Anda di halaman 1dari 9

TUGAS KOMUNIKASI

“Mengerikannya Covid-19”

Oleh:
Ni Putu Dian Wela Kusuma

P07134019082

2B

Kementrian Kesehatan Republik Indonesia

Politeknik Kesehatan Denpasar

Jurusan Teknologi Laboratorium Medis

Tahun Ajaran 2020/2021


Mengerikannya Covid-19

          

Apa itu Virus Corona? 


  
           Virus Corona atau severe acute respiratory syndrome coronavirus 2 (SARS-CoV-2)
adalah virus yang menyerang sistem pernapasan. Virus ini sangat berbahaya karena bisa
menyebabkan pneumonia berat hingga kematian. Hingga kini, belum ditemukan obat khusus
yang bisa melawan infeksi virus ini.

Penyakit yang disebabkan oleh virus ini juga sering di kaitkan dengan penyakit
pneumonia. Usia menjadi predikat utama dari penyakit ini, resiko ini semakit meningat seiring
bertambahnya usia. Hal itu terjadi karena sistem kekebalan tubuh secara alami akan melemah
seiring bertambahnya usia yang menyebabkan tubuh sulit untuk mendeteksi dan melawan virus
yang masuk ke dalam tubuh.

  
Pasien COVID-19 biasanya mengalami batuk dan demam yang disebabkan karena ketika
saluran pernafasan terinfeksi dan menyebabkan peradangan yang akan memicu terjadinya iritasi
di saluran pernafasan. Tapi jika kondisi semakin memburuk virus akan melewati saluran
pernafasan hingga masuk kedalam alveolus menybabkan peradangan, dan paru paru akan di
penuhi cairan inflamsi sehingga menyebabkan batuk, sesak nafas dan kadar oksigen berkurang.
Jika paru paru dipenuhi cairan makan udara yang kaya oksigen tidak dapat mengalir ke
peredaran darah

Berikut gambar paru paru yang mengalami peradangan

Seringkali virus ini menyebar antara manusia ke manusia melalui tetesan cairan dari
mulut dan hidung saat orang yang terinfeksi sedang batuk atau bersin, mirip dengan cara
penularan penyakit flu. Tetes cairan dari mulut dan hidung pasien tersebut bisa jatuh dan
tertinggal pada mulut dan hidung orang lain yang berada di dekatnya, bahkan dihisap dan
terserap ke dalam paru-paru orang tersebut melalui hidungnya. 

Apa yang harus dilakukan agar tidak terkena Virus Corona? 

           Cara terbaik untuk melindungi diri kita adalah dengan menghindari kondisi atau tempat
dimana Anda berpotensi terpapar virus tersebut. Sebuah lembaga pencegahan penyakit di
Amerika, Center for Disease Control and Prevention (CDC) menyarankan Anda sejumlah hal-hal
di bawah ini untuk mencegah penyebaran penyakit pernapasan, yaitu:

 Perbanyak cuci tangan menggunakan air dan sabun paling tidak selama 20 detik,
terutama sebelum Anda keluar kamar mandi; sebelum makan; dan setelah Anda buang
ingus, atau batuk, atau bersin.
 Jika air dan sabun tidak tersedia, gunakanlah pembersih tangan alkohol dengan
kandungan alkohol sebanyak minimal 60%
 Hindari menyentuh wajah sebelum Anda cuci tangan
 Hindari kontak dekat dengan orang-orang sakit
 Tinggal di rumah jika Anda sakit
 Tutupi mulut Anda saat batuk dan bersin dengan menggunakan tisu
 Perbanyak membersihkan barang-barang Anda serta perabotan di rumah Anda

Apakah seseorang pasien corona bisa sembuh?

       Belum ada pengobatan anti-virus untuk menyembuhkan mereka yang terjangkit Virus
Corona. Para pasien perlu mendapatkan perawatan medis ekstra untuk meringankan dan
menghilangkan gejalanya.

       Walaupun begitu, para ahli tetap berusaha menemukan kandidat obat yang bisa
dimanfaatkan untuk mengatasi COVID-19. Beberapa di antaranya adalah obat-obatan yang dulu
pernah digunakan pada wabah SARS dan MERS. Karena virus penyebabnya berasal dari
keluarga virus yang sama, diharapkan obat-obatan ini juga bisa mengatasi COVID-19.

Berikut ini adalah beberapa obat-obatan yang diduga bisa mengatasi infeksi virus Corona atau
COVID-19:

Favipiravir

Favipiravir adalah obat antivirus yang digunakan untuk mengatasi beberapa jenis virus
influenza yang tergolong dalam jenis virus RNA. Salah satunya adalah virus influenza A yang
menyebabkan flu burung dan flu babi.

Obat ini melawan virus dengan menghambat kerja enzim RNA polimerase yang berperan
dalam memperbanyak jumlah virus. Bila enzim ini dihambat, virus tidak akan bisa berkembang
biak dan jumlahnya di dalam tubuh menjadi berkurang.

SARS-CoV-2 juga tergolong dalam jenis virus RNA. Itulah sebabnya, favipiravir
disinyalir bisa mengontrol jumlah virus dalam tubuh penderita COVID-19 sehingga kondisi
paru-paru penderita bisa membaik.
Sudah ada beberapa penelitian yang menunjukkan keampuhan obat ini dalam
menurunkan jumlah virus dan mempercepat perbaikan paru-paru penderita COVID-19. Efek
sampingnya pun minimal. Namun, obat jenis ini hanya boleh digunakan sesuai anjuran dokter
dan tidak diperuntukkan bagi ibu hamil.

Selain itu, sebenarnya masih dibutuhkan uji klinis lebih lanjut untuk bisa menetapkan
favipiravir sebagai obat resmi untuk mengatasi COVID-19.

Klorokuin

Klorokuin adalah obat antimalaria yang digunakan untuk mencegah dan mengatasi
penyakit malaria. Selain itu, obat ini juga bisa digunakan untuk mengatasi rheumatoid arthritis,
lupus, dan amebiasis.

Beberapa uji coba mengenai klorokuin pada penderita COVID-19 telah dilakukan dan
menunjukkan hasil yang cukup baik. Namun, sama seperti favipiravir, masih dibutuhkan uji
klinis lebih lanjut yang diawasi oleh WHO (World Health Organization).

Jadi, hingga saat ini, keefektifan dan keamanan klorokuin untuk melawan virus SARS-
CoV-2 masih belum jelas dan penggunaan obat ini pada kasus COVID-19 pun belum disahkan
oleh WHO. Oleh karena itu, penggunaan klorokuin secara bebas atau tanpa anjuran dokter sangat
tidak disarankan.

Efek samping yang bisa muncul saat mengonsumsi klorokuin meliputi sakit kepala, tidak
nafsu makan, sakit perut, diare, rambut rontok, dan kulit menjadi sensitif terhadap sinar matahari.

Lopinavir-ritonavir

          Lopinavir-ritonavir adalah obat antivirus yang biasanya digunakan untuk mengatasi
penyakit HIV dan hepatitis C. Obat ini pernah menunjukkan efektivitas yang signifikan terhadap
virus penyebab SARS, yang berasal dari kelompok virus yang sama dengan virus penyebab
COVID-19, sehingga diharapkan bisa bermanfaat untuk menangani COVID-19.

          Sayangnya, sejauh ini, lopinavir-ritonavir tidak terlihat memberikan manfaat untuk
penderita COVID-19. Selain itu, kombinasi obat ini menimbulkan efek samping yang jauh lebih
banyak daripada efek samping obat COVID-19 lainnya.

         Selain obat-obat di atas, masih ada obat lain yang telah diuji coba untuk menangani pasien
COVID-19. Beberapa di antaranya adalah interferon alfa, ribavirin, dan remdesivir. Namun,
sama seperti obat di atas, obat-obat ini juga masih memerlukan uji klinis lebih lanjut.

Namun, perlu diingat bahwa virus yang menyebabkan COVID-19 adalah virus jenis baru
yang berbeda dari coronavirus penyebab SARS ataupun MERS. Oleh karena itu, keampuhan
atau efek sampingnya dalam mengatasi COVID-19 belum diketahui secara pasti.

         Sejauh ini, terapi yang disarankan oleh WHO adalah pengobatan sesuai gejala yang timbul
dan pengendalian peradangan yang terjadi di dalam tubuh penderita COVID-19. Selain itu,
upaya meningkatkan daya tahan tubuh dengan pemberian nutrisi dan dukungan emosional juga
penting untuk dilakukan.

            Agar tidak terinfeksi virus Corona, dianjurkan untuk melakukan tindakan pencegahan.
Dengan begitu, virus Corona tidak mudah masuk ke dalam tubuh dan penyebaran virus ini juga
tidak makin meluas.

              Jika dalam 14 hari terakhir pernah berada di daerah endemis COVID-19 atau memiliki
kontak dengan orang yang terinfeksi virus Corona, lalu mengalami demam yang disertai batuk
atau sesak napas, lakukanlah isolasi mandiri dan segera ke rumah sakit untuk mendapatkan
tindakan lebih lanjut. 

Bagaimana sih gejala seseorang terkena Virus Corona? 

           Virus COVID-19 menjangkiti orang yang berbeda secara berbeda. Menurut WHO, berikut
ini gejala umum COVID-19:
1.          Demam
2.          Kelelahan
3.          Batuk kering
4.          Sesak nafas dan nyeri Sakit tenggorokan
5.          Mual
6.          Pilek
7.          Diare (tidak selalu)

              Orang dengan gejala ringan yang dinyatakan sehat, harus melakukan isolasi mandiri dan
menghubungi petugas medis untuk penanganan dan rujukan. Orang dengan demam, batuk atau
kesulitan bernafas harus segera menghubungi dokter dan mendapatkan perawatan medis. Baca
juga: Siklus dan Perkembangbiakan Virus

Perlukah saya menggunakan masker?

            Menggunakan masker dapat mengurangi penyebaran penyakit pernapasan, namun


menggunakan masker tidak menjamin penyebaran penyakit ini benar-benar berhenti. Cara
pencegahan lain yang bisa dilakukan adalah menjaga kebersihan, menutup mulut dan hidung jika
Anda batuk dan bersin, dan menghindari kontak dekat dengan pasien Virus Corona – jaga jarak
setidaknya 1 meter antara dengan pasien.

            World Health Organization (WHO) menyarankan masyarakat menggunakan masker


hanya jika mereka mengalami gejala sakit pernapasan (batuk dan pilek), atau jika mereka telah
dinyatakan terjangkit Virus Corona, baik ringan maupun berat. Salah satu cara penyebaran Virus
Corona adalah  berdekatan dengan seseorang yang mengalami gejala sakit pernapasan atau yang
sudah didiagnosa positif terjangkit Virus Corona. World Health Organization (WHO) juga
menyarankan melakukan social distancing atau menjaga jarak saat berkomunikasi dengan
seseorang.           
            Badan kesehatan dunia WHO, ubah social distancing menjadi
physicaldistancing.Awalnya, digemborkan  ajakan untuk melakukan social distancing selama
pandemi virus corona.

Sosial distancing atau menjaga jarak adalah istilah yang digunakan untuk melakukan pembatasan
kegiatan penduduk dalam suatu wilayah.

             Hal ini bertujuan agar mencegah penyebaran virus corona yang mudah menular melalui
tetesan kecil (droplet), yang dikeluarkan saat seseorang batuk atau bersin.

             WHO menganjurkan untuk menjaga jarak fisik yakni minimal 1 meter dengan orang
lain. Aturan jarak ini diberlakukan untuk menghindari tubuh terkena percikan droplet dari batuk
atau bersin yang mungkin terkontaminasi.

             Alasan Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) mengganti social distancing menjadi
physical distancing karena untuk mengklarifikasi bahwa perintah tetap di rumah bukan berarti
seseorang memutuskan kontak dengan orang lain secara sosial.

             Melainkan, dapat memperjelas himbauan WHO dalam menjaga jarak fisik agar penyakit
covid-19 tidak semakin menyebar. Bahwa menjaga kesehatan fisik dan mental bisa membantu
melawan Covid-19, bahkan setelah tubuh terinfeksi virus corona.
 
             Dengan mengubah frasa social distancing menjadi physical distancing, diharap
masyarakat global tidak lagi memutus kontak sosial dengan keluarga atau orang lain, melainkan
hanya menjaga jaraknya secara fisik, karena kesehatan mental juga tak kalah penting dengan
kesehatan fisik, terutama di masa pandemi Covid-19.

salah satu hasil karya generasi muda saat ini untuk memberikan semangat kepada tenaga medis
dan seluruh masyarakat untuk melewati pandemi Covid-19. Dari salah satu pengguna madia
sosial yang berasal dari Korea Selatan yang dimana Negara tersebut kini juga melakukan social
distancing, mengupload sebuah vidio dengan mengcover sebuah lagu. 
https://youtu.be/6iKK07DeJY4
Dan kali ini remasa Tanah Air juga tidak mau kalah mereka berasal dari Bandung, mereka terdiri
dari 5 orang laki laki yang mengcover lagu dan juga melakukan gerakan dance
https://youtu.be/N2QCDlBwf_I

Kunjungi Center for Disease Control and Prevention (CDC) dan World Health Organization
(WHO) untuk informasi lebih lanjut

Anda mungkin juga menyukai