Anda di halaman 1dari 19

1

METODE PENELITIAN KUANTITATIF DALAM AKUNTANSI

SKALA PENGUKURAN

“MEASUREMENT SCALE”

Dosen : Dr. I Dewa Nyoman Badera, SE, M.Si., Ak.

NIP : 19641225 199303 1 003

OLEH:

Dewa Made Ananta Satria Wibawa 1981621012

Ni Made Resita Purnama Dewi 1981621014

Anak Agung Gede Pradnyana Dwipa 1981621015

Ni Luh Putu Sari Dewi 1981621017

PROGRAM MAGISTER AKUNTANSI


FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS
UNIVERSITAS UDAYANA
DENPASAR
2020
2

SKALA PENGUKURAN (MEASUREMENT SCALE)

Skala dalam riset bisnis umumnya dibangun untuk mengukur perilaku, pengetahuan,
dan sikap. Skala untuk mengukur sikap adalah skala yang paling sulit untuk dibangun,
sehingga sikap akan digunakan untuk mengembangkan pemahaman tentang
pengambilan skala. Skala pengukuran merupakan kesepakatan yang digunakan sebagai
acuan untuk menentukan panjang pendeknya interval yang ada dalam alat ukur,
sehingga alat ukur tersebut bila digunakan dalam pengukuran akan menghasilkan data
kuantitatif.
1. Sifat Sikap
Sikap (attitude) adalah sesuatu yang dapat diamati mengenai kecenderungan yang
stabil untuk bereaksi pada diri sendiri, orang lain, obyek-obyek, atau masalah
dengan cara yang menyenangkan atau tidak menyenangkan secara konsisten. Sikap
biasanya terbentuk dari tiga komponen, yaitu: kognitif, afektif dan tujuan perilaku.
1.1 Hubungan antara Sikap dan Perilaku
Hubungan antara sikap dan perilaku bukan merupakan hubungan
langsung, meskipun mungkin saja terdapat kaitan yang erat diantara keduanya.
Sikap dan perilaku tidak selalu mengarah pada perilaku aktual. Meskipun sikap
serta perilaku diharapkan konsisten satu sama lainnya, namun kejadiannya tidak
selalu demikian. Lebih dari itu, perilaku dapat mempengaruhi sikap.
Periset bisnis memperlakukan sikap sebagai konstruk hipotesis karena
kompleksitasnya dan kenyataan bahwa sikap merupakan kesimpulan yang
diambil dari data pengukuran dimana sikap tidak dapat diamati secara langsung.
Kualifikasi ini menyebabkan periset sangat berhati – hati terhadap aspek – aspek
tertentu pengukuran sikap untuk memprediksi perilaku. Beberapa faktor yang
berpengaruh pada penerapan riset sikap:
a. Sikap-sikap spesifik merupakan pemrediksi perilaku yang lebih baik
daripada sikap umum.
b. Sikap yang kuat merupakan pemrediksi yang lebih baik daripada sikap yang
lemah yang terbentuk dari intensitas yang kecil atau ketertarikan pada topik
tertentu.
3

c. Pengalaman langsung dengan obyek sikap (apabila sikap tesebut dibentuk


dari pemaparan yang berulang, atau melalui ingatan) menghasilkan perilaku
yang lebih dapat diandalkan.
d. Sikap berdasar kognitif mempengaruhi perilaku lebih baik dibandingkan
sikap yang berdasarkan afektif.
e. Sikap berdasar afektif seringkali merupakan pemrediksi perilaku konsumsi
yang lebih baik.
f. Menggunakan beberapa pengukuran sifat atau beberapa penilaian perilaku
untuk selang waktu tertentu dan dalam beberapa lingkungan akan
meningkatkan prediksi.
g. Pengaruh kelompok referensi (dukungan interpersonal, mendesaknya
pemenuhan, tekanan teman sejawat) dan kecenderungan individu untuk
menerima pengaruh-pengaruh tersebut meningkatkan hubungan sikap-
perilaku.
Pengukuran sikap adalah hal yang penting karena sikap merefleksikan
pengalaman masa lalu dan membentuk perilaku masa mendatang.
1.2 Penskalaan Sikap
Penskalaan sikap adalah proses menilai disposisi sikap dengan
menggunakan angka yang merepresentasikan skor seseorang pada kontinum
sikap yang berkisar dari disposisi yang sangat mendukung hingga disposisi yang
sangat tidak mendukung. Sebagai contoh, sikap kita terhadap universitas,
dimana dapat diukur dengan indikator yang berbeda,missal dari kesadaran,
perasaan, atau perilaku kita terhadap universitas.
2. Memilih Skala Pengukuran
Memilih dan membentuk pengukuran memerlukan pertimbangan beberapa faktor
yang memepengaruhi reliabilitas, validitas dan kepraktisan dari skala:
a. Tujuan penelitian
b. Jenis Respon
c. Sifat Data
d. Jumlah Dimensi
e. Seimbang atau Tidak Seimbang
f. Pilihan yang dipaksakan atau tidak dipaksakan
4

g. Jumlah titik skala


h. Kesalahan penilai
2.1 Tujuan Penelitian
Tujuan periset melakukan kajian terlalu banyak untuk dibuat dalam sebuah
daftar (termasuk diantaranya adalah kajian sikap, perubahan sikap, persuasi,
kepedulian, maksud pembelian, pemahaman dan tindakan, pembelian aktual dan
berulang). Dua jenis umum dari tujuan penelitian:
a. Untuk mengukur karakteristik partisipan yang berpartisipasi dalam studi.
b. Untuk menggunakan partisipan sebagai penilai objek yang disajikan kepada
mereka
Sebagai contoh adalah asumsikan kita melakukan studi terkait konsumen
mengenai sikap mereka terhadap perubahan identitas perusahaan (logo
perusahaan dan sebagainya). Penekanan dalam studi pertama mengukur
perbedaan sikap diantara orang-orang, sementara dalam studi kedua mengukur
seberapa puas orang dengan pilihan desain yang berbeda-beda.
2.2 Jenis Respon
Skala pengukuran dibagi menjadi empat jenis umum, yaitu rating, ranking,
kategorisasi, dan sorting. Skala pengukuran dibagi menjadi empat jenis umum:
a. Skala Rating (Rating Scale) digunakan ketika partisipan memberi skor pada
sebuah obyek atau indikasi tanpa melakukan perbandingan langsung dengan
obyek atau sikap lain.
b. Skala Ranking (Ranking Scale) meminta partisipan untuk membuat
perbandingan dan menentukan urutan diantara dua atau lebih sifat atau
obyek.
c. Kategorisasi (Categorization) meminta partisipan untuk menempatkan diri
mereka sendiri atau indikasi sifat ke dalam kelompok-kelompok atau
kategori-kategori.
d. Penyortiran (Sorting) meminta partisipan memilih kartu-kartu (mewakili
konsep atau konstruk) ke dalam tumpukan menggunakan kriteria yang
ditetapkan oleh periset.
5

2.3 Properti/Atribut Data


Keputusan mengenai pilihan skala pengukuran sering kali dibuat terkait
dengan properti data yang dihasilkan oleh setiap skala. Mengklasifikasikan skala
berdasarkan urutan kekuatan yang meningkat; skala-skala tersebut adalah
nominal, ordinal, interval atau rasio. Skala nominal mengklasifikasikan data ke
dalam kategori-kategori tanpa mengindikasikan urutan, jarak, atau titik asal
(unique origin). Data ordinal menunjukkan hubungan lebih dari dan kurang dari,
tetapi tidak memiliki jarak atau titik asal. Skala interval memiliki baik urutan
maupun jarak, tetapi tidak memiliki titik asal. Skala rasio memiliki keempat fitur
sifat. Asumsi yang mendasari setiap tingkat skala menentukan bagaimana suatu
data skala pengukuran tertentu akan dianalisis secara statistik.
2.4 Jumlah Dimensi
Skala dimensi dapat berupa satu dimensi atau multidimensi. Dengan
skala satu dimensi (unidimensional scale), seseorang hanya mengukur satu
atribut dari partisipan atau objek. Salah satu ukuran dari kekuatan seorang
bintang aktor adalah kemampuannya untuk “membawakan” sebuah film. Hal
tersebut merupakan sebuah dimensi tunggal. Beberapa item mungkin digunakan
untuk mengukur dimensi ini dan dengan menggabungkannya ke dalam ukuran
tunggal, suatu agen dapat menempatkan klien di sepanjang kontinum linier dari
kekuatan bidang aktor. Skala multidimensi (multidimensional scale) mengetahui
bahwa objek lebih baik dideskripsikan dengan beberapa dimensi daripada
dengan kontinum satu dimensi. Variabel kekuatan bintang aktor mungkin lebih
baik dinyatakan dengan tiga dimensi yang berbeda-penjualan tiket untuk tiga
film terkahir, kecepatan menarik sumber keuangan, dan berita di media (liputan
media, Tweets, video YouTube) dari tiga film terkahir.
2.5 Seimbang Atau Tidak Seimbang
Skala penilaian yang seimbang (balanced rating scale), memiliki jumlah
yang sama untuk kategori yang berada di atas dan di bawah titik tengah. Pada
umumnya, skala penilaian harus seimbang, dengan angka yang sama dari pilihan
respons yang mendukung dan tidak mendukung. Akan tetapi, skala dapat
diseimbangkan dengan atau tanpa pilihan tidak suka atau titik tengah. Skala
yang siembang mungkin mengambil bentuk “sangat baik-baik-rata-rata-buruk-
6

sangat buruk”. Skala penilaian yang tidak seimbang (unbalanced rating scale)
memiliki angka yang tidak seimbang dari pilihan respons yang mendukung dan
tidak mendukung. Satu contoh skala yang tidak seimbang hanya memiliki satu
istilah deskriptif yang tidak mendukung dan empat istilah mendukung adalah
“buruk-biasa-baik-sangat baik-luar biasa”. Perancang skala mengharapkan mean
dari penilaian akan mendekati “baik” dan bahwa akan ada distribusi simetris dari
jawaban di sekitar titik tersebut, tetapi skala tersebut membuat partisipan yang
tidak mendukung tidak dapat mengekspresikan intensitas sikap mereka.
Penggunaan skala penilaian tidak seimbang dapat disesuaikan dalam
studi di mana sebelumnya pneliti mengetahui bahwa hampir semua skor
pastisipan akan mengarah ke satu arah atau arah lain. Penilai cenderung
memberikan skor yang lebih tinggi untuk suatu objek sikap jika objek tersebut
familiar dan melibatkan ego. Konsumen yang setia pada suatu merek juga
diharapkan memberikan respons yang mendukung. Ketika peneliti mengetahui
bahwa satu sisi skala sepertinya tidak akan digunakan, mereka berusaha untuk
mencapai presisi di sisi yang paling sering menerima perhatian dari partisipan.
Skala yang tidak seimbang juga dipertimbangkan ketika partisipan dikenal
sebagai “penilai yang mudah” atau “penilai yang sulit”. Skala yang tidak
seimbang dapat membantu mengurangi kesalahan kelonggaran yang dibuat oleh
penilai semacam itu.
2.6 Pilihan yang Dipaksakan atau Tidak Dipaksakan
Skala penilaian pilihan yang tidak dipaksakan (unforced-choice rating
scale) memberikan partsipan kesempatan untuk tidak menyatakan opini ketika
mereka tidak mampu membuat pilihan di antara alternatif yang ditawarkan.
Skala penilaian pilihan yang dipaksakan (forced-choice rating scale)
mengharuskan partisipan memilih satu dari alternatif yang ditawarkan. Para
peniliti sering kali tidak menggunakan pilihan respons “tidak memiliki opini”,
“tidak memutuskan”, “tidak tahu”, “tidak pasti”, atau “netral” ketika mereka
mengetahui bahwa sebagian besar partisipian memiliki sikap terhadap topik
tersebut. Dalam situasi seperti ini, merupakan hal yang masuk akal untuk
membatasi partisipan sehingga mereka fokus pada alternatif secara teliti dan
tidak memilih posisi di tengah tanpa tujuan tertentu. Akan tetapi, ketika banyak
7

partisipan secara jelas tidak memutuskan dan skala tidak dapat membuat mereka
mengeskpresikan ketidakpastian, skala pilihan yang dipaksakan membiaskan
hasil. Para peniliti menemukan bias semacam itu ketika persentase partisipan
yang mengekspresikan sikap lebih besar daripada yang dilakukan oleh para
peserta tersebut di studi sebelumnya mengenai persoalan yang sama. Beberapa
dari bias tersebut disebabkan oleh partisipan yang memberikan respons tidak
berarti atau bereaksi terhadap pertanyaan di mana mereka tidak memiliki opini
untuk hal tersebut. Hal ini memengaruhi ukuran statistik dari mean dan median,
yang bergeser ke titik tengah skala sehingga sulit untuk memahamai perbedaan
sikap di sepanjang instrumen. Memahamai jawaban netral merupakan tantangan
para peneliti. Dalam studi kepuasan konsumen yang berfokus pada pertanyaan
kepuasaan secara keseluruhan terhadap perusahaan dalam industri elektronik,
skala yang tidak dipaksakan digunakan. Akan tetapi, hasil studi mengungkapkan
bahwa 75 persen dari partisipan yang berada di kelompok “netral” dapat
dikonversikan ke kelompok yang setia pada merek jika perusahaan unggul
(menerima penilaian yang sangat mendukung) hanya pada 2 dari 26 skala
pertanyaan lain dalam studi. Oleh karena itu, partisipan di kelompok netral tidak
sepenuhnya netral, dan skala pilihan yang dipaksakan akan mengungkapkan
informasi yang diinginkan.
2.7 Jumlah Titik Skala
Akademisi dan praktisi sering kali memiliki reaksi dogmatis terhadap
pertanyaan tersebut, tetapi jawabannya mungkin lebih praktis: Skala harus sesuai
dengan tujuannya. Skala harus mencocokkan stimulus yang disajikan dan
mengekstrak informasi yang sebanding dengan kompleksitas objek, konsep atau
gagasan dari sikap sehingga skala tersebut bermanfaat. Produk yang
memerlukan sedikit usaha atau pertimbangan untuk dibeli, biasanya dibeli secara
berulang atau memiliki manfaat yang cepat hilang (produk keterlibatan rendah),
dapat diukur secara umum dengan skala sederhana. Skala 3 titik (lebih baik
daripada rata-rata_rata-rata_lebih buruk daripada rata-rata) mungkin cukup
untuk deodoran, burger cepat saji, pembungkus kado, atau makanan ringan.
Hanya ada sedikit dukungan untuk memilih skala dengan 5 atau lebih titik dalam
contoh ini. Akan tetapi, ketika produk tersebut kompleks, memainkan peran
8

penting dalam kehidupan konsumen, dan mahal (misalkan jasa keuangan, barang
mewah, mobil dan produk dengan keterlibatan tinggi lain), skala dengan 5
hingga 11 titik harus dipertimbangkan.
Karakteristik dari reliabilitas dan validitas meruapakan faktor penting
yang memengaruhi keputusan pengukuran. Pertama, ketika jumlah titik skala
bertambah, reliabilitas dari ukuran naik. Kedua, dalam beberapa studi, skala
dengan 11 titik dapat menghasilkan hasil yang lebih valid daripada skala dengan
3,5, atau 7 titik. Ketiga beberapa gagasan memerlukan sensitivitas pengukuran
yang lebih besar dan kesempatan untuk mengesktrak lebih banyak varians, yang
disediakan titik skala tambahan. Keempat, jumlah titik skala yang lebih besar
diperlukan untuk menghasilkan keakuratan ketika menggunakan skala dimensi
tuggal versus dimensi berganda. Terkahir, pada pengyukuran antarbudaya,
praktik budaya dapat mengondisikan partisipan pada metrik standar-skala 10
titik di Italia.
2.8 Kesalahan Penilai
Nilai dari skala penialaian bergantung pada asumsi bahwa seseorang
dapat dan akan membuat penilaian yang baik. Sebelum menerima penilaian dari
partisipan, kita seharusnya mempertimbangkan kecenderungan mereka untuk
melakukan kesalahan dari tendensi sentral dan efek halo. Beberapa penilai
enggan untuk memberikan penilaian yang ekstrem dan fakta tersebut
menyebabkan kesalahan tendensi sentral (error of central tendency). Partsipan
juga mengkin adalah “penilai yang mudah” atau “penilai yang sulit”,
menyebabkan apa yang disebut kesalahan kelonggaran (error of leniency).
Kesalahan tersebut sering muncul ketika penilai tidak mengetahui objek atau
sifat yang sedang dinilai. Untuk mengatasi kecenderungan tersebut, peniliti
dapat:
a. Menyesuaikan kekuatan kata sifat deskriptif.
b. Memberi jarak pada frasa deskriptif yang berada di tengah.
c. Memberikan perbedaan yang lebih kecil pada makna di antara langkah-
langkah yang mendekati ujung skala dibandingkan di antara langkah-langkah
yang mendekati tengah skala.
d. Menggunakan lebih banyak titik di dalam skala
9

Efek halo (hello effect) adalah bias sistematis yang ditimbulkan oleh
penilai dengan menggunakan kesan dari subjek yang digeneralisasi dari satu
penilaian ke penilaian yang lain. Seorang instruktur mengharapkan mahasiswa
yang menjawab dengan baik di pertanyaan pertama dari ujian akan mengerjakan
dengan baik di pertanyaan yang kedua. Anda menyimpulkan suatu laporan
bagus karena anda menyukai bentuknya, atau anda yakin seseorang pintar
karena anda setuju dengannya. Sulit untuk menghindari Halo, terutama ketika
sifat yang dipelajari tidak didefinisikan dengan jelas, tidak diamanti dengan
mudah, tidak sering dibahas, melibatkan reaksi dengan orang lain, atau
merupakan ciri dari kepentingan moral yang tinggi. Cara untuk menangkal efek
halo termasuk membuat partisipan menilai satu ciri pada suatu waktu,
mengungkapkan satu ciri per halaman (seperti dalam survei internet, dimana
partisipan tidak dapat kembali untuk mengubah jawabannya), atau secara
periodik membalikkan istilah yang mengikat titik akhir dari skala sehingga
atribut positif tidak selalu sama pada akhir setiap skala.
Tabel 9.1
Karakteristik Jenis Skala
Karakteristik Dikotomi Pilihan Checklist Penilaian Peningkat Respons
Berganda Bebas
Jenis Skala Nominal Nominal, Nominal Ordinal Ordinal Nominal
Ordinal, atau atau Rasio
atau Rasio Interval
Jumlah 2 3 hingga 10 atau 3 hingga 10 atau Tidak ada
Jawaban 10 kurang 7 kurang
Alternatif
yang Bisa
Disediakan
Jumlah 1 1 10 atau 1 per 7 atau 1
Jawaban kurang item kurang
Partisipan
yang
Diinginkan
Digunakan Klasifikasi Klasifikasi, Klasifikasi Urutan Urutan Klasifiaksi
untuk urutan, atau (ide),
Menyediakan atau jarak urutan,
estimasi atau
numerik estimasi
spesifik numerik
spesifik
10

3. Skala Penilaian
Skala penilaian digunakan untuk menilai properti objek tanpa melakukan
referensi ke objek lain yang serupa. Penilaian tersebut mugnkin dalam bentuk
seperti “suka-tidak suka”, “setuju-tidak peduli-tidak setuju”, atau klasifikasi lain
yang menggunakan bahkan lebih banya kategori.
3.1 Skala Sikap Sederhana
Skala kategori sederhana (dikotomi) menawarkan dua pilihan yang harus
dipilih salah satunya. Strategi tanggapan ini berguna untuk pertanyaan-
pertanyaan demografis atau jika tanggapan dikotomi dinilai memadai. Apabila
terdapat banyak pilihan tetapi hanya satu jawaban yang diperlukan, maka skala
pilihan-ganda, tanggapan-tunggal lebih tepat digunakan. Skala pilihan-ganda-
tanggapan-ganda (daftar periksa) memungkinkan penilai memilih satu atau
beberapa alternatif. Baik skala pilihan ganda, skala respons tunggal dan skala
kategori sederhana menghasilkan data nominal.
Skala sikap sederhana mudah dikembangkan, tidak mahal, dan dapat
didesain menjadi sangat spesifik. Skala sikap sederhana dapat memberikan
informasi yang berguna dan memadai jika dikembangkan dengan baik. Adapun
kelemahan dari skala sikap sederhana yakni pendekatan desain bersifat
subyektif. Kita tidak memiliki bukti bahwa setiap orang akan melihat semua
item dengan kerangka acuan yang sama seperti orang lain.
Ada beberapa contoh bentuk dari skala sikap sederhana:
a. Skala Kategori Sederhana
“Saya berencana untuk melamar pekerjaan di Kantor Konsultan Pajak dalam
waktu 1 bulan ini.”
□ Ya
□ Tidak
b. Skala Pilihan Ganda Tanggapan Tunggal
“Surat kabar apa yang paling sering Anda baca untuk mencari berita
finansial ?”
□ East City Gazette
□ West City Tribune
□ Surat kabar local
11

□ Surat kabar nasional


□ Lain – lain (sebutkan:……... )
c. Skala Pilihan Ganda Tanggapan Ganda
“Beri tanda centang untuk aplikasi yang memudahkan perusahaan anda
dalam menyusun laporan keuangan.”
□ Microsoft Excel
□ MYOB
□ XERO
□ Accurate
□ Quickbooks
□ Lain – lain (sebutkan:…………..)
3.2 Skala Likert
Dikembangkan oleh Rensis Likert dan merupakan skala rating akhir yang
paling sering digunakan. Skala ini terdiri dari pernyataan yang menyatakan sikap
menyenangkan maupun tidak menyenangkan atas obyek yang diamati. Setiap
tanggapan partisipan diberi skor numerik yang mencerminkan tingkat kesukaan,
dan skor-skor ini dapat dijumlahkan untuk mengukur sikap partisipan secara
keseluruhan. Skala Likert digunakan untuk mengukur sikap, pendapat dan
persepsi seseorang atau sekelompok orang tentang fenomena sosial. Dalam
penelitian, fenomena sosial ini telah ditetapkan secara spesifik oleh peneliti,
yang selanjutnya disebut sebagai variabel penelitian.
Dengan skala Likert, maka variabel yang akan diukur dijabarkan menjadi
indikator variabel. Kemudian indikator tersebut dijadikan sebagai titik tolak
untuk menyusun item-item instrument yang dapat berupa pernyataan atau
pertanyaan.
Jawaban setiap item instrumen yang menggunakan Skala Likert
mempunyai gradasi dari sangat positif sampai sangat negatif, yang berupa kata-
kata antara lain : Sangat setuju, Setuju, Kurang setuju, Tidak setuju dan Sangat
tidak setuju.
12

Contoh dari skala Likert yaitu :


Di perusahaan tempat saya bekerja, dapat menyajikan laporan yang berisi
ringkasan mengenai keuangan yang terdiri dari laporan laba/rugi, laporan posisi
keuangan, laporan perubahan ekuitas dan laporan arus kas.
Tabel 5.2
Contoh Kuesioner Menggunakan Skala Likert
Jawaban Responden
No PERNYATAAN
STS TS RG S SS
1 Di perusahaan tempat saya bekerja, dapat
menyajikan laporan yang berisi ringkasan
mengenai keuangan yang terdiri dari laporan
laba/rugi, laporan posisi keuangan, laporan
perubahan ekuitas dan laporan arus kas.
2 …….

3 …….

Untuk menentukan jumlah responsen yang diteliti, kita dapat


menggunakan beberapa beberapa teknik penentuan jumlah sampel, salah satu
diantaranya adalah teknik penentuan sampel dengan rumus Slovin. Rumus
Slovin misalnya, dalam perhitungan rumus Slovin ini mendapatkan hasil 100
orang responden. Jawaban dari 100 responden tersebut akan kita analisis dengan
melakukan perhitungan seperti contoh di bawah ini :
Menjawab SS (Sangat Setuju) : 30 responden
Menjawab S (Setuju) : 30 responden
Menjawab RG (Ragu-ragu) : 5 responden
Menjawab TS (Tidak Setuju) : 20 responden
Menjawab STS (Sangat Tidak Setuju) : 15 responden
Berdasarkan data tersebut, terdapat 60 responden atau 60% yang
menjawab setuju (30 responden) dan sangat setuju (30 responden). Dengan hasil
tersebut, dapat diambil keseimpulan bahwa mayoritas karyawan di perusahaan
tersebut setuju dengan pernyataan tersebut.
Cara kedua untuk menterjemahkan hasil skala likert ini adalah dengan
analisis interval. Agar dapat dihitung dalam bentuk kuantitatif, jawaban-jawaban
13

dari responden tersebut dapat diberi bobot nilai atau skor likert seperti dibawah
ini :
SS = Sangat Setuju, diberi nilai 5
S = Setuju, diberi nilai 4
RG = Ragu-ragu, diberi nilai 3
TS = Tidak Setuju, diberi nilai 2
STS = Sangat Tidak Setuju, diberi nilai 1
Total Skor Likert dapat dilihat dari perhitungan dibawah ini :
Jumlah skor untuk 30 orang yang menjawab SS = 30 x 5 = 150
Jumlah skor untuk 30 orang yang menjawab S = 30 x 4 = 120
Jumlah skor untuk 5 orang yang menjawab RG = 5 x 3 = 15
Jumlah skor untuk 20 orang yang menjawab TS = 20 x 2 = 60
Jumlah skor untuk 15 orang yang menjawab STS = 15 x 1 = 15
Total Skor = 360

Skor Maksimum = 100 x 5 = 500 (jumlah responden x skor tertinggi likert)


Skor Minimum = 100 x 1 = 500 (jumlah responden x skor terendah likert)
Indeks (%) = (Total Skor / Skor Maksimum) x 100
Indeks (%) = (360 / 500) x 100
Indeks (%) = 72%
Interval Penilaian
Indeks 0% – 19,99% : Sangat Tidak Setuju
Indeks 20% – 39,99% : Tidak Setuju
Indeks 40% – 59,99% : Ragu-ragu
Indeks 60% – 79,99% : Setuju
Indeks 80% – 100% : Sangat Setuju
Karena nilai Indeks yang kita dapatkan dari perhitungan adalah 72%, maka
dapat disimpulkan bahwa responden “SETUJU” akan pernyataan tersebut,
dimana perusahaan tempatnya bekerja, dapat menyajikan laporan yang berisi
ringkasan mengenai keuangan yang terdiri dari laporan laba/rugi, laporan posisi
keuangan, laporan perubahan ekuitas dan laporan arus kas.
14

3.3 Skala Diferensial Semantik


Skala pengukuran yang berbentuk semantik differensial dikembangkan
oleh Osgood. Skala ini mengukur makna psikologis dengan menggunakan kata
sifat bipolar. Skala ini biasanya digunakan untuk meneliti merk dan citra dari
sebuah lembaga. Skala diferensial yaitu skala untuk mengukur sikap, tetapi
bentuknya bukan pilihan ganda maupun checklist, tetapi tersusun dalam satu
garis kontinum di mana jawaban yang sangat positif terletak dibagian kanan
garis, dan jawaban yang sangat negatif terletak dibagian kiri garis, atau
sebaliknya. Data yang diperoleh melalui pengukuran dengan skala diferensial
semantic adalah data interval. Skala bentuk ini biasanya digunakan untuk
mengukur sikap atau karakteristik tertentu yang dimiliki seseorang.
Skala diferensial semantik memiliki beberapa keunggulan. Skala ini
merupakan cara yang efisien dan mudah untuk mendapatkan sikap dari suatu
sampel besar. Sikap tersebut mungkin diukur baik berdasarkan arah maupun
intensitas. Total rangkaian respons menyediakan gambaran komprehensif dari
pengertian suatu objek dan ukuran dari orang yang melakukan penilaian. Skala
diferensial merupakan teknik terstandarisasi yang mudah diulang, tetapi
menghilangkan banyak masalah distorsi respons yang ditemukan dengan lebih
banyak metode langsung.
Langkah-langkah dalam menciptakan skala diferensial semantik :
a. Memilih konsep : kata benda, frasa kata benda, atau stimulus nonverbal
seperti sketsa visual. Konsep dipilih berdasarkan penilaian dan
merefleksikan sifat dari pertanyaan penyelidikan.
b. Pilih pasangan kata bipolar atau pasangan frasa yang sesuai dengan
kebutuhan.
c. Ciptakan sistem penskoran dan tempatkan beban pada setiap titik diskala.
Sebagian besar skala diferensial semantik memiliki 7 titik : 7, 6, 5, 4, 3, 2, 1
d. Seperti skala Likert, sekitar setengah dari pasangan kata sifat dibalik secara
acak untuk meminimalkan efek halo
Berikut contoh penggunaan skala differensial semantik mengenai gaya
kepemimpinan Manajer.
15

Gaya Kepemimpinan Manajer

Responden yang memberi penilaian angka 7, berarti persepsi terhadap gaya


kepemimpinan Manajer adalah sangat positif; sedangkan responden yang
memberikan penilaian angka 1 persepsi kepemimpinan Manajer adalah sangat
negatif.
3.4 Skala Daftar Penilaian Numerik/Berganda

Skala ini mempunyai interval yang sama yang memisahkan titik-titik skala
numeriknya. Skala daftar penilaian ganda serupa dengan skala numeric tetapi
berbeda dalam dua hal:
a. Skala ini menerima tanggapan melingkar.
b. Tata letaknya memberikan visualisasi hasil-hasilnya.
Dalam skala penilaian, responden tidak akan menjawab salah satu dari
jawaban kualitatif yang telah disediakan, tetapi menjawab salah satu jawaban
kuantitatif yang telah disediakan. Oleh karena itu skala penilaian ini lebih
fleksibel, tidak terbatas untuk pengukuran sikap saja tetapi untuk mengukur
persepsi responden terhadap fenomena lainnya, seperti skala untuk mengukur
status sosial ekonomi, pengetahuan, kemampuan, dan lain-lain. Yang penting
dalam skala penilaian adalah harus dapat mengartikan setiap angka yang
diberikan pada alternatif jawaban pada setiap item instrumen. Orang tertentu
memilih jawaban angka 2, tetapi angka 2 oleh orang tertentu belum tentu sama
maknanya dengan orang lain yang juga memilih jawaban dengan angka 2.
Contoh skala penilaian adalah sebagai berikut:
“Beri tanda silang (x) pada angka yang sesuai dengan penilaian Anda terhadap
kinerja auditor !”
Sangat                                                                                                  Sangat
Buruk                                                                                                  Baik
1          2          3          4          5          6          7          8          9          10
16

3.5 Skala Stapel


Skala ini digunakan sebagai alternatif diferensial semantik, apabila sulit
menemukan kata-kata sifat bipolar yang sesuai dengan pertanyaan investigatif.
Skala stapel secara simultan mengukur arah dan intensitas sikap
terhadap item yang dipelajari. Partisipan memilih angka + untuk karakteristik
yang mendeskripsikan objek sikap. Semakin akurat deskripsi, semakin besar
angka positif. Sebaliknya, semakin tidak akurat suatu deskripsi, semakin besar
angka negatif yang dipilih. Penilaian berkisar dari +5 hingga -5. Karena skala
ini tidak memiliki titik nol absolut, skala ini adalah skala interval.
Contoh Skala Stapel yakni sebagai berikut:

3.6 Skala Jumlah Konstan


Skala jumlah konstan (constant sum scale) adalah skala yang membaantu
peneliti menemukan suatu proporsi tanggapan. Didesain dimana responden
diminta untuk mendistribusikan sejumlah poin yang diberikan ke berbagai item.
Skala jumlah konstan atau tetap lebih bersifat skala ordinal. Dengan skala ini
partisipan mengalokasikan angka-angka pada lebih dari satu atribut atau indikasi
sifat, sehingga jumlahnya konstan, biasanya 100 atau 10.
Contoh skala jumlah konstan yakni sebagai berikut:

__________Kualitas Makanan
__________Pelayanan
__________Harga
100 Total
17

3.7 Skala Rating Grafik


Skala ini pada awalnya diciptakan agar periset dapat melihat perbedaan
dengan baik. Skala ini seringkali digunakan untuk orang yang mempunyai
keterbatasan perbendaharaan kata. Partisipan diminta untuk menandai tanggapan
mereka disembarang titik disepanjang garis tak terputus. Biasayna, skor diukur
dari panjang titik yang ditandai ke salah satu ujungnya. Hasilnya diperlakukan
sebagai interval. Kesulitanya adalah melakukan analisa dari hasil pengukuran.
Contoh Skala Rating Grafik yakni sebagai berikut:
Tidak Pernah______________X_____________Selalu
4. Skala Peringkat
Dalam skala ranking, partisipan membandingkan dua objek atau lebih secara
langsung, dan membuat pilihan di antaranya. Apabila terdapat dua pilihan,
pendekatan ini memuaskan, tetapi skala ini seringkali menghasilkan keadaan yang
sulit jika terdapat lebih dari dua pilihan (adanya makna ganda). Untuk menghindari
kesulitan ini dapat menggunakan beberapa teknik yaitu:
4.1 Skala Perbandingan Berpasangan
Partisipan dapat menyatakan sikap tidak mendua, yaitu dengan memilih
diantara dua obyek. Jumlah penilaian dalam perbandingan pasangan = [(n)(n-
1)/2], n = jumlah stimuli atau obyek yang dinilai. Perbandingan pasangan
mempunyai risiko bahwa partisipan akan merasa lelah pada suatu tahap yang
membuat mereka memberikan jawaban sembarangan atau menolak untuk
meneruskan.
4.2 Skala Ranking Terpaksa
Metode ini lebih cepat daripada perbandingan pasangan dan biasanya
lebih mudah serta memberi motivasi kepada partisipan. Kekurangan dari ranking
terpaksa adalah jumlah stimuli yang dapat ditangani menggunakan metode ini.
Pengurutan ranking menghasilkan data ordinal karena jarak di antar preferensi
tida diketahui.
5. Skala Komparatif
Beberapa periset memperlakukan data yang dihasilkan oleh skala komparatif
sebagai data interval karena pengambilan skor mencerminkan sebuah interval di
antara standar dengan hal yang sedang diperbandingkan. Kita akan memperlakukan
18

urutan atau posisi item-item alternatif sebagai data ordinal kecuali jika kelinearan
variabel dalam pertanyaan dapat didukung.
6. Penyortiran
Metode ini meminta partisipan memilah kartu-kartu ke dalam tumpukan
menggunakan kriteria yang ditetapkan oleh periset. Tujuan penyortiran adalah
memperoleh gambaran konseptual atas obyek sikap yang disortir serta
membandingkan hubungannya diantara orang-orang. Q-sorts membutuhkan
penyortiran serangkaian kartu menjadi tumpukan-tumpukan yang mewakili titik-
titik sepanjang rangkaian tidak terputus. Periset dengan menggunakan Q-sorts
memecahkan tiga masalah khusus: seleksi item, pilihan terstruktur atau tidak
terstruktur dalam penyortiran, dan analisis data. Tujuan penyortiran adalah
memperoleh gambaran konseptual atas objek sikap yang disortir serta
membandingkan hubungannya dengan orang-orang.
7. Skala Kumulatif
Skor total dalam skala ini memiliki arti sama. Jika diketahui skor total
seseorang, maka sangat mungkin untuk memperkirakan item-item mana yang
dijawab secara positif dan negatif. Skala yang memelopori skala jenis ini adalah
skalogram. Analisis skalogram merupakan sebuah prosedur untuk menentukan
apakah sekumpulan item-item membentuk skala dimensi tunggal.
Berikut adalah Pola Respons scalogram ideal yaitu:
Skor Partisipan

2 4 1 3

X X X X 4

- X X X 3

- - X X 2

- - - X 1

- - - - 0

DAFTAR PUSTAKA
19

Cooper, R. Donald dan Pamela S. Schindler. 2017. Metode Penelitian Bisnis, Edisi 12
Buku 1. Jakarta : Salemba Empat.

Sugiyono, (2017), Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif dan R & D, Penerbit CV.
Alfabeta, Bandung.

Anda mungkin juga menyukai