a. Pengulangan Pengulangan adalah percobaan dasar yang dilakukan lebih dari satu kali. Pengulangan berfungsi sebagai berikut: - Menghasilkan nilai dugaan bagi galat percobaan. - Meningkatkan ketepatan percobaan - Memperluas daya cakup kesimpulan, dan - Mengendalian ragam galat percobaan. b. Perlakuan Perlakuan adalah semua tindakan coba-coba yang dilakukan terhadap suatu objek, yang pengaruhnya akan diselidiki untuk menguji hipotesis. Perlakuan ini dapat berasal dari faktor kualitas (mutu), yaitu perlakuan yang hanya memperhitungkan mutu perlakuan X. c. Pengendalian Lokal Pengendalian lokal adalah usaha pengelompokan satuan-satuan percobaan sedemikian rupa sehingga keragaman dalam kelompok minimal. Pengelompokan dalam hal ini dapat diartikan sebagai pembagian seluruh satuan-satuan percobaan ke dalam kelompok-kelompok tertentu berdasarkan ciri lingkungan percobaan, bahan percobaan, ataupun perlakuan yang akan diberikan kepada satuan-satuan percobaan tersebut 2. Hal yang harus diperhatikan dalam menentukan jumlah perlakuan dan jumlah ulangan a. Hal yang harus diperhatikan dalam menentukan ulangan : - Keragaman alat, bahan, media, dan lingkungan percobaan. Untuk bahan yg sudah terdeskripsi secara jelas seperti pupuk buatan, pestisida, benih varietas unggul, maka diperlukan ulangan yang kecil. Untuk bahan yg belum terdeskripsi seperti pupuk kandang, pupuk alami, benih varietas lokal, maka perlu jumlah ulangan yang besar - Biaya dan tenaga yang tersedia. b. Hal yang perlu diperhatikan dalam menentukan perlakuan - Perancangan himpunan perlakuan, percobaan merupakan ajang pengujian hipotesis secara empirik, oleh karena itu himpunan (set) perlakuan yang akan diuji dalam suatu percobaan harus dirancang sesuai dengan fungsi percobaan tersebut. - Kodifikasi perlakuan, dalam membuat kode (lambang) perlakuan harus diingat bahwa kode yang baik adalah kode yang bersifat informatif, artinya melalui kode ini kita atau orang lain secara langsung bisa memperkirakan sifat dan jenis faktor perlakuan yang diteliti. 3. Asumsi-asumsi dasar yang harus dipenuhi dalam suatu percobaan: a. Galat (experimental error) harus teragihkan (distributed) secara rambang (random), bebas (independent) dan normal. Untuk mebndapatkan galat yang andal bagi suatu pengujian hipotesis, maka galat ini harus teragihkan secara rambang (random atau acak), bebas dan normal. Untuk itu ada suatu teknik yang dapat diterapkan, yaitu dengan cara menempatkan perlakuan atau ulangan pada petak-petak atau pot-pot percobaan secara rambang. b. Keragaman contoh (sample variance = s2) bersifat homogen, untuk mendapatkan kergaman contoh yang homogen maka jika kita melakukan percobaan di lingkungan yang kurang homogen, kita harus mengontrol atau mengupayakan agar setidak-tidaknya ada bagian/kelompok-kelomok tersebut yang homogen sesamanya. c. Keragaman (s2) dan rerata ( mean=y) contoh tidak menunjukkan adanya korelasi. Kebebasan ragam dan rerata contoh ini dapat dicapai jika kita telah melakukan lokal kontrol secara baik atau sesuai dengan kondisi /medan percobaan. Hal lain yang perlu diupayakan adalah kisaran atau rentang taraf perlakuan yang dicobakan tidak terlalu lebar. d. Pengaruh-pengaruh utama (main effect) bersifat aditif baik sesamanya maupun dengan lingkungannya. Adivitas pengaruh perlakuan dan pengaruh non perlakuan hanya akan diperoleh jika antara keduanya tidak terjadi interaksi. Untuk menghindari ini maka lokal kontrol harus dilakukan ecara baik dan kedua faktor yang terlibat tidak mempunyai sifat yang terkait/identik.
Karena pemakaian suatau rancangan terhadap suatu percobaan dan/atau
sekelompok data yang tidak memenuhi asumsi-asumsi dasar tersebut akan menghasilkan kesimpulan yang tidak logis. Sehingga kesimpulannya menjadi menyesatkan apalagi jika sampai direkomendasikan dan kemudian diterapkan oleh pemakainya akibatnya akan fatal.
4. Prinsip dasar uji F dan makna hasil ujinya
No Hasil Uji F Maknanya 1. Perlakuan 1.1 Tidak nyata TIDAK ADA perlakuan yang pengaruhnya MENONJOL dibanding kontrol/perlakuan lainnya 1.2 Nyata/Sangat ADA perlakuan yang pengaruhnya MENONJOL/ Nyata SANGAT MENONJOL dibanding kontrol/perlakuan lainnya 2. Lokal kontrol 2.1 Tidak nyata Lokal kontrol yang dilakukan TIDAK BERHASIL dalam menekan heterogenitas langan (galat) 2.2 Nyata/Sangat Lokal kontrol yang dilakukan BERHASIL/ SANGAT Nyata BERHASIL dalam menekan heterogenitas lapangan (galat)
5. Penamaan suatu rancangan percobaan:
a. Metode penempatan perlakuan-perlakuan secara acak atau rambang pada unit-unit percobaan (cara pengacakan /perambangan perlakuan), yaitu : - Jika perambangan perlakuan dan ulangannya dilakukan secara lengkap sekaligus, maka rancangannya disebut RANCANGAN ACAK LENGKAP (RAL). - Jika perambangan perlakuannya secara lengkap dilakukan per satu lokan kontrol (kelompok-kelompok (block)), maka disebut rancangan acak kelompok (RAK). - Jika perlakuan lengkap diacak per dua lokal kontrol (barisan-barisan(rows), dan lajur/kolom (columbs) disebut rancangan acak kuadrat latin (RAKL atau RKL)) - Jika pengacakan perlakuan lengkap dilakukan per tiga lokal kontrol disebut rancangan kuadrat graeco latin (RKGL) b. Rancangan rancangan yang diberi nama berdasarkan metode pelaksanaan atau penerapan perlakuan-perlakuan pada satuan-satuan percobaan nya, sehingga disebut rancangan perlakuan,misalnya: - Jika penempatan atau penerapan kombinasi-kombinasi perlakuannya pada satuan-satuan percobaan dilakukan secara serentak atau faktorial maka disebut rancangan faktorial - Jika salah sat faktor perlakuan diterapkan secara acak pada petak besar, sedangkan faktor lainnya diterapkan secara acak pada petak kecil yang merupakan bagian-bagian dalam suatu petak besar maka disebut rancangan petak terbagi (RPB), jika dua faktor, atau rancangan petak terbagi dua kali (RPBD) atau rancangan petak bagian ganda (RPBG). 6. Hitung nilai KK (Koofisien keragaman ) data setiap macam (variable) pengamatan. Uji praansira hanya perlu dilakukan jika nilai KK nya besar, yaitu minimal 20% untuk percobaan laboratorium/rumahkaca atau minimal 40%untuk percobaan lapangan. 7. Percobaan merupakan suatu alat penelitian yang digunakan untukmenyelidiki sesuatu yang belum diketahui atau untuk menguji suatu teori (principle) atau hipotesis. 10. Ciri-ciri percobaan yang baik dan manfaatnya a. Kesederhanaan. Suatu percobaan yang baik dicirikan oleh perlakuan- perlakuan dan metode percobaan yang sederhana dan semudah mungkin, namun tetap mempertahankan objektivitas suatu percobaan b. Derajat ketepatan. Perbedaan taraf perlakuan harus makin kecil dengan makin tingginya tingkat ketelitian yang diinginkan, atau dengan makin besarnya peluang untuk menerima kebenaran hipotesis yang diajukan. c. Ketiadaan galat sistematis. Percobaan harus dirancang agar setiap unit-unit pecobaan akan menerima suatu perlakuan dengan peluang yang sama besar, menurut suatu metode nonsistematis, agar menghasilkan perkiraan yang tak bias tentang pengaruh masing-masing perlakuan terhadap nilai- nilai penagamatan atau hasil-hasil percobaan. d. Kisaran keabsahan dari kesimpulan. Kesimpulan dari hasil-hasil percobaan harus mempunyai kisaran keabsahan yang selebar mungkin. Dapat diperoleh melalui: - Memperbanyak ulangan percobaan baik menurut waktu maupun menurut ruang - Menerapkan perlakuan-perlakuan yang dirancang secara faktorial e. Kalkulasi derajat ketidakpastian. Suatu percobaan yang baik juga harus dirancang sedemikian rupa agar memungkinkan si peneliti untuk mengkalkulasikan kebolehjadian (peluang) terjadinya hasil-hasil pengamatan yang menyimpang. 11. Keberhasilan suatu percobaan juga ditentukan oleh pemilihan perlakuan- perlakuan yang akan diterapkan secara hari-hati. Karena pemilihan ini menentukan ketepatgunaan (efektivitas) hasil percobaan dalam mengevaluasi jawaban –jawaban bagi pertanyaan pertanyaan yang ditetapkan sebelum percobaan. Jika hal ini tidak dilakukan maka tidak efektif jawaban-jawaban bagi pertanyaan yang ditetapkan sebelum percobaan. 12. Rancanagan percobaan berdasarkan jumlah galatnya: a. Rancangan bergalat tunggal, yang meliputi RAL, RAK, dan RAKL non faktorial dan faktorial. Rancangan-rancangan faktorial ini menunjukkan bahwa penelitian bertujuan untuk meneliti pengaruh-pengaruh faktor utama dan interaksi denga derajat ketelitian yang sama. b. Rancangan bergalat ganda, merupakan rancangan yang digunakan untuk percobaan yang mempunyai salah satu faktor (B) dan interaksinya lebih penting dari faktor utama lainnya (A). c. Rancangan bergalat triple, meliputi rancangan yang mirip dengan RPB, hanya saja jumlah faktor yang diteliti ada tiga, sedangkan RPB hanya dua. 13. Judul-judul percobaan sesuai bidang, bidangnya kehutanan a. Pengaruh cekaman kekeringan terhadap pertumbuhan dan beberapa karakter morfo-fisiologis bibit tanamn hutan. b. Penggunaan arang kompos pada media tumbuh anakan mahoni di rumah kaca c. Ketahanan serangan penyakit karat tumor pada uji keturuanan sengon (Falcataria moluccana) 14. Kapan suatu rancangan dapat digunakan: a. RAL, RAL umumnya cocok digunakan untuk konidisi lingkungan, alat, bahan dan media yang homogen. Kondisi ini hanya dicapai di ruang-ruang terkontrol seperti di laboratorium dan rumah kaca. b. RAK, rancangan ini merupakan rancangan untuk percobaan lapangan yang paling sederhana. Di lapangan umumnya sulit untuk mendapatkan kondisi yang benar-benar homogen, sehingga jika percobaan dilakukan menurut RAL dapat dipastikan akan diperoleh galat yang besar. oleh karena itu untuk mendapatkan galat yang lebih kecil perlu dilakukan upaya pengendalian homogenetis pada lokal-lokal tertentu. c. RAKL, rancangan ini, lokal kontrolnya berupa baris da lajur. Baris dan lajur ini hanya istilah yang digunakan untuk menunjukkan bahwa perambangan perlakuan- perlakuan dilakukan secara kuadrat (persegi) atau bersilang arah. 15. Tidak hanya bisa digunakan pada percobaan laboratorium/Rumah kaca jika kondisinya seperti pada penelitian tentang erosi karena penonjolan pengaruh- pengaruh perlakuan terhadap erosi (atau mikrobia) yang terjadi dan kirasan erosi yang terjadi umumnya lebar, maka meskipun percobaan dilakukan pada kondisi heterogen di lapangan tidak diperlukan adanya lokal kontrol, sehingga RAL untuk kasus semacam ini juga dapat diterapkan. 16. Iya karena kondisi rumah kaca dan lab memiliki kondisi lingkungan, alat, bahan dan media yang homogen. Karena kondisi yang homogen apabila dilakukan percobaan menurut RAL maka perolehan galatnya kecil. 17. Perbedaan antara RAL, RAK, RAKL No Jenis rancangan percobaan karakteristik 1 RAL Kondisi lingkungan,alat, bahan dan media yang homogen 2 RAK Kondisi lingkungan yang heterogen.sehingga perlu ada pengelompokan (lokal kontrol) untuk memperoleh galat yang lebih kecil. 3 RKAL Kondisi lingkungan yang hetergen. Pada RKAL ini lokal kontrolnya berupa baris dan lajur
18. Alasan mengapa RAKL jarang digunakan:
a. Memrlukan persyaratan jumlah baris=jumlah lajur=jumlah perlakuan. Sehingga jika jumlah perlakuan terlalu kecil akan menyebabkan ulangan perlakuan yang terlalu sedikit dan jika jumlah perlakuan terlalu besar akan menyebabkan ulangan perlakuan yang terlalu besar sehingga akan tidak ekonomis jika digunakan. b. Tidak ada interaksi antara baris atau lajur dengan perlakuan. Jika ada interaki, maka RKAL ini tidak dapat digunakan dan jika tetap digunakan, maka kesimpulan atau hasil-hasil percobaan tersebut menjadi samar. c. Adanya dua sumber keragaman data di luar perlakuan yang di teliti. Dua sumber keragaman ini dapat berupa 2 arah silang kemiringan lereng, 2 arah silang kesuburan tanah, 2 arah silang cara/tenaga/alat kerja, 2 waktu pengamatan dan lain-lain, yang penting faktor-faktor ini bukanlah faktor yang diteliti.