Anda di halaman 1dari 16

1

BAB 1
PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang
Kesehatan adalah hak asasi manusia dan modal investasi bangsa, serta
merupakan salah satu dari 3 komponen utama yang mempengaruhi kualitas sumber
daya manusia. Oleh karena itu kesehatan perlu dipelihara, ditingkatkan dan
diupayakan oleh setiap orang. Kesehatan dipengaruhi oleh banyak faktor yang
bersifat lintas sektor, oleh karena itu diperlukan kepedulian semua pihak terhadap
kesehatan. Banyak orang dan banyak pihak yang belum menyadari pentingnya
kesehatan dalam hidupnya. Masalah kesehatan seringkali kalah prioritas
dibandingkan dengan masalah ekonomi dan kebutuha fisik lainnya. Oleh karena itu
perlu upaya untuk meningkatkan kesadaran masyarakat terhadap kesehatan. Tingkat
kesehatan dan kualitas SDM kita pada umumnya sangat rendah (urutan ke-109 di
dunia) sehingga perlu upaya khusus untuk meningkatkan kesadaran semua pihak
terhadap kesehatan ini. Dengan dicanangkannya Indonesia Sehat 2010, upaya
mengenalkan kesehatan kepada berbagai pihak ini perlu dipacu, agar memperoleh
dukungan dalam pelaksanaannya. Untuk itu perlu dilakukannya pendekatan
komunikatif dan inovatif yang memperhatikan setiap segmen sasaran. Sehubungan
dengan itu semua, perlu dilakukan advokasi kesehatan kepada berbagai pihak,
terutama para penentu kebijakan dan berbagai sektor, termasuk lembaga perwakilan
rakya baik di Pusat maupun daerah.
Kurang berhasil atau kegagalan suatu program kesehatan, sering di sebabkan
pembuat keputusan, baik di tingkat nasional maupun lokal (provinsi, kabupaten,
atau kecamatan). Akibat kurangnya dukungan itu, antara lain rendahnya alokasi
anggaran untuk program kesehatan, kurangnya sarana dan prasarana, tidak adanya
kebijakan yang menguntungkan bagi kesehatan dan sebagainya. Untuk memperoleh
atau meningkatkan dukungan atau komitmen dari para pembuat kebijakan, termasuk
para pejabat lintas sektoral diperlukan upaya disebut advokasi. Advokasi secara
harfiah berarti pembelaan, sokongan atau bantuan terhadap seseorang yang
2

mempunyai permasalahan. Istilah advokasi mula-mula digunakan dibidang hukum
atau pengadilan. Sesorang yang sedang tersangkut perkara atau pelanggaran hukum,
agar memperoleh keadilan yang sesungguh-sungguhnya. Mengacu kepada istilah
advokasi dibidang hukum tersebut, maka advokasi dalam kesehatan diartikan upaya
untuk memperoleh kesehatan.
Promosi kesehatan memerlukan adanya advokasi kebijakan untuk
menciptakan dukungan bagi pengembangan perilaku dan lingkungan sehat. Hal ini
merupakan law enforcment yang dapat memaksa atau memobilisasi masyarakat
untuk berbuat atau tidak berbuat sesuatu. Banyak orang yang masih belum
menyadari pentingnya kesehatan. Kesehatan dipengaruhi oleh banyak faktor yang
bersifat lintas sektor sehingga masalah kesehatan sering kalah prioritas dibanding
masalah ekonomi dan kebutuhan fisik lainnya. Oleh karena itu, upaya mengenalkan
kesehatan perlu dipicu agar memperoleh dukungan dan kepedulian semua pihak.
Perlu dilakukannya pendekatan persuasif, cara-cara komunikatif dan inovatif yang
memeprhatikan setiap segmen sasaran untuk meningkatkan kesadaran semua pihak,
oleh kerena itu diperlukannya advokasi kesehatan kepada berbagai pihak agar
kesehatan dianggap sebagai sesuatu yang penting oleh pihak lain, terutama para
penentu kebijakan dan berbagai sektor, termasuk lembaga perwakilan rakyat, baik
pusat maupun daerah.

1.2. Rumusan Masalah
1. Apa yang dimaksud dengan Advokasi Kesehatan?
2. Apa tujuan dari Advokasi Kesehatan?
3. Siapa sajakah sasaran dan pelaku dari Advokasi Kesehatan?
4. Bagaimana pendekatan dari Advokasi Kesehtan?
5. Apa saja unsur dasar dari Advokasi Kesehatan?
6. Apa saja indikator keberhasilan dari Advokasi Kesehatan?

1.3. Tujuan
1. Mengetahui tentang Advokasi Kesehatan
3

2. Mengetahui tujuan dari Advokasi Kesehatan
3. Mengetahui sasaran dan pelaku dari Advokasi Kesehatan
4. Mengetahui pendekatan dari Advokasi Kesehatan
5. Mengetahui unsur dasar dari Advokasi Kesehatan
6. Mengetahui indikaor keberhasilan dari Advokasi Kesehatan

























4

BAB 2
PEMBAHASAN

2.1. Pengertian Advokasi Kesehatan
Menurut Foss & Foss et al (1980); Toulmin (1981) advokasi adalah upaya
persuasif yang mencangkup kegiatan penyadaran, rasionalisasi, argumentasi, dan
rekomendasi tindak lanjut mengenai sesuatu (Hadi Pratomo dalam Notoatmodjo,
2005). Advokasi adalah usaha mempengaruhi kebijakan publik melalui bermacam-
macam bentuk komunikasi persuasif (John Hopkins School for Public Health).
WHO (1989) seperti dikutip UNFPA dan BKKBN (2002) mengungkapkan bahwa
Advocacy is a cpmbination on individual and social action design to gain political
comitment, policy support, social acceptence and system support for particular
health goal programe.
Jadi dapat disumpulkan bahwa advokasi adalah kombinasi kegiatan individu
dan social yang dirancang untuk memperoleh komitmen politis, dukungan
kebijakan, penerimaan sosial dan sistem yang mendukung tujuan atau program
kesehatan tertentu. Kata kunci dalam advokasi adalah valid information (untuk
input), free choice, atau persuasive. Ringkasnya advokasi dapat diartikan
sebagai upaya atau proses untuk memperoleh komitmen, yang dilakukan secara
persuasive untuk mempengaruhi kebijakan public dengan menggunakan informasi
yang akurat dan tepat.
Advokasi Kesehatan adalah advokasi yang dilakukan untuk memperoleh
komitmen atau dukungan dalam bidang kesehatan, atau yang mendukung
pengembangan lingkungan dan perilaku sehat (Depkes, 2007). Kaitan antara
promosi kesehatan dengan advokasi adalah menurut Anderson dalam Baum (2002),
promosi kesehatan merupakan kombinasi pendidikan kesehatan dan intervensi yang
berhubungan dengan bidang organisasi, politik, dan ekonomi yang direkayasa untuk
memfasilitasi adaptasi perilaku dan lingkungan untuk memperbaiki kesehatan. Jadi
promosi kesehatan bukan hanya perubahan perilaku melainkan juga perubahan
lingkungan, karena lingkungan diciptakan oleh keputusan yang dibuat individu,
5

organisasi atau pemerintah, mereka yang peduli terhadap kesehatan atau
kesejahteraan individu dan masyarakat (promotor kesehatan), perlu terlibat atau
mempengaruhi pembuatan keputusan tersebut.

2.2. Tujuan Advokasi Kesehatan
Menurut Departemen Kesehatan RI (2007), tujuan advokasi kesehatan adalah
sebagai berikut:
1. Tujuan Umum
Diperolehnya komitmen dan dukungan dalam upaya kesehatan, baik berupa
kebijakan, tenaga, dana, sarana, kemudahan, keiktusertaan dalam kegiatan,
maupun berbagai bentuk lainnya sesuai keadaan dan usaha.
2. Tujuan Khusus
1) Adanya pemahaman atau pengenalan atau kesadaran.
2) Adanya ketertarikan atau peminatan atau tanpa penolakan.
3) Adanya kemauan atau kepedulian atau kesanggupan untuk membantu dan
menerima perubahan
4) Adanya tindakan/ perbuatan/ kegiatan nyata (yang diperlukan)
5) Adanya kelanjutan kegiatan (kesinambungan kegiatan)
Menurut Notoatmodjo, (2007) secara inklusif terkandung tujuan-tujuan
advokasi antara lain yaitu:
1. Komitmen Politik (Political Comitment)
Komitmen para pembuat keputusan atau penentu kebijakan di tingkat dan
di sektor manapun sangat diperlukan terhadap permasalahan kesehatan dan
upaya pemecahan permasalahan kesehatan. Pembangunan nasional tidak
terlepas dari pengaruh kekuasaan politik yang sedang berjalan. Oleh sebab itu
pembangunan di sector kesehatan juga tidak terlepas dari kondisi dan situasi
politik pada saat ini. Baik kekuasaan eksekutif maupun legislative di Negara
manapun ditentukan oleh proses politik, terutama hasil pemeliharaan umum
pada eksekutif dan legislative terhadap masalah kesehatan masyarakat,
ditentukan oleh pemahaman mereka terhadap masalah-masalah kesehatan.
6

Demikian pula seberapa jauh mereka mengalokasikan anggran
pembangunan nasional begi pembangunan sektor kesehatan, juga tergantung
pada cara pandang dan kepedulian (concern) mereka terhadap kesehatan dalam
konteks pembangunan nasional. Oleh sebab itu untuk meningkatkan komitmen
para eksekutif dan legislative terhadap kesehatan perlu advokasi kepada
mereka. komitemen politik ini dapat diwujudkan antara lain dengan pernyataan-
pernyataan, baik secara lisan maupun tertulis, dapi para pejabat eksekutif
maupun legislative, mengenai dukungan atau persetujuan terhadap isu-isu
kesehatan.
2. Dukungan Kebijakan (Policy Support)
Dukungan konkret yang diberikan oleh para pimpinan institusi di semuua
tingkat dan di semua sektor yang terkait dalam rangka mewujudkan
pembangunan di sektor kesehatan. Dukungan politik tidak akan berarti tanpa
dikeluarkannya kebijakan yang konkret dari pembuat keputusan. Oleh sebab
itu, setelah adanya komitmen politik dari para eksekutif maka perlu ditindak
lanjuti dengan advokasi agar dikeluarkannya kebijakan untuk mendukung
program yang telah memperoleh komitmen politik tersebut. Dukungan
kebijakan ini dapat berupa Undang-undang, peraturan pemerintah atau
peraturan daerah, surat keputusan pimpinan institusi baik pemerintah maupun
swasta, instruksi atau surat edaran dari para pemimpin lembaga/ institusi, dan
sebagainya.
3. Dukungan Masyarakat (Social Acceptance)
Dukungan masyarakat berarti diterimanya suatu program oleh
masyarakat. Suatu program kesehatan apa pun hendaknya memperoleh
dukungan dari sasaran utama program tersebut, yakni masyarakat, terutama
tokoh masyarakat. Oleh sebab itu apabila suatu program telah mendapat
komitmen dan dukungan kebijakan, maka langkah selanjutnya adalah
memperoleh dukungan masyarakat. Untuk sosialisasi program ini, para petugas
tingkat operasional atau local, misalnya petugas dinas kesehatan kabupaten dan
puskesmas, mempunyai peranan yang sangat penting. Oleh sebab itu para
7

petugas tersebut juga mempunyai kemampuan advokasi. Untuk petugas
kesehatan tingkat distrik, sasaran advokasi adalak kepala distrik, parleman
distrik, pejabat lintas sektoral di tingkat distrik dan sebagainya. Sedangkan
sasaran advokasi petugas puskesmas adalah kepala wilayah kecamatan, pejabat
lintas sektoral tingkat subdistrik, para tokoh masyarakat setempat, dan
sebagainya.
4. Dukungan Sistem (System Support)
Agar suatu program berjalan dengan baik, perlu adanya sistem,
mekanisme, atau prosedur kerja yang jelas yang mendukungya. Oleh sebab itu
sistem kerja atau organisasi kerja yang melibatkan kesehatan perlu
dikembangkan. Mengingat bahwa masalah kesehatan merupakan dampak dari
berbagai sektor, maka program untuk pemecahannya atau penanggulangannya
pun harus bersama-sama dengan sektor lain. Dengan kata lain, semua sektor
pembangunan yang mempunyai dampak terhadap kesehatan, harus
memasukkan atau mempunyai unit atau sistem yang menangani masalah
kesehatan di dalam struktur organisasinya. Unit ini secara internal menangani
masalah kesehatan yang dihadapi oleh karyawan, dan secara eksternal
mengatasi dampak institusi tersebut terhadap kesehatan masyarakat.

2.3. Sasaran dan Pelaku Advokasi Kesehatan
Sasaran advokasi kesehatan adalah berbagai pihak yang yang diharapkan
dapat memberikan dukungan terhadap upaya kesehatan, khususnya para pengambil
keputusan dan penentu kebijakan di pemerintahan, lembaga perwakilan rakyat,
mitra di kalangan pengusaha/ swasta, badan penyandang dana, media masa,
organisasi profesi, organisasi kemasyarakatan, lembaga swadaya masyarakat,
tokoh-tokoh berpengaruh dan tenar, dan kelompok potensi lainnya di masyarakat.
Semuanya bukan hanya berpotensi mendukung, tetapi juga menentang atau
berlawanan atau merugikan kesehatan (misalnya industri rokok).
Pelaku advokasi kesehatan: siapa saja yang peduli terhadap upaya kesehatan,
dan memandang perlu adanya mitra untuk mendukung upaya tersebut. Pelaku
8

advokasi dapat berasal dari kalangan pemerintah, swasta, perguruan tinggi,
organisasi profesi, organisasi berbasis masyarakat/ agama, LSM, dan tokoh
berpengaruh. Diharapkan mereka yang memahami masalah kesehatan, mempunyai
kemampuan advokasi khususnya melakukan pendekatan persuasif, dapat dipercaya
dan sedapat mungkin dihormati atau setidaknya tidak tercela khususnya dihadapan
kelompok sasaran.

2.4. Pendekatan Advokasi Kesehatan
Kata kunci dalam proses atau kegiatan advokasi ini adalah pendekatan
persuasive, secara dewasa, dan bijak, sesuai keadaan yang memungkinkan tukar
pikiran secara baik (free choice). Menurut UNFPA dan BKKBN (2002) terdapat lima
pendekatan utama dalam advokasi:
1. Melibatkan para pemimpin
Para pembuat Undang-undang, mereka yang terlibat dalam penyusunan
hukum, peraturan maupun pemimpin politik yaitu mereka yang menetapkan
kebijakan public sangat berpengaruh dalam menciptakan perubahan yang
terkait dengan masalah sosial termasuk kesehatan.
2. Bekerja dengan media massa
Media massa sangat berperan penting dalam membentuk opnini publik.
Media juga sangat kuat dalam mempengaruhi persepsi public atas isu atau
masalah tertentu terutama dalam hal kesehatan. Mengenal, menbangun, dan
menjaga kemitraan dengan media massa sangat penting dalam proses advokasi.
3. Membangun kemitraan
Dalam upaya advokasi sangat penting dilakukan upaya jaringan,
kemitraan yang berkelanjutan dengan individu, organisasi-organisasi dan sektor
lain yang bergerak dalam sektor yang sama, dalam hal ini adalah kesehatan.
Kemitraan ini dibentuk oleh individu , kelompok yang bekerja sama yang
bertujuan untuk mencapai tujuan umum yang sama.


9

4. Memobilisasi massa
Merupakan suatu proses mengorganisasikan individu yang telah
termotivasi kedalam kelompok-kelompok atau mengorganisasikan kelompok
yang sudah ada. Dengan mobilisasi dimaksudkan agar motivasi individu dapat
diubah menjadi tindakan kolektif.
5. Membangun kapasitas
Maksudnya adalah melembagakan kemampuan untuk mengembangkan
dan mengelila program yang komprehensif dan membangun kritikal massa
pendukung yang memiliki ketrampilan advokasi.

2.5. Unsur Dasar Advokasi
Sharma dalam Notoatmodjo (2005), ada delapan unsur dasar advokasi, yaitu
antara lain adalah:
1. Penetapan tujuan Advokasi
Agar upaya advokasi dapat berhasil tujuan, advokasi perlu dibuat lebih
spesifik berdasarkan pertanyyan berikut: apakah isu atau masalah tersebut dapat
menyatukan atau membuat berbagai kelompok bersatu dalam suatu koalisi yang
kuat? Apakah tujuan advokasi dapat dicapai? Apakah tujuan advokasi memang
menjawab permasalahan?
2. Pemanfaatan data dan riset untuk advokasi
Adanya data dan riset pendukung sangat penting agar keputusan dibuat
berdasarkan informasi yang tepat dan benar. Oleh karena itu, data dan riset
mungkin diperlukan dalam menentukan masalah yang akan diadvokasi,
identifikasi solusi pemecahan masalah maupun menentukan tujuan yang
realistis.
3. Identifikasi khalayak sasaran advokasi
Bila isu dan tujuan telah disusun, upaya advokasi harus ditujukan bagi
kelompok yang dapat membuat keputusan dan idealnya ditujukan bagi orang
yang berpengaruh dalam pembuatan keputusan, misalnya staf, penasihat, orang
tua yang berpengaruh, media massa dan masyarakat.
10

4. Pengembangan dan penyampaian pesan advokasi
Khalayak sasaran berbeda bereaksi tidak sama atas pesan yang berbeda.
Seorang tokoh politik mungkin termotivasi kalau dia mengetahui banwa banyak
dari konstituen yang diwakilinya peduli terhadap masalah tertentu. Seorang
Menkes mungkin akan mengambil keputusan ketika kepada yang bersangkutan
disajikan data rinci mengenai besarnya masalah kesehatan tertentu. Jadi penting
diketahui pesan apa yang diperlukan agar khalayak sasaran yang dituju dapat
membuat keputusan yang mewakili kepentingan advokator.
5. Membangun koalisi
Melibatkan orang dalam jumlah yang besar dan mewakili berbagai
kepentingan, sangat nermanfaat bagi upaya advokasi maupun dukungan politis.
Bahkan daam satu organisasi sendiri, koalisis internal yaitu melibatkan
berbagai orang dari berbagai divisi/ departemen dalam mengembangkan
program baru, dapat membantu consensus untuk aksi kegiatan. Pertimbangkan
lagi siapa lagi yang akan diajak bermitra dalam aliansi atau koalisi upaya
advokasi yang dirancang.
6. Membuat persentasi yang persuasif
Kesempatan untuk mempengaruhi khalayak sasaran kunci seringkali
terbatas waktunya. Kecermatan dan kehati-hatian dalam meyempaikan
argument yang meyakinkan atau model/ cara presentasi dapat mengubah
kesempatan terbatas ini menjadi upaya advokasi yang berhasil.
7. Penggalangan dana untuk advokasi
Semua kegiatan termasuk upaya advokasi memerlukan dana.
Mempertahankan upaya advokasi yang berkelanjutan dalam jangka panjang
memerlukan waktu, energi dalam penggalangan dana atau sumber daya lain
untuk menunjang upaya advokasi.
8. Evaluasi upaya advokasi
Untuk menjadi advocator yang tangguh diperlukan umpan balik
berkelanjutan serta evaluasi atas upaya advokasi yang telah dilakukan.

11

2.6.Langkah-langkah Pokok dalam Advokasi Kesehatan
Menurut Sharma (dikutip dari Hadi Pratomo dalam Notoatmodjo, 2005),
terdapat delapan unsur dasar dalam advokasi, yaitu penetapan tujuan, pemanfaatan
data, identifikasi khalayak sasaran, pengembngan dan penyampaian pesan,
membangun koalisi, membuat penyajian atau persentasi yang persuasif,
penggalangan dana dan evaluasi. Menurut Depkes (2007), terdapat lima langkah
kegiatan advokasi antara lain adalah:
1. Identifikasi dan analisis masalah atau isu yang memerlukan advokasi
Masalah atau isu advokasi perlu dirumuskan berbasis data atau fakta.
Data sangat penting agar keputusan yang dibuat berdasarkan informasi yang
tepat dan benar. Data berbasis fakta sangat membantu menetapkan masalah,
mengidentifikasi solusi dan menentuka tujuan yang realistis. Adanya data
sering menjadi argumen yang sangat persuasif.
2. Identifikasi dan analisis kelompok sasaran
Sasaran kegiatan advokasi ditujukan kepada para pembuat keputusan
(decision makers) atau penentu kebijakan (policy makers), baik dibidang
kesehatan maupun di luar sector kesehatan yang berpengaruh terhadap publik.
Tujuannya agar para pembuat keputusan mengeluarkan kebijakan-kebijakan.
Antara lain dalam bentuk peraturan, undang-undang, instruksi, dan yang
menguntungkan kesehatan. Dalam mengidentifikasi sasaran perlu ditetpkan
siapa saja yang menjadi sasaran, mengapa perlu diadvokasi, apa
kecenderunagnnya, dan apa harapan kita kepadanya.
3. Siapkan dan kemas bahan informasi
Tokoh politik mungkin akan termotivasi dan akan mengambil keputusan
jika mereka mengetahui secara rinci besarnya masalah kesehatan tertentu. Oleh
sebab itu penting diketahui pesan atau informasi apa yang diperlukan agar
sasaran yang dituju dapat membuat keputusan yang mewakili kepentingan
advocator. Kata kunci untuk bahan informasi ini adala informasi yang akurat,
tepat dan menarik.

12

Beberapa pertimbangan dalam menetapkan bahan informasi ini meliputi:
a. Bahan informasi minimal memuat rumusan masalah yang dibahas, latar
belakang masalahnya, alternative mengatasinya, usulan peran atau
tindakan yang diharapkan, dan tindak lanjut penyelesaiannya. Bahan
informasi juga minimal memuat tentang 5 W 1 H (what, why, who,
where, when dan how).
b. Dikemas menarik, ringkas, jelas dan mengesankan.
c. Bahan informasi tersebut akan lebih baik lagi jika disertai data
pendukung, ilustrasi contoh, gambar dan bagan.
d. Waktu dan tempat penyampaian baan informasi, apakah sebelum, saat
atau setelah pertemuan.
4. Rencanakan teknik atau cara atau kegiatan operasional
Beberapa teknik atau kegiatan operasional avokasi dapat meliputi
konsultasi, lobi, pendekatan atau pembicaraan formal atau informal terhadap
para pembuat keputusan, negoisasi atau resolusi konflik, pertemua khusus,
debat publik, petisi, pembuatan opini, dan seminar-seminar kesehatan.
5. Laksanakan kegiatan, pantau dan evaluasi serta lakukan tindak lanjut
Upaya advokasi selanjutnya adalah melaksanakan kegiatan sesuai
rencana yang telah disusun, memantau dan mengevaluasinya serta melakukan
tindak lanjut. Evaluasi diperlukan untuk menilai ketercapaian tujuan serta
menyempurnakan dan memperbaiki strategi advokasi. Untuk menjadi advokat
yang tangguh, diperlukan umpan balik berkelanjutan dan evaluasi terhadap
upaya advokasi yang telah dilakukan.

2.7.Peran Dinas Provinsi dan Kabupaten/ Kota dalam Advokasi Kesehatan
Menurut Depkes (2007), Dinas Kesehatan Provinsi dan Kabupaten/ Kota
memiliki peran sebagai berikut:
1. Merumuskan masalah/ isu, berhubungan dengan hal-hal yang perlu dilakukan
untuk advokasi.
13

2. Menetapkan arah atau kebijakan atau strategi dengan menetapkan tujuan,
sasaran pencapaian, dan strategi pelaksanaan advokasi.
3. Menentukan sasaran, siapa yang perlu diberikan advokasi.
4. Memilih pelaku, siapa yang akan melakukan advokasi
5. Menyusun bahan advokasi, menugasi tim penyusun bahan advokasi dan
menetapkannya.
6. Mengembangkan kemitraan dengan cara membangun dan mengembangkan
kemitraan untuk advokasi.
7. Mengelola kegiatan advokasi dengan merencanakan, menggerakkan
pelaksanaan, memantau, mengawai, dan menilai kegiatan advokasi

2.8. Indikator Keberhasilan Advokasi Kesehatan
1. Indikator Output
Adanya kepedulian, keterlibatan dan dukungan, serta kesinambungan
upaya kesehatan, baik berupa kebikajan, tenaga, dana, sarana, kemudahan, atau
keterlibatan dalam kegiatan/ geraka. Output kegiatan advokasi adalah undang-
undang, perda, instruksi yang mengikat masyarakat atau instansi berkenaan
dengan masalah kesehatan.
2. Indikator Proses
Adanya rencana kegiatan dan pelaksanaan kegiatan advokasi berupa
forum, jaringan, dan kerja sama.
3. Indikator Input
Adanya sasaran yang jelas, bahan informasi/ advokasi, dan kesiapan
pelaku advokasi.






14

BAB 3
PENUTUP

3.1. Kesimpulan
Konsep perubahan yang terjadi pada individu dan masyarakat juga
dipengaruhi oleh kebijakan maupun perubahan orgnisasi, dan politik bahkan factor
ekonomi, maka lingkungan yang mendukung perubahan perilaku sangatlah penting.
Oleh karena itu, advokasi sebagai salah satu strategi promosi kesehatan untuk
mendukung perubahan perilaku individu maupun masyarakat menjadi penting.
Advokasi hakekatnya adalah bekerja dengan individu dan organisasi untuk
membuat suatu perubahan, suatu proses dimana orang terlibat dalam proses
pembuatan keputusan yang mempengaruhi kehidupan mereka. tujuan dari advokasi
kesehatan adalah diperolehnya komitmen dan dukungan dalam upaya kesehatan,
baik berupa kebijakan, tenaga, dana, sarana, kemudahan, keiktusertaan dalam
kegiatan, maupun berbagai bentuk lainnya sesuai keadaan dan usaha.
Sasaran advokasi kesehatan adalah berbagai pihak yang yang diharapkan
dapat memberikan dukungan terhadap upaya kesehatan, khususnya para pengambil
keputusan dan penentu kebijakan di pemerintahan. Pelaku advokasi kesehatan: siapa
saja yang peduli terhadap upaya kesehatan, dan memandang perlu adanya mitra
untuk mendukung upaya tersebut. Pendekatan advokasi kesehatan antara lain:
melibatkan para pemimpin, bekerja dengan media massa, membangun kemitraan,
memobilisasi massa dan membangun kapasitas. Unsur dasar advokasi antara lain:
penetapan tujuan advoakasi, pemanfaatan data dan riset untuk advokasi, identivikasi
khalayak sasaran advokasi, pengembangan dan penyampaian pesan advokasi,
membangun koalisi, membuat persentasi yang persuasive, penggalangan dana untuk
advokasi, evaluasi upaya advokasi. Langkah-langkah advokasi kesehatan antara
lain: identifikasi dan analisis masalah atau isu yang memerlukan advokasi,
identifikasi dan analisis kelompok sasaran, siapkan dan kemas bahan informasi,
rencanakan teknik atau cara atau kegiatan operasional, laksanakan kegiatan, pantau
dan evaluasi serta lakukan tindak lanjut.
15

3.2. Saran
Dalam memberikan promosi kesehatan mencangkup advokasi diharapkan
dapat bekerja sama antara individu dan organisasi dalam membuat suatu
perubahan.

































16

DAFTAR PUSTAKA

Maulana D. J. Heri. 2009. Promosi Kesehatan. Jakarta: EGC.

Notoatmodjo, S. 2005. Promosi Kesehatan Teori dan Aplikasinya. Jakarta: Rineka
Cipta.

. 2007. Promosi Kesehatan & Ilmu Perilaku. Jakarta: Rineka
Cipta.

Anda mungkin juga menyukai