Anda di halaman 1dari 5

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA

NO.....

TENTANG

LARANGAN PENGGUNAAN KANTONG PLASTIK

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

Mengingat:

a. bahwa pertambahan penduduk dan perubahan pola konsumsi masyarakat


menimbulkan bertambahnya volume sampah plastik;
b. bahwa sampah plastik dianggap sebagai pencemar lingkungan yang berbahaya karena
proses degradasi yang lama;
c. bahwa pengelolaan sampah plastik selama ini dipandang belum berjalan secara
komprehensif dan terpadu sehingga menimbulkan dampak negatif terhadap kesehatan
masyarakat dan lingkungan;
d. bahwa timbulan sampah plastik dipandang semakin meningkat baik di darat, sungai,
danau, laut, maupun samudera.
e. bahwa permasalahan yang timbul akibat timbulan sampah plastik dianggap semakin
meningkat dan berbahaya bagi lingkungan hidup serta dianggap sebagai permasalahan
global;
f. bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud dalam huruf a, huruf b,
huruf c, huruf d dan huruf e, perlu membentuk UndangUndang tentang Larangan
Penggunaan Kantong Plastik;

Menimbang:

Pasal 5 ayat (1), Pasal 20, Pasal 28H ayat (1), Undang-Undang Dasar Negara Republik
Indonesia Tahun 1945; Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 18 Tahun 2008 Tentang
Pengelolaan Sampah, Undang-Undang nomor 32 tahun 2009 tentang Perlindungan dan
Pengelolaan Lingkungan Hidup

Dengan Persetujuan Bersama

DEWAN PERWAKILAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIA

dan

PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA


MEMUTUSKAN:

Menetapkan : UNDANG-UNDANG TENTANG LARANGAN PENGGUNAAN


KANTONG PLASTIK.

BAB I
KETENTUAN UMUM

Bagian Kesatu
Definisi

Pasal 1

Dalam Undang-Undang ini yang dimaksud dengan:

1. Kantong plastik atau tas plastik adalah kantong pembungkus yang dibuat


dari plastik (poliolefin atau polivinil klorida).
2. Sampah adalah sisa kegiatan sehari-hari manusia dan/atau proses alam yang
berbentuk padat.
3. Sampah plastik adalah sisa kegiatan sehari-hari manusia yang dibuat
dari plastik (poliolefin atau polivinil klorida).
4. Sumber sampah adalah asal timbulan sampah plastik.
5. Penghasil sampah adalah setiap orang yang menghasilkan timbulan sampah.
6. Lingkungan hidup adalah kesatuan ruang dengan semua benda, daya, keadaan, dan
makluk hidup, termasuk manusia dan perilakunya, yang mempengaruhi kelangsunagn
perikehidupan dan kesejahteraan manusia serta makluk hidup lainnya
7. Orang adalah orang perseorangan, kelompok orang, dan/atau badan hukum.
8. Pemerintah pusat yang selanjutnya disebut Pemerintah adalah Presiden Republik
Indonesia yang memegang kekuasaan pemerintahan Negara Republik Indonesia
sebagaimana dimaksud dalam UndangUndang Dasar Negara Republik Indonesia
Tahun 1945.
9. Pemerintah daerah adalah gubernur, bupati, atau walikota, dan perangkat daerah
sebagai unsur penyelenggara pemerintahan daerah.

Bagian Kedua

Ruang Lingkup

Pasal 2

1. Larangan penggunaan yang dimaksud dalam Undang-Undang ini adalah untuk


kantong plastik

BAB II

ASAS DAN TUJUAN


Pasal 3

Larangan Penggunaan Kantong Plastik diselenggarakan berdasarkan asas tanggung jawab,


asas berkelanjutan, asas manfaat, asas kesadaran, asas kebersamaan, asas keselamatan dan
asas keamanan.

Pasal 4

Larangan Penggunaan Kantong Plastik bertujuan untuk menindaklanjuti masalah yang


disebabkan oleh timbulan sampah plastik yang dianggap berbahaya bagi Lingkungan Hidup

BAB III

TUGAS DAN WEWENANG PEMERINTAHAN

Bagian Kesatu
Tugas

Pasal 5
Pemerintah dan pemerintahan daerah bertugas menjamin terselenggaranya larangan
penggunaan kantong plastik sesuai dengan tujuan sebagaimana dimaksud dalam Undang-
Undang ini.

Pasal 6
Tugas Pemerintah dan pemerintahan daerah sebagaimana dimaksud dalam Pasal 5 terdiri
atas:
1. menumbuhkembangkan dan meningkatkan kesadaran masyarakat untuk tidak
menggunakan kantong plastik
2. melakukan koordinasi antarlembaga pemerintah, masyarakat, dan dunia usaha agar
saling memperhatikan dalam larangan penggunaan kantong plastik
3. menyelesaikan dan/atau mengatasi masalah timbulan sampah yang ada di setiap
daerah

Bagian Kedua
Wewenang Pemerintah

Pasal 7
Dalam penyelenggaraan larangan penggunaan kantong plastik, Pemerintah mempunyai
kewenangan:
1. menetapkan kebijakan dan strategi nasional larangan penggunaan kantong plastik
2. menyelenggarakan koordinasi, pembinaan, dan pengawasan kinerja pemerintah
daerah dalam penyelenggaraan larangan penggunaan kantong plastik

Bagian Ketiga
Wewenang Pemerintah Provinsi

Pasal 8
Dalam menyelenggarakan larangan penggunaan kantong plastik, pemerintahan provinsi
mempunyai kewenangan:
a. menetapkan kebijakan dan strategi dalam terselenggaranya larangan penggunaan
kantong plastik
b. memfasilitasi kerja sama antardaerah dalam satu provinsi, kemitraan, dan jejaring
dalam larangan penggunaan kantong plastik
c. menyelenggarakan koordinasi, pembinaan, dan pengawasan kinerja kabupaten/kota
dalam terselenggaranya larangan penggunaan kantong plastik

Bagian Keempat
Wewenang Pemerintah Kabupaten/Kota

(1) Dalam menyelenggarakan larangan penggunaan kantong plastik, pemerintahan


kabupaten/kota mempunyai kewenangan:
1. menetapkan kebijakan dan strategi dalam terselenggaranya larangan penggunaan
kantong plastik berdasarkan kebijakan nasional dan provinsi;
2. menyelenggarakan dan memperhatikan larangan penggunaan kantong plastik skala
kabupaten/;
3. melakukan pembinaan dan pengawasan terhadap pemerintah desa dalam
penyelenggaraan larangan penggunaan kantong plastik yang dilaksanakan oleh pihak
lain; dan
4. melakukan pemantauan dan evaluasi secara berkala setiap 6 (enam) bulan selama 20
(dua puluh) tahun terhadap penyelenggaraan larangan penggunaan kantong plastik;

BAB IV
HAK DAN KEWAJIBAN

Bagian Kesatu
Hak

Pasal 11
(1) Setiap orang berhak:
a. berpartisipasi dalam proses pembinaan, penyelenggaraan, dan pengawasan larangan
penggunaan kantong plastik

(2) Ketentuan lebih lanjut mengenai tata cara penggunaan hak sebagaimana dimaksud pada
ayat (1) diatur dengan peraturan pemerintah dan peraturan daerah sesuai dengan
kewenangannya.

Bagian Kedua
Kewajiban
Pasal 12
(1) Setiap orang wajib tidak menggunakan kantong plastik
(2) Ketentuan lebih lanjut mengenai tata cara pelaksanaan kewajiban sebagaimana
dimaksud pada ayat (1) diatur dengan peraturan daerah.

Anda mungkin juga menyukai