Anda di halaman 1dari 5

Validitas Internal

Validitas internal adalah sejauh mana hasil sebuah studipenelitian klinis tidak bias. Beberapa


karakteristik penelitian mempengaruhi validitas internal.Validitas internal ini adalah tingkatan dimana hasil-
hasil penelitian dapat dipercaya kebenarannya atau  berkenaan dengan derajat akurasi antardesain penelitian dan
hasil yang dicapai.. Validitas internal merupakan hal yang esensial yang harus dipenuhi jika peneliti
menginginkan hasil studinya bermakna.Validitas internal mengacu pada kemampuan desain penelitian untuk
menyingkirkan atau membuat masuk akal penjelasan alternatif hasil, atau masuk akal dugaan sementara
(Campbell, 1957; Kazdin, 2003c).
Ada banyak faktor yang mempengaruhi masing-masing validitas. Berikut ini akan di bahas faktor-
faktor yang mempengaruhi validitas internal :
1.      Sejarah (History)
Peristiwa yang terjadi pada waktu yang lalu yang kadang-kadang dapat berpengaruh terhadap variabel keluaran
(variabel terikat). Oleh karena itu terjadinya perubahan variabel terikat, kemungkinan bukan sepenuhnya
disebabkan karena perlakuan atau eksperimen, tetapi juga dipengaruhi oleh faktor sejarah atau pengalaman
subjek penelitian terhadap masalah yang dicobakan, atau masalah-masalah lain yang berhubungan dengan
eksperimen tersebut.
2.      Kematangan (Maturitas)
Manusia, binatang, atau benda-benda lainnya sebagai subjek penelitian selalu mengalami perubahan. Pada
manusia perubahan berkaitan dengan proses kematangan atau maturitas, baik secara biologis maupun
psikologis. Dengan bertambahnya kematangan pada subjek ini akan berpengaruh terhadap variabel terikat.
Dengan demikian, maka perubahan yang terjadi pada variabel terikat bukan saja karena adanya eksperimen,
tetapi juga disebabkan karena proses kematangan pada subjek yang mendapatkan perlakuan atau eksperimen.
3.      Seleksi (Selection)
Dalam memilih anggota kelompok eksperimen dan kelompok kontrol bisa terjadi perbedaan ciri-ciri atau sifat-
sifat anggota kelompok satu dengan kelompok yang lainnya. Misalnya anggota-anggota kelompok eksperimen
lebih tinggi pendidikannya dibandingkan dengan anggota-anggota kelompok kontrol, sehingga sebelum
diadakan perlakuan sudah terjadi pengaruh yang berbeda terhadap kedua kelompok tersebut. Setelah adanya
perlakuan pada kelompok eksperimen, maka besarnya perubahan variabel terikat yang terjadi mendapat
gangguan dari variabel pendidikan tersebut. Dengan kata lain, perubahan yang terjadi pada variabel terikat
bukan saja karena pengaruh perlakuan, tetapi juga karena pengaruh pendidikan.
4.      Prosedur Tes (Testing)
Pengalaman pada pretes dapat mempengaruhi hasil postes, karena kemungkinan para subjek penelitian dapat
mengingat kembali jawaban-jawaban yang salah pada waktu pretes, dan kemudian pada waktu postes subjek
tersebut dapat memperbaiki jawabannya. Oleh sebab itu, perubahan variabel terikat tersebut bukan karena hasil
eksperimen saja, tetapi juga karena pengaruh dari pretes.
5.      Instrumen (Instrumentation)
Alat ukur atau alat pengumpul data (instrumen) pada pretes biasanya digunakan lagi pada postes. Hal ini sudah
tentu akan berpengaruh terhadap hasil postes tersebut. Dengan perkataan lain, perubahan yang terjadi pada
variabel terikat, bukan disebabkan oleh perlakuan atau eksperimen saja, tetapi juga karena pengaruh instrumen.
6.      Mortalitas (Mortality)
Pada proses dilakukan eksperimen, atau pada waktu antara pretes dan postes sering terjadi subjek yang
”dropout” baik karena pindah, sakit ataupun meninggal dunia. Hal ini juga akan berpengaruh terhadap hasil
eksperimen.
7.      Regresi ke Arah Nilai Rata-rata (Regressien Toward The Mean)
Ancaman ini terjadi karena adanya nilai-nilai ekstrem tinggi maupun ekstrem rendah dari hasil pretes
(pengukuran pertama), cenderung untuk tidak ekstrem lagi pada pengukuran kedua (postes), namun biasanya
melewati nilai rata-rata. Perubahan yang terjadi pada variabel terikat tersebut adalah bukan perubahan yang
sebenarnya, tetapi merupakan perubahan semu. Oleh sebab itu, regresi ke arah nilai rata-rata ini juga disebut
regresi semu (regression artifact).

Untuk menjamin penelitian menghasilkan laporan yang valid, maka keseluruhan ancaman validitas di
atas harus dapat dikontrol oleh peneliti. Cara yang dilakukan beragam, tergantung kebutuhan dan tergantung
tingkat ancaman yang muncul.
Bila ancaman-ancaman ini diabaikan, sangat dimungkinkan hasil penelitian tidak valid dan tidak memberikan
kesimpulan yang berarti.

Validitas Eksternal

Validitas eksternal berkaitan dengan generalisasi hasil penelitian studi. Dalam semua bentuk desain
penelitian, hasil dan kesimpulan penelitian ini adalah terbatas kepada para peserta dan kondisi seperti yang
didefinisikan oleh kontur penelitian dan mengacu pada sejauh mana generalisasi hasil penelitian untuk lain
kondisi, peserta, waktu, dan tempat (Graziano & Raulin, 2004).     
ikhwal penelitian yang menyangkut pertanyaan, sejauh mana hasil suatu penelitian dapat
digeneralisasikan pada populasi induk (asal sampel) penelitian diambil.
Contoh : apabila kita meneliti tingkat efektifitas suatu metode penyuluhan baru mengenai program imunisasi
dengan mengambil sampel di suatu desa dan ternyata baik hasilnya.

Validitas eksternal itu Berkaitan dengan pertanyaan apakah fakta mengenai treatment (IV) yang
diberikan benar-benar mengakibatkan perbedaan pada DV, atau Apakah benar-benar IV berpengaruh pada DV.

Validitas eksternal ialah tingkatan dimana hasil-hasil penelitian dapat digeneralisasi pada populasi,
latar dan hal-hal lainnya dalam kondisi yang mirip. Hal-hal yang menjadi sumber-sumber validitas eksternal
ialah:
Ø  Interaksi Testing
Efek-efek tiruan yang dibuat dengan menguji responden akan mengurangi generalisasi pada situasi dimana tidak
ada pengujian pada responden.
Ø  Interaksi Seleksi
Efek dimana tipe-tipe responden yang mempengaruhi hasil-hasil studi dapat membatasi generalitasnya.
Ø  Interaksi Setting
Efek tiruan yang dibuat dengan menggunakan latar tertentu dalam penelitian tidak dapat direplikasi dalam
situasi-situasi lainnya.

Validitas eksternal berkenaan dengan derajat akurasi, dapat atau tidaknya hasil penelitian
digeneralisasikan atau diterapkan pada  populasi tempat sampel tersebut diambil. Bila sampel penelitian
representatif, instrumen penelitian valid dan reliabel, cara mengumpulkan dan menganalisis data benar,
penelitian akan memiliki validitas eksternal yang tinggi.

BIAS
Bias sendiri diartikan sebagai, suatu faktor pengaruh yang dapat berkonstribusi dalam
pembentukan hasil study yang error atau tidak tepat. Dalam Bahasa sederhana, Bias ini dapat
menyebabkan penelitian kita menjadi tidak benar/tepat atau dipertanyakan kebenarannya.
Banyak kan kasus-kasus dimana penelitian seseorang ditolak oleh panel ahli karena dikatakan
bias, atau tidak benar dan hasilnya tidak valid. Dalam penelitian keperawatan, hal yang sama
juga berlaku.

Ada beberapa faktor yang dapat mempengaruhi biasnya sebuah penelitian, faktor-faktor ini
juga akan menjawab mengapa penelitian keperawatan dengan jenis kualitatif sangatlah rentan
bias, dan bagi banyak peneliti dengan menentang seorang mahasiswa awal, melakukan
penelitian yang tergolong cukup beresiko ini.

Faktor dari Partisipant/mereka yang diteliti.

Partisipant memiliki kemungkinan untuk tidak mengatakan yang sebenarnya atau dalam
artian me-manipulasi data. Cukup sulit bagi peneliti untuk mengatakan bahwa partisipan ini
memberikan data yang sebenarnya dan peneliti ini tidak memberikan data yang sebenarnya.
Peneliti harus setidaknya memiliki pelatihan khusus, memiliki pengalaman dalam
memvalidasi pembicaraan seseorang/kelompok dan menguji kebenaran data yang diterima.
Ada seperangkat kompetensi yang harus dimiliki oleh calon peneliti.
Faktor peneliti.

Peneliti adalah seorang manusia yang memiliki seperangkat kompetensi untuk meneliti.
Peneliti sangat rentan dengan subjektivitas ketika Ia melakukan penelitian. Sangat sulit
rasanya untuk mempertahankan objektivitas ketika melakukan penelitian, terutama penelitian
milik pribadi kita sendiri.

Faktor metode penelitian yang dipilih. Metode penelitian itu adalah hal yang sangat dan
sangat penting, okay semua orang tahu mengenai ini. Metode penelitian yang kurang tepat,
sangat rentan untuk jatuh kedalam label bias. Mulai dar,

1. Sample yang tidak seimbang pemilihannya/pengambilannya, hanya akan


menyebabkan data yang diambil juga menjadi kurang tepat. Misalkan, peneliti ingin
melakukan penelitian mengenai Perilaku mengendalikan stress pada anak-anak
remaja, lalu peneliti mengambil sample anak-anak yang hanya juara kelas. Tentu saja
hasilnya nanti tidak bisa berlaku pada seluruh anak-anak remaja, penelitian ini
mungkin saja hanya berlaku pada anak-anak yang tergolong kedalam juara kelas.
2. Pengambilan data. Proses pengambilan data juga akan sangat mempengaruhi bias
atau tidaknya sebuah penelitian. Misalkan, peneliti ingin meneliti mengenai kepuasan
pemberian layanan keperawatan jiwa di Bangsal A. Tapi, peneliti adalah juga
merupakan bagian yang penting dan sangat tidak bisa dipisahkan dari Bangsal A dan
ikut merawat Klien dan anggota keluarga yang ada di Bangsal A. Ini tentu saja tidak
tepat, karena hasil penelitian akan bias, partisipan penelitian mungkin saja akan
memberikan penilaian yang memuaskan karena takut nanti peneliti tidak akan
memberikan pelayanan yang mereka harapkan di Bangsal.
3. Study design. Bagaimana seorang peneliti membangun penelitiannya sangatlah
penting bagi hasil penelitian yang akan diraih kelak. Misalkan, peneliti adalah seorang
perawat sekolah yang ingin melakukan penelitian mengenai stress belajar dari siswa-
siswa ditempat Ia bekerja. Untuk mendapatkan data, Perawat ini langsung datang ke
kelas dan menyebarkan kuesioner yang dibutuhkan, sambil menunggu agar siswa-
siswi mengisinya. Kehadiran Perawat pada saat pengisian kuesioner dikelas akan
mempengaruhi bagaimana siswa/I ini memberikan jawaban, siswa mungkin saja akan
berpikir bahwa karena perawat ini tergesa-gesa, maka siswa akan menjawab seadanya
dan terburu-buru.
4. Pelaksanaan penelitian. Pelaksanaan penelitian bahkan dapat menyebabkan suatu
penelitian menjadi bias. Jadi, berhati-hatilah dalam melaksanakan penelitian.
Misalkan, peneliti ingin melihat praktik implementasi asuhan keperawatan jiwa pada
klien dengan masalah gangguan persepsi sensori, halusinasi. Peneliti lalu ikut dinas
dan memperhatikan bagaimana perawat melakukan praktik asuhan keperawatan ini
(Observasi). Pelaksanaan penelitian ini sangat rentan bias karena bisa saja karena
tekanan adanya peneliti disana, perawat yang berencana untuk melakukan praktik
asuhan menjadi cemas dan praktik yang dilakukan malah tidak sesuai dengan apa
yang diharapkannya atau bisa saja perawat tersebut merasa karena ingin diteliti, Ia
lalu melakukan praktik asuhan tersebut sesuai dengan standar yang berlaku, sehingga
nanti pikirnya hasil penelitian akan menjadi baik.

Anda mungkin juga menyukai