Anda di halaman 1dari 9

TUGAS ANALISA MENGENAI DAMPAK LINGKUNGAN

“INSTRUMEN PENGELOLAAN LINGKUNGAN SEKOLAH”

Disusun Oleh Kelompok 1 :

M Wildan Habibie 2314222001


M Alfin Rizka Alhadi 2214222001
Aldi Firmansyah 2014221007
Alief Fahmi Diansyah 2014221018
Budi Pamungkas 2014221019
I.PENDAHULUAN
Persoalan lingkungan adalah persoalan yang sangat komplek. Kompleksitas persoalan
lingkungan memerlukan penyelesaian dari berbagai disiplin ilmu. Masalah lingkungan dapat
ditinjau dari aspek medik, planalogis, teknologis, teknik lingkungan, ekonomi dan hukum. 1 Daud
Silalahi mengungkapkan: pemecahan masalah hukum dalam pembangunan tidak dapat lagi
dilakukan dengan pendekatan suatu disiplin ilmu saja (monodisipliner) yang bebas dari pengaruh
ilmu-ilmu lain. Oleh karena itu, penguasaan hukum yang mengatur lingkungan dalam
pembangunan mengharuskan kita menguasai pula ilmu-ilmu yang relevan, misalnya ekonomi,
sosial-budaya, planalogi, hidrologi, kimia, dan biologi. 2
Munadjat Danusaputro menyatakan salah satu alat yang kuat dan ampuh dalam melindungi
lingkungan hidup adalah hukum yang mengatur perlindungan lingkungan hidup.3 Hukum yang
dimaksud adalah hukum lingkungan ( environmental law atau milieurecht). Hukum lingkungan
adalah instrumentarium yuridis bagi pengelolaan lingkungan.4
Peranan hukum lingkungan dalam rangka pencegahan dan penanggulangan pencemaran
dan/atau perusakan lingkungan terutama mengatur kegiatan-kegiatan yang mempunyai dampak
negatif terhadap lingkungan 5 dan menuangkan kebijakan lingkungan dalam peraturan perundang-
undangan lingkungan 6 .
Peraturan perundang-undangan lingkungan yang sekarang berlaku adalah Undang-Undang
No.32 Tahun 2009 tentang Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan Hidup (UUPPLH) yang
mengantikan berlakunya Undang-Undang No.23 Tahun 1997 tentang Pengelolaan Lingkungan
Hidup (UUPLH).
Dalam rangka pencegahan dan penanggulangan masalah-masalah lingkungan, hukum
lingkungan memiliki kedudukan istimewa seperti dijelaskan Siti Sundari Rangkuti sebagai berikut:
Hukum lingkungan merupakan bagian hukum administrasi. Namun disamping itu, hukum
lingkungan mengandung pula aspek hukum perdata, pidana, pajak, internasional serta tata ruang,
sehingga tidak dapat digolongkan kedalam pembidangan hukum klasik. Hukum lingkungan
memiliki sifat terobosan dari mata kuliah-mata kuliah hukum tradisional, sehingga digolongkan
kedalam mata kuliah hukum fungsional. Dengan demikian, dari segi substansi, pembidangan
hukum lingkungan terdiri atas: hukum lingkungan administratif, hukum lingkungan keperdataan,
hukum lingkungan kepidanaan, hukum lingkungan perpajakan, hukum lingkungan internasional
yang berkembang menjadi disiplin ilmu hukum tersendiri serta hukum penataan ruang. 7
Hukum lingkungan sebagai bagian hukum fungsional (“millieurecht als functioneel vak”)
telah memberikan kerangka hukum (“legal framework”) pengelolaan lingkungan dari aspek:
legislasi, institusi, instrumentasi, dan penegakan hukum lingkungan 8 dalam rangka keberhasilan
pengelolaan lingkungan di Indonesia.
Dari aspek instrumentasi, hukum lingkungan sebagai bagian hukum fungsional telah
menyediakan instrumen-instrumen hukum lingkungan yang berfungsi sebagai sarana pencegahan
pencemaran lingkungan, yaitu: baku mutu lingkungan, analisis mengenai dampak lingkungan
hidup, izin lingkungan, instrumen ekonomik dan audit lingkungan.9 Di negara-negara maju,
penuangan instrumen hukum lingkungan merupakan salah satu kunci keberhasilan pengelolaan
lingkungan. 10

II. INSTRUMEN HUKUM LINGKUNGAN SARANA PENCEGAHAN PENCEMARAN


LINGKUNGAN
Baku Mutu Lingkungan
Baku mutu lingkungan adalah ukuran batas atau kadar makhluk hidup, zat, energi, atau
komponen yang harus ada dan/atau unsur pencemar yang ditenggang keberadaannya dalam suatu
sumber daya tertentu sebagai unsur lingkungan hidup (Pasal 1 angka 11 UUPLH). Menurut
UUPPLH baku mutu lingkungan adalah ukuran batas atau kadar makhluk hidup, zat, energi, atau
komponen yang ada atau harus ada dan /atau unsure pencemar yang ditenggang keberadaannya
dalam suatu sumber daya tertentu sebagai unsur lingkungan hidup (Pasal 1 angka 13 UUPPLH).
Baku mutu lingkungan diperlukan untuk memberikan pedoman terhadap pengelolaan lingkungan
sebagai upaya pencegahan dan penanggulangan pencemaran lingkungan secara kongkrit.11
Dari segi yuridis fungsi baku mutu lingkungan dalam pengelolaan lingkungan adalah
menentukan ada atau tidak ada pencemaran lingkungan berdasarkan pengertian pencemaran
lingkungan menurut UUPLH. Pencemaran lingkungan adalah masuknya atau dimasukkannya
makhluk hidup, zat, energi, dan atau komponen lain kedalam lingkungan hidup oleh kegiatan
manusia sehingga kualitasnya turun sampai ketingkat tertentu yang menyebabkan lingkungan
hidup tidak dapat berfungsi sesuai peruntukkannya (Pasal 1 angka 12 UUPLH). Berdasarkan
ketentuan Pasal 20 ayat (1) UUPPLH dinyatakan secara tegas bahwa penentuan terjadinya
pencemaran lingkungan diukur melalui baku mutu lingkungan hidup.
Baku mutu lingkungan terdiri atas baku mutu ambien dan baku mutu limbah cair atau baku
mutu emisi. 12 Baku mutu ambien berfungsi menentukan atau mengukur telah terjadinya
perubahan kualitas lingkungan. Baku mutu ambien memuat kualitas komponen lingkungan atau
bagian tertentu dari lingkungan, misalnya badan air sebuah daerah aliran sungai, danau, laut dan
kawasan udara tertentu. Baku mutu limbah cair atau baku mutu emisi yang berasal dari kegiatan
atau sumber pencemar individual. 13
Pada waktu berlakunya UUPLH baku mutu lingkungan dasar hukumnya tertuang dalam
Pasal 14 UUPLH:
(1) Untuk menjamin pelestarian fungsi lingkungan hidup, setiap usaha dan/atau kegiatan dilarang
melanggar baku mutu dan criteria baku kerusakan lingkungan.
(2) Ketentuan mengenai baku mutu lingkungan hidup, pencegahan dan penanggulangan
pencemaran serta pemulihan daya tampungnya diatur dengan peraturan pemerintah.
(3) Ketentuan mengenai kriteria baku kerusakan lingkungan hidup, pencegahan dan
penanggulangan kerusakan serta pemulihan daya dukungnya diatur dengan peraturan pemerintah.
Ketentuan Pasal 14 ayat (2) UUPLH yang menghendaki baku mutu lingkungan diatur
dalam peraturan pemerintah berarti mempersulit mengubah baku mutu lingkungan dan akhirnya
baku mutu lingkungan bersifat kaku dan sulit ditinjau atau dikoreksi. Peraturan perundang-
undangan tentang baku mutu lingkungan relevansinya memang terbatas waktunya, sehingga pada
waktu tertentu perlu ditinjau dan disesuaikan kembali. Hal ini mengingat tata gunanya disamping
kemungkinan perubahan keadaan lingkungan setempet serta perbedaan teknologi. 14
Dengan berlakunya UUPPLH baku mutu lingkungan diatur dalam Pasal 20 yang terdiri
atas 5 ayat. Menurut Pasal 20 ayat (2) UUPPLH baku mutu lingkungan meliputi:
a. Baku mutu air;
b. Baku mutu air limbah;
c. Baku mutu air laut;
d. Baku mutu udara ambien;
e. Baku mutu emisi;
f. Baku mutu gangguan; dan
g. Baku mutu lain sesuai dengan perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi.
Selanjutnya Pasal 20 ayat (4) menyatakan bahwa baku mutu lingkungan sebagaimana
dimaksud pada ayat (2) huruf a, huruf c, huruf d, dan huruf g diatur dalam Peraturan Pemerintah.
Ketentuan lebih lanjut mengenai baku mutu lingkungan sebagaimana dimaksud pada ayat (2) huruf
b, huruf e, dan huruf f diatur dalam peraturan menteri (Pasal 20 ayat 5).
Ketentuan Pasal 20 ayat (4) UUPPLH mengulangi kembali rumusan Pasal 14 ayat (3) yang
menyatakan bahwa baku mutu lingkungan harus diatur lebih lanjut dengan peraturan pemerintah.
Dengan diaturnya baku mutu lingkungan dalam peratturan pemerintah justru akan membuat
peraturan perundang-undangan tentang baku mutu lingkungan akan menjadi kaku dan sulit untuk
diubah atau dikoreksi.
Berbeda dengan UUPLH, dalam UUPPLH ditentukan jenis-jenis baku mutu lingkungan
secara spesifik meskipun tetap mengakui baku mutu lingkungan sesuai dengan perkembangan ilmu
pengetahun dan teknologi. Yang berbeda lagi UUPPLH mengelompokkan dua kelompok baku
mutu lingkungan yang harus diatur oleh peraturan pemerintah dan kelompok baku mutu
lingkungan yang harus diatur dalam peraturan menteri. Meskipun demikian UUPPLH tidak
memberikan penjelasan mengapa pengaturan tentang baku mutu lingkungan harus dibedakan. 2.
Analisis Mengenai Dampak Lingkungan AMDAL adalah instrumen hukum lingkungan yang
berfungsi untuk mencegah pencemaran lingkungan. Dengan diberlakukannya UUPPLH dasar
hukum AMDAL tertuang dalam ketentuan Pasal 20 sampai dengan Pasal 33. Menurut Pasal 20
ayat (1) UUPPLH mewajibkan setiap usaha dan/atau kegiatan yang berdampak penting terhadap
lingkungan hidup wajib memiliki AMDAL. Oleh Pasal 20 ayat (2) UUPPLH kriteria dampak
penting ditentukan sebagai berikut
a. Besarnya jumlah penduduk yang akan terkena dampak rencana usaha dan/atau kegiatan;
b. Luas wilayah penyebaran dampak;
c. Intensitas berlangsung, dan lamanya dampak;
d. Banyaknya komponen lingkungan lain yang akan terkena dampak;
e. Sifat kumulatig dampak;
f. Berbalik atau dan /atau tidak berbaliknya dampak;
g. Kriteria lain perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi
Selanjutnya kriteria usaha dan/atau kegiatan yang berdampak penting yang wajib dilengkapi
dengan AMDAL telah ditentukan oleh Pasal 23 ayat (1) sebagai berikut:
a. Pengubahan bentuk lahan dan bentang alam;
b. Eksploitasi sumber daya alam, baik yang terbarukan maupun yang tidak terbarukan;
c. Proses dan kegiatan yang secara potensial dapat menimbulkan pencemaran dan/atau kerusakan
lingkungan hidup serta pemborosan dan kemerosotan sumber daya alam dalam pemanfaatannya;
d. Proses dan kegiatan yang hasilnya dapat mempengaruhi lingkungan alam, lingkungan buatan,
serta lingkungan social dan budaya;
e. Proses dan kegiatan yang hasilnya akan mempengaruhi pelestarian kawasan konservasi sumber
daya alam dan/atau perlindungan cagar budaya;
f. Introduksi jenis tumbuh-tumbuhan, hewan, dan jasad renik;
g. Pembuatan dan penggunaan bahan hayati dan non hayati;
h. Kegiatan yang mempunyai risiko tinggi dan atau mempengaruhi pertahanan negara; dan atau
i. Penerapan teknologi yang diperkirakan mempunyai potensi besar untuk mempengaruhi
lingkungan hidup.
AMDAL adalah suatu kegiatan (studi) yang dilakukan untuk mengidentifikasi, memprediksi,
menginterprestasi dan mengkomunikasikan uatu rencana kegiatan (proyek) terhadap lingkungan.
15 Pasal 1 ayat (1) PP AMDAL merumuskan pengertian AMDAL, yakni: kajian mengenai dampak
besar dan penting suatu usaha atau kegiatan yang direncanakan pada lingkungan hidup, yang
diperlukan bagi proses pengambilan keputusan tentang penyelenggaraan usaha dan/atau kegiatan.
AMDAL adalah salah satu instrumen penting hukum lingkungan, AMDAL pada hakekatnya
merupakan upaya procedural guna melakukan pencegahan pencemaran lingkungan yang
terinternalisir dalam tata laksana perizinan lingkungan. 16
Secara teoritik, AMDAL adalah bagian dari prosedur perizinan lingkungan yang bertujuan untuk
mencegah pencemaran lingkungan melalui mekanisme administrasi. AMDAL merupakan
instrumen pengaman lingkungan yang perlu dimantapkan kedudukannya dalam pelaksanaan
pembangunan nasional. Pentingnya AMDAL sebagai instrumen pencegahan pencemaran
lingkungan lingkungan juga tertuang dalam principle 17 Deklarasi Rio: environmental impact
assessment, as national instrument, shall be undertaken for proposed activities that are likely to
have a significant adverse impact on the environment and are subject to a decision of a competent
national authority.
3. Izin Lingkungan Salah satu instrumen hukum kebijaksanaan lingkungan yang berfungsi sebagai
sarana pencegahan pencemaran lingkungan adalah izin lingkungan. Siti Sundari Rangkuti17
mengungkapkan: jenis perizinan yang umumnya mengenai kegiatan kegiatan yang mempunyai
dampak penting terhadap lingkungan dikenal dengan istilah izin lingkungan (environmental
licence atau milieuvergunning).
Perizinan merupakan kategori penting keputusan-keputusan dalam rangka ketentuan-ketentuan
larangan dan/atau keputusan-keputusan perintah. Sistemnya adalah bahwa undang-undang
melarang suatu tindakan tertentu atau tindakan –tindakan tertentu yang saling berhubungan.
Larangan ini tidak dimaksudkan secara mutlak, namun untuk dapat bertindak dan mengendalikan
masyarakat dengan cara mengeluarkan izin. 18 The basic idea of permit system is that the law
explicity forbid a certain activity, and subsequently rules that this activity is only allowed when
competen authority has issued permit. 19
Dengan demikian, dengan sistem perizinan: pada dasarnya sesuatu adalah dilarang kecuali dengan
izin. Sebagaimana diungkapkan Siti Sundari Rangkuti: Untuk mendirikan instalasi (inrichting)
yang dapat menimbulkan gangguan atau pencemaran lingkungan dipergunakan izin lingkungan,
karena pada dasarnya: “dilarang, kecuali dengan izin”, yang berarti pemrakarsa.
Salah Satu Contoh Instrumen Pengelolaan Lingkungan Di Sekolah
Afnilaswati, S. Psi. I
( GURU BK SMPN 13 SIJUNJUNG )
Pengelolaan sanitasi di sekolah dasar sangat urgen dalam menunjang proses belajar mengajar dan
proses pertumbuhan serta perkembangan siswa. Sanitasi sangat erat kaitannya dengan lingkungan
sekolah. Lingkungan sekolah dapat mempengaruhi proses belajar mengajar dan juga kesehatan
warga sekolah. Sanitasi yang tidak dikelola dengan baik di sekolah bisa menyebabkan proses
pembelajaran terganggu. Pengelolaan sanitasi di sekolah dasar adalah tanggung jawab seluruh
warga sekolah, oleh karena itu dalam pengelolaan sanitasi melibatkan seluruh warga sekolah. Ada
beberapa sanitasi yang perlu pengelolaan dengan baik, yang sangat menjadi perhatian penulis
adalah penyediaan air bersih. air bersih sangat dibutuhkan pada suatu sekolah, baik sekolah kecil
(warganya sedikit apalagi sekolah besar yang warganya banyak). Jika air bersih tidak mencupi di
suatu sekolah apalagi tidak tersedia, tentu warga sekolah bisa terserang penyakit karena tangan
siswa akan kotor ketika memakan sesuatu, atau jika siswa punya hajat BAB/BAK tentu tidak akan
di siram, andai itu terjadi tentu saja aromanya akan mengganggu kosentrasi siswa yang sedang
belajar apalagi WCnya itu dekat dengan ruang kelas. Setiap ruangan yang ada di sekolah harus
dilengkapi dengan tempat cuci tangan, ember penampung air cucian, sabun dan juga lap tangan,
supaya tangan siswa terbiasa dalam keadaan bersih. Untuk mendapatkan air bersih bisa dengan
cara memasukan air PDAM kesekolah jika tersedia, jika tidak tersedia bisa dengan menggali
sumur. Untuk pengelolaannya supaya air tersedia dan mencukupi setiap harinya bisa menunjuk
petugas khusus dan juga tentunya dengan melibatkan seluruh siswa. Dengan cara mengatur piket
per kelas. Ini dilakukan supaya setiap siswa punya rasa tanggung jawab dan rasa membutuhkan
sehingga siswa bisa mempergunakan air seperlunya tanpa harus terbuang percuma.
Sanitasi kedua yang jadi perhatian di sekolah adalah ketersediaan WC yang mencukupi sesuai
denga rasio siswa. Perbandingannya siswa PR 1 WC untuk 25 siswi dan untuk laki-laki 1WC untuk
40 siswa. Selain WC siswa juga difasilitasi dengan tempat berwudhuk yang memadai dan juga
bersih, serta tempat ibadah yang mencukupi bagi seluruh warga sekolah. Disamping ketersediaan
WC mencukupi bagi seluruh warga sekolah, kebersihannyapun juga menjadi hal yang sangat
penting, agar semua siswa nyaman menggunakannya. Untuk itu sekolah seharusnya juga
melibatkan siswa dalam menjaga kebersihannya, dengan cara membuat daftar piket WC dan
tempat berudhuk setiap harinya, yang tugasnya memastikan WC dan tempat berwudhuk dalam
keadaan bersih pada waktu mereka piket. Kalau masing masing siswa diberi tugas dan tanggung
jawab tentu siswa akan terbiasa untuk memelihara kebersihan itu apalagi di sekolah dasar. Dari
kecil sudah di ajarkan bertanggung jawab, maka besarnya akan terbiasa, seperti pepatah minang
ketek taraja-raja, gadang tabaok-baok, la tuo tarubah tido.
Selanjutnya yang harus menjadi perhatian dalam pengelolaan sanitasi di sekolah dasar adalah
sampah. Tempat sampah yang terpisah bisa memudahkan pengelolaannya. Ada banyak hal yang
dapat dilakukan untuk pengelolaan sampah tersebut diantaranya : kalau sampahnya berupa sisa
makanan bisa di masukkan ke biofori. Gunanya untuk merangsang hadirnya cacing dan membuat
tanah subur. Sampah yang berupa daun-daunan dapat di buat pupuk kompos yang bisa di
manfaatkan sekolah untuk pupuk tanaman yang ada di sekolah. Jika komposnya banyak maka bisa
dijual dan mendapatkan uang, uang tersebut dapat digunakan untuk kepentingan bersama. Kalau
sampah yang bisa di daur ulang, maka bisa di jadikan sebuah karya yang berguna dan juga dapat
dijual untuk menghasilkan uang. Supaya sampah terolah dengan baik dan siswa peduli dengan
lingkungan dirikanlah bank sampah. Petugasnya terdiri dari guru dan siswa. Petugas bank sampah
akan mengelompokkan sampah tersebut. Mana sampah yang bisa jadi karya ( daur ulang ), sampah
untuk kompos atau yang berupa kaleng minumam yang bisa langsung di jual. Supaya bank
sampah bisa terkendali dengan baik maka, untuk memudahkan pengelolaannya harus dibuatkan
daftar piket serta jadwal kelas menabung. Masing-masing kelas akan berlomba untuk menabung
dan meningkatkan tabungannya. Uang tabungan dari hasil penjualan sampah setiap kelas juga bisa
digunakan oleh warga kelas masing masing untuk kepentingan bersama. Jika semua warga
menganggap sampah itu seluruhnya bisa berguna bahkan dapat menghasilkan uang maka tidak
akan ada yang namanya lingkungan yang kotor, tidak ada lagi sampah yang berserakan sehingga
akan tercipta lingkungan yang bersih dan nyaman. Oleh karena itu sekolah harus kontiniu
melakukan sosialisasi tentang pengelolaan sampah ini, supaya seruruh siswa selalu di ingatkan
yang pada akhirnya akan menjadi kebiasaan. Sehingga mereka tidak hanya melakukan pengelolaan
sampah di sekolah tetapi juga diterapkan dirumah, bahkan dilingkungan tempat tinggal masing-
masing.
Selanjutnya sanitasi yang harus dilakukan pengelolaanya di sekolah adalah sarana pembuangan air
limbah. Tempat pembuangan air limbah ini harus tertutup jangan sampai mengeluarkan bau yang
tidak sedap yang akan mengganggu kenyamanan warga sekolah, apalagi sampai tergenang tentu
akan menjadi tempat bersarangnya tikus, yang akan memancing datangnya penyakit, untuk itu
maka buatlah IPAL yaitu ( Instalasi Pembuangan Air Limbah ). Sama halnya air limbah, limbah
kantin pun juga harus dibuatkan tempatnya yang tertutup. Supaya air bekas cuci piring tidak
tergenang, maka musti di alirkan melalui pipa yang langsung masuk ke dalam tanah yang sudah
dilubangi.
Disamping yang sudah penulis paparkan di atas hal yang penting juga dalam pengelolaan sanitasi
yaitu drainase. Drainase harus selalu kering dan bebas dari genangan air, supaya tidak bersarang
nyamuk, yang akan menjadi sumber penyakit, maka air hujan juga di alirkan ke tempat yang
tertutup. Minsalnya dengan membuat sumur resapan. Sumur resapan juga bisa dimanfaatkan
airnya, untuk persediaan air bagi tanaman yang ada disekelilingnya ketika musim kemarau.
Di samping penyediaan air bersih, ketersediaan WC yang mencukupi dan tempat berwudhuk yang
bersih, pengelolaan sampah yang baik, pengelolaan air limbah , dan juga drainase yang selalu
dalam keadaan kering, maka kantin sekolah pun juga harus menjadi perhatian di sekolah. Untuk
itu setiap seminggu harus dilakukan monitoring kantin, dengan membentuk tim monitoring yang
terdiri dari guru dan siswa. Banyak hal yang musti di monitoring berkenaan dengan kebersihan
kantin, seperti kelengkapan alat kebersihan, ketersediaan tempat sampah yang terpisah dan
tertutup, ketersediaan alat suci piring yang musti menggunakan air bersih dan mengalir serta
ketersediaan air cuci tangan dan lap tangan. Menu makanan juga harus menjadi perhatian,
makanan yang tersedia di kantin sekolah harus ber gizi, tidak memakai bahan berbahaya dan
pewarna makanan yang terlarang. Makanan harus terbungkus dan tertutup. Kantin sekolah sangat
terlarang menjual makanan pabrikan. Disamping itu petugas kantinpun harus berpakaian bersih
dan rapi memakai tutup kepala dan cilemek. Melailui monitoring kantin ini diharapkan kantin
selalu dalam keadaan bersih serta menyediakan makanan yang sehat dan mencukupi bagi seluruh
warga sekolah.
Jika di sekolah dasar, pengelolaan sanitasinya sudah baik, seperti yang penulis paparkan
sebelumnya, maka lingkungan sekolah akan senantiasa dalam keadaan bersih, bukankah
kebersihan itu sebahagian dari iman, sebagaimana hadis nabi annazhofatu minal
iman (kebersihan itu sebagian dari iman), maka sudah menjadi kewajiban kita sebagai insan yang
beriman untuk selalu berprilaku hidup bersih dimana saja, kapan saja, apalagi di sekolah tempat
menuntut ilmu untuk bekal hidup dunia dan akhirat.
Dengan adanya pengelolaan sanitasi di sekolah dasar diharapkan mutu sekolah dasar akan
meningkat karena sebagian hal yang membuat proses belajar tergaganggu sudah bisa teratasi,
sehingga proses pembelajaran akan berjalan dengan efektif, efesien dan lanca

Anda mungkin juga menyukai