Anda di halaman 1dari 22

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Usaha peningkatan kesehatan lingkungan yang umumnya dikenal


dengan sebutan sanitasi merupakan salah satu tindakan yang dimaksudkan
untuk pemeliharaan kesehatan maupun pencegahan penyakit pada
lingkungan fisik, sosial, ekonomi, budaya dan sebagainya (Notoatmodjo,
2003).

Sanitasi dalam bahasa Inggris berasal dari katasanitation yang


diartikan sebagai penjagaan kesehatan (Echols dan Shadily, 2003). Ehler
dan Steel dalam Anwar (1999) mengemukakan bahwa sanitasi adalah
usaha-usaha pengawasan yang ditujukan terhadap faktor lingkungan yang
dapat menjadi mata rantai penularan penyakit. Sedangkan menurut Azawar
(1990) mengungkapkan bahwa sanitasi adalah usaha kesehatan masyarakat
yang menitik beratkan pada pengawasan teknik terhadap berbagai faktor
lingkungan yang mempengaruhi atau mungkin mempengaruhi derajat
kesehatan manusia.

Sanitasi lingkungan mengutamakan pencegahan terhadap faktor


lingkungan sedemikian rupa sehingga munculnya penyakit akan dapat
dihindari. Usaha sanitasi dapat berarti pula suatu usaha untuk menurunkan
jumlah bibit penyakit yang terdapat di lingkungan sehingga derajat
kesehatan manusia terpelihara dengan sempurna (Azwar, 1992).

Sanitasi lingkungan juga merupakan salah satu usaha untuk mencapai


lingkungan sehat melalui pengendalian faktor lingkungan fisik khususnya
hal-hal yang mempunyai dampak merusak perkembangan fisik kesehatan
dan kelangsungan hidup manusia. Usaha sanitasi lingkungan menurut
Kusnoputranto (1993) adalah usaha kesehatan yang menitikberatkan pada
usaha pengendalian faktor lingkungan fisik yang mungkin menimbulkan
dan menyebabkan kerugian dalam perkembangan fisik, kesehatan dan
daya tahan hidup manusia.

1
Menurut WHO, sanitasi lingkungan (environmental sanitation)  ialah
upaya pengendalian semua faktor lingkungan fisik manusia yang mungkin
menimbulkan atau dapat menimbulkan hal-hal yang merugikan bagi
perkembangan fisik, kesehatan dan daya tahan hidup manusia (Umar, 2003).

Banyak faktor yang mempengaruhi kesehatan, baik kesehatan individu


maupun kesehatan masyarakat. Untuk hal ini Hendrik L. Blum
menggambarkan adanya empat faktor yang mempengaruhi kesehatan, yaitu:
keturunan, lingkungan, perilaku dan pelayan kesehatan. Keempat faktor
tersebut disamping berpengaruh langsung kepada kesehatan, juga saling
berpengaruh satu sama lainnya.

Kesehatan lingkungan pada hakekatnya adalah suatu kondisi atau


keadaan lingkungan yang optimum sehingga berpengaruh positif terhadap
terwujudnya status kesehatan yang optimum pula. Ruang lingkup kesehatan
lingkungan tersebut antara lain mencakup komponen kualitas air, udara, dan
tanah.
Berdasarkan hal tersebut, Pemerintah Indonesia melalui Departemen
Kesehatan Republik Indonesia mengambil langkah-langkah strategis guna
mencegah dan menanggulangi penyakit-penyakit berbasis lingkungan
melalui pengelolaan sanitasi dasar dan lingkungan hidup. Upaya tersebut
terimplementasi melalui program-program kesehatan baik dalam sistem
kesehatan nasional maupun dalam rencana jangka menengah dan panjang.
Beberapa program prioritas tersebut antara lain: (1) penyediaan sumber air
minum yang sehat, (2) pengelolaan limbah industri dan limbah rumah
tangga, (3) peningkatan dan pengawasan rumah sehat, (4) pemberantasan
sarang-sarang nyamuk dan pengendalian populasi nyamuk, serta
penanggulangan penderita penyakit yang berbasis lingkungan dan (5)
pemantauan kualitas udara.

2
1.2 Perumusan Masalah
1. Bagaimana kualitas sanitasi lingkungan yang baik bagi kesehatan
manusia dan sesuai baku mutu lingkungan?
2. Apa saja kah yang termasuk sumber-sumber pencemar lingkungan?
3. Bagaimana hubungan antara lingkungan fisik dengan kesehatan
manusia?
4. Bagaimana hubungan antara lingkungan fisik terhadap potensi
penyakit yang muncul.

1.3 Tujuan Penulisan


Berdasarkan latar belakang diatas, maka perumusan masalah dari makalah
ini adalah sebagai berikut:
1. Mengetahui mengenai kualitas lingkungan bagi kesehatan manusia.
2. Mengetahui mengenai berbagai sumber pencemar lingkungan.
3. Mengetahui hubungan antara lingkungan fisik dengan kesehatan
manusia.
4. Mengetahui hubungan antara lingkungan fisik terhadap potensi
penyakit.

1.4 Manfaat Penulisan


Dengan disusunnya makalah ini diharapkan dapat memberikan manfaat:

1. Untuk Akademik
Diharapkan dari penyusunan makalah ini dapat memberikan
kontribusi baik secara langsung maupun tidak langsung guna
menambah wawasan umum bagi para mahasiswa, khususnya
mahasiswa program studi Teknik Lingkungan.
2. Untuk Penulis
Bagi penulis penyusunan makalah ini merupakan suatu pemenuhan
tugas mata kuliah Konservasi Lingkungan sekaligus guna menambah
wawasan penulis secara pribadi.

3
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Pengertian Kualitas Lingkungan Fisik

Lingkungan atau sering juga disebut lingkungan hidup adalah jumlah


semua benda hidup dan benda mati serta seluruh kondisi yang ada di dalam
ruang yang kita tempati. Secara garis besar ada 2 (dua) macam lingkungan
yaitu lingkungan fisik danlingkungan biotik. Pertama, lingkungan fisik
adalah segala benda mati dan keadaan fisik yang ada di sekitar individu
misalnya batu-batuan, mineral, air, udara, unsur-unsur iklim, kelembaban,
angin dan lain-lain.

Lingkungan fisik adalah segala benda mati dan keadaan fisik yang ada
di sekitar individu misalnya batu-batuan, mineral, air, udara, unsur-unsur
iklim, kelembaban, angin dan lain-lain. Lingkungan fisik ini berhubungan
erat dengan makhluk hidup yang menghuninya, sebagai contoh mineral
yang dikandung suatu tanah menentukan kesuburan yang erat hubungannya
dengan tanaman yang tumbuh di atasnya.

Dalam Undang-Undang Nomor 23 Tahun 1997 tentang Pengelolaan


Lingkungan Hidup menyebutkan pengertian lingkungan adalah kesatuan
ruang dengan semua benda, daya, keadaan dan makhluk hidup termasuk
manusia dan prilakunya yang mempengaruhi kelangsungan perikehidupan
dan kesejahteraan manusia serta makhluk hidup lain.

2.2 Kualitas Fisik Air

Kualitas air adalah suatu ukuran kondisi air di lihat dari karakteristik


fisik, kimiawi, dan biologisnya. Kualitas air juga menunjukkan ukuran
kondisi air relatif terhadap kebutuhan biota air dan manusia. Kualitas air
seringkali menjadi ukuran standar terhadap kondisi kesehatan ekosistem
air dan kesehatan manusia terhadap air minum. Berbagai lembaga negara di
dunia bersandar kepada data ilmiah dan keputusan politik dalam
menentukan standar kualitas air yang diizinkan untuk keperluan

4
tertentu. Kondisi air bervariasi seiring waktu tergantung pada kondisi
lingkungan setempat. Air terikat erat dengan kondisi ekologi setempat
sehingga kualitas air termasuk suatu subjek yang sangat kompleks
dalam ilmu lingkungan. Aktivitas industri
seperti manufaktur, pertambangan, konstruksi merupakan penyebab utama
pencemaran air.

Pada saat ini dikenal beberapa jenis standar kualitas air minum, baik
bersifat nasional maupun internasional. Standar kualitas air minum yang
bersifat nasional hanya berlaku bagi negara yang menetapkan standar
tersebut. Sedangkan yang bersifat internasional berlaku pada negara yang
belum memiliki atau menetapkan standar kualitas air secara tersendiri
(Totok Sutrisno, 1987).

Air mempunyai persyaratan kualitas tertentu, tergantung pada


peruntukan air yang akan digunakan. Persyaratan kualitas air industri
berbeda dengan persyaratan kualitas air untuk keperluan pertanian.
Demikian pula dengan keperluan minum, perikanan dan sebagainya.
Penyimpangan terhadap kualitas yang telah ditentukan akan menyebabkan
gangguan pada berbagai keperluan tersebut di atas. Untuk air yang
diperuntukkan bagi keperluan minum, mempunyai persyaratan fisis, kimia,
radioaktif dan mikroorganisme yang mempunyai besaran (konsentrasi)
tertentu. Beberapa persyaratan dari kualitas air minum dipaparkan sebagai
berikut: • Persyaratan fisik meliputi warna, bau, rasa, kekeruhan, temperatur
dan daya hantar listrik. • Persyaratan kimia meliputi kesadahan, pH dan
kadar logam (Fe, Mn, Cr, Cd, Zn), nitrat, flour, sulfat, klorida, dsb.

2.3 Kualitas Fisik Tanah


Tanah sebagai salah satu komponen lahan, bagian dari ruang daratan
dan lingkungan hidup. Tanah memiliki banyak fungsi dalam kehidupan. Di
samping sebagai ruang hidup, tanah memiliki fungsi produksi, yaitu antara
lain sebagai penghasil biomassa, seperti bahan makanan, serat, kayu, dan
bahan obat-obatan. Selain itu, tanah juga berperan dalam menjaga
kelestarian sumber daya air dan kelestarian lingkungan hidup secara umum.

5
Kesuburan tanah adalah faktor penting untuk menjaga kelestarian
hidup tersebut. Untuk itu, agar dapat menjamin kelestarian tersebut selain
memperhatikan kesuburan tanah melainkan harus juga memperhatikan
kualitas tanah tersebut. bila usaha menjaga kesuburan tanah hanya terbatas
pada kemampuan tanah mesuplay unsure hara, maka kulitas tanah juga
mencakup faktor fisika, kimia dan biologi dengan lebih mendalam serta
mempertimbangkan faktor bahan pencemar sebagai kajiannya.

Kualitas tanah meliputi kualitas tanah secara fisika, kimia dan biologi.
Ketiga hal tersebut memiliki parameter masing-masing dan tidak dapat
terpisahkan satu sama lain serta saling mempengaruhi. Setiap parameter
memiliki peranan tersendiri dalam menentukan kualitas tanah dan dapat
berpengaruh pada ketersediaan unsure hara, ketersediaan air, keleluasaan
akar untuk tumbuh, dan reaksi serta interaksi antara tanaman dengan faktor
biotic dan abiotik dalam ekosistem. Oleh karena itu dalam mengetahui
kualitas tanah serta mengetahui ada tidaknya pencemaran yang terjadi di
tanah, maka parameter perlu diketahui untuk dapat melakukan pemeriksaan
atau pengujian pada tanah. Dengan menguji kualitas dari setiap parameter
tersebut, maka kualitas tanah dapat diketahui secara menyeluruh.

Tanah yang berkualitas baik adalah tanah yang mampu menyediakan


hara yang dibutuhkan oleh tanaman, mampu menyediakan air, serta bebas
dari unsure pencemar yang dapat menghambat pertumbuhan serta produksi
tanaman budidaya serta memberi ruang yang leluasa bagi akar tanaman
untuk berkembang.

2.4 Kualitas Fisik Udara


Udara adalah campuran dari berbagai gas secara mekanis dan bukan
merupakan senyawa kimia. Udara merupakan komponen yang membentuk
atmosfer bumi, yang membentuk zona kehidupan pada permukaan bumi.

Komposisi udara terdiri dari berbagai gas dalam kadar yang tetap pada
permukaan bumi, kecuali gas metan, ammonia, Hydrogen Sulfide, karbon
mono oksida dan nitro oksida mempunyai kadar yang berbeda-beda
tergantung daerah/lokasi.

6
Umumnya konsentrasi Methane, Ammonia, Hydrogen Sulfide,
Carbon monoksida dan Nitro oksida sangat tinggi di areal rawa-rawa atau
industri kimia. Hal tersebut bisa terjadi karena ada polusi udara.

No. Unsur Simbol Konsentrasi (% Volume)


1 Nitrogen N 78
2 Oksigen O2 21
3 Argon A 0,94
4 Karbondioksida CO2 20,03
5 Helium He 0,01
6 Neon Ne 0,01
7 Xenon Xe 0,01
8 Krypton Kr 0,01
9 Methana CH4 Sangat sedikit
10 Amoniak NH3 Sangat sedikit
11 Hydrogen Sulfide H2S Sangat sedikit
12 Karbon Monoksida CO2 Sangat sedikit

Tabel 2.4 Komposisi udara di atmosfer

Kualitas udara luar ruangan bervariasi tergantung pada emisi industri


di sekitar, pembuangan asap kendaraan, dan regulasi lokal. Di dalam
ruangan, kualitas udara mungkin dua hingga lima kali - bahkan terkadang
hingga 100 kali lebih terpolusi dibandingkan udara luar ruangan menurut
Environmental Protection Agency A.S. Penelitian menunjukkan bahwa
menghirup udara bersih dapat berkontribusi terhadap kesehatan dan
kesejahteraan.

Polutan udara dalam ruangan yang paling umum adalah produk


pembakaran, partikel biologis dari kapang, dander binatang, polen, senyawa
organik (VOC), debu timbal, dan asbes. Udara dalam ruangan dapat juga
mengandung lebih dari 900 jenis zat kimia gas dan bahan partikuler yang
lebih kecil dari 2,5 mikron (PM2,5). Menghirup polutan kecil yang tidak
terlihat dapat berisiko. Zat tersebut dapat melewati jaringan paru-paru lalu
masuk ke aliran darah, bersirkulasi dalam badan lalu mengendap.

7
BAB III

PEMBAHASAN

3.1. Analisis Kualitas Lingkungan Air


Kualitas air seringkali menjadi ukuran standar terhadap kondisi kesehatan
ekosistem air dan kesehatan manusia terhadap air minum. Berbagai lembaga
negara di dunia bersandar kepada data ilmiah dan keputusan politik dalam
menentukan standar kualitas air yang diizinkan untuk keperluan tertentu.
Kondisi air bervariasi seiring waktu tergantung pada kondisi lingkungan
setempat. Air terikat erat dengan kondisi ekologi setempat sehingga kualitas
air termasuk suatu subjek yang sangat kompleks dalam ilmu lingkungan.

3.1.1. Parameter Kualitas Air


Dalam parameter kualitas air dari segi fisika dapat diamati dari ciri-
ciri fisiknya yaitu cahaya, suhu, kecerahan, kekeruhan, warna, padatan
tersuspensi dan padatan terlarut hingga salinitas air. Sifat-sifat fisika
air ini merupakan faktor pemisah antara lingkungan udara dan
lingkungan air. Faktor fisika ini mempunyai pengaruh yang besar bagi
kehidupan organisme di dalam air.
1. Rasa
Kualitas air bersih yang baik adalah tidak berasa. Rasa dapat
ditimbulkan karena adanya zat organik atau bakteri unsur lain
yang masuk kedalam badan air.

2. Bau
Kualitas air bersih yang baik adalah tidak berbau, karena bau
ini dapat ditimbulkan oleh pembusukan zat organik seperti
bakteri serta kemungkinan akibat tidak langsung dari
pencemaran lingkungan, terutama sistem sanitasi.

3. Suhu

8
Secara umum, kenaikan suhu perairan akan mengakibatkan
kenaikan aktifitas biologi sehingga akan membentuk O2 lebih
banyak lagi. Kenaikan suhu perairan secara alamiah biasanya
disebabkan oleh aktifitas penebangan vegetasi di sekitar
sumber air tersebut, sehingga menyebabkan banyaknya
cahaya matahari yang masuk tersebut mempengaruhi akuifer
yang ada secara langsung atau tidak langsung.

4. Kekeruhan
Kekeruhan air dapat ditimbulkan oleh adanya bahan-bahan
organik dan anorganik, kekeruhan juga dapat mewakili
warna. Sedang dari segi estetika kekeruhan air dihubungkan
dengan kemungkinan hadirnya pencemaran melalui buangan
sedang warna air tergantung pada warna buangan yang
memasuki badan air.

5. TDS atau jumlah zat padat terlarut (total dissolved solids)


Adalah bahan padat yang tertinggal sebagai residu pada
penguapan dan pengeringan pada suhu 103 C – 105 C dalam
portable water kebanyakan bahan bakar terdapat dalam
bentuk terlarut yang terdiri dari garam anorganik selain itu
juga gas-gas yang terlarut. Kandungan total solids pada
portable water biasanya berkisaran antara 20 sampai dengan
1000 mg/l dan sebagai suatu pedoman kekerasan dari air akan
meningkatnya total solids, disamping itu pada semua bahan
cair jumlah koloit yang tidak terlarut dan bahan yang
tersuspensi akan meningkat sesuai derajat dari pencemaran
(sutrisno, 1991). Zat padat selalu terdapat dalam air dan kalau
jumlahnya terlalu banyak tidak baik sebagai air minum,
banyaknya zat padat yang diisyaratkan untuk air minum
adalah kurang dari 500 mg/l. Pengaruh yang menyangkut
aspek kesehatan dari pada penyimpangan kualias air minum
dalam hal total solids ini yaitu bahwa air akan memberikan
rasa tidak enak pada lidah dan rasa mual.

9
3.1.2. Sumber Pencemar Air

Sumber pencemar air dapat dibedakan menjadi sumber domestik


(rumah tangga) yaitu dari perkampungan, kota, pasar, jalan, terminal,
rumah sakit, dan sebagainya, serta sumber nondomestik, yaitu dari
pabrik, industri, pertanian, peternakan, perikanan, trensportasi, dan
sumber-sumber lainya. Sedangkan bentuk pencemaran dibagi menjadi
bentuk cair, bentuk padat, dan bentuk gas serta kebisingan.

3.1.3. Hubungan Antara Kualitas Air Dengan Kesehatan

Telah diketahui secara luas bahwa dengan adanya suplai air


bersih yang sehat, dapat menurunkan angka penderita penyakit,
khususnya penyakit yang berhubungan dengan air (waterbone
diseases), tidak hanya kolera, desentri dan tipus, tetapi juga trachoma.
Beberapa penyakit kulit dan beberapa penyakit yang disebabkan oleh
cacing parasite. Hal ini juga ditunjang dengan adanya kemajuan medis
serta pengembangan obat-obatan baru. Walaupun demikian telah
diyakini bahwa kontribusi yang terbesar yakni adanya suplai air yang
sangat baik.

Bibit penyakit dari hasil polusi air mengandung zatzat yang


bersifat beracun dan bahan radioaktif yang mana dapat merugikan
manusia. Kenapa? Karena polutan memerlukan banyak sekali
kandungan O2, akan tetapi apabila kekurangan, maka akan terjadi
perubahan warna dan pembusukan. Karena proses penguraian
terhadap polutan tidak akan sempurna sehingga timbullah polusi pada
air. Permasalahan terbesar dalam polusi air adalah pembuangan
sampah disembarang tempat. Misalnya: pembuangan sampah pada
muara sungai, laut, atau got-got kecil rumahan. Ini bisa menimbulkan
penyakit.

10
3.2. Analisis Kualitas Lingkungan Tanah

Kualitas tanah diukur berdasarkan pengamatan kondisi dinamis


indikator-indikator kualitas tanah. Pengukuran indikator kualitas tanah
menghasilkan indeks kualitas tanah. Indeks kualitas tanah merupakan indeks
yang dihitung berdasarkan nilai dan bobot tiap indikator kualitas tanah.
Indikator-indikator kualitas tanah dipilih dari sifat-sifat yang menunjukkan
kapasitas fungsi tanah. Indikator kualitas tanah adalah sifat, karakteristik
atau proses fisika, kimia dan biologi tanah yang dapat menggambarkan
kondisi tanah (SQI, 2001).

Menurut Doran & Parkin (1994), indikator-indikator kualitas tanah


harus (1) menunjukkan proses-proses yang terjadi dalam ekosistem, (2)
memadukan sifat fisika tanah, kimia tanah dan proses biologi tanah, (3)
dapat diterima oleh banyak pengguna dan dapat diterapkan di berbagai
kondisi lahan, (4) peka terhadap berbagai keragaman pengelolaan tanah dan
perubahan iklim, dan (5) apabila mungkin, sifat tersebut merupakan
komponen yang biasa diamati pada data dasar tanah.

3.2.1 Parameter Kualitas Tanah


Parameter sifat kimia dan fisis tanah diantaranya:
1) pH
2) Bahan organic
3) N-total (%)
4) C-organik (%)
5) P-tersedia (ppm)
6) Basa-basa Na-, K-, Ca-, Mg-dapat dipertukarkan
(exchangeable bases, Cmol.Kg-1)
7) Kapasitas Tukar Kation (KTK, Cmol.Kg-1)
8) Kejenuhan Basa (%)
9) Tekstur Tanah
Tekstur tanah sangat menentukan kualitas tanah terutama
dalam dalam hal kemampuannya menahan air. Tekstur

11
tanah merupakan gambaran tinkat kekasaran atau
kehalusan bahan mineral yang menyusun tanah disini
tekstur tanah ditentukan 3 jenis partikel tanah yaitu, pasir,
debu/endapan lumpur dan lempung/liat. Tanah bertekstur
halus (dominan liat) memiliki permukaan yang lebih halus
dibanding dengan tanah bertekstur kasar (dominan pasir).
Sehingga tanah-tanah yang bertekstur halus memiliki
kapasitas adsorpsi unsur-unsur hara yang lebih besar. Dan
umumnya lebih subur dibandingkan dengan tanah
bertekstur kasar. Karna banyak mengandung unsure hara
dan bahan organik yang dibutuhkan oleh tanaman. Tanah
bertekstur kasar lebih porus dan laju infiltrasinya lebih
cepat. Walaupun demikian tanah bertekstur halus memiliki
kapasitas memegang air lebih besar dari pada tanah pasir
karna memiliki permukaan yang lebih luas.

10) Struktur Tanah


Struktur tanah merupakan sifat tanah yang penting karena
secara tidak langsung dapat mempengaruhi pertumbuhan
tanaman berupa peredaran air, udara dan panas, aktivitas
jazad hidup tanah, tersedianya unsur hara bagi tanaman,
perombakan bahan organik dan mudah atau tidaknya akar
tanaman menembus tanah. Tanah yang berstruktur baik
akan membantu berfungsinya faktor-faktor pertumbuhan
tanaman secara optimal. Sedangkan tanah berstruktur jelek
akan menyebabkan terhambatnya pertumbuhan tanaman.

11) Konsistensi Tanah


Dalam keadaan lembab, tanah dibedakan ke dalam
konsitensi gembur (mudah diolah) sampai teguh (agak
sulit dicangkul). Dalam keadan kering, tanah dibedakan ke
dalam konsistensi lunak sampai keras. Dalam keadaan
basah dibedakan plastisitasnya yaitu dari plastis sampai
tidak plastis atau kelekatannya yaitu dari tidak lekat

12
sampai lekat. Dalam keadaan lembab atau kering
konsistensi tanah ditentukan denga meremas segumpal
tanah. Bila gumpalan tersebut mudah hancur, maka tanah
dikatakan berkonsistensi gembur. Bila gumpalan tanah
sukar hancur dengan remasan tersebut anah dikatakan
berkonsistensi teguh (lembab) atau keras (kering). Dalam
keadaan basah ditentukan mudah tidaknya melekat pada
jari (melekat atau tidak melekat) atau mudah tidaknya
membentuk bulatan dan kemampuannya mempertahankan
bentuk tersebut (plastis atau tidak plastis).

12) Warna Tanah


Menurut (Hanafiah, 2004) warna tanah merupakan
komposit (campuran) dari warna-warna komponen-
komponen penyusunnya. Warna tanah dapat meliputi
putih, merah, coklat, kelabu, kuning dan hitam,
kadangkala dapat pula kebiruan atau kehijauan. Pada
kondisi tertentu warna sering pula digunakan sebagai
indikator kesuburan atau kapasitas produktivitas lahan,
secara umum dikatakan bahwa makin gelap tanah berarti
makin tinggi produktivitasnya, dengan berbagai
pengecualian mempunyai urutan: putih, kuning, kelabu,
merah, coklat-kekelabuan, coklat-kekaratan, coklat dan
hitam.

Warna tanah merupakan karakteristik tanah yang penting


karena (Sutanto, 2005):
1) Berhubungan dengan kandungan bahan organik: wana
hitam, hitam kecokelatan;
2) Kondisi pengatusan tanah buruk: kelabu, kehijauan,
kekuningan;
3) Tanah berkembang lanjut: merah;
4) Kandungan oksida besi dan mangan tinggi: merah,
cokelat, hitam kecokelatan;

13
5) Kandungan mineral tertentu: limonit berwarna kuning;
6) Kesuburan tertentu: bahan organik tinggi (hitam).

3.2.2 Sumber Pencemar Tanah


Darmono (2001) menyatakan bahwa ada dua sumber utama
kontaminasi tanah yaitu kebocoran bahan kimia organik dan
penyimpanan bahan kimia dalam bunker yang disimpan dalam tanah,
dan penampungan limbah industri yang ditampung dalam suatu kolam
besar yang terletak di atas atau di dekat sumber air tanah. Pencemaran
tanah biasanya terjadi karena: kebocoran limbah cair atau bahan kimia
industri atau fasilitas komersial; penggunaan pestisida; masuknya air
permukaan tanah tercemar ke dalam lapisan sub-permukaan;
kecelakaan kendaraaan pengangkut minyak, zat kimia, atau limbah;
air limbah dari tempat penimbunan sampah serta limbah industri yang
langsung dibuang ke tanah secara tidak memenuhi syarat (illegal
dumping).

Berikut jenis-jenis sumber pencemarnya:


1. Limbah Domestik tidak lain dan tidak bukan, limbah
domestic ini adalah jenis pencemaran yang sering kita
lakukan. Jenis pencemaran ini adalah hasil dari berbagai
kegiatan manusia seperti perdagangan, kelembagaan, sector
wisata. Dalam kegiatan perdagangan seperti pasar, hotel dan
restoran, pasti meninggalkan limbah. Begitupun kegiatan
wisata, terutama para wisatawan yang tidak bertanggung
jawab yang sering membuang sampah sembarangan. Limbah
domestic dibagi menjadi dua yaitu limbah domestic padat dan
limbah domestic cair. Untuk limbah domestic padat bisa
berupa sampah anorganik atau sampah yang tidak dapat
diurai oleh mikroorganisme, seperti plastik. Sedangkan untuk
sampah cair seperti detergen, olo, cat dan lain sebagainya.

14
Keduaduanya mempunyai dampak kerusakan yang begitu
besar karena tidak dapat diurai oleh mikroorganisme.
2. Limbah industri sendiri terdiri dari limbah industri padat dan
limbah industri cair. Untuk limbah industri padat yang
biasanya berbentuk lumpur atau bubur mungkin kita jarang
melihatnya. Namun untuk limbah industri cair, hampir setiap
industri besar maupun kecil yang kita temui akan
mengeluarkan limbah ini. Sebut saja industri skala kecil
seperti pabrik tahu rumahan, proses produksinya akan
menghasilkan limbah cair.
3. Limbah Pertanian Keberadaan zat-zat kimia yang awalnya
ditujukan untuk membantu proses pertanian justru malah
menjadi sumber polusi tanah. Sebut saja zat-zat kimia seperti
pupuk urea, DDT dan pestisida, sisa-sisa dari zat tersebut.
Dapat menyebabkan polusi dan dampaknya hasil tanaman
yang ditanam kurang sehat.

3.2.3 Hubungan Antara Kualitas Tanah Dengan Kesehatan


Kondisi tanah yang baik mampu menopang kehidupan yang berada
diatasnya. Tanah yang tercemar oleh bahan-bahan berbahaya sangat
berpengaruh pada kesehatan makhluk hidup. Seperti hal nya jika
diketahui tanah mengandung logam berat maka itu sangatlah
berbahaya. Tanah yang mengandung logam berat apabila ditanami
tumbuhan penghasil makanan dan hasilnya di konsumsi manusia dapat
berdampak buruk, salah satunya pemicu kanker payudara dan kanker
serviks.

3.3. Analisis Kualitas Lingkungan Udara

3.3.1. Parameter Kualitas Udara


Tingkat kualitas udara dikatakan baik apabila memenuhi syarat-syarat
dibawah:
1) Tingginya Kandungan Oksigen (O2)

15
Oksigen diperoleh dari udara melalui proses pencairan dan
destilasi. Oksigen hasil pemisahan ini digunakan untuk:
 Proses peleburan, pengilangan, pabrik baja atau logam
lainnya.
 Pabrik bahan kimia melalui oksidasi kontrol.
 Pendorong roket.
 Penyangga kehidupan biologi (tanaman,hewan,manusia).
 Pemakaian dalam bidang kedokteran yaitu pengobatan TBC
usus, pengobatan terhadap penderita asfiksia (sukar
bernafas).
2) Rendahnya Kandungan Karbon monoksida
Merupakan gas tidak berwarna, tidak berbau dan sangat
berbahaya.

3.3.2. Sumber Pencemar Udara

Dengan mengetahui latar belakang timbulnya polusi udara maka


ketahuilah sumber pencemar udara dibagi menjadi 2 bagian:
1) Dari Alam Letusan gunung berapi
Menyemburkan debu dan gas sulfur; kebakaran hutan
menghasilkan CO2, CO dan sulfur; penguapan samudera
berupa partikel garam, tepung sari, jamur, spora yang dibawa
oleh hembusan angin.

2) Perbuatan Manusia
Proses industri kimia, pabrik logam, pabrik semen
menghasilkan gas partikulat; pembakaran bahan bakar dalam
memproduksi energy panas; hasil kotoran rumah tangga
berupa asap; gas yang dihasilkan kendaraan bermotor,
pesawat terbang, roket; pembakaran yang terjadi pada
industri; pembakaran pada alat transportasi; pembakaran pada
pertanian; tempat-tempat pembuangan sampah, kebakaran

16
hutan, ada jenis ikan (jelly fish) menghasilkan karbon
monoksida sekitar 80%; senyawa hidrokarbon dari proses
destilasi petroleum, alat pendingin, alat penyemprot dan lain-
lain.

3.3.3. Hubungan Antara Kualitas Udara Dengan Kesehatan

No. Nilai ISPU Kategori


1 0-50 Baik
2 51-100 Sedang
3 101-199 Tidak Sehat
4 200-299 Sangat Tidak Sehat
5 >300 Berbahaya

Tabel 3.3.3 Kategori kualitas udara berdasarkan nilai ISPU sesuai dengan
lampiran Keputusan Kepala Bapedal No. 107 Tahun 1997

1) Pengaruh konsentrasi gas karbonmonoksida (CO) terhadap


kesehatan manusia dan makhluk hidup, sebagai berikut: Indeks
ISPU berkategori baik (0-50), tidak menimbulkan efek apapun
bagi manusia dan makhluk hidup. Nilai ISPU pada kisaran 51-
100 berkategori sedang, paparan gas CO mulai menimbulkan
perubahan kimia darah, tetapi walaupun tak terdeteksi. Pada
kisaran 101-199 berkategori tidak sehat paparan gas CO mulai
meningkatkan kardiovaskular pada perokok yang sakit jantung.
Sedangkan pada kisaran 200-299 berkategori sangat tidak sehat,
paparan gas CO akan meningkatkan kardiovaskular pada orang
bukan perokok yang berpenyakit jantung, dan akan tampak
beberapa kelemahan yang terlihat secara nyata. Pada nilai ISPU

17
di atas 300, atau masuk kategori berbahaya, paparan gas CO
berbahaya bagi semua polulasi.

2) Pengaruh konsentrasi gas Nitrogendioksida (NO2) terhadap


kesehatan manusia dan makhluk hidup, sebagai berikut: Indeks
ISPU berkategori baik (0-50), paparan gas NO2 menimbulkan
sedikit bau tertentu. Nilai ISPU yang lebih tinggi pada kisaran
51-100 berkategori sedang, paparan gas NO2 menimbulkan bau
tertentu. Pada kisaran lebih tinggi lagi pada indeks ISPU 101-
199 berkategori tidak sehat paparan gas NO2 mulai
meningkatkan bau lebih tajam dan mulai kehilangan warna gas,
memberikan efek peningkatan reaktivitas pembuluh
tenggorokan pada penderita asma. Sedangkan pada kisaran 200-
299 berkategori sangat tidak sehat, gas NO2 akan meningkatkan
sensitivitas pasien yang berpenyakit asma dan bronkhitis. Pada
nilai ISPU di atas 300, atau masuk kategori berbahaya, paparan
gas NO2 berbahaya bagi semua populasi.

3) Pengaruh konsentrasi gas Ozon Permukaan (O3) terhadap


kesehatan manusia dan makhluk hidup, sebagai berikut: Indeks
ISPU berkategori baik (0-50), paparan gas O3 dan kombinasi
dengan SO2 selama 4 (empat) jam berturut-turut mengakibatkan
luka pada beberapa spesies tumbuhan. Nilai ISPU yang lebih
tinggi pada kisaran 51-100 berkategori sedang, paparan gas O 3
pada jangka waktu yang lebih pendek dapat menimbulkan luka
pada beberapa spesies tumbuhan. Pada kisaran indeks ISPU
101-199 berkategori tidak sehat, paparan gas O3 mulai
mengakibatkan penurunan kemampuan pada atlit yang berlatih
keras. Sedangkan berkategori sangat tidak sehat pada kisaran
200-299, gas O3 akan mengakibatkan pengaruh pernapasan pada
pasien yang berpenyakit paru-paru kronis saat melakukan olah
raga ringan. Pada nilai ISPU diatas 300, atau masuk kategori
berbahaya, paparan gas O3 berbahaya bagi semua polulasi.

18
4) Pengaruh konsentrasi gas Sulfur dioksida (SO2) terhadap
kesehatan manusia dan makhluk hidup, sebagai berikut: Indeks
ISPU berkategori baik (0-50), paparan gas SO 2 dan kombinasi
dengan O3 selama 4 (empat) jam berturut-turut mengakibatkan
luka pada beberapa spesies tumbuhan. Nilai ISPU yang lebih
tinggi pada kisaran 51-100 berkategori sedang, paparan gas SO2
pada jangka waktu yang lebih pendek dapat menimbulkan luka
pada beberapa spesies tumbuhan. Pada kisaran indeks ISPU
101-199 berkategori tidak sehat, paparan gas SO 2 mulai
menimbulkan bau dan meningkatnya keracunan pada tanaman.
Sedangkan berkategori sangat tidak sehat pada kisaran 200-299,
gas SO2 akan mengakibatkan peningkatan sensitivitas pasien
yang berpenyakit asma dan bronkhitis. Pada nilai ISPU diatas
300, atau masuk kategori berbahaya, paparan gas O3 berbahaya
bagi semua populasi.

19
BAB IV

KESIMPULAN DAN SARAN

4.1. Kesimpulan
Sanitasi lingkungan juga merupakan salah satu usaha untuk mencapai
lingkungan sehat melalui pengendalian faktor lingkungan fisik khususnya
hal-hal yang mempunyai dampak merusak perkembangan fisik kesehatan
dan kelangsungan hidup manusia.
Kebersihan Air, Udara, dan Tanah sangat berdampak pada kesehatan
makhluk hidup disekitarnya. Kualitas Lingkungan fisik yang baik akan
berpengaruh pada kesehatan begitupun sebaliknya. Sumber-sumber
pencemar yang tidak terkendali akan membawa bibit penyakit.

4.2. Saran
Agar kesehatan masyarakat selalu terjaga perlu digalakkan gerakan hidup
bersih dan sehat. Pola hidup bersih dan sehat dapat diartikan sebagai hidup
di lingkungan yang memiliki standar kebersihan dan kesehatan serta
menjalankan pola/perilaku hidup bersih dan sehat. Lingkungan yang sehat
dapat memberikan efek terhadap kualitas kesehatan. Kesehatan seseorang
akan menjadi baik jika lingkungan yang ada di sekitarnya juga baik. Begitu
juga sebaliknya, kesehatan seseorang akan menjadi buruk jika lingkungan
yang ada di sekitarnya kurang baik.

20
DAFTAR PUSTAKA

Azwar. 1990. Pengantar Ilmu Kesehatan Lingkungan. Jakarta: PT. Mutiara


Sumber Widya.
Darmono, 2001. Lingkungan Hidup dan Pencemaran (Hubungannya dengan
toksikologi Senyawa Logam). Jakarta: Universitas Indonesia Press
Doran, J. W., and Parkin, T.B. 1994. Defining and Assessing Soil Quality.
Madison: Soil Science Society of America Special Publication.
Echols dan Shadily. 2003. Kamus Inggris Indonesia. Jakarta: Gramedia.
Ehler, V and Steel. 1986. Municipal and Rural Sanitation, 6 th Edition. New
York: Mc Graw Hill Book.
Hanafiah, Kemas. 2004. Dasar-Dasar Ilmu Tanah. Jakarta: Raja Grafindo
Persada.
Husein Umar. 2003. Metode Riset “Akuntansi Terapan”. Jakarta: Ghalia
Indonesia.
Notoatmodjo, Soekidjo. 2003. Pengembangan Sumber Daya Manusia. Jakarta:
Rineka Cipta.
Putranto, Haryanto. 1993. Kesehatan Lingkungan. Jakarta: Departemen
Pendidikan dan Kebudayaan.
Sutanto. 2005. Dasar-Dasar Ilmu Tanah. Jakarta: Kanisius.
WHO. 2002. Linking Program Evaluation to User Needs, The Politics of Program
Evaluation, Sage, USA.
http://informasikesling.blogspot.com/2016/08/hubungan-air-dengan-kesehatan-
manusia.html

21
http://repository.usu.ac.id/bitstream/handle/123456789/49684/Chapter%20I.pdf?
sequence=5&isAllowed=y
https://yettyseptianimustar.blogspot.com/2012/01/sanitasi-lingkungan.html
http://alimuddinnurain.blogspot.com/2016/11/kualitas-lingkungan-fisik.html
https://www.umi.ac.id/wp-content/uploads/2017/03/Buku-Analisis-Kualitas-
Lingkungan-1.pdf
https://www.umi.ac.id/wp-content/uploads/2017/03/Buku-Analisis-Kualitas-
Lingkungan-1.pdf
https://aqitawidya23.blogspot.com/2017/05/makalah-sifat-fisik-tanah.html
http://ferdinandmaking.blogspot.com/2015/07/jangan-lupa-tinggalkan-komentar-
ya.html
https://blogs.itb.ac.id/pencemud1klp3/2016/03/09/parameter-pencemar-udara-
kriteria/
file:///C:/Users/indah%20k/Downloads/34658-94621-1-PB.pdf

22

Anda mungkin juga menyukai