Anda di halaman 1dari 7

RANGKUMAN STRATEGI ADVOKASI DALAM PROMOSI KESEHATAN

OLEH :

Ni Putu Dian Wela Kusuma

P07134019082

III B

POLITEKNIK KESEHATAN DENPASAR

JURUSAN TEKNOLOGI LABORATORIUM MEDIS

TAHUN 2020/2021
1. Pengertian Advokasi

Advokasi adalah kombinasi antara pendekatan atau kegiatan individu dan sosial untuk
memperoleh komitmen politik, dukungan kebijakan, penerimaan sosial, dan adanya sistem yang
mendukung terhadap suatu program atau kegiatan

2. Tujuan Advokasi

a.       Komitmen Politik
Komitmen para pembuat keputusan di sektor manapun sangat diperlukan terhadap
permasalahan kesehatan dan upaya pemecahan permasalahan kesehatan. Pembangunan nasional
tidak terlepas dari pengaruh kekuasaan politik yang sedang berjalan. Oleh sebab itu,
pembangunan di sektor kesehatan juga tidak terlepas dari kondisi dan situasi politik pada saat ini.
Baik kekuasaan eksekutif maupun legislative di Negara manapun ditentukan oleh proses politik,
terutama hasil pemeliharaan umum pada waktu yang lampau. Seberapa jauh komitmen politik
para eksekutif dan legislatif terhadap masalah kesehatan masyarakat, ditentukan oleh
pemahaman mereka terhadap masalah-masalah kesehatan.
Demikian juga mereka mengalokasikan anggaran pembangunan nasional bagi
pembangunan sektor kesehatan, juga tergantung pada cara pandang dan kepedulian mereka
terhadap kesehatan dalam konteks pembangunan nasional. Oleh sebab itu, untuk meningkatkan
komitmen para eksekutif dan legislatif terhadap kesehatan diperlukan advokasi. Komitmen
politik ini dapat diwujudkan dengan pertanyaan-pertanyaan, baik lisan maupun tulisan, dari
pejabat eksekutif dan legislatif, mengenai dukungan atau persetujuan terhadap isu-isu kesehatan. 
b.      Dukungan Kebijakan
Dukungan politik tidak akan berarti tanpa dikeluarkannya kebijakan yang konkret dari
para pembuat kebijakan tersebut. Oleh sebab itu, setelah adanya komitmen politik dari para
eksekutif maka perlu ditindaklanjuti dengan advokasi lagi agar dikeluarkan kebijakan untuk
mendukung program yang telah memperoleh komitmen politik tersebut. Dukungan kebijakan ini
dapat berupa undang-undang, peraturan pemerintah atau peraturan daerah, surat keputusan
pimpinan institusi, surat edaran, dan sebagainya.
c.       Dukungan Masyarakat
Dukungan masyarakat berarti diterimanya suatu program oleh masyarakat. Program
kesehatan apapun hendaknya memperoleh dukungan dari sasaran utama program tersebut. Oleh
sebab itu, apabila suatu program kesehatan telah memperoleh komitmen dan dukungan
kebijakan, maka selanjutnya perlu mensosialisasikan program tersebut untuk memperoleh
dukungan masyarakat. Untuk sosialisasi program ini, maka dibutuhkan tenaga kesehatan yang
memiliki kemampuan advokasi.
d.      Dukungan Sistem
Agar suatu program berjalan baik, maka perlu adanya sistem, mekanisme, atau prosedur
kerja yang jelas yang mendukungnya. Oleh sebab itu, sistem kerja atau organisasi kerja yang
melibatkan kesehatan perlu dikembangkan. Semua sektor pembangunan yang mempunyai
dampak terhadap kesehatan, harus memasukkan atau mempunyai unit atau sistem yang
menangani masalah kesehatan di dalam struktur organisasinya. Unit ini secara internal
menangani masalah-masalah kesehatan yang dihadapi oleh karyawannya, secara eksternal
mengatasi dampak institusi tersebut terhadap kesehatan masyarakat.
Dalam mengembangkan organisasi atau sistem kerja, suatu institusi terutama yang
mempunyai dampaik terhadap kesehatan harus mempertimbangkan adanya unit kesehatan
tersebut. Terwujudnya unit kesehatan di dalam suatu organisasi kerja di industri-industri atau
institusi kerja tersebut memerlukan pendekatan advokasi oleh sektor kesehatan di semua tingkat.
3. Sasaran Advokasi
METODE HASIL YANG
SASARAN Komunikasi Persuasif : DIHARAPKAN
- Seminar sehari - Kebijakan public,
Penentu kebijakan - Lobby, petisi - Peraturan,
DPRD, pimpinan - Orientasi, negosiasi - Perundangan,
perusahaan / - Coffee morning - Dukungan, fasilitas
organisasi

Masyarakat : Advokasi lewat media - Koalisi


-LSM, PKK, Kader - Pemasaran social, KIE - Jaringan kerja
-Org, Profesi - Kampanye - Kemitraan
- Media massa
Masyarakat luas :
Individu / kepala KIE dalam acara formal (rembug Kebijakan dalam tatanan rumah
keluarga / desa, peringatan hari besar, hari tangga, RT, RW, desa
RT/RW/Desa kesehatan), informal

4. Kegiatan-Kegiatan Advokasi
a) Seminar atau Presentasi
Seminar atau presentasi yang dihadiri oleh para pejabat lintas program dan lintas sektoral.
Petugas kesehatan menyajikan masalah kesehatan di wilayah kerjanya, lengkap dengan data  dan
ilustrasi yang menarik serta rencana program pemecahannya. Kemudian masalah tersebut
dibahas bersama-sama, yang akhirnya diharapkan akan diperoleh komitmen dan dukungan
terhadap program yang akan dilaksanakan tersebut.
b)       Media
Advokasi media adalah melakukan kegiatan advokasi dengan menggunakan media,
khususnya media massa. Melalui media cetak atau media elektronik, permasalahan kesehatan
disajikan baik dalam bentuk lisan, artikel, berita, diskusi, penyampaian pendapat, dan sebagainya
yang ada sangkutpautnya dengan bidang kesehatan.
c)      Perkumpulan
Asosiasi atau perkumpulan orang-orang yang mempunyai minat atau keterkaitan terhadap
masalah tertentu dalam bidang kesehatan atau perkumpulan profesi adalah juga merupakan
bentuk advokasi.  
5. Persyaratan untuk Advokasi
a)      Dipercaya (Credible), dimana program yang ditwarkan harus dapat meyakinkan
para penentu kebijakan atau pembuat keputusan , oleh karena itu harus didukung akurasi
data dan masalah.
b)      Layak (Feasible), program yang ditawarkan harus mampu dilaksanakan secara
teknik prolitik maupun sosial.
c)      Memenuhi Kebutuhan Masyarakat (Relevant)
d)     Penting dan mendesak (Urgent), program yang ditawarkan harus mempunyai
prioritas tinggi
4). Pendekatan kunci Advokasi
a). Melibatkan para pemimpin/ pengambil keputusan
b). Menjalin kemitraan
c). Memobilisasi kelompok peduli.

6. Strategi Advokasi
Strategi advokasi di dalam pemberdayaan masyarakat dapat kita bagi dalam tiga strategi
yaitu sebagai berikut:
a.       Strategi mikro
Yaitu penghubung sosial masyarakat atau penghubung klien dengan sumber-sumber di
lingkungan sekitar. Adapun teknik yang dapat dilakukan adalah menjalin relasi kerjasama
dengan profesi-profesi kunci, membangun kontak-kontak antara klien dengan lembaga-lembaga
pelayanan sosial, mempelajari kebijakan-kebijakan dan syarat-syarat serta proses pemanfaatan
sumber daya yang ada di dalam masyarakat.
b.      Strategi mezzo
Yaitu mediator, maksudnya disini adalah mewakili dan mendampingi kelompok-
kelompok formal atau organisasi guna mengidentifikasi masalah sosial yang dihadapi secara
bersama dalam merumuskan tujuan, mendiskusi solusi-solusi secara potensial, monitoring dan
mengevaluasi rencana aksi. Teknik yang dapat dilakukan, antara lain, bersikap netral, tidak
memihak, dan pada saat bersamaan percaya bahwa kerjasama yang dibuat dapat berjalan serta
mendatangkan manfaat. Kemudian memfasilitasi pertukaran informasi secara terbuka di antara
pihak yang terlibat, mengidentifikasi manfaat kerjasama yang timbul, menggali kesaman-
kesamaan yang dimiliki oleh pihak terlibat konflik, mendefinisikan, mengkonfrontasikan dan
menangani berbagai hambatan komunikasi. 
c.       Strategi makro
Yaitu sebagai aktivis dan analis kebijakan. Advokasi berperan sebagai aktivis sosial,
maka harus terlibat langsung dalam gerakan perubahan sosial dan aksi sosial bersama
masyarakat. Wujud riil dari peran sebagai aktivis sosial adalah meningkatkan kesadaran publik
terhadap masalah sosial, ketidak-adilan, memobilisasi sumber daya masyarakat untuk merubah
kondisi-kondisi yang buruk dan tidak adil, melakukan lobi dan negosiasi agar terjadi perubahan
di bidang hukum, termasuk melakukan class action.

7. Strategi Promosi Kesehatan menurut Piagam Ottawa


Konferensi Internasional Promosi Kesehatan di Ottawa ± Canada padatahun 1986
menghasilkan piagam Otawa (Ottawa Charter). Di dalam piagam Ottawatersebut
dirumuskan pula strategi baru promosi kesehatan, yang mencakup 5 butir, yaitu:
a. KebijakanBerwawasan Kebijakan (Health Public Policy)
Adalah suatu strategi promosi kesehatan yang di tujukan kepada para penentu atau
pembuat kebijakan, agar mereka mengeluarkan kebijakan-kebijakan public yang mendukung
atau menguntungkan bagi bidang kesehatan. Dengan perkataan lain, agar kebijakan- kebijakan
dalam bentuk peraturan, perundangan, surat-surat keputusan dan sebagainya, selalu berwawasan
atau berorientasi kepada kesahatan publik.Misalnya, ada peraturan atau undang-undang yang
mengatur adanya analisis dampak lingkungan untuk mendirikan pabrik, perusahaan, rumah sakit,
dan sebagainya. Dengan katalain, setiap kebijakan yang dikeluarkan oleh pejabat publik, harus
memperhatikan dampaknya terhadap lingkungan (kesehatan masyarakat).
b. Lingkungan yang mendukung (Supportive Environment)
Strategi ini ditujukan kepada para pengelola tempat umum,termasuk pemerintah kota,
agar mereka menyediakan sarana-prasarana atau fasilitas yang mendukung terciptanya perilaku
sehat bagi masyarakat, atau sekurang-kurangnya pengunjung tempat-tempat umum tersebut.
Lingkungan yang mendukung kesehatan bagi tempat-tempat umum lainnya:
tersedianya tempat samapah,tersedianya tempat buang air besar/kecil,tersedianya air
bersih,tersedianya ruangan bagi perokok dan non-perokok, dan sebagainya. Dengan
perkataanlain, para pengelola tempat- tempat umum, pasar, terminal, stasiun kereta api, bandara,
pelabuhan, dan sebagainya, harus menyediakan sarana dan prasarana untuk mendukung perilaku
sehat bagi pengunjungnya.
c.Reorientasi Pelayanan Kesehatan (Reorient Health Service)
Sudah menjadi pemahaman masyarakat pada umumnya bahwa dalam pelayanan
kesehatanitu ada 3 provider´ dan 3 consumer Penyelenggara (penyedia) pelayanan kesehatan
adalah pemerintah dan swasta, dan masyarakat adalah sebagai pemakai atau pengguna pelayanan
kesehatan. Pemahaman semacamini harus diubah, harus diorientasikan lagi, bahwa
masyarakat bukan sekedar pengguna atau penerima pelayanan kesehatan,tetapi sekaligus juga
sebagai penyelenggara, dalam batas-batas tertentu. Realisasida rireontitas pelayanan kesehatan 
ini, adalah para penyelenggara pelayanan kesehatan baik pemerintrah maupun swasta harus
melibatkan, bahkan memberdayakan masyarakat agar mereka juga dapat berperan bukan hanya
sebagai penerima pelayanan kesehatan,tetapi juga sekaligus sebagaipenyelenggara pelayanan
kesehatan. Dalam meorientasikan pelayanan kesehatan ini peran promosi kesehatan
sangat penting.
d. Keterampilan Individu (Personnel Skill)
Kesehatan masyarakat adalah kesehatan agregat yangterdiri dari individu, keluarga, dan
kelompok-kelompok. Oleh sebab itu, kesehatan masyarakat akan terwujud apabila
kesehatan indivu-individu, keluarga-keluarga dan kelompok-kelompok tersebut terwujud. Oleh
sebab itu, strategi untuk mewujudkan keterampilan individu-individu (personnels kill) dalam
memelihara dan meningkatkan kesehatan adalah sangat penting. Langkah awal dari peningkatan
keterampilan dalam memelihara dan meningkatkan kesehatan merekaini adalah memberikan
pemahaman- pemahaman kepada anggota masyarakat tentang cara-cara memelihara kesehatan,
mencegah penyakit, mengenal penyakit, mencari pengobatan ke fasilitas kesehatan profesional,
meningkatkan kesehatan, dan sebagainya.Metode dan teknik pemberian pemahaman ini lebih
bersifat individu daripada massa.
e. Gerakan masyarakat (Community Action)
Untuk mendukung perwujudan masyarakat yang mau dan mampu memelihara dan
meningkatkan kesehatannya seperti tersebut dalam visipromosi kesehatan ini, maka di dalam
masyarakat itu sendiri harus ad gerakan atau kegiatan-kegiatan untuk kesehatan. Oleh karena itu,
promosi kesehatan harus mendorong dan memacu kegiatan-kegiatan di masyarakat dalam
mewujudkan kesehatan mereka. Tanpa adanya kegiatan masyarakat di bidang kesehatan,
niscayaterwujud perilaku yang kondusif untuk kesehatan atau masyarakat yang mau dan mampu
memelihara serta meningkatkan kesehatan mereka.

Anda mungkin juga menyukai