Anda di halaman 1dari 16

Berdasarkan pada ada-tidaknya intervensi penelitian ada penelitian

intervensional/ penelitian observasional/ survei dan penelitian intervensional/


eksperimental. Riset epidemiologi secara garis besar di bagi menjadi penelitian
epidemiologi deskriptif, analitk dan eksperimental. Penelitian deskriptif bertujuan
untuk memberikan gambaran atau deskripsi tentang suatu keadaan secara objektif
atau menggambarkan fenomena atau karakteristik individual, situasi atau
kelompok tertentu secara akurat.

Jenis penelitian epidemiologi deskriptif terdiri atas studi kasus, survei,


studi perkembangan, studi tindak lanjut, analisis dokumenter, analisis
kecenderungan, studi korelasi. Penelitian epidemiologi analitik berdasarkan
waktunya terdiri dari rancangan case control, cross sectional dan kohort.
Rancangan epidemiologi case control mempelajari hubungan antara paparan dan
penyakit, dengan cara membandingkan kelompok kasus dan kelompok kontrol
berdasarkan status paparannya. Penelitian ini mempelajari seberapa jauh faktor
risiko mempengaruhi terjadinya efek. Rancangan cross sectional merupakan
rancangan penelitian yang pengukuran dan pengamatannya dilakukan secara
simultan pada satu saat (sekali waktu), yaitu dimana variabel-variabel yang
termasuk efek diobservasi sekaligus pada waktu yang sama. Rancangan kohort
melihat berbagai hubungan antara faktor risiko dan efek dengan memilih
kelompok studi berdasarkan perbedaan faktor risiko. kemudian mengikuti
sepanjang periode waktu tertentu untuk melihat seberapa banyak subjek dalam
masing-masing kelompok yang mengalami efek. Penelitian eksperimental terdiri
dari pra experimental, true experimental dan quasi experimental. Pra experimental
dibagi menjadi post test only design, one group pre test post test dan perbandingan
kelompok tetap. true experimental terdiri dari pretest-postest dengan kelompok
kontrol, randomized solomon four group design, posttest only control group
design. Quasi experimental adalah time series design, control group time series,
non equivalent control group, separate sampel pretest-posttest.
1. Definisi Studi Eksperimental

Penelitian eksperimental adalah suatu bentuk penelitian yang penelitinya


mempunyai otoritas untuk memberikan perlakuan (intervensi)kepada subjek
penelitian. Lazimnya digunakan dua atau lebih kelompok penelitian, dan tiap
kelompok menerima perlakuan yang berbeda. Secara teoritis penelitiakan
mengacak perlakuan yang akan diberikan kepada kelompok-kelompok, tetapi
secar praktis yang dilakukan oleh peneliti adalah mengalokasikan subjek secara
acak kedalam kelompok-kelompok tersebut. Satu kelompok akan ditetapkan
sebagai kelompok intervensi, dan yang satu lagi adalah kelompok kontrol/
pembanding.

Studi ini dilakukan dengan mengadakan eksperimen (percobaan) kepada


kelompok subjek, kemudian dibandingkan dengan kelompok kontrol (yang tidak
dikenakan percobaan) Contoh: untuk menguji keampuhan suatu vaksin, dapat
diambil suatu kelompok anak kemudian diberikan vaksin tersebut. Sementara itu
diambil sekelompok anak pula sebagai kontrol yang hanya diberikan placebo.
Setelah beberapa tahun kemudian dilihat kemungkinan-kemungkinan timbulnya
penyakit yang dapat dicegah dengan vaksin tersebut, kemudian dibandingkan
antara kelompok percobaan dan kelompok kontrol. Secara bertahap, agar Anda
betul-betul dapat menguasai macam-macam epidemiologi, maka sebaiknya Anda
mengambil kasus di tempat bekerja lalu di analisis sesuai dengan tahap demi
tahap pelatihan, tindakan medis dan lain-lain. Label “D” atau “outcome” dapat
berupa: status klinis,status psikologis, status kesehatan, status laboratoris, status
pengetahuan, dan lain-lain.

Penelitian eksperimen merupakan metode yang paling kuat untuk


mengungkapkan hubungan sebab-akibat. Penelitian ini telah dilakukan sejak lama
seperti penelitiann yang dilakukan oleh James Lind dan Goldberger walaupun
jumahnya sangant sedikit. Hambata utama dalam penelitian eksperimen pada
manusia adalah faktor etis. Penelitian eksperimen pada manusia baru berkembang
pada beberapa dasawarsa terakhir ini dan berbagai metode dan analisis yang kita
kenal saat ini pun berkembang pada saat itu. Hal ini menunjukkan bahwa
eksperimen pada manusia dapat dikatakan merupakan hal baru. Karena kondisi
tersebut maka penelitian hubungan sebab-akibat banyak dilakukan
dengan pendekatan observasional atau dilakukan tanpa menggunakan kontrol atau
sebagai pembandingnya digunakan pengalaman pengobatan penyakit pada masa
sebelumnya dan hanya didasarkan pada memori saja. Cara ini dapat menunjukkan
hasil yang baik seperti penyembuhan pneumonia yang  disebabkan pneumococcus
dengan penisilin.
Studi Eksperimental merupakan studi yang membandingkan data dari
sekelompok manusia atau obyek yang dengan sengaja diberikan tindakan atau
intervensi tertentu dengan kelompok lain yang sama tetapi tidak dilakukan
intervensi apapun. Studi ini termasuk penelitian Epidemiologi Analitik. Nama lain
studi eksperimental adalah studi Intervensi yang hampir mirip dengan studi
kohort. Perbedaan studi kohort dengan studi intervensi terletak pada perlakuan
intervensi status “exposure” pada subjek-subjek yang diteliti. Penelitian
eksperimental dalam Epidemiologi pada umumnya hanya menerapkan Jenis
Intervensi yang bersifat Preventif (Profilaktif), Promotif, dan Terapeutik.
Rancangan peneltitian dapat dibedakan menjadi rancangan eksperimen
murni dan eksperimen semu. Berdasarkan lokasi penelitian umumnya penelitian
eksperimen dapat dilakukan di klinik (uji klinis) dan dilakukan di lapangan (field
trial) yang banyak dilakukan pada penelitian operaasional dalam bidang pelayanan
kesehatan dan keluarga bencana. Misalnya penelitian eksperimen di lapangan
yang dilakukan dengan membandingkan program pelayanan kesehatan baru yang
dijalankan pada suatu daerah dengan daerah lain dengan program pelayanan
kesehatan yang lama. Pada umumnya penelitian eksperimen ini hanya
menggunakan sampel yang relative kecil, bila dibandingkan dengan besarnya
populasi . Oleh Karena itu, hasil penelitian eksperimen ini diolah dan dianalisis
dengan uji statistic yang cermat, sehingga dapat dilakukan generlisasi yang
memadai.
Penelitian eksperimental murni adalah penelitiam yang memungkinkan
peneliti mengendalikan hampir semua variabel luar, sehingga perubahan yang
terjadi pada efek hampir sepenuhnya karena pengaruh perlakuan (variabel
eksperimental). Sementara penelitian eksperimental kuasi adalah bila peneliti
tidak mungkin mengontrol semua variabel luar, sehingga perubahan yang terjadi
pada efek tidak sepenuhnya oleh pengaruh perlakuan.
Menurut Weiss dkk, terdapat 2 jenis penelitian eksperimental, yaitu: 
a. Penelitian eksperimental fungsional dimana variabel bebasnya dapat
dimanipulasi dengan sempurna oleh peneliti; yang dapat dianalogikan
dengan eksperimental murni. 
b. Penelitian eksperimental factorial, dimana variabel bebasnya tidak
dapat dimanipulasi dengan sempurna oleh peneliti; dianalogikan
sebagai penelitiann eksperimental kuasi.
Antara penelitian eksperimental dan analitik, mempunyai beberapa
perbedaan dan persamaan. Perbedaan rancangan penelitian tersebut terletak pada
peran peneliti dalam intervensi. Bila intervensi secara aktif dan terencana
dilakukan oleh peneliti dengan mengendalikan faktor faktor tertentu untuk
mengungkapkan hubungan sebab-akibat, maka penelitian tersebut disebut
penelitian eksperimental. Bila intervensi tidak dilakukan oleh peneliti, tetapi
dilakukan oleh alam atau subjek yang bersangkutan secara sengaja maupun
tidak,dan peneliti hanya secara pasif mengamati perubahan yang terjadi untuk
mengetahui adanya hubungan sebab-akibat, maka penelitian tersebut disebut
penelitian analitik. 

Rancangan penelitian eksperimental dan analitik memiliki persamaan,


sebagai berikut. Keduarancangan ini memiliki kontrol sebagai pembanding dan
terdapat hipotesis spesifik untuk mengungkapkan adanya hubungan sebab-akibat.
Penelitian yang bertujuan untuk mengetahui efektifitas atau efisiensi obat atau
prosedur pengobatan atau metode diagnostic maka rancangan penelitian yang
tepat adalah penelitian eksperimental. Metode eksperimen banyak digunakan
dalam penelitian yang bersifat laboratories. Ini bukan berarti pendekatan
penelitian ini tidak dapat digunakan untuk penelitian social. Meski begitu,
penggunaan pendekatan ini tentunya mnejadi sangat rumit, mengingat objek yang
di teliti menyangkut interaksi manusia denga lingkungan atau antar manusia
sendiri. Permasalahan yang diteliti terutama menyangkut pengujian apakah suatu
produk dapat digunakan untuk suatu situasi dan kondsi tertentu. Mungkin tidak
akan mudah karena sulit mencari seseorang yang bersedia (dengan ikhlas)
menjadi objek eksperimen suatu penelitian. Bilamana penelitian eksperimen
dianggap sebagai suatu metode yang ideal dalam suatu proyek penelitian, tentu
akan selalu banyak persoalan yang menyertainya. Persoalan yang muncul selalu
berkaitan dengan validitas dalam suatu penelitian semacam ini. Peneliti akan
dihadapkan dengan persoalan klasik dalam penelitian; apakah dia bisa bersikap
objektif ?, mengingat sebagai peneliti dia juga sebagai manusia yang akan
berinteraksi dengan objek penelitiannya. Keraguan apakah penelitidapat
mengambil jarak dengan objek penelitian seringkali menimbulkan keraguan
terhadap validitas penelitian ini. Para peneliti menempatkan diri sebagai pihak
yang melakukan observasi dan pengujianterhadap objek yang sedang diteliti. 

2. Tujuan Penelitian Eksperimental

Tujuan dari penelitian eksperimental adalah untuk mengukur efek dari


suatu intervensi terhadap hasil tertentu yang diprediksi sebelumnya.Desain ini
merupakan metode utama untuk menginvestigasi terapi baru.Misal, efek dari obat
X dan obat Y terhadap kesembuhan penyakit Z atau efektivitas suatu program
kesehatan terhadap peningkatan kesehatan masyarakat. Beberapa contoh
penelitian dengan desain eksperimental, seperti untuk mengukur efektivitas
penggunaan antibiotik terhadap perawatan wanita dengan gejala infeksi saluran
urin dengan hasil tes urin negatif /negative urine dipstict testing.
3. Macam Rancangan Eksperimen

Studi eksperimen terbagi dalam dua macam yaitu rancangan eksperimen


murni dan kuasi eksperimen.

a. Rancangan eksperimen murni adalah suatu bentuk rancangan yang


memperlakukan dan memanipulasi subjek dengan pengamatan atau
kontrol secara ketat. Studi eksperimen mempunyai ciri:

1. Ada perlakuan, yaitu memperlakukan variabel yang diamati


(memanipulasi suatu variabel).
2. Ada randominasi, yaitu penu juk subjek pengamatan secara acak
untuk mendapatkan salah satu dari berbagai tingkat faktor. 
3. Semua variabel terkontrol, eksperimen murni mampu mengontrol
hampir semua pengaruh faktor terhadap variabel hasil yang
diamati.
Dalam urutan tingkat kekuatan hubungan sebab akibat desain
ini merupakan desain terbaik untuk hubungan sebab akibat, terutama
desain eksperimen murni. Pengamatannya sangat mirip dengan studi
kohort yakni kelompok subjek perlakuan dan kelompok kontrol diikuti
sampai terjadinya efek. Perbedaannya pada adanya intervensi serta
alokasi subjek secara eligibilitas dan metode perlakuan ditentukan oleh
pengamat.
b. Kuasi eksperimen (eksperimen semu), adalah eksperimen yang dalam
mengontrol situasi penelitian tidak terlalu ketat atau menggunakan
rancangan tertentu dan atau penunjukkan subjek penelitian secara tidak
acak untuk mendapatkan salah satu dari berbagai tingkat faktor
penelitian. Ciri dari kuasi eksperimen:
1. Tidak ada randominasi, yaitu penunjukkan subjek dilakukan secara
tidak acak untuk mendapatkan salah satu sari berbagai tingkat
faktor penelitian. Hal ini disebabkan karena ketika pengalokasian
faktor kepada subjek yang diamati tidak mungkin, tidak etis, atau
tidak praktis menggunakan randominasi. 
2. Tidak semua variabel terkontrol karena terkait dengan
pengalokasian faktor penelitian kepada subjek penelitian tidak
mungkin, tidak etis, atau tidak praktis menggunakan randominasi
sehingga sulit mengontrol variabel secara ketat. 

4. Kelompok Pada Penelitian Eksperimental

a. Kelompok Perlakuan
Kelompok yang dikenai intervensi yang diselidiki efektivitasnya.
Intervensi bisa tunggal atau kombinasi.
b. Kelompok Pembanding
Tidak dikenai intervensi yang diselidiki efektivitasnya bukan
berarti tanpa perlakuan
5. Klasifikasi Studi Eksperimental dalam Epidemiologi

1) Randomized Control Trial

Randomized control trial (atau randomized clinical trial) adalah


sebuah eksperimen epidemiologi yang mempelajari sebuah pencegahan
atau cara hidup yang dapat mengobati. Subjek dalam populasi adalah
kelompok yan acak, biasanya disebut perawatan dan kelompok kontrol,
dan hasilnya diperoleh dengan membandingkan hasil dari dua atau lebih
kelompok. Hasil yang diinginkan dapat saja berbeda tetapi, mungkin saja
perkembangan penyakit baru atau sembuh dari penyakit yang telah ada.
Kita dapat memulainya dari menentukan populasi dengan acak untuk
mendapatkan perawatan baru atau perawatan yang telah ada, dan kita
mengikuti subjek dalam setiap grup untuk mengetahui seberapa banyak
subjek yang mendapatkan perawatan baru berkembang dibandingkan
subjek dengan perawatan yang telah ada. Jika perawatan menghasilkan
outcome yang lebih baik, kita dapat berharap untuk mendapatkan outcome
yang lebih baik pada subjek dengan perawatan baru dibandingkan subjek
dengan perawatan yang telah ada.  Randomized trial dapat dipakai untuk
berbagai macam tujuan. Cara ini dipakai untuk mengevaluasi obat-obatan
baru dan perawatan lain tentang penyakit, termasuk test teknologi
kesehatan dan perawatan medis yang baru. Juga bisa digunakan untuk
memperkirakan program yang baru untuk skrining dan deteksi dini, atau
cara baru mengatur dan mengantarkan jasa kesehatan.  
2) Field Trial/eksperimental Lapangan
Ekperimen lapangan adalah jenis eksperimen yang dilakukan di
lapangan dengan individu-individu yang belum sakit sebgai subyek. Mirip
dengan studi kohort prospektif, rancangan ini diawali dengan memilih
subyek-subyek yang belum sakit. Subyek-subyek penelitian dibagi dalam
kelompok eksperimen dan kelompok kontrol, lalu diikuti
perkembangannya apakah subyek itu sakit atau tidak. Berbeda dengan
studi kohort, peneliti menentukan dengan sengaja alokasi faktor penelitian
kepada kelompok-kelompok studi. Subyek yang terjangkit dan tidak
terjangkit penyakit antara kedua kelompok studi kemudian dibandingkan,
untuk menilai pengaruh perlakuan. Jika laju kejadian penyakit dalam
populasi rendah, maka eksperimen lapangan membutuhkan jumlah subjek
yang sangat besar pula. Pada ekperimen lapangan kerap kali peneliti harus
mengunjungi subyek penelitian di “lapangan”. Peneliti dapat juga
mendirikan pusat penelitian di mana dilakukan pengamatan dan
pengumpulan informasi yang dibutuhkan dengan biaya yang ekstra.
3) Interveren Komunitas
Intervensi komunitas adalah studi di mana intervensi dialokasikan
kepada komunitas, bukan kepada individu-individu. Intervensi komunitas
dipilih karena alokasi intervensi tidak mungkin atau tidak praktis
dilakukan kepada individu. Contoh intervensi ini adalah riset tentang
efektivitas flurodasi air minum untuk mencegah karies pada masyarakat.
Riset Newburgh-Kingston (Ast et al., 1950) memberikan natrium florida
pada tempat-tempat penyediaan air minum yang dikonsumsi oleh
komunitas (Newburgh). Komunitas lainnya (Kingston) menerima air
minum seperti sebelumnya (tanpa suplementasi fuor). Eksperimen ini
memperlihatkan kemaknaan pengaruh floridasi, baik secara statistik
maupun klinik, dalam mengurangi kerusakan, kehilangan, dan pergerakan
gigi masyarakat. 

6. Kelebihan Penelitian Eksperimental

Kelebihan penelitian eksperimental adalah memungkinkan untuk


dilakukan randomisasi dan melakukan penilaian penelitian dengan double-blind.
Teknik randomisasi hanya dapat dilakukan pada penelitian intervensi
dibandingkan penelitian observasional. Dengan teknik randomisasi, peneliti bisa
mengalokasikan sampel penelitian ke dalam dua atau lebih kelompok berdasarkan
kritieria yang telah ditentukan peneliti lalu diikuti ke depan. Teknik randomisasi
bertujuan untuk menciptakan karakteristik antar kelompok hampir sama dalam
penelitian. Kemudian, desain ini juga memungkinkan peneliti melakukan double-
blind, dimana peneliti maupun responden tidak mengetahui status responden
apakah termasuk dalam kelompok intervensi atau non-intervensi. Kekuatan desain
ini bisa meminimalisir faktor perancu yang dapat menyebabkan bias dalam hasil
penelitian.
Kelebihan studi eksperimental adalah, Memungkinkan pengawasan yang
optimal sehingga hasil dapat lebih dipercaya∙ Dapat memberikan bukti kuat
adanya hubungan sebab-akibat∙ Dapat merupakan satu-satunya disain yang sesuai
dipakai misalnya untuk mempelajari obat-obat baru∙ Dapat menghasilkan
penelitian yang murah dan cepat dibanding penelitian observasional. Misal studi
tentang efek dari diet rendah lemak pada kadar kolesterol darah, dimana pada
studi observasional dapat menjadi lebih lama dan mahal. Apabila jumlah
samplenya besar, dapat dihindari pengaruh - pengaruh luar yang tidakdiinginkan.
7. Kekurangan Penelitian Eksperimental

Kelemahan penelitian eksperimental berkaitan dengan masalah etika,


waktu dan masalah pengorganisasian penelitian[8]. Intervensi biasanya berkaitan
dengan manusia, dan membutuhkan kerjasama dari responden pada kelompok
intervensi/non intervensi, tenaga kesehatan, peneliti, laboran dan sebagainya
terkait dengan penelitian, sehingga butuh managemen yang tidak mudah karena
melibatkan banyak pihak. Untuk mengurangi isu etika, ketika kita melakukan
intervensi baru pada satu kelompok, kelompok lainnya sebaiknya diberikan
intervensi standar sehingga masalah etika bisa diminimalisir (bukan plasebo) atau
tanpa intervensi pada kelompok kontrol.

Kelemahan studi eksperimental adalah, Mahal dan memakan waktu∙ Tidak


semua pertanyaan penelitian dapat dijawab dengan disain experimen
karenamasalah etika dan frekwensi “outcome” yang jarang. Tidak dapat dilakukan
langsung pada manusia. Standar intervensi “exposure” mungkin dapat berbeda
dengan kondisi sesungguhnya dipopulasi. Cenderung membatasi skope penelitian.
Prinsip Double Blind sulit diterapkan untuk penelitian yang bukan obat.

8. Jenis Studi Epidemiologi Eksperimental

 Uji Klinis, Evaluasi eksperimental suatu produk, obat-obatan atau bahan


yang bertujuan untuk menilai efektivitasnya ketika diterapkan pada
manusia.
 Uji Coba Lapangan
 Uji Coba Komunitas Unit, Unit analisis bukan individu tetapi komunitas
yang lengkap. Satu atau lebih komunitas menerima intervensi, sementara
yang lain berfungsi sebagai kelompok kontrol atau pembanding.

9. Jenis Penelitian Eksperimental Menurut Campbell dan Stanley

a. Pre-eksmerimental
Pada rancangan penelitian ini banyak variabel luar dan sumber
invaliditas yang tidak terkendali, sehingga baik validitas internal
maupun eksternal tidak dapat dipenuhi. Dikenal 3 bentuk
rancangan pra eksperimental, yaitu:
a) One Group Post Test Design (Short Case Study)
Rancangan ini adalah rancangan yang paling sederhana,
hanya melihat hasil perlakuan pada suatu kelompok obyek
tanpa ada kelompok pembanding dan kelompok control.
Pada rancangan ini tidak ada proses randomisasi. Studi ini
cenderung bersifat deskriptif. Kesimpulan yang didapat
biasanya berbunyi: “ dari … kasus …% berhasil dan …%
gagal”.

Contoh, sekelompok pengrajin diberi pelatihan (X)


kemudian dievaluasi produktivitasnya (O)

b) One Group Pre-Post Test Design

Rancangan ini hanya menggunakan satu kelompok subyek


serta melakukan pengukuran sebelum dan sesudah
pemberian perlakuan pada subyek. Perbedaan kedua hasil
pengukuran tersebut dianggap sebagai efek perlakuan.
Contoh, penelitian perbedaan pengetahuan kader jumanti
sebelum dan sesuadah dilakukan penyuluhan

c) After Only Design


Pada rancangan ini peneliti hanya melihat hasil tanpa
mengukur keadaan sebelumnya. Tetapi disini sudah ada
kelompok control, walaupun tidak dilakukan randomisasi.
Kelemahan dari rancangan ini adalah tidak tahu keadaan
awalnya, sehingga hasil yang didapat sulit disimpulkan.

Contoh, suatu penelitian ingin mengetahui apakah ketimun


dapat menurunkan tekana darah pasien, sekelompok pasien
hipertensi diberi diet dengan dicampur ketimun (X) sampai
periode tertentu, kemudian diukur tekanan darahnya (O1),
sekelompok pasien hipertensi tanpa diberi ketimun
kemudian diukur takanan darahnya (O2),kemudian
dibandingkan O1 dan O2.

b. Rancangan Eksperimental Murni


a) Rancangan Eksperimen Sederhana (Posttest Only Control
Group Design)
Subyek penelitian dibagi secara random kedalam kelompok
perlakuan yaitu yang diberi perlakuan (X) dan kelompok
kontrol yang tidak diberi perlakuan (- ). Kemudian variabel
outcomenya diobservasi setelah periode waktu yang
ditentukan. Perbedaan hasil observasi antara kedua kelompok
(O1 dengan O2) menunjukkan efek perlakuan.
b) Rancangan Eksperimen Ulang (Pretest-Posttest Control Group
Design)
Subyek penelitian dibagi secara random kedalam kelompok
perlakuan (X) dan kelompok kontrol yang tidak diberi
perlakuan (- ). Pengukuran atau observasi dilakukan sebelum
dan sesudah diberikan perlakuan.

Contoh, penelitian ingin mengetahui pengaruh ekstrak daun


jeruk purut terhadap kematian larva aedes aegipty, sebelum
dilakukan diberi . perlakuan di observasi jumlah larva setelah
di beri ekstrak daun jeruk dilakukan observasi, kelompok
kontrol tidak diberi ekstrak daun jeruk purut.
c) Rancangan Eksperimen Solomon (Solomon Four Group
Design)
Subyek penelitian dibagi secara random kedalam empat
kelompok perlakuan (X) dan kelompok kontrol yang tidak
diberi perlakuan (- ). Pada kelompok pertama dan kedua
dilakukan pengukuran atau observasi diawal dan setelah
diberikan perlakuan. Kelompok ketiga dan keempat tidak
diobservasi di awal tetapi observasi pada akhir saja.
c. Rancangan Eksperimental Kuasi

Eksperimen kuasi merupakan alternatif jika pembagian subyek


penelitian secara random tidak mungkin, tidak etis atau tidak
praktis untuk dilakukan. Jenis rancangan eksprimen kuasi: 

a) Rancangan eksperimen ulang non-random (Non-randommized


Pretest-postest Control Group Design)

Rancangan ini mirip dengan rancangan eksperimen ulang,


bedanya hanya pada pembagian subyek penelitian dalam
kelompok tidak dilakukan secara random.

b) Rancangan Eksperimen Seri (Time Series Design)


Pengukuran atau observasi terhadap variabel outcome
dilakukan beberapa kali sebelum dan sesudah perlakuan. Subyek
penelitian pada rancangan ini sekaligus berfungsi sebagai
subyek perlakuan dan sebagai kontrol.

c) Rancangan Eksperimen Seri Ganda (Multiple Time Series


Design)
Rancangan ini merupakan pengembangan dari ranangan
eksperimen seri dan rancangan eksperimen ulang non-random.

d) Rancangan Eksperim Sampel–Seri (Equivalent Time Samples


Design) Rancangan ini merupakan modifikasi rancangan
eksperimen seri.

10. Karakteristik Penelitian Eksperimental

Ada 3 hal yang menjadi karakteristik penelitian:

2) Manipulasi, dimana peneliti menjadikan salah satu dari sekian variabel bebas
untuk menjadi sesuai dengan apa yang diinginkan oleh peneliti, sehingga
variabel lain dipakai sebagai pembanding yang bisa membedakan antara yang
memperoleh perlakuan dengan yang tidak memperoleh perlakuan/manipulasi.
3) Pengendalian, dimana peneliti menginginkan variabel yang diukur itu
mengalami kesamaan sesuai dengan keinginan peneliti dengan menambahkan
faktor lain ke dalam variabel atau membuang faktor lain yang tidak diinginkan
peneliti dari variabel.
4) Pengamatan, dimana peneliti melakukan suatu kegiatan mengamati untuk
mengetahui apakah ada pengaruh manipulasi variabel (bebas) yang telah
dilakukannya terhadap variabel lain (terikat) dalam penelitian eksperimental
yang dilakukannya. elitian eksperimental.

11. Variable dalam Penelitian Eksperimental

Dalam penelitian eksperimen dikenal beberapa variabel. Variabel adalah


segala sesuatu yang berkaitan dengan kondisi, keadaan, faktor, perlakuan, atau
tindakan yang diperkirakan dapat memengaruhi hasil eksperimen. Variabel yang
berkaitan secara langsung dan diberlakukan untuk mengetahui suatu keadaan
tertentu dan diharapkan mendapatkan dampak/akibat dari eksperimen sering
disebut variabel eksperimental (treatment variable), dan variabel yang tidak
dengan sengaja dilakukan tetapi dapat memengaruhi hasil eksperimen disebut
variabel noneksperimental. Variabel eksperimental adalah kondisi yang hendak
diteliti bagaimana pengaruhnya terhadap suatu gejala. Untuk mengetahui
pengaruh variabel itu, kedua kelompok, yaitu kelompok eksperimental dan
kontrol dikenakan variabel eksperimen yang berbeda atau yang bervariasi. 
Variabel noneksperimental sebagian dapat dikontrol, baik untuk kelompok
eksperimen maupun kelompok kontrol. Ini disebut variabel kontrol atau
controlled variabel. Akan tetapi, sebagian lagi dari variabel non-eksperimen ada
di luar kekuasaan eksperimen untuk dikontrol atau dikendalikan. Jenis variabel ini
disebut variabel ekstrane atau extraneous variabel. Dalam setiap eksperimen, hasil
yang berbeda pada kelompok eksperimen dan kontrol sebagian disebabkan oleh
variabel eksperimental dan sebagian lagi karena pengaruh variabel ekstrane. Oleh
karena itu, setiap peneliti yang akan melakukan eksperimen harus memprediksi
akan munculnya variabel pengganggu ini.
DAFTAR PUSTAKA

Andriyani D. 2016. Metode Penelitian. Universitas Terbuka.

Basuki. B. 2000. Aplikasi Metode Kasus Kontrol. Bagian Ilmu Kedokteran Komunitas,

Fakultas Kedoteran Universitas Indonesia

Budiman. 2011. Penelitian Kesehatan. Bandung : PT.Revika Aditama

Budiman. C. 2016. Pengantar Prinsip dan Metoda Epidemiologi. Jakarta: Penerbit

Buku Kedokteran EGC.

Didik B, Prayoga. 2015. Metodologi Penelitian. Surabaya: Unit PPM Poltekkes

Kemenkes.

Eliana, Sumarti S. 2016. Modul Bahan Ajar Cetak Kebidanan: Kesehatan Masyarakat.

Jakarta: Kemenkes RI

Gordis L.. 2016. Epidemiology. US: W.B. Saunders Company

Kramer, Michael S. 2018. Clinical Epidemiology and Biostatistics: a primer for

Clinical Investigators and Decision-Makers. Germany: Springer-Verlag.

Murti B. 2017. Prinsip dan Metode Riset Epidemiologi. Yogyakarta: Universitas Gajah

Mada.

Watik,P. 2010. Dasar - Dasar Metodologi Penelitian Kedokteran dan Kesehatan.

Jakarta : PT Raja Grafindo Persada.

Anda mungkin juga menyukai