Anda di halaman 1dari 16

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Pembangunan kesehatan merupakan upaya untuk memenuhi salah satu hak dasar rakyat,
dimana tercantum dalam pasal 28 H ayat 1 UUD 1945 yaitu hak untuk memperoleh pelayanan
kesehatan. Keberhasilan pembangunan kesehatan sangat besar peranannya dalam mewujudkan
sumber daya manusia yang berkualitas dalam rangka mengimbangi makin ketatnya persaingan
bebas di era globalisasi. Keberhasilan pembangunan kesehatan tersebut memerlukan
pembangunan kesehatan yang lebih dinamis dan produktif dengan melibatkan semua sector
terkait termasuk swasta dan masyarakat. Pembangunan kesehatan bertujuan untuk meningkatkan
kesadaran, kemauan, kemampuan hidup sehat bagi setiap orang agar terwujud derajat kesehatan
masyarakat yang optimal.
Oleh karena itu perlu diselenggarakan upaya kesehatan dengan pendekatan pemeliharaan,
promosi kesehatan (promotif), pencegahan penyakit (preventif), penyembuhan penyakit (kuratif),
dan pemulihan kesehatan (rehabilitatif) yang diselenggarakan secara menyeluruh, terpadu, dan
berkesinambungan. Dalam rangka memajukan kesehatan masyarakat serta meningkatkan derajat
kesehatan masyarakat maka diperlukan strategi promosi kesehatan baik kepada pemerintah,
tokoh masyarakat, dan khususnya kepada masyarakat.
Kesehatan adalah hak asasi manusia dan modal investasi bangsa, serta merupakan salah satu
dari 3 komponen utama yang mempengaruhi kualitas sumber daya manusia. Oleh karena itu
kesehatan perlu dipelihara, ditingkatkan dan diupayakan oleh setiap orang. Kesehatan
dipengaruhi oleh banyak faktor yang bersifat lintas sektor, oleh karena itu diperlukan kepedulian
semua pihak terhadap kesehatan. Banyak orang dan banyak pihak yang belum menyadari
pentingnya kesehatan dalam hidupnya. Masalah kesehatan seringkali kalah prioritas
dibandingkan dengan masalah ekonomi dan kebutuha fisik lainnya. Oleh karena itu perlu upaya
untuk meningkatkan kesadaran masyarakat terhadap kesehatan. Tingkat kesehatan dan kualitas
SDM kita pada umumnya sangat rendah (urutan ke-109 di dunia) sehingga perlu upaya khusus
untuk meningkatkan kesadaran semua pihak terhadap kesehatan ini. Dengan dicanangkannya
Indonesia Sehat 2010, upaya mengenalkan kesehatan kepada berbagai pihak ini perlu dipacu,
agar memperoleh dukungan dalam pelaksanaannya.

1
Untuk itu perlu dilakukannya pendekatan komunikatif dan inovatif yang memperhatikan
setiap segmen sasaran. Sehubungan dengan itu semua, perlu dilakukan advokasi kesehatan
kepada berbagai pihak,terutama para penentu kebijakan dan berbagai sektor, termasuk lembaga
perwakilan rakyat baik di Pusat maupun daerah.
Kurang berhasil atau kegagalan suatu program kesehatan, sering di sebabkan pembuat
keputusan, baik di tingkat nasional maupun lokal (provinsi, kabupaten, atau kecamatan). Akibat
kurangnya dukungan itu, antara lain rendahnya alokasi anggaran untuk program kesehatan,
kurangnya sarana dan prasarana, tidak adanya kebijakan yang menguntungkan bagi kesehatan
dan sebagainya. Untuk memperoleh atau meningkatkan dukungan atau komitmen dari para
pembuat kebijakan, termasuk para pejabat lintas sektoral diperlukan upaya disebut advokasi.
Advokasi secara harfiah berarti pembelaan, sokongan atau bantuan terhadap seseorang yang
mempunyai permasalahan. Istilah advokasi mula-mula digunakan dibidang hukum atau
pengadilan. Sesorang yang sedang tersangkut perkara atau pelanggaran hukum, agar memperoleh
keadilan yang sesungguh-sungguhnya. Mengacu kepada istilah advokasi dibidang hukum
tersebut, maka advokasi dalam kesehatan diartikan upaya untuk memperoleh kesehatan.
Promosi kesehatan memerlukan adanya advokasi kebijakan untuk menciptakan dukungan
bagi pengembangan perilaku dan lingkungan sehat. Hal ini merupakan law enforcment yang
dapat memaksa atau memobilisasi masyarakat untuk berbuat atau tidak berbuat sesuatu. Banyak
orang yang masih belum menyadari pentingnya kesehatan. Kesehatan dipengaruhi oleh banyak
faktor yang bersifat lintas sektor sehingga masalah kesehatan sering kalah prioritas disbanding
masalah ekonomi dan kebutuhan fisik lainnya. Oleh karena itu, upaya mengenalkan kesehatan
perlu dipicu agar memperoleh dukungan dan kepedulian semua pihak. Perlu dilakukannya
pendekatan persuasif, cara-cara komunikatif dan inovatif yang memeprhatikan setiap segmen
sasaran untuk meningkatkan kesadaran semua pihak, oleh kerena itu diperlukannya advokasi
kesehatan kepada berbagai pihak agar kesehatan dianggap sebagai sesuatu yang penting oleh
pihak lain, terutama para penentu kebijakan dan berbagai sektor, termasuk lembaga perwakilan
rakyat, baik pusat maupun daerah.

1.2 Rumusan Masalah


Berdasarkan latar belakang yang telah dikemukakan, dapat di rumuskan permasalahan
sebagai berikut:
1. Apa yang dimaksud dengan advokasi kesehatan ?
2. Apa tujuan dan manfaat dari advokasi kesehatan ?
3. Siapa sajakah sasaran dan pelaku dari advokasi kesehatan ?
4. Bagaimana pendekatan dari advokasi kesehatan ?
5. Apa saja unsur dasar dari advokasi kesehatan ?
6. Apa saja langkah-langkah pokok dalam advokasi kesehatan ?
7. Apa saja indikator keberhasilan dari advokasi kesehatan ?

2
1.3 Tujuan Penulisan
a. Tujuan Umum

Untuk mengetahui pengertian, tujuan, unsurr, sasaran, langkah-langkah, peran serta


indikator keberhasilan advokasi kesehatan.
b. Tujuan Khusus
a) Untuk mengetahui tentang advokasi kesehatan.
b) Untuk mengetahui tujuan dan manfaat dari advokasi kesehatan.
c) Untuk mengetahui sasaran dan pelaku dari advokasi kesehatan.
d) Untuk mengetahui pendekatan dari advokasi kesehatan.
e) Untuk mengetahui unsur dasar dari advokasi kesehatan.
f) Untuk mengetahui langkah-langkah pokok dalam advokasi kesehatan.
g) Untuk mengetahui indikator keberhasilan dari advokasi kesehatan.

1.4 Manfaat

Adapun manfaat dari makalah ini yakni, sebagai berikut :


a. Bagi Penyusun (Mahasiswa)

Dengan adanya makalah ini diharapkan mahasiswa terutama bagi kelompok kami sendiri
dapat memahami tentang advokasi kebijakan kesehatan untuk mendukung perubahan perilaku
individu maupun masyarakat menjadi penting.
b. Bagi Pembaca

Dapat menambah pengetahuan si pembaca setelah materi ini dibaca.

3
BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Pengertian Advokasi Kesehatan

Menurut Foss & Foss et al (1980); Toulmin (1981) advokasi adalah upaya persuasif yang
mencangkup kegiatan penyadaran, rasionalisasi, argumentasi, dan rekomendasi tindak lanjut
mengenai sesuatu (Hadi Pratomo dalam Notoatmodjo, 2005). Advokasi adalah usaha
mempengaruhi kebijakan publik melalui bermacam-macam bentuk komunikasi persuasif (John
Hopkins School for Public Health). WHO (1989) seperti dikutip UNFPA dan BKKBN (2002)
mengungkapkan bahwa “Advocacy is a cpmbination on individual and social action design to
gain political comitment, policy support, social acceptence and system support for particular
health goal programe”.
Advokasi Kesehatan adalah advokasi yang dilakukan untuk memperoleh komitmen atau
dukungan dalam bidang kesehatan, atau yang mendukung pengembangan lingkungan dan
perilaku sehat (Depkes, 2007). Kaitan antara promosi kesehatan dengan advokasi adalah menurut
Anderson dalam Baum (2002), promosi kesehatan merupakan kombinasi pendidikan kesehatan
dan intervensi yang berhubungan dengan bidang organisasi, politik, dan ekonomi yang
direkayasa untuk memfasilitasi adaptasi perilaku dan lingkungan untuk memperbaiki kesehatan.
Jadi promosi kesehatan bukan hanya perubahan perilaku melainkan juga perubahan lingkungan,
karena lingkungan diciptakan oleh keputusan yang dibuat individu, organisasi atau pemerintah,
mereka yang peduli terhadap kesehatan atau kesejahteraan individu dan masyarakat (promotor
kesehatan), perlu terlibat atau mempengaruhi pembuatan keputusan tersebut.

4
A. Kegiatan-kegiatan Advokasi
a) Lobi Politik

Lobi adalah berbincang-bincang secara informal dengan para pejabat untuk


menginformasikan dan membahas masalah dan program kesehatan yang akan dilaksanakan.
Tahap pertama yaitu, petugas kesehatan menyampaikan keseriusan masalah kesehatan yang
dihadapi di wilayah kerjanya, dan dampaknya terhadap kehidupan masyarakat. Kemudian
disampaikan alternatif terbaik untuk memecahkan atau menanggulangi masalah tersebut. Dalam
lobi ini perlu dibawa atau ditunjukkan data yang akurat tentang masalah kesehatan tersebut
kepada pejabat yang bersangkutan.
b) Seminar atau Presentasi

Seminar atau presentasi yang dihadiri oleh para pejabat lintas program dan lintas sektoral.
Petugas kesehatan menyajikan masalah kesehatan di wilayah kerjanya, lengkap dengan data dan
ilustrasi yang menarik serta rencana program pemecahannya. Kemudian masalah tersebut
dibahas bersama-sama, yang akhirnya diharapkan akan diperoleh komitmen dan dukungan
terhadap program yang akan dilaksanakan tersebut.
c) Media

Advokasi media adalah melakukan kegiatan advokasi dengan menggunakan media,


khususnya media massa. Melalui media cetak atau media elektronik, permasalahan kesehatan
disajikan baik dalam bentuk lisan, artikel, berita, diskusi, penyampaian pendapat, dan
sebagainya.
d) Perkumpulan

Asosiasi atau perkumpulan orang-orang yang mempunyai minat atau keterkaitan terhadap
masalah tertentu atau perkumpulan profesi adalah juga merupakan bentuk advokasi.

Menurut Notoatmodjo, (2007) secara inklusif terkandung tujuan-tujuan advokasi antara


lain yaitu:
1. Komitmen Politik (Political Comitment)

Komitmen para pembuat keputusan atau penentu kebijakan di tingkat dan di sektor
manapun sangat diperlukan terhadap permasalahan kesehatan dan upaya pemecahan
permasalahan kesehatan. Pembangunan nasional tidak terlepas dari pengaruh kekuasaan politik
yang sedang berjalan. Oleh sebab itu pembangunan di sector kesehatan juga tidak terlepas dari
kondisi dan situasi politik pada saat ini. Baik kekuasaan eksekutif maupun legislative di Negara
manapun ditentukan oleh proses politik, terutama hasil pemeliharaan umum pada eksekutif dan
legislative terhadap masalah kesehatan masyarakat, ditentukan oleh pemahaman mereka terhadap
masalah-masalah kesehatan.
Demikian pula seberapa jauh mereka mengalokasikan anggaran pembangunan nasional
begi pembangunan sektor kesehatan, juga tergantung pada cara pandang dan kepedulian
(concern) mereka terhadap kesehatan dalam konteks pembangunan nasional. Oleh sebab itu
5
untuk meningkatkan komitmen para eksekutif dan legislative terhadap kesehatan perlu advokasi
kepada mereka. komitemen politik ini dapat diwujudkan antara lain dengan pernyataan-
pernyataan, baik secara lisan maupun tertulis, dapi para pejabat eksekutif maupun legislative,
mengenai dukungan atau persetujuan terhadap isu-isu kesehatan.
2. Dukungan Kebijakan (Policy Support)

Dukungan konkret yang diberikan oleh para pimpinan institusi di semua tingkat dan di
semua sektor yang terkait dalam rangka mewujudkan pembangunan di sektor kesehatan.
Dukungan politik tidak akan berarti tanpa dikeluarkannya kebijakan yang konkret dari pembuat
keputusan. Oleh sebab itu, setelah adanya komitmen politik dari para eksekutif maka perlu
ditindak lanjuti dengan advokasi agar dikeluarkannya kebijakan untuk mendukung program yang
telah ditentukan.
3. Dukungan Masyarakat (Social Acceptance)

Dukungan masyarakat berarti diterimanya suatu program oleh masyarakat. Suatu


program kesehatan apa pun hendaknya memperoleh dukungan dari sasaran utama program
tersebut, yakni masyarakat, terutama tokoh masyarakat. Oleh sebab itu apabila suatu program
telah mendapat komitmen dan dukungan kebijakan, maka langkah selanjutnya adalah
memperoleh dukungan masyarakat. Untuk sosialisasi program ini, para petugas tingkat
operasional atau local, misalnya petugas dinas kesehatan kabupaten dan puskesmas, mempunyai
peranan yang sangat penting. Oleh sebab itu para petugas tersebut juga mempunyai kemampuan
advokasi. Untuk petugas kesehatan tingkat distrik, sasaran advokasi adalak kepala distrik,
parleman distrik, pejabat lintas sektoral di tingkat distrik dan sebagainya. Sedangkan sasaran
advokasi petugas puskesmas adalah kepala wilayah kecamatan, pejabat lintas sektoral tingkat
subdistrik, para tokoh masyarakat setempat, dan sebagainya.
4. Dukungan Sistem (System Support)

Agar suatu program berjalan dengan baik, perlu adanya sistem, mekanisme, atau prosedur
kerja yang jelas yang mendukungya. Oleh sebab itu sistem kerja atau organisasi kerja yang
melibatkan kesehatan perlu dikembangkan. Mengingat bahwa masalah kesehatan merupakan
dampak dari berbagai sektor, maka program untuk pemecahannya atau penanggulangannya pun
harus bersama-sama dengan sektor lain. Dengan kata lain, semua sektor pembangunan yang
mempunyai dampak terhadap kesehatan, harus memasukkan atau mempunyai unit atau sistem
yang menangani masalah kesehatan di dalam struktur organisasinya. Unit ini secara internal
menangani masalah kesehatan yang dihadapi oleh karyawan, dan secara eksternal mengatasi
dampak institusi tersebut terhadap kesehatan masyarakat.

6
B. Manfaat Advokasi Kesehatan

Adapun Manfaat advokasi kesehatan, yaitu sebagai berikut :

a. Penyelenggaraan program kesehatan mendapat dukungan kebijakan yang kuat dalam


mengatasi masalah kesehatan.
b. Penyelenggaraan program kesehatan mendapat dukungan alokasi sumberdaya yang
diperlukan untuk meningkatkan status kesehatan masyarakat.
c. Upaya mengatasi kesehatan menjadi tugas dan tanggung jawab semua pihak, jadi bukan
merupakan masalah sektor kesehatan saja.

d. Program kesehatan dapat dirancang dengan baik, dan dapat terintegrasi dengan lintas
sektor terkait.

e. Penyelenggaraan program kesehatan akan lebih optimal sehingga dapat berdampak lebih
maksimal terhadap upaya mengatasi masalah kesehatan masyarakat.

f. Meningkatkan kinerja eksekutif dan legislatif dalam pembangunan kesehatan masyarakat.

2.3 Sasaran dan Pelaku Advokasi Kesehatan


Sasaran advokasi kesehatan adalah berbagai pihak yang yang diharapkan dapat
memberikan dukungan terhadap upaya kesehatan, khususnya para pengambil keputusan dan
penentu kebijakan di pemerintahan, lembaga perwakilan rakyat, mitra di kalangan pengusaha/
swasta, badan penyandang dana, media masa, organisasi profesi, organisasi kemasyarakatan,
lembaga swadaya masyarakat, tokoh-tokoh berpengaruh dan tenar, dan kelompok potensi lainnya
di masyarakat. Semuanya bukan hanya berpotensi mendukung, tetapi juga menentang atau
berlawanan atau merugikan kesehatan (misalnya industri rokok).
Pelaku advokasi kesehatan: siapa saja yang peduli terhadap upaya kesehatan, dan memandang
perlu adanya mitra untuk mendukung upaya tersebut. Pelaku advokasi dapat berasal dari
kalangan pemerintah, swasta, perguruan tinggi, organisasi profesi, organisasi berbasis
masyarakat/ agama, LSM, dan tokoh berpengaruh. Diharapkan mereka yang memahami masalah
kesehatan, mempunyai kemampuan advokasi khususnya melakukan pendekatan persuasif, dapat
dipercaya dan sedapat mungkin dihormati atau setidaknya tidak tercela khususnya dihadapan
kelompok sasaran.

7
8
9
2.4 Pendekatan Advokasi Kesehatan
Kata kunci dalam proses atau kegiatan advokasi ini adalah pendekatan persuasive, secara
dewasa , dan bijak, sesuai keadaan yang memungkinkan tukar pikiran secara baik (free choice).
Menurut BKKBN (2002) terdapat 5 pendekatan advokasi :
1. Melibatkan para pemimpin
Para pembuat Undang-undang, mereka yang terlibat dalam penyusunan hukum,
peraturan maupun pemimpin politik yaitu mereka yang menetapkan kebijakan public
sangat berpengaruh dalam menciptakan perubahan yang terkait dengan masalah sosial
termasuk kesehatan.
2. Bekerja dengan media massa
Media massa sangat berperan penting dalam membentuk opnini publik. Media
juga sangat kuat dalam mempengaruhi persepsi public atas isu atau masalah tertentu
terutama dalam hal kesehatan. Mengenal, menbangun, dan menjaga kemitraan dengan
media massa sangat penting dalam proses advokasi.
3. Membangun kemitraan
Dalam upaya advokasi sangat penting dilakukan upaya jaringan, kemitraan yang
berkelanjutan dengan individu, organisasi-organisasi dan sektor lain yang bergerak dalam
sektor yang sama, dalam hal ini adalah kesehatan. Kemitraan ini dibentuk oleh individu ,
kelompok yang bekerja sama yang bertujuan untuk mencapai tujuan umum yang sama.
4. Memobilisasi massa
Merupakan suatu proses mengorganisasikan individu yang telah termotivasi
kedalam kelompok-kelompok atau mengorganisasikan kelompok yang sudah ada.
Dengan mobilisasi dimaksudkan agar motivasi individu dapat diubah menjadi tindakan
kolektif.
5. Membangun kapasitas
Maksudnya adalah melembagakan kemampuan untuk mengembangkan dan
mengelila program yang komprehensif dan membangun kritikal massa pendukung yang
memiliki ketrampilan advokasi.

10
2.5 Unsur Dasar Advokasi
Sharma dalam Notoatmodjo (2005), ada delapan unsur dasar advokasi, yaitu antara lain adalah:
1. Penetapan tujuan Advokasi
Agar upaya advokasi dapat berhasil tujuan, advokasi perlu dibuat lebih spesifik
berdasarkan pertanyaan berikut: apakah isu atau masalah tersebut dapat menyatukan atau
membuat berbagai kelompok bersatu dalam suatu koalisi
2. Pemanfaatan data dan riset untuk advokasi
Adanya data dan riset pendukung sangat penting agar keputusan dibuat berdasarkan
informasi yang tepat dan benar. Oleh karena itu, data dan riset mungkin diperlukan dalam
menentukan masalah yang akan diadvokasi, identifikasi solusi pemecahan masalah
maupun menentukan tujuan yang realistis.
3. Identifikasi khalayak sasaran advokasi
Bila isu dan tujuan telah disusun, upaya advokasi harus ditujukan bagi kelompok
yang dapat membuat keputusan dan idealnya ditujukan bagi orang yang berpengaruh
dalam pembuatan keputusan, misalnya staf, penasihat, orang tua yang berpengaruh,
media massa dan masyarakat.
4. Pengembangan dan penyampaian pesan advokasi
Khalayak sasaran berbeda bereaksi tidak sama atas pesan yang berbeda. Seorang
tokoh politik mungkin termotivasi kalau dia mengetahui banwa banyak dari konstituen
yang diwakilinya peduli terhadap masalah tertentu. Seorang Menkes mungkin akan
mengambil keputusan ketika kepada yang bersangkutan disajikan data rinci mengenai
besarnya masalah kesehatan tertentu. Jadi penting diketahui pesan apa yang diperlukan
agar khalayak sasaran yang dituju dapat membuat keputusan yang mewakili kepentingan
advokator.
5. Membangun koalisi
Melibatkan orang dalam jumlah yang besar dan mewakili berbagai kepentingan,
sangat nermanfaat bagi upaya advokasi maupun dukungan politis. Bahkan daam satu
organisasi sendiri, koalisis internal yaitu melibatkan berbagai orang dari berbagai divisi/
departemen dalam mengembangkan program baru, dapat membantu consensus untuk aksi
kegiatan. Pertimbangkan lagi siapa lagi yang akan diajak bermitra dalam aliansi atau
koalisi upaya advokasi yang dirancang.
6. Membuat persentasi yang persuasive
Kesempatan untuk mempengaruhi khalayak sasaran kunci seringkali terbatas
waktunya. Kecermatan dan kehati-hatian dalam meyempaikan argument yang
meyakinkan atau model/ cara presentasi dapat mengubah kesempatan terbatas ini menjadi
upaya advokasi yang berhasil.

11
7. Penggalangan dana untuk advokasi
Semua kegiatan termasuk upaya advokasi memerlukan dana. Mempertahankan
upaya advokasi yang berkelanjutan dalam jangka panjang memerlukan waktu, energi
dalam penggalangan dana atau sumber daya lain untuk menunjang upaya advokasi.

8. Evaluasi upaya advokasi


Untuk menjadi advocator yang tangguh diperlukan umpan balik berkelanjutan
serta evaluasi atas upaya advokasi yang telah dilakukan.

2.6 Langkah-langkah Pokok dalam Advokasi Kesehatan


Menurut Sharma (dikutip dari Hadi Pratomo dalam Notoatmodjo, 2005), terdapat delapan
unsur dasar dalam advokasi, yaitu penetapan tujuan, pemanfaatan data, identifikasi khalayak
sasaran, pengembngan dan penyampaian pesan, membangun koalisi, membuat penyajian atau
persentasi yang persuasif, penggalangan dana dan evaluasi. Menurut Depkes (2007), terdapat
lima langkah kegiatan advokasi antara lain adalah:
1. Identifikasi dan analisis masalah atau isu yang memerlukan advokasi
Masalah atau isu advokasi perlu dirumuskan berbasis data atau fakta. Data sangat
penting agar keputusan yang dibuat berdasarkan informasi yang tepat dan benar. Data
berbasis fakta sangat membantu menetapkan masalah, mengidentifikasi solusi dan
menentuka tujuan yang realistis. Adanya data sering menjadi argumen yang sangat
persuasif.
2. Identifikasi dan analisis kelompok sasaran
Sasaran kegiatan advokasi ditujukan kepada para pembuat keputusan (decision
makers) atau penentu kebijakan (policy makers), baik dibidang kesehatan maupun di luar
sector kesehatan yang berpengaruh terhadap publik. Tujuannya agar para pembuat
keputusan mengeluarkan kebijakan-kebijakan. Antara lain dalam bentuk peraturan,
undang-undang, instruksi, dan yang menguntungkan kesehatan. Dalam mengidentifikasi
sasaran perlu ditetapkan siapa saja yang menjadi sasaran, mengapa perlu diadvokasi, apa
kecenderungannya, dan apa harapan kita kepadanya.
3. Siapkan dan kemas bahan informasi
Tokoh politik mungkin akan termotivasi dan akan mengambil keputusan jika
mereka mengetahui secara rinci besarnya masalah kesehatan tertentu. Oleh sebab itu
penting diketahui pesan atau informasi apa yang diperlukan agar sasaran yang

2.7 Indikator Keberhasilan Advokasi Kesehatan


Advokasi sebagai suatu kegiatan, sudah tentu mempunyai masukan (input) –
proses – keluaran (output). Oleh sebab itu apabila kita akan menilai keberhasilan
advokasi, maka kita harus memperhatikan tiga hal tersebut.
a. Input
Input untuk kegiatan advokasi yang paling utama adalah orang yang akan
melakukan advokasi dan bahan-bahan yakni data atau informasi yang membantu atau
mendukung argument dalam advokasi. Adanya sasaran yang jelas, bahan informasi/
advokasi, dan kesiapan pelaku advokasi. Indikator untuk mengevaluasi advokasi, yaitu :

12
- Berapa kali petugas kesehatan, terutama para pejabat, telah mengikuti pelatihan
tentang komunikasi, advokasi, dll.
- Sebagai institusi, dinas kesehatan baik tingkat provinsi maupun kabupaten,
mempunyai kewajiban untuk memfasilitasi para petugas kesehatan dengan
kemampuan advokasi melalui pelatihan-pelatihan.
- Hasil-hasil studi, atau laporan yang menghasilkan data, diolah menjadi informasi
dan di analisis menjadi evidence. Evidence ini yang kemudian akan dikemas
dalam media khusus dan digunakan sebagai alat bantu untuk memperkuat
argumentasi kita kepada para penentu kebijakan.
b. Proses
Proses advokasi adalah kegiatan untuk melakukan advokasi, oleh sebab itu
evaluasi proses advokasi harus sesuai dengan kegiatan advokasi. Adanya rencana
kegiatan dan pelaksanaan kegiatan advokasi berupa forum, jaringan, dan kerja sama.
Indikator proses advokasi :
- Berapa kali melakukan lobying dalam rangka memperoleh dukungan dan
komitmen kebijakan terhadap program kesehatan.
- Berapa kali menghadiri pertemuan yang membahas masalah dan program-
program yang membangun termasuk program kesehatan di daerahnya.
- Berapa kali seminar atau lokakarya tentang masalah dan program-program
kesehatan diadakan, dan mengundang sector pembangunan yang terkait.
- Berapa kali pejabat kesehatan menghadiri seminar atau lokakarya yang diadakan
oleh sector lain.
- Seberapa sering media local termasuk media elektronik membahas atau
mengeluarkan artikel tentang kesehatan atau pembangunan yang terkait dengan
masalah kesehatan.

13
c. Output
Keluaran atau output advokasi sector kesehatan, dapat diklasifikasikan dalam dua
bentuk, yakni output dalam bentuk perangkat lunak dan output dalam bentuk perangkat
keras. Indikator output dalam perangkat lunak adalah peraturan-peraturan atau undang-
undang sebagai bentuk kebijakan atau perwujudan dari komitmen terhadap program
kesehatan, misalnya :
- Undang-undang
- Peraturan permerintah
- Keputusan presiden
- Keputusan menteri
- Peraturan daerah
- Surat keputusan gubernur, bupati, atau camat.

Sedangkan indikator output dalam bentuk perangkat keras, antara lain:


- Meningkatnya dana atau anggaran untuk pembangunan kesehatan.
- Tersedianya atau dibangunnya fasilitas atau sarana pelayanan kesehatan seperti
rumah sakit, puskesmas, poliklinik, dan sebagainya.
- Dibangunnya atau tersedianya sarana dan prasarana kesehatan, misalnya air
bersih, jamban keluarga, jamban umum, tempat sampah, dan sebagainya.
- Dilengkapi peralatan kesehatan, seperti laboratorium, peralatan pemeriksaan fisik,
dan sebagainya.

14
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Konsep perubahan yang terjadi pada individu dan masyarakat juga dipengaruhi oleh
kebijakan maupun perubahan orgnisasi, dan politik bahkan faktor ekonomi, maka lingkungan
yang mendukung perubahan perilaku sangatlah penting. Oleh karena itu, advokasi sebagai salah
satu strategi promosi kesehatan untuk mendukung perubahan perilaku individu maupun
masyarakat menjadi penting. Advokasi hakekatnya adalah bekerja dengan individu dan
organisasi untuk membuat suatu perubahan, suatu proses dimana orang terlibat dalam proses
pembuatan keputusan yang mempengaruhi kehidupan mereka. tujuan dari advokasi kesehatan
adalah diperolehnya komitmen dan dukungan dalam upaya kesehatan, baik berupa kebijakan,
tenaga, dana, sarana, kemudahan, keiktusertaan dalam kegiatan, maupun berbagai bentuk lainnya
sesuai keadaan dan usaha.
Sasaran advokasi kesehatan adalah berbagai pihak yang yang diharapkan dapat
memberikan dukungan terhadap upaya kesehatan, khususnya para pengambil keputusan dan
penentu kebijakan di pemerintahan. Pelaku advokasi kesehatan: siapa saja yang peduli terhadap
upaya kesehatan, dan memandang perlu adanya mitra untuk mendukung upaya tersebut.
Pendekatan advokasi kesehatan antara lain: melibatkan para pemimpin, bekerja dengan media
massa, membangun kemitraan, memobilisasi massa dan membangun kapasitas. Unsur dasar
advokasi antara lain: penetapan tujuan advoakasi, pemanfaatan data dan riset untuk advokasi,
identifikasi khalayak sasaran advokasi, pengembangan dan penyampaian pesan advokasi,
membangun koalisi, membuat persentasi yang persuasive, penggalangan dana untuk advokasi,
evaluasi upaya advokasi. Langkah-langkah advokasi kesehatan antara lain: identifikasi dan
analisis masalah atau isu yang memerlukan advokasi, identifikasi dan analisis kelompok sasaran,
siapkan dan kemas bahan informasi, rencanakan teknik atau cara atau kegiatan operasional,
laksanakan kegiatan, pantau dan evaluasi serta lakukan tindak lanjut.

3.2 Saran
Dalam memberikan promosi kesehatan mencangkup advokasi diharapkan dapat bekerja
sama antara individu dan organisasi dalam membuat suatu perubahan.

15
DAFTAR PUSTAKA
1. Adisasmita. H.R., 2005. Dasar-dasar Ekonomi Wilayah. Jakarta: Graha Ilmu
2. Maulana D. J. Heri. 2009. Promosi Kesehatan. Jakarta: EGC.
3. Notoatmodjo, S. 2005. Promosi Kesehatan Teori dan Aplikasinya. Jakarta: Rineka Cipta.
4. 2007. Promosi Kesehatan & Ilmu Perilaku. Jakarta: Rineka Cipta.
5. Soekidko Notoadmojo, Promosi Kesehatan, penenrbit Rineka Cipta, Jakarta, 2010.
6. Notoatmojo Soekidjo. 2007. Promosi Kesehatan dan Ilmu Perilaku. Jakarta : Rineka
Cipta.
7. Ewles, Linda. 1994. Promosi Kesehatan. Bandung: Remaja Rosdakarya.
8. Atmojo, noto. 2005. Promosi Kesehatan teori dan Aplikasi. Jakarta: Rineka Cipta.
9. Atmojo, noto. 2002. Pengantar Pendidikan Kesehatan dan Ilmu Perilaku Kesehatan.
Yogyakarta: Andi Offset.
10. Atmojo, noto. 2003.Ilmu Kesehatan Masyarakat. Jakarta: Rineka Cipta.
11. Adisasmito, wiku. 2007. Sistem kesehatan. Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada.
12. http://kesmas-ode.blogspot.co.id/2012/10/makalah-advokasi.html, diakses tanggal 04
Oktober 2022, 11:00 WIB.

16

Anda mungkin juga menyukai