something ................................. Bab 5 40
5.4. PENYUSUNAN JARINGAN LINTAS ANGKUTAN BARANG
DAN KERETA API DI KAWASAN PERKOTAAN MEBIDANG
DAN SEKITARNYA ...................................................................... Bab 5 45
5.4.1. Permasalahan Angkutan Barang di Perkotaan ................. Bab 5 45
5.4.2. Strategi Pengembangan Angkutan Barang ........................ Bab 5 45
5.4.3. Rencana Aksi..................................................................... Bab 5 49
5.4.4. Angkutan Barang di Kota Medan dan Sekitarnya ........... Bab 5 53
5.4.5. Transportasi Kereta Api ................................................... Bab 5 53
5.4.6. Pergerakan Angkutan Barang di Wilayah Mebidang ....... Bab 5 56
5.4.7. Rencana Pengembangan Jaringan Transportasi
Angkutan Barang ............................................................. Bab 5 56
5.5. RENCANA LOKASI DAN KEBUTUHAN SIMPUL DI
KAWASAN PERKOTAAN MEBIDANG DAN SEKITARNYA . Bab 5 58
5.6. RENCANA PENANGANAN PERMASALAHAN PARKIR
DI KAWASAN PERKOTAAN MEBIDANG
DAN SEKITARNYA ...................................................................... Bab 5 59

BAB VI : ARAHAN PENGEMBANGAN JARINGAN


TRANSPORTASI PERKOTAAN
v

LAPORAN AKHIR
Rencana Induk Transportasi Perkotaan pada Kawasan Perkotaan Mebidang dan Sekitarnya

6.1. UMUM............................................................................................. Bab 6 1


6.2. PENGEMBANGAN JARINGAN TRANSPORTASI
PERKOTAAN ................................................................................. Bab 6 1

vi

LAPORAN AKHIR
Rencana Induk Transportasi Perkotaan pada Kawasan Perkotaan Mebidang dan Sekitarnya

DAFTAR GAMBAR
Gambar 1.1. Lokasi Pekerjaan Penyusunan Rencana Induk Transportasi
Perkotaan pada Kawasan Perkotaan Mebidang
dan Sekitarnya ............................................................................ Bab 1 6
Gambar 2.1. Bagan Alir Pelaksanaan Studi .................................................... Bab 2 2
Gambar 2.2. Metodologi Teknis Pelaksanaan Pekerjaan ............................. Bab 2 3
Gambar 2.3. Bagan Alir Pemodelan Transportasi 4 Tahap .......................... Bab 2 - 10
Gambar 2.4. Keterkaitan antara Sistem Transportasi
dan Tata Ruang ........................................................................... Bab 2 11
Gambar 2.5. Keterkaitan RTRW dan Sistem Transportasi pada Berbagai
Tingkatan Wilayah ...................................................................... Bab 2 13
Gambar 2.6. Deskripsi Jaringan Transportasi Multi dan Intermoda ........... Bab 2 20
Gambar 2.7. Pengaturan Hirarki Pergerakan dalam Sistem Transportasi
Multi Moda ................................................................................. Bab 2 21
Gambar 2.8. Rantai Transportasi Intermoda .................................................. Bab 2 22
Gambar 2.9. Perbandingan Fungsi Biaya Transportasi Moda Jalan,
Rel dan Laut ............................................................................... Bab 2 - 23
Gambar 2.10. Konsep Sistem Logistik Intermoda Nasional
di Indonesia ................................................................................. Bab 2 26
Gambar 2.11. Penyiapan Dokumen Perjanjian Kerjasama ............................. Bab 2 35
Gambar 2.12. Pelaksanaan Kerjasama ............................................................. Bab 2 36
Gambar 3.1. Peta Kota Medan ........................................................................ Bab 3 21
Gambar 3.2. Peta Kota Binjai ........................................................................... Bab 3 40
Gambar 3.3. Peta Kabupaten Deli Serdang ................................................... Bab 3 47
Gambar 3.4. Kawasan Pendekatan dan Lepas Landas ................................. Bab 3 62
Gambar 3.5. Peta Kabupaten Karo ................................................................. Bab 3 67
Gambar 5.1. Alasan Menggunakan Angkot .................................................. Bab 5 9
Gambar 5.2. Persepsi Terhadap Pelayanan Angkot ...................................... Bab 5 9
Gambar 5.3. Pelayanan Angkutan Umum Dalam Pelayanan
Pergerakan Komuter Mebidang .............................................. Bab 5 10
Gambar 5.4. Evolusi Angkutan Umum .......................................................... Bab 5 11

vi

LAPORAN AKHIR
Rencana Induk Transportasi Perkotaan pada Kawasan Perkotaan Mebidang dan Sekitarnya

Gambar 5.5. Pergerakan Penumpang di Mebidang .......................................... Bab 5 12


Gambar 5.6. Konsep Pergerakan Angkutan Massal Mebidang ........................ Bab 5 13
Gambar 5.7. Rencana Trayek .............................................................................. Bab 5 15
Gambar 5.8. Penetapan Koridor .......................................................................... Bab 5 18
Gambar 5.9. Struktur Klasik Model Transportasi ............................................. Bab 5 20
Gambar 5.10. Jaringan Jalan Mebidang dan Sekitarnya yang Digunakan
Dalam Pemodelan ........................................................................... Bab 5 25
Gambar 5.11. Pembagian Zona di Mebidang ..................................................... Bab 5 28
Gambar 5.12. Gabungan Jaringan dan Zona di Mebidang ............................... Bab 5 29
Gambar 5.13. Desireline Pergerakan di Kawasan Mebidang Tahun
2011 ................................................................................................. Bab 5 30
Gambar 5.14. Desireline Pergerakan di Kawasan Mebidang Tahun
2016 ................................................................................................. Bab 5 31
Gambar 5.15. Desireline Pergerakan di Kawasan Mebidang Tahun
2021 ................................................................................................. Bab 5 32
Gambar 5.16. Desireline Pergerakan di Kawasan Mebidang Tahun
2026 ................................................................................................. Bab 5 33
Gambar 5.17. Traffic Flow Jaringan Jalan di Kawasan Mebidang Pada
Kondisi Eksisting (2011) .............................................................. Bab 5 35
Gambar 5.18. Traffic Flow Jaringan Jalan di Kawasan Mebidang Pada
Tahun 2016 .................................................................................... Bab 5 37
Gambar 5.19. Traffic Flow Jaringan Jalan di Kawasan Mebidang Pada
Tahun 2021 .................................................................................... Bab 5 38
Gambar 5.20. Traffic Flow Jaringan Jalan di Kawasan Mebidang Pada
Tahun 2026 .................................................................................... Bab 5 39
Gambar 5.21. Traffic Flow Jaringan Jalan di Kawasan Mebidang Pada
Tahun 2016 pada Kondisi Do Something .................................. Bab 5 41
Gambar 5.22. Traffic Flow Jaringan Jalan di Kawasan Mebidang Pada
Tahun 2021 pada Kondisi Do Something .................................. Bab 5 42
Gambar 5.23. Traffic Flow Jaringan Jalan di Kawasan Mebidang Pada
Tahun 2026 pada Kondisi Do Something .................................. Bab 5 43
Gambar 5.24. Evolusi Moda Angkutan Barang .................................................. Bab 5 46
Gambar 5.25. Evolusi Manajemen Lalu Lintas Angkutan Barang ................... Bab 5 47
vii

LAPORAN AKHIR
Rencana Induk Transportasi Perkotaan pada Kawasan Perkotaan Mebidang dan Sekitarnya

Gambar 5.26. Evolusi Logistik Angkutan Barang .............................................. Bab 5 48


Gambar 5.27. Kondisi Kawasan Tempat Bongkar Muat Barang
Di Jl. Letda Sujono ....................................................................... Bab 5 53
Gambar 5.28. Jaringan Jalan KA di Sumatera Utara yang Melintasi
Kota Medan ................................................................................... Bab 5 54

viii

LAPORAN AKHIR
Rencana Induk Transportasi Perkotaan pada Kawasan Perkotaan Mebidang dan Sekitarnya

DAFTAR TABEL
Tabel 2.1. Kebutuhan, Sumber dan Kegunaan Data ....................................... Bab 2 7
Tabel 2.2. Kerangka Analisis Kinerja Transportasi Intermoda .................... Bab 2 24
Tabel 2.3. Pemilihan Bentuk Kerjasama ..................................................... Bab 2 33
Tabel 2.4. Prasyarat Pemilihan Bentuk Kerjasama ..................................... Bab 2 34
Tabel 3.1. Data VC Ratio Jaringan Jalan Kawasan Perkotaan
Mebidang ....................................................................................Bab 3 1
Tabel 3.2. Data Kecepatan Pada Jaringan Jalan Kawasan Perkotaan
Mebidang ....................................................................................Bab 3 3
Tabel 3.3. Data MPU AKDP Dalam Kawasan Perkotaan Mebidang ........Bab 3 4
Tabel 3.4. Data Bus AKDP Dalam Kawasan Perkotaan Mebidang ........... Bab 3 9
Tabel 3.5. Luas Wilayah Kota Medan Menurut Kecamatan ....................... Bab 3 22
Tabel 3.6. Distribusi dan Kepadatan Penduduk Kota Medan Menurut
Kecamatan Tahun 2006 2009 ................................................Bab 3 23
Tabel 3.7. Jumlah Penduduk Kota Medan Menurut Jenis Kelamin per
Kecamatan Tahun 2010 ...............................................................Bab 3 24
Tabel 3.8. Struktur Penduduk Menurut Kelompok Umur dan Jenis Kelamin per
Kecamatan Tahun 2009 ..............................................................Bab 3 25
Tabel 3.9. Perkembangan PDRB, Penduduk Pertengahan Tahun dan
PDRB Per Kapita Tahun 2000 2007 ...................................... Bab 3 26
Tabel 3.10. Jumlah Sarana Angkutan (umum dan pribadi)
tahun 2004 2009 ..................................................................... Bab 3 28
Tabel 3.11. Jumlah Kendaraan Tidak Bermotor Tahun 2004 2009 .......... Bab 3 28
Tabel 3.12. Jumlah Angkutan Umum Tidak Dalam Trayek
Tahun 2004 2009 ................................................................... Bab 3 29
Tabel 3.13. Kondisi Angkutan Umum di Kota Medan Tahun 2007 ............. Bab 3 31
Tabel 3.14. Fasilitas Dermaga Kota Medan .................................................. Bab 3 37
Tabel 3.15. Fasilitas Gudang dan Penumpukan ............................................ Bab 3 37
Tabel 3.16. Peralatan Bongkar Muat ............................................................. Bab 3 38
Tabel 3.17. Jumlah Penduduk Kota Binjai Menurut Jenis Kelamin per
Kecamatan Tahun 2010 ............................................................. Bab 3 42

ix

LAPORAN AKHIR
Rencana Induk Transportasi Perkotaan pada Kawasan Perkotaan Mebidang dan Sekitarnya

Tabel 3.18.Bus AKDP Yang Beroperasi Dari Kota Binjai ........................... Bab 3 44
Tabel 3.19.Perusahaan MPU AKDP Awal Keberangkatan Dari
Kota Binjai ................................................................................. Bab 3 45
Tabel 3.20.Jumlah Penduduk Kabupaten Deli Serdang Menurut Jenis
Kelamin per Kecamatan Tahun 2010 .......................................... Bab 3 48
Tabel 3.21. Arahan Pengembangan Kegiatan Pembangunan Kabupaten
Deli Serdang Tahun 2007 2027 ............................................. Bab 3 50
Tabel 3.22.Bus AKDP Yang Beroperasi Dari Kab. Deli Serdang ................ Bab 3 63
Tabel 3.23.Perusahaan MPU AKDP Awal Keberangkatan Dari
Kab. Deli Serdang ..................................................................... Bab 3 65
Tabel 3.24. Wilayah Administrasi Pemerintahan Kabupaten Karo ............... Bab 3 67
Tabel 3.25.Jumlah Penduduk Kabupaten Karo Menurut Jenis
Kelamin per Kecamatan Tahun 2010 .......................................... Bab 3 68
Tabel 3.26. Produk Domestik Regional Bruto Kabupaten Karo Menurut
Lapangan Usaha Atas Dasar Harga Berlaku 2000, 2008,
2009 ........................................................................................... Bab 3 69
Tabel 3.27. Produk Domestik Regional Bruto Kabupaten Karo Menurut
Lapangan Usaha Atas Dasar Harga Konstan 2000, 2008,
2009 ........................................................................................... Bab 3 70
Tabel 3.28. Panjang Jalan Aspal, Berbatu dan Tanah (KM) 2009 ................ Bab 3 71
Tabel 3.29. Jarak Dari Ibukota Kabupaten Ke Ibukota Kecamatan
Serta Kondisi Jalannya (Km) 2009 ...........................................Bab 3 71
Tabel 3.30. Jumlah Jembatan Dirinci Menurut Jenis Jembatan 2009 ........... Bab 3 72
Tabel 3.31. Perusahaan Bus AKDP Awal Keberangkatan Kab. Karo .......... Bab 3 73
Tabel 3.32. Perusahaan MPU AKDP Awal Keberangkatan Kab. Karo ........ Bab 3 73
Tabel 3.33. Banyaknya Kecelakaan Lalu Lintas dan Kerugian Yang
Diderita Tahun 2009 .................................................................. Bab 3 74
Tabel 5.1. Data Geometrik Jalan Kota Medan ............................................ Bab 5 2
Tabel 5.2. Alternatif Koridor Koridor BRT ............................................Bab 5 14
Tabel 5.3. Pilihan Responden Bila BRT Beroperasi di Kota Medan ......... Bab 5 16
Tabel 5.4. Pilihan Responden Pengguna Mobil Pribadi terhadap BRT ...... Bab 5 16
Tabel 5.5. Pilihan Responden Pengguna Sepeda Motor terhadap BRT ...... Bab 5 16

LAPORAN AKHIR
Rencana Induk Transportasi Perkotaan pada Kawasan Perkotaan Mebidang dan Sekitarnya

Tabel 5.6. Koridor Pengembangan BRT .................................................... Bab 5 17


Tabel 5.7. Pembagian Zona di Mebidang ................................................... Bab 5 27
Tabel 5.8. Perbandingan Kinerja Jalan Mebidang Kondisi
Do Nothing .................................................................................. Bab 5 40
Tabel 5.9. Perbandingan Kinerja Jalan Mebidang Kondisi Do Nothing
Dan Do Something ...................................................................... Bab 5 44
Tabel 5.10. Rute Pelayanan Kereta Api Penumpang di Medan dan
Sekitarnya .................................................................................... Bab 5 54
Tabel 5.11. Jumlah Penumpang dan Barang Melalui Stasiun Medan ............ Bab 5 55
Tabel 5.12. Jumlah Muatan Barang Berdasar Jenis ........................................ Bab 5 55
Tabel 5.13. Titik-titik Kemacetan di Kota Medan ......................................... Bab 5 59
Tabel 6.1. Program Pengembangan Jaringan Transportasi Perkotaan
Mebidang dan Sekitarnya .............................................................. Bab 6 3

xi

PEMERINTAH PROVINSI SUMATERA UTARA


DRAFT PRA RANCANGAN
PERATURAN GUBERNUR PROVINSI SUMATERA UTARA
NOMOR ...........TAHUN 2012
DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA
GUBERNUR SUMATERA UTARA

Menimbang

: a. bahwa transportasi mempunyai peranan penting dan strategis untuk


memantapkan perekonomian daerah dalam rangka memberikan pelayanan
kepada masyarakat, perlu mengatur ketentuan mengenai rencana induk
transportasi perkotaan pada kawasan Perkotaan Mebidang dan Sekitarnya;
b. bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud dalam huruf a,
perlu membentuk Peraturan Gubernur tentang Rencana Induk Transportasi
Pada Kawasan Perkotaan Mebidang dan Sekitarnya.

Mengingat

: 1.

Undang-undang Nomor 24 Tahun 1956 tentang Pembentukan Daerah


Otonom Provinsi Aceh dan Perubahan Peraturan Pembentukan Provinsi
Sumatera Utara jo. Peraturan Pemerintah Nomor 21 Tahun 1950 tentang
Pembentukan Daerah Provinsi (Lembaran Negara Tahun 1956 Nomor
64, Tambahan Lembaran Negara Nomor 1103);

2.

Undang-undang Nomor 38 Tahun 2004 tentang Jalan;

3.

Undang-undang Nomor 22 Tahun 2009 tentang Lalu Lintas dan


Angkutan Jalan;

4.

Undang Undang No 23 Tahun 2007 tentang Perkeretaapian;

5.

Undang Undang No 1 Tahun 2009 tentang Penerbangan;

6.

Undang-undang Nomor 6 Tahun 1996 tentang Perairan Indonesia;

7.

Undang-undang Nomor 10 Tahun 2004 tentang Pembentukan Peraturan


Perundang-Undangan;

8.

Undang-undang Nomor 12 Tahun 2008 tentang Pemerintahan Daerah;

9.

Peraturan Pemerintah Nomor 41 Tahun 1993 tentang Angkutan Jalan;

10. Peraturan Pemerintah Nomor 42 Tahun 1993 tentang Pemeriksaan


Kendaraan Bermotor di Jalan;
11. Peraturan Pemerintah Nomor 43 Tahun 1993 tentang Prasarana dan Lalu
Lintas Jalan;
12. Peraturan Pemerintah Nomor 44 Tahun 1993 tentang Kendaraan dan
Pengemudi;
13. Peraturan Pemerintah Nomor 20 Tahun 2010 tentang Angkutan di
Perairan;
14. Peraturan Pemerintah Nomor 25 Tahun 2000 tentang Kewenangan
Pemerintah dan Kewenangan Propinsi sebagai Daerah Otonom;
15. Peraturan Pemerintah Nomor 5 Tahun 2010 tentang Kenavigasian;
16. Peraturan Pemerintah Nomor 20 Tahun 2001 tentang Pembinaan dan
Pengawasan Atas Penyelenggaraan Pemerintahan Daerah;
Dengan Persetujuan Bersama
DEWAN PERWAKILAN RAKYAT DAERAH
PROVINSI SUMATERA UTARA
Dan
GUBERNUR SUMATERA UTARA
MEMUTUSKAN :
Menetapkan

PERATURAN GUBERNUR TENTANG RENCANA INDUK


TRANSPORTASI PERKOTAAN PADA KAWASAN PERKOTAAN
MEBIDANG DAN SEKITARNYA.

BAB I
KETENTUAN UMUM
Pasal 1
Dalam Peraturan Gubernur ini, yang dimaksud dengan :
Daerah adalah Kawasan Perkotaan Mebidang dan sekitarnya yang meliputi : Kota Medan,
1.
Kota Binjai, Kabupaten Deli Serdang dan sebagian Kabupaten Karo.
2.
Pemerintah Daerah adalah Pemerintah Provinsi Sumatera Utara.
Gubernur adalah Gubernur Provinsi Sumatera Utara
3.
4.
Dewan Perwakilan Rakyat Daerah yang selanjutnya disingkat DPRD adalah Dewan
Perwakilan Rakyat Provinsi Sumatera Utara.
5.
Dinas Perhubungan adalah Dinas Perhubungan Provinsi Sumatera Utara.
6.
Jalan adalah jalan yang diperuntukkan bagi lalu lintas umum.

7.

8.

9.
10.
11.

12.

13.
14.

15.

16.

17.
18.
19.

20.

21.

22.

Jaringan Transportasi kota adalah serangkaian simpul dan/atau ruang kegiatan yang
dihubungkan oleh ruang lalu lintas sehingga membentuk satu kesatuan sistem jaringan
transportasi kota untuk keperluan penyelenggaraan lalu lintas dan angkutan.
Terminal adalah prasarana transportasi jalan untuk keperluan memuat dan menurunkan
orang dan/atau barang serta mengatur kedatangan dan pemberangkatan kendaraan umum,
yang merupakan salah satu wujud simpul jaringan transportasi.
Kendaraan adalah suatu alat yang dapat bergerak di jalan, terdiri dari kendaraan bermotor
atau kendaraan tidak bermotor.
Angkutan Umum adalah setiap kendaraan bermotor yang disediakan untuk dipergunakan
oleh umum dengan dipungut bayaran.
Mobil Bus adalah setiap kendaraaan bermotor yang dilengkapi lebih dari 8 (delapan)
tempat duduk tidak termasuk tempat duduk pengemudi, baik dengan maupun tanpa
perlengkapan pengangkutan bagasi.
Trayek adalah lintasan kendaraan umum untuk pelayanan jasa angkutan orang dengan
mobil bus, yang mempunyai asal dan tujuan perjalanan tetap, lintasan tetap dan jadwal
tetap maupun tidak berjadwal.
Jaringan Trayek adalah kumpulan dari trayek-trayek yang menjadi satu kesatuan jaringan
pelayanan angkutan orang.
Angkutan Jalan Rel adalah pemindahan orang dan/atau barang dari satu tempat ke tempat
lain dengan menggunakan kereta api, baik berjalan sendiri maupun dirangkaikan dengan
kendaraan lainnya yang akan atau sedang bergerak di jalan rel
Kapal adalah kendaraan air dengan bentuk dan jenis apapun, yang digerakkan dengan
tenaga mekanik, tenaga angin atau ditunda, termasuk kendaraan yang berdaya dukung
dinamis, kendaraan di bawah permukaan air, serta alat apung dan bangunan terapung yang
tidak berpindah-pindah.
Pelabuhan adalah tempat yang terdiri dari daratan dan perairan di sekitarnya dengan batasbatas tertentu sebagai tempat kegiatan pemerintahan dan kegiatan ekonomi yang
dipergunakan sebagai tempat kapal bersandar, berlabuh, naik turun penumpang dan/atau
bongkar muat barang yang dilengkapi dengan fasilitas keselamatan pelayaran dan kegiatan
penunjang pelabuhan serta sebagai tempat perpindahan intra dan antar moda transportasi.
Pelabuhan Umum adalah pelabuhan yang diselenggarakan untuk kepentingan pelayanan
masyarakat umum.
Pelabuhan Penyeberangan adalah pelabuhan umum untuk angkutan penyeberangan.
Jaringan Transportasi Sungai dan Danau adalah serangkaian simpul dan/atau ruang lalu
lintas yang berwujud alur sungai dan danau sehinga membentuk suatu jaringan untuk
keperluan penyelenggaraan lalu lintas dan angkutan sungai dan danau.
Jaringan Transportasi Penyebrangan adalah serangkaian simpul dan/atau ruang kegiatan
yang dihubungkan oleh ruang lalu lintas yang berwujud alur penyeberangan sehinga
membentuk suatu jaringan untuk keperluan penyelenggaraan lalu lintas dan angkutan
penyeberangan.
Penerbangan adalah segala sesuatu yang berkaitan dengan penggunaan wilayah udara,
pesawat udara, bandar udara, angkutan udara, keamanan dan keselamatan penerbangan,
serta kegiatan dan fasilitas penunjang lain yang terkait;
Wilayah udara adalah ruang udara di atas wilayah daratan dan perairan Republik
Indonesia;

23.
24.

25.

26.

Pesawat udara adalah setiap alat yang dapat terbang di atmosfer karena daya angkat dari
reaksi udara kecuali reaksi udara terhadap permukaan bumi;
Bandar udara adalah daratan dan atau perairan yang dipergunakan untuk mendarat dan
lepas landas pesawat udara, naik turun penumpang, dan/atau bongkar muat kargo dan/atau
pos, serta dilengkapi dengan fasilitas keamanan dan keselamatan penerbangan dan sebagai
tempat perpindahan antar moda transportasi;
Dewan Transportasi Daerah adalah suatu organisasi yang menampung aspirasi masyarakat
dan memberikan bahan pertimbangan terhadap penyusunan kebijakan Pemerintah Provinsi
dalam bidang transportasi.
Pelayanan Multi Moda adalah pelayanan angkutan penumpang dan/atau barang yang
diselenggarakan oleh satu operator penanggungjawab dengan satu dokumen perjanjian
yang dilaksanakan dengan menggunakan lebih dari satu jenis moda transportasi.
Pasal 2

Rencana Induk Transportasi Perkotaan Pada Kawasan Perkotaan Mebidang Dan Sekitarnya
ditetapkan dalam lampiran Peraturan Gubernur ini merupakan rencana induk transportasi yang
terorganisasi secara kesisteman untuk dijadikan sebagai pedoman dan landasan dalam
perencanaan, pembangunan, penyelenggaraan transportasi guna mewujudkan penyediaan jasa
transportasi yang efektif dan efisien.

BAB II
ASAS DAN TUJUAN
Pasal 3
Rencana Induk Transportasi Perkotaan diselenggarakan dengan asas manfaat, usaha bersama dan
kekeluargaan, keadilan, keseimbangan, kepentingan umum, keterpaduan, kesadaran hukum,
kemandirian, demokrasi, transparansi, dan akuntabilitas.
Pasal 4
Transportasi perkotaan diselenggarakan dengan tujuan untuk mewujudkan satu kesatuan sistem
yang :
a. selamat, aman, cepat dan lancar, tertib dan teratur, nyaman, efisien, mampu memadukan
moda transportasi lainnya dan menjangkau seluruh pelosok wilayah daratan dengan biaya
yang terjangkau oleh daya beli masyarakat;
b. mampu berperan sebagai penggerak, pendorong dan penunjang pembangunan daerah.
BAB III
RUANG LINGKUP
Peraturan Gubernur ini mengatur mengenai penyelenggaraan transportasi di Daerah, meliputi :
1. Transportasi Jalan;
2. Transportasi Penyeberangan;
3. Transportasi Kereta Api;

4. Transportasi Udara;
5. Transportasi Multimoda;
BAB IV
PENGEMBANGAN SISTEM TRANSPORTASI
Pasal 4
(1) Perencanaan Pengembangan sistem transportasi terdiri dari :
a. Pengembangan Sarana Transportasi Jalan Raya
b. Pengembangan Transportasi Kereta Api dan Implementasi TOD.
c. Pengembangan Jaringan Jalan Raya
d. Pengembangan Transportasi Laut
e. Pengembangan Transportasi Udara
f. Pengembangan Transportasi Sungai
g. Rencana Aksi Nasional Pengurangan Dampak Gas Rumah Kaca
(2) Perencanaan Pengembangan Sistem Transportasi sebagaimana dimaksud pada
ayat (1) dilakukan secara bertahap dengan tahapan sebagai berikut :
a. tahun 2012 sampai dengan tahun 2016
b. tahun 2017 sampai dengan tahun 2021
c. tahun 2022 sampai dengan tahun 2031
Pasal 5
Pengembangan Sarana Transportasi Jalan Raya dimaksud dalam Pasal 4 ayat (1)
huruf a terdiri dari:
a. Pengembangan sistem angkutan umum Perkotaan/Metropolitan
Mebidang-Ro
b. Evaluasi dan pengembangan koridor angkutan umum Bus Priority
Kawasan Perkotaan/Metropolitan Mebidang-Ro
c. Peningkatan pelayanan dan kelas terminal regional
d. Pengembangan
kawasan
pejalan
kaki
pada
kawasan
perkotaan/Metropolitan Mebidang-Ro
e. Pembangunan Terminal Terpadu di Bandara Kuala Namu
f. Pembangunan Busway dan Monorail di Kota Medan
g. Pengaturan on street parkir parkir di kota Medan di jalan MT. Haryono,
Aksara, Sutomo, H. Zaenul Arifin, Pemuda, Perintis Kemerdekaan,
Kereta Api, Cirebon dan Sisingamangaraja
h. Penetapan kawasan parkir maupun gedung parkir di Kota Binjai
i. Lajur, jalur atau jalan khusus angkutan massal di kawasan perkotaan inti
menghubungkan simpul Medan Helvetia-Medan Sunggal-Medan
Selayang-Medan Polonia-Medan Amplas-Medan Tembung-Medan
Timur-Medan Deli-Medan Marelan-Medan Labuhan
j. Pengembangan terminal penumpang tipe A pada terminal Medan
Amplas di kecamatan Medan Amplas dan terminal Pinang Baris di
kecamatan Medan Sunggal di kota Medan
k. Pengembangan terminal penumpang tipe B pada terminal Binjai di
kecamatan Binjai di kota Binjai, terminal Lubuk Pakam di kecamatan

Lubuk Pakam di kabupaten Deli Serdang dan terminal Berastagi di


kecamatan Berastagi di kabupaten Karo
l. Terminal barang terpadu di kecamatan Pancur Batu di kabupaten Deli
Serdang
m. Terminal barang di Kawasan Industri Medan (KIM) dan Kawasan
Industri Lamhotma di kota Medan, Kawasan Industri Binjai di kota
Binjai, Kawasan Industri Tanjung Morawa, Kawasan Industri Percut Sei
Tuan dan Kawasan Industri Hamparan Perak di Kabupaten Deli Serdang
n. Terminal agribisnis di Kecamatan Medan Selayang di kota Medan, di
Kecamatan Pancur Batu di Kabupaten Deli Serdang dan di Kecamatan
Berastagi di Kabupaten Karo
Pasal 6
Pengembangan Transportasi Kereta Api dan Implementasi TOD dimaksud dalam
Pasal 4 ayat (1) huruf b terdiri dari:
a.

Penyiapan pembangunan transportasi kereta api penumpang modern dan


TOD di Kawasan Perkotaan Mebidang-Ro
b. Pengembangan koridor jalur Kereta Api terkait implementasi TOD
Kawasan Perkotaan/Metropolitan Mebidang-Ro
c. Peningkatan jalur jalan rel dan pengembangan terminal/stasiun yang
dapat melayani distribusi barang
d. Pembangunan Stasiun Kereta Api baru di Kota Medan
e. Pembangunan Simpang dengan Kereta Api tidak Sebidang di Kota
Medan di simpang jalan Pandu
f. Peningkatan pelayanan Kereta Api Jalur Medan - Binjai
g. Jaringan jalur kereta api antarkota pada jalur kereta api MedanTebingtinggi-Kisaran-Rantau Prapat
h. Jaringan jalur kereta api antarkota pada jalur kereta api MedanBesitang-Langsa-Lhokseumawe
i. Jaringan jalur kereta api perkotaan pada jalur kereta api pada jalur
kereta api Belawan-Stasiun Kota
j. Jaringan jalur kereta api perkotaan pada jalur kereta api pada jalur
kereta api Stasiun Kota-Batang Kuis-Lubuk Pakam
k. Jaringan jalur kereta api perkotaan pada jalur kereta api pada jalur
kereta api Stasiun Kota-Sunggal-Binjai
l. Jaringan jalur kereta api perkotaan pada jalur kereta api pada jalur
kereta api Stasiun Kota-Pancur Batu
m. Jaringan jalur kereta api perkotaan pada jalur kereta api pada jalur
kereta api Lubuk Pakam-Galang
n. Jaringan jalur kereta api perkotaan pada jalur kereta api pada jalur
kereta api Aras Kabu-Bandara Kuala Namu
o. Jaringan jalur kereta api perkotaan pada jalur kereta api pada jalur
kereta api Stasiun Kota-Deli Tua
p. Jaringan jalur kereta api perkotaan pada jalur kereta api pada jalur

q.
r.
s.
t.
u.
v.
w.
x.
y.
z.
aa.
bb.

cc.

dd.
ee.

ff.
gg.

hh.
ii.
jj.

kereta api Deli TuaSibolangit


Pengembangan stasiun Kereta Api terkait implementasi TOD pada
stasiun kota Medan di kecamatan Medan Timur di kota Medan
Pengembangan stasiun Kereta Api terkait implementasi TOD pada
stasiun Belawan di kecamatan Medan Belawan di kota Medan
Pengembangan stasiun Kereta Api terkait implementasi TOD pada
stasiun Labuhan di kecamatan Medan Labuhan di kota Medan
Pengembangan stasiun Kereta Api terkait implementasi TOD pada
stasiun Kampung Besar di kecamatan Medan Labuhan di kota Medan
Pengembangan stasiun Kereta Api terkait implementasi TOD pada
stasiun Titi Papan di kecamatan Medan Deli di kota Medan
Pengembangan stasiun Kereta Api terkait implementasi TOD pada
stasiun Mabar di kecamatan Medan Deli di kota Medan
Pengembangan stasiun Kereta Api terkait implementasi TOD pada
stasiun Pulo Brayan di kecamatan Medan Timur di kota Medan
Pengembangan stasiun Kereta Api terkait implementasi TOD pada
stasiun Medan Pasar di kecamatan Medan Timur di kota Medan
Pengembangan stasiun Kereta Api terkait implementasi TOD pada
stasiun Kebon Pisang di kecamatan Medan Timur di kota Medan
Pengembangan stasiun Kereta Api terkait implementasi TOD pada
stasiun Sei Sikambing di kecamatan Medan Helvetia di kota Medan
Pengembangan stasiun Kereta Api terkait implementasi TOD pada
stasiun Medan Sunggal di kecamatan Medan Sunggal di kota Medan
Pengembangan stasiun Kereta Api terkait implementasi TOD pada
stasiun Bandar Kalipah Tembung di kecamatan Percut Sei Tuan di
kabupaten Deli Serdang
Pengembangan stasiun Kereta Api terkait implementasi TOD pada
stasiun Batang Kuis di kecamatan Batang Kuis di kabupaten Deli
Serdang
Pengembangan stasiun Kereta Api terkait implementasi TOD pada
stasiun Aras Kabu di kecamatan Beringin di kabupaten Deli Serdang
Pengembangan stasiun Kereta Api terkait implementasi TOD pada
stasiun Lubuk Pakam di kecamatan Lubuk Pakam di kabupaten Deli
Serdang
Pengembangan stasiun Kereta Api terkait implementasi TOD pada
stasiun Galang di kecamatan Galang di kabupaten Deli Serdang
Pengembangan stasiun Kereta Api terkait implementasi TOD pada
stasiun Pancur Batu di kecamatan Pancur Batu di kabupaten Deli
Serdang
Pengembangan stasiun Kereta Api terkait implementasi TOD pada
stasiun Deli Tua di kecamatan Deli Tua di kabupaten Deli Serdang
Pengembangan stasiun Kereta Api terkait implementasi TOD pada
stasiun Diski di kecamatan Sunggal di kabupaten Deli Serdang
Pengembangan stasiun Kereta Api terkait implementasi TOD pada
stasiun Binjai di kecamatan Binjai Kota di kota Binjai

Pasal 7
Pengembangan Jaringan Jalan Raya dimaksud dalam Pasal 4 ayat (1) huruf c
terdiri dari:
a.
b.
c.
d.
e.
f.
g.
h.
i.
j.
k.
l.
m.
n.
o.
p.

q.
r.
s.
t.
u.
v.
w.
x.
y.
z.
aa.
bb.

Pengembangan Jaringan Jalan Lingkar Dalam


Pengembangan Jaringan Jalan Lingkar Luar
Pengembangan Jaringan Jalan Akses Bandara Kuala Namu
Pengembangan Jaringan Akses Medan-Hamparan Perak-Langkat (tahap
awal), altermatif pergerakan regional ke Aceh
Pengembangan jaringan jalan tol Medan- Binjai - Deli Serdang
Pengembangan jaringan jalan tol Medan-Tanjung Morawa- TebingTinggi
Pembangunan Jalan Lingkar Luar Paling Luar Medan
Pengoperasian Bus Pemadu Moda Bandara Kuala Namu
Peningkatan dan Pemeliharaan Jalan Lingkar Luar Medan
Peningkatan dan Pemeliharaan Jalan Lingkar Tengah Medan
Pembangunan Jalan Lingkar Utara Medan
Pembangunan Jalan Lingkar Mebidang Medan
Pembangunan Jalan Lingkar Pantai Utara Medan
Pembangunan Jalan Agromarinepolitan Medan
Rencana jalan lingkar (ring road) pada kawasan perkotaan di Kab Deli
Serdang
Jaringan jalan arteri primer pada jalan batas Deli Sedang/Serdang
Bedagai-Lubuk Pakam-Tanjung Morawa-Lingkar Luar Kota MedanSunggal- Binjai- Batas Binjai/Langkat
Jaringan jalan arteri primer pada jalan Medan-Belawan
Jaringan jalan arteri primer pada jalan Medan-Batang Kuis-Kuala Namu
Jaringan jalan arteri primer pada jalan Lubuk Pakam-Kuala NamuBelawan-Hamparan Perak
Jaringan jalan arteri primer pada jalan Kuala Namu-Tanjung MorawaDeli Tua-Pancur Batu-Sunggal-Hamparan Perak
Jaringan jalan arteri primer pada jalan Percut Sei Tuan-TembungTanjung Morawa
Jaringan jalan arteri primer pada jalan Medan Sunggal-Medan TimurPercut Sei Tuan
Jaringan jalan arteri primer pada jalan Medan Selayang-Pancur Batu
Jaringan jalan kolektor primer 1 pada jalan Pancur Batu-Berastagi
Jaringan jalan kolektor primer 1 pada jalan Berastagi-Kabanjahe
Jaringan jalan kolektor primer 2 pada jalan Deli Tua-Sinembah Tanjung
Muda Hilir-Tiga Juhar-Bangun Purba
Jaringan jalan kolektor primer 2 pada jalan Pagar Merbau-GalangBangun Purba-Batas Deli Serdang/Serdang Bedagai
Jaringan jalan kolektor primer 2 pada jalan Galang-Batas Deli

cc.

dd.
ee.

ff.

gg.
hh.

ii.

jj.

kk.
ll.

Serdang/Serdang Bedagai
Jaringan jalan kolektor primer 2pada jalan Batas Deli
Serdang/Simalungun-Pekan Gunung Meriah-Jalan Batas Deli
Serdang/Simalungun
Jaringan jalan arteri sekunder pada jalan yang menghubungkan kota
Binjai dengan kota Medan dan kawasan perkotaan Lubuk Pakam
Jaringan jalan arteri sekunder pada jalan yang menghubungkan kawasan
Perkotaan Pancur Batu dengan kawasan perkotaan Lubuk Pakam
melalui kecamatan Deli Tua
Jaringan jalan arteri sekunder pada jalan yang menghubungkan kota
Medan dengan kawasan perkotaan Percut Sei Tuan dan kawasan
perkotaan Lubuk Pakam melalui kecamatan Batang Kuis
Jaringan jalan arteri sekunder pada jalan yang menghubungkan
kecamatan Medan Helvetia dengan kecamatan Medan Labuhan
Jaringan jalan arteri sekunder pada jalan yang menghubungkankawasan
perkotaan Percut Sei Tuan dengan kawasan perkotaan Lubuk Pakam
melalui kecamatan Batang Kuis dan kecamatan Pantai Labu
Jaringan jalan arteri sekunder pada jalan yang menghubungkan kawasan
perkotaan Lubuk Pakam dengan kecamatan Beringin dan kecamatan
Pantai Labu
Jaringan jalan bebas hambatan antarkota pada jalan Medan-Tanjung
Morawa-Lubuk Pakam-Kuala Namu-Batas Deli Serdang/Serdang
Bedagai-Tebingtinggi
Jaringan jalan bebas hambatan dalam kota pada jalan Belawan-MedanTanjung Morawa
Jaringan jalan bebas hambatan dalam kota pada jalan Binjai-Medan

Pasal 8
Pengembangan Transportasi Laut dimaksud dalam Pasal 4 ayat (1) huruf d terdiri
dari:
a. Pengembangan pelayanan multimoda pelabuhan utama dan
internasional Belawan
b. Pembangunan kawasan penunjang pelabuhan internasional Belawan
Pasal 9
Pengembangan Transportasi Udara dimaksud dalam Pasal 4 ayat (1) huruf e
terdiri dari:
a. Pembangunan Bandar Udara Kuala Namu dan fasilitas pendukungnya
Pasal 10
Pengembangan Transportasi Sungai dimaksud dalam Pasal 4 ayat (1) huruf f
terdiri dari:
a. Alur pelayaran untuk kegiatan angkutan sungai adalah pada sungai
Belawan dan sungai Deli di kota Medan dan sungai Belawan dan Sungai
Percut di kabupaten Deli Serdang

b.

Pembangunan Dermaga Sungai di Medan Labuhan

Pasal 11
Pengembangan Transportasi Sungai dimaksud dalam Pasal 4 ayat (1) huruf g
terdiri dari:
a. Pembangunan ITS
b. Penerapan Pengendalian Dampak Lalu Lintas
c. Penerapan Manajemen Parkir
d. Reformasi Sistem Transit
e. Peremajaan armada angkutan umum
f. Pemasangan Converter Kit
g. Pelatihan dan sosialisasi smart driving (eco-driving)
h. Membangun Non Motorized Transport

BAB V
PELAKSANA
Pasal 12
(1) Pelaksanaan program Rencana Induk Transportasi Perkotaan pada Kawasan
Perkotaan Mebidang dan Sekitarnya dilaksanakan oleh Satuan Kerja Perangkat
Daerah sesuai dengan tugas pokok dan fungsinya masing-masing.
(2) Pelaksanaan Tugas pokok dan fungsi dalam program Rencana Induk Transportasi
Perkotaan pada Kawasan Perkotaan Mebidang dan Sekitarnya sebagaimana
dimaksud pada ayat (1) meliputi perencanaan, implementasi dan pengendalian.
BAB VI
KERJA SAMA
Pasal 13
(1) Dalam melaksanakan Pengembangan Sistem Transportasi sebagaimana dimaksud
dalam Pasal 4, Pemerintah Daerah dapat bekerja sama dengan Pemerintah
dan/atau Pemerintah Daerah sekitar dan Pihak Ketiga.
(2) Kerja sama dengan Pemerintah, Pemerintah Daerah sekitar dan/atau Pihak Ketiga
sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dilakukan sesuai ketentuan peraturan
perundang-undangan.

BAB VII
KOORDINASI
Pasal 14
Koordinasi pelaksanaan program Rencana Induk Transportasi Perkotaan pada
Kawasan Perkotaan Mebidang dan Sekitarnya dilakukan oleh Asisten yang
membidangi masalah transportasi.

BAB VIII
PEMBIAYAAN
Pasal 15
Biaya yang diperlukan untuk pelaksanaan program Rencana Induk Transportasi
Perkotaan pada Kawasan Perkotaan Mebidang dan Sekitarnya dibebankan pada
APBD Provinsi Sumatera Utara dan sumber pembiayaan lain yang sah sesuai
ketentuan peraturan perundang-undangan.
BAB IX
PENGENDALIAN, EVALUASI DAN PELAPORAN
Pasal 16
(1) Pengendalian terhadap pelaksanaan program Rencana Induk Transportasi
Perkotaan pada Kawasan Perkotaan Mebidang dan Sekitarnya dilakukan oleh
masing-masing Kepala Satuan Kerja Perangkat Daerah sesuai dengan tugas pokok
dan fungsinya.
(2) Terhadap hasil pengendalian sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dilakukan
evaluasi setiap 6 bulan sekali atau sewaktu-waktu sesuai kebutuhan.
(3) Evaluasi sebagaimana dimaksud pada ayat (2) selanjutnya dilaporkan kepada
Gubernur melalui Sekretaris Daerah.
BAB X
KETENTUAN PERALIHAN
Pasal 17
Terhadap peraturan pelaksanaan yang sudah ada, dinyatakan masih tetap berlaku
sepanjang tidak bertentangan dengan peraturan Gubernur ini.

BAB XI
KETENTUAN PENUTUP
Pasal 18
Peraturan Gubernur ini mulai berlaku pada tanggal diundangkan.
Agar setiap orang mengetahuinya, memerintahkan pengundangan peraturan Gubernur
ini dengan penempatannya dalam Berita Daerah Provinsi Sumatera Utara.

TAHUN

Ditetapkan di Medan
pada tanggal
Diundangkan di Medan
pada tanggal
BERITA DAERAH PROVINSI SUMATERA UTARA
NOMOR .

LAMPIRAN I : Peraturan Gubernur Sumatera Utara


PENGEMBANGAN SISTEM TRANSPORTASI KAWASAN PERKOTAAN MEBIDANG DAN SEKITARNYA

N
NO.

WAKTU

NAMA PROGRAM/
KEGIATAN

JANGKA
PENDEK

JANGKA
MENENGAH

PEMERINTAH PENANGGUNG JAWAB


JANGKA
PANJANG

PUSAT

PROVINSI

KAB/KOTA

KEMUNGKINAN
PUBLIC PRIVATE
PARTNERSHIP

A.

PROGRAM PENGEMBANGAN SARANA


TRANSPORTASI JALAN RAYA

1.

Pengembangan
sistem
angkutan
Perkotaan/Metropolitan Mebidang-Ro

2.

Evaluasi dan pengembangan koridor angkutan


umum
Bus
Priority
Kawasan
Perkotaan/Metropolitan Mebidang-Ro

3.

Peningkatan pelayanan dan kelas terminal


regional

4.

Pengembangan kawasan pejalan kaki pada


kawasan perkotaan/Metropolitan Mebidang-Ro

5.

Pembangunan Terminal Terpadu di Bandara


Kuala Namu

6.

Pembangunan Busway dan Monorail di Kota


Medan

7.

Pengaturan on street parkir parkir di kota


Medan di jalan MT. Haryono, Aksara, Sutomo,
H.
Zaenul
Arifin,
Pemuda,
Perintis
Kemerdekaan, Kereta Api, Cirebon dan
Sisingamangaraja

8.

Penetapan kawasan parkir maupun gedung


parkir di Kota Binjai

9.

Lajur, jalur atau jalan khusus angkutan massal


di kawasan perkotaan inti menghubungkan
simpul Medan Helvetia-Medan Sunggal-Medan
Selayang-Medan
Polonia-Medan
AmplasMedan Tembung-Medan Timur-Medan DeliMedan Marelan-Medan Labuhan

umum

N
NO.

NAMA PROGRAM/
KEGIATAN

WAKTU
JANGKA
PENDEK

JANGKA
MENENGAH

PEMERINTAH PENANGGUNG JAWAB


JANGKA
PANJANG

PUSAT

PROVINSI

KAB/KOTA

KEMUNGKINAN
PUBLIC PRIVATE
PARTNERSHIP

10.

Pengembangan terminal penumpang tipe A


pada terminal Medan Amplas di kecamatan
Medan Amplas dan terminal Pinang Baris di
kecamatan Medan Sunggal di kota Medan

11.

Pengembangan terminal penumpang tipe B pada


terminal Binjai di kecamatan Binjai di kota
Binjai, terminal Lubuk Pakam di kecamatan
Lubuk Pakam di kabupaten Deli Serdang dan
terminal Berastagi di kecamatan Berastagi di
kabupaten Karo

12.

Terminal barang terpadu di kecamatan Pancur


Batu di kabupaten Deli Serdang

13.

Terminal barang di Kawasan Industri Medan


(KIM) dan Kawasan Industri Lamhotma di kota
Medan, Kawasan Industri Binjai di kota Binjai,
Kawasan Industri Tanjung Morawa, Kawasan
Industri Percut Sei Tuan dan Kawasan Industri
Hamparan Perak di Kabupaten Deli Serdang

14.

Terminal agribisnis di Kecamatan Medan


Selayang di kota Medan, di Kecamatan Pancur
Batu di Kabupaten Deli Serdang dan di
Kecamatan Berastagi di Kabupaten Karo

B.

PROGRAM
PENGEMBANGAN
TRANSPORTASI
KERETA
API
dan
IMPLEMENTASI TOD

1.

Penyiapan pembangunan transportasi kereta api


penumpang modern dan TOD di Kawasan
Perkotaan Mebidang-Ro

2.

Pengembangan koridor jalur Kereta Api terkait


implementasi
TOD
Kawasan
Perkotaan/Metropolitan Mebidang-Ro

3.

Peningkatan jalur jalan rel dan pengembangan


terminal/stasiun yang dapat melayani distribusi
barang

N
NO.

NAMA PROGRAM/
KEGIATAN

WAKTU

PEMERINTAH PENANGGUNG JAWAB

JANGKA
PENDEK

JANGKA
MENENGAH

JANGKA
PANJANG

PUSAT

PROVINSI

KAB/KOTA

KEMUNGKINAN
PUBLIC PRIVATE
PARTNERSHIP

4.

Pembangunan Stasiun Kereta Api baru di Kota


Medan

5.

Pembangunan Simpang dengan Kereta Api


tidak Sebidang di Kota Medan di simpang jalan
Pandu

6.

Peningkatan pelayanan Kereta Api Jalur Medan


- Binjai

7.

Jaringan jalur kereta api antarkota pada jalur


kereta api Medan- Tebingtinggi-Kisaran-Rantau
Prapat

8.

Jaringan jalur kereta api antarkota pada jalur


kereta
api
Medan-Besitang-LangsaLhokseumawe

9.

Jaringan jalur kereta api perkotaan pada jalur


kereta api pada jalur kereta api Belawan-Stasiun
Kota

10.

Jaringan jalur kereta api perkotaan pada jalur


kereta api pada jalur kereta api Stasiun KotaBatang Kuis-Lubuk Pakam

11.

Jaringan jalur kereta api perkotaan pada jalur


kereta api pada jalur kereta api Stasiun KotaSunggal-Binjai

12.

Jaringan jalur kereta api perkotaan pada jalur


kereta api pada jalur kereta api Stasiun KotaPancur Batu

13.

Jaringan jalur kereta api perkotaan pada jalur


kereta api pada jalur kereta api Lubuk PakamGalang

14.

Jaringan jalur kereta api perkotaan pada jalur


kereta api pada jalur kereta api Aras KabuBandara Kuala Namu

15.

Jaringan jalur kereta api perkotaan pada jalur


kereta api pada jalur kereta api Stasiun Kota-

N
NO.

NAMA PROGRAM/
KEGIATAN

WAKTU
JANGKA
PENDEK

PEMERINTAH PENANGGUNG JAWAB

JANGKA
MENENGAH

JANGKA
PANJANG

PUSAT

PROVINSI

KAB/KOTA

KEMUNGKINAN
PUBLIC PRIVATE
PARTNERSHIP

Deli Tua
16.

Jaringan jalur kereta api perkotaan pada jalur


kereta api pada jalur kereta api Deli
TuaSibolangit

17.

Pengembangan stasiun Kereta Api terkait


implementasi TOD pada stasiun kota Medan di
kecamatan Medan Timur di kota Medan

18.

Pengembangan stasiun Kereta Api terkait


implementasi TOD pada stasiun Belawan di
kecamatan Medan Belawan di kota Medan

19.

Pengembangan stasiun Kereta Api terkait


implementasi TOD pada stasiun Labuhan di
kecamatan Medan Labuhan di kota Medan

20.

Pengembangan stasiun Kereta Api terkait


implementasi TOD pada stasiun Kampung
Besar di kecamatan Medan Labuhan di kota
Medan

21.

Pengembangan stasiun Kereta Api terkait


implementasi TOD pada stasiun Titi Papan di
kecamatan Medan Deli di kota Medan

22.

Pengembangan stasiun Kereta Api terkait


implementasi TOD pada stasiun Mabar di
kecamatan Medan Deli di kota Medan

23.

Pengembangan stasiun Kereta Api terkait


implementasi TOD pada stasiun Pulo Brayan di
kecamatan Medan Timur di kota Medan

24.

Pengembangan stasiun Kereta Api terkait


implementasi TOD pada stasiun Medan Pasar di
kecamatan Medan Timur di kota Medan

25.

Pengembangan stasiun Kereta Api terkait


implementasi TOD pada stasiun Kebon Pisang
di kecamatan Medan Timur di kota Medan

26.

Pengembangan stasiun Kereta Api terkait

N
NO.

NAMA PROGRAM/
KEGIATAN

WAKTU
JANGKA
PENDEK

PEMERINTAH PENANGGUNG JAWAB

JANGKA
MENENGAH

JANGKA
PANJANG

PUSAT

PROVINSI

KAB/KOTA

KEMUNGKINAN
PUBLIC PRIVATE
PARTNERSHIP

implementasi TOD pada stasiun Sei Sikambing


di kecamatan Medan Helvetia di kota Medan
27.

Pengembangan stasiun Kereta Api terkait


implementasi TOD pada stasiun Medan Sunggal
di kecamatan Medan Sunggal di kota Medan

28.

Pengembangan stasiun Kereta Api terkait


implementasi TOD pada stasiun Bandar Kalipah
Tembung di kecamatan Percut Sei Tuan di
kabupaten Deli Serdang

29.

Pengembangan stasiun Kereta Api terkait


implementasi TOD pada stasiun Batang Kuis di
kecamatan Batang Kuis di kabupaten Deli
Serdang

30.

Pengembangan stasiun Kereta Api terkait


implementasi TOD pada stasiun Aras Kabu di
kecamatan Beringin di kabupaten Deli Serdang

31.

Pengembangan stasiun Kereta Api terkait


implementasi TOD pada stasiun Lubuk Pakam
di kecamatan Lubuk Pakam di kabupaten Deli
Serdang

32.

Pengembangan stasiun Kereta Api terkait


implementasi TOD pada stasiun Galang di
kecamatan Galang di kabupaten Deli Serdang

33.

Pengembangan stasiun Kereta Api terkait


implementasi TOD pada stasiun Pancur Batu di
kecamatan Pancur Batu di kabupaten Deli
Serdang

34.

Pengembangan stasiun Kereta Api terkait


implementasi TOD pada stasiun Deli Tua di
kecamatan Deli Tua di kabupaten Deli Serdang

35.

Pengembangan stasiun Kereta Api terkait


implementasi TOD pada stasiun Diski di
kecamatan Sunggal di kabupaten Deli Serdang

N
NO.

NAMA PROGRAM/
KEGIATAN

WAKTU
JANGKA
PENDEK

PEMERINTAH PENANGGUNG JAWAB

JANGKA
MENENGAH

JANGKA
PANJANG

PUSAT

PROVINSI

KAB/KOTA

KEMUNGKINAN
PUBLIC PRIVATE
PARTNERSHIP

36.

Pengembangan stasiun Kereta Api terkait


implementasi TOD pada stasiun Binjai di
kecamatan Binjai Kota di kota Binjai

C.

PROGRAM PENGEMBANGAN JARINGAN


JALAN RAYA

1.

Pengembangan Jaringan Jalan Lingkar Dalam

2.

Pengembangan Jaringan Jalan Lingkar Luar

3.

Pengembangan Jaringan Jalan Akses Bandara


Kuala Namu

4.

Pengembangan Jaringan Akses MedanHamparan Perak-Langkat (tahap awal),


altermatif pergerakan regional ke Aceh

5.

Pengembangan jaringan jalan tol Medan- Binjai


- Deli Serdang

6.

Pengembangan jaringan jalan tol MedanTanjung Morawa- Tebing-Tinggi

7.

Pembangunan Jalan Lingkar Luar Paling Luar


Medan

8.

Pengoperasian Bus Pemadu Moda Bandara


Kuala Namu

9.

Peningkatan dan Pemeliharaan Jalan Lingkar


Luar Medan

10.

Peningkatan dan Pemeliharaan Jalan Lingkar


Tengah Medan

11.

Pembangunan Jalan Lingkar Utara Medan

12.

Pembangunan Jalan Lingkar Mebidang Medan

13.

Pembangunan Jalan Lingkar Pantai Utara


Medan

N
NO.

NAMA PROGRAM/
KEGIATAN

WAKTU
JANGKA
PENDEK

PEMERINTAH PENANGGUNG JAWAB

JANGKA
MENENGAH

JANGKA
PANJANG

PUSAT

PROVINSI

14.

Pembangunan Jalan Agromarinepolitan Medan

15.

Rencana jalan lingkar (ring road) pada kawasan


perkotaan di Kab Deli Serdang

16.

Jaringan jalan arteri primer pada jalan batas


Deli Sedang/Serdang Bedagai-Lubuk PakamTanjung Morawa-Lingkar Luar Kota MedanSunggal- Binjai- Batas Binjai/Langkat

17.

Jaringan jalan arteri primer pada jalan MedanBelawan

18.

Jaringan jalan arteri primer pada jalan MedanBatang Kuis-Kuala Namu

19.

Jaringan jalan arteri primer pada jalan Lubuk


Pakam-Kuala Namu-Belawan-Hamparan Perak

20.

Jaringan jalan arteri primer pada jalan Kuala


Namu-Tanjung Morawa-Deli Tua-Pancur BatuSunggal-Hamparan Perak

21.

Jaringan jalan arteri primer pada jalan Percut


Sei Tuan-Tembung-Tanjung Morawa

22.

Jaringan jalan arteri primer pada jalan Medan


Sunggal-Medan Timur-Percut Sei Tuan

23.

Jaringan jalan arteri primer pada jalan Medan


Selayang-Pancur Batu

24.

Jaringan jalan kolektor primer 1 pada jalan


Pancur Batu-Berastagi

25.

Jaringan jalan kolektor primer 1 pada jalan


Berastagi-Kabanjahe

26.

Jaringan jalan kolektor primer 2 pada jalan Deli


Tua-Sinembah Tanjung Muda Hilir-Tiga JuharBangun Purba

27.

Jaringan jalan kolektor primer 2 pada jalan


Pagar Merbau-Galang-Bangun Purba-Batas Deli

KAB/KOTA

KEMUNGKINAN
PUBLIC PRIVATE
PARTNERSHIP

N
NO.

NAMA PROGRAM/
KEGIATAN

WAKTU
JANGKA
PENDEK

PEMERINTAH PENANGGUNG JAWAB

JANGKA
MENENGAH

JANGKA
PANJANG

PUSAT

PROVINSI

KAB/KOTA

KEMUNGKINAN
PUBLIC PRIVATE
PARTNERSHIP

Serdang/Serdang Bedagai
28.

Jaringan jalan kolektor primer 2 pada jalan


Galang-Batas Deli Serdang/Serdang Bedagai

29.

Jaringan jalan kolektor primer 2pada jalan Batas


Deli
Serdang/Simalungun-Pekan
Gunung
Meriah-Jalan Batas Deli Serdang/Simalungun

30.

Jaringan jalan arteri sekunder pada jalan yang


menghubungkan kota Binjai dengan kota
Medan dan kawasan perkotaan Lubuk Pakam

31.

Jaringan jalan arteri sekunder pada jalan yang


menghubungkan kawasan Perkotaan Pancur
Batu dengan kawasan perkotaan Lubuk Pakam
melalui kecamatan Deli Tua

32.

Jaringan jalan arteri sekunder pada jalan yang


menghubungkan kota Medan dengan kawasan
perkotaan Percut Sei Tuan dan kawasan
perkotaan Lubuk Pakam melalui kecamatan
Batang Kuis

33.

Jaringan jalan arteri sekunder pada jalan yang


menghubungkan kecamatan Medan Helvetia
dengan kecamatan Medan Labuhan

34.

Jaringan jalan arteri sekunder pada jalan yang


menghubungkankawasan perkotaan Percut Sei
Tuan dengan kawasan perkotaan Lubuk Pakam
melalui kecamatan Batang Kuis dan kecamatan
Pantai Labu

35.

Jaringan jalan arteri sekunder pada jalan yang


menghubungkan kawasan perkotaan Lubuk
Pakam dengan kecamatan Beringin dan
kecamatan Pantai Labu

36.

Jaringan jalan bebas hambatan antarkota pada


jalan Medan-Tanjung Morawa-Lubuk PakamKuala Namu-Batas Deli Serdang/Serdang
Bedagai-Tebingtinggi

N
NO.

NAMA PROGRAM/
KEGIATAN

WAKTU
JANGKA
PENDEK

JANGKA
MENENGAH

PEMERINTAH PENANGGUNG JAWAB


JANGKA
PANJANG

PUSAT

PROVINSI

KAB/KOTA

KEMUNGKINAN
PUBLIC PRIVATE
PARTNERSHIP

37.

Jaringan jalan bebas hambatan dalam kota pada


jalan Belawan-Medan-Tanjung Morawa

38.

Jaringan jalan bebas hambatan dalam kota pada


jalan Binjai-Medan

D.

PROGRAM
PENGEMBANGAN
TRANSPORTASI LAUT

1.

Pengembangan pelayanan multimoda pelabuhan


utama dan internasional Belawan

2.

Pembangunan kawasan penunjang pelabuhan


internasional Belawan

E.

PROGRAM
PENGEMBANGAN
TRANSPORTASI UDARA

Pembangunan
1
Bandar Udara Kuala Namu dan
fasilitas pendukungnya

F.

PROGRAM
PENGEMBANGAN
TRANSPORTASI SUNGAI

1.

Alur pelayaran untuk kegiatan angkutan sungai


adalah pada sungai Belawan dan sungai Deli di
kota Medan dan sungai Belawan dan Sungai
Percut di kabupaten Deli Serdang

2.

Pembangunan Dermaga Sungai di Medan


Labuhan

G.

PROGRAM
AKSI
NASIONAL
PENURUNAN EMISI GAS RUMAH KACA

1.

Pembangunan ITS

2.

Penerapan Pengendalian Dampak Lalu Lintas

3.

Penerapan Manajemen Parkir

4.

Reformasi Sistem Transit

5.

Peremajaan armada angkutan umum

N
NO.

NAMA PROGRAM/
KEGIATAN

WAKTU
JANGKA
PENDEK

JANGKA
MENENGAH

PEMERINTAH PENANGGUNG JAWAB


JANGKA
PANJANG

PUSAT

PROVINSI

KAB/KOTA

6.

Pemasangan Converter Kit

7.

Pelatihan dan sosialisasi smart driving (ecodriving)

8.

Membangun Non Motorized Transport

KEMUNGKINAN
PUBLIC PRIVATE
PARTNERSHIP

Anda mungkin juga menyukai