Pengertian rangkaian analisis yang sistematis, menyeluruh, dan partisipatif untuk memastikan bahwa prinsip pembangunan berkelanjutan telah menjadi dasar dan terintegrasi dalam pembangunan suatu wilayah dan/atau kebijakan, rencana, dan/atau program Kewajiban membuat KLHS bagi Pemerintah (Pusat dan Daerah) a. Pasal 15 ayat (1) UU No. 32/2009 : Pemerintah dan pemerintah daerah untuk membuat kajian lingkungan hidup strategis (KLHS) untuk memastikan bahwa prinsip pembangunan berkelanjutan telah menjadi dasar dan terintegrasi dalam pembangunan suatu wilayah dan/atau kebijakan, rencana, dan/atau program. b. Pasal 18 ayat (1) : KLHS dibuat dengan melibatkan masyarakat dan pemangku kepentingan Kewajiban melaksanakan KLHS Pasal 15 ayat (2) : Pemerintah dan pemerintah daerah wajib melaksanakan KLHS sebagaimana dimaksud pada ayat (1) ke dalam penyusunan atau evaluasi: a. rencana tata ruang wilayah (RTRW) beserta rencana rincinya, rencana pembangunan jangka panjang (RPJP), dan rencana pembangunan jangka menengah (RPJM) nasional, provinsi, dan kabupaten/kota; dan b. kebijakan, rencana, dan/atau program yang berpotensi menimbulkan dampak dan/atau risiko lingkungan hidup. Muatan KLHS a. kapasitas daya dukung dan daya tampung lingkungan hidup untuk pembangunan; b. perkiraan mengenai dampak dan risiko lingkungan hidup; c. kinerja layanan/jasa ekosistem; d. efisiensi pemanfaatan sumber daya alam; e. tingkat kerentanan dan kapasitas adaptasi terhadap perubahan iklim; dan f. tingkat ketahanan dan potensi keanekaragaman hayati. 2. Tata ruang adalah wujud struktur ruang dan pola ruang : a. Struktur ruang adalah susunan pusat-pusat permukiman dan sistem jaringan prasarana dan sarana yang berfungsi sebagai pendukung kegiatan sosial ekonomi masyarakat yang secara hierarkis memiliki hubungan fungsional b. Pola ruang adalah distribusi peruntukan ruang dalam suatu wilayah yang meliputi peruntukan ruang untuk fungsi lindung dan peruntukan ruang untuk fungsi budi daya
3. Baku Mutu Lingkungan Hidup (BML)
ukuran batas atau kadar makhluk hidup, zat, energi, atau komponen yang ada atau harus ada dan/atau unsur pencemar yang ditenggang keberadaannya dalam suatu sumber daya tertentu sebagai unsur lingkungan hidup (Pasal 1 angka 13 UU No.32/2009) BML berfungsi sebagai tolok ukur terjadi atau tidak pencemaran LH dari segi hukum BML istilah dalam hukum lingkungan, sedangkan Nilai Ambang Batas (NAB) istilah dalam ilmu lingkungan a. Jenis baku mutu (pasal 20 ayat (2) baku mutu air; baku mutu air limbah; baku mutu air laut; baku mutu udara ambien; baku mutu emisi; baku mutu gangguan; dan baku mutu lain sesuai dengan perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi. 4. Kriteria Baku Kerusakan LH a. ukuran batas perubahan sifat fisik, kimia, dan/atau hayati lingkungan hidup yang dapat ditenggang oleh lingkungan hidup untuk dapat tetap melestarikan fungsinya (Pasal 1 angka 15 UU No. 32/ 2009) b. KBK-LH berfungsi sebagai tolok ukur telah terjadi atau tidak perusakan lingkungan hidup dari segi hukum o Jenis KBK-LH (Pasal 21 ayat (2) UU no. 32/2009 1. Kriteria baku kerusakan ekosistem 2. Kriteria baku kerusakan akibat perubahan iklim o Jenis KBK-LH kerusakan ekosistem a. kriteria baku kerusakan tanah untuk produksi biomassa; b. kriteria baku kerusakan terumbu karang; c. kriteria baku kerusakan lingkungan hidup yang berkaitan dengan kebakaran hutan dan/atau lahan; d. kriteria baku kerusakan mangrove; e. kriteria baku kerusakan padang lamun; f. kriteria baku kerusakan gambut; g. kriteria baku kerusakan karst; dan/atau h. kriteria baku kerusakan ekosistem lainnya sesuai dengan perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi. (Pasal 21 ayat (3) UU No. 32/2009) 5. PERIZINAN Memperkenankan perbuatan yang dilarang dengan berbagai persyaratan Dengan demikian, “izin” merupakan instrumen yang bersifat pencegahan atas pencemaran dan kerusakan lingkungan yang akan terjadi Pasca (setelah) pemberian izin harus ditindaklanjuti dengan “pengawasan” a. Jenis Perizinan 1. Izin lingkungan (diatur dalam Pasal 36 s/d 39 UU No. 32/ 2009) 2. Izin usaha/ kegiatan (diatur dalam Pasal 40 UU No. 32/2009) 3. Pasal 41 UU No. 32/ 2009 : Peraturan pelaksanaan tentang perizinan lebih lanjut diatur dalam Peraturan Pemerintah KETENTUAN INI MENGALAMI PERUBAHAN OLEH UU CIPTA KERJA b. Izin perlindungan dan pengelolaan lingkungan hidup izin pembuangan limbah cair; izin pemanfaatan air limbah untuk aplikasi ke tanah; izin penyimpanan sementara limbah bahan berbahaya dan beracun; izin pengumpulan limbah bahan berbahaya dan beracun; izin pengangkutan limbah bahan berbahaya dan beracun; izin pemanfaatan limbah bahan berbahaya dan beracun; izin pengolahan limbah bahan berbahaya dan beracun; izin penimbunan limbah bahan berbahaya dan beracun; izin pembuangan air limbah ke laut; izin dumping; izin reinjeksi ke dalam formasi, dan/atau izin venting. 6. Instrumen ekonomi a. Lingkup Instrumen EKONOMI Pasal 42 ayat (2) UU No. 32/ 2009 menyebutkan “Instrumen ekonomi lingkungan hidup sebagaimana dimaksud pada ayat (1) meliputi: a. perencanaan pembangunan dan kegiatan ekonomi; b. pendanaan lingkungan hidup; dan c. insentif dan/atau disinsentif. b. Wujud Instrumen ekonomi dan perencanaan (pasal 43 ayat (1) neraca sumber daya alam dan lingkungan hidup; penyusunan produk domestik bruto dan produk domestik regional bruto yang mencakup penyusutan sumber daya alam dan kerusakan lingkungan hidup; mekanisme kompensasi/imbal jasa lingkungan hidup antardaerah; dan internalisasi biaya lingkungan hidup. 7. Pendanaan lingkungan a. Pengertian suatu sistem dan mekanisme penghimpunan dan pengelolaan dana yang digunakan bagi pembiayaan upaya perlindungan dan pengelolaan lingkungan hidup. Pendanaan lingkungan berasal dari berbagai sumber, misalnya pungutan, hibah, dan lainnya b. Wujud pendanaan (Pasal 43 ayat (2) dana jaminan pemulihan lingkungan hidup; dana penanggulangan pencemaran dan/atau kerusakan dan pemulihan lingkungan hidup; dan dana amanah/bantuan untuk konservasi. 8. INSENTIF upaya memberikan dorongan atau daya tarik secara moneter dan/atau nonmoneter kepada setiap orang ataupun Pemerintah dan pemerintah daerah agar melakukan kegiatan yang berdampak positif pada cadangan sumber daya alam dan kualitas fungsi lingkungan hidup 9. DISINSENTIF pengenaan beban atau ancaman secara moneter dan/atau nonmoneter kepada setiap orang ataupun Pemerintah dan pemerintah daerah agar mengurangi kegiatan yang berdampak negatif pada cadangan sumber daya alam dan kualitas fungsi lingkungan hidup a) Wujud insentif – disinsentif pengadaan barang dan jasa yang ramah lingkungan hidup; penerapan pajak, retribusi, dan subsidi lingkungan hidup; pengembangan sistem lembaga keuangan dan pasar modal yang ramah lingkungan hidup; pengembangan sistem perdagangan izin pembuangan limbah dan/atau emisi; pengembangan sistem pembayaran jasa lingkungan hidup; pengembangan asuransi lingkungan hidup; pengembangan sistem label ramah lingkungan hidup; dan sistem penghargaan kinerja di bidang perlindungan dan pengelolaan lingkungan hidup. 10. AUDIT LINGKUNGAN a. Audit lingkungan merupakan tindakan sukarela bagi penanggung jawab usaha dan/atau kegiatan b. Bertujuan untuk meningkatkan efisiensi kegiatan dan kinerja “pelaku usaha dan/atau kegiatan” dalam menaati persyaratan lingkungan hidup c. Audit lingkungan menjadi wajib, manakala penanggungjawab tidak patuh terhadap peraturan perundang-undangan lingkungan hidup d. Diatur dalam Pasal 48 s/d 52 UU No. 32/2009