Anda di halaman 1dari 72

PENDAPATAN PETANI PADI JAGUNG DAN KESEDIAAN

MEMBAYAR DALAM PENGGUNAAN BENIH UNGGUL DI


KECAMATAN RAMAN UTARA

ARES GUSTI NUGRAHA

DEPARTEMEN ILMU EKONOMI


FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
2020
PERNYATAAN MENGENAI SKRIPSI DAN
SUMBER INFORMASI SERTA PELIMPAHAN HAK CIPTA

Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi berjudul Pendapatan Petani Padi
Jagung dan Kesediaan Membayar dalam Penggunaan Benih Unggul di Kecamatan
Raman Utara adalah benar karya saya dengan arahan dari pembimbing dan belum
diajukan dalam bentuk apa pun kepada perguruan tinggi mana pun. Sumber
informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan maupun tidak
diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam
Daftar Pustaka di bagian akhir skripsi ini.
Dengan ini saya melimpahkan hak cipta dari karya tulis saya kepada Institut
Pertanian Bogor.

Bogor, Juli 2020

Ares Gusti Nugraha


NIM H14160081
ABSTRAK

ARES GUSTI NUGRAHA. Pendapatan Petani Padi Jagung dan Kesediaan


Membayar dalam Penggunaan Benih Unggul di Kecamatan Raman Utara.
Dibimbing oleh MUHAMMAD FIRDAUS.

Pertanian merupakan sektor penunjang perekonomian Indonesia. Salah satu


subsektor pertanian adalah tanaman pangan seperti padi dan jagung merupakan
sumber utama karbohidrat. Salah satu faktor produktivitas adalah penggunaan
benih. Raman Utara merupakan wilayah yang berpotensi memiliki produktivitas
tinggi pada tanaman padi dan jagung. Akan tetapi, kualitas benih di daerah ini
mengalami masalah sehingga berdampak pada produktivitas padi dan jagung yang
rendah. Benih unggul menjadi solusi terbaik untuk meningkatkan produktivitas
tetapi harga yang mahal menjadi kendala petani untuk membelinya. Sehingga
kesediaan petani untuk membayar benih unggul bersertifikat menjadi salah satu
persoalan karena pendapatan petani yang rendah. Tujuan dari penelitian ini adalah
untuk menganalisis pendapatan dan kesediaan membayar petani terhadap
penggunaan benih. Data yang digunakan dalam penelitian ini berasal dari 100
responden yang terbagi menjadi 60 responden padi dan 40 responden jagung. Data
yang dikumpulkan menggunakan metode purposive sampling. Analisis yang
digunakan yaitu regresi linear berganda (OLS), regresi logistik, dan contingent
valuation method. Hasil dari penelitian ini menunjukan bahwa variabel luas lahan
memiliki hubungan negatif dan signifikan serta variabel pupuk memiliki hubungan
positif dan signifikan terhadap pemilihan benih padi hibrida dan inbrida. Sedangkan
variabel penerimaan memiliki hubungan positif dan signifikan serta variabel pupuk
dan tenaga kerja memiliki hubungan negatif dan signifikan terhadap pendapatan
petani jagung. Rata-rata kesediaan membayar petani untuk benih padi hibrida dan
inbrida sebesar Rp.137.833/kg dan Rp.24.500/kg, sedangkan rata-rata kesediaan
membayar petani untuk benih jagung sebesar Rp.102.625/kg.

Kata Kunci: Benih, Kesediaan membayar, Pendapatan


ABSTRACT

ARES GUSTI NUGRAHA. Maize and Rice Farmer’s Income and Willingness To
Pay For Using Superior Seed in North Raman District. Supervised by
MUHAMMAD FIRDAUS.

Agriculture is a supporting sector of the Indonesian’s economy. One of


agricultural sub-sectors is food crops, such as rice and corn which is the main
sources of carbohydrates. One of productivity factors is the use of seed. Raman
Utara is a region that has the potential to have high productivity in rice and corn.
However, the quality of seed in the region has problem that has an impact on low
productivity of rice and corn. Superior seed is the best solution to increase
productivity but high price will make it difficult farmers to buy them. So that
farmers' willingness to pay for certified superior seed is one of the problems because
low farmer’s income. The purpose of this study is to analyze farmers' income and
willingness to pay for using seed. The data were used in the study from 100
respondents who were divided into 60 rice respondents and 40 corn respondents.
Data was collected to using purposive sampling method. The The multiple linear
regression (OLS), logistic regression, and contingent valuation method were used
as analysis methods. The results in the study showed that the variable of land area
has negative and significant and the fertilizer’s variable has positive and significant
to the selection of hybrid and inbred rice’s seed. The other results showed that
variable of revenue has positive and significant and the fertilizer and labor variables
have negative and significant to the income of corn farmers. The average
willingness to pay farmers for hybrid and inbred rice’s seed is Rp137,833/kg and
Rp24,500/kg, and the average willingness to pay farmers for corn seed is
Rp102,625/kg.

Keywords: Income, Seed, Willingness to Pay


PENDAPATAN PETANI PADI JAGUNG DAN KESEDIAAN
MEMBAYAR DALAM PENGGUNAAN BENIH UNGGUL DI
KECAMATAN RAMAN UTARA

ARES GUSTI NUGRAHA

Skripsi
sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar
Sarjana Ekonomi
pada
Departemen Ilmu Ekonomi

DEPARTEMEN ILMU EKONOMI


FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
2020
PRAKATA

Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Allah SWT atas segala karunia-
Nya sehingga karya ilmiah ini berhasil diselesaikan. Tema yang dipilih dalam
penelitian yang dilaksanakan sejak bulan Februari 2020 hingga bulan Maret 2020
ini adalah regional yang berjudul Pendapatan Petani Padi Jagung dan Kesediaan
Membayar dalam Penggunaan Benih Unggul di Kecamatan Raman Utara.
Penghargaan penulis sampaikan kepada Bapak Aria Purnama, Ibu Eko Sari
Kurniasih, Adik Mahdiyah Riaesnianda sebagai keluarga yang selalu memberikan
dukungan dan do’a serta semangat dalam penyusunan karya ilmiah ini. Mocha Riri
Atmiardi juga yang telah memberikan dukungan dan motivasi dalam penyusunan
karya ilmiah ini. Dalam penyusunan skripsi ini, penulis juga mengucapkan banyak
terima kasih kepada:
1. Bapak Prof Dr Muhammad Firdaus, SP, M.Si. selaku dosen pembimbing
yang senantiasa memberikan bimbingan dan arahan sehingga penulis dapat
menyelesaikan karya ilmiah ini.
2. Ibu Dr Tanti Novianti, M.Si. sebagai dosen penguji utama serta Ibu Mutiara
Probokawuryan, SE, MMgt (econ) sebagai dosen penguji komisi pendidikan,
yang telah memberikan kritik dan saran yang membangun untuk penelitian
ini.
3. Rekan satu bimbingan skripsi, Arie Bastanta Ginting dan Dian Rahmawati
yang telah berjuang bersama-sama menyelesaikan tugas akhir pendidikan
sarjana ini.
4. Anggota Manjanation Expansion yang terdiri dari Aulia Suci, Dewi Rinanti,
Mia Andreni, Rival Sandika, Rizqi Fitriana, Yolanda Roymanto, Yolanda
Sarki, Zuleman. Beserta anggota tim benih dan teman skripsi; Meina
Duatidara, Ayu Lestari, Yoga Yulian Rahmad, Nabila Sadelina serta Alya
Dheanisa Hardanti yang telah banyak membantu dari penyusunan proposal
hingga skripsi.
5. Seluruh teman-teman Ilmu Ekonomi angkatan 53 dan M. Ridho Firdaus
selaku komti serta HIPOTESA FEM IPB yang senantiasa memberikan saran
dan semangat kepada penulis selama penulis menempuh pendidikan sarjana
di kampus Institut Pertanian Bogor.
6. Bapak/Ibu dari BPP dan penyuluh Raman Utara, Dinas Pertanian Provinsi
dan Kabupaten Lampung; Arip Bijaksana, Endang Sepriani, Flora Defika,
Jailan Supriyadi, Jamingun, Ketut Mudita, Nyoman Mawa, Sri Maryati,
Sumaji, Supriyanto, Syahruddin, Tati, Tosiyah dan pihak-pihak lain yang
membantu penulis dalam turun lapang.
Semoga karya ilmiah ini bermanfaat.

Bogor, Juli 2020

Ares Gusti Nugraha


DAFTAR ISI

DAFTAR TABEL ........................................................................................ iii


DAFTAR GAMBAR .................................................................................... iii
DAFTAR LAMPIRAN ................................................................................. iii
PENDAHULUAN ........................................................................................ 1
Latar Belakang ......................................................................................... 1
Rumusan Masalah .................................................................................... 3
Tujuan Penelitian ..................................................................................... 5
Manfaat Penelitian.................................................................................... 6
Ruang Lingkup Penelitian ........................................................................ 6
TINJAUAN PUSTAKA................................................................................ 6
Tinjauan Pustaka ...................................................................................... 6
Tinjauan Empiris ...................................................................................... 9
Kerangka Pemikiran ................................................................................. 12
Hipotesis Penelitian .................................................................................. 14
METODE PENELITIAN .............................................................................. 15
Lokasi dan Waktu Penelitian .................................................................... 15
Jenis dan Sumber Data ............................................................................. 15
Metode Penarikan Sampel ........................................................................ 15
Metode Pengolahan dan Analisis Data ...................................................... 15
Analisis Deskriptif.................................................................................... 16
Analisis Regresi Logistik .......................................................................... 16
Analisis Regresi Linear Berganda ............................................................. 17
Analisis Valuasi Kontingensi .................................................................... 20
Definisi Operasional ................................................................................. 22
HASIL DAN PEMBAHASAN ..................................................................... 23
Gambaran Umum ..................................................................................... 23
Karakteristik Responden........................................................................... 24
Hasil Analisis Regresi Logistik Biner ....................................................... 25
Hasil Analisis Regresi Linear Berganda .................................................... 27
Analisis Kesediaan Membayar Petani Padi Jagung Dalam Penggunaan Benih
Unggul Bersertifikat ................................................................................. 30
Implikasi Perhitungan WTP...................................................................... 34
SIMPULAN DAN SARAN .......................................................................... 35
Simpulan .................................................................................................. 35
Saran ........................................................................................................ 35
DAFTAR PUSTAKA ................................................................................... 36
LAMPIRAN ................................................................................................. 39
RIWAYAT HIDUP ...................................................................................... 54
DAFTAR TABEL

1. Produksi nasional benih padi dan jagung pada tahun 2014-2018 .......... 2
2. Penelitian terdahulu ............................................................................. 10
3. Demografi responden padi dan jagung ................................................. 24
4. Hasil estimasi regresi logistik biner ...................................................... 25
5. Hasil perhitungan nilai peluang responden dan pengelompokkan ......... 26
6. Hasil perhitungan keakuratan pengelompokan ..................................... 27
7. Hasil estimasi regresi linear berganda pendapatan padi ........................ 27
8. Hasil estimasi regresi linear berganda jagung ....................................... 29
9. Distribusi Willingness To Pay terhadap benih padi hibrida ................... 31
10. Distribusi Willingness To Pay terhadap benih padi inbrida ................... 31
11. Distribusi Willingness To Pay terhadap benih jagung ........................... 32
12. Perbandingan hasil rata-rata willingness to pay dengan harga pasaran .. 34

DAFTAR GAMBAR

1. Luas panen dan nilai produktivitas padi pada tahun 2014-2018


di Indonesia ......................................................................................... 1
2. Luas panen dan nilai produktivitas jagung pada tahun 2014-2018
di Indonesia ......................................................................................... 2
3. Produktivitas dan produksi padi Provinsi Lampung tahun 2018 ........... 3
4. Produktivitas dan produksi jagung Provinsi Lampung tahun 2018 ........ 4
5. Kerangka Pemikiran Operasional ......................................................... 13
6. Peta Wilayah Kecamatan Raman Utara ................................................ 23
7. Kurva Willingness To Pay benih padi hibrida dan inbrida .................... 32
8. Kurva Willingness To Pay benih jagung ............................................... 33

DAFTAR LAMPIRAN

1. Hasil pendugaan regresi logistik biner .................................................. 39


2. Hasil uji Hosmer and Lemeshow .......................................................... 39
3. Hasil perhitungan nilai peluang responden ........................................... 39
4. Hasil perhitungan pengelompokkan responden .................................... 40
5. Hasil uji reliabilitas model jagung ........................................................ 40
6. Hasil estimasi regresi linear berganda jagung ....................................... 41
7. Hasil uji Kolmogorov-Smirnov ............................................................. 42
8. Hasil uji Multikolinearitas.................................................................... 42
9. Hasil uji Autokorelasi .......................................................................... 42
10. Hasil uji Heteroskedastisitas ................................................................ 42
11. Hasil uji reliabilitas model padi hibrida dan inbrida ............................. 42
12. Hasil estimasi regresi linear berganda benih hibrida dan inbrida........... 43
13. Hasil uji Jarque-Bera ........................................................................... 44
14. Hasil uji Multikolinearitas.................................................................... 44
15. Hasil uji Autokorelasi .......................................................................... 44
16. Hasil uji Heteroskedastisitas ................................................................ 44
17. Kuisioner Penelitian ............................................................................. 44
PENDAHULUAN

Latar Belakang

Sektor pertanian sebagai salah satu sektor penunjang perekonomian


Indonesia. Hal ini diperkuat dengan kontribusi sektor tersebut pada PDB nasional
tahun 2019 atas dasar harga konstan sebesar 12.37%. Kontribusi ini menempati
urutan ketiga terbesar setelah sektor industri pengolahan dan perdagangan besar dan
eceran dengan persentase sebesar 20.79% dan 13.16% (BPS 2020). Tanaman
pangan merupakan subsektor pertanian yang berkontribusi paling tinggi setelah
tanaman perkebunan sebesar 23.15% (BPS 2020). Hal ini diakibatkan karena
tanaman pangan merupakan komoditas penting untuk dijadikan sebagai bahan
pangan pokok di Indonesia. Berdasarkan Kementerian Pertanian Republik
Indonesia pada tahun 2018, padi dan jagung merupakan komoditas pada tanaman
pangan yang menempati urutan ketiga dan keempat yang memiliki pertumbuhan
produktivitas yang baik setelah kacang tanah dan kacang kedelai yaitu sebesar
0.52% dan 0.21%.
Menurut Purwanto (2008), salah satu serealia yang bernilai ekonomi yang
dapat dikembangkan sebagai sumber utama karbohidrat lain setelah beras adalah
jagung. Sedangkan padi merupakan tanaman pangan yang hampir dikonsumsi oleh
penduduk Indonesia sebesar 90% (Saragih dalam Donggulo 2017). Komoditas ini
memegang memiliki peran yang vital dalam kehidupan perekonomian Indonesia
sehingga menjaga produktivitas kedua komoditas menjadi hal yang penting.
Menurut Mangkuprawira (2007), rasio output terhadap input dari proses
produksi dalam periode waktu tertentu disebut produktivitas. Dalam hal ini,
indikator produktivitas pertanian dapat menggunakan rasio antara hasil produksi
dengan luas panen sehingga semakin rendah luas panen maka tingkat produktivitas
pertanian makin tinggi. Luas panen untuk komoditas padi mengalami kenaikan
yang signifikan pada tahun 2014-2015 sebesar 13,797,307 ha menjadi 15,994,512
ha. Hal ini seharusnya diikuti dengan nilai produktivitas padi yang kecil akan tetapi
produktivitas padi mengalami kenaikan yang menandakan bahwa tidak
produktifnya tanaman padi (Gambar 1).
16,5 54
16 53,5
15,5 53
15 52,5
Juta Ha

Ku/Ha

14,5 52
14 51,5
13,5 51
13 50,5
12,5 50
2014 2015 2016 2017 2018

Luas Panen Produktivitas

Sumber : Kementerian Pertanian Republik Indonesia, 2020


Gambar 1 Luas panen dan nilai produktivitas padi pada tahun 2014-2018 di
Indonesia
2

Pada komoditas jagung, luas panen mengalami kenaikan yang signifikan dari
tahun 2014-2018. Namun diikuti dengan nilai produktivitas yang juga meningkat.
Pada tahun 2016, luas panen mengalami kenaikan menjadi 4,444,368 ha sedangkan
nilai produktivitas jagung juga mengalami kenaikan menjadi 53.05. hal ini
menandakan bahwa jagung tidak produktif (Gambar 2).

7 54
6 53
5 52
Juta Ha

Ku/Ha
4 51
3 50
2 49
1 48
0 47
2014 2015 2016 2017 2018

Luas Panen Produktivitas

Sumber : Kementerian Pertanian Republik Indonesia, 2020


Gambar 2 Luas panen dan nilai produktivitas jagung pada tahun 2014-2018 di
Indonesia

Penggunaan benih menjadi penentu produktivitas padi dan jagung yang ada
di Indonesia. Menurut Yudono (2015), peningkatan produktivitas dikarenakan
penggunaan varietas unggul dengan benih unggul bermutu yang tersedia tepat
sasaran secara berkesinambungan. Semakin tinggi penggunaan benih unggul
bermutu, semakin tinggi pula produksi nasional tanaman pangan. Pada produksi
benih untuk komoditas padi didominasi oleh inbrida serta benih jagung didominasi
oleh benih hibrida. Pada tahun 2015, produksi hibrida pada padi merupakan
produksi paling kecil akan tetapi produktivitas yang dihasilkan padi pada tahun
tersebut merupakan produktivitas paling tinggi selama kurun lima tahun yaitu
sebesar 53.35 ku/ha. Komoditas jagung memiliki produksi benih hibrida terbanyak
kedua pada tahun 2017, tetapi produktivitas pada tahun tersebut mengalami
penurunan sebesar 52.07 dari 53.05 pada tahun 2016 (Tabel 1).

Tabel 1 Produksi benih padi dan jagung pada tahun 2014-2018


Padi Jagung
Tahun Inbrida Hibrida Komposit Hibrida
(Ton) (Ton) (Ton) (Ton)
2014 92112 761 146 41402
2015 83585 56 1441 41497
2016 99173 202 562 45730
2017 79199 194 3037 52393
2018 83916 369 469 74854
Sumber: Kementrian Pertanian, 2018
3

Sebagaimana uraian data yang telah dijabarkan, pada dasarnya pemakaian


benih unggul dapat mengakibatkan produksi dan produktivitas komoditas padi dan
jagung menjadi semakin baik. Petani dapat diuntungkan dengan adanya benih yang
berkualitas dan unggulan, karena sistem dan pola tanam yang semakin efektif dan
efisien, serta hasilnya yang semakin baik. Secara tidak langsung, penggunaan benih
unggul dapat membantu meningkatkan pendapatan dan kesejahteraan petani.

Rumusan Masalah

Salah satu provinsi di Indonesia yang memiliki karakteristik yang cocok


untuk tanaman pangan adalah Lampung. Komoditas padi dan jagung di Lampung
memiliki nilai rata-rata produktivitas dari tahun 2014-2018 sebesar 50.84 ku/ha
untuk padi dan 51.55 ku/ha untuk jagung (Kementerian Pertanian 2020).
Berdasarkan data Dinas Pertanian Provinsi Lampung (2020), Lampung berada
diurutan tujuh dan tiga nasional untuk produksi padi dan jagung pada tahun 2018.
Kabupaten Lampung Timur menjadi salah satu sentra produksi padi dan
jagung. Pada tahun 2018, produktivitas padi di Lampung Timur hanya mencapai
49.04 ku/ha (Gambar 3) sedangkan jagung sebesar 54.01 ku/ha (Gambar 4).
Rendahnya produktivitas padi dan jagung di Lampung Timur dapat disebabkan oleh
penggunaan benih yang kurang bermutu serta penambahan luas panen tidak diiringi
dengan penambahan produksi. Penggunaan benih unggul kurang optimal yang
digunakan petani akibat harga benih unggul relatif mahal dan seringkali sulit
didapat. Menurut Juniarsih et al. (2013), di Indonesia penggunaan benih bermutu
maupun berlabel relatif masih rendah yakni 30% untuk padi dan 20% untuk jagung.

Sumber: Dinas Pertanian Provinsi Lampung, 2020


Gambar 3 Produktivitas dan produksi padi Provinsi Lampung tahun 2018

Lampung Timur menempati posisi kedua untuk produksi padi di provinsi


Lampung (Gambar 3). Dalam hal produktivitas, Lampung Timur masih kalah
dengan Lampung Selatan. Hal ini menunjukan adanya anomali karena produksi dan
produktivitas saling berhubungan positif, dimana jika produksi tinggi tentunya
4

diiringi oleh produktivitas yang tinggi pula (cateris paribus). Kabupaten Lampung
Selatan justru memiliki nilai produktivitas padi yang lebih tinggi dibandingkan
dengan Lampung Timur. Sedangkan nilai produksi padi di Lampung Selatan berada
jauh dibawah Lampung Timur.
Komoditas jagung di Lampung Timur juga memiliki permasalahan yang
seragam. Gambar 4 menunjukan bahwa tingginya produksi jagung di Lampung
Timur tidak diiringi dengan produktivitas yang tinggi.

Sumber: Dinas Pertanian Provinsi Lampung, 2020


Gambar 4 Produktivitas dan produksi jagung Provinsi Lampung tahun 2018

Lampung Tengah yang memiliki nilai produksi jauh dibawah Lampung


Timur, justru memiliki nilai produktivitas lebih tinggi dibandingkan Lampung
Timur. Hal ini mengindikasikan bahwa komoditas padi dan jagung di Lampung
Timur memiliki masalah produktivitas dimana berkaitan dengan adanya
penggunaan benih untuk usahatani yang dilakukan.
Benih merupakan instrumen penting yang berfungsi sebagai sarana produksi
pertanian yang menjadi awal dari kegiatan budidaya. Kualitas produk budidaya
akan bergantung kualitas benih, selain dipengaruhi oleh kondisi iklim dan
geografis. Harga benih unggul bersertifikat yang relatif mahal membuat petani
cenderung memilih benih dengan harga terjangkau tanpa mempertimbangkan
kualitas benih tersebut. Hal ini diakibatkan pendapatan para petani yang rendah
sehingga para petani menekan harga input yang ada. Selain itu, subsidi benih yang
direncanakan oleh pemerintah memiliki sejumlah permasalahan. Permasalahan
yang terjadi berkaitan dengan distribusi benih yang tidak tepat waktu dan varietas
yang didistribusikan tidak sesuai dengan preferensi petani serta adanya hambatan
dalam penyerahan daftar usulan (DU-PBB) sering terlambat (Kementrian Pertanian
2018). Dengan demikian, para petani harus pintar dalam menggunakan
pendapatannya untuk mendapatkan benih yang berkualitas serta efisien dengan
hasil yang maksimal.
Salah satu kasus yang terjadi pada kecamatan Raman Utara. Kecamatan yang
terletak di kabupaten Lampung Timur ini, para petani memiliki permasalahan pada
5

produksi padi dan jagung yang rendah. Produksi yang rendah menyebabkan
produktivitas pun rendah. Hal ini terbukti oleh produktivitas Raman Utara pada
tahun 2019, untuk padi dan jagung masing-masing sebesar 56.22 ku/ha dan 45
ku/ha. Nilai produktivitas ini masih kalah dengan kecamatan Jabung dan Bandar
Sribhawono (BPS Kabupaten Lampung Timur 2020). Menurut penyuluh daerah
setempat, hal ini disebabkan oleh harga benih unggul yang relatif mahal serta
adanya bantuan benih dari pemerintah yang tidak sesuai dengan permintaan benih
atas kemauan dari para petani tersebut. Subsidi benih yang mana sangat diperlukan
oleh para petani justru membuat petani tidak ingin menanam dengan benih yang
diberikan oleh pemerintah sehingga akan berpengaruh secara langsung terhadap
produksi serta produktivitas.
Kesediaan membayar (willingness to pay) petani padi dan jagung di Raman
Utara dalam menggunakan benih unggul menjadi salah satu aspek yang akan
diteliti. Hal ini disebabkan oleh harga benih yang diinginkan petani untuk membeli
benih unggul perlu ditinjau mengingat masih banyak petani yang keberatan dengan
harga benih unggul. Oleh karena itu, program subsidi benih seharusnya mampu
untuk menjawab permasalahan mengenai harga benih unggul yang mahal
(Surahman 2017). Faktanya kebijakan subsidi benih kurang efektif karena terlihat
bahwa petani banyak yang masih belum menggunakan benih unggul yang harganya
relatif mahal dan benih yang dihasilkan produsen kurang sesuai harapan (Kariyasa
2007).
Selain itu, pendapatan petani yang harus memenuhi kehidupan sehari-hari
menjadi salah satu persoalan yang harus dihadapi petani di Raman Utara dalam
mendapatkan benih unggul untuk kedua komoditas tersebut. Kondisi tersebut
menyebabkan para petani akan memilih benih dengan harga terjangkau untuk
mengurangi modal yang harus dikeluarkan untuk dapat menutupi pendapatan yang
akan didapat nantinya.
Berdasarkan hasil pemaparan tersebut, berikut ini adalah rumusan masalah di
dalam penelitian ini:
1. Bagaimana karakteristik petani dalam penggunaan benih unggul di
kecamatan Raman Utara?
2. Bagaimana faktor yang memengaruhi keputusan petani padi dalam
memilih benih hibrida dan inbrida di kecamatan Raman Utara?
3. Bagaimana dampak penggunaan benih unggul terhadap pendapatan
petani di kecamatan Raman Utara?
4. Bagaimana tingkat kesediaan membayar petani terhadap penggunaan
benih unggul yang tersedia di kecamatan Raman Utara?

Tujuan Penelitian

Berdasarkan latar belakang dan perumusan masalah yang dipaparkan, maka


penelitian ini mempunyai tujuan sebagai berikut:
1. Mengidentifikasi karakteristik petani dalam membayar benih unggul di
kecamatan Raman Utara.
2. Menganalisis faktor-faktor yang memengaruhi terhadap keputusan petani
padi dalam memilih benih unggul hibrida dan inbrida di kecamatan
Raman Utara.
6

3. Menganalisis dampak penggunaan benih unggul terhadap pendapatan


usahatani di kecamatan Raman Utara.
4. Mengidentifikasi dan menganalisis kesediaan membayar dari petani
dalam penggunaan benih unggul di kecamatan Raman Utara.

Manfaat Penelitian

Penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat, sebagai berikut:


1. Bagi akademisi, penelitian ini diharapkan menjadi salah satu sumber
rujukan pustaka dalam penulisan ilmiah tentang kesediaan membayar
serta analisis pendapatan.
2. Bagi masyarakat, hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan
informasi serta menambah pengetahuan mengenai analisis pendapatan
dan kesediaan membayar petani untuk penggunaan benih unggul dan
dapat dijadikan sumber acuan untuk penelitian lebih lanjut.
3. Bagi pemerintah, hasil penelitian ini dapat menjadi informasi dan
masukan untuk pelaksanaan kebijakan dalam alokasi serta bantuan untuk
mendapatkan benih unggul agar para petani mampu untuk meningkatkan
produksi dan produktivitas komoditas.

Ruang Lingkup Penelitian

Penelitian ini terdiri dari analisis faktor-faktor yang berpengaruh terhadap


keputusan petani padi dalam menggunakan benih unggul hibrida dan inbrida serta
pendapatan dan kesediaan membayar dalam penggunaan benih unggul oleh petani
padi dan jagung. Lingkup regional yang diteliti berada di kecamatan Raman Utara,
Lampung Timur. Para petani padi dan jagung yang telah memiliki pengalaman
minimal dua tahun dalam kegiatan usahatani merupakan responden pada penelitian
ini. Data yang digunakan bersumber dari data primer yang diambil pada periode
Februari 2020 - Maret 2020 dan data pendukung yang diperoleh dari Badan Pusat
Statistik, Kementrian Pertanian, studi literatur yang berupa jurnal dan skripsi, serta
informasi data relevan yang berasal dari Dinas Pertanian terkait dan Balai
Penyuluhan Pertanian Kecamatan Raman Utara.

TINJAUAN PUSTAKA

Tinjauan Pustaka

Benih Unggul

Berdasarkan UU No.12 Tahun 1992 tentang sistem budidaya tanaman dalam


Yudono (2015), benih disebut sebagai bagian dari tanaman yang memiliki fungsi
sebagai bahan perbanyakan (pertanaman produksi untuk konsumsi). Berdasarkan
fungsinya tersebut, benih manjadi salah satu input vital yang dapat mempengaruhi
keberhasilan produktivitas suatu tanaman. Sehingga kualitas benih merupakan hal
penting yang harus diperhatikan dalam segala aspek. Menurut Undang-Undang
7

Republik Indonesia No.12 Tahun 1992 Pasal 8, benih bermutu mempunyai


pengertian bahwa benih tersebut varietasnya benar dan murni yang mempunyai
mutu genetis, mutu fisiologis, dan mutu fisik yang tinggi sesuai dengan standar
mutu pada kelasnya. Kelas-kelas benih antara lain benih penjenis, benih dasar,
benih pokok, dan benih sebar. Benih penjenis digunakan untuk sumber
perbanyakan benih dasar. Persediaan benih tersebut digunakan untuk
didistribusikan kepada konsumen dan sebagai sumber produksi benih selanjutnya.
Keseluruhan benih dimulai dari benih penjenis sampai produksi benih sebar harus
berada dalam pengawasan mutu yang distandarisasi sesuai dengan peraturan yang
berlaku.
Pada proses produksi benih terlebih dahulu dilakukan pemeriksaan untuk
memastikan benih tersebut bermutu dan layak untuk ditanam. Pemeriksaan
mencakup sertifikat atau label yang memiliki keterangan mengenai: nama produsen
benih, varietas tanaman, alamat produsen benih, tanggal selesai pengujian, nomor
kelompok benih, dan lain-lain. Penggunaan benih varietas unggul bermutu aplikasi
teknologi budidaya secara tepat berpengaruh dalam peningkatan produktivitas,
produksi, dan mutu hasil produk. Tetapi penggunaan benih bersertifikat oleh petani
sampai saat ini masih rendah sekitar 55% (Surahman et al. 2015). Sudjarmoko et
al. (2013) memaparkan bahwa salah satu faktor penentu dalam produksi tanaman
adalah penggunaan benih unggul. Target produktivitas, kualitas produk, dan
efisiensi proses produksi ditentukan oleh adanya faktor tersebut. Keungulan lain
yang dimiliki oleh benih unggul adalah tahan terhadap penyakit atau hama.
Salah satu kendala di sektor pertanian karena secara tidak langsung akan
mempengaruhi produksi serta produktivitas dari suatu tanaman adalah hama dan
penyakit. Sutopo (2010) mengungkapkan bahwa petani sering mengalami kerugian
yang tidak sedikit baik dari segi biaya maupun waktu yang berharga akibat
penggunaan benih yang bermutu rendah. Jika pertumbuhan dan produksi tanaman
sangat dipengaruhi oleh keadaan iklim dan cara bercocok tanam, tetapi mutu benih
yang digunakan adalah sangat penting. Heriyanto dan Krisdiana (2011) menyatakan
bahwa asal benih yang digunakan petani pada umumnya berasal dari hasil panen
pada musim sebelumnya atau simpanan petani dan benih konsumsi yang dijual oleh
pedagang. Penggunaan benih yang berasal dari simpanan petani memiliki banyak
kelemahan diantara lain adalah nilai produktivitas yang dihasilan akan terus
menurun seiring dengan pemakaian yang terus dilakukan. Sedangkan pemakaian
benih konsumsi seperti benih unggul yang dijual para pedagang akan dapat
meningkatkan produktivitas tanaman.
Para petani menggunakan beberapa jenis benih unggul untuk kegiatan
usahatani. Beberapa memiliki pengertian dan ciri khas yang berbeda-beda. Benih
hibrida adalah benih yang dihasilkan berasal dari persilangan antara dua atau lebih
keturunan murni yang sifatnya unggul. Sedangkan benih inbrida tidak melalui
persilangan karena melakukan penyerbukan sendiri namun masih bersifat unggul
(Balitbangtan 2015).

Subsidi Benih

Subsidi benih dilakukan sebagai bentuk bantuan dari pemerintah agar para
petani di daerah tersebut terbantu dalam budidaya tanaman. Subsidi dari pemerintah
diberlakukan untuk menjaga kestabilan dari produksi dan produktivitas tanaman
8

pangan, karena benih menjadi salah satu faktor penentu dalam hal produktivitas dan
produksi suatu tanaman. Surat Keputusan Direktur Jenderal Tanaman Pangan
Nomor 10/KPA/SK.310/C/1/2017 tentang petunjuk teknis subsidi benih tahun
anggaran 2017 menyatakan dalam rangka membantu petani untuk membeli benih
varietas unggul bersertifikat, pemerintah mengalokasikan dana subsidi untuk benih
padi hibrida, padi inbrida serta benih kedelai. Pemberian subsidi tersebut bertujuan
agar petani mampu untuk membeli benih unggul dengan harga yang terjangkau.
BUMN pelaksana subsidi benih ditugaskan sebagai penyalur benih bersubsidi. PT
Sang Hyang Seri dan PT Pertani sebagai BUMN pelaksana subsidi benih
(Kementan 2017).

Pendapatan Usahatani

Tingkat pendapatan masyarakat merupakan cerminan tingkat kesejahteraan


yang dinikmati suatu masyarakat (Arsyad 2004). Pendapatan yang berasal dari
suatu kegiatan pertanian digunakan sebagai perhitungan untuk kesejahteraan petani.
Pendapatan bersih usahatani merupakan penjumlahan dari seluruh penerimaan
kotor usahatani dikurangi oleh biaya total yang dikeluarkan untuk pembiayaan
input faktor produksi usahatani. Pendapatan usahatani dapat terlihat dari seberapa
besar petani dapat menggunakan biaya produksinya dengan efisien untuk
mendapatkan hasil yang maksimal. Indikator keberhasilan suatu usahatani
ditentukan oleh besar kecilnya pendapatan usahatani. Upaya peningkatan
pendapatan petani dari suatu usahatani, secara umum sangat tergantung pada
besarnya jumlah biaya produksi. Terutama untuk persediaan lahan, benih, pupuk,
dan tenaga kerja yang kesemuanya sangat berpengaruh terhadap besar kecilnya
penerimaan maupun pendapatan yang di peroleh petani dari hasil usahataninya.
Menurut Soekartawi dalam Perkasa (2016), penggolongan biaya produksi
dilakukan berdasarkan sifatnya. Biaya tetap digunakan untuk hal yang berkaitan
dengan aset tetap dimana harus dibayarkan selama usahatani. Sedangkan biaya
tidak tetap dibayarkan berdasarkan kelangsungan usahatani dan sifatnya berubah,
contohnya luas usahatani berubah, biaya ini ada apabila ada sesuatu barang
diproduksi.

Kesediaan Membayar

Kesediaan membayar merupakan konsep dimana individu bersedia


membayar terhadap suatu kondisi lingkungan atau penilaian terhadap sumberdaya
alam dan jasa alami dalam rangka memperbaiki kualitas lingkungan. Menurut Fauzi
(2014), kesediaan membayar digunakan sebagai alat pengukuran maksimum yang
dikorbankan dari barang atau jasa untuk diperolehnya barang dan jasa lainnya.
Kesediaan membayar juga diukur dalam bentuk kenaikan pendapatan yang
menyebabkan seseorang berada dalam posisi indiferen terhadap perubahan
eksogen. Perubahan eksogen ini bisa terjadi karena adanya perubahan harga seperti
saat sumberdaya yang semakin langka atau karena perubahan kualitas sumberdaya.
Dengan demikian, kesediaan membayar ini berkaitan ke dalam teori permintaan.
Konsep kesediaan membayar memiliki metode dimana berfungsi sebagai alat
hitung meningkat atau menurunnya kondisi lingkungan, sebagai berikut:
9

1. Menghitung biaya yang bersedia dibayarkan individu dalam kegiatan


mengurangi efek negatif dari adanya kegiatan pembangunan.
2. Menghitung penurunan nilai dari barang karena kualitas lingkungan yang
semakin menurun.
3. Menggunakan survei untuk mengetahui tingkat kesediaan membayar
masyarakat untuk mendapatkan lingkungan yang lebih baik serta
mengurangi dampak negatif lingkungan tersebut.
Metode perhitungan pada kesediaan membayar (willingness to pay) dapat
secara langsung melalui survei atau turun lapang dan dapat melalui perhitungan
nilai dari adanya kualitas lingkungan yang terjadi penurunan. Metode elisitasi
digunakan menjadi salah satu tahapan yang berada dalam Contingent Valuation
Method (CVM). Metode ini digunakan untuk mendapatkan kesediaan dari suatu
individu dengan memberikan pertanyaan mengenai nilai yang bersedia dibayarkan
melalui beberapa metode. Lima metode yang digunakan sebagai berikut (Fauzi
2014).
1. Metode tawar menawar (bidding game)
Pemberian pertanyaan kepada responden untuk mengetahui berapa besar
kesediaan membayar menggunakan nilai nominal tertentu. Jika responden
tersebut bersedia, maka nilai nominal yang ditawarkan akan terus terjadi
peningkatan hingga mencapai nilai maksimal yang bersedia dibayarkan.
2. Metode pertanyaan terbuka (open-ended question)
Responden diberikan pertanyaan secara terbuka untuk menentukan
jumlah nilai nominal yang bersedia dibayarkan (maksimal).
3. Metode kartu pembayaran (payment card)
Responden diberikan sebuah kartu dengan berbagai nilai kesediaan
membayar dan dapat memilih nilai maksimal atau minimal sesuai dengan
preferensi responden.
4. Metode pilihan dikotomi (dichotomous choice)
Penawaran nilai nominal uang tertentu serta ditanyakan apakah responden
bersedia membayar atau tidak dengan sejumlah uang tersebut.
5. Metode contingent ranking
Responden diperlihatkan peringkat dari kombinasi kualitas lingkungan
yang berbeda beserta nilai nominalnya kemudian responden menguruti
pilihan paling memungkinkan hingga tidak memungkinkan.

Tinjauan Empiris

Penelitian mengenai kesediaan membayar (willingness to pay) dan analisis


pendapatan dalam penggunaan benih unggul di Indonesia telah banyak dilakukan.
Penelitian Priambodo (2013) menggunakan metode Contingent Valuation Method
(CVM) dalam menghitung nilai kesediaan membayar (WTP) konsumen dalam
pembelian sayuran organik. Hasil penelitian menunjukkan nilai rata-rata WTP
untuk kol sebesar Rp18,738, selada sebesar Rp30,048, brokoli sebesar Rp40,250,
pakchoy sebesar Rp24,368, dan wortel sebesar Rp19,820. Sikap dan hambatan
berpengaruh signifikan pada WTP sedangkan Social Economic Status tidak
memiliki pengaruh signifikan.
Penelitian Prastyawan (2016) menggunakan metode CVM dan metode
regresi logistik. Hasil penelitian menunjukan nominal sebesar Rp17,719/bulan
10

sebagai rerataan WTP yang bersedia dibayarkan oleh petani kakao terhadap zakat
perkebunan. Variabel tingkat pendidikan, tingkat keimanan, alturisme, dan dummy
mengikuti pengajian berpengaruh terhadap kesediaan membayar zakat perkebunan.
Penelitian Nurmalina dan Qhoirunisa (2013) mengungkapkan bahwa
keuntungan (profit) dari biaya tunai per hektar pada petani hibrida sebesar
Rp8,265,583, sedangkan untuk petani inbrida Rp8,875,299. Keuntungan (profit)
dari biaya total per hektar sebesar Rp2,660,588 untuk petani padi inbrida,
sedangkan untuk padi hibrida terjadi defisit sebesar Rp235,003. Nilai revenue cost
ratio masing-masing sebesar 2.15 dan 2.40 untuk usahatani padi hibrida dan inbrida
atas biaya tunai usahatani. Sedangkan nilai rasio 0.99 dan 1.21 masing-masing
untuk usahatani padi hibrida dan inbrida atas biaya total usahatani.

Tabel 2 Penelitian terdahulu


No Peneliti (Tahun) Metode Analisis Hasil Penelitian
Nilai rata-rata WTP untuk
brokoli sebesar Rp40,250, kol
contingent
sebesar Rp18,738, wortel sebesar
valuation
Rp19,820, pakchoy sebesar
method (CVM)
Lutfhan Hadhi Rp24,368, selada sebesar
1 dan structural
Priambodo (2013) Rp30,048. Sikap dan hambatan
equation
berpengaruh signifikan pada
modelling
WTP sedangkan SES tidak
(SEM)
memiliki pengaruh signifikan.

Kesediaan membayar
petani kakao terhadap zakat
perkebunan memiliki rata-rata
sebesar Rp17,719/bulan.
contingent
Variabel tingkat keimanan,
Wido Prastyawan valuation
2 tingkat pendidikan, alturisme dan
(2016) method (CVM),
dummy mengikuti pengajian
regresi logistik
berpengaruh pada kesediaan
membayar petani kakao terhadap
zakat perkebunan.

Pendapatan dari biaya tunai


per hektar pada petani hibrida
sebesar Rp8,265,583, sedangkan
untuk petani inbrida
Analisis
Rp8,875,299. Pendapatan dari
Astri Sabrina pendapatan
biaya total per hektar per musim
3 Qhoirunisa dan Rita usahatani dan
sebesar Rp2,660,588 untuk
Nurmalina (2013) R/C
petani padi inbrida, sedangkan
ratio.
untuk padi hibrida mengalami
kerugian sebesar Rp235,003.
Nilai Nilai revenue cost ratio atas
biaya tunai pada usahatani padi
11

hibrida sebesar 2.15, sedangkan


untuk usahatani inhibrida sebesar
2.40. Nilai revenue cost ratio atas
biaya total pada usahatani padi
hibrida sebesar 0.99, sedangkan
untuk padi inhibrida sebesar
1.21.

Pendapatan rata-rata petani


padi di kecamatan Mlongo
kabupaten Jepara per musim
tanam adalah Rp8,924,425/0.5
ha. Rata-rata pendapatan petani
rata-rata per bulan adalah
Rp1,487,404 lebih rendah
Regresi linear dibandingkan upah minimum
Reka Listiani, Agus
berganda, regional (UMR) kabupaten
4 Setiyadi, dan Siswanto
analisis Jepara yaitu Rp1,600,000. Faktor
Imam Santoso (2019)
pendapatan yang memengaruhi pendapatan
petani padi adalah biaya pestisida
dan biaya lahan. Variabel biaya
pupuk, biaya bibit, dan tenaga
kerja tidak memengaruhi
pendapatan petani padi di
kecamatan Mlonggo kabupaten
Jepara.

Pendapatan usahatani
jagung hibrida rata-rata sebesar
Rp2,942,362.97/ha sedangkan
usahatani jagung inbrida rata-rata
sebesar Rp1,255,179.45/ha.
Rr. Myristica Ayu Regresi linear Hasil analisis regresi
Apriliana, Moch. berganda dan menunjukkan bahwa hasil
5
Muslich Mustadjab analisis produksi per hektar, biaya benih
(2016) pendapatan per hektar, dan jenis benih
berpengaruh positif sedangkan
biaya pupuk per hektar dan biaya
tenaga kerja per hektar
berpengaruh negatif terhadap
pendapatan usahatani jagung.
12

Nilai revenue cost ratio


sebesar 1.6 dan pendapatan
sebesar Rp3,778,994/ha.
Variabel berpengaruh positif
Analisis Cobb- terhadap produksi adalah benih
Indriyati dan Moch Douglas, dan tenaga kerja. Variabel
6 Muslich Mustadjab analisis berpengaruh positif terhadap
(2016) pendapatan, R/C pendapatan adalah penerimaan
ratio dan tingkat ketersediaan tenaga
kerja. Sedangkan variabel yang
memiliki hubungan negatif
adalah benih, biaya pupuk, dan
biaya tenaga kerja.

Kerangka Pemikiran

Komoditas tanaman pangan memiliki nilai serta potensi besar tersendiri.


Benefit yang dihasilkan oleh komoditas tersebut sangat besar. Subsektor tanaman
pangan seperti padi dan jagung berperan sangat penting bagi bahan pangan pokok
di Indonesia. Konsumsi padi di Indonesia sendiri bahkan mencapai angka 90% dan
jagung merupakan alternatif bahan baku kabohidrat lain sebagai pengganti padi.
Peranan ini menjadikan produktivitas padi dan jagung sangat diperhatikan guna
memenuhi kebutuhan masyarakat Indonesia. Benih merupakan salah satu instrumen
penting untuk meningkatkan produktivitas suatu komoditas termasuk padi dan
jagung. Kualitas benih unggulan menjadi alternatif untuk memenuhi produktivitas
yang semakin tinggi. Akan tetapi, benih unggul rata-rata di Raman Utara memiliki
harga yang tinggi sehingga hal ini menjadi bahan pertimbangan petani dalam
membeli benih unggul. Dengan demikian, perlu adanya analisis dalam hal
pengambilan keputusan petani di Raman Utara untuk membeli benih unggul atau
justru membeli benih dengan kualitas rendah.
Keputusan petani dalam memilih benih yang unggul didasarkan pada
kesediaan membayar dan pendapatan petani. Metode contingent valuation method
(CVM) bertujuan untuk mengetahui seberapa besar petani mampu untuk membayar
benih yang unggul tersebut. Analisis pendapatan usahatani juga dilakukan untuk
melihat perbandingan benih yang digunakan oleh petani jagung dan petani padi
yang menggunakan benih padi hibrida dan inbrida. Analisis ini berdasarkan hasil
regresi linear berganda serta analisis regresi logistik. Semua analisis ini akan
menjadi sebuah rekomendasi pemerintah untuk menyesuaikan harga benih padi dan
jagung dipasaran sehingga petani bersedia untuk membayar benih tersebut. Dengan
demikian, peningkatan produksi serta produktivitas akan terjadi.
13

Padi dan Jagung memiliki


produktivitas tinggi

Benih unggul sebagai faktor penentu


produktivitas usahatani

Penggunaan benih unggul pada padi dan jagung di


Raman Utara didasarkan pada pendapatan serta
kesediaan membayar pada harga yang berlaku di pasaran

Karateristik Keputusan Analisis Analisis


petani padi dan petani padi pendapatan padi Kesediaan
jagung memilih benih dan jagung Membayar
hibrida dan
non hibrida
Metode Metode
Regresi
Deskriptif Valuasi
Regresi Linear
Berganda Kontingensi
Logistik
Biner

Implikasi penerapan kebijakan berdasarkan hasil dari


analisis di Kecamatan Raman Utara

Gambar 5 Kerangka Pemikiran Operasional


Operasional
14

HIPOTESIS PENELITIAN

1. Variabel luas lahan diduga memiliki berhubungan positif terhadap


pemilihan benih padi hibrida dan inbrida. Petani yang memiliki lahan yang
luas maka akan memilih benih padi hibrida daripada benih padi inbrida.
2. Variabel pengalaman bertani diduga memiliki berhubungan positif terhadap
pemilihan benih padi hibrida dan inbrida. Hal ini ditentukan dengan
semakin lama petani tersebut melakukan usahatani maka petani tersebut
akan memilih benih padi hibrida. Hal ini disebabkan dengan adanya
efisiensi dalam penggunaan benih pada padi hibrida sehingga akan
menurunkan biaya total usahatani.
3. Variabel pendapatan diduga memiliki berhubungan positif terhadap
pemilihan benih padi hibrida dan inbrida. Hal ini diperkuat semakin besar
pendapatan usahatani, maka petani akan lebih memilih menggunakan benih
padi hibrida.
4. Variabel biaya pupuk diduga memiliki berhubungan positif terhadap
pemilihan benih padi hibrida dan inbrida. Semakin tinggi biaya penggunaan
pupuk pada usahatani, maka akan menyebabkan petani lebih memilih
menggunakan benih hibrida. Hal ini disebabkan benih padi hibrida
memerlukan pupuk yang banyak karena memang benih hibrida
mendapatkan hasil yang jauh lebih tinggi sehingga akan berpengaruh pada
banyaknya biaya yang dikeluarkan untuk pupuk.
5. Variabel biaya benih diduga memiliki hubungan positif terhadap
pendapatan petani padi dan jagung. Semakin tinggi biaya penggunaan benih
akan meningkatkan pendapatan usahatani.
6. Variabel biaya pupuk diduga memiliki hubungan negatif terhadap
pendapatan petani padi dan jagung. Hal ini dijelaskan bahwa semakin tinggi
biaya penggunaan pupuk maka akan terjadi penurunan pendapatan
usahatani.
7. Variabel biaya pestisida diduga memiliki hubungan negatif terhadap
pendapatan petani padi dan jagung. Semakin besar penggunaan pestisida
maka akan menurunkan pendapatan petani. Hal ini disebabkan adanya
penggunaan pestisida yang berlebihan akan menyebabkan tingkat hasil yang
kurang optimal dari usahatani tersebut sehingga akan berpengaruh kedalam
pendapatan yang semakin menurun.
8. Variabel biaya tenaga kerja diduga memiliki hubungan negatif terhadap
pendapatan petani padi dan jagung. Hal ini disebabkan adanya biaya tenaga
kerja dari luar keluarga sehingga hal ini akan mengakibatkan penurunan
pada pendapatan petani.
9. Variabel pengalaman bertani diduga memiliki berhubungan positif terhadap
pendapatan petani padi. Hal ini ditentukan dengan semakin lama petani
tersebut melakukan usahatani maka petani tersebut akan memiliki
pengalaman untuk menentukan sarana input produksi yang efektif dan
efisien sehingga akan berakibat pada peningkatan pendapatan petani.
15

METODE PENELITIAN

Lokasi dan Waktu Penelitian

Penelitian dilakukan di kecamatan Raman Utara, Lampung Timur. Pemilihan


lokasi dilakukan secara sengaja (purposive) dengan pertimbangan bahwa petani
disana telah menggunakan benih unggul selama lebih dari dua tahun dan
mempertimbangkan produksi serta produktivitas padi dan jagung di wilayah
tersebut. Pengambilan data dilakukan pada bulan Februari 2020 - Maret 2020.

Jenis dan Sumber Data

Penelitian ini menggunakan data primer dan sekunder. Data primer diperoleh
dari wawancara langsung kepada petani serta observasi yang dilakukan di
kecamatan Raman Utara, Lampung Timur. Hasil dari wawancara langsung tersebut
akan dilakukan pengolahan serta analisis lebih lanjut. Data sekunder diperoleh dari
Badan Pusat Statistik, Kementrian Pertanian, studi literatur yang berupa jurnal dan
skripsi, serta informasi data yang berasal dari Dinas Pertanian terkait dan Balai
Penyuluhan Pertanian Kecamatan Raman Utara yang relevan.

Metode Penarikan Sampel

Pengambilan sampel menggunakan metode purposive sampling dimana


berdasarkan pertimbangan tentang beberapa karakteristik yang cocok berkaitan
dengan anggota contoh yang diperlukan untuk menjawab tujuan penelitian (Juanda,
2009). Pengambilan sampel disini berdasarkan jumlah populasi. Petani pelaksana
padi dan jagung di kecamatan Raman Utara merupakan populasi di penelitian ini.
Jumlah responden adalah 100 orang. Jumlah tersebut terbagi menjadi masing-
masing 30 orang petani padi hibrida dan non hibrida. Jumlah sampel untuk petani
jagung sebesar 40 orang. Menurut Walpole (1992), penetapan jumlah responden
mengikuti aturan secara statistika dimana mendekati sebaran normal yaitu minimal
30 sampel atau data.

Metode Pengolahan dan Analisis Data

Penelitian ini menggunakan analisis kualitatif dan kuantitatif berdasarkan


data primer dan sekunder yang diperoleh dari hasil penelitian. Analisis kualitatif
diuraikan secara deskriptif untuk menjelaskan gambaran umum mengenai
karakteristik petani dalam menggunakan benih unggul serta kemampuan petani
dalam membayar benih unggul padi dan jagung di kecamatan Raman Utara,
Lampung Timur. Pengolahan data dengan menggunakan metode kuantitatif seperti
analisis logistik biner yang digunakan untuk menganalisis peluang pemilihan benih
hibrida dan inbrida pada petani padi, regresi linear berganda yang digunakan untuk
mengetahui faktor-faktor yang memengaruhi pendapatan pada petani dalam
pemakaian benih unggul. Sedangkan perhitungan kesediaan membayar
menggunakan pendekatan contingent valuation method (CVM).
16

Analisis Deskriptif

Metode yang bertujuan untuk mengelompokan serta mengidentifikasi


berdasarkan objek atau hasil penelitian. Analisis ini terdiri dari gambaran umum,
deskripsi atau lukisan secara sistematis, fakta-fakta yang akurat, serta hubungan
antarfenomena yang diteliti. Analisis deskriptif dalam penelitian ini adalah
karakteristik responden petani yang merupakan objek penelitian sedangkan dalam
pembuatan tabel dibentuk melalui Microsoft Excel 2016.

Analisis Regresi Logistik

Regresi logistik digunakan dalam melihat pengaruh variabel penjelas


terhadap variabel terikat. Suatu teknik untuk menerangkan peluang kejadian
tertentu dari peubah respon (Firdaus et al. 2011). Metode ini digunakan untuk
menganalisis variabel dependen yaitu peluang petani padi dalam memakai benih
hibrida dan inbrida. Variabel penjelas yang digunakan adalah luas lahan,
pengalaman bertani, penggunaan pupuk dan pendapatan. Persamaan model regresi
logistik yang telah dipaparkan variabel penjelas dan variabel terikat adalah sebagai
berikut.
Pi
BNHi = 𝑙𝑛 1−Pi = α + β1LSLHNi + β2PNGLMNi + β3lnPPKi + β4lnPNDPTNi +
εi…………………………………………………………………………………………………………………………………………………. (1)
Keterangan:
BNHi : Keputusan petani memilih benih hibrida / inbrida (bernilai
1 untuk benih hibrida dan 0 untuk bukan benih inbrida).
Pi : Peluang petani memilih benih hibrida
1-Pi : Peluang petani memilih benih inbrida
α : Konstanta regresi atau intersep
β1, 2…4 : Koefisien estimasi atau slope
LSLHN : Luas lahan (ha)
PNGLMN : Pengalaman bertani (tahun)
lnPPK : Logaritma natural biaya pupuk usahatani (rupiah)
lnPNDPTN : Logaritma natural pendapatan usahatani (rupiah)
i : Responden ke-i (i=1,2,3,…60)
εi : error term

Setelah menemukan model regresi logistik yang tepat diperlukan adanya uji
statistik untuk mengetahui model yang dipilih sudah baik (fit) atau belum. Uji
statistik yang dilakukan berupa:

Uji Parameter Model

Pengujian ini bertujuan untuk mengetahui variabel independen yang


mempengaruhi secara nyata terhadap variabel dependen (Juanda 2009). Uji Wald
(W) dilakukan untuk menguji keterkaitan koefisien β secara parsial dengan
hipotesis sebagai berikut:
H0: βi = 0 (variabel bebas ke-i tidak berpengaruh secara nyata terhadap variabel
terikat)
17

H1: βi ≠ 0 (variabel bebas ke-i berpengaruh secara nyata terhadap variabel terikat)
untuk i = 1,2,3,…n
Statistik uji yang digunakan adalah:
W = (𝛽𝑖𝑆𝐸 (𝛽𝑖))2…………………………………………..(2)
Keterangan:
W = Nilai Wald
βi = Vektor koefisien dihubungkan dengan penduga (koefisien X)
SE (βi) = Galat dari kesalahan dari βi H0 akan ditolak jika jika W> X 2(α,p) atau p-
value < α yang berarti variabel bebas Xi secara partial mempengaruhi variabel
dependen Y.

Uji Goodness of Fit

Tujuan pengujian untuk melihat apakah model tersebut baik (fit) atau tidak.
Uji Hosmer-Lemeshow digunakan untuk menguji apakah model tersebut sudah fit
atau tidak. Fit diartikan sebagai nilai yang diamati dengan maupun yang diprediksi
tidak memiliki perbedaan yang bermakna. Uji Hosmer-Lemeshow akan
mengasilkan bentuk model yang baik (fit) jika nilai p-value > 0.05 (taraf nyata 5%)
dimana model sudah baik (Hosmer dan Lemeshow 2000).

Uji Odds Ratio

Uji ini merupakan ukuran risiko, atau kecenderungan untuk mengalami


kejadian tertentu antara satu kategori dengan kategori lainnya, di mana kategori X i
= 1 terhadap Xi = 0. Nilai koefisien odds ratio dinyatakan dalam exp(β), yang
menyatakan risiko, atau kecenderungan pengaruh observasi dengan kategori X i = 1
adalah berapa kali lipat jika dibandingkan dengan observasi dengan kategori Xi = 0
(Juanda 2009).
Peluang dari suatu kejadian daripada peluang tidak terjadinya suatu kejadian
disebut odd. Sedangkan indikasi kemungkinan dengan keterkaitan odd, terdapat
kejadian sukses pada suatu kelompok dibandingkan dengan yang lain disebut ratio.

Analisis Regresi Linear Berganda

Metode yang digunakan adalah kuadrat terkecil atau Ordinary Least Square
(OLS). Metode ini bertujuan untuk melihat faktor-faktor yang memengaruhi
pendapatan usahatani padi dan jagung. Metode ini sangat sesuai dalam penggunaan
analisis regresi berganda, konsisten, serta sederhana karena gangguan populasi
didistribusikan secara normal (Gujarati 2007). Model regresi berganda dari petani
yang menggunakan benih padi hibrida dan inbrida sebagai berikut.
lnPNDPTNi = βo + β1 lnBNHi + β2 lnPPKi + β3lnPTSDi+ β4 lnTKi +
β5PNGLMNi + β6DBei + εi …………………………………………………...…………..(3)
Keterangan:
lnPNDPTN : Logaritma natural pendapatan petani terhadap usahatani padi
hibrida
βo : Konstanta regresi atau intersep
β1, 2,...4 : Koefisien estimasi atau slope
lnBNH : Logaritma natural biaya benih (rupiah)
18

lnPPK : Logaritma natural biaya pupuk usahatani (rupiah)


lnPTSD : Logaritma natural biaya pestisida usahatani (rupiah)
lnTK : Logaritma natural biaya tenaga kerja usahatani (rupiah)
PNGLMN : Pengalaman bertani (tahun)
DBe : Dummy untuk petani padi hibrida dan inbrida (nilai 1 untuk petani
padi hibrida dan nilai 0 untuk sisanya)
i : Responden ke-i (i=1,2,3,…60)
ε : error term

Model regresi berganda untuk jagung sebagai berikut.


lnPNDPTNi = βo + β1lnBNHi + β2 lnPNRIMNi + β3lnPPKi+ β4 lnPTSDi +
β5lnTKi + εi……………………………………………………………..(4)
Keterangan:
lnPNDPTN : Logaritma natural pendapatan petani terhadap usahatani jagung
βo : Konstanta regresi atau intersep
β1, 2,...4 : Koefisien estimasi atau slope
lnBNH : Logaritma natural biaya benih (rupiah)
lnPNRIMN : Logaritma natural penerimaan usahatani petani (rupiah)
lnPPK : Logaritma natural biaya pupuk usahatani petani (rupiah)
lnPTSD : Logaritma natural biaya pestisida usahatani petani (rupiah)
lnTK : Logaritma natural biaya tenaga kerja usahatani petani (rupiah)
i : Responden ke-i (i=1,2,3,…40)
ε : error term

Uji Reliabilitas

Uji reliabilitas digunakan untuk membuat hasil pengukuran relatif konsisten


dalam model. Uji ini dimaksudkan untuk menilai reliabilitas suatu kuisioner. Uji
reliabilitas pada penelitian ini menggunakan uji Cronbach’s Alpha (CA). Variabel
dikatakan reliable jika nilai cronbach’s alpha > 0.60. Rstudio 3.6.3. sebagai
aplikasi dalam menguji reliabilitas kuisioner. Berikut rumus dari pengujian
tersebut.
𝑘 ∑ 𝜎𝑏2
r11 = ( )(1 − ) …………………………….(5)
𝑘−1 𝜎𝑡2
Keterangan:
r11 = reliabilitas instrument
k = banyaknya butir pertanyaan
2
𝜎𝑡 = varians total
∑ 𝜎𝑏2 = jumlah varians butir
Umar (2005) menyatakan bahwa jumlah varian butir dicari terlebih dahulu
dengan cara mencari nilai varian tiap butir kemudian dijumlahkan, seperti
dijelaskan sebagai berikut.
2
(∑ X)
2
σ = ∑X n
……………………………………..(6)
n
Keterangan:
n = jumlah sampel
X = nilai skor yang dipilih
19

Koefisien Determinasi

Koefisien determinasi menunjukan suatu proporsi keragaman Y yang


dijelaskan oleh model regresi berganda. Koefisien ini digunakan sebagai statistik
untuk kesesuaian model (goodness of fit). Rumus koefisien determinasi sebagai
berikut.
1−JKS Σ(Ŷi− Y̅)
𝑅2 = = ……………………………………………….(7)
JKT Σ(Yi− Y)
Dimana:
𝑅2 = Koefisien determinasi
𝐽𝐾𝑆 = Jumlah kuadrat sisa
𝐽𝐾𝑇 = Jumlah kuadrat total
𝑌̅ = Nilai rataan respon
𝑌𝑖 = Nilai dugaan

Nilai 𝑅2 berkisar 0 sampai 1. Nilai 𝑅2=1 menunjukkan bahwa seluruh


variabel independen mampu menerangkan variabel dependen. Sedangkan nilai
𝑅2=0 menunjukkan bahwa tidak ada total varian yang diterangkan oleh varian
independen dari persamaan regresi.

Uji Asumsi Klasik

Uji asumsi klasik digunakan untuk memeriksa apakah model tersebut lolos
dari pelanggaran asumsi klasik. Uji ini juga untuk memastikan bahwa model
tersebut memenuhi kriteria BLUE (Blue, Linear, Unbiased, Estimation). Untuk
memenuhi kriteria BLUE, terdapat beberapa uji asumsi klasik yaitu:
1. Uji Nomalitas
Uji normalitas digunakan untuk mengetahui apakah variabel dependen
dan independen dari suatu model terdistribusi normal atau tidak. Model
yang baik memiliki distribusi data normal atau mendekati normal. Uji
Kolmogorov-Smirnov dan uji Jarque-Bera test digunakan dalam uji
normalitas di penelitian ini. Nilai signifikansi dilihat dari nilai p-value.
Jika nilai p-value > 0.05 (taraf nyata 5%), maka hasilnya data terdistribusi
normal.
2. Uji Multikolinearitas
Penelitian ini menggunakan nilai Variance Inflation Factor (VIF). Nilai
ini digunakan untuk menilai apakah antar variabel independen memiliki
hubungan linear sempurna dalam model tersebut. Adapun rumus dari uji
multikolinearitas sebagai berikut.
𝜎2 1
Var(βj) = ……………………………………….(8)
∑ 𝑥𝑗 (1−𝑅𝑗2 )
2

Nilai (1-𝑅𝑗2 )-1 disebut Variance Inflation Factor (VIF) yang


menggambarkan kenaikan var(bj) karena korelasi antar peubah penjelas
(Juanda 2009). JIka nilai VIF < 10 pada variabel independen di suatu
model, maka model tersebut akan terbebas dari multikolinearitas.
3. Uji Autokorelasi
Autkorelasi terjadi akibat adanya korelasi serial antar error. Adanya
autokorelasi disebabkan oleh antar error tidak bebas atau E(ui, uj) ≠ 0
20

untuk i≠j. Masalah ini sering terjadi pada data time series, namun
autokorelasi dapat terjadi dalam data cross section dengan objek
penelitian kecamatan. Kondisi ini disebut autokorelasi spasial (Juanda
2009). Uji Wald digunakan dalam penelitian ini untuk memeriksa apakah
model ini mengalami autokorelasi atau tidak. Adapun rumus uji wald
sebagai berikut.
W = (𝛽𝑖𝑆𝐸 (𝛽𝑖))2……………………………(9)
Keterangan:
W = Nilai Wald
Βi = Vektor koefisien dihubungkan dengan penduga (koefisien X)
SE (βi) = Galat dari kesalahan dari βi H0 akan ditolak jika jika W>
X2(α,p) atau p-value < α yang berarti variabel bebas Xi secara partial
mempengaruhi variabel dependen Y. Jika nilai p-value > 0.05 (taraf nyata
5%), maka model tersebut terbebas dari autokorelasi.
4. Uji Heteroskedastisitas
Uji heteroskedastisitas digunakan untuk menentukan apakah dalam model
tersebut terjadi adanya ketidaksamaan variansi dari residual satu
pengamatan kepengamatan yang lain. Jika variansi dari residual satu
pengamatan ke pengamatan yang lain berbeda, maka disebut
heteroskedastisitas. Uji Breusch-Pagan sebagai alat uji
heteroskedastisitas. Jika nilai signifikansi (p-value) > 0.05 (taraf nyata
5%), maka akan terbebas dari heteroskedastisitas.

Analisis Valuasi Kontingensi (CVM)

Contingent valuation method (CVM) digunakan untuk menentukan


willingness to pay pengguna terhadap produk yang ditawarkan dalam wawancara
langsung. Kombinasi pendekatan juga diterapkan seperti tawaran tunggal dan
tawaran ganda. Perlu adanya pra survei dalam penggunaan tawaran ganda untuk
evaluasi dalam menghindari inefisiensi karena sering terjadi jawaban yang tidak
konsisten (Emmanuel and Hollard 2006, dalam Adnyana dan Wardana 2016).
Menurut Fauzi (2006) bahwa pendekatan ini secara teknis dapat dilakukan dengan
dua acara. Teknik eksperimental dan teknik survei. Pendekatan pertama melalui
simulasi dan permainan menggunakan simulasi komputer.
Tahap operasional pendekatan CVM menurut Fauzi (2006) meliputi
hipotesis pasar, nilai lelang (bids), rata-rata WTP, estimasi kurva lelang (bid curve),
menjumlahkan data dan melakukan evaluasi pelaksanaan CVM. Tahap untuk
mendapatkan nilai lelang (bids), dilakukan melalui survei langsung dengan
kuisioner, wawancara melalui telepon, maupun lewat surat. Nilai lelang dihasilkan
melalui tahapan ini dengan beberapa metode, salah satunya metode tawar-menawar
(bidding game). Penelitian ini dilalui beberapa tahapan, yaitu:
1. Membuat hipotesis pasar
Berikut adalah skenario untuk memberikan pemahaman kepada responden:
“Kegiatan pertanian yang dilakukan oleh petani padi dan jagung di kecamatan
Raman Utara, kabupaten Lampung Timur memiliki produksi dan produktivitas
yang tinggi. Produksi dan produktivitas memiliki hubungan dengan pemakaian
benih yang menjadi input usahatani. Sehubungan dengan hal itu akan ditanyakan
apakah petani tersebut bersedia membayar benih yang unggul untuk meningkatkan
21

atau mempertahankan produksi dan produktivitas tersebut, dan berapa nilai nominal
yang bersedia dibayarkan petani untuk mendapatkan benih unggul.”

2. Mendapatkan nilai lelang


Nilai ini diperoleh dengan menggunakan teknik bidding game melalui
survei langsung (kuisioner). Metode ini dilaksanakan dengan sistem tawar
menawar. Tahapan ini responden diberikan pertanyaan mengenai harga yang
berada dipasaran dari benih unggul komoditas padi dan jagung. Responden akan
bersedia membayar sejumlah uang tertentu yang diajukan sebagai titik awal
(starting point) dan akan terus meningkat nominal harganya sampai nilai
maksimum yang mampu dibayar oleh responden.

3. Menghitung rataan WTP


Estimasi nilai WTP diperoleh dengan perhitungan rata-rata (mean) dari
jumlah nilai lelang. Perhitungan ini memiliki rumus sebagai berikut:

EWTP = ∑ni=1 Wi(Pfi)…………………………(12)


Dimana:
EWTP = Estimasi rata-rata WTP
Wi = Nilai WTP ke-i
Pfi = Nilai relatif
i = Responden ke-i yang bersedia membayar benih unggul komoditas padi dan
jagung

4. Memperkirakan kurva Willingness To Pay


Estimasi kurva diperoleh dari nilai WTP dengan frekuensi kumulatif dari
responden yang bersedia membayar dalam nilai bid tertentu.

5. Mengagregatkan Data
Proses ini melibatkan konversi data rataan sampel ke rataan populasi tani
secara keseluruhan dengan persamaan:

TWTP = EWTPi.P……………………………….(13)
Dimana:
TWTP = total WTP (Rp)
EWTPi = rataan nilai WTP responden (Rp)
P = responden yang menyetujui pembelian benih unggul

6. Evaluasi pelaksanaan CVM


Mengevaluasi hasil dari kesediaan membayar untuk membeli benih unggul
dalam kegiatan usahatani padi dan jagung. Hasil evaluasi ini akan digunakan dalam
pemanfaatan serta memperbaiki pembudidayaan benih agar semua petani di
kecamatan Raman Utara dapat menggunakan benih unggul tersebut dengan efektif
dan efisien.
22

Definisi Operasional Variabel

1. Pemilihan Benih Hibrida dan Inbrida


Variabel ini digunakan sebagai peubah tak bebas pada model persamaan
logistik biner. Hal ini dilakukan untuk mengetahui seberapa besar peluang
responden dalam memilih benih hibrida atau inbrida. Variabel ini berbentuk logit
biner dengan dua pilihan sebagai berikut: benih hibrida bernilai 1 dan benih inbrida
bernilai 0.

2. Luas lahan
Variabel ini menjelaskan luas lahan dalam melakukan usahatani padi.
Satuan dari variabel ini adalah hektar (ha).

3. Pengalaman Bertani
Variabel ini menjelaskan tentang petani yang sudah berapa lama dalam
melakukan usahatani. Hal ini dijelaskan pada petani yang sudah memulai
bertanggung jawab atas penggarapan lahan usahatani tersebut. Satuan yang
digunakan adalah tahun.

4. Pendapatan Petani
Variabel ini digunakan sebagai peubah tak bebas pada model persamaan
linear berganda dan peubah bebas pada model persamaan logistik biner. Variabel
ini dijelaskan besarnya nominal keuntungan bersih usahatani. Satuan variabel ini
adalah rupiah (Rp).

5. Biaya Benih
Variabel ini menjelaskan seberapa besar petani mengeluarkan total jumlah
rupiah untuk membeli benih sebagai keperluan kegiatan usahatani. Satuan variabel
ini adalah rupiah (Rp).

6. Biaya Pupuk
Variabel ini menjelaskan seberapa besar petani mengeluarkan total jumlah
rupiah untuk membeli pupuk sebagai keperluan kegiatan usahatani. Satuan variabel
ini adalah rupiah (Rp).

7. Biaya Pestisida
Variabel ini menjelaskan seberapa besar petani mengeluarkan total jumlah
rupiah untuk membeli pestisida cair sebagai keperluan kegiatan usahatani. Satuan
variabel ini adalah rupiah (Rp).

8. Biaya Tenaga Kerja


Variabel ini menjelaskan seberapa besar petani mengeluarkan total jumlah
rupiah untuk membayar jasa tenaga kerja di luar keluarga sebagai keperluan
kegiatan usahatani. Satuan untuk variabel ini adalah rupiah (Rp).
23

HASIL DAN PEMBAHASAN

GAMBARAN UMUM

Gambaran Umum Lokasi Penelitian

Raman Utara sebagai daerah sebelah timur provinsi Lampung yang terdiri
dari 11 desa dengan total luas daerah sebesar 142.46 km2 diketinggian daratan rata-
rata 44 m di atas permukaan laut. Raman Utara memiliki perbatasan dengan
beberapa daerah yaitu kabupaten Lampung Tengah di sebelah utara, kecamatan
Purbolinggo dan kecamatan Sukadana di sebelah selatan, kecamatan Purbolinggo
di sebelah timur, dan kecamatan Batanghari Nuban di sebelah Barat (BPP Raman
Utara 2019)

Sumber: BPS Kabupaten Lampung Timur


Gambar 6 Peta Wilayah Kecamatan Raman Utara

Kecamatan Raman Utara memiliki total jumlah penduduk sebanyak 35.940


jiwa dengan diantaranya ada yang bekerja disektor pertanian dan non pertanian.
Berdasarkan BPP Raman Utara (2019), terdapat kurang lebih 8.270 jiwa penduduk
Raman Utara yang bekerja sebagai petani. Desa Raman Aji merupakan desa dengan
penduduk yang paling banyak bekerja di sektor pertanian sebesar 1.140 jiwa dengan
penggunaan lahan sebesar 446 ha digunakan untuk persawahan dan 30 ha
digunakan sebagai perkebunan. Desa Rejobinangun yang merupakan desa dengan
wilayah terluas tercatat hanya memiliki total penduduk sebesar 4.506 jiwa dengan
928 jiwa yang bekerja di sektor pertanian. Wilayah yang luas pada Desa
Rejobinangun dimanfaatkan sebagai lahan persawahan sebesar 608 ha dan 275 ha
dimanfaatkan untuk perkebunan. Berbeda dengan Desa Raman Fajar yang
merupakan desa dengan penggunaan lahan untuk perkebunan yang lebih luas
ditimbang desa lain sebesar 431 ha, penduduk yang bekerja di sektor pertanian
hanya 733 jiwa dari 3.269 jiwa.
24

Karakteristik Responden

Penelitian ini memiliki jumlah responden sebesar 100 orang, terdiri dari 60
responden petani padi yang memilih benih hibrida dan inbrida masing-masing
sebanyak 30 responden dan 40 responden petani jagung. Karakteristik umum
responden terdiri dari usia, lama pendidikan, pengalaman bertani, jumlah
tanggungan keluarga, luas dan kepemilikan lahan.

Tabel 3 Demografi responden padi dan jagung


Frekuensi (Orang) Persentase (%)
Tingkatan Kategori
Padi Jagung Padi Jagung
Usia 28-39 9 5 15% 12.5%
(Tahun) 40-51 24 16 40% 40%
52-63 17 12 28% 30%
64-75 10 7 17% 17.5%
Pendidikan <6 4 2 7% 5%
(Tahun) 6-9 21 18 35% 45%
10-12 29 19 48% 47.5%
>12 6 1 10% 2.5%
Tanggungan <2 1 1 2% 2.5%
Keluarga 2 17 11 28% 27.5%
(Orang) 3 19 12 32% 30%
4 20 14 33% 35%
>4 3 2 5% 5%
Pengalaman <5 4 5 7% 12.5%
Bertani 5-20 33 20 55% 50%
(Tahun) 21-35 17 13 28% 32.5%
>35 6 2 10% 5%
Luas Lahan <0.5 13 14 22% 35%
(Ha) 0.5-0.75 30 19 50% 47.5%
1-1.5 13 4 22% 10%
>1.5 4 3 7% 7.5%
Kepemilikan Sendiri 50 34 83% 85.0%
Lahan Bagi Hasil 9 5 15% 12.5%
Sewa 0 1 0% 2.5%
Gadai 1 0 2% 0.0%
Sumber: Data Diolah (2020)

Tabel 3 menyatakan bahwa kelompok usia antara 40-51 tahun mendominasi


responden petani padi dan jagung dengan mayoritas jumlah tanggungan keluarga
sebanyak 4 jiwa. Durasi lama sekolah yang ditempuh oleh petani padi dan jagung
didominasi antara 10-12 tahun atau hanya sampai tingkat Sekolah Menengah Atas
(SMA). Stigma warga yang menjadikan pendidikan tinggi itu tidak penting masih
banyak dijumpai di daerah penelitian sehingga sejumlah warga terkhusus yang
bekerja sebagai petani hanya memanfaatkan pengalaman bertani secara turun-
temurun. Lama bertani di daerah penelitian sangat beragam dan mayoritas sudah
memiliki pengalaman sekitar 5-20 tahun dengan pengalaman ini para petani
25

menjadikannya sebagai pembelajaran guna meningkatkan produktivitas padi


ataupun jagung pada kondisi lahan yang ada.
Karakteristik luas lahan yang dimiliki responden terdiri dari sistem sendiri
atau dengan sistem bagi hasil, sewa, maupun gadai serta sistem budidaya
monokultur. Penelitian ini didominasi oleh responden yang memiliki lahan sendiri
dengan kategori 0.5-0.75 ha (Tabel 3). Pada lahan pertanian pada persawahan dan
perkebunan, penggunaan lahan irigasi teknis menjadi mayoritas dengan kebijakan
dan aturan yang berbeda disetiap desa. Pada Dusun 6 Desa Rejobinangun mayoritas
menggunakan bendungan untuk mengairi lahan mereka. Sedangkan pada Desa
Raman Utara, sistem irigasi memiliki berbagai macam permasalahan salah satunya
diakibatkan oleh ketersediaan air. Kurangnya ketersediaan air mengakibatkan
perubahan yang terjadi pada pola tanam petani padi dan jagung. Penggunaan pola
tanam pada petani padi dan jagung yakni padi-kedelai-jagung digunakan pada lahan
yang memiliki kecukupan air sedang sedangkan padi-ubi kayu digunakan pada
lahan yang kekurangan air (Supriyadi 2016).
Penggunaan benih pada petani padi dan jagung di Raman Utara memiliki
variasi. Hal ini disebabkan dari jumlah lahan yang digunakan memengaruhi
penggunaan benih. Petani padi hibrida dan inbrida rata-rata menggunakan benih
dengan persentase 9.71% dan 4.25% dari biaya total. Nurmalina dan Qhoirunisa
(2013) juga menyatakan bahwa biaya pembelian benih padi hibrida lebih besar
dibandingkan dengan pembelian terhadap benih inbrida. Jumlah tersebut
berdasarkan 60 responden petani padi hibrida dan inbrida.
Pada benih jagung, rata-rata petani di Raman Utara menggunakan benih
dengan persentase 17.72% dari biaya total. Jumlah tersebut didapatkan dari total 40
responden. Pada usahatani jagung, semakin tinggi penggunaan benih, maka akan
menyebabkan penerimaan petani jagung semakin meningkat (Indriyati dan
Mustadjab 2016).

Regresi Logistik Biner

Pada persamaan regresi logistik biner diperlukan peubah tak bebas yang
berupa kategori yaitu kategori 0 untuk responden yang menggunakan benih padi
inbrida dan kategori 1 untuk responden yang menggunakan benih padi hibrida. Uji
Hosmer and Lemeshow Goodness of Fit Test dilakukan untuk melihat model yang
digunakan sudah fit atau belum.
Uji ini menghasilkan nilai sebesar 0.63. Dengan nilai uji yang lebih besar dari
taraf nyata lima persen sehingga model yang digunakan sudah fit.

Tabel 4 Hasil Estimasi Regresi Logistik Biner


Variabel Estimasi Probabilitas Odd Ratio
Intersep -24.97 0.06 0.00
LSLHN -1.98 0.06 * 0.14
PNGLMN 0.01 0.60 1.01
lnPPK 1.80 0.05 * 6.11
lnPNDPTN 0.06 0.85 1.06
Signifikan pada taraf nyata 10%(*) 5%(**) 1%(***)
Sumber: Data Diolah (2020)
26

Pada Tabel 4 hasil estimasi pada regresi logistik biner menunjukan persamaan
sebagai berikut.

Yi= -24.97 – 1.98LSLHNi + 0.01PNGLMNi + 1.80lnPPKi + 0.06lnPNDPTNi


+ εi
Berdasarkan hasil estimasi yang telah disajikan, variabel luas lahan
berpengaruh negatif dan signifikan sedangkan variabel pupuk berpengaruh positif
dan signifikan. Untuk melihat suatu rasio kejadian sukses dan tidak pada setiap
variabel dapat menggunakan nilai odd ratio (Firdaus et al. 2011). Tabel 4
menunjukan peluang responden untuk memilih benih hibrida sebesar 0.14 kali
dibandingkan dengan memilih benih inbrida. Hasil ini diperkuat dari hasil
wawancara yang menyatakan bahwa rata-rata luas lahan responden yang
menggunakan benih hibrida dan inbrida sebesar 0.71 ha dan 0.79 ha. Hal ini
disebabkan karena kecenderungan petani hibrida yang lebih mengedepankan hasil
yang melimpah pada luas lahan yang terbatas. Namun penelitian Apriliana dan
Mustadjab (2016) justru mengungkapkan hal yang bertentangan dimana variabel
luas lahan tidak berpengaruh secara signifikan.
Variabel pupuk menunjukan bahwa peluang responden untuk memilih benih
hibrida sebesar 6.11 kali dibandingkan dengan memilih benih inbrida. Kebutuhan
pupuk responden yang memilih benih hibrida lebih besar karena adanya indikasi
dengan penerimaan hasil produksi. Hal ini disebabkan adanya penambahan pupuk
dalam usahatani akan menghasilkan hasil produksi yang lebih besar pada benih
hibrida. Penelitian Apriliana dan Mustadjab (2016) mengungkapkan hal yang sama
ketika semakin tinggi jumlah kebutuhan pupuk maka akan meningkatkan peluang
petani dalam menggunakan benih hibrida.
Analisis regresi logistik dapat melihat seberapa besar peluang yang dimiliki
reponden dalam memilih benih hibrida atau inbrida serta peluang responden untuk
masuk kedalam kelompok tersebut. Tabel 5 menyajikan data yang memperlihatkan
beberapa sampel yang diambil dari seluruh responden petani padi. Peluang
responden satu untuk memilih benih hibrida sebesar 0.50 dimana paling kecil di
antara dua responden lainnya sedangkan responden 2 berpeluang besar untuk
memilih benih hibrida sebesar 0.57. Hal ini sejalan dengan hasil perhitungan
prediksi pada pengelompokkan bahwa responden 1, 2, dan 3 berpeluang untuk
masuk ke dalam kelompok benih hibrida.

Tabel 5 Hasil Perhitungan Nilai Peluang Responden dan Pengelompokkan


Perhitungan Nilai Peluang Pengelompokkan
Responden Responden
Kategori Benih Nilai Peluang Kategori Keterangan
1 Hibrida 0.50 1 Hibrida
2 Hibrida 0.57 1 Hibrida
3 Hibrida 0.53 1 Hibrida
Dst
Sumber: Data Diolah (2020)

Hasil perhitungan peluang pada responden belum dapat dikatakan akurat


sehingga perlu adanya perhitungan tingkat keakuratan dalam memprediksi
27

pengelompokan. Perhitungan ini bertujuan untuk melihat seberapa besar kesalahan


yang terdapat pada model untuk mengukur tingkat keakuratan model. Berdasarkan
rasio perhitungan (Tabel 6) dapat disimpulkan bahwa terdapat 30 responden yang
terbagi menjadi 20 responden yang diprediksi masuk kedalam kelompok padi
inbrida dan 10 responden diprediksi masuk kedalam kelompok padi hibrida
sehingga kesalahan pengelompokkan yang terjadi sebesar 10 responden.
Kemudian, 30 responden lainnya terbagi menjadi 10 responden yang diprediksi
masuk ke dalam kelompok padi inbrida dan 20 responden yang diprediksi masuk
ke dalam kelompok padi hibrida dengan kesalahan pengelompokkan sebesar 10
responden.

Tabel 6 Hasil Perhitungan Keakuratan Pengelompokan


Pengelompokan
Prediksi Total
0 1
0 20 10 30
1 10 20 30
Sumber: Data Diolah (2020)

Regresi Linear Berganda

Analisis Regresi Linear Berganda Pendapatan Padi Hibrida dan Inbrida

Pada regresi linear berganda, hal yang dilakukan sebelum mendapatkan


model terbaik adalah melakukan uji validitas reliabilitas dengan mengunakan
metode Cronbach’s Alpha. Beberapa variabel yang masuk kedalam kriteria reliabel
yakni nilai raw alpha harus lebih besar dari 0.6 dan semua variabel memenuhi syarat
tersebut. Variabel-variabel tersebut adalah variabel harga terjangkau, produktivitas
tinggi, varietas murni, tahan terhadap hama, tahan terhadap penyakit, tahan
terhadap salinitas tanah, benih bersertifikat, ketersediaan kios benih, dsb. Sehingga
variabel ini dapat digunakan menyesuaikan bentuk permodelan yang terbaik seperti
pada Tabel 7.

Tabel 7 Hasil Estimasi Regresi Linear Berganda Pendapatan Petani Padi


Variabel Koefisien Probabilitas
R-squared 0.46
Intersep 4.55 0.07
lnBNH 0.21 0.00 **
lnPPK -0.17 0.60
lnPTSD -0.33 0.02 *
lnTK 1.04 0.00 **
PNGLMN 0.00 0.52
DBe -0.07 0.73
Signifikan pada taraf nyata 10%(*) 5%(**) 1%(***)
Sumber: Data Diolah (2020)

Untuk menyempurnakan model diperlukan uji asumsi klasik yang digunakan


untuk memastikan model tersebut memenuhi kriteria BLUE (Best, Linear,
28

Unbiased, dan Estimation). Uji normalitas, autokorelasi, multikolinearitas, dan


heteroskedastisitas perlu dilakukan untuk memenuhi kriteria BLUE.
Uji normalitas yang digunakan untuk menguji error term apakah sudah
terdistribusi secara normal atau belum. Dengan menggunakan Jarque-Bera test
diperoleh nilai probabilitas sebesar 0.22 yang berarti nilai probabilitas lebih besar
dari taraf nyata lima persen dan model sudah terdistribusi secara normal. Pada uji
multikolinearitas, nilai Variance Inflation Factor (VIF) tidak ada yang melebihi 10
sehingga model dinyatakan bebas dari masalah multikolinearitas. Pada uji
autokorelasi, nilai probabilitas menunjukkan nilai 0.36 yang berarti pada model
tidak terdapat masalah autokolerasi. Terakhir adalah uji heteroskedastisitas yang
menghasilkan nilai probabilitas sebesar 0.95 yang berarti model terbebas dari
heteroskedastisitas.

Faktor yang Memengaruhi Pendapatan Petani Padi Hibrida dan Inbrida

Hasil estimasi pada model, menunjukan nilai R-squared sebesar 0.46. Nilai
ini memiliki makna bahwa sekitar 46% variabel bebas dapat menjelaskan
pendapatan petani padi hibrida dan inbrida di Raman Utara dan sisanya dijelaskan
oleh variabel lain diluar model. Berikut adalah model penelitian.
lnPNDPTNi = 4.55 + 0.21lnBNHi - 0.17lnPPKi - 0.33lnPTSDi + 1.04lnTKi
+ 0.00PNGLMNi - 0.07DBei + εi
Berdasarkan Tabel 7 diketahui bahwa variabel biaya benih (BNH) didapatkan
memiliki hubungan positif dan signifikan sehingga ketika penggunaan benih
mengalami kenaikan 1%, maka akan meningkatkan pendapatan petani padi sebesar
0.21%. Sejalan penelitian Apriliana dan Mustadjab (2016) serta Listiani et al.
(2019) yang mengungkapkan bahwa besarnya pendapatan dipengaruhi oleh
besarnya pengeluaran atas biaya benih untuk usahatani.
Variabel biaya pestisida (PTSD) berpengaruh negatif dan signifikan. Ketika
biaya pestisida meningkat 1%, maka pendapatan akan mengalami penurunan
pendapatan petani padi sebesar 0.33%. Berdasarkan hasil wawancara, pemakaian
pestisida yang banyak akan memengaruhi pengurangan pendapatan dan tidak
optimalnya produksi yang karena terlalu banyak bahan kimia. Listiani et al. (2019)
juga menyatakan bahwa semakin tinggi biaya pestisida, maka akan menurunkan
pendapatan usahatani.
Variabel biaya tenaga kerja (TK) berpengaruh positif dan signifikan. Ketika
biaya tenaga kerja meningkat 1%, maka pendapatan akan mengalami penurunan
pendapatan petani padi sebesar 1.04%. Berdasarkan hasil wawancara, pemakaian
pestisida yang banyak akan memengaruhi peningkatan pendapatan dan optimalnya
produksi karena pestisida merangsang pertumbuhan yang baik bagi tanaman.
Penelitian Listiani et al. (2019) dan Apriliana dan Mustadjab (2016) justru
bertentangan dengan hasil tersebut dimana semakin tinggi biaya pestisida, maka
akan menurunkan pendapatan usahatani.

Analisis Regresi Berganda Pendapatan Jagung

Pada regresi linear berganda hal yang dilakukan sebelum mendapatkan model
terbaik adalah melakukan uji validitas reliabilitas dengan mengunakan metode
Cronbach’s Alpha. Beberapa variabel yang masuk kedalam kriteria reliabel yakni
29

nilai raw alpha harus lebih besar dari 0.6 dan variabel itu adalah variabel benih
bersertifikat, ketersediaan benih, ketersediaan kios benih, pengurangan biaya
usahatani, dan kegiatan usahatani. Sehingga variabel ini dapat digunakan
menyesuaikan bentuk permodelan yang terbaik seperti pada Tabel 8.

Tabel 8 Hasil Estimasi Regresi Linear Berganda Jagung


Variabel Koefisien Probabilitas
R-squared 0.77
Intersep -6.31 0.00
lnPPK -0.64 0.01 *
lnPTSD -0.04 0.38
lnBNH -0.04 0.39
lnTK -0.62 0.01 *
lnPNRIMN 2.50 7.5e-10 ***
Signifikan pada taraf nyata 10%(*) 5%(**) 1%(***)
Sumber: Data Diolah (2020)

Untuk menyempurnakan model diperlukan uji asumsi klasik yang digunakan


untuk memastikan model tersebut memenuhi kriteria BLUE (Best, Linear,
Unbiased, dan Estimation). Uji normalitas, autokorelasi, multikolinearitas, dan
heteroskedastisitas perlu dilakukan untuk memenuhi kriteria BLUE.
Uji normalitas digunakan untuk menguji error term apakah sudah
terdistribusi secara normal atau belum. Dengan menggunakan Kolmogorov-
Smirnov test diperoleh nilai probabilitas sebesar 0.25 yang berarti nilai probabilitas
lebih besar dari taraf nyata lima persen dan model sudah terdistribusi secara normal.
Pada uji multikolinearitas, nilai Variance Inflation Factor (VIF) tidak ada yang
melebihi 10 sehingga model dinyatakan bebas dari masalah multikolinearitas. Pada
uji autokorelasi, nilai probabilitas menunjukkan nilai 0.10 yang berarti pada model
tidak terdapat masalah autokolerasi. Terakhir adalah uji heteroskedastisitas yang
menghasilkan nilai probabilitas sebesar 0.56 yang berarti nilai probabilitas lebih
besar dari taraf nyata lima persen sehingga tidak ada masalah heteroskedastisitas.

Faktor yang Mempengaruhi Pendapatan Petani Jagung

Hasil estimasi pada model menunjukkan nilai R-squared sebesar 0.77 yang
berarti bahwa sekitar 77% variabel bebas dapat menjelaskan pendapatan petani
jagung di Raman Utara dan sisanya 23% dijelaskan oleh variabel lainnya. Berikut
adalah model penelitian.
lnPNDPTNi = -6.31 - 0.64lnPPKi - 0.04lnPTSDi - 0.04lnBNHi – 0.62lnTKi
+ 2.50lnPNRIMNi + εi
Tabel 8 menunjukan bahwa variabel biaya pupuk (PPK) berpengaruh negatif
dan signifikan terhadap variabel pendapatan (PNDPTN). Sehingga ketika biaya
pupuk meningkat sebesar 1% maka mengurangi jumlah pendapatan sebesar 0.64%.
Berdasarkan hasil wawancara, penurunan jumlah pendapatan usahatani jagung
disebebkan oleh terlalu banyaknya jumlah pupuk yang dipakai sehingga
menyebabkan bertambah besar biaya pengeluaran. Biaya pengeluaran yang
meningkat akan mengurangi jumlah pendapatan dari usahatani tersebut. Sejalan
30

dengan penelitian Indriyati dan Mustadjab (2016) yang menyatakan bahwa setiap
kenaikan pupuk akan menurunkan pendapatan usahatani.
Sedangkan variabel biaya tenaga kerja (TK) berpengaruh negatif dan
signifikan. Semakin meningkat biaya tenaga kerja sebesar 1%, maka akan
menyebabkan penurunan pendapatan sebesar 0.62%. Penurunan pendapatan
disebabkan oleh adanya kenaikan dalam penggunaan tenaga kerja di luar keluarga
sehingga hal ini akan menyebabkan penambahan biaya input tenaga kerja (cateris
paribus). Wawancara yang dilakukan di daerah penelitian pun menganggap salah
satu pengeluaran usahatani terbesar setelah pupuk dan pestisida adalah tenaga kerja.
Masyarakat disana pun cukup sulit untuk menggunakan tenaga kerja di luar
keluarga karena beberapa alasan. Hal ini diperkuat dengan penelitian Indriyati dan
Mustadjab (2016) yang mengemukakan hal yang sama.
Variabel penerimaan (PNRIMN) yang merupakan pendapatan kotor petani
berpengaruh positif dan signifikan. Semakin meningkatnya penerimaan sebesar
1%, maka akan menaikkan pendapatan sebesar 2.50%. Penelitian ini dibuktikan
dengan hasil wawancara dimana semakin tinggi penerimaan akan menyebabkan
kenaikan pada pendapatan. Hal ini sejalan dengan penelitian Komala et al. (2008)
yang mengungkapkan bahwa jumlah penerimaan yang tinggi, menyebabkan
pendapatan dari usahatani jagung hibrida lebih tinggi daripada jagung inbrida.
Penelitian Indriyati dan Mustadjab (2016) juga mengungkapkan bahwa nilai
produksi berpengaruh positif dan signifikan terhadap pendapatan usahatani jagung.

Analisis Kesediaan Membayar Petani Padi Jagung dalam Penggunaan Benih


Unggul Bersertifikat

Estimasi Nilai Kesediaan Membayar Petani Padi Dan Jagung

Estimasi besarnya nilai yang bersedia dibayarkan oleh petani padi dan jagung
terhadap penggunaan benih unggul bersertifikat menggunakan contingent valuation
method (CVM). Berdasarkan hasil wawancara dan observasi kepada 100 responden
yang terbagi menjadi 60 responden padi dan 40 responden jagung. Tahapan-tahapan
dalam pelaksanaan contingent valuation method sebagai berikut.

1. Membangun Pasar Hipotetik


Aktivitas pertanian yang dilakukan oleh petani padi dan jagung di
Kecamatan Raman Utara, Kabupaten Lampung Timur memiliki produksi dan
produktivitas yang tinggi. Produksi dan produktivitas memiliki hubungan dengan
penggunaan benih yang menjadi input usahatani. Harga wilayah Raman Utara
digunakan untuk starting point dalam menentukan kesediaan membayar para petani
padi dan jagung. Pertanyaan mengenai kesediaan petani untuk membayar benih
unggul dalam bentuk nilai nominal untuk mendapatkan benih unggul menjadi salah
satu alat analisis untuk Willingness To Pay.

2. Memperoleh Nilai Willingness To Pay


Penelitian ini dilakukan dengan metode wawancara secara langsung
menggunakan alat kuisioner dengan metode bidding game. Metode ini
menggunakan cara dengan menawarkan harga benih padi dan jagung pada
responden. Nilai yang ditawarkan akan terus meningkat seiring dengan nilai
31

maksimum yang mampu dibayarkan. Nilai yang ditawarkan kepada responden


untuk padi inbrida sebesar Rp17,000, Rp22,000, Rp27,000, Rp32,000, Rp37,000,
dan Rp42,000. Sedangkan untuk padi hibrida sebesar Rp130,000, Rp135,000,
Rp140,000, Rp145,000, Rp150,000, dan Rp155,000. Nilai yang ditawarkan kepada
responden untuk jagung sebesar Rp95,000, Rp100,000, Rp105,000, Rp110,000,
Rp115,000, dan Rp120,000. Nilai tersebut diperoleh dari kios benih yang menjual
benih padi dan jagung per kilogram yang berada di kawasan Kecamatan Raman
Utara, tepatnya di Desa Kota Raman serta di Desa Ratna Daya.

3. Menghitung Estimasi Nilai Rataan Willingness To Pay


Estimasi nilai WTP dihitung berdasarkan distribusi WTP pada responden.
Tabel 9 menunjukan hasil distribusi WTP petani untuk benih padi hibrida.

Tabel 9 Distribusi Willingness To Pay Terhadap Benih Padi Hibrida


Nilai WTP Frekuensi Frekuensi Rataan WTP
No
(Rp/musim tanam/petani) (Orang) Relatif (Rp/musim tanam)
1 130000 10 0.333 43333
2 135000 7 0.233 31500
3 140000 5 0.167 23333
4 145000 4 0.133 19333
5 150000 2 0.067 10000
6 155000 2 0.067 10333
Total 30 1 137833
Sumber: Data Diolah (2020)

Hasil perhitungan menunjukan bahwa dugaan nilai rata-rata willingness to


pay terhadap benih padi hibrida adalah Rp137,833. Nilai tersebut mencerminkan
kesediaan membayar petani untuk benih padi hibrida.
Tabel 10 menunjukan data distribusi willingness to pay petani terhadap
benih padi inbrida.

Tabel 10 Distribusi Willingness To Pay Terhadap Benih Padi Inbrida


Nilai WTP Frekuensi Frekuensi Rataan WTP
No
(Rp/musim tanam/petani) (Orang) Relatif (Rp/musim tanam)
1 17000 10 0.333 5667
2 22000 6 0.200 4400
3 27000 7 0.233 6300
4 32000 4 0.133 4267
5 37000 2 0.067 2467
6 42000 1 0.033 1400
Total 30 1 24500
Sumber: Data Diolah (2020)

Hasil perhitungan menunjukan bahwa dugaan nilai rata-rata willingness to


pay terhadap benih padi inbrida adalah Rp24,500. Nilai tersebut mencerminkan
kesediaan membayar petani untuk benih padi inbrida.
32

Hasil perhitungan menunjukan bahwa dugaan nilai rata-rata WTP benih


jagung adalah Rp102,625. Nilai tersebut mencerminkan kesediaan membayar
petani untuk benih jagung (Tabel 11).

Tabel 11 Distribusi Willingness To Pay Terhadap Benih Jagung


Nilai WTP Frekuensi Frekuensi Rataan WTP
No
(Rp/musim tanam/petani) (Orang) Relatif (Rp/musim tanam)
1 95000 15 0.375 35625
2 100000 10 0.25 25000
3 105000 4 0.1 10500
4 110000 4 0.1 11000
5 115000 4 0.1 11500
6 120000 3 0.075 9000
Total 40 1 102625
Sumber: Data Diolah (2020)

4. Mengestimasi Kurva Willingness To Pay (WTP)


Kurva kesediaan membayar (WTP) diperoleh dari hubungan antara nilai
WTP dengan jumlah responden yang bersedia membayar nilai WTP tersebut. Kurva
tersebut terbagi menjadi kurva WTP benih padi hibrida dan inbrida serta benih
jagung.

A. Benih Padi Hibrida B. Benih Padi Inbrida


Sumber: Data Diolah (2020)
Gambar 7 Kurva Willingness To Pay Benih Padi Hibrida dan Inbrida

Kurva willingness to pay benih padi hibrida dan inbrida memiliki


kemiringan negatif. Hal ini terlihat dari kecenderungan yang menurun disebabkan
oleh semakin besarnya nilai bid yang ditawarkan ke responden, maka akan semakin
kecil jumlah responden yang bersedia membayar nilai bid tersebut. Akan tetapi,
pada nilai bid sebesar Rp.155.000 pada kurva A terdapat dua responden yang
memilih nilai tersebut dan sama dengan nilai bid sebesar Rp150.000. Hal ini
disebabkan oleh rasa kepuasan pada dua responden tersebut dalam menggunakan
benih padi hibrida sehingga mereka bersedia membeli benih padi hibrida untuk
berapapun harga yang ada di pasaran.
Pada kurva B nilai bid sebesar Rp.27.000 pada benih padi inbrida terdapat
tujuh responden yang jumlahnya lebih besar dari jumlah responden pada nilai bid
sebesar Rp.22.000. Hal ini disebabkan tujuh reponden tersebut telah berpendapat
33

jika benih inbrida yang mereka gunakan adalah tahan terhadap serangan hama.
Mayoritas dari tujuh responden tersebut bertempat tinggal di Desa Raman Aji yang
memiliki masalah terhadap hama dalam beberapa tahun terakhir.
Kurva willingness to pay benih jagung juga memiliki kemiringan yang
negatif. Pada nilai bid sebesar Rp.105.000-Rp.115.000 terdapat 4 responden yang
memilih.

Sumber: Data Diolah (2020)


Gambar 8 Kurva Willingness To Pay Benih Jagung

Alasan yang mendasari mereka memilih ketiga nilai bid tersebut karena
beranggapan bahwa harga benih tersebut sudah terlalu mahal sehingga ketika
ditawarkan nilai bid yang lebih tinggi, mereka menolak.

5. Menjumlahkan Data
Penentuan total WTP dilakukan dengan jumlah perkalian antara nilai rata-
rata WTP dengan jumlah kepala keluarga (KK) tani masyarakat Raman Utara yaitu
sebanyak 2.801 KK (BPP Raman Utara, 2020). Nilai presentase jumlah KK yang
bersedia diperoleh dari presentase responden yang bersedia berpartisipasi
membayar dikalikan dengan jumlah kepala keluarga tani Kecamatan Raman Utara
dan nilai rata-rata masing-masing untuk benih padi hibrida dan inbrida serta benih
jagung per kilogram, dibulatkan menjadi sebesar Rp137,800, Rp24,500, dan
Rp102,600 sehingga diperoleh nilai total WTP masyarakat masing-masing untuk
benih padi hibrida dan inbrida serta benih jagung per tahunnya adalah
Rp385,977,800, Rp68,624,500, dan Rp287,382,600.

6. Mengevaluasi perhitungan CVM


Penggunaan benih padi hibrida dan non hibrida serta benih jagung akan
dapat diterapkan secara langsung untuk meningkatkan produksi dan produktivitas
sehingga akan berpengaruh secara langsung pada total penerimaan usahatani.
Pemenuhan kebutuhan benih padi hibrida dan inbrida serta benih jagung tersebut
seharusnya dapat menggerakkan pemerintah untuk berpartisipasi secara aktif
melalui bantuan benih dengan mempertimbangkan kebutuhan dan kemauan benih
unggul bersertifikat yang diinginkan petani.
34

Implikasi Perhitungan Willingness To Pay

Pada penelitian ini dijelaskan bahwa rerataan nilai WTP lebih besar
dibandingkan dengan harga yang berlaku di pasaran (Tabel 12).

Tabel 12 Perbandingan hasil rata-rata willingness to pay dengan harga pasaran


Benih Hasil WTP (Rupiah) Harga Pasaran (Rupiah)
Padi Hibrida 137,833 130,000
Padi Inbrida 24,500 17,000
Jagung 102,625 95,000

Nilai rata-rata dari WTP tersebut telah membuktikan bahwa adanya


ketidaksesuaian antara informasi yang didapat dengan kondisi lapangan. Hal ini
dijelaskan adanya indikasi dari jumlah penerimaan yang didapatkan oleh petani
berbeda-beda di setiap desa. Desa Rejobinangun merupakan yang terbesar dalam
pendapatan para petani dibandingkan dengan desa Raman Fajar dan Raman Aji.
Hal ini disebabkan telah banyak para petani di Raman Utara telah
merasakan dampak dari adanya benih unggul. Berdasarkan hasil wawancara,
dibuktikan bahwa para petani memilih benih unggul hibrida karena dapat
meningkatkan produksi serta produktivas yang tinggi. Sedangkan untuk benih
inbrida adalah tahan terhadap hama dan penyakit. Dampak yang dihasilkannya pun
tidak seputar produksi atau hama, namun adanya pengaruh kepada para petani di
Raman Utara yang menimbulkan persepsi untuk selalu menggunakan benih unggul
baik hibrida maupun inhibrida.
Preferensi yang ada saat memilih benih yang tepat adalah salah satu
faktornya sehingga pendapatan yang semakin tinggi, maka akan membuat para
petani tersebut justru akan membeli benih di harga berapapun. Harga ini yang
digunakan para petani sebagai tolok ukur dalam memilih nilai bid yang telah
ditawarkan.
Hasil penelitian membuktikan bahwa seharusnya pemerintah menggunakan
subsidi benih untuk solusi atas harga benih unggul yang relatif mahal. Adanya
program subsidi benih diharapkan dapat meningkatkan produktivitas dan tingkat
pendapatan petani serta penggunaan input produksi yang lebih efisien (Surahman
et al. 2017).
Nilai kesediaan membayar para petani di Raman Utara telah menjadi tolok
ukur untuk membuat produksi serta produktivitas tinggi dan stabil. Hal ini terlihat
bahwa subsidi benih akan menjadi stimulus untuk hasil yang tinggi di daerah
tersebut.
35

SIMPULAN DAN SARAN

Simpulan

1. Karakteristik responden yang berada di Raman Utara rata-rata berusia


produktif (28-63 tahun) dan mayoritas memiliki tanggungan keluarga 4
orang. Responden tersebut mayoritas telah lulus SMA dan telah melakukan
usahatani selama 5-20 tahun. Usahatani yang dilakukan responden tersebut
rata-rata memiliki luas lahan 0.5-0.75 ha dan mayoritas hak kepemilikan
lahan sendiri.
2. Faktor-faktor yang memengaruhi peluang petani yang memilih padi hibrida
dan non hibrida secara positif dan signifikan adalah biaya pupuk. Sedangkan
luas lahan berpengaruh secara negatif dan signifikan.
3. Faktor-faktor yang memengaruhi pendapatan petani padi hibrida dan
inbrida yang berpengaruh positif dan signifikan adalah biaya benih dan
biaya tenaga kerja, sedangkan variabel biaya pestisida memiliki pengaruh
negatif dan signifikan.
4. Faktor-faktor yang memengaruhi pendapatan petani jagung yang
berpengaruh positif dan signifikan adalah penerimaan, sedangkan variabel
biaya pupuk dan biaya tenaga kerja memiliki pengaruh negatif dan
signifikan.
5. Kesediaan membayar benih padi hibrida memiliki rataan sebesar
Rp137,800/kg, sedangkan untuk benih padi inbrida sebesar Rp24,500/kg.
Nilai total kesediaan membayar (WTP) untuk benih padi hibrida dan inbrida
masing-masing sebesar Rp385,977,800/tahun, Rp68,624,500/tahun.
Kesediaan membayar benih jagung memiliki rataan sebesar Rp102,600/kg
sehingga diperolah nilai total kesediaan membayar (WTP) sebesar
Rp287,382,600/tahun. Nilai kesediaan membayar para petani padi dan
jagung di Raman Utara lebih tinggi dibandingkan dengan harga yang
berlaku di pasaran.

Saran
1. Pendapatan petani padi dan jagung seharusnya menjadi tolok ukur
keberhasilan para petani di Kecamatan Raman Utara dalam menggunakan
benih unggul. Langkah yang seharusnya diambil pemerintah adalah
menyediakan benih-benih unggul bersertifikat serta pupuk dan pestisida
dengan kualitas yang baik.
2. Tingginya nilai kesediaan membayar pada benih dari padi hibrida, inbrida
serta jagung diharapkan dapat menggugah kesadaran pemerintah untuk
memberikan bantuan subsidi demi kelancaran serta membuat produksi serta
produktivitas padi dan jagung di daerah tersebut tinggi dan stabil.
36

DAFTAR PUSTAKA

Adnyana MO, Wardana P. 2016. Willingness To Accept Dan Willingness To Pay


Petani Dan Konsumen Terhadap Padi Hibrida Di Sentra Produksi Jawa
Timur. Jurnal Pertanian Tanaman Pangan. 35(1):53-60.
Afriani et al. 2018. Efisiensi Teknis Dan Ekonomis Usahatani Kedelai: Studi Kasus
Di Lampung Timur. Penelitian Pertanian Tanaman Pangan. 2(2):121-128.
Annisa UW. 2016. Analisis pengaruh persepsi, preferensi dan sikap masyarakat
muslim terhadap keputusan pembelian jasa perbankan syariah (studi kasus
di kecamatan Mungkid kabupaten Magelang) [Skripsi]. Salatiga (ID):
Institut Agama Islam Negeri Salatiga.
Apriliana MA, Mustadjab MM. 2016. Analisis Faktor-Faktor yang Mempengaruhi
Pengambilan Keputusan Petani Dalam Menggunakan Benih Hibrida Pada
Usahatani Jagung (Studi Kasus di Desa Patokpicis, Kecamatan Wajak,
Kabupaten Malang). Jurnal Habitat. 17(1):7-13.
Arsyad. 2004. Ekonomi Pembangunan, Edisi 4. Penerbit STIE YKPN: Yogyakarta
[BPP] Balai Penyuluhan Pertanian. 2019. Programma Penyuluhan Pertanian tahun
2020. Lampung (ID).
[BPS] Badan Pusat Statistik. 2019. Provinsi Lampung Dalam Angka 2019. BPS
Provinsi Lampung. Lampung.
[BPS] Badan Pusat Statistik. 2019. Kabupaten Lampung Timur Dalam Angka 2019.
BPS Kabupaten Lampung Timur. Lampung Timur.
[BPS] Badan Pusat Statistik. 2019. Statistik Daerah Kabupaten Lampung Timur
2018. BPS Kabupaten Lampung Timur. Lampung Timur.
[BPS] Badan Pusat Statistik. 2019. Kecamatan Raman Utara Dalam Angka 2019.
BPS Kabupaten Lampung Timur. Lampung Timur.
Dermoredjo SK. 2014. Analisis Kebijakan Pengembangan Padi, Jagung, Dan
Kedelai Di Indonesia Dalam Menghadapi Perdagangan Bebas Asean.
Jurnal Kebijakan Pertanian. 12(1):51-68.
Donggulo CV, Lapanjang IM, Made U. 2017. Pertumbuhan Dan Hasil Tanaman
Padi (Oryza Sativa L) Pada Berbagai Pola Jajar Legowo Dan Jarak Tanam.
Jurnal Agroland. 24(1):27-35.
Dinas Pertanian. 2020. Produktivitas dan Produksi Jagung Provinsi Lampung
Tahun 2018. Dinas Pertanian Tanaman Pangan dan Hortikultura Provinsi
Lampung.
Dinas Pertanian. 2020. Produktivitas dan Produksi Padi Provinsi Lampung Tahun
2018. Dinas Pertanian Tanaman Pangan dan Hortikultura Provinsi
Lampung.
Fauzi A. 2006. Ekonomi Sumberdaya Alam Dan Lingkungan: Teori dan Aplikasi.
Jakarta (ID): PT. Gramedia Pustaka Utama.
Fariyanti A, Nurmalina R, Syamsiah S. 2015. Analisis Sikap Petani Terhadap
Penggunaan Benih Padi Varietas Unggul Di Kabupaten Subang Jawa Barat.
Jurnal AGRISE. 16(3):205-215.
Firdaus M, Harmini, Afendi FM. 2011. Aplikasi Metode Kuantitatif Untuk
Manajemen Dan Bisnis. Bogor. IPB Press.
Ghozali I. 2005. Aplikasi Analisis Multivariate dengan Program SPSS. Semarang
(ID): Badan Penerbit UNDIP.
37

Gujarati DN. 2007. Dasar-Dasar Ekonometrika. Jilid 1. Edisi Ketiga. A. Mulyadi,


penerjemah. Jakarta (ID): Erlangga.
Harini R, Nurdin MH, Aprilia L. 2014. Prosiding Pertemuan Imiah Tahunan (PIT)
Ikatan Geograf Indonesia.
Harnowo et al. 2016. Kebutuhan dan Teknologi Produksi Benih Kedelai
http://balitkabi.litbang.pertanian.go.id/wpcontent/uploads/2016/03/dele_1
7.didikh-1.pdf [diunduh 30 November 2019].
Hasnam. 2007. Status perbaikan dan penyediaan bahan tanaman jarak pagar
(Jatropha curcas L). Prosiding Lokakarya II Status Teknologi Tanaman.
Heriyanto H, Krisdiana R. 2011. Dinamika Preferensi Petani dan Penyebaran
Varietas Unggul Kedelai di Propinsi Kedelai di Propinsi Jawa Timur.
Cakrawala. 5(2), pp.115-124.
Hosmer DW, Lemeshow S. 2000. Applied Logistic Regression, John Wiley and
Sons, New York.
Indriyati, Mustadjab MM. 2016. Tingkat ketersediaan faktor-faktor produksi di
tingkat petani dan pengaruhnya terhadap produksi dan pendapatan pada
usahatani jagung (Zea mays l.) (kasus di desa Ngrancang, kecamatan
Tambakrejo, kabupaten Bojonegoro). Jurnal Habitat. 27(2):94-102.
Juanda B. 2009. Ekonometrika: Permodelan Dan Pendugaan. Bogor (ID): IPB
Press.
Juanda B. 2009. Metodologi Penelitian Ekonomi Dan Bisnis. Bogor (ID): IPB
Press.
Juniarsih, Tenriawaru AN, Sirajuddin SN. 2013. Dampak Kebijakan Subsidi Benih
Jagung Terhadap Peningkatan Produksi Dan Pendapatan Petani Di Propinsi
Sulawesi Selatan. Jurnal Agribisnis.
Kariyasa, K. 2007. Usulan pola kebijakan pemberian dan pendistribusian benih padi
bersubsidi. Analisis Kebijakan Pertanian. 5(4): 304-319.
[Kementan] Kementrian Pertanian. 2017. Petunjuk Teknis Subsidi Benih Tahun
Anggaran 2017. Direktorat Jenderal Tanaman Pangan. Jakarta.
[Kementan] Kementrian Pertanian. 2018. Statistik Pertanian. Jakarta.
Komala et al. 2008. Analisis pendapatan dan produktivitas usahatani jagung hibrida
varietas bisi dan non bisi di desa Sumengko, kecamatan Sukomoro,
kabupaten Nganjuk Jawa Timur. AGRISE. 8(2):120-134.
Listiani et al. 2019. Analisis pendapatan usahatani padi di kecamatan Mlonggo
kabupaten Jepara. Jurnal Sosial Ekonomi dan Kebijakan Pertanian.
3(1):50-58.
Mangkoesoebroto G. 2000. Ekonomi Publik. Yogyakarta: BPFE-Yogyakarta.
Muchlis I. 2015. Pengaruh stress kerja terhadap kinerja karyawan di PT. Batik
Danar Hadi Surakarta [skripsi]. Surakarta (ID): Universitas Muhammadiyah
Surakarta.
Nazir M. 1988. Metode Penelitian. Jakarta (ID): Ghalia Indonesia.
Nurmalina dan Qhoirunisa. 2013. Pendapatan usahatani padi hibrida dan padi
inhibrida di kabupaten Bogor, propinsi Jawa Barat. Jurnal Pangan.
22(4):329-348.
Perkasa I. 2016. Analisis pendapatan usahatani dan pemasaran serta persepsi
masyarakat terhadap beras organik dan anorganik (Studi Kasus Kecamatan
Cianjur, Kabupaten Cianjur) [skripsi]. Bogor (ID): Institut Pertanian Bogor.
38

Popidylah et al. Analisis pendapatan usahatani padi di desa Sungai Kinjil


kecamatan Benua Kayong kabupaten Ketapang. Jurnal Social Economic of
Agriculture. 4(2):74-87.
Prakoso HJ. 2019. Pilihan dan tingkat konsumsi minyak sawit rumah tangga
[skripsi]. Bogor (ID): Institut Pertanian Bogor.
Prastyawan W. 2016. Analisis Kesediaan Membayar (WTP) Dan Faktor Yang
Memengaruhi Petani Kakao Dalam Membayar Zakat Perkebunanan (Kasus
Desa Bandar Agung, Kecamatan Bandar Sribhawono , Lampung Timur)
[skripsi]. Bogor (ID): Institut Pertanian Bogor.
Priambodo LH. 2013. Analisis Kesediaan Membayar (Willingness To Pay) Sayuran
Organik Dan Faktor - Faktor Yang Mempengaruhinya (Studi Kasus Kota
Bogor, Jawa Barat) [skripsi]. Bogor (ID): Institut Pertanian Bogor.
Purwanto S. 2008. Perkembangan Produksi dan Kebijakan dalam Peningkatan
Produksi Jagung. Direktorat Jenderal Tanaman Pangan.
Rochaeni S. 2013. Analisis persepsi, kesadaran, dan preferensi konsumen terhadap
buah lokal. Jurnal Agribisnis. 7(1):91-104.
Walpole RE. 1992. Pengantar Statistika. Sumantri B, penerjemah; Sidhi IP, editor.
Jakarta (ID): Penerbit PT Gramedia Pustaka Utama. Terjemahan dari:
Introduction to Statistics. Ed ke-3.
Sadjad S. 2006. Benih yang Membawa dan Dibawa Perubahan. Bogor (ID): IPB
Press.
Shaumiyah, Damanhuri, Basuki N. 2014. Pengaruh Pengeringan Terhadap Kualitas
Benih Kedelai (Glycine Max (L.) Merr). Jurnal Produksi Tanaman.
2(5):388-394.
Soekartawi. 2005. Agribisnis Teori Dan Aplikasinya. Jakarta (ID): Raja Grafindo.
Sudjarmoko et al. 2013. Analisis Faktor Penentu Adopsi Benih Unggul Karet.
Buletin RISTRI. 4(2):117-128.
Sudjarmoko et al. 2015. Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Kesediaan Petani
Membiayai Teknologi Pengendalian Hama Pengisap Pucuk Dan Penyakit
Cacar Daun The. Jurnal Tanaman Industri dan Penyegar. 2(1):21-28.
Suharyadi dan Purwanto SK. 2017. Statistika untuk Ekonomi dan Keuangan Bisnis.
Jakarta Selatan (ID): Salemba Empat.
Supriyadi J. 2016. Efisiensi usahatani kedelai di kecamatan Raman Utara kabupaten
Lampung Timur [skripsi]. Metro (ID): Sekolah Tinggi Ilmu Pertanian
Dharma Wacana.
Surahman et al. 2015. Kebijakan Perbenihan Padi Masa Depan. Jakarta: Biro
Perencanaan Kementrian Pertanian Republik Indonesia.
Surahman M, Hastuti, Riefqi AR. 2017. Pengaruh benih padi (Oryza sativa L.)
bersubsidi terhadap produksi dan pendapatan petani padi sawah. Jurnal
Agrohorti. 5(1): 1-8.
Sutopo L. 2010. Teknologi Benih. Jakarta (ID): PT Raja Grafindo Persada.
Syamsiah et al. 2015. Analisis Sikap Petani Terhadap Penggunaan Benih Padi
Varietas Unggul Di Kabupaten Subang Jawa Barat. Jurnal AGRISE.
16(3):206-212.
Theresia V, Fariyanti A, Tinaprilla N. 2016. Pengambilan Keputusan Petani
Terhadap Penggunaan Benih Bawang Merah Lokal dan Impor di Cirebon,
Jawa Barat. Jurnal Agribisnis. 2(1): 51-59.
39

Umar H. 2005. Riset Pemasaran dan Perilaku Konsumen. Jakarta (ID): PT


Gramedia Pustaka Utama.
Wahyuni N, Ningsih VY. 2018. Kelayakan Perkebunan Buah Naga Di Kota
Lubuklinggau. Jurnal Agribisnis. 12(2):1430-1441.
Yudono P. 2015. Perbenihan Tanaman: Dasar Ilmu, Teknologi, dan Pengelolaan.
Yogyakarta: Gadjah Mada University Press.
Yulihartika RD. 2017. Analisis Sikap Dan Perilaku Petani Terhadap Dua Benih
Jagung Hibrida (Jaya Dan Bisi 2) Di Desa Sukasari Kecamatan Air Periukan
Kabupaten Seluma. Jurnal Agritepa. 3(2):117-132.

LAMPIRAN
Lampiran 1. Hasil estimasi regresi logistik biner
Call:
glm(formula = Y ~ LSLHN + PNGLMN + lnPPK + lnPNDPTN, family = bin
omial)

Deviance Residuals:
Min 1Q Median 3Q Max
-1.56430 -1.07888 0.01755 1.10344 1.74160
Coefficients:
Estimate Std. Error z value Pr(>|z|)
(Intercept) -24.97828 13.76392 -1.815 0.0696 .
LSLHN -1.98782 1.06732 -1.862 0.0625 .
PNGLMN 0.01236 0.02373 0.521 0.6023
lnPPK 1.80957 0.92886 1.948 0.0514 .
lnPNDPTN 0.06061 0.33158 0.183 0.8550
---
Signif. codes: 0 ‘***’ 0.001 ‘**’ 0.01 ‘*’ 0.05 ‘.’ 0.1 ‘ ’ 1
(Dispersion parameter for binomial family taken to be 1)
Null deviance: 83.178 on 59 degrees of freedom
Residual deviance: 78.577 on 55 degrees of freedom
AIC: 88.577
Number of Fisher Scoring iterations: 4

Lampiran 2. Hasil uji Hosmer and Lemeshow


Hosmer and Lemeshow goodness of fit (GOF) test

data: reg$y, fitted(reg)


X-squared = 6.1189, df = 8, p-value = 0.6339

(Intercept) LSLHN PNGLMN lnPPK lnPNDPTN


1.419291e-11 1.369937e-01 1.012441e+00 6.107795e+00 1.062480e+00

Lampiran 3. Hasil perhitungan nilai peluang responden


1 2 3 4 5 6
7 8 9 10
0.5009681 0.5730315 0.5315607 0.6331173 0.6113578 0.5437521 0.670
5525 0.4520441 0.5472227 0.3841179
11 12 13 14 15 16
17 18 19 20
0.6173589 0.2982431 0.5160136 0.5816211 0.4013305 0.3248207 0.586
3387 0.2879996 0.4848199 0.3804051
40

21 22 23 24 25 26
27 28 29 30
0.3758615 0.7141834 0.6536952 0.4272065 0.3891453 0.4735169 0.424
8362 0.6025071 0.6025024 0.4847393
31 32 33 34 35 36
37 38 39 40
0.4141672 0.3824207 0.3275457 0.7058072 0.4375948 0.6352535 0.466
2428 0.4111370 0.7354020 0.6312735
41 42 43 44 45 46
47 48 49 50
0.3370922 0.3917123 0.5109453 0.6546201 0.6333919 0.3314719 0.461
2675 0.4672614 0.6105811 0.7144339
51 52 53 54 55 56
57 58 59 60
0.5377333 0.2911263 0.7756312 0.4610878 0.2194588 0.7412792 0.205
2088 0.5178215 0.3720664 0.5440953

Lampiran 4. Hasil perhitungan pengelompokkan responden


1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22
23 24 25 26 27 28 29 30 31 32 33 34
1 1 1 1 1 1 1 0 1 0 1 0 1 1 0 0 1 0 0 0 0 1
1 0 0 0 0 1 1 0 0 0 0 1
35 36 37 38 39 40 41 42 43 44 45 46 47 48 49 50 51 52 53 54 55 56
57 58 59 60
0 1 0 0 1 1 0 0 1 1 1 0 0 0 1 1 1 0 1 0 0 1
0 1 0 1

Lampiran 5. Hasil uji reliabilitas model jagung


Call: psych::alpha(x = Persepsi)
raw_alpha std.alpha G6(smc) average_r S/N ase mean sd media
n_r
0.59 0.59 0.85 0.088 1.5 0.094 3.2 0.25 0.0
72
lower alpha upper 95% confidence boundaries
0.4 0.59 0.77
Reliability if an item is dropped:
raw_alpha std.alpha G6(smc) average_r S/N alpha
se var.r med.r
Harga Terjangkau 0.54 0.56 0.81 0.082 1.2 0.1
04 0.068 0.061
Produktivitas 0.53 0.53 0.80 0.075 1.1 0.1
08 0.059 0.047
Varietas murni 0.52 0.53 0.82 0.075 1.1 0.1
12 0.063 0.047
Tahan hama 0.51 0.52 0.81 0.071 1.1 0.1
11 0.056 0.047
Tahan penyakit 0.50 0.51 0.80 0.069 1.0 0.1
16 0.054 0.061
Tahan salinitas 0.57 0.57 0.82 0.086 1.3 0.0
99 0.054 0.072
Bersertifikat 0.62 0.62 0.87 0.106 1.7 0.0
87 0.069 0.087
KAM 0.65 0.63 0.87 0.107 1.7 0.0
79 0.063 0.085
PP 0.56 0.55 0.83 0.082 1.2 0.1
02 0.064 0.072
MD 0.60 0.61 0.86 0.102 1.6 0.0
92 0.069 0.082
MP 0.54 0.54 0.81 0.077 1.2 0.1
06 0.059 0.061
41

MB 0.60 0.61 0.85 0.099 1.5 0.0


91 0.068 0.080
P 0.59 0.60 0.85 0.096 1.5 0.0
94 0.071 0.061
HJ 0.59 0.60 0.83 0.096 1.5 0.0
93 0.066 0.080
KKB 0.61 0.62 0.87 0.104 1.6 0.0
91 0.069 0.085
Item statistics
n raw.r std.r r.cor r.drop mean sd
Harga Terjangkau 40 0.520 0.488 5.0e-01 0.369 3.2 0.68
Produktivitas 40 0.594 0.602 6.4e-01 0.465 3.5 0.64
Varietas murni 40 0.617 0.590 5.8e-01 0.468 3.2 0.75
Tahan hama 40 0.649 0.658 7.0e-01 0.532 3.6 0.64
Tahan penyakit 40 0.695 0.695 7.5e-01 0.573 3.5 0.72
Tahan salinitas 40 0.403 0.421 4.5e-01 0.235 3.4 0.68
Bersertifikat 40 0.099 0.111 -8.7e-03 -0.074 3.1 0.65
KKB 40 0.186 0.096 -8.3e-05 -0.070 2.6 0.95
PP 40 0.458 0.492 4.6e-01 0.349 3.1 0.47
MD 40 0.173 0.172 6.8e-02 0.025 3.0 0.55
MP 40 0.541 0.564 5.9e-01 0.402 3.5 0.64
MB 40 0.256 0.224 1.6e-01 0.080 2.6 0.67
P 40 0.193 0.271 1.9e-01 0.081 3.2 0.42
HJ 40 0.264 0.260 2.5e-01 0.105 3.1 0.61
KKB 40 0.097 0.147 2.2e-02 -0.036 3.4 0.50
Non missing response frequency for each item
1 2 3 4 miss
Harga Terjangkau 0.02 0.08 0.60 0.30 0
Produktivitas 0.02 0.00 0.38 0.60 0
Varietas murni 0.05 0.05 0.57 0.32 0
Tahan hama 0.02 0.00 0.35 0.62 0
Tahan penyakit 0.02 0.05 0.32 0.60 0
Tahan salinitas 0.02 0.02 0.42 0.52 0
Bersertifikat 0.02 0.08 0.65 0.25 0
KKB 0.18 0.18 0.50 0.15 0
PP 0.02 0.00 0.85 0.12 0
MD 0.00 0.15 0.70 0.15 0
MP 0.02 0.00 0.42 0.55 0
MB 0.00 0.48 0.42 0.10 0
P 0.00 0.00 0.78 0.22 0
HJ 0.02 0.05 0.70 0.22 0
KKB 0.00 0.00 0.60 0.40 0

Lampiran 6. Hasil estimasi regresi linear berganda jagung

Call:
lm(formula = lnPendapatan ~ lnPPK + lnPTSD + lnBNH + lnTK + lnPNR
IMN,
data = Data)
Residuals:
Min 1Q Median 3Q Max
-2.36945 -0.20304 0.09127 0.38465 0.59542
Coefficients:
Estimate Std. Error t value Pr(>|t|)
(Intercept) -6.31154 2.06622 -3.055 0.00444 **
lnPPK -0.64796 0.26435 -2.451 0.01970 *
lnPTSD -0.04521 0.05142 -0.879 0.38563
lnBNH -0.04087 0.04727 -0.865 0.39350
lnTK -0.62951 0.24582 -2.561 0.01520 *
lnPNRIMN 2.50552 0.29391 8.525 7.5e-10 ***
---
Signif. codes: 0 ‘***’ 0.001 ‘**’ 0.01 ‘*’ 0.05 ‘.’ 0.1 ‘ ’ 1
42

Residual standard error: 0.5984 on 33 degrees of freedom


(1 observation deleted due to missingness)
Multiple R-squared: 0.7752, Adjusted R-squared: 0.7412
F-statistic: 22.76 on 5 and 33 DF, p-value: 7.915e-10

Lampiran 7. Hasil uji Kolmogorov-Smirnov


One-sample Kolmogorov-Smirnov test
data: galat_normal
D = 0.15819, p-value = 0.2551
alternative hypothesis: two-sided

Lampiran 8. Hasil uji Multikolinearitas


lnPPK lnPTSD lnBNH lnTK lnPNRIMN
6.696687 1.476491 1.270936 5.579667 6.002871

Lampiran 9 . Hasil uji Autokorelasi


Runs Test for Randomness

data: Galat
z = 1.628, runs = 26, m = 20, n = 19, p-value = 0.1035
alternative hypothesis: true number of runs is not equal the expe
cted number
sample estimates:
median(x)
0.09126811

Lampiran 10. Hasil uji Heteroskedastisitas


studentized Breusch-Pagan test
data: Y
BP = 3.8645, df = 5, p-value = 0.5691

Lampiran 11. Hasil uji reliabilitas model padi hibrida dan inbrida
Reliability analysis
Call: psych::alpha(x = Persepsi)
raw_alpha std.alpha G6(smc) average_r S/N ase mean sd media
n_r
0.78 0.8 0.89 0.21 3.9 0.042 3.2 0.33 0
.2
lower alpha upper 95% confidence boundaries
0.7 0.78 0.86
Reliability if an item is dropped:
raw_alpha std.alpha G6(smc) average_r S/N alpha se var.r
med.r
HT 0.77 0.79 0.89 0.21 3.8 0.043 0.039
0.20
Prod 0.77 0.79 0.87 0.21 3.7 0.044 0.037
0.20
VM 0.76 0.78 0.88 0.20 3.6 0.046 0.040
0.20
TH 0.75 0.77 0.87 0.20 3.4 0.048 0.031
0.20
43

TP 0.75 0.77 0.87 0.20 3.4 0.048 0.031


0.19
TS 0.77 0.79 0.88 0.21 3.7 0.045 0.031
0.20
Ber 0.77 0.79 0.89 0.21 3.8 0.044 0.040
0.20
KKB 0.79 0.81 0.89 0.23 4.2 0.039 0.036
0.20
PP 0.76 0.77 0.88 0.20 3.4 0.046 0.041
0.18
MD 0.77 0.79 0.89 0.21 3.7 0.044 0.041
0.20
MP 0.77 0.78 0.87 0.20 3.6 0.045 0.039
0.20
MB 0.78 0.80 0.88 0.22 3.9 0.043 0.037
0.20
HARGA 0.77 0.79 0.88 0.21 3.7 0.044 0.040
0.20
hargater 0.77 0.79 0.88 0.21 3.8 0.044 0.039
0.20
KUT 0.76 0.77 0.88 0.20 3.4 0.046 0.039
0.19

Item statistics
n raw.r std.r r.cor r.drop mean sd
HT 60 0.47 0.44 0.39 0.33 3.0 0.80
Prod 60 0.45 0.47 0.46 0.35 3.5 0.57
VM 60 0.57 0.55 0.49 0.44 3.1 0.81
TH 60 0.66 0.66 0.69 0.58 3.5 0.68
TP 60 0.67 0.66 0.68 0.57 3.4 0.77
TS 60 0.50 0.51 0.52 0.40 3.4 0.62
Ber 60 0.45 0.45 0.39 0.32 3.2 0.74
KKB 60 0.31 0.26 0.20 0.14 2.7 0.88
PP 60 0.63 0.65 0.62 0.56 3.2 0.47
MD 60 0.47 0.47 0.41 0.35 3.0 0.72
MP 60 0.51 0.55 0.53 0.42 3.5 0.54
MB 60 0.40 0.38 0.35 0.28 2.7 0.70
HARGA 60 0.44 0.49 0.45 0.36 3.2 0.49
hargater 60 0.48 0.47 0.43 0.36 3.1 0.70
KUT 60 0.62 0.65 0.62 0.55 3.4 0.52

Non missing response frequency for each item


1 2 3 4 miss
HT 0.07 0.10 0.57 0.27 0
Prod 0.00 0.03 0.45 0.52 0
VM 0.07 0.08 0.55 0.30 0
TH 0.03 0.00 0.38 0.58 0
TP 0.05 0.02 0.37 0.57 0
TS 0.02 0.02 0.50 0.47 0
Ber 0.05 0.05 0.58 0.32 0
KKB 0.13 0.15 0.57 0.15 0
PP 0.00 0.03 0.75 0.22 0
MD 0.03 0.13 0.58 0.25 0
MP 0.00 0.02 0.48 0.50 0
MB 0.00 0.43 0.43 0.13 0
HARGA 0.00 0.05 0.73 0.22 0
hargater 0.02 0.15 0.57 0.27 0
KUT 0.00 0.02 0.62 0.37 0

Lampiran 12. Hasil estimasi regresi linear berganda benih hibrida dan inbrida
Call:
lm(formula = lnPendapatan ~ lnBNH + lnPPK + lnPTSD + lnTK + PNGLM
N +
DBe, data = Data)
Residuals:
44

Min 1Q Median 3Q Max


-2.4594 -0.1719 0.1684 0.4019 1.1767
Coefficients:
Estimate Std. Error t value Pr(>|t|)
(Intercept) 4.556631 2.480882 1.837 0.07187 .
lnBNH 0.211080 0.063741 3.312 0.00168 **
lnPPK -0.179182 0.342087 -0.524 0.60261
lnPTSD -0.333624 0.142739 -2.337 0.02323 *
lnTK 1.048974 0.312869 3.353 0.00148 **
PNGLMN 0.005764 0.008970 0.643 0.52329
DBe -0.076728 0.222030 -0.346 0.73103
---
Signif. codes: 0 ‘***’ 0.001 ‘**’ 0.01 ‘*’ 0.05 ‘.’ 0.1 ‘ ’ 1
Residual standard error: 0.7805 on 53 degrees of freedom
Multiple R-squared: 0.4623, Adjusted R-squared: 0.4015
F-statistic: 7.596 on 6 and 53 DF, p-value: 6.582e-06

Lampiran 13. Hasil uji Jarque-Bera


Jarque Bera Test

data: lnBNH + lnPPK + lnPTSD + lnTK + PNGLMN + DBe


X-squared = 2.973, df = 2, p-value = 0.2262

Lampiran 14. Hasil uji Multikolinearitas


lnBNH lnPPK lnPTSD lnTK PNGLMN DBe
1.416929 4.526918 2.721336 4.738448 1.022685 1.213833

Lampiran 15. Hasil uji Autokorelasi


Runs Test for Randomness
data: Galat
z = -0.91145, runs = 27, m = 30, n = 30, p-value = 0.3621
alternative hypothesis: true number of runs is not equal the expe
cted number
sample estimates:
median(x)
0.1684535

Lampiran 16. Hasil uji Heteroskedastisitas


studentized Breusch-Pagan test
data: Y
BP = 1.4989, df = 6, p-value = 0.9596

Lampiran 17. Kuisioner Penelitian


No. Kuisioner :
Tanggal Wawancara : Februari / Maret 2020
Komoditas :

Kuisioner Penelitian
45

ANALISIS PENDAPATAN DAN KESEDIAAN MEMBAYAR PETANI


PADI JAGUNG KEDELAI DALAM PENGGUNAAN BENIH UNGGUL
DI KABUPATEN LAMPUNG TIMUR
Perkenalkan saya Ares Gusti Nugraha, mahasiswa semester 8 Departemen Ilmu
Ekonomi, IPB University yang sedang melakukan penelitian yang berjudul
“Pendapatan Petani Padi Jagung dan Kesediaan Membayar Dalam Penggunaan Benih
Unggul Di Kecamatan Raman Utara”. Peneliti mengharapkan kesedian
Bapak/Ibu/Saudara/i yang terhormat dalam partisipasinya mengisi kuisioner ini dengan
jujur, teliti, dan lengkap agar didapat data yang akurat. Informasi yang didapat hanya
digunakan untuk kepentingan penelitian dan dijamin kerahasiannya. Atas perhatian dan
partisipasi Bapak/Ibu/Saudara/i, saya mengucapkan terima kasih.

A. IDENTITAS RESPONDEN
1. Nama :
2. Alamat :
3. No.Handphone : 08
B. KARAKTERISTIK RESPONDEN
Berilah tanda ceklis (√) pada jawaban yang sesuai dengan Anda
1. Usia : … Tahun
2. Jenis kelamin : […] Laki-laki
[…] Perempuan
3. Pendidikan Terakhir : […] SD, ….
[…] SMP/SLTP Sederajat, ….
[…] SMA/SLTA Sederajat, ….
[…] Diploma, ….
[…] S1, ….
4. Jumlah Tanggungan Keluarga : … Orang
5. Status Dalam Rumah Tangga : […] Kepada Keluarga
[…] Istri/ibu Rumah Tangga
[…] Anak
6. Pendidikan non formal yang terkait dengan pertanian
No Jenis Pendidikan/Penyuluhan Lama (bulan) Keterangan

7. Status usahatani*) : […] Pekerjaan Utama


[…] Pekerjaan Sampingan
*) pekerjaan dilihat dari curahan waktu kerja
(a) Jika ada pekerjaan sampingan, apakah pekerjaan beserta pendapatannya:

8. Pendapatan rata-rata rumah tangga dalam satu bulan


[…] < Rp500.000
[…] Rp500.000 ≤ x < Rp1.000.000
[…] Rp1.000.000 ≤ x < Rp3.000.000
[…] Rp3.000.000 ≤ x < Rp5.000.000
46

[…] ≥ Rp5.000.000
9. Pengeluaran rata-rata rumah tangga dalam satu bulan
[…] < Rp500.000
[…] Rp500.000 ≤ x < Rp1.000.000
[…] Rp1.000.000 ≤ x < Rp3.000.000
[…] Rp3.000.000 ≤ x < Rp5.000.000
[…] ≥ Rp5.000.000
10. Pengalaman bertani padi/jagung/kedelai
Varietas ………, selama ………tahun
Varietas ………, selama ………tahun
Varietas ………, selama ………tahun
11. Tergabung dalam kelompok tani : […] Iya
[…] Tidak
 Jika iya
(a) Nama kelompok tani :
(b) Tahun bergabung :
(c) Peran dalam kelompok tani sebagai :
 Jika tidak, sertakan alasan

C. Gambaran Umum Usahatani Padi/Jagung/Kedelai Musim Tanam


Terakhir
1. Pola tanam secara umum (dalam satu tahun terakhir/2019)
Musim Tanam 1 2 3
Periode Bulan
Komoditas

Alasan

2. Luas lahan yang ditanami : ha


3. Status lahan : […] Milik sendiri […] Sewa
[…] Bagi hasil […] Gadai
[…] Lainnya, …
4. Jenis lahan : […] Irigasi […] Tadah
hujan […] Ladang/tegalan […]
Lainnya, …
5. Pengelolaan : […] Digarap sendiri
[…] Digarap orang lain
6. Sistem budidaya : […] Monokultur
[…] Tumpang sari, tanaman……

D. Analisis Pendapatan Usahatani Padi/Jagung/Kedelai Pada Musim


Tanam Terakhir
47

D1. Penerimaan Usahatani


Harga Satuan
Produksi Volume Satuan Produksi Nilai (Rp)
(Rp/Kg)

Total Penerimaan

D2. Biaya Usahatani (Biaya Tunai)


1. Benih
Asal Benih Volume Satuan Harga/Satuan (Rp) Nilai Total (Rp)

2. Biaya Input
a. Pupuk Organik
Jenis Pupuk Volume Satuan Harga Nilai Total

b. Pupuk Anorganik
Jenis Pupuk Volume Satuan Harga Satuan Nilai Total

c. Pestisida/obat-obatan
Jenis Pupuk Volume Satuan Harga Satuan Nilai Total

D3. Penggunaan Input Produksi Lainnya (Biaya Diperhitungkan)


1. Penyusutan peralatan yang digunakan dalam usahatani
Padi/Jagung/Kedelai
Estimasi
Nilai Waktu Biaya
Jumlah Umur
No Jenis Alat Pembelian Pembelian Penyusutan
(buah) Teknis
(Rp/unit) (Tahun) (Rp)
(Tahun)
1 Cangkul
2 Sabit
3 Ember
48

4 Hand Sprayer
-Elektrik
-Manual
5
6
7
8
9
10

2. Biaya Usahatani Lainnya


Biaya Pengeluaran Satuan Biaya Satuan Total
Iuran irigasi/beli air
Pajak Lahan
Pajak pekarangan
(PBB)

3. Penggunaan Tenaga Kerja


Asal Tenaga Kerja Sistem Bayar
Waktu Hari
Dalam Luar
Aktivitas Kerja Kerja
Keluarga Keluarga Upah Borongan
(Jam) (Hari)
L P L P
Pembenihan
Pengelolaan Lahan
Penanaman
a. Gurat/garis
b. Cabut benih
c.

Pemupukan
a. I
b. II
c. III
Pengendalian HPT
a. I
b. II
c. III
d. IV
Panen
Pasca Panen
49

a. Ongkos
angkut
b.
c.
d.

Total Tenaga Kerja

E. Gambaran Umum dan Pengetahuan Petani Padi/Jagung/Kedelai dalam


Penggunaan Benih pada Musim Tanam Terakhir
1. Benih yang digunakan bersertifikat : […] Iya
[…] Tidak
2. Varietas yang sering ditanam :

3. Asal benih yang digunakan: […] Hasil produksi sebelumnya


[…] Membeli dari produsen benih, harga …
[…] Subsidi pemerintah
[…] Lainnya, sebutkan …
4. Alasan pemilihan varietas benih dari padi/jagung/kedelai (boleh lebih dari
satu)
[…] Harga jual hasil produksi yang tinggi
[…] Hasil produksi memiliki jaminan pasar yang baik
[…] Produktivitas tinggi
[…] Tahan terhadap serangan hama
[…] Subsidi pemerintah
[…] Varietas yang ditanam sebelumnya (benih hasil panen sendiri/turun
temurun)
[…] Melestarikan varietas lokal
[…] Campuran varietas lain
[…] Lainnya, .…
5. Apakah Saudara mengetahui apa saja manfaat dari benih unggul
bersertifikat?
[….] Tahan terhadap hama dan penyakit
[….] Tahan terhadap salinitas tanah
[….] Tahan terhadap kekeringan
[….] Umur panen lebih pendek
[….] Produksi tinggi
[….] Lainnya, sebutkan …
6. Pengetahuan mengenai benih unggul bersumber dari :
[…] Penyuluh setempat
[…] Koran
[…] Internet
[…] Keberhasilan orang lain
50

[…] Lainnya, ….
7. Apa saran dan kritik anda terhadap perbenihan, yang perlu diperbaiki agar
benih unggul bersertifikat dapat dengan mudah diterapkan oleh petani?

F. Preferensi dan Persepsi Petani Padi/Jagung/Kedelai dalam Penggunaan


Benih Unggul Bersertifikat di Raman Utara, Lampung Timur
F.1 Preferensi Petani dalam Penggunaan Benih
No Pernyataan 1 2 3 4
1 Harga terjangkau
2 Produktivitas tinggi
3 Varietas tidak tercampur satu dengan yang lainnya
4 Tahan terhadap hama tanaman
5 Tahan terhadap penyakit tanaman
6 Tahan terhadap salinitas tanah
7 Benih bersertifikat (berlabel)
8 Kemudahan akses untuk pembelian benih
*) Keterangan: 1: tidak penting, 2: kurang penting, 3: penting, 4: sangat penting

F.2 Persepsi Petani terhadap Benih Unggul Bersertifikat


No Pernyataan STS TS S SS
7 Benih unggul bersertifikat berperan penting dalam
usahatani
8 Benih unggul bersertifikat mudah didapatkan di
daerah anda
9 Benih unggul bersertifikat dapat meningkatkan
produktivitas tanaman
10 Benih unggul bersertifikat dapat mengurangi biaya
usahatani
11 Membeli benih unggul bersertifikat dengan harga
yang sudah tersedia di pasaran
12 Harga benih unggul bersertifikat mempunyai harga
yang terjangkau
13 Menggunakan benih unggul bersertifikat untuk
kegiatan usahatani
*) Keterangan: STS: sangat tidak setuju, TS: tidak setuju, S: setuju, SS: sangat setuju
51

G. Analisis Willingness to Pay Petani Padi Jagung Terhadap Benih Unggul

Pasar Hipotesis: Penggunaan Benih Unggul Padi dan Jagung

“Penggunaan benih varietas unggul bersertifikat diharapkan memberikan


kontribusi peningkatan produktivitas (Surahman et al. 2015). Pendapatan
petani akan meningkat dengan efisiensi biaya yang harus dikeluarkan petani
untuk pembelian benih. Beberapa varietas benih unggul yang disarankan
oleh pemerintah adalah IR64, Ciherang, Inpari 42 untuk padi non hibrida,
sedangkan Sembada, Mapan-05, Supardi untuk padi hibrida. Pioneer P32,
P27 Gajah, Bisi 18, NK-7238, NK-212 untuk jagung. Benih-benih tersebut
memiliki variasi dalam harga. Harga pasaran untuk benih padi per satu
kilogram adalah sebesar Rp.17.000 untuk varietas benih padi non-hibrida,
sedangkan harga pasaran untuk benih padi hibrida sebesar Rp.130.000.
Komoditas benih jagung hibrida memiliki harga pasaran per satu kilogram
adalah sebesar Rp.95.000. Berdasarkan pemaparan harga diatas, berikut ini
akan ditanyakan nilai yang bersedia dibayar oleh Bapak/Ibu/Saudara/i untuk
membeli benih unggul tersebut.”

PADI
1. Apakah anda bersedia untuk membeli benih unggul bersertifikat?
[…] Iya […] Tidak
Jika tidak, apakah alasan yang mendasari penolakan?

Jika iya, lanjutkan ke pertanyaan berikutnya


Berilah tanda ceklis (√) pada jawaban yang sesuai dengan Anda
2. Berapa harga yang bersedia anda bayarkan untuk membeli benih unggul
padi untuk satu kilogram?
a. Rp17.000 / Rp130.000
[…] Setuju, jika memilih pilihan ini, pertanyaan berikutnya.
[…] Tidak setuju
b. Rp22.000 / Rp135.000
[…] Setuju, jika memilih pilihan ini, pertanyaan berikutnya.
[…] Tidak setuju
c. Rp27.000 / Rp140.000
[…] Setuju, jika memilih pilihan ini, pertanyaan berikutnya.
[…] Tidak setuju
d. Rp32.000 / Rp145.000
[…] Setuju, jika memilih pilihan ini, pertanyaan berikutnya.
52

[…] Tidak setuju


e. Rp37.000 / Rp150.000
[…] Setuju, jika memilih pilihan ini, pertanyaan berikutnya.
[…] Tidak setuju
f. Rp42.000 / Rp155.000
[…] Setuju, jika memilih pilihan ini, pertanyaan berikutnya.
[…] Tidak setuju
Jika memilih iya, maka lanjutkan ke nilai selanjutnya sampai nilai
maksimum yang bersedia dibayar oleh responden, yaitu
Rp …
3. Apakah alasan anda dalam memilih harga beli dari benih unggul
tersebut?

JAGUNG
1. Apakah anda bersedia untuk membeli benih unggul bersertifikat?
[…] Iya […] Tidak
Jika tidak, apakah alasan yang mendasari penolakan?

Jika iya, lanjutkan ke pertanyaan berikutnya


Berilah tanda ceklis (√) pada jawaban yang sesuai dengan Anda
2. Berapa harga yang bersedia anda bayarkan untuk membeli benih unggul
jagung untuk satu kilogram?
a. Rp95.000
[…] Setuju, jika memilih pilihan ini, pertanyaan berikutnya.
[…] Tidak setuju
b. Rp100.000
[…] Setuju, jika memilih pilihan ini, pertanyaan berikutnya.
[…] Tidak setuju
c. Rp105.000
[…] Setuju, jika memilih pilihan ini, pertanyaan berikutnya.
[…] Tidak setuju
d. Rp110.000
[…] Setuju, jika memilih pilihan ini, pertanyaan berikutnya.
[…] Tidak setuju
e. Rp115.000
[…] Setuju, jika memilih pilihan ini, pertanyaan berikutnya.
[…] Tidak setuju
f. Rp115.000
[…] Setuju, jika memilih pilihan ini, pertanyaan berikutnya.
[…] Tidak setuju
Jika memilih iya, maka lanjutkan ke nilai selanjutnya sampai nilai
maksimum yang bersedia dibayar oleh responden, yaitu
53

Rp …
3. Apakah alasan anda dalam memilih harga beli dari benih unggul
tersebut?
54

RIWAYAT HIDUP

Penulis dilahirkan di Metro pada tanggal 25 Juni 1998 dari ayah Aria
Purnama dan ibu Eko Sari Kurniasih. Penulis adalah anak pertama dari dua
bersaudara. Penulis memiliki adik bernama Mahdiyah Riaesnianda. Penulis
memulai pendidikan di SDN 1 Sawah Brebes kemudian melanjutkan ke SMP Al
Kautsar Bandar Lampung pada tahun 2010 dan lulus dari jenjang SMA pada tahun
2016 di SMA Al Kautsar Bandar Lampung. Pada tahun yang sama, penulis
melanjutkan pendidikan sarjana di Institut Pertanian Bogor melalui jalur Seleksi
Bersama Masuk Perguruan Tinggi Negeri (SBMPTN) pada program studi Ekonomi
Pembangunan.
Selama menempuh pendidikan sarjana di Institut Pertanian Bogor, selain
akademik, penulis juga aktif dalam kegiatan organisasi kampus, yaitu Himpunan
Profesi dan Peminat Ilmu Ekonomi dan Studi Pembangunan (HIPOTESA). Selain
organisasi, penulis juga pernah aktif berpartisipasi dalam kepanitiaan atau kegiatan
kampus lainnya seperti Masa Pengenalan Kampus Mahasiswa Baru (MPKMB) dan
HIPOTEX-R.

Anda mungkin juga menyukai