Anda di halaman 1dari 17

Teknik Penelitian Kuantitatif

1. Eksperimen, Survey
Metode penelitian eksperimen pada umumnya digunakan dalam penelitian yang bersifat
laboratoris. Namun, bukan berarti bahwa pendekatan ini tidak dapat digunakan dalam
penelitian sosial, termasuk penelitian pendidikan. Jadi, penelitian eksperimen yang
mendasarkan pada paradigma positivistik pada awalnya memang banyak diterapkan pada
penelitian ilmu-ilmu keras (hard-science), seperti biologi dan Fisika, yang kemudian diadopsi
untuk diterapkan pada bidang-bidang lain, termasuk bidang sosial dan pendidikan.
Pada dasarnya, pada semua penelitian dengan menggunakan paradigma positivistik, akan
menghadapi dua pertanyaan besar, yaitu: (1) apakah hasil penelitian ini benar atau dapat
dipercaya?; dan (2) apakah kita dapat menggeneralisasikan hasil penelitian ini kepada
sejumlah subyek yang kondisinya dianggap sama dengan subyek yang kita teliti ?
Permasalahan nomor (1) adalah berkaitan dengan validitas internal suatu hasil penelitian,
sedangkan permasalahan yang berkaitan dengan pertanyaan nomor (2) menyangkut validitas
eksternal suatu hasil penelitian. Penelitian eksperimen pada umumnya lebih menekankan
pada pemenuhan validitas internal, yaitu dengan cara
mengontrol/mengendalikan/mengeliminir pengaruh faktor-faktor di luar yang
dieksperimenkan yang dapat mempengaruhi hasil eksperimen.
Adapun faktor-faktor yang dapat mengancam validitas internal suatu hasil
penelitian eksperimen antara lain:
1. History, yaitu kejadian-kejadian tertentu yang terjadi antara pengukuran pertama
(pretest) dan kedua (post-test), selain variabel-variabel yang dieksperimenkan
(treatment).
2. Maturation (kematangan), yaitu: proses perubahan (kematangan) di dalam diri subyek
yang terjadi selama berlangsungnya eksperimen (misal: makin trampil, makin
lelah/jenuh dsb). Untuk mengatasi hal ini adalah dengan mendisain eksperimen yang
tidak terlalu lama.
3. Efek Testing, yaitu efek yang ditimbulkan hasil pengukuran pertama (pretest)
terhadap hasil pengukuran kedua (post-test). Cara mengatasinya adalah dengan tidak
memberikan pre-test.
4. Instrumentation, yaitu efek yang ditimbulkan akibat perubahan cara pengukuran,
perubahan pengamat, yang dapat membuat perubahan hasil pengukuran.
5. Selection, yaitu adanya bias di dalam menentukan/memilih responden/subyek untuk
kelompok eksperimen (atau kelompok yang diberikan perlakuan) dankelompok
control/pembanding.
6. Statistical regression, yaitu bahwa kelompok yang dipilih berdasarkan skoryang
ekstrim cenderung akan meregres ke rerata populasi.
7. Mortality, yaitu kehilangan subyek, baik pada kelompok eksperimen maupun
kelompok pembading, yaitu adanya pengurangan subyek ketika dilakukan
pengukuran terhadap dampak eksperimen/perlakuan.
Borg & Gall (1983), menyatakan bahwa penelitian eksperimen merupakan penelitian yang
paling dapat diandalkan keilmiahannya (paling valid), karena dilakukan dengan pengontrolan
secara ketat terhadap variabel-variabel pengganggu di luar yang dieksperimenkan.
Menurut Emmory, penelitian eksperimen merupakan bentuk khusus investigasiyang
digunakan untuk menentukan variabel-variabel apa saja dan bagaimana bentuk hubungan
antara satu dengan yang lainnya. Menurut konsep klasik, eksperimen merupakan penelitian
untuk menentukan pengaruh variabel perlakuan (independent variable) terhadap variabel
dampak (dependent variable). Definisi lain menyatakan bahwa penelitian eksperimen adalah
penelitian yang dilakukan terhadap variabel yang data-datanya belum ada sehingga perlu
dilakukan proses manipulasi melalui pemberian treatment/perlakuan tertentu terhadap subjek
penelitian yang kemudian diamati/diukur dampaknya (data yang akan datang). Penelitian
eksperimen juga merupakan penelitian yang dilakukan secara sengaja oleh peneliti dengan
cara memberikan treatment/perlakuan tertentu terhadap subjek penelitian guna
membangkitkan sesuatu kejadian/keadaan yang akan diteliti bagaimana akibatnya.
Penelitian eksperimen merupakan penelitian kausal (sebab akibat) yang pembuktiannya
diperoleh melalui komparasi/perbandingan antara :
a) Kelompok eksperimen (yang diberi perlakuan) dengan kelompok kontrol (yang tidak
diberikan perlakuan); atau
b) Kondisi subjek sebelum diberikan perlakuan dengan sesudah diberi perlakuan.

Penggunaan metode penelitian eksperimen pada penelitian sosial dan pendidikan akan
dihadapkan pada permasalahan yang menyangkut subyek penelitian. Dalam hal ini,
penggunaan metode eksperimen ini akan menjadi sangat rumit mengingat obyek yang diteliti
menyangkut interaksi manusia dengan lingkungan, atau interaksi antar manusia itu sendiri.
Selain itu, tidak mudah untuk mencari orang yang bersedia dengan sukarela menjadi subyek
dari penelitian eksperimen ("kelinci percobaan").
Di lain pihak, penelitian eksperimen yang dilakukan di dalam kelas oleh guru terhadap
siswanya atau sebagai penelitian kelas, juga akan menghadapi persoalan validitas hasil
penelitian. Dalam hal ini, guru sebagai peneliti akan dihadapkan pada persoalan apakah dia
bisa bersikap obyektif, mengingat sebagai peneliti dia juga sebagai manusia yang berinteraksi
dengan subyek yang diteliti, yaitu siswanya sendiri.
Karakteristik Penelitian Eksperimen:
Berikut ini disajikan beberapa karakteristik penelitian eksperimen, yang membedakan dengan
penelitian positivistik lainnya, yaitu:
1. Metode eksperimen merupakan satu-satunya metode penelitian yang dianggap paling
dapat menguji hipotesis hubungan sebab-akibat, atau paling dapat memenuhi validitas
internal.
2. Metode eksperimen merupakan rancangan penelitian yang memberikan pengujian
hipotesis yang paling ketat dibanding jenis penelitian yang lain.
3. Metode eksperimen merupakan penelitian yang digunakan untuk mencari pengaruh
perlakuan tertentu terhadap dampaknya dalam kondisi yang terkendalikan.
4. Ciri khas yg membedakan penelitian eksperimen dg penelitian yg lain:
a) Satu atau lebih variabel bebas dimanipulasi (kondisinya dibuat berbeda,
misal: treatment dan non-treatment
b) Semua variabel lainnya, kecuali variabel perlakuan (variabel bebas),
dikendalikan (dipertahankan tetap).
c) Pengaruh manipulasi variabel bebas (pemberian perlakuan) terhadap variabel
terikat diamati, dengan asumsi karena diberi perlakuan yang berbeda maka
akan berdampak yang berbeda pula.
d) Adanya komparasi, sehingga perlu penyamaan antara kelompok yang akan
dikenai perlakuan dengan kelompok yang tidak dikenai perlakuan (dua
kelompok yang akan dibandingkan tersebut harus komparabel).
Ruang Lingkup Penelitian Eksperimen:
1. Sebagian besar eksperimen dalam bidang pendidikan pada umumnya dilakukan dalam
rangka melakukan inovasi untuk meningkatkan kualitas pembelajaran. Oleh karena
itu, biasanya berkaitan dengan usaha untuk menguji pengaruh materi, media, metode,
atau praktik pendidikan yang baru terhadap hasil belajar siswa.
2. Rancangan penelitian eksperimen pada umumnya, menggunakan variabel tunggal:
a) Satu variabel perlakuan dimanipulasikan (dibuat kondisinya berbeda), selanjutnya
diamati akibat/danpak dari perlakuan tersebut terhadap 1 atau lebih variabel
tergantung.
b) Variabel yang dimanipulasikan disebut: variabel perlakuan, variabel treatment,
variabel eksperimen, atau variabel independen.
c) Variabel yang merupakan akibat/dampak disebut: variabel tergantung, variabel
dependen, atau variabel dampak.
d) Masalah pokok: menentukan kelompok kontrol (pembanding) yang sebanding
(komparabel); dan membuat konstan (mengontrol/ mengendalikan) variabel-
variabel non-eksperimental yang dapat mempengaruhi variabel dampak.
Pengertian Variabel:
Variabel, adalah gejala atau fakta (data) yang harganya berubah-berubah atau bervariasi.
Berikut ini dijelaskan jenis-jenis variabel yang termasuk dalam penelitian eksperimen, yaitu:
1. Variabel Bebas/independen (variabel perlakuan/eksperimen)  merupakan variabel
yang akan dilihat pengaruhnya terhadap variabel terikat/dependen, atau variabel
dampak.
2. Variabel Terikat/dependen (variabel dampak)  merupakan variabel
hasil/dampak/akibat dari variabel bebas/perlakuan.
a. Variabel terikat  umumnya menjadi tujuan penelitian, sumber masalah, yang ingin
ditingkatkan kualitasnya.

3. Variabel Kontrol (Pengendali)  variabel yang berpengaruh terhadap variabel terikat,


tetapi pengaruhnya ditiadakan/dikendalikan dengan cara dikontrol (diisolasi)
pengaruhnya. Pengontrolan dapat dilakukan melalui pengembangan disain
penelitiannya (kondisinya dibuat sama) atau secara statistik tertentu.
4. Variabel Moderator  variabel yang mempengaruhi tingkat hubungan (pengaruh)
variabel bebas terhadap variabel terikat. Atau hubungan/pengaruh variabel bebas
terhadap variabel terikat memiliki nilai yang berbeda pada level yang berbeda.
Prosedur Penelitian Eksperimen:
Langkah-langkah penelitian eksperimen pada dasarnya sama dengan jenis penelitian
positivistik yang lain, yaitu:
1. Memilih dan merumuskan masalah, termasuk akan menguji-cobakan perlakuan apa,
dampak dampak apa yang ingin dilihat.
2. Memilih subyek yang akan dikenai perlakuan dan subyek yang tidak dikenai
perlakuan.
3. Memilih disain penelitian eksperimen.
4. Mengembangkan instrumen pengukuran (instrumen untuk mengumpulkan data)
5. Melaksanakan prosedur penelitian dan pengumpulan data.
6. Menganalisis data
7. Perumusan kesimpulan
Langkah Operasional Penelitian :
Sebelum peneliti mulai “on action” maka peneliti perlu melakukan:
1. Membentuk atau memilih kelompok-kelompok (kelompok yang dikenai perlakuan
dan kelompok pembanding/kelompok kontrol).
2. Memperkirakan apa yang akan terjadi pada setiap kelompok.
3. Mencoba mengontrol semua faktor lain di luar perubahan yang direncanakan.
4. Mengamati atau mengukur efek pada kelompok-kelompok setelah perlakuan berakhir.
5. Penelitian eksperimen adalah penelitian untuk menguji hipotesis. Setidak- tidaknya
dengan 1 hipotesis  hubungan sebab-akibat dari 2 variabel, yaitu variabel perlakuan
dan variabel dampak.
6. Penelitian eksperimen yang paling sederhana biasanya melibatkan 2 kelompok, yaitu:
(1) Kelompok eksperimen, yaitu kelompok yang dikenai perlakuan tertentu, dan (2)
Kelompok kontrol atau kelompok pembanding, yaitu kelompok yang tidak dikenai
perlakuan.
7. Kelompok eksperimen menerima treatmen yang baru, suatu treatmen yang sedang
diselidiki, sedangkan Kelompok kontrol menerima treatmen yang berbeda atau diberi
treatmen seperti biasa.
8. Dua kelompok yang akan dibandingkan, yaitu kelompok yang menerima treatmen dan
kelompok yang tidak dikenai treatmen harus disetarakan terlebih dahulu, agar dapat
dipastikan bahwa adanya perbedaan pada variabel terikat semata-mata karena
pengaruh perlakuan yang diberikan bukan karena memang sejak awalnya sudah
berbeda.
9. Cara Penyetaraan yang dapat dilakukan:
a) Membuat berpasang-pasangan (matching), misal: siswa yang nilai awalnya sama
dikelompokkan berpasang-pasangan pada kelompok yang berbeda.
b) Penugasan secara random (random assignment), yaitu menempatkan subyek baik
pada kelompok eksperimen maupun kelompok pembanding dengan cara diundi
(dirandom), atau tidak dipilih-pilih.
c) Kesulitan yang terjadi adalah tidak memungkinkan (sulit) mengelompokkan
siswa secara bebas, dan terpisah dari rombelnya, karena akan merusak sistem
yang telah berjalan. Sehingga sampelnya apa adanya, atau disebut intax sampel.
2. Quisioner
Kuesioner merupakan alat teknik pengumpulan data yang dilakukan dengan cara memberikan
seperangkat pertanyaan atau pernyataan tertulis kepada responden untuk dijawabnya.
Kuesioner merupakan teknik pengumpulan data yang efisien bila peneliti tahu pasti variabel
yang akan diukur dan tahu apa yang bisa diharapkan dari responden (Iskandar, 2008: 77).
Uma sekaran (1992) dalam Sugiyono mengungkapkan beberapa prinsip penulisan angket
yaitu sebagai berikut:
1) Prinsip penulisan angket
1. Isi dan tujuan pertanyaan, yang dimaksud disini adalah isi pertanyaan tersebut
merupakan bentuk pengukuran atau bukan. Kalau berbentuk pengukuran, maka dalam
membuat pertanyaan harus teliti, setiap pertanyaan harus ada skala pengukuran dan
jumlah itemnya mencukupi untuk mengukur variabel yang diteliti.
2. Bahasa yang digunakan, bahasa yang digunakan dalam penulisan angket harus
disesuaikan dengan kemampuan berbahasa responden.
3. Tipe dan bentuk pertanyaan, tipe pertanyaan dalam angket dapat berupa terbuka atau
tertutup, (dalam wawancara bisa terstruktur dan tidak terstruktur), dan bentuknya
dapat menggunakan kalimat positif dan negatif.
4. Pertanyaan tidak mendua
5. Tidak menanyakan yang sudah lupa
6. Pertanyaan tidak menggiring, artinya usahakan pertanyaan tidak menggiring pada
jawaban yang baik saja atau yang jelek saja.
7. Panjang pertanyaan, pertanyaan dalam angket sebaiknya tidak terlalu panjang,
sehingga akan membuat jenuh responden dalam mengisi.
8. Urutan pertanyaan, urutan pertanyaan dalam angket, dimulai dari yang umum menuju
ke hal yang spesifik, atau dari yang mudah menuju hal yang sulit.
3. Observasi dan Wawancara terstruktur
a. Observasi
Dalam menggunakan observasi cara yang paling efektif adalah melengkapinya
dengan format atau blangko pengamatan sebagai instrumen pertimbangan
kemudian format yang disusun berisi item-item tentang kejadian atau tingkah laku
yang digambarkan. Dari peneliti berpengalaman diperoleh suatu petunjuk bahwa
mencatat data observasi bukanlah sekedar mencatat, tetapi juga mengadakan
pertimbangan kemudian mengadakan penilaian kepada skala bertingkat.
Misalanya memperhatikan reaksi penonton televisi, bukan hanya mencatat rekasi
tersebut, tetapi juga menilai reaksi tersebut apakah sangat kurang, atau tidak
sesuai dengan apa yang dikehendaki (Arikunto, 2006: 229).
b. Wawancara Terstruktur
Wawancara terstruktur digunakan sebagai teknik pengumpulan data, bila
peneliti atau pengumpul data telah mengetahui dengan pasti informasi apa yang
akan diperoleh. Oleh karena itu dalam melakukan wawancara, pengumpul data
telah menyiapkan instrumen penelitian berupa pertanyaan-pertanyaan tertulis yang
alternatif jawabannya pun sudah disiapkan. Dengan wawancara terstruktur ini
setiap responden diberi pertanyaan yang sama, dan pengumpul data mencatatnya.
Dalam melakukan wawancara, selain harus membawa instrumen sebagai
pedoman untuk wawancara, maka pengumpul data juga dapat menggunakan alat
bantu seperti tape recorder, gambar, brosur dan material lain yang dapat
membantu pelaksanaan wawancara berjalan lancar. Adapun contoh wawancara
terstruktur tentang tanggapan Mahasiswa terhadap pelayanan Kampus IAIN
Syekh Nurjati Cirebon:
1) Bagaimanakah tanggapan Saudara/I terhadap pelayanan yang ada di PBA?
a) Sangat bagus
b) Bagus
c) Tidak bagus
d) Sangat tidak bagus
2) Bagaimanakah tanggapan Saudara/i terhadap pelayanan Administrasi di IAIN
Syekh Nurjati?
a) Sangat bagus
b) Bagus
c) Tidak bagus
d) Sangat tidak bagus
Teknik Penelitian Kualitatif
1. Participant observation
Observasi Berperanserta (participant observation), dalam observasi ini, peneliti
terlibat dengan kegiatan sehari-hari orang yang sedang diamati atau yang digunakan
sebagai sumber data penelitian. Observasi jenis ini kemudian digolongkan menjadi
empat, yaitu :
1.1. Partisipasi pasif, yaitu peneliti datang ke tempat kegiatan orang yang diamati
tetapi tidak terlibat dalam kegiatan tersebut.
1.2. Partisipasi moderat, yaitu peneliti terlibat dalam kegiatan orang yang diamati
tetapi tidak dalam semua kegiatan
1.3. Partisipasi aktif, yaitu peneliti ikut melakukan apa yang dilakukan nara
sumber tetapi belum sepenuhnya lengkap
1.4. Partisipasi lengkap, yaitu peneliti terlibat sepenuhnya dengan apa yang
dilakukan narasumber.
Menurut Hadi (Dalam Prastowo: 2009) observasi diartikan sebagai pengamatan dan pencatatan
secara sistematik terhadap suatu gejala yang tampak pada objek penelitian. Pengamatan
merupakan proses kompleks yang tersusun dari proses biologis dan psikologis. Pengamatan menjadi
salah satu teknik pengumpulan data yakni jika (Usman dan Akbar dalam Prastowo: 2009):
a) Sesuai dengan tujuan penelitian
b) Direncanakan dan dicatat secara sistematis;
c) Dapat dikontrol reliabilitas dan kebenarannya.
Pengamatan Partisipasi yakni pengumpulan data melalui pengamatan terhadap objek
pengamatan dengan langsung hidup bersama, merasakan, serta berada dalam aktivitas
kehidupan objek pengamatan. Dengan demikian pengamat betul-betul menyelami kehidupan
objek pengamatan dan bahkan tidak jarang pengamat kemudian mengambil bagian dalam
kehidupan budaya mereka (Bungin dalam Prastowo: 2009) Observasi partisipan terjadi ketika
pengamat masuk dalam sebuah situasi dan bertindak sebagai pengamat dan partisipan sekaligus.
Kadang- kadang pengamat itu diketahui identitasnya oleh beberapa partisipan, meskipun
pada saat lain peran aslinya disembunyikan (Cooper dan Emory: 1999). Pengamatan disebut
pengamatan partisipasi jika orang yang mengadakan pengamatan turut serta dalam kehidupan
orang-orang yang diamati (Prastowo: 2009). Kata partisipasi mempunyai arti penuh jika
pengamat betul-betul turut berpartisipasi. Pegamatan dengan partisipasi pura-pura disebut quasi
participant observation. Jika unsur partisipasi sama sekali tidak terdapat di dalamnya, maka
pengamatan itu disebut non participant observation (Hadi dalam Prastowo: 2009).
Ada beberapa persoalan pokok yang perlu perhatian khusus bagi pengamat partisipasi sehubungan
dengan tugas antara lain (Prastowo: 2009):
1) Apa yang harus diamati?
2) Bilamana dan bagaimana melakukan pencatatan?
3) Bagaimana mengusahakan hubungan baik dengan objek pengamatan?
4) Berapa lama dan seberapa luas pengamatan partisipasi tersebut?
Faktor-faktor yang dapat diamati secara partisipan beserta cirri-ciri tertentu dan factor-faktor tertentu
(Hadi dalam Prastowo: 2009):
1) Para pelakunya
 Berapa jumlahnya, besar atau kecil;
 Tingkat keaktifan pelaku, aktif atau penonton;
 Peranan, pemimpin atau anggota, dan sebagainya.
2) Alat interaksi
 Alat hubungan, verbal atau lainnya;
 Penggunaan, cukup atau tidak.
3) Peristiwa pemrakarsa
 Timbulnya interaksi, direncanakan atau spontan;
 Sifat timbulnya, reaktif atau rutin.
Pengamatan ini apabila dilihat dari akurasi data yang diperoleh mungkin dapat diandalkan,
namun memerlukan waktu yang cukup lama (Bungin dalam Prastowo: 2009). Walaupun menurunkan
potensi terjadinya bias, cara ini memunculkan isu etika. Seringkali subjek tidak dimintakan
persetujuannya dan tidak memiliki pengetahuan atau akses terhadap hasil-hasil observasi.
Setelah diamat-amati dan privacy mereka diganggu, kerugian lain bisa diderita oleh subjek
seandainya hasil penelitian observasi diketahui oleh publik. Observasi partisipan melahirkan
keinginan kembar bagi pengamat. Pencatatan dapat mengganggu partisipasi, dan partisipasi
dapat mengganggu pencatatan (Cooper dan Emory: 1999). Peran pengamat dapat
mempengaruhi cara orang lain bertindak. Oleh karena beberapa sebab di atas penelitian
dengan metode participant observation jarang digunakan dalam penelitian bisnis. Dalam
bidang antropologi dan sosiologi pun penggunaannya dibatasi.
6. Langkah-Langkah Pengamatan Partisipasi
1. Sebelum memasuki lapangan
 Membuat desain penelitian
Desain penelitian dalam pengamatan partisipasi dibiarkan dalam bentuknya yang fleksibel
termasuk ketika telah mulai terjun ke lapangan (Prastowo: 2009).
 Menentukan tempat penelitian
Situasi yang didalamnya terdapat persoalan substantive dan teoritis serta terbuka untuk diteliti
layak untuk dipilih menjadi tempat penelitian (Bogdan dan Taylor dalam Prastowo: 2009)
 Mengenali gatekeepers (penerima)
Pelaku pengamatan partisipasi sewajarnya mencari jalan masuk ke dalam suatu organisasi, mengenali
mereka, dan kemudian meminta ijin kepada orang-orang yang mempunyai kekuasaan dalam
organisasi itu (Prastowo: 2009).
 Tempat riset yang tidak perlu gatekeepers
Ada pula penelitian yang tidak memerlukan ijin untuk terjun di dalamnya, namun tetap
saja peneliti harus bisa mengenali, mengambil hati para subjek penelitian agar mereka tidak
merasa risih dan canggung ketika ada yang mengamati mereka tanpa sepengetahuan
mereka.
 Memahami cara berbicara dengan subjek
Bertingkah dan berlaku sopan merupakan langkah cerdas dalam menjalin hubungan baik dengan
subjek penelitian. Karena kita membutuhkan batuan mereka.
 Persepakatan
Di beberapa tempat penelitian gatekeepers seringkali mengajukan kesepakatan-kesepakatan tertentu,
baik yang tertulis maupun yang tidak tertulis. Kesepakatan ini membatasi keharusan dari masing-
masing mereka (Bogdan dan taylor dalam Prastowo: 2009).
2. Setelah memasuki lapangan
 Mengatasi perasaan tak enak
Idealnya, para peneliti bersikap netral, tanpa kecendrungan bergabung atau memihak
secara khusus kepada orang seorang dan tidak menjalin hubungan dengan orang tertentu di
lapangan yang mungkin bisa mengganggu subjek yang diteliti (Prastowo: 2009)
 Mengambil peran
Peneliti sering merasakan bahwa orang-orang yang diteliti tidak memahami tujuan
penelitiannya secara baik. Dalam hal ini peneliti seharusnya pandai menguasai diri menghadapi
subjek yang memahami dirinya tetap serta tugas yang dipaksakan sebagai persahabatan,
mengikuti mode pakaiannya, dan pola tingkah lakunya selama tidak mengganggu jalannya
penelitian.
 Kegiatan penelitian
Subjek penelitian sering kali menunjukkan aspek dari situasi dirinya yang dinilai menyenangkan,
dan menyembunyikan aspek yang dinilai tidak menyenangkan. Oleh karena itu peneliti hanya
perlu mengetahui apa saja yang tak terjangkau (tak dapat diamati/ diteliti olehnya.
 Cara menjalin hubungan
Peneliti harus menempatkan dirinya demikian rupa sehingga mengetahui bahwa kejadian-
kejadian yang terjadi selama dia melakukan pengamatan tidak jauh berbeda dengan yang
biasa terjadi. Oleh sebab itu peneliti harus bisa menjalin hubungan baik, dan tetap bersikap netral dan
sewajarnya.
 Strategi mengembangkan hubungan
Peneliti hendaknya menjalin hubungan yang erat dengan subjek yang berpengetahuan.
Kebanyakan mereka memiliki satu orang atau lebih key informant yang darinya peneliti
memperoleh pemahaman yang cukup tentang situasi serta bersama-sama bertukar
pengetahuan.
 Pengamatan di tempat konflik dan tempat yang tidak ada konflik
Jika peneliti berada dalam tempat yang terdapat konflik, maka cara yang terbaik bagi peneliti
adalah memperlihatkan rasa simpati tanpa memperlihatkan kesan memihak.
 Kadar partisipasi peneliti
Peneliti harus selalu menyadari bahwa dirinya harus bisa meningkatkan partisipasi dalam
aktivitas subjek yang diteliti.
 Mempelajari bahasa
Bisa jadi di tempat yang diteliti para personelnya menggunakan gaya bahasa yang berbeda
dengan di tempat lain pada umumnya. Dalam hal ini peneliti harus belajar memahami simbol-simbol,
kode- kode maupun isyarat-isyarat tertentu yang biasa mereka gunakan.
 Mengajukan pertanyaan
Mengajukan pertanyaan pun harusnya dengan cara tertentu, bagaimana cara kita agar
mereka tanpa sungkan dan bisa menceritakan secara terbuka member informasi yang bisa jadi
sulit ditemui dalam pengamatan.
2. In dept interview
Wawancara-Mendalam (In-depth Interview) adalah proses memperoleh keterangan untuk
tujuan penelitian dengan cara tanya jawab sambil bertatap muka antara pewawancara dengan
responden atau orang yang diwawncarai, dengan atau tanpa menggunakan pedoman (guide)
wawancara dimana pewawancara dan informan terlibat dalam kehidupan sosial yang relatif
lama (Sutopo 2006: 72)
Wawancara adalah merupakan pertemuan antara dua orang untuk bertukar informasi dan ide
melalui tanya jawab sehingga dapat dikonstruksikan makna dalam suatu topik tertentu
(Esterberg, 2002). Wawancara juga merupakan alat mengecek ulang atau pembuktian
terhadap informasi atau keterangan yang diperoleh sebelumnya dan juga merupakan teknik
komunikasi langsung antara peneliti dan responden.
Menurut (Moleong, 2005 : 186) wawancara mendalam merupakan proses menggali informasi
secara mendalam, terbuka, dan bebas dengan masalah dan fokus penelitian dan diarahkan
pada pusat penelitian. Dalam hal ini metode wawancara mendalam yang dilakukan dengan
adanya daftar pertanyaan yang telah dipersiapkan sebelumnya.
Wawancara merupakan bagian dari metode kualitatif. Dalam metode kualitatif ini ada dikenal
dengan teknik wawancara-mendalam (In-depth Interview). Pengertian wawancara-
mendalam (In-depth Interview) adalah proses memperoleh keterangan untuk tujuan penelitian
dengan cara tanya jawab sambil bertatap muka antara pewawancara dengan responden atau
orang yang diwawncarai, dengan atau tanpa menggunakan pedoman (guide) wawancara
dimana pewawancara dan informan terlibat dalam kehidupan sosial yang relatif lama (Sutopo
2006: 72). Ciri khusus/Kekhasan dari wawancara-mendalam ini adalah keterlibatannya dalam
kehidupan responden/informan.
Dalam wawancara-mendalam melakukan penggalian secara mendalam terhadap satu topik
yang telah ditentukan (berdasarkan tujuan dan maksud diadakan wawancara tersebut) dengan
menggunakan pertanyaan terbuka. Penggalian yang dilakukan untuk mengetahui pendapat
mereka berdasarkan perspective responden dalam memandang sebuah permasalahan. Teknik
wawancara ini dilakukan oleh seorang pewawancara dengan mewawancarai satu orang secara
tatap muka (face to face).
Kegunaan atau manfaat dilakukannya wawancara-mendalam adalah :
1. Topik/pembahasan masalah yang ditanyakan bisa bersifat kompleks atau sangat
sensitif
2. Dapat menggali informasi yang lengkap dan mendalam mengenai sikap,
pengetahuan, pandangan responden mengenai masalah
3. Responden tersebar à maksudnya bahwa siapa saja bisa mendapatkan kesempatan
untuk diwawancarai namun berdasarkan tujuan dan maksud diadakan penelitian
tersebut
4. Responden dengan leluasa dapat menjawab pertanyaan yang diajukan tanpa adanya
tekanan dari orang lain atau rasa malu dalam mengeluarkan pendapatnya
5. Alur pertanyaan dalam wawancara dapat menggunakan pedoman (guide) atau tanpa
menggunakan pedoman. Jika menggunakan pedoman (guide), alur pertanyaan yang
telah dibuat tidak bersifat baku tergantung kebutuhan dilapangan
Sedangkan kelemahan dari wawancara-mendalam ini adalah adanya keterikatan emosi antara
ke duanya (pewawancara dan orang yang diwawancarai), untuk itu diperlukan kerjasam yang
baik antara pewawancara dan yang diwawancarainya.
Materi dalam wawancara-mendalam tergantung dari tujuan dan maksud diadakannya
wawancara tersebut. Agar hasil dari wawancara tersebut sesuai dengan tujuan penelitian,
diperlukan keterampilan dari seorang pewawancaranya agar nara sumbernya (responden)
dapat memberikan jawaban yang sesuai dengan pertanyaan yang diajukan. Beberapa teknik
dalam wawancara agar berjalan dengan baik, adalah:

a. Menciptakan dan menjaga suasana yang baik.


Hal ini dapat dilakukan dengan cara :
 Adakan pembicaraan pemanasan: dengan menanyakan biodata responden (nama,
alamat, hobi dll), namun waktunya jangan terlalu lama (±5 menit)
 Kemukakan tujuan diadakannya penelitian, dengan maksud agar responden
memahami pembahasan topik yang akan ditanyakan dan supaya lebih transparan
kepada responden (adanya kejujuran).
 Timbulkan suasana bebas: maksudnya responden boleh melakukan aktifitas yang
lain ketika sesi wawancara ini berlangsung sehingga memberikan rasa “nyaman”
bagi responden (tidak adanya tekanan), misalnya responden boleh merokok, minum
kopi/teh, makan dan lain-lain
 Timbulkan perasaan bahwa ia (responden) adalah orang yang penting, kerjasama
dan bantuannya sangat diperlukan: bahwa pendapat yang responden berikan akan
dijaga kerahasiannya dan tidak ada jawaban yang salah atau benar dalam
wawancara ini. Semua pendapat yang responden kemukakan sangat penting untuk
pelaksanaan penelitian ini.
b. Mengadakan probing
Probes adalah cara menggali keterangan yang lebih mendalam, hal ini dilakukan karena :
– Apabila jawaban tidak relevan dengan pertanyaan
– Apabila jawaban kurang jelas atau kurang lengkap
– Apabila ada dugaan jawaban kurang mendekati kebenaran.
c. Tidak memberikan sugesti untuk memberikan jawaban-jawaban tertentu kepada responden
yang akhirnya nanti apa yang dikemukakan (pendapat) responden bukan merupakan pendapat
dari responden itu sendiri
d. Intonasi suara
Jika pewawancara merasa lelah atau bosan atau tidak suka dengan jawaban responden,
hendaknya intonasi suara dapat dikontrol dengan baik agar responden tetap memiliki rasa
“nyaman” dalam sesi wawancara tersebut. Hal yang dapat dilakukan misalnya; mengambil
minum, ngobrol hal yang lain, membuat candaan dll)
e. Kecepatan berbicara
Agar responden dapat mencerna apa yang ditanyakan sehingga memberikan jawaban yang
diharapkan oleh pewawancara
f. Sensitifitas pertanyaan
Pewawancara mampu melakukan empati kepada responden sehingga membuat responden
tidak malu dalam menjawab pertanyaan tersebut
g. Kontak mata
Agar responden merasa dihargai, dibutuhkan selama proses wawancara tersebut
h. Kepekaan nonverbal
Pewawancara mampu melihat gerakan dari bahasa tubuh yang ditunjukan oleh responden,
misalnya responden merasa tidak nyaman dengan sikap yang ditunjukan oleh pewawancara,
pertanyaan atau hal lainnya. Karena hal ini dapat menyebabkan informasi yang diterima tidak
lengkap
i.Waktu
Dalam pelakasanaan wawancara-mendalam ini pewawancara dapat mengontrol waktu. Hal
ini dikuatirkan responden dapat menjadi bosan, lelah sehingga informasi yang diharapkan
tidak terpenuhi dengan baik. Waktu yang dibutuhkan dalam pelaksanaan wawancara-
mendalam yang dilakukan secara tatap muka adalah 1-2 jam, tergantung isu atau topik yang
dibahas.
Sebelum dilakukan wawancara-mendalam, perlu dibuatkan pedoman (guide) wawancara. Hal
ini bertujuan untuk mempermudah pewawancara dalam menggali pertanyaan serta
menghindari agar pertanyaan tersebut tidak keluar dari tujuan penelitian. Namun pedoman
(guide) wawancara tersebut tidak bersifat baku  dapat dikembangkan dengan kondisi pada
saat wawancara berlangsung dan tetap pada koridor tujuan diadakannya penelitian tersebut.
Agar dalam pembuatan report serta analisa wawancara-mendalam berjalan dengan baik,
diperlukan alat dokumentasi untuk menunjang pelaksanaan wawancara-mendalam tersebut.
Alat dokumentasi adalah :
1. Recoder (alat perekam suara)
Hal ini bertujuan untuk memudahkan pewawancara mengingat kembali mengenai wawancara
yang telah dilakukan. Sehingga dapat membantu dalam pembuatan report dan analisanya
2. Kamera
Dilakukan untuk kepentingan arsip dan juga untuk mencegah terjadinya pelaksanaan
wawancara dengan responden yang sama agar informasi yang diberikan tidak bias
3. Catatan lapangan
Hal ini dilakukan sebagai informasi tambahan (faktor pendukung) dalam melakukan analisa.

3. Dokumentasi
Burhan Bungin (2007) mengatakan, Metode dokumentasi adalah suatu metode
pengumpulan data yang digunakan dalam metodologi penelitian sosial. Singkatnya,
metode dokumentasi adalah metode yang digunakan untuk menelusuri data historis.
Dengan demikian, dalam penelitian sejarah, bahan dokumenter memegang peranan yang
sangat penting. dokumen merupakan sumber data yang digunakan untuk melengkapi
penelitian, baik berupa sumber tertulis, film, gambar (foto), dan karya-karya monumental,
yang semuanya itu memberikan informasi.
bahan dokumenter dapat dibagi beberapa macam, yaitu:
1. Otobiografi
2. Surat-surat pribadi, buku-buku atau catatan harian, memorial
3. Kliping
4. Dokumen pemerintah ataupun swasta
5. Cerita roman dan cerita rakyat
6. Data di server dan flashdisk
7. Data yang tersimpan di website dan lain-lain.
4. Triangulasi

Triangulasi biasa diartikan sebagai teknik untuk mengecek keabsahan data. Sementara
pengertian triangulasi adalah teknik pemeriksaan keabsahan data yang memanfaatkan
sesuatu yang lain dalam membandingkan hasil wawancara terhadap objek penelitian
(Moeloeng, 2007). Triangulasi dapat dilakukan dengan menggunakan teknik yang
berbeda yaitu wawancara, observasi dan dokumen. Triangulasi ini selain digunakan untuk
mengecek kebenaran data juga dilakukan untuk memperkaya data. Selain itu triangulasi
juga dapat berguna untuk menyelidiki validitas tafsiran peneliti terhadap data, karena itu
triangulasi bersifat reflektif. (Nasution, 2003:115). Hal yang dilakukan dalam teknik
triangulasi ialah sebagai berikut :

1. Membandingkan data hasil pengamatan dengan data hasil wawancara


2. Membandingkan apa yang dikatakan orang pada saat di depan umum dan
pribadi
3. Membandingkan apa yang dikatakan orang tentang situasi penelitian dengan
apa yang dikatakan sepanjang waktu
4. Membandingkan keadaan dan perspektif seseorang dengan pendapat dan
pandangan masyarakat dari berbagai kelas
5. Membandingkan hasil wawancara dengan isi suatu dokumen yang berkaitan.

Anda mungkin juga menyukai