TUGAS 9
PENELITIAN EKSPERIMEN
NIM : 18050514017
d. Desain Noneksperimental
Menurut Prasetyo et al. (2020) Desain penelitian ini merujuk pada situasi di
mana hubungan sebab-akibat yang telah diduga sebelumnya diidentifikasi dan
diukur tetapi tanpa melibatkan prosedur eksperimen seperti manipulasi
variabel bebas, randomisasi, adanya kelompok kontrol, atau pengukuran pra
perlakuan. Dalam penelitian eksperimen, desain penelitian ini merupakan
desain yang paling lemah dari desain penelitian yang lainnya dalam
menjelaskan deskripsi kausal antara hubungan sebab akibat antara variabel
bebas dan variabel terikat. Namun pada kondisi tertentu ketika peneliti tidak
memungkinkan untuk melakukan manipulasi pada variabel maka penelitian
non eksperimental ini dapat menjadi opsi dalam penelitian eksperimen untuk
mengetahui adanya hubungan antara variabel bebas dan variabel terikat.
Desain penelitian noneksperimental disebut juga dengan desain
korelasional atau desain observasional pasif (passive observational design)
pada penelitian ini pengujian variabel untuk mengetahui adanya hubungan dari
variabel bebas dan variabel terikat lebih didasarkan pada pengukuran atas
alternatif variabel penyebab secara individual dan mengganalisis pengaruh
variabel bebas yang menjadi fokus penelitian dengan mengontrol variabel
sekunder secara statistik.
Postest Only R X O
Eksperimen Acak R O
Pretest-Postest Nonequivalent Groups NO X O
Eksperimen Kuasi NO O
Postest Only X O
Noneksperimen
1) Necessary Condition
Necessary condition merupakan kondisi yang harus ada sekalipun tidak
cukup untuk menimbulkan suatu akibat tertentu. Dalam penelitian eksperimen
banyak yang memiliki hubungan yang bersifat necessary ini, yaitu satu variabel
merupakan prasyarat bagi munculnya variabel lainnya, terutama gejala yang
berurutan. Dengan demikian dapat kita pahami secara mudah dengan ilustrasi
bahwa suatu gejala (Y) akan muncul jika terdapat X1 yang hadir secara
bersama-sama dengan gejala lainnya (X2, X3, Xn). Faktor X1 saja tidak cukup
untuk menimbulkan Y.
2) Sufficient Condition
Sufficient condition merupakan kondisi yang cukup memadai untuk
timbulnya kejadian tertentu, namun kemunculan kejadian itu tidak
mengharuskan adanya kondisi tersebut (Prasetyo et al., 2020). Dari pengertian
tersebut dapat diambil kesimpulan bahwa suatu kejadian yang timbul dapat
pula disebabkan oleh faktor lain, sehingga X merupakan salah satu penyebab
dari beberapa penyebab lainnya yang menyebabkan terjadinya Y.
4) Causative Condition
Causative Condition merupakan hubungan sebab akibat yang tidak
bersifat necessary maupun sufficient, tetapi suatu unsur memberi kontribusi
bagi munculnya kejadian tertentu (Prasetyo et al., 2020).
Dari penelitian jenis ini dapat dimisalkan dengan seseorang yang
merokok, dari kebiasaan merokok terdapat hubungan dari beberapa,
diantaranya adalah disebabkan karena orang tua merokok, teman
sepantarannya juga merokok, konsistensi penerapan disiplin dari orang tua, dan
juga yang terakhir adalah usia anak. Pada penelitian ini, perilaku orang tua yang
merokok merupakan causative factor bagi perilaku anak merokok. Demikian
pula variabel-variabel lainnya, seperti teman sebaya merokok, konsistensi
penerapan disiplin, dan usia anak adalah causative factor bagi munculnya
perilaku merokok, yang masing-masing faktor itu memberikan sumbangan
secara bermakna kepada faktor yang ditimbulkan.
Causative condition ini dapat dibedakan menjadi dua macam, yaitu
feedback loop dan causal chain. Feedback loop merupakan hubungan bahwa X
dapat menyebabkan Y, dan di lain pihak Y dapat menyebabkan X, jadi
hubungan X dan Y adalah X Y
Motivasi
Keterampilan
Motivasi Motivasi
Berfikir
(R)
(T)
Kompetensi Kompetensi
KB (T) (KB T) (Mot R)
(KB T) (Mot T)
Kompetensi Kompetensi
KB (R) (KB R) (Mot R)
(KB R) (Mot T)
Dari tabel tersebut dapat dipahami bahwa terdapat dua variabel, yaitu
keterampilan berfikir dan juga motivasi beajar, dengan varibel terikat yang
dihasilkan dari adanya variabel bebas adalah kompetensi. Sehingga dari tabel
tersebut bisa dipahami bahwa dalam penelitian yang dilakukan bisa dimabil
sebuah hipotesis bahwa dari kedua variabel yaitu keterampilan berfikir dan
juga motivasi menjadi penyebab terjadi variabel terikat yaitu kompetensi.
F. Validitas Eksperimen
Dapat kita tahu bahwa validitas merupakan sebuah kegiatan untuk
melakukan validasi dengan tujuan untuk mengetahui sejauh mana instrumen atau
penelitian yang telah dibuat mampu untuk merepresentasikan penelitian yang baik.
Kita tahu bahwa kegiatan validasi merupakan salah satu kegiatan yang penting
dalam sebuah penelitian dikarenakan jika dimisalkan dalam sebuah kepenulisan
diperlukan seorang perevisi untuk mengecek apakah tulisan yang dibuat sudah
memenuhi kriteria atau tidak, begitu juga dengan penelitian, dalam peneliti
diperlukan para ahli untuk mengecek apakah penelitian yang dilakukan khusunya
pada bagian instrumen sudah memenuhi kriteria atau belum, jika terdapat hal yang
salah maka perlu untuk diperbaiki, jika terdapat poin yang kurang maka perlu untuk
dilakukan penambahan pada penelitian tersebut. Dalam penelitian eksperimen
terdapat dua jenis validitas, yaitu validitas internal dan juga validtas eksternal,
berikut penjelasan mendalam mengenai validitas pada penelitian eksperimen.
a. Validitas Internal
Validitas internal mengacu pada sejauh mana hubungan kausal pada
variabel independen terhadap dependen (inferensi). Penelitian eksperimen
pada umumnya lebih menekankan pada pemenuhan validitas internal, yaitu
dengan cara mengontrol/mengendalikan pengaruh faktor-faktor di luar yang
dieksperimenkan yang dapat mempengaruhi hasil eksperimen. Menurut Jaedun
(2011) terdapat faktor-faktor yang dapat mengancam validitas internal suatu
hasil penelitian eksperimen diantaranya sebagai berikut.
1) History
History sendiri merupakan sebuah kejadian-kejadian yang terjadi ketika
proses penelitian pada bagian pengambilan data, yaitu pada pelaksanaan
pengukuran pertama (prestest) dan pengukuran kedua (postest) selain
dengan variabel-variabel yang dieksperimenkan (treatment).
2) Maturation (kematangan),
Maturation merupakan sebuah proses kematangan atau proses perubahan
di dalam diri sebuah subyek yang terjadi selama proses penelitian
eksperimen dilakukan (misal: makin terampil, makin lelah/jenuh, dll). Hal
ini dapat diatasi dengan melakukan sebuah penelitian yang tidak dilakukan
dengan waktu yang lama, namun dilakukan waktu yang sesuai dengan
kebutuhan dari penelitian dan melakukan penelitian seefektif dan seefisien
mungkin.
3) Efek Testing
Efek testing merupakan efek yang ditimbulkan akibat dari pelaksanaan
pengukuran pertama (pretest) terhadap hasil pengukuran yang kedua
(postest). Dari hal ini dapat cara untuk mengatasi masalah dari efek testing,
yaitu dengan tidak memberikan pengukuran pertama (pretest) pada obyek
yang hendak diteliti.
4) Instrumentation
Instrumentation merupakan sebuah efek yang timbul akibat dari adanya
perubahan cara pengukuran, perubahan pengamat, perubahan-perubahan
ini dapat menimbulkan perubahan hasil dari pengukuran dikarenakan
instrumen yang dibuat tidak konsisten, sehingga tidak mampu mengukur
dengan akurat dari obyek yang diteliti.
5) Selection
Yaitu adanya bias di dalam menentukan/memilih responden/subyek untuk
kelompok eksperimen (atau kelompok yang diberikan perlakuan) dan
kelompok control/pembanding.
6) Statistical regression
Satistical regression adalah sebuah kelompok yang dipilih berdasarkan
skor yang ekstrim yang cenderung akan meregresi ke rerata populasi.
Keekstriman skor yang diperoleh tentunya akan memberikan dampak yang
signifikan terhadap hasil data yang diperoleh nantinya
7) Mortality
Yaitu kehilangan subyek, baik pada kelompok eksperimen maupun
kelompok pembading, yaitu adanya pengurangan subyek ketika dilakukan
pengukuran terhadap dampak eksperimen/perlakuan.
b. Validitas Eksternal
Validitas eksternal menekankan pada hubungan sebab-akibat (inferensi)
yang ditimbulkan melalui variasi faktor-faktor eksternal, seperti populasi
penelitian, seting, intervensi yang dilakukan, maupun hasil yang diharapkan
(Prasetyo et al., 2020). Perlu untuk diperhatikan bahwa dalam penelitian
eksperimen yang sedang dilakukan perlu untuk dipastikan suatu intervensi
dapat mempengaruhi fluktuasi variabel terikat, untuk memastikan hal tersebut
maka keadaan eksternal dari penelitian harus dikontrol dengan sedemikian rupa
sehingga perubahan atau tidak berubahnya skor pada variabel dependen bisa
saja terjadi karena variabel atau faktor lain seperti setting eksperimen yang
kurang kondusif, pengelompokan yang tidak relevan, dan lain sebagainya.
Dalam sebuah penelitian ekperimen pasti terdapat ancaman-ancaman dari
validitasnya, berikut adalah ancaman-ancaman dari validitas eksternal.
1) Interaksi Efek Kausal Dengan Unit Pengukuran
Unit pengukuran yang dimaksud merupakan pihak-pihak yang tidak
seragam dan dilibatkan dalam intervensi yang sama. Misalnya, suatu
intervensi lebih efektif dilakukan kepada perempuan dibandingkan laki-
laki, atau orang dengan besar di negara-negara tertentu, dan lain
sebagainya.
2) Interaksi Efek Kausal Dengan Variansi Intervensi
Hal ini merupakan ancaman validitas karena efek kausal yang
ditimbulkan melalui perbedaan variasi intervensi yang dilakukan.
Misalnya, suatu intervensi yang dibawakan melalui power point akan
menimbulkan efek yang berbeda dengan papan tulis. Selain itu,
intervensi yang dibawakan oleh psikolog profesional akan berbeda
hasilnya dengan intervensi yang dibawakan oleh orang awam.
3) Interaksi Efek Kausal Dengan Hasil
Hal ini merujuk pada perbedaan hasil pengukuran yang berbeda
terhadap satu variabel dependen. Misalnya, pengukuran terhadap distres
psikologis dilakukan melalui self-report dan heart rate. Hasil yang tidak
selaras akan menimbulkan ancaman bagi validitas penelitian.
4) Interaksi Efek Kausal Dengan Setting Penelitian
Hal ini berkaitan dengan seting eksperimen yang berkaitan dengan
konteks masing-masing partisipan. Misalnya, pada partisipan yang
kurang familiar dengan teknologi, pemberian terapi berbasis digital akan
menimbulkan efek yang kurang signifikan.
5) Context Dependent Mediation
Hal ini merujuk pada suatu keadaan yang memediasi perubahan
pada keadaan yang diharapkan untuk berubah sebagai variabel dependen.
Misalnya, untuk meningkatkan resiliensi partisipan, menurunkan tingkat
distres psikologis harus dilakukan. Keadaan ini potensial membuat
eksperimen yang dilakukan menjadi rancu.
Prasetyo, A. R., Kaloeti, D. V. S., Rahmandani, A., Salma, S., & Ariati, J. (2020).
Buku ajar metodologi penelitian eksperimen. Fakultas Psikologi
Universitas Diponegoro.