Anda di halaman 1dari 50

Jenis Penelitian dan

Desain Penelitian
METODOLOGI PENELITIAN

M.RISKI ADI WIJAYA, M.Pd


Jenis Penelitian
Penelitian Kuantitatif
Penelitian Kuantitatif Eksperimen

Eksperimen Murni
Eksperimen Semu
Eksperimen LEmah

Penelitian Kuantitatif NonEksperimen

Deskriptif
Survey
Korelasional
Komparatif
Jenis Penelitian
Penelitian Kualitatif

Interpretif
Etnografi
Tradisi Positivisme
Tradisi Interpretif

Kaji tindak (action research)


Penelitian Tindakan Kelas
Penelitian eksperimen adalah penelitian yang
dilakukan secara ketat untuk mengetahui
Penelitian hubungan sebab akibat di antara variabel.

Eksperimen Salah satu ciri utama dari penelitian


eksperimen adalah adanya perlakuan
(treatment) yang dikenakan kepada subjek
atau objek penelitian.

Dalam penelitian eksperimen, seorang peneliti


sejauh mungkin harus dapat memastikan
bahwa variasi atau perubahan yang terjadi
pada variabel terikat benar-benar disebabkan
oleh adanya manipulasi pada variabel bebas.

Hal inilah yang kemudian disebut validitas


internal. Dalam kaitan ini, mekanisme kontrol
yang memastikan validitas internal dapat
terwujud menjadi sesuatu yang sangat
penting.
Validitas Internal
Equalization of History
treatment Adaya persitiwa tertentu: subyek
Kesamaan Kelompok: Subyek mendapat pengaruh dari luar
harus mendapatkan perlakuan eksperimen yang
yang sama mempengaruhi hasil eksperimen

Maturation
Imitation of treatment
Ada perubahan dari diri subyek karena
Peniruan perlakuan : perlu
perkembangan waktu / usia. Bukan karena
dihindari kelompok untuk
karena faktor kematangan saja melainkan
meniru perlakuan kelompok lain
dampak dari perlakuan yang diberikan.
Validitas Internal
Pretesting
Pengaruh pretest, bisa jadi Selection Bias
subyek akan mempelajari Pemilihan subyek yang bias. hal
pretest untuk mendapatkan skor ini terjadi ketika randomisasi
post test yang tinggi dan bukan tidak bisa dilakukan sehingga
dari perlakuan yang diberikan kesetaraan antar kelompok tidak
terwujud. maka peneliti akan
sulit menentukan kesimpulan
Instrumentation
Pengaruh Instrumen atau alat
yang kurang valid akan
mempengaruhi hasil. oleh
karena itu alat ukur harus
terkalibrasi
Validitas Internal
Mortality
Keluar dari perlakuan, subyek
keluar dari kegiatan penelitian. Compensatory rivalry
Persangan seimbang, Kebalikan
dari demoralization. Subyek
Demoralization
memiliki semangat persaingan
Pelemahan semangat, yang tinggi sehingga dapat
pembedaan yang menonjol melakukan sesuatu diluar yang
antar kelompok sehingga akan diinginkan.
berpengaruh pada penelitian.
Validitas Eksternal
Secara umum ada 3 validitas eksternal yaitu 1) Validitas populasi; 2) Validitas
Ekologis; Validitas Temporal (Christensen, 2001).
Populasi
Validitas populasi berkaitan dengan teknik Temporal
pengambilan sampel, apakah dilakukan secara Berkaitan dengan generalisasi
acak atau tidak. Validitas populasi akan semakin
hasil penelitian pada waktu yang
baik apabila sampel diambil melalui random
sampling. berbeda. Peneliti perlu
dipertimbangkan waktu
Ekologis pemberian treatmen, rentang
pengukuran VT , jarak antar
Berkaitan dangan situasi dan kondisi manipulasi VB dll.
lingkungan
Penelitian eksperimen
dicirikan dengan 4 hal Apabila suatu penelitian eksperimen
memenuhi ke-empat hal di tersebut,
yaitu : maka dapat dikatakan eksperimen
murni (true experiment). Sebaliknya, jika
1. adanya perlakuan, suatu penelitian eksperimen tidak dapat
2. mekanisme kontrol, memenuhi keempat hal tersebut
terutama dalam hal randomisasi dan
3. randomisasi, mekanisme kontrol - maka disebut
eksperimen semu (quasi-experiment)
4. ukuran keberhasilan. atau bisa juga berbentuk praeksperimen
(weak experiment).
Penelitian deskriptif
Penelitian deskriptif adalah penelitian yang dilakukan untuk menggambarkan gejala,
fenomena atau peristiwa tertentu. Pengumpulan data dilakukan untuk mendapatkan
informasi terkait dengan fenomena kondisi, atau variabel tertentu dan tidak dimaksudkan
untuk melakukan pengujian hipotesis. Bentuk sederhana dari penelitian deskriptif adalah
penelitian dengan satu variabel. Demikian juga bentuk analisisnya biasanya menggunakan
statistik deskriptif seperti mean, median, persentase, rasio, dan sebagainya.

Sebagai contoh, kita ingin mengetahui tingkat partisipasi masyarakat dalam melakukan kegiatan olahraga.
Kemudian kita melakukan pengumpulan data- dengan instrumen tertentu kepada sejumlah responden dalam
satuan wilayah tertentu. Dari proses tersebut kita akan mendapatkan data mengenai berapa persen
masyarakat yang melakukan kegiatan olahraga; bagaimana kompoisinya antara laki-laki dan perempuan;
antara anak, remaja, dan dewasa.
Penelitian Survey
Penelitian yang mengambil sampel dari satu
populasi dan menggunakan kuesioner sebagai
alat pengumpul data yang pokok.

Sebagai contoh, kita ingin mengetahui tingkat motivasi


peserta didik dalam mengikuti kegiatan pembelajaran PJOK.
Kemudian kita melakukan pengumpulan data- dengan
instrumen kuesioner tertentu kepada sejumlah responden
dalam satuan wilayah tertentu. Dari proses tersebut kita
akan mendapatkan data mengenai berapa persen peserta
didik terkait tingkat motivasi dalam pembelajaran PJOK ;
Secara umum, langkah-langkah
penelitian survei adalah sebagai
Pada dasarnya ada kemiripan antara berikut.
penelitian deskriptif dengan penelitian 1. Menentukan tujuan
survei, bedanya, dalam penelitian 2. Menentukan sampel/responden
survei peneliti dimungkinkan untuk 3. Menyusun kuesioner sebagai alat
melakukan pengujian hipotesis. pengumpul data
Artinya tidak sekadar
4. Ujicoba kuesioner untuk
menggambarkan fenomena tertentu
sebagaimana pada penelitian memastikan validitas dan
deskriptif. reliabilitasnya
5. Memberikan kuesioner kepada
responden
6. Menganalisis data hasil survei
7. Melaporkan hasil
Penelitian
Korelasional
Penelitian korelasional adalah suatu penelitian yang
menghubungkan satu atau lebih variabel bebas
dengan satu variabel terikat tanpa ada upaya untuk
mempengaruhi variabel tersebut. Bentuk sederhana
dari penelitian korelasi adalah hubungan antara dua
variabel
Misalnya hubungan antara Intelegensi dengan
Prestasi Belajar, hubungan antara kecepatan dengan
kemampuan lompat jauh, hubungan antara motivasi
dengan prestasi atlet, dan sebagainya. Bentuk lebih
komplek dari penelitian korelasional antara lain
adalah korelasi ganda, regresi ganda, analisis jalur,
dan analisis faktor.
Secara umum, langkah-langkah dalam
penelitian korelasional adalah sebagai
berikut:

1. Menentukan masalah
2. Melakukan kajian literatur
3. Menentukan sampel
4. Menyusun atau memilih instrumen
pengumpul data
5. Mengumpulkan data
6. Analisis dan interpretasi data
7. Menyusun laporan
Penelitian Perbandingan
Suatu penelitian yang membandingkan satu
kelompok sampel dengan kelompok sampel lainnya
berdasarkan variabel atau ukuran-ukuran tertentu.

Misalnya, kita ingin membandingkan antara pemain sepakbola


Indonesia dengan pemain Italia berdasarkan ukuran tinggi
badan dan Vo2max. Kita ingin membandingkan kualitas
kesehatan antara orang yang biasa berolahraga secara teratur
dan orang yang tidak biasa berolahraga.
Penelitian Pengembangan
Penelitian pengembangan adalah suatu penelitian
yang bertujuan untuk mengembangkan suatu produk
baru atau menyempurnakan pruduk yang telah ada.
Istilah produk bisa berarti perangkat keras (hardware)
seperti alat pelontar bola, modul, instrumen, alat bantu
pembelajaran atau perangkat lunak (software) seperti
model pembelajaran interaktif, model bimbingan, dan
sebagainya.
Penelitian Kualitatif
Penelitian kualitatif adalah sebuah penelitian yang
dilakukan untuk memahami suatu fenomena secara
mendalam dengan peneliti sebagai instrumen utama.
Dalam fenomena olahraga, terutama yang
menyangkut perilaku dan budaya, banyak masalah
yang hanya optimal apabila diselesaikan dengan
penelitian kualitatif. Misalnya, mengapa suporter
Persebaya cenderung rusuh, bagaimana pola
terjadinya kerusuhan, dan apakah faktor frustasi sosial
ikut mempengaruhi? dilakukan untuk
Penelitian Tindakan Kelas
Penelitian kaji tindak, yang pada tataran tertentu juga sering disebut penelitian
tindakan kelas (PTK), adalah proses penelitian bersiklus yang bertujuan untuk
memperbaiki kualitas pembelajaran di kelas secara berkelanjutan.

Ciri utama PTK adalah memperbaiki praktek PBM dari dalam secara berkelanjutan. Artinya guru
sendiri yang melakukan penelitian melalui PBM-nya (involvement & improvement). Dimulai dari
masalah yang dihadapi guru dalam proses pembelajaran di kelas. Dari masalah tersebut
selanjutnya direncanakan alternatif tindakan untuk memperbaiki keadaan. Rencana tersebut
kemudian diujicobakan dan dievaluas efektivitasnya dalam mengatasi masalah yang dihadapi. Dari
hasil yang didapat kemudian ditindaklanjuti untuk mendapatkan hasil yang optimal dan
memuaskan
Penelitian Evaluatif
Penelitian evaluatif adalah suatu penelitian yang menggunakan prosedur evaluasi untuk
mengumpulkan dan menganalisis data. Prosedur evaluasi memiliki dua kegiatan yang pokok,
yakni pengukuran dan membandingkan hasil pengukuran dengan standar tertentu.
Berdasarkan hasil perbandingan tersebut dapat disimpulkan apakah suatu program layak
atau tidak, relevan atau tidak, efektif atau tidak.

Penelitian evaluatif bertujuan untuk merancang, menyempurnakan, dan menguji pelaksanaan program Pendidikan
Jasmani dan Olahraga. Misalnya terkait dengan pelaksanaan kebijakan, kurikulum, program latihan, pembelajaran,
penerapan aturan tertentu, dan sebagainya. Evaluasi dapat dilakukan sesuai tingkat pelaksanaannya, seperti
lingkup kelas, sekolah, kecamatan, kabupaten, sampai tingkat nasional; dan menyangkut satu aspek, beberapa
aspek atau keseluruhan aspek dari program tersebut. Ada beberapa model penelitian evaluasi yang lazim
digunakan, misalnya model CIPP (context, input, process, dan product, cost-benefit analysis, studi kasus, dan
eksperimen.
Desain Penelitian
Desain penelitian merupakan sebuah
rancangan bagaimana suatu penelitian
akan dilakukan. Rancangan tersebut
digunakan untuk mendapatkan jawaban
terhadap pertanyaan penelitian yang
dirumuskan. Dalam sebuah desain
penelitian biasanya dijelaskan bagaimana
data/informasi dikumpulkan, mekanisme
kontrol dilakukan, dan upaya
meningkatkan validitas penelitian.
Dalam desain
eksperimen ada empat Dengan dasar tersebut, desain
prinsip dasar yang perlu eksperimen dapat dikelompokkan
menjadi tiga, yakni: praeksperimen,
diperhatikan, yaitu: eksperimen murni, dan eksperimen
semu.
1. penempatan subjek secara acak,
2. adanya perlakuan, Perlu juga dikemukakan di sini
3. adanya mekanisme kontrol, dan tentang penggunaan simbol dalam
4. adanya ukuran keberhasilan. desain eksperimen. Simbol X
berarti perlakuan, T1 berarti tes
awal, T₂ berarti tes akhir, ~ berarti
tidak ada perlakuan, dan tidak ada
Ada tidaknya keempat prinsip tersebut akan
tes.
sangat menentukan kualitas eksperimen yang
dilakukan.
Desain Praeksperimen
(Preexperimental Design)
Desain yang masuk dalam kategori ini dianggap lemah
(weak design) karena sedikit atau bahkan ketiadaan
kontrol yang dilakukan. Ketika kontrol tidak dapat
dilakukan, maka ancaman terhadap validitas internal
dan validitas eksternal tampak nyata, yang kemudian
berujung pada kredibilitas penelitian. Karena itu, meski
desain ini ada, disarankan untuk tidak digunakan.
Desain Praeksperimen
(Preexperimental Design)
The One Shot Case Study

- X

T2
Desain Praeksperimen
(Preexperimental Design)
One Grup Pretest - Postest Design

T1 X

T2
Desain Praeksperimen
(Preexperimental Design)
Statistic Group Comparasion Design

- X

T2
- ~ T2
Desain Eksperimen Murni
(True Experimental Design)
Desain ini disebut eksperimen murni karena mekanisme
kontrol random, maka yang dilakukan relatif memadai,
terutama penempatan subjek secara random. Dengan
penempatan subjek secara diasumsikan ada kesetaraan
awal di setiap kelompok. Faktor-faktor yang mengancam
validitas internal seperti faktor historis, kematangan, dan
bias seleksi sebagaimana telah dikemukakan di depan
dapat dicegah.
Desain Eksperimen Murni
(True Experimental Design)

Kelompok Eksperimen
(20 Subjek)

Populasi Sampel
Randomixation
(100 Subjek) (40 Subjek)

Kelompok Kontrol
(20 Subjek)

Proses Random dalam penelitian Eksperimen


Desain Eksperimen Murni
(True Experimental Design)
Randomized Control Group Posttest Only Design

- X

T2
R

- ~ T2
Desain Eksperimen Murni
(True Experimental Design)
Randomized Control Group Pretest - Posttest Only Design

R T1 X1 T2
R T1 X2
T2
R

T1 ~ T2

Apabila kelompok penelitian lebih dari dua


Desain Eksperimen Murni
(True Experimental Design)
Randomized Solomon Group Design

R T1 X T2
R T1 ~ T2

R - X T2
R - ~ T2

Apabila kelompok penelitian lebih dari dua


Desain Eksperimen Murni
(True Experimental Design)

R T1 X T2
R T1 ~ T2

R - X T2
R - ~ T2

Apabila kelompok penelitian lebih dari dua


Desain Eksperimen Murni
(True Experimental Design)
pretest - grup design - post test

Kelompok Eksperimen
Treatment A

Populasi Matching by
(Subjek) PRETEST Subyek design
Post TEST

Kelompok Eksperimen
Treatment B
Desain Eksperimen Murni
(True Experimental Design)
Factorial design

2 X2
METODE LATIHAN (A)

LATIHAN (A1) LATIHAN (A 2)
PANJANG TUNGKAI B2

TUNGKAI PANJANG (B1) A1. B1 A2. B1

TUNGKAI PENDEK (B2) A1. B2 A2. B2


Desain Eksperimen Murni
(True Experimental Design)
Factorial design

2 X 2 X 2
Desain Eksperimen Semu
( Quasi experimental Design)
Desain ini dipilih ketika penempatan subjek secara acak tidak dapat dilakukan,
misalnya karena alasan subjek tidak dapat dipisah atau dipindah sebab
merupakan kelompok yang utuh. Ketika kita datang ke suatu sekolah untuk
melakukan penelitian eksperimen, tentu sekolah akan keberatan jika kita
melakukan pengacakan siswa yang berdampak pada perubahan kelas yang
sudah terbentuk sebelumnya. Dalam kondisi tersebut, penempatan subjek
secara random tidak dapat dilakukan.

Perbedaan mendasar antara eksperimen murni dan eksperimen semu


terletak pada penempatan subjek secara acak tersebut.
Desain Eksperimen Semu
( Quasi experimental Design)

Matching Only Design

T1 X

T2
M

T1 ~ T2
Desain ini tidak menggunakan random sebagai cara memasukkan subjek ke dalam kelompok, tetapi
menggunakan matching, yaitu memasangkan subjek satu dengan yang lain berdasarkan variabel
tertentu.
Desain Eksperimen Semu
( Quasi experimental Design)
Non Randomized Control Group Pretest-Postest Design

T1 X

T2
T1 ~ T2
Desain ini menggunakan kelompok kontrol dan pretest-posttest. Hanya saja subjek tidak
ditempatkan secara acak, sehingga mungkin sekali antara kelompok eksperimen dan kelompok
kontrol tidak setara.
Desain Eksperimen Semu
( Quasi experimental Design)
Time Series Design

T1 T2
X T3 T4

Dalam desain ini, variabel terikat diukur lebih dari dua kali pengukuran. Biasanya desain ini
digunakan untuk mengkaji perkembangan subjek penelitian dalam jangka panjang, karena itu sering
juga disebut penelitian longitudinal (longitudinal study). Bentuk sederhana dari desain ini adalah
melakukan empat kali pengukuran, dua kali sebelum perlakuan dan dua kali setelah perlakuan.
Desain Eksperimen Semu
( Quasi experimental Design)
Time Series Design

T1 T2
X T3 T4

Dalam desain ini, variabel terikat diukur lebih dari dua kali pengukuran. Biasanya desain ini
digunakan untuk mengkaji perkembangan subjek penelitian dalam jangka panjang, karena itu sering
juga disebut penelitian longitudinal (longitudinal study). Bentuk sederhana dari desain ini adalah
melakukan empat kali pengukuran, dua kali sebelum perlakuan dan dua kali setelah perlakuan.
Desain Eksperimen Semu
( Quasi experimental Design)
Repeat-Treatment Design

T1 x T2 ~
T3 X T4

Desain ini digunakan ketika peneliti hanya memiliki satu kelompok populasi yang terbatas dan ingin
memberi perlakuan lebih dari satu kali. Interpretasi hasil yang dapat diharapkan dari desain ini jika
T1 berbeda dengan T2, T3 berbeda dengan T4, dan perbedaan T₁ T₂ seiring dengan perbedaan T3-T4.
Matching Random
Assignment
Matching adalah memasangkan subjek
berdasarkan kriteria tertentu yang diasumsikan
akan mempengaruhi variabel terikat, misalnya
usia, jenis kelamin, intelegensi, hasil pretest, dan
sebagainya.
Matching Random Assignment
Sebagai ilustrasi, jika kita ingin meneliti lemak tubuh sebagai variabel terikat dan mengasumsikan
bahwa berat badan akan mempengaruhi lemak tubuh, maka variabel berat badan dapat
dipasangkan. Caranya, berat badan subjek diukur, kemudian diurutkan dari yang tinggi sampai
yang rendah. Jika subjek dibagi ke dalam dua kelompok, maka subjek dengan berat badan
tertinggi pertama dipasangkan dengan subjek dengan berat badan tertinggi kedua, subjek
dengan berat badan tertinggi ketiga dipasangkan dengan subjek dengan berat badan tertinggi
keempat, dan begitu seterusnya. Selanjutnya, setiap pasangan tersebut dirandom untuk
ditempatkan ke dalam kelompok eksperimen dan kelompok kontrol. Cara tersebut dapat
menyamakan kelompok berdasarkan berat badan, meski belum tentu menjamin kesamaan untuk
variabel yang lain.
Matching Random Assignment
KELOMPOK A KELOMPOK B

1 2

4 3

5 6

8 7

9 10
DESAIN NON EKSPERIMEN
Prinsip dasar desain penelitian non-eksperimen pada
dasarnya berbeda dengan penelitian eksperimen. Ini terjadi
karena pada penelitian non eksperimen lebih menekankan
pada validitas eksternal. Sementara pada penelitian
eksperimen, lebih menonjolkan validitas internal. Pada
penelitian non-eksperimen, terutama pada kausal
komparatif, peneliti tidak melakukan manipulasi, intervensi,
atau memberikan perlakuan. Perubahan yang ada telah
terjadi pada waktu yang lampau (ex post facto).
DESAIN KOMPARATIF
Pada desain komparatif, penelitian diarahkan untuk
membandingkan satu kelompok sampel dengan

X T
kelompok lainnya. Sebagai contoh, bagaimanakah
pengaruh aktivitas olahraga yang dilakukan secara
teratur terhadap keluhan kesehatan yang dialami
seseorang. Untuk tujuan tersebut, maka dipilihlah dua
kelompok sampel, yaitu kelompok yang secara teratur
~ T
melakukan olahraga (X) dan kelompok yang tidak
melakukan olahraga (~). Kedua kelompok tersebut
kemudian diukur keluhan kesehatan yang dialami
DESAIN KORELASIONAL
desain korelasional tujuannya adala menghubungkan dua variabel atau lebih.
Sebagai contoh, peneliti ingin mengkaji hubungan antara motivasi belajar mengikuti
kuliah (X) dengan kehadiran mengikuti kuliah (Y).

X Y
DESAIN KORELASIONAL ANTAR VARIABEL

X1
Y
X2
DESAIN KORELASIONAL
TIMBAL BALIK

X Y
DESAIN KORELASIONAL SIMETRIS
Hubungan simetris terjadi jika dua variabel atau lebih berhubungan, tetapi bukan
dalam bentuk sebab akibat maupun timbal balik. Sebagai contoh, banyaknya
karcis pertandingan yang terjual (X) dan banyaknya frekuensi pertandingan
sepakbola yang berakhir dengan kerusuhan (Y). Banyaknya pertandingan yang
berakhir dengan kerusuhan bukan disebabkan ole banyaknya karcis yang terjual,
melainkan bisa jadi disebabkan oleh ketidak. adilan wasit dalam memimpin
pertandingan atau ketidakpuasan sporter karena tim yang dibelanya kalah.

X Y
Yang Saya lakukan hanyalah

terus
melangkah dan tetap tersenyum :)
Riski Adi

Anda mungkin juga menyukai