Anda di halaman 1dari 6

TUGAS HUKUM LINGKUNGAN

NAMA : Rikardus Moan Baga


NIM : 010002102013

Sumber hukum lingkungan yang berasal dari

1. Undang-Undang Dasar 1945 :


a. Pasal 28 H (ayat1) Undang-Undang Dasar 1945 : Setiap orang layak
hidup sejahtera lahir dan batin, bertempat tinggal dan mendapatkan
lingkungan hidup yang baik dan sehat serta berhak meperoleh
pelayanan kesehatan”.
b. Pasal 33 (ayat 2) : Bumi dan air dan kekayaan alam yang terkandung di
dalamnya dikuasai oleh negara dan dipergunakan untuk sebesar-
besarnya kemamuran rakyat”.
c. Pasal 33 (ayat 3) : “Bumi dan air dan kekayaan alam yang terkandung
di dalamnya dikuasai oleh negara dan dipergunakan untuk sebesar-
besarnya kemakmuran rakyat”.
d. Pasal 33 (ayat 4) : “Menyatakan bahwa perekonomian nasional
diselenggarakan berdasar atas demokrasi ekonomi dengan prinsip
kebersamaan, efisiensi berkeadilan, berkelanjutan, berwawasan
lingkungan, kemandirian, serta dengan menjaga keseimbangan
kemajuan dan kesatuan ekonomi nasional”.
2. TAP MPR yang masih berlaku
a. TAP MPR Nomor IX Tahun 2001 Tentang Pembaharuan Agraria dan
Pengelolahan Sumber Daya Alam.
b. TAP MPR-RI Nomor XVII/MPR/1998 tentang Hak Asasi Manusia Pasal
28 : “Pengakuan pertama hak atas lingkungan hidup yang baik dan sehat
yang terdapat dalam cluster HAM”.
3. Undang-Undang yang masih berlaku mengatur tentang Hukum Lingkungan
a. Undang-Undang Nomor 41 Tahun 1999 Tentang Kehutanan,
b. Undang-Undang Nomor 9 Tahun 1985 Tentang Perikanan,
c. Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1990 Tentang Konservasi Sumber
Daya Alam Hayati dan Ekosistemnya.
d. Undang-Undang Nomor 11 Tahun 1974 Tantang Pengairan.
e. Undang-Undang Nomor 31 Tahun 2004 Tentang Perikanan.
f. Undang-Undang Nomor 32 Tahun 1999 Tentang Perlindungan dan
Pengelolahan Lingkungan Hidup.
4. Peraturan Pemerintah yang masih berlaku tentang Hukum Lingkungan :
a. Peraturan Pemerintah Nomor 19 Tahun 1999 tentang Pengendalina
Pencemaran dan/atau Perusakan Laut.
b. Peraturan Pemerintah Nomor 41 Tahun 1999 tentang Pengendalian
Pencemaran Udara.
c. Peraturan Pemerintah Nomor 4 Tahun 2001 tentang Pengendalian
Kerusakan dan/atau Pencemaran Lingkungan Hidup Yang Berkaitan
Dengan Kebakaran Hutan dan/atau Lahan.
d. Peraturan Pemerintah Nomor 74 Tahun 2001 tentang Pengelolahan
Limbah Bahan Berbahaya dan Beracun.
e. Peraturan Pemerintah Tahun 2001 tentang Pengelolahan Kualitas Air
dan Pengendalian Pencemaran Air.
f. Peraturan Pemerintah Nomor 27 Tahun 2012 tentang Izin Lingkungan.
g. Peraturan Pemerintah No.27 Tahun 1999 Tentang Analisa Mengenai
Dampak Lingkungan
5. Peraturan Presiden yang masih berlaku tantang Hukum Lingkungan :
a. Peraturan Presiden (PERPRES) Nomor 92 Tahun 2020 tentang
Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan.
b. Peraturan Presiden (PERPRES) Nomor 21 Tahun 2021 tentang
Penyelenggaraan Nilai Ekonomi Karbon Untuk Pencapaian Target
Kontribusi yang Ditetapkan Secara Nasional dan Pengendalian
Emisi Gas Rumah Kaca Dalam Pembangunan Nasional.
c. Peraturan Presiden (PERPRES) Nomor 54 Tahun 2021 Dewan Sumber
Daya Air Nasional.
d. Peraturan Presiden (PERPRES) Nomor 83 Tahun 2018 tentang
Penaganan Sampah Laut.
e. Peraturan Presiden (PERPRES) Nomor 15 Tahun 2018 tentang
Percepatan dan Pengendalian Pencemaran dan Kerusakan Daerah
Aliran Sungai Citarum.
6. Peraturan Menteri yang masih berlaku tentang Hukum Lingkungan :
a. Peraturan Menteri Nomor P.74/Menlhk/Setjen/Kum.1/10/2019 Tentang
Program Kedaruratan Pengelolaan Bahan Berbahaya Dan Beracun
Dan/Atau Limbah Bahan Berbahaya Dan Beracun.
b. Peraturan Menteri Nomor P.24/Menlhk/Setjen/Kum.1/5/2019 Tentang
Bantuan Biaya Layanan Pengolahan Sampah Dalam Rangka
Percepatan Pembangunan Instalasi Pengolah Sampah Menjadi Energi
Listrik Berbasis Teknologi Ramah Lingkungan.
c. Peraturan Menteri Nomor P.3/Menlhk/Setjen/Kum.1/1/2019 tentang
Tata Cara Pelaksanaan Sebagian Urusan Pemerintahan Bidang
Lingkungan Hidup Dan Kehutanan Tahun 2019 Yang Dilimpahkan
Kepada 33 (Tiga Puluh Tiga) Gubernur Sebagai Wakil Pemerintah
Pusat.
d. Peraturan Menteri Nomor P.27/Menlhk/Setjen/Kum.1/12/2020 Tentang
Pengelolaan Limbah Alat Kesehatan Mengandung Merkuri.
e. Nomor P.80/Menlhk/Setjen/Kum.1/10/2019 Tentang Perubahan Atas
Peraturan Menteri Lingkungan Hidup Dan Kehutanan Nomor
P.93/Menlhk/Setjen/Kum.1/8/2018 Tentang Pemantauan Kualitas Air
Limbah Secara Terus Menerus Dan Dalam Jaringan Bagi Usaha
Dan/Atau Kegiatan.
f. Nomor P.106/Menlhk/Setjen/Kum.1/12/2018 Tentang Perubahan Kedua
Atas Peraturan Menteri Lingkungan Hidup Dan Kehutanan Nomor
P.20/Menlhk/Setjen/Kum.1/6/2018 Tentang Jenis Tumbuhan Dan
Satwa Yang Dilindungi.
7. Peraturan Daerah yang masih berlaku tentang hukum lingkungan :
a. Peraturan Daerah (PERDA) Kabupaten Kendal Nomor 4 Tahun 2017
Tentang Pengelolaan Limbah Bahan Berbahaya Dan Beracun Di
Kabupaten Kendal.
b. Peraturan Daerah (PERDA) Kabupaten Jombang Nomor 3 Tahun 2014
Tentang Pengelolaan Limbah Bahan Berbahaya Dan Beracun.
c. Peraturan Daerah (PERDA) Provinsi Sulawesi Tengah No. 15 Tahun
2014
d. Peraturan Daerah (PERDA) Kabupaten Majalengka Nomor 1 Tahun
2013 Tentang Pengelolaan Sumber Daya Air
e. Peraturan Daerah (PERDA) Kabupaten Batang Hari Nomor 5 Tahun
2014 Tentang Perlindungan Dan Pengelolaan Lingkungan Hidup.
8. Hukum adat atau kebiasaan dalam pengelolahan lingkungan :
a. Hukum Adat awiq-awiq (asal muasalnya dari Bali). Diberlakukan untuk
melindungi Hutan Sesaot dan kebun masyarakat dari tindakan ilegal.
b. Hukum adat leuweung Kolot (hukum adat suku Baduy) Dilarang masuk
hutan larangan untuk menebang pohon, membuka ladang atau
mengambil hasil hutan lainnya.
c. Kearifan lokal Suku Rote Nusa Tenggara Timur
“Hoholok/Papadak” yakni suatu kesepakatan adat/kearifan lokal yang
berlaku di darat maupun di laut pada suatu daerah yang memiliki
kekayaan alam yang menurut pemilik/pemerintah bisa berguna bagi
banyak orang dan langkah, maka perlu dilindungi dengan acara adat.
9. Yurisprudensi hukum lingkungan :
a. Putusan MAHKAMAH AGUNG Nomor 33 PK/TUN/2022 putusan
perkara PT. MULYAKARYA JAYACO VS I. MENTERI LINGKUNGAN
HIDUP DAN KEHUTANAN RI., II. PT. KARIMUN AROMATICS., III. PT.
ANUGERAH LANGKAT MAKMUR., IV. PT. ANUGERAH SAWINDO
DAN I. PT. BUKIT MAS SAWIT SUBUR., II. PT. TARA BINTANG NUSA
(TARBINSA).
b. Putusan MAHKAMAH AGUNG Nomor 4723 K/Pid.Sus.LH/2020
Tanggal 17 Desember 2020-NAZIBUL AMRI alias AJIB bin MAILIZAR.
c. Putusan MAHKAMAH AGUNG Nomor 209 K/PID.SUS.LH/2017
Tanggal 11 Desember 2017 -Gustin Ruddy Narang bin Holmes Narang.
10. Tractat Hukum Lingkungan:
a. Convention on Wetlands of Internasional Importance, Especially as
Waterflow Habitat (Wetlands Convention), kesepakatan internasional
yang memberikan kerangka kerja bagi aksi nasional dan kerja sama
internasional untuk konservasi dan pemanfaatan secara bijaksana lahan
basah dan sumber dayanya.
b. Word Conservation Strategy (WCS), merupakan kesepakatan
internasional di bidang pengelolahan SDA Hayati.
c. Convention on Internasional Trade in Endangered Species of Wild
Fauna and Flora (CITES), mengatur pengawasan dan pemantauan
perdagangan sarwa liar dan tumbuhan langka agar tidak terjadi
kepunahan.
d. Deklarasi Rio de Janeiro, kesepakatan tentang Prinsip-prinsip
Kehutanan serta Konvensi Keanekaragaman Hayati dan Konvensi
Perubahan Iklim
e. Stockholm Declaration, berisi berisi prinsip-prinsip yang harus
digunakan dalam mengelola lingkungan hidup di masa depan melalui
penerapan hukum lingkungan internasional.
f. Deklarasi Nairobi, melahirkan 10 asas bagi pengelolahan lingkungan
hidup dunia.
11. Doktrin Hukum Lingkungan :
a. Tanggung jawab mutlak (strict liability), “bertanggung jawab mutlak” atau
strict liability adalah unsur kesalahan tidak perlu dibuktikan oleh pihak
penggugat sebagai dasar pembayaran ganti rugi. Ketentuan ayat ini
merupakan lex specialis dalam gugatan tentang perbuatan melanggar
hukum pada umumnya. Besarnya nilai ganti rugi yang dapat dibebankan
terhadap pencemar atau perusak lingkungan hidup menurut Pasal ini
dapat ditetapkan sampai batas tertentu. Yang dimaksud dengan
“sampai batas waktu tertentu” adalah jika menurut penetapan peraturan
perundangundangan ditentukan keharusan asuransi bagi usaha
dan/atau kegiatan yang bersangkutan atau telah tersedia dana
lingkungan hidup”.
b. Damnun sine injuria, dapat ditunjuk Pasal 35 ayat (2) UUPLH. Dalam
ayat ini disebutkan beberapa alasan yang menyebabkan pencemaran
dan/atau perusakan lingkungan hidup dari kewajiban membayar ganti
rugi. Alasan-alasan itu adalah jika ada bencana alam atau peperangan,
keadaan terpaksa dilakukan di luar kemampuan manusia, dan tindakan
pihak ketiga yang menyebabkan terjadinya pencemaran dan/atau
perusakan lingkungan.
c. doktrin injuria sine damno , yang mengatakan bahwa kendati tidak ada
kerugian, pelaku tetap wajib mengganti kerugian tersebut.

Anda mungkin juga menyukai