Anda di halaman 1dari 6

Seminar Nasional Serealia, 2013

TAKARAN PUPUK N, P, K, DAN S TANAMAN JAGUNG PADA


BEBERAPA JENIS TANAH DI SULAWESI SELATAN

Syafruddin

Balai Penelitian Tanaman Serealia

ABSTRAK

Pemupukan berimbang adalah suatu pengelolaan hara yang spesifik lokasi, sehingga sangat
tergantung pada lingkungan, utamanya tanah yang bersifat spesifik lokasi. Konsep pengelolaan
hara spesifik lokasi mempertimbangkan kemampuan tanah menyediakan hara secara alami.
Berdasarkan peluang hasil 7 t/ha dan kemampuan tanah menyediakan hara secara alami,
direkomendasikan di tanah Vertisol Sidrap adalah 150 kg N, 23 kg P2O5, 25 kg K2O, dan 5 kg
S per ha, di Barru 170 kg N, 23kg P2O5, 25 kg K2O per ha, dan tanpa S, dan di Pangkep 170
kg N, 43 kg P2O5, 40 kg K2O, dan 10 kg S per ha. Pada tanah Inceptisol di lahan kering di
wilayah Bone dengan peluang hasil 9 t/ha dianjurkan menggunakan takaran pada tanaman
jagung adalah 170 kg N, 30 kg P2O5, dan 63 kg K2O per ha dan pada tanah Grumosol di lahan
kering Jeneponto dengan peluang hasil 8 t/ha membutuhkan 120 kg N, 57 P2O5 dan 44 K2O per
ha.

Kata kunci: zea mays, pemupukan, spesifik lokasi

PENDAHULUAN

Hara N, P, dan K merupakan hara yang sangat dibutuhkan untuk pertumbuhan


dan produksi tanaman jagung. Setiap ton hasil biji, tanaman jagung membutuhkan 27,4
kg N; 4,8 kg P; dan 18,4 kg K (Cooke 1985), sehingga diperlukan pengelolaan hara
yang tepat agar kebutuhan tanaman akan hara dapat terpenuhi secara optimal.
Umumnya, tanaha-tanah di daerah tropika basah kekurangan hara terutama
N, P, dan K pada tanaman jagung, sehingga untuk mendapatkan hasil mendekati
potensi hasil, diperlukan tambahan pupuk yang jumlahnya sangat tergantung
lingkungan dan pengelolaan tanaman.
Perbaikan kesuburan tanah melalui pemupukan dilakukan dengan pemberian
pupuk berimbang, yang artinya pemberian pupuk sesuai kebutuhan tanaman dan
masih kekurangan dalam tanah dengan mempertimbangkan kemampuan tanah
menyediakan hara secara alami, kontinuitas pertanaman, dan petani mendapat
keuntungan yang memadai. Pemupukan yang berimbang adalah suatu pengelolaan
hara yang spesifik lokasi, sehingga sangat tergantung pada lingkungan, utamanya
tanah yang bersifat spesifik lokasi. Konsep pengelolaan hara spesifik lokasi
mempertimbangkan kemampuan tanah menyediakan hara secara alami dan

285
Syafruddiin: Takaran Pupuk N, P, K, dan S Tanaman Jagung ……

pemulihan hara telah dikembangkan untuk tanaman padi pada lahan sawah irigasi di
Asia (Dobermann dan Fairhurst 2000; Witt and Doberman 2002). Konsep yang serupa
juga sedang digunakan untuk pengembangan rekomendasi pemupukan yang baru
pada pertanaman jagung di Nebraska (Amerika Serikat), dengan penekanan khusus
pada pemahaman potensi hasil dan senjang hasil sebagai dasar bagi perbaikan
rekomendasi pengelolaan hara yang bersifat spesifik lokasi atau domain (Dobermann
et al. 2003). Pengelolaan hara spesifik lokasi merupakan suatu upaya untuk
mewujudkan penyediaan hara bagi tanaman secara tepat, baik jumlah maupun waktu
yang mempertimbangkan kebutuhan hara tanaman/varietas, kondisi lahan atau
kapasitas dalam menyediakan hara bagi tanaman (Makarim et al. 2003)
Informasi kebutuhan pupuk yang optimal, khususnya N, P, dan K pada tanaman
jagung berdasarkan spesifik lokasi sangat dibutuhkan untuk menjamin pertumbuhan
dan produktivitas jagung yang memuaskan dan berkelanjutan, disamping itu juga akan
meningkatkan efisiensi produksi dan pendapatan petani.

Rekomendasi takaran pupuk N, P, K, dan S


Penentuan rekomendasi pemupukan berdasarkan kenaikan hasil antara
setiap hara antara yang diberi pupuk dan tanpa pupuk N, P, dan K menggunakan
software Pemupukan Jagung Spesifik Lokasi PuJS (IPNI 2010) .
Penelitian omision plot yang dilaksanakan di lahan sawah sesudah padi pada
tanah Vertisol muda di Sidrap menunjukkan bahwa pemberian NPKS (kombinas
lengkap) menghasilkan 5,7 t/ha, apabila salah satu hara tidak diberikan (tanpa N, P, K
atau S) hasil yang diperoleh akan menurun (hasil yag diproleh 3,6 – 5,5 t/ha).Tanpa
pemberian N akan menurunkan hasil 2,1 t/ha, tanpa pemberian P menurunkan 0,4 t/ha,
tanpa pemberian K menurunkan 0,2 t/ha dan tanpa pemberian S menurunkan hasil 0,3
t/ha. Berdasarkan kemampuan tanah menyedikan hara dan dengan pengelolaan yang
baik peluang hasil yang dapat diperoleh dilokasi tersebut adalah 7 t/ha, maka
berdasarkan simulasi PuJS direkomendasi pemupukan di Vertisol Sidrap adalah 150
kg N, 23 kg P2O5, 25 kg K2O dan 5 kg S per ha (Tabel 1).

286
Seminar Nasional Serealia, 2013

Tabel 1. Hasil biji dan penurunan hasil pada perlakuan pemupukan, dan rekomendasi
pemupukan di lahan sawah sesudah padi pada tanah Vertisol di Sidrap.

Kombinasi Hasil Penurunan hasil Rekomendasi target hasil


pemupukan (t/ha) (t/ha) 7 t/ha (kg/ha)
NPKS 5,7 -
PKS 3,6 2,1 150 N
NKS 5,3 0,4 23 P2O5
NPS 5,5 0,2 25 K2O
NPK 5,4 0,3 5S
Sumber: Syafruddin et al. (2008)

Di tanah Vertisol Barru, kombinasi pemupukan NPK, dan S memberikan hasil


4,69 t/ha, Tanpa N atau K akan menurunkan hasil, sedangkan tanpa P atau S hasil
yang diperoleh lebih tinggi. Tanpa pemberian N diperoleh hasil 0,10 t/ha dan tanpa K
diperoleh hasil 4,54 t/ ha, tanpa P menjadi 5,09, dan tanpa S diperoleh hasil 5,32 t/ha.
Oleh karena itu pada tanah Vertisol di Barru dengan peluang hasil biji jagung 7 t/ha
direkomendasikan takaran pupuknya adalah 170 kg N, 5 kg P2O5, dan 25 kg K2O per
ha. Meskipun tidak respon terhadap pemberian P, namun untuk menaikan peluang
hasil yang mungkin dapat dicapai dengan pengelolaan yang baik dan untuk mencegah
degradasi P diperlukan tambahan P t yaitu 5 kg P2O5/ha (Tabel 2).

Tabel 2. Hasil biji dan penurunan hasil pada perlakuan pemupukan, dan rekomendasi
di lahan sawah sesudah padi pada tanah Vertisol di Barru

Kombinasi Hasil Penurunan hasil Rekomendasi target hasil


pemupukan (t/ha) (t/ha) 7 t/ha (kg/ha)
NPKS 4,69 -
PKS 0,10 4,59 170 N
NKS 5,09 - 5 P2O5
NPS 4,54 0,15 25 K2O
NPK 5,32 -
Sumber: Syafruddin et al. (2008)

Pada lahan sawah jenis tanah Vertisol di Pangkep, pemupukan NPKS


diperoleh hasil biji 5,13 t/ha, jika salah satu unsur hara tidak diberikan (N, P, K atau S)
hasil biji yang diperoleh akan menurun menjadi 0,10 - 4,50 t/ha. Apabila tidak dipupuk
N akan menurunkan hasil 5,03 t/ha, tampa pemupukan P menurunkan hasil 0,89 t/ha,
dan tanpa pemberian K menurunkan hasil 0,63 t/ha dan tanpa pemberian S
menurunkan hasil 0,87 t/ha. Untuk memperoleh hasil biji jagung sebanyak 7 t/ha di
tanah Vertisol Pangkep direkomendasikan takaran pupuk yang digunakan adalah 170
kg N, 50 kg P2O5, 50 kg K2O, dan 10 kg S per ha (Tabel 3).

287
Syafruddiin: Takaran Pupuk N, P, K, dan S Tanaman Jagung ……

Tabel 3. Hasil biji dan penurunan hasil pada perlakuan pemupukan, dan rekomendasi
pemupukan di lahan sawah sesudah padi pada tanah Vertisol muda
di Pangkep.

Kombinasi Hasil Penurunan hasil Rekomendasi


pemupukan (t/ha) (t/ha) (kg/ha)
NPKS 5,13 -
PKS 0,10 5,03 170 N
NKS 4,24 0,89 43 P2O5
NPS 4,50 0,63 40 K2O
NPK 4,26 0,87 10 S
Sumber: Syafruddin et al. (2008)

Meskipun ketiga lokasi (Sidrap, Barru, dan Pangkep) mempunyai jenis tanah
Vertisol, akan tetapi terdapat perbedaaan hasil yang diperoleh pada perlakuan tanpa
pemberian N, hal tersebut disebabkan karena pada tanah Vertisol di Sidrap
mempunyai kadar Bahan organik 3,18% (tergolong sedang) yang lebih tinggi dibanding
dengan di Barru dan Pangkep yang mempunyai bahan organik 1,0% (tergolong
rendah). Disamping itu tingkat pengelolaan tanaman oleh petani d Sidrap lebih baik
dibanding dengan di Barru dan Pangkep. Hasil tanaman sangat ditentukan oleh
pengeloaan tanaman/crop management (Witt 2007).
Pada lahan kering jenis tanah Grumosol di Jeneponto, hasil tertinggi diperoleh
pada perlakuan NPK adalah 6,8 t/ha, tanpa pemberian N akan menyebabkan
penurunan hasil sebanyak 1,97 t/ha, tanpa pemberian P akan mengalami penurunan
hasil mencapai 1,53 t/ha dan tanpa K hasil akan menurun 0,5 t/ha. Berdasarkan target
hasil yang dapat dicapai di lokasi tersebut yaitu 8 t/ha dan peningkatan hasil setiap
penambahan hara N, P, dan K maka rekomendasi takaran pupuk yang digunakan pada
tanaman jagung adalah 120 kg N, 57 kg P2O5 dan 44 kg K2O per ha (Tabel 4).

Tabel 4. Hasil biji dan penurunan hasil pada perlakuan pemupukan, dan rekomendasi
pemupukan di lahan sawah sesudah padi pada tanah Grumosol
di Jeneponto.

Kombinasi Hasil Penurunan hasil Rekomendasi target hasil


pemupukan (t/ha) (t/ha) 8 t/ha (kg/ha)
NPK 6.80 -
PK 4.83 1,97 120 N
NK 5,23 1,53 57 P2O5
NP 6,33 0,50 44 K2O
Sumber : Thamrin, Tandisau, dan Sahardi (2005). (data diolah kembali)

288
Seminar Nasional Serealia, 2013

Pemupukan di lahan kering Inceptisol Bone dengan kombinasi NPK akan


diperoleh hasil biji 8,72 t/ha, jika salah satu unsur hara (N, P atau K) tidak diberikan
akan mengalami penurunan 0,01-5,63 t/ha. Tanpa pemupukan N akan mengalami
penurunan hasil sebesar 5,63 t/ha, tanpa pemupukan P 0,01 t/ha dan tanpa K
mengalami penurunan 1,08 t/ha. Dengan pengelolaan tanaman yang baik, potensi
hasil jagung yang dapat diperoleh di tanah kering Inceptisol Bone adalah 9 t/ha. Untuk
mendapatkan hasil tersebut direkomendasikan takaran pupuk yang digunakan adalah
170 kg N, 30 kg P2O5, dan 63 kg K2O per ha Tabel 5. Takaran N yang efisien dalam
penggunaan hara pada tanah Inceptisol di Bone ini adalah 67,5–135 kg/ha, apabila
takaran N dinaikkan menjadi 180 kg/ha akan menurunkan secara drastis efisiensi
agronomik hara P yaitu dari 16,8 menjadi 0,2 kg biji/kg pupuk dan efisiensi rekoveri
hara P dari 61% menjadi hanya 17%. Takaran P yang efisien hara adalah 45 kg
P2O5/ha (Syafruddin et al. 2006)

Tabel 5. Hasil biji dan Penurunan hasil pada perlakuan pemupukan, dan rekomendasi
pemupukan di lahan sawah sesudah padi pada tanah Incetisol di Bone.

Kombinasi Hasil Penurunan hasil Rekomendasi target hasil


pemupukan (t/ha) (t/ha) 9 t/ha (kg/ha)
NPK 8,72 -
PK 2,89 5,63 170 N
NK 8,71 0,01 30 P2O5
NP 7,64 1,08 63 K2O
Sumber: Syafruddin et al. (2006)

Secara umum hara N menjadi faktor pembatas yang paling dominan, kemudian
K dan P untuk memperoleh hasil jagung sesuai dengan target hasil yang dapat dicapai
pada setiap lokasi.
Efektifitas pemupukan sangat dipengaruhi oleh waktu dan cara pemberian.
Waktu pemberian pupuk pada tanaman jagung untuk hara N harus diaplikasikan
secara bertahap, yaitu 1/3 pada awal tanam sampai dengan 1 minggu setelah tanam,
2/3 pada umur 35 HST. P diaplikasi pada awal tanam bersamaan dengan pemberian
N, karena P sukar larut. Sedangkan pemberian K dilakukan pada 35 HST bersamaan
dengan pemupukan kedua N.

289
Syafruddiin: Takaran Pupuk N, P, K, dan S Tanaman Jagung ……

KESIMPULAN

1. Rekomendasi pemupukan tanaman jagung pada lahan sawah tanah di Vertisol


Sidrap adalah 150 kg N, 23 kg P2O5, 25 kg K2O, dan 5 kg S per ha, Barru 170
kg N, 23kg P2O5, 25 kg K2O per ha, Pangkep 170 kg N, 43 kg P2O5, 40 kg
K2O, dan 10 kg S per ha.
2. Pemupukan pada tanaman jagung di lahan kering Grumosol Jeneponto
menggunakan takaran 120 kg N, 57 P2O5 dan 44 K2O per ha
3. Pemupukan pada tanaman jagung di lahan kering Inciptisol Bone dianjurkan
menggunakan takaran 170 kg N, 30 kg P2O5, dan 63 kg K2O per ha.

DAFTAR PUSTAKA

Cooke, G. W. 1985. Fertilizing for maximum yield. Granada Publishing Lmt. London.
p. 75-87.

Dobermann, A., T. Arkebauer, K.G. Cassman, R.A. Drijber, J.L. Lindquist, J.E. Specht,
D.T. Walters, H. Yang, D. Miller, D.L. Binder, G. Teichmeier, R.B. Ferguson
and C.S. Wortmann. 2003. Understanding corn yield potential in different
environments. P. 67-82. In L.S. Murphy (ed.) Fluid focus: the third decade.
Proceedings of the 2003 Fluid Forum, Vol. 20. Fluid Fertilizer Foundation,
Manhattan, KS.

Dobermann, A., and T. Fairthurts. 2000. Rice nutrient disorders and nutrient
management. Internasional Rice Research Institute (IRRI). Los Banos. 192p.

Makarim, A. K., I.N. Widiarta, S. Hendarsih, dan S. Abdurachman, 2003. Panduan


teknis pengelolaan hara dan pengendalian hama penyakit tanaman padi
secara terpadu. Puslitbangtan.37 hal.
Syafruddin, M. Rauf, R, Y, Arvan, dan M. Akil. 2006. Kebutuhan pupuk N, P, dan K
tanaman jagung pada tanah Inceptisol Haplustepts. Penelitian pertanian 25:1-
9

Syafruddin, Akil, M., M. Rauf, A.F. Fadly, dan Faesal. 2008. Pengelolaan hara, air, dan
tanaman jagung mendukung teknologi pengelolaan tanaman terpadu (PTT)
jagung. Laporan akhir (Tidak dipublikasi).

Thamrin, M., P. Tandisau. Sahardi. 2005. Peningkatan produktivitas jagung hibrida


melalui teknologi pemupukan spesifik lkasilahan kering iklim kering. Dalam
Prosiding Seminar dan Lokakarya. “Dukungan Teknologi Infrastruktru dan
kebijakan dalam Pengembangan Agribisnis Jagung Nasuonal”.

Witt, C., and A. Dobermann. 2002. A site-specific nutrient management approach for
irrigated lowland rice in Asia. Better Crops Int. 16:20-24.

Wit, C. 2007. Site spesifik nutrient managemen for maize in favorable tropical
environments. Power Point dal Seminar dan Lokakarya Pengeloaan Hara
spesifik lokasi untuk Tanaman Jagung. Lampung. 44p.

290

Anda mungkin juga menyukai