Anda di halaman 1dari 69

ANALISIS KANDUNGAN RHODAMIN B PADA KERUPUK

YANG BEREDAR DI PASAR BADUNG KECAMATAN


DENPASAR BARAT

Oleh:
NI PUTU DIAN WELA KUSUMA
NIM. P07134019082

KEMENTERIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA


POLITEKKES KEMENKES DENPASAR
JURUSAN TEKNOLOGI LABORATORIUM MEDIS
PRODI DIPLOMA TIGA
DENPASAR
2022
ANALISIS KANDUNGAN RHODAMIN B PADA KERUPUK
YANG BEREDAR DI PASAR BADUNG KECAMATAN
DENPASAR BARAT

Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Syarat


Menyelesaikan Pendidikan Diploma Tiga
Teknologi Laboratorium Medis
Program Studi Diploma III

Oleh:
NI PUTU DIAN WELA KUSUMA
NIM. P07134019082

KEMENTERIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA


POLITEKKES KEMENKES DENPASAR
PROGRAM STUDI TEKNOLOGI LABORATORIUM
MEDIS PRODI DIPLOMA TIGA
DENPASAR
2022

ii
LEMBAR PERSETUJUAN

ANALISIS KANDUNGAN RHODAMIN B PADA KERUPUK


YANG BEREDAR DI PASAR BADUNG KECAMATAN
DENPASAR BARAT

Oleh:
NI PUTU DIAN WELA KUSUMA
NIM.P07134019082

TELAH MENDAPAT PERSETUJUAN

Pembimbing Utama: Pembimbing Pendamping:

Nur Habibah, S.Si., M.Sc. Jannah Sofi Yanty, S.Si., M.Si.


NIP. 198603162009122001 NIP. 198504202010122005

MENGETAHUI
KETUA JURUSAN TEKNOLOGI LABORATORIUM MEDIS
POLTEKKES KEMENKES DENPASAR

Cokorda Dewi Widhya Hana Sundari, S.KM., M.Si.


NIP. 19690621 199203 2 004

iii
KARYA TULIS ILMIAH DENGAN JUDUL:

ANALISIS KANDUNGAN RHODAMIN B PADA KERUPUK


YANG BEREDAR DI PASAR BADUNG KECAMATAN
DENPASAR BARAT

Oleh:

NI PUTU DIAN WELA KUSUMA


NIM.P07134019082

TELAH DIUJI DI HADAPAN TIM PENGUJI


PADA HARI:
TANGGAL:

TIM PENGUJI:

1. I Nyoman Jirna, S.KM., M.Si. (Ketua)

2. Nur Habibah, S.Si., M.Sc. (Anggota)

3. I Nyoman Gede Suyasa, S.KM., M.Si. (Anggota)

MENGETAHUI
KETUA JURUSAN TEKNOLOGI LABORATORIUM MEDIS
POLTEKKES KEMENKES DENPASAR

Cokorda Dewi Widhya Hana Sundari, S.KM.,


M.Si .NIP. 196906211992032004

iv
LEMBAR PERSEMBAHAN

Yang Utama Dari Segalanya...

Sembah sujud serta syukur kepada Ida Sang Hyang Widhi Wasa saya panjatkan. Taburan cinta dan
kasih sayang-Mu telah memberikanku kekuatan, membekaliku dengan ilmu serta memperkenalkanku
dengan cinta. Atas karunia serta kemudahan yang Engkau berikan akhirnya karya tulis ilmiah yang
sederhana ini dapat terselesaikan.

Kupersembahkan karya sederhana ini kepada orang yang sangat kukasihi dan kusayangi.

Ayah (I Ketut Kusuma Arta) dan Ibu (Ni Ketut Dianti)

Sebagai tanda bakti, hormat, dan rasa terima kasih yang tiada terhingga kupersembahkan karya kecil ini kepada Ibu dan
Ayah yang telah memberikan kasih sayang, segala dukungan, dan cinta kasih yang tiada terhingga yang tiada mungkin dapat
kubalas hanya dengan selembar kertas yang bertuliskan kata cinta dan persembahan. Mohon maaf selalu kusampaikan karena
sebelumnya telah mengecewakan ibu dan ayah. Semoga ini menjadi langkah awal untuk membuat Ibu dan Ayah bahagia karna
kusadar, selama ini belum bisa berbuat yang lebih. Untuk Ibu dan Ayah yang selalu membuatku termotivasi dan selalu
menjadi yang pertama memelukku disaat dunia tidak bisa memahamiku serta telah menyirami kasih saying untukku,
selalu mendoakanku, selalu menasehatiku agar menjadi lebih baik, Terima Kasih Ibu.... Terima Kasih Ayah...

My Best friend’s

Untuk sahabatku “Ayu Wiartini, Yohana, Yayang, Wima dan Gita” terimakasih atas semua bantuan kalian, aku sangat
berterimakasih telah dipertemukan dengan sahabat seperti kalian, aku tidak akan melupakan semua kenangan yang telah kita
lewatkan selama 3 tahun kuliah ini. Kalian lah sahabat yang selalu mendukung semua keputusanku dan selalu mengingatkanku
disetiap keputusan selalu ada resiko yang akan aku terima. Kalian telah mengerti keluh kesahku dari tentang keluarga, teman
bahkan masalah percintaan, kalian lah tempat berbagi cerita atas keluah kesah yang telah aku alami. Untuk teman teman TLM
angkatan 2019-2022,terimakasih aku ucapkan atas kerjasama kalian selama 3 tahun ini, mulai dari organisasi, PKKMB, Pelatihan
Pramuka Pendega,HUT dan masih banyak lagi event yang telah kita lewati bersama sama. Semoga kita bias sukses bersama sama
dan bisa bertemu lagi dititik terbaik kita nanti. See you guys

Dosen Pembimbing Tugas Akhirku...

Ibu Nur Habibah, S.Si., M.Sc dan ibu Jannah Sofi Yanty, S.Si., M.Si. selaku dosen pembimbing tugas akhir saya,
terima kasih ibu, saya sudah dibantu selama ini, sudah dinasehati, sudah diajari, saya tidak akan lupa atas bantuan dan
kesabaran dari ibu…

”Hidup bukanlah tentang siapa yang terbaik, tapi siapa yang


bisa berbuat baik –Anonim-“

v
RIWAYAT PENULIS

Penulis bernama lengkap Ni Putu Dian Wela

Kusuma dilahirkan di Denpasar, 7 Juni 2001. Penulis

merupakan anak tunggal dari pasangan I Ketut

Kusuma Arta dan Ni Ketut Dianti,

berkewarganegaraan Indonesia serta beragama

Hindu. Penulis memulai pendidikan pada tahun 2006-

2007 di TK Widya Shanti. Pada tahun 2007-2013 penulis melanjutkan pendidikan

ke jenjang Sekolah Dasar di SD Negeri 5 Pedungan. Pada tahun 2013-2016 penulis

melanjutkan pendidikan ke jenjang Sekolah Menengah Pertama di SMP Negeri 3

Abiansemal. Pada tahun 2016-2019 penulis melanjutkan pendidikan ke jenjang

Sekolah Menengah Atas di SMA Negeri 8 Denpasar. Pada tahun 2019 penulis

menyelesaikan pendidikan di sekolah menengah atas dan melanjutkan pendidikan

di Politeknik Kesehatan Kemenkes Denpasar Program Studi Diploma Tigas

Jurusan Teknologi Laboratorium Medis.

vi
ANALISIS KANDUNGAN RHODAMIN B PADA KERUPUK
YANG BEREDAR DI PASAR BADUNG KECAMATAN
DENPASAR BARAT

ABSTRAK
Rhodamin B merupakan zat pewarna sintetik yang digunakan dalam industri
tekstil dan dilarang penggunaannya untuk makanan karena zat ini bersifat
karsinogenik dan bila tertelan bisa menyebabkan iritasi saluran pernapasan,
kulit, mata, saluran pencernaan hingga keracunan dan gangguan hati bahkan
kanker. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui kandungan rhodamin
B pada kerupuk yang dijual di Pasar Badung Kecamatan Denpasar Barat.
Metode penelitian yang digunakan adalah metode deskriptif yaitu merupakan
metode penelitian yang berusaha menggambarkan objek atau subjek yang
diteliti secara objektif bertujuan menggambarkan fakta secara sistematis.
Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Mei sampai Juni 2022. Populasi dalam
penelitian ini adalah semua kerupuk yang dujual oleh 8 pedagang di Pasar
Badung Kecamatan Denpasar Barat. Sampel pada penelitian ini yaitu kerupuk
yang dijual oleh 8 orang pedagang di Pasar Badung Kecamatan Denpasar
Barat yang mempunyai warna merah dengan teknik pengambilan sampel yaitu
non-probability sampling dengan teknik sampling jenuh. Identifikasi pewarna
rhodamin B ini dilakukan dengan metode kualitatif. Pada uji kualitatif dengan
metode Kromatografi Lapis Tipis tidak ditemukan sampel kerupuk yang
mengandung rhodamin B.
Kata Kunci: Kerupuk, Rhodamin B, Kromatografi Lapis Tipis

vii
ANALYSIS OF RHODAMIN B CONTENT IN CRACKERS
CIRCULATED IN BADUNG MARKET, DENPASAR
BARAT DISTRICT

ABSTRACT

Rhodamine B is a synthetic dye used in the textile industry and its use is
prohibited for food because this substance is carcinogenic and if ingested can
cause irritation of the respiratory tract, skin, eyes, digestive tract to poisoning
and liver disorders and even cancer. The purpose of this study was to
determine the content of rhodamine B in crackers sold at Badung Market,
West Denpasar District. The research method used is descriptive method,
which is a research method that seeks to describe the object or subject being
studied objectively with the aim of systematically describing the facts. This
research was conducted from May to June 2022. The population in this study
were all crackers sold by 8 traders at Badung Market, West Denpasar District.
The sample in this study is crackers sold by 8 traders at Badung Market, West
Denpasar District which has a red color with a sampling technique that is non-
probability sampling with a saturated sampling technique. Identification of
rhodamine B dye was carried out by qualitative and quantitative methods. In a
qualitative test using the Thin Layer Chromatography method, no one sample
of crackers was found containing rhodamine B.
Keywords: Crackers, Rhodamine B, Thin Layer Chromatography

viii
RINGKASAN PENELITIAN

ANALISIS KANDUNGAN RHODAMIN B PADA KERUPUK


YANG BEREDAR DI PASAR BADUNG KECAMATAN
DENPASAR BARAT

Oleh : Ni Putu Dian Wela Kusuma (P07134019082)

Rhodamin B merupakan zat pewarna sintetik yang digunakan dalam

industri tekstil dan dilarang penggunaannya untuk makanan karena zat ini

bersifat karsinogenik dan bila tertelan bisa menyebabkan iritasi saluran

pernapasan, kulit, mata, saluran pencernaan hingga keracunan dan gangguan hati

bahkan kanker. Pewarna Rhodamin B masih banyak digunakan dalam bahan

makannan karena mampu menambah daya tarik pembeli selain itu Rodamin B

murah dan mudah digunakan.

Jenis penelitian yang digunakan adalah metode deskriptif yaitu merupakan

metode penelitian yang berusaha menggambarkan objek atau subjek yang diteliti

secara objektif bertujuan menggambarkan fakta secara sistematis dan karakteristik

objek serta frekuensi yang diteliti secara tepat (Notoatmodjo, 2018). Jenis

penelitian ini digunakan untuk mengetahui kandungan Rhodamin B pada kerupuk

yang beredar di Wilayah Pasar Badung Kecamatan Denpasar Barat dengan

teknik pengambilan sampel non-probability sampling yaitu teknik sampling

jenuh.

Hasil penelitian terhadap 6 sampel kerupuk dengan metode kromatografi

lapis tipis menunjukkan bahwa semua sampel negatif mengandung Rhodamin B,

walaupun ada 4 sampel yang memiliki bercak noda pada plat KLT tetapi saat

ix
dihitung nilai Rf yang dihasilkan tidak sama atau tidak mendekati nilai R f dengan

selisih harga ≤ 0,05 dari bahan baku pembanding. Walau hasil yang didapatkan

yaitu negatif mengandung senyarwa Rhodamin B tetap disarankan bagi produsen

dan konsumen perlu untuk lebih meningkatkan kesadaran dalam membuat dan

mengonsumsi produk yang aman sehingga tidak berdampak negatif terhadap

kesehatan.

x
KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa, karena atas

karunia-Nya penulis dapat menyelesaikan Karya Tulis Ilmiah yang berjudul

Analisis Kandungan Rhodamin B Pada Kerupuk Yang Beredar Di Pasar Badung

Kecamatan Denpasar Barat dapat diselesaikan tepat pada waktunya.

Karya Tulis Ilmiah ini disusun dalam rangka memenuhi salah satu syarat

menyelesaikan Pendidikan Diploma III Jurusan Teknologi Laboratorium Medis.

Tersusunnya Karya Tulis Ilmiah ini tidak lepas dari bantuan berbagai pihak.

Untuk itu pada kesempatan ini penulis ingin mengucapkan terimakasih kepada:

1. Bapak Anak Agung Ngurah Kusumajaya, SP., MPH, selaku Direktur

Politeknik Kesehatan Denpasar yang telah memberikan kesempatan kepada

penulis untuk mengikuti pendidikan di Jurusan Teknologi Laboratorium

Medis Politeknik Kesehatan Kemenkes Denpasar.

2. Ibu Cokorda Dewi Widhya Hana Sundari, S.KM., M.Si. selaku Ketua

Jurusan Teknologi Laboratorium Medis Politeknik Kesehatan Kemenkes

Denpasar yang telah memberikan kesempatan untuk menyusun Karya Tulis

Ilmiah ini sebagai salah satu persyaratan dalam menyelesaikan Pendidikan

Diploma II di Jurusan Teknologi Laboratorium Medis.

3. Ibu IGA. Sri Dhyanaputri, S.KM., MPH, selaku Ketua Program Studi

Teknologi Laboratorium Medis Program Diploma III.

4. Ibu Nur Habibah, S.Si., M.Sc., selaku pembimbing utama yang telah bersedia

meluangkan waktu, tenaga dan pikirannya untuk memberikan bimbingan

kepada penulis sehingga Karya Tulis Ilmiah ini dapat terselesaikan.

5. Ibu Jannah Sofi Yanty, S.Si., M.Si. selaku pembimbing pendamping yang

xi
telah memberikan bimbingan dalam sistem penulisan sehingga Karya Tulis

Ilmiah ini dapat terselesaikan.

6. Dosen dan Staff Jurusan Teknologi Laboratorium Medis yang telah

membantu dan membimbing selama penyusunan Karya Tulis Ilmiah ini.

7. Keluarga dan teman-teman yang telah menjadi motivasi, memberi dorongan

dan semangat untuk menyelesaikan tugas akhir, serta semua pihak yang tidak

bisa penulis sebutkan satu persatu yang telah membantu dalam

menyelesaikan Karya Tulis Ilmiah ini.

Penulis menyadari bahwa Karya Tulis Ilmiah ini masih jauh dari sempurna,

oleh karena itu penulis sangat mengharapkan kritik dan saran yang bersifat

membangun demi kesempurnaan Karya Tulis Ilmiah ini.

Denpasar, 1 7 Juni 2022

Penulis

xii
DAFTAR ISI

HALAMAN SAMPUL

LEMBAR PERSETUJUAN.........................................................................iii

LEMBAR PENGESAHAN..........................................................................iv

LEMBAR PERSEMBAHAN........................................................................v

RIWAYAT PENULIS..................................................................................vi

ABSTRAK...................................................................................................vii

ABSTRACT..................................................................................................viii

RINGKASAN PENELITIAN.......................................................................ix

KATA PENGANTAR..................................................................................xi

DAFTAR ISI...............................................................................................xiii

DAFTAR GAMBAR...................................................................................xv

DAFTAR TABEL.......................................................................................xvi

DAFTAR LAMPIRAN............................................................................xvii

DAFTAR SINGKATAN..........................................................................xviii

BAB I PENDAHULUAN..............................................................................1

A. Latar Belakang Masalah......................................................................1

B. Rumusan Masalah Penelitian..............................................................5

C. Tujuan Penelitian................................................................................5

D. Manfaat Penelitian...............................................................................5

BAB II KAJIAN PUSTAKA.........................................................................7

A. Kerupuk...............................................................................................7

B. Bahan Pewarna Makanan....................................................................8

C. Rhodamin B......................................................................................15

xiii
D. Kromatografi Lapis Tipis..................................................................18

E. KLT-Densitometri.............................................................................20

BAB III KERANGKA KONSEP.................................................................22

A. Kerangka Konsep..............................................................................22

B. Variabel Penelitian dan Definisi Oprasional.....................................23

BAB IV METODE PENELITIAN..............................................................25

A. Jenis Penelitian..................................................................................25

B. Alur Penelitian..................................................................................25

C. Tempat dan Waktu Penelitian...........................................................26

D. Populasi dan Sampel Penelitian........................................................26

E. Jenis, Teknik dan Instrumen Penelitian.............................................27

F. Pengolahan dan Analisis Data...........................................................29

BAB V HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN..............................31

A. Hasil Penelitian.................................................................................31

B. Pembahasan.......................................................................................34

BAB VI SIMPULAN DAN SARAN...........................................................38

A. Simpulan ..........................................................................................38

B. Saran..................................................................................................38

Daftar Pustaka..............................................................................................39

Lampiran......................................................................................................42

DAFTAR GAMBAR

xiv
Gambar 1 Struktur Kimia Kareotenoid………………………………………..10

Gambar 2 Struktur Kimia Antosianin…………………………………………11

Gmabar 3 Struktur Kimia Caramel…………………………………………....11

Gambar 4 Struktur Kimia Klorofil……………………………………………12

Gambar 5 Struktur Kimia Rhodamin B……………………………………….17.

Gambar 6 Kerangka Konsep…………………………………………………..22

Gambar 7 Alur Penelitian……………………………………………………..25

Gambar 8. Bercak Noda dari Hasil KLT……………………………………...32

Gambar 9. Bercak Noda yang Dilihat Menggunakan Sinar UV………………33

DAFTAR TABEL

Tabel 1 Bahan Pewarna yang Diizinkan di Indonesia………………………14

xv
Tabel 2 Bahan Pewarna yang Tidak Diizinkan di Indonesia………………..15

Tabel 3 Definisi Oprasional Variabel………………………………………..22

Tabel 4 Nilai Rf yang Diperoleh…………………………………………......33

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1. Rencana Jadwal Penelitian……………………………………………….31

xvi
Lampiran 2. Rencana Anggaran Biaya Penelitian……………………………………..32

DAFTAR SINGKATAN

BTP : Bahan Tambahan Pangan

Hcl : Asam Klorida

xvii
hRf : Hurdred Retardation Factor

KLT : Kromatografi Lapis Tipis

ml : Mili Liter

NaOH : Natrium Hidroksida

Rf : Retardation Factor

xviii
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Makanan merupakan sesuatu yang sangat penting dalam kehidupan

manusia, oleh karena itu makanan harus memiliki bentuk yang menarik, rasa yang

beragam serta aman dan tidak mengandung bahan kimia ataupun mikroorganisme

yang dapat menyebabkan keracunan atau penyakit tertentu (Motarjemi, 2001).

Perkembangan teknologi dan ilmu pengetahuan dapat menyebabkan perubahan

yang sangat besar dalam pengolahan makanan dan minuman. Saat ini banyak

makanan dan minuman yang mengandung bahan-bahan tambahan yang bertujuan

untuk menambah daya serta minat pada suatu bahan pangan.

Penggunaan Bahan Tambahan Pangan saat ini perlu diperhatikan karena

banyak yang tidak memenuhi syarat dan dilarang, seperti pewarna, pemanis dan

bahan pengawet. Dalam hal ini, dibuat ketentuan penggunaan atau dosis yang

boleh digunakan pada bahan pangan, agar tidak melampaui batas maksimun yang

diperbolehkan. Beberapa golongan BTP yang menjadi perhatian masyarakat salah

satunya adalah bahan pewarna (Colour Agent). Peraturan BPOM RI No. 37 tahun

2013 menjelaskan bahwa pewarna (Colour) adalah bahan tambahan pangan yang

terdiri dari pewarna alami dan pewarna sintetis, yang ditambahkan pada pangan

dapat memberikan warna sehingga pangan tersebut menjadi lebih menarik.

Warna dari suatu produk makanan ataupun minuman merupakan salah

satu ciri yang sangat penting. Warna merupakan salah satu kriteria dasar untuk
menentukan kualitas makanan, karena warna dapat memberikan petunjuk

mengenai perubahan kimia dalam makanan. Tujuan dari penggunaan zat warna

adalah untuk membuat makanan dan minuman menjadi lebih menarik, sehingga

meningkatkan minat konsumen. Pada awalnya makanan diwarnai dengan zat

warna alami yang diperoleh dari tumbuhan, hewan, atau mineral, serta ada

beberapa warna yang berasal dari buah buahan dan sayuran. Akan tetapi warna

alami umumnya tidak stabil terhadap pengaruh cahaya dan panas, sehingga sering

terjadi perubahan warna yang tidak diinginkan. Hal tersebut membuat daya

konsumen terhadap makanan tersebut menjadi berkurang. Oleh karena itu banyak

produsen makanan menggunakan warna sintetis karena lebih stabil dan tahan

terhadap berbagai kondisi lingkungan.

Rhodamin B merupakan salah satu zat pewarna sintetis yang masih banyak

beredar dikalangan masyarakat. Zat pewarna ini merupakan zat warna tambahan

yang dilarang penggunaannya dalam produk-produk pangan. Pada dasarnya zat

pewarna ini tidak diperbolehkan untuk dikonsumsi karena dapat mengganggu

pada orang yang mengkonsumsinya. Sesuai dengan peraturan Menteri Kesehatan

No.239/MenKes/Per/V/85 Rhodamin B ditetapkan sebagai salah satu zat pewarna

yang berbahaya. Rhodamin B merupakan pewarna yang seharusnya digunakan

sebagai pewarna tekstil bukan sebagai pewarna makanan. Rhodamin B merupakan

zat kimia beracun yang memiliki rumus molekul C28H31ClN2O3. Zat ini bersifat

karsinogenik dan bila tertelan bisa menyebabkan iritasi saluran pernapasan, kulit,

mata, saluran pencernaan hingga keracunan dan gangguan hati (Karimah, 2014).

Karena bersifat karsinogenik, bila digunakan dalam waktu jangka dapat

2
menyebabkan kanker. Akan tetapi hingga saat ini masih banyak produsen yang

menggunakan Rhodamin B dalam produk makanan dan minuman.

Penelitian yang dilakukan oleh Febriana (2013) menunjukkan bahwa

Rhodamin B dengan dosis 150, 300 dan 600 ppm berpengaruh signifikan, dapat

memperlambat siklus estrus pada mencit betina dewasa. Penelitian lain yang

dilakukan oleh Riska (2013) juga menunjukkan bahwa dosis dan lama pemberian

Rhodamin B pada mencit memberikan pengaruh yang nyata terhadap persentase

kerusakan glomerulus. Hasil analisis histologis ginjal mencit memperlihatkan

adanya tingkat kerusakan pada komponen penyusun ginjal yang meningkat seiring

tingginya dosis dan lama pemberian. Kerusakan yang ditemukan berupa

penyempitan ruang bowman pada glomerulus, hipertropi, nekrosis dan serosis

tubulus.

Salah satu makanan yang memiliki beragam warna yaitu kerupuk.

Kerupuk merupakan produk kering yang dibuat dari maupun tepung lain dengan

menggunakan bahan yang sesuai dengan jenis makanan lainnya. Kerupuk

merupakan salah satu makanan yang sangat mudah diperoleh di pasaran atau

dilingkungan sekitar. Beberapa pedagang di pasaran yang menjual kerupuk

dengan penampilan yang menarik dan tahan terhadap berbagai kondisi

lingkungan, dengan cara mewarnai dengan warna yang beragam. Dimasyarakat

banyak beredar kerupuk yang dicurigai mengandung zat pewarna untuk tekstil,

karena kerupuk tersebut berwarna merah terang dan saat dikonsumsi memiliki

rasa pahit (Purwanti, 2011).

Penelitian yang dilakukan Widaryanto (2018) dengan menggunakan

metode KLT terhadap kerupuk berwarna yang dijual di Pasar Tanjung Anyar kota

3
Mojokerto dari 14 sampel yang diambil terdapat 4 sampel yang positif

mengandung Rhodamin B. Penggunaan metode KLT ini kerena prinsip kerjanya

memisahkan sampel berdasarkan perbedaan kepolaran antara sampel dengan

pelarut yang digunakan. Penelitian lain yang dilakukan oleh BPOM di Makassar

juga berhasil menemukan zat Rhodamin B pada kerupuk, sambal botol, dan sirup

melalui pemeriksaan pada sejumlah sampel makanan dan minuman. Selain itu

berdasarkan hasil inspeksi mandadak (sidak) yang dilakukan oleh Kepala BPOM

Denpasar, I Gusti Ayu Adi Aryapatni pada tahun 2017 juga mendapati dari 15

sampel, dua diantaranya mengandung pewarna Rhodamin B, yaitu pada terasi dan

harum manis dalam kemasan gelas. Penelitian yang dilakukan oleh Putri () juga

menemukan adanya kandungan Rhodamin B pada bolu kukus yang dijual di Pasar

Badung. Dari 7 sampel 6 sampel memberikan hasil negative dan satu sampel

memberikan hasil mendekati nilai standar dari Rhodamin B yatu dengan nilai R f

0,02.

Pasar Badung merupakan pasar yang terletak di pusat Kota Denpasar,

Pasar Badung sendiri merupakan pasar terbesar yang ada di Kota Denpasar dan

menjadi pusat perbelanjaan bagi masyarakat karena menyediakan berbagai

kebutuhan pokok, kebutuhan rumah tangga maupun kebutuhan upacara agama.

Berdasarkan uraian di atas, perlu dilakukan penelitian kandungan Rhodamin B

yang ada pada kerupuk yang beredar di Wilayah Pasar Badung Kecamatan

Denpasar Barat. Untuk menambah data ilmiah pada penelitian, penulis melakukan

pemeriksaan dengan metode KLT- Densitometri. Karena dengan metode ini hasil

yang didapatkan lebih teliti dan dapat mengetahui secara langsung kadar

Rhodamin B yang ada pada sampel. Metode KLT-Densitometri memiliki

4
kelebihan yaitu spesifikasi yang tinggi, hasil yang didapatkan terpercaya dan

dapat dilakukan dengan muda

5
B. Rumusan Masalah Penelitian

Adapun rumusan masalah dari penelitian ini, adalah: “Bagaimana Kadar

Rhodamin B Pada Kerupuk Yang Beredar Di Wilayah Pasar Badung Kecamatan

Denpasar Barat?”

C. Tujuan Penelitian

1. Tujuan Umum

Untuk mengetahui kadar Rhodamin B pada kerupuk yang beredar di

Wilayah Pasar Badung Kecamatan Denpasar Barat.

2. Tujuan Khusus
a. Menganalisis kandungan Rhodamin B pada kerupuk yang ada di Wilayah

Pasar Badung Kecamatan Denpasar Barat dengan pemeriksaan kualitatif

menggunakan metode Kromatografi Lapis Tipis.

b. Menganalisis kadar Rhodamin B pada kerupuk yang ada di Wilayah Pasar

Badung Kecamatan Denpasar Barat dengan pemeriksaan kuantitatif

menggunakan metode KLT- Densitometer.

D. Manfaat Penelitian

1. Manfaat Teoritis

Penelitian ini diharapkan dapat meningkatkan pengetahuan dalam analisis

Rhodamin B bagi para tenaga medis laboratorium.

5
2. Manfaat Praktis
a. Bagi masyarakat

Penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi kepada

masyarakat mengenai pewarna berbahaya Rhodamin B pada masyarakat.

b. Bagi pemerintah

Memberi masukan bagi Dapertemen Kesehatan, instansi, dan dinas

terkait, untuk lebih mengawasi bahan tambahan pangan khususnya

pewarna pada kerupuk yang dijual oleh pedagang di Pasar Badung

Kecamatan Denpasar Barat.

6
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Kerupuk

Kerupuk adalah makanan camilan yang bersifat kering, ringan yang

terbuat dari bahan berpati cukup tinggi. Kerupuk merupakan lauk sederhana

dan dijadikan pendamping makanan pokok, karena rasanya yang gurih dan

enak yang dapat menambah selera makan (Purwanti, 2011). Kerupuk

merupakan produk kering yang dibuat dari atau tepung lain dengan

menggunakan bahan yang sesuai dengan jenis makanan lainnya. Kerupuk

biasanya digunakan sebagai makanan ringan dan juga jajanan bagi anak-anak

sekolah, warung-warung dan rumah makan.

Kerupuk dikenal baik disegala usia maupun tingkat masyarakat.

Kerupuk mudah diperoleh di segala tempat, baik di kedai pinggir jalan, di

super market, maupun di restoran hotel berbintang. Bahan yang digunakan

dalam pembuatan kerupuk ada dua yaitu bahan baku dan bahan tambahan.

Bahan baku utama pembuatan kerupuk adalah tepung tapioca (Nursyakirah,

2018). Bahan tambahan dapat berasal dari hewani maupun nabati. Contoh

kerupuk hewani: kerupuk udang, kerupuk tengiri, kerupuk susu, kerupuk keju.

Contoh kerupuk nabati: kerupuk kedelai, kerupuk gandum, kerupuk yang

beraneka bentuk dan warna. Beberapa pedagang di pasaran yang menjual

kerupuk dengan penampilan yang menarik dan tahan terhadap berbagai

kondisi lingkungan, dengan cara mewarnai dengan warna yang beragam.


B. Bahan Pewarna Makanan

Pewarna makanan merupakan zat berwarna yang memiliki aktivitas berupa

reaksi kimia terhadap makanan yang di warnainya. Tujuan pemberian zat

pewarna agar makanan terlihat lebih berwarna sehingga, makanan menjadi

lebih menarik perhatian konsumen. Bahan pewarna umumnya berwujud cair

dan bubuk yang larut dalam air. Penambahan pewarna pada makanan ini

sangat berpengaruh bagi fisik makanan tersebut, karena pewarna dapat

memperbaiki warna makanan yang berubah atau memucat saat terjadinya

proses kimia dari bahan makanan itu sendiri serta selama proses pengolahan

atau memberi warna pada makanan yang tidak berwarna agar kelihatan lebih

menarik (Pertiwi ,2013).

Penambahan bahan pewarna pangan dilakukan untuk beberapa tujuan,

yaitu untuk membantu memperbaiki variasi warna alami atau perubahan

warna selama pengolahan dan penyimpanan, menguatkan kesan atau

mengidentifikasi perisa terkait, memperbaiki variasi atau ketidaknormalan

produk karena penyimpanan, pengolahan, pengemasan, distribusi guna

mempertahankan keseragaman penampilan dan meningkatkan penerimaan dan

membantu mempertahankan identitas atau karakteristik yang dikenal dari

produk pangan tersebut (Mulyono, 2019)

Pewarna pangan diklasifikasikan berdasarkan asalnya, yaitu pewarna

alami, alami, dan sintetik. Pewarna pangan yang berasal dari bahan alam

disebut pewarna alami. Pewarna alami adalah pewarna yang dibuat melalui

sintetis secara kimia, tetapi mempunyai sifat kimia yang dengan pewarna
alami. Pewarna sintetik adalah pewarna yang dibuat melalui sintesis secara

kimia.

1. Pewarna Alami

a. Deskripsi Pewarna Alami

Pewarna alami adalah merupakan zat yang berasal dari ekstrak

tumbuhan (seperti bagian daun, bunga, biji), hewan dan mineral yang telah

digunakan sejak dahulu sehingga sudah diakui bahwa aman jika masuk ke

dalam tubuh. Pewarna alami yang berasal dari tumbuhan mempunyai

berbagai macam warna yang dihasilkan, hal ini dipengaruhi oleh beberapa,

seperti jenis tumbuhan, tingkat kematangan, tanah, waktu pemanenan dan

lainnya. Jenis warna alami yang seriang digunakan sebagai pewarna

makanan adalah:

1) Karotenoid

Gambar 1. Struktur Kimia Karotenoid

Karotenoid merupakan zat warna (pigmen) kuning, merah dan

oranye yang secara alami terdapat pada tumbuhan dan hewan, seperti

dalam wortel, tomat, jeruk dan lain – lain. Karotenoid merupakan

senyawa yang tidak bisa larut dalam air dan sedikit larut dalam minyak
dan lemak. Senyawa ini sering digunakan untuk pewarna pada margarine,

keju, eskrim dan lain lain dengan level pemakaian 1 smapai 10 ppm.

2) Antosianin

Gambar 2. Struktur Kimia Antosianin

Antosianin tergolong pigmen yang disebut flavonoid dan umumnya

larut dalam air. Warna pigmen antosianin yaitu merah, biru, violet dan

biasanya dapat dijumpai pada bunga, buah – buahan dan sayur – sayuran.

Pada Ph rendah pigmen ini berwarna merah sedangkan pada Ph tinggi

pigmen ini akan berwarna biru. Memiliki rumus struktur C 15H11O. Delima

adalah salah satu buah – buahan yang mengandung antosianin yang dapat

berfungsi sebagai antioksidan.

3) Caramel

Gambar 3. Struktur Kimia Caramel


Caramel terbentuk dari amorf yang berwarna coklat gelap dan dapat

di peroleh dari pemanasan yang terkontrol terhadap glukosa, maltose dan

laktosa. Bila di encerkan caramel akan membentuk koloid yang

bermuatan listrik. Maka dari ini pemakaian caramel harus lebih di

perhatikan jika pada Ph di bawah 2, caramel akan bermuatan positif dan

mengendap

Ada 3 jenis caramel:

- Caramel Tahan Asam

Digunakan untuk mewarnai minuman yang mengandung CO2 dan

minuman bersifat asam.

- Caramel Untuk Roti

Merupakan kelas yang lebih rendah dan digunakan untuk produk seerti,

cake dan roti.

4) Zat warna klorofil

Gambar 4. Struktur Kimia Klorofil

Klorofil adalah pigmen hijau forosintesis yang berada dalam

tanaman. Klorofil banyak digunakan untuk makanan. Saat ini bahkan

mulai digunakan pada berbagai produk. Pigmen klorofil banyak terdapat

pada dedaunan (daun suji, pandan, katuk dan sebaginya). Daun suji dan

11
daun pandan, daun katuk sebagai penghasil warna hijau untuk berbagai

jenis kue jajanan pasar. Selain menghasilkan warna hijau yang bagus,

juga memiliki harum yang khas.

b. Kelebihan dan Kekurangan Pewarna Alami

1) Kelebihan

a) Tidak beracun oleh karena itu aman di gunakan dalam makanan, obat

obatan, kosmetik dan tekstil.

b) Ramah lingkungan karena sifatnya biodegradable.

c) Berasal dari sumber terbarukan (bukan dari fraksi minyak bumi).

2) Kekurangan

Kekurangan warna alami adalah tidak stabil, tidak terstandar, variasi

warna terbatas, bahan baku terbatas dan akan bersaing dengan lahan

pertanian. Kelemahan lain adalah warna yang dihasilkan akan berbeda

walaupun dari tanaman yang sama karena tempat 14 tumbuh, usia tanaman

dan iklim sangat berpengaruh terhadap kandungan dan komposisi zat

warna.

2. Pewarna Sintetis

Pewarna buatan adalah zat warna buatan yang diperoleh melalui proses

kimia buatan yang mengandalkan bahan kimia. Zat pewarna buatan harus

melalui prosedur pengujian sebelum digunakan untuk zat pewarna

makanan yang disebut prosessertifikasi. Menurut SK Menteri Kesehatan

RI Nomor 722/Menkes/ Per/ IX/88 bahan pewarna sitetis dapat di bagi

menjadi bahan pewarna diizinkan dan bahan pewarna yang tidak

diizinkan.

12
a. Bahan pewarna yang diizinkan

Walau pun bahan pewarna ini diizinkan untuk digunakan tetapi

dengan syarat tanpa melebihi batas yang ditentukan pemerintah yaitu

sebesar 30 – 300 mg/kg bahan pangan. Berikut tabel zat pewarna yang

diizinkan penggunaannya sebagai bahan tambah pangan:

Tabel 1
Bahan Pewarna yang Diizinkan di Indonesia

Nomor Indeks
Warna
Nama
(C.I.No.)
Tartrazin (Tartrazine) 19140
Kuning kuinolin (Quinoline yellow) 47005
Kuning FCF (Sunset yellow FCF) 15985
Karmoisin (Carmoisine) 14720
Ponceau 4R (Ponceau 4R) 16255
Eritrosin (Erythrosine) 45430
Merah allura (Allura red) 16035
Indigotin (Indigotine) 73015
Biru berlian FCF (Brilliant blue FCF) 42090
Hijau FCF (Fast green FCF) 42053
Coklat HT (Brown HT) 20285
Sumber : Peraturan Badan Pengawas Obat Dan Makanan Nomor 11 Tahun 2019

b. Bahan pewarna yang dilarang


Bahan pewarna yang dilarang karena bahan pahan ini mengandung zat
kimia yang berbahaya bagi tubuh. Zat pewarna ini biasa digunakan sebagai
bahan pewarna tekstil. Berikut table zat pewarna yang dilarang:

13
Tabel 2
Bahan Pewarna yang Tidak Diizinkan di Indonesia

Nama Nomor Indeks Warna


(C. I. No.)
1 2
Auramine (C. I. Basic Yellow 2) 41000
Alkanet 75520
Butter Yellow (C. I. Solvent Yellow 2) 11020
Black 7984 (Food Vlack 2) 27755
Burn Unber (Pigment Brown 7) 77491
Chrysoidine (C. I. Basic Orange 2) 11270
Chrysoine (C. I. Food Yellow 8) 14270
Citrus Red No. 2 12156
Chocolate Brown FB (Food Brown 2) -
Fast Red E (C. I. Food Red 4) 16045
Fast Yellow AB (C. I. Food Yellow 2) 13015
Guinea Green B (C. I. Acid Green No. 3) 42085
Indanthrene Blue RS (C. I. Food Blue) 69800
Magenta (C. I. Basic Violet 14) 42510
Metanil Yellow (Ext. D&C Yellow No. 1) 13065
Oil Orange SS (C. I. Solvent Orange 2) 12100
Oil Orange XO (C. I. Solvent Orange 7) 12140
Oil Yellow AB (C. I. Solvent Yellow 5) 11380
Oil Yellow OB (C. I. Solvent Yellow 6) 11390
Orange G (C. I. Food Orange 4) 16230
Orange GGN (C. I. Food Orange 2) 15980
Orange RN (Food Orange 1) 15970
Orchid and Orcein -
Ponceau 3R (Acid Red 6) 16155
Ponceau SX (C. I. Food Red 1) 14700

14
Ponceau 6R (C. I. Food Red 8) 16290
1 2
Rhodamin B (C. I. Food Red 15) 45170
Sudan I (C. I. Solvent Yellow 14) 12055
Scarlet GN (Food Red 2) 14815
Violet 6 B 42640
Sumber: Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 239/Men.Kes/Per/V/85

C. Rhodamin B

1. Definisi
Rhodamin B merupakan Pewarna sintetik yang umum digunakan

sebagai pewarna tekstil. Menurut Peraturan Pemerintah RI No. 28 Tahun

2004. Rhodamin B merupakan zat warna tambahan yang di larang

penggunaannya dalam produk-produk pangan. Rhodamin B dapat

menyebabkan iritasi saluran pernapasan, iritasi kulit, iritasi mata, dan

dapat menyebabkan kanker.

Ciri-ciri pangan yang mengandung Rhodamin B meliputi warna

terlihat cerah (kemerahan atau merah terang) sehingga tampak menarik,

dalam bentuk larutan atau minuman warna merah berpendar atau banyak

memberikan titik-titik warna karena tidak homogen (seperti pada kerupuk

dan es putar), terdapat sedikit rasa pahit, muncul rasa gatal di tenggorokan

setelah mengonsumsinya, dan aroma tidak alami sesuai pangan, serta saat

diolah, tahan terhadap pemanasan (direbus atau goreng warna tidak pudar).

2. Struktur Kimia
Rhodamin B adalah Pewarna sintetik berbentuk serbuk kristal

berwarna kehijauan, berwarna merah keunguan dalam bentuk terlarut pada

15
konsentrasi tinggi dan berwarna terang pada konsentrasi rendah, yang

termasuk golongan pewarna xanthene basa. Rhodamin B dibuat dari meta-

dietlaminofenol dan flatikanhidrid kedua bahan baku ini bukanlah bahan

yang boleh dimakan, melainkan hanya dapat digunakan untuk pewarna

kapas, wol, tinta, dan sabun.

Gambar 5 Struktur Kimia Rhodamin B

Nama Kimia: N-[9-(carboxyphenil)-6-(diethylamino)-3H-xanten3-

ylidene]-N-ethylethanaminium clorida

Nama Lazim : Tetraethylrhodamine; D&C Red No. 19; Rhodamin B

clorida; C.I. Basic Violet 10; C.I. 45170

Rumus Kimia : C12H31ClN2O3 BM: 479

Pemerian : Hablur Hijau atau serbuk ungu kemerahan

Kelarutan : Sangat mudah larut di air menghasilkan larutan merah

kebiruan dan berfluoresensi kuat jika diencerkan. Sangat mudah larut

dalam alcohol sukar larut dalam asam encer dan dalam larutan alkali.

Larutan dalam asam kuat membentuk senyawa dengan kompleks antimon

berwarna merah muda yang larut dalam eter.

16
Kegunaan : Sebagai pewarna tekstil, kertas, kayu, tinta dan

ablea

Larutan asam berfungsi untuk memecahkan ikatan sistina (merupakan

ikatan antara atom sulfur antara 2 molekul protein yaitu sistein) yang

terdapat pada benang wol menjadi sistein dengan bantuan pemanasan

maka akan mempercepat reaksi tersebut sehingga Rhodamin B dapat

menyerap kedalam benang wol.

3. Dampak Bagi Kesehatan

Penggunaan Rhodamin B pada makanan dalam waktu lama akan

mengakibatkan kanker dan gangguan fungsi hati. Namun demikian, bila

terpapar Rhodamin dalam jumlah banyak maka dalam waktu singkat akan

terjadi gejala akut keracunan Rhodamin B. Menurut WHO Rhodamin B

berbahaya bagi manusia karena sifat kimia dan kandungan logam

beratnya. Rhodamin B mengandung senyawa klorin (CI). Senyawa klorin

merupakan senyawa halogen yang berbahaya dan reaktif. Jika tertelan,

maka senyawa ini akan berusaha mencapai kestabilan dalam tubuh dengan

cara mengikat senyawa dalam tubuh. Bila Rhodamin B tersebut masuk

melalui makanan akan mengakibatkan iritasi pada saluran pencernaan dan

mengakibatkan gejala keracunan dengan urine yang berwarna merah

maupun merah muda. Selain melalui makanan, Rhodamin B juga dapat

mengakibatkan gangguan jika terhirup terjadi iritasi pada saluran

pernapasan. Mata yang terkena Rhodamin B juga akan mengalami iritasi

yang ditandai dengan mata kemerahan dan timbunan cairan atau udem

17
pada mata. Jika terpapar pada bibir menyebabkan bibir akan pecah-pecah,

kering dan gatal bahkan terkelupasnya kulit bibir (Ridwan, 2013).

Rhodamin B mempunyai efek akut dan kronis bagi manusia karena

sifat kimia dan kandungan logam beratnya. Rhodamin B juga mengandung

klorin (Cl). Senyawa klorin merupakan senyawa halogen yang berbahaya

dan reaktif. Pada efek akut, paparan Rhodamin B dapat menyebabkan

iritasi dan bila masuk dalam pembuluh darah dapat menyebabkan

kerusakan yang sistemik serta menyebabkan gejala seperti muntah dan

sakit perut. Sedangkan pada efek kronis paparan yang terjadi secara terus

menerus dapat menyebabkan kerusakan seperti gangguan fungsi hati,

kerusakan hati, kerusakan pada ginjal dan dapat menyebabkan kanker

(Rizki Hidayah, 2017)

4. Analisis

Dalam pemeriksaan Rhodamin B pada kerupuk berwarna merah,

penulis menggunakan metode Kromatografi Lapis Tipis (KLT).

Kromatografi lapis tipis merupakan salah satu analisis kualitatif dari suatu

sampel yang ingin dideteksi dengan memisahkan komponen-komponen

sampel berdasarkan perbedaan kepolaran. Prinsip kerjanya memisahkan

sampel berdasarkan perbedaan kepolaran antara sampel dengan pelarut

yang digunakan. Teknik ini biasanya menggunakan fase diam dari bentuk

plat silika dan fase geraknya disesuaikan dengan jenis sampel yang ingin

dipisahkan. Larutan atau campuran larutan yang digunakan dinamakan

eluen.

18
D. Kromatografi Lapis Tipis

Kromatografi adalah sebuah metode yang campuran

komponenkomponennya dipisahkan pada sebuah kolom adsorban dalam alir.

Definisi kromatografi menurut IUPAC adalah sebuah metode pemisahan yang

komponenkomponennya dipisahkan dan didistribusikan di antara dua fase

yang salah satu fasenya tetap (diam) dan yang lainnya bergerak dengan arah

yang dapat diketahui.

Kromatografi adalah cara pemisahan zat khasiat dan zat lain yang ada

dalam sediaan dengan jalan penyarian berfraksi, penyerapan, atau penukaran

ion pada zat berpori, menggunakan cairan atau gas yang mengalir. Zat yang

diperoleh dapat digunakan untuk uji identifikasi atau penetapan kadar. Saat ini

kromatografi merupakan pemidahan yang paling umum dan paling sering

digunakan dalam bidang kimia analisis dan dapat dimanfaatkan untuk

melakukan analisis, baik analisis kualitatif atau pun kuantitatif.

Kromatografi Lapis Tipis menggunakan sebuah silika lapis tipis atau

alumina yang ditempatkan pada sebuah lempeng gelas atau logam atau yang

keras. Silika gel atau alumina ini berfungsi sebagai fase diam dan sering juga

ditambahkan bahan-bahan yang dapat berpendar pada sinar ultra violet. Fase

gerak untuk Kromatografi Lapis Tipis berupa pelarut atau campuran pelarut

yang sesuai dengan bahan yang akan dipisahkan (Marzoni, 2016). Penggunaan

Kromatografi Lapis Tipis sangat efektif digunakan untuk menganalisis kadar

pewarna karena Kromatografi lapis tipis merupakan salah satu analisis

kualitatif dari suatu sampel yang ingin dideteksi dengan memisahkan

komponen-komponen sampel berdasarkan perbedaan kepolaran. Prinsip

19
kerjanya memisahkan sampel berdasarkan perbedaan kepolaran antara sampel

dengan pelarut yang digunakan. Teknik ini biasanya menggunakan fase diam

dari bentuk plat silika dan fase geraknya disesuaikan dengan jenis sampel

yang ingin dipisahkan. Larutan atau campuran larutan yang digunakan

dinamakan eluen.

Hasil dilihat berupa bercak-bercak yang terpisah setelah visualisasi

dengan atau tanpa pereaksi deteksi (penyemprot) pada sinar tampak atau

ultraviolet pada gelombang 254 nm dan 366 nm. Jarak rambat senyawa pada

kromatogram dinyatakan dengan nilai Rf (retardation factor) atau hRf

(hundred retardation factor). Nilai Rf diperoleh dengan mengukur jarak

rambat senyawa dari titik awal hingga pusat bercak dibagi dengan jarak

rambat fase gerak hingga garis depan.

Harga Rf dapat didefenisikan sebagai berikut:

Rf =

Jarak rambat senyawa dari titik awal penotolan hingga pusat bercak
Jarak rambat fase gerak darititik awal penotolan hingga garis depan

Harga Rf (Faktor Retensi) dapat dijadikan bukti dalam mengidentifikasi

senyawa. Bila identifikasi harga Rf memiliki nilai yang sama maka senyawa

tersebut dapat dikatakan memiliki karakteristik yang sama atau mirip. Senyawa

yang mempunyai harga Rf lebih besar berarti mempunyai kepolaran lebih

rendah, begitu juga sebaliknya.hal tersebut dikarenakan fasa diam bersifat

polar. Senyawa yang lebih polar tertahan kuat pada fasa diam sehingga

menghasilkan nilai Rf yang rendah (Marzoni, 2016).

20
E. KLT-Densitometri

Densitometri merupakan metode analisis instrumental yang berkonsep

pada terjadinya interaksi radiasi antara elektromagnetik dengan analit yang

merupakan bercak pada KLT. Densitometri lebih difokuskan untuk analisis

kuantitatif analit-analit dengan kadar kecil, yang mana diperlukan pemisahan

terlebih dahulu dengan KLT. Dalam evaluasi bercak hasil KLT secara

densitometri, bercak di scanning dengan sumber sinar dalam bentuk celah yang

dapat dipilih baik panjangnya maupun lebarnya. Sinar yang dipantulkan diukur

dengan sensor cahaya. Perbedaan antara signal optik daerah yang tidak

mengandung bercak dengan daerah yang mengandung bercak dihubungkan

dengan banyaknya analit yang ada melalui kurva kalibrasi yang telah disiapkan

dalam lempeng yang sama.

Metode densitometri merupakan salah satu metode untuk mengetahui

kadar suatu zat yang sudah dianalisis menggunakan plat KLT. Prinsip kerja

dari densitometer sendiri untuk mengetahui luas area dan kromatogram pada

plat KLT. KLt yang sudah berisi bercak noda sampel dimasukkan Kembali

kedalam TLC Scanner untuk dilihat peak kromatogram dan luar area

kromatogram yang terdapat dalam plat KLT tersebut. Plat KLT tersebut

dimasukkan ke dalam densitometer dan dideteksi menggunakan sinar UV

254nm. Hasil yang didapat berupa diagram peak luas sampel dan luas area

pembanding.

21
BAB III
KERANGKA KONSEP

A. Kerangka Konsep

Kerupuk

Bahan Tambahan Pangan

Pewarna

Alami Sintetis

Dampak Bagi Kesehatan Masyarakat


Rhodamin B

Fisik Kimia

Sifat fisik sampel meliputi


warna, rasa, bau dan Kualitatif Kuantitatif
kelarutan dalam air

Kromatografi KLT-Densitometri
Lapis Tipis

Kadar
Rhodamin B
Negatif Positif

Gambar 6 Kerangka Konsep

Keterangan:
: Diteliti
: Tidak diteliti
24
Penjelasan:
Berdasarkan kerangka konsep di atas, kerupuk merupakan makanan

yang sering beredar di masyarakat dan dikonsumsi sebagai makanan

pendamping. Banyak kerupuk yang diberikan bahan tambah pangan berupa

pewarna makanan, pewarna makanan sendiri terdiri dari pewarna alami dan

sintetis. Pewarna sistetis yang masih sering ditemukan dalam pangan yaitu

pewarna Rhodamin B. Kandungan pewarna ini akan diteliti secara kualitatif

dan kuantitatif, menggunakan Kromatografi Lapis Tipis dengan mencari nilai

Rf dan dibandingkan dengan nilai standar Rhodamin B, untuk mengetahui

hasil postif atau hasil negatif. Untuk uji kuantitatif menggunakan KLT-

Densitimeter untuk mengetahui kadar Rhodamin pada sampel yang

digunakan.

B. Variabel Penelitian dan Definisi Oprasional

1. Variabel penelitian
Variable penelitian adalah sesuatu yang digunakan sebagai sifat, ciri

atau ukuran yang dimiliki atau didapatkan oleh satuan penelitian tentang

suatu konsep yang memiliki bermacam macam nilai (Notoatmodjo, 2018).

Dalam penelitian ini, penelitian yang digunakan adalah kandungan

Rhodamin B pada kerupuk yang beredar di Wilayah Pasar Badung

Kecamatan Denpasar Barat.

2. Definisi oprasional

Definisi oprasional adalah uraian tentang yang dimaksud, atau tentang

apa yang diukur oleh yang bersangkutan (Notoatmodjo, 2018).

23
Tabel 3
Definisi Oprasional Variabel

Variabel Definisi Cara Skala


pengukuran

Rhodamin B Rhodamin B merupakan Uji kualitatif dengan Nominal


Pewarna sintetik yang umum metode Kromatografi
digunakan sebagai pewarna Lapis Tipis (KLT)
tekstil dan merupakan zat warna dengan dihitung dari
tambahan yang dilarang nila Rf yang dihasilkan
penggunaannya dalam produk- dan Uji Kuantitatif
produk pangan. Identifikasi dengan KLT-
Rhodamin yang dilakukan Densitometer untuk
adalah pada makanan kerupuk mengetahui kadar
yang beredar di Pasar Badung Rhodamin B yang ada
Kecamatan Denpasar Barat. pada kerupuk.

24
BAB IV
METODE PENELITIAN

A. Jenis Penelitian

Jenis penelitian yang digunakan adalah metode deskriptif yaitu merupakan

metode penelitian yang berusaha menggambarkan objek atau subjek yang

diteliti secara objektif bertujuan menggambarkan fakta secara sistematis dan

karakteristik objek serta frekuensi yang diteliti secara tepat (Notoatmodjo,

2018). Jenis penelitian ini digunakan untuk mengetahui kandungan Rhodamin

B pada kerupuk yang beredar di Wilayah Pasar Badung Dauh Puri Kecamatan

Denpasar Barat.

B. Alur Penelitian

Alur penelitian merupakan tahapan atau prosedur penelitian yang akan


dilaksanakan. Adapun alur yang akan dilakukan pada penelitian ini yaitu:

Studi literatur Observasi pendahuluan

Perumusan masalah

Penentuan populasi dan sampel Penyusunan proposal

Uji Kualitatif dengan metode Penelitian sampel


Kromaterafi Lapis Tipis

Uji Kuantitatif dengan metode Analaisis Data


KLT-Densitometer

Penyusunan Laporan

Gambar 7 Analisis Kadar Rhodamin B Pada Kerupuk Yang Beredar Di Wilayah Pasar Badung
Kecamatan Denpasar Barat

25
C. Tempat dan Waktu Penelitian

1. Tempat Penelitian
Tempat yang digunakan untuk pengambilan sampel dilakukan pada

pedagang kerupuk yang berada di Wilayah Pasar Badung Denpasar

Barat dan untuk tempat penelitian yaitu di Laboratorium Kimia

Fakultas Farmasi Universitas Mahasaraswati.

2. Waktu Penelitian
Penelitian ini dilakukan dari bulan Februari – Juni 2022. Mulai dari

perencanaan penelitian sampai dengan penyusunan laporan akhir

penelitian.

D. Populasi dan Sampel Penelitian

1. Populasi Penelitian
Populasi merupakan wilayah generalisasi yang terdiri atas subjek

yang mempunyai kualitas dan karakteristik tertentu yang ditetapkan oleh

peneliti untuk dipelajari dan kemudian ditarik kesimpulannya. Populasi

pada penelitian ini adalah semua kerupuk yang berada di Wilayah Pasar

Badung Dauh Puri Kecamatan Denpasar Barat.

2. Sampel Penelitian
Sampel dalam penelitian ini adalah kerupuk yang dijual oleh semua

pedagang di Wilayah Pasar Badung Kecamatan Denpasar Barat. Kerupuk

yang digunakan sebagai sampel adalah kerupuk yang dijual di Pasar

Badung Kecamatan Denpasar Barat.

3. Teknik pengambilan sampel


Dalam penelitian ini pengambilan sampel menggunakan non-

probability. Menurut Sugiyono (2013) sampling jenuh adalah penentuan

26
pengambilan sampel bila seluruh anggota populasi digunakan sebagai

sampel dan cenderung dengan jumlah sampel yang sedikit, kurang dari 30

sampel.

E. Jenis, Teknik dan Instrumen Penelitian

1. Jenis data yang dikumpulkan


a. Data Primer
Data primer berupa hasil pengamatan yang telah dilakukan terhadap

sampel kerupuk yang mengandung Rhodamin B dan hasil penelitian

terhadap kandungan Rhodamin yang ada pada kerupuk yang beredar di

Wilayah Pasar Badung.

b. Data Sekunder
Data sekunder dalam penelitian ini meliputi hasil penelitian terdahulu,

jurnal-jurnal pendukung yang digunakan sebagai acuan teoritis dalam

penulisan Karya Tulis Ilmiah.

c. Teknik pengumpulan data


Pengumpulan data dari hasil pemeriksaan laboratorium terkait

kandungan atau kadar Rhodamin B yang terdapat pada sampel kerupuk

dengan penggunakan metode Kromatografi Lapis Tipis dan dilanjut dengan

KLT-Densotometri.

2. Instrument penelitian

a. Instrument pengumpulan data

Beberapa instrument yang digunakan dalam penelitian ini yaitu:


1) Alat tulis
2) Alat untuk dokumentasi

27
b. Alat dan bahan

1) Alat
Alat alat yang diperlukan dalam penelitian ini meliputi: gelas kimia
100 ml (Pyrex), gelas ukur 10ml (Pyrex), batang pengaduk, pipet volume
10ml (Pyrex), pipet ukur 50ml (Pyrex), tabung reaksi (Pyrex), pipet tetes,
ball pipet, pipet kapiler, labu ukur merek 100ml dan 500ml (Pyrex),
enlemeyer 50ml dan 100ml (Pyrex), neraca analitik (Radwag), oven
(Binder), penangas air dan chamber (Camage).

2) Bahan
Bahan yang digunakan dalam penelitian ini meliputi: sampel
(kerupuk), etil asetat 10% (Merck), ammonia pekat(Merck), larutan n-
butanol (Merck), larutan HCl (Merck), rhodamin B, kertas saring
(Whatmann No.42), Aquades, plat Kromatografi Lapis Tipis (TLC Silica
gel60F254).

3. Prosedur kerja

a. Pengambilan dan penyiapan sampel


1) Diambil kerupuk yang berwarna merah sebanyak 5-10 biji.
2) Dihaluskan kerupuk hingga benar – benar halus.
3) Timbang sebanyak 10 gram di neraca analitik.
4) Larutkan menggunakan etanol 70% dan saring.
5) Masukkan kedalam labu ukur 25mL.
6) Tambahkan etanol 70% sampa tanda batas.
b. Pembuatan eluen.
Dibuat eluen dengan mencampurkan n-butanol: etil asetat: amonia
10% dengan perbandingan 11 : 4 : 5.
c. Persiapan larutan standar pembanding Rhodamin B

Larutan pembanding dibuat dengan cara menimbang 50mg


Rhodamin B kemudian dilarutkan dalam 100ml akuades.

28
d. Identifikasi sampel dengan kromatografi lapis tipis

1) Identifikasi dengan KLT Chamber dijenuhkan dengan eluen n-butanol: etil


asetat: ammonia 10% dengan perbandingan 11:4:5. Sampel dan pembanding
ditotolkan pada garis penotolan plat yang berjarak 2 cm dari tepi plat KLT
menggunakan pipet kapiler yang telah dibilas dengan aquades, penotolan
dilakukan dengan tegak lurus.
2) Plat KLT dimasukkan ke dalam chamber yang telah jenuh dengan eluen,
ditutup dan dibiarkan beberapa saat sampai eluen naik sampai batas atas
plat. Plat KLT diangkat, dikeringkan dengan alat pengering.
3) Untuk identifikasi bercak, plat KLT diletakkan di bawah lampu UV pada
553 nm nm dan diamati flouresensi bercak. Jika secara visual berwarna
merah jambu dan di bawah sinar UV berfluoresendi kuning atau orange
maka menunjukkan hasil positif.
4) Sedangkan untuk penentuan Harga Rf, diketahui bercak sampel
dibandingkan dengan nilai Rf dengan pembanding (Sudjadi, 1986).
e. Identifikasi dengan Kromatografi Densitometri
Hasil berupa plat KLT yang sudah berwarna dimasukkan kedalam
densitometer dan di baca menggunakan TLC Scanner dengan menggunakan
sinar UV 254 nm. Hasil yang keluar akan berupa diagram peak luas sampel
dan pembanding.

F. Pengolahan dan Analisis Data

1. Teknik pengolahan data


Dapat dilihat dari data hasil laboratorium berupa tabel ada atau tidaknya
kandungan Rhidamin B pada sampel kerupuk, jika ada maka akan
dilakukan analisis karakteristik fisik pada sampel tersebut. Kemudian
ditabulasikan dan dinarasikan secara deskriptif.

29
2. Analisis data
Analisis data dilakukan secara deskriptif disajikan dalam bentuk tabel
yang dijabarkan secara naratif, yaitu menguraikan dan menjelaskan tentang
hasil pengamatan.

30
BAB V

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

A. Hasil Penelitian

1. Kondisi lokasi penelitian

Pasar Badung adalah salah satu pasar tradisional yang telah direvitalisasi

oleh pemerintah Denpasar. Pasar ini terletak di Dangin Puri Kangin, Jalan

Sulawesi No. 01, Denpasar. Lokasi pasar ini bisa dibilang sangat strategis, sebab

berdiri di tengah pusat kota Denpasar dan dikelilingi oleh beberapa tempat wisata

populer yang lainnya seperti Museum Bali, Taman Puputan Badung, dan lain-lain.

Karena hal tersebut, membuat akses menuju pasar tradisional ini menjadi begitu

mudah tanpa ada kesulitan apapun.

Pasar Badung merupakan pasar rakyat di Kota Denpasar yang beroperasi

selama 24 jam, dan telah menjadi pusat perekonomian masyarakat Kota

Denpasar dari sejak jaman kerajaan dulu. Pasar Badung menjadi salah satu

objek wisata yang sering didatangi wisatawan karena memiliki berbagai pesona

keindahan khas Bali yang sangat menakjubkan, hal ini pun membuat pasar ini

menjadi spot yang paling diburu oleh banyak orang serta menjual berbagai oleh

oleh khas Bali. Selain itu Pasar Badung juga menjadi tempat berjualan keperluan

kelengkapan mulai dari pakaian, bahan makanan seperti sayur-sayuran, hewan

ternak, dan berbagai barang lainnya pun dapat temukan di dalam pasar ini. Salah

satu makanan yang dapat ditemukan di pasar ini adalah kerupuk yang sering

menjadi makanan pendamping atau cemilan oleh masyarakat.


2. Hasil pengujian Rhodamin B pada objek penelitian

Hasil pemeriksaan terhadap 6 sampel dengan menggunakan metode

KLT disajikan pada Gambar 8. Berdasarkan Gambar 8, diketahui bahwa

terdapat 3 sampel yang menghasilkan bercak noda berdasarkan pengamatan

secara visual pada plat KLT, yaitu sampel B, D dan juga F. Sedangkan sampel

A, C dan E tidak menghasilkan bercak noda.

Gambar 8. Bercak Noda dari Hasil Kromatigrafi Lapis Tipis

Untuk memperjelas pengamatan noda atau bercak sampel yang

terdapat pada plat KLT dilakukam pengamatan dibawah sinar UV pada

panjang gelombang 254 nm. Berdasarkan pengamatan diketahui terdapat 4

sampel yang memilki noda atau bercak noda pada plat KLT yaitu pada sampel

A, B, D dan F dapat dilihat pada Gambar 9. Selanjutnya dilakukan

perhitungan harga Rf.

32
Gambar 9 . Bercak Noda yang Dilihat Menggunakan Sinar UV

Berdasarkan bercak noda yang teramati dibawah dibawah sinar UV

pada panjang gelombang 254 nm, dapat ditentukan nilai Rf dari masing

masing sampel. Hasil nilai Rf dari bercak noda disajikan pada Tabel 4.

Tabel 4
Nilai Rf yang Diperoleh

No Kode sampel Nilai Rf

1 Rhodamin B1 0,212

2 Rhodamin B2 0,225

3 Sampel A 0,075

4 Sampel B 0,080

5 Sampel C 0

6 Sampel D 0,100

7 Sampel E 0

8 Sampel F 0,080

33
B. Pembahasan

Sampel kerupuk yang digunakan dalam penelitian ini adalah kerupuk

yang diperoleh dari Pasar Badung. Sampel kerupuk terdiri dari 6 sampel yang

berbeda, baik dari yang bermerk dan tidak bermerk. Warna kerupuk yang

menjadi acuan dalam penentuan sampel pada penelitian ini adalah kerupuk

yang berwarna merah. Hal ini dilakukan karena penelitian ini bertujuan untuk

mengatahui kandungan Rhodamin B yang ada pada kerupuk. Pada umumnya

penambahan Rhodamin B pada pangan menghasilkan warna merah yang

terang. Sehingga sampel yang digunakan dalam penelitian ini adalah sampel

kerupuk yang memiliki warna merah.

Dalam penelitian ini menggunakan pelarut berupa etanol untuk

melarutkan sampel kerupuk dan bahan baku pembanding Rhodamin B, karena

etanol merupakan pelarut organik yang bersifat polar dan memiliki titik didih

yang rendah sehingga dapat dengan baik melarutkan zat organik yang juga

bersifat polar. Dalam ekstraksi sampel kerupuk, gelas kimia yang digunakan

ditutup dengan aluminium foil atau stretch film. Hal ini dilakukan untuk

mengurangi penguapan etanol yang berlebihan karena etanol sangat mudah

menguap

Pada penelitian ini menggunakan metode Kromatografi Lapis Tipis

yang merupakan teknik pemisahan dengan menggunakan fase diam dan fase

gerak. Prinsip kromatografi lapis tipis pada penelitian ini adalah adsorbsi dan

kepolaran, dimana adsorbsi didasarkan pada panjang komponen dalam

campuran yang diadsorbsi pada permukaan fase diam dan kepolaran

komponen, berpengaruh karena komponen akan larut dan terbawa oleh pelarut

34
jika memiliki kepolaran yang sama serta kecepatan migrasi pada fase diam dan

fase gerak (Safitri, 2017).

Fase diam yang digunakan dalam penelitian ini adalah plat silika dan

fase geraknya adalah campuran atau eluen yang digunakan yaitu campuran n-

butanol : etil asetat : ammonia dengan perbandingan 11:4:5 (Syakri,2017).

Dengan penggunaan eluen ini didapat pemisahan yang cukup baik karena

campuran eluen bersifat polar dan senyawa Rhodamin B juga bersifat polar.

Penggunaan eluen ini berfungsi sebagai fase air atau fase gerak untuk

menciptakan suasana organik sehingga sampel dapat terdistribusi dengan baik.

Dimana pelarut yang bersifat polar akan berikatan dengan senyawa yang

bersifat polar juga dan sebaliknya. Semakin dekat kepolaran antara senyawa

dengan eluen maka senyawa akan semakin terbawa oleh fase gerak tersebut.

Eluen yang digunakan harus dijenuhkan terlebih dahulu didalam

chamber selama 30 menit. Tujuan penjenuhan adalah untuk memastikan

partikel fase gerak terdistribusi merata pada seluruh bagian chamber sehingga

proses pergerakan spot diatas fase diam oleh fase gerak berlangsung optimal,

dengan kata lain penjenuhan digunakan untuk mengoptimalkan naiknya eluen.

Pemisahan terjadi karena ada perbedaan interaksi antara komponen yang ada

dalam sampel dengan fase diam dan fase geraknya. Penotolan yang dilakukan

sebanyak 5 µl dengan jarak masing masih sampel 2 cm, hal ini dilakukan untuk

menghindari pelebaran noda dan jika sampel yang digunakan terlalu banyak

akan menurunkan resolusi. Pelebaran noda pada plat dapat mengganggu nilai

Rf. Nilai Rf yang dikatakan positif jika antara sampel dengan standar memiliki

nilai Rf yang sama atau memiliki selisih nilai Rf ≤ 0,05 (Oktaviantari, 2019)

35
Hasil pengamatan yang dilakukan pada 6 sampel kerupuk yang beredar

di pasar Badung Kecamatan Denpasar Barat, dapat dilihat pada Gambar 8

terdapat 3 sampel yang menghasilkan bercak noda jika dilihat secara visual

yaitu sampel B, D dan F. Untuk memperjelas hasil dilakukan pengamatan

dibawah sinar UV dengan panjang gelombang 254 nm dapat dilihat pada

Gambar 9, terdapat 4 smapel yang memiliki bercak noda yaitu sampel A, B, D

dan F. Sedangkan sampel yang lain yaitu sampel C dan E tidak menghasilkan

bercak noda karena sampel tersebut mengandung senyawa lain yang bukan

termasuk senyawa Rhodamin B.

Selanjutnya dilakukan perhitungan harga Rf pada masing masing

sampel yang memiliki bercak noda. Hasil perhitungan dapat dilihat pada Tabel

4, berdasarkan tabel dapat dilihat harga Rf baku pembanding dan sampel

dimana diperoleh harga Rf bahan baku pembanding yaitu 0,216-0,225,

sementara dari sampel lainnya di peroleh harga Rf sampel A yaitu 0,075 untuk

sampel B yaitu 0,080 dan sampel D yaitu 0,100 serta sampel F yaitu 0,080.

Dapat dilihat bahwa sampel A memiliki nilai Rf paling rendah dan ada 2

sampel yaitu sampel C dan E yang tidak terjadi pemisahan yang ditandai

dengan tidak ada bercak noda yang dihasilkan pada plat KLT, hal ini

menandakan bahwa interaksi sampel lebih kuat pada fase diam sehingga

bercak noda yang dihasilkan tidak jauh dari lokasi penotolan sampel.

Berdasarkan nilai Rf yang dihasilkan menunjukkan bahwa dari 6 sampel

kerupuk yang beredar di Pasar Badung tidak ada yang memiliki harga R f yang

sama atau identik dengan bahan baku pembanding atau mendekati dengan

selisih nilai ≤ 0,05 dengan nilai Rf dari bahan baku pembanding. Hal ini

36
menandakan bahwa didalam sampel tidak terkandung senyawa Rhodamin B,

kemungkinan terdapat senyawa lain yang bereaksi dengan fase diam dari

eluen yang digunakan.

Dapat disimpulkan bahwa kerupuk yang dijual oleh pedagang di Pasar

Badung sebagian besar aman dikonsumsi. Dalam penelitian ini dilakukan

dengan metode kromatografi lapis tipis saja karena penggunaan KLT-

Densitometer untuk mengetahui kadar, hal ini dilanjutkan jika sampel yang

dihasilkan pada metode KLT menghasilkan hasil positif atau harga Rf yang

dihasilkan sama dengan bahan baku pembanding atau memiliki selisih ≤ 0,05

dari nilai Rf bahan baku pembanding.

37
BAB VI
SIMPULAN DAN SARAN

A. Simpulan

Berdasarkan penelitian mengenai analisis Rhodamin B pada sampel

kerupuk dengan metode Kromatografi Lapis Tipis dapat disimpulkan bahwa

kerupuk yang beredar di Pasar Badung Kecamatan Denpasar Barat tidak

mengandung Rhodamin B.

B. Saran

1. Bagi masyarakat disarankan agar memastikan pewarna yang digunakan

pada kerupuk bukan pewarna sintetik. Misalkan dengan memilih

makanan yang tidak terlalu berwarna merah terang

2. Bagi BPOM dan instansi terkait disarankan untuk melakukan

pemeriksaan secara berkala kepada pedagang maupun produsen makanan

atau minuman untuk meminimalkan penyalahgunaan pewarna non

pangan berbahaya ke dalam makanan atau minuman.

3. Bagi peneliti lain disarankan untuk mengidentifikasi zat pewarna lain

yang ada pada kerupuk selain senyawa rhodamin B.


Daftar Pustaka

Dapartemen Kesehatan RI. (1985). Peraturan Menteri kesehatan Republik


Indonesia Nomor 239 Tahun 1985 Tentang Zat Warna Tertentu Yang
Dinyatakan Sebagai Bahan Berbahaya. Diakses pada 15 Februari 2022

Dapartemen Kesehatan RI. (1988). Peraturan Menteri kesehatan Republik


Indonesia Nomor 722 Tahun 1988 Tentang Bahan Tambahan Pangan.
Diakses pada 15 Februari 2022.

Ena, E.C.A. (2016). Analisis Kandungan Rhodamin B Pada Sediaan Eye Shadow
Yang Dijual di Kota Bandung dengan Menggunakan Kromatografi Lapis
Tipis - Spektrofotometri UV-Vis. Prosiding Farmasi. Diakses pada 15
Februari 2022.

Febrianti, D. R, dan M. R. Hakim. 2018. Analisis Kualitatif Rhodamin B dalam


Bumbu Tabur pada Penjual Jajanan di Kecamatan Banjarmasin Utara
Kota Banjarmasin. Pharmacon Jurnal Ilmiah Farmasi, 5(01), 8–13.
Diakses pada 15 Februari 2022.

Febrina, R. N. I. (2013). Pengaruh Pemberian Rhodamin B Trhadap Siklus Estrus


Mencit (Mus musculus L.). Jurnal Biologi. Diakses pada 15 Februari 2022.

Karimah, F. A. (2017). Analisis zat Pewarna Sintetik pada Jajanan di SD


Kompleks Lariangbangi Makassar. Makassar: Fakultas Kesehatan
Masyarakat Universitas Hasanuddin. Diakses pada 15 Februari 2022.

Marzoni, R. (2016). Dasar dasar Fitokimia. Trans Info Media. Bukit Tinggi.
Diakses pada 15 Februari 2022

Motarjemi, A. d. (2001). Dasar-Dasar Keamanan Makanan Untuk Petugas


Kesehatan. Jakarta: Buku Kedokteran EGC. Diakses pada 15 Februari
2022

Notoatmodjo, S. (2018). Metodologi Penelitian Kesehatan. Jakarta : PT Rineka


Cipta. Diakses pada 15 Februari 2022

Nursyakirah. (2018). Uji Daya Terima Dan Kandungan Gizi Kerupuk Ikan Nila
Dan Kolang- Kaling. Medan : Uneversitas Sumatera Utara. Diakses pada
15 Februari 2022

Oktaviantari, D.E,dkk. (2019). Identifikasi Hidrokuinon Dalam sabun Pemutih


pembersih wajah Pada Tiga Klinik Kecantikkan Di Bandar Lampung
Dengan Metode Kromatografi Lapis Tipis dan Spektrofotometer. Jurnal
Analis Farmasi. Diakses pada 3 Juni 2022.

38
Pamungkas, R. P. V. N. (2016). Analisis Pewarna rhodamin B Pada Arum Manis
Secara kromatografi Lapis Tipis dan Spektrofotometri UV-Vis di Daerah
Sukoharjo dan Surakarta. JournalOf Pharmacy Science. Diakses pada 15
februari 2022.

Pertiwi, S. U. (2013). Analisis Kandungan Zat Pewarna Sintetik Rhodamin B dan


Methanil Yellow Pada Jajanan Anak di SDN Kompleks Mangkura Kota
Makassar. Makassar: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas
Hsanuddin. Diakses pada 15 Februari 2022.

Purwanti. (2011). Inovasi Pembuatan Kerupuk Bawang Dengan Substitusi Tepung


Kentang. Diakses pada 15 Februari 2022

RI, D. K. (1994). Tentang Zat Warna Tertentu Yang Dinyatakan Sebagai Bahan
Berbahaya. In Direktorat Jendral Pengawasan Obat dan Makanan (p.
239). Diakses pada 15 Februari 2022

Ridwan, N. (2013). Analisis Kandungan Rhodamin B Pada Minuman Dingin


Yang Dijajakan Dengan Gerobak Di Kelurahan Pattinuaang Makassar.
Diakses pada 15 Februari 2022

Riska. (2013). Pengaruh Pemberian Rhodamin B Terhadap Struktur Histologi


Ginjal Mencit Putih (Mus musculuc L.). Jurnal Biologi Universitas
Andalas, 43-49. Diakses pada 15 Februari 2022

Rohman, A, dan I. G. Gandjar. 2007. Metode Kromatografi untuk Analisis


Makanan. Yogyakarta : Penerbit Buku Pustaka Pelajar. Diakses pada 15
Februari 2022

Syakri, Syamsuri. (2017). Analisis kandungan Rhodamin B Sebagai Pewarna


Pada Sediaan Lipstik Import yang Beredar di Kota Makassar. JF FIK
UINAM. Diakses pada 3 Juni 2022.

Safitri, D. A. 2017. Pemisahan Zat Warna dengan Kromatografi Kertas. Farmasi


Fakultas Ilmu Kesehatan Universitas Darussalam. Diakses pada 15
Februari 2022

Sardiawan, C. S., I. G. A. S. Dhyanaputri, dan J. S. Yanty. (2013). Tinjauan


Kandungan Rhodamin B dalam Saus Tomat yang Beredar di Kota
Denpasar. Meditory (The Journal of Medical Laboratory). 1(1) : 55 –
62. Diakses pada 15 Februari 2022

Sugiyono. (2013). Metode Penelitian Pendidikan Pendekatan Kuantitatif,


Kualiatif, dan R&D. Bandung. Diakses pada 15 Februari 2022

39
Widaryanto, B. E. (2018). Identifikasi Pewarna Rhodamin B Pada Kerupuk
Berwarna yang Dijual Di Pasar Tanjung Anyar Kota Mojokerto.
Jombang: Karya Tulis Ilmiah. Diakses pada 15 Februari 2022

Winarno, F. (2004). Kimia Pangan dan Gizi. Jakarta: Gramedia Pustaka Umum..
Diakses pada 15 Februari 2022

Yuliarti, N. (2007). Awas Bahaya dibalik Lezatnya Makanan. Yogyakarta:


Penerbit Andi. Diakses pada 15 Februari 2022

40
41
Lampiran 3. Hasil Perhitungan Rf

Jarak
Jarak Nilai
No. Kode sampel Bercak di sinar UV Tempuh
Tempuh Spot Rf
Eluen
Noda
1 Sampel A Tidak ada bercak 8 0,4 0,075

2 Sampel B Bercak samar 8 0,5 0,080

3 Sampel C Tidak ada bercak 8 0 0

4 Sampel D Terdapat bercak 8 0,8 0,100

5 Sampel E Tidask ada bercak 8 0 0

6 Sampel F Bercak samar 8 0,5 0,080

7 Rhodamin B 1 Terdapat bercak 8 1,6 0,212

8 Rhodamin B 2 Terdapat bercak 8 1,72 0,225

43
Lampiran 2. Alat dan Bahan

Gelas Kima Gelas Ukur

Batang Pengaduk Chamber

Neraca Analitik Plat Selika Gel

44
Rhodamin B n-Butanol

Ammonia Pekat Etil Asetat

Aquades

45
Lampiran 3. Dokumentasi Kegiatan

Pre Analitik

Analitik

46
Post Analitik

47
Lampiran 4. Surat Perizinan Penelitian

48
Lampiran 5. Surat Peminjaman Laboratorium

49

Anda mungkin juga menyukai