Anda di halaman 1dari 9

A.

Sejarah Observasi

Sejarah pengunaan observasi sebagai sebuah instrumen penggalian data telah


ratusan tahun digunakan dan dianggap sebagai sebuah instrumen yang dapat dipercaya
(Russell, dalam Lee & Broderick, 2007). Bahkan Russell mengatakan bahwa metode
observasi berusia lebih tua daripada ilmu pengetahuan1. Pada zaman dahulu, ketika ilmu
pengetahuan belum lahir dan masih berupa pengetahuan – pengetahuan sederhana saja,
orang – orang yang menekuni pengetahuan tersebut mengandalkan metode observasi
sebagai metode utama mencapai suatu pengetahuan.

Contoh yang mendasari penggunaan observasi pada masa lampau adalah


Aristoteles. Ia menggembangkan sebuah konsep induksi (induction) yang merupakan
sebuah pengambaran dan enjelasan secara teoritis dari hasil observasi terhadap dunia.
Induksi merupakan kerangka metodologis yang digunakan oleh para filsuf ataupun para
pemikir filsafat dalam memahami sesuatu yang dilihat dan diamati.

Contoh lainnya dalam penggunaan metode observasi adalah ditemukannya suatu


garis sejarah ilmu pengetahuan yang dimulai sejak Heraclitus, ia menyatakan bahwa
suatu pengaetahuan tidak boleh hanya berdasarkan kepada pengamatan yang tanpa dasar.
Segalanya harus berdasarkan kepada sebuah alsan logis atas pengamatan tersebut.
Pengamatan dengan alasan logis yang dimaksudkan Heraclitus adalah sebuah hasil
observasi (Lee & Brodrick, 2007).

Pernyataan Heraclitus, menjadi dasar pemikiran lahirnya tokoh – tokoh lain. Yang
paling terkenal adalah Rene Descartes yang terkenal dengan pernytaannya “cogito ergo
sum” yang berarti “saya berpikir, maka dari itu saya ada”.

Pendapat Descartes mendapat tantangan yang kuat dari kubu ilmuwan yang
memiliki paradigma empiris seperti Jhon Locke, Francis Bacon, dan Rudolf Carnap. Para
ilmuwan tersebut menolak argumen ilmuwan rasionalis dengan alasan bahwa ilmu
pengetahuan seharusnya berasal dari sesuatu yang dapat langsung diobservasi dan dapat
dibuktikan secara konkret dan nyata melalui indrawi (bukan pembuktian berdasarkan
pemikiran). Inilah yang kemudia menjadi dasar bagi berkembangnya metode observasi
partisipan sekarang ini, di mana peneliti harus mengamati secara langsung objek yang
menjadi kajian observasinya. Dewasa ini, metode observasi digunakan dalam riset – riset
kualitatif maupun kuantitatif.

B. Definisi Observasi

Observasi merupakan teknik pengumpulan data, dimana peneliti melakukan pengamatan


secara langsung ke objek penelitian untuk melihat dari dekat kegiatan yang dilakukan
(Riduwan, 2004 : 104).
Observasi sebagai teknik pengumpulan data mempunyai ciri yang spesifik bila
dibandingkan dengan teknik yang lain yaitu wawancara dan kuisioner. Kalau wawancara
dan kuesioner selalu berkomunikasi dengan orang, maka observasi tidak terbatas pada
orang, tetapi juga obyek-obyek alam yang lainnya (Sugiyono, 2014 : 145). Sutrisno Hadi
(1986) juga mengemukakan bahwa observasi merupakan suatu proses yang kompleks,
suatu proses yang tersusun dari perlbagi proses biologis dan phisikologis. Dua diantara
yang terpenting adalah proses-proses pengamatan dan ingatan.

Teknik pengumpula data digunakan bila, penelitian berkenaan dengan prilaku manusia,
proses kerja, gejala-gejala alam dan bila responden yang diamati tidak terlalu besar.

1
C. Tujuan Observasi

Observasi memiliki beberapa tujuan, diantaranya :

1. Untuk memperoleh informasi tentang kelakuan manusia seperti terjadi dalam


kenyataan.

2. Memperoleh gambaran yang lebih jelas tentang kehidupan sosial, yang sukar
diperoleh metode lain.

3. Berfungsi sebagai Eksplorasi, artinya dapat memperoleh gambaran yang lebih jelas
tentang masalahnya dan memungkinkan petunjuk – petunjuk tentang cara
memecahkannya.

D. Manfaat Observasi

Observasi memiliki beberapa manfaat diantaranya :

1. Peneliti dapat mengetahui ada/tidaknya kenyataan atau fakta kehidupan yang dicari
dalam penelitian tersebut.

2. Peneliti dapat mengetahui kuantum kenyataan/fakta kehidupan tersebut.


3. Peneliti dapat membuktikan konsep teori yang dibuatnya2.

Jenis-jenis Observasi

a. Metode observasi partisipatoris

Metode observasi partisipatoris bisa dideskripsikan sebagai metode pengamatan dimana peneliti
memposisikan dirinya sebagai partisipan sebagaimana orang lain yang sedang diobservasi.
Dalam memposisikan diri sebagai partisipan, peneliti tetap harus menjaga jarak agar unsur
objektivitas tetap terjaga. Dalam observasi ini, peneliti terlibat dengan kegiatan sehari-hari orang
yang sedang diamati atau yang digunakan sebagai sumber data penelitian. Sambil melakukan
pengamatan, peneliti ikut melakukan apa yang dikerjakan oleh sumber data, dan ikut merasakan
suka dukanya. Dengan observasi partisipan ini, maka data yang diperoleh akan lebih lengkap,
tajam, dan sampai mengetahui pada tingkat makna dari setiap perilaku yang nampak.

Dalam suatu perusahaan atau organisasi pemerintah misalnya, peneliti dapat berperan sebagai
karyawan, ia dapat mengamati bagaimana perilaku karyawan dalam bekerja, bagaimana
semangat kerjanya, bagaimana hubungan suatu karyawan dengan karyawn yang lain dan lain-
lain.

b. Metode observasi Nonpartisipan

Jika dalam observasi partisipan peneliti terlibat langsung dengan aktivitas orang-orang yang
sedang diamati, maka dalam observasi nonpartisipan peneliti tidak teribat dan hanya seagai
pengamat independen. Maka dapat didefinisikan bahwa Metode observasi non-partisipatoris bisa
dipahami sebagai metode pengamatan dimana peneliti memposisikan diri sebagai orang luar dari
kelompok yang ditelitinya. Metode ini sering kali memberi jarak yang cukup jauh antara peneliti
dengan objek yang diteliti karena pengamatan dilakukan dari luar. Pada level yang ekstrim,
metode non-partisipatoris dapat dilihat sebagai metode yang sering dipraktikkan oleh mata-mata
dalam mengamati suatu kasus. Observasi Nonpartisipan dapat di kembangkan menjadi dua hal
yaitu :

1. Observasi Terstruktur

2
Observasi terstruktur adalah observasi yang telah dirancang secara sistematis, tentang apa yang
akan diamati, kapan dan dimana tempatnya. Jadi oberservasi terstruktur dilakukan apaila peneliti
telah tahu dengan pasti tentang variable apa yang akan diamati. Dalam melakukan peneltian
peneliti menggunakan instrument penelitian yang telah teruji validitas dan realibilitasnya.

2. Observasi Tidak Terstruktur

Observasi tidak terstruktur adalah observasi yang tidak disiapkan sexara sistematis tentang apa
yang akan diobservasi. Hal ini dilakukan karena peneliti tidak tahu apa yang akan diamati.
Dalam pengamatan peneliti tidak menggunakan instrument yang baku, hanya berupa rambu-
rambu pengamatan.

E. Syarat Prilaku Observasi

Objek observasi adalah perilaku yang tampak, yang sengaja dimunculkan (terencana)
dan memiliki tujuan tertentu. Dari pernyataan di atas, ada beberapa syarat perilaku yang
dapat di observasi3, antara lain :

1. Dapat dilihat. Perilaku tersebut dapat dilihat dan diamati. Pengamatan dapat
dilihat berdasarkan frekuensinya (seberapa banyak / sering perilaku tersebut
muncul), berdasarkan penyebab perilakunya, dan durasinya.

2. Dapat didengar. Walaupun perilaku tersebut tidak dapat terlihat langsung oleh
mata, namun jika masih dapat didengar, maka dapat diobservasi. Misalnya sedang
ingin mengobservasi adanya konflik dalam rumah tangga, yang terjadi di sebuah
keluarga. Tentu tidak mungkin perilaku konflik tersebut dilakukan didepan umum
atau didepan kita sebagai peneliti yang hendak mengobservasi. Konflik yang
terjadi dapat di observasi dari seberapa sering suami istri dalam keluarga tersebut,
terdengar bertengkar dan beradu mulut, adanya barang-barang yang pecah, dan
seberapa sering terdengar tangisan.

3. Dapat dihitung. Sesuatu yang dapat dihitung juga dapat dijadikan objek
observasi. Hal ini biasanya terkait dengan kuantitas dari sebuah perilaku yang
muncul. Misalnya mengobservasi perilaku menguap seorang mahasiswa didalam
kelas. Frekuensi kemunculan perilaku menguap tersebut dapat dijadikan dasar
interpretasi mengapa perilaku itu muncul.

4. Dapat diukur. Atribut yang diukur menjadi dasar yang menentukan interpretasi
dari sesuatu yang di observasi.

Dari keempat syarat perilaku tersebut, sebuah perilaku yang diobservasi dapat saja
meliputi keempat syaratnya, dua syarat, atau hanya satu syarat. Yang terpenting adalah
bagaimana operasionalisasi perilaku dapat disesuaikan dengan apa yang hendak dijadikan
objek untuk diobservasi.

F. Kelebihan dan Kekurangan Observasi

Kelebihan observasi :

1. Data yang di kumpulkan melalui observasi cenderung mempunyai keandalan


yang tinggi karena peneliti sendiri yang mengamati secara seksama setiap
perilaku yang diobservasi, maksudnya peneliti adalah first-hand dari observasi
yang dilakukan, artinya peneliti sendiri yang turun ke lapangan dan melakukan
observasi.

3
2. Dapat dilihat langsung apa yang sedang dikerjakan oleh sabjek hingga kepada hal
yang ditail, maksudnya obervasi mampu merekam perilaku secara lebih detail.

3. Dapat mencatat perilaku yang sulit di ungkapkan melalui bahasa verbal,


maksudnya obervasi memberikan penjelasan dan bantuan untuk mentafsirkan apa
saja gerakan atau kegiatan yang sulit diungkapkan melalui bahasa verbal.

4. Dapat menggambarkan lingkungan fisik dengan lebih ditail, misalnya letak-letak


ruang peralatan, maksudnya obsrevasi tidak hanya memotret perilaku subjek
penelitian semata, tetapi juga potret lingkungan fisiknya ketika subjek sedang
diobservasi.
5. Dapat durasi waktu yang dibutuhkan untuk menyelesaikan satu unit pekerjaan
tertentu, maksudnya observasi dapat dijadikan tools untuk mengukur seberapa
lama durasi seseorang dalam mengerjakan suatu pekerjaan tersebut. Dengan
mengetahui durasi, maka dapat dijadikan norma / pedoman dalam penyelesaian
suatu tugas tertentu atau dijadikan sebagai dasar menentukan sebuah keputusan4.

Kelemahan observasi :

1. Umumnya orang yang diamati merasa terganggu atau tidak nyaman, sehingga
akan melakukan pekerjaannya dengan tidak alamiah, maksudnya karena diamati,
maka perilakunya merupakan perilaku buatan yang tidak apa adanya. Bisa saja
dilebih-lebihkan (faking good), atau dikurang – kurangi (faking bad) karena
merasa diamati dan dinilai observer.

2. Terkadang perilaku yang akan di observasi tidak muncul, maksudnya peneliti


tidak melakukan treatment apapun terhadap setting sosial yang ada, kadangkala
ketika melakukan observasi perilaku yang diobservasi tidak muncul.

3. Adanya bias peneliti seperti peneliti terlalu baik atau terlalu “pelit” dalam
memberikan penilaian terhadap perilaku yang muncul, dalam istilah psikologi ini
disebut dengan generousity effect, yaitu kecenderungan dari peneliti / observer
untuk memberikan penilaian yang baik atau buruk ketika kondisi atau keadaannya
meragukan.

4. Orientasi peneliti, dalam istilah psikologi dinamakan hallp effect, artinya adanya
bias – bias dalam penelitian.

5. Adanya batasan tempat dan waktu, maksudnya observasi hanya dapat dilakukan
di satu tempat dan waktu saja (terlebih lagi pada observasi partisipan).

G. Peran Observer

Teori observasi klasik mengatakan bahwa bentuk observasi secara umum terdiri
dari 2 bentuk5, yaitu :

1. Observasi Partisipan. Yaitu observasi yang dilakukan di mana observer


melakukan pengamatan dalam suatu aktivitas bersama objek/observer.

2. Observasi Nonpartisipan. Yaitu observasi yang dilakukan di mana observer


melakukan pengamatan di luar aktivitas observer.

Creswell (2008). Mengemukakan 3 peran observer yang berbeda. Ketiga peran


observer tersebut antara lain :
4
5

4
1. Participan Observer.

Adalah peran dalam observasi yang di pilih oleh observer untuk


mengambil bagian dan terlibat secara langsung dengan aktifitas yang dilakukan
observiee / sabjek penelitian.

Keuntungan peran ini adalah :

 Peneliti dapat mengamati secara langsung sesuai dengan sudut pandang


observee / subjek penelitian.

 Peneliti dapat berperan ganda dalam satu waktu, yaitu berpartisipasi


dalam kegiatan yang dilakukan bersama dengan subjek penelitian,
sekaligus melakukan pengamatan terhadap subjek penelitian.

Kelemahan peran ini adalah :

 Sulitnya melakukan dua hal bersamaan dalam satu waktu yaitu melakukan
pencatatan hasil observasi ketika sedang beraktivitas bersama dengan
subjek penelitian. Namun cara ini dapat diatasi dengan menunggu saat
yang tepat untuk mencatat hasil observasi yaitu pada saat setelah
melakukan aktivitas.

 Harus adanya izin dari subjek penelitian untuk ikut

2. Nonpartisipan Observer.

Adalah peran dalam observasi yang di pilih di mana dalam melakukan


pengamatan, peneliti tidak harus mengambil peran dan terlibat dengan aktivitas
observer / sabjek penelitian.

Keuntungan peran ini :

 Peneliti tidak perlu sulit melakukan pendekatan atau membina rapport


terhadap subjek yang diteliti.

 Proses pencatatan hasil observasi dapat dengan mudah dilakukan.

Kelemahan peran ini :

 Peneliti tidak mendapatkan sudut pandang subjek dengan baik.

3. Changing-Role Observer.

Adalah peran observer yang berganti dari observer partisipan menjadi


nonpertisipan, atau sebaliknya, yang disesuaikan dengan kebutuhan penelitian
maupun faktor situasional.

H. Langkah-Langkah Yang Dilakukan Ketika Melakukan Observasi

1. Memilih lokasi observasi yang tepat, yang memungkinkan peneliti dapat


memahami central phenomenon dengan optimal, dan dapat memperoleh data
dengan jelas ketika melakukan observasi pada lokasi tersebut.

5
2. Melakukan observasi sederhani sebelumnya dengan melekukan observasi kancah.
Yaitu peneliti melekukan perkenalan, membina repport dengan orang-orang yang
ada di lokasi tersebut dan menggali data sebanyak mungkin.

3. Tentukan siapa subjek yang akan diobservasi, kapan observasi dilakukan dan
berapa lama observasi dilakukan.

4. Menentukan peran observer dalam observasi yang akan dilakukan, yaitu


memprediksi kemungkinan, kelebihan dan kekurangan dari observasi yang
dilakukan.

5. Melakukan pengulangan observasi agar memperoleh validitas dan reliabilitas


hasil observasi yang didapat.

6. Membuat fieldnotes dari perilaku yang diobservasi untuk mencari keterkaitan


antara perilaku satu dengan perilaku yang lainnya agar dapat menarik benang
merah dari keterkaitan antara perilaku yang satu dengan yang lainnya.

7. Membuat gambaran apa saja yang akan diobservasi, kemudian melakukan


penggabungan antara perilaku, lingkungan dan informasi agar dapat memperoleh
hambaran secara lebih komprehensif.

8. Melakukan pencatatan deskriptif fieldnotes dan reflektif fieldnotes.

9. Dalam peran observer nonpartisipan, melakukan perkenalan dengan subjek


peneliti tidak boleh terlihat aktif dan interaktif agar kehadirannya tidak terlalu
menjadi sesuatu yang dipersepsi oleh subjek yang sedang melakukan sesuatu.

10. Setelah observasi selesai peneliti tidak boleh meninggalkan lokasi begitu saja.
Secara etika, kita sudah banyak dibantu oleh orang yang ada disekitar lokasi
penenlitian. Oleh sebab itu, izin untuk pamit dan terimakasih kepada orang –
orang yang telah membantu kita melakukan observasi.

I. Metode Dalam Observasi

Terdapat lima model observasi yang umum dikenal dan sering kali digunakan
dalam penelitian kualitatif. Kelima model observasi tersebut antara lain :

1) Anecdotal Record

Metode observasi, dimana ketika peneliti melakukan observasi, ia hanya


membawa kertas kosong saja untuk mencatat perilaku yang khas, unik dan penting
yang dilakukan subjek penelitian.

Kelebihan Metode Anecdotal Record :

a. Penggunaannya sangat sederhana karena hanya bermodalkan alat tulis yang


seerhana (kertas dan pulpen).

b. Ketika peneliti memilih anecdotal record, pemahaman yang lebih tepat dan akurat
dari tingkah laku unik dan spesifik lebih mudah didapatkan.

6
c. Dengan diperolehnya latar belakang munculnya perilaku unik dan khas tersebut,
akan memudahkan peneliti dalam menarik tema – tema dan kesimpulan dari
perilaku yang muncul.

Kelemahan Metode Anecdotal Record :

a. Waktu yang dibutuhkan sangat banyak.

b. Sulit diterapkan kepada subjek teliti yang banyak atau komunal.

c. Membutuhkan kecermatan dan kejelian yang tinggi dari peneliti.

d. Kecenderungan peneliti untuk memisahkan perilaku dari perilaku lainnya.

Tipe – Tipe Anecdotal Record :

a. Tipe Evaluasi : Yakni tipe yang berarti hasil akhir dari suatu perilaku yang
muncul.

b. Tipe Interpretatif : peneliti melakukan interprestasi suatu perilaku berdasarkan


kecenderungan – kecenderungan atau kemungkinan – kemungkinan yang dapat
dijadikan alasan atau sebab akibat yang cukup kuat.

c. Tipe Deskripsi Umum : tipe ini berisi tentang catatan perilaku subjek beserta
situasinya dalam bentuk pernytaan umum.

d. Tipe Deskripsi Khusus : berisi tentang catatan perilaku subjek beserta situasinya
dalam bentuk pernyataan khusus.

2) Behavioral checklist

Merupakan model dalam observasi yang mampu memberikan keterangan


mengenai muncul atau tidaknya perilaku yang diobservasi dengan memberikan tanda
check () jika erilaku yang diobservasi muncul.

3) Participation charts

Merupakan salah satu metode observasi yang hampir mirip dengan behavioral
chechklist, yaitu melakukan observasi, merekam atau mencatat perilaku yang muncul
atau tidak muncul dari subjek atau sejumlah subjek yang diobservasi secara simultan
dalam suatu kegiatan atau aktivitas tertentu.

4) Rating scale

Merupakan salah satu metode observasi yang pada intinya hampir sama dengan
model sebelumnya yang telah dibahas, yaitu behavioral checklist atau participant
chart, yaitu mencatat perilaku sasaran yang dimunculkan oleh subjek atau observee.
Perbedannya terletak pada kebutuhan untuk mengetahui kuantitas dan kualitas dari
perilaku yang diteliti.

5) Behavioral tallying and charting

Kelebihan dari model behavioral tallying dan charting adalah :

7
 bukan hanya mampu melakukan kuantifikasi atau perhitungan dari
perilaku yang diobservasi, tetapi juga mampu mengubah hasil kuantifikasi
tersebut menjadi bentuk grafik. Lebih spesifik lagi, metode ini mampu
mengkuantifikasikan perilaku yang muncul dalam suatu rentang waktu
yang ditentukan.

 Model ini mampu mencatat perilaku yang batasannya tidak jelas dan
tumpang tindih dengan perilaku lainnya.

Tallying atau perhitungan, dapat dilakukan dengan syarat batasan perilaku yang
akan diobservasi harus jelas tiap unitnya dan tidak tumpang tindih dengan perilaku
lainnya yang menyebabkan sulitnya perilaku dihitung.

J. Cara Untuk Melakukan Observasi

Dalam melakukan observasi perlu diperhatikan hal – hal berikut, diantaranya :

a) Harus diketahui di mana observasi dapat dilakukan, apakah hanya terdapat pada
suatu tempat pada waktu tertentu saja, atau sering terjadi di berbagai lokasi ?

b) Harus ditentukan siapa – siapakah yang akan diobservasi.

c) Harus diketahui dengan jelas data apa yang harus dikumpulkan.

d) Harus diketahui bagaimana cara menggumpulkan data.


e) Harus mengetahui cara – cara mencatat hasil observasi6.

PENUTUP

KESIMPULAN

Observasimerupakansalahsatu instrument pengumpulan data yang


dapatmelengkapikekuranganmetodelaindalampengumpulan data.
Sebelummelakukanobservasi, observer sebaiknyamenentukantujuankhususnya
agar observasiterfokuspadaapa yang diinginkan. Kemudian, Agar
observasidapatefektifdanefisiensebaiknya observer membuat pedoman observasi
terlebih dahulu, lalu kemudian melakukan observasi.

Dalammelakukanobservasiadabaiknyamemilihobjekobservasi yang baik


,bukan yang sembarangan agar hasildariobservasidapat optimal,
kemudianlakukanobservasiberkelanjutan agar lebihakurat. Dan
dalammelakukanobservasibuatlahsuasanasenarutalmungkin agar
tidakadakebohongandalamhasil yang observasitersebut.

6
Nasution, Metode Research (Penelitian Ilmiah), (Jakarta : Bumi Aksara, 2003), hal. 112.

8
DAFTAR KEPUSTAKAAN

Herdiansyah, Wawancara, Observasi, dan Focus Group, Jakarta : Grafindo,


2013.

Nasution, Metode Research (Penelitian Ilmiah), Jakarta : Bumi Aksara, 2003).

Bagong Suyanto, Metode Penelitian Sosial, Jakarta : Kencana Media Group,


2006.

Anda mungkin juga menyukai