Anda di halaman 1dari 88

MINAT PETANI DALAM PENGGUNAAN NUTRISI HIDROPONIK

ORGANIK BUDIDAYA SAYURAN DI KECAMATAN SETU KOTA


TANGERANG SELATAN
PROVINSI BANTEN

LAPORAN TUGAS AKHIR

IDA NUR SAIDAH ACHMAD


NIM 02.01.21.364

PROGRAM REKOGNISI PEMBELAJARAN LAMPAU (RPL)


PROGRAM STUDI
PENYULUHAN PERTANIAN BERKELANJUTAN
JURUSAN PERTANIAN
POLITEKNIK PEMBANGUNAN PERTANIAN BOGOR
2023
i
MINAT PETANI DALAM PENGGUNAAN NUTRISI HIDROPONIK
ORGANIK BUDIDAYA SAYURAN DI KECAMATAN SETU KOTA
TANGERANG SELATAN
PROVINSI BANTEN

IDA NUR SAIDAH ACHMAD


NIM 02.01.21.364

LAPORAN TUGAS AKHIR

Sebagai salah satu syarat sebutan gelar professional


Sarjana Terapan Pertanian (S.Tr.P)
pada Program Studi Penyuluhan Pertanian Berkelanjutan

PROGRAM REKOGNISI PEMBELAJARAN LAMPAU (RPL)


PROGRAM STUDI PENYULUHAN PERTANIAN BERKELANJUTAN
JURUSAN PERTANIAN
POLITEKNIK PEMBANGUNAN PERTANIAN BOGOR
2023
ii
LEMBAR PENGESAHAN

Judul : Minat Petani dalam Penggunaan Nutrisi Hidroponik Organik


Budidaya Sayuran Di Kecamatan Setu Kota Tangerang Selatan
Provinsi Banten
Nama : Ida Nur Saidah Achmad
NIM : 02.01.21.364
Program Studi : Penyuluhan Pertanian Berkelanjutan
Jurusan : Pertanian

Disetujui :

Tanda
Pembimbing Nama NIP
Tangan

Pembimbing I Rudi Hartono ,SST,MP 198203072006041001

Pembimbing II Lilis Riyanti,SP,M.Si 199004232019022001

Pembimbing III Febry Putra. SP, M.IP 198202052017061001

Diketahui:

Ketua Ketua Program Studi


Jurusan Pertanian Penyuluhan Pertanian Berkelanjutan

Endang Krisnawati, SP.,MP Ait Maryani,S.P.,M.Pd


NIP.196903302001122003 NIP.19591009198202001

Diketahui:
Direktur

Dr. Syarifuddin, SP.,MP


NIP.19650225`99203100

iii
HALAMAN PERSETUJUAN PENGUJI

Judul : Minat Petani dalam Penggunaan Nutrisi Hidroponik Organik


Budidaya Sayuran Di Kecamatan Setu Kota Tangerang Selatan
Provinsi Banten
Nama : Ida Nur Saidah Achmad
NIM : 02.01.21.364
Program Studi : Penyuluhan Pertanian Berkelanjutan
Jurusan : Pertanian

Laporan ini telah diuji dan dipertahankan di depan Sidang Ujian Akhir ProgramStudi,
pada ………., 2023

Disetujui oleh :

Penguji I
Rudi Hartono, SST., MP.
NIP. 19820307 200604 1 001

Penguji II
Lilis Riyanti,SP,M.Si
NIP. 199004232019022001

Penguji III
………………
NIP. …………….

iv
LEMBAR PERSEMBAHAN

Bismillahirohmannirrohim

Dengan menyebut nama Allah Yang Maha Pengasih Dan Maha Penyayang
Sujud syukur kusembahkan kepadaMu ya Allah, Tuhan Yang Maha Esa Dan
Maha Besar yang menguasai segala-galanyanya. Atas segala rahmat dan kehendakmu
saya dapat menyelesaikan pendidikan ini. Terimakasih atas nikmat yang kau telahberikan
pada hambaMu ini Yaallah dapat menyelesaikan pendidikan ini tanpa halangan satu pun.
Semoga apa yang saya dapat sekarang dapat bermanfaat dikemudian hari Yaallah. Saya
bersyukur dikelilingi oleh orang orang baik dan mendoakan kelancaran saya dalam
menyelesaikan Tugas Akhir saya.
Dengan ini saya persembahkan karya ini untuk orangtua, Suami dan anak-anank
saya tercinta. Terimakasih banyak atas dukungan dan doa setiap waktu, terimakasih atas
kasih sayang yang telah diberikan, terimakasih telah terimakasih atas dukungannya
kepada saya, terimakasih atas materi dan tenaga yang telah dicurahkan dan saya belum
mampu untuk membalasnya.
Selanjutnya, karya ini saya persembahkan rekan-rekan penyuluh di BPP
Jombang Kota Tangerang Selatan, teman-teman angkatan Program Regognisi
Pembelajaran Lampau (RPL) yang telah memberikan dukungan dan mendoakan dapat
menyelesaikan Tugas Akhir saya. Mungkin itu saja ucapan terimakasih dari saya semoga
Allah membalas kebaikan kalian.
Mohon maaf atas semua khilafan, mohon maaf jika ada sikap dan perkataan
kurang berkenan sehingga menyakiti hati anda semua. Sekali lagi saya ucapkan
terimakasih yang sebesar-besarnya.

v
SURAT PERNYATAAN

Dengan ini saya menyatakan bahwa laporan tugas akhir berjudul “Minat Petani
dalam Penggunaan Nutrisi Hidroponik Organik Budidaya Sayuran Di Kecamatan Setu
Kota Tangerang Selatan Provinsi Banten” adalah karya saya sendiri yang dibuat
dibawah arahan dan bimbingan Dosen Pembimbing. Judul ini belum pernah diajukan
dalam bentuk penelitian apapun di perguruan tinggi manapun.
Bahan rujukan yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan maupun
tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam
daftar pustaka dibagian akhir tulisan ini.
Apabila dikemudian hari ternyata ditemukan plagiarisme tulisan ini, maka saya
siap menerima sanksi sesuai peraturan yang berlaku.

Bogor, Juni 2023

Ida Nur Saidah Achmad


NIM. 02.01.21.364

vi
RIWAYAT HIDUP

Penulis dilahirkan di Tangerang Selatan Provinsi Banten


pada tanggal 5 Juli 1970 dari pasangan orang tua Bapak
Haji Nawawi dan Ibu Hj. Zaenabiyah sebagai anak ke 6
dari 8 bersaudara. Pendidikan Sekolah Dasar (SD)
ditempuh di Sekolah Dasar Negeri 16 Pagi Cengkareng-
Jakarta dan lulus pada tahun 1984, kemudian
melanjutkan sekolah di Sekolah Menengah Pertama
(SMP) Negeri 1 6 9 Cengkareng-Jakarta dan pada Tahun 1987, dan melanjutkan di
Sekolah Pembangunan Pertanian (SPP-SPMA) Rangkasbitung dan lulus pada tahun
1990. Tahun 2008 penulis mulai bekerja menjadi PPL THL-TPB Angkatan 2 dan sampai
sekarang bertugas di BPP Jombang Kota Tangerang Selatan. Pada Tahun 2021
mendapatkan kesempatan untuk melanjutkan pendidikan program DIV Program RPL di
Politeknik Pembangunan Pertanian Bogor pada Program Studi Penyuluhan Pertanian
Berkelanjutan..

vii
ABSTRAK

IDA NUR SAIDAH ACHMAD. Minat Petani dalam Penggunaan Nutrisi Hidroponik
Organik Budidaya Sayuran Di Kecamatan Setu Kota Tangerang Selatan Provinsi Banten.
Dibimbing Oleh RUDI HARTONO, SST., MP dan LILIS RIYANTI,SP,M.Si

Upaya untuk peningkatan produksi pertanian terutama sayuran bisa di tempuh


dengan pemanfaatan pekarangan dan teknologi Hidroponik. Sistem Hidroponik yang
umumnya digunakan petani Tangerang Selatan adalah adalah NFT (Nutrient Film
Technique). Pada sistem ini para petani hidroponik kebanyakan menggunakan nutrisi
dengan bahan dasar kimia atau mereka menyebutnya dengan AB Mix tetapi pengguanaan
AB Mix ini mempunyai kelemahan diantaranya biaya produksi lebih mahal, harga jual
lebih rendah di bandingkan dengan hidroponik nutrisi organik.

Penelitian ini adalah penelitian kuantitatif yang bertujuan untuk mendeskripsikan minat
petani dalam menggunakan nutrisi hidroponik organik, menganalisis faktor yang
berhubungan minat petani dalam menggunakan nutrisi hidroponik organik.
merumuskan strategi peningkatan minat petani dalam menggunakan nutrisi
hidroponik organik.

Penelitian ini menggunakan data primer yang pengumpulan datanya menggunakan


kuisioner dan wawancara. Dalam penelitian ini peneliti menggunakan analisis korelasi
rank spearman”s dengan bantuan SPSS 24. Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh
petani hidroponik yang berada di Kecamatan Setu Kota Tangerang Selatan yang
berjumlah 78 orang, untuk mendapatkan sampel dihitung dengan rumus Slovin dan
didapat 65 orang responden.

Hasil dari penelitian yang didapatkan hal : 1. Analisis deskriptif petani sebaran petani
rata-rata berusia 40-63 tahun sebanyak 54%, sebaran tingkat pendidikan SMA sebanyak
49%, selanjutnya lama usahatani petani <10tahun sebanyak 49%, dan yang terakhir
adalah skala usaha yang dilaksanakan adalah petani yang memiliki lubang tanam pada
instalasi hidropinik dengan jumlah antara 200 – 500 lubang sebesar 57% ini menyebabkan
petani sering kali menerapkan inovasi baru yang petani didapatkan, 2) Faktor-faktor yang
mempengaruhi hubungan minat petani dalam menggunakan nutrisi hidroponik organik
budidaya sayuran dengan karakteristik petani adalah 0,439 yang artinya besaran
hubungannya sedang, hubungan Teknologi Nutrisi adalah 0, 654 yang artinya besaran
hubungannya cukup tinggi, dan hubungan penyuluhan pertanian 0,757, angka ini
memiliki hubungan cukup tinggi sedangkan secara simultan dengan 0,735 artinya Varibel
bebas (X) secara bersama-sama mempunyai hubungan yang kuat (cukup tinggi) terhadap
variabel terikat (Y) sehingga Keputusannya dengan melihat nilai Sig. (2-tailed) 0,000
(spearman) adalah lebih kecil dari 0,05, maka dapat secara signifikan berkorelasi. Hal ini
berarti hipotesis yang menyatakan “Ada hubungan antara minat petani dalam
menggunakan nutrisi hidroponik organik budidaya sayuran” diterima.

Kata Kunci : minat, nutrisi hidroponik organik, budidaya hidroponik sayuran

viii
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa yang
memberikan rahmat dan karunia-Nya, sehingga Proposal Tugas Akhir (TA) dengan
judul “Minat Petani dalam Penggunaan Nutrisi Hidroponik Organik Budidaya
Sayuran Di Kecamatan Setu Kota Tangerang Selatan Provinsi Banten” dapat
terselesaikan. Laporan Tugas Akhir ini dibuat) yang dilaksanakan di Kecamatan Setu
KotaTangerang Selatan Provinsi Banten.
Laporan karya ilmiah penugasan akhir ini tidak akan selesai tanpa orang-orang
tercinta di sekeliling saya yang mendukung dan membantu. Terima kasih saya sampaikan
kepada:
1. Dr. Syarifuddin, SP.,MP ,Selaku Direktur POLBANGTAN Bogor
2. Ait Maryani,S.P.,M.Pd selaku Ketua Program Studi Penyuluhan Pertanian
Berkelanjutan POLBANGTAN Bogor
3. Endang Krisnawati, SP.,MP, selaku Ketua Jurusan Pertanian POLBANGTAN
Bogor
4. Rudi Hartono,SST,MP, Lilis Riyanti,SP,M.Si dan Febry Putra. SP, M.IP selaku
Dosen Pembimbing I, II dan III yang telah memberikan bimbingan dan berbagai
pengalaman kepada penulis
5. Segenap Dosen POLBANGTAN Bogor yang telah mendidik dan memberikan
ilmu selama kuliah dan seluruh staf yang selalu sabar melayani segala
administrasi selama proses pembelajaran
6. Rekan-rekan Mahasiswa RPL Program Studi Penyuluhan Pertanian Berkelanjutan
dan semua pihak yang telah membantu dan tidak dapat disebutkan satu persatu.
Semoga segala kebaikan dan pertolongan semuanya mendapat berkah dari Allah
SWT. dan akhirnya saya menyadari bahwa Karya Ilmiah Tugas Akhir ini masih jauh dari
kata sempurna, karena keterbatasan ilmu yang saya miliki. Untuk itu saya dengan
kerendahan hati mengharapkan saran dan kritik yang sifatnya membangun dari semua
pihak demi membangun laporan penelitian ini.

Bogor, Juni 2023

ix
DAFTAR ISI

Halaman
LEMBAR PENGESAHAN iii
HALAMAN PERSETUJUAN PENGUJI iv
LEMBAR PERSEMBAHAN v
SURAT PERNYATAAN vi
RIWAYAT HIDUP vii
ABSTRAK viii
Kata Pengantar ix
Daftar Isi x
Daftar Tabel xii
Daftar Gambar xiii
Daftar Lampiran xiv

PENDAHULUAN
Latar Belakang 1
Rumusan Masalah 2
Tujuan Penelitian 2
Manfaat Penelitian 3

TINJAUAN PUSTAKA
Landasan Teoritis 4
Kerangka Berpikir 24
Hipotesis 24

METODELOGI PELAKSANAAN
Waktu dan Tempat 25
Sasaran Kegiatan 25
Populasi dan Sampel 26
Instrumen Penelitian 29
Pengumpulan data dan Analisis Data 31
HASIL DAN PEMBAHASAN
Gambaran Umum Wilayah 37
Hasil Analisis Deskriptif Karakteristik Minat Petani Dalam 38
Menggunakan Nutrisi Hidroponik Organik Budidaya Sayuran Di
Kecamatan Setu Kota Tangerang Selatan
Hasil Analisis Faktor-faktor Yang Berhubungan Minat Petani Dalam 41
Menggunakan Nutrisi Hidroponik Organik Budidaya Sayuran Di
Kecamatan Setu Kota Tangerang Selatan
Hasil Analisi Strategi Peningkatan Minat Petani Dalam Menggunakan 46
Nutrisi Hidroponik Organik Budidaya Sayuran di Kecamatan Setu Kota
Tangerang Selatan

x
STRATEGI PENINGKATKAN MINAT PETANI DALAM
PENGGUNAAN NUTRISI HIDROPONIK ORGANIK BUDIDAYA
SAYURAN
Materi Penyuluhan 54
Evaluasi Penyuluhan 55
Rencana Tindak Lanjut 55
SIMPULAN DAN SARAN
Simpulan 56
Saran 57

DAFTAR PUSTAKA 58

LAMPIRAN 61

xi
DAFTAR TABEL
Halaman
1. Populasi Pengkajian di Kecamatan Setu 26
2. Perhitungan jumlah sampel pada masing-masing kelompoktani 28

3. Instrumen Penelitian 29
4. Luas Wilayah menurut Penggunaan 37
5. Keadaan Penduduk Kecamatan Setu 38
6. Umur Responden 38
7. Tingkat Pendidikan 39
8. Lama Usaha Tani 40
9. Skala Usaha 41
10. Uji Validitas 42
11. Uji Reliabilitas 42
12. Uji Normalitas Klomogorov-Smirnov 43
13. Tingkat Keeratan Korelasi 44
14. Nilai Correlation Coefficient Variabel Bebas (X)Terhadap Variabel Terikat 44
(Y)
15. Nilai Uji Korelasi Secara Simultan 45
16. Pengujian Hubungan Antar Variabel 45
17. Nilai Correlation Coefficient Korelasi Rank Spearman’s Indikator Bebas 48
(Xn) Terhadap Variabel Terikat (Y)
18. Pengelompokan Responden Berdasarkan Teori Robbins 52

xii
DAFTAR GAMBAR

Halaman
1. Kerangka Pikir 24
2. Garis Kontinum. 35

xiii
DAFTAR LAMPIRAN

Halaman
1. Jadwal Palang 61
2. Kuisioner Penelitian 62
3. Rekapitulasi Jawaban Responden 66
4. Hasil Analisis SPSS Versi 24 69

5. Lembar Persiapan Menyuluh (LPM) 70

6. Sinopsis 74
7. Materi Penyuluhan 78
8. Dokumentasi 82

xiv
PENDAHULUAN

Latar Belakang

Kebutuhan Komoditas sayuran daun di Indonesia setiap tahun terus mengalami


peningkatan permintaan, hal ini sejalan dengan peningkatan jumlah penduduk. Untuk
pemenuhan kebutuhan akan permintaan sayuran daun tersebut di perlukan upaya – upaya
peningkatan produksi baik secara ekstensifikasi maupun secara intensifikasi.
Upaya peningkatan produksi sayuran daun masih terfokus pada lahan – lahan
pertanian konvensional seperti lahan sawah dan lahan kering, Pada lahan – lahan tersebut
teknologi budidaya pertanian masih mengandalkan bahan – bahan kimia untuk pemberian
unsur hara tanaman dan upaya untu mempertahankan produksi dari serangan Organisme
Pengganggu Tanaman juga masih menggunakan pestisida kimia. Penggunaan bahan-bahan
kimia tersebut membawa dampak buruk baik bagi lingkungan maupun kesehatan yang
mengkonsumsi produk pertanian tersebut.
Akhir – akhir ini kesadaran konsumen untuk mengkonsumsi makananan yang aman
untuk kesehatan terus mengalami peningkatan. Salah satu upaya di sektor pertanian untuk
menghasilkan produk yang aman dikonsumsi adalah dengan penggunaan bahan organik
yang tersedia di sekitar lingkunagan petani.
Kota Tangerang Selatan merupakan wilayah penopang Ibukota Negara yang
mempunyai karakteristik wilayah bertumpu pada sektor industrI dan jasa, karena
berbatasan langsung dengan Jakarta lahan pertanian menjadi terkendala sebab pada
umumnya lahan di wilayah Kota Tangerang Selatan telah digunakan untuk kawasan
pemukiman, kawasan bisnis, dan kawasan industri.
Upaya untuk peningkatan produksi pertanian terutama sayuran bisa di tempuh
dengan pemanfaatan pekarangan dan teknologi Hidroponik. Usahatani sayuran dengan
hidroponik di wilayah Tangerang Selatan sudah mengalami perkembangan yang pesat hal
ini dibuktikan dari banyaknya para petani meenggunakan system hidroponik untuk
usahatani sayuran.
Sistem Hidroponik yang umumnya digunakan petani Tangerang Selatan adalah
adalah NFT (Nutrient Film Technique). Pada sistem ini para petani hidroponik kebanyakan
menggunakan nutrisi dengan bahan dasar kimia atau mereka menyebutnya dengan AB Mix
tetapi pengguanaan AB Mix ini mempunyai kelemahan diantaranya biaya produksi lebih
mahal, harga jual lebih rendah di bandingkan dengan hidroponik nutrisi organik.

1
Kecamatan Setu terletak di Kota Tangerang Selatan merupakan sentra tanaman
hidroponik sayuran, jenis-jenis hidroponik yang banyak dikembangkan di Kecamatan Setu
yaitu sawi, selada, bayam dan kangkung, seiring perjalanannya perkembangan hidroponik
sayuran di Kecamatan Setu terdapat beberapa masalah diantaranya : 1) masih tingginya
penggunaan nutrisi kimia, 2) harga nutrisi hidroponik kimia terus mengalami kenaikan, 3)
kurangnya kerjasama antar anggota kelompoktani dalam penyediaan sarana produksi untuk
hidroponik sayuran. Dari paparan tersebut maka penulis tertarik untuk mengambil judul
Karya Ilmiah Tugas Akhir (KIPA) “Minat Petani Dalam Penggunaan Nutrisi Hidroponik
Organik Budidaya Sayuran Di Kecamatan Setu Kota Tangerang Selatan”

Rumusan Masalah

Adapun yang menjadi pokok permasalahan dalam penelitian ini adalah:

1. Sejauh mana minat petani dalam menggunakan nutrisi hidroponik organik di


Kecamatan Setu Kota Tangerang Selatan?
2. Apa sajakah faktor yang berhubungan dengan minat petani dalam menggunakan
nutrisi hidroponik organik di Kecamatan Setu Kota Tangerang Selatan?
3. Bagaimana strategi meningkatkan minat petani dalam menggunakan nutrisi
hidroponik organik di Kecamatan Setu Kota TangerangSelatan

Tujuan Penelitian

Berdasarkan permasalahan di atas, adapun tujuan dari pengkajian ini antara lain:

1. Mendeskripsikan minat petani dalam menggunakan nutrisi hidroponik organik


budidaya sayuran di Kecamatan Setu Kota Tangerang Selatan
2. Menganalisis faktor yang berhubungan minat petani dalam menggunakan nutrisi
hidroponik organik budidaya sayuran di Kecamatan Setu Kota Tangerang Selatan.

3. Merumuskan strategi peningkatan minat petani dalam menggunakan nutrisi


hidroponik organik budidaya sayuran di Kecamatan Setu Kota Tangerang Selatan.

2
Manfaat Penelitian

Adapun yang menjadi kegunaan pembuatan proposal adalah untuk:

1. Sebagai wadah dalam meningkatkan ilmu pengetahuan dan teknologi serta


meningkatkan pengalaman tentang bagaimana melakukan suatu kegiatan pengkajian
penyuluhan pertanian di tingkat kecamatan.
2. Bagi Mahasiswa, kajian ini merupakan salah satu syarat untuk memperoleh gelar
Sarjana Terapan (S.Tr.P) di Politeknik Pembangunan Pertanian (Polbangtan) Bogor.
3. Bagi Pemerintah Daerah, di harapkan dapat di jadikan sebagai bahan informasi dan
landasan dalam mengambil dan menentukan kebijakan pembangunan pertanian terkait
dengan kinerja Penyuluh dalam pengembangan kelompoktani di Kecamatan Setu Kota
Tangerang Selatan.
4. Bagi penyuluh pertanian, dapat memberikan gambaran bagaimana minat petani dalam
menggunakan nutrisi hidroponik organik budidaya sayuran di Kecamatan Setu Kota
Tangerang Selatan.

3
TINJAUAN PUSTAKA

Landasan Teoritis

Minat
a. Pengertian Minat
Minat merupakan rasa lebih suka atau ketertarikan pada sesuatu atau aktivitas,
tanpa ada yang memerintahkan untuk melakukannya. Minat mempunyai hubungan yang
erat antara diri sendiri dengan sesuatu yang di luar diri. Minat tidak dibawa sejak lahir,
namun minat diperoleh berjalannya waktu (Djaali 2011).
Dilihat dari pengertian etimologi, minat berarti perhatian, kesukaan
(kecenderungan) hati kepada suatu kegiatan. Sedangkan secara terminologi, minat berarti
kecenderungan jiwa yang aktif sehingga menyebabkan seseorang atau individu melakukan
kegiatan (Fathurrohman dan Sulistyorini 2012).
Berdasarkan beberapa pengertian yang diuraikan di atas dapat disimpulkan bahwa
minat merupakan sikap ketertarikan pada suatu hal untuk melakukan aktivitas atas
dorongan diri sendiri tanpa ada paksaan.

b. Unsur-unsur Minat

Minat memiliki beberapa unsur, diantara unsurunsur minat tersebut adalah:


1) Kognisi (mengenal)
Minat itu didahului oleh pengetahuan dan informasi mengenai objek yang dituju oleh
minat tersebut,
2) Emosi (perasaan)
Pengalaman dan partisipasi tentang objeng objek yang dituju disertai oleh perasaan
tertentu, seperti perasaan senang dan lainnya.
3) Konasi (Kehendak) merupakan wujud dalam kemauan atau hasrat untuk melakukan
suatu kegiatan, seperti belajar, menanam dan lainnya (Fatkhurrohman dan Sulistyorini
2012).
Dari unsur-unsur minat di atas dapat disimpulkan bahwa minat merupakan
pengetahuan tentang suatu objek, kemudian menimbulkan kesukaan pada objek tertentu,
dan diwujudkan dalam hasrat atau kemauan untuk melakukan suatu aktivitas. Minat
Petani dalam penggunaan nutrisi hidroponik organik berpengaruh besar terhadap kegiatan

4
tersebut. Jika petani tidak mempunyai minat kegiatan tersebut, maka petani akan merasa
bosan.

c. Cara Membangkitkan Minat Petani dalam penggunaan nutrisi Hidroponik


Organik
Adapun beberapa cara membangkitkan minat petani sebagai berikut:
1) Membangkitkan kebutuhan petani
Seorang Penyuluh pertanian harus bisa mengarahkan agar petani merasa butuh terhadap
sesuatu, kalau petani sudah merasa butuh maka akan timbul minat untuk mendapatkan
kebutuhan tersebut.
2) Hubungan dengan pengalaman lampau
Seorang Penyuluh pertanian dapat menceritakan bahwa banyak petani hidroponik
organik yang berhasil dalam usahataninya
3) Memberi kesempatan pada petani untuk mendapatkan hasil yang baik.
Dengan cara menyajikan materi tentang hidroponik yang sesuai dengan kesanggupan
petani. Setiap petani memiliki kemapuan yang berbeda, oleh karena itu, seorang
penyuluh pertanian harus menuntun petani agar memiliki kesempatan untuk
mendapatkan yang terbaik sesuai kemampuannya.
4) Gunakan berbagai bentuk kegiatan yang menarik agar petani tidak bosan
Banyak kegiatan membuat petani cenderung bosan, untuk menarik perhatian petani m
dapat dilakukan dengan cara kerja kelompok, bnyajikan dinamika kelompok.
.
d. Indikator Minat Petani dalam Penggunaan Nutrisi Hidroponik Organik

Minat dapat menjadi pangkal dari semua aktivitas untuk memenuhi kebutuhan
manusia. Adanya usaha memenuhi kebutuhan maka timbulah minat sesorang untuk
berusaha dengan sungguh-sungguh dalam mencapai suatu keberhasilan tanpa adanya
paksaan dari orang lain (Fathurrohman dan Sulityorini 2012).
Pada dasarnya minat dibagi menjadi empat indikator minat untuk meraih
keberhasilan adalah sebagai berikut :
1) Perasaaan Senang
Akan menimbulkan minat, yang diperkuat dengan sikap yang positif. Perasaan senang
seseorang biasa ditunjukkan dengan beberapa hal misalkan : semangat dalam
melaksanakan pertanian hidroponik.

5
2) Perhatian
Adalah banyak sedikitnya kesadaran yang menyertai sesuatu aktivitas yang dilakukan.
Aktivitas yang disertai dengan perhatian intensif akan lebih sukses dan prestasinya pun
akan lebih tinggi. Hubungannya dengan perhatian, minat menentukan sukses dan
gagalnya kegiatan seseorang. Kurangnya minat menyebabkan kurangnya perhatian
dalam kegiatan menanam hidroponik.
3) Kesadaran
Timbulnya minat dari diri seseorang dapat pula diawali dari adanya kesadaran bahwa
suatu objek itu mempunyai manfaat bagi dirinya. Kesadaran itu mutlak harus ada,
dengan kesadaran itu pula seseorang akan mengenal objek yang dirasa ada daya tarik
baginya. Bila seorang sudah menyadari bahwa petani dalam penggunaan nutrisi
hidroponik organikdapat menghasilkan keuntungan dan membawa kemajuan pada
dirinya, kemungkinan besar ia akan berminat untuk bercocok tanam.
4) Kemauan
Seseorang dapat dikatakan mempunyai minat terhadap sesuatu apabila seseorang
mempunyai kecenderungan untuk mencapai 15 tujuan yang diinginkan atau mempunyai
kemauan untuk mewujudkan tujuan-tujuan yang dikehendaki. Dengan demikan
kemauan tersebut akan mendorong kehendak yang dikenalkan oleh pikiran dan terarah
pada suatu tujuan (Rusadi 2015).
Berdasarkan indikator minat tersebut, peneliti merumuskan indikator minat petani
dalam penggunaan nutrisi hidroponik organik petani dalam penelitian menanam hidroponik
antara lain sebagai berikut:
a) Adanya perasaan senang petani dalam penggunaan nutrisi hidroponik organik budidaya
sayuran
b) Adanya perhatian dalam petani dalam penggunaan nutrisi hidroponik organik budidaya
sayuran
c) Adanya kesadaran dalam petani dalam penggunaan nutrisi hidroponik organik budidaya
sayuran
d) Adanya kemauan petani dalam penggunaan nutrisi hidroponik organik budidaya
sayuran

6
Teknologi Hidroponik

a. Pengertian Hidroponik

Hidroponik merupakan salah satu teknologi budidaya tanaman dalam lingkungan


yang terkendali. Budidaya tanaman secara hidroponik dilakukan tanpa menggunakan tanah,
pemberian larutan nutrisi yang terkendali, serta dapat dilakukan dengan media tanam
ataupun tanpa media tanam (Wulansari 2012).
Hidroponik merupakan metode petani dalam penggunaan nutrisi hidroponik organik
tanpa tanah. Bukan hanya dengan air sebagai sebagai media pertumbuhannya, seperti
makna leksikal dari kata hydro yang berarti air, tapi juga dapat menggunakan media-media
tanam selain tanah seperti kerikil, pasir, cocopeat, hidrogrel, pecahan batu karang atau batu
bata, potongan kayu dan rockwool (Suryani 2015).
Hidroponik adalah sebuah teknologi menanam tanaman dalam larutan hara dengan
atau tanpa menggunakan media tanam tiruan seperti pasir, kerikil, rockwool, dan gambut
sebagai pendukung mekanik (Suharto 2016).
Berdasarkan beberapa pendapat para ahli diatas dapat di simpulkan bahwa
hidroponik adalah suatu cara menanam tanpa menggunakan tanah, sebagai media tanamnya
dapat menggunakan air atau media perantara lainnya seperti rockwool, kerikil, pasir, serbuk
sabut kelapa, batu bata dan lain-lain.

b. Jenis-jenis Hidroponik

Adapun jenis-jenis Hidroponik dibagi menjadi 6 jenis yaitu:


1) Nutrien Film Technique (NFT) `
Merupakan sistem hidroponik yang paling populer. Sistem ini pemberian nutrisinya
dilakukan dengan mengalirkan selapis larutan setinggi kira-kira 3 mm pada perakaran
tanaman. Peralatan yang dibutuhkan dalam pembuatan sistem ini adalah talang air,
styrofoam, rockwool, pompa air, slang, pipa PVC, dan bak air (Hendra dan Andoko
2014).
Kelebihan hidroponik NFT adalah mudah mengendalikan pekarangan tanaman,
kebutuhan air pada tanaman cukup, keseragaman dan tingkat konsentrasi larutan
nutrisi yang dibutuhkan sesuai dengan umur dan jenis tanaman, serta tanaman
diusahakan beberapa kali dengan periode yang pendek. Sedangkan kekurangan
hidroponik NFT adalah membutuhkan biaya yang relatif besar untuk proses

7
pembuatannya, dan sangat bergaantung dengan aliran listrik (Hendra dan Andoko
2014).
2) Wick System
Atau sistem sumbu adalah sistem hidroponik yang paling sederhana dan
biasanya digunakan pada kalangan pemula karena hanya memanfaatkan prinsip
kapilaritas air. Nutrisi mengalir ke dalam media pertumbuhan dari dalam wadah
menggunakan perantara sumbu.Peralatan yang dibutuhkan untuk metode ini adalah
rockwool, sumbu, dan wadah penampungan larutan nutrisi (Hendra dan Andoko
2014).
Sistem ini mempunyai kelebihan dan kekurangan.Kelebihan dari metode Wick
System adalah mudah untuk merakitnya. Sedangkan kekurangannya adalah nutrisi dan
oksigen cepat mengendap karena air tidak bergerak sehingga 19 tanaman tidak
mendapatkan pasokan nutrisi dan oksegen yang cukup (Hendra dan Andoko 2014).
3) Floating System
Atau rakit apung juga dikenal dengan istilah raft system atau culture system.
Sistem hidroponik ini merupakan sistem hidroponik yang sederhana. Prinsip sistem
hidroponik ini adalah tanaman di tanam dalam keadaan terapung diatas larutan nutrisi
dengan bantuan styrofoam. Posisi tanaman diatur supaya perakaran menyentuh larutan
nutrisi (Hendra dan Andoko 2014).
Peralatan yang digunakan dalam sistem hidroponik ini adalah styrofoam,
rockwool, ember atau bak penampung larutan nutrisi. Kelebihan dari sistem ini adalah
tanaman mendapatkan 20 pasokan oksigen dan nutrisi terus menerus.Selain itu,
mempermudah perawatan kerena tanaman tidak perlu disemprot (Hendra dan Andoko
2014).
4) Ebb and Flow
Disebut juga hidroponik sistem pasang surut. Ebb and Flow merupakan sistem
hidroponik yang memberi larutan nutrisi dengan cara menggenangi atau merendam
wilayah perakaran dengan batas waktu tertentu. Kemudian larutan nutrisi dialirkan
kembali ke dalam bak penampungan (Hendra dan Andoko 2014). Prinsip sistem
hidroponik ini adalah larutan nutrisi dialirkan ke dalam bak penanaman tanaman, lalu
pompa dihubungkan dengan pengatur waktu sehingga lama dan periode penggenangan
dapat diatur sesuai kebutuhan 21 tanaman.Pada dasar bak dipasang spion untuk

8
mengalirkan kembali larutan nutrisi ke bak penampungan secara otomatis (Hendra dan
Andoko 2014).
5) Drip Irrigation
Disebut juga irigasi tetes. Prinsip kerja sistem hidroponik ini adalah mengalirkan
larutan nutrisi melalui selang irigasi menggunakan dripper yang sudah diatur dalam
waktu tertentu sehingga larutan nutrisi yang dialirkan dapat memenuhi kebutuhan
tanaman secara optimal. Komponen utama sistem hidroponik ini adalah pipa paralon
dengan dua ukuran yang berbeda. Selain itu, membutuhkan batu apung, pasir, serbuk
gergaji atau gambut, pot atau polybag (Hendra dan Andoko 2014).
Kelebihan sistem hidroponik ini adalah larutan yang diberikan mendekati
keseimbangan kebutuhan tanaman, pemberian air secara kontinuitas disekitar
perakaran dapat menyebabkan kelembapan daerah perakaran menjadi tinggi.
Sedangkan kekurangannya adalah jika media tanam memadat maka akan kekurangan
oksigen. Solusinya penggunaan media tanam yang tepat seperti arang sekam murni
yang dicampur serbut sabut kelapa (Hendra dan Andoko 2014).
6) Aeroponik
Disebut juga petani dalam penggunaan nutrisi hidroponik organik di udara karena akar
tanaman diposisikan mengantung di udara dan larutan nutrisi diberikan dengan cara
penyemprotan atau pengabutan. Peralatan yang digunakan adalah styrofoam, 23
pompa, nozel, pipa PVC dan bak penampungan (Hendra dan Andoko 2014).
Kelebihan sistem hidroponik ini adalah tanaman mendapatkan pasokan air, oksigen
dan nutrisi secara berkala dalam jumlah yang cukup.Sedangkan kekurangannya adalah
biaya untuk instalasinya terbilang cukup mahal dan sanat tergantung pada listrik (Henda
dan Andoko, 2014).
Hidroponik yang dilakspetanian di kota tangerang selatan adalah system NFT
karena sistem ini lebih mudah di aplikasikan oleh para petani dan berdasarkan pengalaman
mendapatkan produksi dan kualitas hasil produk hidroponik yang baik.

c. Keuntungan Teknologi Hidroponik

Bertanam dengan hidroponik mempunyai banyak kelebihan daripada bertanam


secara konvensional, sehingga bertanam hidropoonik banyak dilirik banyak orang.
Adapun beberapa keuntungan bertanam hidroponik sebagai berikut:

9
1. Perawatan lebih praktis dan terbebas oleh gangguan hama,
2. Pemakaian larutan nutrisi lebih hemat,
3. Tanaman yang sudah mati mudah diganti dengan tanaman yang baru,
4. Tidak membutuhkan banyak tenaga untuk perawatannya,
5. Tanaman dapat tumbuh lebih cepat dan bersih,
6. Hasil produksinya lebih tinggi,
7. Beberapa jenis tanaman dapat dibudidayakan di luar musim,
8. Dapat dilakukan di lahan yang sempit (Rahayu 2008).
Dari uraian di atas dapat disimpulkan bahwa keuntungan menanam hidroponik
perawatannya lebih praktis, tanaman dapat tumbuh lebih pesat dan dapat dilakukan di
lahan yang sempit yang ada di pekarangan rumah. Sehingga tidak akan menyulitkan bagi
petani untuk merawatnya dan dapat aplikasikan dikehidupan sehari-hari.
e. Jenis Tanaman Hidroponik

Menurut Hendra dan Andoko (2014) : Secara umum tanaman yang biasa
dihidroponikkan merupakan jenis sayuran bernilai ekonomi tinggi, tanaman hias dan
tanaman buah semusim. Adapun beberapa jenis tanaman yang direkomendasikan untuk
ditanam secara hidroponik adalah selada, pakcoy, sawi, kangkung, kailan, paprika, tomat,
mentimun, melon dan semangka.

Tanaman paprika, tomat dan mentimun dapat menjadi pilihan sayuran buah yang
dapat dihidroponikkan. Karena ketiganya merupakan komoditi penting yang dapat
dibudidayakan di bawah naungan (protected culvation). Untuk mengoptimalkan hasil
tanaman prapika, tomat dan mentimun, keseimbangan pertumbuhan vegetatif (daun dan
batang) dan generatif (bunga dan buah) harus diperhatikan (Suryani 2015).

f. Media Tanam Teknologi Hidroponik

Media tanam hidroponik lebih difungsikan sebagai penyangga tanaman agar


tidak roboh. Selain itu juga mampu menjaga kelembapan, menyimpan air, dan bersifat
kapiler (Suryani 2015). Adapun jenis media tanam yang cocok untuk sistem
hidroponik sebagai berikut:

10
1) Rockwool

Sebagai media tanam, rockwool memiliki kelebihan dibandingkan dengan media tanam
yang lainnya terutama dalam hal komposisi air dan udara. Rockwool dibuat dari batuan
yang merupakan kombinasi batuan basalt, batu kapur, dan batu bara. Rockwool dapat
digunakan sebagai media tanam dari fase penyemaian sampai produksi.

2) Spons

Umumnya digunakan sebaga tempat untuk menempelkan rangkaian bunga yang dapat
digunakan sebagai media tanam hidroponik.

3) Batu apung

Merupakan media tanam hidroponik dari bahan porous.Kandungan unsur hara yang
tinggi pada batu apung dapat dijadikan sebagai media tanam hidroponik yang baik
untuk tanaman hias.

4) Sabut kelapa

Merupakan media tanam yang mudah didapat dan harganya relatif murah. Sabut kelapa
memerlukan waktu yang lama untuk sterilisasi dibandingkan dengan media tanam yang
lain.

5) LECA/Hidroton

LECA merupakan media pengeringan cepat yang tidak menampung air yang
berlebihan. LECA merupakan agregat tanah liat yang dibuat menjadi pelet. LECA
sangat stabil dengan pH netral dan tidak mempengaruhi pH larutan nutrisi.

6) Arang sekam

Media arang sekam merupakan media tanam yang praktis digunakan karena tidak perlu
disterilisasi.Arang sekam juga mengandung karbon yang tinggi sehingga membuat
media tanam menjadi gembur.Arang sekam bersifat mudah mengikat air, tidak mudah
menggumpal, harganya relatif murah, bahannya mudah didapat, ringan, steril dan
mempunyai porositas yang baik.

11
7) Zeolit

Merupakan mineral kristal Silika alumina terhidrasi yang mengandung kationkation


alkali atau alkali tanah dalam kerangka tiga dimensi. Zeolit memiliki sifat kimia yang
penting yaitu penyerap yang selektif, sehingga dapat digunakan sebagai media tanam
hidroponik (Suryani 2015).

3. Bahan Organik

a. Pengertian Bahan Organik.

Soedardjo (2000) menyampaikan bahwa pupuk organik adalah pupuk yang


sebagian besar atau seluruhnya terdiri atas bahan organik yang berasal dari tanaman dan
atau hewan yang telah melalui proses rekayasa, dapat berbentuk padat atau cair yang
digunakan mensuplai bahan organik untuk memperbaiki sifat fisik, kimia, dan biologi
tanah. Bahan organik tidak dapat menggantikan peran dari pupuk anorganik sebagai
pemasok hara karena kandungan unsur hara dalam bahan organik relatif rendah, namun
demikian bahan organik dapat meningkatkan efisiensi penggunaan pupuk anorganik.
Pupuk organik cair merupakan salah satu jenis pupuk yang banyak beredar di
pasaran.Pupuk organik cair kebanyakan diaplikasikan melalui daun yang mengandung hara
makro dan mikro esensial (N, P, K, S, Ca, Mg, B, Mo, Cu, Fe, Mn, dan bahan organik).
Menurut Huda (2013), pupuk organik cair mempunyai beberapa manfaat diantaranya dapat
mendorong dan meningkatkan pembentukan klorofil daun sehingga meningkatkan
kemampuan fotosintesis tanaman dan penyerapan nitrogen dari udara, dapat meningkatkan
vigor tanaman sehingga tanaman menjadi kokoh dan kuat, meningkatkan daya tahan
tanaman terhadap kekeringan, merangsang pertumbuhan cabang produksi, meningkatkan
pembentukan bunga dan bakal buah, mengurangi gugurnya bunga dan bakal buah.
Menurut Agustina (2004), AB Mix adalah nutrisi yang mengandung unsur hara
esensial yang diperlukan tanaman, dari 16 unsur tersebut 6 diantaranya diperlukan dalam
jumlah banyak (makro) yaitu N, P, K, Ca, Mg, S, dan 10 unsur diperlukan dalam jumlah
sedikit (mikro) yaitu Fe, Mn, Bo, Cu, Zn, Mo, Cl, Si, Na dan Co.
Pupuk multitonik adalah pupuk cair lengkap yang semua unsurnya dapat diserap
oleh seluruh bagian tanaman dari daun sampai ke akarnya. Pupuk multitonik mengandung
unsur C 4,84%, P2O5 1,03%, K2O 4,75%, Fe 0.01% ( tertera di kemasan produk)

12
Menurut Suryanto (2009), air kelapa mengandung dua hormon alami yaitu auksin
dan sitokinin yang berperan sebagai pendukung pembelahan sel. Air kelapa juga kaya akan
kalium dan mineral diantaranya Kalsium (Ca), Natrium (Na), Magnesium (Mg), Ferum
(Fe), Cuprum (Cu), Sulfur (S), gula dan protein.
Menurut Amelinda (2018), sebagai bahan pupuk organik cair, daun lamtoro
mengandung unsur hara relatif tinggi. Pada daun lamtoro mengandung 3,84% N, 0,2% P,
2,06% K, 1,31% Ca, dan 0,33% Mg. Tanaman lamtoro (Leucaena leucocephala) berasal
dari Amerika Latin, termasuk tanaman leguminoseae dan 18 tergolong subfamily
mimosaceae.
Dari uraian pendapat para ahli bias disimpulkan bahwa pembuatan nutrisi
hidroponik bisa di dapat dari pemanfaatan bahan – bahan organik, hal ini dipercaya bisa
menekan biaya produksi dan menghasilkan produk sayuran organik yang terbebas dari
bahan kimia.

b. Cara Pembuatan Nutrisi Organik

Salah satu faktor yang mempunyai peran penting terhadap pertumbuhan tanaman
adalah nutrisi. Nutrisi hidroponik pabrikan banyak tersedia di kios Saprotan, tetapi
ketergantungan akan nutrisi buatan ini tentu saja kurang menguntungkan karena petani
harus membeli secara terus menerus. Nutrisi tanaman bisa diperoleh secara alami
menggunakan bahan-bahan organik yang ada di sekitar. Berikut ini beberapa resep nutrisi
hidroponik dari bahan alami yang bisa kita temukan di sekitar kita
Menurut Maspary (2014) Nutrisi Organik untuk hidroponik dapat dibuat sendiri.
Cara membuat nutrisi organik untuk hidroponik ini, Berikut bahan-bahan dan cara
pembuatannya.
a. Bahan yang dibutuhkan untuk membuat nutrisi hidroponik organik:
 300 kg kotoran kambing
 500 kg jerami
 100 kg arang sekam
 100 kg dedak/ bekatul
 300 gr belerang
 17 kg daun lamtoro/ kacang-kacangan
 6 kg daun sirsak
 2,5 kg tetes/ gula
13
 1 lt EM4/ mikroorganisme
 Air bersih secukupnya
b. Alat-alat yang digunakan
 Water toren atau terpal sebagai wadah
 Aerator 45 lt/ menit dan selangnya
c. Cara Membuat nutrisi organik untuk hidroponik
 Cincang daun lamtoro dan daun sirsak
 Masukkan semua bahan ke dalam water turen atau terpal yang sudah dibentuk
bak
 Masukkan air bersih hingga kondisi macak-macak
 Beri udara dengan aerator hingga terjadi fermentasi aerob
 Biarkan selama 30 hari
 Ambil airnya dengan cara di saring
d. Cara menggunakan nutrisi organik untuk hidroponik
 Ambil larutan bagian atas yang tidak ada endapannya.
 Cairan hasil fermentasi di encerkan dengan perbandingan 1 : 10 (10 bagian air
dan 1 bagian POC)
 Gunakan larutan ini untuk penyiraman atau nutrisi hidroponik.
 Bisa juga digunakan untuk penyemprotkan tanaman.
 Gunakan ampasnya untuk pupuk organik padat (media tanam dalam pot)

Karena resep ini organik dan tidak baku sebaiknya dalam pembuatannya dibuat
dalam skala lebih kecil dan penggunaannya juga diuji coba untuk beberapa tanaman dulu
agar jika terjadi kesalahan tidak terlalu banyak. Nutrisi organik untuk hidroponik ini telah
di uji dan unsur hara yang tersedia di dalam pupuk tersebut baik unsur hara mikro maupun
makro telah lengkap sehingga sangat dianjurkan untuk mencobanya.

Penyuluh

Penyuluh menurut Van Den Ban (2004), diartikan sebagai keterlibatan seseorang
untuk melakukan komunikasi informasi secara sadar dengan tujuan membantu sesamanya
memberikan pendapat sehingga bisa membuat keputusan yang benar.Pendidikan
penyuluhan adalah ilmu yang berorientasi keputusantetapi juga berlaku pada ilmu sosial

14
berorientasi pada kesimpulan.Ilmu ini mendukung keputusan strategi yang harus diambil
dalam organisasipenyuluhan.
Penyuluh juga dapat menjadi sarana kebijaksanaan yang efektif untuk mendorong
pembangunan pertanian dalam situasi petani tidak mampu mencapai tujuannya karena
keterbatasan pengetahuan dan wawasan.Sebagai sarana kebijakan, hanya jika sejalan
dengan kepentingan pemerintah atau organisasi yang mendanai jasa penyuluhan guna
mencapai tujuan petani.Penyuluhan adalahsistem pendidikan luar sekolah di mana orang
dewasa dan pemuda belajar dengan mengerjakan.
Pendidikan penyuluh adalah ilmu perilaku terapan, pengetahuan yang diterapkan
untuk mewujudkan perubahan yang diinginkan di kompleks perilaku manusia biasanya
melalui berbagai strategi dan program perubahan dengan menerapkan inovasi ilmu
pengetahuan dan teknologi terbaru (The Pulse Of Indian Agriculture 2010).
Menurut Suhardiyono (1992), penyuluh merupakan pendidikan non formal bagi
petani beserta keluarganya dimana kegiatan dalam ahli pengetahuan dan keterampilan dari
penyuluh lapangan kepada petani dan keluarganya berlangsung melalui proses belajar
mengajar. Beberapa ahli penyuluhan menyatakan bahwa sasaran penyuluhan yang utama
adalah penyebaran informasi yang bermanfaatdan praktis bagi masyarakat petani di
pedesaaan dan kehidupan pertaniannya, melalui pelaksanaan penelitian ilmiah dan
percobaan di lapang yang diperlukan untuk menyempurnakan pelaksanaan suatu jenis
kegiatan serta pertukaran informasi dan pengalaman diantara petani untuk meningkatkan
kesejahteraanmereka.
Pengertian penyuluh pertanian menurut rumusan UU No.16/2006 dalam
Mardikanto (2009) adalah proses pembelajaran bagi pelaku utama serta pelaku usaha agar
mereka mau dan mampu menolong dan mengorganisasikan dirinya dalam mengakses
informasi pasar, teknologi, permodalan, dan sumber daya lainnya, sebagai upaya untuk
meningkatkan produktivitas, efisiensi usaha, pendapatan, dan kesejahteraannya, serta
meningkatkan kesadaran dalam pelestarian fungsi lingkunganh idup.
Menurut Mardikanto (2009) kegiatan penyuluh diartikan dengan berbagai
pemahaman, yaitu seperti : penyebarluasan informasi, penerangan atau penjelasan,
pendidikan non formal (luar sekolah), perubahan perilaku, rekayasa sosial, pemasaran
inovasi (teknis dan sosial), perubahan sosial (perilaku individu, nilai- nilai, hubungan antar
individu, kelembagaan), pemberdayaan masyarakat (community empowerment), serta
penguatan komunitas (community strengthening).
15
Penyuluhan Pertanian

Pengertian penyuluhan dalam arti umum adalah ilmu sosial yang mempelajari
sistem dan proses perubahan pada individu serta masyarakat agar dapat terwujud perubahan
yang lebih baik sesuai dengan yang diharapkan. Penyuluhan dapat dipandang sebagai suatu
bentuk pendidikan untuk orang dewasa. Dalam bukunya Van den Ban (1999) dituliskan
bahwa penyuluhan merupakan keterlibatan seseorang untuk melakukan komunikasi
informasi secara sadar dengan tujuan membantu sesamanya memberikan pendapat
sehingga bisa membuat keputusan yang benar (Setiana 2005, definisi penyuluhan
berdasarkan Undang-Undang No. 16 Tahun 2006 tentang sistem penyuluhan pertanian,
perikanan dan kehutanan (SP3K) penyuluhan adalah proses pembelajaran bagi pelaku
utama serta pelaku usaha agar mau dan mampu menolong dan mengorganisasikan dalam
mengakses informasi-informasi pasar, teknologi, permodalan dan sumber daya lainnya
sebagai upaya untuk meningkatkan produktivitas, efisien usaha, pendapatan dan
kesejahteraannya serta meningkatkan kesadaran dalam pelestarian fungsi lingkungan hidup.
Definisi penyuluhan Menurut Undang-Undang Nomor 16 Tahun 2006 tentang
sistem penyuluhan pertanian, perikanan dan kehutanan (UU SP3K), arti penyuluhan
pertanian adalah proses pembelajaran bagi pelaku utama serta pelaku usaha agar mereka
mau dan mampu menolong dan mengorganisasikan dirinya dalam mengakses informasi
pasar, teknologi, permodalan, dan sumber daya lainnya,sebagai upaya untuk meningkatkan
produktivitas, efisiensi usaha, pendapatan dan kesejahteraannya serta meningkatkan
kesadaran dalam pelestarian fungsi lingkungan hidup. Metodepenyuluhan pertanian dapat
diartikan sebagai cara atau tekhnik penyampaian materi penyuluhan oleh para penyuluh
kepada para petani beserta keluarganya baik secara langsung maupun tidak langsung, agar
mereka tahu, mau dan mampu menerapkan inovasi (teknologi baru), sedangkan tekhnik
penyuluhan pertanian dapat didefinisikan sebagai keputusan-keputusan yang dibuat oleh
sumber atau penyuluh dalam memilih serta menata simbol dan isi pesan menentukan
pilihan cara dan frekuensi penyampaian pesan serta menentukan bentuk penyajian pesan.
Definisi penyuluhan menurut Ibrahim (2003) penyuluhan berasal dari kata suluh
yang berarti obor atau pelita atau yang memberi terang. Dengan penyuluhan diharapkan
terjadi peningkatan pengetahuan, keterampilan dan sikap, pengetahuan dikatakan
meningkat bila terjadi perubahan dari tidak tahu menjadi tahu dan yang sudah tahu menjadi
lebih tahu. Keterampilan dikatakan meningkat bila terjadi perubahan dari yang tidak

16
mampu menjadi mampu melakukan suatu pekerjaan yang bermanfaat. Sikap dikatakan
meningkat, bila terjadi perubahan dari yang tidak mau menjadi mau memanfaatkan
kesempatan-kesempatang yang diciptakan.
Penyuluhan sebagai proses perubahan perilaku di kalangan masnyarakat agar
mereka tahu, mau dan mampu melakukan perubahan demi tercapainya peningkatan
produksi pendapatan/keuntungan dan perbaikan kesejahteraannya. Dalam
perkembangannya, pengertian tentang penyuluhan tidak sekedar diartikan sebagai
kegiatan penerangan, yang bersifat searah (one way) dan pasif. Tetapi, penyuluhan adalah
proses aktif yang memerlukan interaksi antara penyuluh dan yang disuluh agar terbangun
proses perubahan perilaku (behaviour) yang merupakan perwujudan dari : pengetahuan,
sikap, dan keterampilan seseorang yang dapat diamati oleh orang pihak lain, baik secara
langsung (berupa: ucapan, tindakan, bahasa tubuh dll) maupun tidak langsung (melalui
kinerja dan atau hasil kerjanya). Dengan kata lain, kegiatan penyuluhan tidak berhenti
pada penyebar luasan informasi/inovasi dan memberikan penerangan, tetapi merupakan
proses yang dilakukan secara terus menerus, sekuat tenaga dan pikiran, memakan waktu
dan melelahkan sampai terjadinya perubahan perilaku yang ditunjukan oleh penerima
manfaat penyuluhan yang menjadi klien penyuluhan, (Ibrahim 2003).
Menurut Ibrahim (2003), penyuluhan sebagai proses belajar penyuluhan sebagai
proses pendidikan atau proses belajar diartikan bahwa, kegiatan penyebarluasan informasi
dan penjelasan yang diberikan dapat merangsang terjadinya proses perubahan perilaku
yang dilakukan melalui proses pendidikan atau kegiatan belajar, artinya, perubahan
perilaku yang terjadi dilakukan oleh sasaran tersebut berlangsung melalui proses belajar.
Hal ini penting untuk dipahami, karena perubahan perilaku dapat dilakukan melalui
beragam cara seperti: pembujukan, pemberian insentif/hadia atau bahkan melalui kegiatan-
kegiatan pemaksa (baik melalui penciptaan aturan dan ancaman-ancaman).
Berbeda dengan perubahan perilaku yang dilakukan bukan melalui pendidikan,
perubahan perilaku melalui proses belajar biasanya berlangsung lebih lambat, tetapi
perubahannya relatif lebih kekal. Perubahan seperti itu, baru akan meluntur kembali,
manakala ada pengganti atau sesuatu yang dapat menggantikannya, yang memiliki
keunggulan-keunggulan baru yang diyakininya memiliki manfaat lebih baik secara
ekonomi maupun nonekonomi. Lain halnya dengan perubahan perilaku yang terjadi karena
bujukan/hadia atau pemaksaan. Perubahan tersebut biasanya dapat terjadi dalam waktu
yang relatif singkat, tetapi lebih cepat pula meluntur, yaitu jika bujukan, hadia, pemaksaan
17
tersebut dihentikan, berhenti atau tidak mampu lagi melanggengkan kegiatannya
(Ibrahim,2002).
Penyuluhan sebagai proses perubahan sosial SDC (1995) menyatakan bahwa,
penyuluhan tidak sekedar merupakan proses perubahan perilaku pada diri seseorang, tetapi
merupakan proses perubahan sosial yang mencakup banyak aspek termasuk politik dan
ekonomi yang dalam jangka [anjang secara bertahap mampu diandalkan menciptakan
pilihan-pilihan baru untuk memperbaiki kehidupan masyarakatnya. Yang dimaksud
perubahan sosial disini adalah tidak saja perubahan (perilaku) yang berlangsung pada diri
seseorang, tetapi juga perubahan-perubahan hubungan antar individu dalam masnyarakat,
termasuk struktur, nilai-nilai, dan prana sosialnya, seperti : demokratisasi, transparansi,
supermasi hukum.
Penyuluhan sebagai proses rekayasa sosial (social engineering). Sejalan dengan
pemahaman tentang penyuluhan sebagai proses perubahan sosial yang dikemukakan diatas,
penyuluhan juga sering didesebut sebagai proses rekayasa sosial (social engineering) atau
segala upaya yang dilakukan untuk menyiapkan sumber daya manusia agar mereka tahu,
mau dan mampu melaksanakan peran sesuai dengan tugas pokok dan fungsinya dalam
sistem sosialnya masing-masing. Karena kegiatan rekayasa sosial dilakukan oleh pihak luar
maka rekayasa sosial bertujuan untuk terwujudnya proses perubahan sosial demi
terciptanya kondisi sosial yang diinginkan oleh pihak luar (perekayasa). Pemahaman
seperti itu tidak salah, tetapi tidak dapat sepenuhnya diterima sebab, rekayasa sosial yang
pada dasarnya dimaksud untuk memperbaiki kehidupan dan kesejahteraan kelompok
sarannya, seringkali dapat berakibat negatif, manakala hanya mengacu kepada kepentingan
perekayasa, sementara masyarakat dijadikan korban pemenuhan kehendak perekayasa.
Penyuluhan sebagai proses pemasaran sosial (social marketing) yang dimaksud
dengan “pemasaran sosial” adalah penerapan konsep dan atau teoriteori pemasaran dalam
proses perubahan sosial. Berbeda dengan rekayasa sosial yang lebih berkonotasi
menjadikan masyarakat menjadi sesuatu yang baru sesuai yang dikendaki oleh perekayasa,
proses pemasaran sosial dimaksudkan untuk menawarkan sesuatu kepada masyarakat jika
dalam rekayasa sosial proses pengambilan keputusan sepenuhnya berada ditangan
perekayasa, pengambilan keputusam dalam pemasaran sosial sepenuhnya berada di tangan
masyarakat itu sendiri. Penyuluh sebagai proses pemberdayaan masyarakat.
Menurut Margono Slamet (2000) menegaskan bahwa inti dari kegiatan penyuluhan
adalah untuk memberdayakan masyarakat.Memberdayakan berarti memberdaya kepada
18
yang tidak berdaya dan atau mengembangkan daya yang sudah dimiliki menjadi sesuatu
yang lebih bermanfaat bagi masyarakat yang bersangkutan. Dalam konsep pemberdayaan
tersebut sehingga terkandung pemahaman bahwa pemberdayaan tersebut diarahkan
terwujudnya masyarakat madani yang beradap dan mandiri dalam pengertian dapat
mengambil keputusan yang terbaik bagi kesejahteraannya sendiri.
Penyuluhan sebagai proses penguatan kapasitas (capacity strengthening) yang
dimaksud dengan penguatan kapasitas di sini, adalah penguatan kemampuan yang dimiliki
oleh setiap individu (dalam masyarakat), kelembagaan maupun hubungan atau jejaring
antar individu, kelompok organisasi sosial, serta pihak lain di luar sistem masyarakatnya
sampai di atas global. Kemampuan atau kapasitas masyarakat diartikan sebagai daya atau
kekuatan yang dimiliki oleh setiap individu dan masyarakatnya untuk memobilisasi dan
memanfaatkan sumberdaya yang dimiliki secara lebih berhasilguna (efektif) dan
berdayaguna (efisien) secara berkelanjutan. Dalam hubungan ini kekuatan atau daya yang
dimiliki setiap individu dan masyarakat bukan dalam artipasif tetapi bersifat aktif yaitu
terus menerus dikembangkan/dikuatkan untuk memperoduksi atau menghasilkan sesuatu
yang lebih bermanfaat.
Penyuluhan sebagai proses komunikasi pembangunan, penyuluhan tidak sekedar
upaya untuk menyampaikan pesan-pesan pembangunan, tetapi yang lebih penting dari itu
adalah untuk menumbuh kembangkan partisipasi masyarakat dalam pembangunan
(Mardikanton 1987).

Metode Penyuluhan

Metode penyuluhan merupakan cara melakukan kegiatan penyuluhan untuk


mengubah perilaku sasaran dengan langkah yang sistematis, untuk mendapatkan hasil yang
efektif dan efisien (Isbandi 2005).

Suhardiyono (1992), menyatakan bahwa metode penyuluhan merupakan suatu cara


pengajaran yang bersifat khusus (berorientasi pada kepentingan petani) guna
membangkitkan motivasi dan kemauan petani untuk meningkatkan kondisi sosialnya serta
meningkatkan kepercayaan diri untuk mampu melakukan langkah-langkah perbaikan
dalam berusaha tani guna meningkatkan kesejahteraan seperti yang diharapkan.
Menurut Mardikanto (1993), pemilihan metode penyuluhan sebaiknya diprogram
menyesuaikan diri dengan kebutuhan sasaran, karakteristik sasaran, sumber daya yang
19
tersedia dan kondisi lingkungan (termasuk waktu dan tempat) diselenggarakannya kegiatan
penyuluhan tersebut

Media Penyuluhan

Media atau saluran komunikasi adalah alat pembawa pesan yang disampaikan dari
sumber kepada penerima. Media komunikasi penyuluhan berdasarkan jenisnya dibagi
menjadi media perorangan (PPL, petugas), media forum (ceramah, diskusi), media cetak
(koran, poster, leaflet, folder) dan media dengar pandang (TV, radio, film). Media
penyuluhan sangat diperlukan agar penyuluh memberi manfaat sehingga penetapan bentuk
penyuluhan diharapkan berdasarkan atas pertimbangan waktu, penyampaian, isi, sasaran
dan pengetahuan sasaran (Levis 1996).Penyuluhan dalam prakteknya menurut
Kartasapoetra (1994), dapat dilaksanakan dengan menggunakan media penyuluhan
langsung dan tidak langsung. Media penyuluhan langsung, yaitu dimana penyuluh dengan
petani dapat berhadapan untuk mengadakan acara tukar pikiran yang memungkinkan
penyuluh dapat berkomunikasi secara langsung dan memperoleh respon langsung dari
sasaran dalam waktu yang relatif singkat, sedangkan media penyuluhan tidak langsung,
lewat perantara orang lain, surat kabar atau media lain yang tidak memungkinkan penyuluh
dapat menerima respon dari sasarannya dalam waktu yang relatif singkat. Media tidak
langsung menurut bentuknya dapat dibagi atas :
a. Media elektronik, yaitu TV, radio, film, slide ;
b. Media cetak, berupa pamflet, leaflet, folder, brosur, placard, dan poster.
Penyuluhan dengan media cetak menurut Mardikanto (1993) adalah penyuluhan
yang menggunakan hasil cetakan, berupa tulisan, gambar atau campuran antara tulisan dan
gambar sebagai saluran atau media komunikasinya.Penggunaan media cetak dalam
penyuluhan sangat penting, karena dapat memeberikan sumbangan yang berharga sebagai
bahan bacaan yang bermanfaat. Widjaya (1993), menyatakan, bahwa kelebihan media
cetak adalah relatif murah dan dapat disimpan dengan mudah, sehingga dapat lebih efektif
untuk mempengaruhi pengetahuan.Sedangkan kelemahan media cetak adalah kurang
efektif apabila diterapkan bagi sasaran yang buta huruf.
Media penyuluhan adalah suatu alat atau wadah pengantar dari suatu pihak untuk
disampaikan kepada pihak lain. Media penyuluhan dapat digunakan dalam kegiatan
penyuluhan untuk mengubah perilaku tradisional menjadi perilaku yang modern dan
inovatif. Media penyuluhan yang dapat digunakan antara lain orang atau institusi, media
20
cetak, pertemuan, elektronik dan kunjungan (Isbandi 2005). Alat bantu dalam kegiatan
penyuluhan merupakan sesuatu yang dapat dilihat, didengar, dirasakan oleh panca indera
manusia, dan berfungsi sebagai alat untuk menjelaskan uraian yang disampaikan secara
lisan oleh seorang penyuluh, guna membantu proses belajar, agar materi atau informasi
penyuluhan yang disampaikan lebih mudah diterima dan dipahami (Mardikanto 1993).
Folder merupakan barang-barang cetakan seperti halnya pamflet atau selebaran
yang dibagi-bagikan kepada sasaran penyuluhan yang berupa selembar kertas yang dilipat
menjadi tiga (6 halaman) atau lebih, folder memuat lebih banyak tulisan dari pada gambar
yang ditujukan kepada sasaran untuk mempengaruhi pengetahuan dan keterampilannya
pada tahap minat, menilai dan mencoba (Mardikanto 1993). Arikunto, S (2002).
Menyatakan, bahwa folder adalah selembar kertas yang dilipat menjadi 2 atau lebih,
kalimat mudah dimengerti, disusun secara ringkas tetapi jelas, menarik dan tidak
menggunakan istilah ilmiah atau teknis yang sulit, disertai gambar dan foto, berwarna, isi
langsung pada pokok materi dan sistematis.
Menurut Widjaya (1993), folder adalah semacam pamflet yang dilipat, tetapi tidak
dijahit atau diletakkan dengan perekat, berisi gambaran atau keterangan yang serba ringkas
mengenai sesuatu kegiatan dari instansi (misalnya hal ikhwal sesuatu proyek), folder dapat
dengan mudah disebarkan dan dapat bertahan dalam waktu relatif lama. Soehoet (2003)
menyatakan, bahwa folder adalah suatu jenis media hubungan masyarakat berbentuk bahan
cetakan atau disebut juga printed material, yaitu berbagai bahan cetakan yang bersifat
mendidik, informatif ataupun hiburan. folder sering digunakan dalam proses memberikan
informasi dan memiliki sifat yang lebih praktis, efisien, dan dapat menghemat biaya dalam
menginformasikan sesuatu serta mudah dibawa dan dapat dibaca berulang-ulang.
Kebaikan media folder antara lain media folder mempunyai tujuan umum
mewujudkan motif komunikasi komunikator, yaitu keuntungan secara material dan ideal.
Media folder dapat menarik perhatian banyak orang dalam berbagai macam golongan
masyarakat, semua tingkatan umur, tingkatan pendidikan, semua jenis profesi, laki-laki dan
perempuan. Cara penyajian folder lebih fleksibel, dapat 14 dilakukan penyajian dengan
mengirimkan lewat pos atau membagi-bagikan pada khalayak (Soehoet
2003).Ditambahkan oleh Levis (1996), bahwa kelebihan penggunaan folder adalah sangat
murah dan praktis, terlebih bila dipergunakan dengan alat peraga lainnya. Media folder
dapat digunakan di dalam pameranpameran, demonstrasi, rapat, pertemuan kelompok,
kursus singkat dan lain-lain,
21
Kelemahan media folder yang merupakan salah satu media cetak yang paling
sederhana adalah kemungkinan kertasnya sobek dan tintanya luntur karena terkena
air.Penggunaan lambang komunikasi yang digunakan (bahasa, peraga tercetak atau
gambar) yang kurang tepat yang tidak dapat diterima oleh komunikan menyebabkan pesan
yang terdapat pada media tidak dapat dipahami oleh sasaran (Soehoet, 2003). Manfaat dari
media folder menurut ( Arikunto 2002). Adalah : 1) Materi penyuluhan dapat diberikan
secara lebih lengkap dan jelas serta lebih khusus pada materi tertentu; 2) Melengkapi dan
memperjelas materi penyuluhan yang lain.
Menurut Suryantini (2003), Sumber informasi interpersonal yang paling banyak
digunakan oleh responden adalah penyuluh dan kontak tani atau petani maju. Sumber
informasi lainnya meliputi media cetak (surat kabar, leaflet, folder), media elektronik
(televisi, radio), dan pertemuan secara langsung. Tingginya penggunaan sumber informasi
interpersonal (teman sesama penyuluh), surat kabar, brosur, leaflet, folder, dan media cetak
lainnya oleh responden disebabkan sumber-sumber informasi tersebut tersedia dan dapat
diakses dengan mudah, dan informasi yang diperoleh sesuai dengan yang dibutuhkan.
Levis (1996), menyatakan bahwa media folder tidak efektif jika diberikan pada sasaran
yang malas membaca, selain itu penurunan hasil belajar seseorang juga dipengaruhi oleh
faktor dari luar (lingkungan dan instrumental) dan faktor dari dalam (kondisi psikologis
dan kondisi fisiologis).
Media penyuluhan yang akan dipakai pada pelaksanaan penyuluhan adalah media
cetak berupa media folder dan media elektroniknya berupa video dan foto – foto yang akan
informasikan di WA grup.

Evalusi Pelaksanaan Penyuluhan

Sistem perencanaan mengharuskan adanya evaluasi atau penilaian hasil


pelaksanaannya, yang kemudian dapat dipergunakan sebagai masukan (feedback) guna
memperbaiki atau merencanakan kembali.Dalam evaluasi atau penilaian dicoba untuk
mendapatkan informasi dan mencapai hasil suatu program atau dampak dari suatu kegiatan,
Bagaimana keadaan sebelum dan sesudah dilaksanakan suatu program. Disamping mencari
informasi mengenai apa, juga dicari jawaban dari mengapa atau sebabnya hal-hal positif
maupun negatif yang telah terjadi.
Pada dasarnya evaluasi penyuluhan pertanian dilakukan guna memenuhi
keingintahuan kita dan keinginan kita untuk mencari kebenaran mengenai suatu program
22
penyuluhan pertanian.Dengan demikian evaluasi penyuluhan petanian merupakan evaluasi
program penyuluhan pertanian guna mengetahui pelaksanaan dan hasil dari program
tersebut, apakah telah dilakukan dengan benar sesuai dengan tujuannya.
Sementara itu evaluasi penyuluhan pertanian dapat dilaksanakan setiap saat selama
program penyuluhan pertanian berlangsung.Evaluasi penyuluhan pertanian dapat dilakukan
baik pada awal, ditengah atau pada akhir program penyuluhan. Dari hasil evaluasi-evaluasi
tersebut, kita akan memperoleh gambaran seberapa jauh tujuan penyuluhan pertanian
tercapai. Dalam hal ini, seberapa jauh perubahan perilaku petani dalam melakukan usaha
tani, mulai dari penyediaan sarana produksi, proses produksi, agro industri, pemasaran.
Semua ini terangkum didalam ungkapan “berusaha lebih baik dan berusaha tani lebih
menguntungkan.Dengan demikian evaluasi penyuluhan pertanian dimaksudkan untuk
menentukan sejauhmana tujuan penyuluhan pertanian dicapai.untuk maksud tersebut dan
agar evaluasi penyuluhan pertanian efisien diperlukan adanya proses yang sistemati,
proses ini terdiri dari :
1. Kegiatan untuk memperoleh informasi yang relevan.
2. Kegiatan untuk menaksirkan data untuk mengambil keputusan.
Menurut Padmowihardjo (1999) bahwa evaluasi penyuluhan pertanian adalah
sebuah proses yang sistematis untuk memperoleh informasi yang relevan tentang
sejauhmana tujuan program penyuluhan pertanian di suatu wilayah dapat dicapai dan
menafsirkan informasi atau data yang didapat sehingga dapat ditarik suatu kesimpulan yang
kemudian digunakan untuk mengambil keputusan dan pertimbangan-pertimbangan
terhadap program penyuluhan yang dilakukan.
Hasil dari evaluasi penyuluhan pertanian akan dapat digunakan untuk menentukan
sejauhmana tujuan-tujuan penyuluhan pertanian tersebut dapat dicapai. Dalam artian
sejauhmana perubahan perilaku petani dalam bertani lebih baik dan berusahatani lebih
menguntungkan, yang kemudian untuk mewujudkan kehidupan keluarganya yang lebih
sejahtera dan masyarakat yang lebih baik. Adapun ruang lingkup evaluasi penyuluhan
pertanian terbagi menjadi tiga cakupan yaitu : evaluasi hasil, evaluasi metode, dan evaluasi
saran dan prasarana.

23
Kerangka Berpikir

Berdasarkan uraian terdahulu indikator/variable yang diduga berkaiatan dengan judul yang
diambil adlah sebagai berikut :

Tingginya penggunaan
Meningkatnya harga
Bahan kimia nutrisi
nutrisi AB-Mix
hidroponik

Karakteristik Petani
(Minat Petani)
1. Perasaan Penggunaan Nutrisi
Senang Hidroponik Organik Salah satu penyebab
2. Menarik  Perilaku masalah yang akan
Perhatian  Keterampilan dikaji
3. Kesadaran  Sikap
4. Kemauan

Tinggi Sedang Rendah

Kegiatan
Rencana Aksi
Penyuluhan

Gambar. 1 Kerangka Berpikir Minat Petani Dalam Penggunaan Nutrisi Hidroponik


Organik Budidaya Sayuran
Hipotesis

H0 : Adanya hubungan penggunaan nutrisi hidroponik organik dengan minat petani pada
budidaya sayuran di Kecamatan Setu Kota Tangerang Selatan.

H1 : Tidak adanya hubungan penggunaan nutrisi hidroponik organik dengan minat petani
pada budidaya sayuran di Kecamatan Setu Kota Tangerang Selatan.

24
METODE PELAKSANAAN

Waktu dan Tempat

Penelitian Tugas Akhir akan dilaksanakan dimulai pada Bulan April Tahun sampai
Bulan Juni Tahun 2023. Sedangkan tempat kajian ini akan dilaksanakan di Kecamatan Setu
Kota Tangerang Selatan Provinsi Banten. Pemilihan lokasi dilakukan secara purposive atau
sengaja.

Sasaran Kegiatan

Dalam pencapaian hasil penelitian penulis melakukan penelitian dengan


menggunakan cara penelitian Deskriptif Kuantitatif, penelitian yang berusaha
mendeskripsikan suatu gejala, peristiwa, kejadian yang terjadi saat sekarang. Penelitian
deskriptif kuantitatif memusatkan perhatian kepada masalah-masalah aktual sebagaimana
adanya pada saat penelitian berlangsung. Melalui penelitian deskriptif, peneliti berusaha
mendeskripsipkan peristiwa dan kejadian yang menjadi pusat perhatian tanpa memberikan
perlakuan khusus terhadap peristiwa tersebut.

Variabel yang diteliti bisa tunggal (satuvariabel) bisa juga lebih dari satu variabel.
Metode dasar yang digunakan dalam penelitian adalah metode deskriptif.

Dalam arti sempit, penelitian deskriptif diartikan sebagai penelitian yang hanya
menunjukkan Gambaran, uraian, atau rincian tentang gejala yang diteliti. Tetapi, dalam arti
Luas penelitian deskriptif juga lebih jauh menceritakan hubungan atau keterkaitan antar
gejala (Variabel), seberapa jauh terdapat kesepakatan atas hasil- hasil yang disampaikan
(Mardikanto 2001). Teknik yang digunakan dalam penelitian ini adalah teknik survei.
Yang melibatkan obyek penelitian dengan populasi yang relatif besar ( Mardikanto 2001).

Menurut Wirartha (2006), penelitian survei adalah penelitian yang dilakukan pada
populasi besar maupun kecil. Data yang dipelajari diambil dari populasi tersebut sehingga
dapat ditemukan kejadian-kejadian relatif, distribusi dan hubungan antar variabel,
sosiologis maupun psikologis. Penelitian ini menggunakan skala ordinal
sehinggauntukmengetahuipusat-pusat kecenderungan adalah pola nilai tengah atau Bogor
skor (Mardikanto 2001).

25
Populasi dan Sampel

Populasi

Populasi adalah jumlah keseluruhan dari unit analisa yang ciri-cirinya yang diduga
Singarimbun dan Efendi dalam Nur Songko (2018). Petani yang menjadi populasi dalam
penelitian ini adalah Kelompoktani pemula di Kecamatan Setu Kota Tangerang Selatan.
Ciri-cirinya Kelompoktani belum aktif, taraf pembentukan kelompoktani, pemimpin formal
aktif dan kegiatan kelompok bersifatinformtif.

Tabel 1. Populasi Petani Hidroponik di Kecamatan Setu

No Kelurahan NamaKelompoktani JumlahPeta


ni
Hidroponik
1. Muncul Pelopor Muncul 4
Muncul 1 3
Muncul 2 2
Melati 4
2. Kranggan Cisadane 4
Saung senja 3
Ranca Bulan 5
Bojong Goan 9
Saluyu 2
Saluyu 1 2
3. Kademangan Tani Tidar 2
Masa Tuaku 3
Tunas Irka (KTTI) 14
Cirompang Kita 6
KWT Cempaka 15
Jumlah 78
Sumber : Balai Penyuluhan Pertanian Jombang Tahun 2021

Dilihat dari Tabel 1, jumlah populasi terbanyak ada di KWT Cempaka dengan
jumlah populasi sebanyak 15 orang anggota kelompoktani, sedangkan yang paling sedikit
adalah kelompoktani Saluyu, Saluyu 1 dan Tani Tidar masing-masing sebanyak 2 orang
anggota kelompoktani. Dari 15 kelompoktani yang tersebar di 3 kelurahan diperoleh
jumlah populasi pada penelitian ini sebanyak 78 orang yang menjadi populasi dalam
pengkajian ini.
26
Sampel

Sampel adalah sebagian dari populasi yang dijadikan sebagai objek penelitian,
dengan kata lain sampel yang perlu diperhatikan adalah bahwa karakteristik yang ada
dalam populasi harus terwakili oleh sampel. Penarikan sampel dengan menggunakan
rumus Slovin dimana jika populasi melebihi 100 maka presisi yang digunakan adalah 5%

𝑵
Adapun rumus Slovin adalah sebagai berikut: 𝒏 =
𝟏+𝑵(𝒆)𝟐

Dimana :
N : Besaran populasi
n : Besaran sampel
e : Presentasi kelonggaran ketidaktelitian yang masih dapat ditoleril

Dengan jumlah petani dalam kelompoktani di Kecamatan Setu Kota Tangerang


Selatan sebanyak 78 orang yang menjadi populasi dalam pengkajian ini, jika merujuk pada
rumus Slovin di atas maka tingkat presisinya responden melebihi 100 orang adalah 5 %.

Diketahui :

N = 134

e = 0.5 %

jadi jumlah minimal sampel yang di ambil adalah :

𝟕𝟖
𝒏=
𝟏 + 𝟏𝟑𝟒 (𝟎, 𝟎𝟓)𝟐

𝟕𝟖
𝒏=
𝟏 + 𝟎, 𝟐𝟐

𝟕𝟖
𝒏 = 𝟏,𝟗𝟓 = 65,27 dibulatkan menjadi 65 Orang.

Sampel dalam perhitungan di atas dengan menggunakan rumus Slovin dari total 78
orang anggota kelompoktani adalah sebanyak 65,27 orang dengan tingkat kesalahan 5%
sehingga jika dibulatkan menjadi 65 responden. Teknik pengambilan sampel dilakukan
dengan cara purposive sampling, dengan kriteria 1) Petani yang menjadi anggota
27
kelompoktani budidaya hidroponik sayuran di Kecamatan Setu, 2) Petani yang
berusahatani lebih dari lima tahun 3) Petani yang aktif dalam kegiatan rutin kelompoktani.
Teknik ini digunakan apabila anggota sampel yang dipilih secara khusus berdasarkan
tujuan penelitiannya (Usman dan Akbar 2011)

Selanjutnya untuk menentukan sampel dari masing-masing kelompoktani dilakukan


secara proposional dengan menggunakan rumus Rubin and Luck, sebagai berikut :

𝑵𝒌
𝒏𝒊 = 𝒙𝒏
𝑵

Dimana :
ni : Jumlah sampel masing-masing kelompoktani
Nk : Jumlah populasi masing-masing kelompoktani
N : Jumlah total populasi
n : Jumlah sampel dari populasi

Adapun jumlah sampel pada setiap kelompoktani disajikan pada Tabel berikut.

Tabel 2. Perhitungan jumlah sampel pada masing-masing kelompoktani


Nama Jumlah Hasil Perhitungan Jumlah
No Kelurahan
Kelompoktani Petani Rubin and Luck sampel
1. Muncul Pelopor Muncul 4 4/78 X 65 3
Muncul 1 3 3/78 X 65 2
Muncul 2 2 2/78 X 65 2
Melati 4 4/78 X 65 3
2 Kranggan Cisadane 4 4/78 X 65 3
Saung senja 3 3/78 X 65 2
Ranca Bulan 5 5/78 X 65 4
Bojong Goan 9 9/78 X 65 8
Saluyu 2 2/78 X 65 2
Saluyu 1 2 2/78 X 65 2
3 Kademangan Tani Tidar 2 2/78 X 65 2
Masa Tuaku 3 3/78 X 65 2
Tunas Irka (KTTI) 14 14/78 X 65 12
Cirompang Kita 6 6/78 X 65 5
KWT Cempaka 15 15/78 X 65 13
Jumlah 78 65

Sumber : Data Primer Tahun 2021

28
Pada Tabel 2 bisa dilihat jumlah sampel yang akan dijadikan responden
pada penelitian ini menurut perhitungan Slovin didapat jumlah sampel sebanyak 65
orang petani yang tersebar di 15 kelompoktani. Pada kelompoktani KWT Cempaka
sampel yang diperoleh sebanyak 13 orang petani merupakan sumber sampel
terbanyak. Pemilihan sampel pada kelompoktani pada pengkajian ini dilakukan
secara purposive sampling.
Instrumen Penelitian

Beberapa instumen yang digunakan untuk mengetahui tingkat partisipasi petani


dalam penerapan pemupukan berimbang padi sawah terdiri dari :

Tabel 3. Instrumen Penelitian


A. Variabel X
Variabel Instrumen Indikator Kriteria Skor
X1 Karakteristik Umur a. Sangat Tinggi 5
Petani b. Tinggi 4
c. Cukup/sedang 3
d. Rendah 2
e. Sangat Rendah 1
Pendidikan a. Sangat Tinggi 5
b. Tinggi 4
c. Cukup/sedang 3
d. Rendah 2
e. Sangat Rendah 1
Lubang Tanam a. Sangat Tinggi 5
b. Tinggi 4
c. Cukup/sedang 3
d. Rendah 2
e. Sangat Rendah 1
X2 Teknologi Ketersedian a. Sangat Tinggi 5
Nutrisi b. Tinggi 4
Hidroponik c. Cukup/sedang 3
d. Rendah 2
e. Sangat Rendah 1
Sarana Prasarana a. Sangat Tinggi 5
b. Tinggi 4
c. Cukup/sedang 3
d. Rendah 2
e. Sangat Rendah 1
Harga a. Sangat Tinggi 5
b. Tinggi 4
c. Cukup/sedang 3
d. Rendah 2
e. Sangat Rendah 1
Kemudahan a. Sangat Tinggi 5
b. Tinggi 4
c. Cukup/sedang 3
d. Rendah 2
e. Sangat Rendah 1
X3 Penyuluhan Materi a. Sangat Tinggi 5
29
Pertanian b. Tinggi 4
c. Cukup/sedang 3
d. Rendah 2
e. Sangat Rendah 1
Media a. Sangat Tinggi 5
b. Tinggi 4
c. Cukup/sedang 3
d. Rendah 2
e. Sangat Rendah 1
Metode a. Sangat Tinggi 5
b. Tinggi 4
3
c. Cukup/sedang 2
d. Rendah 1
e. Sangat Rendah
Intensitas a. Sangat Tinggi 5
b. Tinggi 4
c. Cukup/sedang 3
d. Rendah 2
e. Sangat Rendah 1

B. Variabel Y

Variabel Instrumen Indikator Kriteria Skor


Y Perasaan Semangat dalam a. Sangat Tinggi 5
Senang melakukan praktek b. Tinggi 4
pembuatan nutrisi c. Cukup/sedang 3
hidroponik organik d. Rendah 2
e. Sangat Rendah 1
Senang melaksanakan a. Sangat Tinggi 5
hidroponil organik b. Tinggi 4
c. Cukup/sedang 3
d. Rendah 2
e. Sangat Rendah 1
Ikut serta dalam a. Sangat Tinggi 5
pembuatan nutrisi b. Tinggi 4
hidroponik organik c. Cukup/sedang 3
d. Rendah 2
e. Sangat Rendah 1
Merasa senang dalam a. Sangat Tinggi 5
mempersiapkan bahan b. Tinggi 4
pembutan nutrisi c. Cukup/sedang 3
hidroponik organik d. Rendah 2
e. Sangat Rendah 1

Y Menarik Memperhatikan ukuran a. Sangat Tinggi 5


Perhatian permbuatan nutrisi b. Tinggi 4
hidroponik organic c. Cukup/sedang 3
d. Rendah 2
e. Sangat Rendah 1
Memperhatikan a. Sangat Tinggi 5
kebersihan media b. Tinggi 4
3
c. Cukup/sedang
2
d. Rendah 1
e. Sangat Rendah
Mengamati proses a. Sangat Tinggi 5

30
Variabel Instrumen Indikator Kriteria Skor
pembuatan nutrisi b. Tinggi 4
hidroponik organic c. Cukup/sedang 3
d. Rendah 2
e. Sangat Rendah 1
Mengamati kondisi tempat a. Sangat Tinggi 5
praktek b. Tinggi 4
c. Cukup/sedang 3
d. Rendah 2
e. Sangat Rendah 1
Mengamati prosedur a. Sangat Tinggi 5
pembuatan nutrisi b. Tinggi 4
hidroponik organik c. Cukup/sedang 3
d. Rendah 2
e. Sangat Rendah 1
Y Kesadaran Usaha untuk membuat a. Sangat Tinggi 5
nutrisi hidroponik organic b. Tinggi 4
c. Cukup/sedang 3
d. Rendah 2
e. Sangat Rendah 1
a. Kesadaran memilih bahan a. Sangat Tinggi 5
pembuatan nutrisi b. Tinggi 4
hidroponik organic c. Cukup/sedang 3
d. Rendah 2
e. Sangat Rendah 1
Kesadaran untuk budidaya a. Sangat Tinggi 5
hidroponik organik b. Tinggi 4
c. Cukup/sedang 3
d. Rendah 2
e. Sangat Rendah 1
Y Kemauan Membantu dalam a. Sangat Tinggi 5
pembuatan nutrisi b. Tinggi 4
hidroponik organic c. Cukup/sedang 3
d. Rendah 2
e. Sangat Rendah 1
Mengetahui alat dan a. Sangat Tinggi 5
bahan pembuatan nutrisi b. Tinggi 4
hidroponik organic c. Cukup/sedang 3
d. Rendah 2
e. Sangat Rendah 1
Kemauan untuk belajar a. Sangat Tinggi 5
membuat nutrisi b. Tinggi 4
hidroponik organik c. Cukup/sedang 3
d. Rendah 2
e. Sangat Rendah 1

Pengumpulan data dan Analisis Data


Data yang diambil di dalam pelaksanaan pengkajian terdiri dari data primer dan
data sekunder. Pengumpulan data primer dilakukan dengan melibatkan petaniserta
anggota keluarganya, sehingga diharapkan data yang diperoleh betul- betul akurat. Data
sekunder data yang diperoleh dari instansi yang terkait dan literatur yang relevan.

31
Teknik penelitian ini menggunakan teknik survei. Singarimbun dan Effendi
(1995), menyebutkan teknik survei yaitu teknik pengkajian yang mengambil sampel dari
suatup opulasi dan menggunakan kuisioner sebagai alat penggumpulan data yang pokok.
Menurut Kerlinger (1991), survei dapat dikelompokkan secara mudah menurut
metode-metode yang digunakan untuk memperoleh informasi, yaitu sebagai berikut :
wawancara,kuisioner. Survei yang terbaik yaitu menggunakan wawancara kepada
responden sebagai pengumpul informasi.
Wawancara, yaitu cara pengumpulan data tentang identitas responden, faktor yang
berhubungan dengan minat petani dengan penggunaan nutrisi organik, dengan
mengajukan pertanyaan secara langsung kepada responden dengan menggunakan
kuisioner yang telah disiapkan. Selanjutnya dilakukan pencatatan yaitu cara pengumpulan
data tentang identitas responden, faktor yang berhubungan dengan minat petani dengan
penggunaan nutrisi organik dan data pendukung dengan mengutip dan mencatat sumber-
sumber informasi baik dari responden, pustaka, maupun instansi-instansi terkait yang ada
hubungannya dengan penelitian ini.
Observasi dilakukan untuk mengetahui secara umum karakteristik kecamatan Setu
yang terdiri dari 3 Kelurahan, 15 kelompoktani. Serta dokumentasi untuk memperoleh
data baik dari responden maupun dari instansi terkait.
Kuisioner/angket yaitu metode pengumpulan data dengan menggunakan daftar
pertanyaan/pernyataan yang disusun secara tertulis kemudian disebarkanlangsung ke
responden. Adapun alat instrumen yang digunakan oleh peneliti adalah sebagai alat
pengumpul data dengan menggunakan daftar pertanyaan /pernyataan yang disusun secara
tertulis kemudian disebarkan langsung keresponden. Adapun kuisioner /angket yang
berisi pertanyaan/pernyataan yang berkaitan dengan tujuan pengkajian. Yaitu meliputi
pertanyaan untuk mengukur variabel yang berhubungan (X) dan Penggunaan nutrisi
hidroponik organik (Y). Tentunya dalam penyusunan kuisioner harus benar dalam
menggambarkan tujuan dari penelitian tersebut (valid) dan konsisten.

a. Uji Validitas
Uji validitas merupakan uji instrument data untuk mengetahui seberapa cermat
suatu item dalam mengukur apa yang ingin diukur. Item dapat dikatakan valid jika
adanya korelasi yang signifikan dengan skor totalnya, hal ini menunjukkan adanya
dukungan item tersebut dalam mengungkapkan yang ingin diungkapkan (Priyatno,
2014). Item yang digunakan adalah pertanyaan/pernyataan dalam bentukkuesioner atau
32
angket yang disebarkan kepada responden. Skala pertanyaan/pernyataan dikatakan valid,
apabila melakukan apa yang seharusnya dilakukan dan mengukur apa yang seharusnya
diukur. Jika skala pengukuran tidak valid maka tidak dapat digunakan, sebab tidak
mengukur apa yang seharusnyadiukur.
Rianse (2012), menyatakan bahwa pengujian validitas konstruksi dilakukan
dengan analisis faktor, yaitu dengan mengkorelasikan antara skor item instrument
dengan rumus Pearson Product Moment, dengan persamaan sebagai berikut:
𝑛 (∑𝑋𝑌) − (∑𝑋)(∑𝑌)
𝑟ℎ𝑖𝑡𝑢𝑛𝑔 =
√{𝑛∑𝑋2 − (∑X)2 . (n∑Y2 − (∑Y)2)}
Keterangan ;
rhitung = Koefisien Korelasi
ΣXi = Jumlah SkorItem
ΣYi = Jumlah Skor Total (seluruhitem)
n = JumlahResponden
Tentang uji validitas ini dapat disampaikan hal-hal pokoknya, sebagai berikut:
a. Uji ini sebenarnya untuk melihat kelayakan butir-butir pertanyaan dalam kuesioner
tersebut dapat mendefinisikan suatuvariabel.
b. Daftar pertanyaan ini pada umumnya untuk mendukung suatu kelompok
variabeltertentu.
c. Jika r tabel < F hitung, maka butir soal disebutvalid.

b. Uji Reliabilitas
Riduwan (2009), Uji reliabilitas dimaksudkan untuk melihat sejauh mana hasil
suatu pengukuran dapat dipercaya. Hasil pengukuran dapat dipercaya apabila dalam
beberapa kali pelaksanaan pengukuran terhadap kelompok subjek yang sama diperoleh
hasil yang relatif sama, selama aspek yang diukur dalam diri subjek memang belum
berubah. Pengujian realibilitas menggunakan rumus Alpha Cronbach yang
diinterpretasikan sebagai korelasi dari skala yang diamati dengan semua kemungkinan
pengukuran skala lain yang mengukur hal yang sama dan menggunakan butir pertanyaan
yang sama.

33
Rumus Alpha Cronbach,yaitu:

𝟐
𝒏 ∑𝑺
𝒓=( ) ( 𝟏 𝟐𝒕 )
𝒏−𝟏 𝑺 𝒕
Keterangan :
r = Koefisien reliabilitas
n = Banyaknya butir item
2
∑𝑆 𝑡 = Jumlah varian skor dari tiap item
2
𝑆𝑡 = Varian total
Jika nilai Cronbach’s Alpha > rtabel disebut reliabel. Sebaliknya jika nilai Cronbach’s
Alpha < rtabel disebut tidak reliabel atau Jika nilai Alpha > 0,60 disebut reliabel. Sebaliknya jika
nilai Alpha < 0,60 disebut tidak reliabel.
Analisis Deskriptif Karakteristik Minat Petani Dalam Menggunakan Nutrisi
Hidroponik Organik Budidaya Sayuran Di Kecamatan Setu Kota Tangerang
Selatan

Mengkaji hipotesis pertama yaitu tingkat minat petani dalam menggunakan nutrisi
hidroponik organik budidaya sayuran, instrumen penelitian disebar kepada responden, kemudian
jawaban responden direkapitulasi. Jumlah skor terendah satu dan tertinggi lima dikalikan dengan
banyaknya kuisioner. Selanjutnya skor yang diperoleh dari jawaban responden dibagi skor
tertinggi dikali 100 %. Nilai skor ini yang akan menentukan tingkat Peran Penyuluh. Total skor
dari masing-masing individu adalah penjumlahan dari skor masing-masing item dari individu
tersebut. Setelah total nilai yang diperoleh dan nilai maksimum yang dicapai didapatkanmaka
dilakukan analisis guna untuk mengetahui tingkat peranan penyuluh melalui kuesioner dengan
menggunakan skala likert (Riduwan, 2009) untuk mengetahui interpretasi dengan rumus.
Untuk menguji hipotesis pertama dengan tingkat Peran Penyuluh digunakan persentase
nilai peran yang diperoleh. Perhitungan peran di dapat dari:
𝑆𝑘𝑜𝑟 𝑃𝑒𝑟𝑎𝑛 𝑦𝑎𝑛𝑔 𝑑𝑖𝑝𝑒𝑟𝑜𝑙𝑒ℎ
𝑋 100 %
𝑆𝑘𝑜𝑟 𝑀𝑎𝑘𝑠𝑖𝑚𝑎𝑙 𝑃𝑒𝑟𝑎𝑛
Kriteria pengujian tingkat peran penyuluh dinilai sebagai berikut:
Sangatrendah = 0 - 20%
Rendah = 21 % - 40%

Sedang = 41 % - 60%

Tinggi = 61 % - 80%

Sangattinggi = 81 % - 100%

34
Hasil nilai yang diperoleh jika diplot melalui garis kontinium dapat dilihat pada Gambar 2
berikut.
0 20 40 60 80 100

Sangat Rendah Rendah Sedang Tinggi Sangat Tinggi

Gambar 2. Garis Kontinum

Analisis Hubungan Antara Minat Petani dalam Pengguanaan Nutrisi Hidroponik


Organik Budidaya Sayuran di Kecamatan Setu Kota TangerangSelatan
Untuk mendeskripkan hubungan variabel yang terpilih dengan peran penyuluh
dalam pengembangan kelompoktani di Kecamatan Setu Kota Tangerang Selatan, maka
digunakan analisis korelasi.
Sugiyono (2015) menjelaskan bahwa Korelasi Rank Spearman, sumber data
untuk kedua variabel yang akan dikonversikan dapat berasal dari sumber yang tidak
sama, jenis data yang dikorelasikan adalah data ordinal, serta data dari kedua variabel
tidak harus membentuk distribusi normal. Jadi korelasi Rank Spearman adalah bekerja
dengan data ordinal atau berjenjang/ranking, dan bebas distribusi.
Adapun rumus korelasi Spearman Rank menurut Siegel (2011) adalah sebagai
berikut.
𝑛
6 ∑ 𝑖=1 𝑑𝑖 2
𝑟𝑠 = 1 −
𝑛2 − 𝑛
Keterangan :
𝑟𝑠 = Koefisien Korelasi Spearman Rank
N = Jumlah Sampel
Di = Selisih rangking antar variabel
Untuk menguji tingkat signifikansi hubungan digunakan uji t jika sampel yang
digunakan lebih dari 10 (n > 10) dengan tingkat kepercayaan 95 % dengan rumus sebagai
berikut :
𝒏−𝟐
𝒕 = 𝒓𝒔 √
𝟏 − (𝒓𝒔)𝟐

35
Sedangkan kriteria pengambilan keputusan dengan tingkat kepercayaaan 95 %
(α=0,05) adalah sebagai berikut:
a. Jika sig. ≥ (α=0,05) maka Ho ditolak, artinya tidak ada hubungan minat petani dalam
menggunakan nutrisi hidroponik organik budidaya sayuran.
b. Jika sig.< (α=0,05) maka Ho diterima,artinya ada hubungan minat petani dalam
menggunakan nutrisi hidroponik organik budidaya sayuran

36
HASIL DAN PEMBAHASAN

Gambaran Umum Wilayah

Kecamatan Setu merupakan salah satu Kecamatan yang berada di sebelah Selatan
Kota Tangerang Selatan. Luas lahan wilayah Kecamatan Setu keseluruhan yaitu 1.480 Ha
yang terdiri dari lahan sawah 31 Ha, Lahan darat 1.449 Ha. Kecamatan Setu terdiri dari 6
Kelurahan, secara administratif batas wilayah Kecamatan Setu ini sebagai berikut :
a. Sebelah Utara berbatasan dengan Kecamatan Pamulang
b. Sebelah Timur berbatasan dengan Kecamatan Cisauk Kabupaten Tangerang
c. Sebelah Selatan berbatasan dengan Kecamatan Cisauk Kabupaten Tangerang
d. Sebelah Barat berbatasan dengan Kecamatan Serpong
Topografi Kecamatan Setu semuanya dataran yang flat iklim yang dimiliki
Kecamatan Setu beriklim tropis dengan kisaran suhu antara 20 – 33 ºC, yang terdiri dari 6
bulan musim kering dan 6 bulan musim basah. Curah hujan rata-rata Kecamatan Setu 1.550
mm/bulan dengan jumlah hari hujan 12 hari /bulan. Jenis tanah di Kecamatan Setu
bermacam-macam yang terdiri dari jenis Podsolik MerahKuning, Latosol, Regosol, Aluvial
dan Glumosol. Luas lahan di Kecamatan Setu berdasarkan jenis pengairannya dapat dilihat
pada Tabel 4.
Tabel 4. Luas Wilayah menurut Penggunaan

No Keluran Sawah (Ha) Darat (Ha) Jumlah (Ha)


1 Keranggan 31 139 170
2 Muncul - 361 361
3 Kademangan - 206 206
4 Setu - 364 364
5 Babakan - 205 205

6 Bakti Jaya - 174 174


Jumlah 31 1449 1480
Sumber : Kecamatan Setu Dalam Angka Tahun 2020

Jumlah penduduk Kecamatan Setu sampai akhir tahun 2020 berjumlah 92.890
orang yang terdiri dari laki-laki sebanyak 47.421 orang, perempuan sebanyak 45.469 orang
dengan jumlah Sex Ratio 104,29, perincian jumlah penduduk per desa tersaji pada

37
Tabel 5 berikut ini
Tabel 5 Keadaan Penduduk Kecamatan Setu

No Keluran Laki-laki Perempuan Jumlah Sex ratio


1 Keranggan 3.237 3.052 6.289 106,06
2 Muncul 5.558 5.337 10.895 104,14
3 Kademangan 15.692 14.798 30.490 106,04
4 Setu 9.350 8.801 18.151 106,24
5 Babakan 4.752 4.682 9.434 101,50

6 Bakti Jaya 8.832 8.799 17.631 100,38


Kecamatan Setu 47.421 45.469 92.890 104,29
Sumber : Kecamatan Setu Dalam Angka Tahun 2020

Hasil Analisis Deskriptif Karakteristik Minat Petani Dalam Menggunakan Nutrisi


Hidroponik Organik Budidaya Sayuran Di Kecamatan Setu Kota Tangerang
Selatan

Responden penelitian ini meliputi petani yang mengusahakan hidroponik di


Kecamatan Setu Kota Tangerang Selatan. Karakteristik petani yang dianalisis pada
penelitian ini adalah 1) Umur, 2) Pendidikan, 3) Lama Usaha Tani, dan 4) Skala usaha.

Umur
Sri Narti (2015) dalam penelitiannya, menyebutkan bahwa distribusi umur
responden, dikelompokkan ke dalam empat jenjang umur yaitu kelompok reSetu (16-21
tahun), kelompok dewasa muda (22-39 tahun), kelompok menengah (40- 63 tahun) dan
kelompok tua (64-78 tahun).

Tabel 6. Umur Responden

No Kategori Umur Responden Persentase (%)


(Tahun)
1 <22 10 15
2 22-39 15 23
3 40-63 35 54
4 >64 5 8
Jumlah 65 100
Sumber: Analisis Data Primer diolah penulis, 2021

38
Hasil penelitian dari sebaran didapatkan bahwa umur petani Kecamatan Setu rata-
rata berusia 40-63 tahun sebanyak 54%. Dapat dikatakan bahwa petani di Kecamatan Setu
termasuk kedalam kriteria menengah (tabel 7). Menurut Fatchiya (2010) rentan umur
produktif berkisar antara 15-65 tahun. Responden pada penelitian ini dapat dikatakan umur
produktif.
Hasil penelitian Sri Narti (2010) menunjukkan bahwa petani dengan umur produktif
memiliki semangat dan kemampuan bekerja jauh lebih maksimal, sehingga penyuluhan
yang diselenggarakan dapat perlangsung secara efektif. Hal ini dikarenakan petani dengan
umur produktif memiliki motivasi yang cukup serta lebih mudah untuk serius dalam
mengikuti kegiatan penyuluhan yang diberikan. Petani di Kecamatan Setu memang
termasuk kedalam umur produktif tetapi tidak dipungkiri bahwa umur produktif petani
akan memasuki umur tidak produktif karena dari data yang diapatkan bahwa 5-10 tahun
yang akan datang rata-rata petani di Kecamatan Setu sudah tidak termasuk kedalam umur
produktif lagi.
Tingkat Pendidikan
Bedasarkan hasil penelitian di Kecamatan Setu responden penelitian keseluruhan
telah menempuh pendidikan formal. Sebaran tingkat pendidikan responden tersaji pada
Tabel 7.
Tabel 7. Tingkat Pendidikan

No Tingkat Pendidikan Responden Persentase


1 SD 10 15
2 SMP 20 31
3 SMA 32 49
4 Sarjana 3 5
Jumlah 65 100
Sumber: Analisis Data Primer diolah penulis, 2023

Hasil penelitian yang telah tersaji di dalam tabel 8, menunjukkan bahwa tingkat
pendidikan formal yang telah di laksanakan oleh petani di Kecamatan Setu rata-rata
memiliki tingkat pendidikan SMA sebanyak 49% dari jumlah responden, dapat dikatakan
setengah dari responden memiliki tingkat pendidikan SMA. Menurut Hasman Hasyim
(2006), tingkat pendidikan formal yang dimiliki petani akan mempengaruhi sejauh mana
tingkat pengetahuan petani serta seberapa luas wawasan yang dimiliki oleh petani yang
kemudian petani dapat menerapkan apa yang diperolehnya, sehingga mengalami
peningkatan usaha tani yang dimiliki.
39
Slamet (2003) juga mengatakan bahwa perubahan-perubahan pada perilaku
manusia dipengaruhi oleh unsur manusia. Pendidikan dapat menimbulkan perubahan
prilaku manusia seperti perubahan pengetahuan, keterampilan, dan perubahan sikap mental
terhadap sesuatu yang dirasakan. Petani di Kecamatan Setu memiliki tingkat pendidikan
rendah dikarenakan rata- rata petani setelah lulus Sekolah Dasar lebih memilih mengurus
lahan atau menjadi petani.

Lama Usaha Tani


Yunita (2011) mengatakan, pengalaman dapat memiliki makna sebagai sesuatu
yang pernah dialami (dijalani, dirasakan, ditanggung, dan sebagainya), sedangkan berusaha
tani adalah melakukan kegiatan pertanian dengan mengerahkan tenaga, pikiran, atau badan
untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan. Lama usahatani dibagi menjadi empat
kelompok yaitu <10 tahun, 10- 20 tahun, 21-30 tahun dan >30 tahun (Yuliarmi 2006).
Adapun sebaran data lama usahatani petani responden dapat dilihat pada Tabel 8
.
Tabel 8. Lama Usaha Tani

No Lama BerusahaTani (Tahun) Responden Persentase


1 <10 32 49
2 10-20 25 38
3 21-30 7 11
4 >30 1 2
Jumlah 65 100
Sumber: Analisis Data Primer diolah penulis, 2023

Data pada tabel .. menunjukkan bahwa lama usahatani petani di Kecamatan Setu
didominasi kurang dari 10tahun sebanyak 49% responden. Lama usahatani yang dijalankan
petani tergolong kurang berpengalaman. Petani di Kecamatan Setu pada umumnya telah
bertani sejak mulai masuk jenjang rumah tangga atau dimulai sejak menikah. Dapat dilihat
dari tingkat pendidikan petani yang mayoritas petani memiliki pendidikan terakhir pada
tingkat SMA. Menurut Yunita (2011), semakin sering seseorang mengalami proses
belajar, maka secara granual akan semakin banyak memperoleh pengalaman.
Hasil wawancara dengan anggota kelompok tani di Kecamatan Setu petani telah
mahir dalam berbudidaya hidroponik. Lamanya usahatani yang telah dijalani menjadikan
petani mengerti kondisi lahan yang ada sehingga tak jarang petani lebih mengandalkan
40
berbudidaya hidroponik secara kebiasaan dibanding secara SOP yang ada, terutama dalam
penggunaan nutrisi, jarak tanam dan perawatan.
Skala Usaha Tani
Hasil dari kajian menunjukkan bahwa skala usaha dengan indicator jumlah lubang
pada instalasi hidroponik yang dimiliki petani bervariasi. Pada Tabel berikut dapat dilihat
bahwa yang paling banyak kepemilikan lubang instalasi hidroponik yaitu antara 200 lubang
sampai 500 lubang dengan jumlah kepemilikan sebesar 57% atau 37 responden.

Tabel 9. Skala Usaha


No Kepemilikan Jumlah Lubang Responden Persentase

1 <200 15 23
2 200 - 500 37 57
3 500 - 800 8 12
4 >800 5 8
Jumlah 65 100
Sumber: Analisis Data Primer diolah penulis, 2023

Berdasarkan hasil sebaran dari Kecamatan Setu, Petani yang kepemilikan lubang
pada instalasi hidroponik <200 lubang sebesar 23%, sedangkan kepemilikan lubang pada
instalasi hidroponik antara 200 – 500lubang sebesar 57% selanjutnya kepemilikan lubang
pada instalasi hidroponik >800 lubang hanya sebesar 5%.
Hasil wawancara dengan beberapa petani menunjukkan petani sering kali menerapkan
inovasi baru yang petani didapatkan baik dari pamaren maupun media digital. Petani kerap
melakukan uji coba inovasi baru diantaranya pemilihan komoditas yang dianggap baru
sesuai dengan permintaan pasar. Hal tersebut menunjukkan bahwa petani memiliki minat
untuk meningkatkan kapasitas pengetahuan dan keterampilan yang dimiliki petani.

Hasil Analisis Faktor-faktor Yang Berhubungan Minat Petani Dalam Menggunakan


Nutrisi Hidroponik Organik Budidaya Sayuran Di Kecamatan Setu Kota Tangerang
Selatan

Hasil Uji Validitas Dan Rebilitas

Uji validitas digunakan dengan cara menguji korelasi antara skor item dengan skor
total masing-masing variabel. Secara statistik angka korelasi yang diperoleh harus
dibandingkan dalam angka tabel r-pearson correlation. Uji validitas yang dimaksud untuk
mendapatkan hasil penelitian yang terbaik dan bermutu. Pengujian validitas dilakukan
41
dengan menggunakan SPSS 25 dengan kriteria, jika r-hitung positif dan r-hitung > r-tabel
maka pernyataan valid dan Jika r-hitung negatif dan r-hitung < r-tabel maka pernyataan
tidak valid. Nilai r-tabel ditentukan dengan cara mencari besarnya df (degree of freedom).
Besarnya df dapat dihitung dengan rumus N-2. N = jumlah sample : 24- 2 = 22 dan
alpha 0.05. Diperoleh r tabel 0,1966 (lihat r tabel pada df=28, sig. 0.05).
Tabel 10. Uji Validitas

Pernyataan t hitung t tabel keterangan Pernyataan t hitung t tabel keterangan

X1.1 5.430 1.669 valid Y1.2 5.393 1.669 valid


X1.2 7.440 1.669 valid Y.1.3 7.533 1.669 valid
X1.3 2.903 1.669 valid Y2.1 3.994 1.669 valid
X2.1 5.906 1.669 valid Y2.3 4.142 1.669 valid
X2.2 3.509 1.669 valid Y2.4 6.500 1.669 valid
X2.3 2.878 1.669 valid Y2.5 5.397 1.669 valid
X2.4 6.431 1.669 valid Y3.1 5.778 1.669 valid
X3.1 3.241 1.669 valid Y3.2 4.246 1.669 valid
X3.2 3.597 1.669 valid Y3.3 3.895 1.669 valid
X3.3 5.302 1.669 valid Y4.1 5.520 1.669 valid
X3.4 5.463 1.669 valid Y4.2 3.645 1.669 valid
Y1.1 7.706 1.669 valid Y4.3 6.255 1.669 valid
Sumber: Hasil pengelolahan Microsoft Excel, 2023

Berdasarkan tabel diatas menunjukkan bahwa semua item pertanyaan pada variabel
Karakteristik Petani, Teknologi Nutrisi Hidroponik, Penyuluhan Pertanian dan Minat
Petani adalah valid.
Uji Reliabilitas Reliabilitas menunjuk pada satu pengertian bahwa suatu instrumen
cukup dapat dipercaya untuk digunakan sebagai alat pengumpul data karena instumen
tersebut cukup baik (Suharsimi, 2006:178). Instrumen dikatakan reliabel adalah jika
jawaban seseorang terhadap pertanyaan adalah konsisten atau stabil dari waktu ke waktu
dan suatu variabel dikatakan reliabel jika memberi nilai cronbach’s Alpha > 0,60 (Ghozali,
2006:45)
Tabel 11. Uji Reliabilitas
Varian Item 0.903
Jumlah Var Item 20.147
Jumlah Var total 209.010
Reliabilitas 0.943
Sumber: Hasil pengelolahan Microsoft Excel, 2023

42
Tabel diatas menunjukkan bahwa αhitung masing-masing variabel lebih besar dari
αstandar (>0.60). menurut Nugroho (2005) “reabilitas konstruk variabel dikatakan baik jika
memiliki nilai Cronbach’s Alpha > dari 0,60”. Maka dapat disimpulkan bahwa pada item
pertanyaan yang terdapat pada kuisioner adalah reliabel dan layak digunakan sebagai
instrumen pada penelitian karena memiliki nilai alpha sebesar 0,943dan lebih tinggi
daripada nilai standar alpha (0.6).

Hasil Uji Normalitas

Uji Normalitas Uji kolmogorov-smirnov digunakan untuk mengetahui distribusi


normal atau tidak. Hasil uji kolmogorov-smirnov berdasarkan output SPSS yang disajikan
dalam lampiran terlihat bahwa nilai probabilitas atau tingkat signifikansi (p-value) variabel
menunjukkan angka lebih dari 0,05 yang berarti variabel berdistribusi secara normal. Tabel
berikut menunjukkan hasil uji normalitas dengan uji kolmogorov-smirnov yaitu sebagai
berikut :
Tabel 12. Uji Normalitas Klomogorov-Smirnov
Variabel Penelitian Jumlah Sig. (2-tailed)
Responden
Karakteristik Petani 65 0,000
Teknologi Nutrisi Hidroponik 65 0,002
Penyuluhan Pertanian 65 0,022
Minat Petani 65 0,017
Sumber: Hasil pengelolahan SPSS Vers. 24, 2023

Hasil uji normalitas di atas dari responden berjumlah 65 dapat diketahui bahwa :
- Karakteristik Petani = sig (0,000) < 0,05
- Teknologi Nutrisi Hidroponik = sig (0,002) < 0,05
- Penyuluhan Pertanian = sig (0,022) < 0,05
- Minat Petani = sig (0,017) < 0,05
Dari hasil analisis tersebut dapat ditarik keputusan karena sig < 0,05, variabel tersebut
berdistribusi tidak normal sehingga dapat menggunakan analasis korelasi Rangk Spearman.

43
Uji Korelasi Rank Spearman

Korelasi rank spearman digunakan untuk mencari tingkat hubungan atau menguji
signifikansi hipotesis asosiatif bila masingmasing variabel yang dihubungkan datanya
berbentuk ordinal, dan sumber data antar variabel tidak harus sama. Dalam hal ini, korelasi
rank spearman disimbolkan dengan rs, atau terkadang juga ditulis dengan rho.
Data yang digunakan pada korelasi ini adalah data berskala ordinal, maka dari itu
sebelum dilakukan pengelolahan data, data kuantitatif yang akan dianalisis perlu disusun
dalam bentuk ranking terlebih dahulu.
Nilai korelasi rank spearman juga sama yaitu berada diantara -1 < rho < 1. Bila nilai
rho = 0, berarti tidak ada korelasi atau tidak ada hubungannya antara variabel independen
dan dependen. Jika nilai rho = +1 berarti terdapat hubungan yang positif antara variabel
independen dan dependen. Apabila nilai rho = -1 berarti terdapat hubungan yang negatif
antara variabel independen dan dependen. Dengan kata lain, tanda “+” dan “-“
menunjukkan arah hubungan di antara variabel yang sedang dioperasikan.
Nilai dari rho juga bisa di interpretasikan bagaimana makna dari nilai tersebut,
dengan tabel dibawah
Tabel 13. Tingkat Keeratan Korelasi
Interval Koefisien Tingkat Keeratan
0 - 0,20 Sangat rendah (hampir tidak ada hubungan)
0,21 - 0,40 Korelasi yang lemah
0,41 - 0,60 Korelasi sedang
0,61 - 0,80 Kuat (Cukup tinggi)
0,81 - 1 Sangat Kuat (Korelasi tinggi)
Sumber: Syahri Alhusin dalam Umi Narimawati (2010:50)
Hasil pengolahan data dengan menggunakan SPSS Versi 24 didapat hasil sebagai
berikut :

Tabel 15. Nilai Correlation Coefficient Variabel Bebas (X)Terhadap Variabel


Terikat (Y)

Variabel Correlation Coefficient


Karakteristik Petani 0,439
Teknologi Nutrisi Hidroponik 0,654
Penyuluhan Pertanian 0,757
Sumber: Hasil pengelolahan SPSS Vers. 24, 2023

44
Tabel di atas menunjukkan bahwa dapat ditarik keputusan bahwa faktor-faktor yang
berhubungan minat petani dalam menggunakan nutrisi hidroponik organik budidaya
sayuran Di Kecamatan Setu Kota Tangerang Selatan adalah sebagai berikut :

Karakteristik Petani dengan Minat Petani adalah 0,439 yang artinya besaran
hubungannya sedang.
Selanjutnya hubungan Teknologi Nutrisi Hidroponik dengan Minat Petani adalah 0,
654 yang artinya besaran hubungannya cukup tinggi.
Terakhir adalah hubungan Penyuluhan Pertanian dengan Minat Petani yang
menunjukkan angka sebesar 0,757, angka ini memiliki hubungan cukup tinggi.
Untuk mengetahui hubungan simultan antara Variabel terikat dan variabel bebas
dapat dilihat pada tabel berikut ini :
Tabel 15. Nilai Uji Korelasi Secara Simultan
Uji Rank Spearman
Correlation Coefficient 0,735
Sig. (2-tailed) 0,000
N 65
Sumber: Hasil pengelolahan SPSS Vers. 24, 2023

Dari tabel di atas kita dapat mengatahui bahwa dilihat dari nilai Correlation
Coefficient sebesar 0,735 artinya Varibel bebas (X) secara bersama-sama mempunyai
hubungan yang kuat (cukup tinggi) terhadap variabel terikat (Y).
Penjabaran hasil diatas, dapat disimpulkan hasil output SPSS pada Tabel berikut
ini:
Tabel 16. Pengujian Hubungan Antar Variabel
Hubungan Koefisien Kolerasi Tingkat Korelasi
Karakteristik Petani (X1) dengan Minat 0,439 Sedang
Petani (Y)
Teknologi Nutrisi Hidroponik (X2) dengan 0, 654 Kuat
Minat Petani (Y)
Penyuluhan Pertanian (X2) dengan Minat 0,757 Kuat
Petani (Y)
Penggunaan Nutrisi Organik (X) dengan 0,735 Kuat
Minat Petani (Y)
Sumber: Hasil pengelolahan SPSS Vers. 25, 2023

45
Uji Hipotesis

Kriteria pengambilan keputusan dengan tingkat kepercayaaan 95 % (α=0,05) adalah


sebagai berikut:
a. Jika sig. ≥ (α=0,05) maka Ho ditolak, artinya tidak ada hubungan minat petani dalam
menggunakan nutrisi hidroponik organik budidaya sayuran.
b. Jika sig.< (α=0,05) maka Ho diterima,artinya ada hubungan minat petani dalam
menggunakan nutrisi hidroponik organik budidaya sayuran
(Besarnya 0,05 karena taraf signifikansi sebesar 5%)
Keputusan : Karena nilai Sig. (2-tailed) 0,000 (spearman) adalah lebih kecil dari
0,05, maka dapat dinyatakan bahwa variabel bebas (X) dengan Variabel terikat (Y) secara
signifikan berkorelasi. Hal ini berarti hipotesis yang menyatakan “Ada hubungan antara
minat petani dalam menggunakan nutrisi hidroponik organik budidaya sayuran” diterima.

Hasil Analisi Strategi Peningkatan Minat Petani Dalam Menggunakan Nutrisi


Hidroponik Organik Budidaya Sayuran di Kecamatan Setu Kota Tangerang Selatan

Kegiatan Penyuluhan
Rancangan Penyuluhan

Perancangan penyuluhan merupakan suatu rangkaian kegiatan yang mana di


dalamnya terdapat sasaran penyuluhan, tujuan penyuluhan, metode penyuluhan, dan media
penyuluhan, adapun tujuan dari rancangan penyuluhan ini adalah mengetahui minat petani
terhadap pelatihan penggunaan nutrisi organik pada hidroponik sayuran di Kecamatan Setu
Kota Tangerang Selata. Penyusunan rancangan penyuluhan pada kajian ini berdasarkan
padakeadaan umum wilayah dan hasil penelitian.

Sasaran penyuluhan
Sasaran dari penyuluhan ini adalah anggota kelompok yang berumur sekitar 22 - 64
tahun yang mana usia tersebut merupakan usia produktif manusia. Penentuan sasaran
penyuluhan menggunakan teknik purposive sampling dengan kata lain penentuan sasaran
dilakukan atas dasar kesengajaan, pada teknik purposive sampling tersebut diberikan
kriteria sebagai berikut:

46
a. Merupakan anggota aktif yang mengikuti kegiatan penyuluhan di kelompok tani
yang berada di Wilayah Kecamatan Setu
b. Kelompok tani yang berusaha budidaya sayur dengan sistem hidroponik

Tujuan Penyuluhan
Tujuan penyuluhan ini adalah setelah mengikuti penyuluhan penggunaan nutrisi
organik pada hidroponik sayuran, anggota kelompok tani Lestari diharapkan
keterampilanya meningkat sebesar 80%, dengan target 65 anggota terampil dan diketahui
dalam waktu 30 hari setelah penyuluhan dilaksanakan sehingga nantinya dapat
mengetahui seberapa terampil anggota kelompok tani dalam penggunaan nutrisi organik
pada hidroponik sayuran. Dalam hal ini juga ditetapkan tujuan penyuluhan dilakukan
mengacu pada kaidah SMART, yaitu sebagai berikut :
1. SPECIFIC (khusus) artinya penyuluhan memberikan capaian khusus dan pemahaman
kepada petani dalam penggunaan nutrisi organik pada hidroponik sayuran.
2. MEASURABLE (dapat diukur) dalam hal ini adalah suatu pencapaian petani dalam
penggunaan nutrisi organik pada hidroponik sayuran. Didapatkan hasil 80% petani
terampil dalam penggunaan nutrisi organik pada hidroponik sayuran dan berada pada
tahap problem solving menurut indikator dari teori robbins
3. ACTIONARY (dapat dilakukan) adalah penyuluhan mengenai penggunaan nutrisi
organik pada hidroponik sayuran melalui metode ceramah,demonstrasi cara dan
diskusi yang dilakukan melalui pendekatan kelompok serta diharapkan dapat
menjawab materi penyuluhan yang diberikan.
4. REALISTIC (nyata) dalam hal ini adalah bukti nyata atau implemntasi dari
penyuluhan mengenai penggunaan nutrisi organik pada hidroponik sayuran dihasilkan
kemahiran dalam hal budidaya hidroponik yang baik dan benar.
5. TIME FRAME(jangka waktu) artinya pada pelaksanakan penyuluhan pada tanggal 27
mei sampai 3 juni 2023 dengan hasil yang diharapkan petani bisa termapil dalam
penggunaan nutrisi organik pada hidroponik sayuran.

Materi penyuluhan
Adapun penetapan materi penyuluhan berdasarkan hasil analisis data yang
diperoleh dari jawaban quisioner adalah mengenai penggunaan nutrisi organik pada
hidroponik sayuran, dengan pertimbangan seperti tabel di bawah ini:
47
Tabel 17. Nilai Correlation Coefficient Korelasi Rank Spearman’s Indikator Bebas
(Xn) Terhadap Variabel Terikat (Y)

Indikator Correlation Coefficient


X1.1 0,433
X1.2 0,369
X1.3 0,367
X2.1 0,490
X2.2 0,572
X2.3 0,443
X2.4 0,544
X3.1 0,560
X3.2 0,365
X3.3 0,713
X3.4 0,696
Sumber: Hasil pengelolahan SPSS Vers. 24, 2023

Berdasarkan tabel di atas bahwa seluruh variabel dari indikator yang berhubungan
dengan minat adalah sebagai berikut
1. Penyuluhan kelompok bisa meningkatkan minat saya untuk pembuatan nutrisi
hidroponik organik, tetapi saya belum bisa mempraktekannya (X3.3) dengan koefesien
korealasi 0,713 atau berhubungan kuat dengan minat petani
2. Penyuluhan perorangan seperti anjangsana bisa meningkatkan keterampilan untuk
mempraktekan pembuatan nutrisi hidroponik organik (X3.4) dengan koefesien
korealasi 0,696 atau berhubungan kuat dengan minat petani
3. Sarana prasarana untuk instalasi hidoponik (X2.2) dengan koefesien korealasi 0,572
atau berhubungan kuat dengan minat petani
Pemilahan materi yang akan disampaikan pada petani di Kecamatan Setu Kota
Tangerang Selatan dengan dasar pertimbangan nilai koefesien korelasi yang besar karena
semakin besar kekuatan hubungan indikator maka semakin besar pula terhadap
peningkatan petani untuk menggunakan nutrisi hidroponik organik.

Media Penyuluhan
Penetapan media penyuluhan menggunakan media penyuluhan berupa peta singkap
dan benda praktek. Alasan penggunaan kedua media penyuluhan tersebut dikarenakan
benda praktik dapat menjelaskan dari peryataan penyaji. diharapkan sasaran dapat belajar
dan mempraktekanya. Sedangkan pemilihan peta singkap dikarenakan dukungan dari ketua
sarana dan prasarana yang sudah terpenuhi dilakukanya penyuluhan.

48
Metode Penyuluhan
Pada kajian ini penetapan metode penyuluhan menggunakan metode penyuluhan
dengan pertemuan kelompok di dalamnya mencakup (ceramah,demonstrasi cara serta
diskusi) hal ini didasarkan agar proses penyuluhan berjalan secara efektif dan petani dapat
berpartisipasi secara aktif, untuk meningkatkan keterampilan petani maka materi praktek
dilaksanakan dengan metode penyuluhan perorangan.

Implementasi Penyuluhan
Implementasi penyuluhan merupakan pelaksanaan penyuluhan secara nyata sesuai
dengan rancangan penyuluhan yang sudah ditetapkan dan pada pelaksanaanya didasarkan
pada materi, metode dan media penyuluhan yang sudah disusun sebelumnya.
Persiapan penyuluhan

Adapun kegiatan yang perlu dipersiapakan antara lain:


a. Persiapan Lembar Persiapan Menyuluh (LPM)
b. Membuat sinopsi materi penyuluhan
c. Penentuan metode penyuluhan
d. Serta penentuan media penyuluhan
e. Berita acara dan daftar hadir penyuluhan
f. Melakukan koordinasi dengan ketua kelompok dan coordinator penyuluh setempat
guna menentukan waktu dan tempat dilakukanya penyuluhan.
Hal ini disusun dan disesuaikan berdasarkan karateristik dan keadaan wilayah di
lokasi penyuluhan.

Pelaksanaan Penyuluhan
Kegiatan pelaksanaan penyuluhan dilakukan pada Tanggal 27 mei 2023 yang
berlokasi di BPP Jombang Kota Tangerang Selatan, dengan peserta berjumlah 30 anggota
kelompok tani. Kegiatan penyuluhan yang bertujuan untuk meningkatkan minat dan
keterampilan petani tentang cara penggunaan nutrisi organik pada hidroponik sayuran.
Penyuluhan dilaksanakan dengan pertemuan kelompok melalui
ceramah,demonstrasi cara serta diskusi kelompok. Pelaksanaan penyuluhan cukup aktif
dimana ada sesi tanya jawab yang merupakan ajang bertukar pikiran antara penyuluh dan
audiens. Penggunaan media penyuluhan berupa peta singkap untuk menunjang kegiatan
49
penyuluhan yang dilakukan. Untuk penyuluhan perorangan maka media penyuluhan yang
digunakan adalah barang sesungguhnya.

Evaluasi Penyuluhan Pertanian


Tujuan Evaluasi Penyuluhan
Tujuan dari dilakukanya evaluasi penyuluhan adalah untuk mengukur dan melihat
tingkat keterampilan petani pada materi penyuluhan yaitu penggunaan nutrisi organik pada
hidroponik sayuran. Evaluasi dalam kajian ini menggunakan evaluasi sumatif atau evaluasi
hasil yang artinya evaluasi yang mengukur dampak dari kegiatan yang telah dilaksanakan.

Instrumen Evaluasi Penyuluhan


Instrument evaluasi merupakan pedoman guna merumuskan pertanyaan dan
pernyataan dari masing masing indikator. Agar kuisoner tepat dan sesuai yang dirumuskan
maka dibutuhkan kisi kisi instrument.
Hasil Evaluasi Penyuluhan
Evaluasi Tingkat Minat
Pengukuran hasil instrument evaluasi tingkat minat dilakukan dengan tujuan
mengetahui minat petani sebanyak 30 orang yang hadir pada penuluhan penggunaan nutrisi
organik pada hidroponik sayuran. Evaluasi penyuluhan dilakukan pada saat awal dan akhir
sesi kegiatan penyuluhan dan satu minggu kemudian, hal ini dimaksudkan guna melihat
minat petani. Pada analisis data evaluasi tingkat minat menggunakan analisis data
kuantitatif dengan skala likert, guna mengetahui tingkat keterampilan petani dilakukan
menggunakan sistem ceklist, yang mana pada pengukuranya dinyatakan sebagai berikut :
1. Jika petani dalam melakukan penggunaan nutrisi organik pada hidroponik sayuran dapat
dikatakan sangat terampil berdasarkan indikator yang sudah ditetapkan maka
mendapatkan nilai 5
2. Jika petani dalam melakukan penggunaan nutrisi organik pada hidroponik sayuran dapat
dikatakan terampil berdasarkan indikator yang sudah ditetapkan maka mendapatkan nilai
4
3. Jika petani dalam melakukan penggunaan nutrisi organik pada hidroponik sayuran dapat
dikatakan cukup terampil berdasarkan indikator yang sudah ditetapkan maka
mendapatkan nilai 3
4. Jika anggota petani dalam melakukan penggunaan nutrisi organik pada hidroponik
50
sayuran dilihat belum terampil berdasarkan indikator yang sudah ditetapkan maka
mendapatkan nilai 2
5. Jika anggota petani dalam melakukan penggunaan nutrisi organik pada hidroponik
sayuran dilihat hanya hadir dan tidak melaksanakan berdasarkan indikator yang sudah
ditetapkan maka mendapatkan nilai 1.
Dari keterampilan responden bisa ditarik kesimpulan dengan menggunakan rumus
sebagai berikut :
Skor maksimum = skor tertinggi x jumlah butir x jumlah responden
Skor maksimum = 5 x 8 x 30
Skor maksimum = 1200
Skor Mininum = skor terendah x jumlah butir x jumlah responden
Skor Mininum = 1 x 8 x 30
Skor Mininum = 240

Apabila didistribusikan pada garis kontinum, maka terlihat posisi aspek minat
sasaran penyuluhan, sebagai berikut:
240 432 624 816 1008 1200

HD BT CT T ST
Keterangan :

Sangat Terampil (ST) =5

Terampil (T) =4

Cukup Terampil (CT) =3

Belum Terampil (BT) =2


Hanya Hadir (HD) =1

Berdasarkan data di atas didapatkan skor 960, untuk mengetahui persentase dihitung menggunakan

rumus sebagai berikut:

51
Nilai keterampilan = 960 X 100
1200

Nilai keterampilan = 80%


Berdasarkan data hasil analisis di atas bisa dikatakan tingkat minat petani
didapatkan perolehan nilai total minat jika dipersentasekan sebanyak 80%, menurut garis
kontinum ha ini bisa dikatakan dalam antara kategori terampil dan sangat terampil dan
cenderung mendekat kea rah sangat terampil. Sejalan dengan teori yang diungkapkan oleh
robbins (2000) pada aspek keterampilan dikategorikan menjadi 4, yaitu :
1. Basic literacy skill
2. Technical skill
3. Interpersonal skill
4. Problem solving
Pengelompokanya bisa dilihat pada tabel berikut :
Tabel 18. Pengelompokan Responden Berdasarkan Teori Robbins
No Kategori Interval Jumlah Persentase (%)
Skor (Orang)
1 Basic literacy skill 24-25 1 3
2 Technial skill 26-27 2 7
3 Interpersonal skill 28-29 3 10
4 Problem solving 30-31 24 80
Jumlah 30 100
Sumber: Hasil pengelolahan Microsoft Excel, 2023

Berdasarkan tabel di atas kategori tertinggi terletak pada problem solving


yang mana biisa dikatakan sasaran mampu untuk memecahkan permasalahan yang dihadapi
dilapangan dengan mandiri berdasarkan ilmu yang sudah didapatkan.
Jika ditarik garis kontinum menurut teori robbins pada aspek minat adalah
sebagai berikut :

0% 50% 75% 100%

80%

Basic technical interpersonal Problem


Literacy skill skill skill solving

52
Berdasarkan hasil analisis data di atas diperoleh hasil nilai pada aspek minat sebesar
81%, hal ini dapat menjawab tujuan penyuluhan yang ditetapkan diawal yaitu sebesar
80%. Jika diasumsikan berada pada kategori sangat terampil dan berada pada tahap
problem solving. Bila dikaitkan dengan keadaan dilapangan bahwa petani mampu untuk
penggunaan nutrisi organik pada hidroponik sayuran sesuai dengan materi penyuluhan
yang di sampaikan serta petani sanggup untuk memecahkan masalah dan mencari jalan
keluar atas masalah tersebut, dibuktikan ketika dengan petani mampu menangani
permasalahan layu pada persemaian, penanganan hama dan penyakit serta cara pasca
panen yang baik dan benar. Hal ini sejalan dengan teori yang diungkapkan oleh robbins
(2000) pada tingkatan evaluasi keterampilan bahwa petani dikatakan terampil bila sudah
berada pada tahap problem solving yang mana pada tahap tersebut seorang individu dapat
mencari jalan keluar bila ditemukan permasalahan yang ada.

Rencana Tindak Lanjut


Rencana tindak lanjut adalah anjuran yang diberikan berdasarkan hasil penyuluhan
dan hasil evaluasi penyuluhan tentang minat.

53
STRATEGI PENINGKATKAN MINAT PETANI DALAM PENGGUNAAN
NUTRISI HIDROPONIK ORGANIK BUDIDAYA SAYURAN

Materi Penyuluhan

Kegiatan penyuluhan mengenai minat petani terhadap penggunaan nutrisi


hidroponik organik di Kecamatan Setu deangan tujuan memberikan pengetahuan dan
wawasan kepada petani hidroponik. Yang dilaksanakan mualai pada tanggal 3 Mei 2023,
dilaksanakan dengan agenda pertemuan kelompok melalui ceramah, demontrasi cara dan
diskusi, penggunaan media peta singkap sebagai media penyuluhannya serta dihadiri oleh
30 orang sebagai sasaran penyuluhan.
Penyuluhan dilaksanakan sebanyak 4 kali pertemuan dengan rincian
pelaksanaannya sebagai berikut :
1. Menjelaskan secara singkat mengenai definisi pengertian nutrisi organik dan
keuntungan menggunakan nutrisi organik dengan media peta singkap dan leaflet,
dilanjutkan dengan diskusi secara tanya jawab agar memberikan para petani
memberikan tanggapan mengenai materi penyuluhan.
2. Menjelaskan secara singkat mengenai alat dan bahan serta cara pembuatan nutrisi
organik dengan media peta singkap dan leaflet, dilanjutkan dengan diskusi secara tanya
jawab agar memberikan para petani memberikan tanggapan mengenai materi
penyuluhan.
3. Melaksanakan praktek cara pembuatan nutrisi organik dengan media barang
sesungguhnya, dilanjutkan dengan diskusi secara tanya jawab agar memberikan para
petani memberikan tanggapan mengenai materi penyuluhan.
4. Melaksanakan praktek cara penggunaan nutrisi organik dengan media barang
sesungguhnya, dilanjutkan dengan diskusi secara tanya jawab agar memberikan para
petani memberikan tanggapan mengenai materi penyuluhan.

Evaluasi Penyuluhan

Kegiatan evaluasi penyuluhan yang dilakukan melalui pertemuan kelompok


dengan cara menilai keterampilan sasaran yaitu petani yang tergabung kelompok tani di
Kecamatan Setu Kota Tangerang Selatan dan dilaksanakan pada tanggal 3 Juni 2023, data
yang diperoleh dari instrument evaluasi penyuluhan kemudian dilakukan tabulasi data dan

54
perhitungan serta pengkategorian sehingga didapatkan data yang sesuai dengan evaluasi
tingkat keterampilan.
Berdasarkan hasil evaluasi tingkat keterampilan dimana banyak didominasi
petani pada kategori sangat terampil dengan persentase 80% atau sebanyak 24 wanita tani
dalam pemahamanya mengenai cara pada penggunaan nutrisi hidroponik organik . Hal ini
sejalan menurut robbins (2000) yang mana menyelesaikan masalah adalah proses aktivitas
untuk menjalankan logika, berargumentasi dalam penyelesaian masalah serta kemampuan
untuk mengetahui penyebab dan menganalisa serta memilih penyelesaian yang baik.

Rencana Tindak lanjut

Rencana tindak lanjut hasil pelaksanaan penyuluhan dan hasil evaluasi


penyuluhan tentang minat petani dalam penggunaan nutrisi hidroponik organik budidaya
sayuran di Kecamatan Setu Kota Tangerang Selatan
sebagai berikut :
1. Menyusun materi penyuluhan pertanian.
2. Melaksanakan Penyuluhan baik pertemuan kelompok maupun perorangan
3. Melakukan koordinasi dengan penyuluh pertanian lainnya dengan Koordinator BPP
Jombang Kota Tangerang Selatan
4. Menyusun laporan dalam bentuk Karya Ilmiah Penugasan Akhir
5. Menyampaikan informasi pelaksanaan dan hasil penelitian kepada Kepala Dinas
Pertanian dan Ketahanan Pangan Kota Tangerang.
6. Merekomendasikan kepada peneliti selanjutnya untuk memperdalam dari faktor
pemasaran sayur hidroponik organik.

55
SIMPULAN DAN SARAN

Simpulan

Berdasarkan hasil dan pembahasan pada penelitian ini, didapatkan kesimpulan


sebagai berikut :
1. Analisis deskriptif petani sebaran petani Kecamatan Setu rata-rata berusia 40-63
tahun sebanyak 54% umur produktif memiliki semangat dan kemampuan bekerja
jauh lebih maksimal, sedangkan sebaran tingkat pendidikan SMA sebanyak 49% hal
ini akan mempengaruhi sejauh mana tingkat pengetahuan petani serta seberapa luas
wawasan yang dimiliki, selanjutnya lama usahatani petani <10tahun sebanyak 49%
ini menunjukan bahwa semakin lama pengalaman semakin banyak petani
mengalami proses belajar, dan yang terakhir adalah skala usaha yang dilaksanakan
adalah petani yang memiliki lubang tanam pada instalasi hidropinik dengan jumlah
antara 200 – 500 lubang sebesar 57% ini menyebabkan petani sering kali
menerapkan inovasi baru yang petani didapatkan baik dari pamaren maupun media
digital. Petani kerap melakukan uji coba inovasi baru diantaranya pemilihan
komoditas yang dianggap baru sesuai dengan permintaan pasar. Dari uraian ini bisa
dikatakan bahwa petani memiliki minat untuk meningkatkan kapasitas pengetahuan
dan keterampilan yang dimiliki petani.
2. Faktor-faktor yang mempengaruhi hubungan minat petani dalam menggunakan
nutrisi hidroponik organik budidaya sayuran di Kecamatan Setu Kota Tangerang
Selatan, secara parsial hubungan Karakteristik Petani dengan Minat Petani adalah
0,439 yang artinya besaran hubungannya sedang, selanjutnya hubungan Teknologi
Nutrisi Hidroponik dengan Minat Petani adalah 0, 654 yang artinya besaran
hubungannya cukup tinggi. Terakhir adalah hubungan Penyuluhan Pertanian dengan
Minat Petani yang menunjukkan angka sebesar 0,757, angka ini memiliki hubungan
cukup tinggi sedangkan secara simultan dengan melihat Correlation Coefficient
sebesar 0,735 artinya Varibel bebas (X) secara bersama-sama mempunyai hubungan
yang kuat (cukup tinggi) terhadap variabel terikat (Y) sehingga Keputusan : Karena
nilai Sig. (2-tailed) 0,000 (spearman) adalah lebih kecil dari 0,05, maka dapat
dinyatakan bahwa variabel bebas (X) dengan Variabel terikat (Y) secara signifikan
berkorelasi. Hal ini berarti hipotesis yang menyatakan “Ada hubungan antara minat
petani dalam menggunakan nutrisi hidroponik organik budidaya sayuran” diterima.

56
3. Hasil analisis data di atas diperoleh hasil nilai pada aspek minat sebesar 81%, hal ini
dapat menjawab tujuan penyuluhan yang ditetapkan diawal yaitu sebesar 80%.
Jika diasumsikan berada pada kategori sangat terampil dan berada pada tahap
problem solving. Bila dikaitkan dengan keadaan dilapangan bahwa petani mampu
untuk penggunaan nutrisi organik pada hidroponik sayuran sesuai dengan materi
penyuluhan yang di sampaikan serta petani sanggup untuk memecahkan masalah
dan mencari jalan keluar atas masalah tersebut, dibuktikan ketika dengan petani
mampu menangani permasalahan layu pada persemaian, penanganan hama dan
penyakit serta cara pasca panen yang baik dan benar.

Saran

Dengan adanya faktor lain yang mempengaruhi hubungan antara minat petani
dengan penggunaan nutrisi hidroponik organik diluar variabel yang dikaji pada
penelitian ini maka diharapkan penelitian yang akan datang memasukkan variabel lain.

57
DAFTAR PUSTAKA

Brunner, E. dan Hsin Pao Yang, E. 2004. Amerika Pedesaan dan Layanan Ekstensi,
Universitas Columbia.http/: www. Wikimedia Foundation, Inc.com.
Diakses pada tanggal 30 Nopember 2022.

Departemen Pertanian. 2007. Pedoman Pembinaan Kelembagaan Petani.


http://www.deptan.go.id/bpsdm/peraturan/Permentan%202732007%20
Lampiran%201.PDF. Diakses pada tanggal 19 Oktober 2022.

Djaali, Haji. 2011. Psikologi Pendidikan. Jakarta: Bumi Aksara

Fatkhurrohman, Muhammad dan Sulistyorini. 2012. Belajar dan Pembelajaran.


Yogyakarta: Teras

Hendra, Heru Agus dan Andoko, Agus.2014. Bertanam Sayuran Hidroponik Ala
Paktani Hydrofarm. Jakarta: Agromedia Pustaka

Hermanto, & Swastika, D. K. S. (2011). Penguatan kelompok tani: langkah awal


peningkatan kesejahteraan petani. Jurnal Analisis Kebijakan Pertanian, 9(4),
371-390.Bogor.

Jarmie, MJ. 2000. Peranan Ilmu Penyuluhan Menuju Pembangunan Pertanian yang
Berwawasan Agribisnis dalam Pemberdayaan Sumberdaya Manusia
Menuju Terwujudnya Masyarakat Madani.Bogor : Institut Pertanian Bogor.

Kartasapoetra, A. G. 1994. Teknologi Penyuluhan Pertanian. Bumi Aksara. Jakarta.

Kerlinger, Fred N. 1973. Asas-Asas Penelitian Behavioral.Yogyakarta : Gadjah Mada


University Press.

Mandasari, 2014.Analisis Hubungan Good Corporate Governance Terhadap Ketepatan


Waktu Pelaporan Keuangan. Universitas Bina Nusantara. Jakarta

Mardikanto, T. 2009. Sistem Penyuluhan di Indonesia. Sebelas Maret University Press.


Surakarta. Najib, M. Rahwita, H. (2010).“Peran Penyuluhan Petani Dalam
Pengembangan Kelompok Tani Di Desa Bukit Raya Kecamatan
Tenggarong”. Jurnal Ziraa’ah. Vol 28. Hal:116-127. Universitas
Mulawarman.

.2001. Prosedur Penelitian Penyuluhan Pembangunan.Surakarta :


Prima Theresia Pressindo.

.1993. Penyuluhan Pembangunan Pertanian. Surakarta : Sebelas Maret


University.

Mosher, A.T.1996.Getting Agriculture Moving.New York : A Praeger,Inc. Publisher.

Najib, M. dan Rahwita, H. 2010.Peran Penyuluhan Petani Dalam Pengembangan


Kelompok Tani Di Desa Bukit Raya Kecamatan Tenggarong. Jurnal
Ziraa’ah. Vol 28. Hal:116-127. Universitas Mulawarman.

58
Nuryanti dan Swastika, 2011.Peran Kelompok Tani Dalam penerapan Teknologi
Pertanian.Forum Penelitian Agroekonomi.Volume 29 No.2. Yogyakarta

Ode, 2014.Jurnal Ilmu Pertanian Indonesia. Publisher: Iinstitut Pertanian Bogor.

Peraturan Kepala Badan Penyuluhan dan Pengembangan Sumber Daya Manusia


Pertanian Nomor 168 Tahun 2011.Tentang Petunjuk Pelaksanaan Penilaian
Kemampuan Kelompoktani.

Peraturan Menteri Pertanian Nomor 273 Tahun 2007.Tentang Pedoman Pembinaan


Kelembagaan Petani.

PeraturanMenteriPertanianNomor82Tahun2013.TentangPedomanPembinaan Kelompok
Tani dan Gabungan Kelompok Tani. BKP5K Kabupaten Bogor(ID)

Priyatno, Duwi. 2012. Cara Kilat Belajar Analisis Data Dengan SPSS 20. Yogyakarta :
CV Andi Offset.

. 2014. SPSS 22 Pengolah Data terpraktis. Yogyakarta : Penerbit Andi.

Rahayu, Wahyu Reni Kusumaning. 2008. Perencanaan Aplikasi Sistem Pakar Untuk
Mendiagnosa Difisiensi Nutrisi Tanaman Pada Hidoponik Pertanian
Berbasis Web. Skripsi. Malang: Jurusan Teknik Informatika Fakultas Sains
Dan Teknologi Universitas Islam Negeri Malang 2008

Rusadi, Dwiko Septiyadi. 2015. Pengaruh Sosial Ekonomi Terhadap Minat Pemuda
Dalam Beternak Sapi Potong Di Desa Bonto Cinde Kecamatan Bissappu
Kabupaten Bantaeng. Skripsi. Makassar: Jurusan Sosial Ekonomi
Peternakan Fakultas Peternakan Universitas Hasanuddin Makassar

Samsudin. 1982. Dasar-Dasar Penyuluhan danModernisasi Pertanian. Bina


cipta.Bandung.

Singarimbun, Masri dan Sofian Effendi. 2006. Metode Penelitian Survei


(Editor).Jakarta : LP3ES.

Soedardjo dan Mashuri. 2000. Peningkatan Produktifitas, Kualitas dan Efisiensi Sistem
Produksi Tanaman Kacang-Kacangan dan Umbi-umbian menujuKetahanan
Pangan dan Agribisnis: Prosiding Seminar Hasil Penelitian. Bogor:
PUSLITBANGTAN, 2002: P. 360-371.

Suhardiyono (1992). Penyuluhan Petunjuk Bagi Penyuluh Pertanian .jakarta.


Erlangga

Suhardiyono.1989. Petunjuk Bagi Penyuluh Pertanian. Jakarta: PenerbitErlangga.

Sugiyono. 2007. Metode Penelitian Bisnis. Edisi Revisi. CetakanKedelapan. Bandung :


Alpabeta.

. 2012. Statistik Nonparametrik Untuk Penelitian. Bandung : Alfabeta.

59
. 2012. Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif dan R&D. Bandung :
Alfabeta.

Suryani, Reno. 2015. Hidroponik Budidaya Tanaman Tanpa Tanah. Yogjakarta: PT


Pustaka Baru

Rianse, Usman dan Abdi. 2008. Metodologi Penelitian Sosial dan Ekonomi. Bandung :
Alfabeta.

Riduwan. 2009. Belajar Mudah Penelitian. Bandung : Alfabeta.

. 2010. Belajar Mudah Penelitian untuk Guru- Karyawan dan Peneliti


Pemula.Bandung :Alfabeta.

Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 16 Tahun 2006 Tentang Sistem


Penyuluhan Pertanian, Perikanan Dan Kehutanan (SP3K).

Van Den Ban, A.W dan Hawkins, 1999. Penyuluhan Pertanian. Kanisius.Yogyakarta

Wulansari, Asri Norma Dewi. 2012. Pengaruh Macam Larutan Nutrisi Pada Hidroponik
Sistem Rakit Apung Terhadap Pertumbuhan Dan Hasil Baby Kailan
(Brassica oleraceae var. Alboglabra). Skripsi. Surakarta: Program Studi
Agronomi Fakultas Pertanian Univeritas Sebelas Maret Surakarta 2012

60
Lampiran 1. Jadwal Palang

April Mei Juni


No Uraian
1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4

1.  Survai
Lokasi
 Laporan
Kepada Intasi
Terkait
 Penjelasan
maksud dan
tujuan KIPA
Kepada
Kelompoktani
2.  Pengambilan
Data
Sekunder dan
data primer
3.  Manganalisis
Data
4.  Bimbingan
tentang KIPA
dengan
Pembimbing
intern dan
ekstern
 Pembuatan
rancangan
penyuluhan
 Penetapan
materi
penyuluhan
5.  Kegiatan
Penyuluhan
6.  Penyusunan
KIPA
 Seminar hasil
 Uji
Komperhesif

61
Lampiran 2. Kuisioner Penelitian

1. Petunjuk Pengisian
a) Mohon angket ini oleh Bapak/Ibu/Sdr/i untuk menjawab seluruh pertanyaan
yang ada.
b) Berilah tanda (X) pada jawaban yang paling sesuai dengan keadaan yang
sebenarnya.
c) Ada Lima (5) alternatif jawaban untuk setiap variabelnya yaitu:
5= Sangat Setuju (SS)
4= Setuju (S)
3= Ragu - ragu (R)
2= Tidak Setuju (TS)
1= Sangat Tidak Setuju (STS)
2. Karakteristik Responden
a. Nomor Responden : .........................................
b. Jenis Kelamin : Laki-laki/Perempuan
c. Kelompoktani : .........................................
d. Jabatan dalam kelompoktani : Ketua/Bendahara/Sekertaris/anggota
e. Pendidikan Terakhir : .........................................
f. Komoditas yang diusahakan : .........................................

62
Isilah Pernyatan-Pernyataan Berikut Dengan Tanda Menggunakan Check List (√) Pada
Kolom.

Jawaban.

Daftar Kuisioner minat petani dalam menggunakan nutrisi hidroponik organik


budidaya sayuran di Kecamatan Setu Kota Tangerang Selatan Provinsi Banten
Kuisioner minat petani dalam menggunakan nutrisi hidroponik organik budidaya
sayuran di Kecamatan Setu Kota Tanggerang Selatan
A. Varibel Bebas (Varibel X)

1. Karakteristik Petani
No Pertanyaan SS S R TS STS SKOR

1 Saya berpendapat bahwa usia tidak


mempengaruhi dalam melaksanakan
hidroponil organik

2 Saya berpendapat bahwa hidroponok organik


bisa dilaksanakan oleh semua jenjang tingkat
pendidikan

3 Saya berpendapat bahwa hidroponik organik


sangat mudah dilaksanakan

4 Saya berpendapat bahwa hidroponik organik


bisa dilaksanakan dengan kepemilikan semua
jumlah lubang tanam

2. Teknologi Nutrisi Hidroponik


No Pertanyaan SS S R TS STS SKOR

1 Saya memperhatikan nutrisi hidroponik


organik tersedia disekitar kita

2 Saya memperhatikan sarana prasarana untuk


instalasi hidoponik mudah dicari

3 Saya berpendapat nutrisi hidroponik organik


bisa lebih murah dibandingkan dengan AB
Mix

4 Saya mengamati pembuatan nutrisi


hidroponik organik mudah untuk dibuat

5 Saya mengamati proses pembuatan nutrisi


hidroponik organik bisa dilaksanakan

63
3. Penyuluhan Pertanian
No Pertanyaan SS S R TS STS SKOR

1 Saya memahami materi penyuluhan untuk


membuat nutrisi hidroponik organik

2 Dengan media penyuluhan Saya bisa


mempelajari dan mencoba pembuatan nutrisi
hidroponik organik

3 Metode penyuluhan kelompok bisa


meningkatkan minat saya untuk pembuatan
nutrisi hidroponik organik, tetapi saya belum
bisa mempraktekannya

4 Metode penyuluhan perorangan seperti


anjangsana bisa meningkatkan keterampilan
Saya untuk mempraktekan pembuatan nutrisi
hidroponik organik

5 Saya lebih memahami penerapan nutrisi


hidroponik organik setelah mengikuti
penyuluhan pertanian

6 Saya lebih menguasai pembuatan nutirisi


hidroponik organik karena sering mengikuti
penyuluhan

B. Varibel Terikat (Varibel Y)


4. Perasaan Senang
No Pertanyaan SS S R TS STS SKOR

1 Saya semangat dalam melakukan praktek


pembuatan nutrisi hidroponik organik
budidaya tanaman sayur

2 Saya senang melaksanakan hidroponil


organik

3 Saya senang ikut serta dalam pembuatan


nutrisi hidroponik organik

4 Saya merasa senang dalam mempersiapkan


bahan pembutan nutrisi hidroponik organik

64
5. Menarik Perhatian
No Pertanyaan SS S R TS STS SKOR

1 Saya memperhatikan ukuran permbuatan


nutrisi hidroponik organic

2 Saya memperhatikan kebersihan media

3 Saya mengamati proses pembuatan nutrisi


hidroponik organic

4 Saya mengamati kondisi tempat praktek

5 Saya mengamati prosedur pembuatan nutrisi


hidroponik organik

6. Kesadaran
No Pertanyaan SS S R TS STS SKOR

1 Saya berusaha untuk membuat nutrisi


hidroponik organic

2 Saya sadaran dalam memilih bahan


pembuatan nutrisi hidroponik organic

3 Kesadaran untuk budidaya hidroponik


organik

7. Kemauan
No Pertanyaan SS S R TS STS SKOR

1 Membantu dalam pembuatan nutrisi


hidroponik organic
2 Mengetahui alat dan bahan pembuatan nutrisi
hidroponik organic

3 Kemauan untuk belajar membuat nutrisi


hidroponik organik

65
Lampiran 3. Rekapitulasi Jawaban Responden
No.
Responden X1.1 X1.2 X1.3 X2.1 X2.2 X2.3 X2.4 X3.1 X3.2 X3.3 X3.4
R1 2 2 2 2 2 3 2 2 2 2 2
R2 4 5 5 4 4 4 4 4 5 5 5
R3 5 5 4 5 5 5 4 4 4 4 5
R4 3 3 4 3 3 4 3 3 4 3 3
R5 5 5 5 4 4 5 5 5 4 5 5
R6 2 3 4 4 3 3 4 4 3 2 3
R7 5 4 4 5 4 5 5 4 5 5 4
R8 4 3 4 4 3 3 4 3 4 3 3
R9 4 3 3 4 4 4 4 2 5 4 5
R10 4 3 3 3 4 4 3 3 4 2 3
R11 2 3 3 3 4 2 4 4 4 4 4
R12 3 3 4 4 5 4 5 4 5 5 2
R13 5 5 3 5 5 4 5 4 4 5 4
R14 3 3 4 4 4 3 4 4 3 4 3
R15 4 4 2 4 4 3 4 4 4 4 4
R16 3 3 3 3 4 4 3 3 4 3 3
R17 5 5 5 5 4 4 5 5 5 4 5
R18 2 3 4 4 4 5 4 4 3 5 5
R19 3 3 3 2 4 2 3 3 4 3 2
R20 4 3 4 3 4 4 4 5 4 4 4
R21 4 3 3 4 4 4 4 4 3 3 3
R22 3 3 2 3 3 3 3 3 3 3 3
R23 2 3 3 2 3 3 3 2 2 2 2
R24 3 4 4 4 4 3 4 5 4 4 5
R25 2 2 2 3 4 2 4 4 5 5 3
R26 3 3 2 2 2 2 2 2 2 2 2
R27 4 2 2 4 2 4 3 4 4 4 4
R28 3 2 2 4 3 3 2 2 3 3 2
R29 3 3 3 4 4 3 4 4 3 4 4
R30 2 3 4 4 4 3 4 3 4 4 2
R31 2 4 4 4 5 3 3 4 4 2 4
R32 5 5 4 5 4 2 4 3 4 2 2
R33 3 5 4 3 4 4 5 4 5 2 3
R34 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5
R35 3 3 3 3 3 4 4 4 4 4 2
R36 4 3 4 3 4 3 4 3 5 3 3
R37 4 5 5 5 5 5 4 5 5 5 5
R38 4 4 4 4 4 3 4 5 4 4 4
R39 2 2 3 4 4 5 3 3 5 3 4
R40 4 4 3 4 4 3 4 4 4 3 4
R41 3 4 4 4 3 3 4 3 3 3 3
R42 4 3 3 4 4 4 4 4 4 5 4
R43 3 4 4 3 4 2 4 4 5 4 4
R44 4 4 3 3 4 5 3 3 4 4 4
R45 3 4 4 4 3 4 4 3 3 2 2
R46 3 4 3 4 3 3 3 4 4 2 2
R47 5 5 5 5 5 4 4 5 5 4 5
R48 4 5 5 5 4 4 4 4 4 2 2
R49 5 3 4 4 3 3 4 4 3 3 3
R50 4 3 3 3 5 5 4 4 4 4 4
R51 5 5 5 4 5 5 5 5 3 5 5
R52 3 4 4 4 3 3 3 3 4 2 2
R53 4 4 4 4 3 3 3 5 5 5 5
R54 4 3 3 3 3 4 4 4 4 3 2
R55 4 4 4 3 3 3 3 4 4 3 3

66
R56 3 3 4 3 3 3 4 4 4 3 2
R57 5 4 5 4 4 4 4 3 3 2 3
R58 3 4 4 4 4 3 3 3 3 2 3
R59 4 4 4 4 4 4 4 5 4 2 2
R60 4 3 4 3 4 2 4 4 3 2 2
R61 3 4 4 4 5 4 5 5 4 4 3
R62 5 5 5 4 4 3 3 4 4 3 2
R63 3 3 4 3 4 4 4 2 2 3 3
R64 4 4 3 3 3 5 4 4 4 5 3
R65 4 3 3 4 4 4 3 4 4 2 3
Jumlah 233 235 237 242 247 233 246 244 252 222 216

Rata-rata 3.585 3.615 3.646 3.723 3.800 3.585 3.785 3.754 3.877 3.415 3.323

No.
Responden Y1.1 Y1.2 Y.1.3 Y2.1 Y2.3 Y2.4 Y2.5 Y3.1 Y3.2 Y3.3 Y4.1 Y4.2 Y4.3
R1 2 2 2 2 2 2 3 2 2 3 2 4 2
R2 5 4 4 5 5 4 4 5 5 5 5 4 5
R3 5 4 4 5 4 4 5 4 4 5 5 5 5
R4 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3
R5 5 5 5 4 5 5 5 5 5 4 4 5 4
R6 3 4 3 3 3 3 3 4 3 4 3 4 4
R7 5 5 5 4 4 5 5 4 4 5 5 5 5
R8 2 4 3 2 3 4 3 4 4 2 4 4 4
R9 5 5 5 4 4 4 5 5 4 5 4 5 5
R10 3 3 3 4 3 3 3 3 3 3 3 3 3
R11 3 4 3 2 4 3 4 4 4 4 4 5 5
R12 4 5 4 3 5 3 5 3 5 2 2 4 4
R13 5 5 5 5 5 4 5 5 5 5 5 5 5
R14 3 5 3 4 4 3 3 4 3 3 3 4 3
R15 2 4 3 3 4 3 4 3 4 2 3 4 4
R16 3 2 2 3 4 2 3 3 3 3 3 3 2
R17 5 5 5 4 4 5 5 5 4 4 5 5 5
R18 5 5 5 4 4 4 5 5 4 4 5 5 5
R19 2 2 4 3 3 2 3 2 3 3 3 3 3
R20 3 4 3 4 3 4 3 4 3 4 4 4 4
R21 3 4 5 5 4 4 4 4 4 3 4 4 4
R22 4 4 3 3 2 2 2 4 3 4 3 3 3
R23 3 3 2 3 2 3 2 3 3 3 3 4 2
R24 5 4 3 3 4 5 5 5 2 4 3 3 4
R25 3 4 4 3 4 3 4 4 4 3 4 3 3
R26 3 2 3 3 3 3 2 2 3 3 2 2 3
R27 4 4 4 4 3 3 4 4 4 4 4 4 4
R28 2 3 4 3 3 3 3 3 2 3 3 3 3
R29 2 4 4 4 4 2 4 4 4 4 3 4 4
R30 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 3 4
R31 3 4 3 4 3 3 4 4 4 4 4 4 4
R32 2 2 2 4 4 4 2 4 2 4 4 4 2
R33 3 2 4 2 4 2 2 4 4 3 3 3 3
R34 5 5 5 4 4 5 5 5 3 5 5 5 5
R35 2 4 4 3 3 3 3 4 3 4 3 3 3
R36 3 3 2 2 4 4 2 2 4 4 4 4 4
R37 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5
R38 5 5 5 5 4 4 5 5 5 4 5 5 5
R39 4 4 4 2 3 3 3 3 4 4 4 4 4
R40 4 4 4 3 2 3 3 4 4 4 4 5 5
R41 3 3 3 3 2 2 3 4 3 4 4 4 4
R42 4 5 5 4 4 3 5 5 5 5 5 5 5

67
R43 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4
R44 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 3
R45 2 2 2 2 4 4 4 5 5 3 4 3 3
R46 2 2 2 2 2 2 3 3 3 3 3 3 3
R47 5 5 4 5 5 5 5 5 4 4 5 5 5
R48 2 4 3 3 3 4 3 4 4 4 2 5 5
R49 3 4 4 4 4 4 4 2 2 5 3 3 3
R50 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 3 3 4
R51 5 4 5 5 5 5 5 4 5 5 4 4 5
R52 2 2 4 4 4 4 4 3 3 4 3 4 4
R53 5 5 4 4 4 4 4 2 4 4 2 2 2
R54 2 4 4 4 3 3 3 2 4 3 5 5 3
R55 2 4 3 4 4 3 3 4 3 4 3 3 3
R56 2 2 2 4 4 4 3 5 5 3 5 3 3
R57 2 4 4 2 4 2 3 3 2 5 3 3 5
R58 2 3 4 4 3 5 3 2 5 3 3 3 3
R59 2 4 4 2 4 4 4 2 2 2 2 2 2
R60 4 4 4 4 3 4 4 4 5 4 4 3 5
R61 3 3 5 4 3 4 4 4 3 3 3 3 4
R62 2 5 4 4 4 4 4 3 3 3 4 5 4
R63 4 3 4 4 5 3 5 4 3 3 3 3 4
R64 3 4 5 5 4 5 5 5 2 4 3 3 4
R65 3 4 4 4 4 3 4 3 4 3 4 3 3
Jumlah 218 246 243 233 239 231 244 244 237 242 237 247 247

Rata-rata 3.35 3.78 3.74 3.58 3.68 3.55 3.75 3.75 3.65 3.72 3.65 3.80 3.80

68
Lampiran 4. Hasil Analisis SPSS Versi 24

Hubungan antara Indikator dengan variabel Y


Correlations

X1.1 X1.2 X1.3 X2.1 X2.2 X2.3 X2.4 X3.1 X3.2 X3.3 X3.4 Y
** ** ** * ** ** ** * * **
X1.1 Pearson Correlation 1 .580 .404 .495 .297 .362 .382 .386 .274 .245 .332 .470**

Sig. (2-tailed) .000 .001 .000 .016 .003 .002 .001 .027 .049 .007 .000

N 65 65 65 65 65 65 65 65 65 65 65 65

X1.2 Pearson Correlation .580** 1 .682** .560** .462** .264* .463** .480** .317** .166 .357** .448**

Sig. (2-tailed) .000 .000 .000 .000 .034 .000 .000 .010 .185 .003 .000

N 65 65 65 65 65 65 65 65 65 65 65 65

X1.3 Pearson Correlation .404** .682** 1 .495** .436** .267* .509** .461** .265* .124 .273* .442**

Sig. (2-tailed) .001 .000 .000 .000 .031 .000 .000 .033 .325 .028 .000

N 65 65 65 65 65 65 65 65 65 65 65 65
** ** ** ** ** ** ** ** * **
X2.1 Pearson Correlation .495 .560 .495 1 .462 .345 .463 .452 .361 .285 .424 .583**

Sig. (2-tailed) .000 .000 .000 .000 .005 .000 .000 .003 .022 .000 .000

N 65 65 65 65 65 65 65 65 65 65 65 65
* ** ** ** ** ** ** ** ** **
X2.2 Pearson Correlation .297 .462 .436 .462 1 .359 .566 .449 .414 .388 .466 .574**

Sig. (2-tailed) .016 .000 .000 .000 .003 .000 .000 .001 .001 .000 .000

N 65 65 65 65 65 65 65 65 65 65 65 65

X2.3 Pearson Correlation .362** .264* .267* .345** .359** 1 .357** .268* .226 .403** .447** .488**

Sig. (2-tailed) .003 .034 .031 .005 .003 .004 .031 .070 .001 .000 .000

N 65 65 65 65 65 65 65 65 65 65 65 65

X2.4 Pearson Correlation .382** .463** .509** .463** .566** .357** 1 .574** .368** .501** .364** .595**

Sig. (2-tailed) .002 .000 .000 .000 .000 .004 .000 .003 .000 .003 .000

69
N 65 65 65 65 65 65 65 65 65 65 65 65
** ** ** ** ** * ** ** ** **
X3.1 Pearson Correlation .386 .480 .461 .452 .449 .268 .574 1 .463 .491 .488 .530**

Sig. (2-tailed) .001 .000 .000 .000 .000 .031 .000 .000 .000 .000 .000

N 65 65 65 65 65 65 65 65 65 65 65 65
* ** * ** ** ** ** ** **
X3.2 Pearson Correlation .274 .317 .265 .361 .414 .226 .368 .463 1 .444 .400 .406**

Sig. (2-tailed) .027 .010 .033 .003 .001 .070 .003 .000 .000 .001 .001

N 65 65 65 65 65 65 65 65 65 65 65 65

X3.3 Pearson Correlation .245* .166 .124 .285* .388** .403** .501** .491** .444** 1 .657** .722**

Sig. (2-tailed) .049 .185 .325 .022 .001 .001 .000 .000 .000 .000 .000

N 65 65 65 65 65 65 65 65 65 65 65 65

X3.4 Pearson Correlation .332** .357** .273* .424** .466** .447** .364** .488** .400** .657** 1 .739**

Sig. (2-tailed) .007 .003 .028 .000 .000 .000 .003 .000 .001 .000 .000

N 65 65 65 65 65 65 65 65 65 65 65 65
** ** ** ** ** ** ** ** ** ** **
Y Pearson Correlation .470 .448 .442 .583 .574 .488 .595 .530 .406 .722 .739 1

Sig. (2-tailed) .000 .000 .000 .000 .000 .000 .000 .000 .001 .000 .000

N 65 65 65 65 65 65 65 65 65 65 65 65

**. Correlation is significant at the 0.01 level (2-tailed).

*. Correlation is significant at the 0.05 level (2-tailed).

70
Uji Normalitas Kolmogorov-Smirnov

One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test


Teknologi
Karakteristik Nutrisi Penyuluhan
Petani Hidroponik Pertanian Minat Petani
N 65 65 65 65
a,b
Normal Parameters Mean 10.85 14.89 14.37 47.82
Std. Deviation 2.279 2.386 3.049 8.575
Most Extreme Differences Absolute .165 .144 .119 .122
Positive .165 .144 .119 .107
Negative -.109 -.106 -.104 -.122
Test Statistic .165 .144 .119 .122
Asymp. Sig. (2-tailed) .000c .002c .022c .017c
a. Test distribution is Normal.
b. Calculated from data.
c. Lilliefors Significance Correction.

71
Uji Korelasi Rank Spearman's

Correlations
Karakteristik Teknologi Nutrisi Penyuluhan
Petani Hidroponik Pertanian Minat Petani
** **
Spearman's rho Karakteristik Petani Correlation Coefficient 1.000 .559 .394 .439**
Sig. (2-tailed) . .000 .001 .000
N 65 65 65 65
Teknologi Nutrisi Hidroponik Correlation Coefficient .559** 1.000 .583** .654**
Sig. (2-tailed) .000 . .000 .000
N 65 65 65 65
Penyuluhan Pertanian Correlation Coefficient .394** .583** 1.000 .757**
Sig. (2-tailed) .001 .000 . .000
N 65 65 65 65
** ** **
Minat Petani Correlation Coefficient .439 .654 .757 1.000
Sig. (2-tailed) .000 .000 .000 .
N 65 65 65 65
**. Correlation is significant at the 0.01 level (2-tailed).

72
Correlations
Penggunaan
Nutrisi Organik Minat Petani
Spearman's rho Penggunaan Nutrisi Organik Correlation Coefficient 1.000 .735**
Sig. (2-tailed) . .000
N 65 65
Minat Petani Correlation Coefficient .735** 1.000
Sig. (2-tailed) .000 .
N 65 65
**. Correlation is significant at the 0.01 level (2-tailed).

73
Lampiran 5. Lembar Persiapan Menyuluh (LPM)

Lampiran 6. Sinopsis

Lampiran 7. Materi Penyuluhan

Lampiran 8. Dokumentasi

74

Anda mungkin juga menyukai