Anda di halaman 1dari 20

METODOLOGI PENELITIAN

TUGAS 9
PENELITIAN EKSPERIMEN

NAMA : RONI ADI PUTRA

NIM : 18050514017

KELAS : PTE - 2018

UNIVERSITAS NEGERI SURABAYA


FAKULTAS TEKNIK
JURUSAN TEKNIK ELEKTRO
S1 PENDIDIKAN TEKNIK ELEKTRO
2021
A. Pengertian Metode Penelitian Eksperimen
Metode penelitian eksperimen merupakan metode penelitian yang paling
produktif, karena jika penelitian tersebut dilakukan dengan baik dapat menjawab
hipotesis yang utamanya berkaitan dengan hubungan sebab akibat.Disamping itu,
penelitian eksperimen juga merupakan salah satu bentuk penelitian yang
memerlukan syarat yang relatif lebih ketat jika dibandingkan dengan jenis
penelitian lainnya.
Dengan kata lain suatu penelitian eksperimen pada prinsipnya dapat
didefinisikan sebagai metode sistematis guna membangun hubungan yang
mengandung fenomena sebab akibat (Causal-effect relationship).
Di bidang pendidikan, penelitian eksperimen dapat dibedakan menjadi dua
macam bentuk, yaitu penelitian di dalam laboratorium dan penelitian di luar
laboratorium. Penelitian di laboratorium, dilaksanakan penelitian di dalam ruangan
tertutup atau dalam kondisi tertentu untuk meningkatkan kondisi yang lebih teliti
terhadap variabel yang diteliti. Sedangkan penelitian di luar laboratorium yang juga
disebut penelitian lapangan, biasanya dilakukan oleh peneliti guna mendapatkan
hasil penelitian yang mendekati dengan lingkungan nyata, misalnya masyarakat.
Dalam penelitian eksperimen lapangan pada umumnya dapat berupa
kegiatan kelas, sekolah, kegiatan praktik dibengkel atau pertemuan sekolah lainnya
diambil secara alami.
Sehubungan dengan subjek dalam pendidikan adalah siswa, penelitian yang
paling banyak dilakukan adalah di luar laboratorium. Hal ini dikarenakan terdapat
beberapa keunggulan yang dimiliki oleh penelitian di luar laboratorium,
diantaranya:
1. Variabel eksperimen dapat lebih kuat di lapangan di banding penelitian di
laboratorium;
2. Lebih mudah dalam memberikanperlakuan;
3. Dapat melakukan setting yang mendekati keadaan sebenarnya; dan
4. Hasil eksperimen lebih aktual.

Selain itu, penelitian eksperimen di laboratorium juga memiliki keunggulan


yang utama adalah bahwa penelitian eksperimen di laboratorium lebih cocok untuk
problem yang berkaitan dengan misi pengembangan ilmu pengetahuan, termasuk
ilmu pendidikan. Hal ini dikarenakan dua alasan sebagai berikut:
1. Metode pengajaran yang lebih tepat disetting secara alami dan dikomparasikan
di dalam keadaan yang tidak bias;
2. Penelitian dasar dengan tujuan menurunkan prinsip umum teoritis ke dalam
ilmu terapan yang sesuai dengan permasalahan yang dihadapi oleh sekolah.
B. Karakteristik penelitian eksperimen
Menurut Hardani (2020), penelitian eksperimen memiliki beberapa
karakteristik. Berikut ini disajikan beberapa karakteristik penelitian eksperimen,
yang membedakan dengan penelitian positivistik lainnya, yaitu:
a. Metode eksperimen merupakan satu-satunya metode penelitian yang
dianggap paling dapat menguji hipotesis hubungan sebab akibat, atau paling
dapat memenuhi validitas internal.
b. Metode eksperimen merupakan rancangan penelitian yang memberikan
pengujian hipotesis yang paling ketat dibanding jenis penelitian yang lain.
c. Metode eksperimen merupakan penelitian yang digunakan untuk mencari
pengaruh perlakuan tertentu terhadap dampaknya dalam kondisi yang
terkendalikan.
C. Ciri khas penelitian eksperimen
Hardani (2020) juga mengemukakan bahwa terdapat ciri khas yang
membedakan antara penelitian eksperimen dengan penelitian yang lainnya, ciri
khas tersebut yaitu:
a. Satu atau lebih variabel bebas dimanipulasi (kondisinya dibuat berbeda, misal:
treatment dan non-treatment.
b. Semua variabel lainnya, kecuali variabel perlakuan (variabel bebas),
dikendalikan (dipertahankan tetap).
c. Pengaruh manipulasi variabel bebas (pemberian perlakuan) terhadap variabel
terikat diamati, dengan asumsi karena diberi perlakuan yang berbeda maka
akanberdampak yang berbeda pula.
d. Adanya komparasi, sehingga perlu penyamaan antara kelompok yang akan
dikenai perlakuan dengan kelompok yang tidak dikenai perlakuan (dua
kelompok yang akan dibandingkan tersebut harus komparabel).
D. Jenis Penelitian Eksperimental
Pada penelitian eksperimental yang meneliti apakah terdapat hubungan sebab
akibat pada variabel bebas dan variabel terikat terdapat beberapa jenis atau cara.
Menurut Shadish, dkk. (2002) dalam Prasetyo et al., (2020) membagi jenis
penelitian yang bertujuan menguji hubungan sebab-akibat menjadi empat. Keempat
jenis penelitian tersebut ditinjau dari penerapan eksperimen di dalamnya, yaitu: 1)
randomized experiment, 2) quasi-experiment, 3) naturalistic experiment, dan 4)
non-experimental design. Dari keempat jenis model penelitian tersebut akan lebih
diperdalam pada penjelasan selanjutnya, berikut penjelasan mengenai jenis-jenis
penelitian eksperimen
a. Randomized Experiment
Menurut Prasetyo et al., (2020) Eksperimen acak (randomized experiment)
merupakan eksperimen di mana unit eksperimen (dapat berupa orang, binatang,
institusi, kelas, atau lainnya) dimasukkan ke dalam kelompok eksperimen atau
kelompok kontrol secara acak dengan menggunakan pelemparan koin atau
penggunaan tabel bilangan acak. Jenis penelitian ini merupakan jenis penelitian
yang paling banyak disukai oleh para peneliti, hal tersebut dikarenakan jenis
ini dianggap paling kuat dalam mengontrol dan memanipulasi variabel tanpa
harus melakukan isolasi unit eksperimen di dalam laboratorium
Jenis penelitian eksperimental ini adalah yang paling disukai dan dianggap
paling kuat dalam mengontrol extraneous variable tanpa harus melakukan
isolasi unit eksperimen di dalam laboratorium. Penelitian yang disebutkan di
atas atau pengelompokan unit percobaan juga dikenal sebagai alokasi acak
atau pengacakan. penelitian acak merupakan sifat yang membedakan jenis
penelitian eksperimen berupa eksperimen acak dengan eksperimen kuasi.
Desain eksperimen acak dianggap diasumsikan lebih unggul dari jenis
penelitian yang lainnya dengan asumsi bahwa jika sebuah randomisasi
dilakukan dengan tepat akan menghasilkan dua atau lebih kelompok yang
setara. Dengan kesetaraan tersebut akan menguatkan kesimpulan bahwa
variabel bebas yang mempengaruhi terjadinya sebuah variabel terikat dan
bukan variabel sekunder lain yang telah ada pada pada eksperimen
sebelumnya.
b. Eksperimen Semu (Quasi Ekperimen)
Eksperimen semu (Quasi-experiment) merupakan penelitian eksperimental
di mana unit eksperimen dimasukkan ke dalam kelompok eksperimen dan
kelompok kontrol tanpa melalui randomisasi (Prasetyo et al., 2020).
Menurut cara pelaksanaan eksperimen semu ini memiliki kesamaan dengan
eksperimen random yaitu memiliki kelas kontrol dan juga kelas eksperimen,
namun yang membedakan dari penelitian ini adalah pada penelitian ini
melakukan pemilihan terhadap unit tanpa melakukan pengacakan atau
randomisasi. Tujuan penelitian eksperimen kuasi ini sama dengan ekperimen
acak yaitu menguji hipotesis dengan berupa deskripsi kausal atas penyebab
yang dapat dimanipulasi oleh peneliti. Pada umumnya pelaksanaan penelitian
ini dilakukan ketika dalam lapangan tidak mungkin untuk melakukan
pengacakan dari objek yang hendak diteliti. Seperti contoh seorang peneliti
akan melakukan penelitian pada dua kelas pada jurusan TITL di SMK, dari
kedua kelas tersebut tidak dimungkinkan untuk melakukan pengacakan
dikarenakan dalam keadaaan tersebut setiap objek sudah terdapat dan memiliki
kelasnya masing-masing, sehingga dari kedua kelas tersebut hanya dapat
ditentukan kelas mana yang akan mendapatakan perlakukan yang ingin diteliti
atau tidak.
Walaupun pada ekperimen kuasi tidak terdapat pengacakan pada objek yang
hendak diteliti namun pada penelitian ini seorang peneliti eksperimen memiliki
hak untuk mengoptimalkan desain eksperimen pada proses seleksi dan jadwal
pengukuran. Namun dari penelitian ini terdapat konsekuensi yang akan
ditanggung oleh peneliti karena tidak adanya randomisasi, konsekuensi yang
akan diterima adalah peneliti perlu untuk mengidentifikasi variabel-variabel
sekunder yang mungkin turut memengaruhi perubahan pada variabel terikat
dan mengupayakan kontrol atau pengukuran sedemikian rupa sehingga peneliti
dapat memberikan argumentasi bahwa perubahan yang ditemukan pada
variabel terikat adalah akibat variabel bebas yang di manipulasi
c. Eksperimen Natural (Natural Experiment)
Jenis ketiga dari penelitian eksperimental adalah eksperimen natural
(natural experiment), yaitu penelitian yang membandingkan antar kondisi yang
terjadi secara natural (Prasetyo et al., 2020). Penelitian ini biasanya diterapkan
pada kondisi disaat sebuah variabel bebas tidak dapat di manipulasi oleh
peneliti dan peneliti ingin mengetahui hubungan sebab akibat antara variabel
bebas dan variabel terikat yang merupakan sebuah fokus penelitian. Sebagai
contoh dari penelitian ini adalah keadaan bencana, pada keadaan bencana
kondisi tidak dapat dirubah atau di manipulasi. Peneliti yang ingin melihat
dampak kausal bencana terhadap suatu variabel terikat dapat menggunakan
eksperimen natural untuk menguji hipotesis yang diajukan.

d. Desain Noneksperimental
Menurut Prasetyo et al. (2020) Desain penelitian ini merujuk pada situasi di
mana hubungan sebab-akibat yang telah diduga sebelumnya diidentifikasi dan
diukur tetapi tanpa melibatkan prosedur eksperimen seperti manipulasi
variabel bebas, randomisasi, adanya kelompok kontrol, atau pengukuran pra
perlakuan. Dalam penelitian eksperimen, desain penelitian ini merupakan
desain yang paling lemah dari desain penelitian yang lainnya dalam
menjelaskan deskripsi kausal antara hubungan sebab akibat antara variabel
bebas dan variabel terikat. Namun pada kondisi tertentu ketika peneliti tidak
memungkinkan untuk melakukan manipulasi pada variabel maka penelitian
non eksperimental ini dapat menjadi opsi dalam penelitian eksperimen untuk
mengetahui adanya hubungan antara variabel bebas dan variabel terikat.
Desain penelitian noneksperimental disebut juga dengan desain
korelasional atau desain observasional pasif (passive observational design)
pada penelitian ini pengujian variabel untuk mengetahui adanya hubungan dari
variabel bebas dan variabel terikat lebih didasarkan pada pengukuran atas
alternatif variabel penyebab secara individual dan mengganalisis pengaruh
variabel bebas yang menjadi fokus penelitian dengan mengontrol variabel
sekunder secara statistik.
Postest Only R X O

Eksperimen Acak R O
Pretest-Postest Nonequivalent Groups NO X O

Eksperimen Kuasi NO O
Postest Only X O

Noneksperimen

Tabel 1. Implementasi Jenis Penelitian Eksperimen

E. Kausalitas Penelitian Eksperimen


Kausalitas merupakan sebuah jenis penelitian yang dilakukan oleh
peneliti untuk menemukan sebuah hubungan sebab akibat antara dua jenis variabel
yaitu variabel bebas dengan variabel terikat. Tujuan utama dari penelitian ini adalah
untuk menyelidiki kemungkinan hubungan sebab akibat dengan mengamati efek
yang ada dan menggunakan data spesifik untuk melacak kemungkinan faktor
penyebab. Perlu diperhatikan juga bahwa pemahaman mengenai prinsip-prinsip
kausalitas akan membantu peneliti eksperimen merancang desain eksperimen yang
menggambarkan prinsip kausalitas tersebut.
Membahas mengenai penelitian kausalitas berhubungan dengan sebab
akibat yang merupakan tujuan utama dari penelitian ini. Tanpa dasar yang kuat
seorang peneliti tidak mampu untuk menyimpulkan apakah dari kedua variabel
yang diteliti terdapat sebuah hubungan sebab akibat atau tidak, sehingga penelitian
eksperimental tidak dapat terjadi. Banyak dari para ahli menyatakan bahwa
membincang mengenai “penyebab” bukanlah hal yang mudah. Hal tersebut
dikarenakan penyebab merupakan sebuah poin awal yang dapat menentukan
apakah variabel terikat yang diteliti memiliki hubungan akibat dengan variabel
bebas yang telah ditentukan
Menurut Prasetyo et al., (2020) terdapat filsuf yang melakukan
eksperimentasi, filsuf tersebut adalah Galileo, filsuf alam yang dikenal melakukan
eksperimentasi dalam pengembangan ilmu pengetahuan pada masanya, yang
mengajukan ontologi kausal bahwa sebab adalah suatu kondisi yang disebut
necessary and sufficient condition. Berikut penjelasan lebih dalam mengenai
necessary and sufficient condition.

1) Necessary Condition
Necessary condition merupakan kondisi yang harus ada sekalipun tidak
cukup untuk menimbulkan suatu akibat tertentu. Dalam penelitian eksperimen
banyak yang memiliki hubungan yang bersifat necessary ini, yaitu satu variabel
merupakan prasyarat bagi munculnya variabel lainnya, terutama gejala yang
berurutan. Dengan demikian dapat kita pahami secara mudah dengan ilustrasi
bahwa suatu gejala (Y) akan muncul jika terdapat X1 yang hadir secara
bersama-sama dengan gejala lainnya (X2, X3, Xn). Faktor X1 saja tidak cukup
untuk menimbulkan Y.

2) Sufficient Condition
Sufficient condition merupakan kondisi yang cukup memadai untuk
timbulnya kejadian tertentu, namun kemunculan kejadian itu tidak
mengharuskan adanya kondisi tersebut (Prasetyo et al., 2020). Dari pengertian
tersebut dapat diambil kesimpulan bahwa suatu kejadian yang timbul dapat
pula disebabkan oleh faktor lain, sehingga X merupakan salah satu penyebab
dari beberapa penyebab lainnya yang menyebabkan terjadinya Y.

3) Sufficient and Necessary Condition


Sufficient and Necessary Condition merupakan kondisi yang cukup
memadai dan harus ada untuk menghasilkan kejadian tertentu (Prasetyo et al.,
2020). Dari pengertian tersebut dapat diambil kesimpulan sebuah kejadian X
merupakan penyebab timbulnya Y dan Y ada jika ada kejadian X.

4) Causative Condition
Causative Condition merupakan hubungan sebab akibat yang tidak
bersifat necessary maupun sufficient, tetapi suatu unsur memberi kontribusi
bagi munculnya kejadian tertentu (Prasetyo et al., 2020).
Dari penelitian jenis ini dapat dimisalkan dengan seseorang yang
merokok, dari kebiasaan merokok terdapat hubungan dari beberapa,
diantaranya adalah disebabkan karena orang tua merokok, teman
sepantarannya juga merokok, konsistensi penerapan disiplin dari orang tua, dan
juga yang terakhir adalah usia anak. Pada penelitian ini, perilaku orang tua yang
merokok merupakan causative factor bagi perilaku anak merokok. Demikian
pula variabel-variabel lainnya, seperti teman sebaya merokok, konsistensi
penerapan disiplin, dan usia anak adalah causative factor bagi munculnya
perilaku merokok, yang masing-masing faktor itu memberikan sumbangan
secara bermakna kepada faktor yang ditimbulkan.
Causative condition ini dapat dibedakan menjadi dua macam, yaitu
feedback loop dan causal chain. Feedback loop merupakan hubungan bahwa X
dapat menyebabkan Y, dan di lain pihak Y dapat menyebabkan X, jadi
hubungan X dan Y adalah X Y

Motivasi
Keterampilan
Motivasi Motivasi
Berfikir
(R)
(T)

Kompetensi Kompetensi
KB (T) (KB T) (Mot R)
(KB T) (Mot T)

Kompetensi Kompetensi
KB (R) (KB R) (Mot R)
(KB R) (Mot T)

Tabel 2. Contoh Hubungan Antar Variabel Pada Penlitian Kausal Komparatif

Dari tabel tersebut dapat dipahami bahwa terdapat dua variabel, yaitu
keterampilan berfikir dan juga motivasi beajar, dengan varibel terikat yang
dihasilkan dari adanya variabel bebas adalah kompetensi. Sehingga dari tabel
tersebut bisa dipahami bahwa dalam penelitian yang dilakukan bisa dimabil
sebuah hipotesis bahwa dari kedua variabel yaitu keterampilan berfikir dan
juga motivasi menjadi penyebab terjadi variabel terikat yaitu kompetensi.

F. Validitas Eksperimen
Dapat kita tahu bahwa validitas merupakan sebuah kegiatan untuk
melakukan validasi dengan tujuan untuk mengetahui sejauh mana instrumen atau
penelitian yang telah dibuat mampu untuk merepresentasikan penelitian yang baik.
Kita tahu bahwa kegiatan validasi merupakan salah satu kegiatan yang penting
dalam sebuah penelitian dikarenakan jika dimisalkan dalam sebuah kepenulisan
diperlukan seorang perevisi untuk mengecek apakah tulisan yang dibuat sudah
memenuhi kriteria atau tidak, begitu juga dengan penelitian, dalam peneliti
diperlukan para ahli untuk mengecek apakah penelitian yang dilakukan khusunya
pada bagian instrumen sudah memenuhi kriteria atau belum, jika terdapat hal yang
salah maka perlu untuk diperbaiki, jika terdapat poin yang kurang maka perlu untuk
dilakukan penambahan pada penelitian tersebut. Dalam penelitian eksperimen
terdapat dua jenis validitas, yaitu validitas internal dan juga validtas eksternal,
berikut penjelasan mendalam mengenai validitas pada penelitian eksperimen.

a. Validitas Internal
Validitas internal mengacu pada sejauh mana hubungan kausal pada
variabel independen terhadap dependen (inferensi). Penelitian eksperimen
pada umumnya lebih menekankan pada pemenuhan validitas internal, yaitu
dengan cara mengontrol/mengendalikan pengaruh faktor-faktor di luar yang
dieksperimenkan yang dapat mempengaruhi hasil eksperimen. Menurut Jaedun
(2011) terdapat faktor-faktor yang dapat mengancam validitas internal suatu
hasil penelitian eksperimen diantaranya sebagai berikut.
1) History
History sendiri merupakan sebuah kejadian-kejadian yang terjadi ketika
proses penelitian pada bagian pengambilan data, yaitu pada pelaksanaan
pengukuran pertama (prestest) dan pengukuran kedua (postest) selain
dengan variabel-variabel yang dieksperimenkan (treatment).
2) Maturation (kematangan),
Maturation merupakan sebuah proses kematangan atau proses perubahan
di dalam diri sebuah subyek yang terjadi selama proses penelitian
eksperimen dilakukan (misal: makin terampil, makin lelah/jenuh, dll). Hal
ini dapat diatasi dengan melakukan sebuah penelitian yang tidak dilakukan
dengan waktu yang lama, namun dilakukan waktu yang sesuai dengan
kebutuhan dari penelitian dan melakukan penelitian seefektif dan seefisien
mungkin.
3) Efek Testing
Efek testing merupakan efek yang ditimbulkan akibat dari pelaksanaan
pengukuran pertama (pretest) terhadap hasil pengukuran yang kedua
(postest). Dari hal ini dapat cara untuk mengatasi masalah dari efek testing,
yaitu dengan tidak memberikan pengukuran pertama (pretest) pada obyek
yang hendak diteliti.
4) Instrumentation
Instrumentation merupakan sebuah efek yang timbul akibat dari adanya
perubahan cara pengukuran, perubahan pengamat, perubahan-perubahan
ini dapat menimbulkan perubahan hasil dari pengukuran dikarenakan
instrumen yang dibuat tidak konsisten, sehingga tidak mampu mengukur
dengan akurat dari obyek yang diteliti.
5) Selection
Yaitu adanya bias di dalam menentukan/memilih responden/subyek untuk
kelompok eksperimen (atau kelompok yang diberikan perlakuan) dan
kelompok control/pembanding.
6) Statistical regression
Satistical regression adalah sebuah kelompok yang dipilih berdasarkan
skor yang ekstrim yang cenderung akan meregresi ke rerata populasi.
Keekstriman skor yang diperoleh tentunya akan memberikan dampak yang
signifikan terhadap hasil data yang diperoleh nantinya
7) Mortality
Yaitu kehilangan subyek, baik pada kelompok eksperimen maupun
kelompok pembading, yaitu adanya pengurangan subyek ketika dilakukan
pengukuran terhadap dampak eksperimen/perlakuan.
b. Validitas Eksternal
Validitas eksternal menekankan pada hubungan sebab-akibat (inferensi)
yang ditimbulkan melalui variasi faktor-faktor eksternal, seperti populasi
penelitian, seting, intervensi yang dilakukan, maupun hasil yang diharapkan
(Prasetyo et al., 2020). Perlu untuk diperhatikan bahwa dalam penelitian
eksperimen yang sedang dilakukan perlu untuk dipastikan suatu intervensi
dapat mempengaruhi fluktuasi variabel terikat, untuk memastikan hal tersebut
maka keadaan eksternal dari penelitian harus dikontrol dengan sedemikian rupa
sehingga perubahan atau tidak berubahnya skor pada variabel dependen bisa
saja terjadi karena variabel atau faktor lain seperti setting eksperimen yang
kurang kondusif, pengelompokan yang tidak relevan, dan lain sebagainya.
Dalam sebuah penelitian ekperimen pasti terdapat ancaman-ancaman dari
validitasnya, berikut adalah ancaman-ancaman dari validitas eksternal.
1) Interaksi Efek Kausal Dengan Unit Pengukuran
Unit pengukuran yang dimaksud merupakan pihak-pihak yang tidak
seragam dan dilibatkan dalam intervensi yang sama. Misalnya, suatu
intervensi lebih efektif dilakukan kepada perempuan dibandingkan laki-
laki, atau orang dengan besar di negara-negara tertentu, dan lain
sebagainya.
2) Interaksi Efek Kausal Dengan Variansi Intervensi
Hal ini merupakan ancaman validitas karena efek kausal yang
ditimbulkan melalui perbedaan variasi intervensi yang dilakukan.
Misalnya, suatu intervensi yang dibawakan melalui power point akan
menimbulkan efek yang berbeda dengan papan tulis. Selain itu,
intervensi yang dibawakan oleh psikolog profesional akan berbeda
hasilnya dengan intervensi yang dibawakan oleh orang awam.
3) Interaksi Efek Kausal Dengan Hasil
Hal ini merujuk pada perbedaan hasil pengukuran yang berbeda
terhadap satu variabel dependen. Misalnya, pengukuran terhadap distres
psikologis dilakukan melalui self-report dan heart rate. Hasil yang tidak
selaras akan menimbulkan ancaman bagi validitas penelitian.
4) Interaksi Efek Kausal Dengan Setting Penelitian
Hal ini berkaitan dengan seting eksperimen yang berkaitan dengan
konteks masing-masing partisipan. Misalnya, pada partisipan yang
kurang familiar dengan teknologi, pemberian terapi berbasis digital akan
menimbulkan efek yang kurang signifikan.
5) Context Dependent Mediation
Hal ini merujuk pada suatu keadaan yang memediasi perubahan
pada keadaan yang diharapkan untuk berubah sebagai variabel dependen.
Misalnya, untuk meningkatkan resiliensi partisipan, menurunkan tingkat
distres psikologis harus dilakukan. Keadaan ini potensial membuat
eksperimen yang dilakukan menjadi rancu.

G. Proses Penelitian Eksperimen


Langkah-langkah penelitian eksperimen pada prinsipnya sama dengan jenis
penelitian lainnya, dapat diterangkan sebagai berikut.
1. Melakukan kajian induktif yang berkaitan erat dengan permasalahan yang
hendak dipecahkan;
2. Mengidentifikasi masalah;
3. Melakukan studi literatur dari beberapa sumber yang relevan,
memformulasikan hipotesis penelitian, menentukan definisi operasional dan
variabel;
4. Membuat rencana penelitian yang di dalamnya mencakup kegiatan:
a. Mengidentifikasi variabel luar yang tidak diperlukan, tetapi
memungkinkan terjadinya kontaminasi proses eksperimen;
b. Menentukan cara untuk mengontrol;
c. Memilih desain riset yang tepat;
d. Menentukan populasi, memilih sampel yang mewakili dan memilih
(desain) sejumlaah subjek penelitian;
e. Membagi subjek ke dalam kelompok kontrol atau ke dalam kelompok
eksperimen;
f. Memberi instrumen yang sesuai, memadai instrumen dan melakukan
plot storyagar memperoleh instrumen yang memenuhi persyaratan
untuk mengambil data yang diperlukan; dan
g. Mengidentifikasi prosedur pengumpulan data, dan menentukan
hipotesis.
5. Melakukan eksperimen;
6. Mengumpulkan data kasar dari eksperimen;
7. Mengorganisasi dan mendeskripsikan data sesuai dengan variabel yang telah
ditentukan;
8. Melakukan analisis data dengan teknik statistika yang relevan; dan
9. Membuat laporan eksperimen.
Menurut Gay (1982 : 201) langkah-langkah dalam penelitian eksperimen
yang perlu ditekankan adalah sebagai berikut.
1. Adanya permasalahan yang signifikan untuk diteliti.
2. Pemilihan subjek yang cukup untuk dibagi dalam kelompok eksperimen dan
kelompok kontrol.
3. Pembuatan atau pengembangan instrumen.
4. Pemilihan desain penelitian.
5. Eksekusi prosedur.
6. Melakukan analisis data.
7. Memformulasikan simpulan.

Dalam penelitian eksperimen peneliti diharuskan menyusun variabel-


variabel minimal satu hipotesis yang menyatakan harapan hubungan sebab akibat
diatara variabel-variabel yang terjadi.

H. Desain Penelitian Tindakan


Seringkali kita mendengar istilah penelitian, dimana merupakan terjemahan
bahasa Inggris dari research. Penelitian merupakan kegiatan puncak bagi para
mahasiswa untuk menyelesaikan program sarjana. Para mahasiswa dituntut untuk
melakukan pencarian terhadap masalah yang dikaji. Langkah dalam melakukan
penelitian diantaranya merumuskan masalah, mengajukan hipotesis, verifikasi data
dan menarik kesimpulan. Penelitian tindakan kelas berasal dari istilah bahasa
Inggris Classroom Action Research, yang berarti penelitian yang dilakukan pada
sebuah kelas untuk mengetahui akibat tindakan yang diterapkan pada suatu subyek
penelitian di kelas tersebut. Pertama kali penelitian tindakan kelas diperkenalkan
oleh Kurt Lewin pada tahun 1946, yang selanjutnya dikembangkan oleh Stephen
Kemmis, Robin Mc Taggart, John Elliot, Dave Ebbutt dan lainnya.
Pada awalnya penelitian tindakan menjadi salah satu model
penelitian yang dilakukan pada bidang pekerjaan tertentu dimana peneliti
melakukan pekerjaannya, baik di bidang pendidikan, kesehatan maupun
pengelolaan sumber daya manusia. Salah satu contoh pekerjaan utama dalam
bidang pendidikan adalah mengajar di kelas, menangani bimbingan dan konseling,
dan mengelola sekolah. Dengan demikian yang menjadi subyek penelitian adalah
situasi di kelas, individu siswa atau di sekolah. Para guru atau kepala sekolah dapat
melakukan kegiatan penelitiannya tanpa harus pergi ke tempat lain seperti para
peneliti konvensional pada umumnya.
Berdasarkan pada uraian di atas, PTK merupakan penelitian pula
yang memiliki aturan dan prosedur sendiri. Penelitian tindakan kelas merupakan
terjemahan Classroom Action Research. Menurut Carr & Kemmis (Mc Niff 1991)
“action research is a form of self-reflective enquiry undertaken by
participant (teacher, student or principals, for exemple) in social (including
educational) situations in order to improve the rationality and justice of (1) their
own social or educationa practice, (2) their understanding of these practices, and
(3) the situations (and institutional) in which the practice are carried out.
Dari pandangan di atas dapat dipaparkan beberapa kata kunci
berkenaan dengan penelitian tindakan kelas sebagai berikut.
1. Penelitian tindakan adalah suatu bentuk inkuiri (penyelidikan) yang
dilakukan melalui refleksi diri.
2. Penelitian tindakan kelas dilakukan oleh peserta yang terlibat dalam
situasi yang terjadi yaitu guru, murid, atau kepala sekolah.
3. Dilakukan pada latar pendidikan untuk memperbaiki dasar pemikiran dan
kepantasan dari praktik pendidikan.
Sedangkan menurut Mill (2000) penelitian tindakan kelas sebagai
penyelidikan yang sistematis (sistematic inquiry) yang dilakukan oleh guru, kepala
sekolah untuk mengetahui praktik pembelajaranya. Secara lebih luas penelitian
tindakan diartikan sebagai penelitian yang berorientasi pada penerapan tindakan
dengan tujuan peningkatan mutu atau pemecahan masalah pada sekelompok subyek
yang diteliti dan mengamati tingkat keberhasilan atau akibat tindakannya, untuk
kemudian diberikan tindakan lanjutan yang bersifat penyempurnaan tindakan atau
penyesuaian dengan kondisi dan situasi sehingga diperoleh hasil yang lebih baik.
Dalam konteks pekerjaan guru maka penelitian tindakan yang
dilakukannya disebut Penelitian Tindakan Kelas, dengan demikian Penelitian
Tindakan Kelas adalah suatu kegiatan penelitian dengan mencermati sebuah
kegiatan belajar yang diberikan tindakan, yang secara sengaja dimunculkan dalam
sebuah kelas, yang bertujuan memecahkan masalah atau meningkatkan mutu
pembelajaran di kelas tersebut. Tindakan yang secara sengaja dimunculkan tersebut
diberikan oleh guru atau berdasarkan arahan guru yang kemudian dilakukan oleh
siswa. Dengan demikian penelitian tindakan kelas merupakan suatu pencermatan
terhadap kegiatan belajar berupa sebuah tindakan, yang sengaja dimunculkan dan
terjadi dalam sebuah kelas secara bersama.

I. Pemeriksaan keabsahan data


1. Kredibilitas
Kredibilitas disebut sebagai validitas internal dalam sebuah penelitian
kualitatif. Data dianggap kredibel jika ada persamaan antara apa yang
disampaikan peneliti dengan objek yang diteliti atau dengan kata lain
kesesuaian antara konsep peneliti dan konsep responden. Penelitian dapat
disesuaikan dengan keadaan sebenarnya dengan cara memperpanjang waktu
apabila ingin mencapai suatu kredibilitas pada penelitian kualitatif. Untuk
keabsahan data diharapkan keikutsertaan peneliti dalam penelitian, sehingga
peneliti dapat mempelajari penelitian itu sendiri dan terjamin kebenarannya. Uji
kredibilitas data dapat dilakukan dengan.
a. Prolonged engagement (perpanjangan pengamatan)
Perpanjangan pengamatan merupakan salah satu cara untuk
menguji kredibilitas suatu penelitian, dengan cara melakukan
pengamatan. Menurut peneliti apakah data yang didapat sudah akurat
atau masih kurang tepat ketika dicek kemali. Apabila setelah dicek di
lapangan sudah akurat, maka data yang diperoleh kredibilitasnya
dapat dipertanggung jawabkan dan waktu perpanjangan pengamatan
dapat diakhiri. Namun apabila data masih belum akurat maka perlu
dilakukan perpanjangan pengamatan. Bukti penelitian uji kredibilitas
dapat dilampirkan dalam bentuk surat keterangan perpanjangan
pengamatan dalam laporan penelitian.
b. Persistent observasion (observasi terus menerus)
Observasi secara terus menerus dapat menghasilkan data yang
akurat dan kronologi peristiwa yang sistematis. Observasi pada tahap
ini dapat meningkatkan kecermatan dalam mengecek penelitian
apakah data yang terkumpul akurat, apakah telah disajikan dengan
baik atau belum. Untuk meningkatkan kecermatan, dapat dilakukan
dengan membaca dari berbagai referensi seperti buku, jurnal, hasil
penelitian lama, dan dokumen yang terkait untuk membandingkan
hasil penelitian dengan referensi. Sehingga peneliti menjadi cermat
dalam membuat laporan dan hasil penelitian kredibilitasnya terjamin.
c. Triangulation (triangulasi)
Triangulasi merupakan teknik pemeriksaan keabsahan data
dengan memanfaatkan sesuatu yang lain dari data itu sendiri, sebagai
keperluan pengecekan atau sebagai pembanding. Triangulasi
diartikan juga sebagai kegiatan pengecekan data melalui beragam
sumber lain pada berbagai tahapan penelitian di lapangan, pada
waktu berbeda dengan menggunakan teknik yang berbeda. Tujuan
triangulasi adalah untuk meningkatkan kekuatan teoritis,
metodologis, maupun interpretatif dari penelitian kualitatif.
d. Peer debrieffing (tanya jawab sejawat)
Pada tahap ini dimaksudkan untuk menjelaskan hasil penelitian
sementara yang diperoleh dengan mengadakan diskusi dengan teman
sejawat.
e. Negative case analysis (analisis kasus negatif)
Pada tahap ini perlu dilakukan dengan mengumpulkan contoh
dan kasus yang tidak sesuai dengan pola dan kecenderungan
informasi yang dikumpulkan dan digunakan sebagai bahan
pembanding.
f. Referential adequancy checks (menggunakan bahan referensi)
Bahan referensi menjadi bagian data pendukung sebagai bukti
yang ditemukan oleh peneliti secara autentik seperti foto
dokumentasi, kemudian rekaman audio visual saat melakukan
wawancara. Dengan demikian penelitian tersebut lebih dipercaya.
g. Member checks
Member check adalah proses pengecekan data ke sumber data.
Tujuan dari member check sendiri adalah agar informasi yang
didapat oleh peneliti sesuai dengan apa yang dimaksud oleh sumber
data yang dilakukan setelah berakhirnya pengumpulan data. Member
check dapat dilakukan secara individu, yang berarti peneliti dapat
melakukan pengecekan ke sumber data melalui forum diskusi
kelompok. Dalam tahap ini sumber data dapat menambah,
mengurangi atau menolak hasil penelitian hingga mencapai
kesepakatan bersama berupa dokumen yang telah ditanda tangani.
2. Dependabilitas
Dependabilitas disebut reliabilitas pada penelitian kuantitatif. Penelitian
dapat dikatakan dependabilitas apabila ketika peneliti dapat mereplikasi
rangkaian proses penelitian, yang artinya jika peneliti tidak bisa membuktikan
bahwa telah dilakukan serangkaian proses penelitian secara nyata maka kegiatan
penelitian tersebut dinilai tidak dependable. Melalui kegiatan audit terhadap
seluruh proses penelitian uji dependabilitas dapat dilakukan. Mekanisme uji
dependabilitas dilakukan oleh auditor independen atau pembimbing serangkaian
proses penelitian. Jika peneliti tidak mempunyai rekam jejak aktivitas
lapangan/penelitiannya, maka dependabilitasnya dapat diragukan.
3. Konfirmabilitas
Konfirmabilitas adalah suatu tahap pemeriksaan, yang berarti langkah apa
yang dipilih oleh peneliti dalam melakukan konfirmasi hasil temuannya. Dalam
penelitian kualitatif, konfirmabilitas dapat diartikan sebagai konsep
transparansi yang merupakan bentuk ketersediaannya peneliti untuk
menceritakan pada masyarakat mengenai proses dan elemen apa saja dalam
penelitiannya. Kemudian memberikan kesempatan pada pihak lain untuk
melakukan penilaian kemudian mendapat persetujuan dari pihak tersebut.
Dalam penelitian kuantitatif, konfirmabilitas disebut objektivitas, yaitu apabila
hasil penelitian telah disepakati banyak orang.
4. Transferabilitas
Transferabilitas menunjukkan sejauh apa penerapan dari hasil penelitian ke
populasi dimana sumber informasi tersebut dipilih. Dalam penelitian kualitatif,
nilai transferabilitas tergantung dari pembaca, sampai mana manfaat penelitian
dapat diterapkan dalam kehidupan. Apabila pembaca mendapatkan pemahaman
dan gambaran yang jelas dari hasil penelitian, maka hasil dari penelitian
tersebut dikatakan memiliki transferabilitas tinggi. Transferabilitas disebut
validitas eksternal terkait dengan konsep generalisasi data dalam penelitian
kuantitatif.
DAFTAR PUSTAKA

Abdullah, M. (2015). Metode penelitian kuantitatif. Yogyakarta: Aswaja Pressindo.

Hardani. (2020). Metode penelitian kualitatif & kuantitatif. Yogyakarta: Pustaka


Ilmu.

Prasetyo, A. R., Kaloeti, D. V. S., Rahmandani, A., Salma, S., & Ariati, J. (2020).
Buku ajar metodologi penelitian eksperimen. Fakultas Psikologi
Universitas Diponegoro.

Rahman, T. (2018). Aplikasi model-model pembelajaran dalam penelitian tindakan


kelas. CV. Pilar Nusantara.

Trianto. (2012). Panduan lengkap penelitian tindakan kelas, classroom action


research, teori dan praktik. Jakarta: Prestasi Pustaka.

Anda mungkin juga menyukai