Anda di halaman 1dari 24

MATCHING

( PENCOCOKAN )
DEFINISI

 MATCHING ADALAH :
• MENYAMAKAN
• TEKNIK MEMILIH KELOMPOK PEMBANDING AGAR SEBANDING
DENGAN KELOMPOK INDEKS DALAM HAL FAKTOR-FAKTOR PERANCU .
• YANG DIMAKSUDKAN DENGAN SUBYEK/ KELOMPOK INDEKS ADALAH
SUBYEK/ KELOMPOK YANG DIBANDINGKAN DENGAN KELOMPOK
PEMBANDING.
TUJUAN

• 1.menghilangkan counfounder yang kuat, seperti umur atau seks.


Karena umur merupakan variabel interval yang levelnya banyak,
maka kita sulit mencari kontrol yang umurnya sama. Karena itu
biasanya dilakukan dengan penggolongan umur, dan dilakukan sesuai
dengan penggolongan umur.
• 2.dilakukan pada variabel pengganggu lain yang sifatnya interval.
• 3.dilakukan untuk menghilangkan confounder yang sulit diukur.
KEUNTUNGAN-KERUGIAN

KEUNTUNGAN :
• Dengan matching maka power menjadi meningkat.
KERUGIAN :
• 1.Penelitian menjadi lebih mahal karena sampel menjadi lebih besar.
• 2.Hilangnya variabel untuk analisis karena variable itu dipakai sebagai matching,
jadi tidak bisa dipakai lagi untuk analisis.
MACAM-MACAM

1. MATCHED GROUPS DESIGNS :

menyamakan faktor faktor yang harus di seimbangkan agar grup-grup yang mengikuti
eksperimen dapat berjalan pada kondisi-kondisi eksperimen tanpa dipengaruhi oleh faktor
faktor eksternal.
- JENIS :
A.MEAN MATCHING
1. mudah dilakukan pada sampel-sampel dari satu populasi atau dari satu subpopulasi,
2. pada eksperimen yang terpisah mean matchig mungkin akan sukar dilakukan tanpa
mengorbankan beberapa subjek yang tersedia.
3.persamaan mean semata-mata tidak menjamin bahwa variabilitasnya juga
sama.
contoh :
Secara teoritis dapat digambarkan bahwa 2 group mungkin mempunyai mean
score yang sama dalam sesuatu factor:
a. grup yang satu terdiri dari anak anak yang pandai, sedang, dan bodoh
b. sedang grup lainnya hanya terdiri dari anak-anak yang sedang .
 suatu metode mungkin menimbulkan reaksi yang berbeda-beda untuk
tingkatan tingkatan yang berbeda beda.
Jadi mean matching tidak memberikan jaminan adanya stratification
control
Mean Matching

Mean Matching dilakukan dengan menyatakan dari kelompok yang ada dalam penelitian,
yaitu antara kelompok eksperimen dengan kelompok kontrol. Mean – Matching ini
digunakan rumus :
B.VARIANCE MATCHING
F (nb-1), (nk-1)=vb/vk

 Dengan melihat pada tabel distribusi F kita akan dapat mengetahui apakah
varians-varians itu berbeda secara signifikan apa tidak.
 Jika hasilnya signifikan maka kita mengatakan bahwa kedua grup datang dari
dua populasi yang berbeda variansnya dalam factor yang dimatched. Sedang
jika hasilnya tidak signifikan kita mengatakan bahwa kedua grup datang dari
satu populasi yang sama variansnya.
Pencocokan Dengan Variansi (Variance Matching )

Keterangan
F : frekuensi
nb : byknya sampel eksperimen (bebas)
F (nb-1), (nk-1)=vb/vk nk : byknya sampel kontrol
Vb : variabel bebas
Vk : vatoable kontrol

• Dengan melihat pada tabel distribusi F kita akan dapat mengetahui apakah varians-varians itu
berbeda secara signifikan apa tidak.

• Jika hasilnya signifikan maka kita mengatakan bahwa kedua grup datang dari dua populasi
yang berbeda variansnya dalam factor yang dimatched. Sedang jika hasilnya tidak signifikan
kita mengatakan bahwa kedua grup datang dari satu populasi yang sama variansnya.
C. T-MATCHING
mean dan variance matching dilakukan dengan t-test
2.MATCHED SUBJETS DESIGNS
- Matched subjects designs, atau disingkat pola M-S,
- matching dilakukan terhadap subyek demi subyek.
- pairing of subject( pasangan dari subyek) yang
setingkat atau seimbang dijalankan atas dasar
matched subject designs.
- JENIS :
A. NOMINAL PAIRING
- UNTUK KRITERIUM PAIRING ADALAH GEJALA GEJALA NOMINAL.
- CONTOH : GURU DIPASANGKAN DENGAN GURU,
PEDAGANG DIPASANGKAN DENGAN PEDAGANG,
PETANI DIPASANGKAN DENGAN PETANI,
 SANGAT TERGANTUNG KEPADA RELEVAN TIDAKNYA KRITERIUM PAIRING
TERHADAP FAKTOR TREATMENT.
JIKA KRITERIUM PAIRING TERNYATA TIDAK MEMPUNYAI EFEK APA-APA
TERHADAP TREATMENT, PAIRING MERUPAKAN PEKERJAAN YANG
SEBENARNYA TIDAK PERLU DILAKUKAN.
2. ORDINAL PAIRING
- didasarkan atas kriterium ordinal.
- dilakukan terhadap continuum variables, nonvariabel characteristics, atau gejala
bertingkat.
- Contoh :
Inteligensi, kecakapan dalam mata pelajaran tertentu, penguasaan bahasa, kekayaan,
tinggi dan berat badan, aktivitas social,
Jika intelegensi dijadikan kriterium pairing, peneliti mencari orang-orang yang intelegensinya
setingkat, dipasang-pasangkan, kemudian anggota-anggota tiap pasang dipisah yang seorang ke
grup eksperimen dan seorang lagi ke group control.
- contoh :

a. Adakan pengukuran terhadap IQ 10 orang yang telah ditetapkan sebagai


sampel eksperimen.
Hasilnya sbb :
A = 115 F =101
B = 108 G = 114
C = 100 H = 108
D = 96 I = 111
E = 111 J = 94
• Adakan pairing terhadap individu itu. Dan Hasil nya sbb :
A dengan G : 115 – 114
B dengan H : 108 – 108
F dengan C : 101 – 100
J dengan D : 94 – 96
E dengan I : 111 – 111
C. COMBINED NOMINAL AND ORDINAL PAIRING
- mengkombinasikakan antara pairing nominal dan ordinal.
- Pemasangan kombinasi ini kelihatannya sangat sederhana, tetapi sangat sulit
dilakukan dalam prakteknya. Pada nominal characteristik dengan mudah
individu-individu dipasang- pasangkan. Demikian juga dengan gampang
individu-individu di Paired pada ordinal characteristiknya. Akan tetapi
individu-individu yang sudah nominal paired itu jarang sekali atau belum
tentu menunjukkan ordinal pairing sehingga pengkombinasiannya akan
menimbulkan kesulitan.
 CONTOH :
- suatu sampel terdiri dari 20 orang. Sampel tsb dimasukkamn ke dalam
grup
control dan grup eksperimen melalui teknik subject matching atas dasar
intelegensi. IQ dari 20 orang itu adalah sebagai berikut:
• Subyek No. IQ Subyek No. IQ Pasangan Matched IQ
1 96 11. 105 1-12 96-96
2. 104 12. 96 2-14 104-104
3. 106 13. 112 3-11 106-105
4. 112 14. 104 4-13 112-112
5. 108 15. 110 5-15 108-110
6. 105 16. 104 6-16 105-104
7. 112 17. 112 7-13 112-112
8. 120 18. 113 8-20 120-120
9. 114 19. 113 9-19 114-113
10. 114 20. 120 10-18 114-113

Pasangan-pasangan itu dicatat dengan baik-baik oleh experimenter


karena sangat diperlukan untuk menghitungkan koefisien kolerasi
antara hasil-hasil treatment dari grup control dan grup experimental
MANFAAT

• PENCOCOKAN DIGUNAKAN PADA STUDI OBSERVASIONAL DAN


EKSPERIMEN KUASI.
• PADA STUDI KOHOR DAN EKSPERIMEN KUASI, TUJUAN PENCOCOKAN
UNTUK MENGONTROL PENGARUH FAKTOR PERANCU DALAM MENILAI
PENGARUH PAPARAN TERHADAP PENYAKIT, ATAU PENGARUH
PERLAKUAN TERHADAP HASIL.
• PADA STUDI KASUS KONTROL, TUJUAN PENCOCOKAN UNTUK
MENINGKATKAN EFISIENSI PENAKSIRAN PENGARUH PAPARAN
TERHADAP PENYAKIT
• Pada studi kasus kontrol, subyek indeks adalah kasus,.
Yang dimaksudkan dengan subyek pembanding adalah
kontrol pada studi kasus kontrol,
• subyek indeks pada studi kohor, adalah subyek terpapar. Yang
dimaksudkan dengan subyek pembanding adalah subyek tak
terpapar pada studi kohor.
CONTOH:
dalam studi kohor tentang infark otot jantung (mi) dan aktivitas fisik,
- peneliti mengendalikan pengaruh perancu obesitas, dengan cara mencocokkan
seorang inaktif secara fisik yang non-obes (subyek pembanding) untuk seorang aktif
secara fisik yang juga non-obes (subyek indeks).
- pengaruh obesitas terhadap hubungan aktivitas fisik dan mi dikendalikan, karena
kedua subyek yang dibandingkan sudah dibuat setara dalam tingkat faktor obesitas.
 pencocokan disebut juga restriksi parsial, sebab pembatasan diterapkan hanya
kepada subyek pembanding, tidak kepada subyek indeks
KESIMPULAN :

• pencocokan (matching) :
proses pemilihan kontrol sehingga sampel mirip dengan kasus
dalam karakteristik tertentu, seperti usia, ras, jenis kelamin,
status sosial ekonomi, dan pekerjaan.
• dibagi 2 :
1. group matching
2. individual matching
TUGAS :
1. Masing masing mahasiswa mencari jurnal dgn metode penelitian menggunakan matching :
Kelompok 1 : Mean mathcing
Kelompok 2 : variance mathcing
Kelompok 3 : T mathcing
Kelompok 4 : Nominal pairing
Kelompok 5 : Ordinal pairing
Kelompok 6 : combine nominal and ordinal pairing
3. Tugas dipresentasikan
4. Tugas dikumpulkan menjadi 1 folder dan dikumpulkan ke prodi
TERIMA KASIH

Anda mungkin juga menyukai