a. Pasal 28 H (ayat1) Undang-Undang Dasar 1945 : Setiap orang layak hidup sejahtera lahir dan batin, bertempat tinggal dan mendapatkan lingkungan hidup yang baik dan sehat serta berhak meperoleh pelayanan kesehatan”. b. Pasal 33 (ayat 2) : Bumi dan air dan kekayaan alam yang terkandung di dalamnya dikuasai oleh negara dan dipergunakan untuk sebesar- besarnya kemamuran rakyat”. c. Pasal 33 (ayat 3) : “Bumi dan air dan kekayaan alam yang terkandung di dalamnya dikuasai oleh negara dan dipergunakan untuk sebesar- besarnya kemakmuran rakyat”. d. Pasal 33 (ayat 4) : “Menyatakan bahwa perekonomian nasional diselenggarakan berdasar atas demokrasi ekonomi dengan prinsip kebersamaan, efisiensi berkeadilan, berkelanjutan, berwawasan lingkungan, kemandirian, serta dengan menjaga keseimbangan kemajuan dan kesatuan ekonomi nasional”. 2. TAP MPR yang masih berlaku a. TAP MPR Nomor IX Tahun 2001 Tentang Pembaharuan Agraria dan Pengelolahan Sumber Daya Alam. b. TAP MPR-RI Nomor XVII/MPR/1998 tentang Hak Asasi Manusia Pasal 28 : “Pengakuan pertama hak atas lingkungan hidup yang baik dan sehat yang terdapat dalam cluster HAM”. 3. Undang-Undang yang masih berlaku mengatur tentang Hukum Lingkungan a. Undang-Undang Nomor 41 Tahun 1999 Tentang Kehutanan, b. Undang-Undang Nomor 9 Tahun 1985 Tentang Perikanan, c. Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1990 Tentang Konservasi Sumber Daya Alam Hayati dan Ekosistemnya. d. Undang-Undang Nomor 11 Tahun 1974 Tantang Pengairan. e. Undang-Undang Nomor 31 Tahun 2004 Tentang Perikanan. f. Undang-Undang Nomor 32 Tahun 1999 Tentang Perlindungan dan Pengelolahan Lingkungan Hidup. 4. Peraturan Pemerintah yang masih berlaku tentang Hukum Lingkungan : a. Peraturan Pemerintah Nomor 19 Tahun 1999 tentang Pengendalina Pencemaran dan/atau Perusakan Laut. b. Peraturan Pemerintah Nomor 41 Tahun 1999 tentang Pengendalian Pencemaran Udara. c. Peraturan Pemerintah Nomor 4 Tahun 2001 tentang Pengendalian Kerusakan dan/atau Pencemaran Lingkungan Hidup Yang Berkaitan Dengan Kebakaran Hutan dan/atau Lahan. d. Peraturan Pemerintah Nomor 74 Tahun 2001 tentang Pengelolahan Limbah Bahan Berbahaya dan Beracun. e. Peraturan Pemerintah Tahun 2001 tentang Pengelolahan Kualitas Air dan Pengendalian Pencemaran Air. f. Peraturan Pemerintah Nomor 27 Tahun 2012 tentang Izin Lingkungan. g. Peraturan Pemerintah No.27 Tahun 1999 Tentang Analisa Mengenai Dampak Lingkungan 5. Peraturan Presiden yang masih berlaku tantang Hukum Lingkungan : a. Peraturan Presiden (PERPRES) Nomor 92 Tahun 2020 tentang Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan. b. Peraturan Presiden (PERPRES) Nomor 21 Tahun 2021 tentang Penyelenggaraan Nilai Ekonomi Karbon Untuk Pencapaian Target Kontribusi yang Ditetapkan Secara Nasional dan Pengendalian Emisi Gas Rumah Kaca Dalam Pembangunan Nasional. c. Peraturan Presiden (PERPRES) Nomor 54 Tahun 2021 Dewan Sumber Daya Air Nasional. d. Peraturan Presiden (PERPRES) Nomor 83 Tahun 2018 tentang Penaganan Sampah Laut. e. Peraturan Presiden (PERPRES) Nomor 15 Tahun 2018 tentang Percepatan dan Pengendalian Pencemaran dan Kerusakan Daerah Aliran Sungai Citarum. 6. Peraturan Menteri yang masih berlaku tentang Hukum Lingkungan : a. Peraturan Menteri Nomor P.74/Menlhk/Setjen/Kum.1/10/2019 Tentang Program Kedaruratan Pengelolaan Bahan Berbahaya Dan Beracun Dan/Atau Limbah Bahan Berbahaya Dan Beracun. b. Peraturan Menteri Nomor P.24/Menlhk/Setjen/Kum.1/5/2019 Tentang Bantuan Biaya Layanan Pengolahan Sampah Dalam Rangka Percepatan Pembangunan Instalasi Pengolah Sampah Menjadi Energi Listrik Berbasis Teknologi Ramah Lingkungan. c. Peraturan Menteri Nomor P.3/Menlhk/Setjen/Kum.1/1/2019 tentang Tata Cara Pelaksanaan Sebagian Urusan Pemerintahan Bidang Lingkungan Hidup Dan Kehutanan Tahun 2019 Yang Dilimpahkan Kepada 33 (Tiga Puluh Tiga) Gubernur Sebagai Wakil Pemerintah Pusat. d. Peraturan Menteri Nomor P.27/Menlhk/Setjen/Kum.1/12/2020 Tentang Pengelolaan Limbah Alat Kesehatan Mengandung Merkuri. e. Nomor P.80/Menlhk/Setjen/Kum.1/10/2019 Tentang Perubahan Atas Peraturan Menteri Lingkungan Hidup Dan Kehutanan Nomor P.93/Menlhk/Setjen/Kum.1/8/2018 Tentang Pemantauan Kualitas Air Limbah Secara Terus Menerus Dan Dalam Jaringan Bagi Usaha Dan/Atau Kegiatan. f. Nomor P.106/Menlhk/Setjen/Kum.1/12/2018 Tentang Perubahan Kedua Atas Peraturan Menteri Lingkungan Hidup Dan Kehutanan Nomor P.20/Menlhk/Setjen/Kum.1/6/2018 Tentang Jenis Tumbuhan Dan Satwa Yang Dilindungi. 7. Peraturan Daerah yang masih berlaku tentang hukum lingkungan : a. Peraturan Daerah (PERDA) Kabupaten Kendal Nomor 4 Tahun 2017 Tentang Pengelolaan Limbah Bahan Berbahaya Dan Beracun Di Kabupaten Kendal. b. Peraturan Daerah (PERDA) Kabupaten Jombang Nomor 3 Tahun 2014 Tentang Pengelolaan Limbah Bahan Berbahaya Dan Beracun. c. Peraturan Daerah (PERDA) Provinsi Sulawesi Tengah No. 15 Tahun 2014 d. Peraturan Daerah (PERDA) Kabupaten Majalengka Nomor 1 Tahun 2013 Tentang Pengelolaan Sumber Daya Air e. Peraturan Daerah (PERDA) Kabupaten Batang Hari Nomor 5 Tahun 2014 Tentang Perlindungan Dan Pengelolaan Lingkungan Hidup. 8. Hukum adat atau kebiasaan dalam pengelolahan lingkungan : a. Hukum Adat awiq-awiq (asal muasalnya dari Bali). Diberlakukan untuk melindungi Hutan Sesaot dan kebun masyarakat dari tindakan ilegal. b. Hukum adat leuweung Kolot (hukum adat suku Baduy) Dilarang masuk hutan larangan untuk menebang pohon, membuka ladang atau mengambil hasil hutan lainnya. c. Kearifan lokal Suku Rote Nusa Tenggara Timur “Hoholok/Papadak” yakni suatu kesepakatan adat/kearifan lokal yang berlaku di darat maupun di laut pada suatu daerah yang memiliki kekayaan alam yang menurut pemilik/pemerintah bisa berguna bagi banyak orang dan langkah, maka perlu dilindungi dengan acara adat. 9. Yurisprudensi hukum lingkungan : a. Putusan MAHKAMAH AGUNG Nomor 33 PK/TUN/2022 putusan perkara PT. MULYAKARYA JAYACO VS I. MENTERI LINGKUNGAN HIDUP DAN KEHUTANAN RI., II. PT. KARIMUN AROMATICS., III. PT. ANUGERAH LANGKAT MAKMUR., IV. PT. ANUGERAH SAWINDO DAN I. PT. BUKIT MAS SAWIT SUBUR., II. PT. TARA BINTANG NUSA (TARBINSA). b. Putusan MAHKAMAH AGUNG Nomor 4723 K/Pid.Sus.LH/2020 Tanggal 17 Desember 2020-NAZIBUL AMRI alias AJIB bin MAILIZAR. c. Putusan MAHKAMAH AGUNG Nomor 209 K/PID.SUS.LH/2017 Tanggal 11 Desember 2017 -Gustin Ruddy Narang bin Holmes Narang. 10. Tractat Hukum Lingkungan: a. Convention on Wetlands of Internasional Importance, Especially as Waterflow Habitat (Wetlands Convention), kesepakatan internasional yang memberikan kerangka kerja bagi aksi nasional dan kerja sama internasional untuk konservasi dan pemanfaatan secara bijaksana lahan basah dan sumber dayanya. b. Word Conservation Strategy (WCS), merupakan kesepakatan internasional di bidang pengelolahan SDA Hayati. c. Convention on Internasional Trade in Endangered Species of Wild Fauna and Flora (CITES), mengatur pengawasan dan pemantauan perdagangan sarwa liar dan tumbuhan langka agar tidak terjadi kepunahan. d. Deklarasi Rio de Janeiro, kesepakatan tentang Prinsip-prinsip Kehutanan serta Konvensi Keanekaragaman Hayati dan Konvensi Perubahan Iklim e. Stockholm Declaration, berisi berisi prinsip-prinsip yang harus digunakan dalam mengelola lingkungan hidup di masa depan melalui penerapan hukum lingkungan internasional. f. Deklarasi Nairobi, melahirkan 10 asas bagi pengelolahan lingkungan hidup dunia. 11. Doktrin Hukum Lingkungan : a. Tanggung jawab mutlak (strict liability), “bertanggung jawab mutlak” atau strict liability adalah unsur kesalahan tidak perlu dibuktikan oleh pihak penggugat sebagai dasar pembayaran ganti rugi. Ketentuan ayat ini merupakan lex specialis dalam gugatan tentang perbuatan melanggar hukum pada umumnya. Besarnya nilai ganti rugi yang dapat dibebankan terhadap pencemar atau perusak lingkungan hidup menurut Pasal ini dapat ditetapkan sampai batas tertentu. Yang dimaksud dengan “sampai batas waktu tertentu” adalah jika menurut penetapan peraturan perundangundangan ditentukan keharusan asuransi bagi usaha dan/atau kegiatan yang bersangkutan atau telah tersedia dana lingkungan hidup”. b. Damnun sine injuria, dapat ditunjuk Pasal 35 ayat (2) UUPLH. Dalam ayat ini disebutkan beberapa alasan yang menyebabkan pencemaran dan/atau perusakan lingkungan hidup dari kewajiban membayar ganti rugi. Alasan-alasan itu adalah jika ada bencana alam atau peperangan, keadaan terpaksa dilakukan di luar kemampuan manusia, dan tindakan pihak ketiga yang menyebabkan terjadinya pencemaran dan/atau perusakan lingkungan. c. doktrin injuria sine damno , yang mengatakan bahwa kendati tidak ada kerugian, pelaku tetap wajib mengganti kerugian tersebut.