PENDAHULUAN
Rencana Induk Transportasi Perkotaan Pada Kawasan Perkotaan Mebidang dan Sekitarnya
BAB I. PENDAHULUAN
Memadukan pemikiran dan aksi lintas semua kebijakan sektor terkait dan pada
semua tingkatan pembuatan keputusan;
b.
Semua kebijakan terkait transportasi bersinergi menuju kualitas hidup yang lebih
baik;
c.
d.
Dengan demikian diharapkan ke depan akan didapatkan suatu sistem transportasi yang
efektif, ramah lingkungan, handal dan memegang peranan vital dalam meningkatkan kualitas
hidup bagi seluruh masyarakat.
Tantangan transportasi perkotaan ke depan adalah transportasi jalan akan tumbuh dua kali
lipat dalam dua puluh tahun ke depan, meningkatnya kemecetan dan polusi udara.
Berbagai permasalahan transportasi perkotaan tidak dapat diselesaikan oleh satu pihak
manapun, bahkan oleh pemerintah saja. Pemerintah memiliki peranan kunci dalam
pemecahan masalah transportasi perkotaan, namun masyarakat, pelaku bisnis, pengusaha
transportasi dan pengguna jalan mampu memberikan sumbangan berarti dalam pemecahan
masalah transportasi perkotaan.
Bab 1 1
BAB 1. PENDAHULUAN
Rencana Induk Transportasi Perkotaan Pada Kawasan Perkotaan Mebidang dan Sekitarnya
2)
Hampir semua kota-kota mempunyai struktur tradisional yaitu tumbuh dari struktur
pedesaan, dimana tidak akan dapat menjawab kebutuhan dimasa mendatang;
3)
Struktur institusi yang ada tidak dirancang untuk melayani kompleksitas interaksi
yang dibutuhkan pada tingkat perkotaan dan untuk keterpaduan dalam mengantisipasi
masalah yang timbul;
4)
BAB 1. PENDAHULUAN
Rencana Induk Transportasi Perkotaan Pada Kawasan Perkotaan Mebidang dan Sekitarnya
8) Melakukan koordinasi dan komunikasi secara terus menerus dengan daerah yang
dijadikan lokasi studi;
9) Merekomendasikan tahapan pengembangan jaringan transportasi di kawasan
Perkotaan Mebidang dan Sekitarnya;
10) Memperkirakan perpindahan orang dan/atau barang menurut asal tujuan perjalanan di
kawasan Perkotaan Mebidang dan Sekitarnya;
11) Menyusun arah dan kebijakan perananan transportasi dalam keseluruhan moda
transportasi di kawasan Perkotaan Mebidang dan Sekitarnya;
12) Menyusun rencana lokasi dan kebutuhan simpul di kawasan Perkotaan Mebidang dan
Sekitarnya;
13) Menyusun recana kebutuhan ruang lalu lintas di kawasan Perkotaan Mebidang dan
Sekitarnya;
14) Menyusun Rencana Induk Transportasi Perkotaan pada Kawasan Perkotaan Mebidang
dan Sekitarnya;
15) Menyusun arah kebijakan dan langkah-langkah kebijakan pengembangan transportasi
di kawasan Perkotaan Mebidang dan Sekitarnya;
16) Merealisasikan adanya keterpaduan akhir sistem jaringan jalan dengan tata guna lahan
yang ada;
17) Melakukan optimalisasi terhadap penggunaan sistem jaringan yang ada terhadap
kondisi transportasi yang ada dan alternatif yang akan dikembangkan;
18) Menyusun rencana pengembangan jaringan transportasi terhadap penyebaran kegiatan
di Kawasan Perkotaan Mebidang dan Sekitarnya;
19) Melakukan penyusunan jaringan lintas angkutan barang di Kawasan Perkotaan
Mebidang dan Sekitarnya;
20) Menyusun Draft Peraturan Gubernur tentang Rencana Induk Transportasi Perkotaan
pada Kawasan Perkotaan Mebidang dan Sekitarnya;
1.3. MAKSUD DAN TUJUAN
1.3.1. Maksud Kegiatan
Maksud dari pekerjaan Penyusunan Rencana Induk Transportasi Perkotaan pada Kawasan
Perkotaan Mebidang dan Sekitarnya adalah :
1) Mengembangkan jaringan transportasi terhadap penyebaran kegiatan di kota kota
sekelilingnya, berdasarkan kajian atas peraturan perundang-undangan, referensi dan
Bab 1 3
BAB 1. PENDAHULUAN
Rencana Induk Transportasi Perkotaan Pada Kawasan Perkotaan Mebidang dan Sekitarnya
BAB 1. PENDAHULUAN
Rencana Induk Transportasi Perkotaan Pada Kawasan Perkotaan Mebidang dan Sekitarnya
Bab 1 5
BAB 1. PENDAHULUAN
Rencana Induk Transportasi Perkotaan Pada Kawasan Perkotaan Mebidang dan Sekitarnya
Gambar 1.1. Lokasi Pekerjaan Penyusunan Rencana Induk Transportasi Perkotaan pada
Kawasan Perkotaan Mebidang dan Sekitarnya
Bab 1 6
BAB 2. METODOLOGI
Rencana Induk Transportasi Perkotaan Pada Kawasan Perkotaan Mebidang dan Sekitarnya
2.1. UMUM
Untuk memenuhi target waktu dan substansi yang disyaratkan, maka kegiatan dalam studi ini
dapat dilihat pada Gambar 2.1. Secara umum tahapan pelaksanaan pekerjaan studi ini terdiri
dari: Tahap Persiapan, Tahap Pengumpulan Data, Tahap Analisis dan Perencanaan, dan
Tahap Finalisasi.
Penyusunan tahapan pekerjaan ini disesuaikan dengan kebutuhan pelaporan dalam studi ini,
di mana tujuan dari setiap tahapan adalah sebagai berikut :
Tahap Persiapan : ditujukan untuk menyelesaikan masalah administrasi dan menyiapkan
kerangka pelaksanaan studi berupa persiapan survai, kajian literature, dan pengenalan awal
wilayah studi. Hasil Tahap Persiapan ini akan disampaikan pada Laporan Pendahuluan.
Tahap Pengumpulan Data : ditujukan untuk memperoleh data sekunder maupun primer yang
dibutuhkan dalam kegiatan analisis dan penyusunan Studi Perencanaan dan Pengembangan
Sistem Jaringan Transportasi Perkotaan Mebidang. Hasil pengumpulan data dan analisis
awalnya akan disampaikan pada Laporan Antara.
Tahap Analisis dan Perencanaan : ditujukan untuk memperoleh konsep perencanaan dan
pengembangan jaringan transportasi
Perkotaan Mebidang
Bab 2 - 1
BAB 2. METODOLOGI
Rencana Induk Transportasi Perkotaan Pada Kawasan Perkotaan Mebidang dan Sekitarnya
Persiapan
RTRW Provinsi
RTRW Perkotaan Mebidang
Undang-Undang Yang Berlaku
Studi yang terkait lainnya
Survai Primer
Survai Sekunder
Survai Wawancara
Analisis Permintaan
Perjalanan dan Tata Ruang
- Identifikasi pusat-pusat kegiatan
- Identifikasi simpul-simpul
transportasi penting
- BAPPEDA
- Dishub Prop./Kab./Kota
- Dinas PU/Bina Marga
Evaluasi Kondisi
Prasarana/Pelayanan
Transportasi Eksisting
Analisis Perencanaan
Transportasi
Laporan Antara
Finalisasi Studi
Data Sistem
Lap. Pendahuluan
- Penyempurnaan Laporan
- Pembuatan Resume Studi
Bab 2 - 2
BAB 2. METODOLOGI
Rencana Induk Transportasi Perkotaan Pada Kawasan Perkotaan Mebidang dan Sekitarnya
Transportasi Perkotaan Pada Kawasan Perkotaan Mebidang dan Sekitarnya. Gambar 2.2.
menyampaikan metodologi teknis yang digunakan dalam studi ini.
Jaringan transportasi
Sosio-ekonomi
dan kependudukan
KALIBRASI MODEL
Spesifikasi variabel
KONDISI EKSISTING
KONSEP DAN
PENGEMBANGAN
RTRWN/P/K, Renstra
Prediksi permintaan
perjalanan masa datang
Review
RENCANA DAN
KEBIJAKAN
SISTRANAS/WIL,
RUJTJN, Renstra
Konsep pengembangan
rencana induk transportasi
Alternatif pengembangan
rencana induk transportasi
REKOMENDASI
(RECOMMENDATION)
EVALUASI/ANALISIS
KINERJA
Prioritas program
Efisiensi kinerja
Indikator lalulintas
Kebijakan pendukung
Efektifitas kinerja
Indikator ekonomi
Gambar 2.2
SIMULASI KINERJA
JARINGAN
Secara teknis metodologi yang dikembangkan akan mengaitkan antara variabel sistem
transportasi dan tata ruang wilayah ke dalam bentuk model. Model yang digunakan adalah
model perencanaan transportasi empat tahap. Kalibrasi model dilakukan dengan
menggunakan data kondisi jaringan transportasi, sosio-ekonomi dan kependudukan, serta
pola tata ruang eksisting di Perkotaan Mebidang dan sekitarnya. Dari hasil kalibrasi
diperoleh beberapa model yang diperlukan untuk memprediksi permintaan perjalanan dan
kinerja sistem transportasi dimasa datang.
Prediksi pola tata ruang di masa datang dilakukan dengan menggunakan data rencana tata
ruang wilayah (RTRW) yang diperoleh dari dokumen yang ada (RTRWN, RTRWP,
RTRWK) serta wawancara dengan pihak terkait. Sedangkan konsep pengembangan sistem
Bab 2 - 3
BAB 2. METODOLOGI
Rencana Induk Transportasi Perkotaan Pada Kawasan Perkotaan Mebidang dan Sekitarnya
transportasi yang berisi konsep jaringan, indikator kinerja jaringan, dan standar penyediaan
sarana dan prasarana transportasi diperoleh dari sejumlah peraturan terkait, rencana dalam
SISTRANAS dan rencana-rencana pengembangan dari daerah. Konsep dan pola
pengembangan ini akan menjadi masukan dalam mengembangkan alternatif jaringan
transportasi jalan yang akan dipilih.
Seperti diketahui, pengembangan suatu sistem akan sangat dipengaruhi oleh sejumlah
outstanding issues dalam lingkungan strategis yang melingkupinya. Pada dasarnya
kebutuhan untuk mengembangkan jaringan transportasi multi-moda di
Indonesia
b.
Menentapkan metoda pemodelan dan analisis yang akan digunakan, hal ini penting
untuk ditetapkan karena akan mempengaruhi kebutuhan data, penyediaan waktu
analisis, dan kualitas hasil penelitian secara keseluruhan.
(2)
b.
(3)
Bab 2 - 4
BAB 2. METODOLOGI
Rencana Induk Transportasi Perkotaan Pada Kawasan Perkotaan Mebidang dan Sekitarnya
a.
b.
Mengetahui recana tata ruang baik dalam skala nasional (RTRWN), Provinsi
(RTRWP), maupun Kabupaten/Kota (RTRWK) sebagai masukan dalam
pengembangan konsep jaringan jalan, model analisis dan pengembangan alternatif
sistem jaringan jalan yang akan dianalisis lebih lanjut.
c.
yang diinginkan,
dan
kinerja
dari
alternatif
perencanaan
yang
dikembangkan.
(4)
Identifikasi awal kondisi dan problem pada sistem jaringan transportasi jalan yang ada
di wilayah Perkotaan Mebidang dan sekitarnya, baik dari masalah perencanaan,
operasional, maupun pendanaannya.
(2)
(3)
(4)
Bab 2 - 5
BAB 2. METODOLOGI
Rencana Induk Transportasi Perkotaan Pada Kawasan Perkotaan Mebidang dan Sekitarnya
Kebutuhan Data
Secara umum data yang dibutuhkan dapat digolongkan dalam 3 kategori yakni data untuk
menyusun konsep jaringan transportasi jalan, memodelkan sistem jaringan transportasi jalan,
dan data untuk menyusun kebijakan pengembangan jaringan transportasi di Kawasan
Perkotaan Mebidang dan sekitarnya.
Data yang digunakan untuk memodelkan sistem jaringan transportasi di Kawasan Perkotaan
Mebidang terdiri dari :
(1) Data sosio-ekonomi, yang meliputi data jumlah dan penyebaran penduduk, tingkat
pendidikan, jumlah dan penyebaran tenaga kerja, PDRB dan PDRB perkapita, output
(produksi) dari kegiatan ekonomi, dan data terkait lainnya yang disusun menurut
Kecamatan.
(2) Data tata ruang, yang meliputi data penggunaan lahan per jenis kegiatan, pola
penyebaran lokasi kegiatan, besaran penggunaan ruang dan pola kegiatannya.
(3) Data lalulintas, yang merangkum karakteristik perjalanan di daerah yang akan di
studi. Data tersebut meliputi kecepatan, volume lalu lintas, waktu perjalanan,
hambatan lalu lintas, data kecelakaan lalu lintas, asal-tujuan perjalanan, dan rute
pelayanan utama.
(4) Data Jaringan Transportasi, yang merangkum data mengenai kondisi dan tingkat
pelayanan jaringan transportasi yang berada di dalam daerah studi, baik ruas maupun
simpul pada moda transportasi yang dioperasikan ( jalan, sungai dan udara).
Sedangkan data yang diperlukan untuk meramalkan pola pengembangan sistem jaringan
transportasi jalan di Perkotaan Mebidang di masa datang, antara lain terdiri dari :
(1) Rencana pengembangan atau tata ruang wilayah (RTRW) baik di level Nasional,
Provinsi, maupun Kabupaten/Kota, khususnya besaran-besaran teknis yang dapat
digunakan untuk memprediksi kebutuhan perjalanan dan kebutuhan sarana serta
prasarana transportasi untuk mendukung pelaksanaannya.
(2) Konsep dan besaran teknis dari sejumlah rencana pengembangan sistem transportasi
di Perkotaan Mebidang dari beberapa sumber studi terdahulu untuk kemudian
dikembangkan lebih lanjut sebagai alternatif skenario.
Dan data untuk menyusun konsep jaringan serta menyusun program pengembangan jaringan
transportasi jalan di Perkotaan Mebidang meliputi :
Bab 2 - 6
BAB 2. METODOLOGI
Rencana Induk Transportasi Perkotaan Pada Kawasan Perkotaan Mebidang dan Sekitarnya
(1) Data persepsi stakeholders mengenai kriteria perencanaan jaringan transportasi jalan
sebagai dasar untuk mengembangkan model analisis multi kriteria dalam penyusunan
program
(2) Konsep jaringan transportasi jalan nasional dalam perundangan maupun dokumen
perencanaan terkait
Kebutuhan, sumber, dan kegunaan dari data untuk pekerjaan ini dirangkum dalam tabel
berikut ini :
Tabel 2.1 Kebutuhan, Sumber dan Kegunaan Data
NO
1
JENIS DATA
Sosio-ekonomi
1.a Populasi dan Employment
1.b ekonomi (PDRB, produksi, dll)
1.c Fisik dan administrasi
SUMBER DATA
- Statistik Indonesia
(BPS)
KEGUNAAN DATA
- Identifikasi potensi dan kendala
pengembangan wilayah
Jaringan jalan
- Depkimpraswil
- IRMS
- Survai primer
- Dephub
- Dishub Prop.
3.b Operasional
- Statistik Perhubungan
permintaan perjalanan
- Identifikasi dan prediksi masalah
serta alternatif solusi
- Penyusunan data base model
jaringan jalan
- Identifikasi dan prediksi masalah
serta alternatif solusi
- Penyusunan data base model
jaringan angkutan umum/barang
Bandar Udara
- Dephub
- Dishub Prop.
4.b Operasional
- Statistik Perhubungan
Pelabuhan
- Dephub
- Dishub Prop.
5.b Operasional
- Statistik Perhubungan
- RTRWN, RTRWP,
RTRWK
- Wilayah dalam angka
(BPS)
- RTRWN, RTRWP,
Bab 2 - 7
BAB 2. METODOLOGI
Rencana Induk Transportasi Perkotaan Pada Kawasan Perkotaan Mebidang dan Sekitarnya
NO
JENIS DATA
7.a Kawasan andalan
7.b Core Business
SUMBER DATA
RTRWK
- Wawancara
KEGUNAAN DATA
perkembangan wilayah
- Prediksi besar dan pola permintaan
perjalanan
- Wawancara
transportasi:
- Studi terdahulu
pengembangan jaringan
- SISTRANAS, RUJTJ
transportasi:
- Dokumen kebijakan
instansi terkait
- Wawancara
Survai Sekunder
Survai sekunder dilakukan dengan mendatangi instansi terkait untuk meminta sejumlah
dokumentasi data dari institusi pengelola sistem transportasi, perencana tata ruang, dan
sejumlah instansi lain yang dapat menyediakan data yang berkaitan dengan pelaksanaan
studi. Data sekunder ini khususnya berupa data kondisi eksisting sosio-ekonomi,
penyediaan jaringan transportasi, penggunaan ruang di wilayah studi.
2.
Survai Primer
Survai primer dilakukan dengan pengamatan/penghitungan/wawancara langsung,
khususnya yang berkaitan dengan pemodelan dan unjuk kinerja/operasi sistem
transportasi dan rencana pengembangan tata ruang di masa datang. Data primer yang
berkaitan dengan model transportasi umumnya diperoleh dari pengamatan/pencacahan
langsung di lapangan; data tersebut antara lain data volume lalu lintas, asal tujuan
perjalanan, kondisi dan operasi terminal bus, angkutan barang, bandar udara, serta
kondisi dan operasi pelabuhan sungai dan penyeberangan. Sedangkan data primer lain
dari hasil wawancara diperlukan khususnya untuk menangkap aspirasi daerah dalam
mengembangkan tata ruang, perekonomian, dan sistem transportasi di daerahnya.
Bab 2 - 8
BAB 2. METODOLOGI
Rencana Induk Transportasi Perkotaan Pada Kawasan Perkotaan Mebidang dan Sekitarnya
pre-analisis
untuk
membentuk
konsep
pengembangan
jaringan
Bab 2 - 9
BAB 2. METODOLOGI
Rencana Induk Transportasi Perkotaan Pada Kawasan Perkotaan Mebidang dan Sekitarnya
moda, pemilihan rute. Struktur umum konsep model perencanaan transportasi empat tahap
ini disajikan pada Gambar 2.3.
Data jaringan
transportasi jalan
Model bangkitan
perjalanan
Produksi perjalanan
(trip ends) per zona
Model sebaran
perjalanan
MAT antar zona
Karakteristik moda
Karakteristik pelaku
perjalanan
Model pemilihan
moda perjalanan
Indikator ekonomi
Analisis Kinerja
Gambar 2.3
BAB 2. METODOLOGI
Rencana Induk Transportasi Perkotaan Pada Kawasan Perkotaan Mebidang dan Sekitarnya
Aktivitas
sosio-ekonomi
Tata ruang
Kebutuhan
transportasi
Suplai
jaringan
transportasi
Biaya
transportasi
: feed-forward
: feed-back
Gambar 2.4
yang dimaksud
menjelaskan bahwa struktur dan pola ruang nasional harus mewujudkan keterpaduan,
keterkaitan, dan keseimbangan perkembangan antarwilayah serta keserasian antarsektor
seperti: kawasan pariwisata, pertanian pangan dan perkebunan, industri, pertambangan, serta
pertahanan keamanan atau perbatasan.
Dari hal di atas dapat disimpulkan bahwa secara konseptual, pembangunan di daerah
merupakan bagian integral dari pembangunan nasional dimana pembangunan daerah
Bab 2 - 11
BAB 2. METODOLOGI
Rencana Induk Transportasi Perkotaan Pada Kawasan Perkotaan Mebidang dan Sekitarnya
merupakan usaha pencapaian sasaran nasional di daerah sesuai masalah, potensi, aspirasi,
dan prioritas masyarakat daerah.
Kebijakan Sistem Transportasi
Untuk melengkapi pola kebijakan sistem transportasi dan tata ruang di Indonesia,
Departemen Perhubungan sebagai lembaga perencana dan pengelola sistem transportasi di
Indonesia mengeluarkan kebijakan mengenai Sistem Transportasi Nasional (SISTRANAS)
sebagai pendukung implementasi dari RTRWN.
Sistem Transportasi Nasional ini harus disusun dengan konsep antarmoda secara terpadu
untuk mendukung keterhubungan wilayah pada skala nasional, mengingat kondisi negara
Indonesia yang merupakan negara kepulauan. Sumber acuan dalam pengambilan kebijakan
strategi pengembangan sistem jaringan jalan yang dilakukan oleh pemerintah adalah UU No.
38 Tahun 2004 tentang jalan, sedangkan acuan bagi penetapan kebijakan sistem pergerakan
lalu lintas diatur dalam UU No. 22 Tahun 2009 tentang lalu lintas angkutan jalan.
Sistem transportasi daerah merupakan faktor penting yang mendukung perwujudan integrasi
sistem transportasi nasional. Dalam kaitannya dengan sistem transportasi regional atau
wilayah, perencanaan sistem transportasi wilayah harus diarahkan dalam usaha mendukung
RTRW di wilayah masing-masing dan tetap berada di bawah kendali kebijakan
pengembangan SISTRANAS.
Dalam perencanaan sistem jaringan transportasi yang multi-moda melalui SISTRANAS,
pusat-pusat kegiatan nasional diakomodir menjadi masukan karena penyediaan sarana dan
prasarana transportasi diharapkan mampu mendorong pengembangan kegiatan ekonomi di
wilayah-wilayah unggulan tersebut. Untuk keperluan tersebut, maka dalam kajian sistem
transportasi wilayah diperlukan juga analisis terhadap potensi di pusat-pusat kegiatan, yang
meliputi: kawasan industri, perdagangan, perumahan, pariwisata, pertanian dan perkebunan,
kehutanan, perikanan, pertambangan, serta sumber daya mineral yang semuanya dituangkan
dalam RTRWP.
Dalam rangka mewujudkan suatu sistem transportasi nasional yang terpadu maka sistem
transportasi wilayah Provinsi diharapkan dapat menjadi acuan bagi setiap pengembangan
sistem transportasi di wilayah kabupaten dan kotamadya dengan tetap mengacu pada
kebijakan penataan tata ruang yang tertuang dalam RTRWK. Selanjutnya, sistem transportasi
regional kabupaten/kotamadya harus dapat menjadi acuan dalam pengembangan sistem
transportasi pada kawasan yang lebih kecil dengan tetap mengacu pada rencana tata ruang
Bab 2 - 12
BAB 2. METODOLOGI
Rencana Induk Transportasi Perkotaan Pada Kawasan Perkotaan Mebidang dan Sekitarnya
kawasan yang dimaksud. Secara umum hubungan keterkaitan antara RTRW dan Sistem
Transportasi Regional dijelaskan pada Gambar 2.5.
Sistem Transportasi
Perkotaan/Kab/Kawasan
Jaringan Transportasi
Perkotaan/Kab/Kawasan
Gambar 2.5 Keterkaitan RTRW dan Sistem Transportasi pada Berbagai Tingkatan
Wilayah
Kerangka pemikiran penyusunan sistem transportasi wilayah ini diharapkan mampu
memberikan gambaran mengenai rencana sistem transportasi dalam skala wilayah (Provinsi
maupun kabupaten/kotamadya) sehingga dapat mencerminkan keterpaduan antara berbagai
rencana pengembangan wilayah dengan kebutuhan dan penyediaan pelayanan transportasi di
wilayah yang bersangkutan.
2.1.9 Metodologi Pendekatan dan Pembebanan
Penetapan Sistem Zona dan Sistem Jaringan
Daerah studi untuk suatu kajian transportasi didefinisikan sebagai daerah dimana arus
lalulintas di ruas atau di persimpangan jalan akan secara langsung terpengaruh dengan
penerapan kebijakan investasi maupun kebijakan operasi yang dimodelkan.
Batas daerah studi merupakan garis imajiner yang dibentuk untuk menandai dan memisahkan
jaringan jalan dan sistem zona yang masuk di dalam wilayah studi dengan yang dianggap
berada di luar dari sistem yang dipelajari.
Dalam Tatanan Transportasi elemen sistem pada dasarnya di bagi menjadi 2 yakni elemen
permintaan perjalanan (demand element) dan elemen suplai jaringan transportasi (supply
Bab 2 - 13
BAB 2. METODOLOGI
Rencana Induk Transportasi Perkotaan Pada Kawasan Perkotaan Mebidang dan Sekitarnya
element). Elemen permintaan perjalanan berupa zona-zona tata ruang berikut atribut
populasinya sebagai pembangkit perjalanan, sedangkan elemen suplai jaringan berupa
jaringan transportasi jalan, sungai atau moda transportasi lainnya berikut atribut yang
menyatakan besaran kinerja dari infrastruktur yang dimodelkan. Interaksi antar elemen
tatanan transportasi inilah yang umumnya disebut dengan perjalanan melalui berbagai moda
dan jenis infrastruktur yang ada.
Model tatanan transportasi jalan untuk suatu wilayah studi terdiri dari dua elemen model
yakni sistem zona dan sistem jaringan jalan. Sistem zona terdiri dari zona-zona yang
membagi daerah studi ke dalam beberapa bagian sebagai tingkat agregrasi terkecil
pembangkit dan penarik perjalanan. Umumnya zona dilengkapi dengan pusat zona atau
centroid yang diasumsikan sebagai titik awal atau akhir perjalanan.
Jaringan jalan terdiri dari ruas jalan atau link yang umumnya diberi atribut panjang,
kapasitas, dan kecepatan operasinya. Pertemuan antar ruas jalan disebut dengan simpul atau
node yang dapat berupa persimpangan jalan (dengan atau tanpa lampu pengatur lalu lintas),
sedangkan untuk studi jaringan transportasi regional antar kota simpul dapat berupa kota.
Kriteria Dalam Menetapkan Sistem Zona
Prinsip dasar yang biasanya digunakan untuk pembagian zona pada wilayah studi, adalah:
1.Prinsip Homogenitas dalam Zona
Pada prinsipnya, pembagian zona sebaiknya didasarkan pada kehomogenan atribut
populasi yang mempengaruhi perilaku perjalanan. Dalam hal ini populasi sebagai
pembangkit perjalanan untuk berbagai keperluan (bekerja, sekolah, belanja, bisnis,
sosial, dan lain-lain) umumnya didasarkan pada perilaku individu atau kelompok
individu (keluarga, perumahan, kelurahan, kecamatan, atau kabupaten).
Perilaku individu atau agregasinya dalam kelompok yang lebih besar umumnya
ditentukan oleh tingkat ekonomi, kepemilikan kendaraan, status sosial, serta beberapa
ciri lain yang berhubungan dengan permintaan perjalanan. Sedangkan populasi penarik
perjalanan umumnya berupa fasilitas atau pusat-pusat kegiatan (ekonomi, pendidikan,
perbelanjaan, dan lain-lain) yang menjadi tujuan dari para individu pelaku perjalanan.
2.Homogenitas vs Ketersediaan Data Eksisting
Pembagian zona berdasarkan kehomogenan perilaku permintaan perjalanan akan sulit
diterapkan, karena data eksisting untuk itu tidak tersedia. Di Indonesia data sosial
ekonomi (yang dikumpulkan oleh BPS) yang umumnya digunakan untuk mengkalibrasi
model transportasi umumnya dikumpulkan dengan basis wilayah administrasi (misalnya
Bab 2 - 14
BAB 2. METODOLOGI
Rencana Induk Transportasi Perkotaan Pada Kawasan Perkotaan Mebidang dan Sekitarnya
kelurahan, kecamatan, kabupatan atau Provinsi). Biasanya zona dibagi berdasarkan batas
administrasi yang ada, tergantung lingkup studi yang dilaksanakan.
Pembagian zona berdasarkan wilayah administrasi ini bukanlah pilihan terbaik dalam
membentuk sistem zona, akan tetapi data administratif inilah sumber satu-satunya yang
ada di Indonesia saat ini. Dengan demikian mau tidak mau kita sebaiknya tetap mengacu
kepada data ini untuk membentuk sistem zona untuk mengurangi kebutuhan dana untuk
mengumpulkan data baru jika kita ingin membentuk sistem zona yang lebih baik dengan
prinsip homogenitas.
3.Tingkat Detail vs Biaya
Penentuan sistem zona untuk daerah studi sangat dipengaruhi oleh tingkat kerincian
yang disyaratkan untuk menggambarkan suatu daerah tertentu. Permasalahan tersebut
dapat dilihat dari dua sisi yang berlawanan, yaitu ketepatan dan biaya. Di satu sisi
ketepatan yang tinggi hanya dapat diperoleh dengan definisi sistem zona dengan resolusi
yang cukup tinggi, misalnya sampai level individu atau keluarga.
Di lain pihak untuk menyediakan data zona secara detail akan membutuhkan biaya yang
cukup besar yang kemungkinan tidak sebanding dengan tambahan informasi yang
didapatkan. Demikian juga model detail bahkan cenderung individual model perangkat
lunak simulasinya belum banyak tersedia, sehingga kemungkinan data yang terkumpul
akan mubazir karena model yang dibentuk tidak operasional.
Sebagai gambaran umum, berikut ini dituliskan beberapa kriteria untuk menetapkan
sistem zona dalam daerah kajian, yaitu:
Ukuran zona harus konsisten dengan kepadatan jaringan jalan yang akan
dimodelkan, sehingga pada umumnya ukuran zona akan semakin besar jika letaknya
semakin jauh dari pusat kota.
Ukuran zona harus didisain sedemikian rupa sehingga arus lalu lintas yang
dibebankan ke dalam jaringan jalan sesuai dengan ketepatan seperti yang
disyaratkan.
Batas zona harus dibuat sedemikan rupa sehingga konsisten dengan jenis pola
pengembangan setiap zona, misalnya untuk pemukiman, industri atau perkantoran.
Batas zona diusahakan sesuai dengan batas sensus, batas administrasi daerah, dan
batas zona yang digunakan oleh daerah kajian.
Batas zona harus sesuai dengan batas daerah yang digunakan dalam pengumpulan
data.
Bab 2 - 15
BAB 2. METODOLOGI
Rencana Induk Transportasi Perkotaan Pada Kawasan Perkotaan Mebidang dan Sekitarnya
Pergerakan yang berasal/bertujuan pada area di luar daerah studi biasanya dianggap
berasal dari zona di luar daerah studi (external zone). Keuntungan penggunaan zona
eksternal ini adalah untuk mengidentifikasikan pergerakan langsung (ekstenaleksternal) yang membebani jaringan jalan di dalam daerah studi. Untuk mengurangi
efek dari perjalanan langsung ini harus diperkirakan batas daerah studi secara hatihati, meskipun tidak mungkin perjalanan langsung ini dihilangkan sama sekali.
Ruas jalan yang dimasukkan ke dalam model sebaiknya dipilih mulai dari ruas jalan
yang memiliki kapasitas yang besar dan dilalui oleh jumlah kendaraan yang cukup
besar (sesuai hirarkinya mungkin mulai dari arteri, kolektor, jika diperlukan jalan
lokal yang penting dapat juga dimasukkan ke dalam model).
Minimal ruas jalan yang masuk ke dalam model jaringan jalan sampai dengan satu
tingkat di bawah ruas jalan yang menjadi lokasi dari skema yang direncanakan,
Bab 2 - 16
BAB 2. METODOLOGI
Rencana Induk Transportasi Perkotaan Pada Kawasan Perkotaan Mebidang dan Sekitarnya
misal jika kebijakan diterapkan pada jalan arteri maka jalan kolektornya harus
dimasukkan ke dalam model.
Semakin kecil skala studi maka semakin detail sistem jaringan jalan yang perlu
ditampilkan dalam model jaringan jalan.
BAB 2. METODOLOGI
Rencana Induk Transportasi Perkotaan Pada Kawasan Perkotaan Mebidang dan Sekitarnya
permintaan perjalanan secara proporsional melalui centroid connectors khusus. Metoda ini
cenderung membebani setiap rute yang berkompetisi dengan suatu proporsi dari sel matriks
perjalanan.
Sebagai petunjuk praktis, teknik pembebanan A-o-N cukup efisien jika digunakan pada
jaringan jalan yang sederhana, misalnya jaringan jalan rural, yang kondisi lalu lintasnya tidak
begitu padat dengan sedikit alternatif rute yang tersedia dan ukuran biaya setiap alternatif
rutenya yang jauh berbeda.
B. Model Keseimbangan Pengguna (KP)
Model pemilihan rute bertujuan untuk mengidentifikasi rute yang dipilih oleh setiap
pengendara dalam suatu jaringan jalan. Model pemilihan rute dapat diklasifikasikan
berdasarkan beberapa faktor pertimbangan yang didasarkan atas pengamatan bahwa tidak
setiap pengendara dari suatu lokasi menuju lokasi lainnya akan memilih suatu rute yang
persis sama.
Beberapa alasan kenapa pengendara memilih rute yang berbeda-beda adalah:
1.
2.
Kemacetan dan karakteristik fisik suatu ruas jalan akan membatasi jumlah arus lalu
lintas yang menggunakan jalan tersebut.
Bab 2 - 18
BAB 2. METODOLOGI
Rencana Induk Transportasi Perkotaan Pada Kawasan Perkotaan Mebidang dan Sekitarnya
terhadap mekanisme ekonomi pasar. Dalam hubungan ini fungsi permintaan akan bertemu
dengan fungsi sediaan pada suatu titik tertentu yang disebut titik equilibrium.
2.2. LINGKUNGAN STRATEGIS
2.2.1 Perspektif Jaringan Transportasi Multimoda dan Intermoda
Sistem transportasi dengan sejumlah moda dapat dilihat dari 2 perspektif konseptual yang
berbeda, yakni:
Jaringan transportasi intermoda. Sistem logistik yang terhubungkan diantara 2 moda atau
lebih. Setiap moda memiliki karakteristik pelayanan
memungkinkan barang (atau penumpang) untuk berpindah diantara moda yang ada
dalam satu perjalanan dari asal ke tujuan.
Jaringan transportasi multimoda. Suatu rangkaian dari moda-moda transportasi yang
menyediakan hubungan antara asal dan tujuan perjalanan. Meskipun transportasi
intermoda dapat dilakukan, namun dalam perspektif ini bukanlah keharusan.
Gambar 2.6 menyampaikan perbedaan konsep dalam kedua cara pandang tersebut. Gambar
(a) mendeskripsikan jaringan multimoda konvensional point-to-point di mana asal perjalanan
(A, B, dan C) dihubungkan secara independent oleh moda transportasi (jalan dan rel) ke
lokasi tujuan perjalanan (D, E, dan F).
Sedangkan pada Gambar (b) dipresentasikan perspektif intermoda dalam jaringan jalan
multimoda. Lalulintas dikumpulkan pada 2 titik transhipment, yakni stasiun KA, di mana
terjadi konsolidasi pergerakan penumpang/barang. Ini bisa menghasilkan load-factor
dan/atau frekuensi transportasi yang lebih tinggi, khusunya diantara terminal. Dalam kondisi
tertentu, efisiensi suatu jaringan utamanya ditentukan oleh kapabilitas transhipment dari
suatu terminal.
Dalam perspektif transportasi nasional, jika diinginkan terjadinya efisiensi, maka idealnya di
masa datang dikembangkan jaringan transportasi multimoda yang berkonsep
kepada
intermoda-transport.
Bab 2 - 19
BAB 2. METODOLOGI
Rencana Induk Transportasi Perkotaan Pada Kawasan Perkotaan Mebidang dan Sekitarnya
Bab 2 - 20
BAB 2. METODOLOGI
Rencana Induk Transportasi Perkotaan Pada Kawasan Perkotaan Mebidang dan Sekitarnya
Gambar 2.7 . Pengaturan Hirarki Pergerakan dalam Sistem Transportasi Multi Moda
(Sumber: Rodrigue and Comtois)
2.2.3 Konsep Transportasi Intermoda
2.2.3.1. Definisi Transportasi Intermoda
Secara umum bahwa pengertian transportasi intermoda adalah sebagai berikut:
Pengiriman barang atau pergerakan penumpang yang melibatkan lebih dari satu moda
transportasi ketika melakukan satu perjalanan yang menerus
2.2.3.2. Konsep Jaringan Transportasi Intermoda
Batasan intermodality dipengaruhi oleh faktor ruang, waktu, susunan, pola jaringan, jumlah
simpul dan ruas/lingkages, dan tipe atau karakteristik dari kendaraan dan terminal.
Pengembangan transportasi intermoda umumnya didasarkan pada sejumlah konsep berikut :
-
Bab 2 - 21
BAB 2. METODOLOGI
Rencana Induk Transportasi Perkotaan Pada Kawasan Perkotaan Mebidang dan Sekitarnya
Terdapat 4 definisi fungsi utama dalam transportasi intermoda (Rodrigue and Comtois),
yakni:
-Komposisi. Pengumpulan dan konsolidasi barang/penumpang di suatu terminal/simpul
yang memungkinkan terjadinya interface intermoda antara sistem distribusi
lokal/regional dan sistem distribusi nasional/internasional.
-Koneksi. Pengaliran barang/penumpang diantara minimal dua terminal/simpul. Efisiensi
koneksi ini umumnya diperoleh dari economies of scale.
-Perpindahaan/Interchange. Proses perpindahan moda di suatu terminal. Fungsi utama
dari intermoda dilakukan di terminal/simpul yang berperan menyediakan kontinuitas
pergerakan dalam rantai transportasi.
-Dekomposisi. Proses pemisahan/fragmentasi barang/penumpang di terminal terdekat
dari tujuan dan ditransfer ke dalam jaringan distribusi lokal/regional.
BAB 2. METODOLOGI
Rencana Induk Transportasi Perkotaan Pada Kawasan Perkotaan Mebidang dan Sekitarnya
perjalanan. Pada titik D1 akan lebih menguntungkan jika menggunakan moda rel sampai
mencapai titik D2, selebihnya akan lebih menguntungkan jika menggunakan moda laut.
Umumnya titik D1 berada pada jarak perjalanan antara 500 750 km, sedangkan titik D2
berada pada jarak perjalanan sekitar 1500 km.
Gambar 2.9 . Perbandingan Fungsi Biaya Transportasi Moda Jalan, Rel dan Laut (Rodrigue
and Comtois)
2.2.3.4.Indikator Kinerja Sistem Transportasi Intermoda
Tujuan pengembangan suatu sistem transportasi secara generik selalu diarahkan untuk
meningkatkan efisiensi (minimize the cost) dan efektivitas (maximize the benefit). Untuk
dapat melakukan identifikasi mengenai kondisi/kinerja jaringan
intermoda eksisting
Bab 2 - 23
BAB 2. METODOLOGI
Rencana Induk Transportasi Perkotaan Pada Kawasan Perkotaan Mebidang dan Sekitarnya
biaya
waktu
perjalanan
(termasuk
waktu
transit,
frekuensi
pelayanan,
dan
kualitas pelayanan (kontrol kehilangan dan kerusakan/ control of loss and damage
= L & D), dan
Pada Tabel 2.2 disampaikan kerangka umum untuk analisis kinerja transportasi intermoda
tersebut di atas.
Tabel 2.2 . Kerangka Analisis Kinerja Transportasi Intermoda
Biaya
Door to
door
(distance
based)
Kemudahan
penggunaan
Finansial
Waktu
L & D Control
Tingkat
pengembalia
n aset (return
on assets)
Total cycle
time (distance
based)
Rasio klaim
L&D terhadap
total lalulintas
(berbasis jarak/
value/ waktu
per cycle)
Akurasi
invoice,
Notification,
Prosedur L&D
bagi shippers
Teknis
Manajemen
Aset
Keluwesan
penjadualan/
peralatan/ link
komputer/
slotting
In-transit
privileges
Shipment
tracing/ Asset
visibility
Kemudahan
slotting
Keluwesan
dalam perutean
Pemprosesan
klaim
(Insurance/
damage)
Door to
door (value
based)
Tingkat
pengembalia
n sosial
(return on
equity)
Waktu transit
Door to
door (time
based)
Trading
margin
On-time
performance
(sustaibability
faktor)
Kemungkinan
tracing L&D
sepanjang
perjalanan
Feedback
sepanjang
bagian
perjalanan
Ketersediaan
peralatan
Superioritas
terknologi
dalam total
layanan/chains
Willingness
to negotiate
Total biaya
pengguna
Timelines
reliability (%
tingkat
reliabilitas)
Nilai klaim
L&D terhadap
total lalulintas
(berbasis jarak/
value/ waktu
per cycle)
EDI/common
documentation,
Pengetahuan
thd kebutuhan
shipper
Mobilitas
peralatan,
kondisi fisik
peralatan,
Peralatan
khusus
Kemampuan
negosiasi
untuk
perubahan
moda,
Variansi
(distance
based)
Kompatibilitas
prasarana
BAB 2. METODOLOGI
Rencana Induk Transportasi Perkotaan Pada Kawasan Perkotaan Mebidang dan Sekitarnya
Bab 2 - 25
BAB 2. METODOLOGI
Rencana Induk Transportasi Perkotaan Pada Kawasan Perkotaan Mebidang dan Sekitarnya
Local Distribution
PKL
Local Terminal
Regional Connection
PKW
Regional Terminal
National Connection
PKN
International Connection
2.
a.
b.
c.
d.
BAB 2. METODOLOGI
Rencana Induk Transportasi Perkotaan Pada Kawasan Perkotaan Mebidang dan Sekitarnya
BAB 2. METODOLOGI
Rencana Induk Transportasi Perkotaan Pada Kawasan Perkotaan Mebidang dan Sekitarnya
Service Contract
2.
Management Contract
BAB 2. METODOLOGI
Rencana Induk Transportasi Perkotaan Pada Kawasan Perkotaan Mebidang dan Sekitarnya
3.
Lease Contract
sebagaimana
ditentukan
dalam
perjanjian
kerjasama.
Bab 2 - 29
4.
Building Contract
dan
keuntungan
yang
wajar,
swasta
menerima
Selama kerjasama aset dikelola penuh oleh swasta dan pada akhir
perjanjian, seluruh aset diserahkan kepada pemerintah, tanpa biaya
apapun.
Bab 2 - 30
BAB 2. METODOLOGI
Rencana Induk Transportasi Perkotaan Pada Kawasan Perkotaan Mebidang dan Sekitarnya
BAB 2. METODOLOGI
Rencana Induk Transportasi Perkotaan Pada Kawasan Perkotaan Mebidang dan Sekitarnya
Bentuk
kerjasama
dimana
swasta
melakukan
perluasan
atau
5.
Concession Contract
Masa konsesi dalam pengertian ini selalu berjangka panjang, dan selama itu
pemegang konsesi memberikan pembayaran tertentu kepada Pemerintah.
kecuali
ditentukan
lain
dalam
kontrak.
Bab 2 - 32
Obyek
Management
Contract
Lease Contract
BOT /
BOOT
Concession
Contract
- Pengembangan - Perbaikan
- Pengembangan
Mobilisasi
- Perbaikan
- Terbatas
- O&M
Modal
Swasta
- Pengembangan
- O&M
- O&M Tertentu
Kepemilikan
Aset
Pemerintah
Pemerintah
Pemerintah
Operation &
Maintenance
Pemerintah
Swasta
Modal
Investasi
Pemerintah
Resiko Usaha
- O&M
Swasta
Serahkan
Pemerintah
Swasta
Serahkan
Pemerintah
Swasta
Swasta
Swasta
Pemerintah
Pemerintah
Swasta
Swasta
Pemerintah
Pemerintah
Patungan
Swasta
Swasta
Jangka Waktu
1 2 Tahun
3 5 Tahun
8 15 Tahun
20 30
Tahun
20 30 Tahun
Imbalan
Swasta
Borongan
Tambahan
Biaya
Tarif
Curah
Tarif Konsesi
Swasta
Bab 2 - 33
- Dukungan
Dana
-Komitmen
Pemerintah
Service
Contract
Management
Contract
Rendah
Rendah /
Dianjurkan
Mungkin
(Jangka
panjang)
Terbatas
Pengembangan
Struktur
Pengaturan
Rating Kredit
yang baik dari
suatu Negara
Sistem
Informasi
Menengah
Menengah
Tidak
Tarif untuk
Menutup
Biaya
Menengah /
Concession
Contract
Tinggi
Tinggi
Mungkin
Dianjurkan
Mungkin
Cukup
Perlu
Perlu
Perlu
Pengawasan
Pengawasan
Perlu
Perlu
Perlu
Minimal
Seperlunya
Peraturan
Peraturan
Peraturan
Tidak Perlu
Tidak Perlu
Tidak Perlu
Diperlukan
Diperlukan
Bab 2 - 34
1.
TIM NEGOSIASI
2.
RINCIAN KEGIATAN
Menyiapkan konsep Surat Keputusan
Pembentukan Tim Negosiasi
Mengesahkan Surat Keputusan Tim Negosiasi
1.
2.
3.
4.
5.
1.
2.
3.
4.
1.
PENYUSUNAN
MATERI NEGOSIASI
PELAKSANAAN
NEGOSIASI
KESEPAKATAN ISI
DOKUMEN KERJASAMA
2.
PENYIAPAN DOKUMEN
1.
PERJANJIAN KERJASAMA
2.
PENANDATANGAN
1.
2.
1.
PERJANJIAN KERJASAMA
PENGESAHAN DOKUMEN
PERJANJIAN KERJASAMA
2.
3.
4.
Bab 2 - 35
BAB 2. METODOLOGI
Rencana Induk Transportasi Perkotaan Pada Kawasan Perkotaan Mebidang dan Sekitarnya
KEGIATAN
PEMBENTUKAN BADAN
PENGAWAS / PENGATUR
PENYELESAIAN PENCARIAN
DANA
PENYIAPAN DOKUMEN
RANCANG BANGUN
RINCIAN KEGIATAN
1. Menyiapkan konsep Surat Keputusan
Pembentukan Badan Pengawas / Pengatur
2. Persetujuan / pembentukan Badan Pengawas /
Pengatur
1.
1.
2.
3.
4.
5.
PELAKSANAAN DAN
PENGAWASAN
PEMBANGUNAN
1.
2.
3.
4.
5.
PEMANTAUAN
PELAKSANAAN KERJASAMA
EVALUASI
PELAKSANAAN KERJASAMA
1.
2.
3.
4.
5.
1.
2.
3.
4.
5.
Bab 2 - 36
1
2
3
4
5
6
KAPASITAS
(smp/jam)
2813
2813
2927
2927
2763
2338
VOLUME
LALIN
(smp/jam)
VC
RATIO
1032.60
0.37
1056.45
0.38
1016.50
0.35
1256.50
0.43
1099.35
0.40
1014.30
0.43
Bab 3 - 1
No
7
8
9
10
11
12
13
14
15
16
17
18
19
20
21
22
23
24
25
26
27
28
29
30
31
32
33
34
35
36
37
38
39
40
41
KAPASITAS
(smp/jam)
VOLUME
LALIN
(smp/jam)
VC
RATIO
2315
2315
2326
4959
3342
2914
2048
2763
2763
2733
2245.47
6204
2812
2812
4144
3118
1086.30
1164.65
1001.75
1164.65
1084.30
1024.50
864.25
861.50
841.10
1033.10
1054.70
965.80
719.80
818.90
1298.20
1076.30
0.47
0.50
0.43
0.23
0.32
0.35
0.42
0.31
0.30
0.38
0.47
0.16
0.26
0.29
0.31
0.35
2731
6072
2903
2903
2903
1548.60
1554.60
1127.50
1535.60
1554.60
0.57
0.26
0.39
0.53
0.54
6600
3305
3312
4982
3261
3317
3300
4913
4961
5424
3504
4988
4195
6646
2689
2413
2219
3587
1076
2123
2013
2751
3721
4827
2663
3192
4027
3323
0.41
0.73
0.67
0.72
0.33
0.64
0.61
0.56
0.75
0.89
0.76
0.64
0.96
0.50
Bab 3 - 2
Tabel 3.2
No
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
13
14
15
16
17
18
19
20
21
22
23
24
25
26
27
28
29
30
31
32
33
34
35
36
WAKTU
TEMPUH
(menit)
PANJANG
JALAN
(KM)
KECEPATAN
(Km/Jam)
40.09
7.83
6.09
14.33
3.34
4.05
2.33
2.21
7.20
1.23
22.12
11.83
1.08
5.51
1.86
0.81
19.78
46.02
0.73
4.47
19.15
56.33
32.74
6.00
4.77
8.60
1.95
2.50
1.40
1.40
4.20
0.78
13.64
8.28
0.65
3.40
1.21
0.50
12.53
31.45
0.40
2.46
10.85
33.80
49.00
46.00
47.00
36.00
35.00
37.00
36.00
38.00
35.00
38.00
37.00
42.00
36.00
37.00
39.00
37.00
38.00
41.00
33.00
33.00
34.00
36.00
21.29
1.51
5.91
6.82
17.20
14.55
0.88
3.25
3.98
12.90
41.00
35.00
33.00
35.00
45.00
0.39
3.28
7.18
4.42
0.97
0.73
6.43
0.03
0.10
0.22
1.75
4.67
2.80
0.60
0.40
3.75
1.00
3.00
34.00
32.00
39.00
38.00
37.00
33.00
35.00
30.00
30.00
Bab 3 - 3
37
38
39
40
41
42
43
0.07
0.05
0.11
0.08
0.13
0.08
0.17
1.30
0.80
1.90
2.10
8.10
3.60
4.00
19.50
15.60
17.60
26.80
64.80
43.20
22.90
21
22
2
B.Baru-P.Batu-Jl.J.Ginting-Jl.AH.Nst-Jl.SM.Raja- T. Amplas-Jl.SM. RajaTj.Morawa-Psr.Baru-L.Pakam
B.Labuhan-T.Morawa-Medan
Bandar Baru-Medan (Term.P.baris)
Belawan Via Toll-Tg.Morawa-Perbaungan
Belawan-H.Perak-Medan (Term.P.Baris)
Belawan-Jl.Toll Belmera-T.Tinggi-Tj.Balai
Belawan-Jl.Toll-Perbaungan
Belawan-Sp. Kantor-H. Perak-T. Payung-B.Cina- T.Hilir-Binjai
Binjai Via Tol-Medan-L. Pakam
Binjai-Batang Serangan
Binjai-Marike
Binjai-Medan(Ter.P.Baris)-Percut-Bagan
Binjai-Secanggang
Binjai-T. Keriahe-Bahorok
Binjai-Ter.P.Baris-PAM Tirtanadi- Jl. Ngumban Surbakti-Jl. K.JasaJl.Jend.Ah.Nst-Term.Amplas-Jl.SM.Raja-Bangun Purba
Binjai-Term.P.Baris-K.Jahe
Binjai-Term.P.Baris-T.Tinggi-P.Siantar
Brastagi-K.Jahe-S.Dolok-P.Siantar-Tj.Balai
Brastagi-P.Batu-N.Rambe-Medan(Term.Amplas)
Bt. Kuis-Tembung/Bts.D. Serdang-Jl. L. Sujono-Jl. S. Ketaren-Jl. Rs.
H.Mina-Jl. W. Iskandar-Jl.Cemara Jl. Pertempuran Via Jl. LayangJl.K.Sumarsono-Jl.Gaperta Ujung-Klambir V-Jl.TB.Simatupang- T. Pinang
Baris
Bt.Kuis-Tembung-T.W.Iskandar
Bt.Kuis-Tj.Morawa-Medan (Term.Amplas)
PP
JUMLAH
KEND.
RIT
3
4
100
400
PP
PP
PP
PP
PP
PP
PP
PP
PP
PP
PP
PP
PP
PP
15
20
15
45
10
15
20
35
10
5
20
5
5
25
45
80
60
180
20
60
120
65
30
15
40
15
15
50
PP
PP
PP
PP
40
15
5
15
40
120
30
10
45
150
PP
PP
47
34
188
136
Bab 3 - 4
No.
1
23
24
25
26
27
28
29
30
31
32
33
34
35
36
37
38
39
40
41
42
43
44
45
46
47
48
49
50
51
52
53
54
55
56
57
58
59
60
61
62
63
64
65
66
TRAYEK
2
Cadangan
D.Masihul-Galang-L.Pakam-Term.Amplas
D.Tua-Patumbak-Bts.Kota-T.Amplas
Ds.T.Tujuh-K.Datar-T.Hilir-Binjai-Medan
Garoga-Balige-P.Siantar-T.Tinggi-T.Amplas
Haranggaol-S.Dolok-K.Jahe-T.P.Baris-Binjai
Jl.SM.Raja-Medan (Term.Amplas)
K.Jahe-Brastagi
K.Jahe-P.Siantar
K.Jahe-P.Siantar-Parapat
K.Jahe-S.Dolok-P.Siantar
K.Jahe-Tj.Balai
Kota Medan (Via Jl.Nasioal L.Pakam-Perbaungan)-Kab.Sergai-Kota
T.Tinggi-Kota P.Siantar-Kab.Simalungun
Kotarih-Galang-L.Pakam-Term.Amplas
Kuta Buluh-K.Jahe-Medan
Laiken-K.Jahe-Medan
M.Pinang-N. Rambe-Jl. AH.NST-Jl. SM.Raja-T.Amplas
Medan - Lubuk Pakam
Medan(Belawan/U.Baru)-Via Toll-T.Amplas-L.Pakam-T.Tinggi-P.SiantarParapat-Balige-Siborong2-L.Ni Huta
Medan(Belawan/U.Baru)-Via Toll-Ter.Amplas-L.Pakam- L.PakamT.Tinggi-P.Siantar-Parapat-Balige-Siborong2-D.Sanggul-Pakkat-Parlilitan
Medan(Belawan/U.Baru)-Via Toll-Ter.Amplas-L.Pakam-T.TinggiP.Siantar-Parapat-Balige-Tarutung-Sibolga
Medan-(T. P. Baris)-K. Jahe-H. Gaol
Medan-(T. P. Baris)-K. Jahe-P. Siantar-Prapat
Medan(Ter.P.Baris)-Binjai-Sawit Sebrang-Batang Serangan
Medan(Ter.P.Baris)-Binjai-Secanggang
Medan-(Term.P. Baris).Percut
Medan-(Term.P. Baris)-Pancur Batu-B. Baru
Medan-(Term.P. Baris)-Tembung-Bt. Kuis
Medan-B.Kuis-Rt. Panjang-L.Pakam
Medan-Batang Kuis
Medan-Bgn.Percut
Medan-Binjai
Medan-Binjai Besitang
Medan-Binjai-Bkt.Lawang
Medan-Binjai-D. Serdang-Bedagai-T. Tinggi
Medan-Binjai-Daerah Aceh
Medan-Binjai-Kuala-B.Lawang-Marike
Medan-Binjai-Kwala
Medan-Binjai-Kwala-Bukit Lawang
Medan-Binjai-L.Tamiang
Medan-Binjai-N.Ukur-Telaga-Lau Kawar
Medan-Binjai-Namu Unggas
Medan-Binjai-Pangkalan Brandan
Medan-Binjai-Pangkalan Susu
PP
PP
PP
PP
PP
PP
PP
PP
PP
PP
PP
PP
PP
JUMLAH
KEND.
RIT
3
4
37
20
45
24
96
30
120
8
16
15
45
48
192
20
180
5
10
3
6
12
36
8
16
20
PP
PP
PP
PP
PP
PP
20
6
8
30
40
10
60
12
16
120
200
10
PP
10
10
PP
10
10
PP
PP
PP
PP
PP
PP
PP
PP
PP
PP
PP
PP
PP
PP
PP
PP
PP
PP
PP
PP
PP
PP
PP
5
5
15
10
30
50
40
5
45
6
72
89
70
30
6
27
30
32
35
37
20
112
40
10
10
30
20
120
200
120
15
170
24
288
178
210
30
6
54
80
64
105
74
60
299
115
Bab 3 - 5
No.
1
67
68
69
70
71
72
73
74
75
76
77
78
79
80
81
82
83
84
85
86
87
88
89
90
91
92
93
94
95
96
97
98
99
100
101
102
103
104
105
106
107
108
109
110
111
112
113
114
TRAYEK
2
Medan-Binjai-Pkl.Brandan-Bts. Aceh
Medan-Binjai-Sejagat
Medan-Binjai-Tambunan
Medan-Brastagi-K. Jahe-Pardomuan
Medan-Brastagi-K. Jahe-Parongil
Medan-Brastagi-K. Jahe-Salak-Laiken
Medan-Brastagi-K. Jahe-Sidikalang
Medan-Brastagi-K. Jahe-Sumbul-T. Baru
Medan-Brastagi-K.Jahe-Sidikalang-D.Sanggul-Pakkat-Parlilitan
Medan-Brastagi-Kaban Jahe-Haranggaol
Medan-Brastagi-Merek-Silalahi
Medan-Brastagi-Tiga Lingga-K. Buluh
Medan-Deli Tua-Sibirubiru
Medan-Galang-D. Masihul-T. Tinggi
Medan-H. Perak-Tit Payung
Medan-Jl.A.II Nasution-Jl.J.Ginting-P,Batu
Medan-K. Jahe-K. Buluh Simole
Medan-K. Jahe-L. Balang-Batas Aceh
Medan-K. Jahe-Pangururan
Medan-K. Jahe-Pangururan-Simbolon
Medan-K. Jahe-Parapat-Pangururan-Samosir
Medan-K. Jahe-Sidikalang-Bts. Aceh
Medan-K. Jahe-Sidikalang-D. Sanggul
Medan-K. Jahe-Sidikalang-D. Sanggul-Sibolga
Medan-K. Jahe-Tiga Binanga
Medan-K. Jahe-Tigabinanga-Lau Pakam
Medan-K.Jahe-K.Buluh-L.Balang/Bts Aceh
Medan-K.Jahe-Lau Kawar
Medan-K.Jahe-Lau Pakam
Medan-K.Jahe-Pangururan
Medan-K.Jahe-S.Kalang-Laiken
Medan-K.Jahe-S.Kalang-T.Lingga-K.Buluh
Medan-K.Jahe-S.Ramai-Salak-Laiken/Bts Aceh
Medan-K.Jahe-Seribu Dolok-H.Gaol
Medan-K.Jahe-Sidikalang-T.Lingga
Medan-K.Jahe-Sp.Tele-Pangururan
Medan-K.Jahe-T.Binangga-Lau Pakam
Medan-k.Jahe-Tongging Paropo-Silalahi
Medan-Kaban Jahe
Medan-Kaban Jahe-Prapat
Medan-Kaban Jahe-Sidikalang
Medan-Kabanjahe-Lau Balang
Medan-L. Pakam-D. Masihul-T. Tinggi
Medan-L. Pakam-Pantai Labu
Medan-L. Pakam-T. Tinggi
Medan-L.Pakam-Bedagei (T.Beringin)
Medan-L.Pakam-Bgn.Purba
Medan-L.Pakam-Perbaungan
PP
PP
PP
PP
PP
PP
PP
PP
PP
PP
PP
PP
PP
PP
PP
PP
PP
PP
PP
PP
PP
PP
PP
PP
PP
PP
PP
PP
PP
PP
PP
PP
PP
PP
PP
PP
PP
PP
PP
PP
PP
PP
PP
PP
PP
PP
PP
PP
JUMLAH
KEND.
RIT
3
4
9
18
15
45
15
60
9
18
7
14
10
10
10
20
3
9
10
10
5
10
8
16
10
10
25
75
15
45
10
40
40
80
5
10
10
30
5
10
13
26
5
10
5
10
15
30
8
8
5
10
35
20
20
40
5
10
7
14
2
4
20
10
10
10
10
20
2
4
22
34
10
20
30
30
2
4
60
160
20
60
69
158
5
10
10
20
10
30
5
15
10
30
10
40
18
72
Bab 3 - 6
No.
1
115
116
117
118
119
120
121
122
123
124
125
126
127
128
129
130
131
132
133
134
135
136
137
138
139
140
141
142
143
144
145
146
147
148
149
150
151
152
153
154
155
156
157
158
159
TRAYEK
2
Medan-L.Pakam-Perbaungan-P.Cermin
Medan-L.Pakam-Sp.T.Abang-B.Purba-T.Juhar
Medan-L.Pakam-T.Tinggi-Kisaran-R.Prapat-G.Tua- P.SidempuanPenyabungan
Medan-L.Pakam-T.Tinggi-P.Siantar-Tarutung-Sipirok-P.SidempuanPenyabungan
Medan-Lubuk Pakam
Medan-Lubuk Pakam-Galang
Medan-Mata Pao-Sialang Buah
Medan-P. Batu-Sembahe
Medan-P. Siantar
Medan-P. Siantar-Pakkat-D. Sanggul
Medan-P. Siantar-Parapat-Pangaribuan
Medan-P. Siantar-Tarutung-Parsoburan
Medan-P. Siantar-Tarutung-Sibolga-Manduamas
Medan-P.Siantar-Tarutung-P. Siedmpuan
Medan-P.Siantar-Tarutung-Sibolga
Medan-P.Siantar-Tarutung-Sipirok
Medan-Patumbak-T.Kenas-T.Juhar-D.Tingung-T.Tmur
Medan-Patumbak-T.Kenas-T.Peta-P.Besi-Penen
Medan-Perbaugan-P. Cermin
Medan-Perbaungan
Medan-Percut
Medan-Sembahe-Berastagi-Lau Kawar
Medan-T. Tinggi-G. Tua-M. Sipongi
Medan-T. Tinggi-Kisaran
Medan-T. Tinggi-Kisaran-R. Parapat
Medan-T. Tinggi-Kisaran-R. Prapat-P. Sidempuan
Medan-T. Tinggi-Kisaran-Tanjung Balai
Medan-T. Tinggi-P. Siantar-Sibolga
Medan-T. Tinggi-P. Siantar-Tarutung-Sipirok- P. SidempuanPenyambungan
Medan-T. Tinggi-Pagurawan
Medan-T. Tinggi-Parapat-Sibolga-Bts. Sumbar
Medan-T. Tinggi-R. Prapat
Medan-T. Tinggi-R. Prapat-Bagan BatuMedan-T. Tinggi-R. Prapat-P. Sidempuan
Medan-T. Tinggi-R. Prapat-Psp-Bts. Sumbar
Medan-T. Tinggi-S. Borong2-D. Sanggul-Pakkat-Barus
Medan-T. Tinggi-Sibolga
Medan-T. Tinggi-Sibolga-P. Sidempuan
Medan-T. Tinggi-Sipirok-P. Sidempuan
Medan-T. Tinggi-Tanjung Tiram
Medan-T. Tinggi-Tarutung-Sibolga-Barus
Medan-T. Tinggi-Tj. Balai
Medan-T.Tinggi-Kisaran-R.Prapat-B.Batu
Medan-T.Tinggi-Kisaran-R.Prapat-G.Tua-P. Sidempuan
Medan-T.Tinggi-Kisaran-R.Prapat-P.Sidempuan
PP
PP
PP
JUMLAH
KEND.
RIT
3
4
2
4
15
30
5
5
PP
PP
PP
PP
PP
PP
PP
PP
PP
PP
PP
PP
PP
PP
PP
PP
PP
PP
PP
PP
PP
PP
PP
PP
PP
PP
30
15
15
10
20
10
10
10
10
9
5
6
20
20
10
10
45
2
6
19
15
10
102
30
15
120
45
45
40
20
30
30
30
20
9
5
6
60
60
30
40
150
4
6
23
20
10
194
30
15
PP
PP
PP
PP
PP
PP
PP
PP
PP
PP
PP
PP
PP
PP
PP
PP
10
9
38
10
5
9
15
35
32
5
15
15
10
10
8
10
30
9
60
10
5
9
30
35
37
5
30
30
30
20
12
10
Bab 3 - 7
No.
1
160
161
162
163
164
165
166
167
168
169
170
171
172
173
174
175
176
177
178
179
180
181
182
183
184
185
186
187
188
189
190
191
192
193
194
195
196
197
198
199
200
201
202
TRAYEK
2
Medan-T.Tinggi-Kisaran-Rt.Prapat-P.Sidimpuan
Medan-T.Tinggi-L.Puluh
Medan-T.Tinggi-P.Siantar-Kisaran-Rt.Prapat
Medan-T.Tinggi-P.Siantar-P.Sidempuan
Medan-T.Tinggi-P.Siantar-Parapat
Medan-T.Tinggi-P.Siantar-S.borong-D.Sanggul-Parlilitan
Medan-T.Tinggi-P.Siantar-Sibolga-P. Sidempuan
Medan-T.Tinggi-P.Siantar-Tarutung
Medan-T.Tinggi-P.Siantar-Tarutung-Padang Sidempuan
Medan-T.Tinggi-P.Siantar-Tarutung-Sipirok
Medan-T.Tinggi-P.Siantar-Tarutung-Sipirok-P.Sidimpuan
Medan-T.Tinggi-P.Siantar-Trt-Sipirok-Sbg
Medan-T.Tinggi-Rantau Prapat
Medan-T.Tinggi-Rt.Prapat-M.Sipongi
Medan-T.Tinggi-Sipirok-Natal
Medan-T.Tinggi-T.Balai
Medan-T.tinggi-Tarutung-Sibolga
Medan-T.Tinggi-Tarutung-Sibolga-P.Sidempuan
Medan-T.Tinggi-tarutung-Sipirok-Natal
Medan-Tanjung Morawa-Dalu X
Medan-Tebing Tinggi
Medan-Tebing Tinggi-Kota Pinang
Medan-Tebing Tinggi-P. Siantar
Medan-Tebing Tinggi-P. Sidempuan
Medan-Tebing Tinggi-Tarutung
Medan-Tembung-B. setia-Percut
Medan-Tembung-Serdang
Medan-Tj.Morawa-Bandar Labuhan
Medan-Tj.Selamat-Tj.Anom-Dsa.G.Tinggi-G.Rimbun
Medan-Tuntungan-Ht.Limbaru
Mencirim-Paya Geli-T.P.Baris
N.Rambe-D.Tua-Kp.Durian-Jl.AH.Nst-Jl.SM.Raja-Medan (Term.Amplas)
Namotating-Binjai-Medan(Ter.P.Baris)
Natal-P.Sidimpuan-Sipirok-Medan
P.Cermin-Perbaungan-L.Pakam-Tj.Morawa- Jl.SM.Raja-Medan
(Term.Amplas)-Jl.SM.Raja- Jl.AH.Nst-Jl.K.Jasa-Jl.J.GintingSp.Tuntungan-Jl.Pantai-Tuntungan-Jl.Perum.Asrama Yon Zipur- Asrama
Yon Zipur-Namo Pecawir
P.Labu-L.Pakam-Term.Amplas
P.Labu-L.Pakam-Tj.Morawa-SM.Raja-T.Amplas-SM.Raja-AH.NstJl.K.Jasa-Jl.N.Surbakti-Tj.Anom-Jl.Glugur-Sp.Ktr.Pos-Glugur-Jl.Bumi
Tuntungan
P.Sidimpuan-Rt.Prapat-Sipirok-Medan
P.Sidimpuan-Sibolga-Medan
P.Sidimpuan-Sibolga-Tarutung-P.Siantar-Medan
P.Sidimpuan-Sipirok-Medan
Pakkat-D.Sanggul-Sumbul-K.Jahe-T.P.Baris
Parsoburan-Porsea-P.Siantar-T.Tinggi-T.Amplas
PP
PP
PP
PP
PP
PP
PP
PP
PP
PP
PP
PP
PP
PP
PP
PP
PP
PP
PP
PP
PP
PP
PP
PP
PP
PP
PP
PP
PP
PP
PP
PP
PP
PP
PP
JUMLAH
KEND.
RIT
3
4
10
10
29
77
15
15
30
30
31
66
10
10
45
40
115
230
30
30
10
20
20
20
7
7
164
218
7
7
8
8
54
112
8
8
4
2
8
4
10
30
43
149
10
10
155
420
30
31
10
10
15
45
23
120
5
30
40
120
20
60
20
80
34
136
10
30
10
10
58
174
PP
PP
10
50
30
150
PP
PP
PP
PP
PP
PP
5
5
10
10
8
8
5
5
10
10
8
8
Bab 3 - 8
No.
1
203
204
205
206
207
208
209
210
211
212
213
214
215
216
217
218
219
220
221
222
223
224
225
226
227
228
229
230
231
232
233
234
235
236
237
238
239
JUMLAH
KEND.
RIT
3
4
100
400
TRAYEK
2
Penen-Sibiru2-D.Tua-Jl.AH.NST-T.P.Baris-Kp.Lalang- Jl.Binjai-DiskiPondok Sei Mencirim-G.Rimbun
Perbaungan-L.Pakam-Tj.Morawa-Psr.Baru-Jl.SM.Raja- T. AmplasJl.P.Denai-Jl.D.Kabu-Jl.Beringin-Jl.Tembung- Psr.VII-Jl.L.SujonoT.W.Iskandar-Percut
Pesanan / Charteran
S.Dolok-G.Meriah-L.Pakam-T.Amplas
S.Dolok-P.Siantar-T.Tinggi-T.Amplas
S.Rampah-D.Masihul-Galang-L.Pakam-Term.Amplas
Secanggang-Stabat-Binjai-Medan
Sibiru2-D.Tua-Jl.AH.Nst-Jl.SM.Raja-T.Amplas
Sibolga-Barus-D.Sanggul-Siborong2-Tarutung-P.Siantar-T.Tinggi-Medan
Sibolga-Barus-D.Sanggul-Siborong-P.Siantar-Medan
Sibolga-Barus-Pakkat-D.Sanggul-P.Siantar-Medan
Sibolga-P.Sidimpuan-Rt.Prapat
Sibolga-P.Sidimpuan-Sipirok-Tarutung- P.Siantar-Medan
Sibolga-P.Sidimpuan-Sipirok-Tarutung-P.Siantar-T.Tinggi-Medan
Sibolga-Tarutung-P.Siantar-Medan
Sidikalang - K.Jahe - Brastagi - T.P.Baris
Sidikalang-S.Dolok-P.Siantar-Medan
Silindak-Bg.Purba-L.Pakam-Tj.Morawa Kiri-T.Amplas
T.Amplas-T.Tinggi-Kisaran-R.Prapat-Sibuhuan-U.Batu
T.Amplas-T.Tinggi-P.Siantar-Tarutung-P.Sidimpuan-Penyabungan
T.Amplas-T.Tinggi-P.Siantar-Tarutung-Sibolga
T.Juhar-Patumbak-Medan(Term amplas)
T.Kenas-D.Tua-Jl.AH.Nst-Medan (Term.Amplas)
T.Kenas-Patumbak-Medan (Term.Amplas)
T.Lingga-Sidikalang-K.Jahe-Medan
T.Morawa Kiri-Bts.Kota-Term.Amplas
T.P.Baris-K.Jahe-S.Dolok
T.P.Baris-P.Batu-K.Jahe
T.P.Baris-T.Payung-Sp.Kantor-Belawan
T.P.Baris-Tj.Selamat-Glugur Rimbun-Lau Bakeri
T.Tinggi-Term.Amplas
Taharu-Medan-Binjai-Bkt. Lawang
Tanjung Langkat-Binjai-Medan(Ter.P.Baris)
Tarutung-P.Siantar-T.Tinggi-Medan-Binjai
Tarutung-P.Siantar-T.Tinggi-T.Amplas
Tigabaru-Sumbul-Sidikalang-K.Jahe-Medan
U.Merah-Salak-Laiken-Sidikalang-Medan
PP
PP
90
270
PP
PP
PP
PP
PP
PP
PP
PP
PP
PP
PP
PP
PP
PP
PP
PP
PP
PP
PP
PP
PP
PP
PP
PP
PP
PP
PP
PP
PP
PP
PP
PP
PP
PP
PP
15
7
15
20
30
38
15
10
10
5
20
5
40
28
10
48
16
26
16
15
29
29
8
78
23
23
20
55
18
5
10
5
10
10
4
21
45
40
80
152
15
10
20
5
40
5
60
64
20
192
16
26
16
30
116
116
16
312
92
92
80
200
54
10
30
5
20
10
8
2
B.Lawang-Binjai-Medan-T.Tinggi-P.Siantar-Parapat
PP
JUMLAH
BUS
RIT
3
4
21
42
Bab 3 - 9
NO
1
T R A Y E K
JUMLAH
BUS
RIT
3
4
21
42
4
6
10
20
5
5
2
B.Lawang-Medan-Binjai-P.Labu
Bah Siduadua -Galang - Medan
Belawan - Jl.Toll Belmera - T.Tinggi - Tj.Balai
Besitang-Stabat-Binjai-Medan-Term. Amplas-T. Tinggi-P. Siantar
PP
PP
PP
PP
6
7
8
9
10
11
12
13
14
15
16
17
18
19
20
21
22
23
24
25
26
27
28
29
30
31
PP
PP
PP
PP
PP
PP
PP
PP
PP
PP
PP
PP
PP
PP
PP
PP
PP
PP
PP
PP
PP
PP
PP
PP
PP
PP
2
2
3
2
1
2
2
2
1
2
2
2
5
2
1
4
4
5
5
5
2
5
5
4
4
5
4
2
6
4
2
4
4
4
2
4
4
4
20
4
2
8
8
10
10
10
4
10
10
8
4
5
32
33
PP
PP
7
8
7
16
34
35
36
PP
PP
PP
6
4
5
12
4
10
37
38
39
40
41
42
43
44
45
46
PP
PP
PP
PP
PP
PP
PP
PP
PP
PP
4
4
5
5
5
1
8
8
3
22
16
2
10
10
2
2
8
16
9
44
2
3
4
5
Bab 3 - 10
NO
T R A Y E K
1
47
48
49
50
51
52
53
54
55
56
57
58
59
60
61
62
63
64
65
66
67
68
69
70
71
72
73
74
75
76
77
78
79
80
81
82
83
84
2
Lau Pakam - T.Binanga - K.Jahe - Brastagi Mdn- Brastagi- D. Sanggul- S. Borong- Trtng- Sbg
Mdn- P. Siantar- Balige- Muara- Bakara- D. Sanggul
Medan - Balige
Medan - Batang Kuis - Rt. Panjang
Medan - Batang Kuis
Medan - Batang Kuis - Serdang
Medan - Batang Toru
Medan - Bedagai
Medan - Binjai
Medan - Binjai - Batang Serangan
Medan - Binjai - Bkt.Lawang
Medan - Binjai - Kisaran - T.Balai
Medan - Binjai - Marike
Medan - Binjai - P.Brandan
Medan - Binjai - P.Brandan - Langkat Tamiang
Medan - Binjai - P.Brandan - P.Susu
Medan - Binjai - P.Brandan ( Malam Hari )
Medan - Binjai - Pungei - Stabat
Medan - Binjai - Sawit Sebrang
Medan - Binjai - Secanggang
Medan - Binjai - Sei.Musam ( Bkt.Lawang )
Medan - Binjai - Selayang
Medan - Binjai - Stabat - Tj.Pura - P.Brandan
Medan - Binjai - Tambunan
Medan - Binjai - Tanjung Pura
Medan - Binjai - Telaga
Medan - Brastagi - K.Jahe
Medan - Brastagi - K.Jahe - Haranggaol
Medan - Brastagi - K.Jahe - Jandi Meriah
Medan - Brastagi - K.Jahe - Kuta Bangun
Medan - Brastagi - K.Jahe - Kuta Galuh
Medan - Brastagi - K.Jahe - Munthe
Medan - Brastagi - K.Jahe - Perbesi
Medan - Brastagi - K.Jahe - Pergendangan
Medan - Brastagi - K.Jahe - Pernantian
Medan - Brastagi - K.Jahe - Sidikalang
Medan - Brastagi - K.Jahe - Sidikalang - D.Sanggul - Pakkat - Barus
PP
PP
PP
PP
PP
PP
PP
PP
PP
PP
PP
PP
PP
PP
PP
PP
PP
PP
PP
PP
PP
PP
PP
PP
PP
PP
PP
PP
PP
PP
PP
PP
PP
PP
PP
PP
PP
PP
85
86
87
88
89
90
91
92
93
94
PP
PP
PP
PP
PP
PP
PP
PP
PP
PP
JUMLAH
BUS
RIT
3
4
5
10
4
3
4
4
4
4
2
8
10
60
4
16
2
2
3
6
33
2166
8
16
13
32
29
58
2
4
18
44
3
6
10
20
4
8
6
24
8
16
6
24
3
6
2
6
5
5
2
4
1
2
2
4
7
14
2
4
2
4
2
4
2
4
2
4
2
4
2
4
2
4
8
16
8
4
8
1
2
8
2
5
4
8
8
4
16
2
4
16
4
10
4
8
8
4
Bab 3 - 11
NO
1
95
96
97
98
99
100
101
102
103
104
105
106
107
108
109
110
111
112
113
114
115
116
117
118
119
120
121
122
123
124
125
126
127
128
129
130
131
132
133
134
135
136
137
138
139
140
141
JUMLAH
BUS
RIT
3
4
T R A Y E K
2
Sorkam
Medan - K.Jahe - Limang
Medan - K.Jahe - Merek - Sidikalang
Medan - K.Jahe - S.Dolok - P.Siantar - Parapat
Medan - K.Jahe - S.Dolok - Tiga Runggu - P.Raya - Jl. S.Dolok Sp.Dua - Jl. S.M.Raja - Jl. Pdt.Jw.Saragih - Jl. Baru - P.Siantar
Medan - K.Jahe - Salak
Medan - K.Jahe - Sidikalang
Medan - K.Jahe - Sidikalang - D.Sanggul - Pakkat -Barus
Medan - K.Jahe - Sidikalang - D.Sanggul - Parlilitan
Medan - K.Jahe - Sidikalang - T.Lingga
Medan - K.Jahe - Sumbul - D.Sanggul - Pakkat
Medan - K.Jahe - T.Binanga - Lau Pakam
Medan - K.Jahe - Tiga Binanga - T.Lingga
Medan - Kisaran - Pasir Mandoge
Medan - Kisaran - R.Prapat - Sibuhuan
Medan - Klumpang - H. Perak - L. Deli - Belawan
Medan - Kuta Gugung
Medan - Kw.Sawit - Tangkahan
Medan - L. Pakam - Pertumbukan
Medan - L. Tamiang - Tungkam Jaya
Medan - L.Keriahen - Bkt.Lawang
Medan - L.Pakam
Medan - L.Pakam - B.Purba - G.Meriah
Medan - L.Pakam - B.Purba - G.Paribuan
Medan - L.Pakam - B.Purba - P.Gunung
Medan - L.Pakam - B.Purba - S.Dolok
Medan - L.Pakam - B.Purba - Saran Padang
Medan - L.Pakam - B.Purba - T.Juhar
Medan - L.Pakam - B.Purba - T.Juhar - D.Tinggung
Medan - L.Pakam - B.Purba - Tarean - Marubun
Medan - L.Pakam - Dolok Masihul
Medan - L.Pakam - Galang - D.Masihul - T.Raja
Medan - L.Pakam - Galang - D.Masihul - T.Tinggi
Medan - L.Pakam - Galang - Kotarih
Medan - L.Pakam - Kutarih
Medan - L.Pakam - Perbaungan - P.Cermin
Medan - L.Pakam - S.Padang - Paribuan - S.Dolok
Medan - L.Pakam - Silindak
Medan - Merbau
Medan - Merek - Tongging - Silalahi
Medan - Munthe
Medan - Negeri Lama
Medan - Negeri Lama - Labuhan Bilik
Medan - P.Siantar
Medan - P.Siantar - Ajibata Via Ferry Pangururan
Medan - P.Siantar - D.Sanggul
Medan - P.Siantar - Pakkat - D.Sanggul
Medan - P.Siantar - Parapat - Pangaribuan
PP
PP
PP
PP
4
25
10
4
8
25
10
4
PP
PP
PP
PP
PP
PP
PP
PP
PP
PP
PP
PP
PP
PP
PP
PP
PP
PP
PP
PP
PP
PP
PP
PP
PP
PP
PP
PP
PP
PP
PP
PP
PP
PP
PP
PP
PP
PP
PP
PP
PP
PP
PP
4
4
8
8
2
5
30
2
5
2
12
1
2
4
6
4
22
2
3
4
3
3
3
2
2
5
2
8
2
3
4
2
3
6
10
1
9
6
46
10
6
10
10
4
4
8
8
2
5
45
2
10
4
72
2
4
8
12
8
144
4
6
8
6
6
6
4
4
15
4
16
4
6
8
4
6
6
10
2
9
12
100
20
6
30
30
Bab 3 - 12
NO
1
142
143
144
145
146
147
148
149
150
151
152
153
154
155
156
157
158
159
160
161
162
163
164
165
166
167
168
169
170
171
172
173
174
175
176
177
178
179
180
181
182
183
184
185
186
187
188
189
T R A Y E K
2
Medan - P.Siantar - Perdagangan - Kisaran - R.Prapat
Medan - P.Siantar - Raja Maligas
Medan - P.Siantar - Sibolga
Medan - P.Siantar - Siborong2 - D.Sanggul - Barus
Medan - P.Siantar - Siborong2 - Sipahutar
Medan - P.Siantar - Sipirok - P.Sidimpuan
Medan - P.Siantar - Tambunrea
Medan - P.Siantar - Tarutung
Medan - P.Siantar - Tarutung - Pangaribuan
Medan - P.Siantar - Tarutung - Parsoburan
Medan - P.Siantar - Tarutung - Sibolga - Manduamas
Medan - P.Sidimpuan
Medan - Pangaribuan
Medan - Pangaribuan - Garoga
Medan - Pantai Buaya
Medan - Pantai Labu
Medan - Parsoburuan
Medan - Pekan2 di Kab D.Serdang
Medan - Perbaungan
Medan - Perdagangan - Raja Maligas
Medan - Pernantian
Medan - Pkl. Brandan
Medan - Pkl. Brandan - Bkt. Selamat
Medan - Pkl. Brandan - Petani Jaya
Medan - Pkl. Brandan - Pkl. Susu
Medan - Pkl. Brandan - Psr. Lebar
Medan - Pkl. Brandan - Sekoci
Medan - Pkl. Brandan - Sidodadi
Medan - Pkl. Brandan - Suaka
Medan - Pkl.Brandan
Medan - Pkl.Susu
Medan - R.Prapat - A.Jamu
Medan - R.Prapat - B.Batu
Medan - R.Prapat - K.Pinang - B.Batu
Medan - R.Prapat - Negri Lama
Medan - R.Prapat - P.Sidimpuan
Medan - Rt.Prapat - Torgamba
Medan - Sarulla
Medan - Sialang Buah
Medan - Sibolga - Natal
Medan - Sibolga - P.Sidimpuan
Medan - Sibolga - Penyabungan
Medan - Siborong2 - D.Sanggul - Parlilitan -Pakkat - Barus
Medan - Sidikalang
Medan - Sidikalang - Tiga Lingga
Medan - Simanumban - Sipirok
Medan - Sipirok - G.Tua - U.Batu
Medan - Sipirok - P.Sidimpuan
PP
PP
PP
PP
PP
PP
PP
PP
PP
PP
PP
PP
PP
PP
PP
PP
PP
PP
PP
PP
PP
PP
PP
PP
PP
PP
PP
PP
PP
PP
PP
PP
PP
PP
PP
PP
PP
PP
PP
PP
PP
PP
PP
PP
PP
PP
PP
PP
JUMLAH
BUS
RIT
3
4
10
10
2
4
4
4
8
8
4
4
4
2
2
4
6
6
10
20
10
30
10
20
8
8
2
2
2
2
8
16
4
8
2
2
2
23
138
2
4
1
2
4
8
5
10
3
6
6
12
3
6
4
8
2
4
5
10
34
86
9
18
4
2
8
4
4
2
4
2
4
3
48
48
2
2
4
8
4
3
4
2
8
4
7
4
4
6
2
2
2
2
4
3
12
6
Bab 3 - 13
NO
1
190
191
192
193
194
195
196
197
198
199
200
201
202
203
204
205
206
207
208
209
210
211
212
213
214
215
216
217
218
219
220
221
222
223
224
225
226
227
228
229
230
231
232
233
234
T R A Y E K
2
Medan - Sipirok - Penyabungan
Medan - Sipirok - Sipangimbar
Medan - T.Balai
Medan - T.Lingga
Medan - T.Pura - Bubun - Tapak Kuda
Medan - T.Tinggi
Medan - T.Tinggi - Bandar Chalipah - Pagurawan
Medan - T.Tinggi - Kisaran
Medan - T.Tinggi - Kisaran - A.Kanopan - K.Bangka
Medan - T.Tinggi - Kisaran - A.Kanopan - Merbau
Medan - T.Tinggi - Kisaran - A.Kanopan - R.Prapat
Medan - T.Tinggi - Kisaran - A.Kanopan - R.Prapat - K.Pinang
Medan - T.Tinggi - Kisaran - A.Kanopan - Tj.Pasir
Medan - T.Tinggi - Kisaran - B.P.Mandoge
Medan - T.Tinggi - Kisaran - Bg.Asahan
Medan - T.Tinggi - Kisaran - Kuala Tanjung
Medan - T.Tinggi - Kisaran - Parhitean
Medan - T.Tinggi - Kisaran - R.Prapat
Medan - T.Tinggi - Kisaran - R.Prapat - A.Nabara - A.Jamu
Medan - T.Tinggi - Kisaran - R.Prapat - Balam
Medan - T.Tinggi - Kisaran - R.Prapat - Bilik
Medan - T.Tinggi - Kisaran - R.Prapat - K.Pinang - Cikampak
Medan - T.Tinggi - Kisaran - R.Prapat - Langga Payung
Medan - T.Tinggi - Kisaran - R.Prapat - Sigambal Silangkitang
Medan - T.Tinggi - Kisaran - R.Prapat - Torgamba
Medan - T.Tinggi - Kisaran - Tj.Balai
Medan - T.Tinggi - Kisaran - Tj.Balai - Bg.Asahan
Medan - T.Tinggi - L.Puluh - Perdagangan
Medan - T.Tinggi - L.Puluh - Sei Bejangkar - Tj.Tiram
Medan - T.Tinggi - L.Puluh - Sei Bejangkar - Talawi
Medan - T.Tinggi - Negeri Dolok
Medan - T.Tinggi - P.Siantar
Medan - T.Tinggi - P.Siantar - Ajibata
Medan - T.Tinggi - P.Siantar - B.P.Mandoge
Medan - T.Tinggi - P.Siantar - B.Pulau
Medan - T.Tinggi - P.Siantar - Bah Jambi
Medan - T.Tinggi - P.Siantar - Balige - S.Borong - D.Sanggul
Medan - T.Tinggi - P.Siantar - Balige - Siborong2 - Tarutung
Medan - T.Tinggi - P.Siantar - Balige - Siborong2 -D.Sanggul Pakkat
Medan - T.Tinggi - P.Siantar - Ht.Bayu
Medan - T.Tinggi - P.Siantar - P.Raya - S. Dolok
Medan - T.Tinggi - P.Siantar - Parapat
Medan - T.Tinggi - P.Siantar - Parapat - Porsea - Balige - S.Borong Tarutung
Medan - T.Tinggi - P.Siantar - Porsea - Parsoburan
Medan - T.Tinggi - P.Siantar - Siborong2 - Silangkitang Parmonangan
PP
PP
PP
PP
PP
PP
PP
PP
PP
PP
PP
PP
PP
PP
PP
PP
PP
PP
PP
PP
PP
PP
PP
PP
PP
PP
PP
PP
PP
PP
PP
PP
PP
PP
PP
PP
PP
PP
PP
JUMLAH
BUS
RIT
3
4
4
2
4
2
35
80
3
6
2
4
1
2
6
12
16
32
10
10
10
20
6
6
5
5
10
20
15
30
5
10
2
4
15
30
11
11
11
11
5
5
2
2
16
16
2
2
11
11
40
40
114
208
10
20
6
12
3
6
5
12
7
21
42
84
14
28
20
40
2
2
10
20
4
4
7
7
7
7
PP
PP
PP
PP
2
5
6
6
4
10
12
6
PP
PP
4
4
4
4
Bab 3 - 14
NO
T R A Y E K
JUMLAH
BUS
RIT
3
4
3
3
1
235
2
Medan - T.Tinggi - P.Siantar - Siborong2 - D.Sanggul - Pakkat
PP
236
237
238
239
240
241
242
PP
PP
PP
PP
PP
PP
PP
3
4
2
4
4
4
10
3
4
4
8
4
4
10
243
244
245
246
247
248
249
250
PP
PP
PP
PP
PP
PP
PP
PP
10
10
4
4
5
8
4
7
20
10
2
2
10
16
8
14
PP
PP
PP
PP
PP
PP
PP
PP
PP
PP
PP
PP
PP
PP
PP
8
20
8
6
6
2
2
2
14
4
4
6
12
4
6
16
50
16
12
6
2
2
8
14
8
3
18
30
8
6
PP
PP
PP
PP
PP
PP
PP
PP
4
10
2
6
18
4
4
15
8
10
4
12
18
8
8
15
PP
PP
PP
PP
PP
4
8
6
5
3
4
12
18
10
3
251
252
253
254
255
256
257
258
259
260
261
262
263
264
265
266
267
268
269
270
271
272
273
274
275
276
277
278
Bab 3 - 15
NO
1
279
280
281
282
283
284
285
286
287
288
289
290
291
292
293
294
295
296
297
298
299
300
301
302
303
304
305
306
307
308
309
310
311
312
313
314
315
316
317
318
319
320
321
322
323
324
325
326
T R A Y E K
2
Medan-Brastagi-K.Jahe-Merek-Sumbul-D.Sanggul-Barus
Medan-Brastagi-K.Jahe-Parongil
Medan-Brastagi-Merek-Silalahi
Medan-Brastagi-Pardomuan
Medan-Brastagi-Salak-Laiken
Medan-Brastagi-T.Lingga-K.Buluh
Medan-K.Jahe-Sidikalang
Medan-K.Jahe-Sidikalang-Bunturaja
Medan-K.Jahe-Sidikalang-T.Lingga
Medan-K.Jahe-Sp.Panji-D.Sanggul
Medan-K.Jahe-Sp.Panji-Pangururan-Ambarita
Medan-K.Jahe-Sp.Panji-Pangururan-Simbolon
Medan-K.Jahe-Sumbul-Tigabaru
Medan-L.Pakam-B.Purba-G.Sinemba
Medan-L.Pakam-B.Purba-P.Gunung
Medan-L.Pakam-B.Purba-T.Juhar-D.Tinggung
Medan-L.Pakam-B.Purba-Tarean-Marubun
Medan-L.Pakam-D.Tua-T.Kenas-T.Juhar-D.Tinggung
Medan-L.Pakam-Galang-D.Masihul-Serbelawan
Medan-L.Pakam-Galang-D.Masihul-Sp.Grapu-N.Dolok
Medan-L.Pakam-Galang-D.Masihul-T.Raja
Medan-L.Pakam-Galang-D.Masihul-T.Tinggi
Medan-L.Pakam-Galang-Kotarih
Medan-L.Pakam-Kuala Bali-N.Dolok- T.Tinggi-Sipispis
Medan-L.Pakam-Perbaungan-Pantai Cermin
Medan-L.Pakam-Perbaungan-T.Tinggi-Indrapura-Kisaran
Medan-L.Pakam-S.Padang-Paribuan-S.Dolok
Medan-L.Pakam-T.Tinggi-Kisaran
Medan-L.Pakam-T.Tinggi-Kisaran-B.P.Mandoge-T.Jawa
Medan-T. Tinggi - P.Siantar- Parapat
Medan-T. Tinggi - P.Siantar- Tarutung
Medan-T. Tinggi - P.Siantar- Trt -Sbg -Bt. Toru
Medan-T.Tinggi-G.Pamela-Sipispis
Medan-T.Tinggi-Kisaran
Medan-T.Tinggi-Kisaran-B.P.Mandoge
Medan-T.Tinggi-Kisaran-R.Prapat
Medan-T.Tinggi-Kisaran-R.Prapat-Cikampak
Medan-T.Tinggi-Kisaran-R.Prapat-G.Tua-P.Sidimpuan
Medan-T.Tinggi-Kisaran-R.Prapat-G.Tua-Penyabungan
Medan-T.Tinggi-Kisaran-R.Prapat-K.Pinang-Penyabungan-Natal
Medan-T.Tinggi-Kisaran-R.Prapat-L.Bilik
Medan-T.Tinggi-Kisaran-Tj.Balai
Medan-T.Tinggi-L.Puluh-Perdagangan
Medan-T.Tinggi-P.Siantar=-Tarutung-Muara Sipongi
Medan-T.Tinggi-P.Siantar-B.P.Mandoge
Medan-T.Tinggi-P.Siantar-Siborong2-Pakkat
Medan-T.Tinggi-P.Siantar-Tarutung
Medan-T.Tinggi-P.Siantar-Tarutung-Sinunukan
PP
PP
PP
PP
PP
PP
PP
PP
PP
PP
PP
PP
PP
PP
PP
PP
PP
PP
PP
PP
PP
PP
PP
PP
PP
PP
PP
PP
PP
PP
PP
PP
PP
PP
PP
PP
PP
PP
PP
PP
PP
PP
PP
PP
PP
PP
PP
PP
JUMLAH
BUS
RIT
3
4
3
3
7
14
8
16
9
18
10
10
10
10
18
34
3
3
15
19
6
6
4
4
21
34
5
13
2
4
4
8
2
4
2
4
4
8
10
10
3
12
2
4
8
16
2
4
3
6
4
8
7
14
2
4
3
6
3
3
4
8
5
5
4
4
3
6
5
10
15
30
6
6
8
8
4
2
4
2
3
3
8
8
3
6
15
45
4
4
15
30
2
2
6
6
3
3
Bab 3 - 16
NO
1
327
328
329
330
331
332
333
334
335
336
337
338
339
340
341
342
343
344
345
346
347
348
349
350
351
352
353
354
355
356
357
358
359
360
361
362
363
364
365
T R A Y E K
2
Medan-T.Tinggi-P.Siantar-Trt-Sibolga-P.Sidimpuan
Medan-T.Tinggi-P.Siantar-Trt-Sipirok-P.Sidimpuan
Medan-T.Tinggi-P.Siantar-Trt-Sipirok-Sibuhuan-U.Batu
Medan-T.Tinggi-Pagurawan
Medan-T.Tinggi-R.Prapat-A.Nabara
Medan-T.Tinggi-R.Prapat-P.Sidimpuan-A.Kanopan
Medan-T.Tinggi-Serbelawan
Medan-T.Tinggi-Sinaksak
Medan-T.Tinggi-Tarutung-Sibolga
Medan-Tj.Morawa-L.Pakam-Perbaungan-Sei Rampah-BambanSp.Stasiun
Munthe - K.Jahe - Brastagi - Medan - L.Pakam
Nainggolan-Palipi-Pangururan-R.Nihuta-Tanjungan-Tomok-AjibataP.Siantar-T.Tinggi-Medan
Negeri Dolok - Galang - Medan
P. Brandan- Medan- Berastagi- K. Jahe- Sidikalang
P. Brandan- Medan- P. Siantar- Balige- S. Borong - D. SanggulPakat
P. Brandan -stabat-Binjai-Medan-Ter. Amplas.L. Pakam
P. Brandan -stabat-Binjai-Medan-Term. Amplas-T. Tinggi-P. Siantar
P. Brandan-Stabat-Binjai- (Tr. PJKA)-T.P.Baris- T Amplas-T. TinggiRt.Prapat
P. Brandan-Stabat-Binjai-(Term. PJKA)- T.P.Baris-T. Tinggi-KisaranTj.Balai
P. Susu-Stabat-Binjai-Term-P. Baris-Term. Amplas-T. Tinggi-P.
Siantar
P.Brandan - Binjai - Mdn - Jl.P.Baris - T.Sari - N.Surbakti - Jl.AH.Nst T.Amplas - T.Tinggi -Kisaran - T.Balai
P.Brandan - Medan - P.Siantar - D.Sanggul
P.Brandan - Medan - P.Siantar - Tarutung
P.Brandan - Medan - Rt.Prapat - Torgamba
P.Brandan - Medan - T.Balai
P.Brandan - T.P.Baris - T.Amplas - T.Tinggi - P.Siantar - Tarutung Sibolga
P.Brandan - T.P.Baris - T.Amplas - T.Tinggi - P.Siantar - Ht.Bayu
P.Brandan - T.P.Baris - T.Amplas - T.Tinggi - P.Siantar - Parapat
P.Brandan - T.P.Baris - T.Amplas - T.Tinggi - P.Siantar - Siborong2 D.Sanggul - Sibolga
P.Brandan- Binjai- T.P.Baris- T.Tinggi- Tarutung
P.Brandan-Binjai-T.Amplas-T.Tinggi-Kisaran-T.Balai
P.Brandan-Binjai-T.P.Baris-T.Amplas-T.Tinggi-Kisaran-R.PrapatK.Pinang-Torgamba
P.Cermin-L.Pakam-Medan
P.Sawah-Binjai-Medan
P.Sidimpuan - G.Tua - Binanga - Sibuhuan
P.Sidimpuan - Kota Nopan
P.Sidimpuan - Natal
P.Sidimpuan - Rt.Prapat - Medan
P.Sidimpuan - Simangambat
PP
PP
PP
PP
PP
PP
PP
PP
PP
PP
JUMLAH
BUS
RIT
3
4
4
2
4
4
4
2
10
30
3
3
8
8
5
10
5
10
6
6
8
24
PP
PP
5
8
10
8
PP
PP
PP
4
6
6
8
6
6
PP
PP
PP
8
5
7
16
5
7
PP
PP
10
10
PP
25
25
PP
PP
PP
PP
PP
5
5
20
15
4
10
10
20
15
4
PP
PP
PP
4
4
4
4
4
4
PP
PP
PP
6
4
4
6
8
2
PP
PP
PP
PP
PP
PP
PP
6
8
4
2
4
8
4
18
16
4
4
4
4
8
Bab 3 - 17
NO
1
366
367
368
369
370
371
372
373
374
375
376
377
378
379
380
381
382
383
384
385
386
387
388
389
390
391
392
393
394
395
396
397
398
399
400
401
402
403
404
T R A Y E K
2
P.Sidimpuan - Sipirok - Tarutung - P.Siantar - T.Tinggi - Medan
P.Susu - P.Brandan - Binjai - T.Amplas - Tj.Kasau - S.Langge Penambean - Perdagangan
P.Susu - P.Brandan - Binjai - T.P.Baris - T.Amplas - T.Tinggi P.Siantar - Balige - Siborong2 - Tarutung
P.Susu - P.Brandan - Binjai - T.P.Baris - T.Amplas - T.Tinggi D.Melangir - P.Bandar - Kerasaan
P.Susu - P.Brandan - Binjai - T.P.Baris - T.Amplas - T.Tinggi Kisaran - Prapat - K.Pinang - Cikampak
P.Susu - P.Brandan - Binjai - T.P.Baris - T.Amplas - T.Tinggi Kisaran - Tj.Balai
P.Susu - P.Brandan - Medan - K.Pinang - B.Batu
P.Susu - T.P.Baris - T.Amplas - T.Tinggi - P.Siantar - Sidamanik
Pamah Semilir-Telaga-Binjai-Medan-Berastagi-K.Jahe-Lau Kawar
Pangururan-Tarutung
Pangururuan- Sidikalang
Sagala- Pangururan- Tomok- Ajibata- P. Siantar- Kisaran- R. PrapatK. Pinang
Sawit Sebrang - Medan - K.Jahe - Sidikalang
Secanggang-Stabat-Binjai-Medan-Term. Amplas-T. Tinggi-P. Siantar
Sei Lepan-Sawit Hulu-Binjai-Medan
Sidikalang - Kuta Buluh - Lau Pakam
Sidikalang- D. Sanggul- S. Borong- Tarutung- Sbg
Sidikalang-Pangururan
Sipangimbar - Sipirok - Penyabungan
Sipangimbar - Sipirok - R.Prapat
Sipangimbar - Tarutung - P.Siantar
T.Amplas - Jl.S.M.Raja - Jl.Tritura - Jl.K.Jasa - Jl.J.Ginting Jl.Sempakata - Jl.S.Budi - Tj.Selamat - Tj.Anom - Lau Bakeri Perum.Kota Baru - Berdikari
T.Amplas - Jl.S.M.Raja - Jl.Tritura - Jl.K.Jasa - Jl.J.Ginting Sp.Tuntungan - Psr.X - K.LimBaru -S.Makmur
T.Binanga - P.Siantar - T.Balai
T.Binanga - P.Siantar - Torgamba
T.Lingga - K.Buluh - T.Binanga - Medan - P.Brandan
T.Lingga - K.Jahe
T.Lingga - Sidikalang - K.Jahe - Medan
T.P.Baris - Jl.TB.Simanjuntak - Jl.G.Subroto - Jl.Raya Binjai - Diski Sp.Pos - Lau Bakeri - Perumahan Kota Baru - Berdikari
T.Tinggi - Kisaran
T.Tinggi - Kisaran - R.Prapat
T.Tinggi - R.Prapat - L.Bilik
T.Tinggi - Tj.Balai
T.Tinggi-D.Masihul-Galang-L.Pakam-Medan
Tala Peta - D.Tua - Medan
Tambunan-Binjai-Medan
Tarutung - Medan - Pkl.Brandan
Tarutung - P.Siantar - Perdagangan - Kisaran - Tj.Balai
Tj.Balai - Rt.Prapat - Penyabungan
PP
PP
JUMLAH
BUS
RIT
3
4
4
4
5
5
PP
PP
PP
PP
PP
PP
PP
PP
PP
PP
6
4
5
2
2
10
4
4
10
4
2
10
PP
PP
PP
PP
PP
PP
PP
PP
PP
PP
25
5
8
2
6
4
4
4
4
50
50
5
16
4
6
8
8
4
4
200
PP
50
200
PP
PP
PP
PP
PP
PP
4
6
7
2
8
50
4
6
7
4
16
200
PP
PP
PP
PP
PP
PP
PP
PP
PP
PP
2
2
2
1
30
2
5
2
7
4
4
4
4
2
60
4
20
2
21
2
Bab 3 - 18
T R A Y E K
NO
1
405
2
Tj.Beringin Psr.X-Stabat-Binjai-Medan-Jl.P.Baris- Jl.Amal-Jl.G.HitamJl.Industri (Psr.III/Lingkar Luar)-Jl.N.Surbakti-Jl.J.Ginting-Jl..H.NstJl.S.M.Raja-L.Pakam
PP
JUMLAH
BUS
RIT
3
4
20
40
Bab 3 - 19
: Selat Malaka
Sebelah Selatan
Sebelah Barat
Sebelah Timur
Luas wilayah administrasi Kota Medan adalah seluas 26.510 Ha yang terdiri dari 21 (dua puluh
satu) Kecamatan dengan 151 kelurahan yang terbagi dalam 2000 lingkungan. Kecamatan Medan
Labuhan memiliki luas wilayah terbesar yaitu 3.667 Ha (14% dari total wilayah Kota Medan).
Kecamatan Medan Belawan merupakan daerah yang memiliki luas terbesar kedua yaitu sekitar
2.625 Ha. Sedangkan Kecamatan Medan Sunggal memiliki luas wilayah terkecil yaitu 298 Ha
(1% dari total luas keseluruhan).
Bab 3 - 20
Bab 3 - 21
Tabel 3.5
Bab 3 - 22
kepadatan penduduk, jumlah penduduk menurut jenis kelamin, tingkat pendidikan, kelompok
umur, agama serta jumlah penduduk menurut mata pencaharian.
A. Distribusi dan Kepadatan Penduduk
Pada tahun 2009, diproyeksikan penduduk Kota Medan mencapai 2.121.053 jiwa. Dibanding
hasil Sensus Penduduk 2000, terjadi pertumbuhan penduduk sebesar 216.780 jiwa (11,38%).
Dengan luas wilayah mencapai 265,10 km2, kepadatan penduduk mencapai 8.001 jiwa/km2.
Tabel 3.6 Distribusi dan Kepadatan Penduduk Kota Medan Menurut Kecamatan
Tahun 2006 2009
No
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
13
14
15
16
17
18
19
20
21
Kecamatan
Luas Wilayah
(Km2)
21
15
11
9
6
5
3
9
6
13
15
13
7
5
8
4
8
21
37
24
26
Medan Tuntungan
Medan Johor
Medan Amplas
Medan Denai
Medan Area
Medan Kota
Medan Maimun
Medan Polonia
Medan Baru
Medan Selayang
Medan Sunggal
Medan Helvetia
Medan Petisah
Medan Barat
Medan Timur
Medan Perjuangan
Medan Tembung
Medan Deli
Medan Labuhan
Medan Marelan
Medan Belawan
Kota Medan
2009
2008
2007
2006
Sumber : Medan Dalam Angka 2010
265,1
265,1
265,1
265,1
70.073
116.220
115.156
139.939
109.253
84.292
57.859
53.427
44.216
85.678
110.667
145.376
68.120
79.098
113.874
105.702
141.786
150.076
106.922
126.619
96.700
Kepadatan
Penduduk per Km2
3.388
7.971
10.291
15.463
19.792
15.995
19.416
5.930
7.571
6.688
7.168
11.047
9.988
14.840
14.675
25.844
17.745
7.201
2.916
5.316
3.684
2.121.053
2.102.105
2.083.156
2.067.288
8.001
7.929,5
7,858
7,798
Penduduk
Berdasarkan tabel di atas diketahui perbandingan jumlah penduduk dengan luas wilayah Kota
Medan akan diperoleh tingkat kepadatan penduduknya per Km2. Berdasarkan hal tersebut
Bab 3 - 23
diketahui bahwa tingkat kepadatan penduduk kecamatan Perjuangan sangat tinggi yaitu sebesar
25.844 jiwa/km2. Sedangkan tingkat kepadatan penduduk terendah yaitu Kecamatan Medan
Labuhan sebesar 2.916 jiwa/km2.
B. Struktur Penduduk Menurut Jenis Kelamin
Menurut sensus penduduk 2010 jumlah penduduk Kota Medan berjumlah 2.097.610 jiwa dengan
rincian penduduk berjenis kelamin laki-laki 1.036.926 jiwa dan perempuan 1.060.684 jiwa.
Berikut tabel jumlah penduduk per kecamatan tahun 2010.
Tabel 3.7
No
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
13
14
15
16
17
18
19
20
21
Kota Kecamatan
Medan Tuntungan
Medan Johor
Medan Amplas
Medan Denai
Medan Area
Medan Kota
Medan Maimun
Medan Polonia
Medan Baru
Medan Selayang
Medan Sunggal
Medan Helvetia
Medan Petisah
Medan Barat
Medan Timur
Medan Perjuangan
Medan Tembung
Medan Deli
Medan Labuhan
Medan Marelan
Medan Kota Belawan
JUMLAH
Penduduk
Laki-laki Perempuan Jumlah
39.414
41.528
80.942
61.085
62.766
123.851
56.175
56.968
113.143
71.181
70.214
141.395
47.813
48.731
96.544
35.239
37.341
72.580
19.411
20.170
39.581
25.989
26.805
52.794
17.576
21.940
39.516
48.293
50.024
98.317
55.403
57.341
112.744
70.705
73.552
144.257
29.367
32.382
61.749
34.733
36.038
70.771
52.635
55.998
108.633
45.144
48.184
93.328
65.391
68.188
133.579
84.520
82.273
166.793
56.676
54.497
111.173
71.287
69.127
140.414
48.889
46.617
95.506
1.036.926
1.060.684 2.097.610
Sex Distribusi
Ratio Penduduk
95
3,9
97
5,9
99
5,4
101
6,7
98
4,6
94
3,5
96
1,9
97
2,5
80
1,9
97
4,7
97
5,4
96
6,9
91
2,9
96
3,4
94
5,2
94
4,4
96
6,4
103
8,0
104
5,3
103
6,7
105
4,6
98
100
terbanyak berada pada kelompok usia 20 24 tahun sebesar 242.211 jiwa. Sedangkan jumlah
penduduk terkecil berada pada kelompok usia 75 tahun ke atas yaitu sebesar 18.847 jiwa.
Tabel 3.8 Struktur Penduduk Menurut Kelompok Umur dan Jenis Kelamin per Kecamatan
Tahun 2009
No
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
13
14
15
16
Golongan Umur
Laki-laki
04
85.479
59
92.938
10 14
93.816
15 19
112.384
20 24
118.376
25 29
101.077
30 34
85.089
35 39
75.751
40 44
77.067
45 49
57.601
50 54
47.369
55 59
36.150
60 64
27.363
65 69
21.220
70 74
11.793
75 +
5.984
Kota Medan
1.049.457
Sumber : Medan Dalam Angka 2010
Perempuan
92.031
95.831
101.718
102.112
123.835
105.293
72.358
88.369
77.986
51.876
52.936
38.715
23.351
19.092
13.230
12.863
1.071.596
Jumlah
177.510
188.769
195.534
214.496
242.211
206.370
157.447
164.120
155.053
109.477
100.305
74.865
50.714
40.312
25.023
18.847
2.121.053
pertumbuhan penduduk tetap tinggi atau lebih besar persentase pertumbuhan penduduk daripada
persentase pertumbuhan ekonomi, maka tidak akan tercapai tingkat kemakmuran masyarakat
yang tinggi.
Adapun PDRB per kapita sebagai salah satu alat pengukur tingkat kemakmuran merupakan hasil
pembagi antara PDRB dengan jumlah penduduk. Jumlah penduduk yang dipakai sebagai
pembagi adalah jumlah penduduk pertengahan tahun yang merupakan jumlah penduduk akhir
tahun sebelumnya ditambah jumlah penduduk awal tahun dibagi dua.
Perkembangan PDRB per kapita atas dasar harga berlaku sejak dari tahun 2000 hingga 2007
terus mengalami peningkatan dimana pada tahun 2000 9,95 juta rupiah dan pada tahun 2007
menjadi 26,62 juta rupiah. Hal sama terjadi pula terhadap PDRB atas dasar harga konstan 2000
pada kurun waktu yang sama. Peningkatan pendapatan per kapita, dilihat dari sisi permintaan,
telah mendorong kenaikan tingkat konsumsi masyarakat atau menambah daya beli masyarakat.
Berdasarkan harga berlaku pada tahun 2006 pendapatan perkapita penduduk kota Medan
mencapai 23,63 juta rupiah. Pendapatan perkapita penduduk kota Medan mengalami
peningkatan pada tahun 2007 menjadi 26,62 juta rupiah.
Tabel 3.9
Perkembangan PDRB, Penduduk Pertengahan Tahun dan PDRB Per Kapita Tahun
2000 2007
A. Transportasi Darat
A.1.
Jaringan Jalan
Kota Medan memiliki pola jaringan jalan yang berbentuk grid/kisi-kisi pada daerah pusat kota
dan bentuk radial pada daerah pinggiran kota. Jalan utama sebagai koridor dalam kota dimana
untuk koridor luar yang menghubungkan daerah pinggiran kota yaitu jalan KL. Yos Sudarso,
jalan Putri Hijau dan jalan Krakatau sebagai jalan yang menghubungkan daerah utara dengan
pusat kota, jalan Gatot Subroto sebagai jalan yang menghubungkan daerah bagian timur dengan
pusat kota, jalan SM. Raja dan jalan Brigjend. Katamso serta jalan Jamin Ginting merupakan
jalan yang menghubungkan daerah bagian selatan dengan pusat kota.
Untuk menghubungkan daerah pinggiran kota secara langsung tanpa harus melalui pusat kota
disediakan jalan lingkar utara yaitu jalan Kapten Sumarsono yang menghubungkan daerah
bagian utara dengan daerah bagian timur sedangkan daerah bagian selatan dengan daerah bagian
timur dihubungkan oleh jalan lingkar selatan yaitu jalan Tritura dan jalan Karya Jasa serta jalan
Ngumban Surbakti. Selain itu juga terdapat jalan tol yang menghubungkan daerah bagian selatan
yaitu Tanjung Morawa dengan daerah bagian utara (Belawan) yang dibangun memanjang pada
daerah bagian timur. Keberadaan jalan lingkar dan jalan tol ini sangat membantu dalam
mengalihkan arus kendaraan menerus yang melalui pusat kota sehingga mengurangi kepadatan
volume dalam kota serta merangsang pertumbuhan daerah pinggiran kota.
Prasarana jalan merupakan urat nadi kelancaran lalu lintas di darat. Lancarnya arus lalu lintas
akan sangat menunjang perkembangan ekonomi suatu daerah. Guna menunjang kelancaran
perhubungan darat di kota Medan sampai akhir tahun 2007 tercatat panjang jalan yang ada
3.078,94 km, berarti selama lima tahun terakhir bertambah sebesar 727,58 km. Sarana jalan yang
ada pada tahun 2007 tercatat 2.082,16 km dalam kondisi baik, 389,80 km dalam kondisi sedang
dan 112,76 km dalam keadaan rusak, sedangkan yang dalam kondisi rusak berat 1,35 km dan
yang tidak terperinci 490,87 km.
A.2.
Terminal
Terminal angkutan umum di kota Medan terdapat sebanyak 5 unit, yaitu terminal terpadu
Amplas, terminal terpadu Pinang Baris, terminal Willern Iskandar (wilayah Deli Serdang),
terminal Sambu dan terminal Belawan. Letak terminal-terminal tersebut berada pada pusat kota
Bab 3 - 27
dan daerah-daerah di pinggiran kota Medan. Kota Medan memiliki satu unit terminal yang
termasuk terminal golongan A, yaitu terminal Amplas yang memiliki luas sebesar 50.961 m2
dengan jumlah kendaraan rata-rata yang memasuki terminal perhari sebesar 9.432 unit pada
tahun 2007.
A.3.
Pada tahun 2009 jumlah sarana transportasi jalan raya di kota Medan berjumlah 2.708.511
kendaraan. Dari tahun 2004 sampai tahun 2009 menunjukkan kenaikan 23,82% per tahun.
Pertumbuhan yang sangat signifikan nampak pada sepeda motor dengan rata-rata pertumbuhan
31,23% per tahun.
Tabel 3.10
Bus
12.108
12.406
12.619
12.751
22.130
22.123
Sepeda Motor
756.569
883.406
985.745
1.103.707
2.104.026
2.318.632
Jumlah
1.022.755
1.172.127
1.289.746
1.425.943
2.476.669
2.708.511
Disamping itu pada tabel berikut dapat dilihat data statistik kendaraan tidak bermotor. Dapat
dilihat bahwa penggunaan becak sebagai sarana angkutan cukup signifikan, serta pertumbuhan
pemilikan sepeda yang memiliki kecenderungan meningkat.
Tabel 3.11
No
Jenis Kendaraan
2006
2007
2008
2009
Sepeda
29.466
30.423
31.521
31.861
32.021
Becak
24.888
25.426
23.211
22.011
20.811
Andong/dokar
Lain lain
8.091
8.983
9.054
9.054
9.054
Jumlah
59.021
64.832
Sumber : Dinas Perhubungan Kota Medan (2010)
63.786
62.926
61.886
Sementara pada tabel berikut disajikan jumlah kendaraan angkutan penumpang umum tidak
dalam trayek. Dari data tersebut dapat dilihat dominasi becak bermotor sebagai alternatif
Bab 3 - 28
angkutan umum tidak dalam trayek. Pada tahun 2005 jumlah becak bermotor mencapai 90,58%,
pada tahun 2006 turun menjadi 82,82% dan pada tahun 2007 sebesar 83,05%, pada tahun 2008
sebesar 84,95% serta pada tahun 2009 sebesar 85,00%.
Data tersebut juga memperlihatkan kecenderungan menurunnya jumlah taksi dengan argometer,
sementara untuk taksi tanpa argo meter memiliki kecenderungan yang meningkat. Keadaan ini
sangat kontradiktif dengan tujuan kota Medan sebagai kota jasa dan industri.
Angkutan beca menunjukkan jumlah yang sangat signifikan dari angkutan lainnya, untuk itu
sesuai dengan SK Walikota Medan Nomor 551.21/482.K/2004, tanggal 23 April 2004,
ditetapkan ada beberapa ruas jalan yang menjadi larangan operasional beca bermotor yaitu Jl.
Raden Saleh, Jl. Pattimura, Jl. S. Parman, Jl. Kejaksaan, Jl. Pengadilan, Jl. Zainul Arifin, Jl.
Diponegoro, Jl. Palang Merah, Jl. Imam Bonjol, Jl. Cut Nyak Dies dan Jl. Sudirman.
Tabel 3.12
No
1.
2.
3.
4.
5
Jenis Kendaraan
2005
2006
Taksi dengan argometer
3.624
2.425
Kendaraan sewa
Bus pariwisata
Kendaraan roda 3
529
482
Lain-lain
a. Taksi
2.004
2.425
b. Ojek
c. Becak bermotor
24.359
25.700
Jumlah
26.892
31.032
Sumber : Dinas Perhubungan Kota Medan (2010)
A.4.
2007
2.125
654
2008
2.125
-
2009
2.125
-
2.631
26.500
31.910
2.631
26.850
31.606
2.631
26.960
31.716
Berdasarkan data yang diperoleh dari Wahana Tata Nugraha tahun 2007 Dinas Perhubungan
kota Medan diketahui trayek angkutan umum yang terdapat di kota Medan berjumlah 240 trayek
dengan jumlah armada beroperasi terhitung sebanyak 693 armada yang nilai rata-rata rit per hari
4 10 rit. Selain itu diketahui juga besarnya load factor rata-rata pada waktu tidak sibuk sebesar
35% dengan jam operasi selama 16 jam.
Bab 3 - 29
Bersambung.....
Bab 3 - 30
Bersambung......
Bab 3 - 31
Bersambung .......
Bab 3 - 32
Bersambung ........
Bab 3 - 33
No.
186
187
188
189
190
191
192
193
194
195
196
197
198
199
200
201
202
203
204
205
206
207
208
209
210
211
212
213
214
215
216
217
218
219
220
221
222
223
224
225
226
227
228
229
230
231
232
233
234
235
236
No/Kode
Trayek
KOBUN 03
KOBUN 07
KOBUN 62
KOBUN 63
D MAJU 07
D MAJU 08
D MAJU 09
D MAJU 10
D MAJU 11
D MAJU 12
D MAJU 14
D MAJU 15
D MAJU 16
D MAJU 45
D MAJU 49
MARS 13
MARS 40
MARS 59
MARS 60
MARS 61
MARS 65
MARS 66
MARS 67
MARS 68
MARS 70
MARS 71
MARS 126
MARS 127
MARS 128
MARS 129
MARS 130
MARS 131
MARS 132
MARS 133
MARS 134
MREX 32
MREX 33
MREX 35
MREX 50
MREX 51
MREX 52
RAHAYU 41
RAHAYU 42
RAHAYU 43
RAHAYU 44
RAHAYU 53
RAHAYU 54
RAHAYU 57
RAHAYU 64
RAHAYU
124
RAHAYU 58
Lama perjalanan/rit
(menit/rit)
Tdk
Sibuk
Sibuk
Jumlah
Jenis
Armada
Angkutan
Operasi
Umum
(Unit)
Ratarata Rit
per hari
Jam
Operas
i (Jam)
Sibuk
BUS
BUS
BUS
BUS
BUS
BUS
BUS
BUS
BUS
BUS
BUS
BUS
BUS
BUS
BUS
BUS
BUS
BUS
BUS
BUS
BUS
BUS
BUS
BUS
BUS
BUS
BUS
BUS
BUS
BUS
BUS
BUS
BUS
BUS
BUS
BUS
BUS
BUS
BUS
BUS
BUS
BUS
BUS
BUS
BUS
BUS
BUS
BUS
BUS
10
3
2
14
7
5
18
110
3
5
14
11
20
59
10
38
64
81
17
17
32
23
36
4
50
45
117
40
79
65
102
61
81
27
6
9
7
7
9
9
6
7
9
11
8
8
8
8
7
9
7
8
8
8
5
4
5
6
7
7
5
6
4
5
7
5
8
8
16
16
16
16
16
16
16
16
16
16
16
16
16
16
16
16
16
16
16
16
16
16
16
16
16
16
16
16
16
16
16
16
16
16
100
100
100
100
100
100
100
100
100
100
100
100
100
100
100
100
100
100
100
100
100
100
100
100
100
100
100
100
100
100
100
100
100
100
21
36
38
37
58
44
9
11
65
45
55
53
52
42
64
32
33
31
33
39
36
32
34
37
41
42
41
40
41
41
42
44
44
42
92,56
37,88
61,88
61,36
32,64
38,52
79,84
63,68
33,4
18,76
54
55,88
,
49,88
47,48
66,68
35,64
70
57,28
51,96
54,32
140,88
181,48
126,16
77,88
66,21
65,23
74,23
68,35
66,24
59,31
73,6
138,44
48
56,4
73,07
29,91
48,85
48,44
25,77
30,41
63,03
50,27
26,37
14,81
42,63
44,12
39,38
37,48
52,64
28,14
55,26
45,22
41,02
42,88
111,22
143,27
99,6
61,48
51,36
49,86
65,23
60,33
59,89
49,99
58,11
109,29
37,89
44,53
BUS
BUS
38
38
7
8
16
16
100
100
41
31
68,6
47,68
54,16
37,64
Bab 3 - 34
237
238
239
240
L DELI S
L DELI S
L DELI S
L DELI S
BUS
BUS
BUS
BUS
Jumlah penumpang diangkut kereta api melalui stasiun Medan tahun 2007 sebanyak
1.901.331 jiwa.
C. Transportasi Laut
Transportasi laut merupakan armada kedua yang diminati masyarakat dalam melakukan
perjalanan setelah angkutan darat. Selain nyaman armada laut ini juga dikenal murah dan
terjangkau. Dermaga adalah merupakan lokasi tempat bongkar muat penumpang ataupun
barang angkutan laut, dermaga yang terdapat di wilayah perencanaan ini adalah di kecamatan
Medan Belawan. Berikut fasilitas dermaga kota Medan yang berada pada masing-masing
lokasi seperti pada tabel di bawah ini.
Tabel 3.14 Fasilitas Dermaga Kota Medan
Bab 3 - 37
Pengaruh utama terhadap distribusi penduduk adalah akan timbulnya tenaga kerja di bandara
baru. Para pekerja akan berdomisili dekat dengan tempat bekerja dan tambahan kegiatan juga
akan terjadi di sekitar lokasi.
Penutupan bandara Polonia dan pembangunannya sebagai pusat bisnis baru di kota Medan
akan mempengaruhi pola perjalanan di pusat kota Medan. Kawasan bandara ini terletak di
dalam ORR (Outer Ring Road), dimana konstruksi ORR tersebut akan selesai sebelum
penutupan bandara Polonia.
Rencana pembangunan bandara baru di Kuala Namu dan kemungkinan pembangunan kotakota
baru
dan
zona
industri,
perumahan
dan
lain-lain,
membutuhkan
Bab 3 - 38
Mebidang yang meliputi kawasan Medan, Binjai dan Deli Serdang. Saat ini, Binjai dan
Medan dihubungkan oleh jalan raya Lintas Sumatera yang menghubungkan antara Medan
dan Banda Aceh. Oleh karena ini, Binjai terletak di daerah strategis di mana merupakan pintu
gerbang Kota Medan ditinjau dari provinsi Aceh
Ada 2 sungai yang membelah Kota Binjai yaitu Sungai Bingai dan Mencirim yang
menyuplai kebutuhan sumber air bersih bagi PDAM Tirta Sari Binjai untuk kemudian
disalurkan untuk kebutuhan penduduk kota. Namun di pinggiran kota, masih banyak
penduduk yang menggantungkan kebutuhan air mereka kepada air sumur yang memang
masih layak dikonsumsi
Bab 3 - 39
B. Pemerintahan
Kota Binjai terbagi atas 5 kecamatan yang kemudian dibagi lagi menjadi 37 kelurahan dan
desa. Sedianya Binjai hanyalah sebuah kecamatan di dalam lingkup Kabupaten Langkat.
Lima kecamatan tersebut masing-masing adalah:
Binjai Kota
Binjai Utara
Binjai Selatan
Binjai Barat
Binjai Timur
Kecamatan Binjai Kota, Binjai Timur dan Binjai Selatan baru dibentuk pada tahun 1981.
C. Demografi
Kota Binjai merupakan kota multi etnis, dihuni oleh suku Jawa, suku Batak Karo, suku
Tionghoa dan suku Melayu. Kemajemukan etnis ini menjadikan Binjai kaya akan
kebudayaan yang beragam. Jumlah penduduk kota Binjai sampai pada April 2003 adalah
223.535 jiwa dengan kepadatan penduduk 2.506 jiwa/km persegi. Tenaga kerja produktif
sekitar 160.000 jiwa. Banyak juga penduduk Binjai yang bekerja di Medan karena
transportasi dan jarak yang relatif dekat.
Agama di Binjai terutama:
Islam - dipeluk mayoritas suku Jawa dan Melayu, mesjid terbesar berlokasi di Jalan
Kapten Machmud Ismail.
Buddha - dipeluk mayoritas suku Tionghoa yang berdomisili di Binjai Kota dan Binjai
Barat.
Hindu - ada 1 pura di Binjai berlokasi di Jalan Ahmad Yani, agama Hindu dipeluk
terutama oleh etnis India
Menurut sensus penduduk 2010 jumlah penduduk Kota Binjai berjumlah 246.154 jiwa
dengan rincian penduduk berjenis kelamin laki-laki 122.997 jiwa dan perempuan 123.157
jiwa. Berikut tabel jumlah penduduk per kecamatan tahun 2010.
Bab 3 - 40
Tabel 3.17 Jumlah Penduduk Kota Binjai Menurut Jenis Kelamin per Kecamatan Tahun
2010
Kabupaten/Kota
Penduduk
Sex Distribusi
No
Kecamatan
Ratio Penduduk
Laki-laki Perempuan Jumlah
1 Binjai Selatan
24.001
24.422
48.423
98
19.7
2 Binjai Kota
14.780
15.410
30.190
96
12.3
3 Binjai Timur
26.825
27.101
53.926
99
21.9
4 Binjai Utara
35.305
35.087
70.392
101
28.6
5 Binjai Barat
22.086
21.137
43.223
104
17.6
JUMLAH
122.997
123.157
246.154
100
100
Sumber : Sensus Penduduk 2010
3.3.2. PEREKONOMIAN
Daerah komersial dan pusat perekonomian serta pusat pemerintahan terutama berpusat di
wilayah Kecamatan Binjai Kota. Kawasan perindustrian dipusatkan di daerah Binjai Utara,
sedangkan di sebelah timur dan selatan adalah daerah konsentrasi pertanian. Daerah
pengembangan peternakan dipusatkan di kawasan Binjai Barat. Kawasan Industri Binjai di
Kecamatan Binjai Utara direncanakan di Kelurahan Cengkeh Turi dengan luas wilayah 300
ha. Binjai juga adalah penghasil minyak bumi dan gas ditandai dengan kawasan eksplorasi
minyak bumi dan gas alam di kawasan Tandam Hilir, Kecamatan Binjai Utara.
Data tahun 1999 menunjukkan bahwa 29% dari total kegiatan perekonomian di Kotamadya
Binjai bersumber dari sektor perdagangan dan jasa. Sedangkan sektor industri menyumbang
nilai 23% dari total kegiatan perekonomian tadi. Pendapatan per kapita penduduk Binjai
adalah sebesar Rp. 3,3 juta, sayang angka ini masih berada di bawah rata-rata pendapatan per
kapita propinsi Sumatra Utara yang besarnya Rp. 4,9 juta.
Laju pertumbuhan ekonomi Kota Binjai atas dasar harga tetap sebesar 5,68 persen pada
tahun 2007. Hal ini menunjukkan kenaikan yang cukup baik jika dibandingkan dengan tahun
2006 sebesar 5,32 persen.
Secara umum ada empat sektor yang cukup dominan dalam pembentukan total PDRB Kota
Binjai yaitu Sektor Industri Pengolahan, Sektor Perdagangan, Hotel dan Restoran, Sektor
Keuangan,Persewaan dan Jasa Perusahaan dan Sektor Jasa - jasa
Bab 3 - 41
Bidang perkebunan tentu saja yang menjadi perhatian adalah perkebunan rambutan yang
mencapai 425 ha dengan kapasitas produksi 2.400 ton per tahun. Sayangnya, kapasitas
sebesar ini tidak dibarengi dengan modernisasi industri pengolahan rambutan menjadi
komoditi unggulan yang bernilai plus dibandingkan dengan hanya menjual buah rambutan
itu sendiri, misalnya industri pengalengan rambutan dengan jalur pemasaran yang komplit.
Pusat perbelanjaan tradisional di Binjai melayani penjual dan pembeli dari Binjai sendiri dan
Kabupaten Langkat. Pasar tradisional misalnya:
Pusat Pasar Tavip - merupakan pasar tradisional terbesar di Binjai, lokasi di Binjai Kota.
Binjai Supermall
Mall Ramayana
Pertokoan komersial yang lebih kecil terutama terpusat di rumah toko (ruko) sepanjang Jalan
Jenderal Sudirman, juga ada Jalan Ahmad Yani (d/h Jalan Bangkatan) yang menjadi pusat
makanan di malam hari.
3.3.3. TRANSPORTASI
Sarana transportasi di dalam kota Binjai terutama adalah becak mesin roda tiga yang unik
dan mobil angkutan umum yang disebut sudako. Untuk transportasi ke luar kota, selain
transportasi jalan, ada juga kereta api yang menghubungkan Binjai dengan Medan dan Kwala
Bab 3 - 42
di Kabupaten Langkat. Data Bus dan MPU AKDP yang beroperasi dari kota Binjai dapat
dilihat pada tabel berikut.
Tabel 3.18 Bus AKDP Yang Beroperasi Dari Kota Binjai
NO.
1
NAMA
PERUSAHAAN
CV. PEMBANGUNAN
BERSAMA
CV. FAMILI
TRANSPORT
JUMLAH
T R A Y E K
Binjai - Sei Musam
Binjai - Telaga
Binjai - Bukit Lawang
Binjai - Secanggang
Binjai - Sampan Getek
Binjai - Tanjung langkat
Binjai - Sawit sebrang
Binjai - Namu Unggas
Binjai - Sawit Hulu
Binjai - -Kwala Sawit
Binjai - Kendit
Binjai - Besilam
Binjai - P. Sawah
Binjai - Tj. Lenggang
Binjai - Tambun - Marike
JUMLAH
Binjai-Medan-K.Jahe-T.Binanga
Binjai-Medan-K.Jahe-T.NderketK.Buluh
Binjai-Medan-K.Jahe-H.Gaol
Binjai-Medan-K.Jahe-Kacaribu
Binjai-Medan-K.Jahe-Lau Kawar
Binjai-Medan-K.Jahe-Berastepu
Binjai-Medan-K.Jahe-Baganding
Binjai-Medan-K.Jahe-Surbakti
T.Langkat-Binjai-L.Pakam
B.Lawang-Medan-Binjai-P.Labu
Sei Lepan-Sawit Hulu-Binjai-Medan
Kuala Sawit-Binjai-Medan
P.Sawah-Binjai-Medan
Tambunan-Binjai-Medan
Pamah Semilir-Telaga-Binjai-MedanBerastagiK.Jahe-Lau Kawar
B.Lawang-Binjai-Medan-T.TinggiP.Siantar-Parapat
BUS
RIT
2
2
3
2
2
5
2
2
1
1
2
2
2
1
2
31
4
4
6
4
4
20
4
4
2
2
4
2
4
2
4
PP
PP
5
5
10
10
PP
PP
PP
PP
PP
PP
PP
PP
PP
PP
PP
PP
PP
5
5
5
4
4
2
22
21
8
8
8
5
5
10
10
10
8
8
4
44
42
16
16
16
20
10
PP
21
42
PP
PP
PP
PP
PP
PP
PP
PP
PP
PP
PP
PP
PP
PP
PP
Bab 3 - 43
NO.
JUMLAH
NAMA
PERUSAHAAN
T R A Y E K
BUS
JUMLAH
KOP. ANGKUTAN
UMUM BINJAI
RIT
133
PP
10
10
PP
PP
PP
PP
PP
16
PP
16
PP
PP
55
PERUSAHAAN
TUJUAN
D. SERDANG P SIANTAR
CV. LARIS
CV. TIMUR
JUMLAH
KARO
LANGKAT
80
80
25
15
80
15
40
40
25
55
20
20
45
180
Letak Binjai juga tidak jauh dari bandara terdekat yaitu Bandara Polonia, Medan. Selain itu,
pelabuhan terdekat juga akan dihubungkan dengan jalan tol bila proyek jalan tol MedanBinjai selesai beberapa tahun lagi.
3.4. KABUPATEN DELI SERDANG
3.4.1. LETAK DAN KEADAAN GEOGRAFI
Deli Serdang merupakan salah satu Kabupaten yang berada di kawasan Pantai Timur
Sumatera Utara. Ibukota kabupaten ini berada di Lubuk Pakam. Secara geografis Kabupaten
Deli Serdang berada pada 257 316 Lintang Utara dan 9833 99027 Bujur Timur
dengan ketinggian 0 500 m di atas permukaan laut. Kabupaten Deli Serdang menempati
area seluas 2.497,72 Km2 yang terdiri dari 22 Kecamatan dan 394 Desa/Kelurahan Definitif.
Wilayah Kabupaten Deli Serdang di sebelah Utara berbatasan dengan Kabupaten Langkat
dan Selat Malaka, di sebelah Selatan dengan Kabupaten Karo dan Simalungun, di sebelah
Barat berbatasan dengan Kabupaten Langkat dan Karo dan di sebelah Timur berbatasan
dengan Kabupaten Serdang Bedagai.
Bab 3 - 45
Bab 3 - 46
Tabel 3.20
No
1
2
3
4
5
6 Namo Rambe
7 Biru-Biru
8 Sinembah Tanjung
Muda Hilir
9 Bangun Purba
10 Galang
11 Tanjung Morawa
12 Patumbak
13 Deli Tua
14 Sunggal
15 Hamparan Perak
16 Labuhan Deli
17 Percut Sei Tuan
18 Batang Kuis
19 Pantai Labu
20 Beringin
21 Lubuk Pakam
22 Pagar Merbau
JUMLAH
18.143
17.122
15.550
18.508
16.898
15.013
36.651
34.020
30.563
98
101
104
2.0
1.9
1.7
10.783
30.935
97.293
45.123
29.874
123.042
76.343
30.620
193.557
28.551
22.264
26.603
40.123
18.221
901.915
10.767
30.573
95.466
43.838
30.750
121.145
73.711
29.570
191.115
27.719
20.871
25.812
40.724
18.556
888.516
21.550
61.508
192.759
88.961
60.624
244.187
150.054
60.190
384.672
56.270
43.135
52.415
80.847
36.777
1.790.431
100
101
102
103
97
102
104
104
101
103
107
103
99
98
102
1.2
3.4
10.8
5.0
3.4
13.6
8.4
3.4
21.5
3.1
2.4
2.9
4.5
2.1
100
Wilayah pengembangan Percut Sei Tuan, dengan pusatnya di Kecamatan Percut Sei
Tuan yang selama ini merupakan kawasan industri, permukiman pertanian, perikanan,
perdagangan, pendidikan, kesehatan, olahraga dan wisata bahari, Kecamatan Beringin
dan Pantai Labu yang termasuk pada kawasan Bandara Udara Kuala Namu dengan
tambahan arahan sebagai pusat pergudangan dan ekspedisi serta Kecamatan Batang Kuis
sebagai kota transit. Sedangkan sub pusat kota satelit dikembangkan di Kecamatan
Labuhan Deli.
3.
4.
5.
Bab 3 - 48
Lubuk
(Pusat:
Kecamatan
Lubuk Pakam &
Tanjung Morawa)
Fungsi
Sub-WP
Arahan Pengembangan
Kecamatan
Arahan Pengembangan
Fungsi
utama
sebagai kegiatan
pemerintahan
kabupaten,
permukiman,
kegiatan komersial
berupa
perdagangan dan
jasa,
kawasan
industri serta kota
transit
untuk
Bandara
Kuala
Namu
Kec. Pagar
Merbau
Kawasan
pengembangan
perumahan
Pelayanan sosial dan
jasa, kawasan
perdagangan dan
pertanian
Kawasan
pengembangan
perumahan/
pemukiman
Pusat pelayanan sosial
dan umum
industri
Galang
Pengembangan industri
dan pelayanan sosial
STM Hilir
Kec.
Patumbak
Kec.
Tua
WP Percut Sei
Tuan
(Pusat:
Kec.
Percut Sei Tuan,
Kec.
Beringin,
Kec. Pantai Labu
dan Kec. Batang
Kuis)
WP
Batu
Pancur
(Pusat:
Kec.
Pancur Batu)
Deli
Fungsi
utama
sebagai
pusat
pengolahan
perikanan,
perkebunan,
permukiman,
pusat
kegiatan
perdagangan dan
jasa,
simpul
pergerakan
(Bandara
Udara
Kuala Namu), kota
transit pusat jasa
pergudangan,
pusat pariwisata
bahari
serta
waterfront city
Kec.
Labuhan
Deli
Fungsi
utama
sebagai kegiatan
pertanian
terutama
kebun
campuran
dan
permukiman
(pasar
induk
sayuran regional),
serta
kawasan
pendidikan
(rencana
pembangunan
kampus USU) dan
pengembangan
pariwisata berupa
Kutalimbaru
Bangun
Purba
Kawasan
pengembangan industri
pengolahan kelapa
sawit dan karet
Kawasan komersial
(perdagangan dan jasa)
dan pelayanan sosial
termasuk
pengembangan
perumahan
Pengembangan
pertanian dan hutan
produksi
Pengembangan
pariwisata
Pusat
kegiatan
agropolitan
untuk
wilayah barat
Distribusi pertanian
Perumahan kepadatan
rendah
Kawasan lindung
Bab 3 - 49
Fungsi
Sub-WP
Arahan Pengembangan
Kecamatan
Arahan Pengembangan
Namorambe
kebun binatang.
WP Sunggal
(Pusat:
Sunggal)
Kec.
Fungsi
utama
sebagai kawasan
industri,
perdagangan dan
jasa, permukiman.
Hamparan
Perak
WP Sibolangit
(Pusat:
Sibolangit)
Kec.
Fungsi
utama
sebagai kegiatan
pertanian
(agropolitan),
kawasan
suaka
alam dan hutan
produksi,
serta
pengembangan
pariwisata.
STM Hulu
Biru-biru
Gunung
Meriah
Bab 3 - 50
jaringan
jalan
di
selatan
Kabupaten
Deli
Serdang
yang
C.
Bab 3 - 52
kegiatan perkotaan yang meliputi permukiman, sarana permukiman (fasilitas sosial dan
umum), prasarana (jalan, air bersih, drainase, air limbah, persampahan, listrik dan
telekomunikasi), dan kawasan fungsional kota (perdagangan/komersial, pemerintahan,
perkantoran/jasa, dan industri).
Untuk mengakomodasikan berbagai kegiatan perkotaan tersebut, rencana pemanfaatan ruang
pada kawasan perkotaan perlu dijabarkan lebih lanjut dalam bentuk Rencana Detail Tata
Ruang (RDTR) Kota.
B. Kawasan Perdesaan
Kawasan perdesaan adalah kawasan yang mempunyai kegiatan utama pertanian, termasuk
pengelolaan sumberdaya alam, dengan susunan fungsi kawasan sebagai tempat permukiman
pedesaan, pelayanan jasa pemerintahan, pelayanan sosial dan kegiatan ekonomi.
Kawasan perdesaan adalah kawasan di luar kawasan perkotaan yang telah dibahas pada
bagian sebelumnya. Pengelolaan kawasan perdesaan terutama diarahkan untuk meningkatkan
produktivitas kawasan perdesaan tersebut sesuai potensi/kesesuaian lahan yang dimilikinya.
3.4.6. STRUKTUR SISTEM TRANSPORTASI
Rencana pengembangan struktur jaringan transportasi disusun untuk mewujudkan pelayanan
aksesibilitas yang merata di seluruh Kabupaten Deli Serdang, dan mengarahkan
pertumbuhan wilayah dengan mempertahankan keseimbangan lingkungan dan ketersediaan
sumberdaya daerah. Oleh sebab itu, rencana struktur prasarana jalan meliputi rencana
pengembangan jaringan jalan arteri primer, arteri sekunder, kolektor primer dan kolektor
sekunder dan lokal primer.
Dalam UU No. 38 Tahun 2004 tentang jalan, berdasarkan fungsi, jalan dapat dikelompokkan
menjadi jalan arteri, jalan kolektor,jalan lokal dan lingkungan. Jalan primer merupakan jalan
umum yang berfungsi melayani angkutan utama dengan ciri perjalanan jarak jauh, kecepatan
rata-rata tinggi, dan jumlah jalan masuk dibatasi secara berdaya guna, sedangkan jalan
kolektor merupakan jalan umum yang berfungsi melayani angkutan pengumpul atau pembagi
dengan ciri perjalanan jarak sedang, kecepatan rata-rata sedang, dan jumlah jalan masuk
dibatasi Peranan jalan ini terkait dengan hirarki sistem jaringan yang harus disesuaikan
Bab 3 - 53
dengan hirarki kegiatan kota baik sistem primer maupun sekunder. Hirarki sistem jaringan di
Kabupaten Deli Serdang perlu dimantapkan.
Untuk melengkapi hirarki sistem jaringan jalan, direncanakan pengembangan jalan alternatif
dengan memperioritaskan pembuatan jalan-jalan tembus yang sudah direncanakan sesuai
dengan fungsinya. Selain itu diupayakan peningkatan akses melalui rencana pengembangan
jalan bebas hambatan dalam kota.
Rencana Sistem Transportasi dirumuskan dalam rangka pengembangan sistem transportasi
untuk meningkatkan pelayanan jaringan transportasi wilayah. Isi Rencana Sistem
Transportasi adalah:
a)
Penentuan fungsi jalan, yang meliputi penentuan jaringan jalan arteri, jalan kolektor,
dan jalan lokal baik primer maupun sekunder.
b)
c)
Rencana lokasi terminal sesuai dengan kelas pelayanan sebagai terminal wilayah dan
terminal sub-wilayah.
d)
Sistem transportasi yang terdapat di Kabupaten Deli Serdang meliputi transportasi darat dan
udara. Transportasi tersebut merupakan sistem yang menunjang terhadap aktivitas dan
kegiatan sosial ekonomi masyarakat. Sehingga diperlukan rencana pengembangan yang
terpadu dengan sistem rencana tata ruangnya agar aktivitas masyarakat dapat berjalan secara
sinergis.
Jaringan Jalan
Jaringan sistem transportasi regional pada wilayah Kabupaten Deli Serdang hanya berupa
jaringan transportasi jalan raya dengan jalan arteri primer pada zona Sunggal Medan
Lubuk Pakam. Kabupaten Deli Serdang, tepatnya Kota Lubuk Pakam, dilalui oleh Jalan
Bab 3 - 54
Negara yang menghubungkan Ibukota Propinsi Sumatera Utara, Riau dan NAD melalui Kota
Binjai dan Tebing Tinggi.
Berdasarkan sistem dan hirarki kota-kota yang ada di Kabupten Deli Serdang, maka hirarki
kota Kabupaten Deli Serdang adalah sebagai berikut:
a. Kota Utama yaitu kota-kota yang memenuhi atau mendekati persyaratan kota utama,
adalah Kota Lubuk Pakam, Sunggal, Tanjung Morawa, Batang Kuis, Pancur Batu,
Beringin, Pantai Labu,Percut Sei Tuan dan Sibolangit;
b. Kota Kedua, yaitu kota-kota yang memenuhi atau mendekati persyaratan kota kedua,
adalah Kota Galang, STM Hulu dan Hamparan Perak.
c. Kota Ketiga, yaitu kota-kota yang memenuhi atau mendekati persyaratan kota ketiga,
adalah, Kota Pagar Merbau, Bangun Purba, STM Hilir, Namorambe, Biru-biru dan
Gunung Meriah.
Untuk kota-kota kecamatan, selain memiliki fungsi pelayanan minimal juga dikembangkan
sebagai pusat pelayanan perangkutan umum antar kota kecamatan, dan juga sebagai simpulsimpul pelayanan perangkutan umum regional. Hal ini terjadi pada Kota Sunggal, Pagar
Merbau, Sibolangit dan Galang. Selain itu pusat pelayanan kegiatan perdagangan antara
wilayah kecamatan, antar wilayah pengembangan, dan regional yang meliputi Kota Labuhan
Deli, Deli Tua dan Percut Sei Tuan.
Melihat ruas-ruas jalan yang terdapat di Kabupaten Deli Serdang maka daerah-daerah di
Kabupaten Deli Serdang hampir seluruhnya sudah dapat dijangkau oleh kendaraan bermotor.
Selain dari ruas jalan arteri yang menghubungkan Kota Lubuk Pakam Kecamatan Tanjung
Morawa Kota Medan Kecamatan Sunggal yang merupakan bagian dari ruas jalan
Serdang Bedagai Medan - Binjai, ruas jalan penting lainnya yang berperan dalam
perhubungan Wilayah Pengembangan di Kabupaten Deli Serdang adalah ruas jalan kolektor
yang statusnya merupakan jalan propinsi yaitu:
Ruas jalan Kota Lubuk Pakam Kota Medan Kecamatan Namorambe Kecamatan
Sibolangit menuju Kabupaten Karo
Bab 3 - 55
Ruas jalan Kota Lubuk Pakam Kota Medan Pancur Batu Sibolangit menuju
Kabupaten Karo
Ruas jalan Lubuk Pakam Pagar Merbau - Galang menuju Kabupaten Karo.
Ruas jalan Kota Lubuk Pakam Tanjung Morawa Simpang Kayu Besar Kuala Namu
di Kabupaten Deli Serdang dengan jalan akses tol di Kabupaten Deli Serdang harus
diminimalkan.
Perkiraan akses jalan tol di Kabupaten Deli Serdang adalah di daerah Kecamatan Percut Sei
Tuan, Labuhan Deli, Tanjung Morawa, Batang Kuis, Lubuk Pakam, Pagar Merbau,
Hamparan Perak dan Sunggal. Berkaitan dengan lokasi Bandara, maka diperlukan jalan
akses masuk yang baik dan strategis yang dapat dengan mudah mengakses jalan tol Binjai Medan Deli Serdang Kuala Namu Kota Tebing Tinggi. Dengan demikian untuk masuk
ke Bandara dapat di akses dari berbagai arah. Dari arah Binjai, Kota Medan, Kabupaten
Langkat, Kabupaten Karo, Kabupaten Serdang Bedagai dan Kota Tebing Tinggi dapat di
akses melalui jalan tol Binjai - Medan Deli Serdang Kuala Namu Kota Tebing Tinggi.
Melihat kondisi jalan yang ada, maka diperlukan peningkatan dari ruas-ruas jalan yang ada
guna mengantisipasi transportasi di wilayah Kabupaten Deli Serdang agar tercapai suatu
lingkungan jalan yang aman, nyaman dan memadai, meliputi sebagian atau keseluruhan dari
hal-hal berikut ini:
Pembuatan bahu jalan disertai dengan pengaman konstruksi seperti sistem drainase
Adapun peningkatan jalan yang perlu dilakukan adalah pelebaran jalan dari 2,5 4,0 meter
menjadi lebar minimum lapisan aspal 5,5 meter, yaitu jalur dua arah dengan lebar 2,75 meter
per lajur serta pembuatan bahu jalan dengan lebar minimum 0,5 meter. Untuk jalur yang
padat, maka perlu dipikirkan untuk meningkatkan jalan dengan membagi dua jalan dengan
median serta mempertimbangkan penggunaan dua lajur untuk setiap jalurnya (4 lajur dua
arah terbagi). Peningkatan jalan harus disertai pula dengan peningkatan lebar jembatan yang
ada di Kabupaten Deli Serdang, terutama untuk jalur yang padat dengan lalu lintas
kendaraan. Dengan melihat perkembangan kota Lubuk Pakam sebagai ibukota Kabupaten
Bab 3 - 57
serta melihat perkembangan aktifitas lalu lintas yang terjadi, maka peningkatan jalan berupa
jalan 4 lajur 2 arah terbagi perlu dilakukan pada ruas jalan Tanjung Morawa - Lubuk Pakam
Pagar Merbau. Hal ini sangat berkaitan dengan akses transportasi pada arah sumbu tengah
di Kabupaten Deli Serdang. Selain itu, adanya pembangunan Bandara Internasional Kuala
Namu di Kecamatan Pantai Labu dan Beringin serta rencana peningkatan akses menuju
bandara dan seluruh wilayah Kabupaten Deli Serdang, maka selain dari ruas Tanjung
Morawa Lubuk Pakam Beringin, ruas jalan yang perlu ditingkatkan juga adalah ruas
Medan Percut Sei Tuan Batang Kuis Lubuk Pakam menuju Kabupaten Serdang
Bedagai, Batang Kuis Pantai Labu dan Tanjung Morawa - Beringin.
Jaringan Kereta Api
Transportasi kereta api di Kabupaten Deli Serdang saat ini dalam kondisi baik, dan melayani
hingga Kota Tebing Tinggi ke arah timur dan Kota Binjai ke arah barat. Sedangkan untuk
menuju NAD masih dalam pengkajian ulang untuk peng aktif-annya. Kondisi ini sangat
tergantung pada kebijaksanaan Departemen Perhubungan dan PT Kereta Api Indonesia (PT.
KAI).
Untuk mengantisipasi kebutuhan transportasi pada masa mendatang, terutama dengan adanya
rencana pembangunan Bandara Internasional Kuala Namu di Kecamatan Pantai Labu dan
Beringin Kabupaten Deli Serdang, direncanakan pembangunan jaringan transportasi kereta
api untuk mendukung sistem transportasi bandara yang aman dan dapat diandalkan.
Jalan Lingkar (Ring Road)
Sehubungan dengan letak kota Lubuk Pakam sebagai pusat kegiatan wilayah di Kabupaten
Deli Serdang yang terletak pada jalur utama pergerakan pada poros tengah wilayah
Kabupaten Deli Serdang, maka untuk mengantisipasi perkembangan wilayah serta untuk
mendukung sistem transportasi yang memadai perlu dikembangkan sistem jaringan jalan
lingkar (ring road) kota Lubuk Pakam. Keberadaan jalan ini sekaligus sebagai pemecah
konsentrasi kepadatan jalan yang akan terjadi pada masa mendatang.
Bab 3 - 58
Terminal
Terminal adalah merupakan titik simpul dalam sistem jaringan transportasi darat yang
berfungsi sebagai pelayanan umum dan melancarkan arus penumpang/barang. Berdasarkan
fungsinya terminal penumpang dikelompokan menjadi:
-
Terminal penumpang Tipe B, melayani kendaraan umum untuk angkutan antar kota
dalam propinsi, angkutan kota, dan angkutan pedesaan. Terminal ini menampung 25-50
kendaraan/jam dengan luas kebutuhan ruang 5 Ha.
Terminal Regional, melayani kendaraan umum untuk angkutan kota dan atau angkutan
pedesaan. Terminal ini biasanya menampung kurang dari 25 kendaraan/jam dengan luas
kebutuhan ruang 2,5 Ha
Sub-Terminal, melayani kendaraan umum untuk angkutan kota dan atau angkutan
pedesaan dengan luas kebutuhan + 1,0 Ha.
Terminal Terpadu, merupakan terminal gabungan antar berbagai moda, yaitu antara
moda transportasi jalan raya, jalan rel, udara maupun sungai/laut, baik untuk melayani
penumpang maupun barang. Luas terminal disesuaikan dengan moda transportasi yang
dilayani.
Bab 3 - 59
melakukan pemindahan terminal Lubuk Pakam eksisting ke luar jalur Serdang Bedagai
Deli Serdang - Medan.
Transportasi Udara
Bandara internasional berfungsi sebagai pintu utama dari suatu negara, termasuk didalamnya
pulau Sumatera secara menyeluruh dan propinsi Sumatera Utara secara khusus. Bandara
internasional juga merupakan suatu penghubung primer bagi rute-rute penerbangan antar
negara, sekaligus penghubung utama penerbangan antar pulau dan kota-kota besar di seluruh
Wilayah Indonesia.
Bandara Internasional Kuala Namu di Kecamatan Pantai Labu dan Beringin Kabupaten Deli
Serdang diarahkan sebagai bandara internasional dengan tujuan penerbangan jarak jauh,
sanggup didarati pesawat berbadan lebar dengan muatan maksimum serta memiliki faktor
keamanan penerbangan yang baik. Untuk itu, bandara internasional diklasifikasikan sebagai
bandara kelas I.
Bandara Internasional Kuala Namu di Kabupaten Deli Serdang diarahkan sebagai bandara
sipil dengan fungsi sipil komersial. Dengan status sebagai Bandara sipil, maka fungsi sipil
komersial menjadi hal utama dalam pengembangan fungsi bandara. Peruntukan bandara
sebagai bandara internasional memperjelas kedudukan bandara untuk melayani penerbangan
sipil komersial internasional dan domestik.
Sehubungan dengan kondisi dan letak geografis Bandara Internasional di Kabupaten Deli
Serdang yang terletak relatif di timur Sumatera Utara, maka diharapkan transportasi udara
akan memainkan peranan penting pada wilayah ini guna mendukung aktivitas ekonomi,
pengembangan regional, keseimbangan ekonomi, komunikasi serta persatuan nasional.
Pembatasan pengembangan wilayah lebih diutamakan pada daerah Kawasan Pendekatan dan
Lepas Landas serta daerah Permukaan Horizontal Dalam yang harus bebas terhadap
halangan (obstacles) penerbangan. Lihat Gambar di bawah ini mengenai Kawasan
Keselamatan Operasi Penerbangan (KKOP).
Bab 3 - 60
Bab 3 - 61
8. Peningkatan TPA (Pancur Batu, Namo Bintang, STM Hilir) dan pembangunan baru TPA
di Kabupaten Deli Serdang.
9. Pengembangan Pelabuhan Belawan ke wilayah Kabupaten Deli Serdang.
Untuk transportasi ke luar kota, terdapat angkutan AKDP. Data Bus dan MPU AKDP yang
beroperasi dari Kabupaten Deli Serdang dapat dilihat pada tabel berikut.
Tabel 3.22 Bus AKDP Yang Beroperasi Dari Kabupaten Deli Serdang
NO
NAMA
PERUSAHAAN
JUMLAH
T R A Y E K
BUS
RIT
PO. MEGASARI
PP
PP
PP
PP
6
4
4
4
18
12
16
8
6
PP
12
72
CV. BATANG
GADIS
PP
PP
PP
PP
2
10
4
2
18
8
60
16
8
CV. SINTONG
JAYA
Medan - Perbaungan
Medan - Pantai Labu
Medan - L. Pakam - Pertumbukan
Medan - Balige
JUMLAH
PP
PP
PP
PP
7
4
4
2
17
42
8
8
2
CV. NETIS
T.Tinggi-D.Masihul-Galang-L.Pakam-Medan
PP
30
60
CV. NITRA
N.Rambe-PSR.Lima-Jl.Eka Surya-Jl.Karya
Wisata-Jl.Karya Jasa-Jl.Sp.Selayang-Jl.J.GintingJl.S.Budi-Jl.Flamboyan Raya-Jl.Bunga SakuraJl.B.Raya-Pam Tirtanadi-Jl.P.Baris-T.P.Baris
Undian Tj.Morawa-T.Amplas-Jl.S.M.RajaJl.Jend.A.H.Nasution-D.Tua-Psr.Enam Armed II
PP
40
120
PP
50
150
PP
40
120
Bab 3 - 62
NO
NAMA
PERUSAHAAN
JUMLAH
T R A Y E K
Jl.Bunga Lau (RS.A.Malik)-Jl.Medan PermaiJl.B.Sakura-Jl.B.Raya-Pam Tirtanadi-Jl.P.BarisT.P.Baris
D.Tua-Jl.A.H.Nasution-Jl.K.Jasa-Jl.J.GintingJl.N.Surbakti-Jl.Flamboyan Raya-Jl.B.SakuraJl.P.Baris-T.P.Baris
N.Rambe-Psr.V-Jl.E.Surya-Jl.K.WisataJl.J.Ginting-Jl.S.Budi-Jl.F.Raya-Jl.B.SakuraJl.B.Raya-Pam Tirtanadi-Jl.P.Baris-Jl.Binjai-DiskiPondok Sei Mencirim Kec.Sunggal/ Kutalimbaru
Negara Tj.Morawa-T.Amplas-Jl.S.M.RajaJl.A.H.Nasution-Jl.K.Jasa-Jl.J.Ginting-Jl.B.Lau
(RS.A.Malik)-Jl.Medan Permai-Jl.B.SakuraJl.B.Raya-Pam Tirtanadi-Jl.P.Baris-T.P.BarisSp.Paya Geli-Jl.Sei Mencirim-Pondok Sei
Mencirim-Kec.Sunggal/ Kutalimbaru
BUS
RIT
PP
80
240
PP
60
180
PP
40
120
JUMLAH
7
CV. CITRA
310
Medan-T.Tinggi-Kisaran
Medan-T.Tinggi-Sinaksak
Medan-T.Tinggi-Serbelawan
Medan-T.Tinggi-P.Siantar-Tarutung-Muara
Sipongi
Medan-T.Tinggi-P.Siantar-Tarutung-Sinunukan
Medan-T.Tinggi-Kisaran-R.Prapat-K.PinangPenyabungan-Natal
JUMLAH
PP
PP
PP
PP
5
5
5
4
10
10
10
4
PP
PP
3
25
Medan-T.Tinggi-Pagurawan
Medan-T.Tinggi-L.Puluh-Perdagangan
Medan-L.Pakam-Galang-D.Masihul-Serbelawan
JUMLAH
PP
PP
PP
10
15
10
35
30
45
10
PT. DIRGANTARA
DELI TRANS
P.Cermin-L.Pakam-Medan
Medan-Binjai-Kuala Begumit
Medan-L.Pakam-Galang-D.Masihul-Sp.GrapuN.Dolok
Medan-Tj.Morawa-L.Pakam-PerbaunganSei Rampah-Bamban-Sp.Stasiun
PP
PP
PP
6
6
3
18
18
12
PP
24
Bab 3 - 63
NO
JUMLAH
NAMA
PERUSAHAAN
T R A Y E K
Medan-L.Pakam-Perbaungan-T.Tinggi-IndrapuraKisaran
L.Pakam-Asrama Haji-Sp.Pos-Jl.N.SurbaktiT.P.Baris-Binjai
Medan-T.Tinggi-G.Pamela-Sipispis
Medan-T.Tinggi-R.Prapat-A.Nabara
Medan-T.Tinggi-Kisaran-Tj.Balai
Medan-L.Pakam-Kuala Bali-N.Dolok-T.TinggiSipispis
Medan-L.Pakam-T.Tinggi-Kisaran-B.P.MandogeT.Jawa
Medan-L.Pakam-T.Tinggi-Kisaran
Medan-Brastagi-K.Jahe-Merek-S.Dolok
Medan-Brastagi-K.Jahe-Merek-Sumbul D.Sanggul-Barus
BUS
RIT
PP
PP
7
3
14
9
PP
PP
PP
PP
3
3
3
3
6
3
6
6
PP
PP
PP
PP
3
3
3
6
3
3
JUMLAH
57
PERUSAHAAN
CV. NETIS
CV. TUNAS BARU
CV. NITRA
KPU. RAJAWALI
CV. HIKMA
JUMLAH MPU
TUJUAN
BINJAI
MEDAN
70
20
35
336
30
60
20
531
JUMLAH
70
55
336
30
60
551
Bab 3 - 64
diantara 250319 Lintang Utara dan 97559838 Bujur Timur. Batas-batas wilayah
Kabupaten Karo adalah:
Sebelah Barat berbatasan dengan Kabupaten Aceh Tenggara (Propinsi Nangroe Aceh
Darusalam).
Ibukota Kabupaten Karo adalah Kabanjahe yang terletak sekitar 76 km sebelah selatan kota
Medan ibukota Provinsi Sumatera Utara.
Sejak zaman Belanda Kabupaten Karo sudah terkenal sebagai tempat peristirahatan. Setelah
kemerdekaan Republik Indonesia kemudian dikembangkan menjadi daerah tujuan wisata di
Propinsi Sumatera Utara. Objek-objek pariwisata di Kabupaten Karo adalah panorama yang
indah di daerah pegunungan, air terjun, air panas, dan kebudayaan yang unik.
Kabupaten Karo terkenal sebagai daerah penghasil berbagai buah-buahan dan bungabungaan, dan mata pencaharian penduduk yang terutama adalah usaha pertanian pangan,
hasil hortikultura dan perkebunan rakyat. Keadaan hutan cukup luas yaitu mencapai
129.749Ha atau 60,99 persen dari luas Kabupaten Karo.
Kabupaten Karo merupakan Daerah Hulu Sungai (DHS) dan Daerah Aliran Sungai (DAS)
Wampu/Ular, sub Daerah Aliran Sungai Laubiang.
Potensi Industri yang ada adalah Industri kecil dan aneka industri yang mendukung pertanian
dan pariwisata. Potensi sumber-sumber mineral dan pertambangan yang ada di Kabupaten
Karo diduga cukup potensial namum masih memerlukan survei lapangan.
Bab 3 - 65
Kecamatan
1 KABANJAHE
2 BERASTAGI
3 BARUSJAHE
4 TIGAPANAH
5 MEREK
6 MUNTE
7 JUHAR
8 TIGABINANGA
9 LAUBALENG
10 MARDINGDING
11 PAYUNG
12 SIMPANG EMPAT
13 KUTABULUH
14 DOLAT RAYAT
15 MERDEKA
16 NAMAN TERAN
Desa/
Kelurahan
13
10
19
26
19
22
25
20
15
12
8
17
16
7
9
14
Luas Wilayah
Jumlah
(Km)
Penduduk
44,65
53.410
30,50
40.341
128,04
23.161
186,84
22.675
125,51
15.689
125,64
17.941
218,56
13.248
160,38
19.233
252,60
17.065
267,11
17.816
47,24
10.113
93,48
18.574
195,70
11.733
32,25
8.380
44,17
11.543
87,82
10.735
Bab 3 - 66
17 TIGANDERKET
Jumlah 2010
17
269
86,76
2127,25
13.341
324.998
Sumber : www.karokab.go.id
3.5.2. KEPENDUDUKAN DAN EKONOMI
A. Jumlah Penduduk
Menurut sensus penduduk 2010 jumlah penduduk Kabupaten Karo berjumlah 350.960 jiwa
dengan rincian penduduk berjenis kelamin laki-laki 174.418 jiwa dan perempuan 176.542
jiwa. Berikut tabel jumlah penduduk per kecamatan tahun 2010.
Tabel 3.25 Jumlah Penduduk Kabupaten Karo Menurut Jenis Kelamin per Kecamatan
Tahun 2010
Kabupaten/Kota
Penduduk
Sex Distribusi
No
Kecamatan
Ratio Penduduk
Laki-laki Perempuan Jumlah
1 Mardingding
8.526
8.536
17.062
100
4.9
2 Laubaleng
8.905
8.808
17.716
101
5.0
3 Tiga Binanga
9.915
9.985
19.900
99
5.7
4 Juhar
6.592
6.652
13.244
99
3.8
5 Munte
9.739
9.947
19.686
98
5.6
6 Kuta Buluh
5.241
5.345
10.586
98
3.0
7 Payung
5.364
5.473
10.837
98
3.1
8 Tiganderket
6.434
6.744
13.178
95
3.8
9 Simpang Empat
9.515
9.500
19.015
100
5.4
10 Naman Teran
6.522
6.274
12.796
104
3.6
11 Merdeka
6.682
6.628
13.310
101
3.8
12 Kabanjahe
30.989
32.337
63.326
96
18.0
13 Berastagi
21.206
21.335
42.541
99
12.1
14 Tigapanah
14.519
14.800
29.319
98
8.4
15 Dolat Rayat
4.108
4.188
8.296
98
2.4
16 Merek
9.259
8.795
18.054
105
5.1
17 Barusjahe
10.902
11.195
22.097
97
6.3
JUMLAH
174.418
176.542
350.960
100
100
Sumber : Sensus Penduduk 2010
Bab 3 - 67
B. PDRB
Tabel 3.26 Produk Domestik Regional Bruto Kabupaten Karo Menurut Lapangan Usaha
Atas Dasar Harga Berlaku 2000, 2008, 2009
No
(1)
1
11
12
13
14
15
2
21
22
3
31
32
4
41
42
43
5
6
61
62
63
7
71
72
8
81
82
83
84
85
9
91
92
93
94
Lapangan Usaha
(2)
PERTANIAN
Tanaman Bahan Makanan
Tanaman Perkebunan Rakyat
Peternakan
Kehutanan
Perikanan
PERTAMBANGAN DAN PENGGALIAN
Pertambangan
Penggalian
INDUSTRI
Industri Migas
Industri Tanpa Migas
LISTRIK, GAS, dan AIR BERSIH
Listrik
Gas
Air Bersih
BANGUNAN
PERDAGANGAN, HOTEL, & RESTORAN
Perdagangan
Hotel
Restoran
ANGKUTAN & KOMUNIKASI
Angkutan
Komunikasi
BANK & LEMBAGA KEUANGAN
Perbankan
Lembaga Keuangan Bukan Bank
Jasa Penunjang Keuangan
Sewa Rumah
Jasa Perusahaan
JASA JASA
Pemerintahan
Sosial Kemasyarakatan
Hiburan & Kebudayaan
Perorangan & Rumah Tangga
JUMLAH
2000
(3)
Tahun
2008 r)
(4)
2009 *)
(5)
Bab 3 - 68
Tabel 3.27 Produk Domestik Regional Bruto Kabupaten Karo Menurut Lapangan Usaha
Atas Dasar Harga Konstan 2000, 2008, 2009
No
Lapangan Usaha
(1)
(2)
1
11
12
13
14
15
2
21
22
3
31
32
4
41
42
43
5
6
61
62
63
7
71
72
8
81
82
83
84
85
9
91
92
93
94
PERTANIAN
Tanaman Bahan Makanan
Tanaman Perkebunan Rakyat
Peternakan
Kehutanan
Perikanan
PERTAMBANGAN DAN PENGGALIAN
Pertambangan
Penggalian
INDUSTRI
Industri Migas
Industri Tanpa Migas
LISTRIK, GAS, dan AIR BERSIH
Listrik
Gas
Air Bersih
BANGUNAN
PERDAGANGAN, HOTEL, & RESTORAN
Perdagangan
Hotel
Restoran
ANGKUTAN & KOMUNIKASI
Angkutan
Komunikasi
BANK & LEMBAGA KEUANGAN
Perbankan
Lembaga Keuangan Bukan Bank
Jasa Penunjang Keuangan
Sewa Rumah
Jasa Perusahaan
JASA JASA
Pemerintahan
Sosial Kemasyarakatan
Hiburan & Kebudayaan
Perorangan & Rumah Tangga
JUMLAH
Keterangan : r) = Angka Perbaikan *) = Angka Sementara
2000
(3)
Tahun
2008 r)
(4)
2009 *)
(5)
Sumber : www.karokab.go.id
Bab 3 - 69
3.5.3. TRANSPORTASI
Tabel 3.28 Panjang Jalan Aspal, Berbatu dan Tanah (KM) 2009
No
(1)
Jenis Jalan
(2)
Panjang
(3)
Jalan Negara
149,21
Jalan Propinsi
59,31
JALAN KABUPATEN/DESA
1 125,30
662,85
31
Aspal
32
Berbatu
33
Krikil
131,70
34
Tanah
249,55
35
Analisa (SPA)/Beton
81,20
1 333,82
2008
1 328,43
2007
1 333,82
Sumber : www.karokab.go.id
Tabel 3.29 Jarak Dari Ibukota Kabupaten Ke Ibukota Kecamatan Serta Kondisi Jalannya
(Km) 2009
No
Kecamatan
Jarak Ibukota
Kabupaten
Ke Ibukota
Kecamatan
(KM)
(1)
(2)
(3)
1
2
3
4
5
6
7
Mardingding
Laubaleng
Tigabinanga
Juhar
Munte
Kutabuluh
Payung
95
77
35
45
24
37
25
Kondisi Jalan
Baik
Sedang
Rusak
Panjang Jalan
Kecamatan
(4)
(5)
(6)
(7)
10
25
13
14
10
6
6
11
3
3
81
67
29
29
13
9
9
100,40
58,90
85,55
93,20
101,60
94,90
22,00
Bab 3 - 70
8
9
10
11
12
13
14
15
16
17
Tiganderket
Simpang Empat
Naman Teran
Merdeka
Kabanjahe
Berastagi
Tigapanah
Dolat Rayat
Merek
Barusjahe
29 17
6,6 3,6
16,5 13,5
13 11
11 11
5
1
17 17
26
2
15
5
3
2
2
4
1,7
9
1
1
2
4
20
8,3
36,80
43,50
36,30
21,40
71,32
55,68
88,75
34,70
89,40
90,90
Jumlah 2009
129,1
2008
62,0
2007
86,0
Sumber : Dinas Pekerjaan Umum Kab Karo
65,7
150,0
162,6
282,3
263,2
153,0
1 125,3
1 125,3
1 125,3
Kecamatan
(1)
(2)
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
13
14
15
16
17
Mardingding
Laubaleng
Tigabinanga
Juhar
Munte
Kutabuluh
Payung
Tiganderket
Simpang Empat
Naman Teran
Merdeka
Kabanjahe
Berastagi
Tigapanah
Dolat Rayat
Merek
Barusjahe
Besi
Kayu
(3)
(4)
6
5
14
10
1
5
1
4
4
2
2
5
1
4
6
Jenis Jembatan
Katrol,
Beton
Gantung
(5)
(6)
2
2
2
2
1
1
2
2
1
7
4
6
6
2
1
1
2
2
1
2
3
1
-
Jumlah
(7)
9
5
23
16
9
13
3
5
2
4
2
4
7
2
8
11
Bab 3 - 71
Jumlah 2009
70
14
2008
28
28
2007
24
24
Sumber : Dinas Pekerjaan Umum Kab Karo
38
29
38
1
1
1
123
86
87
MEDAN
DAIRI
L.BATU
T. BALAI
JUMLAH
PO. LIBERTY
PO. GARUDA
PO. SEPADAN
PO. SIMAS
CV. SINAR SEPADAN
PO. SINABUNG JAYA
PO. SELAMAT JALAN
CV. SEBAYANG PRIBUMI
PT. SUTRA
PO. DALINTA RAS
PO. PINEM
PO. BORNEO
JUMLAH BUS
LANGKAT
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
PERUSAHAAN
P SIANTAR
NO.
D.SERDANG
26
2
15
10
19
12
61
36
31
71
20
2
20
299
2
4
9
5
8
11
10
5
4
61
10
31
71
20
2
20
20
17
30
193
26
LANGKAT
TJ. BALAI
JUMLAH
4
5
MEDAN
1
2
3
PERUSAHAAN
SIMALUNGUN
NO.
P SIANTAR
15
15
16
15
15
12
5
63
15
8
12
17
23
5
5
Bab 3 - 72
Tabel 3.33 Banyaknya Kecelakaan Lalu Lintas dan Kerugian Yang Diderita Tahun 2009
No
Bulan
(1)
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
(2)
Jumlah
Mati
Kecelakaan
Januari
Pebruari
Maret
April
Mei
Juni
Juli
Agustus
September
Oktober
Nopember
Desember
Jumlah 2009
2008
2007
Sumber : Polres Tanah Karo
(3)
(4)
5
7
1
4
6
1
2
4
5
5
9
8
57
63
63
4
7
8
4
1
2
5
4
7
11
7
60
30
59 r
Luka
Berat
Luka
Ringan
(5)
(6)
8
2
1
3
5
1
4
4
1
2
31
66
35 r
23
2
7
3
2
13
14
4
68
53
34 r
Kerugian Materi
(Rp )
(7)
38 100 000
27 200 000
100 000
27 000 000
19 000 000
2 000 000
2 300 000
2 700 000
27 000 000
15 250 000
24 350 000
8 100 000
193 100 000
219 200 000
217 200 000 r
Bab 3 - 73
4.1.
Bab 4 - 1
Bab 4 - 2
BAB 5. ANALISIS
Rencana Induk Transportasi Perkotaan pada Kawasan Perkotaan Mebidangdan Sekitarnya
BAB V. ANALISIS
Bab 5 - 1
BAB 5. ANALISIS
Rencana Induk Transportasi Perkotaan pada Kawasan Perkotaan Mebidangdan Sekitarnya
NAMA JALAN
Abadi/Pelita
Abdul Hakim
Abdul Hamid
Abdul Lubis
Adam Malik
Ahmad Yani
AIP II KS Tubun
Aksara
Alumunium
Amaliun
Aman I
AR Hakim
Asia
Asrama
Bahagia
Bakaran Batu
Balai Kota
Belibis/Tunggal
Bhakti
Bhayangkara
Bilai Ujung
Binjai Raya
PANJANG
(m)
2.668
4.296
3.000
1.472
3.802
699
578
4.400
3.624
2.152
1.024
4.600
2.304
3.200
1.712
1.050
600
6.254
1.032
2.418
2.330
3.975
ARAH
2
2
2
2
2
1
2
2
2
2
2
2
2
2
2
2
1
2
2
2
2
2
LEBAR
EFEKTIF
(m)
10,00
10,00
12,00
12,00
15,20
5,70
10,00
7,20
10,00
7,20
10,00
8,20
7,20
10,00
10,00
11,00
9,70
8,00
10,00
7,00
7,00
13,40
LEBAR PER
ARAH
(m)
5,00
5,00
6,00
6,00
7,60
5,70
5,00
3,60
5,00
3,60
5,00
4,10
3,60
5,00
5,00
5,50
9,70
4,00
5,00
3,50
3,50
6,70
JUMLAH
JALUR
LAJUR
2
2
2
2
2
1
2
2
2
2
2
2
2
2
2
2
1
2
2
2
2
2
2
2
2
2
2
2
2
1
2
1
2
1
1
2
2
2
2
1
2
1
1
2
LEBAR
LAJUR
(m)
2,50
2,50
3,00
3,00
3,80
2,85
2,50
3,60
2,50
3,60
2,50
4,10
3,60
2,50
2,50
2,75
4,85
4,00
2,50
3,50
3,50
3,35
FUNGSI
JALAN
L
KS
L
L
L
AS
L
AS
L
L
L
L
AS
AP
L
L
AS
KS
L
L
L
L
Bab 5 - 2
BAB 5. ANALISIS
Rencana Induk Transportasi Perkotaan pada Kawasan Perkotaan Mebidangdan Sekitarnya
23
24
25
26
27
28
29
30
31
32
33
34
35
36
37
38
39
40
41
42
43
44
45
46
47
48
Brigjen. Katamso
Budi Pembangunan
Bunga Sedap Malam
Candi Borobudur
Cirebon
Dahlia
Damar
Danau Singkarak
Darussalam
Denai
DI Panjaitan
Diponegoro
Dr Mansyur
Duyung
Emas
Gagak Hitam
Gaharu
Gajah Mada
Gaperta
Gaperta Ujung
Gatot Subroto
GB Yosua
Gereja
Gg Sarif
Guru Patimpus
H Zaenul Arifin
12.066
2.012
11.392
500
653
3.698
3.058
500
3.100
2.836
2.076
800
5.932
734
454
3.200
4.388
2.998
3.800
5.802
17.380
1.080
1.268
950
1.600
1.100
2
2
2
2
1
2
2
2
2
2
2
1
2
2
2
2
2
2
2
2
2
2
2
2
2
1
12,20
12,00
8,00
10,00
9,20
10,00
10,00
6,00
7,20
9,00
10,00
12,00
9,20
10,00
10,00
10,00
12,00
10,00
10,00
7,00
7,10
7,20
6,00
6,00
14,20
14,00
6,10
6,00
4,00
5,00
9,20
5,00
5,00
3,00
3,60
4,50
5,00
12,00
4,60
5,00
5,00
5,00
6,00
5,00
5,00
3,50
3,55
3,60
3,00
3,00
7,10
14,00
2
2
2
2
1
2
2
2
2
2
2
1
2
2
2
2
2
2
2
2
2
2
2
2
1
1
2
2
1
2
2
2
2
1
1
2
2
4
1
2
2
2
2
2
2
1
1
1
1
2
2
4
3,05
3,00
4,00
2,50
4,60
2,50
2,50
3,00
3,60
2,25
2,50
3,00
4,60
2,50
2,50
2,50
3,00
2,50
2,50
3,50
3,55
3,60
3,00
1,50
3,55
3,50
KP
L
L
L
L
L
L
AS
L
L
L
L
AP
L
L
L
L
L
AS
L
AP
AS
L
AS
AS
L
Bab 5 - 3
BAB 5. ANALISIS
Rencana Induk Transportasi Perkotaan pada Kawasan Perkotaan Mebidangdan Sekitarnya
49
50
51
52
53
54
55
56
57
58
59
60
61
62
63
64
65
66
67
68
69
70
71
72
73
74
Halat
Helvetia
Helvetia By Pass
HM Joni
HM Lamlo Thamrin
HOS Cokroaminoto
Imam Bonjol
Industri
Ir H Juanda
Irian Barat
Iskandar Muda
Islamiyah
Jaya I
Jend. Sudirman
Kapten Jumhana
Kapten Muslim
Kapten Soemarsono
Karya
ke Brastagi
Kereta Api
Kesatria Barat
KH Wahid Hasyim
Kol. Yos Sudarso
Kolam
Krakatau
Kuswari
3.798
3.064
2.372
1.188
3.057
2.102
1.800
2.400
4.717
1.440
2.800
1.780
1.716
1.409
1.662
3.200
5.400
6.000
7.498
1.082
972
6.707
15.307.671
1.662
7.266
541
2
2
2
2
1
2
1
2
2
2
2
2
2
2
2
2
2
1
2
1
2
2
2
2
2
2
8,20
6,00
12,00
12,00
8,30
10,00
10,00
10,00
12,20
9,20
9,20
10,00
6,00
15,20
10,00
7,20
12,00
3,20
18,00
9,20
6,00
7,20
7,20
7,20
7,00
9,20
4,10
3,00
6,00
6,00
8,30
5,00
10,00
5,00
6,10
4,60
4,60
5,00
3,00
7,60
5,00
3,60
6,00
3,20
9,00
9,20
3,00
3,60
3,60
3,60
3,50
4,60
2
2
2
2
1
2
1
2
2
2
2
2
2
2
2
2
2
2
2
1
2
2
2
2
2
2
4
1
2
2
2
2
2
2
2
1
1
1
2
2
1
2
2
1
2
2
1
1
1
1
1
1
1,03
3,00
3,00
3,00
4,15
2,50
5,00
2,50
3,05
4,60
4,60
5,00
1,50
3,80
3,60
3,00
1,60
3,20
4,50
4,60
3,00
3,60
3,60
3,60
3,50
4,60
AS
AS
AP
L
L
L
L
L
L
AS
AS
L
L
AP
AS
AP
L
L
KP
L
L
L
AS
L
AS
L
Bab 5 - 4
BAB 5. ANALISIS
Rencana Induk Transportasi Perkotaan pada Kawasan Perkotaan Mebidangdan Sekitarnya
75
76
77
78
79
80
81
82
83
84
85
86
87
88
89
90
91
92
93
94
95
96
97
98
99
100
Letda Sujono
Letjen Jamin Ginting
Letjen. Suprapto
M Nawi Harahap
M Yacob Lubis
M. Lubis +
Madong Lubis
Malaka
Mandala
Mawar Putih
Medan Area Selatan
Medan Tenggara II
Medan-Deli Tua
Medan-Lubuk Pakam
Merak
Merbabu
Merdeka/Jemadi
Mesjid Raya
Monginsidi
MT Haryono
P. Merah/S. Mulia
P. Pinang
Pabrik Tenun
Pancing
Pancing II
Pelabuhan I
4.329
22.500
1.170
3.110
2.256
999
1.910
1.566
3.400
15.950
1.794
1.140
1.686
2.312
2.239
457
2.100
590
2.124
1.150
1.353
188
1.840
7.788
2.448
2.500
2
2
2
2
2
1
2
2
2
2
2
2
2
2
2
1
2
2
2
1
2
1
2
2
2
2
13,00
17,20
11,70
7,20
8,00
16,00
9,20
10,00
10,00
8,00
10,00
10,00
15,00
15,00
12,00
7,20
10,00
7,20
12,00
9,70
7,70
10,00
7,00
9,20
7,00
11,00
6,50
8,60
5,85
3,60
4,00
16,00
4,60
5,00
5,00
4,00
5,00
5,00
7,50
7,50
6,00
7,20
5,00
3,60
6,00
9,70
3,85
10,00
3,50
4,60
3,50
5,50
2
2
1
2
2
1
2
2
2
2
2
2
2
2
2
1
2
2
2
1
2
1
2
2
2
2
2
2
2
1
1
4
1
2
2
1
2
2
2
2
2
2
2
2
2
2
1
2
1
1
1
2
3,25
4,30
2,93
3,60
4,00
4,00
4,60
2,50
2,50
4,00
2,50
3,75
3,75
3,00
3,00
3,60
2,50
1,80
3,00
4,85
3,85
5,00
3,50
4,60
3,50
2,75
AS
KP
AS
L
L
L
L
L
L
KS
L
L
L
L
L
L
L
L
L
L
L
L
AS
L
L
L
Bab 5 - 5
BAB 5. ANALISIS
Rencana Induk Transportasi Perkotaan pada Kawasan Perkotaan Mebidangdan Sekitarnya
101
102
103
104
105
106
107
108
109
110
111
112
113
114
115
116
117
118
119
120
121
122
123
124
125
126
Pelajar
Pelangi
Pembangunan
Pemuda
Pengadilan
Perintis Kemerdekaan
Perjuangan
Perkebunan
Pertahanan
Pertahanan/Cemara
Pertempuran
Pintu Air I/Karya Jasa
Platina
Prof HM Yamin
Pukat VIII
Putri Hijau
Putri Merah Jingga
RA Kartini
Rahmadsyah
Rantang
Raskam
Raya Medan Tenggara
S. Parman
Sakti Lubis
Samanhudi
Sampali
876
604
3.854
500
534
2.200
6.154
1.738
1.638
7.417
2.420
5.300
2.646
3.896
1.296
1.116
556
951
3.195
1.520
5.824
3.700
3.692
1.432
1.200
706
2
2
2
1
1
1
2
2
2
2
2
2
2
1
2
2
2
2
1
2
2
2
2
2
2
2
6,00
5,20
10,00
5,70
12,00
9,20
6,00
6,00
9,20
9,20
9,20
7,20
6,00
5,70
7,00
10,20
11,00
8,00
5,70
7,00
6,00
12,00
12,00
7,20
8,00
10,00
3,00
2,60
5,00
5,70
12,00
9,20
3,00
3,00
4,60
4,60
4,60
3,60
3,00
5,70
3,50
5,10
5,50
4,00
5,70
3,50
3,00
6,00
6,00
3,60
4,00
5,00
2
2
2
1
1
1
2
2
2
2
2
2
2
1
2
2
2
2
2
2
2
2
2
2
2
2
1
1
2
2
4
2
1
1
1
1
2
1
1
2
1
2
2
1
2
1
1
2
2
1
1
2
3,00
2,60
2,50
2,85
3,00
4,60
3,00
3,00
4,60
4,60
2,30
3,60
3,00
2,85
3,50
2,55
2,75
4,00
2,85
3,50
3,00
3,00
3,00
3,60
4,00
2,50
L
L
L
AS
L
AS
L
L
AS
AS
AS
L
L
L
AS
AS
L
L
L
L
L
L
AP
L
L
L
Bab 5 - 6
BAB 5. ANALISIS
Rencana Induk Transportasi Perkotaan pada Kawasan Perkotaan Mebidangdan Sekitarnya
127
128
129
130
131
132
133
134
135
136
137
138
139
140
141
142
143
144
145
146
147
148
149
150
151
152
Sei Batanghari
Sei Kera
Sei Kuala
Sei Serayu
Sejati
Sekip
Selam
Sembada/Mawar
Semeru
Sentosa Lama
Setiabudi
Sidorukun
Singmata
Sisingamangaraja
Slamet Riyadi
Stadion
Suka Ramai
Sukasenang
Sumatera
Sunggal (Jarot Suparno)
Sutomo
Sutoyo
Sutrisno
Taruma
Teuku Cik Ditiro
Timor
2.600
3.310
3.494
1.854
1.214
2.400
1.304
4.604
1.120
1.004
15.384
2.270
442
20.146
882
936
842
2.000
2.722
5.682
1.800
451
2.586
840
1.530
665
2
2
2
2
2
2
2
1
2
2
2
2
2
2
2
2
2
2
2
2
1
1
2
2
2
1
12,00
10,00
12,00
12,00
7,00
13,00
7,00
4,20
10,00
7,00
9,20
7,00
6,00
8,70
8,00
8,00
10,00
12,00
11,00
7,20
8,30
7,70
9,00
10,00
10,00
10,00
6,00
5,00
6,00
6,00
3,50
6,50
3,50
4,20
5,00
3,50
4,60
3,50
3,00
4,35
4,00
4,00
5,00
6,00
5,50
3,60
8,30
7,70
4,50
5,00
5,00
10,00
2
2
2
2
2
2
2
2
2
2
2
2
2
2
2
2
2
2
2
2
1
2
2
2
2
2
2
2
2
2
1
2
1
1
2
1
1
2
1
1
2
1
2
2
2
1
2
1
2
2
2
2
3,00
2,50
3,00
3,00
3,50
3,25
3,50
4,20
2,50
3,50
4,60
1,75
3,00
4,35
2,00
4,00
2,50
3,00
2,75
3,60
4,15
7,70
2,25
2,50
2,50
5,00
L
L
L
L
L
L
L
L
L
KP
L
L
AP
L
L
L
L
L
KS
L
L
L
L
AP
Bab 5 - 7
BAB 5. ANALISIS
Rencana Induk Transportasi Perkotaan pada Kawasan Perkotaan Mebidangdan Sekitarnya
153
154
155
156
157
Tol Balmera
Tomong
Turi
Veteran
Wahidin
35.420
696
2.166
861
2.702
2
2
2
1
2
18,00
6,00
8,00
8,20
8,20
9,00
3,00
4,00
8,20
4,10
2
2
1
1
2
1
1
2
2
1
9,00
3,00
2,00
4,10
4,10
L
L
L
L
Bab 5 - 8
LAPORAN AKHIR
Rencana Induk Transportasi Perkotaan pada Kawasan Perkotaan Mebidang dan Sekitarnya
5. 2. PERENCANAAN BRT
5.2.1. PENDAHULUAN
Transportasi umum merupakan kebutuhan utama masyarakat perkotaan dalam mendukung
kegiatan dan mobilitas penduduk perkotaan. Dari hasil studi SAUM Kota Medan, diperoleh
gambaran bahwa sebagian besar
pengguna
bersifat
angkutan
captive
mempunyai
dalam
atau
tidak
alternatif
lain
pemilihan
transportasi
umum
moda
yang digunakan.
menjadi
kelebihan
pengguna
yang
mempersepsikan buruk terhadap pelayanan angkot sejumlah hampir separoh dari yang
menjawab baik, apalagi bila dilihat yang meberikan persepsi sangat buruk jauh lebih banyak
(sepuluh lipat) dibanding yang menilai sangat baik.
Apabila dilihat dari ketersediaan angkutan umum yang melayani pergerakan komuter
Mebidang, diperoleh gambaran mengenai dominasi angkutan jenis MPU/kapasitas kecil dalam
Bab 5 - 9
BAB 5. ANALISIS
Rencana Induk Transportasi Perkotaan pada Kawasan Perkotaan Mebidangdan Sekitarnya
sistem pelayanan angkutan umum kawasan Mebidang mencapai 87,5 % (kawasan kota dan
perdesaan).
Sumber : Konsepsi Penyusunan Masterplan Transportasi Pada Kawasan Aglomerasi (Mebidangro), Dishub Sumut
Bab 5 - 10
BAB 5. ANALISIS
Rencana Induk Transportasi Perkotaan pada Kawasan Perkotaan Mebidangdan Sekitarnya
Reformasi transportasi dengan sistem transit pada koridor utama, dengan tetap dengan
dukungan angkutan bus (bus besar, bus sedang dan angkot) sebagai feeder. Dengan perbaikan
yang terus berlanjut, kota-kota akan memiliki Mass Rapid Transit (MRT) berbasis angkutan
bus pada utama, dengan tetap menerapkan sistem transit pada beberapa koridor dan dukungan
sistem bus.
Dengan demikian sebagai kota metropolitan, sudah sewajarnya Kota Medan dan kawasan
sekitarnya merencanakan penggunaan moda transportasi massal yang efisien berikut sarana
penunjangnya, seperti halte, terminal dan lain-lain. Perencanaan angkutan umum perlu
mempertimbangkan pola pergerakan penumpang di kawasan Kota Medan dan sekitarnya.
Sebagaimana terlihat pada gambar orientasi pergerakan penumpang di Mebidang terhadap
wilayah sekitarnya, Kota Medan masih merupakan asal-tujuan perjalanan utama dibandingkan
Bab 5 - 11
BAB 5. ANALISIS
Rencana Induk Transportasi Perkotaan pada Kawasan Perkotaan Mebidangdan Sekitarnya
daerah sekitarnya. Terlihat bahwa pergerakan dari/menuju Kota Medan yang terbesar berasal
dari Kabupaten Deli Serdang disusul Kabupaten Langkat dan Kabupaten Binjai.
Bab 5 - 12
BAB 5. ANALISIS
Rencana Induk Transportasi Perkotaan pada Kawasan Perkotaan Mebidangdan Sekitarnya
Bab 5 - 13
BAB 5. ANALISIS
Rencana Induk Transportasi Perkotaan pada Kawasan Perkotaan Mebidangdan Sekitarnya
Sumber : Hasil Analisis Konsultan dari Studi BRT Mebidang Dit. BSTP
Bab 5 - 14
BAB 5. ANALISIS
Rencana Induk Transportasi Perkotaan pada Kawasan Perkotaan Mebidangdan Sekitarnya
5.2.3. TANGGAPAN
SKENARIO
TERHADAP
RENCANA
BRT
DALAM
BERBAGAI
Untik mengetahui tanggapan terhadap rencana BRT dilakukan survei wawancara terhadap
rencana BRT. Responden yang diwawancarai terdiri dari 157 responden pria (49%) dan 163
responden perempuan (51%). Hasil survei tanggapan responden terhadap rencana BRT dapat
dilihat pada tabel di bawah ini. Dari seluruh responden yang disurvei umumnya memilih
menggunakan BRT, namun jumlah pemilih BRT cenderung menurun seiring dengan
peningkatan tarif yang diskenariokan walaupun penghematan waktu ditingkatkan sementara
responden yang tidak menjawab juga fluktuatif.
Bab 5 - 15
BAB 5. ANALISIS
Rencana Induk Transportasi Perkotaan pada Kawasan Perkotaan Mebidangdan Sekitarnya
No
Penghematan
waktu perjalanan
Pakai BRT
Tidak Menjawab
2000
tetap
58,1%
11,3%
30,6%
2500
55,3%
4,4%
40,3%
3000
54,1%
20,9%
25,0%
3500
48,8%
10,6%
40,6%
4000
31,3%
4,4%
64,4%
4500
32,2%
14,1%
53,8%
5000
32,2%
8,8%
59,1%
2000
2500
Penghematan
waktu perjalanan
Pilihan disukai
Pakai BRT
54,5%
45,5%
69,7%
30,3%
3000
69,7%
30,3%
3500
72,7%
27,3%
4000
69,7%
30,3%
4500
78,8%
21,2%
5000
84,8%
15,2%
tetap
No
Penghematan
waktu perjalanan
Pakai BRT
1
2
2000
2500
tetap
lebih hemat 5 menit
77,4%
71,4%
22,6%
28,6%
3000
64,3%
35,7%
3500
64,3%
35,7%
4000
38,1%
61,9%
4500
23,8%
76,2%
5000
14,3%
85,7%
Bab 5 - 16
BAB 5. ANALISIS
Rencana Induk Transportasi Perkotaan pada Kawasan Perkotaan Mebidangdan Sekitarnya
Dari hasil wawancara responden dapat diketahui peralihan penggunaan moda dari sepeda
motor maupun mobil pribadi ke BRT pada kondisi pilihan yang optimum.
Bab 5 - 17
BAB 5. ANALISIS
Rencana Induk Transportasi Perkotaan pada Kawasan Perkotaan Mebidangdan Sekitarnya
Untuk mewujudkan rencana pengoperasian BRT, maka diperlukan langkah lanjut sebagai
berikut :
1. Sosialisasi
2. Pembentukan Pengelola Koridor
3. Pembangunan prasarana
4. Pengadaan Sarana
5. Ujicoba
6. Soft Opening
Bab 5 - 18
BAB 5. ANALISIS
Rencana Induk Transportasi Perkotaan pada Kawasan Perkotaan Mebidangdan Sekitarnya
mendasarkan pada tahun pertumbuhan yaitu kondisi saat ini(th 2011), th 2016, th 2021 dan th
2026. Dua pembedaan utama dalam skenario ini adalah scenario do nothing yaitu jika tidak
ada tindakan pada jaringan jalan dan scenario do something yaitu dengan perubahan
jaringan jalan misalnya dengan adanya perlebaran jalan dan adanya pengoperasian angkutan
umum massal.
Bab 5 - 19
BAB 5. ANALISIS
Rencana Induk Transportasi Perkotaan pada Kawasan Perkotaan Mebidangdan Sekitarnya
Untuk mengembangkan secara detail maka skenario berbagai kondisi dan waktu akan
dilakukan pada studi ini. Berdasarkan rentang waktu maka akan dibedakan untuk jangka
menengah (lima tahunan) , jangka menengah (sepuluh tahunan) dan jangka panjang (lima
belas tahun).
5.3.2. DASAR ANALISIS
A. Pemodelan Jaringan Jalan
Untuk melakukan analisis jaringan jalan maka dilakukan pemodelan jaringan jalan.
Pemodelan jaringan jalan digunakan untuk menggambarkan hubungan matematis sederhana
dalam sistem transportasi. Tujuannya adalah: (1) untuk memprediksi, (2) untuk evaluasi
berbagai alternatif dan (3) untuk mengkaji interaksi subsistem yang terkait dengan model.
Dalam perencanaan transportasi dikenal konsep Four Step Model seperti terlihat pada Gambar
5.9.
Zona, Jaringan
Base Data
TahunDasar
Data Perencanaan
Masa Depan
TahunRencana
Bangkitan
Iterasi
Perjala
nan
Distribusi Perjalanan
Pembebanan
Output
Pemilihan Moda
Lalulint
Evaluasi
as
Bab 5 - 20
BAB 5. ANALISIS
Rencana Induk Transportasi Perkotaan pada Kawasan Perkotaan Mebidangdan Sekitarnya
Tanda panah menunjukkan urutan tahapan, garis menerus menunjukkan keharusan dan garis
putus-putus menunjukkan ketidakharusan atau jika dibutuhkan saja.
a. Bangkitan Perjalanan
Tujuan dari model bangkitan perjalanan adalah untuk memprediksi jumlah perjalanan yang
akan memulai atau berakhir pada setiap zona wilayah analisis perjalanan dalam suatu daerah
untuk suatu hari pada tahun target tertentu. Sebelum diterapkan, model trip generation harus
dikalibrasi dengan observasi yang didapat selama tahun dasar dengan berbagai survai
perjalanan. Jumlah total perjalanan seseorang ditunjukkan oleh variabel dependen dari model.
Variabel independen atau penjelas berupa tataguna tanah dan faktor sosio-ekonomi. Nilai-nilai
variabel independen ini harus ditentukan oleh analis. Hasil dari trip generation terdiri dari
jumlah pelaku perjalanan atau tujuan perjalanan Q1 untuk masing-masing zona dalam suatu
wilayah. Teknik pemodelan bangkitan perjalanan dalam studi ini akan menggunakan Model
Regresi Linier.
b. Distribusi Perjalanan
Distribusi perjalanan merupakan bagian perencanaan transportasi yang berhubungan dengan
sejumlah asal perjalanan yang ada pada setiap zona dari wilayah yang diamati dengan
sejumlah tujuan perjalanan yang beralokasi dalam zona lain dalam wilayah tersebut. Dasar
pemikirannya adalah semua zona trip atraksi j pada suatu wilayah bersaing satu sama lain
untuk menarik perjalanan yang dibangkitkan tiap zona produksi i. Bila semua hal lainnya
sama, perjalanan lebih banyak ditarik oleh zona-zona yang memiliki daya tarik yang lebih
tinggi. Pertimbangan pemilihan dapat berupa jarak, waktu perjalanan dan biaya perjalanan.
Notasi perjalanan Wij digunakan untuk generalized cost (biaya umum) yang biasa disebut
hambatan perjalanan atau disutility.
c. Pemilihan Moda
Dalam melakukan suatu perjalanan, pelaku perjalanan dapat memilih di antara beberapa moda
angkutan. Model pemilihan moda berkaitan dengan perilaku pembuat perjalanan. Alasan
pokok pemilihan ini bervariasi untuk setiap individu, jenis perjalanan dan tingkat pelayanan
serta biaya yang berhubungan dengan moda yang ada.
Bab 5 - 21
BAB 5. ANALISIS
Rencana Induk Transportasi Perkotaan pada Kawasan Perkotaan Mebidangdan Sekitarnya
Model pemilihan moda dapat dikelompokkan dalam dua kategori yaitu Model Pra Distribusi
dan Model Pasca Distribusi. Model Pra Distribusi (Trip-end Model) yaitu pemilihan moda
dilakukan sebelum tahap distribusi perjalanan . Praktik ini membawa implikasi bahwa
pembuat perjalanan memilih moda dengan mengutamakan kemana mereka pergi sehingga
pilihan tarikan perjalanan zona j tidak memiliki pengaruh dalam pilihan moda mereka. Asumsi
ini layak digunakan di daerah perkotaan yang memiliki pelayanan angkutan umum minimal.
Di sisi lain jika sistem transportasi umum semakin mahal, menjadi perlu untuk mengungkap
pelayanan yang diberikan antara moda yang bersaing di tingkat interchange. Dalam hal ini
disebut Model Pasca Distribusi (Post Distribution Model) yaitu pemilihan moda dilakukan
setelah tahap distribusi perjalanan. Di beberapa studi, trip end dan trip interchange diterapkan
bersamaan.
Perilaku pilihan moda dapat diterangkan dalam tiga katagori, yaitu faktor karakteristik pada
jangkauan moda, status sosial ekonomi pelaku perjalanan dan karakteristik perjalanan.
Ketiganya masuk sebagai variabel independen dalam model matematis dari modal choice.
Yang menjadi variabel dependen adalah pembagian pasar atau prosentase pemakai perjalanan
yang diperkirakan menggunakan masing-masing moda. Model modal split yang sederhana
adalah diversion curves. Yang lebih luas adalah diversion-type model dan probabilitas dengan
dasar multinomial logit model serta nested-logit formulation.
d. Pembebanan Arus Lalulintas
Langkah terakhir dari model permintaan sekuensial adalah pilihan pelaku perjalanan terhadap
jalur antara sepasang zona dengan suatu moda perjalanan tertentu dan dengan hasil aliran
vehicular pada jaringan transportasi multimodal. Langkah ini dapat dilihat sebagai model
keseimbangan antara permintaan perjalanan (Qijk) yang diperkirakan dalam proses terdahulu
dan penawaran transportasi yang diberikan dalam hal ini penyediaan fasilitas fisiknya dan
frekuensi pelayanan yang disiapkan.
Pada tahap ini permintaan perjalanan yang diperoleh melalui distribusi perjalanan dibebankan
pada jaringan jalan yang ada, sehingga diperoleh besarnya volume lalulintas yang membebani
masing-masing ruas jalan dalam jaringan. Dengan demikian tahapan ini merupakan bagian
yang menunjukkan interaksi antara permintaan dan penawaran, sehingga seringkali dijadikan
dasar penilaian kondisi pelayanan atau kinerjanya.
Bab 5 - 22
BAB 5. ANALISIS
Rencana Induk Transportasi Perkotaan pada Kawasan Perkotaan Mebidangdan Sekitarnya
Pertanyaan berkaitan dengan trip assignment adalah, dengan suatu volume Qijk tertentu (Qijk =
perkiraan permintaan interzonal dengan moda tertentu), harus ditentukan pilihan rute
perjalanan antara sepasang zona I dan J dalam jaringan dengan moda K dan diperkirakan hasil
aliran q sebagai individu yang membuat jaringan dengan moda tersebut. Perkiraan dari
kegunaan dapat digunakan untuk mencapai tingkat pelayanan yang diinginkan dan untuk
mengantisipasi potensi masalah kapasitas. Jumlah rute yang dapat dicapai antara sepasang
zona tergantung pada moda perjalanan yang digunakan. Untuk mobil pribadi, rute yang dapat
dilalui relatif besar dan memiliki kebebasan untuk memilihnya. Sedangkan untuk angkutan
umum jumlah pilihan rute terbatas.
B. Interaksi Transportasi dan Guna Lahan
Pergerakan asal dan tujuan (transportasi) menunjukkan interaksi antara lokasi aktivitas (pola
guna lahan) dan transportasi yang digunakan, dengan asumsi bahwa setiap perubahan guna
lahan akan mempengaruhi sistem pergerakan/transport dan sebaliknya.
Hammerslag dan Immers (1988) dengan menggunakan model kendala elastik, menunjukkan
bahwa interaksi antara perkembangan spasial dan transportasi dapat diketahui berdasarkan
elastisitas zona, dimana perbedaan sensitivitas perkembangan spasial terhadap kualitas
infrastruktur akan memberikan elastisitas yang berbeda, yang juga merupakan indikator
perbedaan karakteristik transport itu sendiri. Jelas bahwa dalam model sistem tataguna lahan
terdapat tiga variabel pengaruh yaitu tataguna lahan, karakteristik sarana dan prasarana
transportasi (biasanya menunjukkan tingkat kemudahan penggunaan sarana-prasarana
tersebut) dan karakteristik lalulintas (volume lalulintas tarikan/bangkitan pada suatu ruas
jalan).
5.3.3. KODIFIKASI NETWORK
1.
Penentuan Node
Node merupakan titik-titik yang menghubungkan ruas jalan. Node terdiri atas:
a.
Regular node, yakni node yang merupakan pusat sumber bangkitan dan tarikan
perjalanan, sehingga node ini memiliki nilai bangkitan atau tarikan.
b.
Dummy node, yakni node yang tidak memiliki nilai tarikan atau bangkitan
karena bukan merupakan pusat sumber bangkitan dan tarikan. Dummy node
Bab 5 - 23
BAB 5. ANALISIS
Rencana Induk Transportasi Perkotaan pada Kawasan Perkotaan Mebidangdan Sekitarnya
Kodifikasi Link
Link dapat juga diartikan ruas atau segmen jalan, atau bila dalam suatu network, maka link
adalah penghubung antar dua node, yang harus memiliki verifikasi data berupa data panjang
(meter atau km), arah lalulintas, kapasitas serta kecepatan rencana (disesuaikan dengan data
sekunder yang ada). Untuk membantu memudahkan entry data ke dalam program, dibuatlah
kodifikasi link yang di dalamnya memuat informasi mengenai nomor link dan nama link atau
nama ruas jalan yang disesuaikan dengan data inventansasi jaringan jalan yang diperoleh dari
data sekunder. Kodifikasi link juga memuat informasi kode inventarisasi, fungsi jalan, lebar
jalan dan kapasitasnya.
3.
Jaringan Jalan
Jaringan jalan dibentuk oleh link-link yang menghubungkan node-node. Antara dua node yang
dihubungkan terbentuk sebuah link yang mempunyai karakteristik tersendiri dalam hal
kecepatan, kapasitas dan arah lalulintas. Pada lokasi studi, jalan diklasifikasi berdasarkan
fungsinya sebagai jalan arteri primer, arteri sekunder, kolektor primer, kolektor sekunder, dan
jalan lokal.
Pembentukan jaringan jalan didasarkan pada tingkat jaringan yang cukup mewakili zone yang
diperlukan dalam pemodelan tetapi tidak terlalu rumit yang dapat menyulitkan dalam
penyusunan zoning-nya oleh karena itu ditetapkan batas terkecil status jalan adalah jalan
dengan fungsi kolektor sekunder di lokasi studi. Bentuk jaringan jalan yang akan digunakan
dalam analisis selanjutnya disajikan dalam Gambar 5.10.
Bab 5 - 24
LAPORAN AKHIR
Rencana Induk Transportasi Perkotaan pada Kawasan Perkotaan Mebidang dan Sekitarnya
Gambar 5.10. Jaringan Jalan Mebidang dan Sekitarnya yang Digunakan dalam Pemodelan
(garis pink : jalan dua arah, garis hijau : jalan satu arah, garis biru : jalan tol)
Bab 5 - 25
BAB 5. ANALISIS
Rencana Induk Transportasi Perkotaan pada Kawasan Perkotaan Mebidangdan Sekitarnya
Penentuan kapasitas jalan tergantung dan lebar jalan dan faktor-faktor koreksinya. Kapasitas
jalan dalam hal ini dihitung dengan menggunakan rumus dan faktor koreksi yang telah
ditetapkan dalam Manual Kapasitas Jalan Indonesia (MKJI) 1997. Data pokok untuk
menghitung kapasitas jalan adalah lebar perkerasan jalan, kapasitas dasarnya serta faktorfaktor yang memengaruhi kapasitas.
5.3.4. PENENTUAN ZONASI DAN MATRIK ASAL-TUJUAN
Untuk memudahkan dalam pemodelan transportasi maka wilayah studi dibagi dalam beberapa
zona transportasi. Maksud dibuatnya zona ini adalah agar supaya perjalanan yang dilakukan
terutama pada jalan yang tercakup dalam wilayah studi dapat dengan mudah untuk
dimodelkan. Meskipun berbasis zona administrasi, pembuatan zonasi model dibuat
berdasarkan acuan kodifikasi yang telah dihasilkan oleh jaringan jalan. Sebuah wilayah
administrasi (misalnya kelurahan atau kecamatan) dapat berupa satu atau lebih zona model,
tergantung pada jaringan jalan yang telah dibuat. Hal ini disebabkan karena beberapa hal
berikut ini.
a.
b.
Zona merupakan node yang berisi data asal (origin) dan tujuan (destination),
atau memiliki nilai bangkitan dan tarikan.
c.
d.
Dalam model ini, zona dibuat berbasis wilayah kecamatan. Zona dalam studi ini terbagi
dalam wilayah administrasi seluruh wilayah Kota Medan, sebagian kecamatan di Kabupaten
Deli Serdang dan Zona Kota Binjai. Zone internal adalah wilayah Kota Medan sementara
wilayah di Deli Serdang dan Kota Binjai merupakan zona eksternal. Pembagian zonasi di
Kawasan Mebidang secara lebih rinci diperlihatkan pada Tabel 5.7. dan Gambar 5.11.
Bab 5 - 26
BAB 5. ANALISIS
Rencana Induk Transportasi Perkotaan pada Kawasan Perkotaan Mebidangdan Sekitarnya
Tabel 5.7.
No.
Wilayah Administratif
Kode
Zona
No.
Wilayah Administratif
Kode
Zona
17
17
18
18
19
19
20
20
21
21
22
Kec. Sunggal
22
23
23
24
24
25
25
10
10
26
26
11
11
27
27
12
12
28
28
13
13
29
29
14
14
30
30
15
15
31
Kec. Palumbak
31
16
16
32
Kota Binjai
32
Selanjutnya, data Matrik Asal Tujuan (MAT) dapat dimasukkan sebagai input bangkitan dan
tarikan perjalanan. Data MAT ini dapat diambil dari beberapa sumber, misalnya dari input tata
guna lahan (land use) dan jumlah penduduk, atau dari data asli Asal Tujuan perjalanan hasil
survai. Dalam pemodelan ini MAT bersumber dari Studi Tataralok Kota Medan. Desire line
pergerakan di Kawasan Mebidang tahun 2011, 2016, 2021 dan 2029 dapat dilihat pada
Gambar 5.13- 5.16.
Bab 5 - 27
LAPORAN AKHIR
Rencana Induk Transportasi Perkotaan pada Kawasan Perkotaan Mebidang dan Sekitarnya
Bab 5 - 28
BAB 5. ANALISIS
Rencana Induk Transportasi Perkotaan pada Kawasan Perkotaan Mebidangdan Sekitarnya
Bab 5 - 29
BAB 5. ANALISIS
Rencana Induk Transportasi Perkotaan pada Kawasan Perkotaan Mebidangdan Sekitarnya
Bab 5 - 30
BAB 5. ANALISIS
Rencana Induk Transportasi Perkotaan pada Kawasan Perkotaan Mebidangdan Sekitarnya
Bab 5 - 31
BAB 5. ANALISIS
Rencana Induk Transportasi Perkotaan pada Kawasan Perkotaan Mebidangdan Sekitarnya
Bab 5 - 32
BAB 5. ANALISIS
Rencana Induk Transportasi Perkotaan pada Kawasan Perkotaan Mebidangdan Sekitarnya
Bab 5 - 33
BAB 5. ANALISIS
Rencana Induk Transportasi Perkotaan pada Kawasan Perkotaan Mebidangdan Sekitarnya
Bab 5 - 34
BAB 5. ANALISIS
Rencana Induk Transportasi Perkotaan pada Kawasan Perkotaan Mebidangdan Sekitarnya
Gambar 5.17. Traffic Flow Jaringan Jalan di Kawasan Mebidang Pada Kondisi Eksisting (2011)
Bab 5 - 35
BAB 5. ANALISIS
Rencana Induk Transportasi Perkotaan pada Kawasan Perkotaan Mebidangdan Sekitarnya
Bab 5 - 36
BAB 5. ANALISIS
Rencana Induk Transportasi Perkotaan pada Kawasan Perkotaan Mebidangdan Sekitarnya
Gambar 5.18. Traffic Flow Jaringan Jalan di Kawasan Mebidang Pada Tahun 2016
Bab 5 - 37
BAB 5. ANALISIS
Rencana Induk Transportasi Perkotaan pada Kawasan Perkotaan Mebidangdan Sekitarnya
Gambar 5.19. Traffic Flow Jaringan Jalan di Kawasan Mebidang Pada Tahun 2021
Bab 5 - 38
BAB 5. ANALISIS
Rencana Induk Transportasi Perkotaan pada Kawasan Perkotaan Mebidangdan Sekitarnya
Gambar 5.20. Traffic Flow Jaringan Jalan di Kawasan Mebidang Pada Tahun 2026
Bab 5 - 39
BAB 5. ANALISIS
Rencana Induk Transportasi Perkotaan pada Kawasan Perkotaan Mebidangdan Sekitarnya
Analisis Perbandingan
Analisis Kinerja Jaringan Jalan di Kawasan Mebidang pada kondisi Do Nothing pada Tahun
2011(eksisting), 2016, 2021 dan 2026 dapat dilihat pada tabel berikut ini
Tabel 5.8.
No
Kinerja Jaringan
Tahun
2011
2016
2021
2026
Smp-km
1.613.1441,1
1.977.780,9
3.106.785,7
3.949.434,8
Smp-jam
58.880,1
83.165,2
185.451,1
280.732,7
VC Ratio rata-rata
0,82
1,01
1,58
2.01
Kecepatan rata-rata
(km/jam)
27,4
23,8
16.8
14.1
Bab 5 - 40
BAB 5. ANALISIS
Rencana Induk Transportasi Perkotaan pada Kawasan Perkotaan Mebidangdan Sekitarnya
Gambar 5.21. Traffic Flow Jaringan Jalan di Kawasan Mebidang Pada Tahun 2016 pada Kondisi Do Something
Bab 5 - 41
BAB 5. ANALISIS
Rencana Induk Transportasi Perkotaan pada Kawasan Perkotaan Mebidangdan Sekitarnya
Gambar 5.22. Traffic Flow Jaringan Jalan di Kawasan Mebidang Pada Tahun 2021 pada Kondisi Do Something
Bab 5 - 42
BAB 5. ANALISIS
Rencana Induk Transportasi Perkotaan pada Kawasan Perkotaan Mebidangdan Sekitarnya
Gambar 5.23. Traffic Flow Jaringan Jalan di Kawasan Mebidang Pada Tahun 2026 pada Kondisi Do Something
Bab 5 - 43
BAB 5. ANALISIS
Rencana Induk Transportasi Perkotaan pada Kawasan Perkotaan Mebidangdan Sekitarnya
Analisis Perbandingan
Analisis Kinerja Jaringan Jalan di Kawasan Mebidang pada kondisi Do Nothing dan Do
Something pada Tahun 2016, 2021 dan 2026 dapat dilihat pada tabel berikut ini
Tabel 5.9.
Perbandingan Kinerja Jalan Mebidang Kondisi Do Nothing dan Do
Something
2016
No
2021
2026
Kinerja
Jaringan
Do
Do
Do
Do
Do
Do
Nothing
Something
Nothing
Something
Nothing
Something
Smp-km
1.977.780,9
1.891.046,9
3.106.785,7
2.806.033,0
3.949.434,8
3.386.891,3
Smp-jam
83.165,2
76.524,6
185.451,1
155.279,4
280.732,7
215.315,0
VC Ratio rata-rata
1,01
0,96
1,58
1,43
2,01
1,73
Kecepatan
23,8
24,7
16,8
18,1
14,1
15,7
rata-
rata(km/jam)
Sumber : Pemodelan Konsultan
Dari hasil analisis tersebut, tampak bahwa untuk jangka menengah dan panjang perlu
kombinasi sistem angkutan umum massal yang lain selain BRT.
Bab 5 - 44
BAB 5. ANALISIS
Rencana Induk Transportasi Perkotaan pada Kawasan Perkotaan Mebidangdan Sekitarnya
Jenis angkutan barang baik yang berupa truk maupun kereta api bebas masuk
menembus ke jantung kota;
Banyak perjalanan angkutan barang seperti truk yang kosong sehingga mengganggu
arus lalulintas;
Kecepatan angkutan barang dalam hal ini truk dalam mixed-traffic yang sangat
lambat;
Pada saat menaikkan dan menurunkan barang selalu terjadi antrian terutama di
pelabuhan sehingga mengakibatkan biaya tinggi;
Fasilitas terminal angkutan barang pada saat ini masih sangat terbatas sehingga
bermunculan terminal-terminal bayangan pada titik-titik tertentu.
Bab 5 - 45
BAB 5. ANALISIS
Rencana Induk Transportasi Perkotaan pada Kawasan Perkotaan Mebidangdan Sekitarnya
1.
Proses evolusi angkutan barang dimulai dari sistem produksi dari daerah industri kepada
proses distribusi barang industri kepada pengguna, pada setiap kota di wilayah Indonesia.
Untuk mendapatkan layanan penghantaran barang dengan cepat dan effisien, maka diperlukan
evolusi moda angkutan barang dari yang ada saat ini. Adapun tahapan evolusi moda angkutan
barang dari Industri hingga proses distribusi barang industri dapat dilihat pada Gambar di
bawah ini.
Bab 5 - 46
BAB 5. ANALISIS
Rencana Induk Transportasi Perkotaan pada Kawasan Perkotaan Mebidangdan Sekitarnya
dan mendapatkan harga yang kompetitif. Tahapan ini disebut Tahap Konsolidasi
Moda.
2.
Menejemen lalu lintas angkutan barang perlu dilakukan guna mengurangi kemacetan jalan
raya dan dampak lalulintas yang diakibatkannya. Tahapan evolusi menejemen lalulintas
angkutan barang yang dilakukan dapat dilihat pada gambar berikut.
BAB 5. ANALISIS
Rencana Induk Transportasi Perkotaan pada Kawasan Perkotaan Mebidangdan Sekitarnya
3.
BAB 5. ANALISIS
Rencana Induk Transportasi Perkotaan pada Kawasan Perkotaan Mebidangdan Sekitarnya
BAB 5. ANALISIS
Rencana Induk Transportasi Perkotaan pada Kawasan Perkotaan Mebidangdan Sekitarnya
konsolidasi barang guna meningkatkan load factor barang, dikarenakan distribusi barang ke
penggguna biasanya mempunyai kapasitas volume barang yang lebih sedikit dan memiliki
tujuan hantaran yang berbeda maka dapat dikelompokkan dan dilayani oleh kendaraan
berkapasitas besar untuk masing-masing barang yang memiliki daerah layanan yang sama.
Dan proses konsolidasi barang tersebut dapat dilakukan jika memiliki moda yang sudah
terintegrasi misalnya moda kereta api dengan moda truk angkutan barang.
Untuk keterpaduan antar moda ini diperlukan adanya implementasi Peraturan Pemerintah (PP)
8/2011, dimana implementasi dari PP ini perlu mendapatkan prioritas yang lebih jelas
termasuk pada pembentukan institusi dan regulasinya.
Prioritas 4 Peran Kendaraan Tidak Bermotor dalam Pengiriman Barang
Untuk pengiriman barang di dalam area perumahan dan area pasar tradisional, dapat
dilakukan dengan menggunakan kendaraan tidak bermotor, seperti gerobak dan becak ataupun
jalan kaki, yang mana bentuk distribusi pengiriman barang seperti ini merupakan bentuk
pengiriman barang tradisional di Indonesia.
Penggunaan kendaraan tidak bermotor sebagai angkutan distribusi barang (seperti, sayuran
dan daging) dari Pasar Induk ke perurmahan-perumahan merupakan bentuk distribusi yang
umum di kota-kota di Indonesia, yang mana distribusi barang dilakukan oleh gerobak dorong
dan becak.
Prioritas 5 Truk Bergandar Banyak MultiAxle
Jenis truk bergandar banyak digunakan untuk mendapatkan efisiensi yang lebih, dalam
pergerakan distribusi pengangkutan barang, dan juga untuk meminimalisir kerusakan jalan
serta untuk menghemat pembayaran tol.
Dibawah ini merupakan karakteristik operasi pengangkutan barang diperkotaan secara
berkelanjutan, yang ditinjau dari berbagai sudut pandang yang berbeda, yang bertujuan untuk
meningkatkan kapasitas kiriman barang, meningkatkan jumlah barang yang akan dikirim
untuk setiap pengirimannya, serta meningkatkan tingkat utilitas/kegunaan pada kendaraan.
1.
Sistem pengeceran di dalam kota tetap utuh, semua penduduk kota masih dapat
memenuhi kebutuhan grosir dan kebutuhan rumah tangga nya dengan mudah
Bab 5 - 50
BAB 5. ANALISIS
Rencana Induk Transportasi Perkotaan pada Kawasan Perkotaan Mebidangdan Sekitarnya
seperti berjalan kaki, karena jarak antar pusat produksi atau grosir yang relative
dekat;
b.
Pusat perbelanjaan dan mal-mal hanya berada pada daerah dimana prasarana lalu
lintas sekitarnya dapat memudahkan akomodasi distribusi pengiriman barang;
c.
2.
b.
Adanya perpanjangan atau penyediaan jalur kereta api baru untuk mempermudah
dan mengefektifkan akses pengiriman barang, seperti akses ke pelabuhan;
c.
Bagian pusat kota tetap bebas dari jalur/ area pengiriman barang;
d.
Infrastuktur jalan kota dapat mengakomodasi arus lalu lintas barang yang
diperlukan, yang mana kemacetan diusahakan hanya terjadi pada jam puncak saja.
3.
Rel kereta api, dan jenis transportasi air merupakan jenis kendaraan yang baik
untuk pengiriman barang;
b.
Standar emisi kendaraan tetap ditegakkan dan diwajibkan. Hal ini dilakukan
melalui pemberlakuan sistem pemerikasaan kendaraan dalam hal emisi yang
dikeluarkan;
c.
4.
Bab 5 - 51
BAB 5. ANALISIS
Rencana Induk Transportasi Perkotaan pada Kawasan Perkotaan Mebidangdan Sekitarnya
b.
Dalam area pejalan kaki dengan akses yang mudah untuk menjangkau titik
bangkitan permintaan, yang mana kualitas dari pavement jalur pejalan kaki
memungkinkan kendaraan tidak bermotor seperti gerobak untuk beroperasi dalam
pengantaran barang;
c.
d.
Berbagai jenis kendaraan bermotor dan tidak bermotor sebisa mungkin dipisahkan
dalam jalurnya, sehingga keefektifan dan utilitas penggunaan jalur lebih efisien,
seperti : angkutan barang, angkutan umum, kendaraan pribadi, lalu lintas sepeda,
pejalan kaki, dan lain-lain.
5.
b.
c.
Tingkat efisiensi pengiriman barang yang tinggi dapat dicapai dalam distribusi
transportasi angkutan barangnya, yaitu faktor kapasitas pengiriman yang tinggi
dan frekuensi distribusi yang padat
Untuk mewujudkan rencana strategi di atas, kebijakan nasional yang koheren sangat
diperlukan. Suatu kebijakan nasional mengenai transportasi barang harus dapat membahas dan
menangani masalah-masalah pengiriman dan ukuran kendaraan yang diperlukan, pembahasan
mengenai kendaraan berstandar lingkungan (contoh, standar emisi), pembatasan distribusi,
standar keselamatan dan pemeriksaan kendaraan.
Pada saat yang sama, kebijakan nasional juga harus menganjurkan pemerintah daerah untuk
memberlakukan pembatasan akses di daerah mereka sendiri, membuat skema manajemen lalu
lintas, pemberlakukan lisensi izin operasi kendaraan lokal (seperti lisensi untuk distribusi
Bab 5 - 52
BAB 5. ANALISIS
Rencana Induk Transportasi Perkotaan pada Kawasan Perkotaan Mebidangdan Sekitarnya
angkutan barang), pengaturan pajak daerah yang sesuai dengan kondisi daerah masingmasing.
5.4.4. ANGKUTAN BARANG DI KOTA MEDAN DAN SEKITARNYA
Secara umum dapat dikatakan bahwa di Kota Medan tidak menyediakan fasilitas khusus atau
membedakan antara angkutan barang dan angkutan orang. Hanya saja untuk moda angkutan
yang besar seperti truk dan angkutan konteiner dilarang melewati kawasan pusat kota.
Pada saat ini terdapat beberapa lokasi yang digunakan untuk melakukan bongkar muat
angkutan barang antara lain:
Gambar 5.27. Kondisi Kawasan tempat bongkar muat barang di Jl. Letda Sujono
5.4.5. TRANSPORTASI KERETA API
Jaringan jalan KA telah terbangun pada kawasan Mebidang ini dengan jalur KA membentang
dari Binjai ke arah timur menuju Medan dan kemudian menuju ke selatan menuju ke Lubuk
pakam sampai dengan Rantau Prapat. Karakteristik pelayanan kereta api penumpang di
Medan dan sekitarnya terdiri dari eksekutif, bisnis dan ekonomi. Jumlah rangkaian kereta
yang melayani berjumlah 6 rangkaian, yang terdiri dari Kinantan, Sribilah, Dolok
Martimbang, Putri Ungu, Putri Hijau dan Lancang Kuning. Jumlah trip (PP) bervariasi dari 1
trip sampai 3 trip dengan tarif disesuaikan dengan kelas pelayanan. Lebih jelasnya rete serta
sifat pelayanan kereta api penumpang di Medan dan Sekitarnya diperlihatkan pada Tabel 5.11.
Bab 5 - 53
BAB 5. ANALISIS
Rencana Induk Transportasi Perkotaan pada Kawasan Perkotaan Mebidangdan Sekitarnya
Tabel 5.10.
No.
Rute
1.
2.
Medan Rantauprapat
Medan Siantar
Nama KA
Kelas
Tarif
Trip (PP)
a. Kinantan
Eksekutif
Rp. 70.000,-
b. Sribilah
Eksekutif
Rp. 60.000,-
Bisnis
Rp. 40.000,-
Bisnis
Rp. 25.000,-
Ekonomi
Rp. 12.000,-
a. Sribilah
Bisnis
Rp. 45.000,-
b. Putri Ungu
Bisnis
Rp. 40.000,-
a. Putri Ungu
Bisnis
Rp. 35.000,-
b. Lancang Kuning
Ekonomi
Rp. 8.500,-
c. Putri Hijau
Ekonomi
Rp. 8.500,-
a. Dolok Martimbang
b. Siantar Ekspress
3.
4.
Medan Binjai
Medan Tanjungbalai
Sumber: Studi Angkutan Umum Massal (Saum) Kota Medan Tahun 2010
Gambar 5.28. Jaringan Jalan KA di Sumatera Utara yang melintasi Kota Medan
Sumber : Peta Jarak KA, PT Kereta Api
Bab 5 - 54
BAB 5. ANALISIS
Rencana Induk Transportasi Perkotaan pada Kawasan Perkotaan Mebidangdan Sekitarnya
Tabel-tabel berikut menjelaskan jumlah penumpang dan barang yang menggunakan moda
kereta api yang melalui stasiun Medan
Tabel 5.11.
Penumpang (orang)
Barang (ton)
2002
832.705
570.647
2003
919.096
702.606
2004
796.901
8.652
2005
796.901
6.791
2006
1.901.331
752.755
2007
1.766.578
915.759
2008
872.788
854.735
Tabel 5.12.
Tahun
Minyak
Sawit
2005
181.147
2006
158.415
2007
2008
Karet
-
BBM
Pupuk
BHP
Lainnya
Jumlah
25.358
2.213
208.718
532414
25.515
36.411
752.755
591.769
13.224
181.822
18.945
5.430
92.366
903.556
564206
12.466
190.468
25.690
11.887
50.017
854.734
Sumber: Studi Angkutan Umum Massal (Saum) Kota Medan Tahun 2010
Bab 5 - 55
BAB 5. ANALISIS
Rencana Induk Transportasi Perkotaan pada Kawasan Perkotaan Mebidangdan Sekitarnya
Bab 5 - 56
BAB 5. ANALISIS
Rencana Induk Transportasi Perkotaan pada Kawasan Perkotaan Mebidangdan Sekitarnya
Oleh sebab itu untuk mendukung pergerakan barang/manusia di wilayah Mebidang diperlukan
pengembangan infrastruktur transportasi Kereta Api antara lain:
1.
Pengembangan jaringan kereta api arah Utara Selatan Mebidang (Belawan Deli Tua
dan Pelabuhan Belawan Pancur Batu).
2.
Pengembangan jaringan kereta api arah Timur Barat Mebidang (Pagar Merbau
Medan Binjai).
3.
4.
Dengan melihat tataguna lahan di Medan pada saat ini maka pengembangan jaringan
kereta api rel KA di Medan adalah jaringan kereta api layang ( high way rail ),
sedangkan di Binjai dan Deli Serdang masih memungkinkan pembangunan double
track.
5.
6.
Diperlukan peningkatan kapasitas KA dan waktu operasi KA, mengingat saat ini KA
yang ada masih beroperasi hanya 1 kali per hari dengan kapasitas terbatas. Kapasitas
gerbong dan frekuensi operasi KA perlu ditingkatkan secara besar-besaran. Hal ini
karena moda angkutan KA merupakan moda angkutan komuter yang dapat diharapkan
dapat mengatasi masalah transportasi Metropolitan Mebidang.
Bab 5 - 57
BAB 5. ANALISIS
Rencana Induk Transportasi Perkotaan pada Kawasan Perkotaan Mebidangdan Sekitarnya
5. 5. RENCANA
LOKASI
DAN
KEBUTUHAN
SIMPUL
DI
KAWASAN
BAB 5. ANALISIS
Rencana Induk Transportasi Perkotaan pada Kawasan Perkotaan Mebidangdan Sekitarnya
Di Pusat Kota terutama daerah perniagaan sering ditemui adanya kemacetan. Berdasarkan
hasil survei, titik-titik kemacetan beserta penyebabnya di wilayah Kota Medan dijelaskan
dalam Tabel berikut.
Tabel 5.13.
No.
Daerah/Jalan
Penyebab
Waktu
Jl. Aksara
Jl. Thamrin
Jl. Sutomo
Bab 5 - 59
BAB 5. ANALISIS
Rencana Induk Transportasi Perkotaan pada Kawasan Perkotaan Mebidangdan Sekitarnya
No.
Daerah/Jalan
Penyebab
Waktu
17.00 s/d 19.00 WIB
Jl. Pemuda
Jl. Cirebon
10
Berdasarkan Tabel 5.14 di atas umumnya penyebab kemacetan pada tata guna lahan
perkantoran, niaga, dan sekolah yang dilalui angkutan umum dan adanya parkir di badan jalan
(on street parking). Kemacetan terjadi pada waktu-waktu sibuk seperti jam berangkat
sekolah/kerja, jam keluar istirahat atau makan siang dan jam pulang sekolah/kantor.
Untuk mengatasinya permasalahan parkir di badan jalan ini perlu penertiban secara terus
menerus dengan diimbangi penyediaan kantong-kantong parkir. Selaian itu sejalan dengan
program pengembangan BRT maka pengembangan lokasi park and ride dilokasi-lokasi
tertentu terutama di simpul-simpul kota perlu dikembangkan.
Bab 5 - 60
6. 1. UMUM
Seperti
telah
dibicarakan
pada
bab-bab
sebelumnya,
perencanaan
arah
pengembangan jaringan transportasi perkotaan harus dilakukan dengan sistematis. Dasardasar pengembangan transportasi perkotaan Mebidang meliputi hal-hal sebagai berikut
ini.
1. Pengembangan
perkembangan
jaringan
dan
transportasi
pengembangan
diarahkan
wilayah
untuk
Perkotaan
mendukung
Mebidang
dan
sekitarnya.
2. Pengembangan jaringan transportasi diharapkan bisa menstimulasi kawasan
kurang berkembang di Perkotaan Mebidang dan sekitarnya.
3. Pengembangan jaringan transportasi harus mampu mengintegrasikan antar sub
wilayah Perkotaan Mebidang dan sekitarnya.
6. 2. PENGEMBANGAN JARINGAN TRANSPORTASI PERKOTAAN
Pengembangan jaringan transportasi perkotaan Mebidang dibagi dalam tiga tahap
meliputi :
Bab 6 - 2
WAKTU
NO.
PENANGGUNG JAWAB
NAMA PROGRAM/
KEGIATAN
JANGKA JANGKA
JANGKA PEMERINTAH PEMERINTAH
PENDEK MENENGAH PANJANG
PUSAT
PROVINSI
A.
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.
9.
PEMERINTAH
KAB/KOTA
KEMUNGKINAN
PUBLIC PRIVATE
PARTNERSHIP
Bab 6 - 3
WAKTU
NO.
PENANGGUNG JAWAB
NAMA PROGRAM/
KEGIATAN
JANGKA JANGKA
JANGKA PEMERINTAH PEMERINTAH
PENDEK MENENGAH PANJANG
PUSAT
PROVINSI
10.
11.
12.
13.
14.
PEMERINTAH
KAB/KOTA
KEMUNGKINAN
PUBLIC PRIVATE
PARTNERSHIP
B.
PROGRAM PENGEMBANGAN
TRANSPORTASI KERETA API dan
IMPLEMENTASI TOD
1.
2.
Bab 6 - 4
WAKTU
NO.
PENANGGUNG JAWAB
NAMA PROGRAM/
KEGIATAN
JANGKA JANGKA
JANGKA PEMERINTAH PEMERINTAH
PENDEK MENENGAH PANJANG
PUSAT
PROVINSI
PEMERINTAH
KAB/KOTA
KEMUNGKINAN
PUBLIC PRIVATE
PARTNERSHIP
3.
4.
5.
6.
7.
8.
9.
10.
11.
12.
13.
Bab 6 - 5
WAKTU
PENANGGUNG JAWAB
NAMA PROGRAM/
KEGIATAN
NO.
JANGKA JANGKA
JANGKA PEMERINTAH PEMERINTAH
PENDEK MENENGAH PANJANG
PUSAT
PROVINSI
PEMERINTAH
KAB/KOTA
KEMUNGKINAN
PUBLIC PRIVATE
PARTNERSHIP
Galang
14.
15.
16.
17.
18.
19.
20.
21.
22.
23.
Bab 6 - 6
WAKTU
NO.
PENANGGUNG JAWAB
NAMA PROGRAM/
KEGIATAN
JANGKA JANGKA
JANGKA PEMERINTAH PEMERINTAH
PENDEK MENENGAH PANJANG
PUSAT
PROVINSI
PEMERINTAH
KAB/KOTA
KEMUNGKINAN
PUBLIC PRIVATE
PARTNERSHIP
25.
26.
27.
28.
29.
30.
31.
32.
Bab 6 - 7
WAKTU
NO.
PENANGGUNG JAWAB
NAMA PROGRAM/
KEGIATAN
JANGKA JANGKA
JANGKA PEMERINTAH PEMERINTAH
PENDEK MENENGAH PANJANG
PUSAT
PROVINSI
PEMERINTAH
KAB/KOTA
KEMUNGKINAN
PUBLIC PRIVATE
PARTNERSHIP
34.
35.
36.
C.
1.
2.
3.
4.
5.
6.
Bab 6 - 8
WAKTU
NO.
PENANGGUNG JAWAB
NAMA PROGRAM/
KEGIATAN
JANGKA JANGKA
JANGKA PEMERINTAH PEMERINTAH
PENDEK MENENGAH PANJANG
PUSAT
PROVINSI
7.
8.
9.
10.
11.
12.
13.
14.
15.
16.
PEMERINTAH
KAB/KOTA
KEMUNGKINAN
PUBLIC PRIVATE
PARTNERSHIP
17.
18.
19.
Bab 6 - 9
WAKTU
NO.
PENANGGUNG JAWAB
NAMA PROGRAM/
KEGIATAN
JANGKA JANGKA
JANGKA PEMERINTAH PEMERINTAH
PENDEK MENENGAH PANJANG
PUSAT
PROVINSI
20.
21.
22.
23.
24.
25.
26.
27.
28.
29.
30.
31.
PEMERINTAH
KAB/KOTA
KEMUNGKINAN
PUBLIC PRIVATE
PARTNERSHIP
Bab 6 - 10
WAKTU
NO.
PENANGGUNG JAWAB
NAMA PROGRAM/
KEGIATAN
JANGKA JANGKA
JANGKA PEMERINTAH PEMERINTAH
PENDEK MENENGAH PANJANG
PUSAT
PROVINSI
PEMERINTAH
KAB/KOTA
KEMUNGKINAN
PUBLIC PRIVATE
PARTNERSHIP
33.
34.
35.
36.
37.
38.
D.
PROGRAM PENGEMBANGAN
TRANSPORTASI LAUT
Bab 6 - 11
WAKTU
NO.
PENANGGUNG JAWAB
NAMA PROGRAM/
KEGIATAN
JANGKA JANGKA
JANGKA PEMERINTAH PEMERINTAH
PENDEK MENENGAH PANJANG
PUSAT
PROVINSI
1.
2.
E.
PROGRAM PENGEMBANGAN
TRANSPORTASI UDARA
1.
PEMERINTAH
KAB/KOTA
KEMUNGKINAN
PUBLIC PRIVATE
PARTNERSHIP
F.
PROGRAM PENGEMBANGAN
TRANSPORTASI SUNGAI
1.
2.
G.
1.
Pembangunan ITS
2.
3.
4.
5.
Bab 6 - 12
WAKTU
NO.
PENANGGUNG JAWAB
NAMA PROGRAM/
KEGIATAN
JANGKA JANGKA
JANGKA PEMERINTAH PEMERINTAH
PENDEK MENENGAH PANJANG
PUSAT
PROVINSI
6.
7.
8.
PEMERINTAH
KAB/KOTA
KEMUNGKINAN
PUBLIC PRIVATE
PARTNERSHIP
Bab 6 - 13
Menimbang
Mengingat
: 1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.
9.
BAB I
KETENTUAN UMUM
Pasal 1
Dalam Peraturan Gubernur ini, yang dimaksud dengan :
Daerah adalah Kawasan Perkotaan Mebidang dan sekitarnya yang meliputi : Kota Medan,
1.
Kota Binjai, Kabupaten Deli Serdang dan sebagian Kabupaten Karo.
2.
Pemerintah Daerah adalah Pemerintah Provinsi Sumatera Utara.
Gubernur adalah Gubernur Provinsi Sumatera Utara
3.
4.
Dewan Perwakilan Rakyat Daerah yang selanjutnya disingkat DPRD adalah Dewan
Perwakilan Rakyat Provinsi Sumatera Utara.
5.
Dinas Perhubungan adalah Dinas Perhubungan Provinsi Sumatera Utara.
6.
Jalan adalah jalan yang diperuntukkan bagi lalu lintas umum.
7.
8.
9.
10.
11.
12.
13.
14.
15.
16.
17.
18.
19.
20.
21.
22.
Jaringan Transportasi kota adalah serangkaian simpul dan/atau ruang kegiatan yang
dihubungkan oleh ruang lalu lintas sehingga membentuk satu kesatuan sistem jaringan
transportasi kota untuk keperluan penyelenggaraan lalu lintas dan angkutan.
Terminal adalah prasarana transportasi jalan untuk keperluan memuat dan menurunkan
orang dan/atau barang serta mengatur kedatangan dan pemberangkatan kendaraan umum,
yang merupakan salah satu wujud simpul jaringan transportasi.
Kendaraan adalah suatu alat yang dapat bergerak di jalan, terdiri dari kendaraan bermotor
atau kendaraan tidak bermotor.
Angkutan Umum adalah setiap kendaraan bermotor yang disediakan untuk dipergunakan
oleh umum dengan dipungut bayaran.
Mobil Bus adalah setiap kendaraaan bermotor yang dilengkapi lebih dari 8 (delapan)
tempat duduk tidak termasuk tempat duduk pengemudi, baik dengan maupun tanpa
perlengkapan pengangkutan bagasi.
Trayek adalah lintasan kendaraan umum untuk pelayanan jasa angkutan orang dengan
mobil bus, yang mempunyai asal dan tujuan perjalanan tetap, lintasan tetap dan jadwal
tetap maupun tidak berjadwal.
Jaringan Trayek adalah kumpulan dari trayek-trayek yang menjadi satu kesatuan jaringan
pelayanan angkutan orang.
Angkutan Jalan Rel adalah pemindahan orang dan/atau barang dari satu tempat ke tempat
lain dengan menggunakan kereta api, baik berjalan sendiri maupun dirangkaikan dengan
kendaraan lainnya yang akan atau sedang bergerak di jalan rel
Kapal adalah kendaraan air dengan bentuk dan jenis apapun, yang digerakkan dengan
tenaga mekanik, tenaga angin atau ditunda, termasuk kendaraan yang berdaya dukung
dinamis, kendaraan di bawah permukaan air, serta alat apung dan bangunan terapung yang
tidak berpindah-pindah.
Pelabuhan adalah tempat yang terdiri dari daratan dan perairan di sekitarnya dengan batasbatas tertentu sebagai tempat kegiatan pemerintahan dan kegiatan ekonomi yang
dipergunakan sebagai tempat kapal bersandar, berlabuh, naik turun penumpang dan/atau
bongkar muat barang yang dilengkapi dengan fasilitas keselamatan pelayaran dan kegiatan
penunjang pelabuhan serta sebagai tempat perpindahan intra dan antar moda transportasi.
Pelabuhan Umum adalah pelabuhan yang diselenggarakan untuk kepentingan pelayanan
masyarakat umum.
Pelabuhan Penyeberangan adalah pelabuhan umum untuk angkutan penyeberangan.
Jaringan Transportasi Sungai dan Danau adalah serangkaian simpul dan/atau ruang lalu
lintas yang berwujud alur sungai dan danau sehinga membentuk suatu jaringan untuk
keperluan penyelenggaraan lalu lintas dan angkutan sungai dan danau.
Jaringan Transportasi Penyebrangan adalah serangkaian simpul dan/atau ruang kegiatan
yang dihubungkan oleh ruang lalu lintas yang berwujud alur penyeberangan sehinga
membentuk suatu jaringan untuk keperluan penyelenggaraan lalu lintas dan angkutan
penyeberangan.
Penerbangan adalah segala sesuatu yang berkaitan dengan penggunaan wilayah udara,
pesawat udara, bandar udara, angkutan udara, keamanan dan keselamatan penerbangan,
serta kegiatan dan fasilitas penunjang lain yang terkait;
Wilayah udara adalah ruang udara di atas wilayah daratan dan perairan Republik
Indonesia;
23.
24.
25.
26.
Pesawat udara adalah setiap alat yang dapat terbang di atmosfer karena daya angkat dari
reaksi udara kecuali reaksi udara terhadap permukaan bumi;
Bandar udara adalah daratan dan atau perairan yang dipergunakan untuk mendarat dan
lepas landas pesawat udara, naik turun penumpang, dan/atau bongkar muat kargo dan/atau
pos, serta dilengkapi dengan fasilitas keamanan dan keselamatan penerbangan dan sebagai
tempat perpindahan antar moda transportasi;
Dewan Transportasi Daerah adalah suatu organisasi yang menampung aspirasi masyarakat
dan memberikan bahan pertimbangan terhadap penyusunan kebijakan Pemerintah Provinsi
dalam bidang transportasi.
Pelayanan Multi Moda adalah pelayanan angkutan penumpang dan/atau barang yang
diselenggarakan oleh satu operator penanggungjawab dengan satu dokumen perjanjian
yang dilaksanakan dengan menggunakan lebih dari satu jenis moda transportasi.
Pasal 2
Rencana Induk Transportasi Perkotaan Pada Kawasan Perkotaan Mebidang Dan Sekitarnya
ditetapkan dalam lampiran Peraturan Gubernur ini merupakan rencana induk transportasi yang
terorganisasi secara kesisteman untuk dijadikan sebagai pedoman dan landasan dalam
perencanaan, pembangunan, penyelenggaraan transportasi guna mewujudkan penyediaan jasa
transportasi yang efektif dan efisien.
BAB II
ASAS DAN TUJUAN
Pasal 3
Rencana Induk Transportasi Perkotaan diselenggarakan dengan asas manfaat, usaha bersama dan
kekeluargaan, keadilan, keseimbangan, kepentingan umum, keterpaduan, kesadaran hukum,
kemandirian, demokrasi, transparansi, dan akuntabilitas.
Pasal 4
Transportasi perkotaan diselenggarakan dengan tujuan untuk mewujudkan satu kesatuan sistem
yang :
a. selamat, aman, cepat dan lancar, tertib dan teratur, nyaman, efisien, mampu memadukan
moda transportasi lainnya dan menjangkau seluruh pelosok wilayah daratan dengan biaya
yang terjangkau oleh daya beli masyarakat;
b. mampu berperan sebagai penggerak, pendorong dan penunjang pembangunan daerah.
BAB III
RUANG LINGKUP
Peraturan Gubernur ini mengatur mengenai penyelenggaraan transportasi di Daerah, meliputi :
1. Transportasi Jalan;
2. Transportasi Penyeberangan;
3. Transportasi Kereta Api;
4. Transportasi Udara;
5. Transportasi Multimoda;
BAB IV
PENGEMBANGAN SISTEM TRANSPORTASI
Pasal 4
(1) Perencanaan Pengembangan sistem transportasi terdiri dari :
a. Pengembangan Sarana Transportasi Jalan Raya
b. Pengembangan Transportasi Kereta Api dan Implementasi TOD.
c. Pengembangan Jaringan Jalan Raya
d. Pengembangan Transportasi Laut
e. Pengembangan Transportasi Udara
f. Pengembangan Transportasi Sungai
g. Rencana Aksi Nasional Pengurangan Dampak Gas Rumah Kaca
(2) Perencanaan Pengembangan Sistem Transportasi sebagaimana dimaksud pada
ayat (1) dilakukan secara bertahap dengan tahapan sebagai berikut :
a. tahun 2012 sampai dengan tahun 2016
b. tahun 2017 sampai dengan tahun 2021
c. tahun 2022 sampai dengan tahun 2031
Pasal 5
Pengembangan Sarana Transportasi Jalan Raya dimaksud dalam Pasal 4 ayat (1)
huruf a terdiri dari:
a. Pengembangan sistem angkutan umum Perkotaan/Metropolitan
Mebidang-Ro
b. Evaluasi dan pengembangan koridor angkutan umum Bus Priority
Kawasan Perkotaan/Metropolitan Mebidang-Ro
c. Peningkatan pelayanan dan kelas terminal regional
d. Pengembangan
kawasan
pejalan
kaki
pada
kawasan
perkotaan/Metropolitan Mebidang-Ro
e. Pembangunan Terminal Terpadu di Bandara Kuala Namu
f. Pembangunan Busway dan Monorail di Kota Medan
g. Pengaturan on street parkir parkir di kota Medan di jalan MT. Haryono,
Aksara, Sutomo, H. Zaenul Arifin, Pemuda, Perintis Kemerdekaan,
Kereta Api, Cirebon dan Sisingamangaraja
h. Penetapan kawasan parkir maupun gedung parkir di Kota Binjai
i. Lajur, jalur atau jalan khusus angkutan massal di kawasan perkotaan inti
menghubungkan simpul Medan Helvetia-Medan Sunggal-Medan
Selayang-Medan Polonia-Medan Amplas-Medan Tembung-Medan
Timur-Medan Deli-Medan Marelan-Medan Labuhan
j. Pengembangan terminal penumpang tipe A pada terminal Medan
Amplas di kecamatan Medan Amplas dan terminal Pinang Baris di
kecamatan Medan Sunggal di kota Medan
k. Pengembangan terminal penumpang tipe B pada terminal Binjai di
kecamatan Binjai di kota Binjai, terminal Lubuk Pakam di kecamatan
q.
r.
s.
t.
u.
v.
w.
x.
y.
z.
aa.
bb.
cc.
dd.
ee.
ff.
gg.
hh.
ii.
jj.
Pasal 7
Pengembangan Jaringan Jalan Raya dimaksud dalam Pasal 4 ayat (1) huruf c
terdiri dari:
a.
b.
c.
d.
e.
f.
g.
h.
i.
j.
k.
l.
m.
n.
o.
p.
q.
r.
s.
t.
u.
v.
w.
x.
y.
z.
aa.
bb.
cc.
dd.
ee.
ff.
gg.
hh.
ii.
jj.
kk.
ll.
Serdang/Serdang Bedagai
Jaringan jalan kolektor primer 2pada jalan Batas Deli
Serdang/Simalungun-Pekan Gunung Meriah-Jalan Batas Deli
Serdang/Simalungun
Jaringan jalan arteri sekunder pada jalan yang menghubungkan kota
Binjai dengan kota Medan dan kawasan perkotaan Lubuk Pakam
Jaringan jalan arteri sekunder pada jalan yang menghubungkan kawasan
Perkotaan Pancur Batu dengan kawasan perkotaan Lubuk Pakam
melalui kecamatan Deli Tua
Jaringan jalan arteri sekunder pada jalan yang menghubungkan kota
Medan dengan kawasan perkotaan Percut Sei Tuan dan kawasan
perkotaan Lubuk Pakam melalui kecamatan Batang Kuis
Jaringan jalan arteri sekunder pada jalan yang menghubungkan
kecamatan Medan Helvetia dengan kecamatan Medan Labuhan
Jaringan jalan arteri sekunder pada jalan yang menghubungkankawasan
perkotaan Percut Sei Tuan dengan kawasan perkotaan Lubuk Pakam
melalui kecamatan Batang Kuis dan kecamatan Pantai Labu
Jaringan jalan arteri sekunder pada jalan yang menghubungkan kawasan
perkotaan Lubuk Pakam dengan kecamatan Beringin dan kecamatan
Pantai Labu
Jaringan jalan bebas hambatan antarkota pada jalan Medan-Tanjung
Morawa-Lubuk Pakam-Kuala Namu-Batas Deli Serdang/Serdang
Bedagai-Tebingtinggi
Jaringan jalan bebas hambatan dalam kota pada jalan Belawan-MedanTanjung Morawa
Jaringan jalan bebas hambatan dalam kota pada jalan Binjai-Medan
Pasal 8
Pengembangan Transportasi Laut dimaksud dalam Pasal 4 ayat (1) huruf d terdiri
dari:
a. Pengembangan pelayanan multimoda pelabuhan utama dan
internasional Belawan
b. Pembangunan kawasan penunjang pelabuhan internasional Belawan
Pasal 9
Pengembangan Transportasi Udara dimaksud dalam Pasal 4 ayat (1) huruf e
terdiri dari:
a. Pembangunan Bandar Udara Kuala Namu dan fasilitas pendukungnya
Pasal 10
Pengembangan Transportasi Sungai dimaksud dalam Pasal 4 ayat (1) huruf f
terdiri dari:
a. Alur pelayaran untuk kegiatan angkutan sungai adalah pada sungai
Belawan dan sungai Deli di kota Medan dan sungai Belawan dan Sungai
Percut di kabupaten Deli Serdang
b.
Pasal 11
Pengembangan Transportasi Sungai dimaksud dalam Pasal 4 ayat (1) huruf g
terdiri dari:
a. Pembangunan ITS
b. Penerapan Pengendalian Dampak Lalu Lintas
c. Penerapan Manajemen Parkir
d. Reformasi Sistem Transit
e. Peremajaan armada angkutan umum
f. Pemasangan Converter Kit
g. Pelatihan dan sosialisasi smart driving (eco-driving)
h. Membangun Non Motorized Transport
BAB V
PELAKSANA
Pasal 12
(1) Pelaksanaan program Rencana Induk Transportasi Perkotaan pada Kawasan
Perkotaan Mebidang dan Sekitarnya dilaksanakan oleh Satuan Kerja Perangkat
Daerah sesuai dengan tugas pokok dan fungsinya masing-masing.
(2) Pelaksanaan Tugas pokok dan fungsi dalam program Rencana Induk Transportasi
Perkotaan pada Kawasan Perkotaan Mebidang dan Sekitarnya sebagaimana
dimaksud pada ayat (1) meliputi perencanaan, implementasi dan pengendalian.
BAB VI
KERJA SAMA
Pasal 13
(1) Dalam melaksanakan Pengembangan Sistem Transportasi sebagaimana dimaksud
dalam Pasal 4, Pemerintah Daerah dapat bekerja sama dengan Pemerintah
dan/atau Pemerintah Daerah sekitar dan Pihak Ketiga.
(2) Kerja sama dengan Pemerintah, Pemerintah Daerah sekitar dan/atau Pihak Ketiga
sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dilakukan sesuai ketentuan peraturan
perundang-undangan.
BAB VII
KOORDINASI
Pasal 14
Koordinasi pelaksanaan program Rencana Induk Transportasi Perkotaan pada
Kawasan Perkotaan Mebidang dan Sekitarnya dilakukan oleh Asisten yang
membidangi masalah transportasi.
BAB VIII
PEMBIAYAAN
Pasal 15
Biaya yang diperlukan untuk pelaksanaan program Rencana Induk Transportasi
Perkotaan pada Kawasan Perkotaan Mebidang dan Sekitarnya dibebankan pada
APBD Provinsi Sumatera Utara dan sumber pembiayaan lain yang sah sesuai
ketentuan peraturan perundang-undangan.
BAB IX
PENGENDALIAN, EVALUASI DAN PELAPORAN
Pasal 16
(1) Pengendalian terhadap pelaksanaan program Rencana Induk Transportasi
Perkotaan pada Kawasan Perkotaan Mebidang dan Sekitarnya dilakukan oleh
masing-masing Kepala Satuan Kerja Perangkat Daerah sesuai dengan tugas pokok
dan fungsinya.
(2) Terhadap hasil pengendalian sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dilakukan
evaluasi setiap 6 bulan sekali atau sewaktu-waktu sesuai kebutuhan.
(3) Evaluasi sebagaimana dimaksud pada ayat (2) selanjutnya dilaporkan kepada
Gubernur melalui Sekretaris Daerah.
BAB X
KETENTUAN PERALIHAN
Pasal 17
Terhadap peraturan pelaksanaan yang sudah ada, dinyatakan masih tetap berlaku
sepanjang tidak bertentangan dengan peraturan Gubernur ini.
BAB XI
KETENTUAN PENUTUP
Pasal 18
Peraturan Gubernur ini mulai berlaku pada tanggal diundangkan.
Agar setiap orang mengetahuinya, memerintahkan pengundangan peraturan Gubernur
ini dengan penempatannya dalam Berita Daerah Provinsi Sumatera Utara.
TAHUN
Ditetapkan di Medan
pada tanggal
Diundangkan di Medan
pada tanggal
BERITA DAERAH PROVINSI SUMATERA UTARA
NOMOR .
N
NO.
WAKTU
NAMA PROGRAM/
KEGIATAN
JANGKA
PENDEK
JANGKA
MENENGAH
PUSAT
PROVINSI
KAB/KOTA
KEMUNGKINAN
PUBLIC PRIVATE
PARTNERSHIP
A.
1.
Pengembangan
sistem
angkutan
Perkotaan/Metropolitan Mebidang-Ro
2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.
9.
umum
N
NO.
NAMA PROGRAM/
KEGIATAN
WAKTU
JANGKA
PENDEK
JANGKA
MENENGAH
PUSAT
PROVINSI
KAB/KOTA
KEMUNGKINAN
PUBLIC PRIVATE
PARTNERSHIP
10.
11.
12.
13.
14.
B.
PROGRAM
PENGEMBANGAN
TRANSPORTASI
KERETA
API
dan
IMPLEMENTASI TOD
1.
2.
3.
N
NO.
NAMA PROGRAM/
KEGIATAN
WAKTU
JANGKA
PENDEK
JANGKA
MENENGAH
JANGKA
PANJANG
PUSAT
PROVINSI
KAB/KOTA
KEMUNGKINAN
PUBLIC PRIVATE
PARTNERSHIP
4.
5.
6.
7.
8.
9.
10.
11.
12.
13.
14.
15.
N
NO.
NAMA PROGRAM/
KEGIATAN
WAKTU
JANGKA
PENDEK
JANGKA
MENENGAH
JANGKA
PANJANG
PUSAT
PROVINSI
KAB/KOTA
KEMUNGKINAN
PUBLIC PRIVATE
PARTNERSHIP
Deli Tua
16.
17.
18.
19.
20.
21.
22.
23.
24.
25.
26.
N
NO.
NAMA PROGRAM/
KEGIATAN
WAKTU
JANGKA
PENDEK
JANGKA
MENENGAH
JANGKA
PANJANG
PUSAT
PROVINSI
KAB/KOTA
KEMUNGKINAN
PUBLIC PRIVATE
PARTNERSHIP
28.
29.
30.
31.
32.
33.
34.
35.
N
NO.
NAMA PROGRAM/
KEGIATAN
WAKTU
JANGKA
PENDEK
JANGKA
MENENGAH
JANGKA
PANJANG
PUSAT
PROVINSI
KAB/KOTA
KEMUNGKINAN
PUBLIC PRIVATE
PARTNERSHIP
36.
C.
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.
9.
10.
11.
12.
13.
N
NO.
NAMA PROGRAM/
KEGIATAN
WAKTU
JANGKA
PENDEK
JANGKA
MENENGAH
JANGKA
PANJANG
PUSAT
PROVINSI
14.
15.
16.
17.
18.
19.
20.
21.
22.
23.
24.
25.
26.
27.
KAB/KOTA
KEMUNGKINAN
PUBLIC PRIVATE
PARTNERSHIP
N
NO.
NAMA PROGRAM/
KEGIATAN
WAKTU
JANGKA
PENDEK
JANGKA
MENENGAH
JANGKA
PANJANG
PUSAT
PROVINSI
KAB/KOTA
KEMUNGKINAN
PUBLIC PRIVATE
PARTNERSHIP
Serdang/Serdang Bedagai
28.
29.
30.
31.
32.
33.
34.
35.
36.
N
NO.
NAMA PROGRAM/
KEGIATAN
WAKTU
JANGKA
PENDEK
JANGKA
MENENGAH
PUSAT
PROVINSI
KAB/KOTA
KEMUNGKINAN
PUBLIC PRIVATE
PARTNERSHIP
37.
38.
D.
PROGRAM
PENGEMBANGAN
TRANSPORTASI LAUT
1.
2.
E.
PROGRAM
PENGEMBANGAN
TRANSPORTASI UDARA
Pembangunan
1
Bandar Udara Kuala Namu dan
fasilitas pendukungnya
F.
PROGRAM
PENGEMBANGAN
TRANSPORTASI SUNGAI
1.
2.
G.
PROGRAM
AKSI
NASIONAL
PENURUNAN EMISI GAS RUMAH KACA
1.
Pembangunan ITS
2.
3.
4.
5.
N
NO.
NAMA PROGRAM/
KEGIATAN
WAKTU
JANGKA
PENDEK
JANGKA
MENENGAH
PUSAT
PROVINSI
KAB/KOTA
6.
7.
8.
KEMUNGKINAN
PUBLIC PRIVATE
PARTNERSHIP
LAPORAN AKHIR
Rencana Induk Transportasi Perkotaan pada Kawasan Perkotaan Mebidang dan Sekitarnya
KATA PENGANTAR
Buku Laporan Akhir Proyek Penyusunan Rencana Induk Transportasi Perkotaan pada
Kawasan Perkotaan Mebidang dan Sekitarnya ini disusun untuk memenuhi persyaratan
sesuai dengan yang tercantum dalam dokumen Kerangka Acuan Kerja.
Laporan Akhir ini terdiri atas Bab Pendahuluan, Metodologi, Gambaran Wilayah,
Identifikasi Masalah , Analisis serta Arahan Pengembangan Jaringan Transportasi
Perkotaan dan dibuat dalam 15 (lima belas) eksemplar.
Dalam kesempatan ini konsultan ingin mengucapkan terima kasih kepada Bina Sarana
Transportasi Perkotaan Departemen Perhubungan Republik Indonesia yang telah
memberikan kesempatan kepada kami untuk melaksanakan pekerjaan ini.
ii
LAPORAN AKHIR
Rencana Induk Transportasi Perkotaan pada Kawasan Perkotaan Mebidang dan Sekitarnya
DAFTAR ISI
Halaman Judul
Kata Pengantar ............................................................................................................
Daftar Isi ........................................................................................................................
Daftar Gambar ....................................................................................................
Daftar Tabel .........................................................................................................
ii
iii
vi
vii
BAB I : PENDAHULUAN
1.1. LATAR BELAKANG .............................................................. Bab 1 1
1.1.1. Gambaran Umum ...........................................................Bab 1 1
1.1.2. Alasan Kegiatan Dilaksanakan ....................................... Bab 1 2
1.2. KEGIATAN YANG AKAN DILAKSANAKAN .................... Bab 1 2
1.3. MAKSUD DAN TUJUAN ...................................................... Bab 1 3
1.3.1. Maksud Kegiatan ............................................................ Bab 1 3
1.3.2. Tujuan Kegiatan ............................................................. Bab 1 4
1.4. INDIKATOR KELUARAN DAN KELUARAN ..................... Bab 1 4
1.4.1. Indikator Keluaran (Kualitatif) ....................................... Bab 1 4
1.4.2. Keluaran (Kuantitatif) ....................................................Bab 1 5
1.5. LOKASI PEKERJAAN ............................................................ Bab 1 6
BAB II : METODOLOGI
2.1. UMUM .....................................................................................Bab 2 1
2.1.1. TAHAP I : Persiapan ...................................................... Bab 2 4
2.1.2. TAHAP II : Pengumpulan Data ..................................... Bab 2 5
2.1.3. TAHAP III : Analisis dan Perencanaan ......................... Bab 2 9
2.1.4. Analisis Awal ................................................................. Bab 2 9
2.1.5. Prediksi Permintaan Transportasi di Perkotaan
Medan .............................................................................Bab 2 9
2.1.6. Hubungan Akhir Sistem Transportasi dan
Tata Ruang ..................................................................... Bab 2 10
2.1.7. Pendekatan Sistem Dalam Perencanaan Transportasi dan
Tata Ruang ..................................................................... Bab 2 11
2.1.8. Pola Kebijakan Sistem Transportasi dan Tata Ruang
di Indonesia .................................................................... Bab 2 11
2.1.9. Metodologi Pendekatan dan Pembebanan ...................... Bab 2 13
2.2. LINGKUNGAN STRATEGIS ................................................ Bab 2 19
2.2.1. Perspektif Jaringan Transportasi Multimoda dan
Intermoda ....................................................................... Bab 2 19
2.2.2. Sistem Jaringan Transportasi Multimoda ....................... Bab 2 20
2.2.3. Konsep Transportasi Intermoda ..................................... Bab 2 21
2.2.3.1. Definisi Transportasi Intermoda .................................. Bab 2 21
iii
LAPORAN AKHIR
Rencana Induk Transportasi Perkotaan pada Kawasan Perkotaan Mebidang dan Sekitarnya
LAPORAN AKHIR
Rencana Induk Transportasi Perkotaan pada Kawasan Perkotaan Mebidang dan Sekitarnya
BAB V : ANALISIS
5.1. KONDISI JARINGAN JALAN ...................................................... Bab 5 1
5.2. PERENCANAAN BRT ................................................................... Bab 5 9
5.2.1. Pendahuluan ..................................................................... Bab 5 9
5.2.2. Rencana Trayek BRT ........................................................ Bab 5 13
5.2.3. Tanggapan Terhadap Rencana BRT Dalam
Berbagai Skenario ............................................................. Bab 5 15
5.2.4. Arahan Pengembangan BRT ............................................. Bab 5 17
5.3. PEMODELAN TRANSPORTASI .................................................. Bab 5 19
5.3.1. Skenario Perencanaan ....................................................... Bab 5 19
5.3.2. Dasar Analisis .................................................................. Bab 5 20
5.3.3. Kodifikasi Network .......................................................... Bab 5 23
5.3.4. Penentuan Zonasi dan Matrik Asal-Tujuan ...................... Bab 5 26
5.3.5. Pemodelan Kondisi Eksisting .......................................... Bab 5 34
5.3.6. Pemodelan Kondisi Do Nothing ...................................... Bab 5 36
5.3.7. Pemodelan Kondisi Do Something ................................. Bab 5 40
5.4. PENYUSUNAN JARINGAN LINTAS ANGKUTAN BARANG
DAN KERETA API DI KAWASAN PERKOTAAN MEBIDANG
DAN SEKITARNYA ...................................................................... Bab 5 45
5.4.1. Permasalahan Angkutan Barang di Perkotaan ................. Bab 5 45
5.4.2. Strategi Pengembangan Angkutan Barang ........................ Bab 5 45
5.4.3. Rencana Aksi..................................................................... Bab 5 49
5.4.4. Angkutan Barang di Kota Medan dan Sekitarnya ........... Bab 5 53
5.4.5. Transportasi Kereta Api ................................................... Bab 5 53
5.4.6. Pergerakan Angkutan Barang di Wilayah Mebidang ....... Bab 5 56
5.4.7. Rencana Pengembangan Jaringan Transportasi
Angkutan Barang ............................................................. Bab 5 56
5.5. RENCANA LOKASI DAN KEBUTUHAN SIMPUL DI
KAWASAN PERKOTAAN MEBIDANG DAN SEKITARNYA . Bab 5 58
5.6. RENCANA PENANGANAN PERMASALAHAN PARKIR
DI KAWASAN PERKOTAAN MEBIDANG
DAN SEKITARNYA ...................................................................... Bab 5 59
LAPORAN AKHIR
Rencana Induk Transportasi Perkotaan pada Kawasan Perkotaan Mebidang dan Sekitarnya
vi
LAPORAN AKHIR
Rencana Induk Transportasi Perkotaan pada Kawasan Perkotaan Mebidang dan Sekitarnya
DAFTAR GAMBAR
Gambar 1.1. Lokasi Pekerjaan Penyusunan Rencana Induk Transportasi
Perkotaan pada Kawasan Perkotaan Mebidang
dan Sekitarnya ............................................................................ Bab 1 6
Gambar 2.1. Bagan Alir Pelaksanaan Studi .................................................... Bab 2 2
Gambar 2.2. Metodologi Teknis Pelaksanaan Pekerjaan ............................. Bab 2 3
Gambar 2.3. Bagan Alir Pemodelan Transportasi 4 Tahap .......................... Bab 2 - 10
Gambar 2.4. Keterkaitan antara Sistem Transportasi
dan Tata Ruang ........................................................................... Bab 2 11
Gambar 2.5. Keterkaitan RTRW dan Sistem Transportasi pada Berbagai
Tingkatan Wilayah ...................................................................... Bab 2 13
Gambar 2.6. Deskripsi Jaringan Transportasi Multi dan Intermoda ........... Bab 2 20
Gambar 2.7. Pengaturan Hirarki Pergerakan dalam Sistem Transportasi
Multi Moda ................................................................................. Bab 2 21
Gambar 2.8. Rantai Transportasi Intermoda .................................................. Bab 2 22
Gambar 2.9. Perbandingan Fungsi Biaya Transportasi Moda Jalan,
Rel dan Laut ............................................................................... Bab 2 - 23
Gambar 2.10. Konsep Sistem Logistik Intermoda Nasional
di Indonesia ................................................................................. Bab 2 26
Gambar 2.11. Penyiapan Dokumen Perjanjian Kerjasama ............................. Bab 2 35
Gambar 2.12. Pelaksanaan Kerjasama ............................................................. Bab 2 36
Gambar 3.1. Peta Kota Medan ........................................................................ Bab 3 21
Gambar 3.2. Peta Kota Binjai ........................................................................... Bab 3 40
Gambar 3.3. Peta Kabupaten Deli Serdang ................................................... Bab 3 47
Gambar 3.4. Kawasan Pendekatan dan Lepas Landas ................................. Bab 3 62
Gambar 3.5. Peta Kabupaten Karo ................................................................. Bab 3 67
Gambar 5.1. Alasan Menggunakan Angkot .................................................. Bab 5 9
Gambar 5.2. Persepsi Terhadap Pelayanan Angkot ...................................... Bab 5 9
Gambar 5.3. Pelayanan Angkutan Umum Dalam Pelayanan
Pergerakan Komuter Mebidang .............................................. Bab 5 10
Gambar 5.4. Evolusi Angkutan Umum .......................................................... Bab 5 11
vi
LAPORAN AKHIR
Rencana Induk Transportasi Perkotaan pada Kawasan Perkotaan Mebidang dan Sekitarnya
LAPORAN AKHIR
Rencana Induk Transportasi Perkotaan pada Kawasan Perkotaan Mebidang dan Sekitarnya
viii
LAPORAN AKHIR
Rencana Induk Transportasi Perkotaan pada Kawasan Perkotaan Mebidang dan Sekitarnya
DAFTAR TABEL
Tabel 2.1. Kebutuhan, Sumber dan Kegunaan Data ....................................... Bab 2 7
Tabel 2.2. Kerangka Analisis Kinerja Transportasi Intermoda .................... Bab 2 24
Tabel 2.3. Pemilihan Bentuk Kerjasama ..................................................... Bab 2 33
Tabel 2.4. Prasyarat Pemilihan Bentuk Kerjasama ..................................... Bab 2 34
Tabel 3.1. Data VC Ratio Jaringan Jalan Kawasan Perkotaan
Mebidang ....................................................................................Bab 3 1
Tabel 3.2. Data Kecepatan Pada Jaringan Jalan Kawasan Perkotaan
Mebidang ....................................................................................Bab 3 3
Tabel 3.3. Data MPU AKDP Dalam Kawasan Perkotaan Mebidang ........Bab 3 4
Tabel 3.4. Data Bus AKDP Dalam Kawasan Perkotaan Mebidang ........... Bab 3 9
Tabel 3.5. Luas Wilayah Kota Medan Menurut Kecamatan ....................... Bab 3 22
Tabel 3.6. Distribusi dan Kepadatan Penduduk Kota Medan Menurut
Kecamatan Tahun 2006 2009 ................................................Bab 3 23
Tabel 3.7. Jumlah Penduduk Kota Medan Menurut Jenis Kelamin per
Kecamatan Tahun 2010 ...............................................................Bab 3 24
Tabel 3.8. Struktur Penduduk Menurut Kelompok Umur dan Jenis Kelamin per
Kecamatan Tahun 2009 ..............................................................Bab 3 25
Tabel 3.9. Perkembangan PDRB, Penduduk Pertengahan Tahun dan
PDRB Per Kapita Tahun 2000 2007 ...................................... Bab 3 26
Tabel 3.10. Jumlah Sarana Angkutan (umum dan pribadi)
tahun 2004 2009 ..................................................................... Bab 3 28
Tabel 3.11. Jumlah Kendaraan Tidak Bermotor Tahun 2004 2009 .......... Bab 3 28
Tabel 3.12. Jumlah Angkutan Umum Tidak Dalam Trayek
Tahun 2004 2009 ................................................................... Bab 3 29
Tabel 3.13. Kondisi Angkutan Umum di Kota Medan Tahun 2007 ............. Bab 3 31
Tabel 3.14. Fasilitas Dermaga Kota Medan .................................................. Bab 3 37
Tabel 3.15. Fasilitas Gudang dan Penumpukan ............................................ Bab 3 37
Tabel 3.16. Peralatan Bongkar Muat ............................................................. Bab 3 38
Tabel 3.17. Jumlah Penduduk Kota Binjai Menurut Jenis Kelamin per
Kecamatan Tahun 2010 ............................................................. Bab 3 42
ix
LAPORAN AKHIR
Rencana Induk Transportasi Perkotaan pada Kawasan Perkotaan Mebidang dan Sekitarnya
Tabel 3.18.Bus AKDP Yang Beroperasi Dari Kota Binjai ........................... Bab 3 44
Tabel 3.19.Perusahaan MPU AKDP Awal Keberangkatan Dari
Kota Binjai ................................................................................. Bab 3 45
Tabel 3.20.Jumlah Penduduk Kabupaten Deli Serdang Menurut Jenis
Kelamin per Kecamatan Tahun 2010 .......................................... Bab 3 48
Tabel 3.21. Arahan Pengembangan Kegiatan Pembangunan Kabupaten
Deli Serdang Tahun 2007 2027 ............................................. Bab 3 50
Tabel 3.22.Bus AKDP Yang Beroperasi Dari Kab. Deli Serdang ................ Bab 3 63
Tabel 3.23.Perusahaan MPU AKDP Awal Keberangkatan Dari
Kab. Deli Serdang ..................................................................... Bab 3 65
Tabel 3.24. Wilayah Administrasi Pemerintahan Kabupaten Karo ............... Bab 3 67
Tabel 3.25.Jumlah Penduduk Kabupaten Karo Menurut Jenis
Kelamin per Kecamatan Tahun 2010 .......................................... Bab 3 68
Tabel 3.26. Produk Domestik Regional Bruto Kabupaten Karo Menurut
Lapangan Usaha Atas Dasar Harga Berlaku 2000, 2008,
2009 ........................................................................................... Bab 3 69
Tabel 3.27. Produk Domestik Regional Bruto Kabupaten Karo Menurut
Lapangan Usaha Atas Dasar Harga Konstan 2000, 2008,
2009 ........................................................................................... Bab 3 70
Tabel 3.28. Panjang Jalan Aspal, Berbatu dan Tanah (KM) 2009 ................ Bab 3 71
Tabel 3.29. Jarak Dari Ibukota Kabupaten Ke Ibukota Kecamatan
Serta Kondisi Jalannya (Km) 2009 ...........................................Bab 3 71
Tabel 3.30. Jumlah Jembatan Dirinci Menurut Jenis Jembatan 2009 ........... Bab 3 72
Tabel 3.31. Perusahaan Bus AKDP Awal Keberangkatan Kab. Karo .......... Bab 3 73
Tabel 3.32. Perusahaan MPU AKDP Awal Keberangkatan Kab. Karo ........ Bab 3 73
Tabel 3.33. Banyaknya Kecelakaan Lalu Lintas dan Kerugian Yang
Diderita Tahun 2009 .................................................................. Bab 3 74
Tabel 5.1. Data Geometrik Jalan Kota Medan ............................................ Bab 5 2
Tabel 5.2. Alternatif Koridor Koridor BRT ............................................Bab 5 14
Tabel 5.3. Pilihan Responden Bila BRT Beroperasi di Kota Medan ......... Bab 5 16
Tabel 5.4. Pilihan Responden Pengguna Mobil Pribadi terhadap BRT ...... Bab 5 16
Tabel 5.5. Pilihan Responden Pengguna Sepeda Motor terhadap BRT ...... Bab 5 16
LAPORAN AKHIR
Rencana Induk Transportasi Perkotaan pada Kawasan Perkotaan Mebidang dan Sekitarnya
xi
Menimbang
Mengingat
: 1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.
9.
BAB I
KETENTUAN UMUM
Pasal 1
Dalam Peraturan Gubernur ini, yang dimaksud dengan :
Daerah adalah Kawasan Perkotaan Mebidang dan sekitarnya yang meliputi : Kota Medan,
1.
Kota Binjai, Kabupaten Deli Serdang dan sebagian Kabupaten Karo.
2.
Pemerintah Daerah adalah Pemerintah Provinsi Sumatera Utara.
Gubernur adalah Gubernur Provinsi Sumatera Utara
3.
4.
Dewan Perwakilan Rakyat Daerah yang selanjutnya disingkat DPRD adalah Dewan
Perwakilan Rakyat Provinsi Sumatera Utara.
5.
Dinas Perhubungan adalah Dinas Perhubungan Provinsi Sumatera Utara.
6.
Jalan adalah jalan yang diperuntukkan bagi lalu lintas umum.
7.
8.
9.
10.
11.
12.
13.
14.
15.
16.
17.
18.
19.
20.
21.
22.
Jaringan Transportasi kota adalah serangkaian simpul dan/atau ruang kegiatan yang
dihubungkan oleh ruang lalu lintas sehingga membentuk satu kesatuan sistem jaringan
transportasi kota untuk keperluan penyelenggaraan lalu lintas dan angkutan.
Terminal adalah prasarana transportasi jalan untuk keperluan memuat dan menurunkan
orang dan/atau barang serta mengatur kedatangan dan pemberangkatan kendaraan umum,
yang merupakan salah satu wujud simpul jaringan transportasi.
Kendaraan adalah suatu alat yang dapat bergerak di jalan, terdiri dari kendaraan bermotor
atau kendaraan tidak bermotor.
Angkutan Umum adalah setiap kendaraan bermotor yang disediakan untuk dipergunakan
oleh umum dengan dipungut bayaran.
Mobil Bus adalah setiap kendaraaan bermotor yang dilengkapi lebih dari 8 (delapan)
tempat duduk tidak termasuk tempat duduk pengemudi, baik dengan maupun tanpa
perlengkapan pengangkutan bagasi.
Trayek adalah lintasan kendaraan umum untuk pelayanan jasa angkutan orang dengan
mobil bus, yang mempunyai asal dan tujuan perjalanan tetap, lintasan tetap dan jadwal
tetap maupun tidak berjadwal.
Jaringan Trayek adalah kumpulan dari trayek-trayek yang menjadi satu kesatuan jaringan
pelayanan angkutan orang.
Angkutan Jalan Rel adalah pemindahan orang dan/atau barang dari satu tempat ke tempat
lain dengan menggunakan kereta api, baik berjalan sendiri maupun dirangkaikan dengan
kendaraan lainnya yang akan atau sedang bergerak di jalan rel
Kapal adalah kendaraan air dengan bentuk dan jenis apapun, yang digerakkan dengan
tenaga mekanik, tenaga angin atau ditunda, termasuk kendaraan yang berdaya dukung
dinamis, kendaraan di bawah permukaan air, serta alat apung dan bangunan terapung yang
tidak berpindah-pindah.
Pelabuhan adalah tempat yang terdiri dari daratan dan perairan di sekitarnya dengan batasbatas tertentu sebagai tempat kegiatan pemerintahan dan kegiatan ekonomi yang
dipergunakan sebagai tempat kapal bersandar, berlabuh, naik turun penumpang dan/atau
bongkar muat barang yang dilengkapi dengan fasilitas keselamatan pelayaran dan kegiatan
penunjang pelabuhan serta sebagai tempat perpindahan intra dan antar moda transportasi.
Pelabuhan Umum adalah pelabuhan yang diselenggarakan untuk kepentingan pelayanan
masyarakat umum.
Pelabuhan Penyeberangan adalah pelabuhan umum untuk angkutan penyeberangan.
Jaringan Transportasi Sungai dan Danau adalah serangkaian simpul dan/atau ruang lalu
lintas yang berwujud alur sungai dan danau sehinga membentuk suatu jaringan untuk
keperluan penyelenggaraan lalu lintas dan angkutan sungai dan danau.
Jaringan Transportasi Penyebrangan adalah serangkaian simpul dan/atau ruang kegiatan
yang dihubungkan oleh ruang lalu lintas yang berwujud alur penyeberangan sehinga
membentuk suatu jaringan untuk keperluan penyelenggaraan lalu lintas dan angkutan
penyeberangan.
Penerbangan adalah segala sesuatu yang berkaitan dengan penggunaan wilayah udara,
pesawat udara, bandar udara, angkutan udara, keamanan dan keselamatan penerbangan,
serta kegiatan dan fasilitas penunjang lain yang terkait;
Wilayah udara adalah ruang udara di atas wilayah daratan dan perairan Republik
Indonesia;
23.
24.
25.
26.
Pesawat udara adalah setiap alat yang dapat terbang di atmosfer karena daya angkat dari
reaksi udara kecuali reaksi udara terhadap permukaan bumi;
Bandar udara adalah daratan dan atau perairan yang dipergunakan untuk mendarat dan
lepas landas pesawat udara, naik turun penumpang, dan/atau bongkar muat kargo dan/atau
pos, serta dilengkapi dengan fasilitas keamanan dan keselamatan penerbangan dan sebagai
tempat perpindahan antar moda transportasi;
Dewan Transportasi Daerah adalah suatu organisasi yang menampung aspirasi masyarakat
dan memberikan bahan pertimbangan terhadap penyusunan kebijakan Pemerintah Provinsi
dalam bidang transportasi.
Pelayanan Multi Moda adalah pelayanan angkutan penumpang dan/atau barang yang
diselenggarakan oleh satu operator penanggungjawab dengan satu dokumen perjanjian
yang dilaksanakan dengan menggunakan lebih dari satu jenis moda transportasi.
Pasal 2
Rencana Induk Transportasi Perkotaan Pada Kawasan Perkotaan Mebidang Dan Sekitarnya
ditetapkan dalam lampiran Peraturan Gubernur ini merupakan rencana induk transportasi yang
terorganisasi secara kesisteman untuk dijadikan sebagai pedoman dan landasan dalam
perencanaan, pembangunan, penyelenggaraan transportasi guna mewujudkan penyediaan jasa
transportasi yang efektif dan efisien.
BAB II
ASAS DAN TUJUAN
Pasal 3
Rencana Induk Transportasi Perkotaan diselenggarakan dengan asas manfaat, usaha bersama dan
kekeluargaan, keadilan, keseimbangan, kepentingan umum, keterpaduan, kesadaran hukum,
kemandirian, demokrasi, transparansi, dan akuntabilitas.
Pasal 4
Transportasi perkotaan diselenggarakan dengan tujuan untuk mewujudkan satu kesatuan sistem
yang :
a. selamat, aman, cepat dan lancar, tertib dan teratur, nyaman, efisien, mampu memadukan
moda transportasi lainnya dan menjangkau seluruh pelosok wilayah daratan dengan biaya
yang terjangkau oleh daya beli masyarakat;
b. mampu berperan sebagai penggerak, pendorong dan penunjang pembangunan daerah.
BAB III
RUANG LINGKUP
Peraturan Gubernur ini mengatur mengenai penyelenggaraan transportasi di Daerah, meliputi :
1. Transportasi Jalan;
2. Transportasi Penyeberangan;
3. Transportasi Kereta Api;
4. Transportasi Udara;
5. Transportasi Multimoda;
BAB IV
PENGEMBANGAN SISTEM TRANSPORTASI
Pasal 4
(1) Perencanaan Pengembangan sistem transportasi terdiri dari :
a. Pengembangan Sarana Transportasi Jalan Raya
b. Pengembangan Transportasi Kereta Api dan Implementasi TOD.
c. Pengembangan Jaringan Jalan Raya
d. Pengembangan Transportasi Laut
e. Pengembangan Transportasi Udara
f. Pengembangan Transportasi Sungai
g. Rencana Aksi Nasional Pengurangan Dampak Gas Rumah Kaca
(2) Perencanaan Pengembangan Sistem Transportasi sebagaimana dimaksud pada
ayat (1) dilakukan secara bertahap dengan tahapan sebagai berikut :
a. tahun 2012 sampai dengan tahun 2016
b. tahun 2017 sampai dengan tahun 2021
c. tahun 2022 sampai dengan tahun 2031
Pasal 5
Pengembangan Sarana Transportasi Jalan Raya dimaksud dalam Pasal 4 ayat (1)
huruf a terdiri dari:
a. Pengembangan sistem angkutan umum Perkotaan/Metropolitan
Mebidang-Ro
b. Evaluasi dan pengembangan koridor angkutan umum Bus Priority
Kawasan Perkotaan/Metropolitan Mebidang-Ro
c. Peningkatan pelayanan dan kelas terminal regional
d. Pengembangan
kawasan
pejalan
kaki
pada
kawasan
perkotaan/Metropolitan Mebidang-Ro
e. Pembangunan Terminal Terpadu di Bandara Kuala Namu
f. Pembangunan Busway dan Monorail di Kota Medan
g. Pengaturan on street parkir parkir di kota Medan di jalan MT. Haryono,
Aksara, Sutomo, H. Zaenul Arifin, Pemuda, Perintis Kemerdekaan,
Kereta Api, Cirebon dan Sisingamangaraja
h. Penetapan kawasan parkir maupun gedung parkir di Kota Binjai
i. Lajur, jalur atau jalan khusus angkutan massal di kawasan perkotaan inti
menghubungkan simpul Medan Helvetia-Medan Sunggal-Medan
Selayang-Medan Polonia-Medan Amplas-Medan Tembung-Medan
Timur-Medan Deli-Medan Marelan-Medan Labuhan
j. Pengembangan terminal penumpang tipe A pada terminal Medan
Amplas di kecamatan Medan Amplas dan terminal Pinang Baris di
kecamatan Medan Sunggal di kota Medan
k. Pengembangan terminal penumpang tipe B pada terminal Binjai di
kecamatan Binjai di kota Binjai, terminal Lubuk Pakam di kecamatan
q.
r.
s.
t.
u.
v.
w.
x.
y.
z.
aa.
bb.
cc.
dd.
ee.
ff.
gg.
hh.
ii.
jj.
Pasal 7
Pengembangan Jaringan Jalan Raya dimaksud dalam Pasal 4 ayat (1) huruf c
terdiri dari:
a.
b.
c.
d.
e.
f.
g.
h.
i.
j.
k.
l.
m.
n.
o.
p.
q.
r.
s.
t.
u.
v.
w.
x.
y.
z.
aa.
bb.
cc.
dd.
ee.
ff.
gg.
hh.
ii.
jj.
kk.
ll.
Serdang/Serdang Bedagai
Jaringan jalan kolektor primer 2pada jalan Batas Deli
Serdang/Simalungun-Pekan Gunung Meriah-Jalan Batas Deli
Serdang/Simalungun
Jaringan jalan arteri sekunder pada jalan yang menghubungkan kota
Binjai dengan kota Medan dan kawasan perkotaan Lubuk Pakam
Jaringan jalan arteri sekunder pada jalan yang menghubungkan kawasan
Perkotaan Pancur Batu dengan kawasan perkotaan Lubuk Pakam
melalui kecamatan Deli Tua
Jaringan jalan arteri sekunder pada jalan yang menghubungkan kota
Medan dengan kawasan perkotaan Percut Sei Tuan dan kawasan
perkotaan Lubuk Pakam melalui kecamatan Batang Kuis
Jaringan jalan arteri sekunder pada jalan yang menghubungkan
kecamatan Medan Helvetia dengan kecamatan Medan Labuhan
Jaringan jalan arteri sekunder pada jalan yang menghubungkankawasan
perkotaan Percut Sei Tuan dengan kawasan perkotaan Lubuk Pakam
melalui kecamatan Batang Kuis dan kecamatan Pantai Labu
Jaringan jalan arteri sekunder pada jalan yang menghubungkan kawasan
perkotaan Lubuk Pakam dengan kecamatan Beringin dan kecamatan
Pantai Labu
Jaringan jalan bebas hambatan antarkota pada jalan Medan-Tanjung
Morawa-Lubuk Pakam-Kuala Namu-Batas Deli Serdang/Serdang
Bedagai-Tebingtinggi
Jaringan jalan bebas hambatan dalam kota pada jalan Belawan-MedanTanjung Morawa
Jaringan jalan bebas hambatan dalam kota pada jalan Binjai-Medan
Pasal 8
Pengembangan Transportasi Laut dimaksud dalam Pasal 4 ayat (1) huruf d terdiri
dari:
a. Pengembangan pelayanan multimoda pelabuhan utama dan
internasional Belawan
b. Pembangunan kawasan penunjang pelabuhan internasional Belawan
Pasal 9
Pengembangan Transportasi Udara dimaksud dalam Pasal 4 ayat (1) huruf e
terdiri dari:
a. Pembangunan Bandar Udara Kuala Namu dan fasilitas pendukungnya
Pasal 10
Pengembangan Transportasi Sungai dimaksud dalam Pasal 4 ayat (1) huruf f
terdiri dari:
a. Alur pelayaran untuk kegiatan angkutan sungai adalah pada sungai
Belawan dan sungai Deli di kota Medan dan sungai Belawan dan Sungai
Percut di kabupaten Deli Serdang
b.
Pasal 11
Pengembangan Transportasi Sungai dimaksud dalam Pasal 4 ayat (1) huruf g
terdiri dari:
a. Pembangunan ITS
b. Penerapan Pengendalian Dampak Lalu Lintas
c. Penerapan Manajemen Parkir
d. Reformasi Sistem Transit
e. Peremajaan armada angkutan umum
f. Pemasangan Converter Kit
g. Pelatihan dan sosialisasi smart driving (eco-driving)
h. Membangun Non Motorized Transport
BAB V
PELAKSANA
Pasal 12
(1) Pelaksanaan program Rencana Induk Transportasi Perkotaan pada Kawasan
Perkotaan Mebidang dan Sekitarnya dilaksanakan oleh Satuan Kerja Perangkat
Daerah sesuai dengan tugas pokok dan fungsinya masing-masing.
(2) Pelaksanaan Tugas pokok dan fungsi dalam program Rencana Induk Transportasi
Perkotaan pada Kawasan Perkotaan Mebidang dan Sekitarnya sebagaimana
dimaksud pada ayat (1) meliputi perencanaan, implementasi dan pengendalian.
BAB VI
KERJA SAMA
Pasal 13
(1) Dalam melaksanakan Pengembangan Sistem Transportasi sebagaimana dimaksud
dalam Pasal 4, Pemerintah Daerah dapat bekerja sama dengan Pemerintah
dan/atau Pemerintah Daerah sekitar dan Pihak Ketiga.
(2) Kerja sama dengan Pemerintah, Pemerintah Daerah sekitar dan/atau Pihak Ketiga
sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dilakukan sesuai ketentuan peraturan
perundang-undangan.
BAB VII
KOORDINASI
Pasal 14
Koordinasi pelaksanaan program Rencana Induk Transportasi Perkotaan pada
Kawasan Perkotaan Mebidang dan Sekitarnya dilakukan oleh Asisten yang
membidangi masalah transportasi.
BAB VIII
PEMBIAYAAN
Pasal 15
Biaya yang diperlukan untuk pelaksanaan program Rencana Induk Transportasi
Perkotaan pada Kawasan Perkotaan Mebidang dan Sekitarnya dibebankan pada
APBD Provinsi Sumatera Utara dan sumber pembiayaan lain yang sah sesuai
ketentuan peraturan perundang-undangan.
BAB IX
PENGENDALIAN, EVALUASI DAN PELAPORAN
Pasal 16
(1) Pengendalian terhadap pelaksanaan program Rencana Induk Transportasi
Perkotaan pada Kawasan Perkotaan Mebidang dan Sekitarnya dilakukan oleh
masing-masing Kepala Satuan Kerja Perangkat Daerah sesuai dengan tugas pokok
dan fungsinya.
(2) Terhadap hasil pengendalian sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dilakukan
evaluasi setiap 6 bulan sekali atau sewaktu-waktu sesuai kebutuhan.
(3) Evaluasi sebagaimana dimaksud pada ayat (2) selanjutnya dilaporkan kepada
Gubernur melalui Sekretaris Daerah.
BAB X
KETENTUAN PERALIHAN
Pasal 17
Terhadap peraturan pelaksanaan yang sudah ada, dinyatakan masih tetap berlaku
sepanjang tidak bertentangan dengan peraturan Gubernur ini.
BAB XI
KETENTUAN PENUTUP
Pasal 18
Peraturan Gubernur ini mulai berlaku pada tanggal diundangkan.
Agar setiap orang mengetahuinya, memerintahkan pengundangan peraturan Gubernur
ini dengan penempatannya dalam Berita Daerah Provinsi Sumatera Utara.
TAHUN
Ditetapkan di Medan
pada tanggal
Diundangkan di Medan
pada tanggal
BERITA DAERAH PROVINSI SUMATERA UTARA
NOMOR .
N
NO.
WAKTU
NAMA PROGRAM/
KEGIATAN
JANGKA
PENDEK
JANGKA
MENENGAH
PUSAT
PROVINSI
KAB/KOTA
KEMUNGKINAN
PUBLIC PRIVATE
PARTNERSHIP
A.
1.
Pengembangan
sistem
angkutan
Perkotaan/Metropolitan Mebidang-Ro
2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.
9.
umum
N
NO.
NAMA PROGRAM/
KEGIATAN
WAKTU
JANGKA
PENDEK
JANGKA
MENENGAH
PUSAT
PROVINSI
KAB/KOTA
KEMUNGKINAN
PUBLIC PRIVATE
PARTNERSHIP
10.
11.
12.
13.
14.
B.
PROGRAM
PENGEMBANGAN
TRANSPORTASI
KERETA
API
dan
IMPLEMENTASI TOD
1.
2.
3.
N
NO.
NAMA PROGRAM/
KEGIATAN
WAKTU
JANGKA
PENDEK
JANGKA
MENENGAH
JANGKA
PANJANG
PUSAT
PROVINSI
KAB/KOTA
KEMUNGKINAN
PUBLIC PRIVATE
PARTNERSHIP
4.
5.
6.
7.
8.
9.
10.
11.
12.
13.
14.
15.
N
NO.
NAMA PROGRAM/
KEGIATAN
WAKTU
JANGKA
PENDEK
JANGKA
MENENGAH
JANGKA
PANJANG
PUSAT
PROVINSI
KAB/KOTA
KEMUNGKINAN
PUBLIC PRIVATE
PARTNERSHIP
Deli Tua
16.
17.
18.
19.
20.
21.
22.
23.
24.
25.
26.
N
NO.
NAMA PROGRAM/
KEGIATAN
WAKTU
JANGKA
PENDEK
JANGKA
MENENGAH
JANGKA
PANJANG
PUSAT
PROVINSI
KAB/KOTA
KEMUNGKINAN
PUBLIC PRIVATE
PARTNERSHIP
28.
29.
30.
31.
32.
33.
34.
35.
N
NO.
NAMA PROGRAM/
KEGIATAN
WAKTU
JANGKA
PENDEK
JANGKA
MENENGAH
JANGKA
PANJANG
PUSAT
PROVINSI
KAB/KOTA
KEMUNGKINAN
PUBLIC PRIVATE
PARTNERSHIP
36.
C.
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.
9.
10.
11.
12.
13.
N
NO.
NAMA PROGRAM/
KEGIATAN
WAKTU
JANGKA
PENDEK
JANGKA
MENENGAH
JANGKA
PANJANG
PUSAT
PROVINSI
14.
15.
16.
17.
18.
19.
20.
21.
22.
23.
24.
25.
26.
27.
KAB/KOTA
KEMUNGKINAN
PUBLIC PRIVATE
PARTNERSHIP
N
NO.
NAMA PROGRAM/
KEGIATAN
WAKTU
JANGKA
PENDEK
JANGKA
MENENGAH
JANGKA
PANJANG
PUSAT
PROVINSI
KAB/KOTA
KEMUNGKINAN
PUBLIC PRIVATE
PARTNERSHIP
Serdang/Serdang Bedagai
28.
29.
30.
31.
32.
33.
34.
35.
36.
N
NO.
NAMA PROGRAM/
KEGIATAN
WAKTU
JANGKA
PENDEK
JANGKA
MENENGAH
PUSAT
PROVINSI
KAB/KOTA
KEMUNGKINAN
PUBLIC PRIVATE
PARTNERSHIP
37.
38.
D.
PROGRAM
PENGEMBANGAN
TRANSPORTASI LAUT
1.
2.
E.
PROGRAM
PENGEMBANGAN
TRANSPORTASI UDARA
Pembangunan
1
Bandar Udara Kuala Namu dan
fasilitas pendukungnya
F.
PROGRAM
PENGEMBANGAN
TRANSPORTASI SUNGAI
1.
2.
G.
PROGRAM
AKSI
NASIONAL
PENURUNAN EMISI GAS RUMAH KACA
1.
Pembangunan ITS
2.
3.
4.
5.
N
NO.
NAMA PROGRAM/
KEGIATAN
WAKTU
JANGKA
PENDEK
JANGKA
MENENGAH
PUSAT
PROVINSI
KAB/KOTA
6.
7.
8.
KEMUNGKINAN
PUBLIC PRIVATE
PARTNERSHIP