KONDISI EKSISTING
Subsistem Agrobisnis hulu (up stream agribusiness) yang mencakup fisik alami,
penggunaan lahan, mesin, peralatan pertanian, dan lain-lain :
1. Geografi
1. Lahan Kering
a. Ladang
Ladang adalah lahan usaha tani kering yang bersifat berpindah-pindah. Cara
terbentuknya ladang adalah sebagai berikut, hutan ditebang lalu di bakar, setelah
dibakar lalu ditanami pada ladang/huma atau palawija seperti jagung, kacang-
kacangan, dll. Baik yang ditanam secara tersendiri maupun dengan cara tumpangsari.
Setiap lahan ladang ini biasanya hanya untuk empat sampai enam musim tanam saja,
untuk selanjutnya ditinggalkan yang kemudian hari dapat dibuka kembali setelah
subur kembali. Di Kecamatan Pontianak Utara ladang usaha tani yang dibudidaya
petani yaitu berjenis palawija dan umbi-umbian.
b. Kebun
2. Perternakan
1. aloe vera
a. Pola Tanam : Hal yang perlu diperhatikan pada saat penyiapan lahan
adalah lahan harus terbebas/bersih dari sisa-sisa akar dan kayu untuk
mencegah penyebaran penyakit jamur akar putih. Setelah lahan siap tanam
dengan jarak tanam yang diinginkan. Jarak tanam yang biasa digunakan
tanam ganda).
b. Pupuk : Untuk pupuk jenis yang digunakan yaitu urea-SP, NPK-Mg ,
biofungisida
sebagai berikut : Tahun I : 50 gram urea, 50 gram SP 36, 10 gram KCl dan
5 gram Kieserit dan Tahun II : 75 gram urea, 75 gram SP 36, 25 gram KCl
tunas baru, untuk itu perlu dilakukan seleksi dengan meninggalkan dua
2. Pepaya
a. Pola Tanam : Pola tanam yang digunakan yaitu dengan cara monokultur,
Lubang tanam hanya dibuat semata cangkul, tidak sesuai dengan anjuran
b. Bibit : Bibit pepaya biasanya diperoleh dari kebun sendiri atau dari petani
c. Pupuk : Untuk pupuk jenis yang digunakan yaitu fospat, urea, TSP, NPK
d. Pestisida : Untuk pestisida jenis yang digunakan yaitu insect dan fungisida
5 gram Kieserit dan Tahun II : 75 gram urea, 75 gram SP 36, 25 gram KCl
Setelah pemangkasan dilakukan, pada umur 2-3 bulan akan muncul tunas
baru, untuk itu perlu dilakukan seleksi dengan meninggalkan dua sampai
80.000 ton.
b. Bibit : Bibit lada biasanya diperoleh dari kebun sendiri atau dari petani
d. Pestisida : Untuk pestisida jenis yang digunakan yaitu insect dan fungisida
untuk di beri pupuk dan pestisida. Setelah 8 bulan anggrek siap untuk
sebagai aset.
629 tangkai.
Untuk SDM tenaga kerja yang dimiliki sudah cukup baik, walaupun pendidikan
pekerja masih rendah tetapi bagi pemerintah petani merupakan aset Negara yang
sangat penting.
Untuk sapras aloevera sebagian hasil produksi diolah di lab yang terletak disekitar
area UPTD, sedangkan untuk anggrek terdapat 3 hanggar penyemaian yang tersedia.
Selanjutnya, untuk pertanian yang diolah oleh masyarakat tidak terdapat gudang
penyimpanan karena hasil produksi setelah panen akan langsung dikirim ke tempat
yang memesan seperti industri PT.INACO dan home industri yang diolah oleh
masyarakat setempat.
4.3.3.3. Transportasi
4.3.3.4. Kelembagaan
1. Lembaga Pemerintah
a. Kecamatan
Lembaga non pemerintah adalah Lembaga yang bukan merupakan bagian dari
pemerintah, birokrasi atau negara. Maka secara garis besar organisasi non pemerintah
dapat dilihat dengan ciri sebagai berikut:
Organisasi ini bukan bagian dari pemerintah, birokrasi atau pun negara.
Dalam melakukan kegiatan tidak bertujuan untuk memperoleh keuntungan.
Kegiatan dilakukan untuk kepentingan masyarakat umum, tidak hanya untuk
kepentingan para anggota seperti yang dilakukan koperasi atau pun organisasi
profesi.
LPM adalah lembaga yang tumbuh dari, oleh dan untuk masyarakat sebagi
wadah yang di bentuk atas pakarsa masrakat sebagai mitra pemerintah kelurahan
dalam menampung dan mewujudkan aspirasi kebutuhan demokrasi masyarakat di
bidang pembangunan. Lembaga-lembaga ini memiliki peran dan fungsi dalam
kegiatan-kegiatan seperti kegiatan sosial, pembinaan umat beragama, hiburan musik
kesenian , pesta adat dan lain-lain.
c. Kelompok Tani
4.4.1 Permeabilitas
Pada kajian ini elemen permeabilitas yang akan dikaji yaitu permeabilitas
publik dan pribadi, permeabilitas dan ruang publik, dan pengaturan Blok.
Permeabilitas dalam sistem ruang publik tergantung pada banyaknya rute alternatif
yang diberikan suatu tempat (permeabilitas fisik) jelas terlihat (Permeabilitas visual).
Kemudian dalam pengaturan blok konsep struktur tata ruang kota merupakan dasar
pemikiran penataan ruang kota berdasarkan prinsip desentralisasi pusat-pusat
pelayanan. Konsep ini penting dirumuskan sebagai pedoman untuk menciptakan
sistem kota dengan perkembangan yang lebih merata, tidak terpolarisasi pada satu
kawasan saja. Mempertimbangkan hasil analisis kemampuan lahan, karakteristik
struktur, dan bentuk kota yang ada saat ini, pola jaringan transportasi yang ada serta
kemungkinan perkembangannya di masa yang akan datang.
Gambar 4.9. Permeabilitas
Pada kajian ini elemen keragaman yang akan dikaji yaitu keragaman fungsi
lahan, keragaman bentuk bangunan, dan keragaman tipe bangunan. Konsep ini
penting dirumuskan sebagai pedoman untuk menciptakan daya tarik suatu kota,
dengan mempertimbangkan bentuk dari bangunan tersebut, agar selaras antara
keragaman bentuk bangunan dan keragaman fungsi lahan yang ada di Kawasan
Agrowisata Lidah Buaya.
Pada kajian ini elemen kejelasan yang akan dikaji yaitu sebuah kejelasan
emosional suatu kota yang dirasakan secara jelas oleh warga kotanya. Artinya suatu
kota atau bagian kota. Kawasan bisa dikenali dengan cepat dan jelas mengenai
distriknya, landmarknya atau jalur jalannya dan bisa langsung dilihat pola
keseluruhannya. Lynch (1987) menyatakan bahwa image kota dibentuk oleh 5 elemen
pembentuk wajah kota, yaitu :
Pada kajian ini elemen kekuatan yang akan dikaji yaitu kekuatan Pemanfaatan
Tepian (EDGES) Sebagai Ruang Aktifitas. Konsep ini penting dirumuskan sebagai
pedoman untuk menciptakan aksesibilitas ruang gerak yang digunakan pada kawasan
agrowisata dengan mempertimbangkan jalur jalur tersebut dapat menguatkan dan
digunakan untuk mencapai ke kawasan tersebut.
Pada kajian ini elemen kesesuaian visual yang akan dikaji yaitu penafsiran
tempat dan makna dari tempat tersebut. Penting untuk dikaji adalah penafsiran
kesesuaian visual seseorang pada ruang publik yang akan dikunjungi dengan berbagai
latar belakang. Penafsiran yang diberikan pada suatu tempat dapat memperkuat nilai
renposive pada tiga tingkatan yang berbeda yaitu :
Menunjang kejelasannya dari segi bentuk (massa bangunan) dan tata guna;
Menunjang Keanekaragaman;
Menunjang Kekuatan, pada skala besar maupun kecil.
Mulai dengan menganalisis pola-pola berskala besar pada kumpulan petunjuk bagi
tiap tata guna, hubungan vertikal maupun horizontal mencari petunjuk yang serupa
yang dapat menggambarkan struktur visual utama. Petunjuk skala kecil seperti pintu
masuk atau jalan-jalan alternatif bertujuan mengembangkan rancangan lebih
terperinci; serta menetapkan sumber-sumber yang menjadi orientasi.
4.4.6 Kekayaan
Pada kajian ini elemen kekayaan yang akan dikaji yaitu visual connection dan
symbolic conection :
4.4.7 Personalisasi
Pada kajian ini elemen personalisasi yang akan dikaji yaitu cara mencapai
lingkungan yang berkarakter atau nilai-nilai identitas ruang/lingkungan berdasarkan
faktor kondisi lahan, tipe bangunan, dan teknologi. Elemen personalisai memiliki tipe
untuk memperbaiki fasilitas dan mengubah citra tempat. Tataguna yang berubah
terkait perubahan waktu, sebagai pernyataan akan selera dan nilai dari pengguna,
personalisasi penegasan (affirmative). Sehingga pengguna merasakan citra yang ada
tidak sesuai (personalisasi perbaikan).
Berdasarkan data bahwa kedatangan tamu domestik yang paling tertinggi 1.734 orang
di bulan oktober dan paling terendah bulan juli 209 orang. Untuk kunjungan wisata
manca Negara paling tertinggi pada bulan oktober 393 orang dan paling terendah
bulan juni tidak ada sama sekali pengunjung. Kunjungan masyarakat ini kebanyakan
pas saat ada acara moment besar dari orang-orang luar kota yang datang. Pada
eksisting sekarang masyarakat lokal kota Pontianak masih tidak ada yang berkunjung
secara rutin, maka dari ini ada yang perlu diperhatikan dalam sistem pemasaran dan
kenyaman wisata.
STUDY
BIAS KERJ STUDY OBSERV
BULAN BANDIN
A A TOUR ASI
G
JANUARI 630 0 12 0 64
FEBRUAR
688 0 0 0 2
I
MARET 390 0 0 0 10
APRIL 374 0 0 0 0
MEI 931 0 0 0 2
JUNI 337 0 0 0 0
JULI 128 3 0 75 6
AGUSTUS 326 45 37 90 10
SEPTEMB
922 6 0 60 11
ER
OKTOBER 1.884 0 0 95 0
NOVEMB
1.108 3 0 0 0
ER
DESEMBE
517 156 0 98 0
R
BULAN 8.235 213 49 418 105
Sumber : Hasil Olahan UPTD, 2017
Berdasarkan data bahwa kedatangan tamu untuk keperluan study tour yang paling
tinggi karena lidah buaya yang ada di kota Pontianak memiliki daya tarik besar akan
tetapi kebesaran nama lidah buaya tidak mencapai pasar internasional. Maka perlu
peningkatan kelembagaan karena potensi lidah buaya sangat besar buat kesehatan dan
kecantikan.
BAB 5
ANALISIS
Kawasan sentra produksi pangan (Agrobisnis) terdiri dari kota pertanian dan
desa-desa sentra produksi pertanian yang ada disekitarnya, dengan batasan yang tidak
ditentukan oleh batasan administratif pemerintahan, tetapi lebih ditentukan dengan
memperhatikan skala ekonomi kawasan yang ada. Pengelolaan ruang dimaknakan
sebagai kegiatan pengaturan, pengendalian, pengawasan, evaluasi, penertiban dan
peninjauan kembali atas pemanfaatan ruang kawasan sentra produksi pangan
(Agrobisnis).
Subsistem Agrobisnis hulu (up stream agribusiness) yang mencakup fisik alami,
penggunaan lahan, mesin, peralatan pertanian, dan lain-lain :
1. Lahan Pertanian
Jenis Penggunaan
1. Lahan Kering
Mempertahankan tanaman yang telah ada dan memiliki daya saing tinggi;
pertanian;
Konversi lahan dapat dilakukan dengan tetap menjaga fungsi utama, daya
2. Lahan Peternakan
Jenis Pertanian terbesar yang ada di Kecamatan Pontianak Utara yaitu Aloevera
ada 64 Ha yang di tanam. Pada umumnya aloevera yang di tanam dilakukan dengan
sistem penanaman tadah hujan, yang berarti memanfaatkan air hujan sebagai sumber
utama dalam pengairan sawahnya. Luas total produksi aloevera yang dihasilkan yaitu
labih dari 64.000 ton pertahunnya.
Di lahan kering, palawija dapat ditanam secara monokultur atau tumpangsari.
Ada dua alternatif pelaksanaannya. Alternatif pertama, awal musim hujan, lahan
dapat ditanami palawija berumur pendek sebanyak satu kali. Penanaman dilakukan
secara monokultur atau tumpangsari dengan saat tanam yang bersamaan. Saat akhir
atau pertengahan musim hujan, lahan dapat ditanami palawija berumur pendek atau
berumur panjang sebanyak satu kali tanam. Pelaksanaannya dilakukan secara
monokultur atau tumpangsari dengan waktu tanam yang bersamaan. Alternatif kedua,
pada awal musim hujan, lahan ditanami pepaya dan aloevera kurang lebih 3 sampai 4
minggu sebelum panen.
4.3.3.3. Transportasi
4.3.3.4. Kelembagaan
Pemerintah
KUA Kel/Desa
LPM
Pendidikan
Formal &
Keagamaan
PKK
Masyarakat Pendidikan
Kelompok
Non Formal Lembaga Pendidikan
Lembaga &
Kegiatan
Keagamaan
Sosial
Kemasyarakatan
kelompok
tani Polindes
Pustu
Puskesdes
Lembaga Kesehatan
Adapun aspek yang menghubungkan ketiga kawasan ini meliputi fasilitas yang
digunakan secara bersama seperti jalan, akses keluar masuk kawasan, bangunan
kantor serta fasilitas lainnya. Berikut dapat dilihat pada gambar 5.2 dibawah ini:
Elemen path merupakan elemen citra kota yang berbentuk jalur pergerakan
atau perpindahan tempat menghubungkan satu tempat ke tempat lain.
Berdasarkan pengertian ini, elemen path pada wilayah agrowisata lidah buaya
di siantan berupa jalan arteri dengan lebar 8 meter yang merupakan jalan
utama memasuki agrowisata.
Gambar Kondisi Jalan Kebangkitan Nasional
Tabel Path Kawasan Sentral Agribisnis
No Nama Jalan Fungsi Kondisi
1 Jl. Kebangkitan Nasional Akses Kawasan Perbaikan Jalan Beton dan
SentralAgrowisata Masih ada Kondisi Rusak
2 Jl. Budi Utomo Sebagai jalur alternative Kondisi Baik dan beraspal
3 Jl. Pwan Peraman Sebagai jalur alternative Kondisi jalan banyak
berlubang
4 Jl. Sungai Slamet Sebagai jalur alternative Kondisi jalan banyak
berlubang
5 Jl. Darma Putra Sebagai jalur alternative Kondisi jalan banyak
berlubang
6 Jl. Parit Pangeran Sebagai jalur alternative Kondisi Baik dan beraspal
7 Jl. 28 Oktober Sebagai jalur alternative Kondisi Baik dan beraspal
Sumber : Hasil Survey Lapangan 2018
Edges (Tepi)
Dalam wilyah yang diamati elemen edge yaitu berupa jaringan jalan yang
membatasi wilayah studi disebelah utara dan barat dengan daerah
disekitarnya. Jaringan jalan juga merupakan edge yang membatasi
permukiman, perkantoran dan agrowisata.
Nodes (Simpul)
Node dalam wilayah yang diamati berupa perempatan jaringan jalan yang
melingkari wilayah agrowisata, perempatan yang ada mengubah arah atau
aktivitas dan dapat memberikan perasaan pada pengamat bahwa mereka
memasuki atau keluar dari kawasan tersebut. Jadi perempatan tersebut
merupakan simpul pertemuan dan pengubah arah warga yang melewati node
tersebut. Pintu keluar masuk eksisting Aloe Vera Center (AVC) memiliki satu
jalur utama yang digunakan bersamaan berada di jalur Jl. Budi Utomo.
Sedangkan, sirkulasi internal berupa jalan setapak ± 1 meter yang
menghubungkan ke kawasan Unit Orchid Center namun kurang terpelihara
dengan baik. Berdasarkan analisa yang dilakukan maka, pintu masuk dan
keluar site dipertahakankan di jalur Jl.Budi Utomo namun, sebaiknya dibuat
dua arah berada di sisi site untuk memudahkan dalam sirkulasi kendaraan agar
lebih leluasa dan tidak bertabrakan. Penataan pola sirkulasi internal
memperhatikan pola penataan massa bangunan dan fasilitas di dalam site yang
dapat berupa bentuk cluster atau grid berdasarkan pengelompokkan fungsi
fasilitas yang ada.
Districk (Distrik)
Salah satu elemen citra kota districk pada wilayah yang diamati adalah
agrowisata yang menjadi kawasan utama. Selain itu districk lainnya berupa
kawasan perkantoran.
Landmark (Tengara)
5.7.6 Kekayaan
Daya Tarik pada kawasan agrowisata tersebut adalah terdapat kebun dan
tempat pengolahan lidah buaya. Namun kondisi struktur bangunan yang sudah cukup
parah mengalami kerusakan ini akan berpengaruh cukup besar jika ditambah dengan
penambahan ruang dan fasilitas. Kondisi fisik lainnya yang cukup berpengaruh
adalah adanya peletakkan mesin produksi di luar bangunan yang menghasilkan polusi
udara dan mengarah pada lahan budidaya aloe vera cukup mengganggu budidaya
tanaman dan mengurangi keindahan visual. Berikut dilihat dari gambar 6 dibaawah
ini:
5.7.6 Personilisasi
Lidah buaya menjadi komoditi unggulan dan sebagai iko unggul di Kota Pontianak,
karena keistimewaan lidah buaya di Pontianak yang memiliki ukuran yang sangat
besar tentunya dengan nutrisi yang berlimpah. Selain itu, berpotensi meningkatkan
perekonomian wilayah Kota Pontianak. Untuk kondisi lahan di wilayah tersebut 70%
lahan budidaya sudah beralih fungsi, khususnya di jalan 28 oktober sebagian besar
terdapat bangunan perumahan. Bentuk bangunan di wilayah tersebut bertipe
permanen dan non permanen.