Anda di halaman 1dari 25

MODUL [KEBIJAKAN PERATURAN]

BAB I.

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Secara sederhana, ilmu ekologi diartikan sebagai ilmu yang


mempelajari ekosistem. Kata ekologi bersal dari Oikos yang berarti
rumah atau tempat tinggal dan logos berarti ilmu. Pertama kali kata
ekologi diperkenalkan oleh Ernst Haecckel (1866) dengan pengertian:
Ekologi adalah disiplin ilmu yang mempelajari seluk beluk ekonomi
alam, sesuatu kajian mengenai hubungan anorganik serta lingkungan
organik di sekitarnya yang kemudian pengertian ini diperluas, menjadi
kajian mengenai hubungan timbal balik antara makhluk hidup dengan
lingkungannya. Secara rinci, ia juga bisa diartikan sebagai sebuah studi
terhadap hubungan timbal balik di antara organisme dengan organisme
lainnya serta benda-benda mati yang ada di sekitarnya. Ekologi sering
disebut sebagai ilmu dasar lingkungan. Berdasarkan pengertian tadi,
sebenarnya Ekologi meliputi studi tentang populasi tanaman dan
binatang, tanaman dan komunitas hewan dan ekosistem.
Ekosistem menggambarkan web atau jaringan hubungan antara
organisme pada skala yang berbeda organisasi. Pemenuhan
kebutuhan manusia dapat terpenuhi karena adanya pemanfaatan
lingkungan yang berbentuk pengelolaan lingkungan hidup. Melalui
pengelolaan lingkungan hidup, terjadi hubungan timbal balik antara
lingkungan biofisik dengan lingkungan sosial. Ini berarti sudah berkaitan
dengan konsep ekologi, terutama tentang konsep hubungan timbal
balik (inter-related) antara lingkungan biofisik dengan lingkungan sosial.
Dengan demikian apabila membicarakan lingkungan hidup, maka
konsep ekologi akan selalu terkait, sehingga permasalahan lingkungan
hidup adalah permasalahan ekologi. Pada makalah ini, kita akan
mebahas mengenai dasar-dasar ekologi yang mencakup pembagian

Puslitbang LH LP2M Universitas Hasanuddin Page 1


MODUL [KEBIJAKAN PERATURAN]

ekologi, prinsip-prinsip ekologi, serta bagian-bagian dari ekosistem


yang merupakan kajian utama dari ilmu ekologi..

1.2. Deskripsi Singkat


Modul ini membatasi pada topik persoalan yang menyangkut
Dasar-Dasar Ekologi terutama terkait dengan Lingkungan. Adapun
ruang lingkup modul ini adalah pengertian ekologi dan ruang lingkup
ekologi, pemahaman tentang populasi, komunitas, dan ekosistem, serta
komponen-komponen ekosistem, rantai makanan dan jaringan
makanan dalam hubungan dengan aliran energi dan transfer energi,
macam-macam siklus biogeokimia, piramida dalam ekologi dan
perngertian suksesi ekologi dan contohnya.

1.3. Tujuan Pembelajaran


Setelah memepelajari modul ini peserta diharapkan :
 Peserta mengetahui terlebih dahulu bagaimana bagaimana sistem
yang dikembangkan dalam Undang-undang Nomor 32 Tahun 2009.
 Peserta dapat mengetahui kedudukan Amdal dan izin lingkungan
dalam Undang-undang Nomor 32 Tahun 2009 dan PP Nomor 27
Tahun 2012.
 Peserta dapat memahami peraturan perundang-undangan terkait
dengan izin lingkungan dan amdal secara umum.
 Peserta dapat menjelaskan mengenai keterkaitan antar undang-
undang dengan izin lingkungan dan Amdal.

Puslitbang LH LP2M Universitas Hasanuddin Page 2


MODUL [KEBIJAKAN PERATURAN]

BAB II.
KETENTUAN-KETENTUAN DALAM UU 32/2009 DAN UU SEKTOR DAN
PP YANG BERKAITAN DENGAN AMDAL

Undang-undang Nomor 32 Tahun 2009 tentang Perlindungan dan


Pengelolaan Lingkungan Hidup, telah diundangkan pada tanggal 3 Oktober
2009. Sebagai pengganti dari Undang-undang yang lama yaitu Undang-
undang Nomor 23 Tahun 1997, undang-undang yang baru ini mengatur
beberapa hal pokok diantaranya adalah:
a. keutuhan unsur-unsur pengelolaan lingkungan hidup;
b. kejelasan kewenangan antara pusat dan daerah;
c. penguatan pada upaya pengendalian lingkungan hidup;
d. penguatan instrumen pencegahan pencemaran dan/atau kerusakan
lingkungan hidup, yang meliputi instrumen kajian lingkungan hidup
strategis, tata ruang, baku mutu lingkungan hidup, kriteria baku
kerusakan lingkungan hidup, amdal, upaya pengelolaan lingkungan
hidup dan upaya pemantauan lingkungan hidup, perizinan, instrumen
ekonomi lingkungan hidup, peraturan perundang-undangan berbasis
lingkungan hidup, anggaran berbasis lingkungan hidup, analisis risiko
lingkungan hidup, dan instrumen lain yang sesuai dengan
perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi;
e. pendayagunaan perizinan sebagai instrumen pengendalian;
f. pendayagunaan pendekatan ekosistem;
g. kepastian dalam merespons dan mengantisipasi perkembangan
lingkungan global;
h. penguatan demokrasi lingkungan melalui akses informasi, akses
partisipasi, dan akses keadilan serta penguatan hak-hak masyarakat
dalam perlindungan dan pengelolaan lingkungan hidup;
i. penegakan hukum perdata, administrasi, dan pidana secara lebih jelas;
j. penguatan kelembagaan perlindungan dan pengelolaan lingkungan
hidup yang lebih efektif dan responsif; dan

Puslitbang LH LP2M Universitas Hasanuddin Page 3


MODUL [KEBIJAKAN PERATURAN]

k. penguatan kewenangan pejabat pengawas lingkungan hidup dan


penyidik pegawai negeri sipil lingkungan hidup.
Perlindungan dan pengelolaan lingkungan hidup dalam undang-
undang ini didasarkan pada 14 asas yang diatur dalam pasal 2. Sedangkan
tujuan diterbitkannya Undang-undang ini dicantumkan dalam pasal 3 yaitu :
a. melindungi wilayah Negara Kesatuan Republik Indonesia dari
pencemaran dan/atau kerusakan lingkungan hidup;
b. menjamin keselamatan, kesehatan, dan kehidupan manusia;
c. menjamin kelangsungan kehidupan makhluk hidup dan kelestarian
ekosistem;
d. menjaga kelestarian fungsi lingkungan hidup;
e. mencapai keserasian, keselarasan, dan keseimbangan lingkungan
hidup;
f. menjamin terpenuhinya keadilan generasi masa kini dan generasi masa
depan;
g. menjamin pemenuhan dan perlindungan hak atas lingkungan hidup
sebagai bagian dari hak asasi manusia;
h. mengendalikan pemanfaatan sumber daya alam secara bijaksana;
i. mewujudkan pembangunan berkelanjutan; dan
j. mengantisipasi isu lingkungan global.
Sedangkan ruang lingkup undang-undang ini tercantum dalam Pasal 4
yang menyebutkan adanya tindakan seperti melakukan :
a. perencanaan;
b. pemanfaatan;
c. pengendalian;
d. pemeliharaan;
e. pengawasan; dan
f. penegakan hukum.
Berkaitan dengan ketentuan mengenai Analisis Mengenai Dampak
Lingkungan (Amdal) sebagai salah satu instrumen pencegahan pencemaran

Puslitbang LH LP2M Universitas Hasanuddin Page 4


MODUL [KEBIJAKAN PERATURAN]

dan/atau perusakan lingkungan hidup seperti tercantum dalam Pasal 14 (e),


maka Amdal didefinisikan Pasal 1 butir 11 yang menyatakan :

“Analisis mengenai dampak lingkungan hidup, yang selanjutnya


disebut Amdal, adalah kajian mengenai dampak penting suatu usaha
dan/atau kegiatan yang direncanakan pada lingkungan hidup yang
diperlukan bagi proses pengambilan keputusan tentang penyelenggaraan
usaha dan/atau kegiatan.”

Dalam definis diatas, disebutkan bahwa pelaksanaan Amdal hanya


mengkaji pada kegiatan yang berdampak penting. Sedangkan kegiatan yang
tidak berdampak penting akan disusun Upaya Pengelolaan Lingkungan dan
Upaya Pemanatauan Lingkungan (UKL dan UPL). Pasal 1 butir 12
mendefiniskan UKL UPL sebagai berikut :

“Upaya pengelolaan lingkungan hidup dan upaya pemantauan


lingkungan hidup, yang selanjutnya disebut UKL-UPL, adalah pengelolaan
dan pemantauan terhadap usaha dan/atau kegiatan yang tidak berdampak
penting terhadap lingkungan hidup yang diperlukan bagi proses pengambilan
keputusan tentang penyelenggaraan usaha dan/atau kegiatan”.

Selain dikenal produk dokumen UKL UPL, juga dikenal Surat


Pernyataan Kesanggupan Pengelolaan Lingkungan (SPPL). Dasar hukum
berlakunya Amdal diatur dalam Pasal 22 hingga pasal 35. Dasar hukum dari
undang-undang ini kemudian dilaksanakan lebih lanjut secara operasional
melalui Peraturan Perundang-undangan lainnya baik berupa produk hukum
Peraturan Pemerintah hingga Peraturan Daerah.
Kewajiban Amdal diberlakukan pada setiap usaha dan/atau kegiatan
yang berdampak penting seperti tercantum dalam Pasal 22 yang
menyatakan :

“(1) Setiap usaha dan/atau kegiatan yang berdampak penting terhadap


lingkungan hidup wajib memiliki amdal.”

Sedangkan pengertian dampak penting ditentukan kriterianya dalam


Pasal 22 ayat (2) yang menyatakan :

“(2) Dampak penting ditentukan berdasarkan kriteria:

Puslitbang LH LP2M Universitas Hasanuddin Page 5


MODUL [KEBIJAKAN PERATURAN]

a. besarnya jumlah penduduk yang akan terkena dampak rencana


usaha dan/atau kegiatan;
b. luas wilayah penyebaran dampak;
c. intensitas dan lamanya dampak berlangsung;
d. banyaknya komponen lingkungan hidup lain yang akan terkena
dampak;
e. sifat kumulatif dampak;
f. berbalik atau tidak berbaliknya dampak; dan/atau
g. kriteria lain sesuai dengan perkembangan ilmu pengetahuan
dan teknologi.

Kriteria ini sering dikenal dengan kriteria dampak penting atau 7


kriteria dampak penting yang masing-masing kriteria ini memiliki bobot
tertentu. Namun dikarenakan pentingnya penetuan kriteria ini dan
keterbatasan dalam penjelasan di tingkat undang-undang, maka diperlukan
penjabaran lebih lanjut. Ketentuan lebih lanjut secara operasional
ditindaklanjuti melalui produk hukum dibawahnya. Selama ini kriteria ini
diatur dalam Keputusan Kepala Badan Pengendalian Dampak Lingkungan
(Bapedal) Nomor 056 Tahun 1994 tentang Pedoman Ukuran Dampak
Penting dalam AMDAL.
Sedangkan kriteria untuk usaha dan atau kegiatan yang berdampak
penting diatur dalam Pasal 23 yang menyatakan :
“(1) Kriteria usaha dan/atau kegiatan yang berdampak penting yang wajib
dilengkapi dengan amdal terdiri atas:
a. pengubahan bentuk lahan dan bentang alam;
b. eksploitasi sumber daya alam, baik yang terbarukan maupun yang
tidak terbarukan;
c. proses dan kegiatan yang secara potensial dapat menimbulkan
pencemaran dan/atau kerusakan lingkungan hidup serta
pemborosan dan kemerosotan sumber daya alam dalam
pemanfaatannya;
d. proses dan kegiatan yang hasilnya dapat mempengaruhi
lingkungan alam, lingkungan buatan, serta lingkungan sosial dan
budaya;
e. proses dan kegiatan yang hasilnya akan mempengaruhi pelestarian
kawasan konservasi sumber daya alam dan/atau perlindungan
cagar budaya;
f. introduksi jenis tumbuh-tumbuhan, hewan, dan jasad renik;
g. pembuatan dan penggunaan bahan hayati dan nonhayati;

Puslitbang LH LP2M Universitas Hasanuddin Page 6


MODUL [KEBIJAKAN PERATURAN]

h. kegiatan yang mempunyai risiko tinggi dan/atau mempengaruhi


pertahanan negara; dan/atau
i. penerapan teknologi yang diperkirakan mempunyai potensi besar
untuk mempengaruhi lingkungan hidup.”

Jika dilihat dalam pasal diatas, maka akan sangat banyak sekali
usaha dan/atau kegiatan yang dikriteriakan menimbulkan dampak penting.
Karena itu diperlukan suatu daftar agar dapat diketahui dan dapat membatasi
jenis usaha dan/atau kegiatan tersebut. Selain itu semua usaha dan/atau
kegiatan yang masuk dalam kriteria ini, tidak selalu dipahami dengan baik.
Hal ini dikarenakan melibatkan banyak kepentingan dan sektor yang terkait
dengan kriteria ini. Diperlukan kompromi dan kesepakatan agar daftar ini
menjadi lebih jelas. Selain itu ada usaha dan/ atau yang masih diperlukan
pemahaman lebih mendalam sehingga diperlukan tindakan lebih lanjut
seperti konsultasi kepada instansi yang berwenang. Selain itu dibuka juga
ruang keterbukaan kepada masyarakat atau daerah untuk memasukan jenis
usaha dan/atau kegiatan yang tadinya tidak masuk kriteria ini menjadi masuk
dalam kriteria ini. Karena itu pasal ini membutuhkan peraturan yang lebih
operasional yang mandatnya tercantum dalam Pasal 23 ayat (2) yang
menyatakan :

“Ketentuan lebih lanjut mengenai jenis usaha dan/atau kegiatan yang


wajib dilengkapi dengan amdal sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
diatur dengan peraturan Menteri.

Selama ini pasal 23 ayat (2) ini telah dilaksanakan dan hampir setiap
5 tahun sekali mengalami peninajuan kembali dikarenakan dinamika dari
jenis usaha dan/atau kegiatan ini yang mengikuti perkembangan zaman.
Berbagai produk hukum yang pernah diterbitkan seperti :
a. Keputusan Menteri Lingkungan Hidup Nomor 39 Tahun 1993 tentang
Jenis Usaha Kegiatan yang Wajib Amdal.
b. Keputusan Menteri Lingkungan Hidup Nomor 17 Tahun 2001 tentang
Jenis Usaha Kegiatan yang Wajib Amdal.

Puslitbang LH LP2M Universitas Hasanuddin Page 7


MODUL [KEBIJAKAN PERATURAN]

c. Peraturan menteri Negara Lingkungan Hidup Nomor 11 Tahun 2006


tentang Jenis Usaha Kegiatan yang Wajib Amdal.
Produk-produk hukum diatas telah dicabut dan sudah tidak
berlaku. Hal yang perlu dicatat terkait dengan pasal 23 ini adalah
bahwa peninjauan Amdal setiap 5 tahun, bukanlah dokumen Amdalnya
yang ditinjau tetapi daftar jenis usaha dan/atau kegiatannya yang
ditinjau. Dokumen Amdal adalah dokumen yang keputusan
kelayakannya sebagai bagian dari keputusan Tata Usaha Negara yang
mengikat serta sudah dinyatakan “final”, sehingga tidak dapat ditinjau
kembali. Hal ini akan berbeda untuk kriteria jenis usaha dan/atau
kegiatannya yang masih akan mengalami berbagai perubahan sesuai
dengan perkembangan zaman sehingga dapat dilakukan peninjauan
atas jenis usaha dan/atau kegiatan ini. Saat ini Peraturan Menteri
sebagai tindak lanjut dari Undang-undang maupun Peraturan
Pemerintah yang terkait dengan kriteria jenis usaha dan atau kegiatan
yang wajib Amdal diatur melalui Peraturan Menteri Lingkungan hidup
Nomor 05 Tahun 2012 tentang Jenis Usaha dan/atau Kegiatan yang
Wajib Amdal.
Hal yang perlu dicatat dalam pasal 23 ini adalah jika jenis usaha
dan/atau kegiatan yang tidak masuk dalam kriteria wajib Amdal, maka
akan muncul daftar yang tidak masuk dalam kriteria Amdal yaitu daftar
kriteria jenis usaha dan/atau kegiatan yang masuk UKL dan UPL serta
SPPL. Pasal 34 ayat (2) menegaskan hal ini :

(2) Gubernur atau bupati/walikota menetapkan jenis usaha dan/atau


kegiatan yang wajib dilengkapi dengan UKL-UPL.

Sedangkan untuk penetapan jenis usaha dan/atau kegiatan SPPL


dinyatakan dalam Pasal 35 ayat (2) yang menyatakan :

(2) Penetapan jenis usaha dan/atau kegiatan sebagaimana dimaksud


pada ayat (1) dilakukan berdasarkan kriteria:
a. tidak termasuk dalam kategori berdampak penting sebagaimana
dimaksud dalam Pasal 23 ayat (1); dan
b. kegiatan usaha mikro dan kecil.

Puslitbang LH LP2M Universitas Hasanuddin Page 8


MODUL [KEBIJAKAN PERATURAN]

Dalam proses pembangunan diperlukan studi kelayakan bagi setiap


jenis usaha dan/atau kegiatan sehingga dapat diketahui apakah jenis usaha
dan/atau kegiatan tersebut memang dibangun dengan layak secara teknis,
ekonomis/finansial dan lingkungan. Dokumen Amdal merupakan bagian dari
studi kelayakan sehingga menjadi dasar penting dalam keputusan kelayakan
yang hal ini tercantum dalam Pasal 24 yang menyatakan :

“Dokumen amdal sebagaimana dimaksud dalam Pasal 22 merupakan


dasar penetapan keputusan kelayakan lingkungan hidup.

Mengenai muatan pokok dokumen Amdal diatur dalam Dalam Pasal


25 undang-undang ini menyatakan :

“Dokumen amdal memuat:


a. pengkajian mengenai dampak rencana usaha dan/atau kegiatan;
b. evaluasi kegiatan di sekitar lokasi rencana usaha dan/atau
kegiatan;
c. saran masukan serta tanggapan masyarakat terhadap rencana
usaha dan/atau kegiatan;
d. prakiraan terhadap besaran dampak serta sifat penting dampak
yang terjadi jika rencana usaha dan/atau kegiatan tersebut
dilaksanakan;
e. evaluasi secara holistik terhadap dampak yang terjadi untuk
menentukan kelayakan atau ketidaklayakan lingkungan hidup; dan
f. rencana pengelolaan dan pemantauan lingkungan hidup.

Agar dalam pelaksanaannya menjadi lebih jelas dan operasional


maka pada tahun 2006 diterbitkan Peraturan Menteri Negara Lingkungan
Hidup Nomor 08 Tahun 2006 tentang Pedoman Penyusunan Amdal.
Dalam menyusun dokumen Amdal maka masyarakat dilibatkan. Hal
ini tecantum dalam Pasal 26 yang menyatakan :
(1) Dokumen amdal sebagaimana dimaksud dalam Pasal 22 disusun
oleh pemrakarsa dengan melibatkan masyarakat.
(2) Pelibatan masyarakat harus dilakukan berdasarkan prinsip
pemberian informasiyang transparan dan lengkap serta
diberitahukan sebelum kegiatan dilaksanakan.
(3) Masyarakat sebagaimana dimaksud pada ayat (1) meliputi:
a. yang terkena dampak;
b. pemerhati lingkungan hidup; dan/atau
c. yang terpengaruh atas segala bentuk keputusan dalam proses
amdal.

Puslitbang LH LP2M Universitas Hasanuddin Page 9


MODUL [KEBIJAKAN PERATURAN]

Pelibatan masyarakat dalam AMDAL selama ini telah diatur dalam


Keputusan Kepala Badan Pengendalian Dampak Lingkungan Nomor 08
Tahun 2000 tentang Keterlibatan Masyarakat dan Keterbukaan Informasi
dalam Proses Amdal.
Jika masyarakat keberatan atas dokumen Amdal yang disusun
pemrakarsa maka dapat diajukan keberatan. Hal ini tercantum dalam Pasal
26 ayat (4) yang menyatakan :

(4) Masyarakat sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dapat


mengajukan keberatan terhadap dokumen amdal.

Dalam hal penyusunan Amdal, tidak selalu dilaksanakan oleh


pemrakarsa sendiri. Pemrakarsa dapat meminta bantuan pihak lain seperti
yang tercantum dalam Pasal 27.

Dalam menyusun dokumen amdal, pemrakarsa sebagaimana dimaksud


dalam Pasal 26 ayat (1) dapat meminta bantuan kepada pihak lain.

Untuk dapat menyusun dokumen Amdal diperlukan keahlian khusus.


Keahlian khusus ini diperoleh melalui berbagai cara dan dibuktikan dalam
bentuk sertifikasi tertentu diantaranya melalui sertifikasi kompetns. Hal ini
tercantum dalam Pasal 28 (1) yang menyatakan :

Penyusun amdal sebagaimana dimaksud dalam Pasal 26 ayat (1) dan


Pasal 27 wajib memiliki sertifikat kompetensi penyusun amdal.

Sedangkan kriteria untuk memperoleh sertifikat kompetensi diatur


dalam Pasal 28 ayat (2) yang menyatakan :

Kriteria untuk memperoleh sertifikat kompetensi penyusun amdal


sebagaimana dimaksud pada ayat (1) meliputi:
a. penguasaan metodologi penyusunan amdal;
b. kemampuan melakukan pelingkupan, prakiraan, dan evaluasi
dampak serta pengambilan keputusan; dan
c. kemampuan menyusun rencana pengelolaan dan pemantauan
lingkungan hidup.

Puslitbang LH LP2M Universitas Hasanuddin Page 10


MODUL [KEBIJAKAN PERATURAN]

Agar pelaksanaan sertifikasi kompetensi ini dapat dioperasionalkan


dalam berbagai bentuk yang salah satunya melalui kelembagaan maka
diperlukan lembaga yang khusus menangani kompetensi ini. Hal ini
diamantkan dalam Pasal 28 ayat (3) yang menyatakan :

Sertifikat kompetensi penyusun amdal sebagaimana dimaksud pada


ayat (1) diterbitkan oleh lembaga sertifikasi kompetensi penyusun
amdal yang ditetapkan oleh Menteri sesuai dengan ketentuan peraturan
perundangundangan.

Lembaga sertifkasi yang ditunjuk saat ini adalah INTAKINDO sesuai


dengan Keputusan Menteri Negara Lingkungan Hidup Nomor 115 Tahun
2009 tentang Penunjukan INTAKINDO sebagai Lembaga Sertifikasi
Kompetensi Penyusun Dokumen Amdal.yang kemudian diganti menjadi
Keputusan Menteri Negara Lingkungan Hidup Nomor 65 Tahun 2012 tentang
Penunjukan INTAKINDO sebagai Lembaga Sertifikasi Kompetensi Penyusun
Dokumen Amdal.
Sedangkan mengenai prosedur, tata cara serta mekanismenya akan
diatur dalam bentuk peraturan lebih lanjut yaitu Peraturan Menteri seperti
yang dinyatakan dalam Pasal 28 (4) yang menyatakan :

Ketentuan lebih lanjut mengenai sertifikasi dan kriteria kompetensi


penyusun amdal diatur dengan peraturan Menteri.

Maka pada tahun 2010 diterbitkan Peraturan Pemerintah Nomor 07


Tahun 2010 tentang Sertifikasi Kompetensi Penyusun Amdal dan
Persyaratan Lembaga Pelatihan Kompetensi Penyusun Amdal.
Setelah dokumen Amdal disusun, maka diperlukan penilaian seperti
yang tercantum dalam Pasal 29 yang menyatakan :

Dokumen amdal dinilai oleh Komisi Penilai Amdal yang dibentuk oleh
Menteri, gubernur, atau bupati/walikota sesuai dengan
kewenangannya.

Puslitbang LH LP2M Universitas Hasanuddin Page 11


MODUL [KEBIJAKAN PERATURAN]

Sedangkan komisi yang menilai dokumen Amdal wajib memiliki lisensi


seperti yang tercantum dalam Pasal 29 ayat (2) yang menyatakan :

Komisi Penilai Amdal wajib memiliki lisensi dari Menteri, gubernur, atau
bupati/walikota sesuai dengan kewenangannya.

Sedangkan persyaratan dan tatacranya akan diatur melalui produk


hukum Peraturan menteri seperti tercantum dalam Pasal 29 ayat (3)
yang menyatakan :

Persyaratan dan tatacara lisensi sebagaimana dimaksud pada ayat (2)


diatur dengan Peraturan Menteri.

Mengenai keanggotaan Komisi Penilai diaturf dalam Pasal 30 (1) yang


menyatakan :

Keanggotaan Komisi Penilai Amdal sebagaimana dimaksud dalam


Pasal 29 terdiri atas wakil dari unsur:
a. instansi lingkungan hidup;
b. instansi teknis terkait;
c. pakar di bidang pengetahuan yang terkait dengan jenis usaha
dan/atau kegiatan yang sedang dikaji;
d. pakar di bidang pengetahuan yang terkait dengan dampak yang
timbul dari suatu usaha dan/atau kegiatan yang sedang dikaji;
e. wakil dari masyarakat yang berpotensi terkena dampak; dan
f. organisasi lingkungan hidup.

Komisi Amdal akan dibantu oleh Tim Teknis seperti tercantum dalam
Pasal 30 ayat (2) yang menyatakan :

Dalam melaksanakan tugasnya, Komisi Penilai Amdal dibantu oleh tim


teknis yang terdiri atas pakar independen yang melakukan kajian teknis
dan sekretariat dibentuk untuk itu.

Khusus untuk pakar dan sekretariat penetapan keanggotaannya


dilakukan secara khusus berdasarkan Pasal 30 ayat (3) yang menyatakan :

Pakar independen dan sekretariat sebagaimana dimaksud pada ayat


(3) ditetapkan oleh Menteri, gubernur, atau bupati/walikota sesuai
dengan kewenangannya.

Puslitbang LH LP2M Universitas Hasanuddin Page 12


MODUL [KEBIJAKAN PERATURAN]

Keputusan kelayakan lingkungan akan ditetapkan oleh beberapa


pihak sesuai dengan kewenangannya. Hal ini dinyatakan dalam Pasal 31
yang menyatakan :

Berdasarkan hasil penilaian Komisi Penilai Amdal, Menteri, gubernur,


atau bupati/walikota menetapkan keputusankelaya kan atau
ketidaklayakan lingkungan hidup sesuai dengan kewenangannya.

Tidak semua pemrakarsa yang dikategorikan jenis usaha dan/atau


kegiatan yang berdampak penting tergolong mampu dalam menyusun
dokumen amdal. Karena itu ruang bagi pemrakarsa yang kemampuannya
terbatas atau tergolong ekonomi lemah maka diatur secara khusus. Pasal 32
menyatakan :
(1) Pemerintah dan pemerintah daerah membantu penyusunan amdal
bagi usaha dan/atau kegiatan golongan ekonomi lemah yang
berdampak penting terhadap lingkungan hidup.
(2) Bantuan penyusunan amdal sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
berupa fasilitasi, biaya, dan/atau penyusunan amdal.
(3) Kriteria mengenai usaha dan/atau kegiatan golongan ekonomi
lemah diatur dengan peraturan perundang-undangan.

Mengeni kriteria pemrakarsa yang kemampuannya tergolong ekonomi


lemah hingga saat ini belum diatur seperti yang diamantkan dalam Pasal 32
ayat (3).

Ketentuan yang mengatur lebih detail mengenai Amdal ini akan diatur
dalam Peraturan Pemerintah (PP) seperti yang diamantkan dalam Pasal 33
yang menyatakan :

Ketentuan lebih lanjut mengenai amdal sebagaimana dimaksud dalam


Pasal 22 sampai dengan Pasal 32 diatur dalam Peraturan Pemerintah.

Selama ini Peraturan Pemerintah tentang Amdal telah terbit beberapa


kali. Pertama kalinya terbit adalah Peraturan Pemerintah Nomor 29 tahun
1986 yang kemudian diganti menjadi Peraturan Pemerintah Nomor 51 Tahun
1993. Tahun 1999 diterbitkan Peraturan pemerintah Nomor 27 Tahun 1999

Puslitbang LH LP2M Universitas Hasanuddin Page 13


MODUL [KEBIJAKAN PERATURAN]

yang kemudian dicabut tahun 2012 dan berlaku Peraturan Pemerintah


Nomor 27 tahun 2012 tentang Izin Lingkungan.:Walaupun nomenklatur PP
yang baru ini bukan Amdal, tetap saja Amdal sebagai alat utama untuk
memperoleh izin lingkungan.

Bagi kegiatan usaha yang tidak menimbulkan dampak penting maka


wajib menyusun UKL dan UPL. Hal ini tercantum dalam Pasal 34 yang
menyatakan :

(1) Setiap usaha dan/atau kegiatan yang tidak termasuk dalam kriteria
wajib amdal sebagaimana dimaksud dalam Pasal 23 ayat (1) wajib
memiliki UKLUPL.
(2) Gubernur atau bupati/walikota menetapkan jenis usaha dan/atau
kegiatan yang wajib dilengkapi dengan UKL-UPL.

Sedangkan ketentuan SPPL diatur dalam Pasal 35 yang menyatakan :


(1) Usaha dan/atau kegiatan yang tidak wajib dilengkapi UKL-UPL
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 34 ayat (2) wajib membuat
surat pernyataan kesanggupan pengelolaan dan pemantauan
lingkungan hidup.
(2) Penetapan jenis usaha dan/atau kegiatan sebagaimana dimaksud
pada ayat (1)dilakukan berdasarkan kriteria:
a. tidak termasuk dalam kategori berdampak penting sebagaimana
dimaksud dalam Pasal 23 ayat (1); dan
b. kegiatan usaha mikro dan kecil.
(3) Ketentuan lebih lanjut mengenai UKL-UPL dan surat pernyataan
kesanggupan pengelolaan dan pemantauan lingkungan hidup
diatur dengan peraturan Menteri.

Berdasarkan pasal 35 ayat (3) diatas maka pada tahun 2010


diterbitkan Peraturan Menteri Negara Lingkungan Hidup Nomor 13 Tahun
2010 tentang UKL dan UPL sebagai pengganti dari Keputusan Menteri
Negara Nomor 86 Tahun 2002.
Di tingkat sektor kegiatan Amdal juga menjadi salah satu perangkat
penting. Sesuai dengan daftar kriteria wajib amdal ada 14 sektor. Salah
satunya sektor perhubungan. Yang mendasari sektor ini adalah Undang-
undang Nomor 22 Tahun 2009 tentang Lalu Lintas Angkutan Jalan. Dalam

Puslitbang LH LP2M Universitas Hasanuddin Page 14


MODUL [KEBIJAKAN PERATURAN]

UU ini ada kewajiban menyusun Analisis mengenai Dampak Lingkungan.


Akan tetapi ada juga istilah lain yang digunakan undang-undang ini. Yaitu
Analisis Dampak Lalu Lintas (ANDALLl) Dalam Pasal 40 menyatakan :
(1) Pembangunan Terminal harus dilengkapi dengan:
a. rancang bangun;
b. buku kerja rancang bangun;
c. rencana induk Terminal;
d. analisis dampak Lalu Lintas; dan
e. analisis mengenai dampak lingkungan.

Nampaknya kewajiban menyusun ANDALL merupakan peraturan


tersendiri dan bersifat specific. Peraturan AMDAL yang bersifat generic
nampaknya tetap merupakan persyaratan pokok. Hal ini dapat dilihat dalam
urutan pasal 40 dimana ANDALL menjadi pemenuhan atau tambahan yang
bertindak sebagai studi khusus atau tematik yang akan dijadikan bahan
dasar bagi penyusunan AMDAL. Dalam prakteknya memang demikian
kenyataannya.

Puslitbang LH LP2M Universitas Hasanuddin Page 15


MODUL [KEBIJAKAN PERATURAN]

BAB III
PP 27/2012 TENTANG IZIN LINGKUNGAN

Sebagai pelaksanaan dari Pasal 33, Pasal 41,dan Pasal 56 Undang-


undang Nomor 32 Tahun 2009 maka pada tanggal 23 Februari 2012
diterbitkan Peraturan Pemerintah Nomor 27 Tahun 2012 tentang Izin
Lingkungan. Pengertian izin lingkungan tercantum dalam Pasal 1 butir 1
yang menyatakan bahwa:

Izin Lingkungan adalah izin yang diberikan kepada setiap orang yang
melakukan Usaha dan/atau Kegiatan yang wajib Amdal atau UKL-UPL
dalam rangka perlindungan dan pengelolaan lingkungan hidup sebagai
prasyarat memperoleh izin Usaha dan/atau Kegiatan.

Terkait dengan perangkat Amdal, maka PP ini sesungguhnya


merupakan pembaharuan dari PP Amdal sebelumnya yaitu PP Nomor 27
tahun 1999. Hanya saja terjadi perubahan mekanisme dimana posisi
dokumen Amdal sebagai dokumen kelayakan lingkungan kini diperkuat
dalam bentuk izin lingkungan. Beberapa definisi penting lainnya dalam PP ini
yang perrlu diketahui adalah sebagai berikut :
4. Usaha dan/atau Kegiatan adalah segala bentuk aktivitas yang dapat
menimbulkan perubahan terhadap rona lingkungan hidup serta
menyebabkan dampak terhadap lingkungan hidup.
5. Dampak Penting adalah perubahan lingkungan hidup yang sangat
mendasar yang diakibatkan oleh suatu Usaha dan/atau Kegiatan.
6. Kerangka Acuan adalah ruang lingkup kajian analisis dampak
lingkungan hidup yang merupakan hasil pelingkupan.
7. Analisis Dampak Lingkungan Hidup, yang selanjutnya disebut Andal,
adalah telaahan secara cermat dan mendalam tentang dampak penting
suatu rencana Usaha dan/atau Kegiatan.
8. Rencana Pengelolaan Lingkungan Hidup, yang selanjutnya disebut
RKL, adalah upaya penanganan dampak terhadap lingkungan hidup
yang ditimbulkan akibat dari rencana Usaha dan/atau Kegiatan.

Puslitbang LH LP2M Universitas Hasanuddin Page 16


MODUL [KEBIJAKAN PERATURAN]

9. Rencana Pemantauan Lingkungan Hidup, yang selanjutnya disebut


RPL, adalah upaya pemantauan komponen lingkungan hidup yang
terkena dampak akibat dari rencana Usaha dan/atau Kegiatan.
10. Keputusan Kelayakan Lingkungan Hidup adalah keputusan yang
menyatakan kelayakan lingkungan hidup dari suatu rencana Usaha
dan/atau Kegiatan yang wajib dilengkapi dengan Amdal.
11. Rekomendasi UKL-UPL adalah surat persetujuan terhadap suatu
Usaha dan/atau Kegiatan yang wajib UKL-UPL.
12. Pemrakarsa adalah setiap orang atau instansi pemerintah yang
bertanggung jawab atas suatu Usaha dan/atau Kegiatan yang akan
dilaksanakan.
13. Izin Usaha dan/atau Kegiatan adalah izin yang diterbitkan oleh instansi
teknis untuk melakukan Usaha dan/atau Kegiatan.

Keterkaitan antara Amdal dengan izin lingkungan dapat diketahui


dalam Pasal 2 yang menyatakan :
(1) Setiap Usaha dan/atau Kegiatan yang wajib memiliki Amdal atau
UKL-UPL wajib memiliki Izin Lingkungan.
(2) Izin Lingkungan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) diperoleh
melalui tahapan kegiatan yang meliputi:
a. penyusunan Amdal dan UKL-UPL;
b. penilaian Amdal dan pemeriksaan UKL-UPL; dan
c. permohonan dan penerbitan Izin Lingkungan.

Penyusunan Amdal dilakukan pada tahap perencanaan dan lokasinya


wajib sesuai dengan tata ruang. Hal ini tercantum dalam Pasal 4 (2):
(2) Lokasi rencana Usaha dan/atau Kegiatan sebagaimana dimaksud
pada ayat (1) wajib sesuai dengan rencana tata ruang.

Jika tidak sesuai dengan tata ruang maka dokumen amdal tidak dapat
dinilai dan wajib dikembalikan. Pasal 4 ayat (3) dengan tegas menyatakan :
(3) Dalam hal lokasi rencana Usaha dan/atau Kegiatan tidak sesuai
dengan rencana tata ruang, dokumen Amdal tidak dapat dinilai dan
wajib dikembalikan kepada Pemrakarsa.

Puslitbang LH LP2M Universitas Hasanuddin Page 17


MODUL [KEBIJAKAN PERATURAN]

Sedangkan bentuk dokumen amdal tercantum dalam Pasal 5 yang


menyatakan :

(1) Penyusunan Amdal sebagaimana dimaksud dalam Pasal 4 ayat (1)


dituangkan ke dalam dokumen Amdal yang terdiri atas:
a. Kerangka Acuan;
b. Andal; dan
c. RKL-RPL.
(2) Kerangka Acuan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf a
menjadi dasar penyusunan Andal dan RKL-RPL.

Dalam proses penyusunan Amdal disusun oleh pemrakrasa dan dinilia


oleh komisi Penilai Amdal. Penyusunan dokumen amdal dilakukan
berdasarkan beberapa pendekatan sepeti tercantum dalam Pasal 8 yang
menyatakan :

(1) Dalam menyusun dokumen Amdal, Pemrakarsa wajib


menggunakan pendekatan studi:
a. tunggal;
b. terpadu; atau
c. kawasan.

Dalam rangka kewajiban penyusunan amdal, terdapat beberapa


pengecualian baik dari aspek lokasi maupun jenis kegiatannya. Pasal 13
menyatakan :

(1) Usaha dan/atau Kegiatan yang berdampak penting terhadap


lingkungan hidup dikecualikan dari kewajiban menyusun Amdal
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 8 apabila:
a. lokasi rencana Usaha dan/atau Kegiatannya berada di
kawasan yang telah memiliki Amdal kawasan;
b. lokasi rencana Usaha dan/atau Kegiatannya berada pada
kabupaten/kota yang telah memiliki rencana detil tata ruang
kabupaten/kota dan/atau rencana tata ruang kawasan
strategis kabupaten/kota; atau
c. Usaha dan/atau Kegiatannya dilakukan dalam rangka tanggap
darurat bencana.

Puslitbang LH LP2M Universitas Hasanuddin Page 18


MODUL [KEBIJAKAN PERATURAN]

Mengenai rekomendasi hasil penilaian amdal Pasal 29 menyatakan :

(2) Komisi Penilai Amdal menyampaikan rekomendasi hasil penilaian


Andal dan RKL-RPL kepada Menteri, gubernur, atau
bupati/walikota sesuai kewenangannya.
(3) Rekomendasi hasil penilaian Andal dan RKL-RPL sebagaimana
dimaksud pada ayat (2) dapat berupa:
a. rekomendasi kelayakan lingkungan; atau
b. rekomendasi ketidaklayakan lingkungan.
Sedangkan muatan rekomendasi diatur dalam Pasal 29 ayat (4) :
(4) Rekomendasi sebagaimana dimaksud pada ayat (3) ditetapkan
berdasarkan pertimbangan paling sedikit meliputi:
a. prakiraan secara cermat mengenai besaran dan sifat penting
dampak dari aspek biogeofisik kimia, sosial, ekonomi, budaya,
tata ruang, dan kesehatan masyarakat pada tahap
prakonstruksi, konstruksi, koperasi, dan pascaoperasi Usaha
dan/atau Kegiatan;
b. hasil evaluasi secara holistik terhadap seluruh Dampak Penting
hipotetik sebagai sebuah kesatuan yang saling terkait dan
saling memengaruhi, sehingga diketahui perimbangan Dampak
Penting yang bersifat positif dengan yang bersifat negatif; dan
c. kemampuan Pemrakarsa dan/atau pihak terkait yang
bertanggung jawab dalam menanggulangi Dampak Penting
yang bersifat negatif yang akan ditimbulkan dari Usaha
dan/atau Kegiatan yang direncanakan, dengan pendekatan
teknologi, sosial, dan kelembagaan.

Mengenai ketetapan keputusan kelayakan atau tidak layak lingkungan


Pasal 32 menyatakan :
(1) Menteri, gubernur, atau bupati/walikota berdasarkan rekomendasi
penilaian atau penilaian akhir dari Komisi Penilai Amdal
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 29 atau Pasal 30,
menetapkan keputusan kelayakan atau ketidaklayakan lingkungan
hidup.
(2) Jangka waktu penetapan keputusan kelayakan atau
ketidaklayakan lingkungan hidup sebagaimana dimaksud pada
ayat (1) dilakukan paling lama 10 (sepuluh) hari kerja terhitung
sejak diterimanya rekomendasi hasil penilaian atau penilaian akhir
dari Komisi Penilai Amdal.

Sedangkan muatan keputusan kelayakan lingkungan maupun


ketidaklayakan lingkungan dinyatakan dalam Pasal 33 dan Pasal 34.

Puslitbang LH LP2M Universitas Hasanuddin Page 19


MODUL [KEBIJAKAN PERATURAN]

Pasal 33 ayat (1) menyatakan :

(1) Keputusan Kelayakan Lingkungan Hidup sebagaimana dimaksud


dalam Pasal 32 ayat (1) paling sedikit memuat:
a. dasar pertimbangan dikeluarkannya penetapan;
b. pernyataan kelayakan lingkungan;
c. persyaratan dan kewajiban Pemrakarsa sesuai dengan RKL-
RPL; dan
d. kewajiban yang harus dilakukan oleh pihak terkait sebagaimana
dimaksud dalam Pasal 29 ayat (4) huruf c.

(2) Dalam hal Usaha dan/atau Kegiatan yang direncanakan


Pemrakarsa wajib memiliki izin perlindungan dan pengelolaan
lingkungan hidup, Keputusan Kelayakan Lingkungan Hidup
sebagaimana dimaksud pada ayat (1) harus mencantumkan jumlah
dan jenis izin perlindungan dan pengelolaan lingkungan hidup.

Sedangkan Pasal 34 menyatakan :

Keputusan ketidaklayakan lingkungan hidup sebagaimana dimaksud


dalam Pasal 32 ayat (1) paling sedikit memuat:
a. dasar pertimbangan dikeluarkannya penetapan; dan
b. pernyataan ketidaklayakan lingkungan.

Mengenai pengajuan permohonan Izin Lingkungan diajukan secara


tertulis dan disampaikan bersamaan dengan pengajuan penilaian Andal RKL
dan RPL.Hal ini tercantum dalam Pasal 42 yang menyatakan :

(1) Permohonan Izin Lingkungan diajukan secara tertulis oleh


penanggungjawab Usaha dan/atau Kegiatan selaku Pemrakarsa
kepada Menteri, gubernur, atau bupati/walikota sesuai dengan
kewenangannya.
(2) Permohonan Izin Lingkungan sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
disampaikan bersamaan dengan pengajuan penilaian Andal dan
RKL-RPL atau pemeriksaan UKLUPL.
Setelah permohonan diterima maka dilakukan pengumuman
sebagaimana dicantumkan dalam Pasal 44 yang menyatakan :
Setelah menerima permohonan Izin Lingkungan sebagaimana
dimaksud dalam Pasal 43, Menteri, gubernur, atau bupati/walikota wajib
mengumumkan permohonan Izin Lingkungan.

Puslitbang LH LP2M Universitas Hasanuddin Page 20


MODUL [KEBIJAKAN PERATURAN]

Untuk penerbitan izin lingkungan diatur dalam Pasal 47 :


(1) Izin Lingkungan diterbitkan oleh:
a. Menteri, untuk Keputusan Kelayakan Lingkungan Hidup atau
Rekomendasi UKL-UPL yang diterbitkan oleh Menteri;
b. gubernur, untuk Keputusan Kelayakan Lingkungan Hidup atau
Rekomendasi UKL-UPL yang diterbitkan oleh gubernur; dan
c. bupati/walikota, untuk Keputusan Kelayakan Lingkungan Hidup
atau Rekomendasi UKL-UPL yang diterbitkan oleh
bupati/walikota.
(2) Izin lingkungan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) diterbitkan
oleh Menteri, gubernur, atau bupati/walikota:
a. setelah dilakukannya pengumuman permohonan Izin Lingkungan
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 44;dan
b. dilakukan bersamaan dengan diterbitkannya Keputusan
Kelayakan Lingkungan Hidup atau Rekomendasi UKL-UPL.

Muatan izin lingkungn disatur dalam Pasal 48 :

(1) Izin Lingkungan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 47 ayat (1)


paling sedikit memuat:
a. persyaratan dan kewajiban yang dimuat dalam Keputusan
Kelayakan Lingkungan Hidup atau Rekomendasi UKL-UPL;
b. persyaratan dan kewajiban yang ditetapkan oleh Menteri,
gubernur, atau bupati/walikota; dan
c. berakhirnya Izin Lingkungan.

Hal yang terpenting dicatat adalah izin lingkungan akan berakhir


apabila izin usaha dan/atau kegiatan berakhir juga. Hal ini dinyatakan dalam
Pasal 48 (3) :

Izin Lingkungan berakhir bersamaan dengan berakhirnya izin Usaha


dan/atau Kegiatan.

Mengenai perubahan izin lingkungan dapat dilakukan. Pasal 50


menyatakan :

(1) Penanggung jawab Usaha dan/atau Kegiatan wajib mengajukan


permohonan perubahan Izin Lingkungan, apabila Usaha dan/atau
Kegiatan yang telah memperoleh Izin Lingkungan direncanakan
untuk dilakukan perubahan.
(3) Sebelum mengajukan permohonan perubahan Izin Lingkungan
sebagaimana dimaksud pada ayat (2) huruf c, huruf d, dan huruf
e, penanggung jawab Usaha dan/atau Kegiatan wajib mengajukan

Puslitbang LH LP2M Universitas Hasanuddin Page 21


MODUL [KEBIJAKAN PERATURAN]

permohonan perubahan Keputusan Kelayakan Lingkungan Hidup


atau Rekomendasi UKL-UPL.
(4) Penerbitan perubahan Keputusan Kelayakan Lingkungan Hidup
dilakukan melalui:
a. penyusunan dan penilaian dokumen Amdal baru;atau
b. penyampaian dan penilaian terhadap adendum Andal dan RKL-
RPL.
(5) Penerbitan perubahan Rekomendasi UKL-UPL dilakukan melalui
penyusunan dan pemeriksaan UKL-UPL baru.
(6) Penerbitan perubahan Rekomendasi UKL-UPL sebagaimana
dimaksud pada ayat (5) dilakukan dalam hal perubahan Usaha
dan/atau Kegiatan tidak termasuk dalam kriteria wajib Amdal.
(7) Penerbitan perubahan Izin Lingkungan dilakukan bersamaan
dengan penerbitan perubahan Keputusan Kelayakan Lingkungan
Hidup atau Rekomendasi UKL-UPL.

Untuk lebih operasional mengenai kriteria perubahan dan tata caranya


akan diatur melalui Peraturan menteri seperti tercantum dalam Pasal 50 ayat
(8) :

(8) Ketentuan lebih lanjut mengenai kriteria perubahan Usaha dan/atau


Kegiatan sebagaimana dimaksud pada ayat (2) dan tata cara
perubahan Keputusan Kelayakan Lingkungan Hidup, perubahan
Rekomendasi UKL-UPL, dan penerbitan perubahan Izin Lingkungan
sebagaimana dimaksud pada ayat (4), ayat (5), dan ayat (6) diatur
dengan Peraturan Menteri.

Setelah mendapat izin, setiap usaha dan/atau kegiatan harus


melakukan beberapa kewajiban seperti yang diatur dalam Pasal 53 yang
menyatakan :

(1) Pemegang Izin Lingkungan berkewajiban:


a. menaati persyaratan dan kewajiban yang dimuat dalam Izin
Lingkungan dan izin perlindungan dan pengelolaan lingkungan
hidup;
b. membuat dan menyampaikan laporan pelaksanaan terhadap
persyaratan dan kewajiban dalam Izin Lingkungan kepada
Menteri, gubernur, atau bupati/walikota; dan
c. menyediakan dana penjaminan untuk pemulihan fungsi
lingkungan hidup sesuai dengan peraturan perundang-
undangan.
(2) Laporan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf b disampaikan
secara berkala setiap 6 (enam) bulan.

Puslitbang LH LP2M Universitas Hasanuddin Page 22


MODUL [KEBIJAKAN PERATURAN]

Mengenai pendanaan diatur dalam Pasal 68 yang menyatakan :

Penyusunan dokumen Amdal atau UKL-UPL didanai oleh Pemrakarsa,


kecuali untuk Usaha dan/atau Kegiatan bagi golongan ekonomi lemah
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 65 ayat (1).

Sedangkan Pasal 69 menyatakan :

(1) Dana kegiatan:


a. penilaian Amdal yang dilakukan oleh komisi Penilai Amdal, tim
teknis, dan sekretariat Komisi Penilai Amdal; atau
b. pemeriksaan UKL-UPL yang dilakukan oleh instansi lingkungan
hidup pusat, provinsi, atau kabupaten/kota dialokasikan dari
Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara atau Anggaran
Pendapatan dan Belanja Daerah sesuai dengan peraturan
perundang-undangan.
(2) Jasa penilaian dokumen Amdal dan pemeriksaan UKLUPL yang
dilakukan oleh Komisi Penilai Amdal dan tim teknis dibebankan
kepada Pemrakarsa sesuai dengan peraturan perundang-
undangan.

Bagi usaha dan/atau kegiatan yang pernah mendapat persetujuan


lingkungan sebelum berlakunya PP ini izin lingkungan tetap diperoleh sesuai
dengan prosedur yang lama. Pasal 73 Undang-undang ini menyatakan :

Dokumen lingkungan yang telah mendapat persetujuan sebelum


berlakunya Peraturan Pemerintah ini, dinyatakan tetap berlaku dan
dipersamakan sebagai Izin Lingkungan.

Puslitbang LH LP2M Universitas Hasanuddin Page 23


MODUL [KEBIJAKAN PERATURAN]

BAB IV
PENUTUP

4.1. Indikator Keberhasilan


Indikator keberhasilan dapat dijaring melalui berbagai cara yang salah
satunya adalah penugasan tertentu. Adapun indikator keberhasilan
dalam pokok bahasan ini adalah peserta dapat menyelesaikan tugas
yang diberikan oleh instruktur seperti tugas untuk membaca berbagai
peraturan perundang-undangan baik Undang-undang, Peraturan
Pemerintah, Peraturan menteri hingga peraturan dibawahnya. Selain itu
berbagai bahan bacaan yang terkait dengan teori perundang-undangan
serta perizinan menjadi bacaan yang diperlukan hingga peserta mampu
meringkasnya.

4.2. Uraian dan Contoh (termasuk Sub Pokok Bahasan)


Membaca dari berbagai bahan bacaan dapat diketahui melalui :
- Undang-undang
- Buku
- Majalah
- Jurnal
- Koran
- Dll
4.3. Latihan
Bagaimana undang-undang nomor 32 Tahun 2009 dilaksanakan
khususnya yang berkaitan dengan Amdal ? Apakah Amdal merupakan
persyaratan memperoleh izin lingkungan ?
4.4 Rangkuman
Peraturan perundang-undangan yang terkait dengan Amdal dan izin
lingkungan merupakan salah satu komponen penting dalam sistem
amdal. Tanpa adanya perangkat ini, pelaksanaan Amdal akan sangat
lemah dan tidak memiliki kekuatan untuk dapat dilaksanakan dengan
baik. Kemampuan undang-undang yang harus ditaati akan banyak tidak

Puslitbang LH LP2M Universitas Hasanuddin Page 24


MODUL [KEBIJAKAN PERATURAN]

bermanfaat seandainya tidak adanya dukungan dari sektor lainnya


terutama perundang-undamgan sektor. Karena itu pengetahuan
terhadap undang-undang di bidang lingkungan hidup, Amdal dan izin
lingkungan menjadi sangat penting. Dengan kemampuan, kapasitas
serta kompetensi yang diberikan maka diharapkan kegiatan Amdal
sebagai instrumen perencanaan pembangunan dapat menjadi lebih
baik.

4.5 Evaluasi Pokok Bahasan


a. Apakah anda mengetahui komponen penting dalam Undang-
undang nomor 32 Tahun 2009 ?
b. Apa bedanya izin lingkungan dengan izin PPLH ?
c. Apakah anda mengetahui keterkaitan Amdal dengan Undang-
undang sektor lainnya ?

4.6 Umpan Balik dan Tindak Lanjut


Dari modul ini diharapkan adanya umpan balik dari peserta pelatihan
seperti masukan untuk perbaikan dari modul ini baik berupa materi,
sistem pembelajaran maupun susunan modul. Dengan adanya umpan
balik ini, maka diperlukan tindak lanjut berupa perbaikan dari modul ini
agar lebih sempurna.

Puslitbang LH LP2M Universitas Hasanuddin Page 25

Anda mungkin juga menyukai