Anda di halaman 1dari 9

RMK

“EKSPERIMEN”

MATA KULIAH : METODE PENELITIAN KUANTITATIF

OLEH :
I Ketut Surya Negara
(1981621013)

PROGRAM MAGISTER AKUNTANSI


FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS
UNIVERSITAS UDAYANA
DENPASAR
MARET 2020
A. METODE PENELITIAN EKSPERIMEN

Sebagian besar penelitian sosial berkaitan dengan hal-hal yang secara historis
telah terjadi, dengan demikian tujuan penelitian pada umumnya ingin mengetahui
fenomena yang pernah terjadi dimasa yang lalu. Namun disadari banyak hal yang
berkaitan dengan kemungkinan dimasa yang akan datang. Seorang peneliti, sering
dihadapkan apakah suatu objek yang diteliti dapat bermanfaat untuk kepentingan
tertentu yang pada saat ini belum tahu. Seorang peneliti seringkali dihadapkan pada
persoalan apakah sesuatu produk dapat berguna bagi masyarakat tertentu. Sering pula
muncul pertanyaan, apakah manfaat suatu teknik/metodelogi tertentu bila digunakan
dimasa yang akan datang.

Metode eksperimen banyak digunakan dalam penelitian yang bersifat labora-


toris. Ini bukan berarti pendekatan penelitian ini tidak dapat digunakan untuk penelitian
sosial. Meski begitu penggunaan pendekatan ini tentunya menjadi sangat rumit
mengingat objek yang diteliti menyangkut interaksi manusia dengan lingkungan atau
antar manusia sendiri. Permasalahan yang diteliti terutama menyangkut pengujian
apakah suatu produk dapat digunakan untuk suatu situasi dan kondisi tertentu.
Mungkin tidak akan mudah, karena sulit mencari seseorang yang bersedia (dengan
ikhlas) menjadi objek eksperimen suatu penelitian.

Riset eksperimen adalah desain riset untuk mengivestigasi suatu fenomena


dengan cara merekayasa keadaan atau kondisi tersebut serta menginterpretasinya.
Perekayasaan kondisi tersebut dinamakan manipulasi.

Menurut Emmory, pengertian eksperimen adalah:

"Eksperimen merupakan bentuk khusus investigasi yang digunakan untuk


menentukan variabel-variabel apa sajakah serta bagaimana bentuk hubungan antara
satu dengan lainnya. Menurut konsep klasik eksperimen untuk menentukan
hubungan diantara independen variabel dengan dependen variabel".

Penelitian ini dilakukan dengan membuat manipulasi atas objek yang diteliti
sebagai dependent variable guna mengamati independent variable. Mungkin pula
penelitian ini dilakukan dengan cara membuat suatu kondisi tertentu yang akan diuji
seberapakah pengaruhnya terhadap variabel lain sebagai pengontrolnya.

Pendekatan penelitian semacam ini tentu akan sangat sulit diterapkan dalam
suatu situasi binis. Kesulitan penerapan pendekatan ini karena: ( l) sangat sulit untuk
membuat manipulasi situasi bisnis seperti yang ada pada variabel yang diuji, dan (2)
sangat sulit untuk menentukan mana sajakah variabel yang mempengaruhi variabel yang
sedang diuji tersebut.

Ciri utama suatu eksperimen: adanya kontrol yang dimiliki oleh peneliti
terhadap variabel variabel independen yang akan menyebabkan perubahan pada variabel
dependen. Eksperimen disebut juga sebagai metoda riset aktif, karena peneliti secara
aktif mamanipulasi variabel independen dan mengukur dampaknya pada variabel
dependen, sedangkan pada metode lain, seperti survai misalnya, peneliti bersikap pasif
terhadap variabel independen dan hanya mengukurnya bersma dengan proses
pengukuran variabel dependen.
Manipulasi atau perlakuan atau tindakan (treatment) adalah bentuk intervensi
yang dilakukan oleh eksperimenter di dalam suatu eksperimen dimana eksperimenter
tersebut menciptakan suatu suasana yang diterapkan kepada subyek eksperimen dan
kemudian mengamati efek manipulasi tersebut terhadap subyek.

a) Eksperimen Laboratorium dan Lapangan

Menurut lokasi pelaksanaanya, eksperimen dapat dikategorikan menjadi dua,


yaitu: eksperimen laboratorium dan eksperimen lapangan.

Dalam eksperimen laboratorium, peneliti mamanipulasi variabel independen


dengam mengontrol variabel yang berpotensi mempengaruhi variabel dependen namun
tak relevan dengan tujuan penelitian (dalam buku ini disebut variabel tak relevan,
variabel penggangggu, variabel ekstrani, atau (extraneous variable). Hal ini merupakan
keunggulan penelitian laboratorium. Kadar atas variabel pengganggu inilah yang
membedakan antara eksperimen laboratorium dan lapangan, karena peneliti biasanya
mempunyai kontrol yang relatif besar di laboratorium dibandingkan dengan kontrolnya
di lapangan.

b) Eksperimen Tulen dan Eksperimen Semu

Eksperimen Tulen (true experiment) adalah jenis eksperimen dimana variabel


independen dimanipulasi oleh eksperimenter dan manipulasi tersebut diaplikasikan
secara acak (randomisasi) kepada grup-grup subyek (randomized experiment).
Meningkatkan kemungkinan homogenitas antar grup dalam eksperimen, karena
distribusi antar grup dalam eksperimen bersifat acak. Mempunyai validitaas eksternal
yang tinggi. Perubahan yang terjadi pada variabel dependen merupakan konsekuesni
dari perubahan varabel independen (atau manipulasi) dan bukan karena faktor-faktor
lain yang bersifat compunding atu pencampur.

Eksperimen Semu (quasi-experiment) adalah jenis eksperimen dimana


eksperimenter tidak berkemampuan melakukan manipulasi dan randomisasi sebesar
pada eksperimen tulen.

Kemampuan Manipulasi dan randomisasi ekperimenter akan lebih besar jika


dilaksanakan di laboratorium. Jika eksperimenter dilaksanakan di lapangan,
eksperimenter akan menghadapi kendala yang lebih besar sehingga kemampuannnya
untuk mengendalikan variabel dan mengacak manipulasi menjadi lebih tebatas.

c) Subjek Eksperimen

Subjek eksperimen adalah orang yang berperan serat dalam eksperimen, dimana
karakteristik individual, sikap atau perilakunya menjadi objek eksperimen. Subjek
eksperimen diundang untuk berpartisipasi dalam eksperimen dengan sejumlah cara
melalui media yg berbeda-beda.

Berikut beberapa prinsip mendapatkan partisipan riset eksperimen:

1) Kesukarelaan; tidak bersifat memaksa partisipasi


2) Keterbukaan; artinya transparansi hak dan kewajiban para partisipan serta
konsekuensi yg dapat mereka terima sebagai partispan.
3) Kerahasiaan; adanya jaminan bahwa respon atau hal-hal pribadi mereka
tidak akan diungkapkan kepada khalayak ramai (anonimitas).
4) Kesamaan Perlakuan; subjek berhak mendapat perlakuan yang sama dari
periset.
5) Kualitas Eksperimen; desain dan protokol eksperimen yg ketat dalam proses
review dr ahli.

Ada 2 alasan penting mengapa jumlah subjek dalam eksperimen harus


mencukupi: Pertama, kecukupan jumlah subjek dapat menghindarkan peneliti dari
masalah analisis statistik dengan sampel yg kurang yg berdampak kurangnya kekuatan
tes statistik tsb. Kedua, menghindari akibat nonresponse bias, artinya bias bisa muncul
karena mereka yg memilih untuk tidak merespon memiliki karakter yg berbeda dengan
yang berpartisipasi. Hal ini berdampak rendahnya generalitas atas hasil penelitian.
Untuk meningkatkan jumlah partisipan riset, harus ada kejelasan kontak dengan
calon subjek, relevansi topik penelitian, kredibilitas peneliti atau lembaga yg melakukan
penelitian. Hal lain tidak kalah pentingnya adalah penghargaan kepada subjek bisa
berupa uang, barang atau apresiasi psikologis.

d) Karakteristik Subjek dan Pengaruhnya

Sikap subjek terhadap riset dapat digunakan untuk membuat klasifikasi subjek
antara lain; Subjek naif atau subjek netral, Subjek positif atau subjek baik hati, Subjek
negatif dan Subjek tertekan. Ketiga jenis subjek terakhir mempunyai akibat yg sama
terhadap hasil riset, yakni terkontaminasinya hasil penelitian karena variabel
karakteristik subjek yg tidak selalu relevan dengan riset yg diselenggarakan.

Misal; jika penelitian difokuskan mencari hubungan kausalitas antara jenis


insentif dengan kinerja karyawan, subjek positif akan berupaya meningkatkan
kinerjanya terlepas dari bentuk manipulasi insentif yang diterimanya dalam eksperimen.
Adapun subjek negatif akan berusaha menolak hipotesis penelitian dengan cara tidak
bereaksi apapun terhadap manipulasi. Sedangkan subjek yang tertekan berupaya
sekeras-kerasnya untuk berprestasi karena ia mengira riset tersebut memang dirancang
untuk menilai prestasi kinerjanya.

Berikut beberapa hal yg dapat dilakukan periset untuk tujuan penghormatan atas
partisipasi subjek dalam eksperimen:

1) Peneliti bersikap terbuka terhadap para partisipan


2) Peneliti bisa memaparkan sedemikian rupa mengenai risetnya sehingga ada
proses edukasi dan menarik perhatian mereka
3) Peneliti menunjukkan referensi yang digunakan dalam penelitiannya.
4) Upayakan peneliti tidak membuat partisipan berpikiran dan berperasaan
negatif terhadap diri mereka sendiri setelah mengikuti eksperimen.
5) Segera memenuhi janji atau komitmen yang peneliti berikan selama
eksperimen.
6) Untuk kasus digunakannya desepsi, partisipan diminta menandatangani surat
kesediaan untuk berpartispasi dan menyerahkan datanya kepada peneliti
untuk dianalisis.
B. VALIDITAS PENELITIAN EKSPERIMENTAL
Kata "validitas" berarti dapat diterima atau absah. Istilah ini mengandung
pengertian bahwa sesuatu yang dinyatakan valid atau absah berarti telah sesuai dengan
kebenaran yang diharapkan sehingga dapat diterima dalam suatu kriterium tertentu.
Dalam setiap penelitian selalu mengandung kelemahan-kelemahan yang menyangkut
seberapakah hasil penelitian tersebut dianggap valid. Demikian halnya halnya dengan
penelitian eksperimental ini, juga mengandung kelemahan tersebut. Bahkan, dalam
penelitian aspek validitas harus menjadi perhatian. Alasannya. karena lebih banyak
faktor-faktor yang mempengaruhi validitas suatu penelitian.Validitas dalam penelitian
eksperimental mengandung beberapa kelemahan yang harus dipertimbangkan, antara
lain:

 Internal validity.
 Eksternal validity,
 Statistical conclution validity, dan
 Construct validity.

Faktor pertama dan kedua tersebut di atas akan dibahas dalam uraian berikut ini. Dalam
setiappenelitianeksperimentalyang berkaitandengan validitas
internalmengandungbeberapa kelemahan, yang antara lain: (a) Aspek historis si pelaku
dalam penelitian, (b) Aspek Maturation, (c) aspek proses testing, (d) perumusan
instrumen penelitian, (e) Selection, (f) Statistical regretion, dan (g) Experiment
mortality. Disamping adanya validitas internal keabsahan suatu penelitian eksperimental
dipengaruhi pula oleh validitas eksternal yang antara lain: (a) Interaction of Treatments
and Treatments, (b) Interaction of Testing and Treatments, (c) Interaction of Selection
and Treatment, (d) Interaction of Setting and Treatment, dan (e) Interaction of History
and Treatment.

a) Internal Validity

Ditinjau dari sudut validitas internal penelitian eksperimental mengandung


beberapa kelemahan yang antara lain:

1) Aspek Historis, Ada beberapa kejadian atau beberapa faktor yang


akan berakibat terhadap hubungan independent variable (IV) dengan
dependent variable (DV) selama periode eksperimen berlangsung. Banyak
kejadian-kejadian dimasa yang lalu akan mempengaruhi validitas penelitian
eksperimental, yang disebabkan oleh adanya interaksi antar individu. Peneliti
mempunyai kemungkinan tidak bisa mengambil jarak terhadap faktor
pengalaman dimasa lalu.
2) Aspek Maturation, Beberapa perubahan mungkin saja terjadi pada
dependent variableyang berfungsi dalam kurun waktu dan bukannya kejadian
yang spesifik ataupun kondisi tertentu. Terutama berkaitan dengan jangka
waktu pengamatan yang memakan waktu lama. Sebagai contoh, para
buruh semakin lama dengan semakin tua mempunyai pengalaman kerja
yang cukup banyak dan juga akan semakin pandai dalam spesiali
pekerjaannya. Para buruh tersebut mungkin akan mengalami kejenuhan dan
kebosanan terhadap pekerjaan yang ditanganinya setiap hari. Faktor yang
berubah semacam ini tentunya tidak akan dapat diukur dalam periode
waktu pendek.
3) Testing, proses pengujian juga dapat menimbulkan distorsi yang akan
mempengaruhi hasil-hasil eksperimen. Salah satu bentuknya adalah
seseorang yang ditest mengenai hal yang sama untuk keduakalinya, maka
pada test berikutnya tersebut berkecenderungan untuk memperbaikinya.
4) Instrumentation, Kadangkala dalam suatu penelitian eksperimental
instrumen yang digunakan sudah tidak sesuai lagi dengan standard yang
berlaku. Mungkin saja dalam proses evaluasi dan pengujian, akan adanya
peralatan yanng tidak berfungsi lagi, bahkan ada pula yang sulit digunakan
sebagai dasar pengukuran. Persoalan-persoalan tersebut tentu akan selalu
menjadikan pembaca laporan penelitian meragukan keabsahan
pendekatan ini.
5) Selection, Siapakah orang-orang yang harus dipilih menjadi objek eksperimen
baik yang masuk dalam kategori kelompok yang diukur maupun kelompok
yang digunakan sebagi variabel kontrol. Para peneliti dihadapkan kondisi
yang relatif subjectives terhadap aspek pemilihan sample tersebut. Tentu
saja hal semacam ini menjadi sangat sulit pengambilan kebijaksanaannya.
6) Statistical Regretion, sering kali peneliti dihadapkan kesulitan apabila
basil yang diperoleh dalam penelitian ini menghasilkan scores yang
ekstrim. Ada sekelompok orang yang terpilih sebagai objek eksperimen
mempunyai kecenderungan penyimpangan pada ekstrem atas tetapi ada pula
yang berkecenderungan pada ekstrem bawah. Tentu saja hal ini akan
mengakibatkan pengukuran yang kurang sempurna.
7) Experiment Mortality, seringkali dalam operasi penelitian eksperimen
semacam ini terjadi perubahan komposisi kelompok yang diobservasi. Ada
anggota kelompok yang harus didrop, karena tidak sesuai dengan situasi
pengetesan pada saat tertentu. Tentu saja perubahan-perubahan ini akan
mengakibatkan distorsi dalam proses pengukurannya kelak.
b) External validity

Berbeda dengan validitas internal yang lebih menekankan faktor-faktor


penyebab terjadinyakebingungan antara faktor eksperimennya;tetapi ekstemal validity
memperhatikan terhadap interaksi experimental stimulus (X) dengan faktor-faktor lain
yang akan memberi pengaruh pada kemampuan membuat generilasi waktu, setingnya,
atau orangnya. Terhadap berbagai kelemahan validitas ekstemal terdapat berbagai
kemungkinan interaksi:

1) Interaction of Treatments and Treatments. Kelemahan ini terjadi apabila


pengalaman responden lebih dari satu treatment. Seseorang yang dipilih
sebagai objek eksperimen mungkin pernah mengalami eksperimen yang
sama, maka pengamatan kedua terhadap si responden tersebut akan
menjadi bias.
2) Interaction of Testing and Treatments. Dalam eksperimen pretest,
mungkin respondenharus dipekakan agar mendorong eksperimen dengan
alternatif yang berbeda.
3) Interaction of Selection and Treatment. Hal ini juga menimbulkan
pertanyaan dalam membuat generalisasi antara beberapa kategori manusia
antar group. Sebab diantara mereka telah terjadi bubungan original yang
telah terbentuk sebelumnya. Diantara orang-orang yang secara sukarela
bersedia sebagai objek penelitianjustru validitasnya akan meragukan.
Tentunya peneliti akan menghadapi kesulitan dalam menetukan individu
yang akan dipilih sebagi objek penelitian observasi dalam eksperimen
tersebut.
4) Interaction of Setting and Treatment. Bagaimanapun juga antara setting
penelitian dengan treatment yang dilakukan akan terjadi interaksi diantara
keduanya. Dengan demikian interaksi keduanya akan mendukung jalannya
proses penelitian yang sedang dilakukan.
5) Interaction of History and Treatment. Bagaimanapun hubungan sebab
akibat antarakejadian dimasa lalu dan masa yang akan datang dapat
digeneralisasikan? Kadangkala terdapat kejadian-kejadian yang tidak biasa
(unusual) yang berpotensi tidak dapat diukur selama proses pengamatan.
Meskipun kejadian yang tidak biasa tersebut dapat diukur, tetap
menimbulkan pertanyaan apakah mungkin diekstrapolasi di masa yang
akan datang.

Sumber:

C. William Emory, C. William Emory Donald R. Cooper. 1994. Business Research


Methods: 5th (Fifth) EditionHardcover. Richard D Irwin.

Ertambang Nahartyo dan Intiyas Utami. 2015. Panduan Praktis Riset Eksperimen.
Indeks – Jakarta.

Anda mungkin juga menyukai