Anda di halaman 1dari 7

JENIS DESAIN PENELITIAN

Secara umum desain eksperimen dapat dikelompokkan menjadi tiga macam;


1. Praeksperimen (Pre- Experimen)
adalah eksperimen tanpa pengendalian variable-variabel yang berpengaruh. Disini
kelompok kontrol tidak diperlukan karena hal yang diperlukan hanya menguji
perlakukan
2. Eksperimen semu (quasi exsperimen)
Desain eksperimen semu adalah eksperimen yang pengendaliannya terhadap
variable-variabel eksperimental tidak begitu ketat. penentuan sampel tidak
dilakukan sacra randomisasi. Biasanya desain eksperimen semu dilakukan apabila
desain eksperimen murni tidak dapat dilakukan.
3. Eksperimen murni (true exsperiment)
Eksperimen murni adalah eksperimen yang pengendaliannya secara ketat terhadap
variable-variabel yang tidak dikehendai pengaruhnya (yang merupakan sumber
invaliditas) terhadap variable terikat. Penentuan sampel dengan randomisasi. Dan
dilakukan dengan menggunakan kelompok kontrol.
Menurut Lichie Seniati (2009), desain penelitian eksperimental dapat dilihat dari 3
perspektif yaitu perspektif paradigm eksperimental, perspektif kontrol, perspektif
teknik kontrol dan dan jumlah kelompok.
Berdasarkan paradigma eksperimental, desain dibagi menjadi 2 yaitu :
a. Desain Between-Subject
Adalah desain eksperimental yang pengaruh variable bebas terhadap variable
terikatnya dapat diketahui dari perbedaan skor variabel terikat antarkelompok
subjek yang diberikan perlakuan berbeda. Desain ini disebut juga sebagai
pendekatan eksperimental N-Besar (large-N).
Ada 3 prosedur eksperimental menurut Fisher, yang menggunakan desain
between subject yaitu:
1) Kontrol subjek
Dengan menggunakan lebih dari dua orang dalam penelitian, subjek tambahan
sebagai kontrol bagi subjek lain.
2) Memilih subjek
Subjek dipilih agar proactive history dapat dikontrol dan hasilnya dapat
digeneralisasikan ke subject lain.

3) Pengujian statistic
Agar perbandingan lebih objektif untuk variable terikat yang diukur antara
kelompok subjek dengan kelompok subjek yang menerima variable bebas dilakukan
pengujian statistic.
b. Desain Within Subject
Adalah desain eksperimental yang penelitiannya hanya menggunakan kelompok
subjek dan setiap subjek diberi beberapa perlakuan variable bebas yang berbeda.
Desain ini menggunakan kontrol kondisi dengan memberikan urutan pemberian
variable bebas yang berbeda.

PRINSIP DESAIN EKSPERIMEN


Validitas merupakan hal yang penting dalam hasil penelitian disajikan untuk umum.
Walaupun validitas internal lebih diutamakan tetapi validitas eksternal juga tidak
boleh diabaikan.
Ada 3 prinsip dasar yang perlu diperhatikan untuk meningkatkan validitas
eksperimen yaitu:
A. Replikasi
Yaitu frekuensi atau pengulangan perlakuan dalam suatu eksperimen atau
penelitian yang sama dengan dilakukan secara berulang-ulang. Dalameksperimen
psikologi, replikasi digunakan dalam 2 pengertian. Pertama, replikasi pengulangan
pada perlekuan unit-unit eksperimen yang berbeda dengan unit eksperimen yang
diujicobakan sebelumnya.
Misalnya; pengujian terhadap metode terapi cognitive-behavior treatment yang
dikembangkan Albert Ellis (1994), banyak ahli terapi yang melakukan replikasi
dengan menerpkan metode ke berbagai gangguan.
Replikasi dilakukan untuk menerapkan hasil-hasil eksperimen terdahulu, tetapi
dengan cara yang pertama kali dilakukan, khususnya segi kelompok atau unit,
waktu, dan tempat. Adapun perlakuan yang diberikan dalam replikasi tetap sama
atau sedikit bervariasi sesuai keperluan.
Replikasi merupakan pengulangan perlakuan yang diberikan kepada unit kelompok
eksperimen yang sama atau unit berbeda. Dalam penelitian peneliti memberi
beberapa kali (minimal 2 kali) pada unit kelompok yang sama atau kelompok
berbada. Replikasi bertujuan meningkatkan validitas internal yaitu apakah
perubahan benar-benar terjadi karena perlakuan atau faktor lain.
Replikasi dalam pengertian kedua ini dapat berupa frekuensi perlakuan sejumlah

unit eksperimen. Jika perlakuan diberikan pada 10 remaja, dalam perlakuan itu
terdapat 10 unit eksperimental.
Jika satu perlakuan diberikan pada 10 remaja berarti replikasi yang dilakukan
terhadap eksperimen sebanyak 10 kali karena setiap subjek mendapatkan 1 kali
perlakuan.
Tata cara menghitung jumlah replikasi yang diingikan untuk mencapai ketelitian
dapat dilihat di buku Psikologi eksperimen oleh Rosleny Marliani, M.Si.
Menurut hanafiah dalam Rosleny (2013), penentuan jumlah replikasi
dipengaruhi 3 hal yaitu:

Tingkat ketelitian, semakin tinggi tingkat ketelitian yang diingikan dari


eksperimen, semakin besar jumlah replikasi yang dibutuhkan.

Keragaman bahan, alat, media dan lingkungan eksperimen. Semakin


heterogen faktor-faktor tersebut, semakin besar pula replikasi yang
diperlukan.

Jika biaya penelitian cukup besar replikasinya semakin kecil

Replikasi berguna meminimalkan kesalahan eksperimen, replikasi juga bertujuan


mempertinggi ketepatan eksperimen. Semakin banyak replikasi dilakukan, semakin
tinggi ketepatan eksperimen..
B. Randomisasi
Tujuan randomisasi adalah agar pengelompokan subjek ke dalam kelompok
ekperimen dan kontrol menjadi lebih objektif.
Penentuan anggota sampel dengan randomisasi disebut random assignment.
Randomisasi bertujuan mengurangi bias yang disebabkan oleh kesalahan sistematis
(systematic error) yang dilakukan secara sengaja oleh peneliti dalam menentukan
subjek-subjek yang akan diteliti.
Misalnya;
Sampel dikelompokkan berdasarkan pertimbangan subjektif tertentu dari peneliti
dengan alasan kedekatan emosional, kedekatan domisili, dll. Penelitian ini tentu
akan menghasilkan penelitian yang subjektif dan tidak dapat
menjadi dasar generalisasi.
Randomisasi tidak sepenuhnya menjamin bisa melahirkan sampel yang benar2
objektif. Ada kemungkinan ketidak beimbangan yang berimbangan kondisi subjek.
Akan tetapi, randomisasi dapat meminimalkan subjektifitas karena

ketidakberimbangan terjadi karena kebetulan. Jadi, randomisasi dapat mengubah


kesalahan sistematis menjadi kesalahan acak dengan demikian dapat ditoleransi.
Beberapa cara untuk melakukan proses randomisasi, diantaranya menggunakan
table bilangan random, penarikan undian, atau penggunaan table bilangan random
di computer.
C. Kontrol Internal
Adalah mengendalikan kondisi lapangan dari heterogen menjadi homogeny.
Caranya dengan membagi unit-unit eksperimen dalam kelompok-kelompok,
sehingga antarkelompok memiliki homogenitas dan perimbangan, kecuali
perlakuan yang harus dibuat secara berbeda.imbang, kesalahan dapat
diminimalkan dan dikendalikan.
Kontrol internal berguna untuk membuat prosedur uji lebih kuat, lebih efisien, dan
lebih sensitive. Hal ini karena pengelompokan yang homogen dan berimbang,
kesalahan dapat diminimalkan dan dikendalikan.
Pengelompokan dengan cara membagi unit ke dalam beberapa kelompok, sehingga
antarkelompok menjadi homogeny. Setiap unit dalam kelompok yang sama harus
mendapat perlakuan yang sama.
Dalam melakukan pengelompokan, seorang peneliti harus memerhatikan aspek
keseimbangan (balancing), yaitu kesamaan jumlah unit eksperimen dalam setiap
kelompok.
Kontrol internal berguna untuk mengurangi pengaruh campuran (confounded
effect) yaitu, pengaruh variable yang diamati karena adanya interaksi (pengaruh
bersama) faktor perlakuan dan variable nonekperimental. Pengelompokan
berdasarkan faktor yang terkait langsung dengan variable yang harus dihindari.
Misalnya;
Apabila melakukan eksperimen tentang pengaruh kata-kata bermakna dan kata
yang tidak bermakna terhadap daya ingat anak SD, IQ tidak boleh
dijadikan dasar pengelompokan. Jika dikelompokkan berdasarkan IQ maka adanya
perbedaan mengingat hanya karena faktor IQ.
D. Perlakuan Pembanding
Pemberian perlakuan terhadap kelompok eksperimen mutlak dilakuka. Peneliti
sengaja memberikan pemaparan kepada subjek yang diteliti tentang perlakuan lalu
mempelajari efeknya. Untuk mempelajari bahwa penelitian sudah memberikan efek
tertentu pada subjek yang diteliti, diperlukan kelompok pembanding yang berfungsi
sebagai kelompok kontrol. Suatu penelitian dianggap sebagai penelitian eksperimen
apabila menggunakan kelompok kontrol atau KK sebagai pembanding.

Keberadaan kelompok kontrol sangat penting dalam penelitian eksperimental. Hal


ini karena eksperimen yang dilakukan tanpa kelompok komparasi, tidak langsung
menyimpulkan bahwa akibat yang terjadi merupakan hasil dari perlakuan.
Kondisi kelompok kontrol harus sama dengan kondisi subjek pada kelompok
perlakuan. Kondisi yang sama ini menyangkut kelompok satatis, seperti usia, jenis
kelamin, kondisi kesehatan, tingkat pendidik dll. Jika kondisi tersebut homogeny
antara subjek kelompok perlakuan dan kontrol, hasil yang dicapai dapat
disimpulkan bahwa suatu intervensi yang diberikan mempengarui variable
tergantung.
Kelompok kontrol dapat dilakukan dengan 2 cara yaitu, kelompok kontrol
merupakan kelompok mandiri terhadap kelompok perlakuan, dan kelompok
kontrol sebagai kelompok sama dengan kelompok perlakuan.
Kelompok kontrol dalam eksperimen dapat dibentuk sebagai berikut;

Kelompok tidak memperoleh perlakuan dari peneliti

Kelompok memperoleh perlakukan dalam bentuk placebo (perlakuan


palsu/tidak sebenarnya.

Kelompok yang memperoleh perlakuan secara konvensional diberkan


kepada subjek.

Perlakuan kurang variatif

Adapun fungsi kelompok kontriol adalah:

Pembuatan desain eksperimen menjadi efektif

Uji signifikasi lebih sensitive

Meningkatkan power test karena perlakuan pada kontrol akan


mengurangi besarnya kasalahan eksperimental.

MODEL PERLAKUAN KONTROL


Berdasarkan bentuk kelompok kontrol, ada 4 model dalam pemberian perlakuan
subjek, yaitu;
A. Perlakuan lawan tanpa Perlakuan
Model ini terdapat 2 kelompok yaitu kelompok perlakuan (X) yang mendapatkan
intervensi dan kelompok kontrol (-) yang tidak memperoleh perlakuan. Perbedaan
hasil pengukuran (O) pada kedua kelompok dianggap sebagai perlakuan;

Kelompok perlakuan : (X) > O

Kelompok kontrol : (-) > O


Model ini merupakan alternative model yang paling lama dikembangkan dalam
eksperimen psikososial. Pola perlakuan ini tidak selalu harus dibagi dalam 2
kelompok perlakuan yang berbeda dengan satu kelompok tanpa perlakuan sebagai
kontrol.
B. Perlakuan lawan perlakuan lain (komparasi perlakuan)
Dalam model ini terdapat 2 kelompok, yaitu kelompok perlakuan yang
mendapatkan intervensi dan kelompok kontrol (Z) yang memperoleh perlakuan
dalam bentuk intervensi yang lain. Perbedaan hasil pengukuran pada kedua
kelompok dianggap sebagai akibat perlakuan.

Kelompok perlakuan : (X) > O

Kelompok kontrol : (-) > O


Sebagai bentuk pengembangan dari pola pertama, terutama karena faktor etis,
subjek-subjek yang bermaslah tidak menjadi anggota kelompok kontrol yang
dibiarkan tanpa adanya perlakuan sehingga dikembangkan desain untuk
membandingkan perlakuan.
C. Perlakuan lawan plasebo
Model ini terdapat 2 kelompok yaitu kelompok perlakuan yang mendapatkan
intervensi dan kelompok kontrol yang memperoleh perlakuan berupa placebo.
Perbedaan hasil pengukuran pada kedua kelompok dianggap sebagai akibat dari
perlakuan;

Kelompok perlakuan : X) > O

Kelompok kontrol : (p) > O


Pola perlakuan placebo pada mulanya dikembangkan pada bisdang farmakoterapi
untuk pengujian obat
D. Perlakuan lawan perlakuan bervariasi
Model ini terdapat 2 kelompok yaitu, kelompok perlakuan ynag mendpatkan
intervensi lebih banyak atau bervaiasi disbanding dengan kelompok yang
memperoleh perlakuan kurang.
Model ini disebut pula dismantling. Perbedaan hasil pengukuran pada kedua

kelompok dianggap sebagai hasil perlakuan.

Kelompok perlakuan ; (XXX) > O

Kelompkk kontrol : (X) > O

Anda mungkin juga menyukai