Sejarah Observasi
Pernyataan Heraclitus, menjadi dasar pemikiran lahirnya tokoh – tokoh lain. Yang
paling terkenal adalah Rene Descartes yang terkenal dengan pernytaannya “cogito ergo
sum” yang berarti “saya berpikir, maka dari itu saya ada”.
Pendapat Descartes mendapat tantangan yang kuat dari kubu ilmuwan yang
memiliki paradigma empiris seperti Jhon Locke, Francis Bacon, dan Rudolf Carnap. Para
ilmuwan tersebut menolak argumen ilmuwan rasionalis dengan alasan bahwa ilmu
pengetahuan seharusnya berasal dari sesuatu yang dapat langsung diobservasi dan dapat
dibuktikan secara konkret dan nyata melalui indrawi (bukan pembuktian berdasarkan
pemikiran). Inilah yang kemudia menjadi dasar bagi berkembangnya metode observasi
partisipan sekarang ini, di mana peneliti harus mengamati secara langsung objek yang
menjadi kajian observasinya. Dewasa ini, metode observasi digunakan dalam riset – riset
kualitatif maupun kuantitatif.
B. Definisi Observasi
Teknik pengumpula data digunakan bila, penelitian berkenaan dengan prilaku manusia,
proses kerja, gejala-gejala alam dan bila responden yang diamati tidak terlalu besar.
1
C. Tujuan Observasi
2. Memperoleh gambaran yang lebih jelas tentang kehidupan sosial, yang sukar
diperoleh metode lain.
3. Berfungsi sebagai Eksplorasi, artinya dapat memperoleh gambaran yang lebih jelas
tentang masalahnya dan memungkinkan petunjuk – petunjuk tentang cara
memecahkannya.
D. Manfaat Observasi
1. Peneliti dapat mengetahui ada/tidaknya kenyataan atau fakta kehidupan yang dicari
dalam penelitian tersebut.
Jenis-jenis Observasi
Metode observasi partisipatoris bisa dideskripsikan sebagai metode pengamatan dimana peneliti
memposisikan dirinya sebagai partisipan sebagaimana orang lain yang sedang diobservasi.
Dalam memposisikan diri sebagai partisipan, peneliti tetap harus menjaga jarak agar unsur
objektivitas tetap terjaga. Dalam observasi ini, peneliti terlibat dengan kegiatan sehari-hari orang
yang sedang diamati atau yang digunakan sebagai sumber data penelitian. Sambil melakukan
pengamatan, peneliti ikut melakukan apa yang dikerjakan oleh sumber data, dan ikut merasakan
suka dukanya. Dengan observasi partisipan ini, maka data yang diperoleh akan lebih lengkap,
tajam, dan sampai mengetahui pada tingkat makna dari setiap perilaku yang nampak.
Dalam suatu perusahaan atau organisasi pemerintah misalnya, peneliti dapat berperan sebagai
karyawan, ia dapat mengamati bagaimana perilaku karyawan dalam bekerja, bagaimana
semangat kerjanya, bagaimana hubungan suatu karyawan dengan karyawn yang lain dan lain-
lain.
Jika dalam observasi partisipan peneliti terlibat langsung dengan aktivitas orang-orang yang
sedang diamati, maka dalam observasi nonpartisipan peneliti tidak teribat dan hanya seagai
pengamat independen. Maka dapat didefinisikan bahwa Metode observasi non-partisipatoris bisa
dipahami sebagai metode pengamatan dimana peneliti memposisikan diri sebagai orang luar dari
kelompok yang ditelitinya. Metode ini sering kali memberi jarak yang cukup jauh antara peneliti
dengan objek yang diteliti karena pengamatan dilakukan dari luar. Pada level yang ekstrim,
metode non-partisipatoris dapat dilihat sebagai metode yang sering dipraktikkan oleh mata-mata
dalam mengamati suatu kasus. Observasi Nonpartisipan dapat di kembangkan menjadi dua hal
yaitu :
1. Observasi Terstruktur
2
Observasi terstruktur adalah observasi yang telah dirancang secara sistematis, tentang apa yang
akan diamati, kapan dan dimana tempatnya. Jadi oberservasi terstruktur dilakukan apaila peneliti
telah tahu dengan pasti tentang variable apa yang akan diamati. Dalam melakukan peneltian
peneliti menggunakan instrument penelitian yang telah teruji validitas dan realibilitasnya.
Observasi tidak terstruktur adalah observasi yang tidak disiapkan sexara sistematis tentang apa
yang akan diobservasi. Hal ini dilakukan karena peneliti tidak tahu apa yang akan diamati.
Dalam pengamatan peneliti tidak menggunakan instrument yang baku, hanya berupa rambu-
rambu pengamatan.
Objek observasi adalah perilaku yang tampak, yang sengaja dimunculkan (terencana)
dan memiliki tujuan tertentu. Dari pernyataan di atas, ada beberapa syarat perilaku yang
dapat di observasi3, antara lain :
1. Dapat dilihat. Perilaku tersebut dapat dilihat dan diamati. Pengamatan dapat
dilihat berdasarkan frekuensinya (seberapa banyak / sering perilaku tersebut
muncul), berdasarkan penyebab perilakunya, dan durasinya.
2. Dapat didengar. Walaupun perilaku tersebut tidak dapat terlihat langsung oleh
mata, namun jika masih dapat didengar, maka dapat diobservasi. Misalnya sedang
ingin mengobservasi adanya konflik dalam rumah tangga, yang terjadi di sebuah
keluarga. Tentu tidak mungkin perilaku konflik tersebut dilakukan didepan umum
atau didepan kita sebagai peneliti yang hendak mengobservasi. Konflik yang
terjadi dapat di observasi dari seberapa sering suami istri dalam keluarga tersebut,
terdengar bertengkar dan beradu mulut, adanya barang-barang yang pecah, dan
seberapa sering terdengar tangisan.
3. Dapat dihitung. Sesuatu yang dapat dihitung juga dapat dijadikan objek
observasi. Hal ini biasanya terkait dengan kuantitas dari sebuah perilaku yang
muncul. Misalnya mengobservasi perilaku menguap seorang mahasiswa didalam
kelas. Frekuensi kemunculan perilaku menguap tersebut dapat dijadikan dasar
interpretasi mengapa perilaku itu muncul.
4. Dapat diukur. Atribut yang diukur menjadi dasar yang menentukan interpretasi
dari sesuatu yang di observasi.
Dari keempat syarat perilaku tersebut, sebuah perilaku yang diobservasi dapat saja
meliputi keempat syaratnya, dua syarat, atau hanya satu syarat. Yang terpenting adalah
bagaimana operasionalisasi perilaku dapat disesuaikan dengan apa yang hendak dijadikan
objek untuk diobservasi.
Kelebihan observasi :
3
2. Dapat dilihat langsung apa yang sedang dikerjakan oleh sabjek hingga kepada hal
yang ditail, maksudnya obervasi mampu merekam perilaku secara lebih detail.
Kelemahan observasi :
1. Umumnya orang yang diamati merasa terganggu atau tidak nyaman, sehingga
akan melakukan pekerjaannya dengan tidak alamiah, maksudnya karena diamati,
maka perilakunya merupakan perilaku buatan yang tidak apa adanya. Bisa saja
dilebih-lebihkan (faking good), atau dikurang – kurangi (faking bad) karena
merasa diamati dan dinilai observer.
3. Adanya bias peneliti seperti peneliti terlalu baik atau terlalu “pelit” dalam
memberikan penilaian terhadap perilaku yang muncul, dalam istilah psikologi ini
disebut dengan generousity effect, yaitu kecenderungan dari peneliti / observer
untuk memberikan penilaian yang baik atau buruk ketika kondisi atau keadaannya
meragukan.
4. Orientasi peneliti, dalam istilah psikologi dinamakan hallp effect, artinya adanya
bias – bias dalam penelitian.
5. Adanya batasan tempat dan waktu, maksudnya observasi hanya dapat dilakukan
di satu tempat dan waktu saja (terlebih lagi pada observasi partisipan).
G. Peran Observer
Teori observasi klasik mengatakan bahwa bentuk observasi secara umum terdiri
dari 2 bentuk5, yaitu :
4
1. Participan Observer.
Sulitnya melakukan dua hal bersamaan dalam satu waktu yaitu melakukan
pencatatan hasil observasi ketika sedang beraktivitas bersama dengan
subjek penelitian. Namun cara ini dapat diatasi dengan menunggu saat
yang tepat untuk mencatat hasil observasi yaitu pada saat setelah
melakukan aktivitas.
2. Nonpartisipan Observer.
3. Changing-Role Observer.
5
2. Melakukan observasi sederhani sebelumnya dengan melekukan observasi kancah.
Yaitu peneliti melekukan perkenalan, membina repport dengan orang-orang yang
ada di lokasi tersebut dan menggali data sebanyak mungkin.
3. Tentukan siapa subjek yang akan diobservasi, kapan observasi dilakukan dan
berapa lama observasi dilakukan.
10. Setelah observasi selesai peneliti tidak boleh meninggalkan lokasi begitu saja.
Secara etika, kita sudah banyak dibantu oleh orang yang ada disekitar lokasi
penenlitian. Oleh sebab itu, izin untuk pamit dan terimakasih kepada orang –
orang yang telah membantu kita melakukan observasi.
Terdapat lima model observasi yang umum dikenal dan sering kali digunakan
dalam penelitian kualitatif. Kelima model observasi tersebut antara lain :
1) Anecdotal Record
b. Ketika peneliti memilih anecdotal record, pemahaman yang lebih tepat dan akurat
dari tingkah laku unik dan spesifik lebih mudah didapatkan.
6
c. Dengan diperolehnya latar belakang munculnya perilaku unik dan khas tersebut,
akan memudahkan peneliti dalam menarik tema – tema dan kesimpulan dari
perilaku yang muncul.
a. Tipe Evaluasi : Yakni tipe yang berarti hasil akhir dari suatu perilaku yang
muncul.
c. Tipe Deskripsi Umum : tipe ini berisi tentang catatan perilaku subjek beserta
situasinya dalam bentuk pernytaan umum.
d. Tipe Deskripsi Khusus : berisi tentang catatan perilaku subjek beserta situasinya
dalam bentuk pernyataan khusus.
2) Behavioral checklist
3) Participation charts
Merupakan salah satu metode observasi yang hampir mirip dengan behavioral
chechklist, yaitu melakukan observasi, merekam atau mencatat perilaku yang muncul
atau tidak muncul dari subjek atau sejumlah subjek yang diobservasi secara simultan
dalam suatu kegiatan atau aktivitas tertentu.
4) Rating scale
Merupakan salah satu metode observasi yang pada intinya hampir sama dengan
model sebelumnya yang telah dibahas, yaitu behavioral checklist atau participant
chart, yaitu mencatat perilaku sasaran yang dimunculkan oleh subjek atau observee.
Perbedannya terletak pada kebutuhan untuk mengetahui kuantitas dan kualitas dari
perilaku yang diteliti.
7
bukan hanya mampu melakukan kuantifikasi atau perhitungan dari
perilaku yang diobservasi, tetapi juga mampu mengubah hasil kuantifikasi
tersebut menjadi bentuk grafik. Lebih spesifik lagi, metode ini mampu
mengkuantifikasikan perilaku yang muncul dalam suatu rentang waktu
yang ditentukan.
Model ini mampu mencatat perilaku yang batasannya tidak jelas dan
tumpang tindih dengan perilaku lainnya.
Tallying atau perhitungan, dapat dilakukan dengan syarat batasan perilaku yang
akan diobservasi harus jelas tiap unitnya dan tidak tumpang tindih dengan perilaku
lainnya yang menyebabkan sulitnya perilaku dihitung.
a) Harus diketahui di mana observasi dapat dilakukan, apakah hanya terdapat pada
suatu tempat pada waktu tertentu saja, atau sering terjadi di berbagai lokasi ?
PENUTUP
KESIMPULAN
6
Nasution, Metode Research (Penelitian Ilmiah), (Jakarta : Bumi Aksara, 2003), hal. 112.
8
DAFTAR KEPUSTAKAAN