Anda di halaman 1dari 13

Materi 1: Penelitian eksperimen

A. Pengertian Penelitian Eksperimen


Metode penelitian yang dianggap paling tinggi derajat
kepastiannya adalah penelitian eksperimen. Dalam penelitian
eksperimen kondisi diatur oleh peneliti, perlakuan terhadap objek
dilakukan, akibat suatu perlakuan diukur secara cermat, teratur dan
berkesinambungan, faktor luar yang mungkin berpengaruh
dikendalikan.
Metode ini mengungkap hubungan antara dua variabel atau lebih
atau mencari pengaruh suatu variabel terhadap variabel lainnya.
Dalam penelitian ini, peneliti mengajukan satu hipotesis atau lebih
yang menyatakan sifat dari hubungan variabel yang diharapkan.
Eksperimen tersebut direncanakan dan dilaksanakan oleh peneliti
untuk mengumpulkan data yang diperlukan dalam menguji hipotesis
tersebut.
Penelitian eksperimen merupakan analisis empirik sistematik yang
meminimumkan varian dari semua atau hampir semua variabel bebas
yang berpengaruh dan yang mungkin ada tapi tidak relevan dengan
masalah yang diteliti dengan memanipulasi satu atau beberapa
variabel bebas dalam kondisi yang ditetapkan, dioperasikan dan
dikontrolkan secara cermat dan teliti.
Penelitian eksperimental merupakan metode penelitian yang dapat
menguji secara benar hipotesis berkaitan dengan hubungan kausal
(sebab akibat). Dalam studi eksperimtal peneliti memanipulasi paling
sedikit satu variabel, mengontrol variabel lain yang relevan, dan
mengobservasi efek/pengaruhnya terhadap satu atau lebih variabel
terikat. Peneliti menentukan “siapa memperoleh apa”, kelompok mana
dari subjek yang memperoleh perlakuan mana. Penelitian eksperimen
dapat diartikan sebagai penelitian yang di dalamnya melibatkan
manipulasi terhadap kondisi subjek yang diteliti, disertai dengan
upaya kontrol yang ketat terhadap faktor-faktor luar, serta melibatkan
subjek pembanding.
Penelitian eksperimen merupakan penelitian melalui suatu perilaku
sengaja oleh peneliti untuk mengetahui akibat yang ditimbulkannya.
Penelitian eksperimen pada prinsipnya dapat didefinisikan sebagai
metode yang digunakan untuk mencari pengaruh perlakuan tertentu
terhadap hal lain pada kondisi yang terkendalikan.
Adapun beberapa pendapat dari ahli mengenai definisi dari
penelitian eksperimen, sebagai berikut:
1. Fraenkel, dkk menyatakan bahwa penelitian eksperimen adalah
unik di dalam dua hal yang sangat penting. Penelitian ini
merupakan satu-satunya jenis penelitian yang secara langsung
mencoba untuk mempengaruhi suatu variabel tertentu, dengan
menerapkan variabel bebas dan variabel terikat. Penelitian ini
juga merupakan jenis penelitian yang terbaik dalam pengujian
hipotesis hubungan sebab akibat atau kausalitas
2. Menurut Hamid Darmadi, penelitian eksperimen merupakan satu-
satunya metode penelitian yang benar-benar dapat menguji
hipotesis hubungan sebab-akibat. Metode ini menyajikan
pendekatan yang paling valid untuk menyelesaikan masalah-
masalah sosial/pendidikan; suatu metode yang sistematis dan
logis untuk menjawab pertanyaan: “Jika penyelidikan dilakukan
pada kondisi-kondisi yang dikontrol dengan teliti, maka apakah
yang akan terjadi?”
3. Menurut Bambang Prasetyo, penelitian eksperimen ialah metode
penelitian yang di dalamnya peneliti dapat melekukan manipulasi
kondisi dengan memberikan treatment atau menciptakan sebuah
kondisi/ransangan pada subjek yang ditelitinya.
4. Nana Sudjana dan Ibrahim mengatakan bahwa penlitian
eksperimen pada umumnya dianggap sebagai metode penelitian
yang paling canggih dan dilakukan untuk menguji hipotesis.
Metode mengungkap hubungan atau mencari pengaruh antara
variabel satu dengan lainnya. Dalam penelitian ini peneliti
mengajukan satu hipotesis atau lebih yang menyatakan sifat dari
hubungan variabel yang diharapkan.
Maka, penelitian eksperimen merupakan metode penelitian yang
menguji hubungan sebanb akibat hipotesis dengan melakukan
sebuah treatment atau perlakuan terhadap variabel- variabel yang
tersedia.

B. Tujuan Penelitian Eksperimen


Tujuan dari penelitian eksperimen adalah untuk mengetahui apakah
ada tidaknya pengaruh sebab akibat terhadap variabel akibat yang
diamati dan menjawab seberapa besar pengaruhnya.
C. Karakteristik Penelitian Eksperimen
Menurut Prof. Dr. Emzir, M.Pd dalam bukunya Metodologi
Penelitian Pendidikan Kuantitatif dan Kualitatif, ada tiga hal yang
menjadi karakteristik penelitian eksperimental yaitu :
1. Manipulasi

Manipulasi langsung dari setidaknya satu variabel bebas oleh


peneliti adalah salah satu fitur yang membedakan semua studi
eksperimental dari metode penelitian lainnya. Manipulasi variabel
bebas dianggap sebagai konsep yang sulit dipahami oleh peneliti
asli. Sederhananya, manipulasi berarti bahwa peneliti menentukan
bentuk atau nilai apa yang akan diambil oleh variabel bebas (atau
penyebab) dan kelompok mana yang akan mengambil bentuknya.
Misalnya, jika variabel bebasnya adalah jumlah review, peneliti
memiliki tiga kelompok, kelompok pertama tidak menerima
review, kelompok kedua menerima satu review, dan kelompok
ketiga menerima dua review. Anda dapat memutuskan untuk
menerima Dalam pendidikan, ada banyak variabel bebas yang
dapat dimanipulasi (variabel aktif) dan variabel bebas yang tidak
dapat dimanipulasi. Variabel seperti metode pendidikan dan ukuran
kelompok dapat dimanipulasi, tetapi variabel seperti jenis kelamin
dan status sosial ekonomi tidak dapat dimanipulasi. Artinya kita
tidak bisa menuntut siswa laki-laki atau perempuan, karena sudah
sewajarnya siswa laki-laki dan perempuan. Memanipulasi variabel
melibatkan memutuskan siapa menjadi apa atau siapa mendapat
apa. Desain studi eksperimental dapat mencakup beberapa variabel
yang ditentukan, tetapi setidaknya satu variabel harus dimanipulasi.

2. Pengendalian/Kontrol
Ada dua asumsi yang menjadi dasar penelitian eksperimen, sebagai
berikut :
a) Apabila dua situasi sama dalam segala hal, kecuali faktor yang
ditambahkan ke atau dibuat dari salah salah satu situasi itu,
maka setiap perbedaan yang muncul diantarakedua situasi
tersebut dapat dikaitkan dengan faktor tersebut. Pernyataan ini
disebut hukum variabel tunggal (law of the single variable)
b) Apabila dua situasi tidak sama, tetapi dapat ditunjukkan bahwa
tidak ada satu variabel pun yang signifikan dalam menimbulkan
gejala yang sedang diteliti, atau apabila variabel yang signifikan
itu dibuat sama, maka setiap perbedaan yang terjadi diantara
kedua situasi itu sesudah dimasukkannya variabel baru kedalam
salah satu diantaranya, dapat dianggap sebagai disebabkan oleh
variabel baru tersebut. Pernyataan ini disebut hukum satu-
satunya variabel yang signifikan (the law of the only significant
variable).

3. Pengamatan

Untuk mengetahui apakah terdapat dampak manipulasi


variabel terhadap variabel terikat pada suatu penelitian
eksperimental, pengamatan perlu dilakukan. Pengamatan dilakukan
dalam karakteristik - karakteristik tingkah laku subyek yang
diteliti. Dalam melakukan pengamatan ini peneliti melakukan
pengukuran menggunakan memakai instrumen. Sebagai contoh,
jika peneliti melakukan penelitian eksperimen buat mengetahui
apakah metode eksperimental memiliki dampak terhadap prestasi
belajar matematika, maka sesudah aplikasi perlakukuan dilakukan
pengukuran dalam prestasi belajar matematika dalam ke 2 grup
eksperimen dan grup kontrol menggunakan memakai test
matematika. Hasil test lalu dibandingkan buat mengetahui apakah
masih ada disparitas yg signifikan.

D. Syarat Penelitian Eksperimen


Ada berbagai syarat yang harus diperhatikan dalam melakukan
penelitian eksperimen (Nazir, 2003) antara lain adalah:
1) Bebas dari bias. Maksud dari bias adalah penyimpangan. Jadi
dalam pelaksanaan eksperimen harus dirancang sedemikian rupa
sehingga dapat dihindari adanya penyimpangan;
2) Ada ukuran terhadap error. Rancangan yang baik ialah dapat
memprediksi error (semua variasi ekstra, yang juga mempengaruhi
hasil di samping pengaruh berbagai perlakuan yang dilaksanakan);
3) Mempunyai ketepatan. Rancangan eksperimen harus dapat
menjamin ketepatan atau presisi. Ketepatan dapat terjamin jika
error teknis (misalnya kurang akuratnya alat penimbang,
penggunaan meteran, dll) dapat dihilangkan.
4) Tujuannya jelas. Agar dapat mendesain eksperimen dengan baik
harus diawali penetapan tujuan yang jelas. Tujuan eksperimen pada
dasarnya adalah untuk mengetahui atau menjawab permasalahan
yang diajukan. Oleh karena itu tujuan eksperimen selalu
berhubungan dengan rumusan masalah yang diajukan. Misalnya
permasalahan: apakah terdapat perbedaan hasil panen padi A
dengan padi B? Maka tujuan eksperimen adalah melakukan
percobaan untuk membandingkan padi A dan padi B. Sampai di
sini, tujuan penelitian secara operasional masih kurang jelas, oleh
sebab itu harus dilengkapi dengan memberikan argumentasi
perlakuan seperti apa yang ditetapkan dan mengapa memilih
perlakuan seperti itu.
5) Mempunyai jangkauan yang cukup. Setiap eksperimen harus
mempunyai jangkauan yang luas berarti harus menjelaskan
operasionalisasi percobaan yang akan dilakukan dengan jelas
sampai pada tingkat yang diharapkan.
E. Prosedur Penelitian Eksperimen
Dalam melakukan sebuah penelitian eksperimen, seorang
peneliti harus memahami metodologi penelitian eksperimen dan
mengikuti prosedur penelitiannya secara tepat. Prosedur penelitian
eksperimen bisa dikatakan cukup rumit. Berikut adalah prosedur
penelitian eksperimen:

1. Mengidentifikasi Masalah Konkret


Seorang peneliti harus mengemukakan masalah yang benar-
benar terjadi atau dialami oleh calon subjek. Masalah dalam
penelitian eksperimen diuraikan dalam latar belakang penelitian
disertai indikator yang jelas tentang masalah tersebut. Gejala-gejala
dari masalah tersebut masih harus disertai bukti sebagai fakta. Hal
ini merupakan salah satu ciri dalam membuat laporan ilmuah.
Peneliti harus bersifat objektif dan masalah tersebut diwujudkan
dengan adanya data.
Peneliti dapat melakukan kegiatan wawancara, menyebarkan
skala sikap, melakukan observasi pada pihak terkait, maupun
cara lain untuk mengumpulkan data-data yang
tmerupakan gejala dalam penelitian. Proses pengumpulan data awal
untuk menemukan masalah ini merupakan pra-penelitian. Proses
pra-penelitian ini dilakukan menggunakan instrumen yang sudah
dibuat.
2. Menyusun Treatment yang Jelas
Setelah menemukan masalah konkret yang akan diteliti,
peneliti menyiapkan treatment (perlakuan) yang disusun terkait
dengan temuan masalah yang dialami subjek penelitian. Antara
perlakuan dan temuan masalah konkret haruslah memiliki
keterkaitan yang jelas didasarkan oleh sebuat teori. Peneliti perlu
mendalami dan menentukan perlakuan yang tepat untuk menangani
masalah dengan teknik analisis pengujiannya.
Perlakuan ini bisa saja sudah terlebih dahulu disiapkan oleh
peneliti jika hanya menguji metode temuannya yang tidak perlu
mencari masalah konkret, walaupun peneliti harus mencari subjek
yang memiliki ciri-ciri yang dapat diberi perlakuan yang jelas.
Perlakuan ini harus memiliki langkah implementasi selama
eksperimen berlangsung.
3. Mengumpulkan Subjek Penelitian Secara Random
Dalam penelitian eksperimen semu, subjek penelitian
ditentukan berdasarkan karakter khusus sesuai ketentuan peneliti.
Hal ini terjadi karena penelitian eksperimen semua termasuk
penelitian inferensial yang hasil penelitiannya tidak dapat
digeneralisasikan. Penentuan sunjek merupakan bagian pemilihan
sampel dalam kelompok non-probabilitas. Hasil penelitian
eksperimen semua hanya menggambarkan kondisi subjek pada saat
tersebut, bukan menggambarkan keberlangsungannya seperti
penelitian lain.
Setelah peneliti menentukan subjek penelitian, peneliti
menempatkan subjek ke kelompok kontrol dan kelompok
eksperimen. Penentuan kelompok dilakukan secara random. Hal ini
karena berkaitan dengan kaidah objektivitas suatu penelitian.
Langkah selanjutnya yaitu peneliti melakukan uji homogenitas
kedua kelompok untuk membuktikan kedua kelompok eksperimen
dan kelompok kontrol berada pada kondisi awal yang sama atau
memiliki kondisi variabel terikat yang berkedudukan sama.
Pelaksanaan treatment dapat dilakukan jika kedua kelompok
tersebut sudah terbukti homogen.
4. Menyusun Desain Rancangan Eksperimen
Peneliti harus menyusun rancangan eksperimennya sebelum
melakukan penelitian. Dalam penelitian di bidang pendidikan,
terdapat dua penelitian eksperimen yaitu pra- eksperimen dan
eksperimen semu. Kedua rancangan ini perlu dipahami oleh
peneliti.
a. Rancangan Pra-Eksperimen
Rancangan penelitian pra-eksperimen lebih sederhana dibanding
penelitian eksperimen yang lain terlihat dari jumlah kelompok
yang diteliti hanya satu kelompok. Teknik analisis statistik yang
digunakan juga sederhana yaitu hanya membandingkan kondisi
kelompok saat sebelum dan sesudah diberi perlakuan.
Umumnya, analisis yang digunakan adalah uji-t atau uji
ulangan, jika data yang didapatkan bersifat normal dan berskala
data interval. Prosedur rancangan pra-eksperimen yaitu:
1. peneliti merancang perlakuan melalui teori mendalam berupa
metode dan strategi yang tepat, berapa percobaan, dan kapan
diimplementasikan pada subjek penelitian.
2. Peneliti menyiapkan instrumen untuk mengukur perubahan
pada subjek penelitian dan panduan observasi untuk
mengamati eksperimen yang berlangsung.
3. Peneliti memberi perlakuan pada subjek penelitian sesuai
rancangan yang disusun.
4. Peneliti melakukan perngumpulan data berupa post-test
untuk mengukur perubahan diri subjek akibat perlakuan
dengan menggunakan instrumen yang disiapkan di langkah
kedua.
5. Melakukan analisis hasil penelitian dengan membandingkan
hasil selama pre-test
dengan post-test.
b. Rancangan Eksperimen Semu
Kelompok eksperimen semu yaitu kelompok eksperimen
(kelompok yang akan diberikan perlakuan) dan kelompok
kontrol (kelompok yang tidak dikenakan perlakuan yang
berfungsi sebagai pembanding untuk mengetahui perbedaan
yang mungkin akan tampak antara kelompok eksperimen dan
kelompok kontrol). Dalam eksperimen ini kedua kelompok
harus bersifat homogen lalu diberi perlakuan pada kelompok
eksperimen sesuai rancangan yang dibuat dan kelompok kontrol
dikenai perlakuan yang berbeda atau tanpa ada perlakuan.
Pelaksanaan post-test dilakukan setelah perlakuan eksperimen
berakhir. Post-test dilakukan pada kedua kelompok lalu hasilnya
dibandingkan apakah efektif atau terdapat pengaruh terhadap
kondisi subjek penelitian. Prosedur rancangan eksperimen semu:
1. Peneliti menempatkan subjek pada kelompok eksperimen dan
kelompok kontrol secara random.
2. Peneliti merancang perlakuan melalui teori mendalam berupa
metode dan strategi yang tepat, berapa percobaan, dan kapan
diimplementasikan pada subjek penelitian.
3. Peneliti menyiapkan instrumen untuk mengukur perubahan
pada subjek penelitian dan panduan observasi untuk
mengamati eksperimen yang berlangsung.
4. Peneliti memberikan perlakukan pada kelompok eksperimen
sesuai rancangan, sedangkan kelompok kontrol dikenakan
perlakuan yang berbeda.
5. Setelah melakukan perlakuan, peneliti mengumpulkan data
post-test pada kedua kelompok untuk mengukut perubahan
diri subjek akibat adanya perlakuan menggunakan alat ukur
yang telah dirancang di tahap kedua.
6. Peneliti melakukan analisis hasil penelitian dengan
membandingkan hasil post-test di antara kedua kelompok.
5. Melakukan Uji Hipotesis
Peneliti harus memahami taraf signifikansi pada penelitian
inferensial. Hal ini untuk menguji suatu hipotesis. Dalam
menggunaka analisis statistik pada umumnyam peneliti
mneggunakan teori kemungkinan-kemungkinan (probabilitas).
Kesimpulan yang disandarkan pada keputusan statistik tidak dapat
ditopak oleh kepercayaan mutlak seratus persen. Peneliti harus
memberi peluang untuk salah dalam menolak hipotesis. Taraf
signifikansi umumnya diukur dari p sebesar 1% atau 5%. Taraf
signifikansi diberi simbol p atau alpha () atau sig yang
dinyatakan dalam persentase atau proporsi, berarti besarnya
perluang kesalahan. Misal, skor sig sebesar 0,015 atau 1,5% berarti
peluang kesalahan atau hasil berbeda (salah) sebesar 15 dari 1.000
kejadian penelitian sesuai topik. Jika taraf signifikansi sebesar 5%
berarti taraf kepercayaannnya 95%.
Dalam analisis statisitk, peneliti perlu membaca sig (nilai
skor) baru membaca skor t (hasil uji-t) atau skor F (hasil Anova).
Jika ada perbedaan, peneliti membandingkah hasil rerata pada
kelompok yang digunakan. Peneliti dapat melihat hasil
signifikansinya antara kelompok eksperimen dan kelompok
kontrol. Hasil signifikansi (peluang kesalahan) dibagi dalam tiga
kelompok yaitu:
1. p < 0,01, yaitu penelitian tergolong sangat signifikan,
hipotesis yang terkait tentang efektivitas, pengaruh, atau
perbedaan dapat diterima).
2. p < 0,050 (antara 0,011 – 0,05), yaitu penelitian terbukti
signifikan, hipotesis yang terkait tentang efektivitas,
pengaruh, atau perbedaan dapat diterima).
3. P > 0,05, yaitu penelitian tersebut tidak signifikan
(nirsignifikan), hipotesis yang terkait tentang efektivitas,
pengaruh, atau perbedaan dapat ditolak).
F. Jenis-Jenis Penelitian Eksperimen
Penelitian eksperimen terdiri dari 3 macam, yaitu pra-eksperimen,
eksperimen murni, dan eksperimen semu.

1. Pra-eksperimen
Pra-eksperimen dilakukan hanya untuk 1 kelompok atau
biasa disebut kelompok eksperimen. Pra-eksperimen sangat
mungkin dilakukan jika jumlah subjek memang hanya sedikit.
Oleh karena itu, treatment eksperimen hanya dilakukan pada
kelompok eksperimen itu saja.
Seperti yang dijelaskan sebelumnya bahwa pemilihan
subjek penelitian dalam pra- eksperimen dengan cara purposive,
yakni dipilih dengan ciri-ciri tertentu sesuai ketentuan dari
peneliti. Ciri-ciri subjek dalam pra-eksperimen tersebut
merupakan gambaran dari variabel terikatnya yang akan diukur
kembali (perubahannya) setelah ada treatment.
Pra-eksperimen tidak menggunakan kelompok kontrol atau
kelompok pembanding, melainkan hanya satu kelompok
(kelompok eksperimen). Akibat kondisi inilah menimbulkan
kelemahan pada penelitian pra-eksperimen, yakni lemahnya
validitas internal akibat tanpa adanya kelompok pembanding,
sehingga hasil penelitian pra- eksperimen belum dapat
meyakinkan bahwa perubahan yang terjadi memang benar-benar
sebagai akibat treatment.
2. Penelitian Murni
Pada umumnya penelitian murni dilakukan pada bidang
sains, misalnya bidang fisika atau kimia. Pada umumnya
pelaksanaan eksperimen murni untuk meneliti kemungkinan
adanya hubungan sebab-akibat di antara variabel-variabel dengan
cara menghadapkan kelompok eksperimental pada beberapa
macam kondisi perlakuan dan membandingkan akibat atau hasil
dengan satu atau lebih kelompok kontrol yang tidak dikenai
perlakuan.
Selain menggunakan kelompok kontrol, dalam eksperimen
murni sangat menekankan adanya variabel kontrol (selain variabel
bebas dan terikat). Variabel kontrol yang dimaksud adalah kondisi
subjek penelitian yang harus sama melalui pengendalian oleh
peneliti. Pengendalian terhadap kondisi (variabel kontrol) dalam
penelitian eksperimen murni merupakan satu persyaratan yang
harus dilakukan.

3. Ekperimen Semu
Penelitian eksperimen semu memiliki kemiripan dengan
kondisi penelitian eksperimental murni, yaitu memiliki kelompok
eksperimen maupun kelompok kontrol. Bahkan, kedua jenis
eksperimen ini memilki prosedur (tahap-tahap yang dilalui) sama.
Namun kedua jenis eksperimen tersebut tetap memiliki perbedaan
terutama pada keberadaan variabel kontrol. Pada eksperimen
semu, tidak semua variabel yang relevan dapat dikendalikan dan
dimanipulasi. Kemudian, lebih menekankan adanya kelompok
kontrol dan kelompok eksperimen, tanpa mementingkan variabel
kontrol. Kondisi (variabel) lain di luar variabel yang diteli dari
subjek penelitian dikesampingkan, atau tanpa dikontrol, karena
subjek dianggap memiliki kondisi yang relatif sama. Padahal
setiap subjek penelitian dalam eksperimen semu selalu memiliki
kondisi yang beragam, tidak ada yang sama persis. Oleh karena
itu, sebaiknya peneliti menyadari betul keterbatasan penelitian ini
dan seberapa jauh validitas internal dan eksternalnya.
Dalam eksperimen semu, pemberian treatment hanya
diberikan pada kelompok eksperimen. Sedangkan, kelompok
kontrol diberi perlakuan berbeda atau bahkan tanpa ada perlakuan.
Selanjutnya subjek pada kedua kelompok diukur kembali kondisi
dan perubahan yang terjadi. Dalam penelitian eksperimen semu,
peneliti mengharapkan adanya perbedaan perubahan kondisi
subjek sebagai akibat dari treatment.

G. Kelebihan dan Kekurangan Penelitian Eksperimen


1. Kelebihan Penelitian Eksperimen
Beberapa keuntungan penelitian eksperimen seperti yang
diungkapkan oleh Wray dkk dalam buku berjudul “Projects in
linguistics: a practical guide to researching language” sebagai
berikut:
a. Penelitian eksperimental sangat penting untuk sebagian pihak
yang sulit menerima validitas penelitian tanpa eksperimen.
b. Penelitian eksperimental yang direncanakan dengan baik
memberikan hasil yang dapat diproses, yakni dengan
ditentukan lebih awal dan memberikan bukti jelas yang
menyatakan mendukung atau menolak hipotesis yang
ditetapkan sebelumnya.
c. Secara teoritis, semua perencanaan dalam penelitian
eksperimental telah disusun dengan baik dan tidak ada situasi
apapun yang mampu mengubahnya. Sehingga hasilnya mudah
dihubungkan antara satu dengan lainnya serta dengan
penelitian eksperimental lainnya yang dilakukan dengan cara
yang sama.
d. Penelitian eksperimental yang dideskripsikan secara jelas
dapat diperbaiki pada penelitian berikutnya atau diulang oleh
orang lain.
e. Data eksperimen jauh lebih fokus dibandingkan dengan data
rekaman dari ucapan spontan atau wawancara informal,
sehingga hal ini menjadi lebih mudah memaknai, memproses
dan mengevaluasi.
2. Kekurangan Penelitian Eksperimental
Adapun kekurangan yang disebutkan oleh Wray dkk pada buku
berjudul “Projects in linguistics: a practical guide to researching
language” sebagai berikut:
a. Penelitian eksperimental dapat menurunkan situasi sampai
batas minimum. Beberapa situasi dapat diperlakukan dengan
cara tersebut, tetapi pada situasi yang lain hal tersebut tidak
mungkin.
b. Perilaku orang mudah diukur dalam kondisi eksperimental,
tetapi bagaimana membandingkannya dengan perilaku mereka
dalam kondisi non-eksperimental.
c. Penelitian eksperimental sering berakhir lebih sulit dan
sepertinya lebih mudah merencanakan dari pada
melaksanakannya.
d. Semakin banyak subyek yang digunakan, semakin kurang bisa
memahaminya. Hal ini memungkinkan adanya variabel
tersembunyi yang berkontribusi terhadap hasil.
e. Beberapa orang (misalnya, anak-anak) tidak dapat dijadikan
subjek penelitian eksperimen yang baik karena mereka
memiliki konsentrasi yang singkat, merasa tidak nyaman dites,
atau terganggu oleh peneliti.
f. Mungkin saja sulit meyakini bahwa subjek sungguh-sungguh
memahami apa yang mesti dilakukan.
g. Sulit menghindari kesalahan desain, seperti ambiguitas dalam
rangsangan atau instruksi.

Anda mungkin juga menyukai