Desain Penelitian
METODOLOGI PENELITIAN
Eksperimen Murni
Eksperimen Semu
Eksperimen LEmah
Deskriptif
Survey
Korelasional
Komparatif
Jenis Penelitian
Penelitian Kualitatif
Interpretif
Etnografi
Tradisi Positivisme
Tradisi Interpretif
Maturation
Imitation of treatment
Ada perubahan dari diri subyek karena
Peniruan perlakuan : perlu
perkembangan waktu / usia. Bukan karena
dihindari kelompok untuk
karena faktor kematangan saja melainkan
meniru perlakuan kelompok lain
dampak dari perlakuan yang diberikan.
Validitas Internal
Pretesting
Pengaruh pretest, bisa jadi Selection Bias
subyek akan mempelajari Pemilihan subyek yang bias. hal
pretest untuk mendapatkan skor ini terjadi ketika randomisasi
post test yang tinggi dan bukan tidak bisa dilakukan sehingga
dari perlakuan yang diberikan kesetaraan antar kelompok tidak
terwujud. maka peneliti akan
sulit menentukan kesimpulan
Instrumentation
Pengaruh Instrumen atau alat
yang kurang valid akan
mempengaruhi hasil. oleh
karena itu alat ukur harus
terkalibrasi
Validitas Internal
Mortality
Keluar dari perlakuan, subyek
keluar dari kegiatan penelitian. Compensatory rivalry
Persangan seimbang, Kebalikan
dari demoralization. Subyek
Demoralization
memiliki semangat persaingan
Pelemahan semangat, yang tinggi sehingga dapat
pembedaan yang menonjol melakukan sesuatu diluar yang
antar kelompok sehingga akan diinginkan.
berpengaruh pada penelitian.
Validitas Eksternal
Secara umum ada 3 validitas eksternal yaitu 1) Validitas populasi; 2) Validitas
Ekologis; Validitas Temporal (Christensen, 2001).
Populasi
Validitas populasi berkaitan dengan teknik Temporal
pengambilan sampel, apakah dilakukan secara Berkaitan dengan generalisasi
acak atau tidak. Validitas populasi akan semakin
hasil penelitian pada waktu yang
baik apabila sampel diambil melalui random
sampling. berbeda. Peneliti perlu
dipertimbangkan waktu
Ekologis pemberian treatmen, rentang
pengukuran VT , jarak antar
Berkaitan dangan situasi dan kondisi manipulasi VB dll.
lingkungan
Penelitian eksperimen
dicirikan dengan 4 hal Apabila suatu penelitian eksperimen
memenuhi ke-empat hal di tersebut,
yaitu : maka dapat dikatakan eksperimen
murni (true experiment). Sebaliknya, jika
1. adanya perlakuan, suatu penelitian eksperimen tidak dapat
2. mekanisme kontrol, memenuhi keempat hal tersebut
terutama dalam hal randomisasi dan
3. randomisasi, mekanisme kontrol - maka disebut
eksperimen semu (quasi-experiment)
4. ukuran keberhasilan. atau bisa juga berbentuk praeksperimen
(weak experiment).
Penelitian deskriptif
Penelitian deskriptif adalah penelitian yang dilakukan untuk menggambarkan gejala,
fenomena atau peristiwa tertentu. Pengumpulan data dilakukan untuk mendapatkan
informasi terkait dengan fenomena kondisi, atau variabel tertentu dan tidak dimaksudkan
untuk melakukan pengujian hipotesis. Bentuk sederhana dari penelitian deskriptif adalah
penelitian dengan satu variabel. Demikian juga bentuk analisisnya biasanya menggunakan
statistik deskriptif seperti mean, median, persentase, rasio, dan sebagainya.
Sebagai contoh, kita ingin mengetahui tingkat partisipasi masyarakat dalam melakukan kegiatan olahraga.
Kemudian kita melakukan pengumpulan data- dengan instrumen tertentu kepada sejumlah responden dalam
satuan wilayah tertentu. Dari proses tersebut kita akan mendapatkan data mengenai berapa persen
masyarakat yang melakukan kegiatan olahraga; bagaimana kompoisinya antara laki-laki dan perempuan;
antara anak, remaja, dan dewasa.
Penelitian Survey
Penelitian yang mengambil sampel dari satu
populasi dan menggunakan kuesioner sebagai
alat pengumpul data yang pokok.
1. Menentukan masalah
2. Melakukan kajian literatur
3. Menentukan sampel
4. Menyusun atau memilih instrumen
pengumpul data
5. Mengumpulkan data
6. Analisis dan interpretasi data
7. Menyusun laporan
Penelitian Perbandingan
Suatu penelitian yang membandingkan satu
kelompok sampel dengan kelompok sampel lainnya
berdasarkan variabel atau ukuran-ukuran tertentu.
Ciri utama PTK adalah memperbaiki praktek PBM dari dalam secara berkelanjutan. Artinya guru
sendiri yang melakukan penelitian melalui PBM-nya (involvement & improvement). Dimulai dari
masalah yang dihadapi guru dalam proses pembelajaran di kelas. Dari masalah tersebut
selanjutnya direncanakan alternatif tindakan untuk memperbaiki keadaan. Rencana tersebut
kemudian diujicobakan dan dievaluas efektivitasnya dalam mengatasi masalah yang dihadapi. Dari
hasil yang didapat kemudian ditindaklanjuti untuk mendapatkan hasil yang optimal dan
memuaskan
Penelitian Evaluatif
Penelitian evaluatif adalah suatu penelitian yang menggunakan prosedur evaluasi untuk
mengumpulkan dan menganalisis data. Prosedur evaluasi memiliki dua kegiatan yang pokok,
yakni pengukuran dan membandingkan hasil pengukuran dengan standar tertentu.
Berdasarkan hasil perbandingan tersebut dapat disimpulkan apakah suatu program layak
atau tidak, relevan atau tidak, efektif atau tidak.
Penelitian evaluatif bertujuan untuk merancang, menyempurnakan, dan menguji pelaksanaan program Pendidikan
Jasmani dan Olahraga. Misalnya terkait dengan pelaksanaan kebijakan, kurikulum, program latihan, pembelajaran,
penerapan aturan tertentu, dan sebagainya. Evaluasi dapat dilakukan sesuai tingkat pelaksanaannya, seperti
lingkup kelas, sekolah, kecamatan, kabupaten, sampai tingkat nasional; dan menyangkut satu aspek, beberapa
aspek atau keseluruhan aspek dari program tersebut. Ada beberapa model penelitian evaluasi yang lazim
digunakan, misalnya model CIPP (context, input, process, dan product, cost-benefit analysis, studi kasus, dan
eksperimen.
Desain Penelitian
Desain penelitian merupakan sebuah
rancangan bagaimana suatu penelitian
akan dilakukan. Rancangan tersebut
digunakan untuk mendapatkan jawaban
terhadap pertanyaan penelitian yang
dirumuskan. Dalam sebuah desain
penelitian biasanya dijelaskan bagaimana
data/informasi dikumpulkan, mekanisme
kontrol dilakukan, dan upaya
meningkatkan validitas penelitian.
Dalam desain
eksperimen ada empat Dengan dasar tersebut, desain
prinsip dasar yang perlu eksperimen dapat dikelompokkan
menjadi tiga, yakni: praeksperimen,
diperhatikan, yaitu: eksperimen murni, dan eksperimen
semu.
1. penempatan subjek secara acak,
2. adanya perlakuan, Perlu juga dikemukakan di sini
3. adanya mekanisme kontrol, dan tentang penggunaan simbol dalam
4. adanya ukuran keberhasilan. desain eksperimen. Simbol X
berarti perlakuan, T1 berarti tes
awal, T₂ berarti tes akhir, ~ berarti
tidak ada perlakuan, dan tidak ada
Ada tidaknya keempat prinsip tersebut akan
tes.
sangat menentukan kualitas eksperimen yang
dilakukan.
Desain Praeksperimen
(Preexperimental Design)
Desain yang masuk dalam kategori ini dianggap lemah
(weak design) karena sedikit atau bahkan ketiadaan
kontrol yang dilakukan. Ketika kontrol tidak dapat
dilakukan, maka ancaman terhadap validitas internal
dan validitas eksternal tampak nyata, yang kemudian
berujung pada kredibilitas penelitian. Karena itu, meski
desain ini ada, disarankan untuk tidak digunakan.
Desain Praeksperimen
(Preexperimental Design)
The One Shot Case Study
- X
T2
Desain Praeksperimen
(Preexperimental Design)
One Grup Pretest - Postest Design
T1 X
T2
Desain Praeksperimen
(Preexperimental Design)
Statistic Group Comparasion Design
- X
T2
- ~ T2
Desain Eksperimen Murni
(True Experimental Design)
Desain ini disebut eksperimen murni karena mekanisme
kontrol random, maka yang dilakukan relatif memadai,
terutama penempatan subjek secara random. Dengan
penempatan subjek secara diasumsikan ada kesetaraan
awal di setiap kelompok. Faktor-faktor yang mengancam
validitas internal seperti faktor historis, kematangan, dan
bias seleksi sebagaimana telah dikemukakan di depan
dapat dicegah.
Desain Eksperimen Murni
(True Experimental Design)
Kelompok Eksperimen
(20 Subjek)
Populasi Sampel
Randomixation
(100 Subjek) (40 Subjek)
Kelompok Kontrol
(20 Subjek)
- X
T2
R
- ~ T2
Desain Eksperimen Murni
(True Experimental Design)
Randomized Control Group Pretest - Posttest Only Design
R T1 X1 T2
R T1 X2
T2
R
T1 ~ T2
R T1 X T2
R T1 ~ T2
R - X T2
R - ~ T2
R T1 X T2
R T1 ~ T2
R - X T2
R - ~ T2
Kelompok Eksperimen
Treatment A
Populasi Matching by
(Subjek) PRETEST Subyek design
Post TEST
Kelompok Eksperimen
Treatment B
Desain Eksperimen Murni
(True Experimental Design)
Factorial design
2 X2
METODE LATIHAN (A)
LATIHAN (A1) LATIHAN (A 2)
PANJANG TUNGKAI B2
T1 X
T2
M
T1 ~ T2
Desain ini tidak menggunakan random sebagai cara memasukkan subjek ke dalam kelompok, tetapi
menggunakan matching, yaitu memasangkan subjek satu dengan yang lain berdasarkan variabel
tertentu.
Desain Eksperimen Semu
( Quasi experimental Design)
Non Randomized Control Group Pretest-Postest Design
T1 X
T2
T1 ~ T2
Desain ini menggunakan kelompok kontrol dan pretest-posttest. Hanya saja subjek tidak
ditempatkan secara acak, sehingga mungkin sekali antara kelompok eksperimen dan kelompok
kontrol tidak setara.
Desain Eksperimen Semu
( Quasi experimental Design)
Time Series Design
T1 T2
X T3 T4
Dalam desain ini, variabel terikat diukur lebih dari dua kali pengukuran. Biasanya desain ini
digunakan untuk mengkaji perkembangan subjek penelitian dalam jangka panjang, karena itu sering
juga disebut penelitian longitudinal (longitudinal study). Bentuk sederhana dari desain ini adalah
melakukan empat kali pengukuran, dua kali sebelum perlakuan dan dua kali setelah perlakuan.
Desain Eksperimen Semu
( Quasi experimental Design)
Time Series Design
T1 T2
X T3 T4
Dalam desain ini, variabel terikat diukur lebih dari dua kali pengukuran. Biasanya desain ini
digunakan untuk mengkaji perkembangan subjek penelitian dalam jangka panjang, karena itu sering
juga disebut penelitian longitudinal (longitudinal study). Bentuk sederhana dari desain ini adalah
melakukan empat kali pengukuran, dua kali sebelum perlakuan dan dua kali setelah perlakuan.
Desain Eksperimen Semu
( Quasi experimental Design)
Repeat-Treatment Design
T1 x T2 ~
T3 X T4
Desain ini digunakan ketika peneliti hanya memiliki satu kelompok populasi yang terbatas dan ingin
memberi perlakuan lebih dari satu kali. Interpretasi hasil yang dapat diharapkan dari desain ini jika
T1 berbeda dengan T2, T3 berbeda dengan T4, dan perbedaan T₁ T₂ seiring dengan perbedaan T3-T4.
Matching Random
Assignment
Matching adalah memasangkan subjek
berdasarkan kriteria tertentu yang diasumsikan
akan mempengaruhi variabel terikat, misalnya
usia, jenis kelamin, intelegensi, hasil pretest, dan
sebagainya.
Matching Random Assignment
Sebagai ilustrasi, jika kita ingin meneliti lemak tubuh sebagai variabel terikat dan mengasumsikan
bahwa berat badan akan mempengaruhi lemak tubuh, maka variabel berat badan dapat
dipasangkan. Caranya, berat badan subjek diukur, kemudian diurutkan dari yang tinggi sampai
yang rendah. Jika subjek dibagi ke dalam dua kelompok, maka subjek dengan berat badan
tertinggi pertama dipasangkan dengan subjek dengan berat badan tertinggi kedua, subjek
dengan berat badan tertinggi ketiga dipasangkan dengan subjek dengan berat badan tertinggi
keempat, dan begitu seterusnya. Selanjutnya, setiap pasangan tersebut dirandom untuk
ditempatkan ke dalam kelompok eksperimen dan kelompok kontrol. Cara tersebut dapat
menyamakan kelompok berdasarkan berat badan, meski belum tentu menjamin kesamaan untuk
variabel yang lain.
Matching Random Assignment
KELOMPOK A KELOMPOK B
1 2
4 3
5 6
8 7
9 10
DESAIN NON EKSPERIMEN
Prinsip dasar desain penelitian non-eksperimen pada
dasarnya berbeda dengan penelitian eksperimen. Ini terjadi
karena pada penelitian non eksperimen lebih menekankan
pada validitas eksternal. Sementara pada penelitian
eksperimen, lebih menonjolkan validitas internal. Pada
penelitian non-eksperimen, terutama pada kausal
komparatif, peneliti tidak melakukan manipulasi, intervensi,
atau memberikan perlakuan. Perubahan yang ada telah
terjadi pada waktu yang lampau (ex post facto).
DESAIN KOMPARATIF
Pada desain komparatif, penelitian diarahkan untuk
membandingkan satu kelompok sampel dengan
X T
kelompok lainnya. Sebagai contoh, bagaimanakah
pengaruh aktivitas olahraga yang dilakukan secara
teratur terhadap keluhan kesehatan yang dialami
seseorang. Untuk tujuan tersebut, maka dipilihlah dua
kelompok sampel, yaitu kelompok yang secara teratur
~ T
melakukan olahraga (X) dan kelompok yang tidak
melakukan olahraga (~). Kedua kelompok tersebut
kemudian diukur keluhan kesehatan yang dialami
DESAIN KORELASIONAL
desain korelasional tujuannya adala menghubungkan dua variabel atau lebih.
Sebagai contoh, peneliti ingin mengkaji hubungan antara motivasi belajar mengikuti
kuliah (X) dengan kehadiran mengikuti kuliah (Y).
X Y
DESAIN KORELASIONAL ANTAR VARIABEL
X1
Y
X2
DESAIN KORELASIONAL
TIMBAL BALIK
X Y
DESAIN KORELASIONAL SIMETRIS
Hubungan simetris terjadi jika dua variabel atau lebih berhubungan, tetapi bukan
dalam bentuk sebab akibat maupun timbal balik. Sebagai contoh, banyaknya
karcis pertandingan yang terjual (X) dan banyaknya frekuensi pertandingan
sepakbola yang berakhir dengan kerusuhan (Y). Banyaknya pertandingan yang
berakhir dengan kerusuhan bukan disebabkan ole banyaknya karcis yang terjual,
melainkan bisa jadi disebabkan oleh ketidak. adilan wasit dalam memimpin
pertandingan atau ketidakpuasan sporter karena tim yang dibelanya kalah.
X Y
Yang Saya lakukan hanyalah
terus
melangkah dan tetap tersenyum :)
Riski Adi