Anda di halaman 1dari 17

MAKALAH ADVOKASI KEPEMIMPINAN GIZI

“PENDEKATAN STRATEGI ADVOKASI”

Disusun oleh :

1. Endah Nurpratiwi (2018710068)


2. Fathyah Zahra Khaula (2018710074)
3. Haina Maulani (2018710080)
4. Hilda Mutiah (2018710085)
5. Himmatul Ulya (2018710087)

PEMINATAN GIZI KESEHATAN MASYARAKAT


PROGRAM STUDI KESEHATAN MASYARAKAT
FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH JAKARTA
TAHUN 2021
BAB I
PENDAHULUAN

2.1 Latar Belakang


Pembangunan kesehatan nasional bertujuan untuk meningkatkan kesadaran,
kemauan dan kemampuan hidup sehat bagi setiap orang agar peningkatan derajat
kesehatan setinggi-tingginya dapat terwujud. Upaya meningkatkan status kesehatan
menjadi faktor penentu untuk indeks pembangunan manusia (IPM). Melalui upaya
promosi kesehatan dan pemberdayaan masyarakat untuk berperilaku hidup bersih dan
sehat di rumah tangga, sekolah dan di tempat kerja, sehingga masyarakat mampu
meningkatkan kesehatannya secara mandiri (Kementerian Kesehatan RI, 2013).
Istilah advokasi mulai digunakan dalam program kesehatan masyarakat pertama
kali oleh WHO (1984), sebagai salah satu strategi global promosi kesehatan. WHO
merumuskan bahwa dalam mewujudkan visi dan misi promosi kesehatan secara efektif,
menggunakan 3 strategi pokok, yakni advokasi, dukungan social, dan pemberdayaan
masyarakat. Advokasi diartikan sebagai upaya pendekatan terhadap orang lain yang
dianggap mempunyai pengaruh terhadap keberhasilam suatu program atau kegiatan yang
dilaksanakan. Oleh karena itu, yang menjadi sasaran atau target advokasi adalah para
pemimpin suatu organisasi atau institusi kerja, baik di lingkungan pemerintah maupun
swasta, serta organisasi kemasyarakatan. Di sektor kesehatan, dalam konteks
pembangunan nasional, sasaran advokasi adalah pimpinan eksekutif, termasuk presiden
dan para pemimpin sektor lain yang terkait dengan kesehatan dan lembaga legislatif
(Kairupan, N.Linu, et al., 2016) .
Upaya advokasi kesehatan saat ini harus lebih diarahkan untuk mempengaruhi,
meyakinkan serta merubah paradigma atau pola pikir para pejabat publik bahwa upaya
promotif dan preventif merupakan upaya yang efektif dan efisien dalam meningkatkan
derajad kesehatan masyarakat serta menghemat alokasi anggaran pengobatan. Upaya
mempengaruhi, meyakinkan serta merubah paradigma atau pola pikir pejabat publik
tersebut, tidak mudah.
Walaupun demikian, di beberapa provinsi dan kabupaten/kota, para pejabat publik
telah memberikan dukungan kebijakan serta meningkatkan alokasi anggarannya untuk
mendukung upaya promosif dan preventif. Salah satu kunci keberhasilan dalam
penyelenggaraan kegiatan advokasi kesehatan adalah penerapan metode advokasi yang
didukung oleh teknik advokasi yang tepat atau sesuai dengan kondisi serta karakteristik
sasaran advokasi (Kementerian Kesehatan RI, 2013)
1.2 Tujuan
1. Untuk mengetahui pengertian advokasi
2. Untuk mengetahui tujuan advokasi
3. Untuk mengetahui jenis kegiatan-kegiatan dalam advokasi
4. Untuk mengetahui jenis pendekatan advokasi
5. Untuk mengetahui strategi dalam advokasi
BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Pengertian Advokasi


Advokasi kesehatan adalah pendekatan kepada para pimpinan atau pengambil
keputusan agar dapat memberi dukungan, kemudahan,perlindungan pada upaya
pembangunan kesehatan melalui berbagai macam bentuk komunikasi atau penetapan
sebuah gerakan (Paradiba, 2018).

2.2 Tujuan Advokasi


Tujuan utama advokasi adalah untuk mendorong dikeluarkannya kebijakan-kebijakan
public oleh pejabat publik sehingga dapat mendukung dan menguntungkan kesehatan.
Melalui pelaksanaan advokasi kesehatan, pejabat publik menjadi paham terhadap
masalah
kesehatan, kemudian tertarik, peduli, menjadikan program kesehatan menjadi agenda
prioritas serta bertindak memberikan dukungan untuk mengatasi masalah kesehatan yang
ada di wilayah kerjanya. Dukungan tersebut dalam bentuk :
a) Komitmen Politis (political commitment)
Komitmen politis adalah komitmen pejabat publik atau berbagai pihak terkait
terhadap upaya pemecahan masalah kesehatan masyarakat yang ada di wilayah
kerjanya. Komitmen para pembuat keputusan di sector manapun sangat diperlukan
terhadap permasalahan kesehatan dan upaya pemecahan permasalahan kesehatan.
Pembangunan nasional tidak terlepas dari pengaruh kekuasaan politik yang sedang
berjalan.
Oleh sebab itu, pembangunan di sector kesehatan juga tidak terlepas dari kondisi
dan situasi politik pada saat ini, baik kekuasaan eksekutif maupun legislative di
Negara manapun ditentukan oleh proses politik, terutama hasil pemeliharaan umum
pada waktu yang lampau. Seberapa jauh komitmen politik para eksekutif dan
legislative terhadap masalah kesehatan masyarakat ditentukan oleh pemahaman
mereka terhadap masalah-masalah kesehatan.
b) Dukungan Kebijakan (policy support)
Dukungan politik tidak akan berarti tanpa dikelurakannya kebijakan yang konkret
dari para pembuat kebijakan tersebut. Oleh sebab itu, adanya komitmen politik dari
para eksekutif maka perlu ditindaklanjuti dengan advokasi lagi agar dikelurakan
kebijakan untuk mendukung program yang telah memperoleh komitmen politik
tersebut.
Dukungan kebijakan adalah dukungan nyata yang diberikan oleh pejabat publik
serta para pimpinan institusi terkait untuk memberikan dukungan dalam bentuk
kebijakan publik untuk mengatasi permasalahan kesehatan yang ada di wilayah
kerjanya. Dukungan kebijakan tersebut dapat berupa undang-undang, peraturan
pemerintah, peraturan daerah, surat keputusan, instruksi / surat edaran, dll
c) Penerimaan Sosial (social acceptance)
Penerimaan social adalah diterimanya suatu program kesehatan oleh masyarakat
terutama tokoh masyarakat. Kebijakan publik berwawasan kesehatan yang sudah
dikeluarkan oleh pejabat publik, selanjutnya harus disosialisasikan untuk memperoleh
dukungan masyarakat terutama tokoh masyarakat. Selanjutnya, dalam penerapan
kebijakan publik tersebut, maka perlu dibuat kebijakan operasional yang mengacu
pada kebjakan publik yang telah ditetapkan tersebut. Contoh: Perda Kawasan Tanpa
Rokok (KTR) yang dikeluarkan oleh Walikota Bogor, ditindak lanjuti oleh peraturan
perusahaan, peraturan organda dll tentang mewujudkan perusahaan KTR serta KTR
di dalam kendaraan umum.
d) Dukungan Sistem (system support)
Agar suatu program berjalan baik, maka perlu adanya sistem, mekanisme, atau
prosedur kerja yang jelas yang mendukungnya. Oleh sebab itu, sistem kerja atau
organisasi kerja yang melibatkan kesehatan perlu dikembangkan. Semua sector
pembangunan yang mempunyai unit atau sistem yang menangani masalah kesehatan
di dalam struktur organisasinya. Unit ini secara internal menangani masalah-masalah
kesehatan yang dihadapi oleh karyawannya, secara eksternal mengatasi dampak
institusi tersebut terhadap kesehatan masyarakat.
Dukungan sistem ialah adanya sistem atau organisasi kerja yang memasukkan
program kesehatan dalam program kerjanya (partnership). Upaya mengatasi masalah
kesehatan tidak dapat dilakukan hanya oleh sector kesehatan saja, melainkan dengan
berbagai lintas sektor terkait, misalnya: upaya perbaikan gizi masyarakat terkait
dengan sektor pertanian, pemberdayaan perempuan dan kesejahteraan rakyat.
Pengedalian flu burung dan rabies terkait dengan sektor peternakan dan transportasi,
dll. Sehubungan dengan itu untuk mengatasi masalah kesehatan, maka sektor
kesehatan harus bekerjasama dengan lintas sector terkait. Agar hasilnya optimal,
maka upaya advokasi kesehatan perlu dirancang serta dikelola dengan baik.

2.3 Kegiatan-Kegiatan Advokasi


Kegiatan advokasi diharapkan untuk mendapatkan komitmen dan dukungan, bentuk
dukungan dan komitmen tersebut seperti peraturan daerah, undang-undang, surat
keputusan, sarana, prasarana, anggaran kesehatan dan sebagainya. Untuk mencapaj
tujuan tersebut, kegiatan advokasi dilakukan dengan cara :
a) Lobi Politik
Lobi politik pada dasarnya adalah varian dari komunikasi interpersonal atau
wawancara tatap muka. Oleh karena itu dalam lobi politik ini pengenalan sasaran
yang mendalam (nilai kepentingannya, kebiasaannya, hobinya sampai kelemahannya
dan lain-lain) akan sangat mempengaruhi keberhasilan lobi. Tahap pertama yaitu,
petugas kesehatan menyampaikan keseriusan masalah kesehatan yang dihadapi
diwilayah kerjanya, dan dampaknya terhadap kehidupan masyarakat. Kemudian
disampaikan alternatif terbaik untuk memecahkan atau menanggulangi masalah
tersebut.
Berbicara secara informal menyampaikan informasi atau masatan kesehatan dan
program yang akan dilaksanakan dengan pejabat atau tokoh politik. Lobi dilakukan
dengan membawa dan menunjukkan data yang akurat. Lobi politik ini sangat penting
dan banyak digunakan untuk mengadvokasikan pembuat kebijakan/pejabat publik
dalam bentuk bincang-bincang (pendekatan tokoh).
b) Seminar atau Presentasi
Seminar atau presentasi yang dihari oleh para pejabat lintas program dan lintas
sectoral. Petugas kesehatan menyajikan masalah kesehatan di wilayah kerjanya,
lengkap dengan data dan ilustrasi yang menarik dengan gambar atau grafik, sekaligus
diskusi untuk membahas sasaran tersebut secara bersama serta rencana program
pemecahannya. Kemudian masalah tersebut dibahas bersama-sama, yang akhirnya
diharapkan akan diperoleh komitmen dan dukungan terhadap program yang akan
dilaksanakan tersebut.
Bentuk seminar/presentasi baik untuk digunakan untuk mengadvokasi beberapa
pejabat publik sekaligus, baik dari suatu instansi/lembaga tertentu, apalagi kalau
berasal dari beberapa instansi berbeda yang berkaitan dengan permasalahan/isu yang
diadvokasikan. Selain itu dalam teknik seminar/presentasi diperlukan kemampuan
untuk menggunakan atau memanfaatkan berbagai teknik atau alat bantu penyajian
yang terus semakin berkembang kecanggihannya (Rina Sari, 2019).
c) Media
Advokasi media adalah melakukan kegiatan advokasi dengan menggunakan
media massa seperti media cetak dan elektronik untuk menyajikan masalah kesehatan
secara lisan, gambar, datam bentuk artikel, berita, menyampaikan pendapat, diskusi
dan sebagainya. Media massa dapat memengaruhj masyarakat serta menjadi tekanan
bagi penentu kebijakan dan pengambil keputusan. Contoh saat sosialisaikan
kesehatan reproduksi anti_AIDS dengan membagikan kondom gratis melalui
perguruan tinggi "masuk kampus" berbagai reaksi muncul protes, kecaman dan
demonstrasi yang tidak menyetujui kebijakan tersebut. Sehingga program tersebut
diberhentikan (Kementerian Kesehatan RI, 2013).
d) Perkumpulan Asosiasi Peminat
Asosiasi atau perkumpulan orang yang mempunyai minat dan keterkaitan
terhadap masalah tertentu atau perkumpulan profesi juga merupakan bentuk advokasi.
Contoh kelompok masyarakat peduli AIDS adalah kumpulan orang yang peduli
terhadap masalah AIDS yang melanda masyarakat. Kemudian kelompok ini
melakukan kegiatan untuk menaggulangi AIDS. Kegiatan ini disamping partisipasi
menangani masalah AIDS tetapi juga untuk menarik perhatian pejabat dan pembuat
kebijakan agar peduli terhadap AIDS.
e) Debat
Debat pada dasarnya juga merupakan salah satu Teknik advokasi dalam kelompok
ciri spesifiknya adalah bahwa isu dibahas dalam pro dan kontra. Dengan teknik ini
pelibatan sasaran (khalayak) akan lebih aktif dan isu/masalah dapat dibahas dari
berbagai sudut pandang secara tajam serta bisa lebih mendalam. Dengan dukungan
media TV dan radio, debat dapat menjangkau khalayak yang sangat luas secara cukup
menarik.
Kualitas debat dalam kegiatan advokasi kesehatan, ditentukan oleh nara sumber
serta moderator yang mengatur diskusi dengan mengoptimalkan alokasi waktu yang
tersedia. Kekuatan dari teknik ini moderator menyediakan kesempatan bagi advocator
untuk menggaris bawahi aspek-aspek positif dan aspek-aspek negaitf dari semua
pendapat.
f) Dialog
Hampir sama dengan debat, dialog lebih tepat digunakan sebagai teknik advokasi
dalam menjangkau kelompok, yang bila didukung oleh media massa khususnya TV
dan radio bisa menjagkau kelompok yang sangat luas. Teknik dialog memberi
peluang yang cukup baik untuk mengungkapkan aspirasi/pandangan sasaran
(khalayak) sasaran terhadap program kesehatan.
g) Negoisasi
Negosiasi merupakan teknik advokasi yang dimaksudkan untuk meghasilkan
kesepakatan. Dalam hal ini pihak yang bernegosiasi menyadari bahwa masing-masing
pihak mempunyai kepentingan yang sama yang perlu diamankan sekaligus
kepentingan yang berbeda/bertentangan yang perlu dipertautkan. Negosiasi
merupakan cara yang efektif untuk mendapatkan kesepakatan tentang pentingnya
memberikan dukungan kebijakan maupun sumberdaya dalam mencapai tujuan
program kesehatan. Adapun cara untuk melakukan negosiasi adalah dengan jalan
kompromi, akomodasi dan kolaborasi.
Dalam negosiasi diperlukan kemampuan untuk melakukan tawar menawar dengan
alternatif yang cukup terbuka. Oleh sebab itu sebelum melakukan negosiasi, pelaku
harus mempelajari kepentingan dan tupoksi sasaran advokasi. Pelaku advokasi /
negosiator harus fokus terhadap inti permasalahan.
h) Petisi
Petisi adalah cara formal dan tertulis untuk menyampaikan gagasan advokator dan
memberikan tekanan kolektif terhadap para pembuat keputusan. Biasanya dalam
petisi
sudah jelas tertulis, yaitu pernyataan singkat dan jelas tentang isu tertentu dan
tindakan
apa yang akan dilakukan.
Petisi atau resolusi merupakan salah satu Teknik advokasi dengan membuat
pernyataan tertulis. Petisi atau resolusi ini akan lebih besar tekanannya apabila
merupakan hasil dari suatu musyawarah/rapat dengan jumlah peserta yang besar
(kuantitatif dan kualitatif) dan di blow-up melalui media massa. Dalam advokasi,
program-program pembangunan seperti KB dan kesehatan, teknik, petisi dan resolusi
ini biasanya dipilih variasi yang tergolong lunak seperti pernyataan sikap, ikrar,
fatwa, dan yang senada lainnya.
i) Mobilisasi
Mobilisasi adalah teknik advokasi dengan menggunakan kekuatan massa/orang
yang dapat dilakukan melalui berbagai variasi seperti parade pawai, demo, unjuk rasa,
dan yang sejenisnya. Kegiatan seperti ini mudah mengundang media massa untuk
mem-blow-up-nya. Hampir sama dengan petisi atau resolusi dalam advokasi
program-program pembangunan termasuk KB dan kesehatan, teknik mobilisasi juga
umumnya menggunakan varian yang tergolong lunak seperti parade, pawai, safari dan
yang senada lainnya.
j) Konferensi Pers
Konferensi pers adalah bentuk pertemuan singkat dengan sejumlah wartawan
media massa yang diundang untuk menjelaskan suatu isu penting yang segera perlu
diketahui masyarakat. Konferensi pers sebaiknya dilakukan secara cepat (waktu
pendek) didahului dengan penjelasan singkat dan diiikuti dengan tanya jawab/
klarifikasi (Mulyana, 2015).

2.4 Komunikasi Dalam Advokasi


Keberhasilan dalam advokasi sangat ditentukan oleh efektivitas komunikasi para petugas
kesehatan dan para pembuat kebijakan. Untuk menghasilkan komunikasi yang efektif
diperlukan prakondisi, yaitu :
a) Atraksi Interpersonal
Atraksi interpersonal adalah daya Tarik seseorang atau sikap positif pada seseorang
yang memudahkan orang lain untuk berhubungan atau berkomunikasi dengannya.
Atraksi interpersonal ditentukan oleh beberapa factor, yaitu :
- Daya Tarik
- Percaya diri
- Kemampuan
- Familiar
- Kedekatan
b) Perhatian
Berdasarkan teori psikologis, ada dua factor yang mempengaruhi perhatian seseorang,
yakni factor internal dan eksternal. Factor internal adalah factor yang berasal dari
dalam diri orang itu sendiri. Daktor internal terdiri dari factor biologis, dan daktor
sosio-psikologis. Oleh karena itu, dalam melakukan advokasi dengan para pejabat
kita harus melaluinya dengan hal-hal yang berkaitan dengan minat, kebiasaan, atau
kebutuhan mereka.
c) Intensitas Komunikasi
Pesan atau informasi yang akan disampaikan melalui proses komunikasi advokasi
adalah program-program kesehatan yang akan dimintakan komitmen atau
dukungannya dari pembuat kebijakan. Dalam komunikasi, pesan adalah factor
eksternal yang menarik perhatian komunikan.
d) Visualisasi
Informasi atau pesan yang menarik perlu divisualisasikan dalam media, khususnya
media interpersonal. Media interpersonal yang paling efektif dalam rangka
komunikasi advokasi adalah flip card, booklet, slide atau video cassette. Pesan
tersebut didasari fakta-fakta yang diilustrasikan melalui grafik, tabel, gambar, dan
atau foto (Kairupan, Linu, et al., 2016).

2.5 Pendekatan dan Strategi Advokasi


Pendekatan untuk advokasi menjadi dua jenis, yaitu Grass root approach
(pendekatan akar rumput), dan Top down approach (pendekatan dari atas kebawah
dengan kekuasaan). Tujuan advokasi yang baik dan terencana sering tidak dapat
memenuhi harapan karena salah dalam memilih strategi dalam mencapai tujuan.
Pendekatan advokasi dapat dilakukan dengan melibatkan para pemimpin, membangung
kerjasama, memobilisasi kelompok komunitas, meningkatkan kapasitas, dan bekerja
dengan media. Jenis advokasi kesehatan menjadi dua jenis, yaitu advokasi reaktif, terjadi
apabila sasaran advokasi sudah merasakan adanya masalah penting yang harus diatasi.
Advokasi proaktif apabila masalah telah terjadi, namun sasaan advokasi belum
memahami bahwa hal itu merupakan suatu masalahnya dan belum ada kepedulian.

Ada 5 pendekatan utama dalam advokasi yaitu:

a. Melibatkan para pemimpin


Para pembuat undang-undang,mereka yang terlibatdalam penyusunan
hukum, peraturan maupun pemimpin poilitik, yaitu mereka yang menetapkan
kebijakan publik sangat berpengaruh dalam menciptakan perubahan yang terkait
dengan masalah sosial termaksud kesehatan dan kependudukan. Oleh karena itu,
sangat penting melibatkan mereka semaksimum mungkin dalam isu yang akan
diadvokasikan.
b. Bekerja dengan media massa
Media massa sangat penting berperan dalam membentuk oponi publik.
Media juga sangat kuat dalam mempengaruhi presepsi publik atas isu atau
masalah  tertentu. Mengenal, membangun dan menjaga kemitraan dengan media
massa sangat penting dalam proses advokasi.
c. Membangun kemitraan
Dalam upaya advokasi sangat penting dilakukan upaya jaringan,
kemitraan yang brekelanjutan dengan individu, organisasi-organisasi dan sektor
lain yang bergerak dalam isu yang sama. Kemitraan ini dibentuk oleh individu,
kelompok yang bekerja sama yang bertujuan untuk mencapai tujun umum yang
sama atau hampir sama. Namum membangun pengembangan kemitraan tidak
mudah, memerlukan aktual, perencanaan yang matang serta memerlukan
penilaian kebutuhan serta minat dari calon mitra.
d. Memobilisasi massa
Memobilisasi massa merupakan suatu proses mengorganisasikan individu
yang telah termotivasi ke dalam kelompok-kelompok atau mengorganisasikan
kelompok yang sudah ada. Dengan mobilisasi dimaksudkan agar motivasi
individu dapat diubah menjadi tindakan kolektif. 
e. Membangun kapasitas
Membangun kapasitas disini dimasudkan melembagakan kemampuan
untuk mengembangkan dan mengelolah  program yang komprehensif dan
membangun kritical massa pendukukung yang memiliki keterampilan advokasi.
Kelompok ini dapat diidentifikasikan dari LSM tertentu,kelompok profesi serta
kelompok lain.

2.6 Strategi Advokasi


Strategi advokasi dapat dilakukan melalui media, pengadilan, jejaring, dan juga
melalui legislasi, perundangan dan peraturan. Metode dan teknik advokasi kesehatan
dapat dilakukan juga dengan :
Strategi advokasi di dalam pemberdayaan masyarakat dapat kita bagi dalam tiga strategi
yaitu sebagai berikut:
1. Strategi Mikro
Yaitu penghubung sosial masyarakat atau penghubung klien dengan sumber-
sumber di lingkungan sekitar. Adapun teknik yang dapat dilakukan adalah
menjalin relasi kerjasama dengan profesi-profesi kunci, membangun kontak-
kontak antara klien dengan lembaga-lembaga pelayanan sosial, mempelajari
kebijakan-kebijakan dan syarat-syarat serta proses pemanfaatan sumber daya yang
ada di dalam masyarakat.
2. Strategi Mezzo
Yaitu mediator, maksudnya disini adalah mewakili dan mendampingi
kelompok-kelompok formal atau organisasi guna mengidentifikasi masalah sosial
yang dihadapi secara bersama dalam merumuskan tujuan, mendiskusi solusi-
solusi secara potensial, monitoring dan mengevaluasi rencana aksi. Teknik yang
dapat dilakukan, antara lain, bersikap netral, tidak memihak, dan pada saat
bersamaan percaya bahwa kerjasama yang dibuat dapat berjalan serta
mendatangkan manfaat. Kemudian memfasilitasi pertukaran informasi secara
terbuka di antara pihak yang terlibat, mengidentifikasi manfaat kerjasama yang
timbul, menggali kesaman-kesamaan yang dimiliki oleh pihak terlibat konflik,
mendefinisikan, mengkonfrontasikan dan menangani berbagai hambatan
komunikasi. 
3. Strategi makro
Yaitu sebagai aktivis dan analis kebijakan. Advokasi berperan sebagai aktivis
sosial, maka harus terlibat langsung dalam gerakan perubahan sosial dan aksi
sosial bersama masyarakat. Wujud riil dari peran sebagai aktivis sosial adalah
meningkatkan kesadaran publik terhadap masalah sosial, ketidak-adilan,
memobilisasi sumber daya masyarakat untuk merubah kondisi-kondisi yang buruk
dan tidak adil, melakukan lobi dan negosiasi agar terjadi perubahan di bidang
hukum, termasuk melakukan class action.

Strategi advokasi berdasarkan aktifitas pekerja advokasi (Martuti dkk, 2010) yaitu
advokasi yang proaktif (proaktif mempengaruhi kebijakan) dan advokasi yang reaktif
(mempengaruhi kebijakan ses kebijakan diundangkan/ ditetapkan secara hukum).
1. Advokasi Proaktif
a. Lobby (lobi)
Kegiatan utk mendorong dan meloloskan suatu tujuan dng
mempengaruhi pegawai/ pejabat pemerintah atau anggota dewan sebelum
kebijakan diputuskan.
1) 6 langkah lobi:
a) Bangun hubungan dan jadi sumber informasi
b) Prioritaskan isu, tdk minta terlalu banyak
c) Datang dng tawaran solusi berdasar riset
d) Kumpulkan informasi secara intelijen
e) Siapkan kontak, materi brifing dan argumen pendukung/ bantahan
f) Lakukan kontak personal dan kelembagaan
2) Kiat lobi:
a) Bawa alat lobi berupa informasi terkait isu (latar belakang, data
dan fakta, telaah ketimpangan kebijakan dan arah yg diinginkan)
b) Fact sheet, Booklet atau Position paper
c) Datang dengan konsep rumusan solusi masalah terkait kebijakan
yg matang dan jelas
3) 5 Prinsip lobi:
a) Jangan emosional atau arogan
b) Jangan menguasai forum dialog dan jangan biarkan lawan kuasai
forum (seimbang)
c) Jangan memaksakan kehendak dan merasa paling Benar
d) Jangan mengemis, posisikan sebagai pelobi yg punya posisi tawar
e) Jangan datang lobi tanpa bawa konsep dan alat lobi
b. Public hearing (dengar pendapat)
Hearing pd pengambil keputusan (biasanya sdh termasuk bagian dari
lobi). Hearing kepada publik (public hearing) dng tujuan
mensosialisasikan gagasan dan mencari masukan dan menyerap aspirasi
masyarakat sekitar isu tsb. Dapat dilakukan dengan diskusi, debat terbuka
atau seminar, sarasehan dsb.
c. Kampanye
Kegiatan utk sosialisasikan ide, wacana, pandangan thd suatu
kebijakan dg tujuan mendapat dukungan publik. “Proses terorganisir utk
membentuk pendapat publik”. Alat kampanye :
a) Media massa
b) Media cetak: leaflet, booklet, poster, koran, majalah, siaran pers,
artikel, feature
c) Media elektronik: radio, tv, dialog interaktif
d) Media moderen: FB, Twitter
2. Advokasi Reaktif
a. Demonstrasi
Menjadi pressure dan menarik pers utk publikasi isu, biaya relatif mahal,
biaya sosial tinggi bila tak terkendali dan pertimbangkan baik utuk demo.
b. Legal standing (tuntutan hukum)
Tuntutan hukum di pengadilan oleh indivdu atau kelomp/organisasi yg
bertindak utk mewakili kepentingan publik tanpa harus didasarkan pd
kepentingan hukum tuntutan, tanpa penderita atau kuasa hukum yg
menderita. Contoh legal standing :
1) Tahun 1988 yaitu kasus gugatan Yayasan WALHI terhadap 5 instansi
pemerintah
2) PT HU di pengadilan negeri Jakarta.
c. Class Action (gugatan perwakilan)
Hak kelompok kecil masy untuk bertindak mewakili masyarakat dalam
jumlah besar yang dirugikan atas dasar kesamaan permasalahan, fakta hukum
dan tuntutan yg ditimbulkan. Biasanya terkait tuntutan perdata terkait ganti
rugi. Contoh class action:
1) Masih jarang dipraktekkan di Indonesia pada hal cepat, praktis, murah
2) Tuntutan ganti rugi pemadaman listrik PLN oleh LBH Jkt dan YLKI
3) Tuntutan ganti rugi korban Lapindo.
d. Boikot
Melakukan pembangkanngan atau penolakan melaksanakan kebijakan
pemerintah. Bentuk konfrontasi tanpa kekerasan. Contoh: boikot pajak
kendaraan bermotor, biasanya diawali deklarasi lalu diikuti kampanye.
e. Revolusi
Kegiatan untuk merubah sistem politik yg ada secara cepat dan radikal.
Melalui collective action baik cara damai maupun kekerasan. Revolusi
merupakan pilihan strategi terakhir bila cara cara lain tidak berhasil.
BAB III
KESIMPULAN

Advokasi kesehatan adalah pendekatan kepada para pimpinan atau pengambil


keputusan agar dapat memberi dukungan, kemudahan,perlindungan pada upaya
pembangunan kesehatan melalui berbagai macam bentuk komunikasi atau penetapan
sebuah gerakan. WHO merumuskan bahwa dalam mewujudkan visi dan misi promosi
kesehatan secara efektif, menggunakan 3 strategi pokok, yakni advokasi, dukungan
social, dan pemberdayaan masyarakat. Advokasi diartikan sebagai upaya pendekatan
terhadap orang lain yang dianggap mempunyai pengaruh terhadap keberhasilam suatu
program atau kegiatan yang dilaksanakan. Oleh karena itu, yang menjadi sasaran atau
target advokasi adalah para pemimpin suatu organisasi atau institusi kerja, baik di
lingkungan pemerintah maupun swasta, serta organisasi kemasyarakatan. Di sektor
kesehatan, dalam konteks pembangunan nasional, sasaran advokasi adalah pimpinan
eksekutif, termasuk presiden dan para pemimpin sektor lain yang terkait dengan
kesehatan dan lembaga legislative.
Upaya advokasi kesehatan saat ini harus lebih diarahkan untuk mempengaruhi,
meyakinkan serta merubah paradigma atau pola pikir para pejabat publik bahwa upaya
promotif dan preventif merupakan upaya yang efektif dan efisien dalam meningkatkan
derajat kesehatan masyarakat serta menghemat alokasi anggaran pengobatan. Salah satu
kunci keberhasilan dalam penyelenggaraan kegiatan advokasi kesehatan adalah
penerapan metode advokasi yang didukung oleh teknik advokasi yang tepat atau sesuai
dengan kondisi serta karakteristik sasaran advokasi.
DAFTAR PUSTAKA

Kairupan, C., N.Linu, N., et al. (2016) ‘Makalah Pendekatan dan Strategi Advokasi’, in
Makalah.

Kairupan, C., Linu, N. N., et al. (2016) Pendekatan Strategi Advokasi, nelvalinu.blogspot.com.
Available at: http://nelvalinu.blogspot.com/2016/11/pendekatan-dan-strategi-
advokasi.html.

Kementerian Kesehatan RI (2013) ‘Kurikulum dan Modul Pelatihan Teknis Pengembangan


Media Promosi Kesehatan’, pp. 1–217.

Mastuti, Sri dan Kartikasari, Dian , 2001. PANDUAN ADVOKASI ANGGARAN, Forum
Indonesia untuk Transparansi Anggaran (FITRA) dan Koalisi Perempuan Indonesia
(KPI), Jakarta.

Mulyana, N. (2015) Teknik/Metode Advokasi Rekomendasi Kebijakan, Pusat Promosi


Kesehatan. Available at: https://www.pusat2.litbang.kemkes.go.id/wp-
content/uploads/2018/03/Metode-advokasi-rekomendasi-kebijakan.pdf.

Paradiba, M. (2018) ‘Makalah Strategi Promosi Kesehatan’, in Makalah.

Rina Sari, Y. (2019) Advokasi,Kemitraan,dan Pemberdayaan Masyarakat Untuk Mendukung


Upaya Kesehatan Ibu dan Anak, Buku Dasar Ilmu Kesehatan Masyarakat untuk
Mahasiswa Kebidanan.

Anda mungkin juga menyukai