Anda di halaman 1dari 9

FUNGSI PEMULIHAN LINGKUNGAN DALAM MEWUJUDKAN LINGKUNGAN

YANG LESTARI
(Ujian Tengah Semester Hukum Lingkungan)

NI KADEK ERIKA MANGALA


NIM: 2380511011

Dosen Pengampu: Prof. Prof. Dr. Putu Gede Arya Sumerta Yasa,
S.H., M.Hum.
Mata Kuliah: Hukum Lingkungan

PROGRAM STUDI MAGISTER ILMU HUKUM


FAKULTAS HUKUM
UNIVERSITAS UDAYANA
DENPASAR
2023
A. PENDAHULUAN

Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 menyatakan bahwa


lingkungan hidup yang baik dan sehat merupakan hak asasi dan hak konstitusional bagi setiap
warga negara Indonesia. Oleh karena itu, negara, pemerintah, dan seluruh pemangku kepentingan
berkewajiban untuk melakukan perlindungan dan pengelolaan lingkungan hidup dalam
pelaksanaan pembangunan berkelanjutan agar lingkungan hidup Indonesia dapat tetap menjadi
sumber dan penunjang hidup bagi rakyat Indonesia serta makhluk hidup lain.Perlindungan dan
pengelolaan lingkungan hidup berdasarkan Pasal 1 angka (2) Undang-Undang Nomor 32 Tahun
2009 tentang Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan Hidup (UUPPLH) adalah upaya
sistematis dan terpadu yang dilakukan untuk melestarikan fungsi lingkungan hidup dan mencegah
terjadinya pencemaran dan/atau kerusakan lingkungan hidup yang meliputi perencanaan,
pemanfaatan, pengendalian, pemeliharaan, pengawasan, dan penegakan hukum.
Tanggung jawab lingkungan (environmental responsibility) adalah merupakan rangkaian
kewajiban seseorang atau pihak, untuk memikul tanggungjawab kepada penderita yang telah
dilangggar haknyaatas lingkungan hidup yang baik dan sehat. Environmental responsibility
mencakup, baik kepada masalah ganti rugi kepada orang perorangan (private compensation),
maupun mengenai biaya pemulihan lingkungan (public compensation). Dengan demikian, sifat
environmental responsibility bisa bersifat privat dan juga bisa bersifat publik, dalam arti jika
seseorang pencemar telah memenuhi tanggungjawabnya kepada orang perorangan, tidak berarti
dengan sendirinya sudah selesai dan tidak Iagi dalam hal pemulihan lingkungan atau demikian
sebaliknya1
Diketahui bahwa kerusakan lingkungan hidup di Indonesia telah memberi efek yang
menyengsarakan bagi kehidupan. 34% dari angka kemiskinan, 85% dari korban bencana alam, 3,5
juta hektar hutan yang musnah serta sejumlah kekerasan dan konflik horisontal yang juga
diakibatkan oleh sengketa lingkungan hidup, telah menyebabkan 60% dari mereka menjadi
pengungsi pembangunan. Bahkan, dalam pengungsian tersebut, tidak jarang dari mereka
berhadapan dengan masalah baru yang menyebabkan menurunnya kualitas hidup mereka2
Lingkungan hidup yang serasi dan seimbang sangat diperlukan sebagai penentu kehidupan

1 N.H.T. Siahaan, Hukum Lingkungan, Cetakan Kedua, Edisi Revisi, Pancuran Alam, Jakarta, 2008, hal. 332.
2 Ginting L, “Hak-hak Lingkungan Hidup Sebagai Hak Asasi Manusia”, Jurnal Hukum Internasional, FHUI, Volume 2
No. 2 Januari 2005, hal. 311.

1
suatu bangsa. Idealnya, pemanfaatan lingkungan hidup harus memperhatikan pemeliharaan dan
kelestarian lingkungan sehingga dapat diwariskan kepada generasi yang akan datang. Setiap
pemanfaatan lingkungan hidup harus bertujuan, seperti tercapainya keselarasan, keserasian, dan
keseimbangan antara manusia dan lingkungan hidup; terwujudnya manusia Indonesia sebagai
insan lingkungan hidup yang memiliki sikap dan tindakan melindungi serta membina lingkungan
hidup; terjaminnya kepentingan generasi masa kini dan generasi masa depan; tercapainya
kelestarian fungsi lingkungan hidup; terkendalinya pemanfaatan sumber daya secara bijaksana;
terlindunginya Indonesia terhadap dampak dari luar yang dapat menyebabkan pencemaran atau
kerusakan lingkungan
Kelestarian lingkungan dipengaruhi oleh lingkungan yang didominasi dengan struktur buatan
manusia yang merupakan lingkungan binaan. Bangunan dan infrastruktur buatan manusia
bertanggung jawab untuk sebagian besar penggunaan energi, penggunaan banyak air, dan
menghasilkan sejumlah besar limbah. Idealnya, sebuah bangunan harus beroperasi seefisien
mungkin. Efisiensi merupakan salah satu dasar dari desain yang berkelanjutan, yang memengaruhi
semua aspek proyek, mulai dari penentuan lokasi, perencanaan ruang, penggunaan material, dan
sistem. Oleh sebab itu, para perencana dan perancang bangunan selain menciptakan bangunan
yang indah harus juga memperhatikan efisiensi, kenyamanan serta pengaruh keberadaan bangunan
tersebjut terhadap lingkungan disekitarnya. Efisiensi energi merupakan inti praktik desain hijau
saat ini. Berdasarkan penjabaran diatas dapat dirumuskan pokok permasalahan yang akan menjadi
fokus pembahasan ini yaitu Bagaimana Fungsi Pemulihan Lingkungan Dalam Mewujudkan
Lingkungan Yang Lestari?

B. PEMBAHASAN

Melakukan perlindungan dan pengelolaan terhadap lingkungan hidup yang baik dan sehat
maka setiap pelaku dan/atau penanggung jawab usaha wajib mendapatkan izin lingkungan sesuai
ketentuan hukum yang berlaku. Hal ini tertuang dalam Undang-undang Pengelolaan dan
Perlindungan Lingkungan Hidup (UUPPLH) No. 32 Tahun 2009, Peraturan Pemerintah No. 27
Tahun 2012 tentang Izin Lingkungan, Peraturan Mentri Lingkungan Hidup No. 08 Tahun 2013
Tentang Tata Laksana Penilaian Dan Pemeriksaan Dokumen Lingkungan Hidup Serta Penerbitan
Izin Lingkungan.

2
Pada Pasal 54 Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 32 Tahun 2009 tentang Perlindungan
dan Pengelolaan Lingkungan Hidup, mengatur mengenai Pemulihan, yang berbunyi :
1) Setiap orang yang melakukan pencemaran dan/atau perusakan lingkungan hidup
wajib melakukan pemulihan fungsi lingkungan hidup.
2) Pemulihan fungsi lingkungan hidup sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dilakukan
dengan tahapan:
a. penghentian sumber pencemaran dan pembersihan unsur pencemar;
b. remediasi;
c. rehabilitasi;
d. restorasi; dan/atau
e. cara lain yang sesuai dengan perkembangan ilmu pengetahuan dan
teknologi
3) Ketentuan lebih lanjut mengenai tata cara pemulihan fungsi lingkungan hidup
sebagaimana dimaksud pada ayat (2) diatur dalam Peraturan Pemerintah.”
Penjelasan Pasal 54 Ayat (2) Huruf (b) Yang dimaksud dengan ”remediasi” adalah upaya
pemulihan pencemaran lingkungan hidup untukmemperbaiki mutu lingkungan hidup. Huruf (c)
Yang dimaksud dengan ”rehabilitasi” adalah upaya pemulihan untuk mengembalikan nilai, fungsi,
dan manfaat lingkungan hidup termasuk upaya pencegahan kerusakan lahan, memberikan
perlindungan, dan memperbaiki ekosistem. Huruf (d) Yang dimaksud dengan ”restorasi” adalah
upaya pemulihan untuk menjadikan lingkungan hidup atau bagianbagiannya berfungsi kembali
sebagaimana semula.
Tata cara pemulihan fungsi lingkungan hidup terdapat dalam Peraturan Pemerintah Republik
Indonesia Nomor 101 Tahun 2014 tentang Pengelolaan Limbah Bahan Berbahaya Dan Beracun
menyatakan bahwa bahwa pemulihan fungsi lingkungan dilakukan dengan tahapan:
a. Pasal 204 Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 101 Tahun 2014 tentang
Pengelolaan Limbah Bahan Berbahaya Dan Beracun mengatur bahwa penghentian sumber
pencemaran dan pembersihan zat pencemar, dilakukan dengan cara paling sedikit meliputi:
1) identifikasi lokasi, sumber, jenis, dan zat pencemar, serta besaran pencemaran;
2) penghentian proses produksi;
3) penghentian kegiatan pada fasilitas yang terkait dengan sumber Pencemaran dan/atau
kerusakan lingkungan hidup;

3
4) tindakan tertentu untuk meniadakan pencemaran lingkungan hidup dan/atau kerusakan
lingkungan hidup pada sumbernya; dan
5) penyusunan dan penyampaian laporan pelaksanaan penghentian pencemaran
lingkungan hidup dan/atau kerusakan lingkungan hidup kepada Menteri, gubernur, dan
bupati/wali kota.
b. Pasal 205 Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 101 Tahun 2014 tentang
Pengelolaan Limbah Bahan Berbahaya Dan Beracun mengatur bahwa remidiasi, dilakukan
dengan cara paling sedikit meliputi:
1) pemilihan teknologi remediasi;
2) penyusunan rencana dan pelaksanaan remediasi; dan 3) penyusunan dan penyampaian
laporan pelaksanaan remediasi terhadap pencemaran lingkungan hidup kepada
Menteri, gubernur, dan bupati/wali kota.
c. Pasal 206 Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 101 Tahun 2014 tentang
Pengelolaan Limbah Bahan Berbahaya Dan Beracun mengatur bahwa rehabilitasi,
dilakukan dengan cara paling sedikit meliputi:
1) identifikasi lokasi, penyebab, dan besaran kerusakan lingkungan hidup;
2) pemilihan metode rehabilitasi;
3) penyusunan rencana dan pelaksanaan rehabilitasi; dan
4) penyusunan dan penyampaian laporan pelaksanaan rehabilitasi terhadap kerusakan
lingkungan hidup kepada Menteri, gubernur, dan bupati/wali kota.
d. Pasal 207 Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 101 Tahun 2014 tentang
Pengelolaan Limbah Bahan Berbahaya Dan Beracun mengatur bahwa restorasi, dilakukan
dengan cara paling sedikit meliputi:
1) identifikasi lokasi, penyebab, dan besaran kerusakan lingkungan hidup;
2) pemilihan metode restorasi;
3) penyusunan rencana dan pelaksanaan restorasi; dan
4) penyusunan dan penyampaian laporan pelaksanaan restorasi kerusakan lingkungan
hidup kepada Menteri, gubernur, dan bupati/wali kota.
e. Cara lain sesuai dengan perkembangan ilmu Pengetahuan dan teknologi.

4
Tujuan utama untuk memperbaiki lingkungan baik secara langsung maupun tidak
langsung. Saat ini banyaknya isu-isu lingkungan yang masih belum bisa terselesaikan, padahal
lingkungan sangat berpengaruh dalam semua aspek kehidupan dan dampaknya cukup signifikan
terhadap kehidupan manusia.3Mewujudkan lingkungan yang lestari perlu menjadi gerakan seluruh
lapisan masyarakat. Pemerintah, dunia usaha, dan masyarakat harus bersama-sama berusaha
menyelamatkan bumi. Masyarakat konsumen perlu didorong untuk hemat energi, menjaga
kebersihan, dan berpola hidup bersih. Ini semua membutuhkan kebijakan pemerintah dan regulasi.
Para pelaku bisnis perlu panduan untuk memproduksi produk ramah lingkungan, salah satunya
adalah perusahaan air minum yang selama ini memproduksi produknya dengan kemasan plastik
sekali pakai. Banyak aksi yang telah dilakukan oleh masyarakat terkait dengan pelestarian
lingkungan.
Mochtar Kusumaatmadja mengemukakan, bahwa sistem pendekatan terpadu atau utuh
harus diterapkan oleh hukum untuk mampu mengatur lingkungan hidup manusia secara tepat dan
baik, sistem pendekatan ini telah melandasi perkembangan hukum lingkungan di Indonesia.
Drupsteen mengemukakan, bahwa hukum lingkungan (Millieu recht) adalah hukum yang
berhubungan dengan lingkungan alam (Naturalijk milleu) dalam arti seluas-luasnya4.
Pasal 1 angka 32 Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 32 Tahun 2009 Tentang
Perlindungan Dan Pengelolaan Lingkungan Hidup jo. Pasal 1 angka 34 Peraturan Pemerintah
Nomor 101 Tahun 2014 tentang Pengelolaan Limbah Bahan Berbahaya Dan Beracunmenyatakan
bahwa: “Setiap orang adalah orang perseorangan atau badan usaha, baik yang berbadan hukum
maupun yang tidak berbadan hukum”.
Pasal 1 angka 14 Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 32 Tahun 2009 Tentang
Perlindungan Dan Pengelolaan Lingkungan Hidup jo. Pasal 1 angka 27 Peraturan Pemerintah
Nomor 101 Tahun 2014 tentang Pengelolaan Limbah Bahan Berbahaya Dan Beracun menyatakan
bahwa: “Pencemaran lingkungan hidup adalah masuk atau dimasukkannya makhluk hidup, zat,
energi, dan/atau komponen lain ke dalam lingkungan hidup oleh kegiatan manusia sehingga
melampaui baku mutu lingkungan hidup yang telah ditetapkan”.
Pasal 1 angka 16 Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 32 Tahun 2009 Tentang
Perlindungan Dan Pengelolaan Lingkungan Hidup jo. Pasal 1 angka 29 Peraturan Pemerintah

3 Kollmuss, A., & Agyeman, J,2002, Mind the Gap: Why do people act environmentally and what are the barriers to

pro-environmental behavior?, Environmental Education Research,hal 13.


4 Riana, T,2009, Hukum Lingkungan dalam Bidang Ilmu Hukum,hal.22.

5
Republik Indonesia Nomor 101 Tahun 2014 tentang Pengelolaan Limbah Bahan Berbahaya Dan
Beracun menyatakan bahwa: “Perusakan lingkungan hidup adalah tindakan orang yang
menimbulkan perubahan langsung atau tidak langsung terhadap sifat fisik, kimia, dan/atau hayati
lingkungan hidup sehingga melampaui kriteria baku kerusakan lingkungan hidup”.
Pasal 1 angka 17 Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 32 Tahun 2009 Tentang
Perlindungan Dan Pengelolaan Lingkungan Hidup jo. Pasal 1 angka 27 Peraturan Pemerintah
Nomor 101 Tahun 2014 tentang Pengelolaan Limbah Bahan Berbahaya Dan Beracun menyatakan
bahwa: “Kerusakan lingkungan hidup adalah perubahan langsung dan/atau tidak langsung
terhadap sifat fisik, kimia, dan/atau hayati lingkungan hidup yang melampaui kriteria baku
kerusakan lingkungan hidup”.
Berdasarkan beberapa
Pasal di atas dapat disimpulkan bahwa pencemar atau perusak lingkungan hidup adalah setiap
orang yakni orang perseorangan atau badan usaha, baik yang berbadan hukum maupun yang tidak
berbadan hukum melakukan pencemaran lingkungan hidup sebagaimana diatur dalam Pasal 1
angka 14 Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 32 Tahun 2009 Tentang Perlindungan Dan
Pengelolaan Lingkungan Hidup jo. Pasal 1 angka 27 Peraturan Pemerintah Republik Indonesia
Nomor 101 Tahun 2014 tentang Pengelolaan Limbah Bahan Berbahaya Dan Beracun, kemudian
melakukan perusakan lingkungan hidup sebagaimana diatur dalam Pasal 1 angka 16 Undang-
Undang Republik Indonesia Nomor 32 Tahun 2009 Tentang Perlindungan Dan Pengelolaan
Lingkungan Hidup jo. Pasal 1 angka 29 Peraturan Pemerintah Nomor 101 Tahun 2014 tentang
Pengelolaan Limbah Bahan Berbahaya Dan Beracun yang menyebabkan kerusakan lingkungan
hidup sebagaimana diatur dalam Pasal 1 angka 17 Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2009 Tentang
Perlindungan Dan Pengelolaan Lingkungan Hidup jo. Pasal 1 angka 27 Peraturan Pemerintah
Republik Indonesia Nomor 101 Tahun 2014 tentang Pengelolaan Limbah Bahan Berbahaya Dan
Beracun.
Dalam hal ini, rusaknya lingkungan mempengaruhi taraf hidup manusia. Untuk mengurangi
kerusakan lingkungan, pemerintah membuat upaya yang disebut PPLH, PPLH adalah upaya
melestarikan lingkungan hidup. Kepanjangan PPLH adalah Perlindungan dan Pengelolaan
Lingkungan Hidup yang dilakukan oleh pemerintah berdasarkan perundang-undangan.Salah satu
upaya melestarikan lingkungan hidup ini ialah menjaga keselamatan, kesehatan, dan kehidupan
manusia. Mengingat kerusakan lingkungan memiliki dampak yang signifikan dengan manusia,

6
seperti banjir, tercemarnya air, hingga udara.
Sebagaimana yang telah diketahui, PPLH adalah upaya melestarikan lingkungan hidup.
Selaras dengan UU no 32 tahun 2009 ayat 2, PPLH adalah upaya sistematis dan terpadu yang
dilakukan untuk melestarikan fungsi lingkungan hidup dan mencegah terjadinya pencemaran
dan/atau kerusakan lingkungan hidup yang meliputi perencanaan, pemanfaatan, pengendalian,
pemeliharaan, pengawasan, dan penegakan hukum. Adanya PPLH sebagai langkah untuk
mencegah terjadinya kerusakan lingkungan. Di mana pencemaran lingkungan hidup sangat
merugikan keseimbangan ekosistem alam dan manusia. Pencemaran lingkungan hidup sendiri
merupakan perubahan sifat fisik, kimia, hingga melampaui baku mutu lingkungan yang telah
ditetapkan.
PPLH adalah Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan Hidup yang memiliki tujuan di
antaranya:

1. Melindungi wilayah Negara Kesatuan Republik Indonesia dari pencemaran


dan/atau kerusakan lingkungan hidup.
2. Menjamin terpenuhinya keadilan generasi masa kini dan generasi masa depan;
3. Menjamin pemenuhan dan perlindungan hak atas lingkungan hidup sebagai
bagian dari hak asasi manusia.
4. Menjamin keselamatan, kesehatan, dan kehidupan manusia.
5. Menjamin kelangsungan kehidupan makhluk hidup dan kelestarian ekosistem.
6. Menjaga kelestarian fungsi lingkungan hidup.
7. Mencapai keserasian, keselarasan, dan keseimbangan lingkungan hidup.
8. Mengendalikan pemanfaatan sumber daya alam secara bijaksana.
9. Mewujudkan pembangunan berkelanjutan.
10. Mengantisipasi isu lingkungan global

C. KESIMPULAN

Lingkungan hidup yang serasi dan seimbang sangat diperlukan sebagai penentu kehidupan
suatu bangsa. Kelestarian lingkungan dipengaruhi oleh lingkungan yang didominasi dengan
struktur buatan manusia yang merupakan lingkungan binaan. Pada Pasal 54 Undang-Undang
Republik Indonesia Nomor 32 Tahun 2009 tentang Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan

7
Hidup, adalah pasal yang mengatur mengenai Pemulihan. pencemar atau perusak lingkungan
hidup adalah setiap orang yakni orang perseorangan atau badan usaha, baik yang berbadan hukum
maupun yang tidak rusaknya lingkungan mempengaruhi taraf hidup manusia. Untuk mengurangi
kerusakan lingkungan, pemerintah membuat upaya yang disebut PPLH, PPLH adalah upaya
melestarikan lingkungan hidup. Kepanjangan PPLH adalah Perlindungan dan Pengelolaan
Lingkungan Hidup yang dilakukan oleh pemerintah berdasarkan perundang-undangan.Salah satu
upaya melestarikan lingkungan hidup ini ialah menjaga keselamatan, kesehatan, dan kehidupan
manusia. Mengingat kerusakan lingkungan memiliki dampak yang signifikan dengan manusia,

D. DAFTAR PUSTAKA

Buku – Buku:
- Ginting L, “Hak-hak Lingkungan Hidup Sebagai Hak Asasi Manusia”, Jurnal Hukum
Internasional, FHUI, Volume 2 No. 2 Januari 2005.
- N.H.T. Siahaan, Hukum Lingkungan, Cetakan Kedua, Edisi Revisi, Pancuran Alam,
Jakarta, 2008.
- Kollmuss, A., & Agyeman, J,2002, Mind the Gap: Why do people act environmentally and
what are the barriers to pro-environmental behavior?, Environmental Education Research
- Riana, T,2009, Hukum Lingkungan dalam Bidang Ilmu Hukum

Perundang – Undangan:

- Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 32 Tahun 2009 Tentang Perlindungan Dan


Pengelolaan Lingkungan Hidup
- Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 101 Tahun 2014 tentang Pengelolaan
Limbah Bahan Berbahaya Dan Beracun

Anda mungkin juga menyukai