Syafruddin
ABSTRAK
Pemupukan berimbang adalah suatu pengelolaan hara yang spesifik lokasi, sehingga sangat
tergantung pada lingkungan, utamanya tanah yang bersifat spesifik lokasi. Konsep pengelolaan
hara spesifik lokasi mempertimbangkan kemampuan tanah menyediakan hara secara alami.
Berdasarkan peluang hasil 7 t/ha dan kemampuan tanah menyediakan hara secara alami,
direkomendasikan di tanah Vertisol Sidrap adalah 150 kg N, 23 kg P2O5, 25 kg K2O, dan 5 kg
S per ha, di Barru 170 kg N, 23kg P2O5, 25 kg K2O per ha, dan tanpa S, dan di Pangkep 170
kg N, 43 kg P2O5, 40 kg K2O, dan 10 kg S per ha. Pada tanah Inceptisol di lahan kering di
wilayah Bone dengan peluang hasil 9 t/ha dianjurkan menggunakan takaran pada tanaman
jagung adalah 170 kg N, 30 kg P2O5, dan 63 kg K2O per ha dan pada tanah Grumosol di lahan
kering Jeneponto dengan peluang hasil 8 t/ha membutuhkan 120 kg N, 57 P2O5 dan 44 K2O per
ha.
PENDAHULUAN
285
Syafruddiin: Takaran Pupuk N, P, K, dan S Tanaman Jagung ……
pemulihan hara telah dikembangkan untuk tanaman padi pada lahan sawah irigasi di
Asia (Dobermann dan Fairhurst 2000; Witt and Doberman 2002). Konsep yang serupa
juga sedang digunakan untuk pengembangan rekomendasi pemupukan yang baru
pada pertanaman jagung di Nebraska (Amerika Serikat), dengan penekanan khusus
pada pemahaman potensi hasil dan senjang hasil sebagai dasar bagi perbaikan
rekomendasi pengelolaan hara yang bersifat spesifik lokasi atau domain (Dobermann
et al. 2003). Pengelolaan hara spesifik lokasi merupakan suatu upaya untuk
mewujudkan penyediaan hara bagi tanaman secara tepat, baik jumlah maupun waktu
yang mempertimbangkan kebutuhan hara tanaman/varietas, kondisi lahan atau
kapasitas dalam menyediakan hara bagi tanaman (Makarim et al. 2003)
Informasi kebutuhan pupuk yang optimal, khususnya N, P, dan K pada tanaman
jagung berdasarkan spesifik lokasi sangat dibutuhkan untuk menjamin pertumbuhan
dan produktivitas jagung yang memuaskan dan berkelanjutan, disamping itu juga akan
meningkatkan efisiensi produksi dan pendapatan petani.
286
Seminar Nasional Serealia, 2013
Tabel 1. Hasil biji dan penurunan hasil pada perlakuan pemupukan, dan rekomendasi
pemupukan di lahan sawah sesudah padi pada tanah Vertisol di Sidrap.
Tabel 2. Hasil biji dan penurunan hasil pada perlakuan pemupukan, dan rekomendasi
di lahan sawah sesudah padi pada tanah Vertisol di Barru
287
Syafruddiin: Takaran Pupuk N, P, K, dan S Tanaman Jagung ……
Tabel 3. Hasil biji dan penurunan hasil pada perlakuan pemupukan, dan rekomendasi
pemupukan di lahan sawah sesudah padi pada tanah Vertisol muda
di Pangkep.
Meskipun ketiga lokasi (Sidrap, Barru, dan Pangkep) mempunyai jenis tanah
Vertisol, akan tetapi terdapat perbedaaan hasil yang diperoleh pada perlakuan tanpa
pemberian N, hal tersebut disebabkan karena pada tanah Vertisol di Sidrap
mempunyai kadar Bahan organik 3,18% (tergolong sedang) yang lebih tinggi dibanding
dengan di Barru dan Pangkep yang mempunyai bahan organik 1,0% (tergolong
rendah). Disamping itu tingkat pengelolaan tanaman oleh petani d Sidrap lebih baik
dibanding dengan di Barru dan Pangkep. Hasil tanaman sangat ditentukan oleh
pengeloaan tanaman/crop management (Witt 2007).
Pada lahan kering jenis tanah Grumosol di Jeneponto, hasil tertinggi diperoleh
pada perlakuan NPK adalah 6,8 t/ha, tanpa pemberian N akan menyebabkan
penurunan hasil sebanyak 1,97 t/ha, tanpa pemberian P akan mengalami penurunan
hasil mencapai 1,53 t/ha dan tanpa K hasil akan menurun 0,5 t/ha. Berdasarkan target
hasil yang dapat dicapai di lokasi tersebut yaitu 8 t/ha dan peningkatan hasil setiap
penambahan hara N, P, dan K maka rekomendasi takaran pupuk yang digunakan pada
tanaman jagung adalah 120 kg N, 57 kg P2O5 dan 44 kg K2O per ha (Tabel 4).
Tabel 4. Hasil biji dan penurunan hasil pada perlakuan pemupukan, dan rekomendasi
pemupukan di lahan sawah sesudah padi pada tanah Grumosol
di Jeneponto.
288
Seminar Nasional Serealia, 2013
Tabel 5. Hasil biji dan Penurunan hasil pada perlakuan pemupukan, dan rekomendasi
pemupukan di lahan sawah sesudah padi pada tanah Incetisol di Bone.
Secara umum hara N menjadi faktor pembatas yang paling dominan, kemudian
K dan P untuk memperoleh hasil jagung sesuai dengan target hasil yang dapat dicapai
pada setiap lokasi.
Efektifitas pemupukan sangat dipengaruhi oleh waktu dan cara pemberian.
Waktu pemberian pupuk pada tanaman jagung untuk hara N harus diaplikasikan
secara bertahap, yaitu 1/3 pada awal tanam sampai dengan 1 minggu setelah tanam,
2/3 pada umur 35 HST. P diaplikasi pada awal tanam bersamaan dengan pemberian
N, karena P sukar larut. Sedangkan pemberian K dilakukan pada 35 HST bersamaan
dengan pemupukan kedua N.
289
Syafruddiin: Takaran Pupuk N, P, K, dan S Tanaman Jagung ……
KESIMPULAN
DAFTAR PUSTAKA
Cooke, G. W. 1985. Fertilizing for maximum yield. Granada Publishing Lmt. London.
p. 75-87.
Dobermann, A., T. Arkebauer, K.G. Cassman, R.A. Drijber, J.L. Lindquist, J.E. Specht,
D.T. Walters, H. Yang, D. Miller, D.L. Binder, G. Teichmeier, R.B. Ferguson
and C.S. Wortmann. 2003. Understanding corn yield potential in different
environments. P. 67-82. In L.S. Murphy (ed.) Fluid focus: the third decade.
Proceedings of the 2003 Fluid Forum, Vol. 20. Fluid Fertilizer Foundation,
Manhattan, KS.
Dobermann, A., and T. Fairthurts. 2000. Rice nutrient disorders and nutrient
management. Internasional Rice Research Institute (IRRI). Los Banos. 192p.
Syafruddin, Akil, M., M. Rauf, A.F. Fadly, dan Faesal. 2008. Pengelolaan hara, air, dan
tanaman jagung mendukung teknologi pengelolaan tanaman terpadu (PTT)
jagung. Laporan akhir (Tidak dipublikasi).
Witt, C., and A. Dobermann. 2002. A site-specific nutrient management approach for
irrigated lowland rice in Asia. Better Crops Int. 16:20-24.
Wit, C. 2007. Site spesifik nutrient managemen for maize in favorable tropical
environments. Power Point dal Seminar dan Lokakarya Pengeloaan Hara
spesifik lokasi untuk Tanaman Jagung. Lampung. 44p.
290