Anda di halaman 1dari 9

METODE PENELITIAN EKSPERIMEN

Sebagian besar penelitian sosial berkaitan dengan hal-hal yang secara


historis telah terjadi, dengan demikian tujuan penelitian pada umumnya
ingin mengetahui fenomena yang pernah terjadi dimasa yang lalu. Namun
disadari banyak hal yang berkaitan dengan kemungkinan dimasa yang
akan datang. Seorang peneliti, sering dihadapkan apakah suatu objek yang
diteliti dapat bermanfaat untuk kepentingan tertentu yang pada saat ini
belum tahu. Seorang peneliti seringkali dihadapkan pada persoalan apakah
sesuatu produk dapat herguna bagi masyarakat tertentu. Sering pula
muncul pertanyaan, apakah manfaat suatu teknik/metodologi tertentu bila
digunakan dimasa yang akan datang.

Metode eksperimen banyak digunakan dalam penelitian yang bersifat


labora-toris. Ini bukan berarti pendekatan penelitian ini tidak dapat
digunakan untuk penelitian sosial. Meski begitu penggunaan pendekatan
ini tentunya menjadi sangat rumit mengingat objek yang diteliti
menyangkut interaksi manusia dengan lingkungan atau antar manusia
sendiri. Permasalahan yang diteliti terutama menyangkut pengujian
apakah suatu produk dapat digunakan untuk suatu situasi dan kondisi
tertentu. Mungkin tidak akan mudah, karena sulit mencari seseorang yang
bersedia (dengan iklas) menjadi objek eksperimen suatu penelitian.

Riset eksperimen adalah desain riset untuk mengivestigasi suatu


fenomena dengan cara merekayasa keadaan atau kondisi tersebut serta
menginterpretasinya. Perekayasaan kondisi tersebut dinamakan
manipulasi.

Menurut Emmory, pengertian eksperimen adalah:

"Eksperimen merupakan bentuk khusus investigasi yang


digunakan untuk menentukan variabel-variabel apa sajakah serta
bagaimana bentuk hubungan antara satu dengan lainnya. Menurut
konsep klasik eksperimen untuk menentukan hubungan diantara
independen variabel dengan dependen variabel".

RMK Riset Akuntansi Positivisme Halaman 1


Penelitian ini dilakukan dengan membuat manipulasi atas objek
yang diteliti sebagai dependent variable guna mengamati independent
variable. Mungkin pula penelitian ini dilakukan dengan cara membuat
suatu kondisi tertentu yang akan diuji seberapakah pengaruhnya terhadap
variabel lain sebagai pengontrolnya.

Pendekatan penelitian semacam ini tentu akan sangat sulit


diterapkan dalam suatu situasi binis. Kesulitan penerapan pendekatan ini
karena: ( l) sangat sulit untuk membuat manipulasi situasi bisnis seperti
yang ada pada variabel yang diuji, dan (2) sangat sulit untuk menentukan
mana sajakah variabel yang mempengaruhi variabel yang sedang diuji
tersebut.

Ciri utama suatu eksperimen: adanya kontrol yang dimiliki oleh


peneliti terhadap variabel variabel independen yang akan menyebabkan
perubahan pada variabel dependen. Eksperimen disebut juga sebagai
metoda riset aktif, karena peneliti secara aktif mamanipulasi variabel
independen dan mengukur dampaknya pada variabel dependen, sedangkan
pada meoda lain, seperti survai misalnya, peneliti bersikap pasif terhadap
variabel independen dan hanya mengukurnya bersma dengan proses
pengukuran variabel dependen.
Manipulasi atau perlakuan atau tindakan (treatment) adalah bentuk
intervensi yang dilakukan oleh eksperimenter di dalam suatu eksperimen
dimana eksperimenter tersebut menciptakan suatu suasana yang
diterapkan kepada subyek eksperimen dan kemudian mengamati efek
manippulasi tersebut terhadap subyek.

Eksperimen Laboratorium dan Lapangan

Menurut lokasi pelaksanaanya, eksperimen dapat dikategorikan


menjadi dua, yaitu: eksperimen laboratorium dan eksperimen lapangan.

Dalam eksperimen laboratorium, peneliti mamanipulasi variabel


independen dengam mengontrol variabel yang berpotensi mempengaruhi
variabel dependen namun tak relevan dengan tujuan penelitian (dalam
buku ini disebut variabel tak relevan, variabel penggangggu, variabel

RMK Riset Akuntansi Positivisme Halaman 2


ekstrani, atau (extraneous variable). Hal ini merupakan keunggulan
penelitian laboratorium. Kadar atas variabel pengganggu inilah yang
membedakan antara eksperimen laboratorium dan lapangan, karena
peneliti biasanya mempunyai kontrol yang relatif besar di laboratorium
dibandingkan dengan kontrolnya di lapangan.

Eksperimen Tulen dan Eksperimen Semu

Eksperimen Tulen (true experiment) adalah jenis eksperimen dimana


variabel independen dimanipulasi oleh eksperimenter dan manipulasi
tersebut diaplikasikan secara acak (randomisasi) kepada grup-grup subyek
(randomized experiment). Meningkatkan kemungkinan homogenitas antar
grup dalam eksperimen, karena distribusi antar grup dalam eksperimen
bersifat acak. Mempunyai validitaas eksternal yang tinggi. Perubahan
yang terjadi pada variabel dependen merupakan konsekuesni dari
perubahan varabel independen (atau manipulasi) dan bukan karena faktor-
faktor lain yang bersifat compunding atu pencampur.

Eksperimen Semu (quasi-experiment) adalah jenis eksperimen


dimana eksperimenter tidak berkemampuan melakukan manipulasi dan
randomisasi sebesar pada eksperimen tulen.

Kemampuan Manipulasi dan randomisasi ekperimenter akan lebih


besar jika dilaksanakan di laboratorium. Jika eksperimenter dilaksanakan
di lapangan, eksperimenter akan menghadapi kendala yang lebih besar
sehingga kemampuannnya untuk mengendalikan variabel dan mengacak
manipulasi menjadi lebih tebatas.

Subjek Eksperimen

Subjek eksperimen adalah orang yang berperan serat dalam


eksperimen, dimana karakteristik individual, sikap atau perilakunya
menjadi objek eksperimen. Subjek eksperimen diundang untuk
berpartisipasi dalam eksperimen dengan sejumlah cara melalui media yg
berbeda-beda.

Berikut beberapa prinsip mendapatkan partisipan riset eksperimen:

1. Kesukarelaan; tidak bersifat memaksa partisipasi

RMK Riset Akuntansi Positivisme Halaman 3


2. Keterbukaan; artinya transparansi hak dan kewajiban para
partisipan serta konsekuensi yg dapat mereka terima sebagai
partispan.
3. Kerahasiaan; adanya jaminan bahwa respon atau hal-hal pribadi
mereka tidak akan diungkapkan kepada khalayak ramai
(anonimitas).
4. Kesamaan Perlakuan; subjek berhak mendapat perlakuan yang
sama dari periset.
5. Kualitas Eksperimen; desain dan protokol eksperimen yg ketat
dalam proses review dr ahli.

Ada 2 alasan penting mengapa jumlah subjek dalam eksperimen


harus mencukupi: Pertama, kecukupan jumlah subjek dapat
menghindarkan peneliti dari masalah analisis statistik dengan sampel yg
kurang yg berdampak kurangnya kekuatan tes statistik tsb. Kedua,
menghindari akibat nonresponse bias, artinya bias bisa muncul karena
mereka yg memilih untuk tidak merespon memiliki karakter yg berbeda
dengan yang berpartisipasi. Hal ini berdampak rendahnya generalitas atas
hasil penelitian.

Untuk meningkatkan jumlah partisipan riset, harus ada kejelasan


kontak dengan calon subjek, relevansi topik penelitian, kredibilitas peneliti
atau lembaga yg melakukan penelitian. Hal lain tidak kalah pentingnya
adalah penghargaan kepada subjek bisa berupa uang, barang atau
apresiasi psikologis.

Karakteristik Subjek dan Pengaruhnya

Sikap subjek terhadap riset dapat digunakan untuk membuat


klasifikasi subjek antara lain; Subjek naif atau subjek netral, Subjek positif
atau subjek baik hati, Subjek negatif dan Subjek tertekan. Ketiga jenis
subjek terakhir mempunyai akibat yg sama terhadap hasil riset, yakni
terkontaminasinya hasil penelitian karena variabel karakteristik subjek yg
tidak selalu relevan dengan riset yg diselenggarakan.

RMK Riset Akuntansi Positivisme Halaman 4


Misal; jika penelitian difokuskan mencari hubungan kausalitas
antara jenis insentif dengan kinerja karyawan, subjek positif akan berupaya
meningkatkan kinerjanya terlepas dari bentuk manipulasi insentif yang
diterimanya dalam eksperimen. Adapun subjek negatif akan berusaha
menolak hipotesis penelitian dengan cara tidak bereaksi apapun terhadap
manipulasi. Sedangkan subjek yang tertekan berupaya sekeras-kerasnya
untuk berprestasi karena ia mengira riset tersebut memang dirancang
untuk menilai prestasi kinerjanya.

Berikut beberapa hal yg dapat dilakukan periset untuk tujuan


penghormatan atas partisipasi subjek dalam eksperimen:

1. Peneliti bersikap terbuka terhadap para partisipan


2. Peneliti bisa memaparkan sedemikian rupa mengenai risetnya sehingga
ada proses edukasi dan menarik perhatian mereka
3. Peneliti menunjukkan referensi yang digunakan dalam penelitiannya.
4. Upayakan peneliti tidak membuat partisipan berpikiran dan
berperasaan negatif terhadap diri mereka sendiri setelah mengikuti
eksperimen.
5. Segera memenuhi janji atau komitmen yang peneliti berikan selama
eksperimen.
6. Untuk kasus digunakannya desepsi, partisipan diminta
menandatangani surat kesediaan untuk berpartispasi dan
menyerahkan datanya kepada peneliti untuk dianalisis.

VALIDITAS PENELITIAN EKSPERIMENTAL

Kata "validitas" berarti dapat diterima atau absah. Istilah ini


mengandung pengertian bahwa sesuatu yang dinyatakan valid atau absah
berarti telah sesuai dengan kebenaran yang diharapkan sehingga dapat
diterima dalam suatu kriterium tertentu. Dalam setiap penelitian selalu
mengandung kelemahan-kelemahan yang menyangkut seberapakah hasil
penelitian tersebut dianggap valid. Demikian halnya halnya dengan
penelitian eksperimental ini, juga mengandung kelemahan tersebut.
Bahkan, dalam penelitian aspek validitas harus menjadi perhatian.
Alasannya. karena lebih banyak faktor-faktor yang mempengaruhi validitas

RMK Riset Akuntansi Positivisme Halaman 5


suatu penelitian. Validitas dalam penelitian eksperimental mengandung
beberapa kelemahan yang harus dipertimbangkan, antara lain:

 Internal validity.
 Eksternal validity,
 Statistical conclution validity, dan
 Construct validity.

Faktor pertama dan kedua tersebut di atas akan dibahas dalam uraian
berikut ini. Dalam setiap penelitian eksperimental yang berkaitan dengan
validitas internal mengandung beberapa kelemahan, yang antara lain: (a)
Aspek historis si pelaku dalam penelitian, (b) Aspek Maturation, (c) aspek
proses testing, (d) perumusan instrumen penelitian, (e) Selection, (f)
Statistical regretion, dan (g) Experiment mortality. Disamping adanya
validitas internal keabsahan suatu penelitian eksperimental dipengaruhi
pula oleh validitas eksternal yang antara lain: (a) Interaction of Treatments
and Treatments, (b) Interaction of Testing and Treatments, (c) Interaction of
Selection and Treatment, (d) Interaction of Setting and Treatment, dan (e)
Interaction of History and Treatment.

Internal Validity

Ditinjau dari sudut validitas internal penelitian eksperimental


mengandung beberapa kelemahan yang antara lain:

1. Aspek Historis, Ada beberapa kejadian atau beberapa faktor


yang akan berakibat terhadap hubungan independent variable (IV)
dengan dependent variable (DV) selama periode eksperimen
berlangsung. Banyak kejadian-kejadian dimasa yang lalu akan
mempengaruhi validitas penelitian eksperimental, yang disebabkan
oleh adanya interaksi antar individu. Peneliti mempunyai
kemungkinan tidak bisa mengambil jarak terhadap faktor pengalaman
dimasa lalu.
2. Aspek Maturation, Beberapa perubahan mungkin saja terjadi pada
dependent variable yang berfungsi dalam kurun waktu dan bukannya
kejadian yang spesifik ataupun kondisi tertentu. Terutama berkaitan

RMK Riset Akuntansi Positivisme Halaman 6


dengan jangka waktu pengamatan yang memakan waktu lama.
Sebagai contoh, para buruh semakin lama dengan semakin tua
mempunyai pengalaman kerja yang cukup banyak dan juga akan
semakin pandai dalam spesiali pekerjaannya. Para buruh tersebut
mungkin akan mengalami kejenuhan dan kebosanan terhadap
pekerjaan yang ditanganinya setiap hari. Faktor yang berubah
semacam ini tentunya tidak akan dapat diukur dalam periode waktu
pendek.
3. Testing, proses pengujian juga dapat menimbulkan distorsi yang
akan mempengaruhi hasil-hasil eksperimen. Salah satu bentuknya
adalah seseorang yang ditest mengenai hal yang sama untuk kedua
kalinya, maka pada test berikutnya tersebut berkecenderungan
untuk memperbaikinya.
4. Instrumentation, Kadangkala dalam suatu penelitian eksperimental
instrumen yang digunakan sudah tidak sesuai lagi dengan standard
yang berlaku. Mungkin saja dalam proses evaluasi dan pengujian,
akan adanya peralatan yanng tidak berfungsi lagi, bahkan ada pula
yang sulit digunakan sebagai dasar pengukuran. Persoalan-persoalan
tersebut tentu akan selalu menjadikan pembaca laporan
penelitian meragukan keabsahan pendekatan ini.
5. Selection, Siapakah orang-orang yang harus dipilih menjadi objek
eksperimen baik yang masuk dalam kategori kelompok yang diukur
maupun kelompok yang digunakan sebagi variabel kontrol. Para
peneliti dihadapkan kondisi yang relatif subjectives terhadap aspek
pemilihan sample tersebut. Tentu saja hal semacam ini menjadi sangat
sulit pengambilan kebijaksanaannya.
6. Statistical Regretion, sering kali peneliti dihadapkan kesulitan
apabila basil yang diperoleh dalam penelitian ini menghasilkan
scores yang ekstrim. Ada sekelompok orang yang terpilih sebagai objek
eksperimen mempunyai kecenderungan penyimpangan pada ekstrem
atas tetapi ada pula yang berkecenderungan pada ekstrem bawah.
Tentu saja hal ini akan mengakibatkan pengukuran yang kurang
sempurna.

RMK Riset Akuntansi Positivisme Halaman 7


7. Experiment Mortality, seringkali dalam operasi penelitian eksperimen
semacam ini terjadi perubahan komposisi kelompok yang diobservasi.
Ada anggota kelompok yang harus didrop, karena tidak sesuai dengan
situasi pengetesan pada saat tertentu. Tentu saja perubahan-perubahan
ini akan mengakibatkan distorsi dalam proses pengukurannya kelak.

External validity

Berbeda dengan validitas internal yang lebih menekankan faktor-


faktor penyebab terjadinya kebingungan antara faktor eksperimennya;
tetapi ekstemal validity memperhatikan terhadap interaksi experimental
stimulus (X) dengan faktor-faktor lain yang akan memberi pengaruh pada
kemampuan membuat generilasi waktu, setingnya, atau orangnya.
Terhadap berbagai kelemahan validitas ekstemal terdapat berbagai
kemungkinan interaksi:

1. Interaction of Treatments and Treatments. Kelemahan ini terjadi


apabila pengalaman responden lebih dari satu treatment. Seseorang
yang dipilih sebagai objek eksperimen mungkin pernah mengalami
eksperimen yang sama, maka pengamatan kedua terhadap si
responden tersebut akan menjadi bias.
2. Interaction of Testing and Treatments. Dalam eksperimen pretest,
mungkin responden harus dipekakan agar mendorong eksperimen
dengan alternatif yang berbeda.
3. Interaction of Selection and Treatment. Hal ini juga menimbulkan
pertanyaan dalam membuat generalisasi antara beberapa kategori
manusia antar group. Sebab diantara mereka telah terjadi bubungan
original yang telah terbentuk sebelumnya. Diantara orang-orang yang
secara sukarela bersedia sebagai objek penelitian justru validitasnya
akan meragukan. Tentunya peneliti akan menghadapi kesulitan dalam
menetukan individu yang akan dipilih sebagi objek penelitian observasi
dalam eksperimen tersebut.
4. Interaction of Setting and Treatment. Bagaimanapun juga antara
setting penelitian dengan treatment yang dilakukan akan terjadi

RMK Riset Akuntansi Positivisme Halaman 8


interaksi diantara keduanya. Dengan demikian interaksi keduanya
akan mendukung jalannya proses penelitian yang sedang dilakukan.
5. Interaction of History and Treatment. Bagaimanapun hubungan
sebab akibat antara kejadian dimasa lalu dan masa yang akan datang
dapat digeneralisasikan? Kadangkala terdapat kejadian-kejadian yang
tidak biasa (unusual) yang berpotensi tidak dapat diukur selama
proses pengamatan. Meskipun kejadian yang tidak biasa tersebut
dapat diukur, tetap menimbulkan pertanyaan apakah mungkin
diekstrapolasi di masa yang akan datang.

Sumber:

C. William Emory, C. William Emory Donald R. Cooper. 1994. Business


Research Methods: 5th (Fifth) Edition Hardcover. Richard D Irwin.

Ertambang Nahartyo dan Intiyas Utami. 2015. Panduan Praktis Riset


Eksperimen. Indeks – Jakarta.

RMK Riset Akuntansi Positivisme Halaman 9

Anda mungkin juga menyukai