Anda di halaman 1dari 17

Resume

METODOLOGI PENELITIAN TERAPAN


DESAIN DAN IMPLEMENTASI RISET EKSPERIMEN

Oleh:

Kelompok 3

Fatmawati Damiti 156020310111023

Fairus Muh. Asiri 156020310111024

PROGRAM PASCASARJANA AKUNTANSI

UNIVERSITAS BRAWIJAYA

2016
EKSPERIMEN : HAL-HAL MENDASAR

Kerlinger (1973) mendefinisikan eksperimen sebagai sebuah metoda


penelitian ilmiah dimana peneliti memanipulasi dan mengontrol satu atau lebih
variabel independen dan mengamati perubahan variabel dependen sebagai respon
terhadap manipulasi variabel independen. Ciri utama eksperimen adalah kontrol yang
dimiliki oleh peneliti terhadap variabel independen.
 Eksperimen laboratorium:
Peneliti mamanipulasi variabel independen dan mengontrol variabel lain yang
berpotensi mempengaruhi variabel dependen (disebut variabel pengganggu).
Kegiatan ini dilakukan terpisah dari situasi kehidupan sehari-hari. Peneliti juga
memiliki kontrol yang relatif besar terhadap variabel pengganggu, sehingga
kontrol ini menyebabkan peneliti bisa memperoleh keyakinan yang lebih tinggi
bahwa ada hubungan sebab akibat antar variabel dependen dan independen.
Namun penelitian ini memiliki validitas eksternal yang rendah.

 Eksperimen lapangan:
Kegiatan manipulasi dilakukan pada situasi nyata sehari-hari. Peneliti memiliki
kontrol yang relatif kecil terhadap variabel pengganggu, sehingga ada
kemungkinan hasil penelitian terpengaruh gangguan yang sistematis.

 Eksperimen tulen:
Eksperimen dimana variabel independen dimanipulasi oleh eksperimenter dan
manipulasi diaplikasikan secara acak (randomisasi) terhadap grup-grup subjek.
Randomisasi akan meningkatkan homogenitas, sehingga hasil eksperimen
memiliki validitas internal yang tinggi.

 Eksperimen semu:
jenis eksperimen dimana eksperimenter tidak mampu melakukan manipulasi
secara randomisasi sebesar pada eksperimen tulen.

Galat Eksperimental
Galat eksperimental menunjukkan variasi yang terjadi di antara unit
eksperimental yang mendapatkan manipulasi yang sama. Galat eksperimental sulit
dihilangkan, namun yang terpenting adalah mengestimasi variansi galat
eksperimentalnya. Galat eksperimental dapat disebabkan oleh:
a. Variasi alamiah setiap unit eksperimental, misalnya perbedaan usia
b. Variabilitas alat ukur atau proses pengukuran respon
c. Ketidakmampuan mereproduksi manipulasi eksperimen terhadap unit
eksperimental yang berbeda
d. Sebab-sebab lain yang bersifat tidak relevan dengan objek penelitian

Hubungan Sebab Akibat


Metoda eksperimen merupakan cara yang dirancang oleh para peneliti untuk
menetapkan hubungan sebab akibat antara dua atau lebih variabel. Jika metode ini
dirancang dengan kehati-hatian tinggi dan kemudian diimplementasikan dengan
prosedur yang sistematis, maka eksperimen menjadi metode yang memberikan
keyakinan besar tentang hubungan sebab akibat atau kausalitas antarvariabel.

 X berfungsi sebagai syarat perlu bagi kemunculan Y (necessary condition),


apabila X muncul tapi Y belum tentu muncul, namun jika X tidak muncul Y pasti
tidak muncul.  Peneliti perlu mencari kondisi lain yang merupakan kondisi
syarat cukup
 X berfungsi sebagai syarat cukup bagi kemunculan Y (sufficient condition),
apabila X muncul maka Y muncul, dan jika X tidak muncul Y juga tidak muncul.
 Peneliti perlu mencari kondisi syarat cukup lain yang mungkin masih ada.

Kesulitan dalam penelitian eksperimen adalah dalam menemukan hubungan


sebab akibat. Kecil kemungkinan mendapatkan hubungan sebab akibat satu lawan
satu, karena bisa jadi satu akibati disebabkan banyak sebab dan satu sebab
menyebabkan lebih daripada satu akibat. Selain itu, kesulitan lain bahwa tak semua
variabel penyebab dapat dimanipulasi oleh peneliti, misalkan memanipulasi umur
karyawan.
Bagaimana bisa menyimpulkan bahwa X mempengaruhi Y? Kriteria yang
harus dipenuhi untuk menyimpulkan X menyebabkan Y adalah:

 Terdapat bukti adanya kovariasi antara X dengan Y  Bisa dibuktikan dengan


mudah melalui sebuah eksperimen
 X terjadi mendahului terjadinya Y  peneliti memiliki kontrol untuk
memanipulasi X terlebih dahulu, baru mengamati efeknya terhadap Y.
 Tidak ada faktor-faktor selain X yang mempengaruhi Y
Sejumlah faktor selain X dapat berperan sebagai penyebab Y. Sepanjang
peneliti mampu membuktikan bahwa faktor-faktor tersebut tidak mempengaruhi Y,
maka akan ada keyakinan bahwa X merupakan satu-satunya penyebab Y. Faktor-
faktor pengganggu selain variabel independen dapat digolongkan ke beberapa
kelompok, yaitu:

 Faktor yang telah ada pada subjek penelitian sebelum penelitian berlangsung
 Peristiwa-peristiwa selain manipulasi yang tejadi selama eksperimen
 Perubahan-perubahan yang terjadi pada subjek ketika eksperimen berjalan
 Faktor yang terjadi akibat proses pengukuran

Empat Faktor Penunjang Eksperimen


Eksperimen dilakukan untuk menunjukkan adanya pengaruh X terhadap Y.
Tujuan tesebut akan tercapai jika terdapat jaminan bahwa variabel pengganggu telah
dikontrol. Selain itu, terdapat beberapa hal lain yang sebaiknya diperhatikan oleh
peneliti, yaitu alfa (α), beta (β), ukuran sampel, dan desain riset (D).
 Faktor α menunjukkan tingkat kemungkinan kesalahan tipe I, yaitu menolak
hipotesis nol pada saat hipotesis nol tersebut hipotesis nol “benar”. Hipotesis nol
benar karena ternyata tidak ada efek manipulasi yang dapat dideteksi pada variabel
dependen.

 Faktor β menunjukkan kemungkinan tingkat kesalahan tipe II, yaitu tidak menolak
hipotesis nol pada saat hipotesis tersebut salah (terdapat efek manipulasi.

 Ukuran sampel menunjukkan jumlah sampel dalam penelitian.

 Faktor desain riset menunjukkan rasio antara efek manipulasi (δ) dengan deviasi
standar (σ) dari residual dalam persamaan untuk mengestimasi koefisien b1, jadi
D= δ /α. Besarnya efek manipulasi tergantung pada teori yang digunakan, semakin
kuat teori, semakin besar pula efek manipulasi. Sedangkan σ ditentukan oleh
kepiawaian peneliti memurnikan eksperimennya sehingga efek V maupun Z dapat
dikesampingkan.
VALIDITAS INTERNAL

Validitas merujuk pada bagaimana suatu penarikan kesimpulan bisa mendekati


kebenaran. Kesimpulan dikatakan valid apabila terdapat cukup bukti yang mendukung
kebenaran kesimpulan. Validitas juga tidak bersifat absolut. Posisi paling tinggi yang
bisa kita lekatkan pada suatu kesimpulan ilmiah adalah “mendekati kebenaran” atau
“benar untuk sementara”. Hal ini disebabkan karena penggunaan proses penalaran dan
perasaan manusia yang memang memiliki keterbatasan.
 Validitas kesimpulan statis: Tipe ini merujuk pada apakah pembuktian dari
pengujian secara statis dapat menunjukkan hubungan antarvariabel. dengan
demikian tipe validitas ini merupakan pembuka jalan bagi validitas lain.
 Validitas internal: Tipe ini merujuk pada apakah hubungan yang disimpulkan
dari pembuktian merupakan hubungan sebab akibat atau kausal.
 Validitas konstruk: Dengan berasumsi adanya hubungan sebab akibat, tipe
validitas ini merujuk pada apakah ukuran yang digunakan dalam penelitian
benar-benar mengukur konstruk yang sedang diteliti.
 Validitas eksternal: Tipe validitas ini merujuk pada apakah hubungan sebab
akibat tersebut dapat digeneralisasikan ke populasi.

VALIDITAS EKSTERNAL

VALIDITAS KONSTRUK
Validitas konstruk merujuk pada apakah ukuran yang digunakan untuk
mewakili konstruk dalam sebuah penelitian memang benar-benar mengukur konstruk
yang sedang diteliti. Tipe validitas ini berhubungan dengan bagaimana seorang
peneliti menarik kesimpulan dari proksi (ukuran) menuju konstruk yang diteliti.
Validitas konstruk juga berkaitan dengan generalisasi, yaitu upaya untuk
menghubungkan secara logis ukuran operasional ke konsep atau konstruk penelitian
yang diwakilinya.
VALIDITAS EKSTERNAL
Validitas eksternal berkaitan dengan generalisasi, yakni apakah hasil
eksperimen dapat digeneralisasikan ke populasi, kondisi, dan situasi yang lain. Dengan
kata lain validitas eksternal menjawab pertanyaan tentang apakah kesimpulan yang
ditarik dari sebuah eksperimen berlaku juga untuk orang, waktu, tempat, dan suasana
yang berbeda. Generalisasi mempunyai perspektif yang beragam, yakni: dari sempit
ke luas, dari luas ke sempit, pada derajat yang sama, pada jenis individu yag
sama/berbeda, dan dari sampel acak ke populasi. Semakin representatif suatu sampel,
semakin jelas pula karakteristik populasi yang dicerminkan oleh sampel. Setelah
melewati eksperimen, sikap atau perilaku sampel digeneralisasi balik ke populasi.
Semakin tinggi kemampuan hasil penelitian menerangkan dan memprediksi keadaan
populasi, semakin tinggi pula daya generalisasi hasil eksperimen, dengan demikian
semakin tinggi pula validitas eksternal.

Faktor-faktor Pengancam Validitas Eksternal

a. Interaksi antara manipulasi dengan testing  Melakukan pretest pada subjek


eksperimen dapat mempengaruhi sensitivitas subjek terhadap manipulasi
eksperimen. Akibatnya, ketika subjek menerima eksperimen, mereka sudah
bersiap-siap sebelumnya dan akan meningkatkan perhatian mereka pada
manipulasi. Kesiapsiagaan ini akan memperkuat efek manipulasi.
b. Interaksi antara manipulasi dengan seleksi: Subjek yang dipilih dari populasi
hendaknya ekuivalen dengan karakteristik populasi, agar hasil eksperimen
merupakan efek dari manipulasi, bukan dari karakteristik spesifik subjek.
c. Interaksi antara manipulasi dengan setting eksperimen: Setting eksperimen
memang sengaja diciptakan untuk sedapat mungkin menyeterilkan eksperimen
dari pengaruh lain yang tidak relevan. Semakin ditata, maka semakin jauh tatanan
eksperimen dari dunia nyata. Subjek akan bereaksi seperti kelinci percobaan yang
berusaha tampil sebaik mungkin dan cenderung tidak normal atau hanya akting
saja.
d. Interaksi manipulasi dengan variabel lainnya.
a) Interaksi manipulasi-instrumentasi: Efek instumentasi muncul akibat
adanya inkonsistensi alat ukur atau prosedur pengukuran variabel penelitian.
b) Interaksi manipulasi-maturasi: Hasil eksperimen kemungkinan dipengaruhi
oleh kondisi subjek selama proses eksperimen yang terjadi secara alamiah.
c) Interaksi manipulasi-histori: Berkaitan dengan peristiwa unik atau spesifik
yang dialami oleh subjek selama eksperimen berlangsung, yang akan
mempengaruhi reaksi subjek terhadap manipulasi.
DESAIN EKSPERIMENTAL

Desain penelitian adalah keseluruhan tatanan kondisi untuk pengumpulan dan


analisis data sedemikian rupa sehingga tercapai tujuan penelitian secara efisien.
Desain eksperimen merupakan strategi yang digunakan untuk memperoleh
pengetahuan empiris mengenai suatu fenomena. Pengetahuan tersebut diperoleh dari
data hasil eksperimen dan bukan dari model teoritis. Untuk memperoleh hasil
penelitian yang sahih, desain eksperimen yang tepat ditentukan dengan
mempertimbangkan berbagai hal, misalnya tujuan penelitian, kompleksitas penelitian,
kelayakan penelitian, waktu dan dana yang tersedia, dll. Empat langkah dalam proses
pembentukan desain eksperimen, meliputi:
a. Menentukan tujuan eksperimen
b. Menentukan variabel yang akan dimanipulasi atau dikontrol selama
eksperimen
c. Menentukan variabel dependen yang akan diukur perubahannya sebagai akibat
dari perubahan variabel independen
d. Menentukan desain eksperimen yang paling tepat
DESAIN PRAEKSPERIMENTAL
Meskipun desain praeksperimental tidak menggunakan randomisasi dan grup
kontrol yang diterapkan secara konsisten, desain ini masih mempunyai kegunaan yang
relevan dalam penelitian ilmiah, misalnya penelitian yang dilakukan lebih
menekankan pada validitas eksternal dan konstruk.
Peningkatan Validitas Internal Desain Praeksperimental
Desain praeksperimental dapat ditingkatkan kekuatannya sehingga ancaman
validitas internal dapat dikurangi. Ada 4 kelompok pendekatan untuk peningkatan
kekuatan, yaitu:
a. Distribusi manipulasi: Pendistribusian manipulasi tanpa randomisasi
menghasilkan bias seleksi. Peneliti dapat meningkatkan kekuatan desain untuk
menghadapi ancaman terhadap validitas internal dengan menggunakan
pendekatan pemadanan. Setiap subjek pada grup eksperimen dipadankan
dengan subjek pada grup kontrol.
b. Pengukuran. Peneliti dapat memperjelas hubungan sebab akibat dengan
menerapkan proses sebab akibat dengan menerapkan proses dan karakteristik
pengukuran yang tepat. Beberapa contoh penerapan proses dan karakteristik
pengukuran yang tepat misalnya purnauji berulang dan purwauji berulang. Hal
ini dilakukan untuk memastikan bahwa akibat muncul sesudah penyebab.
c. Grup pembanding. Grup pembanding yang tidak ekuivalen dengan grup
eksperimen memang membawa masalah tersendiri dalam penarikan
kesimpulan penelitian. Untuk mengatasi masalah ini, peneliti dapat
mengaplikasikan desain grup pembanding. Grup-grup pembanding ini dapat
dibentuk dengan mempertimbangkan kesamaan karakteristik dengan subjek
pada grup eksperimen.
d. Manipulasi. Dalam desain praeksperimental dimana grup pembanding tidak
ekuivalen, peneliti dapat menerapkan prosedur replikasi manipulasi bergantian.
Dengan cara ini, peneliti bisa mengamati perubahan-perubahan pada subjek di
setiap grup dan kemudian menarik kesimpulan tentang hubungan sebab akibat
antara manipulasi dengan variabel dependen yang diteliti.
DESAIN EKSPERIMENTAL SEMU (QUASI-EXPERIMENTAL DESIGNS)
Desain eksperimental semu memainkan perannya dan menjadi jalan keluar
yang masuk akal ketika desai iksperimental yang lebih unggul ternyata tidak layak
dijalankan. Metode ini melibatkan sebuah grup eksperimen dengan pengukuran yang
berulang atau pemberlakuan grup kontrol yang tidak ekuivalen dengan grup
eksperimen karena ketiadaan randomisasi. Pendekatan nonrandomisasi ini
memberikan keuntungan bagi peneliti dari sisi kepraktisan dan kebutuhan akan
sumber daya yang lebih sedikit.
DESAIN INTRASUBJEK (WITHIN-SUBJECT) DAN ANTARSUBJEK
(BETWEEN-SUBJECT)
Pada rancangan intrasubjek, setiap subjek mendapat apaparan semua kondisi
manipulasi. Inilah sebabnya desain ini sering disebut juga rancangan repeated
measures atau pengukuran berulang. Sedangkan pada desain antarsubjek, setiap subjek
yang berbeda mendapatkan paparan manipulasi yang berbeda. Desain intrasubjek
memiliki keunggulan dibandingkan antarsubjek, yaitu:
a. Jumlah subjek yang dibutuhkan oleh desain intrasubjek lebih sedikit
dibandingkan dengan desain antarsubjek.
b. Rancangan intrasubjek memberikan kekuatan tes statis yang lebih besar
daripada desain antarsubjek.
Namun demikian, penggunaan desain intrasubjek beresiko menimbulkan artifak
ekspiremental. Tiga jenis artifak tersebut, yaitu:
a. Efek latihan
Efek timbul ketika respon subjek dalam rancangan intrasubjek merupakan hasil
dari semakin kenalnya subjek dengan paparan kasus atau manipulasi yang
diberikan kepadanya secara berulang-ulang.
b. Efek limpahan
Efek terjadi tatkala respon seorang subjek terhadap sebuah manipulasi
mempengaruhi atau terbawa ke sesi manipulasi berikutnya.
c. Efek transparansi
Efek timbul akibat terlalu jelasna manipulasi yang dipaparkan oleh peneliti
sehingga para subjek dapat menebak arah penelitian dan hipotesis penelitian.
Jika rancangan intrasubjek dibuat dengan kehati-hatian yang tinggi, maka
rancangan ini justru memberikan beberapa keunggulan dibandingkan dengan desai
antarsubjek. Intrasubjek juga cocok digunakan manakala terdapat alasan bahwa hasil
eksperimen akan dipengaruhi oleh perbedaan latar belakang yang dimiliki oleh para
subjek. Intrasubjek tidak dapat digunakan jika suatu manipulasi yang digunakan
berefek permanen sehingga terdapat kendala yang sulit ditembus untuk menerapkan
manipulasi lainnya.
HAL IHWAL DESAIN DAN VALIDITAS
EFEK (PENGARUH) UTAMA DAN EFEK (PENGARUH) INTERAKSI
Efek (pengaruh) merupakan hubungan statis antara variabel independen
dengan variabel dependen dalam eksperimen. Efek (pengaruh) utama merupakan
efek (pengaruh) suatu variabel independen terhadap variabel dependen tanpa
memperdulikan efek variabel independen yang lain. Efek (pengaruh) Interaksi
merupakan efek (pengaruh) khusus yan dapat diamati pada desain factorial yang mana
muncul tatkala efek (pengaruh) dari suatu variabel independen bergantung pada
keberadaan variabel independen yang lain. Efek (pengaruh) Interaksi dikategorikan
menjadi dua, yaitu: (1) interaksi ordinal, artinya efek variabel independen pertama
mempunyai arah yang sama untuk semua level pada variabel independen kedua. (2)
interaksi disordinal, artinya efek suatu variabel independen tak hanya berbeda
besarannya pada level-level variabel independenden yang kedua, tetapi juga
berlawanan arah.

PENGGUNAAN KOMPUTER DAN INTERNET UNTUK RISET


EKSPERIMEN
Revolusioner media komunikasi berimbas pada bagaimana peneliti melakukan
riset. Kemampuan komputer dan jejaring internasional membebaskan peneliti dari
kungkungan tempat dan waktu karena data riset dapat dikumpulkan dari seluruh
penjuru bumi secara instant. Instrument penelitian pun tidak perlu lagi dicetak dan
digandakan sehingga media kertas dan pena mulai ditinggalkan. Penggunaan
komputer juga dapat meningkatkan kendali peneliti terhadap subjek selama
eksperimen berlangsung karena adanya penunjuk waktu terprogram atau pengaturan
tampilan manipulasi secara elektronis.
Keberadaan internet pun semakin mendayagunakan teknologi komputer dalam
penelitian eksperimen. Eksperimen berbasis internet adalah eksperimen yang
menggunakan internet dalam mengelola manipulasi, mengumpulkan data, maupun
merekrut partisipan. Dua teknologi dalam internet, yaitu pos elektronis dan world wide
web (www) dapat digunakan untuk pengelolaan manipulasi, pengumpulan data, atau
perekrutan partisipan.
Peneliti mengelola manipulasi dengan bantuan pemrograman Java, JavaScript,
atau CGI scripts. Sedangkan perekrutan partisipan dengan bantuan internet dapat
dilakukan dengan mengirim pos elektronis ke berbagai tujuan (individu atau instansi)
atau dengan memposting links menuju ke situs yang disediakan. Namun harus tetap
diperhatikan bahwa calon partisipan harus tetap memperoleh gambaran yang jelas
mengenai hak-hak yang dapat mereka peroleh dalam sebah riset.

EKSPERIMEN BERBASIS INTERNET DAN VALIDITAS PENELITIAN


Penggunaan internet mempunyai dampak terhadap hasil penelitian
eksperimental. Berikut dijelaskan implikasi penggunaan internet dalam eksperimen
terhadap keempat tipe validitas:
a. Validitas Konklusi Statistis
Validitas ini berhubungan dengan kovariansi antara manipulasi dengan
variabel independen. Penggunaan internet berpotensi menaikkan sekaligus
mengurangi validitas konklusi statis. Validitas konklusi statis meningkat disebabkan
karena:
 Peningkatan jumlah partisipan
Ukuran sampel atau jumlah subjek yang meningkat akan meningkatkan
kekuatan uji statis.
 Penurunan kesalahan penginputan data
Desain komputer yang baik akan mengurangi bahkan mengeliminasi kesalahan
penginputan data. Dengan program komputer yang baik, data dari subjek
langsung diunduh dan dianalisis dengan perangkat lunak statistik.
Berkurangnya kesalahan yang terjadi akan menghindarkan analisis dari data
yang keliru.
Namun, validitas konklusi statis juga memiliki potensi penurunan disebabkan
karena:
 Peningkatan variabilitas tatanan eksperimen
 Kesalahan dan gangguan dalam sistem internet
b. Validitas Internal
Validitas internal merujuk pada kemampuan peneliti untuk menarik
kesimpulan akan adanya hubungan sebab akibat antarvariabel dalam penelitian.
Penggunaan internet berpotensi menaikkan sekaligus mengurangi validitas internal.
Validitas internal meningkat disebabkan karena:
 Bocoran informasi berkurang
Validitas internal bisa terancam akibat adanya difusi informasi manipulasi,
yaitu subjek pada grup kontrol mendapatkan bocoran informasi manipulasi
sehingga kondisi mereka akan menyerupai subjek pada grup eksperimen dan
pada akhirnya mempengaruhi hubungan sebab akibat manipulasi variabel
dependen menjasi tidak jelas. Dengan adanya internet bocoran informasi
berkurang karena subjek berada pada tempat yang berjauhan serta mereka
tidak saling berkomunikasi.
Namun, validitas internal juga memiliki potensi penurunan disebabkan karena:
 Tingkat mortalitas yang tinggi
Internet membuat subjek tidak mendapatkan pengawasan fisik seketat pada
eksperimen laboratorium.
 Kemungkinan seseorang menjadi subjek lebih dari satu kali

c. Validitas Konstruk
Validitas konstruk berkaitan dengan hubungan antara ukuran dengan konstruk
yang diwakilinya. Semakin murni atau bebas suatu manipulasi dari penaruh
peneliti, maka semakin tinggi pula validitas konstruk suatu penelitian. Validitas
konstruk meningkat disebabkan karena eksperimen berbasis internet tidak
memungkinkan kontak fisik langsung antara peneliti dengan subjek sehingga tidak
mengganggu kemurnian manipulasi.
d. Validitas Eksternal
Validitas eksternal berhubungan dengan seberapa kuat daya generalisasi hasil
penelitian, yaitu apakah eksperimen dapat digeneralisasikan ke populasi, kondisi,
dan situasi yang lain. Penggunaan internet berpotensi menaikkan sekaligus
mengurangi validitas eksternal. Validitas eksternal meningkat disebabkan karena:
 Partisipan bersal dari kalangan yang lebih heterogen
 Subjek dapat menikuti eksperimen pada waktu dan tempat yang lebih
bervariasi
 Internet lebih mungkin menggunakan fasilitas multimedia sehingga membuat
subjek dikondisikan pada situasi nyata seperti kondisi sehari-hari

PENINGKATAN PRESISI HASIL PENELITIAN


Tujuan eksperimental untuk mengambil simpulan hubungan sebab akibat dari
hasil perbandingan antarvariabel membutuhkan tingkat akurasi dan presisi yang tinggi
serta tes statis yang kuat. Beberapa cara yang dapat ditempuh oleh peneliti untuk
mereduksi varians galat eksperimental atau untuk meningkatkan presisi hasil
penelitian, yaitu:
a. Bloking
Bloking merupakan teknik yang digunakan untuk mengendalikan lingkungan
eksperimental untuk menurunkan galat eksperimental sebelum eksperimen
dilaksanakan. Peneliti membagi subjek menjadi beberapa grup sehingga
variabilitas subjek di dalam setiap grup lebih kecil daripada variabilitas semua
subjek. Pembentukan grup/blok berdasarkan atas faktor yang diduga mempunyai
hubungan dengan variabel dependen. Kemudian peneliti dapat mengimplementasi
manipulasi pada masing-masing grup yang homogen. Hasil penelitian yang
diperoleh niscaya lebih efisien, namun tetap harus diingat bahwa kekuatan metode
ini bergantung pada sensitivitas peneliti dalam mengamati data atau subjeknya.
b. Ancova ( analysis of covariance)
Ancova digunakan untuk mereduksi galat ekspiremental dengan memasukan
faktor-faktor penyerta ke dalam analisis hubungan variabel independen dengan
variabel dependen. Langkah –langkah penggunaan Ancova dalam eksperimen
adalah dengan pertama kali mengukur variabel penyerta kemudian merandomsasi
subjek ke dalam grup manipulasi tanpa mempertimbangkan besaran atau skor
variabel penyerta yang telah diukur sebelumnya.

TEKNIK DAN PENGECEKAN MANIPULASI

DESAIN DAN IMPLEMENTASI MANIPULASI


Manipulasi adalah sebuah prosedur sentral di dalam eksperimen sebagai
perwujudan variabel independen yang diharpkan mampu memengaruhi respon subjek.
Kesuksesan atau kegagalan desain dan implementasi manipulasi akan menentukan
validitas hasil penelitian. Manipulasi yang tepat dan diimplementasikan dengan baik
akan memfasilitasi penarikan konklusi penelitian. Tanpa manipulasi yang tepat,
seorang peneliti tidak akan bisa menarik kesimpulan yang valid mengenai hasil
penelitian.
PENGECEKAN MANIPULASI
Untuk memastikan keberhasilan suatu manipulasi eksperimen, peneliti
merancang pengecekan manipulasi. Kepastian akan pemahaman dan penghayatan
subjek terhadap manipulasi eksperimen dicek dengan prosedur pengecekan manipulasi
yang dirancang sebagai bagian tak terpisahkan dari sebuah rancangan eksperimen.
Konteks penelitian yang berbeda membawa dampak pada jenis dan kompleksitas
manipulasi dan pengecekan manipulasi. Manipulasi pada eksperimen bidang eksakta
cenderung lebih pasti dari sisi pengukuran daripada manipulasi yang bersifat
psikologis. Penelitian efektivitas manipulasi perlu dilakukan utamanya padasituasi
berikut ini:
1. Manipulasi terhadap subjek
Jika peneliti memanipulasi subjek, maka peneliti memerlukan pengecekan
aktivitas manipulasinya.
2. Manipulasi bersifat samar
Manipulasi yang diberikan tidak tampak secara jelas sehingga ada
kemungkinan subjek melewatkannya.
3. Simulasi
Memastikan bahwa kondisi simulasi dirasakan atau dipersepsi oleh subjek
sebagai kondisi alamiah keseharian mereka.
4. Kontrol terhadap plasebo
Memerikan rangsangan yang menyerupai kondisi eksperimen perlu dikontol,
tujuannya agar subjek betul-betul merasakan bahwa plasebo tersebut memang
realistis seperti halnya kondisi kenyataanya.

MANAGEMEN SUBJEK DALAM EKSPERIMEN

SUBJEK MANUSIA DALAM EKSPERIMEN


Subjek eksperimen merupakan orang yang berperan serta dalam eksperimen
dimana karakteristik individual, sikap, atau perilakunya menjadi objek eksperimen.
Subjek menghibahkan waktu, energi, dan sumber daya untuk tercapainya tujuan
penelitian. Subjek juga berkontribusi pada penciptaan pengetahuan walaupun mereka
tidak ikut menikmati buahnya. Subjek manusia adalah fenomena yang kompleks
akrena manusia memiliki karakteristik bawaan yang relevan dalam suatu riset, tetapi
menjadi sumber gangguan dalam riset yang lain.

PRINSIP-PRINSIP PENCARIAN PARTISIPAN RISET


Subjek eksperimen diundang untuk berpartisipasi dalam eksperimen dengan
sejumlah cara dan melalui media yang berbeda-beda. Namun apapun jenis subjeknya,
peneliti harus selalu mengingat beberapa prinsip dasar dalam mempromosikan
partisipan riset. Prinsip-prinsip tersebut, diantaranya:
1. Kesukarelaan
2. Keterbukaan
3. Kerahasiaan
4. Kesamaan Perlakuan
5. Kualitas Eksperimen
MENINGKATKAN JUMLAH PARTISIPAN RISET
Dua alasan penting mengapa jumlah subjek dalam eksperimen harus
mencukupi, yaitu:
1. Kecukupan jumlah subjek dapat menghindarkan peneliti dari masalah analisis
statis dengan sampel yang kurang yang dapat mengakibatkan kurangnya
kekuatan tes statis.
2. Menghindari akibat nonresponse bias, yaitu bias yang diakibatkan kondisi
dimana calon partisipan yang diundang tidak merespon undangan.
KARAKTERISIK SUBJEK DAN PENGARUHNYA PADA HASIL
EKSPERIMEN
Terlepas daru variasi latar belakang subjek (seragam atau bervariasi), subjek
pasti memiliki sikap terhadap penelitian yang mereka ikuti. Sikap-sikap subjek
terhadap riset dapt digunakan untuk membuat klasifikasi subjek. Berdasarkan
sikapnya, subjek dikategorikan sebagai berikut, yaitu:
1. Subjek naif atau subjek netral
2. Subjek positif atau subjek baik hati
3. Subjek negatif
4. Subjek tertekan
MENGATASI PENGARUH KARAKTERISTIK SUBJEK
Jika dibiarkan dan tidak ditangani dengan baik, karakteristik subjek dapat
menimbulkan efek yang mengurangi validitas hasil penelitian. Sejumlah cara untuk
menyelamatkan validitas hasil studinya dari efek subjek, diantaranya:
1. Pengetesan awal (pretesting)
Pengetesan awal merupakan metode yang biasa dilaksanakan untuk
memastikan instrumen pengumpulan data mempunyai keandalan yang tinggi.
Pada eksperimen, bukan hanya instrument yang diuji keandalannya, melainkan
juga eksperimenter (pengumpul data dalam eksperimen). Tes ini dilakukan
agar tercipta kemiripan antar pengumpul data sehingga tidak menimbulkan
bias terhadap subjek.
2. Pelatihan
Para eksperimenter diberi instruksi atau pelatihan yang dapat menyamarkan
perbedaan-perbedaan diantara mereka. Ada baiknya eksperimenter tidak
menerima informasi tentang tujuan riset yang sebenarnya karena kerahasiaan
ujuan dan hipotesis harus dipegang erat oleh peneliti.
3. Pengurangan interaksi antara eksperimenter dengan subjek
Semakin sedikit interaksi terjadi, semakin kecil kemungkinan terjadinya bias
akibat interaksi.
4. Penggunaan komputer
Eksperimen laboratorium memungkinkan interaksi subjek-eksperimenter.
Kondisi tersebut dapat digantikan dengan cara virtual nireksperimenter yang
memungkinkan para subjek menyelesaikan tugas-tugas eksperimentasinya di
tempat mereka masing-masing pada waktu yang berbeda-beda. Subjek tidak
perlu dikumpulkan pada waktu dan tempat yang sama. Kontrol bisa dilakukan
dengan mendesain protokol eksperimen yang terkomputerisasi, termasuk cek
manipulasi untuk memastikan pemahaman subjek pada materi eksperimen.

REFERENSI
Nahartyo, Ertambang. 2012. Desain dan Implementasi Riset Eksperimen, Edisi 1.
Yogyakarta: UPP STIM YKPN.

Anda mungkin juga menyukai