Disusun oleh :
Strategi advokasi berdasarkan aktifitas pekerja advokasi (Martuti dkk, 2010) yaitu
advokasi yang proaktif (proaktif mempengaruhi kebijakan) dan advokasi yang reaktif
(mempengaruhi kebijakan ses kebijakan diundangkan/ ditetapkan secara hukum).
1. Advokasi Proaktif
a. Lobby (lobi)
Kegiatan utk mendorong dan meloloskan suatu tujuan dng
mempengaruhi pegawai/ pejabat pemerintah atau anggota dewan sebelum
kebijakan diputuskan.
1) 6 langkah lobi:
a) Bangun hubungan dan jadi sumber informasi
b) Prioritaskan isu, tdk minta terlalu banyak
c) Datang dng tawaran solusi berdasar riset
d) Kumpulkan informasi secara intelijen
e) Siapkan kontak, materi brifing dan argumen pendukung/ bantahan
f) Lakukan kontak personal dan kelembagaan
2) Kiat lobi:
a) Bawa alat lobi berupa informasi terkait isu (latar belakang, data
dan fakta, telaah ketimpangan kebijakan dan arah yg diinginkan)
b) Fact sheet, Booklet atau Position paper
c) Datang dengan konsep rumusan solusi masalah terkait kebijakan
yg matang dan jelas
3) 5 Prinsip lobi:
a) Jangan emosional atau arogan
b) Jangan menguasai forum dialog dan jangan biarkan lawan kuasai
forum (seimbang)
c) Jangan memaksakan kehendak dan merasa paling Benar
d) Jangan mengemis, posisikan sebagai pelobi yg punya posisi tawar
e) Jangan datang lobi tanpa bawa konsep dan alat lobi
b. Public hearing (dengar pendapat)
Hearing pd pengambil keputusan (biasanya sdh termasuk bagian dari
lobi). Hearing kepada publik (public hearing) dng tujuan
mensosialisasikan gagasan dan mencari masukan dan menyerap aspirasi
masyarakat sekitar isu tsb. Dapat dilakukan dengan diskusi, debat terbuka
atau seminar, sarasehan dsb.
c. Kampanye
Kegiatan utk sosialisasikan ide, wacana, pandangan thd suatu
kebijakan dg tujuan mendapat dukungan publik. “Proses terorganisir utk
membentuk pendapat publik”. Alat kampanye :
a) Media massa
b) Media cetak: leaflet, booklet, poster, koran, majalah, siaran pers,
artikel, feature
c) Media elektronik: radio, tv, dialog interaktif
d) Media moderen: FB, Twitter
2. Advokasi Reaktif
a. Demonstrasi
Menjadi pressure dan menarik pers utk publikasi isu, biaya relatif mahal,
biaya sosial tinggi bila tak terkendali dan pertimbangkan baik utuk demo.
b. Legal standing (tuntutan hukum)
Tuntutan hukum di pengadilan oleh indivdu atau kelomp/organisasi yg
bertindak utk mewakili kepentingan publik tanpa harus didasarkan pd
kepentingan hukum tuntutan, tanpa penderita atau kuasa hukum yg
menderita. Contoh legal standing :
1) Tahun 1988 yaitu kasus gugatan Yayasan WALHI terhadap 5 instansi
pemerintah
2) PT HU di pengadilan negeri Jakarta.
c. Class Action (gugatan perwakilan)
Hak kelompok kecil masy untuk bertindak mewakili masyarakat dalam
jumlah besar yang dirugikan atas dasar kesamaan permasalahan, fakta hukum
dan tuntutan yg ditimbulkan. Biasanya terkait tuntutan perdata terkait ganti
rugi. Contoh class action:
1) Masih jarang dipraktekkan di Indonesia pada hal cepat, praktis, murah
2) Tuntutan ganti rugi pemadaman listrik PLN oleh LBH Jkt dan YLKI
3) Tuntutan ganti rugi korban Lapindo.
d. Boikot
Melakukan pembangkanngan atau penolakan melaksanakan kebijakan
pemerintah. Bentuk konfrontasi tanpa kekerasan. Contoh: boikot pajak
kendaraan bermotor, biasanya diawali deklarasi lalu diikuti kampanye.
e. Revolusi
Kegiatan untuk merubah sistem politik yg ada secara cepat dan radikal.
Melalui collective action baik cara damai maupun kekerasan. Revolusi
merupakan pilihan strategi terakhir bila cara cara lain tidak berhasil.
BAB III
KESIMPULAN
Kairupan, C., N.Linu, N., et al. (2016) ‘Makalah Pendekatan dan Strategi Advokasi’, in
Makalah.
Kairupan, C., Linu, N. N., et al. (2016) Pendekatan Strategi Advokasi, nelvalinu.blogspot.com.
Available at: http://nelvalinu.blogspot.com/2016/11/pendekatan-dan-strategi-
advokasi.html.
Mastuti, Sri dan Kartikasari, Dian , 2001. PANDUAN ADVOKASI ANGGARAN, Forum
Indonesia untuk Transparansi Anggaran (FITRA) dan Koalisi Perempuan Indonesia
(KPI), Jakarta.