Anda di halaman 1dari 19

RUANG LINGKUP (Pasal 4 UU 32/2009 PPLH)

Perlindungan dan pengelolaan lingkungan


hidup meliputi:
a. perencanaan
b. pemanfaatan
c. pengendalian
d. pemeliharaan
e. pengawasan, dan
f. penegakan hukum
PERENCANAAN Perencanaan perlindungan dan pengelolaan
(Pasal 5 UU PPLH) lingkungan hidup dilaksanakan melalui
tahapan:
a. inventarisasi lingkungan
b. penetapan wilayah ekoregion, dan

c. penyusunan RPPLH
Inventarisasi lingkungan hidup dilaksanakan untuk
memperoleh data dan informasi mengenai sumber
daya alam yang meliputi:
a. potensi dan ketersediaan
b. jenis yang dimanfaatkan
c. bentuk penguasaan
d. pengetahuan pengelolaan
e. bentuk kerusakan, dan
f. konflik dan penyebab konflik yang timbul akibat
pengelolaan
Penyusunan Penyusunan RPPLH memperhatikan:
RPPLH a. keragaman karakter dan fungsi ekologis;

b. sebaran penduduk;
c. sebaran potensi sumber daya alam;

d. kearifan lokal;
e. aspirasi masyarakat; dan
f. perubahan iklim.
PEMANFAATAN Pemanfaatan sumber daya alam dilakukan
(Pasal 12 UU berdasarkan RPPLH.
PPLH)
PENGENDALIAN Pengendalian pencemaran dan/atau
(Pasal 13 UU kerusakan lingkungan hidup meliputi:
PPLH) a. pencegahan
b. penanggulangan, dan

c. pemulihan
Pencegahan Instrumen pencegahan pencemaran dan/atau
(Pasal 14 UU kerusakan lingkungan hidup terdiri atas:
PPLH) a. KLHS
b. tata Ruang
c. baku mutu lingkungan
d. Kriteria baku kerusakan
e. Amdal
f. UKL – UPL
g. Perizinan
h. Instrumen ekonomi lingkungan hidup
i. Peraturan perundang-undangan berbasis lingkungan hidup

j. Anggaran berbasis lingkungan


k. Analisis resiko lingkungan hidup;
l. Audit lingkungan hidup
m. Instrumen lain sesuai kebutuhan dan/atau perkembangan
ilmu pengetahuan
KLHS m em uat kajian antar a lain:

KLHS a. kapasitas daya dukung dan daya


(Pasal 16 UU tampung lingkungan hidup untuk
PPLH) pembangunan;
b. perkiraan mengenai dampak dan risiko
lingkungan hidup;
c. kinerja layanan/jasa ekosistem;
d. efisiensi pemanfaatan sumber daya
alam;
e. tingkat kerentanan dan kapasitas
adaptasi terhadap perubahan iklim; dan

f. tingkat ketahanan dan potensi


keanekaragaman hayati.
KLHS KLHS memuat kajian antara lain:
(Pasal 16 a. kapasitas daya dukung dan daya
UU PPLH) tampung lingkungan hidup untuk
pembangunan;
b. perkiraan mengenai dampak dan risiko
lingkungan hidup;
c. kinerja layanan/jasa ekosistem;
d. efisiensi pemanfaatan sumber daya alam;
e. tingkat kerentanan dan kapasitas
adaptasi terhadap perubahan iklim; dan
f. tingkat ketahanan dan potensi
keanekaragaman hayati.
Tata Ruang Untuk menjaga kelestarian fungsi
(Pasal 19, lingkungan hidup dan keselamatan
Ayat (1) UU masyarakat, setiap perencanaan tata
PPLH) ruang wilayah wajib didasarkan pada
KLHS.

Tata Ruang Perencanaan tata ruang wilayah


(Pasal 19, ayat sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
(2) UU PPLH) ditetapkan dengan memperhatikan
daya dukung dan daya tampung
lingkungan hidup.
Baku m utu lingkungan hidup m eliputi:

Baku Mutu a. baku mutu air;


Lingkungan b. baku mutu air limbah;
Hidup c. baku mutu air laut;
(Pasal 20, d. baku mutu udara ambien;
ayat (2) UU e. baku mutu emisi;
PPLH) f. baku mutu gangguan; dan
g. baku mutu lain sesuai dengan
perkembangan ilmu pengetahuan
dan teknologi.
Kr iter ia usaha dan/atau kegiatan yang ber dam pak penting yang wajib dilengkapi dengan am dal ter dir i atas:

AMDAL c. proses dan kegiatan yang secara


(Pasal 23 potensial dapat menimbulkan
ayat (1) pencemaran dan/atau kerusakan
UU PPLH) lingkungan hidup serta
pemborosan dan kemerosotan
sumber daya alam dalam
pemanfaatannya;
AMDAL Kriteria usaha dan/atau kegiatan yang berdampak
(Pasal penting yang wajib dilengkapi dengan amdal terdiri
23 ayat atas:
(1) UU c. proses dan kegiatan yang secara potensial dapat
PPLH) menimbulkan pencemaran dan/atau kerusakan
lingkungan hidup serta pemborosan dan
kemerosotan sumber daya alam dalam
pemanfaatannya;
d. proses dan kegiatan yang hasilnya dapat
mempengaruhi lingkungan alam, lingkungan
buatan, serta lingkungan sosial dan budaya;
e. proses dan kegiatan yang hasilnya akan
mempengaruhi pelestarian kawasan konservasi
sumber daya alam dan/atau perlindungan cagar
budaya;
UKL – UPL Setiap usaha dan/atau kegiatan yang tidak
(Pasal 34 ayat termasuk dalam kriteria wajib amdal wajib
(1) UU PPLH) memiliki UKLUPL.
UKL – UPL Usaha dan/atau kegiatan yang tidak wajib
Pasal 35 UU dilengkapi UKL-UPL wajib membuat surat
PPLH) pernyataan kesanggupan pengelolaan dan
pemantauan lingkungan hidup.
PERIZINAN Setiap usaha dan/atau kegiatan yang
Pasal 36 ayat wajib memiliki amdal atau UKL-UPL wajib
(1) UU PPLH memiliki izin lingkungan.
PERIZINAN Izin lingkungan sebagaimana dimaksud
Pasal 36 ayat pada ayat (1) wajib mencantumkan
(3) UU PPLH persyaratan yang dimuat dalam
keputusan kelayakan lingkungan hidup
atau rekomendasi UKL-UPL.
PENGAWASAN Menteri, gubernur, atau bupati/walikota
(Pasal 71 ayat (1) sesuai dengan kewenangannya wajib
UU PPLH) melakukan pengawasan terhadap ketaatan
penanggung jawab usaha dan/atau
kegiatan atas ketentuan yang ditetapkan
dalam peraturan perundang-undangan di
bidang perlindungan dan pengelolaan
lingkungan hidup.
PENGAWASAN Menteri, gubernur, atau bupati/walikota
(Pasal 72 UU sesuai dengan kewenangannya wajib
PPLH) melakukan pengawasan ketaatan
penanggung jawab usaha dan/atau
kegiatan terhadap izin lingkungan.
PENEGAKAN HUKUM
PEMBUKTIAN (Pasal 96 UU PPLH)
Alat bukti yang sah dalam tuntutan tindak pidana
lingkungan hidup terdiri atas:
a. keterangan saksi;
b. keterangan ahli;
c. surat;
d. petunjuk;
e. keterangan terdakwa; dan/atau
f. alat bukti lain, termasuk alat bukti yang diatur
dalam peraturan perundangundangan.
PERATURAN PEMERINTAH NOMOR 82 TAHUN 2001 TENTANG PENGELOLAAN
KUALITAS AIR DAN PENGENDALIAN PENCEMARAN AIR

Baku Mutu Air, Pemantauan Kualitas Air, Dan Status Mutu Air
Pasal 13 ayat (1), Pemantauan kualitas air pada:
a. sumber air yang berada dalam wilayah Kabupaten/Kota dilaksanakan oleh
Pemerintah Kabupaten/Kota.
b. sumber air yang berada dalam dua atau lebih daerah Kabupaten/Kota
dalam satu propinsi dikoordinasikan oleh pemerintah propinsi dan
dilaksanakan oleh masing-masing Pemerintah Kabupaten/Kota.
c. sumber air yang berada dalam dua atau lebih daerah propinsi dan atau
sumber air yang merupakan lintas batas negara kewenangan
pemantauannya berada pada pemerintah.

Pasal 13 ayat (2), Pemerintah dapat menugaskan Pemerintah Propinsi yang bersangkutan untuk
melakukan pemantauan kualitas air pada sumber air sebagaimana dimaksud
dalam ayat (1) huruf c.
Pasal 13 ayat (3), Pemantauan kualitas air sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) dilakukan
sekurang-kurangnya 6 (enam) bulan sekali.
Pasal 13 ayat (4), Hasil pemantauan sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) huruf a dan huruf b,
disampaikan kepada Menteri.
PERATURAN PEMERINTAH NOMOR 41 TAHUN 1999 TENTANG
PENGENDALIAN PENCEMARAN UDARA
Status Mutu Udara Ambien

Pasal 6 ayat (1) Status mutu udara ambien ditetapkan berdasarkan


inventarisasi dan /atau penelitian terhadap mutu
udara ambien, potensi sumber pencemar udara, kondisi
meteorologis dan geografis, serta tata guna tanah.
Pasal 6 ayat (2) Instansi yang bertanggung jawab di bidang pengendalian
dampak lingkungan daerah melakukan kegiatan
inventarisasi dan/atau penelitian sebagaimana dimaksud
pada ayat (1).
Pasal 6 ayat (3) Gubernur menetapkan status mutu udara ambien daerah
berdasarkan hasil inventarisasi sebagaimana dimaksud
pada ayat (2).

Anda mungkin juga menyukai