Anda di halaman 1dari 10

Penyelesaian No.

1. Penalaran Deduktif 
adalah cara berpikir dengan berdasarkan pernyataan dasar untuk membuat
kesimpulan.

2. Penalaran induktif
adalah pemikiran tentang sebuah penarikan kesimpulan yang bersifat umum dari
pengetahuan ataupun fakta.

Pembahasan

Contoh penalaran induktif dan deduktif:

 Penalaran induktif
Semua mahasiswa adalah lulusan SLTA, saya adalah mahasiswa, saya lulusan SLTA.

Jika tidak ada makanan, manusia akan kelaparan. Jika makanan tidak ada, jadi, manusia
akan kelaparan

Jika tidak berusaha, manusia tidak sukses. Jika tidak ada usaha, Maka, manusia akan
tidak sukses.  

 Penalaran deduktif :
Buah mangga berwarna hijau dan rasanya manis

Buah jambu biji berwanra hijau dan rasanya manis

Bisa disimpulkan bahwa penarikan

kesimpulan bahwa buah berwarna hijau rasanya manis


Penyelesaian No. 2

Pendahuluan

Penelitian merupakan salah satu upaya manusia untuk memecahkan permasalahan


yang sering dijumpai di dalam kehidupan sehari-hari. Agar hasil penelitian yang
dilakukan sesuai dengan tujuan penelitian maka diperlukan suatu metode yang cocok.
Dengan kata lain, metode yang cocok adalah metode yang sesuai dengan data yang akan
diperoleh, tujuan, dan masalah yang akan dipecahkan (efektivitas).

Pertimbangan lainnya adalah masalah efesiensi. Seorang peneliti harus


mempertimbangkan sumber daya yang tersedia. Keterbatasan sumber daya manusia
(SDM), dana, tenaga, dan waktu perlu dipertimbangkan secara cermat oleh seorang
peneliti. Dengan demikian metode penelitian yang tepat akan dapat menghasilkan
informasi yang lengkap dan valid, dilakukan dengan cepat, sehingga dapat menghemat
biaya, tenaga dan waktu. Ada banyak penelitian yang sering dipakai oleh peneliti, di
antaranya adalah penelitian expost facto.

Penelitian expost facto merupakan penelitian yang bertujuan menemukan


penyebab yang memungkinkan perubahan perilaku, gejala atau fenomena yang
disebabkan oleh suatu peristiwa, perilaku atau hal-hal yang menyebabkan perubahan pada
variable bebas yang secara keseluruhan sudah terjadi. Penelitian ex post facto secara
metodologis merupakan penelitian eksperimen yang juga menguji hipotesis tetapi tidak
memberikan perlakuan-perlakuan tertentu karena sesuatu sebab kurang etis untuk
memberikan perlakuan atau memberikan manipulasi. Biasanya karena alasan etika
manusiawi, atau gejala/peristiwa tersebut sudah terjadi dan ingin menelusuri faktor-faktor
penyebabnya atau hal-hal yang mempengaruhinya.

Pengertian Ex Post Facto

Definisi ex post facto adalah sesudah fakta, yaitu penelitian yang dilakukan
setelah suatu kejadian itu terjadi. Penelitian ex post facto bertujuan menemukan penyebab
yang memungkinkan perubahan perilaku, gejala atau fenomena yang disebabkan oleh
suatu peristiwa, perilaku, gejala atau fenomena yang disebabkan oleh suatu peristiwa,
perilaku atau hal-hal yang menyebabkan perubahan pada variabel bebas secara
keseluruhan sudah terjadi. Sebagai contoh, pengaruh peredaran minuman keras terhadap
tingkat kenakalan remaja. Dalam hal ini peneliti tidak mungkin melakukan eksperimen
karena ia tidak mungkin memanipulasi kondisi subjek (membuat agar para pedagang
warung kelontong menjual minuman keras) kemudian mengukur tingkat kenakalan
remaja. Meskipun demikian, pengaruh tersebut dapat diuji dengan cara membandingkan
tingkat kenakalan remaja di daerah yang peredaran minuman keras dibatasi dengan
daerah yang peredaran minuman keras dibebaskan.
Macam-Macam Ex Post Facto

Penelitian ex post facto dapat dibedakan menjadi dua jenis, yaitu:

 Causal research (penelitian korelasi)


Adalah suatu penelitian yang melibatkan tindakan pengumpulan data guna
menentukan, apakah ada hubungan dan tingkat hubungan antara dua variabel atau lebih.
Penelitian korelasi mempunyai tiga karakteristik penting untuk para peneliti yang hendak
menggunakannya, yaitu: (a) Penelitian korelasi tepat jika variabel kompleks dan
penelitian tidak mungkin melakukan manipulasi dan mengontrol variabel seperti dalam
penelitian eksperimen; (b) Memungkinkan variabel diukur secara intensif dalam setting
(lingkungan) nyata; dan (c) Memungkinkan peneliti mendapatkan derajat asosiasi yang
signifikan.

 Causal compararative research (penelitian kausal komparatif)


Adalah pendekatan dasar kausal komparatif melibatkan kegiatan peneliti yang
diawali dengan mengidentifikasi pengaruh variabel satu terhadap variabel lainnya,
kemudian dia berusaha mencari kemungkinan variabel penyebabnya. Atau dengan kata
lain dalam penelitian kausal komparatif peneliti berusaha mencermati pertanyaan
penelitian what is the effect of X? Sebagai contoh, apa pengaruh yang terjadi, jika
seorang anak tanpa mengikuti sekolah taman kanak-kanak, kemudian langsung masuk
kelas satu sekolah dasar? Dalam kasus pendidikan apa yang terjadi bila mahasiswa baru
yang berasal dari SMU, tanpa melalui kuliah matrikulasi langsung mengambil mata
kuliah teknik, sebagai halnya mahasiswa dari SMK?

Karakteristik Penelitian Ex Post Facto

Data dikumpulkan setelah semua peristiwa terjadi.

Variabel terikat ditentukan terlebih dahulu, kemudian merunut ke belakang untuk


menemukan sebab, hubungan, dan maknanya.

Penelitian deskriptif yaitu menjelaskan penemuannya sebagaimana yang diamati.

Penelitian korelasional, mencoba menemukan hubungan kausal fenomena yang diteliti.

Penelitian eksperimental, dan ex post facto dasar logika yang digunakan dan tujuan yang
ingin dicapai sama yaitu menentukan validitas empiris. Contoh: jika x maka y. Perbedaan
antara penelitian eksperimen dan ex post facto adalah tidak ada kontrol langsung variable
bebas dalam penelitian ex post facto.

Penelitian ex post facto dilakukan jika dalam beberapa hal penelitian eksperimen tidak
dapat dilaksanakan. Hal tersebut adalah:

Jika tidak mungkin memilih, mengontrol, dan memanipulasi faktor-faktor yang


diperlukan untuk meneliti hubungan sebab akibat secara langsung.
Jika kontrol semua variable tidak realistik dan artificial, maksudnya kesulitan mencegah
interaksi yang normal dengan variable lain yang mempengaruhi.

Jika kontrol secara laboratori untuk beberapa tujuan tidak praktis, baik dari segi biaya
maupun etika.

 Kelebihan Penelitian Ex Post Facto

Sesuai untuk keadaan yang tidak dapat dilakukan dengan penelitian eksperimen.

Informasi tentang sifat fenomena apa yang terjadi, dengan apa kejadiannya, di bawah
kondisi apa fenomena terjadi, dan dalam sekuensi dan pola seperti apa fenomena terjadi.

Kemajuan dalam teknik statistik membuat desain ex post facto lebih bertahan.

 Kelemahan Penelitian Ex Post Facto

Kurang kontrol terhadap variable bebas

Sulit memastikan apakah faktor-faktor penyebab telah dimasukkan dan diidentifikasi.

Tidak ada faktor tunggal yang menjadi sebab suatu akibat, tetapi beberapa kombinasi dan
interaksi faktor-faktor berjalan bersama di bawah kondisi tertentu menghasilkan akibat
tertentu.

Suatu fenomena mungkin bukan saja hasil dari sebab yang banyak, tetapi juga dari satu
sebab dalam satu hal dan dari sebab yang lain.

Jika hubungan antara dua variable ditemukan, sulit menemukan mana yang sebab dan
mana yang akibat.

Kenyataan yang menunjukkan bahwa dua atau lebih faktor berhubungan tidak mesti
menyatakan hubungan sebab akibat. Semua faktor bisa jadi berhubungan dengan suatu
faktor tambahan yang tidak dikenal atau tidak diamati.

Mengklasifikasikan subyek ke dalam kelompok dikotomi (misalnya yang berprestasi dan


yang tidak berprestasi) untuk tujuan komparasi penuh dengan masalah, karena kategori
seperti ini adalah samar-samar, dapat bervariasi, dan sementara.

Penelitian komparatif dalam situasi yang alami tidak memberikan seleksi subyek yang
terkontrol. Sulit menempatkan kelompok subyek yang sama dalam segala hal kecuali
pemaparan mereka terhadap satu variable.

Langkah-Langkah Penelitian Ex Post Facto

Untuk mendapatkan hasil penelitian yang baik, peneliti perlu melakukan langkah-langkah
sebagai berikut:
 Perumusan Masalah
Rumusan masalah yang ditetapkan harus mengandung sebab bagi munculnya variabel
dependen, yang diketahui berdasarkan hasil-hasil penelitian yang pernah dilakukan atau
penafsiran peneliti terhadap hasil observasi fenomena yang diteliti. Masalah penelitian ini dapat
berbentuk pernyataan hipotesis atau tujuan. Rumusan hipotesis digunakan jika sifat dasar
perbedaan dapat diprediksi oleh peneliti sebelum data dikumpulkan. Sedangkan rumusan
pernyataan tujuan digunakan bila peneliti tidak dapat memprediksi perbedaan antar kelompok
subjek yang dibandingkan dalam variabel tertentu.

 Hipotesis
Setelah masalah dirumuskan, peneliti harus mampu mengidentifikasikan tandingan atau
alternatif yang mungkin dapat menerangkan hubungan antar variabel independen dan dependen.

 Pengelompokan Data
Penentuan kelompok subjek yang akan dibagi, pertama-tama kelompok yang diplih harus
memiliki karakteristik yang menjadi konsen penelitian. Selanjutnya Peneliti memilih kelompok
yang tidak memiliki karakteristik tersebut atau berbeda tingkatannya.

 Pengumpulan Data
Hanya data yang diperlukan yang kumpulkan, baik yang berhubungan dengan variabel
dependen maupun berkenaan dengan faktor yang dimungkinkan munculnya hipotesis tandingan.
Karena penelitian ini menyelidiki fenomena yang sudah terjadi, sering kali data yang diperlukan
sudah tersedia sehingga peneliti tinggal memilih sumber yang sesuai. Disamping itu berbagai
instrumen seperti les, angket, interview, dapat digunakan untuk mengumpul data bagi peneliti.

 Analisis Data
Teknik analisis data yang digunakan, serupa dengan yang digunakan dalam penelitian
diferensial maupun eksperimen. Di mana perbandingan nilai variabel dependen dilakukan antar
kelompok subjek atas dasar faktor yang menjadi konsen. Hal ini dapat dilakukan dengan teknik
analaisi uji-T, independen atau ANAVA, tergantung dari jumlah kelompok dari faktor tersebut.
Apapun teknik analisis statistik inferensial yang digunakan, biasanya analisis tersebut diawali
dengan perhitungan nilai rata-rata atau mean dan stansar deviasi untuk mengetahui antar
kelompok secara deskripitif.

 Penafsiran Hasil
Pernyataan sebab akibat dalam penelitian ini perlu dilakukan secara hati-hati. Kualitas
hubungan antar variabel independen dan dependen sangat tergantung pada kemampuan peneliti
untuk memilih kelompok perbandingan yang homogen dan keyakinan bahwa munculnya
hipotesis tandingan dapat dicegah. Untuk menjelaskan bagaimana prosedur penelitian ex post
facto dilaksanakan, berikut ini ditulis sebuah contoh: Peneliti ingin melihat pengaruh atau
hubungan motivasi belajar terhadap atau dengan prestasi belajar berdasarkan jenis kelamin
siswa. Variabel motivasi belajar siswa telah ada pada diri siswa itu sendiri hanya tinggal
mengukurnya. Artinya, telah terjadi sebelumnya tanpa harus dilakukan manipulasi oleh peneliti.
Jenis kelamin siswa telah jelas, tinggal memilih dan mengelompokkan menjadi dua kategori
yakni pria dan wanita.

Prestasi belajar siswa bisa dilakukan pengukuran dan bisa pula menggunakan data
prestasi yang telah ada di sekolah, misalnya nilai ulangan atau nilai rapot. Siswa dipilih untuk
kelas tertentu sebanyak yang diperlukan dengan jumlah yang sama antara siswa pria dan siswa
wanita. Motivasi belajar sebagai variabel bebas, jenis kelamin sebagai variabel kontrol, dan
prestasi belajar sebagai variabel terikat.

Variabel Bebas (X) Motivasi Belajar (X)

Variabel Kontrol (Jenis Pria (X1) Wanita (X2)


Kelamin)

Variabel Terikat (Y) Y1 Y2


Prestasi Belajar

Analisis hubungan dapat dilakukan dengan melihat skor rata-rata hasil pengukuran
motivasi belajar X dengan rata-rata skor hasil pengukuran prestasi belajar Y. Lebih lanjut
peneliti dapat melakukan analisis hubungan antara skor rata-rata hasil pengukuran motivasi
belajar siswa pria (X1) dengan skor rata-rata hasil pengukuran prestasi belajar siswa pria (Y 1).
Hal yang sama juga terhadap siswa wanita, yakni hubungan antara X2 dan Y2. Di samping itu
peneliti dapat juga membandingkan motivasi belajar siswa pria dan wanita (X1 dengan X2) dan
perbedaan prestasi belajar siswa pria dengan wanita (Y1 dengan Y2).
Penyelesaian No. 3

Media adalah teknologi pembawa pesan yang dapat dimanfaatkan untuk keperluan
pembelajaran.Media ada yang tinggal dimanfaatkan oleh Guru (by utilization) dalam kegiatan
pembelajarannya, artinya media tersebut dibuat oleh pihak tertentu (produsen media) dan guru
tinggal menggunakan secara langsung dalam kegiatan pembelajaran, begitu juga media yang
sifatnya alamiah yang tersedia di lingkungan sekolah juga termasuk yang dapat langsung
digunakan.Selain itu, kita juga dapat merancang dan membuat media sendiri (by desain) sesuai
dengan kemampuan dan kebutuhan siswa.Media merupakan alat yang harus ada apabila kita
ingin memudahkan sesuatu dalam pekerjaan. Media merupakan alat bantu yang dapat
memudahkan pekerjaan. Setiap orang pasti ingin pekerjaan yang dilakukan dapat diselesaikan
dengan baik dan dengan hasil yang memuaskan. Media merupakan wahana penyalur informasi
belajar atau penyalur pesan.

Media merupakan alat saluran komunikasi. Media berasal dari bahasa latin dan
merupakan bentuk jamak dari kata “medium” yang secara harfiah berarti “perantara” yaitu
perantara sumber pesan (a source) dengan penerima pesan (a receiver). Heinich mencontohkan
media ini seperti film, televisi, diagram, bahan tercetak (printed materials). komputer dan
instruktur. Contoh media tersebut bisa dipertimbangkan sebagai media pembelajaran jika
membawa pesan-pesan (message) dalam rangka mencapai tujuan pembelajaran.Dalam hal ini
terlihat adanya hubungan antara media dengan pesan dan metode (methods).

Media adalah pengantar pesan dari pengirim ke penerima pesan.Dengan demikian media
merupakan wahan penyalur informasi belajar atau penyalur pesan. Media merupakan wahana
penyalur informasi belajar atau penyalur pesan. National Education Association (NEA) atau
Asosiasi Teknologi dan Komunikasi Pendidikan Amerika mendefinisikan: media sebagai segala
bentuk dan saluran yang digunakan orang untuk menyalurkan pesan/ informasi.

Media salah satu alat komunikasi dalam penyampaian pesan tentunya sangat bermanfaat
jika diimplementasikan ke dalam proses pembelajaran, media yang digunakan dalam proses
pembelajaran tersebut disebut sebagai media pembelajaran. Jadi televisi, film, foto, rekaman
audio, gambar yang diproyeksikan, bahan-bahan cetakan, dan sejenisnya adalah media
komunikasi apabila media itu membawa pesan-pesan atau informasi yang bertujuan instruksional
atau mengandung maksud-maksud pembelajaran maka media itu disebut media pembelajaran.
Media pembelajaran ini salah satu komponen proses belajar mengajar yang memiliki peranan
sangat penting dalam menunjang keberhasilan proses. Penggunaan media pembelajaran juga
dapat memberikan rangsangan bagi siswa untuk terjadinya proses belajar dikuatkan oleh
pendapat Miarso bahwa: “ Media pembelajaran adalah segala sesuatu yang digunakan untuk
menyalurkan pesan serta dapat merangsang pikiran, perasaan, perhatian, dan kemauan si belajar
sehingga dapat mendorong terjadinya proses belajar yang disengaja, bertujuan, dan terkendali”.
Media pembelajaran merupakan suatu teknologi pembawa pesan yang dapat digunakan
untuk keperluan pembelajaran, media pembelajaran merupakan sarana fisik untuk
menyampaikan materi pembelajaran.Media pembelajaran merupakan sarana komunikasi dalam
bentuk cetak maupun pandang dengar termasuk teknologi perangkat keras.

Teori Pengembangan Media Pembelajaran

Pada awal sejarah pendidikan, guru merupakan satu-satunya sumber untuk memperoleh
pelajaran. Dalam perkembangan selanjutnya, sumber belajar kemudian bertambah dengan
adanya buku. Penulisan buku dilandasi oleh suatu konsep dasar bahwa tidak ada sesuatu dalam
akal pikiran manusia, tanpa terlebih dahulu melalui penginderaan. Dari istilah para pendidik
mulai menyadari perlunya sarana belajar yang dapat memberikan rangsangan dan pengalaman
belajar secara menyeluruh bagi peserta didik melalui semua indera, terutama indera pandang dan
dengar.

Selanjutnya, pada pertengahan abad ke-20 usaha pengembangan sarana atau media
pembelajaran sudah semakin maju yaitu ditandai dengan adanya pemanfaatan alat visual yang
mulai dilengkapi dengan peralatan audio, maka terciptalah peralatan audio-visual pembelajaran.
Salah satu gambaran yang paling banyak dijadikan acuan sebagai landasan teori penggunaan
media dalam proses belajar adalah Dale’s Cone of Experience (Kerucut pengalaman Dale)
(Arsyad, 2013). Berikut adalah gambaran kerucut pengalaman Dale:

Gambar 2.1 Piramida Teori Dale

Hasil belajar seseorang menurut Dale diperoleh mulai dari pengalaman langsung
(kongkret), kenyataan yang ada di lingkungan kehidupan seseorang kemudian melalui benda
tiruan, sampai kepada lambang verbal (abstrak). Semakin ke atas di puncak kerucut semakin
abstrak media penyampaian pesan itu. Semakin nyata (kongkret pesan itu maka semakin mudah
bagi peserta didik mencerna materi yang diberikan. Berkaitan dengan simbol verbal dan visual
sendiri, maka guru sebisa mungkin menggambarkan dan menvisualisasikan sehingga benak
peserta didik mampu mencernanya degan baik.
Penyelesaian No. 4

Ditinjau dari permasalahan yang ada, peneliti menggunakan pendekatan kuantitatif.


Pendekatan kuantitatif adalah suatu penelitian yang hasilnya disajikan dalam bentuk deskripsi
dengan menggunakan angka-angka. Pendekatan ini dipilih karena penelitian kuantitatif
merupakan salah satu jenis kegiatan penelitian yang spesifikasinya adalah sistematis, terencana,
dan terstruktur sejak awal mulai dari pembuatan desain penelitian, baik itu tentang tujuan
penelitian, subjek penelitian, objek penelitian, sampel data, sumber data, maupun
metodologinya. Variable penelitian terukur dengan berbagai bentuk skala pengukuran, yaitu
skala nominal, ordinal, interval, maupun rasio (Suharso, 2009).

Dalam pendekatan ini peneliti banyak dituntut menggunakan angka, mulai dari
pengumpulan data, penafsiran data tersebut, serta penampilan hasil akhir. Oleh karena itu data
yang terkumpul harus diolah secara statistik, agar dapat ditafsir dengan baik. Data yang diolah
tersebut diperoleh melalui nilai hasil pre test dan post test untuk mengetahui pengaruh dari media
yang digunakan terhadap hasil belajar mata pelajaran sejarah siswa kelas X di SMAN 5
Banjarmasin.

Sedangkan jenis penelitian yang digunakan dalam penelitian ini ialah penelitian
eksperimen semu (quasi experiment) Dalam metode quasi experiment, peneliti berusaha
menentukan apakah suatu treatment mempengaruhi hasil sebuah penelitian. Pengaruh ini dinilai
dengan cara menerapkan treatment tertentu pada satu kelompok (kelompok treatment) dan tidak
menerapkannya pada kelompok yang lain (kelompok kontrol), lalu menentukan bagaimana dua
kelompok tersebut menentukan hasil akhir (Creswell, 2014).

Dalam penelitian ini, metode quasi experiment menggunakan bentuk desain


nonequivalent control group design, di mana kelompok eksperimen (A) dan kelompok kontrol
(B) diseleksi tanpa prosedur penempatan acak (without random assignment). Pada dua kelompok
tersebut, sama-sama dilakukan pretest dan posttest. Hanya kelompok eksperimen (A) saja yang
di-treatment (Creswell, 2014), dengan skema sebagai berikut:

Gambar 3.1 Skema Nonequivalent Control Group Design

Kelompok AO1X_O2
Kelompok BO3XO4

O1 = hasil pretest kelompok eksperimen sebelum diberikan perlakuan O2 = hasil posttest


kelompok eksperimen setelah diberikan perlakuan O3 = hasi pretest kelompok kontrol sebelum
diberikan perlakuan

O4 = hasil posttest kelompok kontrol tanpa diberikan perlakuan X = treatment yang diberikan
pada kelompok eksperimen.
Penyelesaian No. 5

 Populasi

Dalam penelitian ini, populasi yang digunakan adalah siswa kelas X IIS SMAN 5
Banjarmasin. Siswa kelas X IIS SMAN 5 Banjarmasin sendiri terdiri dari 3 kelas, yaitu kelas X
IIS 1 terdiri dari 30 siswa, kelas X IIS 2 terdiri dari 32 siswa dan X IIS 3 terdiri dari 28 siswa.

 Sampel

Sampel yang digunakan dalam penelitian ini adalah Kelas X IIS I dan X IIS 2. Dari kedua
kelas tersebut, kelas X IIS 1 dijadikan sebagai kelas Kontrol dan kelas X IIS 2 sebagai kelas
eksperimen.

Anda mungkin juga menyukai