Anda di halaman 1dari 34

BAB 4

KONDISI EKSISTING

4.3 Kondisi Agrobisnis


Suatu kawasan sentra produksi pangan (Agrobisnis) yang sudah berkembang harus
memiliki ciri-ciri yaitu sebagian besar kegiatan masyarakat di kawasan tersebut di
dominasi oleh kegiatan pertanian dan atau Agrobisnis dalam suatu kesisteman yang
utuh dan terintegrasi mulai dari :

4.3.1. Agrobisnis Hulu

Subsistem Agrobisnis hulu (up stream agribusiness) yang mencakup fisik alami,
penggunaan lahan, mesin, peralatan pertanian, dan lain-lain :

4.3.1.1. Fisik Alami

1. Geografi

Sumber : Badan Pertanahan Nasional Pontianak

4.3.1.2. Teknologi Pertanian

Teknologi Pertanian meliputi sarana penunjang kegiatan pertanian itu sendiri


untuk pengadaan sarana terdapat 2 cara ada yang tradisional dan ada yang sudah
menggunakan sistem yang modern, pada umumnya di Kecamatan Pontianak Utara
masih menggunakan sistem dengan cara tradisional untuk penggolahan pra dan pasca
tani.

4.3.2. Agrobisnis Tengah

Subsistem Agrobisnis tengah/pertanian primer (on farm agribusiness) yang mencakup


usaha hortikultura dan peternakan yang dikelompokkan berdasarkan pengunaan lahan
yaitu lahan kering dan peternakan :
4.3.2.1. Sistem Lahan Pertanian

1. Lahan Kering

Sistem lahan pertanian di Kecamatan Pontianak Utara adalah lahan kering.


Lahan kering adalah lahan yang digunakan untuk usaha petanian dengan
menggunakan air secara terbatas dan biasanya mengharapkan dari curah hujan. Lahan
ini memiliki kondisi agro-ekosistem yang beragam, umumnya berlereng dengan
kondisi kemantapan lahan yang kurang atau peka terhadap erosi terutama bila
pengolahannya tidak memperhatikan kaidah konservasi tanah. Lahan usahatani kering
menurut keadaan fisiknya dapat dibedakan atas :

a. Ladang

Ladang adalah lahan usaha tani kering yang bersifat berpindah-pindah. Cara
terbentuknya ladang adalah sebagai berikut, hutan ditebang lalu di bakar, setelah
dibakar lalu ditanami pada ladang/huma atau palawija seperti jagung, kacang-
kacangan, dll. Baik yang ditanam secara tersendiri maupun dengan cara tumpangsari.
Setiap lahan ladang ini biasanya hanya untuk empat sampai enam musim tanam saja,
untuk selanjutnya ditinggalkan yang kemudian hari dapat dibuka kembali setelah
subur kembali. Di Kecamatan Pontianak Utara ladang usaha tani yang dibudidaya
petani yaitu berjenis palawija dan umbi-umbian.

b. Kebun

Kebun adalah lahan pertanian/usahatani yang sudah menetap, yang ditanami


tanaman tahunan secara permanen/tetap, baik sejenis meupun secara campuran.
Tanaman yang biasa ditanam di lahan kebun antara lain aloe vera dan jenis buah-
buahan, seperti pepaya, dll.

2. Perternakan

Peternakan adalah kegiatan mengembangbiakkan dan membudidayakan


hewan ternak untuk mendapatkan manfaat dan hasil dari kegiatan tersebut. Pengertian
peternakan tidak terbatas pada pemeliharaaan saja, memelihara dan peternakan
perbedaannya terletak pada tujuan yang ditetapkan. Tujuan peternakan adalah
mencari keuntungan dengan penerapan prinsip-prinsip manajemen pada faktor-faktor
produksi yang telah dikombinasikan secara optimal. Kegiatan di bidang peternakan
dapat dibagi atas dua golongan, yaitu peternakan hewan besar seperti sapi, kerbau dan
kuda, sedang kelompok kedua yaitu peternakan hewan kecil seperti ayam, kelinci dll.
Akan tetapi, berdasarkan keputusan daerah Kota Pontianak menetapkan bahwa Kota
Pontianak hanya sebagai tempat penggemukan saja tidak menjadi kota pemasok
peternakan. Sehingga, untuk peternakan Kota Pontianak membeli hewan ternak
seperti sapi di Kalimantan Selatan.

4.3.2.2. Kriteria Pola Tanam

Di lahan kering, palawija dapat ditanam secara monokultur atau tumpangsari.


Ada dua alternatif pelaksanaannya. Alternatif pertama, awal musim hujan, lahan
dapat ditanami palawija berumur pendek sebanyak satu kali. Penanaman dilakukan
secara monokultur atau tumpangsari dengan saat tanam yang bersamaan. Saat akhir
atau pertengahan musim hujan, lahan dapat ditanami palawija berumur pendek atau
berumur panjang sebanyak satu kali tanam. Pelaksanaannya dilakukan secara
monokultur atau tumpangsari dengan waktu tanam yang bersamaan. Alternatif kedua,
pada awal musim hujan, lahan ditanami pepaya dan aloevera kurang lebih 3 sampai 4
minggu sebelum panen. Untuk lebih jelas dapat dilihat pada penjelasan berikut ini :

1. aloe vera
a. Pola Tanam : Hal yang perlu diperhatikan pada saat penyiapan lahan

adalah lahan harus terbebas/bersih dari sisa-sisa akar dan kayu untuk

mencegah penyebaran penyakit jamur akar putih. Setelah lahan siap tanam

langkah selanjutnya adalah pengajiran/pemancangan yang disesuaikan

dengan jarak tanam yang diinginkan. Jarak tanam yang biasa digunakan

adalah pola tanam segi empat jarak tanam 40 cm x 40 cm x 50 cm (jarak

tanam ganda).
b. Pupuk : Untuk pupuk jenis yang digunakan yaitu urea-SP, NPK-Mg ,

Dithane M-45 dengan harga 10.000/kg

c. Pestisida : Untuk pestisida jenis yang digunakan yaitu insektisida dan

biofungisida

d. Jadwal Perawatan Pertanian : Penyiangan, keadaan kebun entres harus

bersih dari rerumputan, penyiangan dapat dilakukan secara manual 3

minggu sekali atau secara kimia dengan herbisida 3 bulan sekali,

menggunakan herbisida round up dengan dosis 0.2% (2 cc/1 liter).

Penyemprotan dilakukan setelah tanaman mencapai 5-6 payung.

Selanjutnya, pemupukan, dosis yang di berikan secara umum adalah

sebagai berikut : Tahun I : 50 gram urea, 50 gram SP 36, 10 gram KCl dan

5 gram Kieserit dan Tahun II : 75 gram urea, 75 gram SP 36, 25 gram KCl

dan 10 gram Kieserit. Aplikasi dua kali setahun, setiap pemberian

setengah dosis dalam setahun. Letak tabur pupuk melingkar mengelilingi

batang dengan radius 1m dari pohon. Kemudian tahap

pemanenan/pemangkasan, kayu okulasi hijau di panen pertama pada umur

1 tahun. Panen selanjutnya dilakukan saat tanaman berumur 2 minggu.

Setelah pemangkasan dilakukan, pada umur 2-3 minggu akan muncul

tunas baru, untuk itu perlu dilakukan seleksi dengan meninggalkan dua

sampai tiga cabang.


e. Kualitas Pertanian : Kualitas hasil pertanian untuk aloevera tergolong baik
dan hanya dikirim ke sekitar kota Pontianak yaitu dikirim ke industri
PT.INACO sesuai permintaan dan sisanya ke home industri.
f. Kuantitas Pertanian : Kuantitas yang dihasilkan untuk aloevera ± 84.000
ton.

Gambar 4.1 Pola Tanam Aloevera

2. Pepaya
a. Pola Tanam : Pola tanam yang digunakan yaitu dengan cara monokultur,

Lubang tanam hanya dibuat semata cangkul, tidak sesuai dengan anjuran

yaitu 1 m x 1 m x 1,5 m. Ditanam secara tumpangsari, dengan tanaman

kunyit, jahe, ubi, dan bengkuang.

b. Bibit : Bibit pepaya biasanya diperoleh dari kebun sendiri atau dari petani

lain sehingga belum terjamin keunggulannya. Tetapi, pada tahun 2015,

terdapat bantuan bibit dari lab penelitian Dinas Pertanian.

c. Pupuk : Untuk pupuk jenis yang digunakan yaitu fospat, urea, TSP, NPK

biasa dan NPK + ᵗᵉ dengan harga 10.000/kg

d. Pestisida : Untuk pestisida jenis yang digunakan yaitu insect dan fungisida

g. Jadwal Perawatan Pertanian : Penyiangan, keadaan kebun entres harus

bersih dari rerumputan, penyiangan dapat dilakukan secara manual 3

minggu sekali atau secara kimia dengan herbisida 3 bulan sekali,

menggunakan herbisida round up dengan dosis 0.2% (2 cc/1 liter).

Penyemprotan dilakukan setelah tanaman mencapai 5-6 payung.

Selanjutnya, pemupukan, dosis yang di berikan secara umum adalah


sebagai berikut : Tahun I : 50 gram urea, 50 gram SP 36, 10 gram KCl dan

5 gram Kieserit dan Tahun II : 75 gram urea, 75 gram SP 36, 25 gram KCl

dan 10 gram Kieserit. Aplikasi dua kali setahun, setiap pemberian

setengah dosis dalam setahun. Letak tabur pupuk melingkar mengelilingi

batang dengan radius 1m dari pohon. Kemudian tahap

pemanenan/pemangkasan, kayu okulasi hijau di panen pertama pada umur

6 bulan. Panen selanjutnya dilakukan saat tanaman berumur 2 bulan.

Setelah pemangkasan dilakukan, pada umur 2-3 bulan akan muncul tunas

baru, untuk itu perlu dilakukan seleksi dengan meninggalkan dua sampai

tiga cabang. Kemudian setelah 10 tahun akan dilakukan peremajaan.

e. Kualitas Pertanian : Kualitas hasil pertanian untuk buah pepaya hanya

dikirim ke sekitar kota Pontianak.

f. Kuantitas Pertanian : Kuantitas yang dihasilkan untuk buah pepaya ±

80.000 ton.

Gambar 4.2 Pola Tanam Pepaya


Tebel Jenis Pepaya
3. Anggrek
a. Pola Tanam : Pola tanam yang digunakan yaitu dengan cara di pot ukuran

sedang dengan arang sebagai media tanam.

b. Bibit : Bibit lada biasanya diperoleh dari kebun sendiri atau dari petani

lain sehingga belum terjamin keunggulannya.


c. Pupuk : Untuk pupuk jenis yang digunakan yaitu fospat, urea, TSP, NPK

biasa dan NPK + ᵗᵉ dengan harga 10.000/kg

d. Pestisida : Untuk pestisida jenis yang digunakan yaitu insect dan fungisida

e. Jadwal Perawatan Pertanian : Anggrek dirawat dari umur 2-3 minggu

untuk di beri pupuk dan pestisida. Setelah 8 bulan anggrek siap untuk

dipanen dan sebagian dipotong untuk dijadikan bibit.

f. Kualitas Pertanian : Kualitas hasil pertanian untuk anggrek hanya dikirim

ke sekitar kota Pontianak. Akan tetapi, jenis anggrek spesies hanya

sebagai aset.

g. Kuantitas Pertanian : Kuantitas yang dihasilkan untuk bunga anggrek ±

629 tangkai.

Gambar 4.3. Pola Tanam Anggrek

4.3.2.3. Pendukung Pertanian

1. Sumber Daya Manusia

Untuk SDM tenaga kerja yang dimiliki sudah cukup baik, walaupun pendidikan
pekerja masih rendah tetapi bagi pemerintah petani merupakan aset Negara yang
sangat penting.

2. Sarana dan Prasarana Pengelolaan dan pengumpul

Untuk sapras aloevera sebagian hasil produksi diolah di lab yang terletak disekitar
area UPTD, sedangkan untuk anggrek terdapat 3 hanggar penyemaian yang tersedia.
Selanjutnya, untuk pertanian yang diolah oleh masyarakat tidak terdapat gudang
penyimpanan karena hasil produksi setelah panen akan langsung dikirim ke tempat
yang memesan seperti industri PT.INACO dan home industri yang diolah oleh
masyarakat setempat.

Gambar 4.4. Lab Pengolahan

4.3.3. Agrobisnis Hilir

Subsistem Agrobisnis hilir (down stream agribusiness) yang meliputi: industri-


industri pengolahan dan pemasarannya, termasuk perdagangan untuk kegiatan ekspor:

4.3.3.1 Pengolahan Hasil Produksi

Sarana Pengolahan dan Penyimpanan Hasil Pertanian : Terdapat UMKM


untuk hasil aloe vera dengan beberapa fungsi didalamnya yaitu tempat penyimpanan,
tempat pengolahan, dan tempat pengemasan secara semi modern. Untuk anggrek
terdapat lokasi pelestarian dan pengembang biakan bunga. Dan untuk hasil lainnya
seperti pepaya dan sayur di jual ke pengepul dan pengepul menjual di kios yang ada
disepanjang jalan sekitar UPTD. Sedangkan kondisi untuk saran pengolahan dan
penyimpanan hasil pertanian cukup baik.

Gambar 4.5. Lab Produksi

4.3.3.2. Pemasaran Hasil Produksi

Teknologi pertanian yang digunakan di Kecamatan Pontianak Utara pada


umumnya masih menggunakan cara tradisional baik dalam proses penyiapan lahan,
perawatan bibit, hingga pemanenannya, ini di karenakan lahan yang dimiliki milik
masyarakat sendiri yang luas lahannya juga tidak begitu besar. Selain itu keterbatasan
informasi akibat dari kurang matangnya SDM yang ada menyebabkan masyarakat
menerapkan sistem tanam dari turun temurun/budaya mereka yang pada akhirnya
hasilnya juga terbatas.

Kemudian karena kurang matangnya SDM juga berakibat masyarakat menjual


langsung hasil panennya ke pengepul yang harganya relatif lebih murah sedangkan
apabila masyarakat dapat mengolah langsung atau menjual langsung hasil panennya
maka dapat bernilai lebih tinggi harga jualnya. Pemasaran Hasil Produksi sebagian
ada yg dijual langsung ke industri besar, ada yang dikirim ke pasar dan ada juga yang
langsung dijual ke UPTD, untuk kondisi pemasaran hasil produksi rata rata terdapat
di sepanjang jalan kolektor sekitar kawasan Agrobisnis.

Gambar 4.6. Industri Inaco

Gambar 4.7. Home Industri

4.3.3.3. Transportasi

Untuk masalah transportasi di Kecamatan Pontianak Utara memiliki akses utama


yaitu darat, untuk transportasi darat di setiap kecamatan memiliki jalan usaha STA,
dengan kondisi STA cukup baik, kondisi jalan usaha tani kurang baik karena jalan
berjenis tanah merah, berbatuan dan berpasir. Akan tetapi, pada sebagian wilayah
telah dilakukan perbaikan jalan.

Gambar 4.8. Kondisi Jalan Usaha Tani

4.3.3.4. Kelembagaan

Kelembagaan adalah aturan di dalam suatu kelompok masyarakat atau organisasi


yang menfasilitasi koordinasi antar anggotanya untuk membantu mereka dengan
harapan di mana setiap orang dapat bekerja sama atau berhubungan satu dengan yang
lain untuk mencapai tujuan bersama yang diinginkan. Kecamatan Pontianak Utara
memiliki beberapa kelembagaan yang dapat membantu koordinasi antara orang antar
satu dengan yang lainnya dalam bekerjasama untuk mencapai tujuan yang di
inginkan. Kelembagaan terdiri atas kelembagaan pemerintah dan non pemerintah di
antaranya adalah sebagai berikut:

1. Lembaga Pemerintah
a. Kecamatan

Kecamatan merupakan wilayah kerja Camat sebagai perangkat daerah.


Kecamatan dipimpin oleh Camat. Camat berkedudukan dibawah dan
bertanggungjawab kepada Kepala Daerah melalui Sekretaris Daerah. Camat
mempunyai tugas melaksanakan kewenangan pemerintahan yang dilimpahkan oleh
Kepala Daerah untuk menangani sebagian urusan otonomi daerah. Camat juga
menyelenggarakan tugas umum pemerintahan meliputi :

 Pengkoordinasian kegiatan pemberdayaaan masyarakat.


 Pengkoordinasian upaya penyelenggaraan ketentraman dan ketertiban umum.
 Pengkoordinasian penerapan dan penegakan peraturan perundang-undangan.
 Pengkoordinasian pemeliharaan prasarana dan fasilitas pelayanan umum.
 Pengkoordinasian penyelenggaraan kegiatan pemerintahan di tingkat
Kecamatan.
 Membina penyelenggaraan pemerintahan Kelurahan.
 Melaksanakan pelayanan masyarakat yang menjadi ruang lingkup tugasnya
dan/atau yang belum dapat dilaksanakan pemerintahan Kelurahan.
b. Kelurahan/Desa

Kelurahan/Desa merupakan wilayah kerja Lurah/Desa sebagai perangkat


daerah dalam wilayah Kecamatan. Lurah/Desa berkedudukan dibawah dan
bertanggungjawab kepada Kepala Daerah melalui Camat. Lurah/Desa mempunyai
tugas melaksanakan kewenangan pemerintahan yang dilimpahkan oleh Kepala
Daerah untuk menangani sebagian urusan otonomi daerah. Berdasarkan pembagian
administratif perkantoran Kecamatan Pontianak Utara memiliki kelurahan/Desa yang
terdiri dari :

 Kelurahan/Desa Siantan Hulu


 Kelurahan/Desa Siantan Tengah
 Kelurahan/Desa Siantan Hilir
 Kelurahan/Desa Batu Layang

Lurah/Desa juga menyelenggarakan tugas umum pemerintahan meliputi :

 Pelaksanaan kegiatan Pemerintahan Kelurahan.


 Pemberdayaan masyarakat.
 Pelayanan masyarakat.
 Penyelenggaraan ketenteraman dan ketertiban umum. Pembinaan Lembaga
Kemasyarakatan.

2. Lembaga Non Pemerintah

Lembaga non pemerintah adalah Lembaga yang bukan merupakan bagian dari
pemerintah, birokrasi atau negara. Maka secara garis besar organisasi non pemerintah
dapat dilihat dengan ciri sebagai berikut:

 Organisasi ini bukan bagian dari pemerintah, birokrasi atau pun negara.
 Dalam melakukan kegiatan tidak bertujuan untuk memperoleh keuntungan.
 Kegiatan dilakukan untuk kepentingan masyarakat umum, tidak hanya untuk
kepentingan para anggota seperti yang dilakukan koperasi atau pun organisasi
profesi.

Adapun kelembagaan di Kecamatan Pontianak Utara yang bukan merupakan


Lembaga pemerintah kelembagaan tersebut di antaranya:

a. PKK (Pemberdayaan Kesehatan Keluarga)

PKK adalah organisasi kemasyarakatan yang memberdayakan wanita untuk


turut berpartisipasi dalam pembangunan, tujuan dari PPK di Pontianak Barat adalah
untuk untuk meningkatkan kesejahteraan menuju terwujudnya keluarga yang beriman
dan bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berkhlak mulia dan berbudi luhur, sehat
sejahtera, maju dan mandiri, kesetaraan dan keadilan gender serta kesadaran hukum
dan lingkungan yang baik. PKK ini terdapat di jalan Husein Hamzah kegiatan yang
dilakukan yakni berupa mengikuti pelatihan kelompok desa wisma, mengikuti
supervise T.P.PKK kelurahan pallima, peningkatan administrasi dan administrasi
keuangan.

b. LPM atau Lembaga Pemberdayaan Masyarakat

LPM adalah lembaga yang tumbuh dari, oleh dan untuk masyarakat sebagi
wadah yang di bentuk atas pakarsa masrakat sebagai mitra pemerintah kelurahan
dalam menampung dan mewujudkan aspirasi kebutuhan demokrasi masyarakat di
bidang pembangunan. Lembaga-lembaga ini memiliki peran dan fungsi dalam
kegiatan-kegiatan seperti kegiatan sosial, pembinaan umat beragama, hiburan musik
kesenian , pesta adat dan lain-lain.

c. Kelompok Tani

4.4. Kondisi Responsive Space


Kajian ini merupakan kajian kualitatif, data yang disajikan berupa data data
primer dan data sekunder dengan mengumpulkan hasil kuesioner, hasil wawancara,
dokumen ataupun tulisan dari berbagai media dilengkapi dengan gambar, peta dan
foto. Dari data-data yang diperoleh penelitian ini mencoba memaparkan bagaimana
aktifitas di kawasan sentra Agrobisnis berdasarkan teknik analisis responsive space
yang mengandung tujuh elemen perancangan yaitu permeabilitas, mixuse, legitibility,
robustness, kesesuaian visual, kekayaan, dan personalisasi. Berikut elemen yang akan
dikaji :

4.4.1 Permeabilitas

Pada kajian ini elemen permeabilitas yang akan dikaji yaitu permeabilitas
publik dan pribadi, permeabilitas dan ruang publik, dan pengaturan Blok.
Permeabilitas dalam sistem ruang publik tergantung pada banyaknya rute alternatif
yang diberikan suatu tempat (permeabilitas fisik) jelas terlihat (Permeabilitas visual).
Kemudian dalam pengaturan blok konsep struktur tata ruang kota merupakan dasar
pemikiran penataan ruang kota berdasarkan prinsip desentralisasi pusat-pusat
pelayanan. Konsep ini penting dirumuskan sebagai pedoman untuk menciptakan
sistem kota dengan perkembangan yang lebih merata, tidak terpolarisasi pada satu
kawasan saja. Mempertimbangkan hasil analisis kemampuan lahan, karakteristik
struktur, dan bentuk kota yang ada saat ini, pola jaringan transportasi yang ada serta
kemungkinan perkembangannya di masa yang akan datang.
Gambar 4.9. Permeabilitas

4.4.2 Keragaman (Mixsuse)

Pada kajian ini elemen keragaman yang akan dikaji yaitu keragaman fungsi
lahan, keragaman bentuk bangunan, dan keragaman tipe bangunan. Konsep ini
penting dirumuskan sebagai pedoman untuk menciptakan daya tarik suatu kota,
dengan mempertimbangkan bentuk dari bangunan tersebut, agar selaras antara
keragaman bentuk bangunan dan keragaman fungsi lahan yang ada di Kawasan
Agrowisata Lidah Buaya.

Gambar 4.10. Keragaman

4.4.3 Kejelasan (Legability)

Pada kajian ini elemen kejelasan yang akan dikaji yaitu sebuah kejelasan
emosional suatu kota yang dirasakan secara jelas oleh warga kotanya. Artinya suatu
kota atau bagian kota. Kawasan bisa dikenali dengan cepat dan jelas mengenai
distriknya, landmarknya atau jalur jalannya dan bisa langsung dilihat pola
keseluruhannya. Lynch (1987) menyatakan bahwa image kota dibentuk oleh 5 elemen
pembentuk wajah kota, yaitu :

 Paths (area pejalan kaki atau pedestrian way)


 Edges (batas)
 Districts (wilayah, kawasan)
 Nodes (simpul)
 Landmark (tetenger, tugu)

4.4.4 Kekuatan (Robustness)

Pada kajian ini elemen kekuatan yang akan dikaji yaitu kekuatan Pemanfaatan
Tepian (EDGES) Sebagai Ruang Aktifitas. Konsep ini penting dirumuskan sebagai
pedoman untuk menciptakan aksesibilitas ruang gerak yang digunakan pada kawasan
agrowisata dengan mempertimbangkan jalur jalur tersebut dapat menguatkan dan
digunakan untuk mencapai ke kawasan tersebut.

Gambar 4.11. Kekuatan

4.4.5 Kesesuaian Visual

Pada kajian ini elemen kesesuaian visual yang akan dikaji yaitu penafsiran
tempat dan makna dari tempat tersebut. Penting untuk dikaji adalah penafsiran
kesesuaian visual seseorang pada ruang publik yang akan dikunjungi dengan berbagai
latar belakang. Penafsiran yang diberikan pada suatu tempat dapat memperkuat nilai
renposive pada tiga tingkatan yang berbeda yaitu :

 Menunjang kejelasannya dari segi bentuk (massa bangunan) dan tata guna;
 Menunjang Keanekaragaman;
 Menunjang Kekuatan, pada skala besar maupun kecil.

Mulai dengan menganalisis pola-pola berskala besar pada kumpulan petunjuk bagi
tiap tata guna, hubungan vertikal maupun horizontal mencari petunjuk yang serupa
yang dapat menggambarkan struktur visual utama. Petunjuk skala kecil seperti pintu
masuk atau jalan-jalan alternatif bertujuan mengembangkan rancangan lebih
terperinci; serta menetapkan sumber-sumber yang menjadi orientasi.

Gambar 4.12. Kesesuaian Visual

4.4.6 Kekayaan

Pada kajian ini elemen kekayaan yang akan dikaji yaitu visual connection dan
symbolic conection :

 Visual connection, adalah hubungan yang terjadi karena adanya kesamaan


visual antara satu bangunan dengan bangunan lain dalam suatu kawasan,
sehingga menimbulkan image tertentu.
 Symbolic connection, ini lebih mencangkup ke non visual atau ke hal yang
lebih bersifat konsepsi dan simbolik, namun dapat memberikan kesan kuat
dari kerangka kawasan seperti rasa penciuman, rasa peraba, rasa pendengaran,
rasa gerakan.
 Rasa (Sense) seringkali diartikan sebagai sense of place yang merupakan
suatu tingkat di mana orang dapat mengingat tempat yang memiliki keunikan
dan karakteristik yang khas.

4.4.7 Personalisasi

Pada kajian ini elemen personalisasi yang akan dikaji yaitu cara mencapai
lingkungan yang berkarakter atau nilai-nilai identitas ruang/lingkungan berdasarkan
faktor kondisi lahan, tipe bangunan, dan teknologi. Elemen personalisai memiliki tipe
untuk memperbaiki fasilitas dan mengubah citra tempat. Tataguna yang berubah
terkait perubahan waktu, sebagai pernyataan akan selera dan nilai dari pengguna,
personalisasi penegasan (affirmative). Sehingga pengguna merasakan citra yang ada
tidak sesuai (personalisasi perbaikan).

4.5 Kondisi Wisata


Lokasi yang menjadi daya tarik wisata adalah UPTD banyak pilihan tanaman
yang ada di sana akan tetapi masih minimnya infrastruktur dan pemandangan
landscape kurang menarik sehingga masyarakat yang akan mengunjungi lokasi tidak
begitu lama.

Tabel 4.2 Kedatangan Tamu

JUMLAH DOMESTI MANCA


BULAN
TAMU K NEGARA
JANUARI 706 610 96
FEBRUARI 690 604 86
MARET 400 393 7
APRIL 374 323 51
MEI 933 843 90
JUNI 337 337 0
JULI 212 209 3
AGUSTUS 508 414 94
SEPTEMBER 999 841 158
OKTOBER 1.979 1.734 245
NOVEMBER 1.111 1.009 102
DESEMBER 771 378 393
Total 9.020 7.695 1.325
Sumber : Hasil Olahan UPTD, 2017

Berdasarkan data bahwa kedatangan tamu domestik yang paling tertinggi 1.734 orang
di bulan oktober dan paling terendah bulan juli 209 orang. Untuk kunjungan wisata
manca Negara paling tertinggi pada bulan oktober 393 orang dan paling terendah
bulan juni tidak ada sama sekali pengunjung. Kunjungan masyarakat ini kebanyakan
pas saat ada acara moment besar dari orang-orang luar kota yang datang. Pada
eksisting sekarang masyarakat lokal kota Pontianak masih tidak ada yang berkunjung
secara rutin, maka dari ini ada yang perlu diperhatikan dalam sistem pemasaran dan
kenyaman wisata.

Tabel 4.3. Keperluan Kedatangan Tamu

STUDY
BIAS KERJ STUDY OBSERV
BULAN BANDIN
A A TOUR ASI
G
JANUARI 630 0 12 0 64
FEBRUAR
688 0 0 0 2
I
MARET 390 0 0 0 10
APRIL 374 0 0 0 0
MEI 931 0 0 0 2
JUNI 337 0 0 0 0
JULI 128 3 0 75 6
AGUSTUS 326 45 37 90 10
SEPTEMB
922 6 0 60 11
ER
OKTOBER 1.884 0 0 95 0
NOVEMB
1.108 3 0 0 0
ER
DESEMBE
517 156 0 98 0
R
BULAN 8.235 213 49 418 105
Sumber : Hasil Olahan UPTD, 2017

Berdasarkan data bahwa kedatangan tamu untuk keperluan study tour yang paling
tinggi karena lidah buaya yang ada di kota Pontianak memiliki daya tarik besar akan
tetapi kebesaran nama lidah buaya tidak mencapai pasar internasional. Maka perlu
peningkatan kelembagaan karena potensi lidah buaya sangat besar buat kesehatan dan
kecantikan.

BAB 5

ANALISIS

5.3 Analisis Agrobisnis


Agrobisnis, diartikan sebagai upaya pengembangan kawasan pertanian yang
tumbuh dan berkembang karena berjalannya sistem dan usaha Agrobisnis, yang
diharapkan dapat melayani dan mendorong kegiatan-kegiatan pembangunan pertanian
(Agrobisnis) di wilayah sekitarnya. Kawasan sentra produksi pangan (Agrobisnis)
merupakan kota pertanian yang tumbuh dan berkembang karena berjalannya sistem
dan usaha Agrobisnis serta mampu melayani, mendorong, menarik, menghela
kegiatan pembangunan pertanian (Agrobisnis) di wilayah sekitarnya.

Kawasan sentra produksi pangan (Agrobisnis) terdiri dari kota pertanian dan
desa-desa sentra produksi pertanian yang ada disekitarnya, dengan batasan yang tidak
ditentukan oleh batasan administratif pemerintahan, tetapi lebih ditentukan dengan
memperhatikan skala ekonomi kawasan yang ada. Pengelolaan ruang dimaknakan
sebagai kegiatan pengaturan, pengendalian, pengawasan, evaluasi, penertiban dan
peninjauan kembali atas pemanfaatan ruang kawasan sentra produksi pangan
(Agrobisnis).

Program pengembangan kawasan sentra produksi pangan (Agrobisnis) adalah


pembangunan ekonomi berbasis pertanian yang dilaksanakan dengan jalan
mensinergikan berbagai potensi yang ada, yang utuh dan menyeluruh, yang berdaya
saing, berbasis kerakyatan, berkelanjutan dan terdesentralisasi, yang digerakkan oleh
masyarakat dan difasilitasi oleh pemerintah. Kawasan perdesaan harus dikembangkan
sebagai satu kesatuan pengembangan wilayah berdasarkan keterkaitan ekonomi
antara desa-kota (urban-rural linkages), dan menyeluruh hubungan yang bersifat
interpendensi/timbal balik yang dinamis.

5.3.1. Agrobisnis Hulu

Subsistem Agrobisnis hulu (up stream agribusiness) yang mencakup fisik alami,
penggunaan lahan, mesin, peralatan pertanian, dan lain-lain :

5.3.1.1. Analisis Penggunaan Lahan dan Kesesuaian Lahan

1. Lahan Pertanian

Kriteria Kesesuaian Lahan untuk Pertanian Lahan Basah, Pertanian Lahan


Kering, dan Tanaman Tahunan. Penentuan kesesuaian lahan untuk pertanian lahan
basah, pertanian lahan kering, dan perkebunan didasarkan pada kesuburan lahan,
tekstur tanah, resiko banjir dan genangan, prosentase batu-batu dipermukaan tanah,
ketebalan tanah atas dan ketinggian. Untuk lebih jelasnya kriteria penentuan
kesesuaian lahan untuk pertanian lahan basah, pertanian lahan kering, dan
perkebunan ditunjukkan oleh Tabel 5.1

Jenis Penggunaan

N Lahan Basah Lahan Kering Tahunan/Perkebunan


Kriteria
o
Sesuai Sesuai Sesuai
Tidak Tidak Tidak
Sesuai Bersyar Sesuai Bersyar Sesuai Bersyar
Sesuai Sesuai Sesuai
at at at
Kedalam 10–50 10–50 50-100
1 > 50 cm < 10 cm > 50 cm < 10 cm > 100 cm < 50 cm
an efektif cm cm cm
Berdebu Berdeb Berdeb
Berliat, Berliat, Berliat,
halus u halus u halus
berdebu berdebu berdebu
dan dan dan
Tekstur halus, Berkuar halus, berkuar halus, Berkuar
2 kasar, kasar, kasar,
tanah berlemp sa berlemp sa berlemp sa
berkuar berkuar berkuar
ung ung ung
sa sa sa
halus halus halus
sedang sedang sedang
Agak Agak Agak
Tinggi, Tinggi, Tinggi,
rendah, rendah, Sangat rendah, Sangat
3 Porositas Rendah sangat sangat sangat
agak agak rendah agak rendah
tinggi tinggi tinggi
tinggi tinggi tinggi
4 Prosenta < 5% 5-75% > 75% < 5% 5-75% > 75% < 5% 5-75% > 75%
se batu-
Jenis Penggunaan

N Lahan Basah Lahan Kering Tahunan/Perkebunan


Kriteria
o Sesuai Sesuai Sesuai
Tidak Tidak Tidak
Sesuai Bersyar Sesuai Bersyar Sesuai Bersyar
Sesuai Sesuai Sesuai
at at at
batu di
permuka
an
Kesubur Rendah- Sangat Rendah Sangat Rendah Sangat
5 Tinggi Tinggi Tinggi
an tanah sedang rendah -sedang rendah -sedang rendah
Tingkat
4,0-5,5 <4,0 4,5-6,0 < 4,5 4,5-6,0 < 4,5
6 keasama 5,5 – 7,5 6,0-7,0 6,0-7,0
7,5-8,0 >8,0 7,0-8,0 > 8,0 7,0-8,0 > 8,0
n (pH)
Tingkat
keracuna
n tanah 80-
>100% 20-60% 20-70%
7 Kejenuha < 80% 100% < 20 % > 60% < 20 % > 70%
< 50 50-100 50-150
n Al >100cm 50-100 > 100 cm < 50 cm > 150 cm < 50 cm
cm cm cm
Kedalam cm
an parit
Kemiring
8 < 3% 3-8% > 8% < 3% 3-15% > 15% < 8% 8-40% > 40%
an lahan
Tinggi, Tinggi, Tinggi,
Erodibilit Sangat Rendah- Sangat Rendah Sangat Rendah
9 sangat sangat sangat
as rendah sedang rendah -sedang rendah -sedang
tinggi tinggi tinggi
< 1000
Curah 1000 - 1000 - 1000 - 1000 - < 1000 & 400 - 400 - < 400 &
10 &>
hujan 5000 5000 5000 5000 > 5000 5000 5000 > 5000
5000
Cepat- Cepat-
Agak sangat sangat
Baik,
terham cepat, cepat,
Kelas agak
Terhamb bat, Agak terhamb Agak terhamb
11 drainase cepat, baik baik
at sangat cepat at- cepat at-
tanah sangat
terham sangat sangat
cepat
bat terhamb terhamb
at at
Antara
Lebih Antara Lebih Antara Lebih
2
dari 7 2 ampai dari 4 2 ampai dari 4
sampai
Banjir bulan 4 bulan bulan 4 bulan bulan
7 bulan
dan dan tanpa dan tanpa dan
tanpa
12 genanga Tanpa atau Tanpa ada atau Tanpa ada atau
ada
n tergena genanga tergena genanga tergena
genanga
musiman ng n ng n ng
n
perman perman perman perman perman
perman
en en en en en
en
Ketinggi 500- > 1000 500- > 1500 500- > 1500
13 < 500 m < 500 m < 500 m
an 1000 m m 1500 m m 1500 m m
Sumber : Maberry, 1972

Wilayah yang sesuai untuk dijadikan kawasan pertanian lahan kering di


Kecamatan Pontianak Utara wilayahnya relatif lebih besar dari pertanian lahan basah,
yaitu berada pada hampir seluruh Kelurahan yang ada di Kecamatan Pontianak Utara.
Adapun lahan yang memiliki kesesuaian untuk pengembangan kawasan pertanian
lahan kering yaitu 496.354 Ha. Pertanian lahan kering terdiri dari ladang, kebun,
huma, rawa, dan lain sebagainya.
Gambar 5.1 Peta Analisis Penggunaan Lahan Pertanian Kecamatan
Pontianak Utara

4.3.1.3. Teknologi Pertanian

Teknologi pertanian yang digunakan di Kecamatan Pontianak Utara pada


umumnya masih menggunakan cara tradisional baik dalam proses penyiapan lahan,
perawatan bibit, hingga pemanenannya, ini di karenakan lahan yang dimiliki milik
masyarakat sendiri yang luas lahannya juga tidak begitu besar. Selain itu keterbatasan
informasi akibat dari kurang matangnya SDM yang ada menyebabkan masyarakat
menerapkan sistem tanam dari turun temurun/budaya mereka yang pada akhirnya
hasilnya juga terbatas. Kemudian karena kurang matangnya SDM juga berakibat
masyarakat menjual langsung hasil panennya ke penadah yang harganya relatif lebih
murah sedangkan apabila masyarakat dapat mengolah langsung atau menjual
langsung hasil panennya maka dapat bernilai lebih tinggi harga jualnya.

4.3.2. Agrobisnis Tengah

Subsistem Agrobisnis tengah/pertanian primer (on farm agribusiness) yang mencakup


usaha hortikultura dan peternakan yang dikelompokkan berdasarkan pengunaan lahan
yaitu lahan kering dan peternakan :

4.3.2.1. Sistem Lahan Pertanian

1. Lahan Kering

Kecamatan Pontianak Utara tidak terdapat lahan yang mempunyai


karakteristik sangat sesuai untuk budidaya tanaman lahan kering (semusim). Namun
terdapat lahan yang mempunyai karakteristik cukup sesuai untuk jenis tanaman
tersebut hanya saja terdapat faktor pembatas berupa drainase. Lokasi lahan dengan
karakteristik tersebut adalah berada pada hampir seluruh Kecamatan yang ada di
Kecamatan Pontianak Utara. Adapun luas lahan yang memiliki kesesuaian untuk
pengembangan kawasan pertanian lahan kering yaitu 800 Ha. Pertanian lahan kering
terdiri dari ladang, huma, rawa, dan lain sebagainya. Untuk daerah rawa yang
terdapat di Kecamatan Pontianak Utara yaitu terdapat di Kelurahan Siantan Hulu dan
Siantan Tengah.

Arahan pengelolaan Kawasan Pertanian Lahan Kering di Kabupaten Pemalang yaitu :

 Pengolahan lahan dengan menggunakan teknologi yang sesuai;

 Mempertahankan tanaman yang telah ada dan memiliki daya saing tinggi;

 Penambahan sarana dan prasarana pendukung serta pengolahan hasil-hasil

pertanian;

 Konversi lahan dapat dilakukan dengan tetap menjaga fungsi utama, daya

dukung, dan kesesuaian dengan aktifitas sekitar.

2. Lahan Peternakan

Kriteria Kesesuaian Lahan untuk Peternakan. Faktor pembatas pengembangan


peternakan sangat terkait pada faktor pembatas bagi pengembangan tanaman
makanan ternak dan ketersediaan air. Daerah dengan kualitas air tanah payau sampai
dengan asin dan tidak tersedia air sungai serta curah hujan yang cukup dianjurkan
untuk tidak digunakan sebagai lahan pengembangan peternakan. Pada daerah-daerah
dengan ketebalan gambut lebih dari 10 cm juga tidak dianjurkan untuk dijadikan
peternakan, karena pada kondisi demikian. Pada umumnya rumput sebagai makanan
ternak tidak dapat tumbuh dengan baik.

4.3.2.2. Kriteria Pola Tanam

Jenis Pertanian terbesar yang ada di Kecamatan Pontianak Utara yaitu Aloevera
ada 64 Ha yang di tanam. Pada umumnya aloevera yang di tanam dilakukan dengan
sistem penanaman tadah hujan, yang berarti memanfaatkan air hujan sebagai sumber
utama dalam pengairan sawahnya. Luas total produksi aloevera yang dihasilkan yaitu
labih dari 64.000 ton pertahunnya.
Di lahan kering, palawija dapat ditanam secara monokultur atau tumpangsari.
Ada dua alternatif pelaksanaannya. Alternatif pertama, awal musim hujan, lahan
dapat ditanami palawija berumur pendek sebanyak satu kali. Penanaman dilakukan
secara monokultur atau tumpangsari dengan saat tanam yang bersamaan. Saat akhir
atau pertengahan musim hujan, lahan dapat ditanami palawija berumur pendek atau
berumur panjang sebanyak satu kali tanam. Pelaksanaannya dilakukan secara
monokultur atau tumpangsari dengan waktu tanam yang bersamaan. Alternatif kedua,
pada awal musim hujan, lahan ditanami pepaya dan aloevera kurang lebih 3 sampai 4
minggu sebelum panen.

4.3.3. Agrobisnis Hilir

Subsistem Agrobisnis hilir (down stream agribusiness) yang meliputi: industri-


industri pengolahan dan pemasarannya, termasuk perdagangan untuk kegiatan ekspor:

4.3.3.1 Pengolahan Hasil Produksi

Sarana Pengolahan dan Penyimpanan Hasil Pertanian : Terdapat UMKM


untuk hasil aloe vera dengan beberapa fungsi didalamnya yaitu tempat penyimpanan,
tempat pengolahan, dan tempat pengemasan secara semi modern. Untuk anggrek
terdapat lokasi pelestarian dan pengembang biakan bunga. Dan untuk hasil lainnya
seperti pepaya dan sayur di jual ke pengepul dan pengepul menjual di kios yang ada
disepanjang jalan sekitar UPTD. Sedangkan kondisi untuk saran pengolahan dan
penyimpanan hasil pertanian cukup baik.

Gambar 4.5. Lab Produksi

4.3.3.2. Pemasaran Hasil Produksi

Teknologi pertanian yang digunakan di Kecamatan Pontianak Utara pada


umumnya masih menggunakan cara tradisional baik dalam proses penyiapan lahan,
perawatan bibit, hingga pemanenannya, ini di karenakan lahan yang dimiliki milik
masyarakat sendiri yang luas lahannya juga tidak begitu besar. Selain itu keterbatasan
informasi akibat dari kurang matangnya SDM yang ada menyebabkan masyarakat
menerapkan sistem tanam dari turun temurun/budaya mereka yang pada akhirnya
hasilnya juga terbatas.

Kemudian karena kurang matangnya SDM juga berakibat masyarakat menjual


langsung hasil panennya ke pengepul yang harganya relatif lebih murah sedangkan
apabila masyarakat dapat mengolah langsung atau menjual langsung hasil panennya
maka dapat bernilai lebih tinggi harga jualnya. Pemasaran Hasil Produksi sebagian
ada yg dijual langsung ke pasar dan ada juga yang langsung dijual ke UPTD, untuk
kondisi pemasaran hasil produksi rata rata terdapat di sepanjang jalan kolektor sekitar
kawasan Agrobisnis.

Gambar 4.6. Industri Inaco

Gambar 4.7. Home Industri

4.3.3.3. Transportasi

Untuk masalah transportasi di Kecamatan Pontianak Utara memiliki akses utama


yaitu darat, untuk transportasi darat di setiap kecamatan memiliki jalan usaha STA,
dengan kondisi STA cukup baik, kondisi jalan usaha tani kurang baik karena jalan
berjenis bebatuan dan pasir.

Gambar 4.8. Kondisi Jalan Usaha Tani

4.3.3.4. Kelembagaan

Analisa Kelembagaan dilakukan untuk mengetahui kapasitas pemerintah dan


pihak swasta dalam penyelenggaraan pembangunan yang mencangkup struktur dan
pengorganisasian, sumberdaya manusia, sarana prasarana, dan peran dari
kelembagaan bagi perkembangan atau pembangunan di Kecamatan Pontianak Utara.
Kelembagaan adalah aturan di dalam suatu kelompok masyarakat atau organisasi
yang menfasilitasi koordinasi antara nggotanya untuk membantu mereka dengan
harapan di mana setiap orang dapat bekerjasama atau berhubungan satu dengan yang
lain untuk mencapai tujuan bersama yang diinginkan. Pada dasarnya tujuan
kelembagaan adalah untuk membangun sumber daya manusia yang ada serta
pendukung dalam program pembangunan untuk ke masa depan yang lebih baik.
Kelembagaan di Kecamatan Nanga Taman dan Kecamatan Pontianak Utara terdiri
dari lembaga pemerintah dan non pemerintah, lembaga pemerintah di Kecamatan
Nanga Taman dan Kecamatan Pontianak Utara yang terdiri dari: Kantor kecamatan,
kantor kelurahan, KUA, kelembagaan pendidikan, dan kelembagaan kesehatan, dan
lembaga non pemerintah terdiri dari pendidikan non pemerintah, keagamaan,
kelembagaan organisasi sosial dan yayasan, PKK (pemberdayaan kesejahteraan
keluarga), LPM atau lembaga pemberdayaan masyarakat. Peran aktif kelembagaan
yang ada di Kecamatan Pontianak Utara baik itu lembaga pemerintah, maupun
lembaga non pemerintah secara tidak langsung bertujuan untuk pembangunan dalam
kualitas SDM. Kelembagaan yang ada di Kecamatan Pontianak Utara saling
beketerkaitan antar kelembagaan sesuai dengan kepentingan masyarakat. Adapun
peran-perannya dalam pembangunan yaitu melaui kegiatan yang telah di lakukan
seperti pembimbingan dalam belajar, bergotong royong membersihkan lingkungan
sekitar yang merupakan bukti, kemudian membentuk kelompok tani sebagai bukti
apresiasi di bidang pertanian. Berikut adalah diagram hubungan keterkaitan antar
kelembagaan yang ada di Kecamatan Pontianak Utara :
Lembaga Pemerintahan

Pemerintah
KUA Kel/Desa

LPM
Pendidikan
Formal &
Keagamaan
PKK

Masyarakat Pendidikan
Kelompok
Non Formal Lembaga Pendidikan
Lembaga &
Kegiatan
Keagamaan
Sosial
Kemasyarakatan
kelompok
tani Polindes
Pustu
Puskesdes

Lembaga Kesehatan

Gambar 1.3. Diagram Venn Kelembagaan Kecamatan Pontianak Utara

Dapat dilihat pada diagram keterkaitan kelembagaan di atas terdiri atas


masyarakat yaitu sebagai pusat utama dan memiliki peran yang penting dalam
keberhasilan lembaga-lembaga lainnya diantaranya, yaitu Lembaga Pemerintah yang
terdiri dari Kantor Kecamatan, Kantor masing-masing kelurahan, dan Kantor Urusan
Agama, Lembaga Kemasyarakatan yaitu berupa lembaga sosial yang terdapat di
Kecamatan Pontianak Utara seperti LPM, PKK, Kelompok Kegiatan Sosial,
Kelembagaan Organisasi Sosial Yayasan, kelompok tani dan Remaja Masjid,
Lembaga Kesehatan yang terdiri dari Rumah Sakit, Posyandu, dan Puskesdes, dan
Lembaga Pendidikan yang dibagi menjadi pendidikan formal dan pendidikan non
formal baik pendidikan negeri dan keagamaan.
Setiap lembaga memiliki perannya masing-masing yaitu seperti kelembagaan
pemerintah yang berperan dalam mengurus urusan masyarakat seperti urusan
administrtif, berikutnya kelembagaan kemasyarakatan, kelembagaan kemasyarakatan
ini memiliki peran yang sangat penting karena langsung melibatkan masyarakat di
setiap program yang dilaksanakan, untuk kelembagaan kesehatan berperan penting
terhadap pemenuhan kebutuhan masyarakat dalam pelayanan kesehatan, dan
kelembagaan pendidikan yang memiliki peran penting dalam pemenuhan kebutuhan
pendidikan bagi masyarakat juga memiliki peran dalam peningkatan kualitas SDM
yang terdapat di Kecamatan Pontianak Utara.

Bentuk kerja sama antar lembaga di Kecamatan Pontianak Utara sudah


berjalan dengan baik artinya dapat berperan aktif dalam bentuk kegiatan sosial
maupun kemasyarakatan, tetapi masih ada beberapa kelembagaan yang masih kurang
efektif dalam kinerja anggotanya dan masih kurangnya gerakan yang dapat
mendukung kinerja pemerintah di Kecamatan Pontianak Utara seperti Kelompok Tani
yang diketahui memiliki agenda kegiatan yang akan di lakukan, dari kondisi tersebut
kelembagaan yang ada di Kecamatan Pontianak Utara haruslah dapat meningkatkan
dan memaksimalkan lagi kinerja untuk para anggotanya agar dapat tercapai tujuan
awal dari pembentukkan organisasi atau lembaga tersebut yaitu untuk dalam rangka
ikut serta dalam mensejahterakan masyarakat. Setiap kelembagaan harus bekerja
sama dalam membangun wilayah, karena di setiap lembaganya memiliki fungsi yang
berbeda-beda dan memiliki peran yang penting, namun tetap pada satu tujuanya itu
mewujudkan perubahan wilayah kearah yang lebih baik. Masyarakat sebagai subjek
pembangunan seharusnya harus lebih interaktif dan mendukung program-program
dari pemerintah agar dapat sejalan dengan tujuan awal.

5.7 Analisis Responsive Space


Pada tahap ini terdapat beberapa analisa mengenai tujuh elemen responsive
space kawasan agrowisata lidah buaya, Siantan Hulu Pontianak Utara. Dapat dilihat
secara rinci pada penjelasan dibawah ini :
5.7.1 Premebilitas
Permeabilitas fisik yang terdapat di kawasan agrowisata aloe vera yaitu
berupa rute jalan yang dilalui atau yang biasa di lewati ketika hendak menuju ke
wisata lidah buaya ini seperti akses masuk yang dilalui dari pusat kota memiliki rute
alternatif yang banyak dapat melalui jalan arteri primer (Jl. 28 Oktober), kemudian
melewati jalan sekunder (Jl. Budi Utomo), sedangkan akses rute utama untuk sampai
ke agrowisata lidah buaya tersebut harus melalui jalan kolektor (Jl. Parit Pangeran).
Untuk menjangkau agrowisata biasanya pengunjung dan masyarakat yang datang
menggunakan beberapa jenis kendaraan, mulai dari sepeda, sepeda motor, mobil,
hingga bus. Permeabilitas visual yang jelas terlihat di kawasan agrowisata ini untuk
pola transportasi yang ada di sekitar kawasan ini tidak begitu ramai karena tidak
begitu banyak peminat atau wisatawan yang mengunjungi kawasan agrowisata lidah
buaya ini hanya saja ketika hari libur untuk aktivitas pola transportasi yang ada di
wilayah ini ramai karena tidak hanya mengunjungi perkebunan lidah buaya namun
disisi lain pengunjung juga dapat bersantai menikmati air lidah buaya , jagung bakar
dll karena terdapat toko yang menjual olahan tanaman lidah buaya di sepanjang jalan
kawasan agrowisata. Berikut dapat dilihat pada gambar 5.1 berikut ini :

Gambar 5.1. Peta Elemen Permeabilitas Kawasan Agrowisata


5.7.2 Keragaman
Wilayah agrowisata di Kecamatan Pontianak Utara Kelurahan Siantan Hulu.
Berdekatan dengan kawasan konservasi hortikultural berupa nanas, ubi-ubi, dan
lainnya. Serta kawasan terminal, industri, pergudangan, pendidikan, dan perkantoran.
Untuk penggunaan lahan yang terkait dengan wilayah agrowisata di Kecamatan
Pontianak Utara Kelurahan siantan hulu yaitu perumahan & permukiman,
Perdagangan, Pendidikan, fasilitas peribadatan dan pemerintahan, RTH atau kawasan
konservasi holtikultural berupa pepaya, nanas, ubi-ubi dan sawi. Bentuk bangunan di
wilayah ini pun sangat beragam dan relatif sederhana dan bentuk pola jalan yang
memiliki simpang 3. Keterkaitan secara fungsional di dalamnya terhubung dengan
unit kawasan lain yaitu Orchid Center (Pusat Tanaman Anggrek) dan Raiser (Unit
budidaya dan pengembangbiakan ikan hias dan beberapa jenis ikan lokal Kalimantan
Barat.

Adapun aspek yang menghubungkan ketiga kawasan ini meliputi fasilitas yang
digunakan secara bersama seperti jalan, akses keluar masuk kawasan, bangunan
kantor serta fasilitas lainnya. Berikut dapat dilihat pada gambar 5.2 dibawah ini:

Gambar 5.2. Peta Elemen Keragaman Kawasan Agrowisata


5.7.3 Kejelasan (Legability)
Pada kajian ini elemen kejelasan yang akan dikaji yaitu sebuah kejelasan
emosional suatu kota yang dirasakan secara jelas oleh warga kotanya. Artinya suatu
kota atau bagian kota. Kawasan bisa dikenali dengan cepat dan jelas mengenai
distriknya, landmarknya atau jalur jalannya dan bisa langsung dilihat pola
keseluruhannya. Lynch (1987) menyatakan bahwa image kota dibentuk oleh 5 elemen
pembentuk wajah kota, yaitu :

Gambar Ilustrasi Kejelasan (Legability)


 Path (Jalan)

Elemen path merupakan elemen citra kota yang berbentuk jalur pergerakan
atau perpindahan tempat menghubungkan satu tempat ke tempat lain.
Berdasarkan pengertian ini, elemen path pada wilayah agrowisata lidah buaya
di siantan berupa jalan arteri dengan lebar 8 meter yang merupakan jalan
utama memasuki agrowisata.
Gambar Kondisi Jalan Kebangkitan Nasional
Tabel Path Kawasan Sentral Agribisnis
No Nama Jalan Fungsi Kondisi
1 Jl. Kebangkitan Nasional Akses Kawasan Perbaikan Jalan Beton dan
SentralAgrowisata Masih ada Kondisi Rusak
2 Jl. Budi Utomo Sebagai jalur alternative Kondisi Baik dan beraspal
3 Jl. Pwan Peraman Sebagai jalur alternative Kondisi jalan banyak
berlubang
4 Jl. Sungai Slamet Sebagai jalur alternative Kondisi jalan banyak
berlubang
5 Jl. Darma Putra Sebagai jalur alternative Kondisi jalan banyak
berlubang
6 Jl. Parit Pangeran Sebagai jalur alternative Kondisi Baik dan beraspal
7 Jl. 28 Oktober Sebagai jalur alternative Kondisi Baik dan beraspal
Sumber : Hasil Survey Lapangan 2018

 Edges (Tepi)

Dalam wilyah yang diamati elemen edge yaitu berupa jaringan jalan yang
membatasi wilayah studi disebelah utara dan barat dengan daerah
disekitarnya. Jaringan jalan juga merupakan edge yang membatasi
permukiman, perkantoran dan agrowisata.
 Nodes (Simpul)

Node dalam wilayah yang diamati berupa perempatan jaringan jalan yang
melingkari wilayah agrowisata, perempatan yang ada mengubah arah atau
aktivitas dan dapat memberikan perasaan pada pengamat bahwa mereka
memasuki atau keluar dari kawasan tersebut. Jadi perempatan tersebut
merupakan simpul pertemuan dan pengubah arah warga yang melewati node
tersebut. Pintu keluar masuk eksisting Aloe Vera Center (AVC) memiliki satu
jalur utama yang digunakan bersamaan berada di jalur Jl. Budi Utomo.
Sedangkan, sirkulasi internal berupa jalan setapak ± 1 meter yang
menghubungkan ke kawasan Unit Orchid Center namun kurang terpelihara
dengan baik. Berdasarkan analisa yang dilakukan maka, pintu masuk dan
keluar site dipertahakankan di jalur Jl.Budi Utomo namun, sebaiknya dibuat
dua arah berada di sisi site untuk memudahkan dalam sirkulasi kendaraan agar
lebih leluasa dan tidak bertabrakan. Penataan pola sirkulasi internal
memperhatikan pola penataan massa bangunan dan fasilitas di dalam site yang
dapat berupa bentuk cluster atau grid berdasarkan pengelompokkan fungsi
fasilitas yang ada.

 Districk (Distrik)

Salah satu elemen citra kota districk pada wilayah yang diamati adalah
agrowisata yang menjadi kawasan utama. Selain itu districk lainnya berupa
kawasan perkantoran.

 Landmark (Tengara)

Pada wilayah yang diamati yaitu agrowisata di Siantan, elemen landmark


yang mudah dikenal merupakan simbol dari kawasan yang dapat menarik
perhatian dengan bentuk unik, sehingga dapat menjadi salah satu elemen yang
membantu orang mengenali suatu daerah. Di wilayah yang diamati belum
terdapat landmark ataupun simbol khusus lainnya sebagai pengenal bahwa
lokasi tersebut merupakan lokasi Agrowisata Lidah Buaya Kota Pontianak.
Berikut dapat dilihat gambar 3 dibawah ini :

Gambar 5.3. Peta Elemen Kejelasan Kawasan Agrowisata


5.7.4 Kekuatan
Kekuatan merupakan kemampun suatu kawasan dalam mengakomodasi
kebutuhan setiap penggunanya. Dari pengertian ini dapat dikatakan kekuatan pada
kawasan agrowisata adalah adanya UPTD lidah buaya sebagai indentitas dari
kawasan tersebut dengan adanya perkebunan lidah buaya sebagai penguat untuk
kawasan agrowisata. Fungsi dari lidah buaya yaitu untuk meningkatkan pertumbuhan
ekonomi di wilayah agrowisata siantan dan menjadikan ciri khas dari agrowisata yang
ada di Pontianak dan lidah buaya yang ada di kawasan agrowisata siantan. dilihat
pada gambar hasil survey berikut ini:

Gambar 5.4. Kondisi Elemen Kejelasan Kawasan Agrowisata

5.7.5 Kesesuian Visual


Kesesuaian visual di kawasan agrowisata lidah buaya di siantan adalah kesan
asri dari kebun lidah buaya dan bunga anggrek yang merupakan ciri khas Pontianak,
serta terdapat taman bermain di wilayah Unit Pelaksanaan Teknis Daerah (UPTD).
Papan-papan penanda yang terdapat di wilayah perancangan tidak terlihat jelas pada
permukiman signage kurang jelas bahkan hampir tidak ada. Dan seharusnya signage
diletakkan pada beberapa titik yaitu pada kawasan agrowisata, centra pengolahan
buah, kios pedagang dan kuliner.

Gambar 5.5. Elemen Kesesuaian Visual Kawasan Agrowisata

5.7.6 Kekayaan
Daya Tarik pada kawasan agrowisata tersebut adalah terdapat kebun dan
tempat pengolahan lidah buaya. Namun kondisi struktur bangunan yang sudah cukup
parah mengalami kerusakan ini akan berpengaruh cukup besar jika ditambah dengan
penambahan ruang dan fasilitas. Kondisi fisik lainnya yang cukup berpengaruh
adalah adanya peletakkan mesin produksi di luar bangunan yang menghasilkan polusi
udara dan mengarah pada lahan budidaya aloe vera cukup mengganggu budidaya
tanaman dan mengurangi keindahan visual. Berikut dilihat dari gambar 6 dibaawah
ini:

Gambar 5.6. Peta Elemen Kekayaan Kawasan Agrowisata

5.7.6 Personilisasi
Lidah buaya menjadi komoditi unggulan dan sebagai iko unggul di Kota Pontianak,
karena keistimewaan lidah buaya di Pontianak yang memiliki ukuran yang sangat
besar tentunya dengan nutrisi yang berlimpah. Selain itu, berpotensi meningkatkan
perekonomian wilayah Kota Pontianak. Untuk kondisi lahan di wilayah tersebut 70%
lahan budidaya sudah beralih fungsi, khususnya di jalan 28 oktober sebagian besar
terdapat bangunan perumahan. Bentuk bangunan di wilayah tersebut bertipe
permanen dan non permanen.

Anda mungkin juga menyukai