Anda di halaman 1dari 37

BAB I

PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Salah satu penelitian yang sering dilakukan oleh seorang peneliti di
bidang

pendidikan

adalah

penelitian

eksperimen.

Dalam

penelitian

eksperimen, variabel-variabel yang ada termasuk variabel bebas atau


independent variabel dan variabel terikat atau dependent variabel, sudah
ditentukan secara tegas oleh para peneliti sejak awal penelitian.
Variabel bebas biasanya merupakan variabel yang dimanipulasi secara
sistematis. Di bidang pendidikan, yang diidentifikasi sebagai variabel bebas
diantaranya

termasuk:

(reinforcement),
lingkungan

metode

frekuensi

belajar,

mengajar,

penguatan,

materi

sebagainya. Sedangkan variabel

belajar,

macam-macam

sarana
jumlah

prasarana
kelompok

penguatan
pendidikan,

belajar,

dan

terikat yang sering juga disebut sebagai

criterion variabel merupakan variabel yang diukur sebagai akibat adanya


manipulasi pada variabel bebas. Variabel terikat ini disebut dependent
variabel karena memang fungsi mereka tergantung dari variabel bebas. Yang
sering dikelompokkan sebagai variabel terikat di bidang pendidikan, misalnya
hasil belajar siswa, kesiapan belajar siswa, kemandirian siswa, dan
sebagainya.
Salah satu contoh, misalnya pada waktu melihat prestasi siswanya
rendah seorang pendidik sudah berpikir bagaimana cara mengatasinya. Untuk
itu, berdasarkan hasil diklat yang diikutinya, mereka ingin mencoba
menerapkan melalui penelitian. Apakah hasil belajar siswa yang diajar
dengan metode belajar yang selama ini dilakukan lebih jelek dibandingkan
dengan metode baru yang diperoleh waktu diklat. Untuk mencoba guru
tersebut tidak memahami jenis penelitian apa yang tepat digunakan untuk
mengatasi masalah tersebut. Belum semua pendidik menguasai berbagai jenis
penelitian. Jenis penelitian yang sering digunakan pendidik dalam mengatasi
masalah pembelajaran adalah penelitian tindakan kelas, penelitian deskriptif,

penelitian korelasional, dan penelitian eksperimen. Jenis pendekatan


penelitian yang paling tepat untuk merealisasi kegiatan pendidik dalam
membandingkan dua metode pembelajaran terhadap hasil belajar adalah
melalui penelitian eksperimen.
Dalam setiap penelitian yang bersifat eksperimen selalu menggunakan
validasi untuk membuktikan penelitian tersebut bernilai ilmiah dan valid.
Validitas berkaitan dengan persoalan untuk membatasi atau menekan
kesalahan-kesalahan dalam penelitian sehingga hasil yang diperoleh akurat
dan berguna untuk dilaksanakan. Validitas adalah istilah penting dalam
penelitian yang mengacu pada konseptual dan kesehatan ilmiah dari sebuah
studi penelitian (Graziano & Raulin, 2004). Untuk menghasilkan kesimpulan
yang valid, konsep yang sangat penting dan berguna dalam segala
bentuk metodologi penelitian. Tujuan utamanya adalah untuk meningkatkan
akurasi dan kegunaan temuan dengan menghilangkan atau mengendalikan
banyak kemungkinan variabel pengganggu, yang memungkinkan untuk
kepercayaan yang lebih besar dalam temuan sebuah studi yang diberikan.
Membicarakan validitas sebagai terminologi penelitian, setidak-tidaknya akan
sampai pada dua pengertian, yakni berkaitan dengan pengukuran dan yang
kedua berkaitan dengan penelitian itu sendiri. validitas berkaitan dengan tiga
unsur; alat ukur, metode ukuran dan pengukur (peneliti). Validitas ukur adalah
suatu keadaan dimana alat ukur yang digunakan untuk mengukur karakteristik
seperti yang diinginkan oleh peneliti untuk diukur. Validitas penelitian
mempunyai pengertian yang berbeda dengan validitas pengukuran, walaupun
untuk mencapai validitas penelitian syarat validitas pengukuran harus
terpenuhi pula. Ada empat jenis yang berbeda dari validitas (validitas internal,
eksternal validitas, validitas konstruk, dan validitas kesimpulan statistik) yang
berinteraksi untuk mengendalikan dan meminimalkan dampak dari berbagai
faktor asing yang dapat mengacaukan studi dan mengurangi akurasi yang
kesimpulan. Namun, yang akan dibahas sekarang adalah yang dikenal dengan
validitas eksternal dan internal yang dikemukakan oleh Sugiyono yang

membagi validitas menjadi dua jenis, yaitu validitas internal dan validitas
eksternal.
B. Rumusan Masalah
1. Apa yang dimaksud dengan penelitian eksperimen?
2. Bagaimana karakteristik penelitian eksperimen?
3. Apakah pengertian validitas internal dan masing-masing faktor yang
mempengaruhi validitas internal?
4. Apakah pengertian validitas ekternal dan masing-masing faktor yang
mempengaruhi validitas eksternal?
5. Bagaimanakah desain eksperimen?
C. Tujuan Penulisan
Tujuan penulisan dari makalah ini adalah:
1. Untuk mengetahui pengertian karakteristik penelitian eksperimen
2. Untuk mengetahui karakteristik penelitian eksperimen
3. Untuk mengetahui pengertian dan faktor-faktor yang mempengaruhi
validitas internal
4. Untuk mengetahui pengertian dan faktor-faktor yang mempengaruhi
validitas ekternal
5. Untuk mengetahui jenis-jenis desain eksperimen
D. Manfaat Penulisan
Manfaat penulisan dari makalah ini adalah:
1. Sebagai bahan pustaka untuk bidang yang relevan
2. Sebagai bahan aktualisasi diri
3. Sebagai bahan penilaian perkuliahan

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Pengertian Penelitian Eksperimen
Penelitian eksperimen merupakan suatu penelitian yang menjawab
pertanyaan jika kita melakukan sesuatu pada kondisi yang dikontrol secara
ketat maka apakah yang akan terjadi?. Untuk mengetahui apakah ada
perubahan atau tidak pada suatu keadaan yang dikontrol secara ketat maka
kita memerlukan perlakuan (treatment) pada kondisi tersebut dan hal inilah
yang dilakukan pada penelitian eksperimen. Sehingga penelitian eksperimen
dapat dikatakan sebagai metode penelitian yang digunakan untuk mencari
pengaruh perlakuan tertentu terhadap yang lain dalam kondisi yang
terkendalikan (Sugiono, 2010).
Menurut Solso & MacLin (2002), penelitian eksperimen adalah suatu
penelitian yang di dalamnya ditemukan minimal satu variabel yang
dimanipulasi untuk mempelajari hubungan sebab-akibat. Oleh karena itu,
penelitian eksperimen erat kaitanya dalam menguji suatu hipotesis dalam
rangka mencari pengaruh, hubungan, maupun perbedaan perubahan terhadap
kelompok yang dikenakan perlakuan.
Menurut

Yatim

Riyanto

(1996:28-40),

penelitian

eksperimen

merupakan penelitian yang sistematis, logis, dan teliti di dalam melakukan


kontrol terhadap kondisi. Dalam pengertian lain, penelitian eksperimen
adalah penelitian dengan melakukan percobaan terhadap kelompok
eksperimen, kepada tiap kelompok eksperimen dikenakan perlakuanperlakuan tertentu dengan kondisi-kondisi yang dapat dikontrol.
Menurut Wiersma (1991) dalam Emzir (2009), penelitian eksperimen
sebagai suatu situasi penelitian yang sekurang-kurangnya satu variabel bebas,
yang disebut sebagai variabel eksperimental, sengaja dimanipulasi oleh
peneliti.
Menurut Arikunto (2006), penelitian eksperimen adalah suatu cara
untuk mencari hubungan sebab akibat (hubungan kausal) antara dua faktor

yang sengaja ditimbulkan oleh peneliti dengan mengeliminasi atau


mengurangi atau menyisihkan faktor-faktor lain yang mengganggu.
Jadi, dengan kata lain, suatu penelitian eksperimen pada prinsipnya
dapat didefinisikan sebagai metode sistematis guna membangun hubungan
yang mengandung fenomena sebab-akibat (causal-effect relationship).
Contoh hubungan sebab akibat dibidang pendidikan misalnya, seorang
mahasiswa yang mempunyai nilai matematika tinggi cenderung berhasil
dalam menyelesaikan mata kuliah merencana mesin. Penelitian eksperimen
pada umumnya dilakukan oleh peneliti untuk menjawab pertanyaan yang
berkaitan dengan sesuatu jika dilakukan pada kondisi yang dikontrol dengan
teliti, maka apa yang akan terjadi? Disamping itu, penelitian eksperimen
dilakukan oleh peneliti dengan tujuan mengatur situasi dimana pengaruh
beberapa variabel terhadap satu atau variabel terikat dapat diidentifikasi.

B. Karakteristik Penelitian Eksperimen


Ciri utama penelitian eksperimen yang membedakannya dengan semua
jenis penelitian lainnya adalah perlakuan atau manipulasi ternadap variabel
bebas untuk mengetahui efeknya terhadap variabel terikat. Variabel yang
dilibatkan, yaitu variabel bebas dan variabel terikat, sudah ditetapkan secara
tegas oleh peneliti sejak awal penelitian. Variabel bebas (disebut juga variabel
perlakuan, variabel independen, atau variabel penyebab) adalah variabel yang
dimanipulasi secara sistematis dalam eksperimen. Contoh variabel bebas
adalah metode pembelajaran, jenis-jenis penguatan, frekuensi penguatan
media pembelajaran, lingkungan belajar, mater pembelajaran, jumlah
kelompok belajar, dan sebagainya. Sedangkan variabel terikat (disebut iuga
variabel kriteria atau variabel dependen) adalah variabel yang diukur sebagai
akibat adanya perlakuan terhadap variabel bebas. Contoh variabel terikat
dalam penelitian pendidikan, antara lain adalah hasil belajar siswa, kesiapan
belajar siswa, kemandirian belajar, dan/atau skor tes.
Menurut Christensen (1988), penelitian eksperimen memiliki beberapa
ciri khas, yaitu:

1. Variabel penelitian dan situasi perlakuan diatur secara ketat, dengan


menetapkan perlakuan, kontrol dan pengacakan.
2. Adanya

kelompok

pengendali

sebagai

pembanding

bagi

kelompok eksperimen.
3. Mengendalikan variansi untuk memaksimalkan variansi variabel yang
berkaitan dengan hipotesis penelitian, meminimalisir variansi variabel
pengganggu yang mungkin mempengaruhi hasil eksperimen juga
meminimalisir variansi kekeliruan.termasuk kekeliruan pengukuran.
Pemilihan dan penentuan subyek serta penempatan subyek dalam
kelompok perlakuan dan kelompok pengendalian juga dilakukan secara
acak.
4. Validitas internal diperlukan pada desain eksperimen guna mengetahui
apakah manipulasi benar-benar berdampak pada perbedaan hasil yang
dicapai.
5. Validitas eksternal berkaitan dengan bagaimana keterwakilan populasi dan
ketergeneralisasian hasil eksperimen.
Eksperimen dalam bidang pendidikan berdasarkan lokasinya dapat
dibedakan atas dua bentuk, yaitu eksperimen di laboratorium dan eksperimen
di luar laboratorium. Eksperimen di laboratorium dilaksanakan Peneliti dalam
sebuah ruangan tertutup atau dalam kondisi tertentu untuk meningkatkan
akurasi hasil penelitian. Sedangkan eksperimen di luar laboratorium (juga
disebut eksperimen lapangan) biasanya dilakukan oleh peneliti guna
mendapatkan hasil eksperimen dalam lingkungan yang sebenamya, misalnya
di kelas atau di masyarakat.
Dari kedua bentuk penelitian eksperimen tersebut eksperimen di luar
laboratorium adalah bentuk eksperimen yang paling banyak dilakukan,
karena mempunyai beberapa keunggulan, misalnya:
1. Lebih mudah dalam pemberian perlakuan;
2. Memungkinkan untuk melakukan eksperimen pada kondisi yang
sebenarnya;

3. Hasil eksperimen lebih sesuai dengan permasalahan yang dihadapi oleh


para pendidik. Sedangkan kelemahan utamanya adalah sulit untuk
mengendalikan variabel-variabel luar yang mengancam validitas internal
dan validitas eksternal hasil eksperimen.
Eksperimen laboratorium memiliki keunggulan utama, yaitu sangat
cocok untuk mendalami masalah yang berkaitan dengan pengembangan
ilmu pengetahuan, termasuk ilmu pendidikan. Dalam pelaksanaan
eksperimen ini memungkinkan untuk mengendalikan variabel-variabel luar
yang mengancam validitas internal dan validitas eksternal hasil eksperimen.
Namun karena ketatnya pengendalian terhadap variabel-variabel luar,
sehingga hasil eksperimen ini adakalanya tidak memungkinkan untuk
diterapkan pada kondisi yang sebenarnya.
Ada tiga hal yang menjadi karakteristik penelitian eksperimental:
1. Manipulasi, dimana peneliti menjadikan salah satu dari sekian variabel
bebas untuk menjadi sesuai dengan apa yang diinginkan oleh peneliti,
sehingga

variabel

lain

dipakai

sebagai

pembanding

yang

bisa

membedakan antara yang memperoleh perlakuan/manipulasi dengan yang


tidak memperoleh perlakuan/manipulasi.
2. Pengendalian, dimana peneliti menginginkan variabel yang diukur itu
mengalami

kesamaan

sesuai

dengan

keinginan

peneliti

dengan

menambahkan faktor lain ke dalam variabel atau membuang faktor lain


yang tidak diinginkan peneliti dari variable.
3. Pengamatan, dimana peneliti melakukan suatu kegiatan mengamati untuk
mengetahui apakah ada pengaruh manipulasi variabel (bebas) yang telah
dilakukannya

terhadap

variabel

lain

(terikat)

dalam

penelitian

karakteristik

penelitian

eksperimental yang dilakukannya.


Danim

(2002),

menyebutkan

beberapa

eksperimen, yaitu:
1. Variabel-veniabel penelitian dan kondisi eksperimen diatur secara tertib
ketat

(rigorous

management),

baik

dengan

memanipulasi langsung, maupun random (acak).

menetapkan

kontrol,

2. Adanya kelompok kontrol sebagai data dasar (base line) untuk


dibandingkan dengan kelompok eksperimen.
3. Penelitian ini memusatkan diri pada pengontrolan variansi, untuk
memaksimalkan variansi variabel yang berkaitan dengan hipotesis
penelitian, meminimalkan variansi variabel pengganggu yang mungkin
mempengaruhi hasil eksperimen, tetapi tidak menjadi tujuan penelitian. Di
samping itu, penelitian ini meminimalkan variansi kekeliruan, termasuk
kekeliruan pengukuran. Untuk itu, sebaiknya pemilihan dan penentuan
subjek, serta penempatan subjek dalarn kelompok-kelompok dilakukan
secara acak.
4. Validitas internal (internal validity) mutlak diperlukan pada rancangan
penelitian eksperimen, untuk mengetahui apakah manipulasi eksperimen
yang dilakukan pada saat studi ini memang benar-benar menimbulkan
perbedaan.
5. Validitas eksternalnya (external validity) berkaitan dengan bagaimana
kerepresentatifan penemuan penelitian dan berkaitan pula dengan
menggeneralisasikan pada kondisi yang sama.
6. Semua variabel penting diusahakan konstan, kecuali variabel perlakuan
yang secara sengaja dimanipulasikan atau dibiarkan bervariasi.
Selain itu, dalam penelitian eksperimen ada tiga unsur penting yang
harus diperhatikan dalam melakukan penelitian ini, yaitu kontrol, manipulasi,
dan pengamatan. Variabel kontrol disini adalah inti dari metode
eksperimental, karena variabel kontrol inilah yang akan menjadi standar
dalam melihat apakah ada perubahan, maupun perbedaan yang terjadi akibat
perbedaan perlakuan yang diberikan. Sedangkan manipulasi disini adalah
operasi yang sengaja dilakukan dalam penelitian eksperimen. Dalam
penelitian ini, yang dimanipulasi adalah variabel independent dengan
melibatkan kelompok-kelompok perlakuan yang kondisinya berbeda. Setelah
peneliti menerapkan perlakuan eksperimen, peneliti harus mengamati untuk
menentukan apakah hipotesis perubahan telah terjadi (Observasi).

Dari beberapa penjelasan di atas secara garis besar dapat kita simpulkan
karakteristik penelitian eksperimen adalah antara lain :
1. Menggunakan kelompok kontrol sebagai garis dasar untuk dibandingkan
dengan kelompok yang dikenai perlakuan eksperimental.
2. Menggunakan sedikitnya dua kelompok
3. Harus mempertimbangkan kesahihan ke dalam (internal validity).
4. Harus mempertimbangkan kesahihan ke luar (external validity).
C. Validitas Internal Faktor-faktor yang Mempengaruhi Validitas Internal
Validitas internal mengacu pada kemampuan desain penelitian untuk
menyingkirkan atau membuat masuk akal penjelasan alternatif hasil, atau
masuk akal dugaan sementara (Campbell, 1957; Kazdin, 2003c). Sebuah
hipotesis saingan yang masuk akal adalah interpretasi alternatif hipotesis
peneliti

tentang

interaksi variabel

independen

dan

dependen

yang

menyediakan penjelasan wajar tentang temuan lainnya dari hipotesis asli


peneliti (Rosnow & Rosenthal, 2002).
Tujuan desain paling eksperimental adalah untuk menunjukkan bahwa
variabel independen langsung bertanggung jawab atas efek pada variabel
dependen. Idealnya,

pada

akhir

penelitian,

peneliti ingin

membuat

pernyataan yang mencerminkan beberapa tingkat sebab-akibat antara variable


independen dan variabel dependen. Dengan merancang kuat eksperimental
kontrol ke dalam studi, validitas internal meningkat dan hipotesis saingan dan
pengaruh asing yang diminimalkan. Hal ini memungkinkan peneliti untuk
mengetahui atribut hasil penelitian lebih percaya diri pada variabel
independen atau variabel bebas (Kazdin 2003c; Rosnow & Rosenthal, 2002).
Pengaruh asing yang tidak terkendali lain pengaruh dari variabel independen
yang bisa menjelaskan hasil studi yang disebut sebagai ancaman terhadap
validitas internal.
Mungkin wawancara memberikan peserta kontrol kesempatan untuk
mendiskusikan gejala mereka, yang menghasilkan beberapa bantuan gejala
bahkan tanpa terapi. Setelah semua dukungan sosial telah dikaitkan dengan

hasil positif untuk depresi. Efek yang sama dapat diamati bahkan tanpa
adanya kontak manusia. Kesimpulannya, ancaman terhadap validitas internal
studi yang umum dan tidak dapat dihindari. Mereka dapat terjadi sendiri atau
dalam kombinasi, dan mereka dapat menciptakan alternatif yang masuk akal
yang tidak diinginkan hipotesis untuk hasil penelitian. Beberapa dari
ancaman ini dapat ditangani efektif melalui komponen desain (misalnya,
kelompok kontrol dan randomisasi) pada awal penelitian, sementara yang lain
(misalnya, pengurangan) mengambil tempat selama penelitian.
Validitas internal adalah sejauh mana hasil sebuah studi penelitian klinis
tidak bias. Beberapa karakteristik penelitian mempengaruhi validitas internal.
Validitas internal ini adalah tingkatan dimana hasil-hasil penelitian dapat
dipercaya kebenarannya atau berkenaan dengan derajat akurasi antar desain
penelitian dan hasil yang dicapai.. Validitas internal merupakan hal yang
esensial yang harus dipenuhi jika peneliti menginginkan hasil studinya
bermakna. Validitas internal mengacu pada kemampuan desain penelitian
untuk menyingkirkan atau membuat masuk akal penjelasan alternatif hasil,
atau masuk akal dugaan sementara (Campbell, 1957; Kazdin, 2003c).
Validitas internal eksperimen lab dapat dipengaruhi oleh sejumlah
faktor pencemar yang masih ada yang bisa memberikan penjelasan saingan
mengenai apa yang menyebabkan variabel terikat. Faktor pencemar yang
mungkin ada ini merupakan ancaman untuk validitas internal. Delapan
ancaman utama pada validitas internal adalah :
1. Sejarah (History)
Peristiwa yang terjadi pada waktu yang lalu yang kadang-kadang
dapat berpengaruh terhadap variabel keluaran (variabel terikat). (Dasardasar Riset Keperawatan). Oleh karena itu terjadinya perubahan variabel
terikat, kemungkinan bukan sepenuhnya disebabkan karena perlakuan atau
eksperimen, tetapi juga dipengaruhi oleh faktor sejarah atau pengalaman
subjek penelitian terhadap masalah yang dicobakan, atau masalah-masalah
lain yang berhubungan dengan eksperimen tersebut.

Peristiwa atau faktor tertentu yang berdampak pada hubungan


variabel bebas dan variabel terikat mungkin muncul tanpa diduga
sementara ekperimen dilakukan, dan sejarah peristiwa tersebut akan
mengacaukan hubungan sebab akibat antara kedua variabel, sehingga
mempengaruhi validitas internal. Misalnya, katakanlah bahwa manajer
sebuah Devisi Produk Susu ingin menguji pegaruh promosi penjualan
beli satu, gratis satu terhadap penjualan merek keju milik perusahaan,
selama seminggu. Dengan teliti dia mencatat penjualan keju selama dua
minggu sebelumnya untuk menilai pengruh promosi. Namun, tepat ketika
dia melakukan promosi penjualannya. Asosiasi petani susu secara tidak
terduga meluncurkan sebuah iklan multimedia mengenai manfaat
mengkonsumsi produk susu, terutama keju. Penjualan semua produk susu,
termasuk keju, meningkat disemua toko, termasuk eksperimen sedang
dilakukan. Dalam hal ini, karena iklan yang tidak terduga tersebut, seorang
tidak dapat memastikan seberapa kenaikan penjualan keju yang diteliti
disebabkan oleh promosi penjualan dan seberapa yang disebabkan oleh
iklan asosiasi petani susu! Pengaruh sejarah telah mempengaruhi validitas
atau keyakinan pada kesimpulan bahwa promosi penjualan menyebabkan
kenaikan penjualan.
2. Kematangan (Maturitas)
Manusia, binatang, atau benda-benda lainnya sebagai subjek
penelitian selalu mengalami perubahan. Pada manusia perubahan berkaitan
dengan proses kematangan atau maturitas, baik secara biologis maupun
psikologis. (Dasar-dasar Riset Keperawatan). Dengan bertambahnya
kematangan pada subjek ini akan berpengaruh terhadap variabel terikat.
Dengan demikian, maka perubahan yang terjadi pada variabel terikat
bukan saja karena adanya eksperimen, tetapi juga disebabkan karena
proses kematangan pada subjek yang mendapatkan perlakuan atau
eksperimen.
Kesimpulan sebab-akibat dapat dicemari oleh pengaruh penjualan
waktu variabel lain yang tidak bisa dikontrol. Pencemaran tersebut

disebut pengaruh

matusari

(maturation

effect).

Pengaruh

matusari

merupakan sebuah fungsi dari proses biologis dan pisikologis yang berlaku
dalam responden sebagai hasil dari perjalanan waktu. Contoh proses
maturasi bisa meliputi pertambahan usia, kelelahan, rasa lapar dan
kebosanan. Dengan kata lain, terdapat pengaruh maturasi pada variabel
terikat dan murni karena perjalan waktu. Misalnya, katakanlah bahwa
seorang direktur litbank (R & D) berpendapat bahwa kenaikan efisiensi
pekerja akan dihasilkan dalam waktu tiga bulan jika teknologi caggih yang
diterapkan dalam situasi kerja. Bila pada akhir pada tiga bulan tersebut
kenaikan efisiensi benar-benar ada akan sulit akan menyatakan bahwa
teknologi canggih (dan itu hanya satu-satunya) meningkatkan efisiensi
kerja karena seiring dengan perjalalan waktu, pengalaman karyawan juga
bertambah, yang menghasilkan kinerja yang lebih baik dan karena itu
meningkatkan efisiensi dengan demikian, validitas internal juga berkurang
karena matusari sehingga sulit untuk menentukan berapa banyak kenaikan
yang dapat dikaitkan dengan penerapan teknologi canggih tersebut.
3. Prosedur Tes (Testing)
Pengalaman pada pretes dapat mempengaruhi hasil postes, karena
kemungkinan para subjek penelitian dapat mengingat kembali jawabanjawaban yang salah pada waktu pretes, dan kemudian pada waktu postes
subjek tersebut dapat memperbaiki jawabannya. (Dasar-dasar Riset
Keperawatan). Oleh sebab itu, perubahan variabel terikat tersebut bukan
karena hasil eksperimen saja, tetapi juga karena pengaruh dari pretes.
Sering kali, untuk menguji sebuah perlakuan, subjek diberi apa yang
disebut prates (Pra test misalnya sebuah kuesioner singkat untuk
mengungkapkan perasaan mereka). Yaitu, pertama-tama dilakukan
pengukuran variabel terikat (pratest), kemudian perlakuan diberikan, dan
setelah itu tes kedua, disebut pascates(posttest), diadakan. Perbedaan
antara skor prates dan pascates kemudian dihubungkan dengan perlakuan,
tetapi, ketika responden diberi prates, hal tersebut mungkin mempengaruhi

respons mereka dalam pascates, yang akan berdampak merugikan terhadap


validitas internal.
Misalnya, jika pekerjaan yang menantang diduga menyebabkan
peningkatan kepuasan kerja, dan sebuah prates menganai kepuasan kerja
dilakukan untuk menanyakan tingkat kepuasan kerja karyawan terhadap
pekerjaan mereka saat ini. Hal tersebut mungkin membuat mereka peka
terhadap isu kepuasan kerja. Ketika sebuah pekerjaan menantang
diperkenalkan dan sesudahnya diberikan kuesioner kepuasan keja lebih
lanjut, responden sekarang mungkin bereaksi dan merespons pascates
dengan bingkai referensi yang berbeda disbanding jika mereka semula
tidak dibuat peka terhadap isu kepuasan kerja melalui prates.
Jenis kepekaan melalui pengujian sebelumnya disebut pengaruh
pengujian (testing effect), yang juga mempengaruhi validitas internal
desain eksperimen. Dalam kasus di atas, meskipun peningkatan kepuasan
kerja secara logis dapat di ukur melalui pra dan pascates, prates dapat
mengacaukan hubungan sebab akibat dengan membuat responden peka
terhadap pascates. Dengan demikian,pengaruh pengujian

merupakan

ancaman lain bagi validitas internal.


4. Instrumen (Instrumentation)
Alat ukur atau alat pengumpul data (instrumen) pada pretes biasanya
digunakan lagi pada postes. Hal ini sudah tentu akan berpengaruh terhadap
hasil postes tersebut. Dengan perkataan lain, perubahan yang terjadi pada
variabel terikat, bukan disebabkan oleh perlakuan atau eksperimen saja,
tetapi juga karena pengaruh instrumen.
Pengaruh instrumentasi adalah ancaman lain untuk validitas internal.
Hal tersebut bisa muncul karna perubahan dalam instrumentasi
pengiukuran antara prates dan pascarataes, dan bukan karena perbedaan
dampak perlakuan bisa memulai dengan berkonsentrasi pada seperangkat
prilaku kini nerubah dan tidak akan mencerminkan perubahan prilaku yang
dapat dihubungkan dengan perlakuan. Hal ini juga berlaku dalam kasus
instrumensi pengukuran fisik seperti keseimbingan pegas atau instrumen

lain yang dikalibrasi dengan baik yang mungkin kehilangan akurasinya


karena penggunaan terus menerus, yang menghasilkan kesalahan
pengkuran akhir.
Dalam organisasi, pengaruh instrumensi dalam desain eksperimen
adalah mungkin jika peneliti melakukan prates, memberikan perlakuan
pada kelompok eksperimen, dan manajer yang berbeda melakukan
pascates untuk mengukur kinerja. Seorang manajer kedua mungkin juga
menghitung jumlah barang cacat, dan manjer ketiga mempertimbangkan
jumlah sumber daya yang dihabiskan untuk menyelesaikan pekerjaan!
Dalam hal ini, ada setidaknya tiga instrument pengukuran yang berbeda.
Jika kita memperlakukan tiap manajer sebagai sebuah instrument
pengukuran kinerja. Dengan demikian pengaruh instrumentasi juga
merupakan ancaman bagi validitas internal dalam desain eksperimen.
5. Regresi ke Arah Nilai Rata-rata (Regressien Toward The Mean)
Ancaman ini terjadi karena adanya nilai-nilai ekstrem tinggi maupun
ekstrem rendah dari hasil pretes (pengukuran pertama), cenderung untuk
tidak ekstrem lagi pada pengukuran kedua (postes), namun biasanya
melewati nilai rata-rata. (Dasar-dasar Riset Keperawatan). Perubahan yang
terjadi pada variabel terikat tersebut adalah bukan perubahan yang
sebenarnya, tetapi merupakan perubahan semu. Oleh sebab itu, regresi ke
arah nilai rata-rata ini juga disebut regresi semu (regression artifact).
Pengaruh regresi statistik muncul jika anggota yang terpilih untuk
kelompok eksperimen mempunyai skor awal yang ekstrem pada variabel
terikat. Misalnya, jika seorang manajer ingin menguji apakah dia dapat
meningkatkan kepandaian menjual dari personalia penjualan melalui
jenis program Dale Carnigie, dia sebaiknya tidak memilih mereka dengan
kemampuan yang sangat rendah atau sangat tinggi untuk eksperimen. Hal
tersebut karena kita tahu dari hukum probabilitas bahwa mereka dengan
skor yang sangat rendah pada suatu variabel mempunyai probabilitas lebih
besar untuk menunjukan peningkatan dan pecapaian skor yang mendekati
rata-rata pada pasctes setelah diberi perlakuan tertentu. Fenomena pemilim

skor rendah yang cenderung mencapai skor yang mendekati rata-rata


hitung dikenal sebagai regresi menuju mean. Demikian pula, mereka
dengan kemampuan sangat tinggi juga akan menujukan kecenderungan
lebih besar untuk mundur menuju mean, mereka akan mecapai skor lebih
rendah pada pascates dibanding prates. Dengan demikian mereka yang
berada di salah satu akhir kontinum yang berkaitan dengan sebuah variabel
tidak akan benar-benar mencerminkan hubungan sebab-akibat. Jadi
fenomena regresi statistik juga merupakan ancaman terhadap validitas
internal.
6. Seleksi (Selection)
Dalam memilih anggota kelompok eksperimen dan kelompok
kontrol bisa terjadi perbedaan ciri-ciri atau sifat-sifat anggota kelompok
satu dengan kelompok yang lainnya. (Dasar-dasar Riset Keperawatan).
Misalnya

anggota-anggota

kelompok

eksperimen

lebih

tinggi

pendidikannya dibandingkan dengan anggota-anggota kelompok kontrol,


sehingga sebelum diadakan perlakuan sudah terjadi pengaruh yang
berbeda terhadap kedua kelompok tersebut. Setelah adanya perlakuan pada
kelompok eksperimen, maka besarnya perubahan variabel terikat yang
terjadi mendapat gangguan dari variabel pendidikan tersebut. Dengan kata
lain, perubahan yang terjadi pada variabel terikat bukan saja karena
pengaruh perlakuan, tetapi juga karena pengaruh pendidikan.
Ancaman pada validitas internal juga bisa berasal dari seleksi subjek
yang tidak tepat atau tidak cocok untuk kelompok eksperimen dan kontrol.
Contohnya, jika suatu eksperimen lab diadakan untuk menilai dampak
lingkungan kerja terhadap sikap kerja karyawan, dan jika salah satu
kondisi eksperimen adalah mempekerjakan subjek selama 2 jam di dalam
ruangan yang berbau busuk, seorang peneliti yang etis mungkin
memberitahukan kondisi tersebut kepada calon subjek, yang dapat
menolak berpartisipasi dalam studi. Tetapi, sejumlah sukarelawan dapat
dipikat dengan insentif (katakanlah $70 untuk 2 jam partisipasi dalam
studi). Para sukarelawan yang dipilih mungkin agak berbeda dari orang

lain (karena mereka mungkin datang dari lingkungan yang berbeda) dan
respons subjek dapat mencemari hubungan sebab-akibat dan juga
merupakan ancaman yang tidak dapat memenuhi kriteria kelompok kontrol
akan menjadi ancaman bagi validitas internal dalam jenis eksperimen
tertentu.
7. Mortalitas (Mortality)
Pada proses dilakukan eksperimen, atau pada waktu antara pretes
dan postes sering terjadi subjek yang dropout baik karena pindah, sakit
ataupun meninggal dunia. Hal ini juga akan berpengaruh terhadap hasil
eksperimen.
Faktor pengacau lain pada hubungan sebab-akibat adalah mortalitas
atau pengurangan anggota dalam kelompok eksperimen, kontrol, atau
keduanya, saat eksperimen berlangsung. Bila komposisi kelompok
menjadi sulit, karena mereka yang keluar dari eksperimen mungkin
mengacaukan hasil.
8. Harapan Pelaksana Eksperimen
Karena satu dan lain hal, pelaksana eksperimen, secara sadar atau
tidak

sadar

sangat

mungkin,

mempunyai

pengharapan tertentu

atas berhasilnya eksperimen. Akibat dari adanya harapan ini sangat


mungkin

tanpa

sadar

yang

bersangkutan

memberikan

kunci-

kunci keberhasilan kepada subjek eksperimen.


Akibatnya, hasil eksperimen akan dikotori oleh pengaruh harapan
pelaksana eksperimen tersebut. Cara mengatasinya adalah menggunakan
pelaksana eksperimen yang tidak tahu atau tidak sadar kalau dia sedang
melakukan eksperimen.
Untuk menjamin penelitian menghasilkan laporan yang valid, maka
keseluruhan ancaman validitas di atas harus dapat dikontrol oleh peneliti.
Cara yang dilakukan beragam, tergantung kebutuhan dan tergantung tingkat
ancaman yang muncul. Bila ancaman-ancaman ini diabaikan, sangat

dimungkinkan hasil penelitian tidak valid dan tidak memberikan kesimpulan


yang berarti.
Validitas internal mengacu pada kemampuan desain penelitian untuk
menghilangkan atau membuat penjelasan alternatif yang masuk akal dari
hasil. Dengan demikian ditunjukkan bahwa variabel independen secara
langsung bertanggung jawab atas efek ada ketergantungn variabel.
Pertimbangan Penting Tentang Instrumentasi
1. Standarisasi mengacu pada panduan yang ditetapkan dalam pemerintahan
dan skor dari instrumen atau penilaian lainnya metode.
2. Keandalan hadir saat surat ketetapan metode mengukur karakteristik
kepentingan dalam konsisten fashion.
3. Validitas hadir ketika pendekatan untuk pengukuran yang digunakan
dalam studi yang benar-benar langkah-langkah apa
D. Validitas

Eksternal

Faktor-faktor

yang

Mempengaruhi

Validitas

Eksternal
Validitas eksternal berkaitan dengan generalisasi hasil penelitian studi.
Dalam semua bentuk desain penelitian, hasil dan kesimpulan penelitian ini
adalah terbatas kepada para peserta dan kondisi seperti yang didefinisikan
oleh kontur penelitian.
Validitas eksternal berkaitan dengan generalisasi hasil penelitian studi.
Dalam semua bentuk desain penelitian, hasil dan kesimpulan penelitian ini
adalah terbatas kepada para peserta dan kondisi seperti yang didefinisikan
oleh kontur penelitian dan mengacu pada sejauh mana generalisasi hasil
penelitian untuk lain kondisi, peserta, waktu, dan tempat (Graziano & Raulin,
2004).
Oleh karena itu, sebuah studi memiliki lebih validitas eksternal ketika
hasil generalisasi luar sampel penelitian dengan populasi lain, pengaturan,
dan keadaan. validitas eksternal mengacu pada kesimpulan yang dapat ditarik
tentang kekuatan hubungan kausal disimpulkan antara independen dan
tergantung variabel keadaan di luar yang eksperimental dipelajari.

Intervensi tersebut mungkin terbatas pada pengaturan tempat studi yang


dilakukan. Belum tentu kesimpulan akan didukung, dan penelitian tambahan
di waktu yang berbeda, tempat, dan kondisi akan diperlukan untuk
mendukung setiap kesimpulan lainnya.
Karakteristik ini dan mengacaukan secara bersama disebut sebagai
ancaman terhadap validitas eksternal, dan mereka meliputi karakteristik
sampel, karakteristik stimulus dan pengaturan, reaktivitas pengaturan
eksperimental, gangguan multiple-pengobatan, kebaruan efek, reaktivitas
penilaian, sensitisasi uji, dan waktu pengukuran (Kazdin, 003c).
Melalui penelitian lebih lanjut, peneliti mungkin menemukan bahwa
intervensi secara efektif. Dengan kata lain, bahkan ini perbedaan yang halus
dalam karakteristik sampel dapat memiliki pengaruh yang signifikan terhadap
generalisasi hasil sebuah studi.
1. Novel Efek
Ini ancaman bagi validitas eksternal mengacu pada kemungkinan
bahwa efek dari variabel independen mungkin karena sebagian keunikan
atau kebaruan stimulus atau situasi dan tidak intervensi sendiri. Kebaruan
tindakan intervensi atau situasi sebagai variabel pengganggu, dan itu
adalah bahwa kebaruan (dan bukan variabel independen) yang merupakan
penjelasan yang nyata bagi hasilnya. Ini ancaman bagi validitas eksternal
adalah umum di berbagai pengaturan dan desain eksperimen.
2. Reaktivitas Penilaian
Ini ancaman bagi validitas eksternal mengacu pada sebuah fenomena
dimana peserta kesadaran bahwa kinerja mereka yang diukur dapat
mengubah mereka kinerja dari apa yang dinyatakan akan menjadi
(Christensen, 1988; Kazdin, 2003c). Reaktivitas adalah ancaman bagi
validitas eksternal bila kesadaran ini menyebabkan peserta penelitian
untuk menanggapi berbeda daripada yang biasanya akan dalam
menghadapi kondisi eksperimental.

3. Pretest dan Posttest Sensitasi


Ancaman ini berkaitan dengan validitas eksternal merujuk pada efek
yang pretesting dan posttesting mungkin tentang perilaku dan tanggapan
peserta dalam studi (Bracht & Glass, 1968; Lana, 1969; Pedhazur
& Schmelkin, 1991).
4. Waktu Penilaian dan Pengukuran
Ini ancaman bagi validitas eksternal khususnya umum di
longitudinal bentuk penelitian, dan mengacu pada pertanyaan apakah hasil
yang sama akan diperoleh jika pengukuran telah terjadi pada yang berbeda
titik waktu (Kazdin, 2003c).
5. Contoh Karakteristik
Sejauh mana hasil penelitian berlaku hanya untuk sebuah pertanyaan
kunci sampel tertentu. Apakah Hasil studi ini dapat diterapkan pada contoh
lain yang bervariasi pada berbagai karakteristik demografi dan deskriptif,
seperti usia, jenis kelamin, seksual orientasi, pendidikan, dan status sosial
ekonomi.
6. Stimulus Karakteristik dan Pengaturan
Sebuah fenomena lingkungan tertentu dimana fitur atau kondisi
batas studi generalisasi temuan sehingga temuan dari satu studi tidak perlu
mendaftar belajar lain, bahkan jika penelitian lain menggunakan contoh
serupa.
7. Reaktivitas Pengaturan Percobaan
Berpotensi pengganggu variabel yang berasal dari pengaruh yang
dihasilkan dengan mengetahui yang satu ini berpartisipasi dalam studi
penelitian.
8. Multiple-Pengobatan Gangguan
Ancaman ini mengacu pada penelitian situasi di mana (1) Peserta
diberikan lebih dari satu eksperimental intervensi dalam studi yang sama
atau (2) individu yang sama berpartisipasi di lebih dari satu penelitian.

Validitas eksternal berkaitan dengan generalisasi hasil penelitian studi.


Dalam semua bentuk desain penelitian, hasil dan kesimpulan penelitian ini
adalah terbatas kepada para peserta dan kondisi seperti yang didefinisikan
oleh kontur penelitian dan mengacu pada sejauh mana generalisasi hasil
penelitian untuk lain kondisi, peserta, waktu, dan tempat (Graziano & Raulin,
2004).
Ikhwal penelitian yang menyangkut pertanyaan, sejauh mana hasil
suatu penelitian dapat digeneralisasikan pada populasi induk (asal sampel)
penelitian diambil. Contoh: apabila kita meneliti tingkat efektifitas suatu
metode penyuluhan baru mengenai program imunisasi dengan mengambil
sampel di suatu desa dan ternyata baik hasilnya.
Validitas eksternal itu berkaitan dengan pertanyaan apakah fakta
mengenai treatment (independen variabel) yang diberikan benar-benar
mengakibatkan perbedaan pada (dependen variabel), atau apakah benar-benar
(independen variabel) berpengaruh pada (dependen variabel). Validitas
eksternal ialah tingkatan dimana hasil-hasil penelitian dapat digeneralisasi
pada populasi, latar dan hal-hal lainnya dalam kondisi yang mirip. Hal-hal
yang menjadi sumber-sumber validitas eksternal ialah:
1. Interaksi Testing
Efek-efek tiruan yang dibuat dengan menguji responden akan
mengurangi generalisasi pada situasi dimana tidak ada pengujian pada
responden.
2. Interaksi Seleksi
Efek dimana tipe-tipe responden yang mempengaruhi hasil-hasil
studi dapat membatasi generalitasnya.
3. Interaksi Setting
Efek tiruan yang dibuat dengan menggunakan latar tertentu dalam
penelitian tidak dapat direplikasi dalam situasi-situasi lainnya.
Validitas eksternal berkenaan dengan derajat akurasi, dapat atau
tidaknya hasil penelitian digeneralisasikan atau diterapkan pada populasi

tempat sampel tersebut diambil. Bila sampel penelitian representatif,


instrumen penelitian valid dan reliabel, cara mengumpulkan dan menganalisis
data benar, penelitian akan memiliki validitas eksternal yang tinggi.
E. Desain Eksperimen
Desain penelitian mempunyai dua batasan, yaitu secara luas dan secara
sempit. Secara sempit berarti penggambaran secara jelas tentang hubungan
antara variabel sehingga diperoleh gambaran keterkaitan antara variabel.
Sedangkan secara luas berarti semua proses yang diperlukan dalam penelitian,
yang bermula dari penemuan ide sampai dengan pengujian hipotesis dan
pengambilan kesimpulan atas hasil pengujian tersebut.
Dikenal sejumlah desain penelitian eksperimen, yang dibagi dalam tiga
kelompok besar, yaitu: desain praeksperimen, desain eksperimen mumi,
dan desain eksperimen semua.
1. Desain Eksperimen Murni (True-Experimental design)
Perbedaan utama antara desain eksperimen murni dengan desain
lainnya adalah adanya penagacakan subyek baik pada kelompok
eksperimen ataupun pada kelompok kontrol. Sementara itu, pengacakan
subyek penelitian merupakan teknik yang paling tepat untuk mengontrol
ancaman ciri khas subyek terhadap validitas internal hasil penelitian.
Terdapat beberapa desain eksperimen murni yang sering digunakan
dalam penelitian pendidikan, diantaranya adalah desain tes akhir dua
kelompok diacak, desain tes awal-akhir dua kelompok diacak, desain tes
awal-akhir dipadankan dan diacak, desain empat kelompok solomon
diacak.
a. Desain Tes Akhir Dua Kelompok Diacak (Pottest-Only Control
Design)
Desain ini merupakan salah satu desain eksperimen yang paling
kuat tetapi paling sederhana. Desain ini memerlukan dua kelompok
subyek yang dipilih secara acak dan masing-masing kelompoak diberi
perlakuan yang berbeda. Pengacakan subyek menyebabkan desain ini

sangat baik dalam mengontrol beberapa ancaman validitas internal,


seperti: ciri khas subyek, kematangan, dan regresi statistik. Disamping
itu karena pengujian hanya dilakuakan pada akhir perlkuan maka desain
itu juga sangat baik dalam mengontrol pengaruh pengujian.
Desain tes akhir dua kelompok diacak
Kelompok acak
Eksperimen

Perlakuan
X1

Tes Akhir
Y1

X2

Y2

Kontrol

Namun demikian, desain ini memiliki beberapa keterbatasan


dalam mengontrol beberapa ancaman terhadap validitas internal,
misalnya

: kehilangan subyek, pengaruh pengujian, pengaruh

instrumentasi, pengaruh sejarah dan pengaruh sikap subyek.


b. Desain Tes Awal-Akhir Dua Kelompok Diacak (Pretest-posttest
control group design)
Desain ini memerlukan dua kelompok subyek yang dipilih secara
acak dan dan masing-masing kelompok dites sebanyak dua kalo, yaitu
diiberi tes awal sebelum perlakuan dan tes akhir setelah perlakuan.
Pengjian dilakukan secara bersamaan kepada kedua keloompok
tersebut.
Desain tes awal-akhir dua kelompok diacak
Kelompok acak
Eksperimen
Kontrol

Tes awal
Y1

Perlakuan
X1

Tes akhir
Y2

Y2

X2

Y2

Kekuatan utama desain ini terletak pada pengacakan, yang


menjamin adanya kesamaan stastistik antara kedua kelompok itu
sebelum eksperimentasi. Namun penggunaan tes awal menyebabkan
validitas hasil perlakuan terancam oleh pengaruh interaksi tes denagn
perlakuan, pengaruh pengujian, dan pengaruh instrumentasi.
c. Desain Dua Kelompok Dipadankan dan Diacak

Untuk mendapatkan dua kelompok subyek yang benar-benar


setara maka dalam desain penelitian memungkinkan pula untuk
digunakan teknik pemadanan dan pengacakan subyek penelitian secara
bersamaan. Subyek dibuat sepadan dlam satu atau lebih variabel ysng
diukur, misalnya IQ, sikap, motivasi, atau skor membaca. Sudah barang
tentu variabel yang dipadankan itu adalah variabel yang berdasarkan
penelitian terdahulu, teori dan/atau pengalaman peneliti berkorelasi
signifikan dengan variabel terkaiat.
Setelah dilakukan pemadanan maka pasangan-pasangan subyek
yang sepadan dimasukan dalam kelompok eksperimen dan kelompok
kontrol secara acak. Desain eksperimen sepert ini sangat cocok
diterapkan pada dua desin eksperimen murni yang telah dibahs
sebelumnya yaitu: desain tes akhir dua kelompok diacak dan desasin tes
awal-akhir dua kelompok diacak. Hasil modifikasi kedua desain
tersebut sebagai berikut:
Desain tes akhir dua kelompok dipadankan dan diacak
Pengelompokkan
Dipadankan dan diacak

Perlakuan
X1

Tes akhir
Y1

Dipadankan dan diacak

X2

Y2

Desain tes awal akhir dua kelompok dipadankan dan diacak


Tes awal Pengelompokan
Y1
Dipadankan dan diacak
Y2

Dipadankan dan diacak

Perlakuan Tes akhir


X1
Y2
X2

Y2

Dua kelemahan utama dan teknik pemadanan ini adalah :


1) Sangat sulit untuk memadankan lebih dari dua variabel sehingga
adakalanya peneliti hanya memadankan variabel-variabel tertentu
yang berpengaruh sangat signifikan terhadap variabel terikat.
2) Untuk membuat kesepadanan maka sejumlah subyek yang tidak
memiliki padanan tidak akan diikutsertakan, sehingga sampel
penelitian akan berkurang.

d. Desain Empat Kelompok Solomon Diacak (The Solomon FourGroup Design)


Desain ini berusaha untuk mengatasi pengaruh tes awal.
Penempatan subyek dalam setiap kelmpok subyek dilakukan secara
acak. Dua kelompok diberikan tes awal dan dua kelompok lainnya
tidak. Satu kelompok yang diberi tes aawal dan satu kelompok lainnya
yang tidak diberi tes awal dijadikan sebagai kelompok eksperimen.
Sedangkan dua kelompok lainnya dijadikan sebagai kelompok kontrol.
Desain empaat kelompok solomon diacak
Kelompok acak
Tes awal
Eksperimen
Y1
Kontrol
Y3
Eksperimen
Kontrol
Dalam desain ini terlihat bahwa :

Perlakuan
X1
X2
X3
X4

Tes Akhir
Y2
Y4
Y5
Y6

1) Penempatan subyek pada semua kelompok diacak


2) Dua kelompok sebagai kelompok eksperimen
3) Satu kelompok eksperimen diberi tes awal (y1)
4) Dua kelompok seagai kelompok kontrol
5) Satu kelompok kontrol diberi tes awal (y3)
6) Semua kelompok diberi tes akhir (y2,y4.y5.y6)
Desain ini menggabungkan dua desain eksperimen murni yang
dibahas sebelumnya. Dua kelompok pertama menunjukan desain tes
awal-akhir dua kelompok diacak sedangkan dua kelompok berikutnya
menunjukan desain tes akhir dua kelompok diacak.
Desain empat kelompok solomon sangat cocok untuk mengontrol
ancaman validitas internal seperti telah dibahas sebelumnya. Namun
kelemahan utama desain ini adalah membutuhkan banyak sampel untuk
dimasukan kedalam empat kelompok penelitian, juga membutuhkan
banyak waktu dan tenaga untuk memberikan perlakuan pada keempat
kelompok tersebut.
2. Desain Eksperimen Semu

Merupakan pengembangan dari true experimental design, yang sulit


dilaksanakan. Mempunyai kelompok kontrol, tetapi tidak dapat berfungsi
sepenuhnya untuk mengontrol variabel-variabel luar yang mempengaruhi
pelaksanaan eksperimen.
Dalam kondisi tertentu kadang- kadang tidak memungkinkan untuk
memilih dan menempatkan subyek penelitian secara acak kedalm
kelompok-kelopok eksperimen. Kendatipun sebenarnya pengacakan itu
sendiri merupakan cara terbaik untuk menendalikan variabel-variabel luar
yang mengnacam validitas internal-eksternal hasil eksperimen. Dalam
kondisi seperti ini, desain eksperimen yang dapat dipilih adalah desain
desain eksperimen semua. Dengan demikian maka desain eksperimen
semua dapat digunakan apabila ;
a. Tidak memungkikan untuk mendapatkan subyek secara acak pada
kelompok-kellompok penelitian
b. Dipastikan bahwa kelompok-kelompok yang akan dilibatkan dalam
penelitian memiliki kemampuan awal yang setaara terutama terkait
dengan variabel yang diteliti dan variabel lain yang mempengaruhinya
c. Tidak memungkinkan untuk mengontrol sebagian atau sebagian besar
variabel-variabel luar yang mengancam validitas internal-eksternal asil
penelitian.
Berdasarkan pada penjelasan ini maka pada umumnya penelitian
eksperimen dalam pendidikan yang menggunakan kelas yangtelah
terbentuk sebagai subyek penelitian dapaat dikategorikan svagai
eksperimen semua. Walaupun untuk mendapat kelas itu telah dilakukan
pengavcakan dari beberapa kelas yang ada, namun jika yang menjadi unit
analisis penelitian adalah siswa (bukan kelas ) maka tetap digolongkan
sebagai dedsain eksperimen semu. Beberapa contoh desain eksperimen
semu yang dapaat diterapkan dalam bidang pendidikan adalah :
a. Desain Tes Awal-Akhir Dua Kelompok tanpa Acak

Desain ini memerlukan dua kelompok subyek yang dipilih tanpa


acak (tidak memungknkan untuk diacak, misal kelas) karena tanpa acak

maka harus dipastikan bahwa kedua kelompok itu memiliki


kemampuan awal yang setera. Pasa desai ini, masing=masing kelompok
dites sebanyak dua kali, yaitu dari tes awal sebelm perlakuan dan tes
akhir setelah perlakuan. Pengujian dilakukan secara bersamaan kepada
kedua kelompok tersebut.
Desain tes awal-akhir dua kelompok tanpa acak
Kelompok tanpa Acak
Eksaperimen
kontrol

Tes awal
Y1

Perlakuan
X1

Tes akhir
Y2

Y1

X2

Y2

Kelemahan utama desain ini tidak adanya pengacakan sehingga


beberapa ancaman terhadap validitas internal tidak dapat dikontrol
seperti: perbedaan karena seleksi dan regresi stastistik. Demikian pula
pengguna tes awal menyebabkan validitas eksperimen terancam oleh
pengaruh interaksi tes dengan perlakuan, pengaruh peengujian, dan
pengaruh instrumentasi.
b. Desain Seri Waktu

Desain ini merupakan perluasan desain tes awal-akhir satu


kelompok. Bedanya pada desain seri waktu ini subyek diberi tes awal
lebih dari satu kali. Pemberian tes awal dan tes akhir seharusnya tidak
lebih dari empa kali agar tidak menimbulkan kebosanan bagi subyek
penelitian. Sedangkan pengaruh pelakuan dilihat dari ada tidaknya
perbedaan hasil tes sebelum dan setelah perlakuan.
Desain ini tidak dapat di pilih secara randum. Sebelum diberi
perlakuan kelompok diberi pretest sampai empat kali, dengan maksud
untuk mengetahui keistabilan dan kejelasan kelompok sebelum di beri
perlakuan. Bila hasil pretest selama empat kali ternyata nilanya
berbeda-beda, berarti kelompok tersebut labil, dan konsisten.
O1 O2 O3 O4 X O5 O6 O7 O8

Hasil pre test yang baik adalah O1 = O2= O3 = O4 dan perlakuan


yang baik adalah O5 = O6 = O7 = O8. besarnya pengaruh perlakuan
adalah= (O5 + O6 + O7 O8) (O1 + O2 + O3 + O4).
Desain eksperimen seri waktu satu kelompok
Tes awal
Y1 Y2

Y3

Y4

Perlakuan Tes Akhir


X
Y5
Y6

Y7

Y8

Y7
Y7

Y8
Y8

Desain eksperimen seri waktu dua kelompok


Tes Awal
Y1 Y2
Y1 Y2

Y3
Y3

Y4
Y4

Perlakuan Tes Akhir


X1
Y5
Y6
X2
Y5
Y6

Desain seri waktu satu kelompok dapat pula diperluas dengan


menggunakan kelompok kontrol. Penggunaan kelompok kontrol pada
desain ini akan dapar mengatasi kelemahan desain yang pertama,
seperti ancaman sejarah dan regresi statistik. Namun pengujian
beberapa kali pada kedua desain ini menyulitkan untuk mengndalikan
efek pengujian, instrumentasi,interaksi tes dengan perlakuan, dan/atau
sikap subyek.
c. Desain Berimbang

Desain ini hampir sama dengan pretest-posttest control group


design, hanya pada desain ini kelompok eksperimen maupun kelompok
kontrol tidak dipilih secara random. Dalam desain ini, baik kelompok
eksperimental maupun kelompok kontrol dibandingkan, kendati
kelompok tersebut dipilih dan ditempatkan tanpa melalui random. Dua
kelompok yang ada diberi pretes, kemudian diberikan perlakuan, dan
terakhir diberikan postes.
Desain berimbang merupakan cara lain untuk menyetarakan
kelompok-kelompok subyek penelitian. Dalam desainini semua
kelompok diberi perlakuan yang sama dalam waktu yang berbeda
selama masa eksperimen. Pengaruh perlakuan dapat diketahui dengan
cara membandingkan rata-raata skor tes akhir pada masing-masing

perlakuan. Dalam hal ini dengan membandingkan rata-rata skor akhir


tes semua kelompok pada perlakuan 1,2,dan 3. Desain ini efektif untuk
mengendalikan ancaman ciri khas subyek terhadap validitas internal,
namun ancaman-ancaman pengaruh perlakuan ganda terhadap validitas
eksternal sulit untuk di kendalikan. Contoh desain berimbang:
Desain berimbang tiga kelompok
Kelompok
A
B
C

Perlakuan
X1
X2
X3

Tes
Y1
Y1
Y1

Perlakuan
X2
X3
X1

Tes
Y2
Y2
Y2

Perlakuan
X3
X1
X2

Tes
Y3
Y3
Y3

Desain ini melibatkan tiga kelompok subyek, dimana:


1) Kelompok A pada awalnya diberi perlakuan 1 diikuti oleh perlakuan
2 dan perlakuan 3. Pada akhir masing-masing perlakuan diberi tes
akhir
2) Keelompok B pada awalnya diberi perlakuan 2 diikuti oleh
[perlakuan 3 dan perlakuan 1. Pada akhir masing-masing perlakuan
diberi tes akhir.
3) Kelompok C pada awalnya diberi perlakuan 3 diikuti oleh perlakuan
1 dan perlakuan 2. Pada akhir masing-masing perlakuan diberi tes
akhir.
d. Desain Subyek Tunggal

Desain subyek tunggal merupakan adaptasi daari desain seri


waktu. Bedanya, pada desai subyek tunggal hanya melibatkan satu
subyek, sehingga data hanya diperoleh dari subyek itu dalam satu
periode waktu tertentu. Contah desain eksperimen subyek tunggal
sebagai berikut :
Desain eksperimen subyek tunggal
Desain A-B

Y1 X1 Y2 X2 Y3 X3 Y4 X4

Y1 Y2 Y3 Y4

Periode perlakuan

Periode tanpa perlakuan

(B)

(A)
A-B-A
Y1 Y2 Y3 Y4

Y1 X1 Y2 X2 Y3 X3 Y4 X4

Y1 Y2 Y3 Y4

Periode perlakuan

Periode tanpa perlakuan

Periode

tanpa

perlakuan
A
A-B-C

Y1 X1 Y2 X2 Y3 X3 Y4 X4

Y1 Y2 Y3 Y4
Periode

Periode perlakuan

tanpa

perlakuan

Y1 Y2 Y3 Y4
Periode

Y1 X1 Y2 X2 Y3 X3 Y4

tanpaX4

perlakuan

Periode perlakuan
A

Pada periode tanpa perlakuan subyek penelitian dites beberapa


kali samapai diperoleh hasil yang konsisten. Pada periode perlakuan,
subyek penelitian diberi perlakuan beberapa kali yang diikuti dengan
tespada setiap akhir perlakuan. Jika ditemukan adnya peningkatan hasil
yang dicapai setiap akhir perlakuan maka eksperimen itu dapat
dikatakan efektif. Untuk lebih meyakinkan sejumalah efektifitas
perlakuan yang diberikan maka siklus perlakuan dan tanpa perlakuan
dapat diulangi beberapa kali seperti terlihat dalam desain A-B-A dan AB-A-B pada tabel di atas.
3. Desain Pra Eksperimen (Pre-Experimental Designs (Nondesigns))
Desain ini merupakan desain yang paling lemah karena tidak
menggunakan variabel kontrol dan hanya satu variabel. Tidak adanya
kelompok kontrol menyebabkan peneliti akan kesulitan untuk memastikan
sejauh mana efektivitas perlakuan yang diberikan. Desain pra eksperimen
terdiri atas:
a. Desain Studi Kasus Satu Kelompok (One-Shot Cose Study)
Desain ini hanya menggunakan satu kelompok tanpa tes awal.
Kelemahan utama desain ini adalah, karena tidak menggunakan
kelompok pengendalian tanpa tes awal, maka pelaksana eksperimen
tidak dapat beranggapan bahwa hasil akhir yang dicapai disebabkan
oleh perlakuan. Contoh desain studi kasus satu kelompok adalah
sebagai berikut:
Desain studi kasus satu kelompok dapat dilihat pada tabel berikut:

Kelompok Perlakuan
Tes akhir
Eksperimen
X
Y
Desain ini tidak dianjurkan untuk digunakan karena tidak
memiliki validitas internal. Skor minat belajar yang dicapai siswa pada
tes akhir mungkin saja disebabkan oleh variabel lain di luar perlakuan
yang diberikan.
b. Desain Satu Kelompok Tes Awal-Akhir (One-Group Pretest-Posttest
Design)
Desain ini menggunakan satu kelompok subyek yang diberi tes
awal dan-tes akhir. Contoh desain satu kelompok tes awal-akhir adalah
sebagai berikut:
Desain satu kelompok tes awal- akhir
Kelompok
Eksperimen

Tes Awal
Y1

Perlakuan
X

Tes akhir
Y2

Kelemahan utama desain ini adalah karena tidak menggunakan


kelompok

kontrol, sehingga peneliti

tidak dapat beranggapan

bahwa perubahan skor yang terjadi pada tes awal dan tes akhir
disebabkan oleh perlakuan yang diberikan. Namun selalu ada
kemungkinan bahwa variabel luarlah yang menyebabkan sebagian atau
keseluruhan perubahan tersebut. Dengan demikian maka desain ini juga
tidak memiliki validitas internal.
c. Desain

Perbandingan

Dua

Kelompok

Statis (Intact-Group

Comparison)
Desain ini mengunakan dua kelompok subyek yang diberi
perlakuan yang berbeda. Kedua kelompok itu ditetapkan tanpa acak
(misalnya diambil kelas yang telah terbentuk) namun diasumsikan
memiliki kemampuan yang setara dalam semua aspek yang relevan,
yang berbeda hanyalah didalam pemberian perlakuan. Contoh desain
perbandingan dua kelompok statis adalah sebagai berikut:
Desain perbandingan dua kelompok statis
Kelompok acak

Perlakuan

Tes akhir

Eksperimen
Kontrol

X1
X2

Y1
Y2

Adanya kelompok kontrol menyebabkan desain ini dapat


mengontrol ancaman beberapa variabel luar, misalnya: sejarah,
kematangan dan regresi statistik.
d. Desain Dua Kelompok Statis Tes Awal-Akhir
Desain ini menggunakan dua kelompok subyek yang diberi
perlakuan berbeda dan diberi tes awal dan tes akhir. Kedua kelompok
itu ditetapkan tanpa acak (intact group) namun diasumsikan
memiliki kekemampuan yang setara. Contoh desain dua kelompok
statis tes awal-akhir adalah sebagai berikut:
Desain dua kelompok statis tes awal-akhir
Kelompok acak
Eksperimen
Kontrol

Tes Awal
Y1
Y2

Perlakuan
X1
X2

Tes Akhir
Y1
Y2

Adanya tes awal dan kelompok control menyebabkan desain


ini memiliki beberapa kelebihan dibanding dengan desain pra
eksperimen lainnya, yaitu memungkinkan untuk mengontrol ancaman
beberapa variabel luar, seperti: ciri khas subyek, sejarah, kematangan
dan regresi statistik. Namun disisi lain, penggunaan tes awal juga
sekaligus menyebabkan peneliti sulit untuk mengontrul efek dan
pengujian.

BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Validitas internal ini adalah tingkatan dimana hasil-hasil penelitian
dapat dipercaya kebenarannya atau

berkenaan dengan derajat akurasi

antardesain penelitian dan hasil yang dicapai.. Validitas internal merupakan


hal yang esensial yang harus dipenuhi jika peneliti menginginkan hasil
studinya bermakna.Validitas internal mengacu pada kemampuan desain
penelitian untuk menyingkirkan atau membuat masuk akal penjelasan
alternatif hasil, atau masuk akal dugaan sementara (Campbell, 1957; Kazdin,
2003c). Ancaman terhadap validitas internal studi yang umum dan tidak
dapat dihindari. Mereka dapat terjadi sendiri atau dalam kombinasi, dan

mereka dapat menciptakan alternatif yang masuk akal yang tidak diinginkan
hipotesis untuk hasil penelitian.
Sehubungan dengan hal tersebut, ada beberapa hal yang menjadi
kendala untuk memperoleh validitas internal yakni Sejarah, Maturasi, Testing,
Instrumentasi, Seleksi, Mortalitas Regresi dan Kontaminasi. Validitas
eksternal berkaitan dengan pertanyaan apakah fakta mengenai treatment
(independen variabel) yang diberikan benar-benar mengakibatkan perbedaan
pada dependen variabel, atau Apakah benar-benar independen variabel
berpengaruh pada dependen variabel.
Validitas eksternal berkenaan dengan derajat akurasi, dapat atau
tidaknya hasil penelitian digeneralisasikan atau diterapkan pada populasi
tempat sampel tersebut diambil. Bila sampel penelitian representatif,
instrumen penelitian valid dan reliabel, cara mengumpulkan dan menganalisis
data benar, penelitian akan memiliki validitas eksternal yang tinggi.
Pengujian-pengujian yang perlu dilakukan untuk mengontrol validitas
eksternal: Efek seleksi berbagai bias, Efek pelaksanaan pre test dan Efek
prosedur eksperimen.
B. Saran
Untuk mengetahui lebih dalam lagi tentang validitas internal dan
validitas eksternal beserta faktor-faktor yang mempengaruhi validitas internal
dan eksternal, hendaknya lebih banyak mencari sumber referensinya dari
berbagai media, baik media cetak maupun media elektronik.

DAFTAR ISI
Halaman
HALAMAN JUDUL .
i
DAFTAR ISI .
ii
BAB I. PENDAHULUAN
A. Latar Belakang .
1
B. Perumusan Masalah ..
3
C. Tujuan Penulisan ..
3
D. Manfaat Penulisan ....
3
BAB II. TINJAUAN PUSTAKA
A. Pengertian Penelitian Eksperimen
4
B. Karakteristik Penelitian Eksperimen
5
C. Validitas Internal Faktor-faktor yang Mempengaruhi Validitas
D.

Internal ..
Validitas Internal Faktor-faktor yang Mempengaruhi Validitas

Eksternal ...........................................................................

17

E.
Desain Eksperimen ...
BAB III. PENUTUP
A. Kesimpulan ...
B. Saran .............
DAFTAR PUSTAKA

21
36
37

DAFTAR PUSTAKA
Sugiyono. 2009. Metodologi Penelitian Pendidikan, Pendekatan Kuantitatif,
Kualitatif, dan R&D. Bandung: Alfabeta.
Brockopp, Dorothy Young. 2000. Dasar-dasar Riset Keperawatan: Edisi kedua.
Jakarta: EGC.
Arikunto, Suharsimi. 2006. Prosedur Penelitian, Suatu Pendekatan Praktik,
Rineka Cipta: Jakarta.
Domu, Ichdar. 2009. Bahan Kuliah Metodologi Penelitian, Program Studi
Manajemen Pendidikan Pasca Sarjana Universitas Negeri Manado.
Emzir. 2009. Metodologi Penelitian Pendidikan, Kuantitatif dan Kualitatif.
Jakarta: Raja Grafindo Persada.

ANALISA ANCAMAN VALIDASI


EKSTERNAL DAN INTERNAL

Disusun untuk Memenuhi Tugas Mata Ajar :


Riset dalam Keperawatan
DOSEN: Dr. Sri Rejeki, S.Kp., M.Kes.
Wahyu Hidayati, S.Kp., M.Kep., Sp.KMB

Oleh :
Herry Setiawan
NIM.22020114410007

PROGRAM MAGISTER ILMU KEPERAWATAN


FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS DIPONEGORO
SEMARANG
2014

Anda mungkin juga menyukai