Anda di halaman 1dari 20

METODOLOGI PENELITIAN

“PENELITIAN EKSPERIMEN”

Oleh:

KADEK DWIAN SASTIKA (1813031044)

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN KIMIA


FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
UNIVERSITAS PENDIDIKAN GANESHA
SINGARAJA
2021
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa berkat dan rahmat-Nya, penulis dapat
menyelesaikan tugas makalah yang berjudul “Penelitian Eksperimen” tepat pada waktunya.
Penulis juga mengucapkan terimakasih kepada pihak yang memberikan sumbangan
pemikiran atau materinya.
Penulis berharap semoga makalah ini berguna untuk menambah atau meningkatkan
wawasan pengetahauan bagi para pembaca. Untuk kedepannya semoga penulis dapat
meningkatkan kualitas makalah yang dapat dibuat agar kualitas yang dihasilkan nanntinya
akan semakin baik.
Keterbatasan pengetahuan maupun pengalaman yang dimiliki penulis, penulis
yakin masih banyak terdapat kekurangan yang ada pada saat menyusun makalah ini. Oleh
karena itu penulis mengharapkan saran dan kritik dari para pembaca guna membangun
kesempurnaan makalah ini.

Singaraja, 09 Maret 2021

Penulis

ii
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR........................................................................................ ii
DAFTAR ISI...................................................................................................... iii
BAB I. PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang..................................................................................... 1
1.2. Rumusan Masalah................................................................................ 1
1.3. Tujuan Penulisan.................................................................................. 1
BAB II. PEMBAHASAN
2.1. x............................................................................................................ 2
2.2. x............................................................................................................ 2
2.3. x............................................................................................................ 5
2.4. x............................................................................................................ 8
BAB III. PENUTUP
3.1. Simpulan.............................................................................................. 9
3.2. Saran..................................................................................................... 9
DAFTAR PUSTAKA

iii
BAB I
PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Penelitian adalah cara-cara yang sistematis untuk menjawab suatu
permasalah yang sedang diteliti. Kata sistematis berkaitan dengan metode ilmiah
yang berarti adanya prosedur yang ditandai dengan keteraturan dan ketuntasan.
(Sarwono, 2006)
Dalam perkembangan dunia penelitian telah banyak bermacam-macam
objek penelitian digunakan yang diikuti dengan penggunaan metode semakin
beragam. Seorang peneliti harus dapat memilih metode penelitian yang sesuai
dengan objek penelitian. Salah satu metode yang akan diuraikan dalam makalah ini
adalah metode penelitian eksperimen.
Metode penelitian eksperimen pada dasarnya digunakan dalam penelitian
yang bersifat laboratoris. Selain itu, pendekatan ini juga dapat digunakan dalam
penelitian lapangan seperti penelitian sosial, termasuk penelitian pendidikan yang
dimulai perkembangannya pada abad ke 19 (Donald Ary & dkk, 2010). Jadi,
penelitian eksperimen yang mendasarkan pada paradigma positivistik pada awalnya
memang banyak diterapkan pada penelitian ilmu-ilmu keras (hard-scienc), seperti
biologi dan Fisika, yang kemudian diadopsi untuk diterapkan pada bidang-bidang
lain, termasuk bidang sosial dan pendidikan.(Jaedun, 2011)
Selanjutnya, untuk lebih memahami mengenai penelitian eksperimen, dalam
makalah ini akan dibahas mengenai metode penelitian eksperimen beserta hal-hal
yang terkait di dalamnya.
1.2. Rumusan Masalah
1.2.1. Apa pengertian penelitian eksperimen ?
1.2.2. Bagaimana karateristik penelitian eksperimen ?
1.2.3. Bagaimana perbandingan eksperimen (experiment comparison) pada
penelitian?
1.2.4. Bagaimana desain eksperimen pada penelitian?
1.2.5. Bagaimana langkah prosedur penelitian eksperimen?
1.2.6. Bagaimana validitas peneltian eksperimen?
1.3. Tujuan
1.3.1. Mengetahui pengertian penelitian eksperimen.

1
1.3.2. Mengetahui macam-macam penelitian eksperimen.
1.3.3. Mengetahui perbandingan ekperimen di dalam penelitian.
1.3.4. Mengetahui desain eksperimen di dalam penelitian.
1.3.5. Mengetahui langkah prosedur dalam penelitian eksperimen.
1.3.6. Mengetahui validitas yang digunakan dalam penelitian ekperimen.

2
BAB II
PEMBAHASAN

2.1. Pengertian Penelitian Eksperimen


Eksperimen merupakan investigasi ilmiah di mana peneliti memanipulasi
satu atau lebih variabel independen (bebas), mengontrol variabel lain yang relevan,
dan mengamati pengaruh manipulasi terhadap variabel dependen (terikat). Seorang
pelaku eksperimen dengan sengaja dan sistematis memperkenalkan perubahan dan
kemudian mengamati konsekuensi dari perubahan itu. Hanya masalah penelitian
yang memungkinkan peneliti untuk memanipulasi kondisi yang sesuai untuk
penelitian eksperimental (Donald Ary & dkk, 2010).
Borg & Gall (1983), menyatakan bahwa penelitian eksperimen merupakan
penelitian yang paling dapat diandalkan keilmiahannya (paling valid), karena
dilakukan dengan pengontrolan secara ketat terhadap variabel-variabel
pengganggu.
Sugiyono (2012) menyatakan bahwa penelitian eksperimen dapat diartikan
sebagai metode penelitian yang digunakan untuk mencari pengaruh perlakuan
tertentu terhadap yang lain dalam kondisi yang terkendalikan.
Arikunto (2006) mendefinisikan eksperimen adalah suatu cara untuk
mencari hubungan sebab akibat (hubungan kausal) antara dua faktor yang sengaja
ditimbulkan oleh peneliti dengan mengeliminasi atau mengurangi atau menyisihkan
faktor-faktor lain yang mengganggu.
Jadi dengan kata lain bahwa penelitian eksperimen pada prinsipnya dapat
diartikan sebagai metode yang sistematis guna membangun hubungan yang
mengandung fenomena sebab-akibat (causal-efect relationship).
2.2. Karateristik Penelitian Eksperimen.
Dalam bentuk yang paling sederhana, eksperimen memiliki tiga
karakteristik: (1) Variabel independen dimanipulasi; (2) semua variabel lain yang
mungkin mempengaruhi variabel dependen dipertahankan konstan; dan (3)
pengaruh manipulasi variabel independen terhadap variabel dependen diamati.
Dengan demikian, dalam suatu percobaan dua variabel yang menjadi perhatian
utama adalah variabel bebas dan variabel terikat. Variabel independen dimanipulasi
(diubah) oleh pelaku eksperimen. Variabel di mana efek perubahan diamati disebut

3
dependen variabel, yang diamati tetapi tidak dimanipulasi oleh pelaku eksperimen.
Itu variabel dependen dinamai demikian karena nilainya dihipotesiskan sebagai
dependen, dan bervariasi dengan, nilai variabel independen. Sebagai contoh,
Misalnya untuk menguji pengaruh mengenai metode pengajaran yang berbeda
tentang pencapaian dalam membaca, seorang peneliti akan memanipulasi metode
(variabel independen) dengan menggunakan metode pengajaran yang berbeda
untuk menilai pengaruhnya terhadap prestasi membaca (variabel dependen),
(Donald Ary & dkk, 2010).
Persyaratan penting untuk penelitian eksperimental adalah kontrol,
manipulasi variabel independen, serta observasi dan pengukuran.
a. Kontrol.
Mengotrol merupakan usaha untuk memindahkan/mengendalikan pengaruh
variabel lain pada variabel terikat yang mungkin mempengaruhi penampilan
variabel tersebut. Kegiatan mengontrol suatu variabel atau subjek dalam
penelitian eksperimen memiliki peranan penting, karena tanpa melakukan
kontrol secara sistematis, seorang peneliti tidak mungkin dapat melakukan
evaluasi dengan melakukan pengukuran secara cermat terhadap variabel terikat.
Tujuan dari pengendalian/pengontrolan dalam eksperimen yaitu untuk
mengatur situasi pengaruh variabel yang dimanipulasi pada variabel dependen
dapat diselidiki.
Pada dasarnya metode eksperimental sains bertumpu pada dua asumsi
mengenai variabel (Mill, 1986/1846) yakni: variabel independen tunggal dan
variabel signifikan tunggal.
- Hukum variabel independen tunggal yaitu jika dua situasi sama dalam
segala hal kecuali untuk variabel yang ditambahkan atau dihapus dari salah
satu situasi, perbedaan apa pun yang muncul antara dua situasi tersebut
dapat dikaitkan dengan variabel itu. Hukum variabel tunggal lebih mungkin
dipenuhi dalam ilmu fisika ketimbang ilmu tingkah laku misalnya yaitu
Robert Boyle menerapkan prinsip ini dalam merumuskan hukumnya tentang
pengaruh tekanan pada volume gas: Ketika suhu dijaga konstan, volume gas
bervariasi secara terbalik dengan tekanan di atasnya. Demikian pula,
Jacques Charles merumuskan hukum yang berhubungan dengan pengaruh

4
suhu: Ketika tekanan dijaga konstan, volume gas berubah secara langsung
dengan suhu atau berbading lurus.

- Hukum variabel signifikan tunggal yaitu jika dua situasi tidak sama, tetapi
dapat dibuktikan bahwa tidak ada variabel kecuali variabel independen yang
signifikan dalam menghasilkan fenomena yang sedang diteliti, atau jika
variabel signifikan selain variabel independen dibuat sama, maka ada
perbedaan yang terjadi di antara keduanya. Pada penelitian pendidikan
berkaitan dengan orang-orang (manusia), banyak variabel selalu ada.
Mencoba mereduksi masalah pendidikan menjadi operasi variabel tunggal
bukan hanya tidak realistis tetapi juga mungkin bahkan tidak mungkin.
Untungnya kontrol yang ketat seperti itu tidak mutlak penting karena
banyak aspek di mana situasi berbeda tidak relevan dengan tujuan studi dan
dengan demikian dapat diabaikan sehingga cukup dengan menerapkan
hukum variabel independen signifikan tunggal, Contoh: pengaruh yang
berbeda dari dua metode pengajaran aritmatika, seorang peneliti ingin
memiliki dua kelompok anak yang identik dalam segala hal kecuali pada
cara mereka diajarkan aritmatika. Sehubungan dengan variabel yang terkait
dengan prestasi aritmatika seperti kemampuan membaca, menghitung,
kecerdasan umum. Variabel yang tidak mungkin terkait dengan aritmatika
seperti atletik, tinggi badan, ukuran sepatu dan sebaganinya. Meskipun
hukum variabel independen tunggal tidak dapat diikuti secara mutlak,
peneliti pendidikan memperkirakannya sedekat mungkin atau yang paling
signifikan.
b. Manipulasi
Manipulasi variabel independen yaitu tindakan atau perlakuan yang
dilakukan oleh seorang peneliti atas dasar pertimbangan ilmiah yang dapat
dipertanggungjawabkan secara terbuka guna memperoleh perbedaan efek dalam
variabel terikat. Kondisi perlakuan yang berbeda yang diberikan kepada subjek
dalam percobaan merupakan tingkatan dari variabel bebas. Misalnya dalam
suatu proses penelitian, dua kelompok yaitu kelompok perlakuan (treatment)
dan kelompok non treatmet (kontrol) yang diberikan suhu ruangan yang
bertingkat, yaitu dingin, sedang dan, panas. Perbedaan kondisi tersebut

5
direncanakan sebagai penentu awal memperoleh hasil yang berbeda diantara
kedua kelompok. Perbedaan yang muncul tersebut diperhitungkan sebagai
akibat adanya manipulasi variabel terhadap dua kelompok.
c. Observasi dan Pengukuran.
Tindakan observasi yang dilakukan penenliti pada umunya mempunyai
tujuan agar dapat mengamati dan mencatat fenomena yang muncul dalam
variabel terikat sebagai akibat dari adanya manupulasi. Beberapa perubahan
dapat diamati secara langsung, sedangakan perubahan lainnya dapat diukur
secara tidak langsung. Dalam proses eksperimen yang biasanya ada dua
kelompok variabel, yaitu variabel bebas dan variabel terikat, maka peneliti
dianjurkan untuk lebih melakukan pengamatan pada variabel terikat, yaitu
variabel yang biasanya menerima akibat terjadinya perubahan secara sistematis
dalam variabel bebas.

Gambar. Elemen Dasar Eksperimen

2.3. Perbandingan Eksperimen (Experimental Comparison)


Eksperimen dimulai dengan hipotesis eksperimen, dimana suatu prediksi
mengenai perlakuan akan memiliki efek tertentu. Hipotesis penelitian
mengungkapkan ekspektasi sebagai hasil dari perubahan yang diperkenalkan,
bahwa kelompok perlakuan dan tanpa perlakuan akan berbeda karena efek
treatment. Membandingkan kelompok perlakuan ke kelompok yang tidak
menerima perlakuan (kelompok sejati) merupakan situasi di mana peneliti
membandingkan kelompok yang menerima perlakuan yang berbeda disebut dengan
kelompok pembanding.
6
Mayoritas eksperimen pendidikan mempelajari perbedaan hasil dua atau
lebih perlakuan daripada perbedaan hasil satu perlakuan versus tidak ada perlakuan
sama sekali. Misalnya, tidak ada gunanya membandingkan pencapaian ejaan
kelompok eksperimen yang diajarkan dengan metode A dengan kelompok kontrol
yang tidak memiliki instruksi ejaan sama sekali. Sebaliknya, para peneliti
membandingkan kelompok yang menerima perlakuan metode A dan metode B.
Perbandingan kelompok yang menerima perlakuan berbeda memberikan kontrol
yang sama atas penjelasan alternatif sehingga memungkinkan untuk menarik
kesimpulan yang beralasan dari hasil tersebut.
2.4. Desain Penelitian Eksperimen
Istilah desain ini mengacu pada kerangka konseptual dimana ekperimen
dilakukan. Desain eksperimen menyiapkan kondisi yang diperluakn untuk
mendemostrasikan hubungan sebab-akibat. Sebuah desain ekperimen memiliki dua
fungsi yaitu (1) menetapkan kondisi untuk perbandingan yang diperlukan untuk
menguji hipotesis eksperimen, dan (2) memungkinkan pelaku eksperimen, melalui
analisis statistik data, untuk membuat interpretasi yang bermakna dari hasil
penelitian. Adapun persyaratan penting pada desain eksperimen diantaranya yaitu:
1. Desain harus sesuai untuk menguji hipotesis penelitian yang dinyatakan
sebelumnya. Hipotesis dapat menyatakan efek yang diharapkan dari satu
variabel independen atau efek dari dua atau labih variabel dan interaksi
diantaranya. Sehinga tugas dari seorang pelaku ekperiment yaitu memilih
desain yang paling baik untuk mengatur kondisi eksperimen untuk menguji
hipotesis penelitian yang dinyantakan.
2. Desain harus memberikan kontrol yang memadai sehingga efek dari variabel
independen dapat dievaluasi sejelas mungkin. Pengacakan merupakan satu-
satunya cara untuk mencapai kontrol yang diperlukan. Oleh karena itu, saran
terbaik adalah memilih desain yang menggunakan pengacakan dalam aspek
sebanyak mungkin.
Desain yang dapat digunakan dalam pelaksanaan eksperimen secara garis
besar dapat dibedakan ke dalam : 1) Pra eksperimen (Preexperimental Designs), 2)
Eksperimen Sungguhan (True Eksperimental Design), 3) Eksperimen Semu (Quasi
Eksperimental Design), (Kusaeri, 2014).

7
a. Pra eksperimen (Preexperimental designs) merupakan rancangan yang masih
terdapat variabel luar (asing) yang ikut berpengaruh terhadap terbentuknya
variabel independen. Rancangan atau desain eksperimen yang termasuk
kelompok pra eksperimen ini yaitu: The one – shot case study, the one group
pretest – postest design, intact - group comparison.
b. Eksperimen Sungguhan (True Eksperimental Design) yaitu di dalam rancangan
atau desain ini peneliti dapat mengkontrol semua variabel luar yang
mempengaruhi jalannya eksperimen. Terdapat tiga model atau rancangan
ekperimen yang dapat digunakan yaitu randomized control – group pretest –
postest design, randomized solomon four – group design.dan factorial design.
c. Eksperimen Semu (Quasi Eksperimental Design) yaitu desain yang
mempunyai kelompok kontrol, tetapi tidak dapat berfungsi sepenuhnya untuk
mengontrol variabel asing yang mempengaruhi pelaksanaan
eksperimen.Walaupun demikian desain ini lebih baik dari pre – eksperimental
design. Eksperimen semu digunakan karena pada kenyataannya sulit
mendapatkan kelompok kontrol yang digunakan untuk penelitian. Terdapat dua
model atau rancangan ekperimen yang dapat digunakan yaitu time series
design, dan nonequivalent control group design
2.5. Prosedur Penelitian Eksperimen
Proses penyusunan penelitian eksperimen pada prisnsipnya sama dengan
jenis penelitian lainnya. Secara eksplisit dapat dilihat sebagai berikut (Depdiknas,
2008):
1. Melakukan kajian secara induktif yang berkaitan dengan permasalahan
yang hendak dipecahkan.
2. Mengidentifikasikan permasalahan.
3. Melakukan studi litelatur yang relevan, mempormulasikan hipotesis
penelitian, menentukan definisi operasional dan variabel.
4. Membuat rencana penelitian mencakup: identifikasi variabel yang tidak
diperlukan, menentukan cara untuk mengontrol variabel, memilih desain
eksperimen yang tepat, menentukan populasi dan memilih sampel
penelitian, membagi subjek ke dalam kelompok kontrol dan kelompok
eksperimen, membuat instrumen yang sesuai, mengidentifikasi prosedur
pengumpulan data dan menentukan hipotesis.

8
5. Melakukan kegiatan eksperimen (memberi perlakukan pada kelompok
eksperimen).
6. Mengumpulkan data hasil eksperimen.
7. Mengelompokan dan mendeskripsikan data setiap variabel.
8. Melakukan analisis data dengan teknik statistika yang sesuai.
9. Membuat laporan penelitian eksperimen.
2.6. Validitas Peneltian Eksperimen
Kata validitas berarti dapat diterima atau absah. Istilah ini mengandung
pengertian bahwa sesuatu yang dinyatakan valid atau absah berarti telah sesuai
dengan kebenaran yang diharapkan sehingga dapat diterima dalam suatu kriteria
tertentu. Cook dan Campbell (1979) menguraikan klasifikasi sebelumnya ini
menjadi empat jenis validitas yakni validitas internal, validitas eksternal, validitas
konstruk, dan validitas kesimpulan statistik.
1. Variabel internal
Campbell dan Stanley (1963) menyatakan bahwa validitas internal adalah
persyaratan dasar jika seseorang ingin menarik kesimpulan yang benar dari
suatu percobaan. Sehingga sangat tergantung pada bagaimana peneliti dapat
mengontrol variabel asing. Jika dalam suatu eksperimen variabel asing tidak
dikontrol, peneliti tidak dapat menyimpulkan apakah perubahan yang terjadi
pada variabel dapenden dalam eksperimental disebabkan oleh perlakuan
eksperimental atau karena variabel asing yang menimbulkan keraguan tentang
keakuratan eksperimen tersebut. Campbell dan Stanley (1963) mengidentifikasi
ada delapan jenis variabel asing yang dapat mengancam validitas internal yang
perlu diperhatikan peneliti eksperimen yaitu:
a. History yaitu kejadian-kejadian tertentu yang terjadi antara pengukuran
pertama (pretest) dan kedua (post-test), selain variabel-variabel yang
dieksperimenkan (treatment). Misalnya pengukurna test awal dengan test
akhir dilakukan dengan jarak waktu yang relatif dekat memungkinkan dapat
mengingat soal pada tes awal. Sehingga akan mempengaruhi hasil validitas
internal tersebut.
b. Maturation yaitu proses perubahan (kematangan) di dalam diri subyek yang
terjadi selama berlangsungnya eksperimen (misal: makin terampil, makin
lelah/jenuh dsb). Perubahan ini mengancam validitas internal karena dapat

9
menghasilkan efek yang keliru dapat dikaitkan dengan perlakuan
eksperimen. Untuk mengatasi hal ini adalah dengan mendisain eksperimen
yang tidak terlalu lama.
c. Testing yaitu efek yang ditimbulkan dari hasil pengukuran pertama (pretest)
terhadap hasil pengukuran kedua (post-test). Ketika tes prestasi digunakan
dalam penelitian, pretest adalah masalah jika bentuk yang sama digunakan
untuk pre- dan posttes.
d. Instrumentation yaitu efek yang ditimbulkan akibat perubahan cara
pengukuran, perubahan pengamat, yang dapat membuat perubahan hasil
pengukuran.
e. Statistical regression yaitu mengacu pada kecenderungan terkenal untuk
subjek yang mendapat skor sangat tinggi atau sangat rendah pada pretest
untuk mendapatkan skor mendekati mean (regresi menuju mean) pada
posttest. Regresi statistik merupakan ancaman bagi validitas internal ketika
subkelompok dipilih dari kelompok yang lebih besar berdasarkan skor
ekstrim subkelompok (tinggi atau rendah) pada suatu ukuran. Ketika diuji
pada pengukuran selanjutnya, subkelompok akan menunjukkan
kecenderungan untuk mendapatkan skor yang kurang ekstrim pada
pengukuran lain, bahkan pengujian ulang pada pengukuran asli.
f. Selection Bias yaitu faktor non random yang mungkin akan mempengaruhi
pemilihan subjek ke dalam kelompok ekperimen atau kontrol. Akibatnya,
tidak ada jaminan bahwa kelompok tersebut setara. Jika belum tidak sama
sebelum penelitian, maka tidak dapat mengetahui apakah ada perbedaan
yang diamati karena perlakuka atau sebelum perlakuan.
g. Experimental mortality (attrition) yaitu kehilangan subyek, baik pada
kelompok eksperimen maupun kelompok pembanding, yaitu adanya
pengurangan subyek ketika dilakukan pengukuran terhadap dampak
eksperimen/perlakuan dapat menyebabkan perbedaan pada ukuran hasil.
h. Selection–maturation interaction yaitu dapat berinteraksi sehingga
kombinasi menghasilkan efek pada variabel dependen yang secara keliru
dikaitkan dengan efek perlakuan eksperimental. Interaksi semacam itu dapat
terjadi dalam desain kuasi-eksperimental di mana kelompok eksperimen dan

10
kontrol tidak dipilih secara acak melainkan kelompok utuh yang sudah ada
sebelumnya, seperti ruang kelas.
Adapun prosedur dasar yang digunakan unutk mengatasi ancaman terhadap
validitas internal yakni:
a. Tugas acak, merupakan penugasan subjek ke kelompok tertentu dalam
penempatan, setiap anggota populasi memiliki kemungkinan yang sama
untuk ditugaskan ke salah satu kelompok. Dalam menugaskan subjek ke
kelompok tersebut, pelaku eksperimen membutuhkan sistem yang
beroperasi secara independen dari penilaian pribadi dan karakteristik
subjek. Misalnya , orang yang mendapat skor tinggi tidak boleh semuanya
ditugaskan ke grup A dan yang mendapat skor rendah ke grup B. Sebuah
sistem yang memenuhi persyaratan ini adalah penugasan acak. Penggunaan
prosedur penugasan acak seperti melempar koin untuk menempatkan subjek
ke dalam kelompok untuk percobaan. Kemudian akan digunakan untuk
menentukan mana dari dua kelompok yang mendapatkan perlakuan A dan
mana yang mendapatkan perlakuan B atau kondisi kontrol.
b. Pencocokan acak, digunakan ketika penugasan acak tidak memungkinkan
sehingga peneliti terkadang memilih pasangan individu dengan karakteristik
yang identik atau hampir indentik. Misalnya, secara acak menugaskan satu
anggota dari pasangan yang cocok untuk perlakuaan A dan yang lainnya
untuk perlakuan B. prosedur ini disebut pencocokan acak. Batasan utama
dari pencocokan adalah hampir tidak mungkin untuk menemukan subjek
yang cocok pada lebih dari satu variabel.
c. Seleksi homogen, yaitu dengan memilih sampel yang sesama mungkin pada
suatu variabel tersebut. Seleksi homogen adalah cara efektif untuk
mengendalikan variabel benda asing. Misalnya jika pelaku eksperimen
mencurigai bahwa usia adalah variabel yang mungkin mempengaruhi
variabel dependen, dia hanya akan memilih anak-anak pada usia tertentu.
Dengan memilih hanya anak-anak berusia 6 tahun, peneliti akan mengontrol
efek usia sebagai variabel independen asing.
d. Membangun variabel ke dalam desain, dimana beberapa variabel yang
terkait dengan subjek dapat dimasukkan ke dalam eksperimen desain dan
dengan demikian dikendalikan. Misalnya, jika ingin mengontrol jenis

11
kelamin dalam sebuah eksperimen dan tidak hanya memilih menggunakan
teknik homogen, dapat menambahkan jenis kelamin sebagai varibel bebas.
Di mana akan memasukkan laki-laki dan perempuan dalam penelitian dan
menggunakan analisis varian untuk menentukan pengaruh dari kedua jenis
kelamin dan variabel independen utama pada variabel dependen. Metode ini
tidak hanya mengontrol variabel (gender) asing tetapi juga menghasilkan
informasi tetang pengaruhnya terhadap variabel dependen.
e. Kontrol statistik, dimana analisis konvarian (ANCOVA) merupakan teknik
statistik yang digunakan untuk mengontrol pengaruh variabel asing yang
diketahui berkorelasi dengan variabel dependen. Misalnya
mempertimbangkan suatu efek dari dua metode pengajaran terhadap
prestasi membaca (variabel dependen). mereka yang merupakan pembaca
yang baik untuk memulai akan mendapatkan nilai yang baik pada posttest
membaca, sedangkan mereka yang merupakan pembaca yang buruk akan
cenderung mendapatkan nilai yang lebih buruk. Setelah secara acak
menugaskan setengah dari subjek ke metode A dan setengah ke metode B,
kemudian memberikan pretest membaca untuk kedua kelompok. Di akhir
percobaan, ANCOVA secara statistik akan menyesuaikan rata-rata skor
posttest membaca untuk setiap perbedaan awal antara kelompok pada
pretest. Teknik ANCOVA menghilangkan porsi skor posttest masing-
masing subjek yang sama dengan skor pretestnya. Nilai F yang dihasilkan
kemudian dapat diperiksa signifikansi statistiknya. Variabel yang digunakan
dalam ANCOVA untuk menyesuaikan skor (dalam hal ini, pretest
membaca) disebut kovariat.
f. Mengontrol perbedaan situasi, ada tiga metode yang umum digunakan
untuk mengontrol variabel situasional yang berpotensi mencemari: (1)
menahannya tetap, (2) mengacaknya, atau (3) memanipulasinya secara
sistematis dan terpisah dari variabel independen utama.

2. Validitas Kesimpulan Statistik


Validitas ini mengacu pada pengunaan statistik yang tepat untuk
menyimpulkan hubungan yang di amati yaitu antara variabel independen dan
dependen. Setiap penggunaan statistik yang tidak tepat merupakan ancaman

12
karena dapat menghasilkan kesimpulan yang salah mengenai pengaruh variabel
independen terhadap variabel dependen. Berikut ancaman dari validitas
kesimpulan statistik yaitu
a. Menggunakan tes dengan daya rendah, yang mungkin gagal mendeteksi
hubugan anatara variabel.
b. Melangggar asumsi uji statistik, yang dapat menyebabkan terlalu banyak
atau meremehkan ukuran dan signifikansi suatu efek.
c. Menggunakan ukuran dengan realibitas rendah atau dengan kisaran skor
terbatas, yang kedua nya mengurangi kemungkinan mendeteksi hubungan.
d. Menggunakan uji statistik yang menghasilkan perkiraan berlebih atau
terlalu rendah dari ukuran pengaruh.
3. Validitas Konstruksi Eksperimen
Validitas kontruksi eksperimen diartikan sebagai validitas kesimpulan yang
dibuat mengenai sebuah kontruksi berdasarkan ukuran, perlakuan, subjek, dan
pengaturan yang digunakan dalam penelitian eksperimen. Adapun ancaman
terhadap jenis validitas ini sebagai berikut:
a. Ukuran konstruksi dimana ukuran yang tidak sesuai (definisi operasional
yang buruk) sehingga kontruksi tidak diukur secara akurat.
b. Manipulasi kontruksi dimana kontruksi tidak dimanipulasi dengan benar
dalam penelitian, sehingga manimulasi yang salah dapat menyebabkan
kesimpulan yang salah.
c. Reaktivitas terhadapn situasi eksperimen, dimana persepsi subjek dari
situasi percobaan menjadi bagian dari konstruksi treatment yang
sebenarnya sedang diuji
d. Efek eksperimen, dimana eksperimen dapat menyampaiakn ekspektasi
tetangg respons yang diinginkan dan ekspektasi tersebut menjadi bagian
dari konstruki treatment yagn sedang dipelajari.
Adapun cara-cara untuk meningkatkan validitas kontruksi eksperimen sebagai
berikut:
a. Memulai dengan penjelasan yang jelas tentang orang, pengaturan, perlakuan
dan kontruksi hasil yang menarik.
b. Berhati-hati dalam memilih contoh yang cocok dengan kontruksi tersebut.

13
c. Menilai kecocokan dan konstruksi unutk menentukan apakah ada selip
diantara keduanya terjadi.
d. Merevisi deskripsi konstruksi yang sesuai.
4. Validitas Eksternal
Validitas Eksternal mengacu pada sejauh mana temuan penelitian dapat
digeneralisasikan ke subjek, pengaturan dan perlakuan lainnya. Untuk membuat
generalisasi dari yang diamati ke yang tidak, peneliti perlu menilai seberapa
baik sampel peristiwa yang benar-benar dipelajari mewakili populasi yang lebih
besar yang hasilnya akan digeneralisasikan. Adapun ancaman terhadap validitas
eksternal sebagai berikut:
a. Selection–treatment interaction (nonrepresentativeness). Kemungkinan
interaksi antara karakteristik subjek dan perlakuan sehingga hasil yang
ditemukan untuk jenis subjek tertentu mungkin tidak berlaku untuk subjek
yang berbeda. Interaksi ini terjadi ketika subjek dalam penelitian tidak
mewakili populasi yang lebih besar yang mungkin ingin digeneralisasikan.
Misalnya, Hasil studi membaca yang menggunakan siswa kelas satu yang
terdaftar di sekolah distrik pinggiran kota yang makmur sebagai mata
pelajaran mungkin tidak sama jika siswa kelas satu di distrik sekolah
pedesaan menjadi mata pelajarannya.
b. Setting–treatment interaction (artificiality). Pengaturan buatan dapaat
membatasi hasil generalisasi. Misalnya, temuan studi di lab yang dibuat-
buat mungkin tidak sama dengan yang diperoleh dalam studi yang
dilakukan dilapangan.
c. Pretest–treatment interaction. Menggunakan pretest dapat meningkatkan
atau menurunkan sensitivitas atau respon subjek eksperimental terhadap
variabel eksperimental dan dengan demikian membuat hasil yang diperoleh
untuk populasi pretest ini tidak merepresentasikan pengaruh variabel
eksperimental pada populasi yang tidak ditafsirkan dari mana subjek
eksperimental dipilih. Dalam hal ini, dapat menggeneralisasi ke grup yang
telah diuji sebelumnya tetapi tidak ke grup yang tidak ditafsirkan.
d. Subject effects, dimana sikap dan perasaan peserta yang berkembang
selama studi dapat mempengaruhi generalisasi temuan ke pengaturan lain.

14
Ancaman ini disebut juga efek reaktif karena subjek bereaksi terhadap
pengalaman berpartisipasi dalam percobaan.
e. Experimenter effects, yang terjadi ketika eksperimen secara sadar atau tidak
memberikan isyarat kepada subjek yang memengaruhi kinerjanya.
Terkadang kehadiran suatu pengamat selama percobaan dapat mengubah
respon normal dari sabjek yang berpastisipasi sehingga temuan dari satu
kelompok mungkin tidak valid untuk kelompok lain dan akan berbahaya
untuk menggeneralisasikan temuan.
Adapun ancaman terhadap validitas eksternal, sebagai berikut:
a. Ambil sampel secara acak populasi target untuk memilih subjek unutk
penelitian dan kemudian secara acak menugaskan ke dalam kelompok
perlakuan. Jika hal tersebut tidak memungkinkan karena ukuran populasi,
maka pilih subjek secara acak dari populasi yang dapat diakses secara
eksperimental dan tunjukkan kesamaan populasi yang dapat diakses secara
eksperimental dan populasi target.
b. Identifikasi karakteristik subjek yang relevan dalam populasi target dan
tentukan dampak karakteristik tersebut dengan memasukkannya ke dalam
studi penelitian.
c. Dapat mengontrol masalah yang timbul dari interaksi pretest-treatment
dengan memilih desain yang tidak menggunakan pretest.
d. Dapat mengontrol efek reaktif dengan mengatur kelompok kontrol kedua
untuk mengalami interaksi yang menarik dengan peneliti seperti kelompok
eksperimen.
e. Replikasi studi penelitian dalam pengaturan baru. Ini adalah cara yang baik
untuk menentukan apakah hasil yang serupa akan ditemukan. Jika hasil
serupa di hasilkan maka dapat memiliki keyakinan yang masuk akal bahwa
generalisasi itu valid.

15
BAB III
PENUTUP
3.1. Simpulan
3.2. Saran

16
Daftar Pustaka
Arikunto, Suharsimi. 2006. Prosedur Penelitian, Suatu Pendekatan Praktik, Jakarta: Rineka
Cipta.
Ary, Donald., Lucy Cheser Jacobs, Christine K. Sorensen. 2010. Introduction to Research
in Education Eighth Edition. Wadsworth Cengage Learning Canada: Nelson
Education, Ltd.
Borg, W.R. & Gall, M.D. 1983. Educational research: An introduction. Fourth Edition.
New York: Longman.
Departemen Pendidikan Nasional. 2008. Penelitian, Jenis dan Metode Penelitian
Pendidikan.
Jaedun, Amat. 2011. Metodologi Penelitian Eksperimen. Fakultas Teknik UNY.
http://staff.uny.ac.id/sites/default/files/pengabdian/drs-amat-jaedun-mpd/metode-
penelitian-eksperimen.pdf, accessed 09 maret 2021.
Kusaeri. 2014. Metodologi penelitian: buku perkuliahan Program S-1 Jurusan Pendidikan
MIPA Fakultas Tarbiyah IAIN Sunan Ampel Surabaya. IAIN Sunan Ampel Press.
Sarwono, Jonathan. 2006. Metode Penelitian Kuantitatif Dan Kualitatif. Yogyakarta:Graha
Ilmu.
Sugiyono. 2012. Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif Dan R&D. Bandung: Alfabeta.
https://iainpspblog.blogspot.com/2019/05/makalah-penelitian-eksperimen.html
http://all-star-lubis.blogspot.com/2015/12/MAKALAH-METODOLOGI-PENELITIAN-
METODE-EKSPERIMEN.html

https://ainamulyana.blogspot.com/2019/07/pengertian-penelitian-eksperimen-dan.html

17

Anda mungkin juga menyukai